Anda di halaman 1dari 75

METODE PEKERJAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

DAN JARINGAN CABLE BASED TSUNAMETER (CBT) LABUAN


BAJO DAN ROKATENDA
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

HALAMAN JUDUL

PROPOSAL

METODE PEKERJAAN PEMBANGUNAN


INFRASTRUKTUR DAN JARINGAN CABLE
BASED TSUNAMETER (CBT) LABUAN BAJO
DAN ROKATENDA

ii
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................................ii


1. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
2. TAHAP PEKERJAAN PENGGELARAN ................................................................ 2
2.1 Manajemen Penggelaran (Perizinan, Mobilisasi Personil dan Peralatan) ............... 3
2.2 Survey lokasi BMH, landing point, serta jalur kabel. ............................................. 4
2.3 Perencanaan rute dan panjang kabel ...................................................................... 5
2.4 Penentuan koordinat lokasi BMH, landing point, serta jalur kabel ........................ 7
2.5 Sosialisasi Kegiatan................................................................................................. 7
2.6 Pre-Lay Grapnel Run (PLGR)................................................................................. 7
2.7 Rapat Koordinasi Sebelum Penggelaran ............................................................... 10
2.8 Penggelaran Kabel................................................................................................. 11
2.9 Cable Pulling (Penarikan Kabel) ........................................................................... 14
2.9.1 Persiapan Peralatan ............................................................................................... 14
2.9.2 Prosedur Penarikan Kabel ..................................................................................... 14
2.10 Terminasi Kabel ke Dalam Cable Anchor dan BMH ........................................... 14
2.11 Proteksi Kabel ....................................................................................................... 15
2.11.1 Burial Darat ........................................................................................................... 15
2.11.2 Burial Laut............................................................................................................. 16
2.11.3 Depth of Burial ...................................................................................................... 17
2.11.4 Articulated Pipe ..................................................................................................... 18
2.11.5 Pemasangan Cement Bag (Optional) .................................................................... 18
2.12 Pengetesan Kabel .................................................................................................. 19
3. PENGUATAN KABEL OPTIK EKSISTING ......................................................... 20
3.1 Kabel Single Armour (SA) .................................................................................... 20
3.2 Penguatan Kabel Double Armour (DA) ................................................................ 20
3.3 Frame Canister ...................................................................................................... 20
4 PEMBANGUNAN LANDING STATION / POWER HOUSE .............................. 22
4.1 Prosedur Pembangunan Power House ............................................................... 22
4.2 PENGERTIAN PLTS .......................................................................................... 29

iii
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

4.3 KOMPONEN PLTS OFF GRID ........................................................................ 29


4.4 KONFIGURASI PLTS OFF GRID.................................................................... 35
4.5 Perbedaan DC Coupling dan AC Coupling: ......................................................... 36
4.6 PENGOPERASIAN PLTS ................................................................................. 37
4.7 Pengoperasian ...................................................................................................... 41
4.8 PEMELIHARAAN SISTEM PLTS ................................................................... 48

iv
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

1. PENDAHULUAN

PT. Delta Anugerah Bahari Nusantara, untuk selanjutnya disebut DABN, telah diminta untuk
menyiapkan dan menyampaikan proposal mengenai pembangunan sistem peringatan dini
tsunami berupa Cable Based Tsunameter (CBT) di Labuan Bajo dan Rokatenda. Cakupan
pekerjaan (Scope of Work) pada proyek Pembangunan Infrastruktur dan Jaringan Cable
Based Tsunameter (CBT) Labuan Bajo dan Rokatenda ini, untuk selanjutnya disebut dengan
proyek yang mencakup pemasangan kabel laut optik sepanjang 56,434 km untuk segmen
Labuan Bajo – OBU dan 15,356 km untuk segmen Rokatenda – OBU.

DABN dengan ini menyampaikan Proposal Teknis yang secara garis besarnya adalah
memberi penjelasan mengenai cakupan pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam proyek
pemasangan kabel laut optik dimaksud.

Gambar 1. Peta Rute Cable Based Tsunameter (CBT) Labuan Bajo

1
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Gambar 2. Peta Rute Cable Based Tsunameter (CBT) Rokatenda

2. TAHAP PEKERJAAN PENGGELARAN


Method Of Procedure (MOP) untuk pekerjaan Pembangunan Infrastruktur dan Jaringan
Cable Based Tsunameter (CBT) Labuan Bajo dan Rokatenda terdiri dari beberapa tahapan
yaitu:
a. Manajemen Penggelaran (Perizinan, Mobilisasi Personil dan Peralatan)
b. Survey lokasi BMH, landing point, serta jalur kabel
c. Perencanaan rute dan panjang kabel
d. Penentuan koordinat lokasi BMH, landing point, serta jalur kabel
e. Sosialisasi kegiatan
f. Pre-Lay Grapnel Run (PLGR)
g. Rapat Koordinasi Sebelum Penggelaran
h. Penggelaran Kabel
i. Cable Pulling
j. Terminasi Kabel
k. Proteksi Kabel
- Burial Darat
- Burial Laut

2
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

- Depth of Burial
- Articulated Pipe
- Pemasangan Cement Bag (Optional)

2.1 Manajemen Penggelaran (Perizinan, Mobilisasi Personil dan Peralatan)


Kegiatan awal di lapangan meliputi persiapan, pembersihan lokasi kerja, dan mobilisasi
semua peralatan kerja (termasuk alat selam, perkakas, dan peralatan lainnya) ke lokasi.
Selanjutnya adalah menemui instansi–instansi lokal (pemerintah, kombuahas,kepolisian
setempat) untuk melakukan perizinan ke instansi–instansi tersebut. Berikut dibawah
pengurusan perizinan – perizinan yang berkaitan dengan instansi terkait :

a. Surat Perizinan Kerja Bawah Air (SPKBA) atau izin penggelaran untuk Marine survey
dari Dirjen Perhubungan Laut.
b. Security Clearance (SC) yaitu dokumen persetujuan yang diterbitkan oleh Menteri
Pertahanan dalam bidang pengamanan survei dan pemetaan yang menjadi landasan
suatu kegiatan survei dan pemetaan yang dilaksanakan oleh pemohon.
c. Permohonan Security Officer (SO) adalah personel TNI/PNS Kementerian Pertahanan
yang memenuhi syarat untuk melakukan pengawasan dan pengamanan pelaksanaan
kegiatan agar sesuai dengan kegiatan yang tertera dalam SC.
d. Permohonan Technical Officer (TO) adalah personel TNI/PNS Pushidrosal yang
memenuhi syarat untuk melakukan pengawasan dan pengamanan pelaksanaan
kegiatan agar sesuai dengan kegiatan yang tertera dalam SC.
e. Permohonan penerbitan Berita Pelaut Indonesia (BPI) dari Pushidrosal.
f. Perizinan Lokal (IMB, pelabuhan, crossing jalan aspal, dll).
g. Mengurus sertifikat laik operasi (SLO) tegangan rendah (TR) dari lembaga inspeksi
yang terdaftar di Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan - Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, sebagai pengakuan secara profesional, formal dan legal untuk
suatu instalasi ketenagalistrikan terhadap persyaratan teknis, kontrak dan operasi
sebelum dioperasikan.
h. Perizinan lainnya termasuk perizinan lokal yang dibutuhkan demi kelancaran proyek.

3
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

2.2 Survey lokasi BMH, landing point, serta jalur kabel.


Survei lokasi diperlukan untuk mengetahui kondisi lapangan untuk merencanakan
pekerjaan di suatu lokasi. Survei yang dilakukan meliputi marine survey, posisi titik
pendaratan, kondisi daerah yang dilalui jalur kabel, dan komunitas sosial & budaya.

Gambar 3. Survey lokasi BMH, landing point, serta jalur kabel

Kegiatan awal di lapangan meliputi persiapan, pembersihan lokasi kerja, dan mobilisasi
semua peralatan kerja (termasuk alat selam, perkakas, dan peralatan lainnya) kelokasi.
Selanjutnya adalah menemui instansi–instansi lokal (pemerintah, kombuahas,kepolisian
setempat) untuk melakukan perizinan ke instansi–instansi tersebut. yang sudah
ditentukan, mulai dari BMH/HH sampai batas penanaman kabel terakhir. Inspeksi rute
kabel meliputi:

a. Melakukan kegiatan verifikasi lapangan yang dilakukan oleh pihak owner,


kontraktor, dan instansi lokal yang terkait.
b. Melakukan survey rute kabel.
c. Membersihkan area dari kotoran dan penghalang yang dapat menganggu kegiatan
penggelaran.
d. Menentukan rute kabel yang paling baik untuk penggelaran dan menandai rute tersebut
dengan label Kilometer Point (KP).
e. Menetapkan posisi kabel dengan menggunakan GPS
f. Video setiap KP yang menunjukkan kedalaman air.

4
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

2.3 Perencanaan rute dan panjang kabel


Rencana panjang rute penggelaran kabel CBT Labuan Bajo - Rokatenda berdasarkan
survey menggunakan software Garmin HomePort & Google Earth adalah 56,434 km
untuk segmen Labuan Bajo dan 15,356 km untuk segmen Rokatenda, dengan rincian
segmen sebagai berikut:

a. Segmen Labuan Bajo – OBU


- BMH Labuan Bajo – OBU 1 = 31,883 km
- OBU 1 – OBU 2 = 24,551 km

b. Segmen Rokatenda – OBU


- BMH Rokatenda – OBU 1 = 11,548 km
- OBU 1 – OBU 2 = 3,808 km

Pada rute terdapat 2 OBU untuk area Labuan Bajo dan 2 OBU untuk area Rokatenda.
Perangkat sensor bawah laut ocean bottom unit (OBU) sebagaimana ilustrasi berikut.

5
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Gambar 4. Peta Rute Cable Based Tsunameter (CBT) Labuan Bajo

Gambar 5. Peta Rute Cable Based Tsunameter (CBT) Rokatenda

6
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

2.4 Penentuan koordinat lokasi BMH, landing point, serta jalur kabel
Berikut adalah titik koordinat lokasi BMH, landing point, serta jalur kabel dari Cable
Based Tsunameter (CBT) Labuan Bajo - Rokatenda.

Tabel 1. Titik Koordinat


Titik Koordinat (Long, Lat) Keterangan
8° 27.226'S, 119° 57.236'E BMH Labuan Bajo
8° 27.226'S, 119° 57.236'E LP Labuan Bajo
8° 11.138'S, 119° 55.301'E OBU - 1
7° 58.365'S, 119° 56.259'E OBU- 2
8° 30.170'S, 121° 42.740'E BMH Rokatenda
8° 30.104'S, 121° 42.714'E LP Rokatenda
8° 24.504'S, 121° 41.983'E OBU - 1
8° 22.556'S, 121° 41.984'E OBU - 2

2.5 Sosialisasi Kegiatan


Kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan pengenalan sekaligus pencerahan kepada
masyarakat desa didaerah penggelaran di Labuan Bajo dan Rokatenda mengenai kegiatan
proyek mengenai pembangunan sistem peringatan dini tsunami berupa Cable Based
Tsunameter (CBT) di Labuan Bajo dan Rokatenda yang akan dilaksanakan. Tujuan
diadakannya kegiatan ini adalah supaya masyarakat di desa area penggelaran mengetahui
dan mendukung adanya kegiatan proyek tersebut.

2.6 Pre-Lay Grapnel Run (PLGR)


Grappling di perairan dangkal atau dalam sangat mirip, grappling plan akan
mempertimbangkan kedalaman air, kondisi dasar, jenis rig dan jenis grapnel yang tersedia.
Rencana grappling yang terperinci harus disiapkan sebelum menjalankan grapnel yang
dijalankan di air dangkal. Riwayat pekerjaan sebelumnya untuk area tersebut harus dibaca.
Rencana umum pekerjaan ditunjukkan di bawah ini.

7
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Arah penggerak harus sedekat mungkin dari garis tegak lurus kabel / tali pembumian
untuk dipulihkan dan setidaknya 1,5x kedalaman air dari ujung yang dipotong / ujung tali
arde. Selama grapnel dijalankan, pertimbangan harus diberikan pada kondisi angin dan
saat ini, dan prakiraan cuaca. Jika memungkinkan, perjalanan harus dilakukan dengan arah
menanjak di dasar laut, dari perairan dalam ke perairan dangkal. Ini terutama penting jika
lerengnya curam. Grapnel harus berada di dasar laut minimal satu layback grapnel dari
posisi kabel / tali teoritis. Mengenai setiap situasi dan kepercayaan yang diberikan pada
posisi kabel / tali, jarak ini dapat disesuaikan. Hal ini memungkinkan kapal untuk
ditempatkan pada arah yang benar dan kecepatan disesuaikan dan menetap pada kecepatan
sekitar 1,25 km / jam.
Berikut metode pemasangan Grapnel dan Pengait kabel :
1. Di dek belakang, pasang grapnel, rantai grappling, dan minimal 4 putaran tali grappling
pada cable drum.
2. Dengan kapal berhenti di posisi penggelaran grapnel, grapnel mulai dilakukan menuju
arah laut, dan dilanjutkan pay out the grappling rope sampai jarak di atas dasar laut
sekitar 10% dari kedalaman air (tetapi tidak lebih pendek dari 15 hingga 20 meter)
tercapai.
• Sebelum setiap gelung tali di paid out, ujung bawah disambungkan ke ujung tali
dari gulungan berikutnya, di depan drum, pay out terus menerus dapat
dipertahankan.

8
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

• Fitting harus diawasi dengan hati-hati saat melewati drum dan bermanuver, jika
perlu, untuk memastikan bahwa mereka tidak menyebabkan riding turn.
• Bobot roda gigi diamati selama pay down untuk memastikan pembacaan yang jelas
dari grapnel touchdown di dasar laut.
3. Ketika grapnel mendekati ketinggian di atas dasar sekitar 10% dari kedalaman air
(tetapi tidak lebih pendek dari 15 hingga 20 meter dan tidak lebih dari 100m) kapal
digerakkan ke depan dengan kecepatan yang lebih besar dari kecepatan pay out dari
tali grapnel untuk memastikan bahwa garis grapnel akan dipasang dengan benar.
4. Setelah grapnel berada di dasar laut dan diletakkan dengan benar, kecepatan
pembayaran ditingkatkan tanpa melebihi kecepatan kapal.
5. Untuk memasang catenary grapnel, mesin kabel akan terus membayar tali grapnel saat
kapal bergerak maju sampai tali grapnel yang cukup panjang dipasang. Catenary
grapnel mulai terbentuk.
6. Setelah garis grapnel dipasang, mode tegangan render disetel ke tingkat yang memadai
untuk memastikan tegangan yang berlebihan tidak diterapkan pada tali dan rigging dan
penggerak dimulai.
7. Pastikan semua sambungan di tali jauh dari drum, dek belakang, dan berkas gandum.
Jika perlu dimungkinkan untuk menyesuaikan panjang tali.
8. Pastikan kapal terus bergerak maju ke kecepatan grappling yang memadai.
9. Ketegangan harus dipantau. Segera setelah grapnel bergerak, tegangan akan meningkat.
10. Ketegangan harus dipantau terutama saat kapal mendekati posisi pengait kabel.
• Grappling Tension di air dangkal sangat bergantung pada sifat dasar.
• Pada dasar yang keras dan halus tegangannya rendah dan stabil saat grapnel
bergerak dengan mudah di atas tanah.
• Di tanah liat, lumpur berat atau pasir, tegangan yang lebih tinggi dialami saat
grapnel menggali.
• Di dasar yang berbatu, ketegangan tidak menentu saat grapnel mengait dan
melepaskan diri dari bebatuan.
11. Saat kabel / ground rope / puing-puing dikaitkan, akan ada peningkatan tegangan
secara bertahap yang terlihat karena kelonggaran ditarik keluar dari kabel / ground
rope.

9
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

• Jika ada batu atau halangan terkait, peningkatan tegangan akan tajam dan tiba-tiba.
Offshore Installation Manager, Insinyur Peralatan, dan kru teknis harus siap
menghadapi hal ini.
• Dengan LW, kabel lapis baja yang lebih ringan atau jika kabel putus, kenaikan
tegangan ini tidak terlalu terlihat. Dalam hal ini, perhatian yang cermat harus
diberikan pada jarak layback dan navigasi.
12. Saat kabel / ground rope / puing-puing dikaitkan, kapal dihentikan sambil
mempertahankan timah.

2.7 Rapat Koordinasi Sebelum Penggelaran


Rapat diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam penggelaran kabel (Personil
Penggelaran Kabel. Beach Master / Perwakilan Tim Shore End, or Perwakilan Klien).
Pada rapat ini, semua prosedur akan ditinjau. Jika ada pertanyaan terkait peralatan,
material, personil, dan prosedur, maka akan didiskusikan demi kelancaran proses
penggelaran kabel. Hal – hal yang akan dibahas dalam rapat ini adalah: Wire Rope
Configuration, Configuration cable float marking, shore end sequence of event, finalizing
the shore end distance, protocol of communication, diving plan and determining diver safe
working zone around vessel, supporting boat and excavator, or any operation support
requirement, weather and tide forecast, cable testing time requirement, and contingency
operation.

10
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

2.8 Penggelaran Kabel


- Penggelaran pada Rokatenda dan Labuan Bajo dilakukan oleh Pacific Guardian dan
dibantu oleh AHTS DP2 Surf Mandiri.

AHTS DP2

- Pengambilan kabel dilakuan oleh AHTS di KBS CCSI (Cilegon). AHTS lalu berlayar
menuju Rokatenda.
- Pacific Guardian standby di perairan Rokatenda menunggu kedatangan AHTS untuk
melakukan Ship to Ship (STS) kabel yang akan digelar.

- AHTS tiba di perairan Rokatenda. Kabel yang dibawa oleh AHTS ditransfer (Ship to
Ship) keatas Pacific Guardian. Ship to ship dilakukan dengan metode sebagai berikut :
a. AHTS dan Pacific Guardian lego jangkar di lokasi yang sudah ditentukan
b. Total panjang kabel adalah 84.518 m dengan rincian kabel DA Rokatenda 599
m, kabel SA Rokatenda 14.732 m, kabel DA Labuan Bajo 14.244 m, kabel SA
Labuan Bajo 42.943 m, dan kabel spare 12.000 m
c. Kabel dipindahkan dari cable tank AHTS ke cable tank Pacific Guardian dengan
menggunakan Cable Engine, A Frame, dan Roller
d. Posisi kabel diatur seperti gambar di bawah

11
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

AHTS Pacific Guardian

SA Rokatenda
SA Spare 12.000
14.732 m
m
DA L. Bajo 14.244 DA Rokatenda 599
m m Cable Tank
SA L. Bajo
1
42.943 m
DA Rokatenda 599
m SA L. Bajo
SA Rokatenda 42.943 m
14.732 m DA L. Bajo 14.244
m
Cable Tank 2

SA Spare 12.000
m
Cable Tank 3

- Penggelaran dimulai dari Rokatenda yang dilakukan oleh Pacific Guardian dan dibantu
oleh AHTS.
- Pacific Guardian mulai bergerak menuju koordinat canister dan mulai menurunkan alat
sensor sampai kedalaman 800 meter (tanda lakban merah). Setelah sampai di titik
koordinat yang ditentukan, Cannister diturunkan hingga mencapai seabed.

12
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

- Saat Cannister telah turun pada koordinat yang telah ditentukan, proses penggelaran
kabel dilanjutkan secara perlahan menuju landing poin di daratan Labuan Bajo dengan
speed yang sinkron antara kapal penggelar dan cable engine.
- Saat kedalaman 15 meter, kapal penggelar manuver untuk menggelar sisa kabel sejajar
pantai sampai seluruh kabel tergelar habis.
- Penarikan kabel dari kapal penggelar menuju ke Landing Point dilakukan dengan
menggunakan metode Direct Shore End pada Labuan Bajo dan Rokatenda.

- Ujung kabel disambung dengan tali tross untuk kemudian diserahkan kepada tim darat
yang ada di boat kecil

- Penarikan kabel dilakukan dari batas maksimum kapal penggelar mendekati LP menuju
ke arah laut.
- Selesai penggelaran di Rokatenda, Pacific Guardian bergeser menuju Labuan Bajo untuk
melakukan penggelaran. Metode penggelaran dan Shore End yang sama dilakukan di
Labuan Bajo.
- Selama penggelaran kabel, IR test rutin dilakukan setiap 5 km (disesuaikan dengan
proyek) selama penggelaran dan OTDR dipantau terus selama penggelaran.

13
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

2.9 Cable Pulling (Penarikan Kabel)


2.9.1 Persiapan Peralatan
Berikut merupakan tahapan persiapan sebelum penarikan kabel :
- Menentukan Posisi Quadrant, Excavator (optional), Load Cell, dll.
- Clearence area landing dari kapal nelayan atau sampah yang bisa membuat
terhalangnya kegiatan landing.
- Melakukan Postlay Survey / cek rute kabel sampai batas posisi vessel.
- Mencari posisi kabel stopper atau memasang DMA.
- Memposisikan Quadrant diposisinya dengan mengkaitkannya dengan stopper,
kemudian ditest beban maksimal tarikannya.
2.9.2 Prosedur Penarikan Kabel
Setelah penggelaran kabel selesai, kapal penggelar merapat hingga batas maksimum
mendekati Landing Point untuk kemudian kabel dapat ditarik dengan menggunakan
perahu ke Landing Point. Saat proses penarikan, kabel diberi buoy sebagai penanda.
Setelah itu kabel ditarik dengan manpower atau excavator dari LP menuju BMH.

Gambar 6. Cable Pulling

2.10 Terminasi Kabel ke Dalam Cable Anchor dan BMH


Spare kabel di landing point sesuai yang telah direncanakan langsung dimasukkan ke
dalam Cable Anchor untuk kemudian masuk ke BMH. Setelah kabel spare berada di dalam
BMH kabel armor dikupas kemudian dilakukan jointing (Joint Closure).

14
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Gambar 7. Terminasi Kabel di Dalam BMH

2.11 Proteksi Kabel


Untuk tahap pemasangan perlindungan kabel terdapat 4 sub pekerjaan utama yaitu:
a. Burial Darat
b. Burial Laut
c. Depth of Burial
d. Articulated Pipe
e. Pemasangan Cement Bag – Optional

2.11.1 Burial Darat


Burial dilakukan setelah pemasangan proteksi selesai. Burial darat akan dilakukan
menggunkan excavator atau manpower yang disesuaikan dengan keadaan lapang.
Burial darat menggunakan excavator akan dilakukan sedalam 2 meter sampai
dilingkup kedalaman air (Water Depth) mencapai 3 meter. Sedangkan untuk burial
darat menggunakan man power dilakukan sedalam 2 meter sampai ke Landing Point
(LP. Setelah dilakukan burial darat maka akan dilakukan leveling atau pengukuran
kedalaman burial (DOB) yang telah dilakukan sebelumnya.

SOW Burial (Penanaman kabel):


WD 0-3m : 2m
WD 3-10m : 2m
WD 10-15m : 1m
WD 15-28m : 0.5m

15
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Gambar 8. Burial Darat

2.11.2 Burial Laut

Burial laut pada pekerjaan Pembangunan Infrastruktur dan Jaringan Cable Based
Tsunameter (CBT) Labuan Bajo dan Rokatenda perlu dilakukan menggunakan metode
jetting manual / water jet. Kabel yang telah digelar ditembak menggunakan pompa
bertekanan sehingga seabed lumpur/pasir dibawahnya tertiup dan kabel dapat turun
lebih dalam ke dasar seabed. Metode jetting manual dilakukan menggunakan General
WP 20 Pompa Air Alkon [2 Inch]. General WP 20 Pompa Air Alkon [2 Inch]
merupakan mesin pompa air portable yang dapat digunakan untuk irigasi, pemadam
kebakaran, penguras air kolam renang, kolam ikan, dan lain-lain. Mesin pompa air ini
menggunakan mesin ekonomis yang handal dan teruji kualitasnya. Sawakami WP-20
memiliki daya hisap kuat dan tahan lama.

Gambar 9. Water Jet (Alkon)

16
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Spesifikasi Water Jet (Alkon)

Pekerjaan burial juga direncanakan untuk menggunakan kapal kabel setelah pekerjaan
Shore End selesai. Kapal kabel instalasi akan memenuhi persyaratan purchaser, yang
biasanya dapat menyimpan pabrik submersible dengan aman untuk meletakkan dan
mengubur kabel sesuai kedalaman yang telah ditentukan sebelumnya. Perlu
diperhatikan bahwa pengaturan kapal yang sebenarnya bergantung pada ketersediaan
kapal pada saat itu pelaksanaan proyek.

Kapal instalasi kabel dirancang untuk menyimpan submersible plant di tempat yang
kondisi baik. Kabel digulung secara horizontal di tangki kabel. Submersible housings
ditumpuk dalam kondisi yang sesuai di atas kapal. Tiang kabel harus benar disusun
antara repeater stack dan cable tank melalui ceruk kabel dari slot tangki.

Kabel dipasang ke arah cable engine tanpa bending yang berlebihan dan dengan halus
permukaan akhir untuk mencegah lecet pada kabel.

2.11.3 Depth of Burial

Tahapan sebelum penanaman adalah pengukuran kedalaman burial / Depth Of Burial


(DOB) Inspection yakni mengukur kedalaman hasil galian kabel dengan menggunakan
penggaris di tiap jarak 25 meter. Pengukuran dilakukan dengan meletakkan ujung
penggaris ke dasar galian dan diukur hingga batas permukaan tanah dan disertai dengan
dokumentasi berupa foto dan video. Lebar dari galian juga diukur dengan mengukur
jarak antar sisi di permukaan tanah (Gambar 13). Hasil pengukuran tersebut harus
sesuai dengan ketentuan kedalaman burial yang telah ditentukan.

17
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Gambar 10. Pengukuran DOB

2.11.4 Articulated Pipe


Proteksi kabel menggunakan Articulated Pipe (AP). Untuk pemasangan Articulated
Pipe pada kabel yang harus dilakukan adalah pengerukan dibawah kabel untuk
membuat rongga yang akan dipasang Articulated Pipe.

Gambar 11. Pemasangan Articulated Pipe

2.11.5 Pemasangan Cement Bag (Optional)

Pemasangan proteksi cement bag merupakan pekerjaan optional atau menyesuaikan


keadaan lapang, jika perlu dilakukan pemasangan proteksi cement bag maka akan
dilakukan pemasangan cement bag setelah pemasangan Articulate Pipe (AP) selesai
dilakukan. Pemasangan cement bag dilakukan mulai dari bibir pantai sampai batas air
surut terendah. Setelah pemasangan articulate pipe (AP) dan cement bag telah selesai,
makan akan dilakukan burial darat dan burial inshore untuk menanam kabel.

Setelah pemasangan AP akan dilakukan perlindungan tambahan dengan menggunakan


semen bag yang diletakkan diatas kabel. Perlindungan kabel dengan menggunakan
Cement Bag dilakukan di daerah jalur kabel yang tidak bisa di burial.
18
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Gambar 12. Pemasangan Cement Bag

2.12 Pengetesan Kabel

Dalam pengerjaan Pembangunan Infrastruktur dan Jaringan Cable Based Tsunameter


(CBT) Labuan Bajo dan Rokatenda akan dilakukan beberapa kali pengetesan kabel.
Pengetesan yang akan dilakukan adalah OTDR dan IR Test. Hal ini bertujuan untuk
memastikan bahwa kabel yang di gelar tidak mengalami kerusakan pada jaringan.
Pengetesan dilakukan ketika proses Loading Cable, Cable Laying dan Cable Pulling.

• Pengetesan Cable Loading : Test kabel dilakukan sebelum dan sesudah kabel dimuat
ke atas kapal penggelar.
• Pengetesan Cable Laying: OTDR Test kabel dilakukan continue dan IR test dilakukan
setiap 5 km kabel tergelar (disesuaikan dengan lokasi proyek).
• Pengetesan Cable Pulling: Test kabel dilakukan setelah kabel selesai dilakukan
penarikan.

Gambar 13. Pengetesan Kabel

19
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

3. PENGUATAN KABEL OPTIK EKSISTING


Penyedia memberikan layanan penguatan kabel dari kabel LW menjadi SA dan kabel SA
menjadi DA.

3.1 Kabel Single Armour (SA)


Kabel Single Armor (SA) dibuat dari kabel Lightweight (LW) dengan pelindung
menggunakan Galvanized Steel Wire Armour 18 x ⌀ 3.0 mm. Celah antar lapisan kabel
dilindungi dengan diisikan menggunakan bitumen. Lapisan terluar menggunakan
Polypropylene (PP) berwarna hitam-kuning sebagai sacrificial protection terhadap
Wire Armour dibawahnya.

3.2 Penguatan Kabel Double Armour (DA)


Kabel Double Armor (DA) dibuat dari kabel Lightweight (LW) dengan pelindung
menggunakan Galvanized Steel Wire Armour 18 x ⌀ 3.0 mm yang kemudian dilapisi kembali
menggunakan Galvanized Steel Wire Armour 24 x ⌀ 3.0 mm Celah antar lapisan kabel
dilindungi dengan diisikan menggunakan bitumen. Lapisan terluar menggunakan
Polypropylene (PP) berwarna hitam-kuning sebagai sacrificial protection terhadap Wire
Armour dibawahnya.

3.3 Frame Canister


Desain awal frame canister digunakan sebagai acuan dalam melakukan pembuatan
desain akhir yang akan digunakan saat penggelaran. Desain akhir yang digunakan akan
menyesuaikan kebutuhan teknis penggelaran dengan tetap memperhatikan fungsi
utama sebagai pelindung canister dan platform peletakan sensor.
Frame OBU harus bisa mengakomodasi OBU dan sensor BPR eksternal yang terletak
10-15 cm di atas permukaan dasar laut.

20
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Gambar 14. Frame Canister

Gambar 15. Detail Frame Canister

21
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

4. PEMBANGUNAN LANDING STATION / POWER HOUSE

Gambar 16. Layout Atap Power House

4.4. Prosedur Pembangunan Power House


1) Pembangunan Infrastruktur LS (BMH, PH, dan PLTS) meliputi : pekerjaan sipil,
struktural, mekanikal dan kelistrikan
2) Selama melaksanakan pekerjaan sipil, penyedia wajib menjaga keamanan dan
ketentraman serta melakukan sosialisasi dengan masyarakat sekitar lokasi
pembangunan
3) Melakukan soil investigation / survey geo-teknik untuk lokasi PH Labuan Bajo
4) Melakukan pembangunan Cable Anchor (CA) di Landing Point (LP) Labuan Bajo
sesuai dengan koordinat lokasi yang ditentukan dalam lampiran RPL SLD
5) Melakukan pembangunan Beach Manhole (BMH), Power House (PH), dan tower
monopole dalam satu lahan berpagar di lokasi Labuan Bajo. Lokasi sesuai dengan
Lampiran 1.
6) Kusen pintu yang ada di bangunan PH menggunakan bahan aluminium
7) Kusen jendela yang ada di bangunan PH menggunakan bahan aluminium.
8) Roster yang ada di bangunan PH menggunakan bahan beton.
9) Sebelum pembangunan, dilaksanakan clearance area pembangunan dari konstruksi dan
vegetasi existing.

22
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

10) Pembangunan meliputi proses pengerjaan sebagai berikut sesuai dengan spesifikasi
yang tertera pada Lampiran 2 data dukung BMH, PH, tower monopole, dan CA sesuai
dengan desain yang dibuat oleh BPPT:
 Melaksanakan mobilisasi tenaga kerja, peralatan dan material.
 Melaksanakan pekerjaan persiapan dan pengukuran lokasi.
 Melaksanakan pekerjaan galian tanah, urugan tanah, dan urugan pasir.
 Melaksanakan pekerjaan pencarian dan penggalian sumber air.
 Melaksanakan pekerjaan pondasi.
 Pekerjaan struktur beton bertulang (pondasi, sloof, kolom, balok dan pelat atap).
 Pekerjaan pasangan dinding.
 Pekerjaan adukan dan plesteran.
 Pekerjaan kusen dan pintu besi.
 Pekerjaan penutup lantai.
 Pekerjaan penutupan dan waterproofing.
 Pekerjaan struktur baja.
 Pekerjaan elektrikal, mekanikal, dan plumbing.
 Menyediakan perangkat pendukung elektrikal, mekanikal, dan plumbing
(pompa air, jalur resapan, dll).
 Dan pekerjaan lainnya yang dibutuhkan, sesuai dengan aturan yang berlaku
11) Material logam (terekspos dengan udara luar) yang digunakan dalam pembangunan
BMH, PH CA, Tower, dan PLTS harus menggunakan material metal/baja dengan
treatment hot dip galvanised (tahan karat).
12) Melakukan modifikasi yang diperlukan sesuai dengan kondisi lapangan melalui
komunikasi dan persetujuan dengan tim BPPT.
13) Menuangkan hasil pekerjaan dalam as built drawing.
14) Memastikan struktur BMH dan PH aman dari rembesan air.
15) BMH dilengkapi tangga permanen berbahan logam anti karat untuk akses keluar masuk
personel.
16) Menyediakan seluruh material untuk pembangunan LS sesuai dengan desain pada
Lampiran 2.
17) Menyediakan tenaga ahli sesuai dengan tiap item pekerjaan PLTS dan juga wajib
menggunakan tenaga lokal untuk membantu pekerjaan instalasi PLTS sesuai

23
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

kebutuhan sehingga pekerjaan selesai sesuai target, hal ini merujuk pada data dukung
Lampiran 13.
18) Menyediakan rack baterai/dudukan sebanyak 2 rack untuk penempatan baterai dimana
untuk 1 rak baterai/dudukan mampu menopang baterai sebanyak 24 buah dimana
spesifikasi baterai yaitu 2 VDC 1200AH/buah dan dengan berat 95 kg/buah.
Dudukan/rak baterai terbuat dari bahan metal (tidak boleh terbuat dari kayu) yang tahan
korosi dan mampu menahan beban berat. Konstruksi dudukan baterai dilengkapi
dinding pembatas pada sisi luar, sedemikian sehingga baterai dapat berdiri dengan
kokoh dan sesuai dengan desain yang dibuat oleh pihak BPPT.
19) Mengadakan dan instalasi peralatan dehumidifier dan pendingin ruangan (AC) untuk
menjaga tingkat kelembaban 45-55% dan temperatur 22 ± 1 derajat celcius di ruang
elektronik dan power pada PH. Jumlah AC dan dehumidifier minimal 2 set, hal tersebut
ditujukan untuk dijalankan secara bergantian. AC yang digunakan minimal mempunyai
kemampuan masing-masing 2 PK dengan mode inverter. Sistem AC wajib EMI comply
atau memenuhi standard ITU-T K.123 (12/2016) dan perangkat AC menggunakan
listrik dari PLN (bukan dari sistem).
20) Menyediakan instalasi listrik baru dari PLN (prabayar) jaringan tegangan rendah 1 fasa
golongan tarif P-1/TR dengan daya 7700 VA untuk power house di masing-masing
lokasi.
21) Menyediakan paket listrik untuk komisioning dan masa validasi data sistem sebanyak
34.128 kWh di masing-masing lokasi.
22) Membagi jaringan listrik dalam ruangan menjadi beberapa MCB untuk Pendingin AC,
perangkat HVDC, lampu, stop-kontak 1 fase, dengan ground/arde sesuai dengan
Lampiran 14
23) Merancang jaringan kelistrikan di PH yang terdiri dari sumber listrik PLTS, baterai,
dan jaringan PLN agar memiliki keandalan yang baik dan mampu menyuplai sistem
secara kontinou.
24) Menyediakan dan memasang sistem proteksi petir dan grounding untuk bangunan PH
yang dilengkapi dengan bak kontrol (desain terlampir). Pemasangan grounding untuk sistem
proteksi petir terpisah dengan sistem grounding PH. Sistem grounding PH dipasang
pada bak kontrol grounding. Bak kontrol grounding terbuat dari pasangan batu yang
dicor semen dan diaci serta dilengkapi dengan penutup yang memiliki handle. Ukuran

24
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

dan kedalaman bak kontrol dibuat sedemikian, sehingga mudah bagi operator dalam
melakukan perawatan, sesuai dengan desain yang telah dibuat oleh pihak BPPT.
25) Lingkup pekerjaan meliputi:
 Mobilisasi dan demobilisasi selama pekerjaan,
 Melakukan pekerjaan engineering dan survey untuk penempatan bak control
dengan nilai resistansi tanah kurang dari 5 ohm,
 Melakukan pengadaan material sistem proteksi petir dan grounding berupa
busbar, rod tembaga, kabel, serta komponen pendukung lain,
 Melakukan pengerjaan pemasangan perangkat sistem proteksi petir dan
grounding,
 Melakukan pekerjaan lain yang dibutuhkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
26) Menyediakan dan memasang proteksi sistem kelistrikan (Lampiran 18) dengan
spesifikasi min. 3000 VA single-phase dengan fungsi sebagai berikut:
 Memproteksi kenaikan tegangan ekstrim (surge),
 Memperbaiki kualitas grounding (di bawah 1 volt)
 Memproteksi sistem dari beban berlebih,
 Menstabilkan tegangan yang tidak normal,
 Meredam gangguan harmonik, transien, dan flicker,
 Memproteksi aktif pada jalur komunikasi data
27) Lingkup pekerjaan meliputi:
 Mobilisasi dan demobilisasi selama pekerjaan,
 Melakukan pekerjaan engineering dan survey untuk perangkat di PH yang akan
diproteksi kelistrikannya,
 Melakukan pengadaan material,
 Melakukan pengerjaan pemasangan perangkat proteksi pada sistem kelistrikan,
 Melakukan pekerjaan lain yang dibutuhkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
28) Mengadakan material dan melaksanakan pembangunan sistem proteksi petir sesuai
dengan SNI 0225:2011/Amd 1:2013. IEC 62305-2 dan 3.
29) Mengadakan material dan melaksanakan pembangunan sistem grounding sesuai
dengan SNI 0225:2011/Amd 1:2013, IEC 60364-5-54:2011

25
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

30) Menyediakan dan memasang sistem submarine grounding (Lampiran 17) untuk
system power kabel laut sebagai sacrificial anode dari perangkat HVDC Power
Supply. Sistem ini berfungsi sebagai perlindungan dari korosi dengan masa pakai
minimal 10 tahun dan sesuai dengan standar ASTM F1182-07 (2019). Spesifikasi
sacrificial anode tersebut adalah Ti-Mixed Metal Oxide ICCP Anode. Sistem submarine
grounding ini memiliki bak kontrol yang terpisah dengan sistem grounding bangunan
PH. Lingkup pekerjaannya meliputi:
 Menyediakan dan melakukan mobilisasi - demobilisasi selama pekerjaan,
 Melakukan pekerjaan engineering dan survey yaitu soil survey dan current
testing, desain kalkulasi dan as built drawing, serta pengujian dan komisioning,
 Melakukan pengadaan material,
 Melakukan pekerjaan instalasi,
 Melakukan pekerjaan lain yang dibutuhkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
31) Mengintegrasikan perangkat HVDC Power supply yang sudah tersedia oleh BPPT,
yang digunakan sebagaimana dalam Lampiran 14, terdiri dari : minimal 2000 VDC,
1 A untuk di Labuan Bajo, dan 2 x 1500 VDC, 1A untuk di Rokatenda.
32) Menyediakan tangga anti karat portable untuk maintenance di dalam PH.
33) Menyediakan akses tangga permanen anti karat ke atap PH yang diperlukan untuk
melakukan maintenance PLTS.
34) Melaksanakan instalasi PLTS sesuai dengan desain yang dibuat oleh tim BPPT.
35) Menyediakan dan melaksanakan pembuatan konstruksi pendukung lainnya sesuai
dengan data dukung Pengadaan Bangunan BMH, PH, tower, dan CA.
36) Melakukan penyesuaian lain yang diperlukan dengan persetujuan dari tim teknis
BPPT.
37) Melaksanakan verifikasi kesesuaian bangunan, komisioning hasil pembangunan dan
dilaporkan ke Tim Teknis BPPT
38) Pekerjaan Pembangunan PLTS sesuai dengan, namun tidak terbatas, Lampiran 13
yang meliputi :
 Pekerjaan Pendahuluan; terdiri dari kegiatan pra konstruksi (kegiatan survey,
rapat pra konstruksi, dan biaya survey lainnya), kegiatan pekerjaan pembersihan

26
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

lokasi, pekerjaan pengukuran dan pemasangan bouwplank, pekerjaan


pembuatan direksi keet dan mobilisasi demobilisasi material ke lokasi.
 Pekerjaan Pembangunan Sistem PLTS Terpusat; kegiatannya meliputi
pekerjaan sistem fotovoltaik dan pengkabelan, baterai, controller dan inverter,
penangkal petir, panel distribusi, power cable, dan integrasi
 Pekerjaan Konstruksi, penggelar mengadakan bahan struktur penyangga dan
melakukan pekerjaan instalasi struktur penyangga modul surya. Adapun
spesifikasi struktur penyangga adalah sebagai berikut :
a. Rangkaian struktur penyangga modul surya harus kokoh dan kuat, terbuat
dari metal/baja atau baja profil dengan ukuran minimal 10 cm x 5 cm dengan
ketebalan minimal 4 mm. Serta wajib dilakukan Hot Dip Galvanized (HDG) pada
seluruh bagian permukaan komponen material struktur penyangga.
b. Baut, mur, dan aksesoris logam lainnya berbahan tahan karat.
c. Tiang penyangga modul free-standing di atas pondasi tapak tiang dan mampu
menahan beban kecepatan angin sebesar 100 km/jam.
d. Bagian bawah tiang penyangga memiliki tapak (baseplate) terbuat dari plat
baja dengan ukuran 20 cm x 20 cm dengan ketebalan minimal 8 mm. Tapak
tiang ini dilubangi pada ke-empat sudutnya untuk pemasangan angkur
sebagai pengikat ke pondasi.
e. Pondasi tapak tiang (ballast) terbuat dari tiang/kolom beton cor yang menyatu
diatas pondasi tapak. Pondasi tapak tiang memiliki luas penampang minimal
35 cm x 35 cm dan tinggi minimal 20 cm dari permukaan tanah.
f. Salah satu kaki penyangga modul terhubung dengan kawat pertanahan
(grounding system).
g. Sudut kemiringan penyangga modul adalah 12º (dua belas derajat).
h. Ketinggian terendah antara modul dan permukaan tanah minimal 120 cm.
i. Dudukan modul surya menggunakan aluminium profil dengan tebal minimal
2,5 mm, dengan model rail and clip dan ukuran penampang profilnya
disesuaikan dengan ukuran modul surya yang ditawarkan sehingga mampu
menopang beban modul surya.

27
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

j. Untuk mengikat modul surya yang disusun di atas rail aluminium digunakan
mid clamp (antar modul) dan end clamp (pada ujung rail) yang berfungsi
untuk mengikat dan menahan modul surya agar tidak bergeser.
k. Pada setiap array dipasang tanda bahaya terhadap sengatan listrik.
l. secara keseluruhan, jumlah struktur penyangga terdiri dari 2 set per lokasi,
dimana 1 set yang tersusun untuk jumlah modul surya sebanyak 16 buah (8
Seri 2 Pararel) dan 1 set yang tersusun untuk jumlah modul surya sebanyak 3
buah (3 Seri). Adapun dimensi dari modul surya terlampir pada data
pendukung
m. Kabel dari modul surya untuk menuju ke dalam PH terletak didalam kabel
tray dengan ukuran tipe U ukuran 50mm x 50mm, dengan tebal plat 2 mm
dan finishing Hot Dip Galvanized dan untuk di dalam PH, kabel-kabel juga
terletak di dalam kabel tray.
n. Pengendalian/pengawasan; penggelar bertanggung jawab memberikan
sosialisasi, pelatihan pengoperasian dan cara pemeliharaan sistem PLTS dan
melakukan commisioning pada pembangkit yang telah selesai dibangun kepada
orang lokal yang di tunjuk.

28
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

4.5. PENGERTIAN PLTS

Berdasarkan SNI 04-6267.601-2002, Pembangkitan Tenaga Listrik adalah suatu proses,


energi listriknya diperoleh dari suatu energi bentuk lain. Berdasarkan SNI 8395:2017,
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) fotovoltaik adalah sistem pembangkit listrik
yang energinya bersumber dari radiasi matahari melalui konversi sel fotovoltaik. Off-
grid adalah sistem kelistrikan yang tidak terhubung dengan jaringan listrik umum. Jadi
dapat diartikan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik off grid yang
selanjutnya dalam buku ini disebut PLTS off-grid adalah pembangkitan tenaga listrik
yang energinya bersumber dari radiasi matahari melalui konversi sel fotovoltaik dimana
sistem kelistrikannya tidak terhubung dengan jaringan listrik umum.

4.6. KOMPONEN PLTS OFF GRID

PLTS Off – Grid pada umumnya terdiri dari komponen sebagai berikut:

KOMPONEN CONTOH MATERIAL KETERANGAN


Modul Surya Fungsi :

Mengubah energy
matahari menjadi energi
listrik.

Jenis – jenis modul surya,


antara lain:
- Monocrystaline silicon

- Polycrsytaline silicon

- Thin film

29
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Solar Charge Fungsi:


Controller (SCC)
Mengatur listrik arus
searah (DC) yang diisi ke
baterai dan yang
dikeluarkan dari baterai

KOMPONEN CONTOH MATERIAL KETERANGAN


Inverter Baterai / Fungsi:
Bidirectional
Sebagai rectifier dengan
Inverter
melakukan charging
baterai (AC ke DC) dan
sebagai inverter untuk
baterai (DC ke AC)

30
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Inverter / inverter Fungsi:


On- grid / inverter
Mengubah listrik arus
Grid- tied
searah (DC) menjadi arus
bolak-balik (AC)

Inverter / On-grid inverter /

Inverter Grid-tied
terhubung melalui busbar
ke sisi beban AC

Penyangga Fungsi:
Modul Surya
Menyangga/
menopang
modul surya
sesuai dengan posisi dan
kemiringan yang telah
ditentukan.

Bahan terbuat dari besi


yang galvanized untuk
melindungi struktur dari
karat.

31
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

KOMPONEN CONTOH MATERIAL KETERANGAN


Baterai Fungsi:

Menyimpan energy listrik


di dalam satu atau lebih sel
dimana energi kimia dapat
diubah menjadi energi
listrik

Jenis-jenis baterai antara


lain:

- Lithium-ion
VRLA Gel
- VRLA Gel

- Zinc Air

Combine Box Fungsi:

Panel listrik arus searah


(DC) yang
Menggabungkan keluaran
dari beberapa string
modul surya menjadi
satu. Berfungsi juga
sebagai panel isolasi dan

32
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

proteksi Terhadap
arus/tegangan lebih
dan petir.

Sistem Monitoring Fungsi:

Mencatat, merekam,
menampilkan dan
memonitor data-data
parameter serta informasi
sistem PLTS.
Sistem monitoring dapat
diakses dari jarak jauh
melalui jaringan data yang
ada. Alat ini lebih sering
dikenal sebagai Remote
Monitoring
System (RMS)

33
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

KOMPONEN CONTOH MATERIAL KETERANGAN


Panel Distribusi AC Fungsi:

Panel distribusi tegangan


rendah 3 Phasa arus bolak-
balik (AC) yang berfungsi
menyalurkan daya dari
Pembangkit ke beban.
Panel ini umumnya terdiri
dari beberapa output feeder
Kabel Fungsi:

Menghubungkan

kelistrikan komponen
komponen PLTS

Rumah Pembangkit Fungsi:


Power House
untuk penempatan
peralatan dan tempat
kegiatan operasional
pembangkit

34
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Sistem Sistem Pentanahan


grounding Peralatan Fungsi:
(pentanahan) Sistem pentanahan
dan Penangkal peralatan dibuat dengan
Petir menggunakan batang
(rod) tembaga yang
berfungsi melindungi
baterai, inverter,
controller, dan perangkat
aktif lainnya dari induksi
petir.

Penangkal Petir
Fungsi:
Melindungi peralatan array
modul surya dan rumah
pembangkit dari
sambaran langsung petir.

4.7. KONFIGURASI PLTS OFF GRID

Konfigurasi kerja yang umum diimplementasikan dalam PLTS off-grid ada 2 (dua)
sistem yaitu berbasis DC coupling dan AC coupling. Istilah coupling berdasarkan
hubungan titik ke titik koneksinya. Umumnya, sistem PLTS off-grid terdiri dari dua
bagian kelistrikan yang berbeda yaitu sisi arus bolak-balik disingkat a.b.b. (arus AC) dan
sisi arus searah disingkat a.s. (arus DC). Ketika sistem PLTS off-grid menerapkan
penggunaan fungsi cadangan baterai, ada dua titik koneksi yang dapat dibuat dari
keluaran array modul surya. Array dapat terkoneksi ke sisi AC atau sisi DC dari sistem
kelistrikan PLTS.

35
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Sistem AC Coupling diilustrasikan pada gambar dibawah ini

Sedangkan, Sistem DC Coupling diilustrasikan pada gambar dibawah ini:

4.8. Perbedaan DC Coupling dan AC Coupling:

AC Coupling

Pada sistem AC Coupling titik koneksi berada pada sisi AC. Pada jenis sistem ini,
inverter grid-tied / inverter on-grid (inverter yang terhubung ke jaringan AC)
bertanggungjawab dalam mengelola potensi energi yang terserap di modul surya melalui
Maximum Power Point Tracking (MPPT). Keluaran dari inverter grid-tied terhubung
melalui busbar ke sisi beban AC. Pada kebanyakan kasus sisi beban AC dipisah antara
beban AC regular dan beban AC kritis (beban-beban yang harus dijaga tetap menyala).
Beban-beban AC kritis ini akan tetap teraliri listrik meski saat matahari tidak bersinar.

36
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Porsi sistem cadangan AC Coupling bersumber dari baterai dan inverter baterai yang
mengambil alih operasi ke jaringan (grid) selama jaringan kehilangan daya. Energi yang
diserap modul surya dari matahari pertama sekali dialirkan ke beban AC kritis melalui
inverter grid- tied baru kemudian ke baterai melalui inverter baterai (pada situasi ini,
inverter bateraiberfungsi sebagai charging untuk baterai).
Penting untuk diketahui bahwa inverter baterai pada aplikasi AC Coupling memiliki
fungsi 2 (dua) arah sebagai berikut:

- Pertama sebagai rectifier dengan melakukan charging baterai (AC ke DC).

- Kedua sebagai inverter untuk baterai (DC ke AC). Hal ini menjadikan inverter baterai
pada sistem AC Coupling disebut juga dengan istilah Bidirectional Inverter.

Ketika PLTS kehilangan suplai energi matahari, inverter baterai akan memutus inverter
grid-tied dari sistem kelistrikan kemudian inverter baterai akan mengambil alih
sinkronasi dengan menyuplai tegangan listrik AC ke utilitas. Pada situasi ini,
Bidirectional Inverter menjalankan fungsi inverter untuk baterai.

AC Coupling

Sistem DC Coupling terkoneksi ke sisi arus searah (DC) dari sistem kelistrikan PLTS off-
grid. Pada sistem ini charge controller mengatur energi matahari yang terserap oleh array
modul surya melalui MPPT. Energi keluaran dari charge controller terhubung melalui
busbar DC ke sistem baterai sebagai penyimpan energi. Baterai terhubung ke inverter
yang bertugas mengkonversi arus searah (DC) ke arus bolak-balik (AC). Selanjutnya arus
AC dialirkan dari inverter ke beban AC.

4.9. PENGOPERASIAN PLTS

Persiapan

Sebelum melakukan pengoperasian, operator diharuskan telah memahami Keselamatan


Ketenagalistrikan. kondisi dan kesiapan operasi semua komponen system harus
diperiksa terlebih dahulu. Namun sebelum melakukan pemeriksaan diharuskan telah
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan tepat, baik dan benar. Untuk

37
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

pemeriksaan dan pengoperasian yang lebih rinci, gunakan dan pelajari buku Operasi
dan Manual perangkat yang telah ada di masing- masing lokasi PLTS secara detail, baik
dan benar. Resiko dan Keselamatn Kerja Dalam Mengoperasikan PLTS off-grid.

Gambar 17. PLTS

Gambar 18. Contoh Alat Keselamatan dan Alat Kerja Dalam Mengoperasikan PLTS
ff-grid

38
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Pemeriksaan Awal

Sebelum melakukan pemeriksaan awal, pastikan telah menggunakan APD dengan


tepat, baik dan benar. Selain itu, pastikan telah memegang single line & wiring
diagram system PLTS off-grid.

Pemeriksaan Grounding

4.9.2. Pastikan grounding peralatan dan grounding petir sesuai dengan desain awal

4.9.3. Pastikan seluruh koneksi kabel grounding terpasang dengan baik/ tidak
terputus/ longgar.

4.9.4. Pastikan jalur kabel grounding di Solar Charge Controller/Inverter sudah


melewati perangkat ground fault detection pada inverter dan terminal
grounding inverter terhubung ke sistem grounding peralatan PLTS off-grid
4.9.5. Pastikan sensor telah terpasang dengan baik

4.9.6. Pastikan terminal komunikasi terhubung secara benar

4.9.7. Pastikan semua gateway terhubung ke komputer di ruang operator

Array Modul Surya

Sebelum menghidupkan inverter, periksa kondisi array sebagai berikut:

4.9.8. Pastikan kondisi arrester baik dan koneksi terpasang dalam keadaan baik di
dalam combiner box

4.9.9. Pastikan grounding terpasang sesuai dengan desain

4.9.10. Ukur tegangan arus searah (Vdc) masing-masing blok/ grup

4.9.11. Periksa kondisi lingkungan (temperatur/suhu, irradiasi matahari)

Solar Charge Controller atau Inverter Grid-tied

4.9.12. Periksa peletakan Solar Charge Controller/ Inverter Grid-tied pada tempat
yangtelah ditentukan sesuai dengan desain

4.9.13. Periksa integrasi pengkabelan combiner box

39
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

4.9.14. Periksa koneksi kabel keluaran combiner box ke koneksi arus searah (DC)
Solar Charge Controller atau Inverter Grid-tied

4.9.15. Pemeriksaan hasil instalasi

Sistem Baterai

Poin pemeriksaan sistem baterai dengan prosedur yang diberikan oleh vendor,secara
garis besar adalah sebagai berikut :

4.9.16. Periksa apakah prosedur instalasi mekanikal sudah dipenuhi

4.9.17. Periksa konektor pada baterai apakah sudah terpasang dengan benar

4.9.18. Pastikan tidak ada kebocoran elektrolit

4.9.19. Pastikan posisi breaker DC dan AC dalam posisi “OFF”

4.9.20. Pastikan tombol emergency stop berfungsi dan posisi release

Inverter Baterai / Bidiretional Inverter

Poin pemeriksaan inverter baterai sebagai berikut :

4.9.21. Periksa apakah prosedur instalasi mekanikal sudah dipenuhi

4.9.22. Periksa pengkabelan arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC)

4.9.23. Pastikan posisi breaker DC dan AC dalam posisi “OFF”

Pemeriksaan Tegangan Keluaran

Sisi Jaringan

4.9.24. Pastikan urutan Phasa dan Netral pada jaringan dan terminal inverter
sudah benar

4.9.25. Pastikan tegangan Phasa ke Netral pada jaringan berkisar 220 Volt AC
dan Phasa ke Phasa pada jaringan berkisar 380 Volt AC Sisi Arus
Searah (DC)
4.9.26. Pastikan tegangan DC tidak melebihi tegangan maksimum yang
diperbolehkan pada Solar Charge Regulator / Grid- tied Inverter atau

40
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Battery Inverter.
4.9.27. Pastikan semua polaritas tegangan benar

4.9.28. Pastikan kekencangan sambungan kabel (jangan sampai ada yang


longgar)

4.9.29. Starting Up Solar Charge Regulator / Grid-tied Inverter

4.9.30. Setelah semua poin diperiksa dan terpenuhi maka Solar Charge
Regulator / Grid-tied Inverter sudah siap di starting up untuk pertama
kali

4.10. Pengoperasian

a) Menghidupkan PLTS Off-grid Sistem AC Coupling

Sebelum menyalakan PLTS, pastikan telah menggunakan Alat Pelindung Diri


(APD) dengan tepat, baik dan benar. Langkah-langkah menyalakan PLTS sebagai
berikut:
 Pastikan semua MCB di dalam combiner box dan MCB menuju beban di
dalam panel distribusi AC dalam keadaan mati.
 Pastikan tidak ada perbaikan atau pekerjaan di PLTS atau jaringan distribusi
 Starting Sistem Baterai

Baterai VRLA Gel Baterai Lithium-ion Baterai Zinc Air


- Periksa tegangan baterai - Pastikan baterai telah - Tekan tombol hijau
apakah sudah sesuai terinstall dengan baik (pada bagian atas papan
spesifikasi tegangan sesuai dengan panduan dark start) di dalam
keluaran pada solar charge perusahaan. master cabinet untuk
controller/ spesifikasi - Nyalakan saklar utama semua cluster.
tegangan DC untuk inverter pada posisi ON - Setelah 5 menit,
baterai. kemudian perhatikan pastikan lampu LED
- Atur circuit breaker atau indikator LED yang berwarna hijau pada
fuse DC yang ada dipanel menjelaskan status dark start kit menyala.
DC ke posisi “ON”. baterai. Pastikan agar - Pastikan tegangan pada

41
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

- Tunggu hingga proses auto- baterai berjalan pada busbar lebih tinggi dari
initialization inverter mode normal. 37 V
selesai. - Atur circuit breaker atau - Setelah 10 menit,
fuse DC yang ada di pastikan tegangan pada
panel DC ke posisi busbar naik melebihi
“ON” 49V.
- Tunggu hingga proses - Hidupkan Inverter atau
auto- initialization Charge Controller.
inverter selesai - Pastikan baterai mulai
mengisi.

- Biarkan baterai mengisi


sampai SOC penuh
sebelum di sambungkan

dengan beban yang ada

- Dilarang meletakkan
benda apapun diatas
battery

- Pastikan battery dalam


keadaan steril dari
ganguan binatang / benda
logam yang meyebabkan
konsleting battery

42
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

 Inverter Baterai/
Bidirectional
Inverter Langkah
menyalakan:
- Atur circuit breaker yang ada di inverter baterai dan panel distribusi AC
secara berurutan ke posisi “ON”
- Inverter akan beroperasi secara otomat

(Untuk tipe dan merek tertentu disarankan mengikuti prosedur starting up


sesuai buku petunjuk operasi dan pemeliharaan perangkat yang sesuai).

 Starting up Solar Charge Controller/ Inverter Grid-tied

Setelah semua poin di periksa dan terpenuhi maka Solar Charge


Controller/Grid-tied inverter siap starting up untuk pertama kali. Ikuti prosedur
starting up sesuai buku petunjuk operasi dan pemeliharaan yang sesuai. Buku
Operasi dan Manual perangkat telah ada di masing-masing lokasi PLTS harap
dilaksanakan secara cermat, teliti, hati-hati, baik dan benar. Nyalakan Solar
Charge Controller/ Inverter Grid-tied dimulai dari master dan dilanjutkan
dengan slave. Berikan waktu perangkat “warming-up” selama kurang lebih 2
menit.
 Pada Panel Distribusi, naikkan MCB menuju beban rumah
pelanggan dan lampu jalan. Berikut adalah langkah-langkah
yang perlu diperhatikan dalam menyalakan Panel Distribusi :
- Putar handle Change Over Switch (COS) berlawanan arah jarum jam dari
posisi “0” ke posisi “I”.

- Hidupkan MCB outgoing Inverter 1, Inverter 2, Inverter 3, dst. dan MCB


cadangan (bila digunakan).

- Periksa meter Panel Distribusi. Jarum menunjuk VL-N = 220 volt; VL-L=
380 volt; Arus = tergantung beban; f = 50 Hz.
- Periksa indikator Inverter, bila lampu LED Alarm Inverter menyala buka
buku petunjuk yang tersedia. Buku Operasi dan Manual perangkat telah
ada di masing-masing lokasi PLTS, harap dipelajari dan dilaksanakan

43
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

secara teliti, cermat, baik dan benar.


b) Menghidupkan PLTS Off-grid Sistem DC Coupling

Sebelum menyalakan PLTS, pastikan telah menggunakan Alat Pelindung Diri


(APD) dengan tepat, baik dan benar. Langkah-langkah menyalakan PLTS sebagai
berikut:
 Pastikan semua MCB di dalam combiner box dan MCB menuju beban di
dalam panel distribusi AC dalam keadaan mati.
 Pastikan tidak ada perbaikan atau pekerjaan di PLTS atau jaringan distribusi

 Starting Sistem Baterai dilakukan merujuk pada Tabel 2.

 Inverter Baterai/ Bidirectional Inverter

Langkah menyalakan yaitu dengan memastikan persyaratan berikut sebelum


menghidupkan inverter:

- Pastikan apakah tegangan dari system baterai memenuhi persyaratan system


dan spesifikasi inverter

- Pastikan baterai koneksi polaritas yang benar

- Semua pemutus sirkuit dan sekering pemegang terpasang dengan benar

- Memastikan bahwa semua pemutus sirkuit inverter dan system dimatikan

• Memastikan bahwa semua pemegang sekering dibuka atau diputuskan.


Langkah menghidupkan Inveter:
- Hidupkan bank baterai sekering / SW di bank baterai
- Hidupkan controller solar charge dalam system dengan mengikuti prosedur
start up di manual user masing-masing merek inverter.
- Verifikasi semua sekering didudukan yang benar dan kemudian menutup
semua pemegang sekering.
- Tekan dan tahan tombol precharge/ tombol on sampai battery correct
polarity lampu indicator Polaritas menyala dengan warna sesua masing
masing merek inverter. (Jika tidak menyala atau ada indicator warning
STOP langkah ini dan memeriksa polaritas baterai dan baterai bank koneksi
fuse/ SW polaritas) dan lampu indicator sampai menyala. Setelah itu
44
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

nyalakan baterai sirkuit pemutus dalam unit


- Tekan dan tahan tombol ON pada tampilan panel depan inverter selama
2 detik sampai RUN (ON) kemudian lepaskan.
- Hidupkan output inverter circuit breaker pada panel distribusi utama
AC setelah itu tekan tombol untuk memverifikasi status. Layar LCD
akan menampilkan status inverter ON. Ulangi instruksi dari awal
untuk menyalakan inverter yang lainnya.
- Setelah semua inverter yang ada menyala (jumlah sesuai kapasitas yan
terpasang di masing-masing site), lakukan verifikasi ke panel distribusi
ac untuk mulai memasukan beban AC ke grid.
- Untuk tipe dan merek tertentu disarankan mengikuti prosedur buku petunjuk
operasi dan pemeliharaan perangkat yang sesuai.

 Starting up Solar Charge Controller

Langkah menyalakan yaitu dengan memastikan persyaratan berikut sebelum


menghidupkan Solar charge controller:
- Matikan semua peralatan listrik yang terhubung ke inverter semua paralel.

- Memastikan bahwa circuit breaker BATERAI semua charge controller dan


inverter dimatikan.

- Pastikan koneksi polaritas yang benar dan kemudian hidupkan bank baterai
sekering / SW di bank baterai.

- Tekan dan tahan tombol precharge atau tombol ON (jika ada alarm bunyi
bip, HENTIKAN langkah ini dan memeriksa polaritas baterai) hingga
indicator layar LCD menunjukkan “ON” Kemudian tekan tombol sekali
untuk memeriksa tegangan baterai lebih dari 40 Vdc dan kemudian
hidupkan circuit breaker BATERAI panel.
- Verifikasi koneksi polaritas PV sebelum mengaktifkan circuit breaker PV
pada PV junction box atau kotak combiner.
- Charge controller sudah mulai beroperasi dan indicator lampu STATUS
pada layar akan menyala atau berkedip.
Setelah semua poin di periksa dan terpenuhi maka Solar Charge Controller

45
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

siap starting up untuk pertama kali. Ikuti prosedur starting up sesuai buku
petunjuk operasi dan pemeliharaan yang sesuai. Buku Operasi dan Manual
perangkat telah ada di masing-masing lokasi PLTS, harap dilaksanakan secara
cermat, teliti, hati-hati, baik dan benar. Nyalakan Solar Charge Controller
dimulai dari master dan dilanjutkan dengan slave. Berikan waktu perangkat
“warming-up” selama kurang lebih 2 menit.
 Pada Panel Distribusi, naikkan MCB menuju beban rumah
pelanggan dan lampu jalan. Berikut adalah langkah-langkah
yang perlu diperhatikan dalam menyalakan Panel Distribusi:
- Putar handle Change Over Switch (COS) berlawanan arah jarum jam dari
posisi “0” ke posisi “I”.

- Hidupkan MCB outgoing Inverter 1, Inverter 2, Inverter 3, dst. dan MCB


cadangan (bila digunakan).

- Periksa meter Panel Distribusi. Jarum menunjuk VL-N = 230 volt; VL-L=
380 volt; Arus = tergantung beban; f = 50 Hz.
- Periksa indikator Inverter, bila lampu LED Alarm Inverter menyala buka
buku petunjuk yang tersedia. Buku Operasi dan Manual perangkat telah
ada di masing-masing lokasi PLTS ini, harap dipelajari dan dilaksanakan
secara teliti.

Kondisi Darurat

Kondisi darurat yang dimaksud adalah bila terjadi sengatan listrik,


kebakaran, kebanjiran, kebocoran dan kondisi serupa lainnya yang
mengancam keamanan dan keselamatan jiwa manusia. Meskipun sudah
disediakan banyak titik-titik pengaman, namun kondisi yang tidak
diharapkan dapat saja terjadi.
Dalam keadaan darurat lakukan langkah cepat sebagai berikut:
-
1. Putar handle Change Over Switch (COS) ke posisi “0” (posisi off).
2. Cabut NH Fuse pada panel DC.
3. Matikan MCB pemutus sirkuit baterai yang terdapat di SCC dan
Inverter.

46
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Titik titik Pengaman Jaringan

Terdapat banyak proteksi berupa pemutus dan pembatas arus dalam


sistem PLTS off-grid. Anda perlu mengenal nama dan lokasinya sebagai
titik-titik pengaman jaringan sebagai berikut:
1. Di Panel Kombiner, yaitu: MCB individual incoming dan outgoing.
2. Di Battery Connection Box, yaitu: NH Fuse.
3. Di Inverter dan SCC, yaitu: Battery Circuit Breaker,
4. Di Panel Distribusi (COS, MCB Incoming, MCB Outgoing).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengoperasikan PLTS off-grid untuk
menjaga umur pakai baterai:

- Pada kondisi normal, PLTS dan beban dapat beroperasi 24 jam

- Periksa energi yang tersisa dalam


baterai pada malam hari Cara
mengetahui energi yang tersisa di
dalam baterai:
 Lihat di layar sistem monitoring (seluruh jenis baterai) Persentase energi
yang tersisa dapat dilihat pada layar sistem monitoring
 Ukur tegangan baterai (khusus baterai jenis VRLA Gel)

Kondisi normal adalah energi yang tersisa > 75%

47
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

- Alokasi energi terbatas, pastikan bahwa pelanggan tidak memakai beban


berlebih pada siang hari

- Jika baterai kurang dari 25% pada pencatatan malam hari, matikan beban
hingga baterai terisi penuh saat siang hari. Jika terjadi hal seperti ini,
Pemeliharaan dibutuhkan.

Mematikan PLTS Off-grid

Sebelum mematikan PLTS off-grid, pastikan telah menggunakan APD dengan


tepat, baik dan benar. Langkah langkah mematikan PLTS off-grid:
 Matikan atau turunkan semua MCB menuju beban
 Jika diperlukan, matikan Solar Charge Controller, Grid-tied Inverter, Inverter/
inverter baterai mulai dari slave dan berakhir dengan mematikan master. Untuk
lebih detail, Buku Operasi dan Manual perangkat untuk setiap produk telah ada
di masing-masing lokasi PLTS, harap dipelajari dan dilaksanakan secara teliti,
cermat,baik dan benar.
 Jika diperlukan,sistem baterai dapat dimatikan dengan cara memutar posisi
circuit breaker di ACPDB dan inverter baterai secara berurutan ke posisi OFF.
 Inverter tidak perlu dimatikan untuk operasional harian, cukup dilakukan
dengan menurunkan MCB.

4.11. PEMELIHARAAN SISTEM PLTS

Sebelum melakukan pemeliharaan, pengguna diharapkan telah memahami dasar-


dasar kelistrikan, komponen-komponen PLTS off-grid dan Keselamatan
Ketenagalistrikan.
Sebelum melakukan pemeliharaan, pastikan:
- Telah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
- Tidak merokok di area pembangkit
- Tidak memakai cincin/gelang/perhiasan dari logam
Pemeliharaan pada sistem PLTS off-grid dimaksudkan untuk keberlangsungan
system pembangkit yang handal dan berkelanjutan. Pemeliharaan perlu dilakukan
secara benar dan teratur. Berikut ini adalah contoh formulir daftar pemeriksaan

48
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

yang dilakukan dalam periode harian, mingguan, bulanan, dan 6 (enam) bulanan
untuk masing-masing komponen:

49
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

50
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

51
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

52
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

53
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

54
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

55
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

A. PENCATATAN PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN

a. Tujuan Pencatatan

Pencatatan atau dokumentasi pengoperasian dan pemeliharaan PLTS off-grid


dimaksudkan sebagai upaya memonitor, mengawasi dan mengevaluasi kondisi
sistem pembangkit. Pencatatan dilakukan secara berkala oleh Pengelola dan
Operator PLTS off-grid. Pengelola PLTS off-grid dapat berupa:
- Badan Usaha Milik Daerah (BUMD); atau

- Badan Usaha Milik Desa (BUMDes); atau

- Koperasi; dan/ atau

- Masyarakat/ kelompok masyarakat/ swadaya masyarakat.

b. Format Pencatatan

Contoh penyusunan Pencatatan Pengoperasian dan Pemeliharaan PLTS off-grid


dapat dilihat pada contoh dibawah.. Dalam rekap pencatatan ini, Pengelola harus
melampirkan salinan (fotokopi) formulir pemeriksaan harian, mingguan, bulanan,
dan 6 (enam) bulanan yang telah diisi secara rutin.

56
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Rute Kabel Labuan Bajo

Lampiran 2. Rute Kabel Rokatenda

57
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Lampiran 3. Desain BMH

58
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Lampiran 4. Konstruksi Pagar BMH dan Site Plan

59
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Lampiran 5. Scope of Work Vessel

1. Loading kabel di Gudang CCSI.


2. Mobilisasi kabel dari Gudang CCSI ke lokasi.
3. Melakukan penggelaran kabel di Labuan Bajo dengan 2 OBU dan Rokatenda 2 OBU.

60
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Lampiran 6. Route Position List (RPL)

1. BMH Labuan Bajo – OBU2

61
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

62
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

2. BMH Rokatenda – OBU2

63
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Lampiran 7. Landing Station Site Plan

64
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Lampiran 8. KURVA-S PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN JARINGAN CABLE BASED


TSUNAMETER (CBT) LABUAN BAJO DAN ROKATENDA

65
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

Lampiran 9. SPESIFIKASI KAPAL

66
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

67
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

68
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

69
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

70
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA

71

Anda mungkin juga menyukai