Anda di halaman 1dari 33

HUBUNGAN 

ANTARA KOMPETENSI ANDRAGOGI
TUTOR DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK
PELATIHAN KARANG TARUNA KEC.MUNGKA

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


memperoleh gelar sarjana pendidikan

Oleh
Debi Adrian
16005113

DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Identifikasi Masalah........................................................................................................................8
C. Pembatasan Masalah........................................................................................................................8
D. Rumusan Masalah............................................................................................................................8
E. Asumsi Masalah..............................................................................................................................8
F. Tujuan Penelitian.............................................................................................................................8
G. Manfaat Penelitian...........................................................................................................................9
H. Defenisi Operasional.......................................................................................................................9
BAB II.......................................................................................................................................................11
KAJIAN TEORI........................................................................................................................................11
A. Konsep Pendidikan Kesetaraan......................................................................................................11
B. Konsep Kompetensi Andragogi Tutor...........................................................................................12
C. Konsep Motivasi Belajar...............................................................................................................21
D. Penelitian Relevan.........................................................................................................................25
E. Kerangka Berfikir..........................................................................................................................25
F. Hipotesis Penelitian.......................................................................................................................26
BAB III......................................................................................................................................................27
METODE PENELITIAN..........................................................................................................................27
A. Jenis Penelitian..............................................................................................................................27
B. Populasi dan Sampel......................................................................................................................27
C. Instrumen dan Pengembangannya.................................................................................................28
D. Pengumpulan Data.........................................................................................................................30
E. Teknik Analisis Data.....................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................33

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan di Indonesia pada hakikatnya bukan hanya melalui pendidikan formal saja

namun juga terdapat pendidikan nonformal dan informal. Undangundang Republik Indonesia No

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (10) menyatakan bahwa,

“Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan

pada jalur formal, nonformal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan”. Pendidikan

nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara

terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal tidak dibatasi dengan waktu, usia, jenis

kelamin, ras (suku, keturunan), kondisi sosial budaya.

Pendidikan nonformal berfungsi sebagai penambah, pengganti dan/atau pelengkap

pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Di dalam lembaga

pemasyarakatan pendidikan nonformal berfungsi sebagai pengganti pendidikan formal yang

tidak dapat dilanjutkan atau dilakukan oleh narapidana karena masa pidananya. Dan berfungsi

sebagai penambah wawasan, keterampilan dan keahlian narapidana yang dapat dimanfaatkan di

masyarakat saat selesai menjalani masa pidananya.

Lembaga pendidikan nonformal didirikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi

masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan formal. Masyarakat di sini mencakup seluruh

masyarakat, tanpa adanya batasan geografis (masyarakat di desa maupun wilayah terpencil)

maupun batasan karakteristik (kelompok masyarakat yang mengalami suatu persamaan

permasalahan tertentu seperti organisasi karang taruna). Karang Taruna sebagai salah satu

organisasi pemuda yang diakui oleh pemerintah, memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang

1
2

besar dalam menjaga sustainabilitas lembaga dan meningkatkan peran generasi muda dalam

pembangunan.

Untuk menjaga agar organisasi ini tetap tumbuh dan berkembang dalam tantangan

globalisasi serta pertumbuhan teknologi dan industri yang sangat pesat, maka Karang Taruna

perlu membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Dinas Sosial selaku

pembina fungsional Karang Taruna Kec. Mungka Kab. Lima Puluh Kota kemudian

menyelenggarakan acara Pelatihan Manajemen Organisasi bagi Karang Taruna. Pelatihan yang

diadakan di Kec.Mungka ini adalah pelatihan yang diperuntukan untuk organisasi karang taruna

dalam memberdayakan peningkatan marketing pasar yang dikelola oleh organisasi karang taruna

kec. Mungka, Di era digital ini pemasaran yang cukup efektif adalah digital marketing

(Hadi:2021).

Digital marketing merupakan pemasaran yang memasarkan jaringan internet secara efektif

sehingga pasar yang dicapai dapat lebih luas (Fadly:2020). Peningkatan kemampuan dalam

wawasan dan keterampilan digital marketing sangat dibutuhkan oleh pengelola organisasi karang

taruna. Pelatihan pengembangan wawasan digital marketing bagi pengelola desa menjadi

penting. Oleh karena itu Kec. Mungka mengadakan pelatihan ini untuk mengmbangkan literasi

digital marketing bagi organiasi karang taruna, dan melakukan kegiatan ini bagi karang taruna

desa sebagai pengelola dela dan juga sebagai organisasi pemuda yang dapat mengembangkan

Kec. Mungka.

Pendidikan kesetaraan menyelenggarakan pendidikan umum, yang mencakup program paket

A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs dan Paket C setara SMA/MA. Program kesetaraan di

dalam Organisasi Karang Tarun berfungsi sebagai pengganti pendidikan formal yang tidak dapat
3

dirasakan lagi oleh beberapa anggota dan berfungsi pula bagi para organisasi karang taruna

untuk mengembangkan keahlian di bidang digital marketing baik untuk diri sendiri dan juga

kegiatan masyarakat nantinya. Organisasi karang taruna yang menjadi peserta didik dalam

pendidikan kesetaraan ini memiliki karakteristik orang dewasa. Dilihat dari segi umurnya

seseorang dapat dikatakan sebagai orang dewasa yang berumur antara 16-18 tahun dan yang 6

kurang dari 16 tahun dapat dikatakan masih anak-anak. Usia anggota karang taruna sendiri rata-

rata adalah 18 sampai dengan 40 tahun, jadi peserta didik di pelatihan digital marketing ini dapat

dikatagorikan sebagai orang dewasa.

Pembelajaran akan lebih efektif apabila pelatih, pengajar atau turor memiliki pengetahuan

serta keterampilan dalam mengelola pembelajaran bagi orang dewasa. Karena pada dasarnya

orang dewasa berbeda dengan anakanak sehingga memerlukan perlakuan yang berbeda pula

dalam belajar. Seperangkat pengetahuan atau keterampilan disebut juga sebagai kompetensi.

Kompetensi yang harus dimiliki pendidik terdiri dari kompetensi pedagogi/andragogi,

kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial. (Peraturan Pemerintah

No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 Ayat (3)). Secara umum

kompetensi pedagogi lebih dikenal karena digunakan pada pendidikan formal. Kompetensi

andragogi tergolong dalam kompetensi pedagogi (mengajar) namun dalam penerapan pendidik

harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa. Karena Malcolm Knowles

(1979) menyatakan apabila peserta didik telah berumur 17 tahun, penerapan prinsip andragogi

dalam kegiatan pembelajarannya telah menjadi suatu kelayakan Maka dari itu kompetensi

andragogi dirasa penting untuk dimiliki oleh tutor pelatihan organisasi karang taruna ini.

Dari daftar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan tahun ajaran 2017/2018 (terlampir)

dapat dilihat bahwa rata-rata tenaga pendidik memiliki latar belakang pendidikan S1 dalam
4

bidang pendidikan, Marketing, dan Komputer. Pelaksanaan pelatihan ini dilaksanakan di Nagari

Talang Maur ( Kantor Wali Nagari) Kec. Mungka,. Tutor yang mengajar di kelas sebagian besar

merupakan yang memiliki latar belakang pendidikan SMA/SMK sampai dengan D3 dan tidak

ada yang berasal dari ranah kependidikan.

Keterbatasan di dalam Kec. Mungka membuat tutor tidak dapat menggunakan atau membuat

media belajar yang menarik dan keterbatasan wawasan mengenai metode belajar juga

mengakibatkan proses pembelajaran terkadang menjadi membosankan. Hal ini dapat

mengakibatkan motivasi belajar peserta didik menjadi tidak maksimal. Sedangkan tutor memiliki

peran penting dalam membangun motivasi belajar peserta didik. Salah satu tutor Pelatihan

Organisasi Karang Taruna ini yaitu Buk yanti mengatakan bahwa dalam pembelajaran sehari-

hari kelas tidak selalu penuh, pada saat tutor sudah dikelas masih ada peserta didik yang yang

belum masuk kelas dan masih banyak yang belum datang mungkin karena beberapa ada

kesibukan dari peserta didik, oleh karena itu tutor maupun kooridnator. Buk yanti juga

menambahkan bahwa di kelas juga terkadang ada yang tidak fokus dengan pelajaran, suka

melamun atau mengobrol dan tidak memperhatikan pelajaran.

Peneliti juga melihat bahwa saat proses pembelajaran berlangsung banyak peserta didik

yang tidak fokus dengan materi yang diberikan oleh tutor, terdapat peserta didik yang melamun,

mengobrol dan melakukan hal lain seperti membaca buku yang tidak berhubungan dengan materi

yang sedang diberikan. Keaktifan peserta didik juga berbeda-beda, bila tutor aktif berinteraksi

dengan peserta didik maka akan aktif pula peserta didik tersebut dalam pembelajaran, begitupula

sebaliknya.
5

Oemar Hamalik menjelaskan bahwa saat seseorang merasa memiliki kebutuhan tertentu

maka akan timbul dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dan dorongan ini yang disebut

sebagai motivasi. Motivasi merupakan hal penting dalam belajar terutama dalam pembelajaran

orang dewasa karena apabila tidak ada motivasi untuk belajar, maka proses belajar tidak akan

berjalan dengan baik bahkan orang dewasa tersebut dapat menolak mengikuti pembelajaran.

Motivasi berfungsi sebagai penggerak, pengarah dan mendorong timbulnya suatu perbuatan.

Motivasi berfungsi secara berkelanjutan. Awalnya narapidana memiliki kebutuhan akan

pendidikan maka timbul lah motivasi untuk belajar, lalu motivasi mengarahkannya untuk

mengikuti kegiatan pembelajaran, kemudian menetapkan tindakan yang dianggap paling tepat

untuk mencapai tujuan.

Motivasi belajar merupakan suatu kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses

belajar. Motivasi belajar pada diri peserta didik dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau

tidak adanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Penguatan motivasi peserta

didik dalam proses pembelajaran berada di tangan pendidik. Jadi motivasi merupakan hal yang

penting dalam mendorong seseorang secara mental untuk belajar dan dalam proses pembelajaran

pendidik lah yang berperan dalam menguatkan motivasi peserta didik.

Uraian menunjukan bahwa kompetensi andragogi dapat berhubungan dengan motivasi

belajar peserta didik. Melihat pentingnya hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti

tentang Hubungan Kompetensi Andragogi Tutor Dengan Motivasi Belajar Peserta Didik

Pelatihan Karang Taruna Kec. Mungka, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana

kompetensi tutor dalam mengelola pembelajaran orang dewasa dan bagaimana hubungan nya

dengan motivasi belajar peserta didiknya dalam pembelajaran.


6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian dapat diidentifikasi

sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran tentang kompetensi tutor pada Pelatihan Karang Taruna Kec.

Mungka

2. Bagaimana gambaran tentang motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran pada

Pelatihan Karang Taruna Kec. Mungka

3. Apakah terdapat hubungan antara kompetensi tutor dengan motivasi belajar peserta

didik dalam pembelajaran pada Pelatihan Karang Taruna Kec. Mungka

C. Pembatasan Masalah

Subjek penelitian ini dibatasi pada peserta didik dalam pembelajaran pada Pelatihan Karang

Taruna Kec.Mungka. Penelitian ini juga dibatasi pada kompetensi andragogi tutor dan motivasi

belajar peserta didik.

D. Rumusan Masalah

Bedasarkan yang telah dikemukakan penulis tentang latar belakang penelitian, maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan “Apakah terdapat pengaruh antara

kompetensi andragogi tutor dan motivasi belajar peserta didik”.

E. Asumsi Masalah

Terdapat Hubungan antara Kompetensi andragogi tutor dengan motivasi belajar peserta

didik pada pelatihan Karang Taruna Kec.Mungka.

F. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
7

1. Untuk melihat gambaran pengaruh Kompetensi andragogi peserta didik.

2. Untuk melihat gambaran Motivasi Belajar peserta didik.

3. Untuk melihat gambaran pengaruh Kompetensi Andragogi tutor dengan Motivasi Belajar

Peserta didik.

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang dimanfaatkan secara teoritis maupun

praktis.

1. Manfaat teoritis hasil penelitian

a. Mengembangkan khazanah keilmuan di bidang penyelenggaraan program pelatihan.

b. Memberikan masukan berupa pengetahuan dan pengalaman bagi penyelenggara dan

juga Kec.Mungka.

2. Manfaat praktis hasil penelitian

a. Bagi lembaga penyelenggara pelatihan, diperoleh pedoman yang tepat terkait standar

pelatihan yang tepat agar program pelatihan terselenggara dengan maksimal.

b. Bagi tutor, semakin meningkatnya kompetensi andragogi tutor dalam bekerja

H. Defenisi Operasional

Agar tidak terjadi kekeliruan terhadap penelitian yang diteliti, maka peneliti menjelaskan

defenisi operasional dari varibel yang diteliti sebagai berikut;

1. Kompetensi Andragogi Tutor

Kompetensi yang diteliti adalah kompetensi andragogi. Kompetensi andragogi

ini sama hal nya dengan kompetensi pedagogik namun dengan menerapkan prinsip-

prinsip andragogi. Kompetensi pedagogik atau andragogi sesuai dengan Penjelasan

Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal
8

28 Ayat (3) Butir a, dengan indikator sebagai berikut: (a) pemahaman tentang peserta

didik, (b) perancangan pembelajaran, (c) pelaksanaan pembelajaran, (d) evaluasi hasil

belajar, dan (e) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi

yang dimilikinya.

2. Motivasi Belajar Peserta Didik

Adapun motivasi belajar dalam hal ini adalah motivasi belajar bahasa Indonesia

yang meliputi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik meliputi:

(a) adanya hasrat keinginan berhasil, (b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam

belajar, (c) adanya harapan dan cita-cita masa depan. Motivasi ekstrinsik meliputi: (a)

adanya penghargaan dalam belajar, (b) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar,

(c) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik

dapat belajar dengan baik. (Hamzah B. Uno, 2009:31).


BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Pendidikan Kesetaraan

Hakekat Pendidikan Kesetaraan Terdapat berbagai program dalam pendidikan nonformal

salah satunya adalah program pendidikan kesetaraan. Undang-undang No 20 tahun 2003 pasal

26 ayat (3) menyatakan bahwa, Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,

pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,

pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan,

serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan

pendidikan umum, yang mencakup program paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs

dan Paket C setara SMA/MA. Program kesetaraan merupakan wujud dari fungsi pendidikan

nonformal sebagai pengganti karena program ini ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari

masyarakat yang tidak dapat dapat mengikuti pendidikan di bangku sekolah karena berbagai

faktor seperti putus sekolah pendidikan formal (SD, SMP, SMA), faktor kemiskinan sehingga

tidak mampu membayar biaya sekolah, tidak dapat mengakses sekolah karena kondisi

lingkungan, pilihan dari masyarakat sendiri karena merasa tidak cocok dengan pendidikan

formal dan memilih pendidikan nonformal (atlet, seniman dll).

Pendidikan Kesetaraan Paket A dan B diarahkan untuk mempercepat penuntasan wajib

belajar Dikdas 9 Tahun dan Pendidikan Kesetaraan Paket C ditujukan untuk memperluas akses

pendidikan menengah. Selain memberikan pengetahuan umum setara pendidikan formal,

pendidikan kesetaraan juga memberikan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap

dan kepribadian profesional peserta didik.

9
10

Lembaga penyelenggara program Pendidikan Kesetaraan adalah lembaga/organisasi atau

satuan pendidikan nonformal yang memiliki kemampuan dalam menyelenggarakan program

Pendidikan Kesetaraan seperti: pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), sanggar kegiatan

belajar (SKB), lembaga kursus dan pelatihan, kelompok belajar, rumah pintar, dan satuan

pendidikan nonformal sejenis lainnya.

Sasaran dari pendidikan kesetaraan yaitu masyarakat dengan kondisi sebagai berikut: (1)

memiliki potensi khusus seperti pemusik, atlet, dll (2) memiliki keterbatasan waktu, (3) faktor

geografi seperti suku terasing dan terisolir, (4) memiliki keterbatasan ekonomi, (5) bermasalah

sosial/hukum seperti anak jalanan, korban napza, dan anak LAPAS. 31 Jadi sasaran pendidikan

kesetaraan merupakan masyarakat usia wajib belajar hingga usia dewasa yang memiliki

kendala untuk mengikuti pendidikan formal karena berbagai hal.

B. Konsep Kompetensi Andragogi Tutor

1. Hakekat Andragogi

Definisi belajar menurut R. Gagne (dalam Ahmad, 2013: 1) yaitu sebagai suatu

proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

Tingkah laku seseorang akan berbeda keadaannya dari sebelum terlibat dalam situasi

belajar dan sesudah terlibat dalam situasi belajar. Belajar juga merupakan suatu upaya

untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui instruksi

(perintah/bimbingan) dari seorang pendidik. Jadi untuk mencapai hasil belajar yang

diinginkan pendidik memiliki peran penting sebagai pembimbing.

Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku dalam diri individu

karena adanya interaksi antara individu dengan individu lain maupun individu dengan

lingkungannya. Interaksi yang dimaksud yaitu seperti interaksi antara tutor dengan
11

peserta didik yang terjadi dalam proses penyampaian pengetahuan maupun interaksi

sesama peserta didik yang berbagi pengetahuan dan pengalaman. Belajar merupakan

suatu perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya

untuk memenuhi kebutuhan dan menjadikannya lebih mampu melestarikan

lingkungannya secara memadai. Jadi dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu

kegiatan untuk memenuhi kebutuhan seseorang. Saat seseorang membutuhkan

pengetahuan maupun keterampilan baru, maka akan mengikuti kegiatan belajar agar

bisa mendapatkan hal tersebut. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Malcolm

Knowles (dalam Ahmad, 2013: 7) yang mengatakan bahwa pengertian psikologis

tentang belajar sebagai suatu proses pemenuhan kebutuhan dan perjuangan pencapaian

tujuan dari peserta didik. Seseorang akan belajar demi menguasai hal-hal yang

dibutuhkannya.

Berdasarkan uraian di atas belajar dapat diartikan sebagai perubahan yang

terjadi pada seseorang atau individu yang berasal dari pengalaman atau praktik dan

sifatnya relatif permanen tidak dapat berubah begitu saja. Perubahan yang dihasilkan

dari proses belajar yaitu dapat berupa dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan

baru, maupun dalam bentuk sikap dan nilai yang positif.

Belajar bukan hanya diperuntukan dan dilakukan oleh anak-anak tetapi juga

berlaku untuk orang dewasa karena dalam belajar tidak terdapat batasan apapun

termasuk usia. Pada usia dewasa, kemampuan dan keterampilan dasar yang sudah

diperoleh pada masa kanak-kanak akan dikembangkan agar pengetahuan dan

keterampilan semakin banyak yang bisa diperoleh. Banyak orang dewasa yang
12

melewatkan kesempatan nya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dasar

dan pada akhirnya baru memiliki kesempatan untuk belajar pada usia dewasa.

Menurut Fakhrudin Arbah dalam buku nya Andragogi (2012) pendidikan yang

ditujukan untuk peserta didik yang telah dewasa atau berumur 18 tahun ke atas atau

telah menikah dan memiliki kematangan dikenal dengan istilah pendidikan orang

dewasa. Pendidikan bagi orang dewasa merupakan suatu kebutuhan untuk memenuhi

tuntutan tugas terntentu dalam kehidupan nya. Orang dewasa biasanya belajar hanya

untuk memenuhi tuntutan tugas tertentu atau agar dapat berkembang di lingkungan

nya.

Definisi pendidikan orang dewasa menurut Bryson (dalam Suprijanto, 2007: 11)

yaitu semua aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan

sehari-hari untuk mendapatkan tambahan intelektual, waktu dan tenaga yang

digunakan pun tidak terlalu banyak.8 Pendidikan orang dewasa merupakan suatu usaha

yang ditujukan untuk pengembangan diri yang dilakukan oleh individu yang sifatnya

tidak memaksa dan tidak menjadikan hal tersebut sebagai kegiatan utamanya. Orang

dewasa tidak dapat dipaksa untuk belajar karena keinginan belajar itu harus datang dari

diri sendiri dan dikarenakan belajar bukan lagi kegiatan utama bagi orang dewasa

maka waktu yang dicurahkan tidak terlalu banyak.

Pendidikan orang dewasa juga dikenal dengan istilah Andragogi yang

merupakan ilmu tentang cara bagaimana membelajarkan orang dewasa. Secara bahasa

Andragogi berasal dari bahasa yunani yaitu "Andra" yang berarti orang dewasa dan

"agogos" yang berarti membimbing jadi Andragogi dapat diartikan sebagai ilmu

tentang cara membimbing orang dewasa dalam proses belajar. Andragogi identik
13

dengan konsep life long education atau pendidikan sepanjang hayat karena

berlangsung secara terus-menerus selama manusia hidup. Artinya belajar itu tidak

hanya dilakukan dalam sekolah formal tetapi dilakukan seumur hidup manusia, dari

lahir sampai menutup usia.

Dalam konsep Andragogi yang dikembangkan oleh Knowles (dalam Soedjanto,

2006: 16) terdapat empat asumsi pokok yang berbeda dengan pedagogi dan dijadikan

landasan dalam teori Andragogi. Keempat asumsi pokok itu adalah sebagai berikut:

a. Orang dewasa memiliki konsep diri Orang dewasa membutuhkan kebebasan

yang lebih bersifat mengarahkan diri, sikap yang terkesan menggurui

cenderung akan ditanggapi negatif oleh orang dewasa dan orang dewasa akan

menolak situasi belajar yang kondisinya bertentangan dengan konsep dirinya

sebagai individu yang mandiri

b. Orang dewasa memiliki pengalaman Setiap orang dewasa memiliki

pengalaman yang berbeda-beda, semakin lama masa hidupnya semakin

bertambah pula pengalaman yang dimiliki dan hal tersebut dapat menjadi

sumber daya yang kaya untuk belajar

c. Orang dewasa mempunyai masa kesiapan untuk belajar Keinginan untuk

belajar orang dewasa berasal dari dalam dirinya sendiri dan tidak dapat

dipaksakan. Orang dewasa cenderung ingin mempelajari bidang masalah

yang dihadapi dan dianggap relevan dengan kebutuhan belajar nya

d. Orang dewasa mempunyai orientasi belajar Dalam belajar orang dewasa

berorientasi pada kenyataan dan masalah yang dihadapinya, orang dewasa


14

cenderung memilih kegiatan belajar yang segera dapat diaplikasikan baik

pengetahuan maupun keterampilan.

Kunci keberhasilan dalam pembelajaran orang dewasa terletak pada keterlibatan

diri peserta didik dalam proses pembelajaran. Untuk menyelenggarakan pembelajaran

yang kondusif dan melibatkan peserta didik dalam proses belajarnya, terdapat langkah-

langkah yang harus dilakukan pendidik sebagaimana yang dikemukakan oleh Knowles

(1986), yaitu: (1) menciptakan iklim belajar yang cocok untuk peserta didik; (2)

menciptakan situasi perencanaan partisipatif; (3) mendiagnosis kebutuhan belajar; (4)

merumuskan tujuan belajar; (5) merancang kegiatan belajar; (6) melaksanakan

kegiatan belajar; dan (7) menilai proses dan perolehan dalam memenuhi kebutuhan

belajar.

Jadi andragogi adalah suatu ilmu yang membahas tentang cara membimbing

orang dewasa dalam belajar. Dalam kegiatan belajar orang dewasa, pedidik harus

memperhatikan empat asumsi pokok orang dewasa yaitu konsep diri, pengalaman,

kesiapan untuk belajar, dan orientasi belajar. Istilah Andragogi seringkali dijumpai

dalam proses pembelajaran orang 20 dewasa (adult learning), baik dalam proses

pendidikan nonformal maupun dalam pendidikan formal. Secara keilmuan, pendidikan

nonformal lebih banyak mendasarkan dirinya pada teori Andragogi, hal ini

dikarenakan dalam pendidikan nonformal tidak terbatas oleh usia dan orang dewasa

seringkali mendominasi sebagai peserta didik dalam pendidikan nonformal.12 Jadi

dalam proses belajar orang dewasa penerapan andragogi sangat dianjurkan.

2. Hakekat Kompetensi
15

Kompetensi merupakan bentuk perspektif dari penampilan dan tingkah laku

atau kapasitas seseorang dalam bekerja dan bertingkah laku (Hager, 2004). Jadi dapat

dikatakan bahwa kompetensi mencakup perpaduan antara pengetahuan, sikap,

keterampilan dan nilai-nilai yang ditunjukkan seseorang dalam menjalankan pekerjaan

nya. Kompetensi menurut Spencer (dalam Palan, 2007) merupakan karakteristik dasar

yang dimiliki oleh seorang untuk memenuhi kriteria yang diperlukan dalam menjalani

suatu pekerjaan atau jabatan.14 Jadi kompetensi juga merupakan seperangkat

kemampuan seseorang untuk memenuhi kriteria pekerjaan nya.

Kompetensi yang dituntut oleh masing-masing jabatan akan berbeda karena

karakterstik setiap pekerjaan dalam jabatan berbeda pula. Dengan demikian sasaran

yang ingin dicapai dari konsep kompetensi yaitu pengetahuan, keterampilan serta

perilaku yang menjadi bagian dari munculnya kompetensi seseorang.

Kompetensi adalah suatu kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan

kecakapan yang harus dimiliki sesorang untuk menjalankan pekerjaan atau jabatan nya

secara maksimal. Kompetensi yang dituntut oleh masing-masing jabatan akan berbeda

karena karakterstik setiap pekerjaan dalam jabatan berbeda pula.

3. Tutor

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992 tentang tenaga kependidikan

menjelaskan, “Tenaga kependidikan merupakan unsur penting dalam sistem

pendidikan nasional, namun diantara para tenaga kependidikan, para tenaga pendidik

merupakan unsur utama”. Jadi dapat dikatakan bahwa tutor sebagai tenaga pendidik

merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ekosiswoyo

(2007:1) juga menyatakan bahwa pendidik merupakan salah satu kunci keberhasilan
16

dalam praktik pendidikan karena pendidik merupakan sosok yang berada dibalik jalan

nya kegiatan belajar mengajar. Jadi tutor dianggap sebagai salah satu komponen

penting dalam keberhasilan pendidikan karena tutor lah yang berhadapan langsung

dengan peserta didik dan membimbing peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan.

Pada pendidikan kesetaraan, tutor bukan hanya seperti guru yang mengajar namun

tutor juga menjadi pembimbing dan pemberi motivasi untuk peserta didik agar dapat

mempelajari sendiri modul pembelajarannya.

Jadi kompetensi tutor memiliki hubungan dengan motivasi belajar peserta didik.

Tutor harus mampu membangkitkan motivasi belaja peserta didik agar respon peserta

didik terhadap pembelajaran menjadi kuat, Sebagai tenaga pendidik dalam jenjang

pendidikan nonformal, standar kompetensi tersebut juga berlaku untuk tutor, fasilitator,

instruktur, 25 widyaiswara, dll. Kompetensi tenaga pendidik tersebut dijelaskan

sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogi atau Kompetensi Andragogi Kompetensi Pedagogi dan

Andragogi adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.

Kompetensi Pedagogi digunakan pada sekolah formal sedangkan kompetensi

Andragogi diterapkan dalam pendidikan nonformal dengan peserta didik

orang dewasa. Kompetensi ini meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.
17

b. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian tenaga pendidik yaitu

kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa

dan dapat menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi Profesional Kompetensi professional yaitu kemampuan

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi

yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

d. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial yaitu kemampuan pendidik sebagai

bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif

dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali

peserta didik, dan masyarakat sekitar.

4. Kompetensi Andragogi Tutor

Kompetensi Andragogi disejajarkan dengan kompetensi pedagogi (mengajar),

namun dalam penerapan nya tutor harus memperhatikan prinsipprinsip pembelajaran

orang dewasa. Indikator kompetensi Andragogi tutor yang terdapat dalam Penjelasan

Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal

28 Ayat (3) Butir a, yaitu (1) pemahaman terhadap peserta didik, (2) perancangan

pembelajaran, (3) pelaksanaan pembelajaran, (4) evaluasi hasil belajar, dan (5)

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.

Kemampuan pemahaman peserta didik indikator esensial nya adalah dengan

tutor memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, memahami dengan

prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik.


18

Memahami peserta didik merupakan hal yang penting dalam pembelajaran orang

dewasa karena orang dewasa memiliki karakteristik, pengalaman dan pola pikir yang

berbeda. Dengan memahami peserta didik, nanti nya tutor dapat mengatasi perbedaan-

perbedaan tersebut. Merancang pembelajaran dilakukan untuk mengarahkan tutor agar

dapat mengorganisasikan kegiatan-kegiatan peserta didik dalam proses pembelajaran

yang telah dipilihnya. Dengan merancang pembelajaran, memungkinkan tutor memilih

metode, media maupun strategi belajar apa yang sesuai sehingga proses pembelajaran

mengarah dan dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Subkompetensi ini

memiliki indikator esensial diantaranya, kemampuan menentukan strategi

pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, memahami kompetensi peserta

didik yang ingin dicapai, memahami materi pembelajaran, serta menyusun rancangan

pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. Melaksanakan pembelajaran, indikator

esensialnya yaitu, menata latar (setting) pembelajaran, melaksanakan pembelajaran

yang kondusif, serta menerapkan prinsip-prinsip Andragogi.

Dalam melaksanakan pembelajaran tutor harus memerlakukan peserta didik

sebagai orang dewasa yang memiliki konsep diri, kesiapan belajar, pengalaman dan

orientasi belajar. Selain merancang dan melaksanakan pembelajaran, tutor juga harus

memiliki kemampuan dalam mengevaluasi hasil belajar. Subkompetensi ini memiliki

indikator esensial antara lain, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar secara

berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil penilaian proses dan

hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar, serta memanfaatkan hasil

penilaian untuk perbaikan kualitas program pembelajaran pendidikan nonformal secara

keseluruhan.
19

Kemampuan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya memiliki indikator esensial yaitu, memfasilitasi peserta didik

untuk mengembangkan berbagai potensi akademik dan memfasilitasi peserta didik

untuk meningkakan berbagai potensi nonakademik. Tutor diharapkan tidak hanya

memberikan pengajaran yang bersifat intelektual namun juga dapat membimbing

potensi nonakademik peserta didik

C. Konsep Motivasi Belajar

1. Hakekat Motivasi Belajar

Motivasi adalah suatu kondisi yang menimbulkan perilaku tertentu dan yang

memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut.18 Motivasi juga merupakan

tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu. Jadi motivasi dapat dilihat dari

munculnya suatu tingkah laku tertentu. Motivasi sebagai perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan tanggapan

terhadap adanya tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi

kemunculannya karena terdorong oleh adanya tujuan. Tujuan ini biasanya menyangkut

soal kebutuhan. Kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu ini

dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan seperti, keinginan yang hendak

dipenuhinya, tingkah laku, tujuan, dan umpan balik. Jadi motivasi terjadi apabila

seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakaukan suatu kegiatan atau

tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Motivasi dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu,

termasuk perilaku indivdu yang sedang belajar.21 Belajar adalah perubahan tingkah

laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau
20

penguatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi dan belajar

merupakan hal yang saling memengaruhi.22 Seseorang akan berhasil dalam belajar,

kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar dan keinginan inilah yang

disebut dengan motivasi. Tanpa adanya motivasi kegiatan belajar-mengajar sulit untuk

berhasil.

Motivasi dapat mempengaruhi pembelajaran dan kinerja peserta didik, dan hal-

hal yang dilakukan dan dipelajari peserta didik dapat memengaruhi motivasinya

(Pintrich,2003). Jadi motivasi menghasilkan suatu hubungan antara pembelajaran dan

kinerja. Peserta didik yang termotivasi mempelajari sebuah topik cenderung

melibatkan diri dalam berbagai aktivitas yang diyakini nya akan membantu dirinya

belajar. Sedangkan peserta didik yang tidak termotivasi untuk belajar, usaha belajarnya

cenderung tidak sesistematis peserta didik yang termotivasi untuk belajar.

Motivasi dapat mempengaruhi apa yang akan dipelajari seseorang, kapan

waktunya, dan bagaimana caranya (Schuknk,1995). Dalam kondisi belajar dapat

dikatakan bahwa, ketika peserta didik siap untuk belajar maka melibatkan diri dalam

berbagai aktivitas yang membantu perkembangan pembelajaran tersebut merupakan

hal memuaskan serta menghasilkan pembelajaran yang lebih baik dibandingan dengan

ketika peserta didik tidak siap untuk belajar

2. Jenis jenis dan karakteristik motivasi belajar

Menurut Hamzah B. Uno motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari

dalam seperti minat atau keingintahuan sehingga seseorang tidak lagi termotivasi oleh

bentuk-bentuk penghargaan atau hukuman.26 Motivasi intrinsik pada umumnya terkait

dengan bakat dan faktor intelegensi dalam diri siswa (Sri Hapsari, 2005: 74).
21

Contohnya adalah ketika peserta didik memiliki minat atau kemampuan dalam

menguasai mata pelajaran tertentu. Saat peserta didik mempelajari mata pelajaran yang

disukai atau dapat dikuasai maka biasanya peserta didik akan lebih terdorong untuk

belajar dibidang tersebut.

Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa motivasi merupakan dorongan internal dan

eksternal pada peserta didik yang meliputi beberapa indikator, yaitu: (1) adanya hasrat

dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya

harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya

kegiatan yang menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif

sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik. (Hamzah B. Uno,

2009: 31)

Dari pendapat Hamzah B. Uno tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator

motivasi internal terdiri dari adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan

dan kebutuhan dan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, indikator-

indikator tersebut dikatakan sebagai motivasi internal karena asalnya dari dalam diri

tanpa adanya dorongan dari luar sedangkan indikator motivasi eksternal meliputi,

adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar,

adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat

belajar dengan baik, indikator-indikator tersebut dikatakan sebagai motivasi eksternal

karena merupakan dorongan yang berasal dari luar

3. Faktor Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

Ali Imron (1996) mengemukakan enam faktor yang mempengaruhi motivasi

dalam proses pembelajaran. keenam faktor tersebut adalah sebagai berikut:


22

a. Aspirasi peserta didik. Aspirasi peserta didik dapat diartikan sebagai harapan

dan tujuan peserta didik untuk keberhasilan pada masa yang akan datang.

Motivasi peserta didik akan menjadi begitu tinggi ketika sebelumnya sudah

memiliki harapan atau tujuan yang ingin dicapai.

b. Kemampuan peserta didik. Setiap individu memiliki kemampuan yang

berbeda-beda, saat peserta didik mengetahui kemampuannya ada pada bidang

tertentu maka biasanya akan timbul motivasi yang kuat untuk terus

menguasai dan mengembangkan kemampuannya di bidang tersebut.

c. Kondisi peserta didik. Kondisi yang dimaksud yaitu kondisi fisik maupun

psikis peserta didik. Jika kondisi fisik sedang kelelahan, maka motivasi untuk

belajar cenderung menjadi rendah dan sebaliknya. Sama hal nya dengan

kondisi psikis, jika seseorang kondisi psikisnya tidak bagus maka motivasi

nya juga akan menurun, tetapi jika kondisi psikis dalam keadaan bagus maka

kencenderungan motivasinya akan tinggi

d. Kondisi lingkungan peserta didik. Lingkungan tempat belajar dan lingkungan

sosisal akan berpengaruh terhadap rendah atau tingginya motivasi belajar

peserta didik.

e. Unsur-unsur dinamis pembelajaran. Unsur pembelajaran yang dimaksud yaitu

seperti bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar dan sebagainya

yang dapat mendinamisasi proses pembelajaran. makin dinamis suasana

belajar, maka cenderung akan semakin memberi motivasi yang kuat dalam

proses pembelajaran
23

f. Upaya pendidik dalam membelajarkan peserta didik. Pendidik sebagai

individu yang berhadapan langsung dengan peserta didik memiliki peran

untuk meningkatkan motivasi dalam pembelajaran. Pendidik yang disukai

oleh peserta didik cenderung dapat meningkatkan motivasi dalam belajar.

Faktor-faktor diatas dapat dikelompokkan menjadi faktor intrinsik yaitu terdiri

dari aspirasi peserta didik, kemampuan peserta didik dan kondisi peserta didik,

sedangkan faktor ekstrinsiknya yaitu kondisi lingkungan peserta didik, unsur-unsur

dinamis pembelajaran, dan upaya pendidik dalam membelajarkan peserta didik.

D. Penelitian Relevan

Berikut dijelaskan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait dengan

penelitian ini :

Penelitian pertama berjudul, “Hubungan antara kompetensi andragogi tutor dan hasil

belajar peserta didik pelatihan teknik listrik industri di Upt Pelatihan Kerja/Balai Latihan Kerja

Surabaya”, berasal dari jurnal Universitas Negeri Surabaya, dengan Ayunda Dwi Jayanti selaku

peneliti. Kompetensi andragogi tutor yang diteliti terdiri dari lima indikator yaitu, memahami

peserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan

mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensinya. Secara keseluruhan

kompetensi andragogi tutor memiliki hasil persentase tinggi dan hasil belajar nya juga memiliki

hasil persentase tinggi.

E. Kerangka Berfikir

Proses penelitian ini memiliki dua varibel yaitu diantaranya varibel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebasnya merupakan Kompetensi Andragogi Tutor sedangkan varibel


24

terikatnya adalah Motivasi Belajar peserta didik pada program pelatihan karang taruna Kec.

Mangku..

Berdasarkan kajian yang telah dikemukakan maka dapat disusun kerangka konseptualnya

sebagai berikut:

Kompetensi
Andragogi Tutor Motivasi Belajar

(X) (Y)

F. Hipotesis Penelitian

Menurut Winarsunu (2002), mengemukakan bahwa hipotesis sebagai dugaan sementara

yang diajukan peneliti berupa pernyataan. Maka terdapat hubungan yang signifikan di dalam

penelitian ini antara Pengaruh motivasi Kerja terhadap kepuasan kerja peserta pelatihan Barista

di Balai Latihan Kerja Kota Padang.

H1 : Terdapat Hubungan antara Kompetensi Andragogi Tutor (X) dengan Motivasi

Belajar Peserta didik (Y)

H2 : Terdapt Pengaruh antara Kompetensi Andragogi Tutor (X) dengan Motivasi

Belajar Peserta didik (Y)


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adala penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian

yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sempel tertentu, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, data nya bersifat statistik dan bertujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan.

Menurut Arikunto ( 2014) menyatakn bahwa “penelitian korelasional merupakan penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya diperoleh gambaran mengenai Kompetensi

Andragogi Tutor (X), dan Motivasi Belajar Peserta Didik (Y) pada program pelatihan karang

taruna kec. mangku, hubungan antara dua atau beberapa variabel, dan apabila ada beberapa

hubungan serta berarti atau tidaknya hubunganya’. Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian

korelasional adalah suatu kegiatan dengan menggunakan teknik statistik dalam penelitian

pendidikan untuk menganalisis data tentang hubungan atau keterkaitan antara satu variabel atau

lebih dengan variabel lainnya (variabel x dengan variabel y). 

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sugiyono (2013), menyatakan bahwa, populasi ialah wilayah umum yang terdiri atas

subjek atau objek yang berkualitas dan memiliki karakter tertentu yang telah ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya kemudian, berdasarkan masalah

yang telah dirumuskan, populasi dalam penelitian ini ialah peserta didik pelatihan Karang

Taruna di Kec.Mangku ini adalah berjumlah 16 peserta pelatihan. diantaranya ciri ciri

tersebut merupakan peserta pelatihan yang waktu pelatihan menjahit 19 maret 2023,

peserta didik organisasi karang taruna yang melakukan pelatihan di Kec.Mangku.

25
26

2. Sampel

Berhubung karena jumlah populasi sedikit yaitu sebanyak 16 orang, bedasarkan

ketentuan dan kriteria peneliti mengunakan seluruh populasi untuk dijadikan sampel.

C. Instrumen dan Pengembangannya

Jenis instrumen yang digunkan pada penelitian ini ialah jenis non-tes yaitu dengan

menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data. Angket dibuat dalam bentuk skala Likert

yang berisikan daftar/item pernyataan yang memiliki pilihan jawaban dengan jumlah nilai yang

berbeda. Agar alat pengumpulan data bisa digunakan serta bisa meyakinkan saat menyampaikan

apa yang diinginkan, maka dari itu alat pengumpul data tersebut harus di uji coba menurut

(Winarsunu, 2011).

1. Penyusunan Angket

Penyusunan Angket dalam penelitian ini berdasarkan kepada variabel yang

diteliti. Variabel itu kemudian dibagi menjadi sub variabel dan diuraikan kedalam

beberapa indikator.

Angket ini disusun berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan variabel yang akan diteliti

b. Menentukan sub variabel

c. Menentukan indikator

d. Menentukan pernyataan berdasarkan indikator yang telah ditentukan

2. Uji Coba Instrumen

Menurut Sugiyono (2014), instrumen penelitian merupakan suatu alat yang

berfungsi sebagai alat ukur pada fenomena yang diamati oleh peneliti. Uji coba

instrumen dilakukan untuk menjelaskan dan mengukur sejauh mana instrumen


27

penelitian dapat mengungkap dengan tepat dan akurat berbagai gejala yang akan diukur.

Uji coba instrumen dilakukan dengan menentukan sampel uji coba.

Maka, dalam penelitian ini peneliti melakukan uji coba instrumen menggunakan

sampel uji coba sebanyak 10 orang responden yang diambil dari luar populasi yang

memiliki karakteristik yang sama yaitu pada jenis pelatihan yang berbeda.

a. Prosedur Uji coba melalui langkah sebagai berikut :

b. Menentukan responden uji coba

c. Pelaksanaan uji coba instrument

Melakukan uji coba dan analisis uji coba untuk mengetahui apakah angket dapat

dimengerti dan untuk mengetahui validitas dan reabilitas angket tersebut, uji coba

dilakukan kepada 10 orang responden yang diambil dari luar populasi yang memiliki

karakteristik yang sama yaitu di Kec.Mangku yang juga melaksanakan pelatihan lain.

3. Penyusunan Angket

Penyusunan Angket dalam penelitian ini berdasarkan kepada variabel yang

diteliti. Variabel itu kemudian dibagi menjadi sub variabel dan diuraikan kedalam

beberapa indikator. Angket ini disusun berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan variabel yang akan diteliti

b. Menentukan sub variabel

c. Menentukan indikator

d. Menentukan pernyataan berdasarkan indikator yang telah ditentukan

4. Uji Validitas

Validitas merupakan kemampuan ketepatan dalam pengukuran yang dimiliki oleh

item atau butir pernyataan. Dilakukannya uji validitas ialah untuk mengetahui kevalidan
28

dari instrumen yang telah disusun, artinya apakah instrumen tersebut dapat mengukur

apa yang seharusnya diukur atau tidak. Analisis validitas yang dilakukan dalam

penelitian ini, yaitu dengan cara melakukan analisis terhadap setiap butir pernyataan

beserta alternatif jawaban yang terdapat pada instrumen penelitian dengan

menggunakan SPSS (statistic package and service solution) windows 16.

5. Uji Reabilitas

Uji realibilitas dilakukan untuk mencari tahu bagaimana keadaan instrumen yang

digunakan dalam mengumpulkan data, apakah instrumen tersebut memiliki ketepatan

yang sama dalam mengukur apabila digunakan beberapa kali dan apakah menghasilkan

data yang sama pula atau tidak. Uji realibilitas dalam penelitian ini diuji yaitu dengan

menggunakan SPSS (statistic package and service solution) windows versi 16. untuk

mencari tingkat kepercayaan instrument yang digunukan. Dimana jika rhitung > rtabel

maka instrument tersebut dikatakan reliabel, jika rhitung < r tabel maka instrument

tersebut dikatakan tidak reliabel.

D. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan

teknik angket dan alat yang digunakan yaitu konsioner. Menurut Arikunto (2016), angket ialah

lembaran yang berisikan berbagai pertanyaan maupun pernyataan tertentu dengan tujuan adanya

respon yang diberikan oleh orang – orang yang mengisi lembaran tersebut. Tentunya respon

yang diharapkan sesuai dengan instruksi yang telah dijelaskan.

Alat pengumpulan data yang dingunakan adalah konsioner, dengan mengunakan skala likert

yang diajukan secara tertulis kepada responnden,di mana dalam angket telah disediakan jawaban
29

sehingga responden hanya memilih jawaban Alternatif jawaban yang disediakan berupa : selalu

(SL), sering (SR), jarang (JR), dan tidak pernah (TP), dengan skor:

Alternatif jawaban Skor nilai


Selalu 4
Sering 3
Jarang 2
Tidak Pernah 1

E. Teknik Analisis Data

Sesuai pendapat Sugiyono (2013), analisis data yang sangat memerlukan ketelitian dan

kegiatan yang sangat sangat penting dalam penelitian.

Terdapat dua analisis data dalam penelitian ini yaitu;

1. Untuk melihat gambaran kompetensi andragogi tutor dan motivasi belajar peserta didik

pelatihan karang taruna kec.mangku digunakan rumus presentase dengan rumus;

Persentase gambaran kompetensi andragogi tutor dan motivasi belajar peserta didik

diberikan penafsiran dengan menggunakan kategori derajat pencapaian sebagai berikut:

Kategori Derajat Pencapaian


Sangat Tinggi 76%-100%
Tinggi 51%-75%
Rendah 26%-50%
30

Sangat rendah 1%-25%


2. Untuk dapat mengetahui hubungan variabel yaitu variabel bebas dengan variabel terikat.

Dalam upaya mencapai tujuan penelitian ketiga, maka penulis menggunakan teknik analisis

korelasional rank order/sparman rho dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh

Arikunto (2016), sebagai berikut:


DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Rulam. 2014. Metedologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-ruzz Media

Arbah, Fakhruddin. 2012. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: FIP PRESS

Asmarawati, Tina. 2015. Pidana dan Pemidanaan dalam Sistem Hukum di Indonesia (Hukum
Penitensier). Yogyakarta: Deepublish

Basleman, Anisah. 2011. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Rosda.

Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Darmawan, Deni.
2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Fuad, Noor. 2009.
Intergrated HRD. Jakarta:

Grasindo G, Suyanto. 1981. Seluk Beluk Pemasyarakatan. Jakarta: BPHN Kamil, Mustofa. 2009.
Pendidikan Nonformal “Pengembangan Melalui Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di
Indonesia”. Bandung: Alfabeta Kasiram, Moh. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif. Malang: UIN Malang Pers

Lunandi, A.G. 1981. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Gramedia. Marzuki, Saleh. 2009.
Pendidikan NonFormal Dimensi Dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan Dan Andragogi.
Malang: FIP Universitas Negeri Malang.

Padmowihardjo, Soedijanto. 2006. Materi Pokok Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Universitas
Terbuka Raharjo, Trijoko. 2005. Model Pengembangan Tenaga Kependidikan Tutor Kesetaraan
Kejar Paket A, B, C. Semarang: Unnes Press Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi
Belajar-Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Siregar, Eveline. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Penerbit Gahlia Indonesia.

Soedomo. 1989. Pendidikan Luar Sekolah Ke Arah Pengembangan Sistem Belajar Masyarakat.
Jakarta:Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

Sihombing, Umberto. 2000. Pendidikan Luar Sekolah, Masalah, Tantangan dan Peluang. Jakarta:
Wirakara.

31

Anda mungkin juga menyukai