id
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
43
library.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4 Beban Tercatat dan Temperatur Aspal Tiap Stationing Tahun 2016
Temperatur
STA Beban (kN)
Aspal 0C
65+930 39,85 37,1
66+000 40,01 37,1
66+050 39,78 37,1
66+100 39,23 37,1
Sumber : B2PJN Semarang Data Lendutan FWD Tahun 2016
40
Lendutan yang telah dinormalkan = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡 x lendutan
40
Nilai D0 1 Normal = 39,85 x 505,70
= 507,60
40
Nilai D0 2 Normal = 40,01 x 388,70
= 388,60
40
Nilai D0 3 Normal = 39,78 x 201,30
= 202,41
40
Nilai D0 4 Normal = 39,23 x 307,90
= 313,94
40
Nilai D200 1 Normal = 39,85 x 51,00
= 51,19
40
Nilai D200 2 Normal = 40,01 x 51,40
= 51,39
40
Nilai D2003 Normal = 39,78 x 70,60
=70,99
40
Nilai D2003 Normal = 39,23 x 60,70
=61,89
library.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
= 1,11
= 1,20 (dibulatkan ke atas)
Tabel 4.6 Faktor koreksi temperatur lendutan ( D200 ) untuk FWD pengujian
AMPT Tebal Aspal Eksisting (mm)
Templapangan 25 50 100 150 200 300
0,50 0,91 0,76 0,63 0,54 0,41 0,31
0,60 0,93 0,81 0,71 0,64 0,53 0,46
0,70 0,95 0,86 0,78 0,73 0,65 0,60
0,80 0,97 0,91 0,86 0,82 0,77 0,73
0,90 0,98 0,95 0,92 0,91 0,88 0,86
1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
1,10 1,01 1,03 1,03 1,07 1,09 1,11
1,20 1,02 1,06 1,10 1,14 1,18 1,23
1,30 1,03 1,10 1,10 1,20 1,27 1,35
1,40 1,04 1,13 1,13 1,26 1,36 1,46
1,50 1,05 1,15 1,15 1,32 1,44 1,57
1,60 1,05 1,15 1,15 1,32 1,44 1,57
1,70 1,06 1,15 1,15 1,37 1,52 1,67
1,80 1,06 1,18 1,18 1,41 1,59 1,77
library.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
= 440,72 µm
𝑛 2 𝑛 2
𝑛 ∑ 𝑥𝑖 − (∑𝑖−1 𝑥1 )
Deviasi Standar (s) = √ 𝑖=1 𝑛(𝑛−1)
4 . 853831,63 − 3107741,25
=√ 4 . 3
= 160,10 µm
Sehingga,
D0wakil = D0 Rata Rata BB + (-Zr . s )
D0wakil = 440,72 + ( 1,282 . 160,10)
= 645,97 µm
= 0,6 mm
Nilai D0wakil sebesar 0,6 mm ditarik vertikal ke atas dan nilai CESA 4 sebesar
11.440.613 , karena pada grafik lendutan minimal yang ada 0,8 mm , maka tebal
overlay berdasarkan lendutan maksimum adalah 0 mm (Gambar 2.6)
library.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id
= 323,70 µm
= 0,32 mm
Dari perhitungan diatas diperoleh CF rata rata = 0,32 ditarik garis horizontal kekiri dan
nilai CESA5 sebesar 19.012.077,69 ditarik garis vertikal ke atas. 2 garis membentuk 1
titik, pada overlay tipis ( Gambar 4.2) titik berada pada posisi melebihi garis tebal
overaly yang ada maka diambil garis paling dekat dengan titik, yaitu tebal overlay 50
mm . Pada overlay tebal ( Gambar 4.3 ) , titik berada di antara garis 160 mm dan 140
mm, tetapi secara visual titik lebih dekat dengan garis 160 mm , maka tebal overlay
pada grafik overalay tebal adalah 160 mm.
Dari tabel 2.17 diperlukan overlay minimum 40 mm untuk menurunkan IRI dari 4
m/km menjadi 3 m/km.
Gambar 4.6 Input Data ke jendela Base Layers & Subgrade Train
library.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.7 Input Data ke jendela Asphalt Mix Composition & Fatigue
Gambar 4.8 Input Data ke jendela Asphalt Stiffness & Layer Thickness
library.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id
6. Setelah menginput semua data , pilih toolbar Result maka muncul jendela
hasil dari SPDM
7. Perhitungan overlay
Hasil dari aplikasi SPDM berupa ketebalan aspal sebesar 0,358 m = 358
mm
Tebal lapis tambah untuk memperbaiki jalan berdasarkan SPDM
Untuk menentukan nilai AC BASE, , ACWC, dan ACBC dapat dilihat
pada tabel 2.7
Pada metode Bina Marga 2017 tebal overlay ditentukan berdasarkan grafik nilai
lendutan FWD. Tebal overlay berdasarkan grafik nilai lendutan karakteristik
maksimum dengan (D0 wakil ) = 0,6 dan ESA4 = 11.440.613 didapat tebal overlay 0
mm, menunjukkan berdasarkan lendutan maksimum jalan Karanganyar Tegal STA
65+930 – 66+100 belum memerlukan overlay. Sedangkan tebal overlay berdasarkan
lengkung lendutan untuk mengatasi retak lelah dengan nilai ESA5 = 19.012.077
dengan nilai faktor koreksi data didapat tebal overlay tipis = 50 mm dan tebal overlay
tebal = 160 mm, menunjukkan jalan Karanganyar Tegal STA 65+930 – 66+100
memerlukan overlay. Pada aplikasi SPDM tebal overlay ditentukan berdasarkan data
lalu lintas jalan dan AC Base. Tebal overlay yang didapat adalah 48mm.
library.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan nilai IRI tebal overlay minimum pada jalan Karanganyar Tegal STA
65+930 – 66+100 adalah 40 mm. Dari hasil perhitungan yang mendekati nilai
minimum adalah 48 mm dengan aplikasi SPDM. Pada Metode MDP 2017
membutuhkan data lendutan, lalu lintas, dan penggunaan grafik. Sedangkan pada
aplikasi SPDM hanya membutuhkan data lalu lintas dan AC Base, tanpa data lendutan
hasil tebal overlay bisa didapatkan dengan mudah. Penggunaan aplikasi SPDM lebih
baik daripada perhitungan menggunakan metode MDP 2017.