Anda di halaman 1dari 13

Penerapan Meditasi Sebelum Kegiatan

Belajar Mengajar pada Siswa Sekolah


Menengah Pertama Negeri

Muhammad Naufal Laksita - 130110220115


Daftar Pustaka

I. Pendahuluan............................................................................................................................. 2
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................2
1.2 Tujuan Penelitian.............................................................................................................. 3
1.3 Rumusan Penelitian..........................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................ 4
II. Kajian Pustaka......................................................................................................................... 4
2.1 Cerebral Cortex................................................................................................................. 4
2.2 Atensi...............................................................................................................................5
2.3 Meditasi dan Dampaknya pada Otak...............................................................................6
III. Metode Penelitian................................................................................................................... 7
3.1 Lokasi Penelitian.............................................................................................................7
3.2 Desain Penelitian............................................................................................................7
3.2.1. Desain Penelitian.................................................................................................... 7
3.2.2. Instrumen Penelitian................................................................................................ 7
3.2.3. Subjek Penelitian..................................................................................................... 8
3.3 Variabel dan Tahapan Penelitian..................................................................................... 8
3.3.1. Variabel................................................................................................................... 8
3.3.1.1. Variabel Bebas............................................................................................... 8
3.3.1.2. Variabel Terikat...............................................................................................8
3.3.2. Tahapan.................................................................................................................. 8
3.3.2.1 Tahap Persiapan............................................................................................. 8
3.3.2.2. Tahap Pelaksanaan........................................................................................ 9
3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 9
3.4.1. Teknik Pengumpulan Data Primer........................................................................... 9
3.5 Teknik Analisis Data.........................................................................................................9
IV. Conceptual framework........................................................................................................... 9
V. Daftar Pustaka....................................................................................................................... 10
VI. Lampiran I............................................................................................................................. 11

1
I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang berada di peringkat bawah dalam hal literasi dan
pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan adanya data dari Program for International Student
Assessment. Dalam asesmen atau penilaian yang dilakukan PISA , Indonesia berada di peringkat
62 dari 70 negara. Peringkat tersebut masih dikategorikan dalam peringkat yang rendah.
Malaysia sebagai negara menempati peringkat di atas Indonesia begitu pula dengan Thailand dan
Vietnam. Ada beberapa faktor yang memengaruhi tingkat literasi dan keilmuan Negara
Indonesia, misalnya kurikulum, metode pembelajaran, dan kualitas para pengajarnya.

Kurikulum merupakan hal yang krusial pada pendidikan. Kurikulum yang bagus
menghasilkan output murid yang bagus. Kurikulum yang diterapkan di Negara Indonesia belum
bisa menjamin adanya peningkatan kualitas siswa. Kurikulum indonesia sudah berganti sebanyak
sepuluh kali ( Almarisi, 2023). Kurikulum yang ditetapkan pemerintah adalah Kurikulum
Merdeka. Kurikulum merdeka adalah sebuah program dari Kemendikbud untuk mengejar
ketertinggalan tingkat literasi di dunia. Kurikulum merdeka membebaskan siswa - siswi untuk
mengejar ilmu pengetahuan yang digemari. Kurikulum ini juga memperluas batasan metode
pengajaran guru terhadap murid. Akan tetapi, kurikulum ini juga masih memiliki kekurangan.
Kekurangan tersebut disebabkan oleh implementasinya yang belum matang, sistem pendidikan
yang terancang belum terealisasi dengan baik, dan kurangnya sumber daya manusia ( SDM)
(Almarisi, 2023). Kurikulum ini menyebabkan adanya kebijakan sekolah yang dinilai
menimbulkan polemik.

Pada awal Bulan Maret, salah satu sekolah di Nusa Tenggara Timur membuat suatu
kebijakan yang kontradiktif.. Sekolah tersebut mewajibkan siswanya untuk hadir pada pukul
5:00 WIT. Peristiwa siswa diminta masuk pagi jam lima pagi di sekolah menimbulkan banyak
perdebatan di kalangan para ahli. Beberapa pihak mengkritik kebijakan ini dengan dasar waktu
tidur manusia normal dan Circadian Rhythm. Beberapa pihak lagi membandingkan kebijakan ini
dengan kebijakan sekolah di luar negeri yang sudah menghasilkan orang - orang yang sukses
misalnya sekolah di Jepang yang mewajibkan siswa - siswinya masuk pada jam delapan pagi.
Kebijakan yang dibuat oleh sekolah di Nusa Tenggara Timur dinilai kontraproduktif karena
terdapat beberapa hal yang tidak searah dengan kaidah - kaidah medis seperti Circadian
Rhythm dan lain - lain.

Perbaikan proses pendidikan tidak hanya dinilai dari lama belajarnya saja di
sekolah.Intervensi pada proses dan metode pembelajarannya juga diperlukan dalam merevolusi
dunia pendidikan. Keefektifan dan efisiensi dari proses pembelajaran harus diperhatikan agar

2
output dari kegiatan belajar mengajar bisa menjadi lebih baik. Tingkah laku sebagai proses dari
hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Adapun salah satu
dari faktor internal adalah , kemampuan yang dimiliki oleh siswa , minat dan perhatiannya
(Erwinsyah, 2017). Perhatian murid yang rendah dapat mengarah kepada retensi yang rendah.
Salah satu cara untuk meningkatkan perhatian murid adalah dengan cara meditasi. Meditasi
dapat menyaring distraksi - distraksi yang berada di dalam pikiran.

Meditasi dapat memperbesar kemungkinan murid mendapatkan tingkat kognitif yang


lebih baik lagi. Penelitian Mukti dan Wimbarti ( 2020 ) membuktikan bahwa meditasi dapat
meningkatkan kemampuan atensi sehingga siswa - siswi SMP yang diintervensi dengan
pelatihan meditasi serta pengujian Stroop Color-Word Test. Selain itu, siswa - siswi yang sudah
terbiasa melakukan meditasi memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik. Hal tersebut
disebabkan kemampuan kognitif yang diperlukan dalam retensi pengetahuan dipengaruhi oleh
latihan meditasi (Youman, 2014). Oleh sebab itu, meditasi diperlukan oleh siswa - siswi dari
Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas dalam meningkatkan performa belajarnya.

Berdasarkan latar belakang, peneliti melakukan penelitian dengan metode eksperimen.


Peneliti akan melakukan penelitian berlokasi di SMPN 1 Jatinangor selama tiga minggu. Subjek
penelitian dibagi menjadi dua kelompok. Pada hari pertama, dua kelompok. Pada hari pertama di
minggu pertama, dua kelompok tersebut akan mengisi skala Kentucky Inventory of Mindfulness
Scale (KIMS) yang diadaptasi oleh Astuti (2017) dalam bahasa Indonesia dan dilanjutkan
dengan jadwal kegiatan belajar mengajar (KBM) yang ada. Pada hari berikutnya, kelompok
eksperimen akan melakukan Mindfulness Meditation sebelum dimulainya KBM lalu dilanjut
dengan mengisi skala KIMS sedangkan kelompok kontrol langsung memulai KBM. setelah tiga
minggu, peneliti menguji kembali kedua kelompok dengan mengisi skala KIMS dan melihat
nilai ulangan mata pelajaran IPA, matematika, dan Bahasa Indonesia dari kedua kelompok
tersebut untuk dianalisis menggunakan uji T agar terlihat signifikansi perbedaannya.

1.2 Tujuan Penelitian


a. Mengetahui dampak meditasi pada siswa SMP sebelum kegiatan belajar mengajar
b. Mengetahui tingkat peningkatan performa kognitif melalui meditasi pada siswa

1.3 Rumusan Penelitian


a. Bagaimana dampak meditasi pada siswa sebelum kegiatan belajar mengajar ?
b. Seberapa efektif meditasi dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah ?

3
1.4 Manfaat Penelitian
a. Memberikan peningkatan performa pembelajaran pada siswa sekolah menengah
pertama Negeri (SMP) 1 Jatinangor
b. Memberikan saran dan masukan kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti
hubungan meditasi dengan kemampuan kognitif manusia

II. Kajian Pustaka

2.1 Cerebral Cortex


Cerebrum merupakan bagian otak yang krusial untuk memahami suatu informasi.
Cerebrum mamalia memiliki kemampuan tinggi dalam mempersepsikan informasi,
mengendalikan gerakan motor, dan menggunakan fungsi kognitifnya melalui struktur kortikal
dan subkortikal yang lebih terspesialisasi lagi (paxinos, 2015). Cerebrum yang terganggu
fungsinya dapat merusak fungsi organ yang lain. Organ - organ seperti otot, mata, dan mulut
dikendalikan oleh cerebrum. Apabila saraf pada cerebrum rusak proses berpikir, interpretasi
informasi, dan integrasi informasi akan terganggu. Cerebrum terbagi menjadi empat lobus, yaitu
frontal, temporal, parietal, dan oksipital. Masing - masing lobus memiliki fungsinya sendiri.
Lobus frontal berfungsi sebagai tempat untuk berpikir, menggerakan otot, dan berbicara. Lobus
temporal berfungsi sebagai tempat untuk menerima informasi audio. Lobus parietal berfungsi
sebagai penerima informasi somatosensori. Lobus oksipital berfungsi untuk menerima informasi
visual

Gambar 2.1 Lapisan - lapisan dalam korteks serebri.

4
Cerebral cortex mempunyai enam lapisan. Lapisan tersebut terdiri dar Molecular Layeri
External Granular Layer, External Pyramidal Layer, Internal Granular Layer, Internal
(Ganglionic Layer), dan Multiform Layer. Masing - masing layer memiliki sel yang spesifik. Sel
- sel tersebut mempunyai perannya masing - masing dalam pengiriman informasi keluar dan
masuk ke dalam otak. Lapisan I , II, dan III berfungsi dalam menerima dan mengintegrasikan
respon sensorik sedangkan lapisan V dan VI bertugas dalam mengirim sinyal keluar dari otak (
Hall, 2017). Lapisan - lapisan tersebut saling bekerja sama untuk melaksanakan fungsi kognitif
pada manusia.

Fungsi cerebrum tidak bisa dilepaskan dari fungsi talamus. Kerusakan pada talamus
mengakibatkan tidak berjalannya proses berpikir yang lebih tinggi. Oleh sebab itu ,terdapat
sistem antara korteks serebri dengan talamus yang disebut Thalamocortical System ( Guyton,
2017 ). Hampir semua jaras yang menuju korteks melewati talamus. Sistem tersebut bekerja
secara dua arah. Cerebrum mengirimkan sinyal kepada talamus untuk diregulasi dan talamus
mengirimkan sinyal kembali kepada cerebral cortex untuk dikirim menuju organ - organ lainnya.
Bagian frontal dari cerebral cortex memiliki fungsi yang penting. Lobus frontalis dari
cerebral cortex menerima informasi yang belum dianalisis oleh bagian korteks lain. Bagian ini
juga yang paling pertama menciptakan perintah dari otak menuju kepada ekstremitas tubuh.
Akan tetapi, informasi harus direspons oleh bagian caudate dari basal ganglia supaya hasil
gerakan di ekstremitas bisa teregulasi (Hall, 2017). Selain itu, bagian ini merupakan tempat
berkumpulnya informasi. Informasi - informasi yang masuk akan dibawa ke lobus frontalis dan
digunakan untuk memadukan antara satu informasi dengan informasi yang lain.

2.2 Atensi
Atensi atau fokus merupakan kemampuan individu dalam menyeleksi informasi yang
masuk. Broadbent (1958) menyimpulkan bahwa kapasitas yang terbatas dari sistem saraf
membuat bagian dari sistem saraf perlu menyaring informasi yang masuk . Bagian yang
dikesampingkan merupakan bagian yang tidak penting dan tidak mempunyai kaitan yang kuat
dengan informasi yang sudah diterima. Selain itu, dia juga menilai bahwa sistem saraf dapat
digambarkan seperti channel telekomunikasi. Sistem saraf tersebut hanya memiliki satu
channel telekomunikasi sehingga perlu adanya informasi yang ditahan untuk bisa
menyampaikan informasi. Terdapat fenomena unik, yaitu apabila terdapat dua informasi yang
kontinuum atau bersamaan tetapi berbeda pada lokasi penerimaan misalnya melalui telinga
kanan dan kiri, atensi telinga kanan akan berubah dengan sangat cepat menjadi atensi telinga
kiri, informasi tersebut masih bisa diterima dengan baik.. Percobaan Broadbent (1954)
membuktikan bahwa kemampuan atensi manusia bisa berubah sesuai lokasi informasi yang
masuk. Percobaan ini dikenal sebagai the Split-Span Technique. Pendengar akan diberikan
enam angka secara bersamaan, angka tersebut disusun menjadi pasangan yang berturut -
turut. Di setiap pasangan angka, satu angka akan didengar melalui telinga kanan dan satu
angka lagi didengar melalui telinga kiri. Setelah angka - angka tersebut sudah diperdengarkan

5
kepada pendengar, pendengar diminta untuk menyebutkan angka - angka tersebut.
Menariknya, pendengar berhasil menyebutkan angka - angka tersebut. Pendengar juga
menambahkan bahwa angka - angka yang didengar terlebih dahulu merupakan angka - angka
yang berasal dari telinga kanan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sekalipun manusia menerima
dua atau lebih informasi secara bersamaan, informasi dapat diterima dengan syarat informasi
tersebut sudah diproses secara benar.
Meditasi merupakan teknik yang bisa digunakan untuk melatih atensi atau fokus.
Meditasi dapat menciptakan atensi selektif sehingga kegiatan yang dilakukan bisa lebih efektif
dan efisien. Berdasarkan riset yang dilakukan Moisala (2015) , hasil fMRI orang yang memiliki
atensi selektif tidak tumpang tindih dibandingkan orang yang memiliki atensi terbagi (divided
attention). Disamping itu, penelitian yang dilakukan Rubia (2009) menghasilkan kesimpulan
bahwa meditasi dapat melatih pikiran untuk mengubur hal - hal yang tidak dibutuhkan untuk
memproses informasi saat itu. Dengan demikian, meditasi terbukti bisa meningkatkan kualitas
atensi.

2.3 Meditasi dan Dampaknya pada Otak


. Meditasi merupakan kegiatan mengatur pernapasan dan pikiran dalam posisi rileks.
Meditasi memerlukan kemampuan kognitif yang kompleks dan terkadang bisa merubah
fisiologi otak ( Wintering dkk , 2010 ). Meditasi sering dilakukan oleh penganut Agama
Hindu dan Buddha untuk melatih spiritualitas. Bangsa barat memahami meditasi sebagai
teknik untuk meregulasi diri dan memfokuskan diri kepada kondisi pikiran yang tenang ( Hort
dkk, 2014). Meditasi juga dipercaya sebagai alat untuk mencapai kedamaian batin, emosi
positif, dan mencapai cinta dan kebahagiaan sejati. Meditasi dilakukan dengan cara - cara
berikut, duduk dan kondisikan badan supaya rileks, memasang timer dalam jangka waktu 5 -
10 menit, kemudian dilanjutkan dengan memejamkan mata, selanjutnya mengatur pernapasan
perlahan - lahan, biarkan pikiran yang mendistraksi datang dan pergi. Meditasi biasanya
berlangsung selama lima hingga sepuluh menit namun tidak jarang meditasi dilakukan lebih
lama dari waktu - waktu tersebut.
Meditasi dipercaya memiliki banyak manfaat. Meditasi memiliki efek terhadap
kesehatan mental dan fisik. Meditasi memiliki pengaruh terhadap fungsi kognitif dan proses
neurodegeneratif akibat proses bertambahnya umur (Sherdova et al., 2014). Bagian
frontoregion, temporal, cerebelar, dan hippocampal mengalami perubahan setelah
dilakukannya meditasi. Selain itu, hasil MRI juga mengalami perubahan dibandingkan orang
yang tidak melakukan meditasi ( Lazar dkk, 2005 ). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh
Moisala (2015) membuktikan bahwa orang yang memiliki atensi selektif menghasilkan
performa yang lebih baik dibandingkan atensi terbagi (divided attention). Itulah alasannya
meditasi menghasilkan perubahan positif pada performa kognitif seseorang.

6
III. Metode Penelitian

3.1 Lokasi Penelitian


Peneliti menjadikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jatinangor sebagai
lokasi penelitian. Populasi yang akan digunakan adalah salah satu kelas VIII SMPN 1
Jatinangor. Populasi yang akan digunakan oleh peneliti berjumlah 30 orang.

3.2 Desain Penelitian

3.2.1. Desain Penelitian


Desain eksperimen yang digunakan adalah untreated control group design with
dependent pretest and posttest samples (Shadish, Cook, & Campbell, 2002). Pretest dan
posttest merupakan tes untuk mengukur mindfulness. Pengukuran tersebut menggunakan
beberapa instrumen penelitian. Hal tersebut terlampir dalam gambar 3.1

Gambar 3.1 Desain Eksperimen

Keterangan :
O1 : Pretest dengan pengambilan nilai ulangan matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan nilai
skala KIMS

X : Perlakuan meditasi pada kelompok intervensi

O2 : Posttest dengan pengambilan nilai ulangan matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan nilai
skala KIMS

3.2.2. Instrumen Penelitian


Atensi atau fokus merupakan kemampuan individu dalam menyeleksi informasi
yang masuk. Peneliti menggunakan KIMS test yang sudah diubah ke Bahasa Indonesia. KIMS
scale merupakan tes untuk menentukan tingkat mindfulness. Para penilai mindfulness scale
berpendapat bahwa item pada KIMS tertulis dengan baik dan sangat baik dalam

7
merepresentasikan kemampuan mindfulness (Allen, 2004). KIMS scale yang peneliti gunakan
berisi 39 aitem untuk mengukur tingkat mindfulness pada siswa - siswi.

3.2.3. Subjek Penelitian


Peneliti melakukan penelitian pada siswa kelas VIII dari SMPN 1 Jatinangor.
Kelas VIII dipilih karena siswa kelas IX sedang dalam masa persiapan ujian. Kelas VII tidak
peneliti pilih sebab kelas VII masih beradaptasi pada proses pembelajaran.

3.3 Variabel dan Tahapan Penelitian

3.3.1. Variabel

3.3.1.1. Variabel Bebas


Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai dari pretest
dan posttest subjek penelitian. Pretest dan posttest yang dimaksud adalah nilai dari
skala KIMS dan nilai ulangan harian Bahasa Indonesia, matematika, dan IPA

3.3.1.2. Variabel Terikat


Peneliti mengambil mindfulness meditation sebagai variabel terikat.
Mindfulness meditation akan dinilai menggunakan instrumen skala KIMS untuk
mengukur tingkat perhatian atau mindfulness.

3.3.2. Tahapan

3.3.2.1 Tahap Persiapan


Persiapan dimulai dengan survei target lokasi kemudian membuat perizinan
kepada pihak sekolah. Selain itu, peneliti perlu mempersiapkan enam trainer atau
mentor untuk membimbing murid dalam melakukan meditasi. Setiap kelompok
terdiri dari 15 orang dan setiap kelompok memiliki tiga orang mentor yang
bertugas membimbing kelompok eksperimen bermeditasi dan melaksanakan pretest
dan posttest. Skala KIMS juga perlu dicetak untuk dibagikan kepada murid - murid
saat pretest dan posttest.

8
3.3.2.2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan berawal dari dimulainya pretest pada saat pertama kali
bertemu. Setelah melakukan pretest, kelompok kontrol akan diberikan waktu
istirahat sementara kelompok eksperimen akan diarahkan ke sebuah ruangan untuk
melaksanakan meditasi. Selanjutnya, kelompok eksperimen dipersilahkan kembali
ke ruang kelas. Aktivitas pelatihan mindfulness akan dilaksanakan setiap hari
Selasa dan Kamis selama tiga minggu dengan durasi 7,5 menit. Mentor yang
bertugas akan kembali lagi pada hari yang telah ditentukan. Di hari Kamis di
minggu ketiga, subjek penelitian akan melaksanakan posttest dengan mengerjakan
skala KIMS

3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data Primer


1) Pengukuran

Peneliti menggunakan data primer yang berasal dari kegiatan pengukuran


tingkat mindfulness menggunakan skala KIMS yang dilakukan pada saat awal
dan akhir kegiatan. Selain itu, nilai ulangan harian matematika, IPA, dan Bahasa
Indonesia selama tiga minggu juga digunakan dalam penelitian ini. Data - data
tersebut akan dianalisis untuk menghasilkan kesimpulan.

3.5 Teknik Analisis Data


Peneliti menggunakan analisis data dengan nilai t. Nilai T digunakan dalam
analisis data untuk mengetahui perbedaan kedua kelompok secara signifikan.

IV. Conceptual framework

9
V. Daftar Pustaka
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KURIKULUM MERDEKA PADA
PEMBELAJARAN SEJARAH DALAM PERSPEKTIF HISTORIS
Haarmann, H. J., George, T., Smaliy, A., & Dien, J. (2012). Remote associates test and alpha
brain waves. The Journal of Problem Solving, 4(2), 5.
Newberg, A. B., Wintering, N., Khalsa, D. S., Roggenkamp, H., & Waldman, M. R. (2010).
Meditation effects on cognitive function and cerebral blood flow in subjects with
memory loss: a preliminary study. Journal of Alzheimer's Disease, 20(2), 517-526.
Lazar SW, Kerr CE, Wasserman RH, Gray JR, Greve DN, Treadway MT, McGarvey M,
Quinn BT, Dusek JA, Benson H, Rauch SL, Moore CI, Fischl B (2005) Meditation
experience is associated with increased cortical thickness. Neuroreport 16, 1893-1897.
Erwinsyah, A. (2017). Manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas proses belajar
mengajar. TADBIR: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 5(2), 87-105.
Li, Y.E., Preissl, S., Hou, X. et al. An atlas of gene regulatory elements in adult mouse
cerebrum. Nature 598, 129–136 (2021). https://doi.org/10.1038/s41586-021-03604-1
Addante, Richard J et al. “BOOSTING BRAIN WAVES IMPROVES MEMORY.” Frontiers
for young minds vol. 9 (2021): 605677. doi:10.3389/frym.2021.605677
Paxinos, G. The Rat Nervous System 4th edn (2015)
Ramsburg, J.T., Youmans, R.J. Meditation in the Higher-Education Classroom: Meditation
Training Improves Student Knowledge Retention during Lectures. Mindfulness 5,
431–441 (2014). https://doi.org/10.1007/s12671-013-0199-5
Helber, C., Zook, N. A., & Immergut, M. (2012). Meditation in higher education: Does it
enhance cognition?. Innovative Higher Education, 37, 349-358.
Styles, E. (2006). The psychology of attention. Psychology Press
Moisala, Mona, et al. "Brain activity during divided and selective attention to auditory and
visual sentence comprehension tasks." Frontiers in Human Neuroscience 9 (2015): 86.
Rubia, Katya. "The neurobiology of meditation and its clinical effectiveness in psychiatric
disorders." Biological psychology 82.1 (2009): 1-11.
Astuti, N. B. (2017). Program intervensi berbasis mindfulness untuk meningkatkan
kesejahteraan psikologis caregiver pasien kanker anak (Tesis tidak dipublikasikan)
Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Baer, R. A., Smith, G. T., & Allen, K. B. (2004). Assessment of Mindfulness by Self-Report.
Assessment, 11(3), 191–206. doi:10.1177/1073191104268029 .
Hall, J.E., 2016, Guyton and Hall textbook of medical physiology, 13th edition, Elsevier,
Philadelphia, PA.

10
VI. Lampiran I
Pakta Integritas
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Naufal Laksita
NPM : 130110220115

Dengan ini menyatakan:


1. Sesuai dengan pedoman pelaksanaan ujian di Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran, dengan ini saya menyatakan bahwa saya tidak akan melakukan praktik
plagiarisme dalam proses assessment ini.
2. Saya memahami bahwa pelanggaran aturan pelaksanaan ujian ini dapat mengakibatkan
saya dinyatakan gagal (mendapat nilai E) dalam ujian ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kekuatan lahir dan batin untuk
mewujudkan Pakta Integritas ini.

Jatinangor, 6 April 2022

( Muhammad Naufal Laksita )

11
12

Anda mungkin juga menyukai