Anda di halaman 1dari 50

PEDOMAN

PROGRAM PTM (PENYAKIT TIDAK MENULAR)

PUSKESMAS PONDOK CABE ILIR KOTA


TANGERANG SELATAN

PENDAHULUAN
BA I
B
PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKITTIDAK MENULAR iii
1
A. Latar belakang
Mengacu pada capaian RPJMN 2015-2019beberapaindikator terkait Penyakit Tidak
Menular (PTM) menunjukkanangka capaian target yang dikelompokkan
dalamindikatoryangsulit dicapai, meskipun indikator Rencana Strategis PTM2015-2019
telah tercapai. Sebagai contoh pada indikatorRPJMNtentang Penurunan Prevalensi
Merokok < 18 tahunpadatahun2018 adalah 9,1%, sementara capaian tahun
2013sebesar7,2%.Hal ini disebabkan belum optimalnya peran dandukungandaripihak
lain di luar Kementerian Kesehatan yang mempunyaikewenangan terhadap tembakau
terutama dalamperedaran,iklan luar ruang maupun yang ditayangkan di
mediapenyiarandan media sosial serta masih kurangnya komitmenkepeduliankepala
daerah dalam penerapan Kawasan Tanpa Rokok(KTR)diwilayahnya.

Indikator Penurunan Prevalensi Hipertensi pada tahun2018tercapai sebesar 34,1%,


angka ini lebih meningkat dibandinghasil Riset Keseha- tan Dasar (Riskesdas)
tahun2013sebesar25,8%. Hal ini menunjukkan dalam5 tahun terakhirperilakuindividu
masih dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, polamakantidak sehat, kurang aktivitas fisik,
stres dan peningkatanfaktorrisiko PTM lainnya. Penyebab peningkatan prevalensi
hipertensiselain faktor risiko yang telah disebutkan diatas jugabelumoptimalnya peran
dan dukungan lintas sektordalampengendalian kon- sumsi gula, garamdan
lemakberlebihanmelalui kepatuhan pencantuman pesan
kesehatanpadakemasanmakanan dan makanan siap saji yang dipro- duksi olehpihak
industri dan penyedia makanan, agar masyarakat dapatmemilihmakanan olahan yang
sehat sesuai kebutuhan gizinya. Disampingitu faktor lain yang mempengaruhi adalah
budayakulinerIndonesia yang kaya dan beragam kandungan gula, garamdanlemak,
terbatasnya keterse- diaan pangan sayur danbuahyangbebas pestisida, murah dan
terjangkau oleh masyarakat.

Pada Riskesdas tahun 2013 angka obesitas menunjukkan14,8% sedangkan


Riskesdas tahun 2018 sebesar 21,8%. Hal inidipengaruhi oleh
2 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR
kondisi transisi teknologi yang terjadi dimana segala kemudahandapat dijangkau melalui alat
komunikasi seperti kemudahanmengakses makanan dan minuman siap saji dantransportasiyang
berdampak pada konsumsi gula, garamdanlemakberlebihan serta penurunan aktifitas fisik. Selain
itutransisidemografi juga ikut mempengaruhi, usia harapanhiduporangIndonesia semakin tinggi maka
potensi untuk terkenaPTMjugabertambah. Penyakit PTM dapat dikendalikan ataudikontrolsepanjang
penderita patuh minum obat sesuai anjurandokter, Halyang sangat mungkin untuk mencegah
PTMadalahdenganmelakukan intervensi pada faktor risiko yang meliputi perilakumerokok, konsumsi
gula, garam dan lemak berlebihan,kurangnya aktifitas fisik serta obesit.

Penerapan program PTM di sebagian besar Provinsi masihmenemukan kendala yaitu kurangnya
advokasi kepadaPimpinanDaerah untuk melaku- kan kegiatan/gerakanpeningkatankesadaran dan
kepedulian masyarakat untuk mendorongperubahan perilaku individu. Masyarakat harus
diberipemahaman bahwa PTM adalah the Silent Killer yangseringkalitidak mem- berikan gejala dan
keluhan pada seseorang, namunterdeteksi pada saat penyakit telah kronik atau padastadiumlanjut,
sehingga setiap indivi- du sangat perlu menerapkanperilaku hidup sehat dan melakukan deteksi dini
ataucekkesehatan secara berkala. Gerakan/kegiatan tersebutperludiinisiasi oleh para Pimpinan
Daerah dan akan sangat berartijika dapat sekaligus menjadi role model atau katalisatorperubahan
hidup sehat. Komit- men Pimpinan Daerahjuga
diharapkan dalam menerapkan kebijakan serta mengalokasikandukungan anggaran untuk
mengoptimalkan programPTM. Mutasi para pengelola program yang cukup tinggi di
daerahjugaberpengaruh pada keberlangsungan program.

Program PTM tahun 2020-2024 lebih fokus padapencegahan dan pengendalian faktor
risiko PTMdandeteksi dini. Dalam pelaksanaan program 2020-2024diharapkankerjasama
pengelola program diperlu- as ke seluruhelemenmasyarakat meliputi institusi pemerintah
maupunswasta,sekolah dan kampus serta komunitas melalui pemberdayaandan

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


3
pembentukan agen perubahan perilaku pencegahanPTMsehinggamening- katkan
kepedulian masyarakat untuk bertanggungjawabterhadap kesehatan dirinya. Sangat
diharapkaninisiatifpencegahan faktor risiko PTM melalui
pemberdayaanmasyarakatyaitu timbul dan dilakukan dari, oleh dan untuk
masyarakatitusendiri.

B. Tujuan
1. Tersedianya pedoman pelaksanaan programPTMsecaraberjenjang bagi
para pengelola programuntukdapatmenyelenggarakan secara optimal.
2. Tercapainya kesinambungan penyelenggaraanprogramP2PTM.

C. Sasaran
Dimanfaatkan bagi pengelola programP2PTMdi tingkatpusat, provinsi,
Kabupaten/Kota dan Puskesmas.

4 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK

MENULAR

BA
KEBIJAKAN DAN
B
STRATEGI
II
PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIPDEADKOMMEANNUMLAARNAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 5
1
0
KEBIJAKAN DAN STRATEGI P2PTM
A. KEBIJAKAN
Berdasarkan Permenkes No. 71 tahun 2015tentangPenanggulangan PTM
terdapat 4 pilar upaya penanggulangan:

1. Promosi Kesehatan
Pada prinsipnya adalah melakukankomunikasi,memberikan informasi dan
edukasi seluas-luasnyakepadamasyarakat untuk mewujudkan perilaku
hidupsehatdengan mencegah faktor risiko dan membudayakansertamenerapkan
perilaku CERDIK di masyarakat, yaitu: Cekkesehatan secara berkala, Enyahkan
asaprokok, Rajinaktifitas fisik, Diet sehat dan gizi seimbang, Istirahatyang cukup
dan Kelola stres. Sejalan denganpromosikesehatan juga sekaligus dilakukan
pemberdayaanmasyarakat untuk ikut terlibat dalamupaya menjagadiridan
lingkungannya untuk tetap sehat denganmeminimalisir faktor risiko.

2. Deteksi Dini
Dilakukan untuk menemukan faktor risiko PTMsedinimungkin atau gejala
penyakit pada individu dankelompokyang sehat atau berisiko secara berkala,
karenasemakincepat ditemukan faktor risiko maka akansemakincepat
untuk dicegah menjadi penyakit atau jika ditemukangejalaawal penyakit maka
akan semakin mudah diobati. Deteksidini dapat dilakukan di fasilitas
pelayanankesehatanbaikdi tingkat pertama maupun di tingkat lanjut
ataudiposbindu yang merupakan Upaya KesehatanBersumberdaya Masyarakat
(UKBM). Bila hasil yangdidapatkan positif berisiko PTM, harus
ditindaklanjutidengan pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatansesuaistandar.
1
PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR

0
3. Perlindungan Khusus
Dilakukan untuk pencegahan penyakit denganpemberiankekebalan/
imunisasi. Saat ini imunisasi PTMbarudapatdilakukan untuk pencegahan
kanker leher rahimyaitu dengan vaksin Papilloma Virus (HPV).

4. Penanganan Kasus
Merupakan pengobatan kepada pasien yangtelahdidiagnosis menderita PTM yang
meliputi upayapelayanankuratif, rehabilitatif dan paliatif sesuai standar
mutuyangberlaku.

B. STRATEGI
Berdasarkan Permenkes No. 5 tahun 2017 tentangRencanaAksi Nasional, terdapat
empat aksi strategis penanggulanganPenyakit Tidak Menular :

1. Advokasi dan Kemitraan


a. Memberikan pemahaman kepada para pengambilkebijakan bahwa
penanggulangan Penyakit TidakMenular menjadi prioritas
dalampembangunankesehatan.
b. Terbangunnya kemitraan antar lembaga terkaitsertamasyarakat.
c. Teridentifikasinya upaya-upaya lintas sektoruntuk

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 7
mendukung
penanggulangan PTM.

2. Promosi Kesehatan dan Penurunan Faktor Risiko a. Melakukan upaya promosi


kesehatanmelaluipemberdayaan dan keterlibatan masyarakat. b. Melakukan
komunikasi, memberikan informasi danedukasi pencegahan faktor risiko PTMyang
meliputi polamakan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, perilakumerokok, mencegah
obesitas, menghindaripaparan/konsumsi zat kimia berbahaya

8 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
atau berpotensi pemicu kanker (karsinogenik),pengelolaan stres dan lain-lain.

c. Meningkatkan pemahaman pentingnya menurunkankonsumsi gula, garam dan lemak serta


membudayakanpola makan sehat melalui konsumsi gizi seimbangdanedukasi perbanyak
mengkonsumsi sayur danbuah.

d. Edukasi pentingnya melakukan aktifitas fisikdimasyarakat dapat dilakukan pada perayaanhari


besardidaerah secara massal untuk mendorongtimbulnyakesadaran yang bersifat masif.

3. Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan a. Peningkatan akses masyarakat terhadap


pelayananPTMterpadu yang komprehensif dan berkualitas khususnyadifasilitas pelayanan kesehatan
tingkat primer, termasuksistem rujukannya.

b. Penguatan pelayanan PTM di fasilitas pelayanankesehatan rujukan tingkat lanjut (sekunder


dantertier)serta pelayanan paliatif.
c. Memastikan para klinisi menggunakan panduanpraktikklinik dan menerapkan sesuai standar.

4. Surveilens, Monev dan Riset


a. Penguatan mekanisme Surveilans untuk PTM&faktor

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 9
risikonya sebagai bagian dari penguatan sisteminformasikesehatan.

b. Monitoring dan evaluasi implementasi kegiatandi dalamrencana aksi


nasional penanggulangan.

c. Pengembangan Riset untuk mendukung Kebijakanpenang- gulangan


PTM.
10 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
C. INDIKATOR DAN PROGRAM PRIORITAS (Indikator 2020 - 2024)

Tabel 1. Indikator ProgramP2PTM


Indikator

SDGs
Mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini akibatpenyakit tidak menular
pada tahun 2030.

TARGET GLOBAL
1. Penurunan kematian dini akibat PTM25% tahun2025. 2. Penurunan komsumsi
tembakau 30%. 3. Tidak ada peningkatan diabetes/obesitas (0%). 4. Penurunan
asupan garam 30%. 5. Penurunan kurang aktifitas fisik 10%. 6. Penurunan tekanan
darah tinggi 25%. 7. Cakupan pengobatan esensial dan teknologi untuk
pengobatan PTM 80%. 8. Cakupan terapi farmakologis dan konseling
untukmencegah serangan jantung dan stroke 50%. 9. Penurunan prevalensi
kebutaan yang dapat dicegahsebesar 25% pada tahun 2020.
10.Penurunan prevalensi gangguan pendengaransebesar90% pada
tahun 2030.
11.Cakupan imunisasi HPV 90% pada tahun 2030. 12.Cakupan deteksi dini
kanker leher rahim70%padatahun2030.
13.Cakupan pengobatan pada penyakit leher rahim90%pada tahun 2030.

RPJMN 2020 - 2024 a. Penurunan persentase merokok penduduk usia 10-18 tahun
menjadi 8,7% pada tahun 2024. b. Penurunan prevalensi obesitas pada penduduk
umur≥18tahun
menjadi 21,8% pada tahun 2024.
RENSTRA 2020 - 2024 1. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan
pencegahanperokok usia < 18 tahun.
2. Jumlah Kab/kota yang melakukan deteksi dini faktorrisikoPTM.

12 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
Tabel 2. Indikator Renstra P2PTM
No. Program / Indikator Definisi
Operasional

1. Jumlah Jumlah Kab/kota dengan


kabupaten/kota minimal 40% FKTPyang
yang melakukanpence- menyelenggarakanlayanan
gahanperokok usiatahun. upaya berhenti
merokok (UBM). < 18

Jumlah Kab/kota yangmenerapkan


KawasanTanpaRokok (KTR).

2. Jumlah Kab/kotayang Jumlah Kab/kota yang


melakukandeteksi dini faktorrisiko melakukan deteksi dini faktor
PTM. risiko PTM≥ 80%populasi usia≥
15 tahun.

Jumlah kab/kota yangmelakukan deteksi


dini penyakitkanker di
≥ 80% populasi usia 30-50tahun.

Jumlah Kab/kota yangmelakukan deteksi


dinigangguan indera pada> 40% populasi.
Jumlah Kab/Kota yangmelakukan
pelayananterpadu (Pandu) PTMdi ≥80%
Puskesmas.

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 13
Tabel 3. Kamus Indikator
indera pada≥ 40% populasi. dan gangguan p
N Indikator Definisi Operasional kura
o.

1 Jumlah Kab/kotayang Kab/kota yg menyelenggarakan


. melakukandeteksi dini faktorrisiko deteksi dini faktor risiko meliputi
PTM≥80% populasi usia≥ 15 tahun. TD, GDs, IMT dan lingkar perut
paling kurang pada 80%populasi
usia 15 tahun ke atas di UKBMdan
FKTP.

2. Jumlah kab/kotayang Kab/Kota yang menerapkan


menerapkanKawasan Perda KTR.
Rokok (KTR).
Tanpa

3 Jumlah kab/kota Kab/kota yg menyelenggarakan yang


. ≥ 40% FKTPmenyelenggarakanlayanan
konseling UBMdi paling kurang40%FKTP (dokter
UpayaBerhenti Merokok(UBM).
pratama dan Puskesmas) dengan
tenaga terlatih.

4 Jumlah Kab/Kotayg Kab/kota yg menyelenggarakan


. melakukanpelayanan Pelayanan Terpadu PTMdanpasien
(Pandu) PTM80% Puskesmas.
rujuk balik (PRB) PTMsesuai standar
terpadu
paling kurang di 80%puskesmas. di ≥

5 Jumlah kabupaten/kota yang


Kab/kota
melak yg menyelenggarakandeteksi dini
. sanakan deteksidini gangguan
gangguan penglihatan
14 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
6 Jumlah kab/kotayang melakukandeteksi
Kab/kota yg menyelenggarakan
. dinipenyakit kanker≥ 80% populasi deteksi dini kanker payudaradan
usia30-50 tahun. kanker serviks pada 80%populasi
perempuan usia 30-50tahunatau
di
perempuan yang memiliki riwayat
seksual aktif.

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 15
12
PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR

BA
MANAJEMEN TERPADU
B
PROGRAMP2PTM
III

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIPDEADKOMMEANNUMLAARNAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 13


1
4
A. PROGRAM DETEKSI DINI FAKTOR RISIKOPTMDI POSBINDU

1. Pengertian
Deteksi dini faktor risiko PTMdi Posbinduadalahpemeriksaan terhadap
faktor risiko PTMyangmeliputipengukuran tekanan darah,
pengukuranguladarah,pengukuran indeks massa tubuh dan lingkar perut.

Kegiatan di Posbindu juga meliputi wawancaraperilakuberisiko dan pemberian


edukasi perilaku gaya hidupsehat.

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Instruksi Presiden No. 1 tahun 2017 tentangGerakanMasyarakat Hidup
Sehat.

b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun2015tentang Penanggulangan


Penyakit Tidak Menular. c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 4 tahun2019tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. d. Petunjuk Teknis Posbindu
PTM.
e. Buku Pintar Kader.
f. Buku Monitoring Faktor Risiko PTM.

3. Sasaran
a. Setiap warga negara berusia ≥15 tahunmelakukandeteksi dini

faktor risiko penyakit tidak menular paling kurang1kali


setahun.
b. Untuk populasi berisiko atau usia ≥ 40tahun, deteksi dini paling

kurang dilakukan 1-3 bulan sekali.

4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
● Menetapkan jumlah target sasaran di Kabupaten/Kota yang harus dicakup

dalam1tahun.
1
PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR

4
● Melakukan integrasi kegiatan UKBM(UKK, PosyanduLansia, UKS, Posyandu

Remaja, Posbindudi Institusi). ● Memfasilitasi peningkatan kapasitas kader


melalui dana dekonsentrasi dan APBD.
● Melakukan koordinasi lintas sektor terkait. ● Melakukan monev dan
bimtek berkala. ● Mengkoordinir pencatatan dan
pelaporansecaraberjenjang.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas ● Menetapkan jumlah target


sasaran puskesmas yangharus dicakup dalam 1 tahun. ● Pengelola Program
Puskesmas bersamaKadermenetapkan jadwal kegiatan
Posbindudanmensosialisasikannya kepada masyarakat.
● Memastikan ketersediaan bahan habis pakai. ● Memastikan pencatatan
dan pelaporandeteksi dinifaktor risiko PTM.
● Kader melakukan rujukan ke FKTP sesuai ketentuan. ● Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melakukanmonevdan bimtek berkala ke Puskesmas.

● Puskesmas melakukan monev dan bimtekberkalapada pelaksanaan

Posbindu.

5. Pelaksana

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 15
- Kader Terlatih
- Tenaga Kesehatan

6. Capaian Kinerja
Setiap warga negara mendapatkan layanan deteksi dini faktor risiko PTM minimal
1 kali setahun.
16 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
7. Rumus Perhitungan

Jumlah penduduk usia ≥ 15

tahun yang mendapatkan

layanan deteksi dini faktor


Cakupan deteksi
dini faktor risiko
risiko PTMminimal 1kali di
PTM
=x

suatu wilayah dalamsetahun


di suatu wilayah 100%
Jumlah seluruh penduduk

8. Nominator usia
≥ 15 tahun di wilayah
tersebut
Jumlah penduduk usia ≥ 15 tahun yang mendapatkanlayanan deteksi dini faktor risiko
PTMminimal 1kali disuatu wilayah dalam setahun.

9. Denominator
Jumlah seluruh penduduk usia ≥ 15 tahundi wilayahtersebut.

B. PROGRAM GERAKAN LAWAN OBESITAS (GENTAS) 1. Pengertian

a. Kegiatan GENTAS adalah suatu gerakanyangmelibatkan masyarakat


dalamrangka pencegahanobesitas.
b. Kegiatan meliputi :

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 17
● Pengukuran Berat Badan (BB). ● Pengukuran Tinggi Badan (TB). ●

perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan

kriteria obesitas IMT ≥ 27 kg/m2. perhitunganimtjuga dapat dilaku- kan dengan


memakai CartaObesitas, suatu instrumen untuk menentukanstatusIMT seseorang
dan tindak lanjut yang harus dilakukanuntuk mencapai IMT normal. (detail
CartaObesitasterdapat pada lampiran di bagian akhir pedoman).

● Pengukuran lingkar perut dengan kriteriaobesitassentral Lingkar perut laki-

laki < 90cmdanLingkarperut wanita


< 80 cm.

18 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
● Edukasi perilaku gaya hidup sehat. ● Penggunaan Carta

Obesitas.

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Instruksi Presiden No. 1 tahun 2017 tentang GerakanMasyarakat Hidup Sehat.
b. Buku RENSTRA RPJMN 2020 - 2024. c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 4
tahun 2019tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. d. Peraturan
Menteri Kesehatan No. 71 Tahun2015tentang Penanggulangan Penyakit Tidak
Menular. e. Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 Tahun2014tentang Pedoman Gizi
Seimbang.

3. Sasaran
Setiap warga negara usia 15 tahun ke atas.

4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
● Menetapkan jumlah target sasaran di kabupaten/kota yang harus dicakup

dalam1 tahun. ● Menetapkan sasaran di wilayah


kabupaten/kotamenggunakan data yang telah disepakati bersamadengan
kabupaten / kota dan institusi. ● Mengintegrasikan pada kegiatan hari-hari
besardi

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 19
daerah.
● Melakukan koordinasi dengan lintas sektor terkait. ● Melakukan monev dan

bimtek berkala. ● Mengkoordinir pencatatan dan pelaporansecaraberjenjang.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas : ● Menetapkan jumlah


target sasaran yangdicakupdalam 1 tahun. Penetapan sasarandi
wilayahdesa/kelurahan/institusi
20 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
menggunakan data yang telah ditetapkansecarabersama oleh
pengelola program, petugas Puskesmasdan institusi.
● Melakukan sosialisasi programGENTASdi masyarakat. ● Berkoordinasi

dengan lintas sektor, mengintegrasikanGENTAS pada kegiatan hari besar di


daerahmisalnya HUT Pemda, HUT RI, pada saat olahragabersama, yang
memobilisasi masyarakat danlain lain.
● Membentuk tim pelaksana. ● Memastikan tim pelaksana

mempersiapkansaranadan prasarana sesuai


ketentuanketikaakanmelakukan GENTAS.

● Mengkoordinir atau memastikan timpelaksanamelakukan kegiatan sesuai

ketentuan.

5. Pelaksana
a. Dokter
b. Perawat
c. Kader Terlatih
d. Masyarakat

6. Capaian Kinerja
Persentase jumlah penduduk yang dilakukandeteksi dini Obesitas di suatu
wilayah.

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 21
7. Rumus Perhitungan

Jumlah warga
Persentase

jumlah negara
usia ≥ 15 tahun yang
penduduk
x
diperiksa IMT danatau
yang 100%
Lingkar Perut Jumlah
dilakukan deteksi
semua warga negara di atas
dini = FR
Obesitas usia 15 tahun di wilayahnya

22 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
8. Nominator
Jumlah warga negara usia ≥ 15 tahun diperiksaIMTdanatauLingkar Perut.

9. Denominator
Jumlah semua warga negara usia ≥ 15 tahundi wilayahnya.

C. PROGRAM PELAYANAN TERPADU (PANDU) PTM1. Pengertian

a. Kegiatan PANDU PTM adalah kegiatan penemuandanpenanganan kasus PTM


dan manajemenfaktorrisikoPTM di FKTP secara terpadu.
b. Pembinaan Puskesmas terhadap penyelenggaraanPosbinduPTM
c. Kegiatan manajemen faktor risiko meliputi : ● Wawancara usia, jenis kelamin,
perilaku merokok, polamakan, riwayat PTM.
● Pengukuran tekanan darah.
● Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu.

● Pemeriksaan kadar kolesterol atau kolesterol rata rata populasi

(200mg/dL).
d. Penanganan penyandang PTM dan ProgramRujukBalik.

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang PenanggulanganPenyakit Tidak
Menular.

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 23
b. Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas. c. Peraturan Menteri
Kesehatan No. 29Tahun2017tentang perubahan Peraturan Menteri KesehatanNo.
34Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kanker Payudaradan Kanker Leher
Rahim.
24 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
d. KMK Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015tentangPanduan Praktik Klinis
bagi dokter di fasilitas pelayanankesehatan tingkat pertama.

e. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No. 11tahun2012 tentang Standar


Kompetensi Dokter Indonesia. f. Pedoman Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM.

3. Sasaran
Setiap warga negara usia 15 tahun ke atas yangmemilikifaktor risiko dan
menyandang PTMyang berkunjungkeFKTP.

4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
● Pendataan dan pemetaan kab/kota yangbelummelakukan orientasi PANDU

PTMdi FKTP. ● Merencanakan dan menyelenggarakanorientasiPANDU PTM


bagi Kab/Kota.

● Menyediakan sarana prasarana pendukungpenyelenggaraan PANDU

PTMsesuai denganPermenkes 75 tahun 2014.

● Berkoordinasi dan kolaborasi denganBidangYankesuntuk melakukan

pembinaan, pengawasan,monitoring dan evaluasi secara


berjenjangdanberkala.

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 25
b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas : ● Penetapan sasaran
programP2PTMmenggunakandata angka kesakitan PTM, PRB,
temuandanrujukan faktor risiko di Kabupaten/Kota.

● Berkoordinasi dan berkolaborasi dengandenganBidYankes dalam

menerapkan kegiatan. ● Memastikan ketersedian alat kesehatan,


bahanhabispakai dan obat-obatan yang mendukungPANDU.
26 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
● Memastikan ketersediaan pedoman PPK1danPedoman pengendalian

PTMterpadu sebagai acuanbagi petugas di FKTP.

● Memastikan kegiatan tercatat di dalamRekamMedisdan dilaporkan

melalui sistempelaporansesuai

ketentuan melalui sistem pelaporan. ● Memastikan rujukan FKRTL sesuai


indikasi medisdanmenangani kasus rujuk balik sesuai standar.

● Melakukan pembinaan, monitoring danevaluasisecara berjenjang dan

berkala.

5. Pelaksana
a. Dokter
b. Perawat
c. Bidan

6. Capaian Kinerja
Persentase Puskesmas yang melakukan pelayananPTMsecara terpadu di
Kab/Kota.

Jumlahpuskesmasdi
7. Rumus Perhitungan
Kab/Kota
Jumlah Puskesmas yang
8. Nominator
melakukan pelayanan PTM secara terpadu

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 27
x 100%
Jumlah Puskesmas yang melakukan pelayananPTMsecaraterpadu.

9. Denominator
Jumlah seluruh Puskesmas di Kab/Kota.

28 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
D. PROGRAM PENERAPAN KAWASAN TANPAROKOK(KTR)1. Pengertian

a. Kegiatan penerapan KTR di 7 tatananadalahsuatukegiatan pencegahan perilaku merokok


dankonsumsiproduk tembakau lainnya serta memberikanperlindungan masyarakat terhadap
paparanasaprokok.b. Kegiatan meliputi :
1) Penerapan KTR di 7 tatanan yaitudi fasilitaspelayanan kesehatan, tempat belajar mengajar,tempat
bermain anak, tempat kerja, tempatibadah,
transportasi umum, fasilitas umumsertatempat
lainnya yang ditetapkan.
2) Penerapan KTR di 7 tatanan diukur melalui indikator: ● Adanya tanda dilarang merokok.
● Tidak ada orang yang merokok.
● Tidak ditemukan puntung rokok.
● Tidak ditemukan iklan/lambang rokok. ● Tidak ditemukan penjualan atau penjualanrokoktidak

dipajang (tidak display pada etalase, danlain-lain).

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2012tentangPengamanan Bahan Yang Mengandung
ZatAdiktifBerupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 29
b. Permenkes No. 40 tahun 2013 tentang PetaJalanPengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi
Kesehatan. c. Permendikbud No. 64 tahun 2015 tentangKawasanTanpa Rokok di Lingkungan
Sekolah. d. Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokokdi FasilitasPelayanan Kesehatan tahun 2016. e.
Petunjuk Teknis Konseling Berhenti Merokokpadaanakusia sekolah/Madrasah bagi guru
pembinaUsahaKesehatan Sekolah /
30 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
Madrasah (UKS/M) tahun 2016.
f. Peraturan bersama Menkes & Mendagri No. 188/Menkes/ PB/I/2011 tentang
PedomanPelaksanaan KTR.
g. Pedoman Teknis Penegakan HukumKTRtahun2015. h. Buku Saku Pedoman
Hidup Sehat Tanpa Rokoktahun2017.

i. Buku Saku Penerapan KTR di 7 tatanan.

3. Sasaran
Setiap warga negara yang berada di kabupaten/kota.

4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
● Melakukan advokasi kepada PemerintahdaerahProvinsi untuk

menyusun dan menerapkanPerda/Perkada tingkat Provinsi.

● Membentuk Satuan Tugas (Satgas terpadu) yangditetapkan oleh Pimpinan

Daerah.

● Melakukan sosialisasi tentang KTRdanbahayamerokok di OPD dan

kawasan yangmenjaditanggung jawab Provinsi.

● Mendorong Satgas melakukan pemantauanpenerapan KTR secara berkala

dan menindaklanjutitemuan.

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 31
● Mengidentifikasi dan mendorong kabupaten/kotayangbelum
mempunyai atau menerapkan Perda/Perkada. ● Melakukan
Advokasi pendampinganpembinaankepada Pemda kabupaten/kota.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas : ● Melakukan advokasi


kepada PemerintahdaerahKabupaten/ kota untuk melakukan
penyusunandanpenerapan Perda/ Perkada tingkat Kabupaten/kota.
● Melakukan sosialisasi tentang KTR danbahayamerokokdi

32 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
kawasan yang menjadi tanggung jawab Kabupaten/kota.

● Membentuk Satgas pelaksanaan KTRtingkat Kabupaten/kota yang

ditetapkan PimpinanDaerah. ● Mendorong Satgas melakukan


pemantauanpelaksanaan KTR secara berkala dan menindaklanjutitemuan.

5. Pelaksana
a. Satgas Provinsi (meliputi unsur-unsur : dinas pendidikan,dinas kesehatan,
satpol pp, bagian hukumpemda,kanwil agama).

b. Satgas Kabupaten/Kota (meliputi unsur-unsur: dinaspendidikan, dinas


kesehatan, satpol pp, bagianhukumpemda, kanwil agama).
c. Satgas sekolah (meliputi unsur : Guru BK, Satpam, KaderMurid).

6. Capaian Kinerja
Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan KTRdi 7tatanan (Buku Saku
Penerapan KTR di 7tatanan).

7. Rumus Perhitungan

Jumlah tatanan yang telah memenuhi

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 33
riteria KTR 7 tatananKTR

x100%

8. Nominator
Jumlah tatanan yang telah menerapkan KTRsesuai indikator.

9. Denominator
7 tatanan penerapan KTR.
34 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
E. PROGRAM LAYANAN UPAYA BERHENTI MEROKOK(UBM) 1. Pengertian

a. Kegiatan Layanan UBM adalah pemberian konselingkepada perokok untuk


berhenti merokok di FKTP. b. Kegiatan meliputi :
- Identifikasi klien.
- Evaluasi dan motivasi.
- Penentuan pilihan terapi yang akan diberikan. - Penyusunan rencana
untuk menindaklanjuti /followup yang sudah dilakukan.

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Permenkes No. 40 tahun 2013 tentang PetaJalanPengendalian Dampak
Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan. b. Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok di
FasilitasPelayanan Kesehatan tahun 2016.

c. Petunjuk Teknis Konseling Berhenti Merokokpadaanakusia


sekolah/Madrasah bagi guru pembinaUsahaKesehatan Sekolah/ Madrasah
(UKS/M) tahun2016. d. Buku Saku Hidup Sehat Tanpa Rokok tahun2017.

3. Sasaran
Setiap warga negara perokok yang berkunjung ke klinikUBM.4. Langkah Aksi

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 35
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
● Memfasilitasi peningkatan kapasitas petugas melalui Dana Dekonsentrasi.

● Memastikan kegiatan layanan UBMberjalansesuai standar.


● Berkoordinasi dan kolaborasi dengan BidangYankesuntuk
36 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
melakukan pembinaan, monitoring danevaluasi secara berkala.
● Mengkoordinir pencatatan dan pelaporansecaraberjenjang.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas : ● Memastikan layanan


UBMdilaksanakansesuaistandar oleh tenaga terlatih.

● Berkoordinasi dan berkolaborasi denganBidangYankes dalam menerapkan

kegiatan. ● Memastikan ketersediaan Petunjuk Teknis UpayaBerhenti


Merokok di Fasilitas PelayananKesehatantahun 2016 di FKTP.

● Memastikan ketersediaan alat kesehatandanbahanhabis pakai untuk

mendukung pelaksanaanUBM. ● Mensosialisasikan ketersediaan


layananUBMkepadaperokok.

● Memastikan pemberian tanda rokok padarekammedis pasien yang

merokok, untuk memudahkanpetugas kesehatan memberikan layananUBM.

● Memastikan kegiatan tercatat dalamrekammedikdan dilaporkan

sesuai ketentuan.
● Memastikan rujukan berjenjang sesuai indikasi. ● Berkoordinasi dan
kolaborasi denganBidangYankesuntuk melakukan pembinaan,
monitoringdan

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 37
evaluasi secara berkala.

5. Pelaksana a. Dokter

b. Dokter gigi
c. Perawat
d. Bidan
38 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
6. Capaian Kinerja
Kabupaten/kota yang memiliki paling kurang 40%FKTPmelakukan layanan
UBM.

7. Rumus Perhitungan

Jumlah dokter praktik mandiri, klinik pratama dan puskesmas (FKTP)


yang

melakukan konseling UBM sesuai standar x100%


Jumlah seluruh dokter praktik mandiri, klinik pratama dan puskesmas
(FKTP) yang terdapat

di wilayah kabupaten/kota

8. Nominator
Jumlah dokter praktik mandiri, klinik pratamadanpuskesmas (FKTP) yang
melakukan layananUBMsesuaistandar oleh tenaga terlatih.

9. Denominator
Jumlah Seluruh FKTP di Kabupaten/Kota.

F. PROGRAM DETEKSI DINI KANKER 1. Pengertian

Deteksi dini kanker adalah deteksi dini kanker payudara(SADANIS) dan kanker
leher rahim(IVA) pada80%

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 39
populasi perempuan usia 30-50 tahun atau perempuanyang memiliki riwayat seksual aktif.

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Permenkes No. 71 tahun 2015 tentang PenanggulanganPenyakit Tidak Menular.

b. KMK Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015tentangPanduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas


pelayanankesehatan tingkat pertama.
40 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 29Tahun2017tentang perubahan
Peraturan Menteri KesehatanNo. 34Tahun 2015 tentang Penanggulangan
KankerPayudaradan Kanker Leher Rahim.

d. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.430/Menkes/SK/IV/2007 tentang


PedomanPengendalian Penyakit Kanker.

3. Sasaran
Setiap warga negara perempuan usia 30-50tahunatauperempuan yang
memiliki riwayat seksual aktif.

4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
● Menetapkan jumlah target sasarandiKabupaten/Kota dengan

menggunakandataperempuan usia 30-50 tahun atau


perempuanyangmemiliki riwayat seksual aktif.

● Menentukan kab/kota yang harus memenuhi targetcapaian pada tahun

tertentu.

● Melakukan advokasi kepada stake holderterkaituntuk mendapat dukungan

dan penyelenggaraandeteksi dini.


● Melakukan sosialisasi kegiatan deteksi dini padastakeholder

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 41
terkait.
● Bersama dinas kesehatan Kab/Kotamelakukanedukasi kepada

masyarakat untuk meningkatkanpengetahuan, kesadaran dan


kepedulianuntukmenghindari faktor risiko kanker melalui deteksi dini.

● Memfasilitasi peningkatan kapasitas petugasagarmampu melakukan

SADANIS, IVAdanKrioterapisesuai standar menggunakan Dana


Dekonsentrasidan/atau dana APBD.
● Berkoordinasi dan kolaborasi denganBidangYankesuntuk
melakukan pembinaan, monitoringdanevaluasi secara berkala.

42 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
● Melakukan pencatatan dan pelaporansecaraberjenjang dan berkala.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas : ● Menetapkan jumlah


target sasaran perempuanusia30-50 tahun atau perempuan
yangmemilikiriwayat seksual aktif di wilayahnya.

● Melakukan pendataan dan pemenuhansumberdayayang

dibutuhkan.
● Melakukan regionalisasi tindak lanjut IVApositif. ● Melakukan sosialisasi
kegiatan deteksi dini kepadamasyarakat dan stake holder terkait.

● Melakukan pembinaan dan pengawasanpelaksanaandeteksi dini, tindak

lanjut dini dan sistemrujukanagar sesuai dengan standar.

● Berkoordinasi dan kolaborasi dengan BidangYankesuntuk melakukan

monitoring dan evaluasi secaraberkala.


● Melakukan pencatatan dan pelaporansecaraberjenjang dan berkala.

5. Pelaksana
a. Dokter terlatih
b. Bidan terlatih

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 43
6. Capaian Kinerja
Cakupan perempuan usia 30-50 tahun atauperempuanyang memiliki riwayat
seksual aktif yang mendapatkandeteksi dini kanker payudara dan kanker
leherrahimminimal 1 kali dalam setahun.
44 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
7. Rumus
Perhitungan
Jumlah perempuan usia30-
50 tahun yang dideteksi dini
kanker payudara danleher
Cakupan deteksi
rahim
dini kanker

= x100%
payudara dan
Jumlah seluruh perempuan
leher rahim pada
usia 30-50 tahun di suatu
perempuan usia
wilayah
30 - 50 tahun.

8. Nominator
Jumlah perempuan usia 30-50 tahun yang dideteksi dinikanker payudara dan
leher rahim.

9. Denominator
Jumlah seluruh perempuan usia 30-50 tahundi suatuwilayah.

G. PROGRAM UJI COBA PENGENDALIAN TALASEMIA1. Pengertian

a. Kegiatan uji coba Deteksi Dini Talasemia adalahsuatukegiatan skrining pada


kelompok berisikoTalasemiakhususnya saudara kandung penderita Talasemia.
b. Kegiatan ini meliputi :
- Pendataan saudara kandung penderita Talasemia.

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 45
- Pemetaan fasyankes FKTP dan FKTL yangmampulaksana deteksi dini
pembawa sifat Talasemia. - Sosialisasi Pelaksanaan Pengendalian
Talasemiapada keluarga ring 1.
- Pemeriksaan laboratoriumpada keluarga ring1. - Konseling kepada
pembawa sifat, populasi berisiko.

2. Dasar Hukum / Pedoman a. Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang


Puskesmas.

46 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
b. Permenkes No. 71 tahun 2015 tentang PenanggulanganPenyakit Tidak
Menular.
c. Pedoman Pengendalian Penyakit Talasemia di FKTP.

3. Sasaran
Setiap warga negara yang merupakan saudara kandungpenderita Talasemia
Mayor (keluarga ring 1).
4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi:
● Menetapkan Tim Pencegahan dan PengendalianTalasemia lintas sektor yang

ditetapkanolehkepala

daerah.

● Bersama Kab/Kota melakukan pendataandanpemetaan sasaran deteksi

dini berdasarkandata

pasien talasemia dari Rumah Sakit yangmerawatpenderita.

● Pendataan keluarga ring 1 bekerjasama denganIDAIdan LSM terkait.

● Bersama dengan Kab/Kota melakukanpendataandan pemetaan

sumber daya fasyankes yangmampulaksana pemeriksaan


laboratorium.

● Melaksanakan pelatihan/peningkatankapasitasketerampilan tim

deteksi dini di Kab/Kota. ● Menetapkan regionalisasi fasyankes


FKTPdanRS

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 47
yang mampu melaksanakan pemeriksaandankonseling Talasemia.

● Sosialisasi kesiapan teknis kepada fasyankes yangtelah ditetapkan.

● Merencanakan dan mengusulkan biaya pemeriksaanlaboratorium yang

dibutuhkan kepada Pemda. ● Memastikan sistem rujukan ke


rumahsakitsesuaidengan standar dan indikasi medis.
48 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
● Melakukan pembinaan, monitoring danevaluasisecara berkala secara terintegrasi dankolaborasi

kefasyankes yang ditetapkan sebagai saranadeteksidini.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas : ● Terlibat dalam pemetaan pendataan


sasarandeteksidini di wilayahnya bersama Dinkes Provinsi, IDAIdan LSM terkait.

● Melakukan pendataan dan pemetaansumberdayafasyankes FKTP dan FKTL yang

mampulaksanapemeriksaan laborato- riumpembawasifatTalasemia.

● Menetapkan regionalisasi fasyankes FKTPdanRSyang mampu melaksanakan

pemeriksaandankonseling Talasemia.
● Melakukan sosialisasi.
● Mengkoordinir dan mengatur jadwal keluargaring1yang telah mendapatkan

panggilanuntukpemeriksaan laboratorium.
● Mengkoordinir pelaksanaan deteksi dini. ● Melakukan rujukan pemeriksaan lanjutankeRumahSakit
yang telah ditetapkan.
● Penyerahan sertifikat/kartu hasil deteksi dini. ● Melakukan pencatatan dan pelaporansecara

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 49
berjenjang.
● Melakukan pembinaan, monitoring danevaluasisecara berkala secara

terintegrasi dankolaborasi kefasyankes yang ditetapkan sebagai


saranadeteksidini.

5. Pelaksana
a. Dokter
b. Perawat
c. Analis Teknik LaboratoriumMedik (ATLM).
50 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
6. Capaian Kinerja
Menurunkan kasus baru penderita Talasemia.

H. PROGRAM LAYANAN KESEHATAN INKLUSI DISABILITAS1. Pengertian

Layanan kesehatan inklusif Disabilitas adalahupayakesehatan yang


dilakukan dengan memenuhi unsurkesetaraan hak-hak azasi manusia bagi
penyandangdisabilitas.

Kegiatan ini meliputi :


a. Penyediaan akses pelayanan kesehatan bagi penyandangdisabilitas sesuai
standar dan tanpa diskriminasi. b. Upaya Rehabilitasi Bersumber Masyarakat.

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Undang - Undang No. 8 Tahun 2016 tentangPenyandang Disabilitas.
b. Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas. c. Permenkes No. 71
tahun 2015 tentang PenanggulanganPenyakit Tidak Menular.
d. Buku Pedoman Penanggulangan GangguanFungsional (RPM).
e. Peta Jalan Layanan Kesehatan Inklusi Disabilitas. f. Pedoman dan
Modul Rehabilitasi Bersumberdaya
Masyarakat.

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 51
3. Sasaran
Setiap warga negara penyandang disabilitas.

4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
● Melakukan advokasi dan sosialisasi lintas sektortentang pelayanan kesehatan

ramah disabilitas di Provinsi dan


52 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
Kabupaten/Kota, dengan berkolaborasi denganOrganisasi
Penyandang Disabilitas, Organisasi Profesiterkait serta OPD terkait.

● Melakukan peningkatan kapasitas tenagakesehatandi provinsi

dan Kabupaten/Kota.

● Merencanakan dan mengusulkan sarana danprasarana yang ramah

disabilitas.
● Melakukan pembinaan terhadap Kabupaten/Kota. ● Melakukan
monitoring dan evaluasi secaraberkalakeKabupaten/Kota.

● Melakukan pencatatan hasil layanan danmelaporkannya ke pusat.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas : ● Melakukan advokasi dan


sosialisasi lintas sektortentang pelayanan kesehatan
ramahdisabilitasberkolaborasi dengan Dinas Sosial, OrganisasiPenyandang
Disabilitas, Organisasi Profesi(PERDOSRI), serta Pemerintah daerah
setempat. ● Melakukan orientasi kepada kader, keluargadanpenyandang
disabilitas.

● Mengusulkan dan membina sarana danprasaranayang ramah disabilitas.

● Memastikan pelayanan kesehatan yangdiberikansesuai standar.

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 53
● Melakukan pembinaan, monitoring danevaluasi sertapencatatan dan

pelaporan secara berkala.

5. Pelaksana
1.Dokter
2.Tenaga Kesehatan
3.Kader
4. Masyarakat.
54 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
I. PROGRAM DETEKSI DINI GANGGUAN INDERA1. Pengertian

Deteksi dini gangguan indera adalah kegiatanyangdilakukan untuk


mengidentifikasi sejak dini faktorrisikogangguan penglihatan dan gangguan
pendengaran.

Kegiatan deteksi dini gangguan indera meliputi : a. Deteksi dini gangguan


penglihatan di UKBMmelalui E tumbling atau E-chart atau Snellen chart
dandeteksidini di FKTP melalui pemeriksaan katarak dangangguanrefraksi pada
anak sekolah.

b. Deteksi dini gangguan pendengaran di UKBMdilakukandengan tes suara atau


dan di FKTP melalui integrasiStimulasi Deteksi Intervensi Tumbuh
Kembang(SDIDTK).

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75tahun2014tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.

b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo. 71Tahun 2015 tentang


Penanggulangan PenyakitTidakMenular.

c. Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo. 428/ Menkes/SK/VI/2006


tentang PedomanManajemen Kesehatan Indera Penglihatandan

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 55
Pendengaran.

d. Pedoman Teknis Penanggulangan GangguanPenglihatandan


Kebutaan Tahun 2016.

e. Pedoman Teknis Penanggulangan GangguanPendengaran dan Ketulian Tahun


2016.
f. Pedoman Umum Penanggulangan GangguanInderaTahun2016.
g. Panduan Sistem Informasi Gangguan PenglihatanTahun2018.
h. Buku Program Penanggulangan GangguanPenglihatandi Indonesia
Tahun 2018.

56 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
i. Buku Indonesia mencapai Universal Eye HealthTahun2019.

j. Buku Saku Gangguan Penglihatan Tahun 2019. k. Buku Saku Gangguan


Pendengaran Tahun2019.

3. Sasaran
Seluruh populasi yang berisiko.

4. Langkah Aksi
- Dinas Kesehatan Provinsi :
a. Kolaborasi dengan lintas sektor meliputi OrganisasiProfesi dan
LSM terkait.
b. Menyelenggarakan pelatihan atau orientasi gangguanindera bagi
Kab/Kota.

c. Menyediakan sarana prasarana pendukungpenyelenggaraan deteksi dini


gangguaninderasesuaidengan Permenkes 75 tahun 2014.

d. Melakukan pembinaan, pengawasan, monitoringdanevaluasi secara


berjenjang dan berkala. e. Melaksanakan pencatatan dan
pelaporanmelaluisurveilans yang terintegrasi dengan sisteminformasiPTM

- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas : a. Menetapkan sasaran


programgangguaninderadi

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 57
Kabupaten/ Kota .

b. Melakukan koordinasi dan kolaborasi pelaksanaandeteksi dini


gangguan indera melalui SDIDTK,penjaringan kesehatan pada anak
sekolah, posbindu,pustu, praktik mandiri, posyandu Lansia,
PosUKK,dan lain-lain.
c. Memastikan ketersedian alat deteksi dini gangguanindera.
d. Merencanakan dan menyelenggarakanorientasi bagipuskesmas.
58 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
e. Memastikan lakukan rujukan ke FKRTL sesuai indikasimedis dan menangani
kasus rujuk balik sesuai standar. f. Melaksanakan pencatatan dan
pelaporanmelaluisurveilans yang terintegrasi dengan sisteminformasiPTM.
Sumber data berasal dari PosyanduBalita,SDIDTK, Penjaringan Kesehatan
pada anaksekolah,Posbindu, Posyandu Lansia, Pos UKK, danlain-lain. g.
Melakukan pembinaan, monitoring danevaluasisecara berjenjang dan berkala.

5. Pelaksana
1. Dokter
2. Bidan
3. Perawat
4. Kader terlatih.

6. Capaian Kinerja
Kabupaten/Kota yang melaksanakan deteksi dini gangguanindera

pada ≥ 40% populasi.

7. Rumus Perhitungan
Jumlah warga negara yang mendapat layanandeteksi dini gangguan
penglihatan dan pendengaran.

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 59
Jumlah warga negara yang

mendapat layanan deteksi

dini gangguan penglihatan


Jumlah
dan pendengaran
kab/kot

a melakukan x100%
detek Jumlah seluruh warganegara di suatu wilayah

si dini pada paling = kurang 40 % populasi

60 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
8. Nominator
Jumlah warga negara yang mendapat layanandeteksi dinigangguan
penglihatan dan pendengaran.

9. Denominator
Jumlah seluruh warga negara di suatu wilayah.

J. PROGRAM KAMPUS SEHAT 1. Pengertian

a. Program Kampus Sehat merupakan programyangmenginte- grasikan


kesehatan dan upayapromosikesehatan sebagai bagian dari budaya
perguruantinggiuntuk menurunkan prevalensi penyakit danfaktorrisikonya di
lingkungan institusi pendidikantinggisehingga tercapai SDM yang unggul tidak
hanyacerdasnamun juga sehat.

b. Program ini merupakan sinergitas upaya promotifdanpreventif hidup sehat


meliputi 6 kegiatanpokokyaitu:● Menyediakan lingkungan sehat, aman
danlestari. ● Melaksanakan pencegahan dan pengendalianpenyakit. ●
Meningkatkan pemahaman perilaku hidupsehat. ● Menerapkan pola makan
sehat denganpenerapangiziseimbang.
● Meningkatkan aktivitas fisik.
● Menerapkan kawasan “zero tolerance”.

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 61
c. Program Kampus Sehat ini dapat jugadigunakansebagai strategi untuk
pencapaian sasaranStandarPelayanan Minimal. Sebagian besar
sasaranyangmungkin belum ditemukan di UKBMdanFKTPakandapat
dicapai melalui kegiatan ini.

2. Dasar Hukum / Pedoman a. Undang-Undang No.36 tahun 2009


tentangKesehatan.
62 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
b. Instruksi Presiden No. 1 tahun 2017 TentangGerakanMasyarakat Hidup
Sehat.

c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 4 tahun 2019tentang Standar Pelayanan


Minimal bidang Kesehatan. d. Peraturan Menteri Kesehatan No. 41
tahun2014tentang Pedoman Gizi Seimbang.

e. Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun2015 tentang Penanggulangan


Penyakit TidakMenular.

f. Peraturan Menteri Ristekdikti No. 44 tahun2015tentang Standar Nasional


Pendidikan Tinggi. g. Pedoman Kampus Sehat.

3. Sasara

Interna

l
a. Peserta didik.
b. Staf, meliputi dosen, peneliti, pengelola administratif dankaryawan pendukung
lainnya.
c. Alumni.
d. Penyedia jasa layanan, seperti kantin, perpustakaan, foto kopi, dan lain-lain.

e. Organisasi intra kampus, seperti organisasi dosendankaryawan,


serta mahasiswa.

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 63
Eksternal
a. Institusi/organisasi terkait upaya pemeliharaankesehatan (dinas kesehatan,
puskesmas, danlain-lain). b. Organisasi/asosiasi/jejaring antar perguruantinggi.
c. Penyusun kebijakan.

d. Komunitas dan masyarakat sekitar perguruantinggi.


64 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
4. Langkah Aksi
a. Institusi Pendidikan Tinggi
● Membangun Komitmen untuk pelaksanaanProgramKampus Sehat

melalui dukungan kebijakan. ● Pembentukan Tim Kampus Sehat yang di


SKkanolehpimpinan Institusi Pendidikan Tinggi. ● Melakukan analisissituasi
untuk mengetahui kondisidanpotensi yang dimiliki perguruan
tinggi/kampus. ● Penyusunan Rencana Kerja.
● Implementasi Kampus Sehat dengan dasar 3pilardan6 kegiatan pokok.

● Monitoring dan Evaluasi.

b. Dinas Kesehatan Provinsi


● Melakukan identifikasi jumlah Institusi PendidikanTinggi di

wilayah masing-masing.
● Melakukan koordinasi dengan Dinas KesehatanKabupaten Kota mengenai

sasaran yang akanmenjadibinaan masing-masing Kabupaten/Kota.

● Melakukan pembinaan, monitoring, danevaluasipelaksanaan Program

Kampus Sehat secaraberkala.

c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas ● Melakukan pembinaan,


monitoring, danevaluasi

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 65
pelaksanaan Program Kampus Sehat secaraberkala.
● Mengidentifikasi capaian/ cakupan SPMdisandingkandengan
kemungkinan perluasan cakupan di perguruantinggi. ● Membantu pihak
IPT dalampembentukanposbindu. ● Melakukan koordinasi dengan pihak
IPTterkait

pencatatan dan pelaporan hasil deteksi dini FRPTMsecara


berkala.
66 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR
5. Pelaksana
a. Tim Kampus Sehat Universitas/ PerguruanTinggi. b. Tim Kampus Sehat
Fakultas.

c. Dinas Kesehatan Provinsi.


d. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

K. PEMBENTUKAN AGENT OF CHANGE 1. Pengertian

a. Pembentukan Agent Of Change (AoC) PTMadalahsalahsatu upaya


pemberdayaan dan melibatkanmasyarakatdalam pencegahan dan
pengendalian faktor risikoPTMmelalui peningkatan AoC untuk dapat
menjadikatalisator, memotivasi serta mendorong perubahanbagidiri, keluarga
dan lingkungannya untuk menerapkanhidup sehat cegah PTM.

b. Kegiatan meliputi :
● Pembekalan/orientasi AoC.

● Pembentukan sarana deteksi dini PTM/ PosbinduPTM. ● Sosialisasi, edukasi


dan informasi Hidup Sehat CegahPTM.

● Gerakan pola makan sehat dengan gizi seimbangdanaktifitas fisik.

● Gerakan deteksi dini PTM secara berkala.

PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR 67
2. Dasar Hukum / Pedoman
a. Instruksi Presiden No. 1 tahun 2017 TentangGerakanMasyarakat Hidup
Sehat.

b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 tahun2014tentang Pedoman Gizi


Seimbang.

c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun2015 tentang Penanggulangan


Penyakit TidakMenular.
68 PEDOMANMANAJEMENPENYAKITTIDAKMENULAR

Anda mungkin juga menyukai