Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN HASIL PENINJAUAN K3

STARTEGI PEMBANGUNAN MENARA PUSAT KULINER DAN

CENDRAMATA KOTA PALOPO (TAHUN JAMAK)

OLEH:

KELOMPOK 6

➢ NURUL ZAM : 21.023.22.201.204

➢ ANDI UTIN CENDRASARI A.S. KADDIRADJA : 21.023.22.201.207

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ANDI DJEMMA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmatnya sehingga laporan hasil peninjauan K3 & UU Perburuan ini

dapat diselesaikan guna memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian mata

kuliah K3 & Perburuan di Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Andi Djemma.

Laporan ini di susun berdasarkan hasil peninjauan di lapangan proyek

Strategi Pembangunan Menara Pusat Kuliner dan Cendramata Kota Palopo

selama kurang lebih 2 minggu berada di lokasi proyek.

Kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak

kekurangan, karena itu kami sangat berharap agar pembaca laporan ini memberi

saran dan kritik yang membangun guna perbaikan penulisan.

Kami berharap dengan selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi kami

dan pembaca. Akhir kata kami selaku penyusun mengucapkan terimakasih.

Palopo, 11 Juli 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan ........................................................................................... 3
1.4 Sasaran ......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN LITERATUR ........................................................................ 4
2.1 Teori Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........................ 4
2.2 Undang-undang Tentang K3 ......................................................... 7
2.3 Peraturan dan Regulasi K3 ........................................................... 8
2.4 Standar K3 Pada Proyek Kontruksi ............................................... 9
BAB III GAMBARAN UMUM ............................................................................ 11
3.1 Gambaran Umum Proyek ............................................................ 11
3.2 Nama Proyek .............................................................................. 11
3.3 Anggaran .................................................................................... 12
3.4 Pelaksana ................................................................................... 12
3.5 Pengawas ................................................................................... 12
3.6 Item Pekerjaan ............................................................................ 12
3.7 Lokasi.......................................................................................... 14
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 15
4.1 Item yang Dikerjakan Apa Potensi Bahaya .................................. 15
4.2 Prosedur Pekerja......................................................................... 15
4.3 Memenuhi Standar atau Tidak..................................................... 15
4.4 Rekomendasi .............................................................................. 16
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18
LAMPIRAN ........................................................................................................ 19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah umumnya yang bersifat

infrastruktur atau prasarana, yaitu bangunan fisik atau lembaga yang mempunyai

kegiatan produksi, logistik dan pemasaran barang dan jasa serta kegiatan-kegiatan

lain di bidang ekonomi, sosial, budaya, politik dan pertahanan keamanan.

Menurut (Suryono 2010) pembangunan merupakan “usaha atau rangkaian

usaha pertumbuhan dan perubahan yang merencana yang dilakukan secara sadar

oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka

pembinaan bangsa.” Dengan demikian, ide pokok pembangunan menurut Siagian

mengandung makna : “(a) bahwa pembangunan merupakan suatu proses yang

tanpa akhir; (b) pembangunan merupakan suatu usaha yang secara sadar

dilaksanakan secara terus menerus; (c) pembangunan dilakukan secara berencana

dan perencanaannya berorientasi pada pertumbuhan dan perubahan; (d)

pembangunan mengarah kepada modernitas; (e) modernitas yang dicapai melalui

pembangunan bersifat multi dimensional; proses dan kegiatan pembangunan

ditujukan kepada usaha membina bangsa dalam rangka pencapaian tujuan bangsa

dan negara yang telah ditentukan.

Kota merupakan suatu ruang seiring dengan perkembangan waktu dan

kebutuhan kehidupan manusia, yang didalamnya terdapat berbagai peristiwa

hukum. Perkembangan pesat yang terjadi didalam sebuah Kota pada

kenyataannya tidak selalu diikuti pengembangan-pengembangan serta perubahan

1
yang mendukung dalam kawasan tersebut sehingga terjadilah

ketimpanganketimpangan baik secara sosial, ekonomi, budaya, politik dan

pendidikan. Pemahaman terhadap Kota sebagai tempat kegiatan berbagai

kepentingan, harus diwujudkan dengan mengoptimalisasi kebijakan yang dapat

menghindarkan konflik antara pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan, antara

pembangunan fisik dengan pelestarian lingkungan, serta antara kebijakan pusat

dengan harapan dan kepentingan daerah dan masyarakat. Kedepan harus

dipikirkan bagaimana menyiapkan rencana Kota yang dapat diterima oleh

masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan (Sutedi. 2015:209).

Menurut (Wardana 2017) Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

negara yang kaya akan keindahan alam, flora dan fauna serta beraneka ragam

budaya, semua dapat memberikan devisa yang cukup besar bagi dunia pariwisata.

Secara umum pariwisata dipandang sebagai sektor yang dapat mendorong dan

meningkatkan pembangunan, membuka lapangan usaha baru, memukan lapangan

kerja usaha baru, memukan lapangan kerja dan dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat serta pendapatan asli daerah, apabila dapat dikelola dan

dikembangkan secara maksimal. Memasuki era gloalisasi peranan industri

pariwisata harus didukung dengan sumber dayayang berkualitas dan profesional

agar terwujud pariwisata yang erkelanjutan di indonesia.

Pembangunan menara pusat kuliner dan cenderamata di lokasi eks Luwu

Plaza Palopo, ditargetkan rampung tepat waktu. Sesuai schedule, proyek multi

years Dinas PUPR senilai Rp91.552.793.000 ini, akan selesai dikerja di 2023.

Item pertama yang sudah kita rampungkan, adalah pengeboran pondasi bored pile.

2
Nah, sekarang sudah memasuki item pekerjaan struktur pile cap yang menopang

kekuatan tiang pancang sehingga bangunan nantinya dapat lebih kokoh berdiri.

Sesudah pekerjaan pile cap, item berikutnya adalah pembangunan struktur tie

beam. Setelah itu, dilanjutkan pembangunan gedung menara pusat kuliner dan

cenderamata yang memiliki tinggi 4 lantai. Gedung ini nantinya dilengkapi tangga

eskalator, serta fasilitas pendukung seperti lapangan parkir yang cukup luas,

taman yang dilengkapi air mancur, dll. "Kita sangat optimistis, menara pusat

kuliner dan cenderamata ini selesai tepat waktu serta menjadi ikon baru--,

kebanggaan masyarakat Kota Idaman karena kualitasnya yang bagus.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yaitu

“Bagaimana Proses Startegi Pembangunan Menara Pusat Kuliner Dan

Cendramata Kota Palopo ?”

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari laporan ini adalah “Untuk Mengetahui Bagaimana

Proses Startegi Pembangunan Menara Pusat Kuliner Dan Cendramata Kota

Palopo.”

1.4 Sasaran

Sasaran pada laporan ini hanya terwujudnya suatu pembangunan Pada

Menara Pusat Kuliner Dan Cendramata Kota Palopo pada tahun 2023 mendatang.

3
BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Teori Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Widodo (2015, p.234), Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan

manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Menurut Rivai

dan Sagala (2013, p.792), Keselamatan dan Kesehatan Kerja menunjuk kepada

kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan

oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan

kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah

institusi atau organisasi. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang baik perlu

dilakukan dalam upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan

saat melakukan pekerjaan. Tantangan dan potensi bahaya yang dihadapi suatu

organisasi memiliki jumlah yang terus bertambah dan beragam termasuk

bahaya akibat buatan manusia sendiri (man-made hazard). (Ramli, 2010).

Mangkunegara (2002, p.163) menjelaskan bahwa keselamatan dan

kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan

jasmani dan rohani tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya.

Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya adalah

memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial,

dan psikologis bagi tenaga kerja.

4
2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Rachmawati (2012, p.171), tujuan manajemen K3 adalah:

a) Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang

setinggitingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-

pekerja bebas.

b) Sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dan

kecelakaankecelakaan akibat kerja, pemeliharaan, dan peningkatan

kesehatan, dan gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efisiensi dan

daya produktivitas tenaga manusia, pemberantasan kelelahan kerja, pelipat

ganda kegairahan serta kenikmatan kerja.

Menurut Rivai dan Sagala (2013, p.793), tujuan Keselamatan Kerja

adalah:

a) Manfaat Lingkungan Kerja yang Aman dan Sehat Jika perusahaan dapat

menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan kerja, penyakit, dan hal-hal

yang berkaitan dengan stress, serta mampu mengingkatkan kualitas

kehidupan kerja para pekerjanya, perusahaan akan semakin efektif.

b) Kerugian Lingkungan Kerja yang Tidak Aman dan Tidak Sehat Jumlah

biaya yang besar seing muncul karena ada kerugian-kerugian akibat

kematian dan kecelakaan di tempat kerja dan kerugian menderita penyakit-

penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan.

5
3. Indikator Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Dalam hal ini Keselamatan dan Kesehatan Kerja akan diukur dengan

indikator yang diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Hedianto, Mukzam

dan Iqbal (2014) yaitu sebagai berikut:

a) Penempatan benda atau barang sehingga tidak membahayakan atau

mencelakakan orang-orang yang berada di tempat kerja atau sekitarnya.

b) Perlindungan pada pegawai atau pekerja yag melayani alat-alat kerja yang

dapat menyebabkan kecelakaan, dengan cara memberikan alatalat

perlindungan yang sesuai dan baik.

c) Penyediaan perlengkapan yang mampu digunakan sebagai alat pencegah,

pertolongan dan perlindungan.

d) Penyediaan program sosialisasi pencegahan kecelakaan yang diberikan oleh

perusahaan terhadap pegewai atau pekerja.

e) Lingkungan secara medis. Dalam hal ini lingkungan kerja secara medis

dapat dilihat dari sikap perusahaan dalam menangani hal-hal sebagai berikut

a) Kebersihan lingkungan kerja. b) Suhu udara dan ventilasi di tempat kerja.

c) Sistem pembuangan sampah dan limbah industri.

f) Lingkungan kesehatan tenaga kerja yaitu upaya-upaya dari perusahan untuk

meningkatkan kesehatan dari tenaga kerjanya hal ini dapat dilihat dari

penyediaan air bersih dan sarana kamar mandi.

g) Pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yaitu pelayanan kesehatan tenaga

kerja.

6
2.2 Undang-Undang Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Bab III pasal 3 tentang

keselamatan kerja disebutkan syarat-syarat keselamatan kerja sebagai berikut:

➢ Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

➢ Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

➢ Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

➢ Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diripada waktu kebakaran

atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

➢ Memberi pertolongan pada kecelakaan.

➢ Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

➢ Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembapan, debu, kotoran asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar

atau radiasi, suara dan getaran

➢ Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik

maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.

➢ Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

➢ Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.

➢ Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

➢ Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.

➢ Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan

proses kerjanya.

7
➢ Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman

atau barang.

➢ Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

➢ Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan

penyimpanan barang.

➢ Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya. Menyesuaikan dan

menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya

menjadi bertambah tinggi

2.3 Peraturan dan regulasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Landasan hukum penerapan K3 Layaknya sebuah program, maka program

kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan harus memiliki landasan hukum

yang kuat. Ada banyak dasar hukum yang sering menjadi acuan mengenai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain:

a) Undang-undang dasar 1945 pasal 27 ayat 2 “setiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan”. Pengertiannya adalah bahwa yang dimaksud

dengan perkerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi dan

memungkinkan tenaga kerja tetap sehat dan selamat sehingga dapat hidup

dengan layak sesuai martabat manusia.

b) Undang-undang (uu) no. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja undang-

undang ini memuat antara lain ruang lingkup pelaksanaan keselamatan kerja,

syarat keselamatan kerja, pengawasan, pembinaan tentang kecelakaan,

kewajiban dan hak tenaga kerja, kewajiban memasuki tempat kerja, kewajiban

pengurus dan ketentuan penutup (ancaman pidana) dan lain-lain.

8
c) Uu no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan khususnya alinea 5 tentang

keselamatan dan kesehatan kerja, pasal 86 dan pasal 87. Pasal 86 ayat 1: setiap

pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

keselamatan dan kesehatan kerja. Pasal 86 ayat 2: untuk melindungi

keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal

diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Pasal 87: setiap

perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Peraturan

menteri tenaga kerja ri no. Per05/MEN/1996 tentang sistem manajemen

kesehatan dan keselamatan kerja. Permenakertrans ini adalah landasan

pedoman penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja

(SMK3), mirip OHSAS 18001 di Amerika atau BS 8800 di Inggris.

d) Peraturan pemerintah (pp) no. 50 tahun 2012 tentang sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja.

2.4 Standar K3 Pada Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi dapat diartikan sebagai proyek yang melibatkan banyak

pihak dan terjadi banyak proses yang kompleks sehingga setiap proyek unik

adanya (Santoso, 2004). Sedangkan pengertian proyek konstruksi menurut

Ervianto (2005) adalah satu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan

dan umumnya berjangka pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, ada suatu

proses yang mengelola sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang

berupa bangunan.

9
Pada umumnya, proyek konstruksi dapat diartikan sebagai proses

pelaksanaan pembangunan fisik, yang dilaksanakan oleh kontraktor. Padahal

proyek konstruksi sebenarnya sudah dimulai sejak timbulnya gagasan/ide dari

pemilik proyek untuk membangun, yang kemudian proses selanjutnya akan

melibatkan dan dipengaruhi oleh berbagai unsur seperti konsultan, kontraktor,

termasuk pemiliknya sendiri.

1. Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan (knowledges),

keterampilan (skills), alat (tools) dan teknik (techniques) dalam aktivitas

proyek untuk memenuhi kebutuhan proyek (PMBOK, 2004). Menurut

Wulfram I. Ervianto (2004), Manajemen Proyek adalah semua perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan)

sampai selesainya proyek untuk menjamin bahwa proyek dilaksanakan tepat

waktu, tepat biaya, dan tepat mutu. Sumber daya dalam proyek konstruksi

dapat dikelompokkan menjadi manpower, material, machines, money,

method.

Dengan kata lain, dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen proyek

adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis

yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran

dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam

hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan kerja (Husen, 2011).

10
BAB III

GAMARAN UMUM

3.1 Gambaran Umum Proyek

Palopo mulai membangun pusat kuliner dan cendramata di lahan eks Luwu

Plaza, Jalan Andi Makkulau, kawasan pasar lama Palopo. PT Khanza selaku

rekanan yang melaksanakan pembangunan proyek pusat kuliner dan cendramata

mulai membersihkan lokasi yang akan dibanguni pusat kuliner dan cendramata

Palopo.

Pusat kuliner dan cendramata Palopo tersebut, salah satu impian Walikota

HM Judas Amir. Awal perencanaannya, Judas Amir menginginkan di lahan eks

Luwu Plaza dibangun menara payung setinggi 99 meter. Menara payung tersebut

ditargetkan jadi ikon kota Palopo. Namun dalam perkembangannya, Pemerintah

Kota Palopo membangun pusat kuliner dan cendramata, yang tetap memiliki

menara. Cuma tinggi menara dikurangi jadi 33 meter, dan direncanakan dibangun

di tengah pusat kuliner dan cendramata Palopo.

Pembangunan pusat kuliner dan cendramata Palopo, termasuk menara

ditaksir akan menghabiskan anggaran sekitar Rp 91 miliar, dengan jangka waktu 3

kali penganggaran, tiga tahun multiyears melalui APBD Kota Palopo mulai tahun

2021 hingga 2023 mendatang.

3.2 Nama proyek

Adapun nama proyek ini yaitu pembangunan menara pusat kuliner dan

cendramata kota palopo (tahun jamak).

11
3.3 Anggaran

Adapun anggaran penataan bangunan gedung menara pusat kuliner dan

cedramata kota palopo sebesar Rp. 91.552.793.000.

3.4 Pelaksana

Pelaksana dari penataan bangunan gedung menara pusat kuliner dan

cedramata kota palopo yaitu PT. KANZA SEJAHTERA.

3.5 Pengawas

Pengawas dari penataan bangunan gedung menara pusat kuliner dan

cedramata kota palopo yaitu PT. PRIMATAMA PRIMA KONSULTAMA.

3.6 Item Pekerjaan

1. Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan adalah pekerjaan awal sebelum pelaksanaan

pekerjaan pokok suatu proyek konstruksi dikerjakan dn harus direncanakan.

Perencanaannya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh suatu hasil

perencanaan yang efisien, namun bisa mencakup segala pekerjaan yang

diperlukan untuk pelaksanaan proyek tersebut. Ada beberapa item dalam

pekerjaan persiapan, antara lain:

a) Perencanaan Site Plan,

b) Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya,

c) Pembuatan Shop Drawing,

d) Pengadaaan Material untuk Pekerjaan Persiapan,

e) Mobilisasi Peralatan, dan

f) Perencanaan Pelaksanaan di Lapangan.

12
2. Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Gedung

Secara garis besar pelaksanaan pekerjaan bangunan gedung dibagi atas

a) Pelaksanaan Pekerjaan Arsitektural,

b) Pelaksanaan Pekerjaan Struktur,

c) Pelaksanaan Pekerjaan Mekanikal Elektrikal, dan

d) Plumbing.

Semua tahapan pekerjaan gedung mempunyai metode pelaksanaan yang

disesuaikan dengan desain dari konsultan perencana. Perencanaan metode

pelaksanaan suatu item pekerjaan akan mengikuti jadwal waktu yang

disediakan untuk item pekerjaan tersebut. Dari perencanaan metode ini akan

diperoleh data kebutuhan alat yang diperlukan, jenis dan volume bahan yang

akan dibutuhkan, teknis dan urutan pelaksanaan pekerjaan serta pola

pengendalian mutu yang harus diterapkan. Contoh-contoh metode pelaksanaan

untuk proyek bangunan gedung, mulai dari pekerjaan Fondasi hingga pekerjaan

finishing (arsitektur)-nya serta untuk pekerjaan sipil lainnya dalam bentuk

ilustrasi gambar-gambar yang dilengkapi dengan keterangan.

3. Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Pondasi

Pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban

bangunan ke tanah atau batuan yang ada dibawahnya.Terdapat dua klasifikasi

pondasi, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal

didefinisikan sebagai pondasi yang mendukung bebannya secara langsung,

seperti: pondasi telapak, pondasi memanjang dan pondasi rakit. Pondasi dapat

13
didefinisikan sebagai pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras

atau batuan yangterletak relatif jauh dari permukaan, contohnya pondasi

sumuran dan pondasi tiang (Hardiyatmo, 2011).

Secara umum, pelaksanaan pekerjaan pondasi memanjang atau lajur

terdiri dari beberapa kegiatan, diantaranya :

a) Mempersiapkan bahan serta bowplank untuk posisi penempatan. Bowplank

yang digunakan adalah terbuat dari papan kayu.

b) Menggali tanah sesuai dengan bentuk pondasi yang akan dibuat. Penggalian

tanah ini dikerjakan dengan tenaga manusia karena tidak terlalu dalam

hanya sedalam 60cm saja.

3.7 Lokasi

Berdasarkan lokasi dalam pembangunan gedung menara pusat kuliner dan

cedramata kota palopo di Lahan eks Luwu Plaza, Jalan Andi Makkulau, kawasan

pasar lama Palopo

14
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Item Yang Dikerjakan Apa Potensi Bahaya

Tingkat risiko atau kemungkinan merupakan suatu nilai yang ditetapkan

untuk mengetahui suatu tingkatan dampak atau akibat berdasarkan dampak yang

disebabkan oleh kecelakaan kerja.

Pada item berupa potensi bahaya (kecelakaan) yang mungkin terjadi pada

pekerjaan pembekistingan, pembesian, dan pengecoran.

4.2 Prosedur Pekerja

Dalam setiap item yang dikerjakan dapat diketahui bahwa dalam pekerjaan

proyek ini dalam tidak berbahaya karena para pekerja melakukan pekerjaan

dengan hati-hati dan dalam pengawasan.

Pihak departemen harus bertanggung jawab terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja para pekerjanya serta menunjukkan perhatian-perhatian terhadap

K3

Para pekerja dan staff harus mengikuti arahan – arahan tersebut yang di

jelaskan sebelum memulainya pekerjaan

4.3 Memenuhi Standar Atau Tidak

Upaya proyek dalam hal ini memenuhi standar di proyek pembangunan ini

adalah dengan melaksanakan pelatihan bagi seluruh personil yang terkait dalam

proyek seperti kontraktor, konsultan dan masyarakat sekitar. Tujuan pelatihan ini

adalah untuk menyamakan persepsi atau pemahaman terkait mutu dalam

15
pelaksanaan proyek maupun mutu dalam pengoperasian pembangunan gedung

menara pusat kuliner dan cedramata kota palopo.

4.4 Rekomendasi

Derdasarkan pembahasan diatas maka dapat di rekomendasikan bahwa dalam

pembangunan gedung menara pusat kuliner dan cedramata kota palopo ini

memiliki pekerja yang memenuhi standar dengan mengikuti pelatihan .

Kepada pengawas dalam pembangunan gedung menara pusat kuliner dan

cedramata kota palopo bisa mampu memantau pekerja selama kontrak proyek

berlangsung.

16
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Suatu struktur bangunan yang kokoh dan kuat tapi juga efisien memerlukan

suatu perencanaan struktur yang baik dengan menggunakan peraturan – peraturan

perencanaan secara tepat dan benar.

Pemodelan dan pembebanan sangat berpengaruh terhadap benar atau tidaknya

hasil perhitungan yang akan diperoleh. Kesalahan pada kedua hal tersebut

mengakibatkan kesalahan pada dimensi akhir walaupun perhitungan yang telah

dilakukan sudah benar.

17
DAFTAR PUSTAKA

AA. Anwar Prabu Mangkunegara, (2013), Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan, PT. Remaja Rosda karya, Bandung.

Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Jakarta: PT. Raja Garfindo Persada.

Eko, Widodo Suparno. 2015. Manajemen Pengembangan Sumber Daya

Manusia.Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Hardiyatmo, H. C, 2011 .“Analisis dan Perencanaan Fondasi I”, Edisi Kedua,

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Hedianto BR, Mukzam MD, Iqbal M (2014). Pengaruh keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) terhadap motivasi kerja karyawan (studi pada

karyawan bagian drilling & oilfield services PT. Elnusa Tbk. Jakarta).

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 10 No. 01 Mei 2014: 1-9.

Ramli S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:

Dian Rakyat.

Suryono, Agus. 2010. Dimensi-dimensi Prima Teori Pembangunan. Malang : UB

Press. Hal 46.

Undang-Undang No 1 Tahun 1970 : Tentang Keselamatan Kerja.

18
LAMPIRAN

19
20
21

Anda mungkin juga menyukai