Skripsi Debi Adrian-1
Skripsi Debi Adrian-1
ANTARA KOMPETENSI ANDRAGOGI
TUTOR DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK
PELATIHAN KARANG TARUNA KEC.MUNGKA
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
Debi Adrian
16005113
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Identifikasi Masalah........................................................................................................................8
C. Pembatasan Masalah........................................................................................................................8
D. Rumusan Masalah............................................................................................................................8
E. Asumsi Masalah..............................................................................................................................8
F. Tujuan Penelitian.............................................................................................................................8
G. Manfaat Penelitian...........................................................................................................................9
H. Defenisi Operasional.......................................................................................................................9
BAB II.......................................................................................................................................................11
KAJIAN TEORI........................................................................................................................................11
A. Konsep Pendidikan Kesetaraan......................................................................................................11
B. Konsep Kompetensi Andragogi Tutor...........................................................................................12
C. Konsep Motivasi Belajar...............................................................................................................21
D. Penelitian Relevan.........................................................................................................................25
E. Kerangka Berfikir..........................................................................................................................25
F. Hipotesis Penelitian.......................................................................................................................26
BAB III......................................................................................................................................................27
METODE PENELITIAN..........................................................................................................................27
A. Jenis Penelitian..............................................................................................................................27
B. Populasi dan Sampel......................................................................................................................27
C. Instrumen dan Pengembangannya.................................................................................................28
D. Pengumpulan Data.........................................................................................................................30
E. Teknik Analisis Data.....................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................33
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia pada hakikatnya bukan hanya melalui pendidikan formal saja
namun juga terdapat pendidikan nonformal dan informal. Undangundang Republik Indonesia No
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (10) menyatakan bahwa,
pada jalur formal, nonformal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan”. Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal tidak dibatasi dengan waktu, usia, jenis
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Di dalam lembaga
tidak dapat dilanjutkan atau dilakukan oleh narapidana karena masa pidananya. Dan berfungsi
sebagai penambah wawasan, keterampilan dan keahlian narapidana yang dapat dimanfaatkan di
masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan formal. Masyarakat di sini mencakup seluruh
masyarakat, tanpa adanya batasan geografis (masyarakat di desa maupun wilayah terpencil)
permasalahan tertentu seperti organisasi karang taruna). Karang Taruna sebagai salah satu
organisasi pemuda yang diakui oleh pemerintah, memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang
1
2
besar dalam menjaga sustainabilitas lembaga dan meningkatkan peran generasi muda dalam
pembangunan.
Untuk menjaga agar organisasi ini tetap tumbuh dan berkembang dalam tantangan
globalisasi serta pertumbuhan teknologi dan industri yang sangat pesat, maka Karang Taruna
perlu membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Dinas Sosial selaku
pembina fungsional Karang Taruna Kec. Mungka Kab. Lima Puluh Kota kemudian
menyelenggarakan acara Pelatihan Manajemen Organisasi bagi Karang Taruna. Pelatihan yang
diadakan di Kec.Mungka ini adalah pelatihan yang diperuntukan untuk organisasi karang taruna
dalam memberdayakan peningkatan marketing pasar yang dikelola oleh organisasi karang taruna
kec. Mungka, Di era digital ini pemasaran yang cukup efektif adalah digital marketing
(Hadi:2021).
Digital marketing merupakan pemasaran yang memasarkan jaringan internet secara efektif
sehingga pasar yang dicapai dapat lebih luas (Fadly:2020). Peningkatan kemampuan dalam
wawasan dan keterampilan digital marketing sangat dibutuhkan oleh pengelola organisasi karang
taruna. Pelatihan pengembangan wawasan digital marketing bagi pengelola desa menjadi
penting. Oleh karena itu Kec. Mungka mengadakan pelatihan ini untuk mengmbangkan literasi
digital marketing bagi organiasi karang taruna, dan melakukan kegiatan ini bagi karang taruna
desa sebagai pengelola dela dan juga sebagai organisasi pemuda yang dapat mengembangkan
Kec. Mungka.
A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs dan Paket C setara SMA/MA. Program kesetaraan di
dalam Organisasi Karang Tarun berfungsi sebagai pengganti pendidikan formal yang tidak dapat
3
dirasakan lagi oleh beberapa anggota dan berfungsi pula bagi para organisasi karang taruna
untuk mengembangkan keahlian di bidang digital marketing baik untuk diri sendiri dan juga
kegiatan masyarakat nantinya. Organisasi karang taruna yang menjadi peserta didik dalam
pendidikan kesetaraan ini memiliki karakteristik orang dewasa. Dilihat dari segi umurnya
seseorang dapat dikatakan sebagai orang dewasa yang berumur antara 16-18 tahun dan yang 6
kurang dari 16 tahun dapat dikatakan masih anak-anak. Usia anggota karang taruna sendiri rata-
rata adalah 18 sampai dengan 40 tahun, jadi peserta didik di pelatihan digital marketing ini dapat
Pembelajaran akan lebih efektif apabila pelatih, pengajar atau turor memiliki pengetahuan
serta keterampilan dalam mengelola pembelajaran bagi orang dewasa. Karena pada dasarnya
orang dewasa berbeda dengan anakanak sehingga memerlukan perlakuan yang berbeda pula
dalam belajar. Seperangkat pengetahuan atau keterampilan disebut juga sebagai kompetensi.
No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 Ayat (3)). Secara umum
kompetensi pedagogi lebih dikenal karena digunakan pada pendidikan formal. Kompetensi
andragogi tergolong dalam kompetensi pedagogi (mengajar) namun dalam penerapan pendidik
(1979) menyatakan apabila peserta didik telah berumur 17 tahun, penerapan prinsip andragogi
dalam kegiatan pembelajarannya telah menjadi suatu kelayakan Maka dari itu kompetensi
andragogi dirasa penting untuk dimiliki oleh tutor pelatihan organisasi karang taruna ini.
Dari daftar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan tahun ajaran 2017/2018 (terlampir)
dapat dilihat bahwa rata-rata tenaga pendidik memiliki latar belakang pendidikan S1 dalam
4
bidang pendidikan, Marketing, dan Komputer. Pelaksanaan pelatihan ini dilaksanakan di Nagari
Talang Maur ( Kantor Wali Nagari) Kec. Mungka,. Tutor yang mengajar di kelas sebagian besar
merupakan yang memiliki latar belakang pendidikan SMA/SMK sampai dengan D3 dan tidak
Keterbatasan di dalam Kec. Mungka membuat tutor tidak dapat menggunakan atau membuat
media belajar yang menarik dan keterbatasan wawasan mengenai metode belajar juga
mengakibatkan motivasi belajar peserta didik menjadi tidak maksimal. Sedangkan tutor memiliki
peran penting dalam membangun motivasi belajar peserta didik. Salah satu tutor Pelatihan
Organisasi Karang Taruna ini yaitu Buk yanti mengatakan bahwa dalam pembelajaran sehari-
hari kelas tidak selalu penuh, pada saat tutor sudah dikelas masih ada peserta didik yang yang
belum masuk kelas dan masih banyak yang belum datang mungkin karena beberapa ada
kesibukan dari peserta didik, oleh karena itu tutor maupun kooridnator. Buk yanti juga
menambahkan bahwa di kelas juga terkadang ada yang tidak fokus dengan pelajaran, suka
Peneliti juga melihat bahwa saat proses pembelajaran berlangsung banyak peserta didik
yang tidak fokus dengan materi yang diberikan oleh tutor, terdapat peserta didik yang melamun,
mengobrol dan melakukan hal lain seperti membaca buku yang tidak berhubungan dengan materi
yang sedang diberikan. Keaktifan peserta didik juga berbeda-beda, bila tutor aktif berinteraksi
dengan peserta didik maka akan aktif pula peserta didik tersebut dalam pembelajaran, begitupula
sebaliknya.
5
Oemar Hamalik menjelaskan bahwa saat seseorang merasa memiliki kebutuhan tertentu
maka akan timbul dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dan dorongan ini yang disebut
sebagai motivasi. Motivasi merupakan hal penting dalam belajar terutama dalam pembelajaran
orang dewasa karena apabila tidak ada motivasi untuk belajar, maka proses belajar tidak akan
berjalan dengan baik bahkan orang dewasa tersebut dapat menolak mengikuti pembelajaran.
Motivasi berfungsi sebagai penggerak, pengarah dan mendorong timbulnya suatu perbuatan.
pendidikan maka timbul lah motivasi untuk belajar, lalu motivasi mengarahkannya untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran, kemudian menetapkan tindakan yang dianggap paling tepat
Motivasi belajar merupakan suatu kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses
belajar. Motivasi belajar pada diri peserta didik dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau
tidak adanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Penguatan motivasi peserta
didik dalam proses pembelajaran berada di tangan pendidik. Jadi motivasi merupakan hal yang
penting dalam mendorong seseorang secara mental untuk belajar dan dalam proses pembelajaran
belajar peserta didik. Melihat pentingnya hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang Hubungan Kompetensi Andragogi Tutor Dengan Motivasi Belajar Peserta Didik
Pelatihan Karang Taruna Kec. Mungka, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
kompetensi tutor dalam mengelola pembelajaran orang dewasa dan bagaimana hubungan nya
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tentang kompetensi tutor pada Pelatihan Karang Taruna Kec.
Mungka
2. Bagaimana gambaran tentang motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran pada
3. Apakah terdapat hubungan antara kompetensi tutor dengan motivasi belajar peserta
C. Pembatasan Masalah
Subjek penelitian ini dibatasi pada peserta didik dalam pembelajaran pada Pelatihan Karang
Taruna Kec.Mungka. Penelitian ini juga dibatasi pada kompetensi andragogi tutor dan motivasi
D. Rumusan Masalah
Bedasarkan yang telah dikemukakan penulis tentang latar belakang penelitian, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan “Apakah terdapat pengaruh antara
E. Asumsi Masalah
Terdapat Hubungan antara Kompetensi andragogi tutor dengan motivasi belajar peserta
F. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
7
3. Untuk melihat gambaran pengaruh Kompetensi Andragogi tutor dengan Motivasi Belajar
Peserta didik.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang dimanfaatkan secara teoritis maupun
praktis.
juga Kec.Mungka.
a. Bagi lembaga penyelenggara pelatihan, diperoleh pedoman yang tepat terkait standar
H. Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi kekeliruan terhadap penelitian yang diteliti, maka peneliti menjelaskan
ini sama hal nya dengan kompetensi pedagogik namun dengan menerapkan prinsip-
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal
8
28 Ayat (3) Butir a, dengan indikator sebagai berikut: (a) pemahaman tentang peserta
didik, (b) perancangan pembelajaran, (c) pelaksanaan pembelajaran, (d) evaluasi hasil
belajar, dan (e) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi
yang dimilikinya.
Adapun motivasi belajar dalam hal ini adalah motivasi belajar bahasa Indonesia
yang meliputi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik meliputi:
(a) adanya hasrat keinginan berhasil, (b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam
belajar, (c) adanya harapan dan cita-cita masa depan. Motivasi ekstrinsik meliputi: (a)
adanya penghargaan dalam belajar, (b) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar,
(c) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik
salah satunya adalah program pendidikan kesetaraan. Undang-undang No 20 tahun 2003 pasal
26 ayat (3) menyatakan bahwa, Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
pendidikan umum, yang mencakup program paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs
dan Paket C setara SMA/MA. Program kesetaraan merupakan wujud dari fungsi pendidikan
nonformal sebagai pengganti karena program ini ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari
masyarakat yang tidak dapat dapat mengikuti pendidikan di bangku sekolah karena berbagai
faktor seperti putus sekolah pendidikan formal (SD, SMP, SMA), faktor kemiskinan sehingga
tidak mampu membayar biaya sekolah, tidak dapat mengakses sekolah karena kondisi
lingkungan, pilihan dari masyarakat sendiri karena merasa tidak cocok dengan pendidikan
belajar Dikdas 9 Tahun dan Pendidikan Kesetaraan Paket C ditujukan untuk memperluas akses
9
10
Pendidikan Kesetaraan seperti: pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), sanggar kegiatan
belajar (SKB), lembaga kursus dan pelatihan, kelompok belajar, rumah pintar, dan satuan
Sasaran dari pendidikan kesetaraan yaitu masyarakat dengan kondisi sebagai berikut: (1)
memiliki potensi khusus seperti pemusik, atlet, dll (2) memiliki keterbatasan waktu, (3) faktor
geografi seperti suku terasing dan terisolir, (4) memiliki keterbatasan ekonomi, (5) bermasalah
sosial/hukum seperti anak jalanan, korban napza, dan anak LAPAS. 31 Jadi sasaran pendidikan
kesetaraan merupakan masyarakat usia wajib belajar hingga usia dewasa yang memiliki
1. Hakekat Andragogi
Definisi belajar menurut R. Gagne (dalam Ahmad, 2013: 1) yaitu sebagai suatu
proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Tingkah laku seseorang akan berbeda keadaannya dari sebelum terlibat dalam situasi
belajar dan sesudah terlibat dalam situasi belajar. Belajar juga merupakan suatu upaya
(perintah/bimbingan) dari seorang pendidik. Jadi untuk mencapai hasil belajar yang
Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku dalam diri individu
karena adanya interaksi antara individu dengan individu lain maupun individu dengan
lingkungannya. Interaksi yang dimaksud yaitu seperti interaksi antara tutor dengan
11
peserta didik yang terjadi dalam proses penyampaian pengetahuan maupun interaksi
sesama peserta didik yang berbagi pengetahuan dan pengalaman. Belajar merupakan
suatu perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya
lingkungannya secara memadai. Jadi dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu
pengetahuan maupun keterampilan baru, maka akan mengikuti kegiatan belajar agar
bisa mendapatkan hal tersebut. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Malcolm
tentang belajar sebagai suatu proses pemenuhan kebutuhan dan perjuangan pencapaian
tujuan dari peserta didik. Seseorang akan belajar demi menguasai hal-hal yang
dibutuhkannya.
terjadi pada seseorang atau individu yang berasal dari pengalaman atau praktik dan
sifatnya relatif permanen tidak dapat berubah begitu saja. Perubahan yang dihasilkan
dari proses belajar yaitu dapat berupa dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan
Belajar bukan hanya diperuntukan dan dilakukan oleh anak-anak tetapi juga
berlaku untuk orang dewasa karena dalam belajar tidak terdapat batasan apapun
termasuk usia. Pada usia dewasa, kemampuan dan keterampilan dasar yang sudah
keterampilan semakin banyak yang bisa diperoleh. Banyak orang dewasa yang
12
dan pada akhirnya baru memiliki kesempatan untuk belajar pada usia dewasa.
Menurut Fakhrudin Arbah dalam buku nya Andragogi (2012) pendidikan yang
ditujukan untuk peserta didik yang telah dewasa atau berumur 18 tahun ke atas atau
telah menikah dan memiliki kematangan dikenal dengan istilah pendidikan orang
dewasa. Pendidikan bagi orang dewasa merupakan suatu kebutuhan untuk memenuhi
tuntutan tugas terntentu dalam kehidupan nya. Orang dewasa biasanya belajar hanya
untuk memenuhi tuntutan tugas tertentu atau agar dapat berkembang di lingkungan
nya.
Definisi pendidikan orang dewasa menurut Bryson (dalam Suprijanto, 2007: 11)
yaitu semua aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan
digunakan pun tidak terlalu banyak.8 Pendidikan orang dewasa merupakan suatu usaha
yang ditujukan untuk pengembangan diri yang dilakukan oleh individu yang sifatnya
tidak memaksa dan tidak menjadikan hal tersebut sebagai kegiatan utamanya. Orang
dewasa tidak dapat dipaksa untuk belajar karena keinginan belajar itu harus datang dari
diri sendiri dan dikarenakan belajar bukan lagi kegiatan utama bagi orang dewasa
merupakan ilmu tentang cara bagaimana membelajarkan orang dewasa. Secara bahasa
Andragogi berasal dari bahasa yunani yaitu "Andra" yang berarti orang dewasa dan
"agogos" yang berarti membimbing jadi Andragogi dapat diartikan sebagai ilmu
tentang cara membimbing orang dewasa dalam proses belajar. Andragogi identik
13
dengan konsep life long education atau pendidikan sepanjang hayat karena
berlangsung secara terus-menerus selama manusia hidup. Artinya belajar itu tidak
hanya dilakukan dalam sekolah formal tetapi dilakukan seumur hidup manusia, dari
2006: 16) terdapat empat asumsi pokok yang berbeda dengan pedagogi dan dijadikan
landasan dalam teori Andragogi. Keempat asumsi pokok itu adalah sebagai berikut:
cenderung akan ditanggapi negatif oleh orang dewasa dan orang dewasa akan
bertambah pula pengalaman yang dimiliki dan hal tersebut dapat menjadi
belajar orang dewasa berasal dari dalam dirinya sendiri dan tidak dapat
yang kondusif dan melibatkan peserta didik dalam proses belajarnya, terdapat langkah-
langkah yang harus dilakukan pendidik sebagaimana yang dikemukakan oleh Knowles
(1986), yaitu: (1) menciptakan iklim belajar yang cocok untuk peserta didik; (2)
kegiatan belajar; dan (7) menilai proses dan perolehan dalam memenuhi kebutuhan
belajar.
Jadi andragogi adalah suatu ilmu yang membahas tentang cara membimbing
orang dewasa dalam belajar. Dalam kegiatan belajar orang dewasa, pedidik harus
memperhatikan empat asumsi pokok orang dewasa yaitu konsep diri, pengalaman,
kesiapan untuk belajar, dan orientasi belajar. Istilah Andragogi seringkali dijumpai
dalam proses pembelajaran orang 20 dewasa (adult learning), baik dalam proses
nonformal lebih banyak mendasarkan dirinya pada teori Andragogi, hal ini
dikarenakan dalam pendidikan nonformal tidak terbatas oleh usia dan orang dewasa
2. Hakekat Kompetensi
15
atau kapasitas seseorang dalam bekerja dan bertingkah laku (Hager, 2004). Jadi dapat
nya. Kompetensi menurut Spencer (dalam Palan, 2007) merupakan karakteristik dasar
yang dimiliki oleh seorang untuk memenuhi kriteria yang diperlukan dalam menjalani
karakterstik setiap pekerjaan dalam jabatan berbeda pula. Dengan demikian sasaran
yang ingin dicapai dari konsep kompetensi yaitu pengetahuan, keterampilan serta
kecakapan yang harus dimiliki sesorang untuk menjalankan pekerjaan atau jabatan nya
secara maksimal. Kompetensi yang dituntut oleh masing-masing jabatan akan berbeda
3. Tutor
pendidikan nasional, namun diantara para tenaga kependidikan, para tenaga pendidik
merupakan unsur utama”. Jadi dapat dikatakan bahwa tutor sebagai tenaga pendidik
merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ekosiswoyo
(2007:1) juga menyatakan bahwa pendidik merupakan salah satu kunci keberhasilan
16
dalam praktik pendidikan karena pendidik merupakan sosok yang berada dibalik jalan
nya kegiatan belajar mengajar. Jadi tutor dianggap sebagai salah satu komponen
penting dalam keberhasilan pendidikan karena tutor lah yang berhadapan langsung
dengan peserta didik dan membimbing peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan.
Pada pendidikan kesetaraan, tutor bukan hanya seperti guru yang mengajar namun
tutor juga menjadi pembimbing dan pemberi motivasi untuk peserta didik agar dapat
Jadi kompetensi tutor memiliki hubungan dengan motivasi belajar peserta didik.
Tutor harus mampu membangkitkan motivasi belaja peserta didik agar respon peserta
didik terhadap pembelajaran menjadi kuat, Sebagai tenaga pendidik dalam jenjang
pendidikan nonformal, standar kompetensi tersebut juga berlaku untuk tutor, fasilitator,
sebagai berikut:
dimilikinya.
17
dan dapat menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
orang dewasa. Indikator kompetensi Andragogi tutor yang terdapat dalam Penjelasan
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal
28 Ayat (3) Butir a, yaitu (1) pemahaman terhadap peserta didik, (2) perancangan
pembelajaran, (3) pelaksanaan pembelajaran, (4) evaluasi hasil belajar, dan (5)
dimilikinya.
Memahami peserta didik merupakan hal yang penting dalam pembelajaran orang
dewasa karena orang dewasa memiliki karakteristik, pengalaman dan pola pikir yang
berbeda. Dengan memahami peserta didik, nanti nya tutor dapat mengatasi perbedaan-
metode, media maupun strategi belajar apa yang sesuai sehingga proses pembelajaran
mengarah dan dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Subkompetensi ini
didik yang ingin dicapai, memahami materi pembelajaran, serta menyusun rancangan
sebagai orang dewasa yang memiliki konsep diri, kesiapan belajar, pengalaman dan
orientasi belajar. Selain merancang dan melaksanakan pembelajaran, tutor juga harus
indikator esensial antara lain, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar secara
hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar, serta memanfaatkan hasil
keseluruhan.
19
potensi yang dimilikinya memiliki indikator esensial yaitu, memfasilitasi peserta didik
Motivasi adalah suatu kondisi yang menimbulkan perilaku tertentu dan yang
memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut.18 Motivasi juga merupakan
tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu. Jadi motivasi dapat dilihat dari
munculnya suatu tingkah laku tertentu. Motivasi sebagai perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi
kemunculannya karena terdorong oleh adanya tujuan. Tujuan ini biasanya menyangkut
dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan seperti, keinginan yang hendak
dipenuhinya, tingkah laku, tujuan, dan umpan balik. Jadi motivasi terjadi apabila
seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakaukan suatu kegiatan atau
termasuk perilaku indivdu yang sedang belajar.21 Belajar adalah perubahan tingkah
laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau
20
penguatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi dan belajar
merupakan hal yang saling memengaruhi.22 Seseorang akan berhasil dalam belajar,
kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar dan keinginan inilah yang
disebut dengan motivasi. Tanpa adanya motivasi kegiatan belajar-mengajar sulit untuk
berhasil.
Motivasi dapat mempengaruhi pembelajaran dan kinerja peserta didik, dan hal-
hal yang dilakukan dan dipelajari peserta didik dapat memengaruhi motivasinya
melibatkan diri dalam berbagai aktivitas yang diyakini nya akan membantu dirinya
belajar. Sedangkan peserta didik yang tidak termotivasi untuk belajar, usaha belajarnya
dikatakan bahwa, ketika peserta didik siap untuk belajar maka melibatkan diri dalam
hal memuaskan serta menghasilkan pembelajaran yang lebih baik dibandingan dengan
Menurut Hamzah B. Uno motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari
dalam seperti minat atau keingintahuan sehingga seseorang tidak lagi termotivasi oleh
dengan bakat dan faktor intelegensi dalam diri siswa (Sri Hapsari, 2005: 74).
21
Contohnya adalah ketika peserta didik memiliki minat atau kemampuan dalam
menguasai mata pelajaran tertentu. Saat peserta didik mempelajari mata pelajaran yang
disukai atau dapat dikuasai maka biasanya peserta didik akan lebih terdorong untuk
eksternal pada peserta didik yang meliputi beberapa indikator, yaitu: (1) adanya hasrat
dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya
harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya
kegiatan yang menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif
sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik. (Hamzah B. Uno,
2009: 31)
motivasi internal terdiri dari adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan
dan kebutuhan dan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, indikator-
indikator tersebut dikatakan sebagai motivasi internal karena asalnya dari dalam diri
tanpa adanya dorongan dari luar sedangkan indikator motivasi eksternal meliputi,
adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar,
adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat
a. Aspirasi peserta didik. Aspirasi peserta didik dapat diartikan sebagai harapan
dan tujuan peserta didik untuk keberhasilan pada masa yang akan datang.
Motivasi peserta didik akan menjadi begitu tinggi ketika sebelumnya sudah
tertentu maka biasanya akan timbul motivasi yang kuat untuk terus
c. Kondisi peserta didik. Kondisi yang dimaksud yaitu kondisi fisik maupun
psikis peserta didik. Jika kondisi fisik sedang kelelahan, maka motivasi untuk
belajar cenderung menjadi rendah dan sebaliknya. Sama hal nya dengan
kondisi psikis, jika seseorang kondisi psikisnya tidak bagus maka motivasi
nya juga akan menurun, tetapi jika kondisi psikis dalam keadaan bagus maka
peserta didik.
seperti bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar dan sebagainya
belajar, maka cenderung akan semakin memberi motivasi yang kuat dalam
proses pembelajaran
23
dari aspirasi peserta didik, kemampuan peserta didik dan kondisi peserta didik,
D. Penelitian Relevan
Berikut dijelaskan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait dengan
penelitian ini :
Penelitian pertama berjudul, “Hubungan antara kompetensi andragogi tutor dan hasil
belajar peserta didik pelatihan teknik listrik industri di Upt Pelatihan Kerja/Balai Latihan Kerja
Surabaya”, berasal dari jurnal Universitas Negeri Surabaya, dengan Ayunda Dwi Jayanti selaku
peneliti. Kompetensi andragogi tutor yang diteliti terdiri dari lima indikator yaitu, memahami
kompetensi andragogi tutor memiliki hasil persentase tinggi dan hasil belajar nya juga memiliki
E. Kerangka Berfikir
Proses penelitian ini memiliki dua varibel yaitu diantaranya varibel bebas dan variabel
terikatnya adalah Motivasi Belajar peserta didik pada program pelatihan karang taruna Kec.
Mangku..
Berdasarkan kajian yang telah dikemukakan maka dapat disusun kerangka konseptualnya
sebagai berikut:
Kompetensi
Andragogi Tutor Motivasi Belajar
(X) (Y)
F. Hipotesis Penelitian
yang diajukan peneliti berupa pernyataan. Maka terdapat hubungan yang signifikan di dalam
penelitian ini antara Pengaruh motivasi Kerja terhadap kepuasan kerja peserta pelatihan Barista
Jenis penelitian ini adala penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sempel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, data nya bersifat statistik dan bertujuan untuk menguji
yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya diperoleh gambaran mengenai Kompetensi
Andragogi Tutor (X), dan Motivasi Belajar Peserta Didik (Y) pada program pelatihan karang
taruna kec. mangku, hubungan antara dua atau beberapa variabel, dan apabila ada beberapa
hubungan serta berarti atau tidaknya hubunganya’. Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian
korelasional adalah suatu kegiatan dengan menggunakan teknik statistik dalam penelitian
pendidikan untuk menganalisis data tentang hubungan atau keterkaitan antara satu variabel atau
1. Populasi
Sugiyono (2013), menyatakan bahwa, populasi ialah wilayah umum yang terdiri atas
subjek atau objek yang berkualitas dan memiliki karakter tertentu yang telah ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya kemudian, berdasarkan masalah
yang telah dirumuskan, populasi dalam penelitian ini ialah peserta didik pelatihan Karang
Taruna di Kec.Mangku ini adalah berjumlah 16 peserta pelatihan. diantaranya ciri ciri
tersebut merupakan peserta pelatihan yang waktu pelatihan menjahit 19 maret 2023,
25
26
2. Sampel
ketentuan dan kriteria peneliti mengunakan seluruh populasi untuk dijadikan sampel.
Jenis instrumen yang digunkan pada penelitian ini ialah jenis non-tes yaitu dengan
menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data. Angket dibuat dalam bentuk skala Likert
yang berisikan daftar/item pernyataan yang memiliki pilihan jawaban dengan jumlah nilai yang
berbeda. Agar alat pengumpulan data bisa digunakan serta bisa meyakinkan saat menyampaikan
apa yang diinginkan, maka dari itu alat pengumpul data tersebut harus di uji coba menurut
(Winarsunu, 2011).
1. Penyusunan Angket
diteliti. Variabel itu kemudian dibagi menjadi sub variabel dan diuraikan kedalam
beberapa indikator.
c. Menentukan indikator
berfungsi sebagai alat ukur pada fenomena yang diamati oleh peneliti. Uji coba
penelitian dapat mengungkap dengan tepat dan akurat berbagai gejala yang akan diukur.
Maka, dalam penelitian ini peneliti melakukan uji coba instrumen menggunakan
sampel uji coba sebanyak 10 orang responden yang diambil dari luar populasi yang
memiliki karakteristik yang sama yaitu pada jenis pelatihan yang berbeda.
Melakukan uji coba dan analisis uji coba untuk mengetahui apakah angket dapat
dimengerti dan untuk mengetahui validitas dan reabilitas angket tersebut, uji coba
dilakukan kepada 10 orang responden yang diambil dari luar populasi yang memiliki
karakteristik yang sama yaitu di Kec.Mangku yang juga melaksanakan pelatihan lain.
3. Penyusunan Angket
diteliti. Variabel itu kemudian dibagi menjadi sub variabel dan diuraikan kedalam
c. Menentukan indikator
4. Uji Validitas
item atau butir pernyataan. Dilakukannya uji validitas ialah untuk mengetahui kevalidan
28
dari instrumen yang telah disusun, artinya apakah instrumen tersebut dapat mengukur
apa yang seharusnya diukur atau tidak. Analisis validitas yang dilakukan dalam
penelitian ini, yaitu dengan cara melakukan analisis terhadap setiap butir pernyataan
5. Uji Reabilitas
Uji realibilitas dilakukan untuk mencari tahu bagaimana keadaan instrumen yang
yang sama dalam mengukur apabila digunakan beberapa kali dan apakah menghasilkan
data yang sama pula atau tidak. Uji realibilitas dalam penelitian ini diuji yaitu dengan
menggunakan SPSS (statistic package and service solution) windows versi 16. untuk
mencari tingkat kepercayaan instrument yang digunukan. Dimana jika rhitung > rtabel
maka instrument tersebut dikatakan reliabel, jika rhitung < r tabel maka instrument
D. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan
teknik angket dan alat yang digunakan yaitu konsioner. Menurut Arikunto (2016), angket ialah
lembaran yang berisikan berbagai pertanyaan maupun pernyataan tertentu dengan tujuan adanya
respon yang diberikan oleh orang – orang yang mengisi lembaran tersebut. Tentunya respon
Alat pengumpulan data yang dingunakan adalah konsioner, dengan mengunakan skala likert
yang diajukan secara tertulis kepada responnden,di mana dalam angket telah disediakan jawaban
29
sehingga responden hanya memilih jawaban Alternatif jawaban yang disediakan berupa : selalu
(SL), sering (SR), jarang (JR), dan tidak pernah (TP), dengan skor:
Sesuai pendapat Sugiyono (2013), analisis data yang sangat memerlukan ketelitian dan
1. Untuk melihat gambaran kompetensi andragogi tutor dan motivasi belajar peserta didik
Persentase gambaran kompetensi andragogi tutor dan motivasi belajar peserta didik
Dalam upaya mencapai tujuan penelitian ketiga, maka penulis menggunakan teknik analisis
korelasional rank order/sparman rho dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
Asmarawati, Tina. 2015. Pidana dan Pemidanaan dalam Sistem Hukum di Indonesia (Hukum
Penitensier). Yogyakarta: Deepublish
Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Darmawan, Deni.
2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Fuad, Noor. 2009.
Intergrated HRD. Jakarta:
Grasindo G, Suyanto. 1981. Seluk Beluk Pemasyarakatan. Jakarta: BPHN Kamil, Mustofa. 2009.
Pendidikan Nonformal “Pengembangan Melalui Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di
Indonesia”. Bandung: Alfabeta Kasiram, Moh. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif. Malang: UIN Malang Pers
Lunandi, A.G. 1981. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Gramedia. Marzuki, Saleh. 2009.
Pendidikan NonFormal Dimensi Dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan Dan Andragogi.
Malang: FIP Universitas Negeri Malang.
Padmowihardjo, Soedijanto. 2006. Materi Pokok Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Universitas
Terbuka Raharjo, Trijoko. 2005. Model Pengembangan Tenaga Kependidikan Tutor Kesetaraan
Kejar Paket A, B, C. Semarang: Unnes Press Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi
Belajar-Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Siregar, Eveline. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Penerbit Gahlia Indonesia.
Soedomo. 1989. Pendidikan Luar Sekolah Ke Arah Pengembangan Sistem Belajar Masyarakat.
Jakarta:Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Sihombing, Umberto. 2000. Pendidikan Luar Sekolah, Masalah, Tantangan dan Peluang. Jakarta:
Wirakara.
31