Anda di halaman 1dari 28

INOVASI PENDIDIKAN AGAMA BAGI ANAK DOWN

SYNDROME DALAM MENGENAL HURUF


HIJAIYAH DAN DOA SEHARI-HARI MELALUI
APLIKASI MA'UNAH
Sub Tema : Teknologi

DISUSUN OLEH:
Nama:
Imelda Azaliya Rahma (202110370311072)
Muhammad Haddad Richard (202010570311018)
Ameliya Dalallul Hanan (202210570311015)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


MALANG
2023
2
3
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................8


1.1 Latar Belakang .....................................................................................8
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................11
1.3 Tujuan ...............................................................................................11
1.4 Manfaat ..............................................................................................11

BAB II KAJIAN PUSTAKA .....................................................................12


2.1 Perspektif Islam .................................................................................12
2.2 Down Syndrome ................................................................................14
2.3 Pendidikan Down Syndrome .............................................................15
2.4 Penelitian Terdahulu ..........................................................................15

BAB III METODE .....................................................................................17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................19


4.1 Cara Kerja Aplikasi Ma’unah ............................................................19
4.2 Desain Rancangan Aplikasi Ma’unah................................................19
4.1 Rancangan Uji Aplikasi Ma’unah......................................................23
BAB V PENUTUP ......................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................25

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rancangan Penelitian ...........................................................................18


Gambar 2. Rancangan Pembuatan Prototipe..........................................................19
Gambar 3. Tampilan Awal Aplikasi Ma’unah .......................................................20
Gambar 4. Homepage Aplikasi Ma’unah...............................................................20
Gambar 5. Tampilan Menu “Mengenal Huruf Hijaiyah” ......................................21
a. Macam-macam Huruf Hijaiyah .....................................................................21
b. Contoh salah satu Huruf Hijaiyah .................................................................21
Gambar 6. Tampilan Menu “Mengenal Doa Sehari-hari” .....................................21
a. Macam-macam Doa Sehari-hari ....................................................................21
b. Contoh salah satu Doa Sehari-hari ................................................................21
Gambar 7. Tampilan Menu utama camera ............................................................22
a. Huruf Hijaiyah...............................................................................................22
b. Doa Sehari-hari..............................................................................................22

5
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian Terdahulu ................................................................................16


Tabel 2. Rancangan Uji Aplikasi ...........................................................................23

6
ABSTRAK

Islam sebagai agama Rahmatan lil'alamin yang memberi petunjuk kepada


manusia. Rahmatan lil'alamin, yaitu sebagai rahmat kepada semesta alam. Arti
lil'alamin memiliki implikasi makna yang kuat, bahwa Islam pada dasarnya
memiliki tugas untuk menjaga dan merawat alam semesta dengan berbagai
perbedaan yang ada. Termasuk perbedan manusia yang multikultural baik secara
sosial, ekonomi, maupun secara fisik terutama bagi anak berkebutuhan khusus
salah satunya adalah anak down syndrome dalam bidang pendidikan. Diharapkan
tidak ada perbedaan dalam segi pendidikan antara anak normal dengan anak down
syndrome termasuk dalam pendidikan inklusif untuk meratakan pendidikan di
Indonesia. Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang disiapkan pada anak-anak
yang memiliki kondisi tertentu. Namun pelayanan pendidikan masih sulit
disediakan. Bisa disebabkan berbagai kendala fisik, geografis, ekonomi dan sosial.
Di samping itu alat dan aplikasi bantu yang digunakan dalam pendidikan inklusif
saat ini adalah alat perekam suara dan aktivitas merekam audio yang kurang
membantu bagi anak down syndrome untuk mendengar dan mempelajari materi.
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, yang akan dicapai dalam inovasi
rancangan untuk meningkatkan kognitif pada anak down syndrome dalam
pendidikan agama Islam beserta tujuan dari produk ini adalah untuk membantu
anak down syndrome meningkatkan kemampuan motoric dalam pembelajaran,
terutama dalam pembelajaran agama Islam untuk mengenal huruf hijaiyah dan doa
sehari-hari. harapannya rancangan aplikasi ini dapat dijadikan sebuah produk yang
nantinya dapat menyetarakan pengetahuan anak down syndrome dalam
meningkatkan pengetahuan untuk membaca huruf hijaiyah dan doa sehari-hari.
Kemudian penulis menggunakan rancangan metode yang menarik dalam
meningkat kemampuan kognitif anak down syndrome pada umur 5-8 tahun dengan
rancangan aplikasi Ma’unah yang berbentuk aplikasi android menggunakan
sistem sensor RFID yang terhubung dengan komputer dan menggunakan sistem
Augmented Reality.

Kata kunci: Agama Islam, Pendidikan Inklusif, Down Syndrome, Augmented


Reality

7
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang sempurna. Namun ada beberapa
anak dengan keterbatasan dan keluarbiasaan atau yang sering disebut dengan istilah
Anak Berkebutuhan Khusus. Menurut Baniaturrohmah et al. (2023) Anak
Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami gangguan atau
ketidaksempurnaan fisik atau sensomotorik dan mengalami penyimpangan
intelektual, sosial dan emosional dengan anak-anak lain seusianya. Salah satu
penyandang anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak down syndrome yang
memiliki hambatan dan keterlambatan dalam hampir seluruh aspek perkembangan,
yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom (Rahmatunnisa et
al., 2020). Down syndrome pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John
Longdon Down karena ciri-cirinya yang unik, contohnya tinggi badan yang relatif
pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia, Amerika
dan Eropa. World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 8 juta
penderita down syndrome di seluruh dunia dan 300.000 di antaranya berada di
Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) mencatat pola kenaikan penderita
setiap tahunnya dimana pada tahun 2013 sebesar 0,13% meningkat menjadi 0,21%
pada tahun 2018. Angka kejadian kasus down syndrome semakin tinggi setiap
tahunnya, down syndrome merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius,
baik di dunia maupun di Indonesia (World Down Syndrome Day – HIMAPSI UNY)

Perspektif dalam agama Islam mengenai anak disabilitas yang dikaji pada Al-
Qur’an dapat diterapkan didalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana Al-Qur’an
adalah sumber ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin yang memberi petunjuk
kepada manusia. Menurut Yudistira, (2022) Islam Rahmatan lil'alamin adalah
Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan
kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam. Agama Islam datang
sebagai rahmatan lil alamin, yaitu sebagai rahmat kepada semesta alam. Arti

8
rahmatan lil alamin memiliki implikasi makna yang kuat, bahwa Islam pada
dasarnya memiliki tugas untuk menjaga dan merawat alam semesta dengan
berbagai perbedaan yang ada. Termasuk perbedan antara anak normal dan anak
berkebutuhan khusus. Selain itu Fungsi Al-Qur‘an adalah sebagai petunjuk bagi
manusia dan menjadi pedoman bagi umat Islam. Begitu juga kepada kaum
disabilitas, Al-Qur’an menerangkan dalam firman Allah surat An-nur ayat 61 :

ُ ْۢ ُ ُ ‫َ ٰٓ َ ا ُ ُ َ َ ا‬ ‫َ ا َ َ َ ا َ ا َ َ ٌ َّ َ َ َ ا َ ا َ َ َ ٌ َّ َ َ َ ا َ ا‬
‫ض َح َر ٌج َّوْل َعلى انف ِسك ام ا ان تأكل اوا ِم ان ُب ُي او ِتك ام‬ ِ ‫ليس على اْلعمى حرج وْل على اْلعر ِج حرج وْل على اْل ِري‬
ُ َ َ َ ُ ‫ا‬ َ ُ ُ َ ُ ۤ َ ُ َ ُ َ َ
‫ا او ُب ُي او ِت ا اع َم ِامك ام ا او ُب ُي او ِت َع ّٰم ِتك ام ا او ُب ُي او ِت ا َبا ِٕىك ام ا او ُب ُي او ِت ا َّمه ِتك ام ا او ُب ُي او ِت ِاخ َو ا ِنك ام ا او ُب ُي او ِت اخو ِتك ام‬
ُ ُ ‫ُ ا َ ا َ َ َ ا ُ ا َّ َ َ ٰٓ َ ا َ ا ُ ْۗا َ ا َ َ ُ َ َ َ ا‬ َ ُ ‫َ ا‬ َ
‫س َعل ايك ام ُجناح ا ان تأكل اوا َج ِم اي ًعا‬ ‫ا او ُب ُي او ِت اخ َو ِالك ام ا او ُب ُي او ِت خل ِتكم او ما ملكتم مفا ِتحه او ص ِدي ِقكم لي‬
ً َ ‫َ َ ا‬
ْۗ ‫ا او اشتاتا‬

Artinya: “Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang,
tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan
(bersama-sama mereka) di rumah kamu sendiri atau di rumah bapak-bapakmu, di
rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah
saudaramu yang perempuan, di rumah saudara bapakmu yang laki-laki, di rumah
saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara ibumu yang laki-laki, di
rumah saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu miliki kuncinya atau
di rumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama
mereka atau sendirian”. Berdasarkan potongan ayat di atas, maka ditegaskan
bagaimana Islam menganggap sama dan setara orang-orang yang dengan
keterbatasan fisik dengan orang-orang lainnya dari segi kehidupan, sosial,
ekonomi maupun pendidikan dan dapat dipahami bahwa tidak ada halangan bagi
orang yang memiliki keterbelakangan mental atau berkebutuhan khusus untuk
memperoleh pendidikan terutama pendidikan agama, karena derajat manusia
semuanya sama di mata Allah Swt.

Pemahaman Al-Qur’an tentang disabilitas dapat diterapkan dalam pendidikan


di Indonesia. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, beserta
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
selanjutnya melalui pengajaran, penelitian beserta pelatihan. Dalam perundang-

9
undangan tentang Sistem Pendidikan No.20 tahun 2003, mengatakan bahwa
pendidikan merupakan “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia beserta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat”. Begitu juga pendidikan untuk anak disabilitas di
Indonesia yang muncul terminologi pendidikan inklusif yang mesti disediakan pada
anak-anak yang memiliki kondisi tertentu. Namun pelayanan pendidikan sulit untuk
disediakan. Apakah karena anak-anak masuk disebabkan berbagai kendala fisik,
geografis, ekonomi dan sosial. Pengertian pendidikan inklusif menurut peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 70 tahun 2009 adalah sistem penyelenggaraan
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara
bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Di samping itu alat dan
aplikasi bantu yang digunakan dalam pendidikan inklusif adalah alat perekam suara
dan aktivitas merekam audio kurang membantu kepada anak disabilitas untuk
mendengar dan mempelajari materi.

Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu adanya inovasi alat dan aplikasi
yang bisa membantu anak penyandang down syndrome dalam dunia pendidikan.
Sebelumnya telah ada teknologi yang sudah menyediakan fasilitas pendidikan
untuk anak penyandang down syndrome namun dalam alat dan aplikasi tersebut
masih belum ada fasilitas yang lengkap misalnya pada tampilan gambarnya
(Hasian, 2022). Perlu adanya inovasi untuk melengkapi aplikasi sebelumnya
dengan cara berbasis android. Berdasarkan masalah di atas maka kami membuat
rancangan produk aplikasi Ma’unah yang merupakan rancangan aplikasi berbasis
augment reality dengan dukungan smartphone. Tujuan dari produk ini adalah
untuk membantu anak-anak down syndrome meningkatkan kognitif dalam
pembelajaran. Terutama pembelajaran agama Islam untuk mengetahui huruf
hijaiyah dan doa sehari-hari. Harapannya rancangan aplikasi ini dapat dijadikan
sebuah produk yang nantinya dapat menyetarakan pengetahuan anak-anak down
syndrome dalam meningkatkan pengetahuan.

10
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana efektifitas pendidikan keagamaan bagi anak penyandang down
syndrome?
2. Bagaimana cara kerja Aplikasi Ma’unah?
3. Bagaimana Aplikasi Ma’unah dapat meningkatkan daya ingat jangka pendek
anak penyandang down syndrome?

1.3 Tujuan

1. Mendeskripsikan inovasi produk untuk pendidikan keagamaan bagi anak


penyandang down syndrome
2. Membangun prototype dan sistem penggunaan aplikasi Ma’unah
3. Menganalisis perbedaan daya ingat jangka pendek anak penyandang down
syndrome sebelum dan sesudah menggunakan aplikasi Ma’unah

1.4 Manfaat

1. Membuat produk inovasi berbasis augmented reality dalam dunia


pendidikan bagi anak penyandang down syndrome
2. Membantu anak penyandang down syndrome mengenal huruf hijaiyah dan
doa sehari-hari
3. Membantu meningkatkan ingatan jangka pendek anak penyandang down
syndrome

11
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif Islam


Allah menciptakan manusia memiliki kelebihan dan kekurangan baik
secara rohani-spiritual secara fisik-jasmani dan pada hakekatnya manusia di
mata Allah itu sama. Namun yang berbeda yaitu bentuk dan kemampuanya.
Sebagian manusia yang diberi suatu hal akan tetapi manusia tidak dapat
melakukannya. Dalam status sosial manusia tidak sama. Secara umum
disabilitas memiliki arti lemah ekonomi-sosial, miskin, janda, anak yatim, dan
lansia. Sedangkan istilah penyakitnya yaitu seseorang yang memiliki penyakit
buta, tuli, bisu, lumpuh yaitu down syndrome dan gangguan mental.
Menurut kitab suci Al-Qur’an pada surat An-Nur ayat 61:
ُُ ‫َ َ َا ُ ُ َ َا‬ َ‫َ ا َ َ َ ا َ ا َ َ َ ٌ ََ َ َ ا َ ا َ َ َ ٌ ََ َ َ ا‬
‫يض َح َر ٌج َوْل َعلى أنف ِسك ام أ ان تأكلوا‬
ِ ‫ليس على اْلعمى حرج وْل على اْلعر ِج حرج وْل على اْل ِر‬
ُ ُ ُُ ‫َ ُ ا َا‬ ُ‫ا ُ ُ َا‬
)61 :‫ (النور‬... ‫وت أ َّم َها ِتك ام‬ ِ ‫ِمن ب ُيو ِتك ام أو ب ُي‬
ِ ‫وت آبا ِئكم أو بي‬
Artinya, “Tidak ada halangan bagi tunanetra, tunadaksa, orang sakit, dan kalian
semua untuk makan bersama dari rumah kalian, rumah bapak kalian atau
rumah ibu kalian …”. Ayat ini secara eksplisit menegaskan kesetaraan sosial
antara penyandang disabilitas dan mereka yang bukan penyandang disabilitas.
Mereka harus diperlakukan secara sama dan diterima secara tulus tanpa
diskriminasi dalam kehidupan sosial.
Sebagaimana penjelasan Syekh Ali As-Shabuni dalam Tafsir Ayatul
Ahkam (I/406) :
َ‫ا َ ا َ َ ا َ ا َ َ ا‬ َ َ ‫ا‬ َ َ َ َ َ َ ‫َ َّ ا ُ ُ َ َ ا َ ُ َ ا َ َ َ َ ا ا َ ا‬ ُ
)‫يض‬
ِ ‫ات (اْلعمى واْلعر ِج واْل ِر‬ ِ ‫س على أه ِل اْلعذ ِاروْل على ذ ِوي العاه‬ ‫ لي‬:‫قو ُل هللا جل ِذكره ما معناه‬
َّ ‫ين َو ُيح ُّب م ان ع َباده‬
ُ ‫الت َو‬ َ‫َ َ ٌ َ ا َاُُ َ َ ا‬
َ ‫ َفإ َّن هللا َت َع َالى َي اك َر ُه الك اب َر َو ااْلُ َت َكبر‬،‫اْلص َّحاء‬
‫اض َع‬ ِِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ‫حرج أن يأكلوا مع‬
Artinya, “Substansi firman Allah Ta’ala (Surat An-Nur ayat 61) adalah bahwa
tidak ada dosa bagi orang-orang yang punya uzur dan keterbatasan (tunanetra,
pincang, sakit) untuk makan bersama orang-orang yang sehat (normal), sebab
Allah Ta’ala membenci kesombongan dan orang-orang sombong dan
menyukai kerendahhatian dari para hamba-Nya.” Bahkan dari penafsiran ini
menjadi jelas bahwa islam mengecam sikap dan tindakan diskriminatif

12
terhadap para penyandang disabilitas. Terlebih diskriminasi yang berdasarkan
kesombongan dan jauh dari akhlaqul karimah. Bahkan dari penafsiran ini
menjadi jelas bahwa Islam mengecam sikap dan tindakan diskriminatif
terhadap para penyandang disabilitas. Merendahkan orang lain adalah
perbuatan tercela dan hendaknya menghormati perbedaan satu sama lain dari
segi fisik maupun dari segi kemampuan yang berbeda-beda.
Dalam literatur fikih didapat informasi bahwa dalam Al-Qur’an terdapat
kata-kata yang menunjukan kepada penyandang disabilitas, seperti syalal
(kelumpuhan), al-a’ma (tunanetra), al-a’raj (daksa kaki), dan al-aqtha’ (daksa
tangan). “syalal adalah kerusakan atau ketidakfungsian organ tubuh. Dan
konteks syalal az-zakar maksudnya lemahnya kekuatan zakar”. Tentang al-
a’ma (tunanetra) dapat dijumpai dalam kitab al-Bahr ar-Raiq salah satu kitab
fikih Madzhab Hanafi. Begitu juga Maqāṣyid al-Syarī’ah sebagai asas fikih
disabilitas. Maqāṣid syar’iyyah memandang orang yang mempunyai
kebutuhan khusus (disabilitas) mempunyai hak yang sama dengan orang
normal dalam mendapatkan hak baik saat di dunia dan di akhirat. Menurut
Hadi, 2017, dalam kajian hukum Islam, dimunculkan beberapa jenis maslahah,
yaitu:
1. Kemaslahatan Primer
Yakni yang secara umum dikenal dengan kaidah yang lima, yaitu
menjaga agama, jiwa, akal, keturunan beserta harta. Kelima kaidah umum
tersebut adalah kaidah atau asas agama, kaidah-kaidah syariat, dan
universalitas agama. Jika sebagian tidak dilaksanakan maka akan
mengakibatkan rusaknya agama seluruh rangkaian hukum Islam atau
Syari’at yang terdiri dari Akidah, Ibadah, dan Muamalat, dan Akhlaq,
memenuhi unsur-unsur lima kaidah umum di atas. Oleh kerana itu setiap
amal akan selalu berlandasakan kajian maslahat sebagai tujuan akhirnya.
2. Kemaslahatan sekunder
Kemaslahatan yang harus ada dan dipenuhi untuk kebutuhan hidup,
seperti jual beli, pernikahan, dan semua jenis muamalat. Kemaslahatan
sekunder menempati posisi kedua setelah kemaslahatan primer.
Kemaslahatan sekunder hanyalah mengikuti jejak kemaslahatan primer.

13
Oleh karena itu seluruh hukum yang berkaitan dengan kemaslahatan
sekunder tidak lepas dari kemaslahatan primer.
3. Kemaslahatan tersier
Kemaslahatan yang kembali pada bentuk adat istiadat, akhlak dan adab,
Ketiga jenis kemaslahatan tersebut berhubungan dengan kondisi disabilitas
harus dijiwai dengan prinsip-prinsip kemaslahatan dan mewujudkan
kemaslahatan kemanusiaan universal, melenyapkan segala bentuk
kerusakan dan kerugian. Dalam konteks regulasi di Indonesia, terdapat
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang disabilitas (Konvensi
mengenai Hak-Hak penyandang Disabilitas ) pasal 3 ayat 1,2 dan 3. Pasal 3
ayat 1 berbunyi: Penyandang disabilitas, negara harus mengambil semua
kebijakan yang diperlukan untuk menjamin penuh semua hak-hak
penyandang disabilitas, Dengan demikian, fikih disabilitas adalah fikih atau
hukum Islam yang bertujuan untuk melindungi dan memberikan hak bagi
kalangan disabilitas. Hukum Islam Tentang Disabilitas.
2.2 Down Syndrome
Down syndrome adalah kelainan genetik yang menyebabkan penderitanya
memiliki tingkat kecerdasan yang rendah dan kelainan fisik yang khas.
Renwati et al., 2017 Down Syndome adalah suatu kelainan genetik yang
terjadi sebelum seseorang lahir yang menyebabkan penderitanya mengalami
keterbelakangan perkembangan fisik dan mental. Normalnya seorang
manusia memiliki 23 pasang kromosom dari ayah dan ibunya atau 46
kromosom, namun pada penyandang down syndrome mereka mengalami
kelainan menjadi 47 kromosom. Anak-anak yang dilahirkan dengan down
syndrome juga sering mengalami masalah pendengaran dan penglihatan.
Tidak hanya itu, sejumlah anak yang mengalami down syndrome juga
didiagnosa memiliki gangguan spektrum autisme, yang mempengaruhi
mereka berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. World Health
Organization (WHO) memperkirakan terdapat 8 juta penderita Down
syndrom di seluruh dunia dan 300.000 di antaranya berada di Indonesia. Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) mencatat pola kenaikan penderita setiap
tahunnya dimana pada tahun 2013 sebesar 0,13% meningkat menjadi 0,21%

14
pada tahun 2018. Angka kejadian kasus down syndrome semakin tinggi setiap
tahunnya, down syndrome adalah salah satu masalah kesehatan yang serius,
baik di dunia maupun di Indonesia. Down syndrome dapat menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan, kecacatan, kelemahan fisik dan menurunya IQ
pada anak-anak. Menurut Raffi et al., 2018, down Syndrome adalah suatu
sindrom genetik yang sering dijumpai dan mudah untuk dikenali pada anak.
Down syndrome menyebabkan penderita mengalami keterlambatan dalam
pertumbuhan, kecacatan, interaksinya dengan fungsi gen lainnya yang dapat
menghasilkan suatu perubahan homeostasis yang memungkinkan terjadinya
penyimpangan perkembangan fisik dan susunan saraf pusat. Keterlambatan
dan kelemahan tersebut menjadikan perlakuan khusus pada anak down
syndrome yaitu pada proses pembelajaran yang mana berbeda dengan anak
normal. Masalah kognitif dan perilaku yang sering dialami anak down
syndrome yaitu kesulitan memusatkan perhatian, berkonsentrasi dan
memecahkan masalah, sikap keras kepala, dan mudah emosional.
2.3 Pendidikan Down Syndrome
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa Undang-undang Dasar 1945
mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa beserta agar
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional yang diatur dengan Undang-undang begitu juga pendidikan terhadap
disabilitas. Kewajiban pemerintah terhadap peserta didik penyandang
disabilitas berdasarkan UU No 8 Tahun 2016 adalah memfasilitasi pendidikan
untuk penyandang disabilitas di setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan
sesuai dengan kewenangannya. Pendidikan untuk penyandang disabilitas di
setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan sesuai dengan kewenangannya.
Pendidikan untuk penyandang disabilitas dilaksanakan dalam sistem
pendidikan nasional melalui pendidikan inklusif dan pendidikan khusus yang
diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI NO. 70 Tahun 2009
menyebutkan bahwa pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk

15
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan
secara Bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

2.4 Penelitian Terdahulu


Dalam melakukan penelitian, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang satria pada tahun 2021 yang
menggunakan alat Match and Growth untuk anak disabilitas yang
menggunakan augment reality dan id card melakukan riset lapangan dengan
alat yang telah dirancang. Penelitian dilakukan dengan metode pre-test dan
post-test pada subyek penelitian yang merupakan anak penderita down
syndrome di salah satu Sekolah Luar Biasa di Kota Malang. Tabel 1. adalah
data yang diperoleh dari riset lapangan.
Tabel 1. Penelitian terdahulu

Umur 4-8 Tahun


Pre-Test
Kemampuan Pendengaran Nilai
Subyek A 4
Subyek B 2
Subyek C 3
Subyek D 3
Post-Test
Kemampuan Pendengaran Nilai
Subyek A 7
Subyek B 5
Subyek C 6
Subyek D 6
Tabel yang telah disediakan di atas adalah data yang telah diambil dari proses
pretest dan post-test dari kemampuan pendengaran mereka yang berfungsi
untuk meningkatkan kemampuan mengingat jangka pendek. Dari data diatas
dapat disimpulkan bahwa subjek yang diteliti mengalami perkembangan
dalam mengingat objek sebanyak 3 angka dari sebelumnya.

16
BAB III
METODE
Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada tahapan pengerjaan yang
berfungsi untuk menjelaskan urutan dalam pengerjaan penelitian agar
berjalan dengan baik dan mencapai tujuan. Penulis menggunakan jenis
metode kuantitatif pre test dan post test. Untuk menemukan suatu hal yang
berhubungan antara anak down syndrome dengan hal kognitifnya. Kemudian
penulis menggunakan rancangan metode menarik dalam meningkatkan
kemampuan kognitif anak down syndrome pada umur 5-8 tahun
menggunakan aplikasi Ma’unah dengan metode Augmented Reality yang
terhubung dengan system sensor RFID card dan aplikasi android. Untuk
memudahkan penulis, alur yang akan dikerjakan dalam penelitian terdapat
pada Gambar 1. berikut

17
Gambar 1. Rancangan Penelitian

18
BAB IV

Hasil dan Pembahasan

Ma’unah adalah inovasi pendidikan keagamaan bagi anak penyandang Down


syndrome yang berisi mengenai rancangan aplikasi android menggunakan sistem
sensor RFID card dengan Augmented Reality. Penulis memfokuskan dalam
pengenalan huruf hijaiyah dan doa sehari-hari pada anak down syndrome agar dapat
mengenal macam-macam huruf hijaiyah dan doa sehari-hari serta cara
membacanya. Aplikasi Ma’unah dirancang dengan tujuan meningkatkan
kemampuan motorik penglihatan dan pendengaran anak down syndrome.

4.1 Cara Kerja Aplikasi Ma’unah

Aplikasi Ma’unah berbentuk Augmented Reality yang dihubungkan


dengan RFID yaitu sebuah istilah generik yang digunakan untuk menggambarkan
suatu sistem yang memancarkan dalam bentuk identitas (khas) nomor urut satu
orang atau objek secara nirkabel, menggunakan gelombang radio. Aplikasi
Ma’unah yang terhubung dengan RFID Card akan menampilkan suara/audio
sesuai dengan gambar.

4.2 Desain Rancangan Aplikasi Ma’unah

Prototipe dari Ma’unah merupakan rancangan aplikasi android


menggunakan sistem sensor RFID yang terhubung dengan komputer. Aplikasi
Ma’unah menggunakan sistem Augmented Reality. Berikut adalah proses
pembuatan prototipe berbasis android.

Gambar 2. Rancangan Pembuatan Prototipe

Berikut adalah gambar rancangan aplikasi Ma’unah hasil dari perpaduan antara
aplikasi Ma’unah dengan RFID. Aplikasi Ma’unah menggunakan sistem
Augmented Reality yang memunculkan gambar dan audio sesuai gambar yang

19
dipilih. Bermain adalah cara belajar yang efektif pada anak usia dini (Fauziddin,
2016), diantaranya bermain dengan memanfaatkan media.

Gambar 3. Tampilan awal Aplikasi Ma’unah

Gambar 3. merupakan rancangan tampilan awal dari aplikasi Ma’unah.


Rancangan awal berisi judul dari aplikasi beserta tombol play sebagai tombol awal
untuk user, ketika user menekan tombol play maka akan mengarah pada menu
homepage. Desain dari tampilan awal berisi beberapa huruf hijaiyah agar lebih
mudah dikenali oleh penggunanya sebagai aplikasi untuk belajar huruf hijaiyah.
Tampilan awal dari aplikasi Ma’unah hanya berisi satu tombol agar lebih mudah
diaplikasikan oleh penggunanya karena aplikasi Ma’unah terfokus pada anak down
syndrome.

Gambar 4. Homepage Aplikasi Ma’unah

Gambar 4. merupakan rancangan aplikasi setelah user menekan tombol


play. Tampilan menu homepage pada aplikasi tersebut terdiri nama aplikasi, menu
“Mengenal Huruf Hijaiyah”, menu tambahan “Mengenal doa sehari-hari”,
homepage, camera dan profile dengan fungsi yang berbeda-beda. Fungsi dari menu
“Mengenal Huruf Hijaiyah” adalah untuk menampilkan macam-macam huruf
hijaiyah beserta cara membacanya dalam bentuk suara bagi anak down syndrome.
Menu tambahan “Mengenal doa sehari-hari” menampilkan doa-doa yang sering kita

20
baca seperti doa akan tidur, doa akan makan, doa bangun tidur. Menu camera
berfungsi untuk menampilkan suara dan gambar 3 dimensi dalam bentuk ID Card
maupun foto, selanjutnya menu profile yang berfungsi untuk menampilkan profil
dari user.

(a) (b)
Gambar 5. Tampilan menu “Mengenal huruf hijaiyah”
(a) Macam-macam huruf hijaiyah, (b) Contoh salah satu huruf hijaiyah

Gambar 5. merupakan rancangan pengaplikasian dari menu “Mengenal


Huruf Hijaiyah” yang akan menampilkan macam-macam huruf hijaiyah beserta
cara membacanya dalam bentuk suara. Ketika user menekan salah satu huruf
hijaiyah maka akan muncul cara membaca huruf hijaiyah tersebut dalam bentuk
suara, contohnya ketika user menekan huruf alif maka akan muncul suara “alif”
atau cara membaca huruf hijaiyah tersebut.

(a) (b)
Gambar 6. Tampilan menu “Mengenal doa sehari-hari”
(a) Macam-macam doa sehari-hari, (b) Contoh salah satu doa sehari-hari
Gambar 6, merupakan rancangan pengaplikasian dari menu “Mengenal doa
sehari-hari”. Pada tampilan menu “Mengenal doa sehari-hari” berisikan tentang
doa-doa yang sering dibaca seperti doa bangun tidur, doa untuk kedua orang tua
dan doa lainnya. Ketika user menekan salah satu doa maka akan muncul bacaan
doanya dan cara membaca doa tersebut dalam bentuk suara, contohnya ketika user
menekan doa sebelum tidur maka akan muncul suara doa bangun tidur “Bismika
Allahumma ahyaa wa bismika amuut” atau cara membaca doa tersebut tersebut.

21
(a) (b)
Gambar 7. Tampilan menu utama camera
(a) Huruf Hijaiyah, (b) Doa Sehari-hari

Gambar 7. merupakan rancangan pengaplikasian dari menu utama yaitu


menu camera yang ada pada homepage. Pada menu camera user bisa mengarahkan
kameranya pada ID Card huruf hijaiyah atau doa sehari-hari dalam bentuk kartu
maupun berbentuk foto. Ketika kamera diarahkan pada salah satu huruf hijaiyah
atau doa sehari-hari maka akan muncul gambar 3 dimensi dan suara untuk cara
membaca huruf hijaiyah atau doa sehari-hari tersebut. Pada tampilan bagian bawah
berisi macam-macam huruf hijaiyah atau doa sehari-hari ketika digeser ke kanan
maka akan menampilkan huruf hijaiyah dan doa sehari-hari selanjutnya yang
berfungsi agar anak down syndrome bisa membedakan bentuk dan suara antara
huruf hijaiyah dan doa sehari-hari yang ada pada ID Card dengan huruf hijaiyah
dan doa sehari-hari lainnya. Macam-macam huruf hijaiyah dan doa sehari-hari yang
ada di tampilan bawah bisa ditekan dan mengeluarkan suara dari huruf hijaiyah dan
doa sehari-hari tersebut. Tombol suara di bagian kanan bisa digunakan untuk
mematikan suara jika user hanya ingin menampilkan gambar 3 dimensi nya saja
pada ID Card. Tombol back yang terletak di pojok kiri digunakan untuk kembali
ke homepage.

4.3 Rancangan Uji Aplikasi Ma’unah

Pada rancangan uji aplikasi Ma’unah bertujuan untuk menganalisis


perbedaan daya ingat jangka pendek anak penyandang down syndrome sebelum
dan sesudah menggunakan aplikasi Ma’unah. Dalam melakukan penelitian, penulis
melakukan riset lapangan dengan alat yang telah dirancang. Rancangan penelitian
dilakukan dengan metode pre-test dan post test pada subyek penelitian yang

22
merupakan anak penderita down syndrome. Berikut ini rancangan tabel dari hasil
penelitian.

Tabel 2. Rancangan Uji Aplikasi

Tabel yang telah disediakan di atas adalah rancangan data yang akan
diambil dari proses pre-test dan post-test berdasarkan kemampuan pendengaran
dan penglihatan yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan mengingat
jangka pendek. Dari data diatas nantinya dapat disimpulkan bagaimana
perbedaan daya ingat jangka pendek anak penyandang down syndrome sebelum
dan sesudah menggunakan aplikasi Ma’unah.

23
BAB V

PENUTUP

Setiap manusia diciptakan dengan berbagai macam kelebihan dan


kekurangan. Salah satu kekurangan yang terjadi di Indonesia adalah adanya anak
yang menderita disabilitas intelektual salah satunya adalah down syndrome. Sebuah
kelainan genetik pada seseorang sejak usia anak-anak yang menyebabkan gangguan
motorik seperti kemampuan mengingat jangka pendek. Islam sebagai agama
rahmatan lil alamin diharapkan dapat membantu anak-anak disabilitas untuk
mengenal Islam lebih dalam dengan metode tertentu. Termasuk dalam Pendidikan
inklusif untuk meratakan pendidikan di Indonesia. Pendidikan inklusif adalah
pendidikan yang disediakan pada anak-anak yang memiliki kondisi tertentu. Namun
pelayanan pendidikan sulit untuk disediakan. Disamping itu alat dan aplikasi bantu
yang digunakan dalam pendidikan inklusif saat ini adalah alat perekam suara dan
aktivitas merekam audio yang kurang membantu kepada anak down syndrome
untuk mendengar dan mempelajari materi.

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, yang akan dicapai dalam


inovasi rancangan untuk meningkatkan kognitif pada anak down syndrome dalam
pendidikan agama Islam beserta tujuan dari produk ini adalah untuk membantu
anak down syndrome meningkatkan kemampuan motorik dalam pembelajaran,
terutama dalam pembelajaran agama Islam untuk mengenal huruf hijaiyah dan doa
sehari-hari. harapannya rancangan aplikasi ini dapat dijadikan sebuah produk yang
nantinya dapat menyetarakan pengetahuan anak down syndrome dalam
meningkatkan pengetahuan untuk membaca huruf hijaiyah dan doa sehari-hari.
Kemudian penulis menggunakan rancangan metode yang menarik dalam
meningkat kemampuan kognitif anak down syndrome pada umur 5-8 tahun dengan
rancangan aplikasi Ma’unah yang berbentuk aplikasi android menggunakan sistem
sensor RFID yang terhubung dengan komputer dan menggunakan sistem
Augmented Reality.

24
DAFTAR PUSTAKA

Baniaturrohmah, F., Abdullah, A., Mayangkoro, A. S., Djaka, C. T., Ahmad, U., &
Yogyakarta, D. (n.d.). M a s l i q. 3, 143–157.

Hadi, M. K. (2017). FIKIH DISABILITAS: Studi Tentang Hukum Islam Berbasis


Maṡlaḥaḥ. PALASTREN Jurnal Studi Gender, 9(1), 1.
https://doi.org/10.21043/palastren.v9i1.1317

Lestari, G. M., Pratamawati, T. M., & Brajadenta, G. S. (2021). Hubungan


Pengetahuan tentang Disabilitas Intelektual terhadap Tingkat Kecemasan
Orang Tua yang Memiliki Anak dengan Disabilitas Intelektual. Tunas Medika
Jurnal Kedokteran & Kesehatan, Vol 7, No.
https://jurnal.ugj.ac.id/index.php/tumed/article/view/6616

RENAWATI, R., DARWIS, R. S., & WIBOWO, H. (2017). Interaksi Sosial Anak
Down Syndrome Dengan Lingkungan Sosial (Studi Kasus Anak Down
Syndome Yang Bersekolah Di Slb Pusppa Suryakanti Bandung). Prosiding
Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2), 252–256.
https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14341
Rahmatunnisa, S., Sari, D. A., Iswan, I., Bahfen, M., & Rizki, F. (2020). Study
Kasus Kemandirian Anak Down Syndrome Usia 8 Tahun. Edukids: Jurnal
Pertumbuhan, Perkembangan, Dan Pendidikan Anak Usia Dini, 17(2), 96–
109. https://doi.org/10.17509/edukids.v17i2.27486

Raffi, I., Ganis, I., & Utami, S. (2018). Efektifitas Pemberian Terapi Okupasi
Dalam Meningkatkan Kemandirian Makan Pada Anak Usia Sekolah Dengan
Down Syndrome. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 5(2355), 146–154.
https://lib.unnes.ac.id/23361/1/1601409008.pdf

World Down Syndrome Day – HIMAPSI UNY. (n.d.). Retrieved December 12,
2022, from http://himapsikologi.student.uny.ac.id/world-down-syndrome-
day/

Yudistira, M. R. (2022). DASAR KEISLAMAN SEBAGAI AGAMA RAHMATAN


LILALAMIN. 2(3), 263–269.

25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai