Anda di halaman 1dari 6

1.

proses tumbuh kembang postnatal rahang (Maksila mandibula)


Pertumbuh-kembangan kompleks kraniomandibula terdiri dari multiple remodelling
dan displacement movements dari regio kranial dan mandibula.

Remodeling kompleks maksila-mandibula

 Maksila berkembang dan memanjang pada regio posterior dari tuberositas maksila,
fossa cranii anterior, dan palatum
 Mandibula juga berkembang dan memanjang. Mandibula mengalami remodeling pada
bagian anterior dan posterior dari ramus
 Pada keadaan normal posisi maksila akan selalu berada lebih ke anterior dibandingkan
mandibula. Seiring dengan pertumbuhan arah anterior dari maksila, bagian posterior
dari ramus mengalami remodeling. Bagian anterior ramus mengalami resorbsi dan
bagian posterior mengalami deposisi, secara beriringan terjadi relaksasi yang
menyebabkan pemanjangan dari corpus mandibula. Hal ini menyebabkan posisi
mandibula dan maksila berada pada posisi kelas 1.
 Remodeling ke atas dan ke belakang dari ramus menyebabkan bertambahnya dimensi
vertical yang mendukung pembesaran horizontal mandibula serta diikuti oleh
penurunan lengkung mandibula dan oklusal (Prekumar, 2011)
 Seluruh struktur anterior dari fossa cranii media tumbuh kearah deoan. Forehead, fossa
cranii anterior, zygomaticus, palatum dan lengkung maksila mengalami pergeseran
protrusi pada arah anterior (prekumar, 2011)

Tumbuh kembang Mandibula


Rasio badan terhadap ramus mandibula lebih besar saat lahir dibandingkan pada orang
dewasa, menunjukan peningkatan proporsional dengan waktu dalam perkembangan ramus.

Saat lahir, tidak ada dagu yang jelas dan kedua bagian mandibula dipisahkan oleh
simfisis mandibula. Osifikasi simfisis selesai selama tahun kedua, dua bagian mandibula
Bersatu untuk membentuk satu tulang.
Dagu menjadi paling menonjol setelah pubertas (terutama pada laki-laki). Ada beberapa
bukti bahwa sudut mandibula menurun sejak lahir hingga dewasa.
Pertumbuhan mandibula terjadi dengan remodeling tulang. Secara umum, peningkatan
tinggi tubuh terutama terjadi melalui pembentukan tulang alveolar, meskipun beberapa tulang
juga terdeposisi sepanjang batas bawah mandibula.

Peningkatan Panjang mandibula dilakukan dengan pengendapan tulang pada


permukaan posterior ramus dengan resorpsi kompensasi pada permukaan anteriornya, disertai
dengan pengendapan tulang. Permukaan posterior prosessus koronoideus dan resorpsi pada
permukaan.
Peningkatan lebar mandibula dihasilkan oleh deposisi tulang pada permukaan luar
mandibula dan resorpsi pada permukaan dalam.
Tumbuh kembang Maksila
Pertumbuhan maksila terjadi melalui remodeling tulang (deposisi tulang dengan
resorpsi terkait) dan dengan pertumbuhan sutural.
Di antara agen yang memberikan kekuatan yang memisahkan maksila dari tulang yang
berdekatan (sehingga memungkinkan pertumbuhan pada sutura) adalah pertumbuhan bola
mata, septum hidung tulang rawan dan bantalan lemak orbita. Dengan demikian pertumbuhan
maksila bukanlah fenomena yang terisolasi tetapi terjadi dalam hubungannya dengan
perkembangan rongga orbita, hidung dan mulut.
Pertumbuhan septum hidung menarik rahang atas ke depan melalui ligamentum septo-
premaxillary yang berjalan dari batas anterior septum hidung posteroinferior menuju tulang
hidung anterior dan jahitan interpremaxillar.

Seperti pada rahang bawah, pertumbuhan tinggi maksila berhubungan dengan


perkembangan prosesus alveolar. Peningkatan ketinggian rongga hidung berhubungan dengan
resorpsi tulang pada permukaan atas prosesus palatina maksila dan pengendapan tulang pada
permukaan bawah.
Pertumbuhan transversal maksila terjadi pada sutura palatina median, tetapi pemisahan
antara sutura lebih besar diposterior daripada di anterior.
Setelah lahir, sinus maksilaris membesar dengan tumbuhnya maksila, meskipun baru
berkembang sempurna setelah erupsi gigi permanen.

Pertumbuhan ke depan seluruh wajah (termasuk maksila) bergantung pada


pertumbuhan sinkondrosis sfeno-oksipital.

Remodeling kompleks nasomaksila


Remodeling dari kompleks nasomaksila berkembang dalam arah anterior dan inferior
serta memanjang di posteriornya.
Pada pertumbuhan remodeling dan displacement berada pada regio posterior dan
anterior dari maksila, sebagai respon pergerakan rotasi sebagai manifestasi dari pertumbuhan
fossa cranii anterior kea rah depan dan bawah. Sebagai kompensasi, kompleks nasomaksila
mengalami remodeling secara rotasional untuk mempertahankan posisi relatifnya terhadap
vertical axis dan orbital axis dari kepala.
Os nasal tumbuh ke depan mengikuti perluasan anterior dari dasar cranii anterior
sebagai kompensasi pembesaran otak pada sutura yang berhubungan dengan os frontal,
parietak, occipital dan temporal. Bagian atas dari wajah, regio nasalis ethmomaksilaris,
melanjutkan pertumbuh-kembangan hidung dan wajah.

Pemanjangan dimensi vertical dari kompleks nasomaksila terjadi melalui resorbsi


internal di superior sisi nasal pada palatum dan deposisi pada inferior sisi oral. Hal ini
menyebabkan palatum bergerak ke bawah dan terjadi pembesaran regio nasal sehingga
mendukung perkembangan paru-paru. Pembesaran regio nasal menyebabkan perubahan
kompensasi dan orientasi dari lengkung geligi rahang atas kea rah inferior (Prekumar, 2011).
Remodeling kompleks maksila
Bagian anterior rahang atas terdiri dari tulang periosteal yang resorptive. Area ini
tumbuh lurus ke bawah. Pola pertumbuhan ini memfasilitasi remodeling untuk tulang alveolar
saat beradaptasi dengan perubahan posisi gigi insisif. Garis tengah maksila mengalami deposisi
pada sutura mediana karena kekuatan pertumbuhan fisik jaringan lunak. Hal ini menyebabkan
struktur geligi mengalami perpindahan pasif ke bawah dari seluruh rahang atas.

Rotasi, tipping dan drift inferior pada geligi rahang atas dipengaruhi oleh kombinasi
antara remodeling tulang alveolar dan karakteristik permukaan resorptive tulang ekternal yang
bergerak kedepan selama pertumbuhan palatum. Seiring pertambahan usia, palatum mengalami
perubahan yang dinamis dari jaringan ikat, epithelia, pembuluh darah dan syaraf. Sehingga
perlu diperhatikan bahwa palatum pada orang yang sama itu berbeda disaat usia anak-anak,
remaja dan dewasa (profit et, al 2019)

2. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang rahang


a. factor genetic

control dasar pertumbuhan, baik dalam besaran maupun waktu, terletak pada gen.
potensi untuk tumbuh adalah genetic. Hasil sebenarnya dari pertumbuhan terganrung pada
interaksi antara potensi genetic dan pengaruh lingkungan. Studi terhadao anak kembar
menunjukkan bahwa ukuran tubuh, bentuk tubuh, deposisi lemak dan pola pertumbuhan
semuanya lebih di bawah kendali genetic daripada dibawah kendali lingkungan. Keturunan
mengontrol hasil akhir dan tingkat kemajuan menuju hasil akhir. Pergelangan tangan, gigi,
seksual dan usia biologis kembar identic lainnya serupa, sedangkan indicator kematangan
untuk kembar nonidentik mungkin sangat berbeda.
Factor genetic kemungkinan besar memainkan peran utama dalam perbedaan
pertumbuhan pria-wanita. Kemajuan yang mencolok dari anak perempuan atas anak laki-laki
dalam tingkat pematangan dikaitkan dengan aksi penundaan kromosom Y pada laki-laki.
Dengan menunda pertumbuhan, kromosom Y memungkinkan laki-laki untuk tumbuh dalam
jangka waktu yang lebih lama daripada perempuan, sehingga memungkinkan pertumbuhan
keseluruhan yang lebih besar.
b. control saraf

diperkirakan bahwa pusat pertumbuhan ada di wilayah hipotalamus, yang menjaga


anak-anak pada kurva pertumbuhan yang ditentukan secara genetic. Meskipun korelasi antara
ukuran lahir dan ukuran dewasa rendah, pada usia 2 tahun korelasinya menjadi cukup tinggi.
Intrepretasi dari fakta ini adalah bahwa selama 2 tahun pertama pertumbuhan pascanatal,
system control saraf telah menempatkan anak pada kurva genetic yang telah ditentukan
sebelumnya.

Saat lahir, ukuran tubuh terbatas untuk mengakomodasi proses kelahiran. Setelah lahir,
anak-anak yang ditakdirkan untuk menjadi besar ledakan aktivitas pertumbuhan yang menurun
selama 2 tahun pertama. Tidak semua anak mengalami ledakan pertumbuhan awal ini, sehingga
beberapa mekanisme jelas bekerja untuk membuat perubahan awal ini. Hipotalamus terletak di
atas kelenjar hipofisi, dan diperkirakan bahwa hipotalamus mengirimkan pesan ke kelenjar
hipofisi melalui system umpan balik yang rumit.

Ada juga bukti bahwa system saraf tepi berperan dalam pengendalian pertumbuhan.
Jika otot somatic mengalami denervasi, ia mengalami atrofi. Disarankan bahwa serabut saraf
perifer memberikan efek nutrisi atau trofik pada struktur yang dipersarafinya.
c. control hormon

mungkin semua kelenjar endokrin mempengaruhi pertumbuhan. Lobus anterior


kelenjar hipofisis menghasilkan protein yang disebut hormon pertumbuhan, atau somatotropin.
Hal ini dapat dideteksi pada akhir bulan kedua janin, segera setelah hipofisis terbentuk.
Diperkirakan bahwa hormon pertumbuhan, meskipun tidak penting untuk pertumbuhan janin,
sangat penting untuk pertumbuhan sejak lahir dan seterusnya. Hormon pertumbuhan
mempertahankan tingkat normal sintesis protein dan tampaknya menghambat sintesis lemak
dan oksidasi karbohidrat. Hal ini diperlukan untuk proliferasi sel-sel tulang rawan sehingga
memiliki efek yang besar pada pertumbuhan tulang dan akibatnya, pertumbuhan tinggi badan.
Fungsi pertumbuhannya menjadi tidak efektif Ketika epifisis menutup. Produksi hormon
pertumbuhan diduga dikendalikan oleh hipotalamus. Kelebihan hormon pertumbuhan
menghasilkan gigantisme hipofisis dan kekurangan hormon menghasilkan dwarfisme hipofisis.
Hormon pertumbuhan manusia digunakan dalam pengobatan dwarfisme hipofisis.

Ada inetraksi yang rumit antara hormon pertumbuhan dan insulin. Insulin penting
dalam sintesis protein dan hormon pertumbuhan tidak mampu menyebabkan pembentukan
asam ribonukleat dalam jumlah normal tanpa bantuan insulin. Bukti lain menunjukkan bahwa,
pada diabetes, kelebihan produksi hormon pertumbuhan dapat menekan produksi insulin.
Mungkin ada antagonisme antara produksi hormon pertumbuhan dan produksi kortison oleh
korteks kelenjar suprarenal. Hormon pertumbuhan diproduksi dalam sekresi berirama harian,
jumlah yang bervariasi berbanding terbalik dengan sekresi kortison. Puncak sekresi hormon
pertumbuhan harian adalah tahap awal tidur.

Sekresi paratiroid, parathormone dan kalsitonin, mengontrol jumlah kalsium dalam


darah dan pertukarannya dengan kalsium dalam tulang. Kedua hormon tersebut saling
bermusuhan. Mereka mempengaruhi pertumbuhan tulang. Urutan waktu pematangan tidak
diragukan lagi di bawah kendali hormonal. Pertumbuhan tulang dan gigi sejka lahir hingga
lonjakan remaja berada dibawah kendali tiroid. Pada masa remaja, tulang jatuh dibawah
pengaruh hormon gonad yang meningkat.

d. kebiasaan buruk

 Menghisap Ibu jari


Menghisap ibu jari merupakan kebiasaan buruk yang paling banyak terjadi di masyarakat,
biasanya hal ini terjadi saat anak usia 1-3 tahun dan mulai berkurang seiring bertambah
besarnya anak tersebut dan lama kelamaan hilang pada usia 4 tahun. Menghisap ibu jari dibagi
menjadi 2 tipe :
1. aktif, yaitu anak-anak tersebut secara sadar menghisap ibu jarinya, apabila dibiarkan
berkepanjangan, keadaan ini akan menyebabkan pergeseran posisi gigi dan mempengaruhi
pertumbuhan rahang atas dan rahang bawah

2. pasif, anak-anak hanya menempatkan jarinya didalam mulut tanpa menghisap


Pengaruh dari menghisap ibu jari dapat menyebabkan anterior open bite, posisi gigi atas lebih
maju, posisi gigi bawah mundur, langit-langit dalam, kesulitan masalah berbicara, gangguan
pada ibu jari dll. Pada kondisi ini anak tidak boleh dimarahi, dipermalukan atau dihukum
karena hal ini akan menungkatkan intensitas dan frekuensinya, anak-anak harus didistraksi agar
dapat mengurangi kebiasaan ini dan lama kelamaan menghilangkan kebiasaan.
Secara garis besar penangan untuk keadaan ini dengan menjelaskan dan bertanya mengenai
penyebab anak tersebut melakukan, memberikan kepercayaan diri, pemberian hadiah,
mengingatkan.

 Mendorong lidah
Posisi lidah yang mendorong gigi depan atau dimajukan sehingga lidah sering keluar terlihat
pada kondisi mulut tidak tertutup merupakan kebiasaan buruk yang dianggap bukan masalah.
Pengaruh kepada rongga mulut berupa posisi gigi depan yang terbuka, gigi depan terlihat maju,
terdapat jarak antara gigi yang seharusnya rapat dan ketidaknyamanan secara umum pada tubuh
karena tidak optimalnya pasokan oksigen tubuh.

 Bernafas lewat mulut


Kebiasaan ini dipicu oleh adanya gangguan pada jalan nafas/hidung yang berupa sumbatan
misalnya : adanya polip hidung dan pembesaran tonsil dibelakang hidung. Pengaruh terhadap
rongga mulut adalah perubahan posisi gigi yang tidak sesuai, adanya kondisi peradangan gusi,
karena keadaan rongga mulut kering karena aliran udara yang tinggi, sehingga saliva yang
seharusnya melubrikasi dan melindungi permukaan gusi dan mukosa berkurang, dan
ketidaknyamanan secara umu pada tubuh karena tidak optimalnya pasokan oksigen tubuh.

 Minum susu dalam botol dot


Kebiasaan minum susu memakai botol dan dibawa tidur sering dilakukan oleh anak usia sangat
muda 1-3 tahun yang dapat menyebabkan karies dini yang dinamakan Nursing bottle
syndrome. Aliran saliva pada saat tidur berkurang sehingga susu menumpuk dan menggenangi
gigi. Menyebabkan gigi yang berkontak dengan susu atau susu menempel rusak. Penggunaan
dot yang berlebihan juga dapat mengubah posisi gigi dan menyebabkan ketidakselarasan dari
gigi atas dan bawah. Penanganannya adalah menghilangkan kebiasaan ini dengan mengganti
cara minum susu ke gelas dan tidak dibiasakan minum susu hingga tertidur.

 Mengigit kuku
Mengigit kuku banyak ditemukan pada anak anak kadang terbawa hingga dewasa, hal ini
dapat ditimbulkan karena keadaan emosional atau adanya tekanan/stress, sehingga timbul
keinginan untuk mengigit gigi.
Pengaruh dari kebiasaan ini menyebabkan kerusakan pada gigi depan yang digunakan untuk
mengigit, dapat mempengaruhi sendi pengunyahan, kerusakan pada daerah akar gigi tersebut.
Pendekatan penanganan ini sama seperti kasus menghisap ibu jari.

 Mengigit bibir
Mengigit bibir banyak ditemukan pada anak anak kadang terbawa hingga dewasa, hal ini dapat
ditimbulkan karen keadaan emosional atau adanya tekanan/stress, sehingga timbul keinginan
untuk mengigit bibir.
Pengaruh dari kebiasaaan ini menyebabkan kerusakan pada daerah bibir, sehingga kondisi bibir
tidak terlihat sehat, selalu terdapat luka yang tidak kunjung sembuh, adanya cekungan pada
bibir yang digigit.
e. Unsur gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan

asupan makanan bergizi yang cukup sangat penting untuk pertumbuhan normal.
Malnutrisi melibatkan kekurangan kalori dan elemen makanan yang dibutuhkan. Tikus yang
diberikan diet rendah kalori, jika tidak memuaskan, berhenti tumbuh. Ketika kalori yang cukup
ditambahkan ke makanan, meteka mulai tumbuh lagi. Jenis penyesuaian tubuh terhadap
berbagai kecukupan makanan jug terjadi pada manusia. Kekurangan gizi cenderung
menonjolkan pertumbuhan diferensial normal dari jaringan tubuh. Pertumbuhan gigi lebih
diutamakan daripada pertumbuhan tulang dan tulang tumbuh lebih baik daripada jaringan lunak
seperti otot dan lemak. Kelaparan mengubah kompisis tubuh. Dalan keadaan kelaparan, protein
dalam tubuh tidak terakumulasi tetapi menjadi dikonsumsi sehingga massa sel tubuh
berkurang. Lemak dikonsumsi dan habis. Cairan tubuh ekstraseluler meningkat. penuruanan
berat badan dengan demikian ditutupi oleh edema kelaparan.
Diet yang cukup mencakup pasokan protein yang cukup. Sembilan asam amino sangat
penting untuk pertumbuhan. Tidak adanya salah satu hasil dalam pertumbuhan tidak teratur.
Kalsium, fosfor, magnesium,mangan dan fluoride sangat penting untuk pertumbuhan tulang
dan gigi yang tepat. Zat besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin. Vitamin juga penting
untuk pertumbuhan normal.
Vitamin A mengontrol aktivitas osteoblast dan osteoklas. Cacat dalam pertumbuhan
tulang terjadi dengan kekurangan vitamin A. vitamin B2 memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap pertumbuhan. Vitamin C diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan jaringan ikat yang
tepat. Vitamin D diperlukan untuk pertumbuhan tulang yang normal. Oksigen juga merupakan
komponen penting dari pertumbuhan normal. Anak-anal yang lahir dengan kelainan jantung
bawaan dapat menunjukka pengerdilan dan keterbelakangan pertumbuhan yang sering kali
dapat diatasi dengan perbaikan bedah.

Anda mungkin juga menyukai