Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

TRADISI MANDI-MANDI 7 BULANAN

Kelompok 4:
- Muhammad Safrudin
- Muhammad Zamani
- Nauval Rizky Ibrahim
- Cahya juwita
- Alia Rahmah

Kata Pengantar
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "Tradisi Mandi-Mandi 7
bulanan

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata
bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………1
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………………..2
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………………………………...3
1.2 RUMUSAN BELAKANG………………………………………………………………………..4
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………………………………….5
1.3 SIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………………………….6
Bab 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Banjar ada tradisi bagi perempuan hamil pertama kali. Ketika usia kehamilan mencapai
7 bulan maka diadakan upacara mandi-mandi, yang disebut Mandi-mandi Manujuh Bulanan (mandi
tujuh bulan).

Biasanya untuk menolak bala dan mendapatkan keselamatan bagi si ibu dan bayi yang dikandung.
Kepercayaaan masyarakat Banjar, orang hamil suka diganggu mahluk halus yang jahat.

Ritual itu, si hamil memakai pakaian indah-indah dan perhiasan sambil memangku sebuah tunas
kelapa yang diselimuti kain kuning menghadapi sajian 41 macam kue.

Khusus tempat mandi-mandi berbentuk persegi diberi pagar tali yang digantungi kembang renteng,
disela-selanya diikat berbagai kue, uang dan buah pisang.
Kemudian empat sisi dililit dengan kain khas Banjar sasirangan atau kain berwarna kuning keramat.

Air yang digunakan untuk mandi-mandi direndam bunga dan mayang yang sudah dibacakan surah
Yasin atau Burdah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas uraian di atas dapat ditarik rumusan masalah mengenai
bagaimana pelaksanaan tradisi mandi-mandi 7 bulanan. Bagaimana ibu yang sedang
mengandung 7 bulan untuk dimandikan supaya mendapatkan keselamatan bagi si ibu dan
bayi dikandung. Menurut kepercayaan orang banjar orang hamil suka diganggu makhluk
halus yang jahat.

Bab 2
Pembahasan

Wanita yang memandikan si ibu hamil jumlahnya selalu ganjil, sekurang-kurangnya tiga dan paling
banyak tujuh orang dan biasanya merupakan para kerabat dekat.

Saat si ibu hamil disirami dengan air bunga biasanya juga dibedaki dengan bedak beras kuning lalu
mengeramasinya.

Kembang Mayang dikeluarkan dari rendaman dan diletakkan diatas kepala wanita hamil ini dan
disirami dengan air kelapa muda tiga kali berturut-turut dengan posisi mayang yang berbeda-beda.
Kali ini juga airnya harus dihirup oleh wanita hamil itu.

Sesudah itu badannya dikeringkan dan ia berganti pakaian lalu keluar dari tenda pemandian. Di
luar telah tersedia sebiji telur ayam yang harus diinjaknya ketika melewatinya. Ketika ia keluar untuk
kembali ke ruang tengah ini dibacakan pula shalawat beramai-ramai.

Di ruang tengah si Ibu hamil kembali duduk di atas alas kain berlapis di hadapan tamu-tamu,
disisiri dan disanggul rambutnya. Pada saat itu juga di tepung tawari, yaitu dipercikan minyak likat
beboreh dengan anyaman daun kelapa yang dinamakan tapung tawar.

Setelah itu dibacakan doa selamat dan diakhiri dengan si Ibu hamil yang menyalami semua
undangan sebagai bentuk rasa terima kasih dan mohon doa keselamatan pada semua yang hadir.

Semua prosesi yang dijalani intinya adalah memohon pada Allah SWT dan dengan pecahnya bunga
mayang dengan sekali tepuk saja menandakan proses kelahiran akan berjalan dengan lancar.

Pecahnya telur ketika diinjak juga melambangkan proses kelahiran yang cepat pula. Tunas kelapa
yang dipangku dan kemudian digendong melambangkan si jabang bayi yang kelak dapat tumbuh
dimana saja dan berguna bagi masyarakat.

Memerciki dengan tepung tawar ialah guna memberkatinya dan konon akan memperkuat
semangatnya. 

1.3 Simpulan dan Saran

kebanyakan dari mereka mengaku melaksanakan atas dasar anjuran dari orangtua yang
senantiasa menjaga adat tersebut. Meskipun begitu masih terasa adanya kepercayaan lain
dalam melandasi terlaksananya upacara tersebut, diantaranya kepercayaan apabila tidak
dilaksanakan upacara tersebut maka akan diganggu oleh makhluk halus.

Adapun tujuan masyarakat melaksanakan upacara, kebanyakan dari mereka menganggap


upacara ini sebagai perlambang doa atau pengharapan agar ibu dan anak nantinya akan selamat
serta berharap anaknya kelak tumbuh menjadi anak yang berbudi baik. Pada motivasi dan tujuan
masyarakat melaksanakan upacara ini masih terlihat jelas masih ada corak primitifisme di
dalamnya yaitu kepercayaan terhadap roh-roh atau makhluk halus atau animisme serta
kepercayaan bahwa benda memiliki kekuatan magis atau dinamisme.

Sarannya, Bagi para pemuka agama agar selalu mendampingi masyarakat, agar nila-inilai
primitifisme sebagaimana yang disebutkan diatas dapat ditanggulangi dengan memberikan
wawasan baru bagi masyarakat yang beragama Islam sehingga tidak membiarkan celah
primitifisme tersebut menjadi lebih besar dan mendominasi pemikiran masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai