Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

MANAJEMEN OPERASI INFRASTRUKTUR


STUDI KASUS PROYEK :

“OPERASI PEMELIHARAAN
PADA RUAS JALAN DEWI SARTIKA,
KELURAHAN POASIA, KECAMATAN POASIA, KOTA KENDARI TAHUN 2019”

OLEH :

SILVA RAHMA YANTI


G2T121011

MANAJEMEN REKAYASA

PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas nikmat kesehatam dam kesempatan
sehingga penulis dengan penuh rasa syukur dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen
Operasi Infrastruktur tentang “Operasi Pemeliharaan Proyek”.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
peradaban manusia dari zaman kegelapan menjadi zaman yang terang benderang seperti saat ini,
serta keluarganya, sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya
hingga akhir zaman.

Kesulitan dan rintangan bertubi-tubi dihadapi penulis dalam penyelesaian tugas ini.
Namun berkat kekuatan dan atas izin Allah SWT serta bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak sehingga penulisan tugas ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan ini
masih sangat jauh dari kata sempurna disebabkan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan
yang dimiliki penulis sehingga kata permohonan maaf dihaturkan jika dalam penulisan ini
terdapat kesalahan dan kekeliruan. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan semua pihak.

Kendari, Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL ................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................... 3
2.1. Proyek Konstruksi ............................................................................................................ 3
2.1.1. Tahap Perencanaan ................................................................................................. 4
2.1.2. Tahap Perancangan ................................................................................................. 4
2.1.3. Tahap Pengadaan/Pelelangan .................................................................................. 5
2.2. Manajemen Proyek ........................................................................................................... 6
BAB III PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK ............................................. 7
3.1. Perencanaan Proyek.......................................................................................................... 7
3.1.1. Tujuan Perencanaan Proyek .................................................................................... 8
3.1.2. Tahap-Tahap Perencanaan Proyek .......................................................................... 8
3.1.3. Estimasi Biaya......................................................................................................... 9
3.1.4. Penawaran Harga Pekerjaan.................................................................................... 11
3.1.5. Perencanaan Waktu ................................................................................................. 12
3.2. Pengendalian Proyek ........................................................................................................ 15
3.2.1. Fungsi Pengendalian Proyek ................................................................................. 17
3.2.2. Faktor Penghambat Proses Pengendalian .............................................................. 17
3.2.3. Faktor Pendukung Proses Pengendalian ................................................................ 17
3.2.4. Langkah-Langkah Dalam Pengendalian................................................................ 18
BAB IV MANAJEMEN OPERASI DAN PROYEK PENINGKATAN
RUAS JALAN DEWI SARTIKA ............................................................................. 19
4.1. Analisa Data ..................................................................................................................... 19

iii
4.2. Analisa Nilai Hasil ........................................................................................................... 20
4.3. Analisa Persentasi Progress Pekerjaan ............................................................................. 21
4.4. Prakiraan Biaya Proyek Sampai Tanggal Pelaporan ........................................................ 22
4.5. Hasil Penyelesaian Proyek ............................................................................................... 25
BAB V KESIMPULAN ............................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 27

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan yang harus direncanakan sebelumnya dan
memerlukan sumber daya yang lengkap, baik dari segi biaya, tenaga kerja, material, maupun
peralatan. Perencanaan tersebut sebaiknya dilakukan secara detail dan tidak dilakukan berulang.
Proyek pada umumnya memiliki batas waktu, artinya proyek harus diselesaikan sebelum atau
tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Suatu proyek didefinisikan sebagai suatu kegiatan tidak rutin dan tidak berulang,
dikerjakan untuk suatu jangka waktu yang tertentu untuk mendapatkan hasil sesuaii dengan yang
diinginkan secara teknis. Kondisi suatu proyek dipengaruhi banyak factor lingkungan sehingga
suatu proyek akan berbeda dengan proyek yang lain. Pengendalian dalam proyek konstruksi pada
umumnya menyangkut tiga aspek utama yaitu biaya, waktuu, dan SDM.
Untuk proyek-proyek yang relative besar dengan logika ketergantungan yang cukup
kompleks, perencanaan dan pengendalian menjadi rumit. Umumnya pada suatu proyek selalu
terjadi penyimpangan baik terhadap biaya maupun terhadap waktu, untuk itu diperlukan suatu
motode yang tepat agar parameter yang dikontrol benar-benar efisien dan dapat menunjukkan
dengan tepat kondisi proyek.
Pengendalian pada umumnya dilakukan agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien.
Oleh karena itu diperlukan analisis yang memerlukan suatu sistem pengendalian biaya dan
jadwal terpadu agar parameter yang dikontrol benar-benar efisien dan dapat menunjukkan
dengan tepat kondisi proyek. Suatu bentuk pelaporan perkembangan proyek juga diperlukan agar
produktivitas pekerjaan terhadap rencana jadwal dan biaya dapat terekam secara objektif, tercatat
secara rinci dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masing-masing peserta proyek.
Didalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi, perencanaan dan pengendalian merupakan
fungsi yang paling pokok di dalam mewujudkan keberhasilan proyek, sehingga dalam
penyelesaian proyek, manajemen proyek dihadapkan pada usaha-usaha untuk lebih
mengefektifkan dan mengefisienkan kegunaan dari sumber-sumber daya manusia, dana,
informasi, teknologi, peralatan, fasilitas dan material.
Keberhasilan suatu proyek tidak lepas dari serangkaian aktivitas suatu proyek yang
meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan agar tujuan yang telah ditetapkan
1
dapat tercapai. Persoalan yang timbul adalah bagaimana mencapai pemecahan optimum dengan
kondisi sumber daya yang serba terbatas. Dengan kata lain kita menghadapi berbagai-bagai
masalah dan bagaimana memaksimalkan keuntungan kapasitas tenaga kerja dan peralatan serta
meminimumkan biaya dan waktu pelaksanaan.

1.2. Rumusan Masalah


Ada dua rumusan masalah yang akan diuraikan dalam penulisan makalah in, yaitu :
1) Bagaimana perencanaan dan pengendalian proyek berdasarkan teori ?
2) Bagaimana manajemen operasi proyek peningkatan ruas jalan dewi sartika ?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan poin rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui tentang teori perencanaan dan pengendalian proyek
2) Untuk mengetahui tentang manajemen dari proyek peningkatan ruas jalan dewi sartika

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Proyek Konstruksi


Kata proyek berasal dari bahasa Latin “Projectum” dari kata kerja “Proicere” yang berarti
untuk membuang sesuatu ke depan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), proyek
merupakan rencana pekerjaan dengan sasaran khusus (pengairan, pembangkitan tenaga listrik,
dan sebagaimya) dan dengan waktu penyelesaian yang tegas.
Menurut Kerzner (2009), proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk
mencapai suatu tujuan (bangunan atau konstruksi) dengan Batasan waktu, biaya dan mutu
tertentu. Proyek konstruksi membutuhkan resources (sumber daya) yaitu man (manusia),
material (bahan bangunan), machine (peralatan), method (metode pelaksanaan), money (uang),
information (informasi, dan time (waktu).
Proyek kontruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan upaya
pembangunan suatu bangunan, mencakup pekerjaan pokok dalam bidang teknik sipil dan
arsitektur, meskipun tidak jarang juga melibatkan disiplin lain sipil dan arsitektur, meskipun
tidak jarang juga melibatkan disiplin lain seperti Teknik industry, mesin, elektro, geoteknik,
maupun lansekap. Adapun jenis-jenis proyek kontruksi adalah sebagai berikut :
1) Proyek bangunan perumahan atau bangunan pemukiman (residential construction), adalah
suatu proyek pembangunan perumahan atau pemukiman berdasarkan pada tahapan
pembangunan yang serempak dengan video prasarana penunjang.
2) Konstruksi bangunan gedung (building construction), adalah tipe proyek konstruksi yang
paling banyak dikerjakan. Tipe konstruksi bangunan ini menitikberatkan pada
pertimbangkan konstruksi, teknologi praktis, dan pertimbangan pada peraturan.
3) Proyek konstruksi teknik sipil (heavy engineering construction), adalah proses
penambahan infrastruktur pada suatu lingkungan terbangun (built environment). Biasanya
pemilik proyek adalah pemerintah, baik pada tingkat nasional maupun daerah proyek ini
elemen desain, finansial dan pertimbangan hukum tetap menjadi pertimbangan penting,
walaupun proyek ini lebih bersifat non-profit dan mengutamakan pelayanan masyarakat
(public services).

3
Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi
sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu kegiatan yang telah ditentukan. Pengertian
proyek dalam pembahasan ini dibatasi dalam arti proyek konstruksi , yaitu proyek yang
berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan). Secara umum ada lima tahapan dalam
proyek konstruksi yaitu ; tahap perencanaan, tahap perancangan, Tahap pengadaan/pelelangan,
dan tahap pelaksanaan.
2.1.1. Tahap perencanaan (planning)
Perencanaan adalah suatu tahapan dalam manajemen proyek yang mencoba
meletakkan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala program teknis dan
administrative agar dapat diimplementasikan. Perencanaan merupakan salah satu fungsi
vital dalam kegiatan manajemen proyek. Perencanaan dikatakan baik bila seluruh proses
kegiatan yang ada di dalamnya dapat diimplementasikan sesuai dengan sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan dengan tingkat penyimpangan minimal serta hasil akhir
maksimal.

2.1.2. Tahap perancangan (design)


Merupakan kelanjutan perencanaan yang berupa rancangan kawasan, sarana dan
prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan konstruksi. Tahap perancangan meliputi
dua sub tahap yaitu tahap Pra-Desain (Preliminary Design) dan tahap Pengembangan
Desain (Development Design) atau Detai Desain (Detail Design).
Tujuan dari tahap perancangan adalah :
(1) Untuk melengkapi penjelasan proyek dan menentukan tata letak, rancangan,
metoda konstruksi dan taksiran biaya agar mendapatkan persetujuan dari Pemilik
proyek dan pihak berwenang yang terlibat.
(2) Untuk mempersiapkan informasi pelaksanaan yang diperlukan, termasuk gambar
rencana dan spesifikasi serta untuk melengkapi semua dokumen tender.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perancangan (design) ini adalah :


(1) Mengembangkan rancangan proyek menjadi penyelesaian akhir
(2) Memeriksa masalah teknis
(3) Meminta persetujuan akhir rancangan dari pemilik proyek.

4
(4) Mempersiapkan rancangan skema (pra-desain) termasuk taksiran biayanya,
rancangan terinci (detail desain), gambar kerja, spesifikasi, jadwal, daftar volume,
taksiran biaya akhir, dan program pelaksanaan pendahuluan termasuk jadwal
waktu.
2.1.3. Tahap pengadaan/pelelangan
Tujuan dari tahap pengadaan/pelelangan adalah untuk menunjuk kontraktor sebagai
pelaksana atau sejumlah kontraktor sebagai sub-kontraktor yang melaksanakan
konstruksi di lapangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah :
(1) Prakualifikasi
Prosedur ini dikenal sebagai babak prakualifikasi yang meliputi pemeriksaan
sumber daya keuangan, manajerial dan fisik kontraktor yang potensial, dan
pengalamannya pada proyek-proyek serupa, serta integritas perusahaan. Untuk
proyek-proyek milik pemerintah, kontraktor yang memenuhi persyaratan biasanya
dimasukkan ke dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM).
(2) Dokumen Kontrak
Dokumen kontrak didefinisikan sebagai dokumen legal yang menguraikan tugas
dan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Dokumen kontrak akan
ada setelah setelah terjadi ikatan kerja sama antara dua pihak atau lebih. Sebelum
hal ini terjadi terdapat proses pengadaan atau proses pelelangan dimana diperlukan
dokumen lelang atau dokumen tender.
2.1.4. Tahap pelaksanaan
Tujuan dari tahap pelaksanaan adalah untuk mewujudkan bangunan yang
dibutuhkan oleh Pemilik proyek dan sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam
batasan biaya dan waktu yang telah disepakati, serta dengan kualitas yang telah
disyaratkan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan,
mengkoordinasikan, dan mengendalikan semua operasional di lapangan.
Pengendalian proyek secara umum meliputi :
(1) Pengendalian jadwal waktu pelaksanaan
(2) Pengendalian organisasi lapangan
(3) Pengendalian tenaga kerja
(4) Pengendalian peralatan dan material

5
(5) Tahap pemeliharaan
Tujuan dari tahap ini adalah menjamin agar bangunan yang telah sesuai dengan
dokumen kontrak dan semua fasilitas bekerja sebagaimana mestinya. Kegiatan yang
dilakukan adalah :
(1) Mempersiapkan data-data pelaksanaan, baik berupa data-data selama pelaksanaan
maupun gambar pelaksanaan (as build drawing).
(2) Meneliti bangunan secara cermat dan memperbaiki kerusakan-kerusakan
(3) Mempersiapkan petunjuk operasional/pelaksanaan serta pedoman pemeliharaan
(4) Melatih staff untuk melaksanakan pemeliharaan. Pihak yang terlibat adalah
konsultan pengawas/MC, pemakai, dan pemilik.
2.2. Manajemen Operasi
Jay Heizer dan Barry Render (2005:4) mengartikan manajemen operasi sebagai
serangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah
input menjadi output.
Manajemen operasi menurut Richard L Daft (2006:216) adalah bidang manajemen yang
mengkhususkan pada produksi barang, serta menggunakan alat-alat dan teknik-teknik khusus
untuk memecahkan masalah-masalah produksi.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen produksi dan operasi
merupakan serangkaian proses dalam menciptakan barang, jasa, atau kegiatan yang mengubah
bentuk dengan menciptakan atau menambah manfaat suatu barang atau jasa yang akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Konsep manajemen operasi merupakan kegiatan menciptakan barang dan jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen, dan kegiatan ini menjadi fungsi utama
perusahaan, melalui konsep manajemen operasi, segala sumber daya masukan perusahaan
diintegrasikan untuk menghasilkan keluaran yang memiliki nilai tambah. Produk yang dihasilkan
dapat berupa barang akhir, barang setengah jadi atau jasa.
Konsep manajemen operasi merupakan kegiatan yang kompleks, tidak hanya mencakup
pelaksanaan fungsi manajemen dalam mengoordinasi berbagai kegiatan dalam mencapai tujuan
operasi, tetapi juga mencakup kegiatan teknis untuk menghasilkan suatu produk yang memenuhi
spesifikasi yang diinginkan, dengan proses produksi yang efisien dan efektif serta dengan
mengantisipasi perkembangan teknologi dan kebutuhan konsumen pada masa mendatang.

6
BAB III
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

3.1. Perencanaan Proyek


Perancangan dan perencanaan (planning and design) merupakan tahap awal yang
berpengaruh sangat besar dan signifikan terhadap suksesnya suatu proyek, karena sebagian besar
keputusan strategi dan pembiayaan proyek bergantung pada perencanaan proyek.
Untuk mencapai keberhasilan suatu proyek, ada beberapa factor yang sangat sangat
mempengaruhi antara lain ; ketepatan memilih bentuk organisasi proyek, memilih pimpinan
yang cakap, dan pembentukan tim proyek yang terintegrasi dan terorganisir. Selain dari itu,
masih banyak hal lain yang juga penting untuk diperhatikan demi menjamin suksesnya
pelaksanaan proyek pada tahap perencanaannya
Perencanaan didefinisikan sebagai peramalan masa yang akan datang dan perumusan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan berdasarkan
peramalan tersebut. Perencanaan tersebut berupa perencanaan prosedur, perencanaan metode
kerja, perencanaan standar, perencanaan hasil, perencanaan anggaran biaya, perencanaan
program (rencana kegiatan beserta jadwal) (Ervianto, 2009)
Perencanaan merupakan hal yang sangat penting dalam manajemen proyek. Dengan
perencanaan yang baik, maka apa yang menjadi tujuan proyek akan dapat tercapai. Perencanaan
merupakan dasar dari kegiatan untuk memonitoring dan pengendalian proyek.
Menurut (Santosa, 2008) lingkup pekerjaan selama proses dari perencanaan dan
pengendalian proyek adalah :
1) Sebelum proyek mulai
Sebuah proses rencana dipersiapkan untuk menentukan tujuan proyek, tugas-tugas yang
akan dikerjakan, jadwal dan anggaran.
2) Selama proyek
Rencana yang telah dibuta dibandingkan dengan performasi, waktu dan biaya yang
sebenarnya tejadi (actual)
3) Jika ada perbedaan antara yang direncanakan dan yang akan terjadi.
Sebenarnya, tindakan koreksi perlu dilakukan dan estimasi biaya dan waktu bisa
diperbaharui.

7
3.1.1. Tujuan Perencanaan Proyek
Ada beberapa tujuan dari suatu perencanaan proyek, yaitu :
(1) Sebagai pedoman pelaksanaan, pengawasan, dan penutupan proyek
(2) Mendokumentasi asumsi-asumsi yang dijadikan dasar dalam perencanaan
(3) Mendokumentasi keputusan penting dan pertimbangannya
(4) Memfasilitasi komunikasi diantara stakeholder
(5) Mendefinisikan pemeriksaan (review) manajemen dalam hal ; isi, cakupan, waktu
(6) Sebagai dasar (baseline) untuk menilai kinerja dalam kegiatan pengawasan proyek
3.1.2. Tahap-Tahap Perencanaan Proyek
Orang menjadi pimpinan suatu pekerjaan proyek harus mendapat wewenang untuk
melakukan perencanaan, membuat jadwal dan anggaran. Langkah-langkah perencanaan
meliputi :
(1) Penentuan tujuan proyek dan kebutuhan-kebutuhan untuk mencapai tujuan tersebut
(2) Mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu
dan bagaimana urutan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut
(3) Organisasi proyek dirancang untuk menentukan departemen-departemen yang ada,
subkontraktor yang diperlukan dan manajer-manajer yang bertanggung jawab
terhadap aktivitas pekerjaan yang ada
(4) Jadwal untuk setiap aktivitas. Kapan aktivitas dimulai dan kapan aktivitas harus
selesai.
(5) Mempersiapkan anggaran dan sumberdaya yang diperlukan untuk melaksanakan
setiap aktivitas
(6) Mengistimasi waktu, biaya dan performansi penyelesaian proyek
Menurut Santosa, tahap perencanaan dalam siklus hidup proyek akan meliputi
kegiatan penyiapan rencana proyek secara detail dan penentuan spesifikasi proyek secara
rinci, terdiri dari :
(1) Jadwal pekerjaan
(2) Anggaran dan sistem pengendalian biaya
(3) Work Breakdown Structure secara rinci
(4) Bagian-bagian yang berisiko tinggi dan cukup sulit dan rencana tentang pengatasan
kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul

8
(5) Rencana sumber daya manusia dan pemakaian sumber daya lainnya
(6) Rencana pengujian hasil proyek
(7) Rencana dokumentasi
(8) Rencana peninjauan pekerjaan
(9) Rencana pelaksanaan hasil proyek

3.1.3. Estimasi Biaya


Salah satu tahap perencanaan yang penting adalah bagaimana mengestimasi biaya,
waktu dan mutu yang tepat sehingga tujuan proyek tercapai secara efisien dan efektif.
Estimasi biaya digunakan untuk menyusun anggaran dan dijadikan dasar untuk
mengevaluasi performansi proyek. Kontraktor yang tidak mempunyai pemahaman tentang
komponen biaya, termasuk biaya tidak langsung akan meningkatkan risiko mereka
terhadap kegagalan yang tidak perlu.
Orang yang ahli dalam mengestimasi biaya disebut estimator. Pengetahuan yang
harus dimilik oleh seoarang estimator adalah dapat dilihat seperti gambar 3.1 berikut :

Memvisualisasikan dari
2 dimensi ke 3 dimensi

Produktifitas Netralisir
tenaga kerja dan risiko
alat Estimator

Metode Strategi
Konstruksi Penawaran

Strategi
Penawaran

Gambar 3.1. Pengetahuan yang Harus Dimiliki oleh Estimator


Sumber : ”Mahapatni. 2019”

kualifikasi seorang estimator ditentukan oleh kemampuannya, di mana ia diharapkan:


(1) Mampu membaca/mengiterprestasikan gambar dan spesifikasi
(2) Mampu menvisulisasikan bentuk tiga dimensi proyek dari gambar desain

9
(3) Memamahami hal-hal menyangkut produktivitas tenaga kerja dan kinerja peralatan
(4) Kreatif dan mampu mencari alternatif metoda konstruksi
(5) Mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik
(6) Sabar dan teliti dalam melakukan pekerjaan
(7) Mrmpunyai pengetahuan matematika dasar
(8) Mempunyai pengetahuan tentang operasi dan prosedur lapangan
(9) Mampu mengidentifikasikan dan menetralisir risiko
(10) Mampu membuat atau membantu jadwal konstruksi
(11) Mampu mengatasi batas waktu
(12) Mempunyai standar kode etik yang tinggi
Estimasi biaya mempunyai dampak pada kesuksesan proyek dan perusahaan.
Keakuratan dalam estimasi biaya tergantung pada keahlian dan kerajinan estimator dalam
mengikuti seluruh proses pekerjaan dan sesuai dengan infomasi terbaru. Secara umum
komponen biaya yang tercantum dalam estimasi biaya konstruksi meliputi :
(1) Estimasi biaya langsung yaitu semua biaya yang menjadi komponen permanen hasil
akhir proyek (material. Lanor dan peralatan)
(2) Estimasi biaya tak langsung yaitu semua biaya yang mendukung pekerjaan tetapi
tidak tercantum dalam mata pembayaran dari pekerjaan seperti :
 Biaya Over head adalah biaya tambahan yang harus dikeluarkan dalam
pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan namun tidak berhubungan langsung dengan
biaya bahan, peralatan dan tenaga kerja. Contoh, ketika bagian logistik memesan
semen dilakukan dengan menggunakan telepon genggam (HP). Biaya pulsa
telepon tersebut tidak dapat ditambahkan pada harga semen yang dipesan. Contoh
lain biaya operasional kantor proyek di lapangan (site office) seperti listrik, air,
telepon, gaji tenaga administrasi, dst. tidak dapat dimasukkan ke biaya pekerjaan
pondasi beton. Biaya overhead terbagi atas : general overhead dan project
overhead
 Kontingensi : biaya tambahan yang dialokasikan untuk pekerjaan tambahan yang
mungkin terjadi (meskipun belum pasti terjadi). Contoh: untuk pekerjaan pondasi
beton diperlukan pemompaan lubang galian yang sebelumnya tidak diduga akan
tergenang air hujan.

10
 Keuntungan (profit): tujuan estimator dalam menganalisis keuntungan adalah
mengharapkan keuntungan yang maksimum.
 Pajak (tax): berupa antara lain Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%, Pajak
Penghasilan (PPh), dll.
Penyusunan anggaran biaya proyek (Ervianto, 2007) adalah sebagai berikut:
(1) Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan pasar untuk
menyediakan bahan/material konstruksi secara kontinu.
(2) Melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang berlaku di daerah lokasi
proyek dan atau upah pada umumnya jika pekerja didatangkan dari luar daerah lokasi
proyek.
(3) Melakukan perhitungan analisis bahan dan upah dengan menggunakan analisis yang
diyakini baik oleh si pembuat anggaran. Di pasaran terdapat buku BOW (Burgelijke
Openbare Werken).
(4) Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfaatkan hasil analisis
satuan pekerjaan dan daftar kuantitas pekerjaan.
(5) Membuat rekapitulasi.
3.1.4. Penawaran Harga Pekerjaan
Dalam mengajukan penawaran harga pekerjaan, yang hendak dicapai oleh kontraktor
adalah mengajukan penawaran dengan harga yang terbaik dimana memiliki peluang yang
besar untuk memperoleh/memenangkan pekerjaan dan memberikan keuntungan maksimal
(Partawijaya, 2001).
Besarnya harga penawaran adalah total biaya pekerjaan atau biaya langsung
ditambah biaya tidak langsung. Besarnya total biaya pekerjaan merupakan penjumlahan
dari harga masing-masing pekerjaan yang telah disusun sebelumnya.
Harga penawaran adalah jumlah dari total biaya pekerjaan (biaya langsung) dengan
biaya tak langsung.

Dimana : H.Pi = kuantitas pekerjaan (Qi) * harga satuan pekerjaan (Ri)


Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan, upah tenaga kerja dan alat dalam
mengerjakan satuan volume dari pekerjaan tersebut. Harga satuan bahan dan upah tenaga

11
kerja disetiap daerah berbeda-beda. Jadi dalam menghitung dan menyusun anggaran biaya
suatu bangunan/proyek di tempat tertentu, maka harus berpedoman pada harga satuan
bahan dan upah tenaga kerja di tempat tersebut. Besarnya masing-masing biaya tergantung
daripada kuantitas material dan tingkat produktivitas peralatan dan tenaga kerja yang
digunakan sesuai dengan satuan kuantitas masing-masing pekerjaan seperti luas (m²),
volume (m³), m. lump sum, unit dan lain-lain.

Harga satuan pekerjaan (R) = biaya material + biaya alat + biaya upah

Biaya upah = x harga satuan alat

3.1.5. Perencanaan Waktu


Selain menentukan anggaran biaya, bagian terpenting dari perencanaan adalah
perencanaan waktu. Perencanaan waktu adalah menentukan jadwal proyek, durasi proyek
setiap item pekerjaan dari awal mulai proyek sampai selesai proyek. Penjadwalan proyek
bertujuan juga untuk memudahkan pengontrolan, dan pengontrolan bertujuan untuk
menghindari keterlambatan proyek. Pada manajemen proyek, time management tertuang
dalam penyusunan perencanaan waktu (Time schedule) . Perencanaan dapat dikatakan
sebagai dasar dari pengendalian. Akan menjadi tidak bermakna apabila membuat rencana
tanpa adanya usaha untuk melaksnakan pengendalian. Sebuah rencana merupakan
instrument yang dinamis, perencanaan memerlukan perbaikan (update) secara terus
menerus, yang mereflesikan perubahan keadaan seperti perubahan design, keterlambatan
(karena cuaca, isu-isu, industri), perubahan sumber daya (kelebihan atau keurangan orang,
peralatan, material), perubahan prioritas (keputusan pemilik).
Setelah pekerjaan proyek dipecah-pecah menjadi paket-paket pekerjaan selanjutnya
dapat dibuat penjadwalannya. Yang perlu diperhatikan disini adalah waktu pengerjaan tiap
paket pekerjaan dan kejadian apa yang dihasilkan dari serangkaian paket kerja tertentu.
Yang perlu dijadwalkan adalah paket pekerjaan dan aktivitas. Yang pertama
dikembangkan dalam perencanaan dan penjadwalan adalah Gantt Charts. Apa yang
diperlihatkan dalam Gantt Charts adalah hubungan antara aktivitas dan waktu
pengerjaannya. Gantt Charts dibuat menyusul selesainya WBS (Work Breakdown
Structure). Contoh Gantt Chart dapat dilihat seperti Tabel 1 berikut :

12
Tabel 1. Contoh Gannt Charts
Aktivitas Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5
A
B
C
D
Sumber :” Mahapatni. 2019”

Gantt Charts tidak bisa secara aksplisit menunjukkan keterkaitan antar aktivitas dan
bagaimana satu aktivitas berakibat pada aktivitas lain bila waktunya terlambat atau
dipercepat. Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada pada Gantt Charts, cara
baru dikenal sebagai jaringan kerja atau network.Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan jaringan kerja adalah :
(1) Macam-macam aktivitas yang ada
(2) Ketergantungan antar aktivitas, mana yang lebih dahulu diselesaikan mana yang
menyusul.
(3) Urutan logis dari masing-masing aktivitas.
(4) Waktu penyelesaian tiap aktivitas
Ada dua pendekatan dalam hal menggambarkan diagram jaringan kerja:
3.1.5.1. Diagram panah (Arrow Diagram)
Terdiri dari anak panah dan lingkaran/segi empat. Anak panah menggambarkan
kegiatan/aktivitas, sedangkan lingkaran/segiempat menggambarkan kejadian (event).
Kejadian di awal anak panah disebut „I”, sedangkan kejadian di akhir anak panah
disebut node “J”.
Pada penggambaran network planning, digunakan simbul yang dapat berbentuk
segi empat ataupun lingkaran. Simbul-simbul ini dapat digunakan asalkan disertai
legenda yang menjelaskan maksud oleh pembuatnya.
Simbol-simbol yang digunakan dalam menggambarkan suatu jaringan adalah
sebagai berikut (Hayun, 2005):
 anak panah/busur mewakili ( ) sebuah kegiatan atau aktivitas yaitu tugas yang
dibutuhkan oleh proyek. Kegiatan di sini didefinisikan sebagai hal yang
memerlukan duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah

13
resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya). Kepala anak panah
menunjukkan arah tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan
dimulai pada permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri
ke kanan. Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama sekali tidak
mempunyai arti. Jadi, tak perlu menggunakan skala.
 Lingkaran kecil/simpul/node ( ) mewakili sebuah kejadian atau peristiwa atau
event. Kejadian didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau
beberapa kegiatan. Sebuah kejadian mewakili satu titik dalam waktu yang
menyatakan penyelesaian beberapa kegiatan dan awal beberapa kegiatan baru.
Titik awal dan akhir dari sebuah kegiatan karena itu dijabarkan dengan dua
kejadian yang biasanya dikenal sebagai kejadian kepala dan ekor. Kegiatan-
kegiatan yang berawal dari saat kejadian tertentu tidak dapat dimulai sampai
kegiatan-kegiatan yang berakhir pada kejadian yang sama diselesaikan. Suatu
kejadian harus mendahulukan kegiatan yang keluar dari simpul/node tersebut.
 Anak panah terputus-putus (---->) menyatakan kegiatan semu atau dummy
activity. Setiap anak panah memiliki peranan ganda dalam mewakili kegiatan
dan membantu untuk menunjukkan hubungan utama antara berbagai kegiatan.
Dummy di sini berguna untuk membatasi mulainya kegiatan seperti halnya
kegiatan biasa, panjang dan kemiringan dummy ini juga tak berarti apa-apa
sehingga tidak perlu berskala. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa
kegiatan dummy tidak memakan waktu dan sumbar daya, jadi waktu kegiatan
dan biaya sama dengan nol.
 Anak panah tebal ( ) merupakan kegiatan pada lintasan kritis.
Dalam penggunaannya, simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti aturan-
aturan sebagai berikut :
 Di antara dua kejadian (event) yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak
panah.
 Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor kejadian.
 Aktivitas harus mengalir dari kejadian bernomor rendah ke kejadian bernomor
tinggi.

14
 Diagram hanya memiliki sebuah saat paling cepat dimulainya kejadian (initial
event) dan sebuah saat paling cepat diselesaikannya kejadian
3.1.5.2. Diagram Precendence (Precendence Diagram)
Kegiatan dalam Precedence Diagram Method (PDM) digambarkan oleh sebuah
lambing segi empat karena letak kegiatan ada di bagian node sehingga sering disebut
juga Activity On Node (AON). Kelebihan Precedence Diagram Method
dibandingkan dengan Arrow Diagram Method adalah :
 Tidak memerlukan kegiatan fiktif/dummy sehingga pembuatan jaringan
menjadi lebih sederhana.
 Hubungan overlapping yang berbeda dapat dibuat tanpa menambah jumlah
kegiatan.
Kegiatan Precedence Diagram Method diwakili oleh sebuah lambang yang
mudah diidentifikasi, misalnya seperti gambar 3.2 di bawah ini:

Gambar 3.2. Lambang Kegiatan


Sumber :” Ervianto, 2009)

ES (Earliest Start) adalah perhitungan ke depan (Forward Analysis)


EF (Earliest Finish) adalah perhitungan ke belakang (Backward Analysis)

3.2. Pengendalian Proyek


Menurut (Santosa, 2008), pengendalian dilakukan seiring pelaksanaan proyek dengan
tujuan proyek tetap berjalan dalam batas waktu, biaya dan performansi yang ditetapkan dalam
rencana. Menurut (Dimyati, 2014), pengendalian adalah melihat ke belakang, menentukan apa
yang sebenarnya terjadi, dan membandingkan dengan hasil yang direncanakan sebelumnya.
Menurut R.J. Mockler (1972) dalam (Dimyati, 2014) menyatakan bahwa pengendalian adalah
usaha sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang
sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis adanya
penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan koreksi yang

15
diperlukan sumber daya dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai
sasaran.
Perencanaan dibuat sebagai bahan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan. Bahan acuan tersebut
selanjutnya akan menjadi standar pelaksanaan pada proyek yang bersangkutan, meliputi
spesifikasi teknik, jadwal, dan anggaran.
Pemantauan harus dilakukan selama masa pelaksanaan proyek untuk mengetahui prestasi
dan kemajuan yang telah dicapai. Informasi hasil pemantauan ini berguna sebagai menjadi bahan
evaluasi performa yang telah dicapai pada saat pelaporan. Evaluasi dilakukan dengan cara
membandingkan kemajuan yang dicapai berdasarkan hasil pemantauan dengan standar yang
telah dibuat berdasarkan perencanaan.
Menurut (Santosa, 2008) , menyatakan bahwa ada proses-proses tertentu yang perlu
dilakukan untuk melakukan pengendalian dalam manajemen proyek. Proyek tersebut terdiri dari:
1) Orientasi Pekerjaan
Suatu pekerjaan akan muncul dari pihak manajemen tingkat atas. Untuk sampai di
tingkat bawah agar dilaksanakan perlu adanya otorisasi, yakni pemberian wewenang ke
tingkat manajemen di bawahnya hingga ke tim pekerja untuk melakukan pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya seperti apa yang ditetapkan dalam rencana, jadwal dan
anggaran. Perintah kerja (work order) memuat :
 Pernyataan pekerjaan
 Anggaran berjalan untuk jam kerja langsung, material, dan biaya langsung yang lain
 Jadwal, kejadian penting, hubungan dengan paket kerja yang lain
 Posisi pekerjaan yang bersangkutan dalam WBS (Work Breakdown Structure)
 Spesifikasi dan kebutuhan-kebutuhan
 Tanda tangan pemberi wewenang dan penerima tanggungjawab.
2) Pengumpulan data
Perintah kerja dan rekening biaya yang bersangkutan adalah bagian penting dalam rangka
proses pengendalian. Perkembangan pekerjaan dan biayanya untuk setiap paket kerja
secara periodik dimasukkan ke dalam PCAS untuk kemudian diringkas dan dihitung untuk
keseluruhan paket kerja dan departemen. Dari sini akan didapat rangkuman informasi

16
mengenai biaya untuk departemen tertentu sampai saat tertentu, atau biaya untuk
sekumpulan paket kerja tertentu.
3.2.1. Fungsi Pengendalian Proyek
Pengendalian memiliki dua fungsi yang sangat penting, yaitu :
(1) Fungsi Pemantauan
Dengan pemantauan yang baik terhadap semua kegiatan proyek akan memaksa
unsur-unsur pelaksana untuk bekerja secara cakap dan jujur.
(2) Fungsi Manajerial
Pada proyek-proyek yang komplek dan mudah terjadi perubahan (dinamis)
pemakaian pengendalian dan sistem informasi yang baik akan memudahkan manajer
untuk segera mengetahui bagian-bagian pekerjaan yang mengalami kejanggalan atau
memiliki performa yang kurang baik. Dengan demikian dapat segera dilakukan usaha
untuk mengatasi atau meminimalkan kejanggalan tersebut.
3.2.2. Faktor Penghambat Proses Pengendalian
Ada beberapa factor yang menyebabkan pengendalian menjadi efektif, yaitu :
(1) Proyek
Pada proyek yang komplesksitasnya tinggi mengakibatkan kesulitan dalam
koordinasi dan komunikasi
(2) Tenaga kerja
Pengawas yang kurang ahli dibidangnya atau kurang berpengalaman dapat
menyebabkan pengendalian proyek menjadi tidak efektif dan kurang akurat.
(3) Sistem pengendalian
Penerapan sistem informasi dan pengawasan yang terlalu formal dengan
mengabaikan hubungan kemanusiaan akan timbul kekakuan dan keterpaksaan.
3.2.3. Faktor Pendukung Proses Pengendalian
Ada beberapa factor yang perlu diperhatikan agar pengendalian dan sistem informasi
berlangsung dengan baik :
(1) Ketepatan waktu
Keterlambatan pemantauan hanya akan menghasilkan informasi yang sudah tidak
sesuai lagi dengan kondisi

17
(2) Akses antar tingkat
Derajat kemudahan untuk akses dalam jalur pelaporan performa sangat berpengaruh
untuk menjaga efektifitas sistem pengendalian
(3) Perbandingan data terhadap informasi
Data yang diperoleh dari pengamatan harus mampu memberikan informasi secara
proporsional. Jangan sampai terjadi jumlah data yang didapat berjumlah ribuan
bahkan ratusan ribu namun hanya memberkan satu dua informasi.
(4) Data informasi yang dapat dipercaya
Masalah ini menyagkut kejujuran dan kedisiplinan semua pihak yang terlibat dalam
proyek. Semua perjanjian dan kesepakatan yang telah dibuat seperti waktu
pengiriman peralatan dan bahan, waktu pembayaran harus benar-benar ditepati.
(5) Obyektif data
Data yang diperoleh harus sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Pemakaian
asumsi, kira-kira atau pendapat pribadi tidak boleh dimasukkan sebagai data hasil
pengamatan.
3.2.4. Langkah-langkah dalam Pengendalian
Secara umum ada tiga langkah pokok dalam proses pengendalian, yaitu :
(1) Menentukan standar performansi sesuatu yang akan dikendalikan. Standar ini bisa
berupa spesifikasi teknis, biaya yang dianggarkan, jadwal dan kebutuhan sumberdaya
(2) Membandingkan antara performansi aktual dan performansi standar hasil pekerjaan
dan pengeluaran yang sudah terjadi dibandingkan dengan jadwal, biaya dan
spesifikasi performansi yang direncanakan.
(3) Melakukan tindakan koreksi, bila performansi aktual secara signifikan menyimpang
dari yang direncanakan tindakan koreksi perlu dilakukan. Tindakan koreksi bisa
berupa perubahan pekerjaan, standar dan rencana diubah atau penambahan
sumberdaya.

18
BAB IV
MANAJEMEN OPERASI DAN PROYEK
PENINGKATAN RUAS JALAN DEWI SARTIKA
4.1. Analisa Data
4.1.1. Analisa Anggaran Biaya yang Dijadwalkan
Analisa anggaran yang direncanakan untuk kegiatan yang dilaksanakan. Seperti
jumlah anggaran untuk menyelesaikan pekerjaan yang sesuai dengan jadwal (BCWS).
(1) Untuk perkiraan pada Minggu pertama Bulan Agustus 2019
Total Anggaran Proyek (BAC) = Rp 3.470.458.000
Bobot BCWS = 1,98 %
BCWS = 1,98 % X Rp 3.470.458.000
(2) Untuk minggu kedua bulan 2019
Total Anggaran Proyek (BAC) = Rp 3.470.458.000
Bobot BCWS = 2,25 % (Tabel 2)
BCWS = 2,25 % X Rp 3.470.458.000
= Rp 78,085,305.00
4.1.2. Analisa Anggaran Biaya yang Dilaksanakan
Analisa Jumlah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan pekerjaan yang telah
diselesaikan dilapangan (BCWP). Nilai BCWP perminggu diperoleh berdasarkan data
jadwal pelaksanaan kemajuan pekerjaan dihitung sebagia berikut :
(1) Untuk pekerjaan Pada minggu pertama bulan Agustus 2019
Total anggaran Proyek (BAC) = Rp 3.470.458.000
Bobot BCWP = 1,39 %
BCWP = 1,39% X Rp 3.470.458.000
= Rp 48.239.366.20
(2) Untuk pekerjaan pada minggu kedua bulan Agustus 2019
Total anggaran Proyek (BAC) = Rp 3.470.458.000
Bobot BCWP = 1,1 %
BCWP = 1,1 % X Rp 3.470.458.000
= Rp 38.175.038.00

19
4.1.3. Analisa Anggaran Biaya Realisasi Pekerjaan
ACWP adalah Analisa jumlah biaya actual yang dikeluarkan sesuai dengan
pekerjaan yang telah diselesaikan. Nilai ACWP perminggu dapat diperoleh berdasarkan
bobot mingguan Time schedule anggaran dihitung sebagian berikut :
Total anggaran Proyek (BAC) = Rp 3.470.458.000
Bobot ACWP = 1,39 %
ACWP = 1,39 % X Rp 3.470.458.000
= Rp 48.239.366
4.2. Anila Nilai Hasil
4.2.1. Penyimpangan Terhadap Waktu
Rumus untuk mencari SV adalah :
SV = BCWP – BCWS
Jadi untuk pekerjaan pada minggu pertama bulan Agust 2019: Diketahuai nilai:
BCWP = Rp 48.239.366
BCWS = Rp 68.715.068
SV = Rp 48.239.366 - Rp 68.715.068
= -20.475.702 (-) artinya pelaksanaan proyek terlambat dari jadwal rencana.
4.2.2. Penyimpangan Terhadap Biaya
Nilai Cost Varians (CV) setiap periode dapat diperoleh Dengan menggunakan
Rumus :
CV = BCWP – ACWP
Jadi Untuk Pekerjaan pada Minggu Pertama bulan Agustus 2019
BCWP = Rp 48.239.366
ACWP = Rp 48.239.366
CV = Rp 48.239.366 - Rp 48.239.366
= Rp 0
Nilai CV menunjukkan 0 artinya pelaksanaan proyek sesuai dari jadwal rencana.
4.2.3. Penyimpangan Terhadap Anggaran
Nilai BV setiap periode dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
BV = BCWS – BCWP
Untuk pekerjaan pada minggu pertama bulan Agustus 2019 :

20
BCWS = Rp 68.715.068
BCWP = Rp 48.239.366
BV = Rp 68.715.068 - Rp 48.239.366
= Rp 20.475.702
4.3. Analisa Persentasi Progress Pekerjaan
4.3.1. Indeks Penampilan Jadwal
Untuk Mendapatkan Nilai SPI setiap periode digunakan Rumus :
Nilai SPI perminggu dapat diperoleh sebagai berikut :
Untuk pekerjaan pada minggu pertama bulan September 2011
BCWP = Rp 48.239.366
BCWS = Rp 68.715.068
SPI =

= 0,70
( Nilai ini menunjukkan SPI < 1 artinya Penyelenggaraan proyek terlambat dari
perencanaan )
4.3.2. Indeks Penampilan Biaya
Untuk mendapatkan Nilai CPI digunakan rumus :
Nilai SPI perminggu diperoleh sebagai berikut :
BCWP = Rp 48.239.366
ACWP = Rp 48.239.366
CPI = Rp 48.239.366
=1
(Nilai Menunjukkan CPI < 1 artinya biaya volume actual lebih kecil dari biaya actual (cost
ovverun)
4.3.3. Rasio Kritis
Untuk mendapatkan nilai Rasio kritis (CR) CR = SPI X CPI
Untuk pekerjaan pada minggu pertama bulan 2011
CR = 0,70 X 1
= 0,7 (Pekerjaaan dalam keadaan kritis)

21
4.4. Prakiraan Biaya Proyek Sampai Tanggal Pelaporan
Dari data-data proyek dan hasil analisis sebelumnya, diperoleh data sebagai berikut :
1. Waktu penyelesaian pekerjaan = 16 Minggu
2. Total anggaran proyek (BAC) = Rp 3.470.458.000
3. BCWP (sampai minggu ke – 13) = Rp 1.250.753.063
4. ACWP (sampai minggu ke −13) = Rp 1.491.602.848
5. BCWS (sampai minggu ke – 13) = Rp 2.731.944.538
berdasarkan data-data tersebut diatas dapat ditentukan nilai prakiraan waktu dan biaya
penyelesaian sebagai berikut :
4.4.1. Analisa Prakiraan Waktu Penyelesaian
a. Penyimpangan terhadap jadwal (Schedule Varians / SV ) :
SV = BCWP – BCWS
= Rp 1.250.753.063 – Rp2.731.944.538
= Rp -1.481.191.474
(Pelaksanaan proyek terlambat dari jadwal yang diencanakan sehingga terjadi
penyimpangan biaya)
b. Indeks kinerja waktu ( Schedule Performance Indeks / SPI )
SPI = BCWP / BCWS
= Rp 1.250.753.063 / Rp 2.731.944.538
= 0,46 %
(Nilai Diatas menunjukkan CPI <1 artinya biaya lebih besar dari anggaran)
c. Perkiraan Waktu Penyelesaian Proyek (Estimasi At Compleation Date/
Total waktu = 16 Minggu
Waktu yang telah dilalui = 13 Minggu
Sisa waktu penyelesaian = 3 minggu
ECD = (Sisa waktu / SPI) + Waktu yang telah dilalui
=3/ 0,46 + 12
=22,55
D = ECD – Total Waktu
=22,55 - 16
=6,55

22
(dibulatkan menjadi 7 minggu berarti ada penambahan waktu 7 minggu )
4.4.2. Analisa Prakiraan Biaya Penyelesaian
a) Penyimpangan Terhadap Biaya (Cost Varians / CV ) :
CV = BCWP – ACWP
= Rp 1.250.753.063 - Rp 1.491.602.84
= Rp -240.849.785
(Pelaksanaan proyek terlambat dari jadwal yang diencanakan sehingga terjadi
penyimpangan biaya )
b) Indeks kinerja Biaya (Cost Performance Indeks / CPI)
CPI = BCWP / ACWP
= Rp 1.250.753.063 / Rp 1.491.602.848
= 0,84 %
(Nilai Diatas menunjukkan CPI <1 artinya biaya lebih besar dari anggaran)
BV = BCWS – ACWP
= Rp 2.731.944.538 - Rp 1.491.602.848
= Rp 1.240.341.689
(Anggaran lebih kecil dari anggaran yang direncanakan )
c) Prakiraan biaya saat penyelesaian tersisa (Estimate to Completion / ETC)
ETC = (BAC – BCWP) / CPI
= Rp 3.470.458.000 – Rp 1.250.753.063 / 0,84
= Rp 2.647.139.794
d). Prakiraan biaya pada saat penyelesaian Proyek ( Estimate at Compleation )
EAC = ETC + ACWP
= Rp 2.647.139.794 + Rp 1.491.602.848
= Rp 4.138.742.643
Dapat diketahui bahwa biaya yang diperlukan untuk penyelesaian proyek lebih besar
dari anggaran yang direncanakan karena terjadi penambahan waktu. Dari hasil
perhitungan tersebut.
Sisa anggaran = BAC – EAC
= Rp -668.284.642
= 19,25 %

23
4.5. Hasil Penyelesaian Proyek
Dari data-data proyek diperoleh data sebagai berikut :
1. Waktu penyelesaian pekerjaan = 16 Minggu
2. Total anggaran proyek (BAC) = Rp 3.470.458.000
3. BCWP (sampai minggu ke – 16) = Rp 1.946.926.938
4. ACWP (sampai minggu ke −16) = Rp 2.194.717.639
5. BCWS (sampai minggu ke – 16) = Rp 3.470.458.000
1) Penyimpangan Terhadap Jadwal
SV = BCWP – BCWS
= Rp 1.946.926.938 - Rp 3.470.458.000
= Rp -1.523.531.062 (Pelaksanaan proyek terlambat dari jadwal yang diencanakan
sehingga terjadi penyimpangan biaya)
2) Indeks Kinerja Waktu
SPI = BCWP / BCWS
= Rp 1.946.926.938 / Rp 3.470.458.000
= 0,56 %
(Nilai menunjukkan CPI <1 artinya biaya lebih besar dari anggaran)
3) Penyimpangan Terhadap Biaya
CV = BCWP – ACWP
= Rp 1.946.926.938 - Rp 2.194.717.639
= Rp -247.790.701
(Pelaksanaan proyek terlambat dari jadwal yang diencanakan sehingga terjadi
penyimpangan biaya )
4) Indeks Kinerja Biaya
CPI = BCWP / ACWP
= Rp 1.946.926.938 / Rp 2.194.717.639
= 0,89 %
(Nilai menunjukkan CPI <1 artinya biaya lebih besar dari anggaran)
5) Penyimpangan Terhadap Anggaran
BV = BCWS – ACWP
= Rp 3.470.458.000 - Rp 2.194.717.639

24
= Rp 1.275.740.361
(Selisih anggaran rencana dengan yang anggaran aktual)
6) Prakiraan Biaya Saat Penyelesaian Tersisa
ETC = (BAC – BCWP) / CPI
= Rp 3.470.458.000 – Rp 1.946.926.938 / 0,89
= Rp 1.717.435.015
7) Prakiraan Biaya Pada Saat Penyelesaian Proyek
EAC = ETC + ACWP
= Rp 1.717.435.015 + Rp 2.194.717.639
= Rp 3.912.152.655
( > Anggaran berarti terjadi penambahan biaya )
Sisa anggaran = BAC – EAC
= Rp 3.470.458.000 - Rp 3.912.152.655
= Rp -441.694.654
= -12,72 %
( Persentase penambahan biaya dari biaya rencana )

Jadi dapat disimpulkan bahwa perbandingan perhitungan antara prakiraan


penyelesaian proyek dengan metode analisa nilai hasil dengan perhitungan keadaan proyek
sampai jadwal penyelesaian proyek adalah hampir sama, selisih yang terjadi adalah dalam
perhitungan prakiraan analisa nilai hasil sisa anggaran yaitu sebesar - 19,25 % sedangkan
perhitungan sampai proyek selesai adalah sebesar -12,72 %. Jadi dapat disimpulkan kalau
keadaan proyek Peningkatan Jalan Dewi Sartika Kendari mengalami penambahan waktu
akibat kurang baiknya sistem pengendalian pada proyek tersebut.

25
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil uraian makalah di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Langkah-langkah perencanaan meliputi :


a) Penentuan tujuan proyek dan kebutuhan-kebutuhan untuk mencapai tujuan tersebut
b) Mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu dan
bagaimana urutan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut
c) Organisasi proyek dirancang untuk menentukan departemen-departemen yang ada,
subkontraktor yang diperlukan dan manajer-manajer yang bertanggung jawab terhadap
aktivitas pekerjaan yang ada
d) Jadwal untuk setiap aktivitas. Kapan aktivitas dimulai dan kapan aktivitas harus selesai.
e) Mempersiapkan anggaran dan sumberdaya yang diperlukan untuk melaksanakan setiap
aktivitas
f) Mengistimasi waktu, biaya dan performansi penyelesaian proyek
2) Secara umum ada tiga langkah pokok dalam proses pengendalian, yaitu :
a) Menentukan standar performansi sesuatu yang akan dikendalikan. Standar ini bisa
berupa spesifikasi teknis, biaya yang dianggarkan, jadwal dan kebutuhan sumberdaya
b) Membandingkan antara performansi aktual dan performansi standar hasil pekerjaan
dan pengeluaran yang sudah terjadi dibandingkan dengan jadwal, biaya dan
spesifikasi performansi yang direncanakan.
c) Melakukan tindakan koreksi, bila performansi aktual secara signifikan menyimpang
dari yang direncanakan tindakan koreksi perlu dilakukan. Tindakan koreksi bisa
berupa perubahan pekerjaan, standar dan rencana diubah atau penambahan
sumberdaya.
3) Penyimpangan waktu penyelesaian pekerjaan dari minggu ke 13 sebesar 7 (tujuh) minggu
sehingga total waktu penyelesaian pekerjaan selama 20 minggu.
4) Perkiraan selisih biaya akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan adalah Rp.
441.694.654,

26
DAFTAR PUSTAKA

Ervianto, W.i. 2009. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta : ANDI OFFSET

Harpito, Anwardi, dan Lailatul Syifa Tanjung. 2018. Evaluasi Perencanaan dan Pengendalian
Proyek Pembangunan Air Bersih Dengan Menggunakan Metode Lean Project
Management. Jurnal Teknik Industri. Vol 4 (2)

Junaidi, dkk. 2012. Pengendalian Waktu dan Biaya Pada Tahap Pelaksanaan Proyek Dengan
Menggunakan Metpde Nilai Hasil. Jurnal Sipil Statik. Vol 1(1). Hal 44-52

Mahapatni, Ida Ayu Putu Sri. 2019. METODE PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN
PROYEK KONSTRUKSI. UNHI Press. Denpasar-Bali

Pratawijaya, Y. 2001. Analisis Variabel Ketidakpastian pada Estimasi Harga Satuan Pekerjaan
Proyek Konstruksi. Institut Teknologi Bandung

Santosa, B. 2008. Manajemen Proyek Konsep dan Implementasi. Yogyakarta : Graha Ilmu

Wala Mycle. 2013. Penilaian Kinerja Konsultan Perencana Bangunan Dengan Metode Analytic
Hierarchy Process. MEDIA ENGINEERING. Vol 3 (2). Hal 99 – 108

27

Anda mungkin juga menyukai