Anda di halaman 1dari 23

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH MEETING COONFERENCE TERHADAP


INTENSITAS PEMBELAJARAN SISWA KALONG MIPA II

DISUSUN OLEH:

NAMA : MARINA

NIS : 204094

KELAS : XII IPA 3

UPT SMA NEGERI 2 TAKALAR

TAHUN AJARAN 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami mampu menyelesaikan karya
tulis yang berjudul “pengaruh meeting coonference terhadap intensitas siswa kalong
mipa II”. Meskipun dalam penulisan karya ini masih banyak kekurangan dan
mengalami hambatan saat proses pengerjaan, tetapi kami berhasil menyelesaikan karya
tulis ini.

Dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini kami mengucapkan terima
kasih kepada penulis. Kami selaku Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis
ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk untuk penulisan karya tulis ilmiah yang lebih baik
lagi. Kemudian kami berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat dan
menginspirasi, khususnya bagi pembaca.

Takalar 3 Maret 2023

Marina

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................2

DAFTAR ISI .........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................4

A. LATAR BELAKAN..................................................................................4
B. RUMUSANMASALAH............................................................................7
C. TUJUAN DAN MANFAAT.....................................................................6

BAB II TINJUAN PUSTAKA .............................................................................7

A. PEMBELAJARAN ..................................................................................7
B. PERAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI
COVID-19 .................................................................................................8
C. TANTANGAN PENDIDIKAN DI MASA OANDEMI COVID-19 ....10

BAB III METODE PENULISAN ....................................................................14

A. JENIS PENELITIAN ............................................................................14


B. SUMBER DAYA ....................................................................................14
C. METODE PENGUMPULAN DATA....................................................14
D. METODE ANALISIS DATA ...............................................................15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................16

A. PERBANDINGAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA PADA


SISTEM PEMBELAJARAN SEBELUM PANDEMI DENGAN
SISTEM PEMBELAJARAN SAAT PANDEMI .................................16
B. EFEKTIVAS BANTUAN KOUTA .......................................................18

BAB V PENUTUP..............................................................................................21

A. KESIMPULAN ......................................................................................21
B. SARAN ....................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakan
Penyakit coronavirus telah ditetapkan World Health Organization (WHO)
sebagai kondisi pandemi dengan tingkat kemampuan penyebaran virus yang masif
hingga keseluruh penduduk dunia termasuk Indonesia. Berdasakan data penyebaran
covid 19 dari laman resmi pemerintah Indonesia (covid.go.id) per tanggal 2 agustus
2020, menrangkan bahwa telah 216 negara terinfeksi virus corona dan 680.894 jiwa
meninggal dunia. Di Indonesia per tanggal 8 agustus 2020 terdapat 320.564 kasus
positif dengan 11.580 orang meninggal dunia. Dari data tersebut menjelaskan bahwa
virus covid 19 ini masih ada dan sangat berbahaya.
Upaya dalam mengendalikan dan mencegah penularan virus corona dilakukan
dengan kebijakan pembatasan interaksi dan kerumunan serta menjaga jarak fisik satu
dengan yang lain. Kebijakan tersebut berdampak terhadap seluruh aspek kehidupan,
termasuk diantaranya proses pembelajaran peserta didik di sekolah. Proses
pembelajaran merupakan proses pencapaian tujuan pembelajaran yang dilakukan
peserta didik melalui serangkaian aktivitas dibawah arahan, bimbingan, dan motivasi
guru (Abidin, 2016). Kebijakan pembatasan interaksi dan kerumuman menyebabkan
guru dan peserta didik diwajibkan untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi
pandemi dan melakukan proses pembelajaran dengan yang berbeda dari kebiasaan
yaitu dengan sistem tatap muka secara tidak langsung atau proses pembelajaran daring
(dalam jaringan).
Isman tahun 2017 menjelaskan pembelajaran daring merupakan proses
pembelajaran yang memanfaatkan jaringan internet dalam proses pembelajaran (Isman,
2017). Pembelajaran daring memberikan kesempatan peserta didik belajar dengan
keleluasaan waktu belajar serta dimanapun peserta didik dan guru berada. Peserta didik
dapat berinteraksi dengan guru menggunakan beberapa aplikasi seperti classroom,
video converence, telepon atau live chat, zoom maupun melalui whatsapp group.

4
Proses pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang keberhasilannya akan
sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru menggunakan teknologi dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Data studi literature tentang penyampaian materi
secara e-learning menunjukkan bahwa tidak semua peserta didik akan sukses dalam
pembelajaran online (Nakayama et al., 2006). Data hasil penelitian lain juga
menunjukkan bahwa hambatan yang akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran
secara daring meliputi kurangnya guru dalam berinteraksi, penyampaian materi yang
kurang dapat dipahami oleh peserta didik, ketidaksiapan orang tua membimbing
anaknya belajar serta kemampuan orang tua untuk membiayai pengeluaran yang lebih
banyak untuk internet sebagai sarana belajar daring (Handayani et al., 2020). Hal
tersebut sesuai dengan pendapat (Mastur et al., 2002), yang menyebutkan bahwa guru
yang akan sukses dalam menerapkan pembelajaran daring adalah guru yang
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses penyampaian materi
kepada peserta didik. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan review
pustaka terkait pemanfaatan pengetahuan dan teknologi dalam menyampaikan materi,
khususnya penggunaan platform digital dalam pembelajaran daring peserta didik
tingkat sekolah dasar di masa pandemi. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
platform digital apa saja yang sering digunakan dalam pembelajaran daring.
Tantangan pendidikan dan segala model yang harus dihadapi merupakan hal
yang harus dipikirkan bagi Indonesia. Hal ini mengingat lambatnya pergeseran
pendidikan di Indonesia dari paradigma lama ke paradigma baru. Berdasarkan
penjelasan di atas maka mutlak adanya digitalisasi teknologi dibidang pendidikan era
revolusi industri (Reflianto, 2018) yang dalam perjalanannya dipercepat
transformasinya dengan adanya pandemi covid 19. Dari apa yang telah diuraikan
sebelumnya artikel ini akan membahas tentang transformsi digitalisasi pendidikan di
masa pandemi, Dampak dari digitalisasi, tantangan yang akan di hadapi serta
relevansinya.

5
B. Rumusan Masalah

Bagaiamana pengaruh meeting coonference terhadap intensitas siswa kalong


mipa II.

C. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan yang ingin penulis peroleh dari peneltian ini, yaitu untuk:

1. Menambah pengetahuan tentang seberapa penting bidang pendidikan dalam suatu


tatanan Negara
2. Menambah pengetahuan tentang seperapa penting meeting conference
pembelajaran selama pandemi.

Adapun manfaat yang dapat dari penulis adalah sebagai berikut:

1. Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan


wawasan, informasi, pemikiran, dan ilmu pengetahuan kepada pihak lain yang
terlibat.
2. Sebagai acuan dan pertimbangan bagi penulisan karya ilmiah yang selanjutnya
khususnya yang berkaitan dengan pendidikan di Indonesia selama pembelajaran
daring.

6
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2002 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi pendidik
dengan peserta didik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan
belajar. Hamalik dalam Fakhrurrazi (2018, hlm. 86) menyatakan bahwa pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan
guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang kelas, audio
visual) dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah suatu aktivitas yang melibatkan adanya guru dan peserta didik serta segala hal
yang mendukung dalam suatu lingkungan agar terjadinya proses penyaluran ilmu
secara bertahap. Adanya pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan kerangka
berpikir peserta didik sehingga terciptanya kemampuan dan perilaku baru yang bersifat
relatif permanen.
Dalam pembelajaran, pemahaman peserta didik sebagai hasil dari pembelajaran
perlu diperhatikan demi keberhasilan dari keberjalanan pembelajaran itu sendiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi peserta didik dalam memahami apa yang sudah
dipelajari. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa menurut Munadi
antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor Internal Faktor fisiologis dan faktor psikologis dalam pengertian faktor
fisiologis seperti kebiasaan yang prima. tidak dalam keadaan lelah atau capek, tidak
dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. hal tersebut dapat mempengaruhi peserta
didik dalam menerima materi pelajaran. sedangkan faktor psikologis dalam hal ini
peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut
mempengaruhi hasil belajarnya siswa. beberapa faktor psikologis 6 meliputi:
intelegensi (IQ), perhatian, bakat, motivasi, kognitif, dan daya nalar peserta didik. b.

7
Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor
tersebut dapat dibagi menjadi 2, yaitu faktor lingkungan dan faktor non sosial: 1)
Lingkungan Sosial Sekolah seperti guru, para staf administrasi dan temanteman sekelas
dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap
dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin
khususnya dalam hal belajar. Misalnya rajin membaca dan berdiskusi dapat menjadi
daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar. 2) Lingkungan Non Sosial. Faktor yang
termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah letaknya, rumah dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Seperti yang
diketahui, pendidikan di indonesia selalu menerapkan pembelajaran tatap muka.
Namun, semenjak adanya pandemi Covid 19 pembelajaran disesuaikan dengan kondisi
yang tidak memungkinkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka. Pada akhirnya,
tercetuslah pembelajaran jarak jauh berupa pembelajaran secara daring dengan
memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini.
B. Peran teknologi pendidikan di Masa Pandemi Covid-19
Berdasarkan pengertian yang telah dibahas sebelumnya teknologi pendidikan
memberikan manfaat dalam menunjang keberhasilan pembelajaran. Peran teknologi
pendidikan diantaranya sebagai berikut: (1) teknologi pendidikan sebagai alat
pendukung desain pengetahuan, (2) teknologi pendidikan sebagai sarana informasi
untuk mencari tahu pengetahuan yang mendukung peserta didik, (3) teknologi
pendidikan sebagai media dalam memfasilitasi peserta didik dalam mengemukakan
argumen, (4) teknologi pendidikan mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi
proses pembelajaran, (5) teknologi pendidikan sebagai alat bantu untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Disamping itu peran teknologi pendidikan menjadi sangat penting dalam proses
pembelajaran, terlebih pada masa pandemi seperti saat ini. Munculnya Covid-19
mengaharuskan segala aktivitas dilakukan di rumah, termasuk kegiatan belajar
mengajar. sebagai bentuk upaya pemutusan rantai penularan virus Covid19, kegiatan

8
pembelajaran yang semula dilakuakn secara tatap muka langsung oleh pendidik dan
peserta didik dilakukan secara daring.
Dengan begitu teknologi menjadi bagian terpenting dalam membantu proses
pembelajaran daring. Sehubungan dengan hal tersebut Buselic M., Tavakcu T., et al
dalam (Latip, 2020) menegaskan bahwa inti dari pelaksaan pembelajaran daring adalah
bagaimana cara memilih metode pembelajaran yang tepat dengan dibantu teknologi
yang bermaksud menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik meskipun
tidak bertemu dengan tatap muka secara langsung seperti halnya pembelajaran
konvensional. Dengan kata lain teknologi berperan sebagai media interaksi serta
transfer informasi terkait pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran daring.
Sebagai perangkat lunak atau software, teknologi berperan besar dalam
pembelajaran terutama di situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini. Teknologi
memberikan kemudahan kepada pendidik serta peserta didik dalam melakukan
pembelajaran jarak jauh. Berbagai macam platform disediakan dengan maksud
mempermudah pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, diantaranya mempermudah
pendidik dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik meskipun tidak dilakukan
secara tatap muka langsung, dengan memanfaatkan berbagai platform seperti, google
document sebagai media dalam melakukan forum diskusi online, melakukaan submit
ujian melalui google form, serta pengadaan kuis melalui website ataupun aplikasi.
Teknologi juga membantu peserta didik dalam memperoleh materi-materi pelajaran
yang kemungkinan tidak di peroleh selama pembelajaran jarak jauh berlangsung
dengan mengakses berbagai macam website serta aplikasi seperti, edutafsi.com,
wolframalpha.com, slide share, inspigo dan masih banyak lagi. Selain itu teknologi
juga berperan dalam meningkatkan kreativitas pendidik maupun peserta didik,
pendidik dapat berinovasi dalam penyampaian materi pembelajaran dengan
memanfaatkan berbagai situs media sosial seperti Facebook, Instagram, YouTube, dan
lain sebagainya. Sama halnya dengan pendidik, peserta didik dapat memanfaatkan
berbagai situs media sosial dalam memenuhi tugas yang diberikan. Dalama hal ini
teknologi dapat memberikan manfaat dalam menunjang keberhasilan pembelajaran

9
daring di tengah pandemi seperti saat ini. Keberhasilan pembelajaran daring tidak
hanya dipengaruhi dari peran teknologi internet saja, tetapi juga dipengaruhi dari
kualitas Sumber Daya Manusia.
Teknologi internet tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan apabila
SDM sebagai operator atau pengguna tidak memiliki pengetahuan serta keterampilan
yang baik dalam penggunaan dan pengelolaan teknologi. Untuk itu pemahaman
megenai teknologi menjadi faktor utama dalam keberhasilan pembelajaran daring.
Teknologi internet dalam pembelajaran daring berperan sangat penting, dikarenakan
tanpa adanya teknologi internet dapat menghambat pembelajaran yang dilakukan
secara online. Teknologi internet juga berpengaruh bagi siswa atau mahasiswa untuk
mencari bahan pembelajaran yang kurang mereka pahami. Teknologi internet dapat
memberikan manfaat yang banyak dalam menunjang kegiatan pembelajaran.
C. Tantangan Pendidikan di Masa Oandemi Covid-19
Wabah Covid-19 membawa dampak besar terhadap beberapa sektor, salah
satunya sektor pendidikan. sebagai upaya pencegahan penularan virus corona, hampir
seluruh negara menerapkan berbagai kebijakan yaitu salah satunya memberlakukan
physical distancing. Pemerintah Indonesia sendiri memberlakukan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) yang dimana mengharuskan segala aktivitas dikerjakan di
dalam rumah. Mulai dari aktivitas pekerjaan sampai aktivitas pembelajaran pun
dilakukan di rumah, dengan maksud untuk mengurangi interaksi antar manusia dalam
upaya pencegahan penyebaran virus vorona. Berdasarkan kebijakan tersebut maka
dengan terpaksa kegiatan pembelajaran dilakasanakan secara daring. Pembelajaran
daring merupakan sistem pembelajaran yang pelaksanaannya tidak dilakukan secara
langsung dalam satu tempat yang sama, melaikan dilakukan dengan memanfaatkan
platform yang dapat membantu proses jalannya belajar mengajar meskipun dilakukan
secara jarak jauh.
Seiring pesatnya perkembangan teknologi, komunikasi dan informasi,
pembelajaran daring dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai platform seperti
e-learning, Google Clasroom, rumah belajar, dan lain sebagainya. Selain itu

10
pembelajaran daring dapat dilakukan dalam bentuk video conference dengan
menggunakan beberapa platform diantaranya seperti aplikasi zoom, google meet, dan
visco webex. Selain memanfaatkan aplikasi-aplikasi tersebut tidak jarang Whatsapp
Group menjadi alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran daring.17 Dalam
pelaksanaan pembelajaran daring di masa pandemi saat ini tentu menghadirkan
berbagai hambatan. Hambatan itulah yang menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku
dalam dunia pendidikan, khususnya bagi pendidik dan peserta didik, mengingat
pelaksanaan pembelajaran daring harus tetap diselenggarakan ditengah wabah Covid-
19. Pembelajaran daring sendiri dalam pelaksanaannya tidak dapat terlepas dari dari
jaringan internet, maka sudah menjadi hal yang lumrah bahwa hambatan dalam
pelaksanaan pembelajaran daring ini adalah akses jaringan internet yang belum merata.
Hal ini dibuktikan oleh Jamalul Izza, selaku ketua umum Asosiasi Penyelenggaraan
Jasa Internet Indonesia (APJII), yang menjelaskan bahwa Indonesia memiliki sekitar
74 ribu desa, yang diantaranya masih banyak desa yang tidak bisa menikmati jaringan
internet seperti daerahdaerah lainnya. Hal tersebut dilatarbelakangi salah satunya
faktor letak geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau.
Selain itu wabah Covid-19 memaksa berbagai aspek untuk melakukan
penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi kondisi dan situasi yang baru. Dalam
lingkup pendidikan, baik pendidik maupun peserta didik dituntut untuk bisa
mengoperasikan sistem pembelajaran secara online dengan baik. Kesiapan Sumber
Daya Manusia menjadi bagian terpenting dalam mencapai keberhasilan pembelajaran
online, kesiapan ini berkaitan dengan kemampuan pendidik dan peserta didik dalam
menggunakan dan mengolah berbagai sistem teknologi yang dimanfaatkan dalam
jalannya pembelajaran daring. Transformasi model pembelajaran secara tiba-tiba yang
bermula dari model konvensional menjadi berbasis online mengakibatkan kurangnya
persiapan yang matang sehingga pembelajaran online saat ini belum bisa dikatakan
optimal. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pendidik dan peserta didik agar
bisa segera menyesuiakan diri terhadap kondisi dimana keahlian dalam

11
mengoperasikan sistem teknologi sudah menjadi suatu kebutuhan yang penting di masa
pandemi saat ini.
Disamping itu hambatan dalam pembelajaran daring datang dari peserta didik.
semangat belajar peserta didik selama proses pembelajaran daring menurun
dibandingkan ketika pembelajaran tatap muka langsung. Berdasarkan penelitian yang
sudah dilakukan sebelumya oleh Adhetya Cahyani, Iin Diah Listiani, & Sari Puteri
Deta Larasati (2020) menunjukkan bahwa motivasi belajar peserta didik yang
mengikuti pembelajaran daring selama pandemi menurun. Penurunan motivasi belajar
peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu kondisi selama
pembelajaran daring yang mewajibkan peserta didik untuk belajar di rumahnya
masing-masing, sehingga memaksa mereka untuk mempelajari serta memahami materi
pelajaran secara mandiri, pendidik tidak dapat mendampingi dan mendidik peserta
didik secara langsung, sehingga pendidik tidak dapat melakukan tindakan seperti
pemberian reward-punishment, pemberian motivasi, menegur, dan lain sebagainya.
Sedangkan tindakan-tindakan pendidik tersebut yang dapat menguatkan motivasi
peserta didik. selain itu efektivitas waktu belajar juga mempengaruhi motivasi belajar
peserta didik. Peserta didik merasa sulit dalam menetukan waktu yang tepat untuk
belajar di rumah. Lingkungan sosial keluarga yang kurang kondusif menyebabkan
peserta didik tidak dapat fokus untuk belajar.
Melihat hambatan tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pendidik maupun
peserta didik. pendidik diharuskan lebih berinovasi dalam mennetukan cara atau
metode dalam menyampaikan materi agar peseta didik mampu menerima materi
dengan mudah meski tidak disampaikan secara tatap muka langsung. Sedangkan
peserta didik dituntut agar bisa beradaptasi dengan kondisi dan situasi seperti saat ini.
Secara garis besar tantangan pendidikan selama pandemi Covid-19 menyangkut
budaya akademik, yang meliputi nilai, sikap, pengetahuan, keterampilan, serta
kesiapan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan literasi teknologi.
Dalam pembelajaran daring guru dapat memanfaatkan berbagai macam fitur
yang ada dalam Google Classroom seperti assignments, grading, communication, time-

12
cost, archive course, mobile application, dan privacy (Sabran & Sabara, 2019).
Berikutnya ada google form, Google Form adalah satu diantara beberapa aplikasi
dengan model tampilan formulir sebagai kertas kerja yang dapat difungsikan baik
perorangan maupun kelompok. Penggunaan google formulir dalam pembelajaran
daring sangat mudah. Berdasarkan hasil analisis peneliti, seluruh responden
menggunakan google formulir dalam pembelajaran daring. Google formulir ini
digunakan sebagai alat evaluasi pembelajaran. Kemudahan pengguanaan serta
penilaian membuat google form digunakan. Keunggulan google formulir ini adalah
adanya template yang beragam guna pembuatan quiz, dapat menggunakan berbagai
macam jenis tes yang dibuat sesuai dengan keinginan guru, bahkan dapat
menambahkan video dan juga gambar, serta hasil tanggapan dari peserta didik bisa
langsung tersimpan secara otomatis (Bulan & Zainiyati, 2020). Hasil data yang di
peroleh dari google form ditampilkan dengan terperinci dan memudahkan guru dalam
melakukan penilaian. Layanan Google yang terakhir adalah google meet. Google meet
merupakan aplikasi yang hampir sama dengan zoom cloud meeting. Perbedaan antara
google meet dan zoom cloud meeting yang paling tampak adalah tampilan layar pada
saat melakukan pembelajaran. Penggunaan google meet dan zoom cloud meeting
keduanya sama-sama cocok dalam pembelajaran.

13
BAB III
METODE PENULISAN
A. Jenis penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kepustakaan atau kajian literatur (literature review, literature research).
Metode penelitian kepustakaan atau kajian literatur adalah serangkaian penelitian yang
metode pengumpulan datanya berkaitan dengan data pustaka atau objek penelitiannya
didapat melalui berbagai informasi kepustakaan seperti buku, ensiklopedia, jurnal
ilmiah, koran, majalah, dan dokumen (Syaodih, 2009). Adapun penelitian ini bersifat
analisis deskriptif, yaitu penguraian secara sistematis data yang diperoleh kemudian
diberikan pemahaman dan penjelasan supaya dapat dipahami dengan baik oleh
pembaca (Kattsoff dalam Irawati, 2013). Subjek penelitian ini adalah siswa Mipa 2
kalong, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran daring dan luring,
serta bantuan pemerintah berupa kuota internet.
B. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
diperoleh peneliti dari beragam informasi kepustakaan seperti studi kepustakaan,
dokumentasi, buku, majalah, koran, arsip tertulis yang berkaitan dengan objek yang
akan diteliti. Adapun sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
berupa buku dan laporan ilmiah primer yang terdapat di dalam artikel atau jurnal
noncetak yang berkaitan dengan pembelajaran daring dan luring, serta bantuan
pemerintah berupa kuota internet.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi, yaitu suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam bentuk
buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan
yang dapat mendukung penelitian (Sugiyono, 2015). Data-data yang telah diperoleh
tersebut kemudian dikumpulkan sebagai suatu kesatuan dokumen yang digunakan
untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

14
D. Metode Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses mencari data, mengorganisasikan data yang
telah diperoleh ke dalam kategori secara sistematis, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesis, dan memilih data yang penting dan yang akan dipelajari ke dalam
pola, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah
analisis anotasi bibliografi (annotated bibliography) dan analisis komparatif.
Anotasi, yakni suatu kesimpulan sederhana dari suatu literatur, sedangkan
bibliografi sebagai suatu daftar sumber dari suatu topik. Jadi, anotasi bibliografi
merupakan suatu daftar sumber dari suatu topik yang digunakan untuk penelitian serta
setiap daftar sumber ini terdapat sebuah kesimpulan sederhana. Sementara itu, analisis
komparatif merupakan teknik analisis data dengan cara membandingkan objek
penelitian dengan konsep pembanding. Dalam penelitian ini, penulis akan
membandingkan tingkat pemahaman dan kendala yang dihadapi siswa ketika
pembelajaran daring dan pembelajaran luring.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perbandingan Tingkat Pemahaman Siswa pada Sistem Pembelajaran


Sebelum Pandemi dengan Sistem Pembelajaran saat Pandemi.
Dalam system pembelajaran baik secara online maupun offline, tetap harus
terdapat unsur komunikasi yang baik di dalamnya. Hal itu dikarenakan, komunikasi
memiliki peran pemnting untuk mengelola proses pemaparan dan penerimaan materi
pelajaran. Selanjutnya, interaksi interpersonal yang efektif dan harmonis antara siswa
dan guru pada proses pembelajaran sangat berpengaruh dalam meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman terhadap materi yang diberikan. Kemudian antara siswa
dan guru harus membangun interaksi yang berkelanjutan baik di ruang belajar maupun
diluar ruang belajar. Komunikasi pembelajaran baik secara online maupun offline,
harus dilakukan dengan baik oleh pihak pendidik maupun peserta didik. Bentuk
komunikasi yang dilakukan seoranng guru dalam menyampaikan pesan secara personal
harus dilakukan berkelanjutan mulai dari pengiriman pesan, penerimaan, dan
pemahaman. Selanjutnya, sebagai peserta didik harus bersifat aktif, supaya komunikasi
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.
Ketika system pembelajaran di Indonesia dilakukan secara offline, guru mampu
dengan mudah mengetahui kondisi siswa saat mengikuti pembelajaran. Kemudian
siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran, dapat bertanya
secara langsung kepada guru dan mendapat arahan secara langsung. Dengan begitu,
komunikasi antara pendidik dan peserta didik dapat berlangsung lancar dan efektif.
Meskipun demikian, tetap terdapat kendala yang dialami oleh pendidik maupun peserta
didik pada pembelajaran offline. Misalnya terdapat beberapa siswa yang hanya bisa
fokus ketika situasi kelas kondusif, padahal di sisi lain tidak jarang ditemui komdisi
kelas ramai dan tidak terkendali ketika guru menerangkan. Kemudian, terdapat
pendidik yang tidak bisa mengontrol kondisi kelas. Sedangkan selama masa pandemi
Covid-19, pembelajaran dilakukan secara daring dengan menerapkan PJJ atau

16
Pembelajaran Jarak Jauh berbasis internet. Sistem PJJ dilakukan dengan cara
menyebarkan materi yang diajarkan secara terbuka dengan media pembelajaran
berbasis internet.
Selama pembelajaran daring terdapat banyak kendala atau hambatan yang
dialami siswa dalam memahami materi pelajaran karena ruang gerak komunikasi
antara guru dan siswa yang terbatas. Dalam pembelajaran daring kuat atau tidaknya
jaringan internet menjadi faktor utama dalam keberlangsungan pembelajaran, karena
tanpa jaringan internet yang kuat maka guru dan siswa tidak dapat melangsungkan
kegiatan belajar mengajar dengan baik. Tidak jarang terdapat siswa yang kondisi
ekonominya menengah ke bawah mengeluh mengenai mahalnya biaya dalam
pembelajaran daring sehingga siswa banyak menghabiskan uang untuk membeli paket
data internet, terlebih jaringan atau koneksi internet yang lambat dapat menghambat
komunikasi saat pembelajaran. Adanya keterbatasan komunikasi itulah yang dapat
menghambat siswa dalam memahami materi. Dengan demikian, pembelajaran secara
daring dapat berlangsung lancar dan memiliki kualitas yang baik, harus didukung
dengan sarana prasana yang memadai (Wuliandri dkk, 2020) Selanjutnya, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Indawati dkk (2020), Ia menyampaikan bahwa siswa
mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Selama pembelajaran daring, siswa cenderung mengalami rasa bosan dan
suntuk. Terdapat kemungkinan bahwa hasil dari pembelajaran daring tidak akan
memghasilkan apa-apa. Hal itu dikarenakan pada saat memori otak jangka pendek
menerima informasi terkena mental. Kemudian, terdapat penelitian yang dilakukan
oleh Wuliandri dkk (2020) dalam jurnal yang berjudul Analisis Perbandingan
Perkuliahan Online dan Offline Terhadap siswa MIPA II Kalong. Dalam jurnal tersebut
menjelaskan, bahwa pembelajaran yang dilaksanakan secara daring kurang efektif
terhadap hasil pemahaman mahasiswa selama proses pembelajaran. System
pembelajaran daring kuranf menyebabkan siswa lebih sulit untuk memahami materi
yang disampaikan oleh guru. Berikutnya, hal serupa juga dijelaskan oleh Erna
Sulistiyawati (2020), berdasarkan data hasil penelitian yang Ia peroleh mayoritas siswa

17
memiliki presepsi negatif terhadap pembelajaran daring mata pelajaran bahasa
Indonesia. Siswa berpresepsi demikian, karena mayoritas siswa kurang memahami
materi pembelajaran daring yang disampaikan dan cara penyampaian guru dalam
mengajar kurang menarik.
Selain itu, siswa juga menganggap bahwa kegiatan pembelajaran daring kurang
efektif Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa tingkat pemahaman siswa pada
saat pembelajaran via daring saat pandemi lebih rendah daripada pembelajaran via
offline sebelum pandemi. Kemudian tingkat efektivitas pembelajaran, jauh lebih efektif
jika dilakukan secara langsung atau offline.
B. Efektivas Bantuan Kouta
Efektivitas Bantuan Kuota Internet Demi kelancaran pembelajaran secara
online, pemerintah memberikan bantuan kuota internet setiap bulan kepada seluruh
siswa dan mahasiswa di Indonesia. Pemberian kuota internet sudah diberikan dan
diupayakan merata dalam penyebarannya. Tetapi fakta di lapangan, tingkat efektivitas
bantuan pemerintah berupa kuota internet dalam pembelajaran daring rupanya belum
merata ke seluruh siswa. Hal itu dibuktikan dengan adanya target awal bantuan kuota
internet pada tahun 2020 diberikan selama 4 bulan (September – Desember) kepada 60
juta penerima dengan jumlah anggaran Rp. 7,21 triliun dan faktanya hanya dapat
direalisasikan untuk 35,59 juta [59,22] penerima bantuan kuota internet yang
memenuhi kriteria. Penyebab dari hal ini adalah target optimistis Kemendikbud
sebanyak 60 juta penerima tersebut belum memperhitungkan hasil verifikasi-validasi
yang sesuai dengan kriteria, sehingga bantuan itu hanya dapat disalurkan kepada 35,59
juta penerima. Jangka waktu verval yang kurang memadai juga berpengaruh terhadap
keefektifan penyaluran bantuan kuota internet karena jangka waktu verval yang
dilakukan hanya dalam waktu satu bulan (Agustus – September).
Selanjutnya terdapat fakta lain terkait permasalahan efektivitas kuota internet,
yaitu bagi peserta didik yang berada di wilayah kota-kota besar bisa dengan mudah
mengakses bantuan kuota pemerintah. Sedangkan bagi peserta didik yang berada di
wilayah 3T dan wilayah-wilayah yang mudah diakses namun belum ada peningkatan

18
koneksi internet yang baik, tidak bisa menggoptimalkan bantuan kuota tersebut. Dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut, pemerintah sudah memberikan solusi baru,
yaitu 15 dengan memberikan modul-modul belajar untuk membantu siswa dalam
belajar di daerah yang sulit melakukan pembelajaran daring. Meskipun demikian,
penyaluran modul belajar juga dirasa belum efektif karena masih minimnya
pengetahuan orang tua yang mendampingi anaknya dalam belajar. Kemudian, hasil
pembelajarannya belum semaksimal seperti ketika diajarkan oleh guru. Alhasil, peran
guru dalam pembelajaran memang tetap diperlukan dan interaksi peserta didik dan guru
juga harus terus berjalan. Karena hal itulah dibutuhkan peran mahasiswa sebagai salah
satu stakeholder di masyarakat untuk menyelesaikan problematika tersebut.
C. Peran Siswa
Mahasiswa mempunyai peran dalam menyelesaikan kendala yang dihadapi oleh
siswa pada pembelajaran daring yaitu dengan cara :
1. Menjadi contoh dalam masyarakat
siswa merupakan agent of change, yang artinya agen pembawa perubahan.
Sebelum melakukan perubahan, sebagai seorang mahasiswa harus mampu menjadi
pionir dalam masyarakat. Dalam masalah pandemi seperti sekarang ini, mahasiswa
dapat memberikan contoh mengoptimalkan penggunaan kuota internet dengan bijak.
Wujud nyata contoh tersebut yaitu dengan cara tidak menyebarluaskan konten yang
tidak bermanfaat di social media. Kemudian, mahasiswa dapat membuat konten-konten
yang membantu pembelajaran (misalnya membuat konten cara cepat menghitung
perkalian).
3. Mensosialisasikan pentingnya optimalisasi dalam pembelajaran daring
Sebagai seorang mahasiswa, jika kita sudah tahu mana yang benar dan mana
yang slah. Maka alangkah baiknya, jika kita mau mengajak orang lain untuk melakukan
hal-hal yang benar. Dalam masalah ini, mahasiswa dapat mengajak orang lain dengan
cara melakukan sosialisasi baik secara online maupun offline. Sosialisasi secara online
tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan webinar dengan sasaran peserta
didik SMP-SMA dan wali murid sekolah dasar. Selain itu, mahasiswa dapat

19
menyebarluaskan poster melalui media sosial terkait tips and trick memahami materi
pembelajaran walaupun secara online atau poster tentang pentingnya menggunakan
kuota internet dari pemerintah dengan baik. Membantu Siswa yang Kesulitan
Memahami Materi Pelajaran. Sebagai seorang mahasiswa harus mampu peduli dengan
lingkungan sekiar, hal itu dapat diwujudkan dengan cara mengajari anak-anak di
lingkungan sekitar yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
Karena situasi sedang pandemi, maka kegiatan tersebut hanya dapat dilakukan dengan
terbatas. Selanjutnya, jika hal ini dapat diwujudkan dengan aksinya, maka akan sangat
bermanfaat bagi siswa-siswa yang terkendala dalam memahami materi pembelajaran.
Kemudian, hal ini juga bermanfaat bagi mahasiswa yaitu mahasiswa mendapatkan
pengalaman baru dalam membantu siswa menghadapi kendala dalam melaksanakan
pendidikan selama pandemi Covid-19.

20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang kami peroleh, maka diperoleh kesimpulan bahwa
pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam tatanan negara. Hal itu
dikarenakan, pendidikan adalah komponen kehidupan yang paling urgen. Selanjutnya,
penulis juga menyimpulkan bahwa pembelajaran daring di Indonesia selama pandemi
belum efektif, karena memunculkan problematika baru dalam dunia pendidikan.
Adapun kontribusi yang dapat dilakukan mahasiswa sebagai stakeholder di
masyarakat, yaitu mahasiswa dapat memberikan contoh yang baik dalam penggunaan
media sosial, mengadakan sosialisasi secara offline maupun online terkait
pembelajaran daring, dan membantu anak-anak di lingkungan sekitar yang mengalami
kesulitan dalam memahami pembelajaran selama daring.
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah mahasiswa sebagai agent of change
memiliki kewajiban untuk menyampaikan pendapat dan solusi dalam mengatasi
permasalahan pendidikan di SMA Kalong. Dalam permasalahan yang telah
dirumuskan di penelitian ini, mahasiswa dapat memberikan sosialisasi kepada siswa
untuk menggunakan media sosial secara bijak dengan menjadikan media sosial
sebagai media belajar. Selain itu, mahasiswa juga dapat memberikan sosialisasi
kepada orang tua untuk mengawasi anak dalam menggunakan gadget untuk
meminimalisir anak supaya tidak mengakses konten negatif sehingga bantuan kuota
pemerintah dapat dimanfaatkan secara optimal.

21
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, Ghina. (2016). Partisipasi Stakeholder dalam Pelaksanaan Program
Adiwiyata di SMP Negeri 4 Bojonegoro. Jurnal Kebijakan dan Manajemen
Publik, 4(3), 3.
DY, Kamayanthy. (2020). BAB II KAJIAN TEORI dan KERANGKA
PEMIKIRAN, 14-22. http://repository.unpas.ac.id.
Indawati, P., Medida, V. A., & Nirmala, P. O. (2020). Problematika Pada
Pembelajaran Daring Dan Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Ajar Ips: Sebuah Studi Kasus Pembelajaran Daring Masa Pandemi
Covid-19. In Seminar Nasional Pendidikan Ips (Vol. 1, No. 1).
Katsoff, Louis dalam Irawati, Yuni. 2013. Metode Pendidikan Karakter Islami
Terhadap Anak Menurut Abdullah Nasih Ulwan dalam Buku Pendidikan
Anak dalam Islam dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Nasional.
Skripsi tidak diterbitkan. UIN Sunan Kalijaga.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2021. “Pelaksanaan Pembelajaran
Tahun Ajaran Baru 2021/2022 Mengacu pada Kebijakan PPKM dan SKB 4
Menteri”, https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/08/pelaksanaan-
pembelajaran-tahunajaran-baru-20212022-mengacu-pada-kebijakan-
ppkm-dan-skb-4-menteri. Diakses pada 21 November 2021.
Kurniawan, R. Y. (2016). Identifikasi permasalahan pendidikan di Indonesia untuk
meningkatkan mutu dan profesionalisme guru. Konvensi Nasional
Pendidikan Indonesia, 1415-1420.
Megawanti, P. (2015). Meretas permasalahan pendidikan di Indonesia. Formatif.
Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 2(3).
Putra, A. (2017). “Mengkaji Dan Membandingkan Kurikulum 7 Negara
(malaysia, Singapura ,Cina, Korea, Jepang, Amerika Dan Finlandia)”.
Skripsi. Sumbawa Besar: Universitas Samawa.
Ramadani, Desi.Ali Nurdin. (2021). Efektivitas Komunikasi Pembelajaran Daring
terhadap Pemahaman Materi Kuliah Mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya.Jurnal Ilmu Komunikasi. Jurnal Ilmu Komunikasi, 11(1), 35-45.

22
Roza, P. (2007). Pendidikan dan mutu manusia. Jurnal Sosioteknologi, 6(12), 303-
308. Sa'adah, M. (2019). Studi komparatif reformasi pendidikan di
Singapura dan Indonesia. 18 Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan
Aplikasi, 7(1), 70-79. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sulistiyawati, E., & Yahya, M. (2020). Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran
Daring Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Madrasah Aliyah Negeri
2 Surakarta (Doctoral Dissertation, IAIN Surakarta).
Syaodih, Nana. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Wulandari, T., Agrita, T. W., & Hidayatullah, K. (2020).
Analisis Perbandingan Perkuliahan Online dan Offline Terhadap
Mahasiswa STKIP Muhammadiyah Muara Bungo. In Proceeding National
Conference: Education, Social, Science, and Humaniora (Vol. 2, No. 1, pp.
64-68).

23

Anda mungkin juga menyukai