Anda di halaman 1dari 12

A.

PENGERTIAN
1. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
2. Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme
individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari
interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009). 
3. Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima sebagai
perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam
(Wilkinson, 2007).
4. Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Twondsend, 2011).
5. Suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna
Kelliat, 2006 ).
6. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain ( Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat, 2009).
7. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya
perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat,2009).
B. PENYEBAB/ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi
sosial, antara lain :
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai masalah
respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama
dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran yng lebih tepat
tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif
dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
b. Faktor biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak,
seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan
akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau
tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang
cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat dapat terjadi karena mengadopsi
norma, perilaku dan sitem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
Harapan yang tidak realistis terhadap hubungn merupakan faktor lain yang
berkaitan dengan gangguan ini (Stuart dan Sudden, 2006)
2. Faktor Presipitasi
Ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan seseorang menarik
diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dario berbagai stressor antara lain:
a. Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gaangguan dalam membina
hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya stabilitas unit keluarga,
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di
rumah sakit.
b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan kemampuan
untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan
ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan
hubungan (menarik diri) (Stuart and Sundeen, 2006)
c. Stressor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk berbagai pikiran
dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam
menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain akan
persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan berhubungan
dengan orang lain.
d. Stressor fisik
1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik diri
dari orang lain
2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu sehingga
mengakibatkan menarik diri dari orang lain.
C. MANIFESTASI KLINIS
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial :
1. Kurang spontan
2. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
3. Ekspresi wajah kurang berseri
4. Tidak merawat diri dan tidak memperlihatkan kebersihan
5. Tidak ada dan tidak memperhatikan kebersihan
6. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
7. Mengisolasi diri
8. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
9. Asupan makanan dan minuman terganggu
10. Retensi urin dan feses
11. Aktivitas menurun
12. Kurang energi (tenaga)
13. Rendah diri
14. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus atau janin (khususnya pada posisi tidur)
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah, sehingga
timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan
intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori : halusinasi
dan risiko mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan
orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh
terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara mandiri.
Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya disebabkan oleh
ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya, sehingga orang tersebut
berperilaku tidak normal (koping individu tidak efektif). Peranan keluarga cukup besar
dalam mendorong klien agar mampu menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila sistem
pendukungnya tidak baik (koping keluarga tidak efektif) maka akan mendukung
seseorang memiliki harga diri rendah.
D. PSIKOPATOLOGI/POHON MASALAH

E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada klien dengan isolasi sosial adalah sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan Medis (Dalami, dkk, 2009)
Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka
jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :
1) Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana arus
listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan
dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan
kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon
bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia
dalam otak.
Indikasi :
a) Depresi mayor
(1) Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada perhatian
lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat badan yang berlebihan
dan adanya ide bunuh diri yang menetap.
(2) Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan respon
membaik pada ECT.
(3) Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan antidepresan
atau klien tidak dapat menerima antidepresan.
b) Maniak
Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain atau terapi
lain berbahaya bagi klien.
c) Skizofrenia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi bermanfaat pada
skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.
2) Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa
aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati,
menerima klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur kepada klien.
3) Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang (Dalami, dkk.,
2009).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi Modalitas Keperawatan yang dilakukan adalah:
1) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
a) Pengertian
TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama (Keliat,
2004)
b) Tujuan
Membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah
perilaku yang destruktif dan maladaptif. (Keliat, 2004)
c) Terapi aktivitas kelompok yang digunakan untuk pasien dengan isolasi sosial
adalah TAK Sosialisasi dimana klien dibantu untuk melakukan sosialisasi
dengan individu yang ada di sekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan
secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa (Keliat, 2004).
c. Prinsip Perawatan Isolasi Sosial
1) Psikoterapeutik
a) Bina hubungan saling percaya :
(1) Buat kontrak dengan pasien memperkenalkan nama perawat pada waktu
interaksi dan tujuan.
(2) Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama klien, untuk
menunjukan penghargaan yang tulus.
(3) Jelaskan pada klien bahwa informasi tentang pribadi klien tidak akan
diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan.
b) Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka
(1) Bicarakan dengan pasien tentang sesuatu yang nyata dan pakai istilah
yang sederhana.
(2) Bersama klien menilai manfaat dari pembicaraan dengan perawat.
(3) Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, jelas dan teratur.
(4) Tunjukan sikap empati dan beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
c) Kenal dan dukung kelebihan klien
Tunjukkan dan cari penyelesaian masalah (koping) yang bisa digunakan klien,
cara menceritakan perasaannya kepada orang lain yang terdekat/dipercaya.
(1) Bahas dengan klien tentang koping yang konstruktif.
(2) Dukung koping klien yang konstruktif.
(3) Anjurkan klien untuk menggunakan koping yang konstruktif.
d) Bantu klien mengurangi ansietasnya ketika hubungan interpersonal
(1) Batasi jumlah orang yang berhubungan dengan klien pada awal terapi.
(2) Lakukan interaksi dengan klien sesering mungkin.
(3) Temani klien beberapa saat dengan duduk di sampingnya.
(4) Libatkan klien dalam berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
(5) Libatkan klien dalam aktifitas kelompok.
2) Pendidikan kesehatan
a) Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan klien selain kata-kata
seperti menulis, menangis, menggambar, berolahraga atau bermain musik.
b) Bicarakan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri.
c) Jelaskan dan anjurkan pada keluarga untuk tetap mengadakan hubungan
dengan klien.
d) Anjurkan kepada keluarga agar mengikutsertakan klien dalam kegiatan di
masyarakat.
3) Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
a) Bantu klien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat melaksanakan
secara mandiri.
b) Bimbing klien berpakaian yang rapi.
c) Batasi kesempatan untuk tidur, sediakan sarana informasi dan hiburan seperti
majalah, surat kabar, radio dan televisi.
d) Buat dan rencanakan jadwal kegiatan bersama-sama klien.
4) Lingkungan terapeutik
a) Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan klien maupun orang lain
di lingkungan.
b) Cegah agar klien tidak berada di dalam ruang sendiri dalam jangka waktu
yang lama.
c) Beri rangsangan sensorik seperti suara musik, gambar hiasan di ruangan
(Nursing Poltekes, 2012).
F. PENGKAJIAN FOKUS
Menurut Towsend.M.C dan Carpenito L.J Isolasi sosial: menarik diri sering
ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut: kurang spontan, apatis, ekspresi
wajah tidak berseri, tidak memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal kurang,
menyendiri, tidak peduli lingkungan, asupan makanan terganggu, retensi uriendan feses,
aktivitas menurun, posisi baring seperti feses, menolak berhubungan dengan orang lain.
1. Data Subyektif
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subyektif
adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak”, “iya”, “tidak
tahu”.
2. Data obyektif
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan:
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain (menyindir), klien tampak dari orang lain, misalnya
pada saat makan.
c. Komunikasi kurang/ tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/ perawat
d. Tidak ada kontk mata, klien lebih sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar/ tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap.
g. Tidak melakukan kegatan sehari-hari. Artinya perawatn diri dan kegiatan rumah
tangga sehari-hari tidak dilakukan.
h. Posisi janin pada saat tidur.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial
2. Kerusakan komunikasi verbal
3. Sindroma kurang perawatan diri
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1 : Isolasi sosial
Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
halusinasi
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
c) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
a) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
c) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
d) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
e) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
f) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
g) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
h) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
i) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4) Klien dapat melaksanakan hubungan sosial\
Tindakan:
a) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap :
 Klien – Perawat
 Klien – Perawat – Perawat lain
 Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
 Klien – Keluarga atau kelompok masyarakat
c) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
d) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
f) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang
lain
Tindakan:
a) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
b) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan
orang lain.
c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
6) Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
 Salam, perkenalan diri
 Jelaskan tujuan
 Buat kontrak
 Eksplorasi perasaan klien
b) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
 Perilaku menarik diri
 Penyebab perilaku menarik diri
 Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
 Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu
 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga
2. Diagnosa 2 : Kerusakan komunikasi verbal
Tujuan jangka pendek :
Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada 1 topik, menggunakan
ketepatan kata, melakukan kontak mata intermiten selama 5 menit dengan perawat
selama 1 minggu.
Tujuan jangka panjang :
Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan komunikasi verbal dengan
perawat dan sesama pasien dalam suatu lingkungan sosial dengan cara yang sesuai /
dapat diterima.
Kriteria hasil yang diharapkan :
a. Pasien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat dimengerti dan diterima
orang lain.
b. Pesan non verbal pasien sesuai dengan verbalnya.
c. Pasien dapat mengakui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainan komunikasi
verbal terjadi pada saat adanya peningkatan anxietas.
Intervensi Keperawatan :
a. Gunakan teknik validasi dan klarifikasi untuk mengerti pola komunikasi pasien..
Rasional : Teknik ini menyatakan kepada pasien bagaimana ia dimengerti oleh
orang lain, sedangkan tanggung jawab untuk mengerti ada pada perawat.
b. Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas
Rasional : Memudahkan rasa percaya dan kemampuan untuk mengerti tindakan
dan komunikasi pasien.
c. Jelaskan kepada pasien dengan cara yang tidak mengancam bagamana perilaku
dan pembicaraannya diterima dan mungkin juga dihindari oleh orang lain.
d. Jika pasien tidak mampu atau tidak ingin bicara (autisme), gunakan teknik
mengatakan secara tidak langsung.
Rasional : Hal ini menyampaikan rasa empati, mengembangkan rasa percaya dan
mendorong pasien mendiskusikan hal-hal yang menyakitkan dirinya.
e. Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola komunikasi yang
memuaskan kembali.
Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas keperawatan. 
3. Diagnosa 3 : Sindroma kurang perawatan diri
Tujuan jangka pendek :
Pasien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari
dalam 1 minggu.
Tujuan jangka panjang :
Pasien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan
mendemonstrasikan suatu keinginan untuk melakukannya.
Kriteria hasil yang diharapkan :
a. Pasien makan sendiri tanpa bantuan.
b. Pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian merawat dirinya tanpa bantuan.
c. Pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal dengan mandi setiap hari
dan melakukan prosedur defekasi dan berkemih tanpa bantuan.
Intervensi keperawatan :
a. Dukung pasien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai tingkat
kemampuan pasien.
Rasional : Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam melakukan aktifitas
akan meningkatkan harga diri.
b. Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien tidak dapat
melakukan beberapa kegiatan.
Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas dalam
keperawatan.
c. Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya mandiri.
Rasional : Penguatan positif akan meningkatkan harga diri dan mendukung
pengulangan perilaku yang diharapkan.
d. Perlihatkan secara konkret, bagaimana melakukakn kegiatan yang menurut pasien
sulit melakukannya.
Rasional : Penjelasan harus sesuai dengan tingkat pengertian yang nyata.
e. Buat catatan secara terinci tentang makanan dan cairan.
Rasional : Informasi yang penting untuk mendapatkan gambaran nutrisi yang
adekuat.
f. Berikan makanan kudapan dan cairan diantara waktu makan.
Rasional : Pasien mungkin tidak mampu mentoleransi makanan dalam jumlah
besar pada saat makan dan membutuhkan penambahan diluar waktu makan.
g. Jika pasien tidak makan karena curiga dan takut diracuni, berikan makanan
kaleng dan biarkan pasien sendiri yang membukanya, atau disajikan dalam
kekeluargaan.
Rasional : Pasien dapat melihat setiap orang makan dari hidangan yang sama.
Tetapkan jadwal defekasi dan berkemih, bantu pasien ke kamar mandi sesuai jadwal, sampai
pasien mampu melakukan tanpa bantuan orang lain.Dukung kemandirian pasien, tapi berikan
bantuan saat pasien  tidak mampu melakukan beberapa kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai