Anda di halaman 1dari 12

16

BAB II

GAMBARAN UMUM USAHA KERAJINAN PANDAI BESI “WAHYU”

1. Sejarah Singkat Usaha Kerajinan Pandai Besi “Wahyu”

Kerajinan pandai besi “Wahyu” merupakan salah satu home industry

atau industri rumah tangga. Wahyu adalah merupakan merek dagang atau

merek hasil produksi kerajinan pandai besi. Usaha ini berdiri sejak tahun

1995 yang didirikan oleh Bapak Bahran. Wahyu adalah nama anak pertama

H. Bahran, yang sekarang menjadi salah satu pekerja di bengkel ini. Bapak

Bahran sendiri sudah menjadi pengrajin pandai besi sejak masih remaja,

yakni ketika masih duduk di kelas III SMP. Pada awalnya pemilik bengkel

pandai besi ini bekerja pada pandai besi lain yang juga terdapat di Desa

Sungai Pinang. Setelah memiliki kemampuan dan modal yang cukup

kemudian beliau mendirikan bengkel besinya sendiri.

Pada awal operasinya home industry ini Bapak Bahran hanya

dibantu oleh seorang keponakannya dalam bekerja di bengkel kerjanya.

Pada saat itu beliau hanya mengerjakan pembuatan parang panjang

ukurang 60 cm dan 50 cm yang merupakan keahliannya. Pada tahun 1998

usaha home industry ini kemudian berkembang maju dan pesat. Dalam

sehari bengkel kerajinan pengolahan besi milik Bapak Bahran ini

memproduksi 30 buah parang/lading setiap hari. Ini merupakan produksi


17

tetap usaha yang diproduksi setiap hari. Selain itu, Bapak Bahran juga

menerima pembuatan pesanan barang lainnya, seperi pembuatan mandau

dan kapak. Untuk pengembangan dan kelancaran usahanya ini, Bapak

Bahran memperkerjakan 4 orang pekerja yang merupakan keponakan

beliau sendiri.

Meskipun industri rumah tangga dikategorikan sebagai industri

kecil, tetapi bagaimana pun juga dalam proses atau aktivitas sehari hari

industri ini melibatkan tenaga kerja yang berasal dari desa setempat.

Penyerapan tenaga kerja ini jelas menciptakan situasi yang positif, di mana

secara tidak langsung keberadaan industri ini telah membuka lapangan

kerja bagi masyarakat sekitar. Para remaja di desa ini sejak awal telah

menyadari arti ekonomis keahlian turun temurun ini. Tidak banyak di

antara mereka yang meneruskan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Di

kalangan orang tua, kesanggupan menyekolahkan anak juga terbatas.

Setelah itu lapangan kerja warisan nenek moyang dapat menyerap anak-

anak tersebut untuk bekerja, walaupun dengan mengalami pasang surut.

Bengkel kerja milik Bapak Bahran yang merupakan tempat aktivitas

pembuatan alat-alat besi dengan sistem tempa ini dilakukan di dua buah

bangunan kecil tanpa dinding dengan atap rumbia, berada samping rumah,

yang dalam istilah orang-orang Nagara disebut dengan “balai”. Kedua balai
18

milik Bapak bahran mempunyai peralatan dan fungsi yang sama,

berukuran empat kali empat meter.

Produk-produk yang dihasilkan beranekaragam, mulai dari alat-alat

yang digunakan untuk pertanian/pertukangan dan rumah tangga, seperti

parang, lading, kapak, dan juga produk kerajinan kainnya seperti mandau.

Produk-produk Pandai Besi “Wahyu” terkenal dengan kualitasnya, lebih

tajam dan lebih awet, sehingga banyak konsumen yang memilih untuk

membeli produk buatan pandai besi ini.

Hasil produksi Pandai Besi “Wahyu” dipasarkan di wilayah

Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, seperti Kapuas, Palangkaraya,

Sampit, dan Pangkalanpun. Bahkan kadang mereka mendapatkan pesanan

dari daerah Kalimantan Timur.

Hingga saat ini Pandai Besi “Wahyu” sudah berjalan hampir 24

tahun, Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan teknologi

yang semakin canggih, kejayaan dari usaha yang digeluti oleh pengrajin ini

perlahan-lahan mulai meredup. Produk yang mereka hasilkan kalah

bersaing, baik dari seegi kualitas maupun dari segi harga. Beberapa

hambatan yang didapat dalam mengembangkan usaha ini, baik dari segi

permodalan, teknologi yang digunakan, peningkatan keterampilan para

pengrajin dan lain-lain. Produksi yang mereka hasilkan merosot hampir 50

% dibanding masa-masa kejayaannya di masa lampau. Meskipun demikian


19

bengkel yang dipimpin oleh Bapak Bahran ini masih tetap bertahan. Ketiga

anak Bahran nya merupakan karyawan yang tetap setia menekuni usaha

ini.

2. Lokasi Usaha Pandai Besi “Wahyu”

Lokasi usaha pandai besi “Wahyu” yang dijadikan lokasi penelitian

adalah di Nagara, tepat di Desa Sungai Pinang Kecamatan Daha Selatan.

Nagara adalah sebuah daerah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan,

Kalimantan Selatan. Secara administratif daerah ini terdiri dari tiga

kecamatan, yaitu Kecamatan Daha Selatan, Kecamatan Daha Utara, dan

Kecamatan Daha Barat.

Secara geografis, daerah ini merupakan daerah rendah yang

terhampar pada saat musim kemarau, dan bagaikan danau raksasa apabila

musim hujan tiba karena digenangi air setinggi satu meter lebih. Luas

wilayahnya adalah 1260 KM2 atau kurang lebih 126.000 hektar. Dari Kota

Banjarmasin dapat ditempuh melalui perjalanan darat sekitar 4 jam.

Daerah ini juga dilintasi sungai bercabang tiga yang bertemu dua muara

dan satu ujungnya terletak di pusat kota Nagara. Karena daerahnya

kebanyak rawa-rawa dan sungai, maka masyarakat daerah ini

memanfaatkan potensi rawa dan sungai sebagai tempat untuk mencari


20

nafkah. Sebagian besar masyarakatnya kebanyakan nelayan, yaitu pencari

ikan dan bertambak ikan.

Selain itu, Nagara sebagai produsen peralatan dari bahan logam

sudah dikenal sejak ratusan silam. Tidak ada angka tahun pasti yang

menyebutkan kapan teknik pengolahan alat besi mulai dikenali di Nagara.

Menurut cerita, pengrajin logam Nagara mendapatkan ilmunya dari

pengrajin logam dari Cina yang didatangkan oleh Mpu Jatmika pada masa

kerajaan Dipa. Kerajaan Dipa pada saat itu memang berpusat di Nagara

Daha. Waktu itu pengrajin-pengrajin logam perunggu/kuningan dari Cina

membuat sepasang patung perunggu untuk diletakkan di dalam candi.

Dalam catatan perjalanan Boeke ke pedalaman Kalimantan tahun

1879 disebutkan bahwa Nagara adalah kota yang aktivitas penduduknya

sangat sibuk dengan kegiatan pembuatan alat-alat besi seperti pedang dan

klewang. Selain itu, Nagara juga dikenal sebagai produsen gerabah, batu

bara, dan perahu besar yang terbuat dari kayu besi atau ulin.

Dengan demikian sampai sekarang pengrajin Nagara secara turun

temurun merupakan generasi kedelapan setelah berlalu sekitar 400 tahun

sejak negara Dipa runtuh. Sampai sekarang aktivitas pembuatan alat-alat

logam seperti perhiasan, alat-alat rumah tangga dan peralatan kerja

lainnya, baik menggunakan teknik tempa maupun cor. Teknik tempa

terkonsentrasi di Desa Tumbukan Banyu dan Sungai Pinang Kecamatan


21

Daha Selatan, sedangkan teknik cor terkonsentrasi di Desa Penggadingan

Kecamatan Daha Utara.

3. Struktur Organisasi

Suatu perusahaan yang mempunyai struktur organisasi yang baik

akan sangat membantu proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian, struktur organisasi yang baik, maka tugas dan

wewenang dapat dilaksanakan dengan baik pula.

Setiap perusahaan baik yang berskala kecil, menengah maupun

besar hampir mempunyai struktur organisasi yang merupakan

pencerminan lalu lintas tanggung jawab di dalam perusahaan, baik secara

vertikal maupun horisontal, di mana semua kegiatan dan aspirasi

terangkum serta dapat diorganisir dan dikontrol dengan baik.

Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara

bagian, baik secara posisi maupun tugas yang ada pada perusahaan dalam

menjalin kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Secara sederhana

organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi dikelompokkan, dan

dikoordinasikan secara formal.

Oleh karena itu, dengan adanya struktur organisasi pada setiap

perusahaan akan mempermudah pimpinan untuk memberikan petunjuk,

arahan, maupun pendelegasian wewenang kepada bawahan dan tanggung


22

jawab masing-masing karyawan. Di samping memberi koordinasi seara

cepat, tepat, dan berdayaguna, sehingga mengevaluasi dan mengetahui

penyimpangan yang terjadi.

Demikian pula halnya dengan Usaha Pandai Besi “Wahyu” juga

mempunyai struktur organisasi meskipun tergolong sangat sederhana,

yaitu sebuah struktur yang bercirikan dengan kadar departementalisasi

yang rendah, rentang kendali yang luas, wewenang yang terpusat pada

seseorang saja, yaitu pemilik bengkel, dan sedikit formalisasi. Struktur

sederhana ini di mana manajer dan pemilik adalah orang yang sama.

Kekuatan dari struktur ini adalah kesederhanaannya yang tercermin dalam

kecepatan, kefleksibelan, ketidakmahalan dalam pengelolaaan, dan

kejelasan akuntabilitas, namun kelemahan utamanya adalah struktur ini

sulit dijalankan selain di organisasi kecil dan tidak memadai tatkala

perusahaan berkembang.

Struktur organisasi Kerajinan Pandai Besi “Wahyu” dengan seorang

pemilik sekaligus sebagai pimpinan dan 3 orang karyawan. Untuk

memberikan gambaran yang jelas mengenai bentuk struktur organisasi ini

dapat dilihat pada bagan berikut:


23

Bagan 2.1

Pemilik/
Pemimpin
Perusahaan
Manajer
H. Bahran

Wahyu M. Khalik Hamdan

Bag. Administri Bagian Logistik Bag.


& Keuangan Pengolahan &
Pemasaran
Bag. Penempa Bag. Penempa
Bag. Finising

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dengan memperhatikan bagan struktur organisasi Kerajinan Pandai

Besi “Wahyu” mempunyai wewenang dan perincian tugas tersendiri,

terdiri dari:

1) Pemilik Usaha/Pemimpin Usaha

a. Pemegang kekuasaan tertinggi usaha kerajinan Pandai Besi

“Wahyu”

b. Memimpin perusahaan, mengkoordinasi kegiatan, dan usaha

c. Merencanakan dan melaksanakan pengawasan

d. Bertanggungjawab terhadap semua kegiatan usaha


24

2) Bagian Administrasi Adminstrasi dan Keuangan

a. Bertanggungjawab di bidang administrasi

b. Bertanggungjawab di bidang keuangan

c. Melakukan penempaan

3) Bagian Logistik

a. Menyiapkan bahan baku produksi

b. Menghidupkan api tungku (parapen)

c. Menyiapkan alat kelengkapan produksi

d. Melakukan penempaan

4) Bagian Pengolahan dan Pemasaran

a. Tukang potong bahan, gerinda, ampelas, dan tukang poles

b. Melakukan finishing.

c. Melakukan kontrol kualitas hasil produksi dan melakukan

packing siap jual

4. Data Produksi

a. Kegiatan Produksi dan Hasil

Pandai Besi “Wahyu” merupakan kegiatan usaha kerajinan yang

dilakukan di bengkel (balai) pandai besi dengan mengolah logam

menjadi peralatan besi untuk pertanian/rumah tangga. Secara

spesifik bengkel pandai besi memang hanya mengkhususkan

membuat parang, terdiri dari parang panjang berukuran 60 cm dan


25

parang biasa berukuran 40 cm, juga pembuatan lading (pisau dapur).

Selain itu, bengkel kerja ini juga menerima pesanan berupa kapak,

mandau dan besi pengait buah kelapa.

b. Proses Produksi

Aktivitas pembuatan alat-alat besi dengan sistem tempa dilakukan di

bengkel atau yang disebut dengan balai. Teknik tempa merupakan

teknik pembuatan alat logam dengan menggunakan alat dasar

pemukul besar sebagai penempa dan bara api untuk memanaskan

logam yang akan ditempa tanpa proses peleburan. Dalam proses

pembuatan alat-alat logam tradisional alat yang digunakan adalah

pompa udara atau puputan (bubutan), tetapi saat ini juga digunakan

blower, kemudian ada perapian, landasan berbagai jenis palu, tang,

penjepit besi, besi untuk pembengkok, pahat besi, tempat

penyepuhan, tangguk untuk mengayak parak, sekop, sendok tanah

(pengarik arang), dan besi logo/cap.

Ada beberapa tahap dalam pembuatan alat-alat besi dengan sistem

tempa, yaitu: tahap pertama, besi dipotong-potong sesuai dengan

ukuran dengan ditimbang, kemudian tahap pembentukan alat, di

mana besi yang telah dipotong dibakar dalam tungku api, yang

disebut dengan perapen, diambil dengan sasapit kemudian ditempa di

atas landasan besi menggunakan palu besar. Yang terakhir adalah


26

tahap finishing, yaitu pemberian cap, digerinda dan disepuh. Bengkel

ini mempunyai cara tersendiri untuk membuat alat besi terutama

kapak dan parang, supaya awet, yaitu pembakaran jangan sampai

merah, kemudian ditempa supaya pori-pori besi lebih rapat/tidak

membengkak (memuai).

c. Sistem Kerja

Usaha Kerajinan Pandai Besi “Wahyu” mempunyai enam hari kerja

dalam seminggu, dimulai sejak pukul 08.30 wita sampai dengan

pukul 16.00. Waktu libur adalah pada hari Jum’at, bukan hari Minggu.

Hari Jum’at dipilih sebagai hari libur karena sudah menjadi kebiasaan

masyarakat di Nagara yang menjadikan hari Jum’at sebagai hari libur

bekerja karena meruapakan hari ibadah salat Jum’at. Hari Jum’at juga

merupakan hari pasar, sehingga pada hari itu juga digunakan oleh

pemilik bengkel untuk memasarkan hasil kerajinan mereka di pasar

Jum’at.

d. Sistem Penggajian

Untuk mengetahui sistem upah yang ada pada usaha Kerajinan

Pandai Besi “Wahyu”, maka terlebih dahulu dijelaskan apa yang

dimaksud dengan gaji/upah tersebut.

Dari hasil wawancara penulis dengan pemilik dan karyawan bengkel,

didapat penjelasan bahwa sistem pembayaran gaji yang berlaku


27

adalah selama satu bulan. Meskipun mereka tidak mengungkapkan

jelas jumlah gaji yang diperoleh setiap bulannya, namun mereka

mengakui bahwa gaji atau penghasilan yang diterima masing-masing

karyawan di atas rata-rata 1.620.000 rupiah, standar gaji/upah

minimum regional (UMR) Provinsi Kalimantan Selatan.

Anda mungkin juga menyukai