HALAMAN JUDUL
PROPOSAL
ii
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
DAFTAR ISI
iii
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
iv
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
1. PENDAHULUAN
PT. Delta Anugerah Bahari Nusantara, untuk selanjutnya disebut DABN, telah diminta untuk
menyiapkan dan menyampaikan proposal mengenai pembangunan sistem peringatan dini
tsunami berupa Cable Based Tsunameter (CBT) di Labuan Bajo dan Rokatenda. Cakupan
pekerjaan (Scope of Work) pada proyek Pembangunan Infrastruktur dan Jaringan Cable
Based Tsunameter (CBT) Labuan Bajo dan Rokatenda ini, untuk selanjutnya disebut dengan
proyek yang mencakup pemasangan kabel laut optik sepanjang 56,434 km untuk segmen
Labuan Bajo – OBU dan 15,356 km untuk segmen Rokatenda – OBU.
DABN dengan ini menyampaikan Proposal Teknis yang secara garis besarnya adalah
memberi penjelasan mengenai cakupan pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam proyek
pemasangan kabel laut optik dimaksud.
1
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
2
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
- Depth of Burial
- Articulated Pipe
- Pemasangan Cement Bag (Optional)
a. Surat Perizinan Kerja Bawah Air (SPKBA) atau izin penggelaran untuk Marine survey
dari Dirjen Perhubungan Laut.
b. Security Clearance (SC) yaitu dokumen persetujuan yang diterbitkan oleh Menteri
Pertahanan dalam bidang pengamanan survei dan pemetaan yang menjadi landasan
suatu kegiatan survei dan pemetaan yang dilaksanakan oleh pemohon.
c. Permohonan Security Officer (SO) adalah personel TNI/PNS Kementerian Pertahanan
yang memenuhi syarat untuk melakukan pengawasan dan pengamanan pelaksanaan
kegiatan agar sesuai dengan kegiatan yang tertera dalam SC.
d. Permohonan Technical Officer (TO) adalah personel TNI/PNS Pushidrosal yang
memenuhi syarat untuk melakukan pengawasan dan pengamanan pelaksanaan
kegiatan agar sesuai dengan kegiatan yang tertera dalam SC.
e. Permohonan penerbitan Berita Pelaut Indonesia (BPI) dari Pushidrosal.
f. Perizinan Lokal (IMB, pelabuhan, crossing jalan aspal, dll).
g. Mengurus sertifikat laik operasi (SLO) tegangan rendah (TR) dari lembaga inspeksi
yang terdaftar di Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan - Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, sebagai pengakuan secara profesional, formal dan legal untuk
suatu instalasi ketenagalistrikan terhadap persyaratan teknis, kontrak dan operasi
sebelum dioperasikan.
h. Perizinan lainnya termasuk perizinan lokal yang dibutuhkan demi kelancaran proyek.
3
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
Kegiatan awal di lapangan meliputi persiapan, pembersihan lokasi kerja, dan mobilisasi
semua peralatan kerja (termasuk alat selam, perkakas, dan peralatan lainnya) kelokasi.
Selanjutnya adalah menemui instansi–instansi lokal (pemerintah, kombuahas,kepolisian
setempat) untuk melakukan perizinan ke instansi–instansi tersebut. yang sudah
ditentukan, mulai dari BMH/HH sampai batas penanaman kabel terakhir. Inspeksi rute
kabel meliputi:
4
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
Pada rute terdapat 2 OBU untuk area Labuan Bajo dan 2 OBU untuk area Rokatenda.
Perangkat sensor bawah laut ocean bottom unit (OBU) sebagaimana ilustrasi berikut.
5
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
6
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
2.4 Penentuan koordinat lokasi BMH, landing point, serta jalur kabel
Berikut adalah titik koordinat lokasi BMH, landing point, serta jalur kabel dari Cable
Based Tsunameter (CBT) Labuan Bajo - Rokatenda.
7
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
Arah penggerak harus sedekat mungkin dari garis tegak lurus kabel / tali pembumian
untuk dipulihkan dan setidaknya 1,5x kedalaman air dari ujung yang dipotong / ujung tali
arde. Selama grapnel dijalankan, pertimbangan harus diberikan pada kondisi angin dan
saat ini, dan prakiraan cuaca. Jika memungkinkan, perjalanan harus dilakukan dengan arah
menanjak di dasar laut, dari perairan dalam ke perairan dangkal. Ini terutama penting jika
lerengnya curam. Grapnel harus berada di dasar laut minimal satu layback grapnel dari
posisi kabel / tali teoritis. Mengenai setiap situasi dan kepercayaan yang diberikan pada
posisi kabel / tali, jarak ini dapat disesuaikan. Hal ini memungkinkan kapal untuk
ditempatkan pada arah yang benar dan kecepatan disesuaikan dan menetap pada kecepatan
sekitar 1,25 km / jam.
Berikut metode pemasangan Grapnel dan Pengait kabel :
1. Di dek belakang, pasang grapnel, rantai grappling, dan minimal 4 putaran tali grappling
pada cable drum.
2. Dengan kapal berhenti di posisi penggelaran grapnel, grapnel mulai dilakukan menuju
arah laut, dan dilanjutkan pay out the grappling rope sampai jarak di atas dasar laut
sekitar 10% dari kedalaman air (tetapi tidak lebih pendek dari 15 hingga 20 meter)
tercapai.
• Sebelum setiap gelung tali di paid out, ujung bawah disambungkan ke ujung tali
dari gulungan berikutnya, di depan drum, pay out terus menerus dapat
dipertahankan.
8
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
• Fitting harus diawasi dengan hati-hati saat melewati drum dan bermanuver, jika
perlu, untuk memastikan bahwa mereka tidak menyebabkan riding turn.
• Bobot roda gigi diamati selama pay down untuk memastikan pembacaan yang jelas
dari grapnel touchdown di dasar laut.
3. Ketika grapnel mendekati ketinggian di atas dasar sekitar 10% dari kedalaman air
(tetapi tidak lebih pendek dari 15 hingga 20 meter dan tidak lebih dari 100m) kapal
digerakkan ke depan dengan kecepatan yang lebih besar dari kecepatan pay out dari
tali grapnel untuk memastikan bahwa garis grapnel akan dipasang dengan benar.
4. Setelah grapnel berada di dasar laut dan diletakkan dengan benar, kecepatan
pembayaran ditingkatkan tanpa melebihi kecepatan kapal.
5. Untuk memasang catenary grapnel, mesin kabel akan terus membayar tali grapnel saat
kapal bergerak maju sampai tali grapnel yang cukup panjang dipasang. Catenary
grapnel mulai terbentuk.
6. Setelah garis grapnel dipasang, mode tegangan render disetel ke tingkat yang memadai
untuk memastikan tegangan yang berlebihan tidak diterapkan pada tali dan rigging dan
penggerak dimulai.
7. Pastikan semua sambungan di tali jauh dari drum, dek belakang, dan berkas gandum.
Jika perlu dimungkinkan untuk menyesuaikan panjang tali.
8. Pastikan kapal terus bergerak maju ke kecepatan grappling yang memadai.
9. Ketegangan harus dipantau. Segera setelah grapnel bergerak, tegangan akan meningkat.
10. Ketegangan harus dipantau terutama saat kapal mendekati posisi pengait kabel.
• Grappling Tension di air dangkal sangat bergantung pada sifat dasar.
• Pada dasar yang keras dan halus tegangannya rendah dan stabil saat grapnel
bergerak dengan mudah di atas tanah.
• Di tanah liat, lumpur berat atau pasir, tegangan yang lebih tinggi dialami saat
grapnel menggali.
• Di dasar yang berbatu, ketegangan tidak menentu saat grapnel mengait dan
melepaskan diri dari bebatuan.
11. Saat kabel / ground rope / puing-puing dikaitkan, akan ada peningkatan tegangan
secara bertahap yang terlihat karena kelonggaran ditarik keluar dari kabel / ground
rope.
9
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
• Jika ada batu atau halangan terkait, peningkatan tegangan akan tajam dan tiba-tiba.
Offshore Installation Manager, Insinyur Peralatan, dan kru teknis harus siap
menghadapi hal ini.
• Dengan LW, kabel lapis baja yang lebih ringan atau jika kabel putus, kenaikan
tegangan ini tidak terlalu terlihat. Dalam hal ini, perhatian yang cermat harus
diberikan pada jarak layback dan navigasi.
12. Saat kabel / ground rope / puing-puing dikaitkan, kapal dihentikan sambil
mempertahankan timah.
10
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
AHTS DP2
- Pengambilan kabel dilakuan oleh AHTS di KBS CCSI (Cilegon). AHTS lalu berlayar
menuju Rokatenda.
- Pacific Guardian standby di perairan Rokatenda menunggu kedatangan AHTS untuk
melakukan Ship to Ship (STS) kabel yang akan digelar.
- AHTS tiba di perairan Rokatenda. Kabel yang dibawa oleh AHTS ditransfer (Ship to
Ship) keatas Pacific Guardian. Ship to ship dilakukan dengan metode sebagai berikut :
a. AHTS dan Pacific Guardian lego jangkar di lokasi yang sudah ditentukan
b. Total panjang kabel adalah 84.518 m dengan rincian kabel DA Rokatenda 599
m, kabel SA Rokatenda 14.732 m, kabel DA Labuan Bajo 14.244 m, kabel SA
Labuan Bajo 42.943 m, dan kabel spare 12.000 m
c. Kabel dipindahkan dari cable tank AHTS ke cable tank Pacific Guardian dengan
menggunakan Cable Engine, A Frame, dan Roller
d. Posisi kabel diatur seperti gambar di bawah
11
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
SA Rokatenda
SA Spare 12.000
14.732 m
m
DA L. Bajo 14.244 DA Rokatenda 599
m m Cable Tank
SA L. Bajo
1
42.943 m
DA Rokatenda 599
m SA L. Bajo
SA Rokatenda 42.943 m
14.732 m DA L. Bajo 14.244
m
Cable Tank 2
SA Spare 12.000
m
Cable Tank 3
- Penggelaran dimulai dari Rokatenda yang dilakukan oleh Pacific Guardian dan dibantu
oleh AHTS.
- Pacific Guardian mulai bergerak menuju koordinat canister dan mulai menurunkan alat
sensor sampai kedalaman 800 meter (tanda lakban merah). Setelah sampai di titik
koordinat yang ditentukan, Cannister diturunkan hingga mencapai seabed.
12
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
- Saat Cannister telah turun pada koordinat yang telah ditentukan, proses penggelaran
kabel dilanjutkan secara perlahan menuju landing poin di daratan Labuan Bajo dengan
speed yang sinkron antara kapal penggelar dan cable engine.
- Saat kedalaman 15 meter, kapal penggelar manuver untuk menggelar sisa kabel sejajar
pantai sampai seluruh kabel tergelar habis.
- Penarikan kabel dari kapal penggelar menuju ke Landing Point dilakukan dengan
menggunakan metode Direct Shore End pada Labuan Bajo dan Rokatenda.
- Ujung kabel disambung dengan tali tross untuk kemudian diserahkan kepada tim darat
yang ada di boat kecil
- Penarikan kabel dilakukan dari batas maksimum kapal penggelar mendekati LP menuju
ke arah laut.
- Selesai penggelaran di Rokatenda, Pacific Guardian bergeser menuju Labuan Bajo untuk
melakukan penggelaran. Metode penggelaran dan Shore End yang sama dilakukan di
Labuan Bajo.
- Selama penggelaran kabel, IR test rutin dilakukan setiap 5 km (disesuaikan dengan
proyek) selama penggelaran dan OTDR dipantau terus selama penggelaran.
13
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
14
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
15
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
Burial laut pada pekerjaan Pembangunan Infrastruktur dan Jaringan Cable Based
Tsunameter (CBT) Labuan Bajo dan Rokatenda perlu dilakukan menggunakan metode
jetting manual / water jet. Kabel yang telah digelar ditembak menggunakan pompa
bertekanan sehingga seabed lumpur/pasir dibawahnya tertiup dan kabel dapat turun
lebih dalam ke dasar seabed. Metode jetting manual dilakukan menggunakan General
WP 20 Pompa Air Alkon [2 Inch]. General WP 20 Pompa Air Alkon [2 Inch]
merupakan mesin pompa air portable yang dapat digunakan untuk irigasi, pemadam
kebakaran, penguras air kolam renang, kolam ikan, dan lain-lain. Mesin pompa air ini
menggunakan mesin ekonomis yang handal dan teruji kualitasnya. Sawakami WP-20
memiliki daya hisap kuat dan tahan lama.
16
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
Pekerjaan burial juga direncanakan untuk menggunakan kapal kabel setelah pekerjaan
Shore End selesai. Kapal kabel instalasi akan memenuhi persyaratan purchaser, yang
biasanya dapat menyimpan pabrik submersible dengan aman untuk meletakkan dan
mengubur kabel sesuai kedalaman yang telah ditentukan sebelumnya. Perlu
diperhatikan bahwa pengaturan kapal yang sebenarnya bergantung pada ketersediaan
kapal pada saat itu pelaksanaan proyek.
Kapal instalasi kabel dirancang untuk menyimpan submersible plant di tempat yang
kondisi baik. Kabel digulung secara horizontal di tangki kabel. Submersible housings
ditumpuk dalam kondisi yang sesuai di atas kapal. Tiang kabel harus benar disusun
antara repeater stack dan cable tank melalui ceruk kabel dari slot tangki.
Kabel dipasang ke arah cable engine tanpa bending yang berlebihan dan dengan halus
permukaan akhir untuk mencegah lecet pada kabel.
17
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
• Pengetesan Cable Loading : Test kabel dilakukan sebelum dan sesudah kabel dimuat
ke atas kapal penggelar.
• Pengetesan Cable Laying: OTDR Test kabel dilakukan continue dan IR test dilakukan
setiap 5 km kabel tergelar (disesuaikan dengan lokasi proyek).
• Pengetesan Cable Pulling: Test kabel dilakukan setelah kabel selesai dilakukan
penarikan.
19
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
20
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
21
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
22
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
10) Pembangunan meliputi proses pengerjaan sebagai berikut sesuai dengan spesifikasi
yang tertera pada Lampiran 2 data dukung BMH, PH, tower monopole, dan CA sesuai
dengan desain yang dibuat oleh BPPT:
Melaksanakan mobilisasi tenaga kerja, peralatan dan material.
Melaksanakan pekerjaan persiapan dan pengukuran lokasi.
Melaksanakan pekerjaan galian tanah, urugan tanah, dan urugan pasir.
Melaksanakan pekerjaan pencarian dan penggalian sumber air.
Melaksanakan pekerjaan pondasi.
Pekerjaan struktur beton bertulang (pondasi, sloof, kolom, balok dan pelat atap).
Pekerjaan pasangan dinding.
Pekerjaan adukan dan plesteran.
Pekerjaan kusen dan pintu besi.
Pekerjaan penutup lantai.
Pekerjaan penutupan dan waterproofing.
Pekerjaan struktur baja.
Pekerjaan elektrikal, mekanikal, dan plumbing.
Menyediakan perangkat pendukung elektrikal, mekanikal, dan plumbing
(pompa air, jalur resapan, dll).
Dan pekerjaan lainnya yang dibutuhkan, sesuai dengan aturan yang berlaku
11) Material logam (terekspos dengan udara luar) yang digunakan dalam pembangunan
BMH, PH CA, Tower, dan PLTS harus menggunakan material metal/baja dengan
treatment hot dip galvanised (tahan karat).
12) Melakukan modifikasi yang diperlukan sesuai dengan kondisi lapangan melalui
komunikasi dan persetujuan dengan tim BPPT.
13) Menuangkan hasil pekerjaan dalam as built drawing.
14) Memastikan struktur BMH dan PH aman dari rembesan air.
15) BMH dilengkapi tangga permanen berbahan logam anti karat untuk akses keluar masuk
personel.
16) Menyediakan seluruh material untuk pembangunan LS sesuai dengan desain pada
Lampiran 2.
17) Menyediakan tenaga ahli sesuai dengan tiap item pekerjaan PLTS dan juga wajib
menggunakan tenaga lokal untuk membantu pekerjaan instalasi PLTS sesuai
23
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
kebutuhan sehingga pekerjaan selesai sesuai target, hal ini merujuk pada data dukung
Lampiran 13.
18) Menyediakan rack baterai/dudukan sebanyak 2 rack untuk penempatan baterai dimana
untuk 1 rak baterai/dudukan mampu menopang baterai sebanyak 24 buah dimana
spesifikasi baterai yaitu 2 VDC 1200AH/buah dan dengan berat 95 kg/buah.
Dudukan/rak baterai terbuat dari bahan metal (tidak boleh terbuat dari kayu) yang tahan
korosi dan mampu menahan beban berat. Konstruksi dudukan baterai dilengkapi
dinding pembatas pada sisi luar, sedemikian sehingga baterai dapat berdiri dengan
kokoh dan sesuai dengan desain yang dibuat oleh pihak BPPT.
19) Mengadakan dan instalasi peralatan dehumidifier dan pendingin ruangan (AC) untuk
menjaga tingkat kelembaban 45-55% dan temperatur 22 ± 1 derajat celcius di ruang
elektronik dan power pada PH. Jumlah AC dan dehumidifier minimal 2 set, hal tersebut
ditujukan untuk dijalankan secara bergantian. AC yang digunakan minimal mempunyai
kemampuan masing-masing 2 PK dengan mode inverter. Sistem AC wajib EMI comply
atau memenuhi standard ITU-T K.123 (12/2016) dan perangkat AC menggunakan
listrik dari PLN (bukan dari sistem).
20) Menyediakan instalasi listrik baru dari PLN (prabayar) jaringan tegangan rendah 1 fasa
golongan tarif P-1/TR dengan daya 7700 VA untuk power house di masing-masing
lokasi.
21) Menyediakan paket listrik untuk komisioning dan masa validasi data sistem sebanyak
34.128 kWh di masing-masing lokasi.
22) Membagi jaringan listrik dalam ruangan menjadi beberapa MCB untuk Pendingin AC,
perangkat HVDC, lampu, stop-kontak 1 fase, dengan ground/arde sesuai dengan
Lampiran 14
23) Merancang jaringan kelistrikan di PH yang terdiri dari sumber listrik PLTS, baterai,
dan jaringan PLN agar memiliki keandalan yang baik dan mampu menyuplai sistem
secara kontinou.
24) Menyediakan dan memasang sistem proteksi petir dan grounding untuk bangunan PH
yang dilengkapi dengan bak kontrol (desain terlampir). Pemasangan grounding untuk sistem
proteksi petir terpisah dengan sistem grounding PH. Sistem grounding PH dipasang
pada bak kontrol grounding. Bak kontrol grounding terbuat dari pasangan batu yang
dicor semen dan diaci serta dilengkapi dengan penutup yang memiliki handle. Ukuran
24
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
dan kedalaman bak kontrol dibuat sedemikian, sehingga mudah bagi operator dalam
melakukan perawatan, sesuai dengan desain yang telah dibuat oleh pihak BPPT.
25) Lingkup pekerjaan meliputi:
Mobilisasi dan demobilisasi selama pekerjaan,
Melakukan pekerjaan engineering dan survey untuk penempatan bak control
dengan nilai resistansi tanah kurang dari 5 ohm,
Melakukan pengadaan material sistem proteksi petir dan grounding berupa
busbar, rod tembaga, kabel, serta komponen pendukung lain,
Melakukan pengerjaan pemasangan perangkat sistem proteksi petir dan
grounding,
Melakukan pekerjaan lain yang dibutuhkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
26) Menyediakan dan memasang proteksi sistem kelistrikan (Lampiran 18) dengan
spesifikasi min. 3000 VA single-phase dengan fungsi sebagai berikut:
Memproteksi kenaikan tegangan ekstrim (surge),
Memperbaiki kualitas grounding (di bawah 1 volt)
Memproteksi sistem dari beban berlebih,
Menstabilkan tegangan yang tidak normal,
Meredam gangguan harmonik, transien, dan flicker,
Memproteksi aktif pada jalur komunikasi data
27) Lingkup pekerjaan meliputi:
Mobilisasi dan demobilisasi selama pekerjaan,
Melakukan pekerjaan engineering dan survey untuk perangkat di PH yang akan
diproteksi kelistrikannya,
Melakukan pengadaan material,
Melakukan pengerjaan pemasangan perangkat proteksi pada sistem kelistrikan,
Melakukan pekerjaan lain yang dibutuhkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
28) Mengadakan material dan melaksanakan pembangunan sistem proteksi petir sesuai
dengan SNI 0225:2011/Amd 1:2013. IEC 62305-2 dan 3.
29) Mengadakan material dan melaksanakan pembangunan sistem grounding sesuai
dengan SNI 0225:2011/Amd 1:2013, IEC 60364-5-54:2011
25
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
30) Menyediakan dan memasang sistem submarine grounding (Lampiran 17) untuk
system power kabel laut sebagai sacrificial anode dari perangkat HVDC Power
Supply. Sistem ini berfungsi sebagai perlindungan dari korosi dengan masa pakai
minimal 10 tahun dan sesuai dengan standar ASTM F1182-07 (2019). Spesifikasi
sacrificial anode tersebut adalah Ti-Mixed Metal Oxide ICCP Anode. Sistem submarine
grounding ini memiliki bak kontrol yang terpisah dengan sistem grounding bangunan
PH. Lingkup pekerjaannya meliputi:
Menyediakan dan melakukan mobilisasi - demobilisasi selama pekerjaan,
Melakukan pekerjaan engineering dan survey yaitu soil survey dan current
testing, desain kalkulasi dan as built drawing, serta pengujian dan komisioning,
Melakukan pengadaan material,
Melakukan pekerjaan instalasi,
Melakukan pekerjaan lain yang dibutuhkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
31) Mengintegrasikan perangkat HVDC Power supply yang sudah tersedia oleh BPPT,
yang digunakan sebagaimana dalam Lampiran 14, terdiri dari : minimal 2000 VDC,
1 A untuk di Labuan Bajo, dan 2 x 1500 VDC, 1A untuk di Rokatenda.
32) Menyediakan tangga anti karat portable untuk maintenance di dalam PH.
33) Menyediakan akses tangga permanen anti karat ke atap PH yang diperlukan untuk
melakukan maintenance PLTS.
34) Melaksanakan instalasi PLTS sesuai dengan desain yang dibuat oleh tim BPPT.
35) Menyediakan dan melaksanakan pembuatan konstruksi pendukung lainnya sesuai
dengan data dukung Pengadaan Bangunan BMH, PH, tower, dan CA.
36) Melakukan penyesuaian lain yang diperlukan dengan persetujuan dari tim teknis
BPPT.
37) Melaksanakan verifikasi kesesuaian bangunan, komisioning hasil pembangunan dan
dilaporkan ke Tim Teknis BPPT
38) Pekerjaan Pembangunan PLTS sesuai dengan, namun tidak terbatas, Lampiran 13
yang meliputi :
Pekerjaan Pendahuluan; terdiri dari kegiatan pra konstruksi (kegiatan survey,
rapat pra konstruksi, dan biaya survey lainnya), kegiatan pekerjaan pembersihan
26
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
27
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
j. Untuk mengikat modul surya yang disusun di atas rail aluminium digunakan
mid clamp (antar modul) dan end clamp (pada ujung rail) yang berfungsi
untuk mengikat dan menahan modul surya agar tidak bergeser.
k. Pada setiap array dipasang tanda bahaya terhadap sengatan listrik.
l. secara keseluruhan, jumlah struktur penyangga terdiri dari 2 set per lokasi,
dimana 1 set yang tersusun untuk jumlah modul surya sebanyak 16 buah (8
Seri 2 Pararel) dan 1 set yang tersusun untuk jumlah modul surya sebanyak 3
buah (3 Seri). Adapun dimensi dari modul surya terlampir pada data
pendukung
m. Kabel dari modul surya untuk menuju ke dalam PH terletak didalam kabel
tray dengan ukuran tipe U ukuran 50mm x 50mm, dengan tebal plat 2 mm
dan finishing Hot Dip Galvanized dan untuk di dalam PH, kabel-kabel juga
terletak di dalam kabel tray.
n. Pengendalian/pengawasan; penggelar bertanggung jawab memberikan
sosialisasi, pelatihan pengoperasian dan cara pemeliharaan sistem PLTS dan
melakukan commisioning pada pembangkit yang telah selesai dibangun kepada
orang lokal yang di tunjuk.
28
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
PLTS Off – Grid pada umumnya terdiri dari komponen sebagai berikut:
Mengubah energy
matahari menjadi energi
listrik.
- Polycrsytaline silicon
- Thin film
29
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
30
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
Inverter Grid-tied
terhubung melalui busbar
ke sisi beban AC
Penyangga Fungsi:
Modul Surya
Menyangga/
menopang
modul surya
sesuai dengan posisi dan
kemiringan yang telah
ditentukan.
31
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
- Lithium-ion
VRLA Gel
- VRLA Gel
- Zinc Air
32
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
proteksi Terhadap
arus/tegangan lebih
dan petir.
Mencatat, merekam,
menampilkan dan
memonitor data-data
parameter serta informasi
sistem PLTS.
Sistem monitoring dapat
diakses dari jarak jauh
melalui jaringan data yang
ada. Alat ini lebih sering
dikenal sebagai Remote
Monitoring
System (RMS)
33
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
Menghubungkan
kelistrikan komponen
komponen PLTS
34
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
Penangkal Petir
Fungsi:
Melindungi peralatan array
modul surya dan rumah
pembangkit dari
sambaran langsung petir.
Konfigurasi kerja yang umum diimplementasikan dalam PLTS off-grid ada 2 (dua)
sistem yaitu berbasis DC coupling dan AC coupling. Istilah coupling berdasarkan
hubungan titik ke titik koneksinya. Umumnya, sistem PLTS off-grid terdiri dari dua
bagian kelistrikan yang berbeda yaitu sisi arus bolak-balik disingkat a.b.b. (arus AC) dan
sisi arus searah disingkat a.s. (arus DC). Ketika sistem PLTS off-grid menerapkan
penggunaan fungsi cadangan baterai, ada dua titik koneksi yang dapat dibuat dari
keluaran array modul surya. Array dapat terkoneksi ke sisi AC atau sisi DC dari sistem
kelistrikan PLTS.
35
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
AC Coupling
Pada sistem AC Coupling titik koneksi berada pada sisi AC. Pada jenis sistem ini,
inverter grid-tied / inverter on-grid (inverter yang terhubung ke jaringan AC)
bertanggungjawab dalam mengelola potensi energi yang terserap di modul surya melalui
Maximum Power Point Tracking (MPPT). Keluaran dari inverter grid-tied terhubung
melalui busbar ke sisi beban AC. Pada kebanyakan kasus sisi beban AC dipisah antara
beban AC regular dan beban AC kritis (beban-beban yang harus dijaga tetap menyala).
Beban-beban AC kritis ini akan tetap teraliri listrik meski saat matahari tidak bersinar.
36
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
Porsi sistem cadangan AC Coupling bersumber dari baterai dan inverter baterai yang
mengambil alih operasi ke jaringan (grid) selama jaringan kehilangan daya. Energi yang
diserap modul surya dari matahari pertama sekali dialirkan ke beban AC kritis melalui
inverter grid- tied baru kemudian ke baterai melalui inverter baterai (pada situasi ini,
inverter bateraiberfungsi sebagai charging untuk baterai).
Penting untuk diketahui bahwa inverter baterai pada aplikasi AC Coupling memiliki
fungsi 2 (dua) arah sebagai berikut:
- Kedua sebagai inverter untuk baterai (DC ke AC). Hal ini menjadikan inverter baterai
pada sistem AC Coupling disebut juga dengan istilah Bidirectional Inverter.
Ketika PLTS kehilangan suplai energi matahari, inverter baterai akan memutus inverter
grid-tied dari sistem kelistrikan kemudian inverter baterai akan mengambil alih
sinkronasi dengan menyuplai tegangan listrik AC ke utilitas. Pada situasi ini,
Bidirectional Inverter menjalankan fungsi inverter untuk baterai.
AC Coupling
Sistem DC Coupling terkoneksi ke sisi arus searah (DC) dari sistem kelistrikan PLTS off-
grid. Pada sistem ini charge controller mengatur energi matahari yang terserap oleh array
modul surya melalui MPPT. Energi keluaran dari charge controller terhubung melalui
busbar DC ke sistem baterai sebagai penyimpan energi. Baterai terhubung ke inverter
yang bertugas mengkonversi arus searah (DC) ke arus bolak-balik (AC). Selanjutnya arus
AC dialirkan dari inverter ke beban AC.
Persiapan
37
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
pemeriksaan dan pengoperasian yang lebih rinci, gunakan dan pelajari buku Operasi
dan Manual perangkat yang telah ada di masing- masing lokasi PLTS secara detail, baik
dan benar. Resiko dan Keselamatn Kerja Dalam Mengoperasikan PLTS off-grid.
Gambar 18. Contoh Alat Keselamatan dan Alat Kerja Dalam Mengoperasikan PLTS
ff-grid
38
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
Pemeriksaan Awal
Pemeriksaan Grounding
4.9.2. Pastikan grounding peralatan dan grounding petir sesuai dengan desain awal
4.9.3. Pastikan seluruh koneksi kabel grounding terpasang dengan baik/ tidak
terputus/ longgar.
4.9.8. Pastikan kondisi arrester baik dan koneksi terpasang dalam keadaan baik di
dalam combiner box
4.9.12. Periksa peletakan Solar Charge Controller/ Inverter Grid-tied pada tempat
yangtelah ditentukan sesuai dengan desain
39
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
4.9.14. Periksa koneksi kabel keluaran combiner box ke koneksi arus searah (DC)
Solar Charge Controller atau Inverter Grid-tied
Sistem Baterai
Poin pemeriksaan sistem baterai dengan prosedur yang diberikan oleh vendor,secara
garis besar adalah sebagai berikut :
4.9.17. Periksa konektor pada baterai apakah sudah terpasang dengan benar
4.9.22. Periksa pengkabelan arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC)
Sisi Jaringan
4.9.24. Pastikan urutan Phasa dan Netral pada jaringan dan terminal inverter
sudah benar
4.9.25. Pastikan tegangan Phasa ke Netral pada jaringan berkisar 220 Volt AC
dan Phasa ke Phasa pada jaringan berkisar 380 Volt AC Sisi Arus
Searah (DC)
4.9.26. Pastikan tegangan DC tidak melebihi tegangan maksimum yang
diperbolehkan pada Solar Charge Regulator / Grid- tied Inverter atau
40
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
Battery Inverter.
4.9.27. Pastikan semua polaritas tegangan benar
4.9.30. Setelah semua poin diperiksa dan terpenuhi maka Solar Charge
Regulator / Grid-tied Inverter sudah siap di starting up untuk pertama
kali
4.10. Pengoperasian
41
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
- Tunggu hingga proses auto- baterai berjalan pada busbar lebih tinggi dari
initialization inverter mode normal. 37 V
selesai. - Atur circuit breaker atau - Setelah 10 menit,
fuse DC yang ada di pastikan tegangan pada
panel DC ke posisi busbar naik melebihi
“ON” 49V.
- Tunggu hingga proses - Hidupkan Inverter atau
auto- initialization Charge Controller.
inverter selesai - Pastikan baterai mulai
mengisi.
- Dilarang meletakkan
benda apapun diatas
battery
42
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
Inverter Baterai/
Bidirectional
Inverter Langkah
menyalakan:
- Atur circuit breaker yang ada di inverter baterai dan panel distribusi AC
secara berurutan ke posisi “ON”
- Inverter akan beroperasi secara otomat
- Periksa meter Panel Distribusi. Jarum menunjuk VL-N = 220 volt; VL-L=
380 volt; Arus = tergantung beban; f = 50 Hz.
- Periksa indikator Inverter, bila lampu LED Alarm Inverter menyala buka
buku petunjuk yang tersedia. Buku Operasi dan Manual perangkat telah
ada di masing-masing lokasi PLTS, harap dipelajari dan dilaksanakan
43
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
- Pastikan koneksi polaritas yang benar dan kemudian hidupkan bank baterai
sekering / SW di bank baterai.
- Tekan dan tahan tombol precharge atau tombol ON (jika ada alarm bunyi
bip, HENTIKAN langkah ini dan memeriksa polaritas baterai) hingga
indicator layar LCD menunjukkan “ON” Kemudian tekan tombol sekali
untuk memeriksa tegangan baterai lebih dari 40 Vdc dan kemudian
hidupkan circuit breaker BATERAI panel.
- Verifikasi koneksi polaritas PV sebelum mengaktifkan circuit breaker PV
pada PV junction box atau kotak combiner.
- Charge controller sudah mulai beroperasi dan indicator lampu STATUS
pada layar akan menyala atau berkedip.
Setelah semua poin di periksa dan terpenuhi maka Solar Charge Controller
45
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
siap starting up untuk pertama kali. Ikuti prosedur starting up sesuai buku
petunjuk operasi dan pemeliharaan yang sesuai. Buku Operasi dan Manual
perangkat telah ada di masing-masing lokasi PLTS, harap dilaksanakan secara
cermat, teliti, hati-hati, baik dan benar. Nyalakan Solar Charge Controller
dimulai dari master dan dilanjutkan dengan slave. Berikan waktu perangkat
“warming-up” selama kurang lebih 2 menit.
Pada Panel Distribusi, naikkan MCB menuju beban rumah
pelanggan dan lampu jalan. Berikut adalah langkah-langkah
yang perlu diperhatikan dalam menyalakan Panel Distribusi:
- Putar handle Change Over Switch (COS) berlawanan arah jarum jam dari
posisi “0” ke posisi “I”.
- Periksa meter Panel Distribusi. Jarum menunjuk VL-N = 230 volt; VL-L=
380 volt; Arus = tergantung beban; f = 50 Hz.
- Periksa indikator Inverter, bila lampu LED Alarm Inverter menyala buka
buku petunjuk yang tersedia. Buku Operasi dan Manual perangkat telah
ada di masing-masing lokasi PLTS ini, harap dipelajari dan dilaksanakan
secara teliti.
Kondisi Darurat
46
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
47
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
- Jika baterai kurang dari 25% pada pencatatan malam hari, matikan beban
hingga baterai terisi penuh saat siang hari. Jika terjadi hal seperti ini,
Pemeliharaan dibutuhkan.
48
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
yang dilakukan dalam periode harian, mingguan, bulanan, dan 6 (enam) bulanan
untuk masing-masing komponen:
49
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
50
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
51
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
52
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
53
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
54
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
55
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
a. Tujuan Pencatatan
b. Format Pencatatan
56
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
LAMPIRAN
57
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
58
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
59
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
60
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
61
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
62
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
63
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
64
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
65
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
66
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
67
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
68
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
69
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
70
PROPOSAL
METODE PEKERJAAN KABEL LAUT
PROJECT INA-CBT LABUAN BAJO & ROKATENDA
71