Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mirza Shofarisqi Taqwa Putra

NIM : J0313202191

Remedial Ujian Kompetensi Kualitas Udara

Evaluasi :
Berdasarkan gambar tersebut, Boiler yang digunakan adalah Takuma type N. 1000 R. Boiler ini
merupakan boiler jenis pipa air dan menggunakan cangkang dan serabut sebagai bahan bakar. Boiler
takuma type N dengan bahan bakar cangkang dan serat kelapa sawit di produksi oleh PT Super Andalas
Steel dibawah lisensi dari Takuma Co, LTD – Japan Boiler dengan merek tersebut menggunakan bahan
bakar berupa limbah sawit dalam bentuk cangkang (shell) dan serat (fibre) yang digunakan untuk
industri sawit. Keunggulan lain Takuma Boiler, dari segi limbah dan gas buang yang terjadi saat
pembakaran terutama pada pembangkit listrik (power plant) sangat kecil. Oleh karena itu, boiler takuma
bersifat ramah lingkungan karena menggunakan bahan bakar yang sifatnya terbarukan (Ginanjar 2019).
Evaluasi pada stack (cerobong) bahwa stack (cerobong) yang merupakan outlet dari boiler mengeluarkan
beban pencemar ataupun emisi yang berada dibawah baku mutu hal ini disebabkan oleh keunggulan
boiler tersebut kemudian pada gambar diatas juga menunjukan adanya cyclone yang merupkan alat
pengendali partikulat berfungsi juga menurunkan beban pencemaran (emisi) Serta penampang stack
(cerobong) yang berbentuk lingkaran sudah sesuai dengan jenis boiler tersebut.

Lokasi Pantau :
Penentuan lokasi titik pantau harus memenuhi Standart Nasional Indonesia yaitu SNI 19-
7117.2.2005 mengenai Emisi gas buang – Sumber tidak bergerak Bagian 2 : penentuan lokasi titik-
titik lintas pengambilan contoh uji partikel, pemilihan lokasi titik pengambilan contoh uji emisi gas
buang sumber tidak bergerak dilakukan pada suatu tempat yang paling sedikit 8 (delapan) kali diameter
dari aliran bawah (hulu) yang diukur dari belokan, ekspansi atau pengecilan aliran dalam cerobong dan 2
(dua) kali diameter dari aliran atas ( hilir). Jika perlu lokasi alternatif dapat dipilih pada posisi paling tidak
2 (dua) kali diameter dari aliran bawah dan 0,5 kali diameter dari aliran atas atau pada posisi dimana
kecepatan aliran gas adalah homogen. Lokasi alternatif dapat dipakai dengan syarat memperbanyak titik
intas pada saat pengambilan contoh uji debu. Hal ini juga dituangkan dalam Kep. Kepala Bapedal no 205
tahun 1996.
Cerobong (stack) pada gambar diatas menunjukan penampang berbentuk lingkaran.namun
dikarenakan tidak terdapat penyempitan luas penampang maka untuk cerobong berpenampang lingkaran
tersebut dapat ditentukan dengan melakukan perhitungan diameter cerobong (D) sebagai berikut :
Dik : D = 26ft
Dit : Lokasi Pantau
Jawab : Lokasi Pantau + 2D dari aliran atas ( hilir) atau 8D dari dari aliran bawah (hulu)
2D = 2 x 26 ft = 52 ft
8D = 8 x 26 ft = 208 ft
Jadi, lokasi titik pantau terletak diantara 52 Ft aliran atas ( hilir) atau 208 ft aliran bawah (hulu)
yang diukur dari belokan. Berikut adalah gambar yang menunjukan posisi titik pantau.

Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan lokasi titik pantau stack (cerobong)memiliki
kesuaian dengan gambar diatas hal ini perhitungan mengenai penempatan lubang pengambilan sampel
sudah sesuai dengan standar SNI.
Paraneter :
Parameter yang digunakan pada pengambilan sampel emisi sumber tidak bergerak didasari
peraturan Permen LH ttg baku mutu emisi spesifik berikut :
1. 21/2008 ttg BME STB bagi Usaha dan/atau Keg. pembangkit Termal
2. BME 13/2009 ttg BME STB bagi usaha dan/atau Keg. Minyak dan Gas Bumi
3. BME Kegiatan Tambang (termasuk genset)
4. Kepmen 12/2012 ttg Pedoman Penghitungan Beban Emisi Keg.Industri Minyak dan Gas Bumi
5. Permen LH No 07/2012 bagi usaha dan/atau kegiatan Industri Rayon
6. Permen LH No 07/2007 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap
Adapun parameter yang diuji pada gambar berdasarkan Permen LH No 07/2007 Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap Lampiran I karena memuat parameter yang sesuai
dengan boiler yang digunakan yaitu bagi ketel uap yang menggunakan bahan bakar biomassa berupa
serabut dan/atau cangkang terdiri dari :
1. Partikulat
2. Sulfur dioksida (SO2)
3. Nitrogen Oksida (NO2)
4. Hidrogen Klorida (HCL)
5. Gas Klorin (Cl2)
6. Ammonia (NH3)
7. Hidrogen Florida (HF)
8. Opasitas
Pengelolaan :
Pengelolan emisi dari stack (cerobong) yang berasal dari emisi boiler dapat dilakukan pada
lokasi titik pantau yang sesuai pada gambar diatas, pengelolaan tersebut dilakukan dengan
mengidentifikasi cerobong yang terdiri dari :
1. Bahan bakar yang dipergunakan
2. Waktu operasi
3. Dimensi cerobong (Diameter, Panjang, Lebar),
4. Posisi De/D
5. Posisi lubang sampling dan sarana teknis.
6. Dipantau atau tidak
Pengelolaan cerobong (stack) juga dapat menggunakan CEMS (Continuous Emision Monitoring
System) menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995. Terdapat 4 macam
industri yang harus memantau dengan menggunakan CEMS (Continuous Emission Monitoring System)
ialah: Industri Besi dan Baja, Industri Pulp dan Kertas, Pembangkit Listrik (PLTU) Berbahan Bakar
Batubara, dan Industri Semen sehingga industri sawit tidak diwajibkan menggunakan cems melainkan
hanya diwajibkan melakukan pengkuran manual, pengukuran manual emisi tidak bergerak dapat
dilakukan secara berkala (rutin) oleh perusahaan jasa / instansi yang telah terakreditasi KAN.

Daftar Pustaka :
Ginanjar, T. 2019. Analisa kebutuhan bahan bakar boiler dengan melakukan uji kalori pada pabrik kelapa
sawit PT. Sentosa Prima Agro. JTRAIN: Jurnal Teknologi Rekayasa Teknik Mesin.  1(1).

Anda mungkin juga menyukai