“OPERASI PEMELIHARAAN
PADA RUAS JALAN DEWI SARTIKA,
KELURAHAN POASIA, KECAMATAN POASIA, KOTA KENDARI TAHUN 2019”
OLEH :
MANAJEMEN REKAYASA
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas nikmat kesehatam dam kesempatan
sehingga penulis dengan penuh rasa syukur dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen
Operasi Infrastruktur tentang “Operasi Pemeliharaan Proyek”.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
peradaban manusia dari zaman kegelapan menjadi zaman yang terang benderang seperti saat ini,
serta keluarganya, sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya
hingga akhir zaman.
Kesulitan dan rintangan bertubi-tubi dihadapi penulis dalam penyelesaian tugas ini.
Namun berkat kekuatan dan atas izin Allah SWT serta bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak sehingga penulisan tugas ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan ini
masih sangat jauh dari kata sempurna disebabkan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan
yang dimiliki penulis sehingga kata permohonan maaf dihaturkan jika dalam penulisan ini
terdapat kesalahan dan kekeliruan. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................... 3
2.1. Proyek Konstruksi ............................................................................................................ 3
2.1.1. Tahap Perencanaan ................................................................................................. 4
2.1.2. Tahap Perancangan ................................................................................................. 4
2.1.3. Tahap Pengadaan/Pelelangan .................................................................................. 5
2.2. Manajemen Proyek ........................................................................................................... 6
BAB III PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK ............................................. 7
3.1. Perencanaan Proyek.......................................................................................................... 7
3.1.1. Tujuan Perencanaan Proyek .................................................................................... 8
3.1.2. Tahap-Tahap Perencanaan Proyek .......................................................................... 8
3.1.3. Estimasi Biaya......................................................................................................... 9
3.1.4. Penawaran Harga Pekerjaan.................................................................................... 11
3.1.5. Perencanaan Waktu ................................................................................................. 12
3.2. Pengendalian Proyek ........................................................................................................ 15
3.2.1. Fungsi Pengendalian Proyek ................................................................................. 17
3.2.2. Faktor Penghambat Proses Pengendalian .............................................................. 17
3.2.3. Faktor Pendukung Proses Pengendalian ................................................................ 17
3.2.4. Langkah-Langkah Dalam Pengendalian................................................................ 18
BAB IV MANAJEMEN OPERASI DAN PROYEK PENINGKATAN
RUAS JALAN DEWI SARTIKA ............................................................................. 19
4.1. Analisa Data ..................................................................................................................... 19
iii
4.2. Analisa Nilai Hasil ........................................................................................................... 20
4.3. Analisa Persentasi Progress Pekerjaan ............................................................................. 21
4.4. Prakiraan Biaya Proyek Sampai Tanggal Pelaporan ........................................................ 22
4.5. Hasil Penyelesaian Proyek ............................................................................................... 25
BAB V KESIMPULAN ............................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 27
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi
sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu kegiatan yang telah ditentukan. Pengertian
proyek dalam pembahasan ini dibatasi dalam arti proyek konstruksi , yaitu proyek yang
berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan). Secara umum ada lima tahapan dalam
proyek konstruksi yaitu ; tahap perencanaan, tahap perancangan, Tahap pengadaan/pelelangan,
dan tahap pelaksanaan.
2.1.1. Tahap perencanaan (planning)
Perencanaan adalah suatu tahapan dalam manajemen proyek yang mencoba
meletakkan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala program teknis dan
administrative agar dapat diimplementasikan. Perencanaan merupakan salah satu fungsi
vital dalam kegiatan manajemen proyek. Perencanaan dikatakan baik bila seluruh proses
kegiatan yang ada di dalamnya dapat diimplementasikan sesuai dengan sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan dengan tingkat penyimpangan minimal serta hasil akhir
maksimal.
4
(4) Mempersiapkan rancangan skema (pra-desain) termasuk taksiran biayanya,
rancangan terinci (detail desain), gambar kerja, spesifikasi, jadwal, daftar volume,
taksiran biaya akhir, dan program pelaksanaan pendahuluan termasuk jadwal
waktu.
2.1.3. Tahap pengadaan/pelelangan
Tujuan dari tahap pengadaan/pelelangan adalah untuk menunjuk kontraktor sebagai
pelaksana atau sejumlah kontraktor sebagai sub-kontraktor yang melaksanakan
konstruksi di lapangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah :
(1) Prakualifikasi
Prosedur ini dikenal sebagai babak prakualifikasi yang meliputi pemeriksaan
sumber daya keuangan, manajerial dan fisik kontraktor yang potensial, dan
pengalamannya pada proyek-proyek serupa, serta integritas perusahaan. Untuk
proyek-proyek milik pemerintah, kontraktor yang memenuhi persyaratan biasanya
dimasukkan ke dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM).
(2) Dokumen Kontrak
Dokumen kontrak didefinisikan sebagai dokumen legal yang menguraikan tugas
dan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Dokumen kontrak akan
ada setelah setelah terjadi ikatan kerja sama antara dua pihak atau lebih. Sebelum
hal ini terjadi terdapat proses pengadaan atau proses pelelangan dimana diperlukan
dokumen lelang atau dokumen tender.
2.1.4. Tahap pelaksanaan
Tujuan dari tahap pelaksanaan adalah untuk mewujudkan bangunan yang
dibutuhkan oleh Pemilik proyek dan sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam
batasan biaya dan waktu yang telah disepakati, serta dengan kualitas yang telah
disyaratkan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan,
mengkoordinasikan, dan mengendalikan semua operasional di lapangan.
Pengendalian proyek secara umum meliputi :
(1) Pengendalian jadwal waktu pelaksanaan
(2) Pengendalian organisasi lapangan
(3) Pengendalian tenaga kerja
(4) Pengendalian peralatan dan material
5
(5) Tahap pemeliharaan
Tujuan dari tahap ini adalah menjamin agar bangunan yang telah sesuai dengan
dokumen kontrak dan semua fasilitas bekerja sebagaimana mestinya. Kegiatan yang
dilakukan adalah :
(1) Mempersiapkan data-data pelaksanaan, baik berupa data-data selama pelaksanaan
maupun gambar pelaksanaan (as build drawing).
(2) Meneliti bangunan secara cermat dan memperbaiki kerusakan-kerusakan
(3) Mempersiapkan petunjuk operasional/pelaksanaan serta pedoman pemeliharaan
(4) Melatih staff untuk melaksanakan pemeliharaan. Pihak yang terlibat adalah
konsultan pengawas/MC, pemakai, dan pemilik.
2.2. Manajemen Operasi
Jay Heizer dan Barry Render (2005:4) mengartikan manajemen operasi sebagai
serangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah
input menjadi output.
Manajemen operasi menurut Richard L Daft (2006:216) adalah bidang manajemen yang
mengkhususkan pada produksi barang, serta menggunakan alat-alat dan teknik-teknik khusus
untuk memecahkan masalah-masalah produksi.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen produksi dan operasi
merupakan serangkaian proses dalam menciptakan barang, jasa, atau kegiatan yang mengubah
bentuk dengan menciptakan atau menambah manfaat suatu barang atau jasa yang akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Konsep manajemen operasi merupakan kegiatan menciptakan barang dan jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen, dan kegiatan ini menjadi fungsi utama
perusahaan, melalui konsep manajemen operasi, segala sumber daya masukan perusahaan
diintegrasikan untuk menghasilkan keluaran yang memiliki nilai tambah. Produk yang dihasilkan
dapat berupa barang akhir, barang setengah jadi atau jasa.
Konsep manajemen operasi merupakan kegiatan yang kompleks, tidak hanya mencakup
pelaksanaan fungsi manajemen dalam mengoordinasi berbagai kegiatan dalam mencapai tujuan
operasi, tetapi juga mencakup kegiatan teknis untuk menghasilkan suatu produk yang memenuhi
spesifikasi yang diinginkan, dengan proses produksi yang efisien dan efektif serta dengan
mengantisipasi perkembangan teknologi dan kebutuhan konsumen pada masa mendatang.
6
BAB III
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
7
3.1.1. Tujuan Perencanaan Proyek
Ada beberapa tujuan dari suatu perencanaan proyek, yaitu :
(1) Sebagai pedoman pelaksanaan, pengawasan, dan penutupan proyek
(2) Mendokumentasi asumsi-asumsi yang dijadikan dasar dalam perencanaan
(3) Mendokumentasi keputusan penting dan pertimbangannya
(4) Memfasilitasi komunikasi diantara stakeholder
(5) Mendefinisikan pemeriksaan (review) manajemen dalam hal ; isi, cakupan, waktu
(6) Sebagai dasar (baseline) untuk menilai kinerja dalam kegiatan pengawasan proyek
3.1.2. Tahap-Tahap Perencanaan Proyek
Orang menjadi pimpinan suatu pekerjaan proyek harus mendapat wewenang untuk
melakukan perencanaan, membuat jadwal dan anggaran. Langkah-langkah perencanaan
meliputi :
(1) Penentuan tujuan proyek dan kebutuhan-kebutuhan untuk mencapai tujuan tersebut
(2) Mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu
dan bagaimana urutan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut
(3) Organisasi proyek dirancang untuk menentukan departemen-departemen yang ada,
subkontraktor yang diperlukan dan manajer-manajer yang bertanggung jawab
terhadap aktivitas pekerjaan yang ada
(4) Jadwal untuk setiap aktivitas. Kapan aktivitas dimulai dan kapan aktivitas harus
selesai.
(5) Mempersiapkan anggaran dan sumberdaya yang diperlukan untuk melaksanakan
setiap aktivitas
(6) Mengistimasi waktu, biaya dan performansi penyelesaian proyek
Menurut Santosa, tahap perencanaan dalam siklus hidup proyek akan meliputi
kegiatan penyiapan rencana proyek secara detail dan penentuan spesifikasi proyek secara
rinci, terdiri dari :
(1) Jadwal pekerjaan
(2) Anggaran dan sistem pengendalian biaya
(3) Work Breakdown Structure secara rinci
(4) Bagian-bagian yang berisiko tinggi dan cukup sulit dan rencana tentang pengatasan
kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul
8
(5) Rencana sumber daya manusia dan pemakaian sumber daya lainnya
(6) Rencana pengujian hasil proyek
(7) Rencana dokumentasi
(8) Rencana peninjauan pekerjaan
(9) Rencana pelaksanaan hasil proyek
Memvisualisasikan dari
2 dimensi ke 3 dimensi
Produktifitas Netralisir
tenaga kerja dan risiko
alat Estimator
Metode Strategi
Konstruksi Penawaran
Strategi
Penawaran
9
(3) Memamahami hal-hal menyangkut produktivitas tenaga kerja dan kinerja peralatan
(4) Kreatif dan mampu mencari alternatif metoda konstruksi
(5) Mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik
(6) Sabar dan teliti dalam melakukan pekerjaan
(7) Mrmpunyai pengetahuan matematika dasar
(8) Mempunyai pengetahuan tentang operasi dan prosedur lapangan
(9) Mampu mengidentifikasikan dan menetralisir risiko
(10) Mampu membuat atau membantu jadwal konstruksi
(11) Mampu mengatasi batas waktu
(12) Mempunyai standar kode etik yang tinggi
Estimasi biaya mempunyai dampak pada kesuksesan proyek dan perusahaan.
Keakuratan dalam estimasi biaya tergantung pada keahlian dan kerajinan estimator dalam
mengikuti seluruh proses pekerjaan dan sesuai dengan infomasi terbaru. Secara umum
komponen biaya yang tercantum dalam estimasi biaya konstruksi meliputi :
(1) Estimasi biaya langsung yaitu semua biaya yang menjadi komponen permanen hasil
akhir proyek (material. Lanor dan peralatan)
(2) Estimasi biaya tak langsung yaitu semua biaya yang mendukung pekerjaan tetapi
tidak tercantum dalam mata pembayaran dari pekerjaan seperti :
Biaya Over head adalah biaya tambahan yang harus dikeluarkan dalam
pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan namun tidak berhubungan langsung dengan
biaya bahan, peralatan dan tenaga kerja. Contoh, ketika bagian logistik memesan
semen dilakukan dengan menggunakan telepon genggam (HP). Biaya pulsa
telepon tersebut tidak dapat ditambahkan pada harga semen yang dipesan. Contoh
lain biaya operasional kantor proyek di lapangan (site office) seperti listrik, air,
telepon, gaji tenaga administrasi, dst. tidak dapat dimasukkan ke biaya pekerjaan
pondasi beton. Biaya overhead terbagi atas : general overhead dan project
overhead
Kontingensi : biaya tambahan yang dialokasikan untuk pekerjaan tambahan yang
mungkin terjadi (meskipun belum pasti terjadi). Contoh: untuk pekerjaan pondasi
beton diperlukan pemompaan lubang galian yang sebelumnya tidak diduga akan
tergenang air hujan.
10
Keuntungan (profit): tujuan estimator dalam menganalisis keuntungan adalah
mengharapkan keuntungan yang maksimum.
Pajak (tax): berupa antara lain Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%, Pajak
Penghasilan (PPh), dll.
Penyusunan anggaran biaya proyek (Ervianto, 2007) adalah sebagai berikut:
(1) Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan pasar untuk
menyediakan bahan/material konstruksi secara kontinu.
(2) Melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang berlaku di daerah lokasi
proyek dan atau upah pada umumnya jika pekerja didatangkan dari luar daerah lokasi
proyek.
(3) Melakukan perhitungan analisis bahan dan upah dengan menggunakan analisis yang
diyakini baik oleh si pembuat anggaran. Di pasaran terdapat buku BOW (Burgelijke
Openbare Werken).
(4) Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfaatkan hasil analisis
satuan pekerjaan dan daftar kuantitas pekerjaan.
(5) Membuat rekapitulasi.
3.1.4. Penawaran Harga Pekerjaan
Dalam mengajukan penawaran harga pekerjaan, yang hendak dicapai oleh kontraktor
adalah mengajukan penawaran dengan harga yang terbaik dimana memiliki peluang yang
besar untuk memperoleh/memenangkan pekerjaan dan memberikan keuntungan maksimal
(Partawijaya, 2001).
Besarnya harga penawaran adalah total biaya pekerjaan atau biaya langsung
ditambah biaya tidak langsung. Besarnya total biaya pekerjaan merupakan penjumlahan
dari harga masing-masing pekerjaan yang telah disusun sebelumnya.
Harga penawaran adalah jumlah dari total biaya pekerjaan (biaya langsung) dengan
biaya tak langsung.
11
kerja disetiap daerah berbeda-beda. Jadi dalam menghitung dan menyusun anggaran biaya
suatu bangunan/proyek di tempat tertentu, maka harus berpedoman pada harga satuan
bahan dan upah tenaga kerja di tempat tersebut. Besarnya masing-masing biaya tergantung
daripada kuantitas material dan tingkat produktivitas peralatan dan tenaga kerja yang
digunakan sesuai dengan satuan kuantitas masing-masing pekerjaan seperti luas (m²),
volume (m³), m. lump sum, unit dan lain-lain.
Harga satuan pekerjaan (R) = biaya material + biaya alat + biaya upah
12
Tabel 1. Contoh Gannt Charts
Aktivitas Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5
A
B
C
D
Sumber :” Mahapatni. 2019”
Gantt Charts tidak bisa secara aksplisit menunjukkan keterkaitan antar aktivitas dan
bagaimana satu aktivitas berakibat pada aktivitas lain bila waktunya terlambat atau
dipercepat. Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada pada Gantt Charts, cara
baru dikenal sebagai jaringan kerja atau network.Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan jaringan kerja adalah :
(1) Macam-macam aktivitas yang ada
(2) Ketergantungan antar aktivitas, mana yang lebih dahulu diselesaikan mana yang
menyusul.
(3) Urutan logis dari masing-masing aktivitas.
(4) Waktu penyelesaian tiap aktivitas
Ada dua pendekatan dalam hal menggambarkan diagram jaringan kerja:
3.1.5.1. Diagram panah (Arrow Diagram)
Terdiri dari anak panah dan lingkaran/segi empat. Anak panah menggambarkan
kegiatan/aktivitas, sedangkan lingkaran/segiempat menggambarkan kejadian (event).
Kejadian di awal anak panah disebut „I”, sedangkan kejadian di akhir anak panah
disebut node “J”.
Pada penggambaran network planning, digunakan simbul yang dapat berbentuk
segi empat ataupun lingkaran. Simbul-simbul ini dapat digunakan asalkan disertai
legenda yang menjelaskan maksud oleh pembuatnya.
Simbol-simbol yang digunakan dalam menggambarkan suatu jaringan adalah
sebagai berikut (Hayun, 2005):
anak panah/busur mewakili ( ) sebuah kegiatan atau aktivitas yaitu tugas yang
dibutuhkan oleh proyek. Kegiatan di sini didefinisikan sebagai hal yang
memerlukan duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah
13
resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya). Kepala anak panah
menunjukkan arah tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan
dimulai pada permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri
ke kanan. Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama sekali tidak
mempunyai arti. Jadi, tak perlu menggunakan skala.
Lingkaran kecil/simpul/node ( ) mewakili sebuah kejadian atau peristiwa atau
event. Kejadian didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau
beberapa kegiatan. Sebuah kejadian mewakili satu titik dalam waktu yang
menyatakan penyelesaian beberapa kegiatan dan awal beberapa kegiatan baru.
Titik awal dan akhir dari sebuah kegiatan karena itu dijabarkan dengan dua
kejadian yang biasanya dikenal sebagai kejadian kepala dan ekor. Kegiatan-
kegiatan yang berawal dari saat kejadian tertentu tidak dapat dimulai sampai
kegiatan-kegiatan yang berakhir pada kejadian yang sama diselesaikan. Suatu
kejadian harus mendahulukan kegiatan yang keluar dari simpul/node tersebut.
Anak panah terputus-putus (---->) menyatakan kegiatan semu atau dummy
activity. Setiap anak panah memiliki peranan ganda dalam mewakili kegiatan
dan membantu untuk menunjukkan hubungan utama antara berbagai kegiatan.
Dummy di sini berguna untuk membatasi mulainya kegiatan seperti halnya
kegiatan biasa, panjang dan kemiringan dummy ini juga tak berarti apa-apa
sehingga tidak perlu berskala. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa
kegiatan dummy tidak memakan waktu dan sumbar daya, jadi waktu kegiatan
dan biaya sama dengan nol.
Anak panah tebal ( ) merupakan kegiatan pada lintasan kritis.
Dalam penggunaannya, simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti aturan-
aturan sebagai berikut :
Di antara dua kejadian (event) yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak
panah.
Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor kejadian.
Aktivitas harus mengalir dari kejadian bernomor rendah ke kejadian bernomor
tinggi.
14
Diagram hanya memiliki sebuah saat paling cepat dimulainya kejadian (initial
event) dan sebuah saat paling cepat diselesaikannya kejadian
3.1.5.2. Diagram Precendence (Precendence Diagram)
Kegiatan dalam Precedence Diagram Method (PDM) digambarkan oleh sebuah
lambing segi empat karena letak kegiatan ada di bagian node sehingga sering disebut
juga Activity On Node (AON). Kelebihan Precedence Diagram Method
dibandingkan dengan Arrow Diagram Method adalah :
Tidak memerlukan kegiatan fiktif/dummy sehingga pembuatan jaringan
menjadi lebih sederhana.
Hubungan overlapping yang berbeda dapat dibuat tanpa menambah jumlah
kegiatan.
Kegiatan Precedence Diagram Method diwakili oleh sebuah lambang yang
mudah diidentifikasi, misalnya seperti gambar 3.2 di bawah ini:
15
diperlukan sumber daya dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai
sasaran.
Perencanaan dibuat sebagai bahan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan. Bahan acuan tersebut
selanjutnya akan menjadi standar pelaksanaan pada proyek yang bersangkutan, meliputi
spesifikasi teknik, jadwal, dan anggaran.
Pemantauan harus dilakukan selama masa pelaksanaan proyek untuk mengetahui prestasi
dan kemajuan yang telah dicapai. Informasi hasil pemantauan ini berguna sebagai menjadi bahan
evaluasi performa yang telah dicapai pada saat pelaporan. Evaluasi dilakukan dengan cara
membandingkan kemajuan yang dicapai berdasarkan hasil pemantauan dengan standar yang
telah dibuat berdasarkan perencanaan.
Menurut (Santosa, 2008) , menyatakan bahwa ada proses-proses tertentu yang perlu
dilakukan untuk melakukan pengendalian dalam manajemen proyek. Proyek tersebut terdiri dari:
1) Orientasi Pekerjaan
Suatu pekerjaan akan muncul dari pihak manajemen tingkat atas. Untuk sampai di
tingkat bawah agar dilaksanakan perlu adanya otorisasi, yakni pemberian wewenang ke
tingkat manajemen di bawahnya hingga ke tim pekerja untuk melakukan pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya seperti apa yang ditetapkan dalam rencana, jadwal dan
anggaran. Perintah kerja (work order) memuat :
Pernyataan pekerjaan
Anggaran berjalan untuk jam kerja langsung, material, dan biaya langsung yang lain
Jadwal, kejadian penting, hubungan dengan paket kerja yang lain
Posisi pekerjaan yang bersangkutan dalam WBS (Work Breakdown Structure)
Spesifikasi dan kebutuhan-kebutuhan
Tanda tangan pemberi wewenang dan penerima tanggungjawab.
2) Pengumpulan data
Perintah kerja dan rekening biaya yang bersangkutan adalah bagian penting dalam rangka
proses pengendalian. Perkembangan pekerjaan dan biayanya untuk setiap paket kerja
secara periodik dimasukkan ke dalam PCAS untuk kemudian diringkas dan dihitung untuk
keseluruhan paket kerja dan departemen. Dari sini akan didapat rangkuman informasi
16
mengenai biaya untuk departemen tertentu sampai saat tertentu, atau biaya untuk
sekumpulan paket kerja tertentu.
3.2.1. Fungsi Pengendalian Proyek
Pengendalian memiliki dua fungsi yang sangat penting, yaitu :
(1) Fungsi Pemantauan
Dengan pemantauan yang baik terhadap semua kegiatan proyek akan memaksa
unsur-unsur pelaksana untuk bekerja secara cakap dan jujur.
(2) Fungsi Manajerial
Pada proyek-proyek yang komplek dan mudah terjadi perubahan (dinamis)
pemakaian pengendalian dan sistem informasi yang baik akan memudahkan manajer
untuk segera mengetahui bagian-bagian pekerjaan yang mengalami kejanggalan atau
memiliki performa yang kurang baik. Dengan demikian dapat segera dilakukan usaha
untuk mengatasi atau meminimalkan kejanggalan tersebut.
3.2.2. Faktor Penghambat Proses Pengendalian
Ada beberapa factor yang menyebabkan pengendalian menjadi efektif, yaitu :
(1) Proyek
Pada proyek yang komplesksitasnya tinggi mengakibatkan kesulitan dalam
koordinasi dan komunikasi
(2) Tenaga kerja
Pengawas yang kurang ahli dibidangnya atau kurang berpengalaman dapat
menyebabkan pengendalian proyek menjadi tidak efektif dan kurang akurat.
(3) Sistem pengendalian
Penerapan sistem informasi dan pengawasan yang terlalu formal dengan
mengabaikan hubungan kemanusiaan akan timbul kekakuan dan keterpaksaan.
3.2.3. Faktor Pendukung Proses Pengendalian
Ada beberapa factor yang perlu diperhatikan agar pengendalian dan sistem informasi
berlangsung dengan baik :
(1) Ketepatan waktu
Keterlambatan pemantauan hanya akan menghasilkan informasi yang sudah tidak
sesuai lagi dengan kondisi
17
(2) Akses antar tingkat
Derajat kemudahan untuk akses dalam jalur pelaporan performa sangat berpengaruh
untuk menjaga efektifitas sistem pengendalian
(3) Perbandingan data terhadap informasi
Data yang diperoleh dari pengamatan harus mampu memberikan informasi secara
proporsional. Jangan sampai terjadi jumlah data yang didapat berjumlah ribuan
bahkan ratusan ribu namun hanya memberkan satu dua informasi.
(4) Data informasi yang dapat dipercaya
Masalah ini menyagkut kejujuran dan kedisiplinan semua pihak yang terlibat dalam
proyek. Semua perjanjian dan kesepakatan yang telah dibuat seperti waktu
pengiriman peralatan dan bahan, waktu pembayaran harus benar-benar ditepati.
(5) Obyektif data
Data yang diperoleh harus sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Pemakaian
asumsi, kira-kira atau pendapat pribadi tidak boleh dimasukkan sebagai data hasil
pengamatan.
3.2.4. Langkah-langkah dalam Pengendalian
Secara umum ada tiga langkah pokok dalam proses pengendalian, yaitu :
(1) Menentukan standar performansi sesuatu yang akan dikendalikan. Standar ini bisa
berupa spesifikasi teknis, biaya yang dianggarkan, jadwal dan kebutuhan sumberdaya
(2) Membandingkan antara performansi aktual dan performansi standar hasil pekerjaan
dan pengeluaran yang sudah terjadi dibandingkan dengan jadwal, biaya dan
spesifikasi performansi yang direncanakan.
(3) Melakukan tindakan koreksi, bila performansi aktual secara signifikan menyimpang
dari yang direncanakan tindakan koreksi perlu dilakukan. Tindakan koreksi bisa
berupa perubahan pekerjaan, standar dan rencana diubah atau penambahan
sumberdaya.
18
BAB IV
MANAJEMEN OPERASI DAN PROYEK
PENINGKATAN RUAS JALAN DEWI SARTIKA
4.1. Analisa Data
4.1.1. Analisa Anggaran Biaya yang Dijadwalkan
Analisa anggaran yang direncanakan untuk kegiatan yang dilaksanakan. Seperti
jumlah anggaran untuk menyelesaikan pekerjaan yang sesuai dengan jadwal (BCWS).
(1) Untuk perkiraan pada Minggu pertama Bulan Agustus 2019
Total Anggaran Proyek (BAC) = Rp 3.470.458.000
Bobot BCWS = 1,98 %
BCWS = 1,98 % X Rp 3.470.458.000
(2) Untuk minggu kedua bulan 2019
Total Anggaran Proyek (BAC) = Rp 3.470.458.000
Bobot BCWS = 2,25 % (Tabel 2)
BCWS = 2,25 % X Rp 3.470.458.000
= Rp 78,085,305.00
4.1.2. Analisa Anggaran Biaya yang Dilaksanakan
Analisa Jumlah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan pekerjaan yang telah
diselesaikan dilapangan (BCWP). Nilai BCWP perminggu diperoleh berdasarkan data
jadwal pelaksanaan kemajuan pekerjaan dihitung sebagia berikut :
(1) Untuk pekerjaan Pada minggu pertama bulan Agustus 2019
Total anggaran Proyek (BAC) = Rp 3.470.458.000
Bobot BCWP = 1,39 %
BCWP = 1,39% X Rp 3.470.458.000
= Rp 48.239.366.20
(2) Untuk pekerjaan pada minggu kedua bulan Agustus 2019
Total anggaran Proyek (BAC) = Rp 3.470.458.000
Bobot BCWP = 1,1 %
BCWP = 1,1 % X Rp 3.470.458.000
= Rp 38.175.038.00
19
4.1.3. Analisa Anggaran Biaya Realisasi Pekerjaan
ACWP adalah Analisa jumlah biaya actual yang dikeluarkan sesuai dengan
pekerjaan yang telah diselesaikan. Nilai ACWP perminggu dapat diperoleh berdasarkan
bobot mingguan Time schedule anggaran dihitung sebagian berikut :
Total anggaran Proyek (BAC) = Rp 3.470.458.000
Bobot ACWP = 1,39 %
ACWP = 1,39 % X Rp 3.470.458.000
= Rp 48.239.366
4.2. Anila Nilai Hasil
4.2.1. Penyimpangan Terhadap Waktu
Rumus untuk mencari SV adalah :
SV = BCWP – BCWS
Jadi untuk pekerjaan pada minggu pertama bulan Agust 2019: Diketahuai nilai:
BCWP = Rp 48.239.366
BCWS = Rp 68.715.068
SV = Rp 48.239.366 - Rp 68.715.068
= -20.475.702 (-) artinya pelaksanaan proyek terlambat dari jadwal rencana.
4.2.2. Penyimpangan Terhadap Biaya
Nilai Cost Varians (CV) setiap periode dapat diperoleh Dengan menggunakan
Rumus :
CV = BCWP – ACWP
Jadi Untuk Pekerjaan pada Minggu Pertama bulan Agustus 2019
BCWP = Rp 48.239.366
ACWP = Rp 48.239.366
CV = Rp 48.239.366 - Rp 48.239.366
= Rp 0
Nilai CV menunjukkan 0 artinya pelaksanaan proyek sesuai dari jadwal rencana.
4.2.3. Penyimpangan Terhadap Anggaran
Nilai BV setiap periode dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
BV = BCWS – BCWP
Untuk pekerjaan pada minggu pertama bulan Agustus 2019 :
20
BCWS = Rp 68.715.068
BCWP = Rp 48.239.366
BV = Rp 68.715.068 - Rp 48.239.366
= Rp 20.475.702
4.3. Analisa Persentasi Progress Pekerjaan
4.3.1. Indeks Penampilan Jadwal
Untuk Mendapatkan Nilai SPI setiap periode digunakan Rumus :
Nilai SPI perminggu dapat diperoleh sebagai berikut :
Untuk pekerjaan pada minggu pertama bulan September 2011
BCWP = Rp 48.239.366
BCWS = Rp 68.715.068
SPI =
= 0,70
( Nilai ini menunjukkan SPI < 1 artinya Penyelenggaraan proyek terlambat dari
perencanaan )
4.3.2. Indeks Penampilan Biaya
Untuk mendapatkan Nilai CPI digunakan rumus :
Nilai SPI perminggu diperoleh sebagai berikut :
BCWP = Rp 48.239.366
ACWP = Rp 48.239.366
CPI = Rp 48.239.366
=1
(Nilai Menunjukkan CPI < 1 artinya biaya volume actual lebih kecil dari biaya actual (cost
ovverun)
4.3.3. Rasio Kritis
Untuk mendapatkan nilai Rasio kritis (CR) CR = SPI X CPI
Untuk pekerjaan pada minggu pertama bulan 2011
CR = 0,70 X 1
= 0,7 (Pekerjaaan dalam keadaan kritis)
21
4.4. Prakiraan Biaya Proyek Sampai Tanggal Pelaporan
Dari data-data proyek dan hasil analisis sebelumnya, diperoleh data sebagai berikut :
1. Waktu penyelesaian pekerjaan = 16 Minggu
2. Total anggaran proyek (BAC) = Rp 3.470.458.000
3. BCWP (sampai minggu ke – 13) = Rp 1.250.753.063
4. ACWP (sampai minggu ke −13) = Rp 1.491.602.848
5. BCWS (sampai minggu ke – 13) = Rp 2.731.944.538
berdasarkan data-data tersebut diatas dapat ditentukan nilai prakiraan waktu dan biaya
penyelesaian sebagai berikut :
4.4.1. Analisa Prakiraan Waktu Penyelesaian
a. Penyimpangan terhadap jadwal (Schedule Varians / SV ) :
SV = BCWP – BCWS
= Rp 1.250.753.063 – Rp2.731.944.538
= Rp -1.481.191.474
(Pelaksanaan proyek terlambat dari jadwal yang diencanakan sehingga terjadi
penyimpangan biaya)
b. Indeks kinerja waktu ( Schedule Performance Indeks / SPI )
SPI = BCWP / BCWS
= Rp 1.250.753.063 / Rp 2.731.944.538
= 0,46 %
(Nilai Diatas menunjukkan CPI <1 artinya biaya lebih besar dari anggaran)
c. Perkiraan Waktu Penyelesaian Proyek (Estimasi At Compleation Date/
Total waktu = 16 Minggu
Waktu yang telah dilalui = 13 Minggu
Sisa waktu penyelesaian = 3 minggu
ECD = (Sisa waktu / SPI) + Waktu yang telah dilalui
=3/ 0,46 + 12
=22,55
D = ECD – Total Waktu
=22,55 - 16
=6,55
22
(dibulatkan menjadi 7 minggu berarti ada penambahan waktu 7 minggu )
4.4.2. Analisa Prakiraan Biaya Penyelesaian
a) Penyimpangan Terhadap Biaya (Cost Varians / CV ) :
CV = BCWP – ACWP
= Rp 1.250.753.063 - Rp 1.491.602.84
= Rp -240.849.785
(Pelaksanaan proyek terlambat dari jadwal yang diencanakan sehingga terjadi
penyimpangan biaya )
b) Indeks kinerja Biaya (Cost Performance Indeks / CPI)
CPI = BCWP / ACWP
= Rp 1.250.753.063 / Rp 1.491.602.848
= 0,84 %
(Nilai Diatas menunjukkan CPI <1 artinya biaya lebih besar dari anggaran)
BV = BCWS – ACWP
= Rp 2.731.944.538 - Rp 1.491.602.848
= Rp 1.240.341.689
(Anggaran lebih kecil dari anggaran yang direncanakan )
c) Prakiraan biaya saat penyelesaian tersisa (Estimate to Completion / ETC)
ETC = (BAC – BCWP) / CPI
= Rp 3.470.458.000 – Rp 1.250.753.063 / 0,84
= Rp 2.647.139.794
d). Prakiraan biaya pada saat penyelesaian Proyek ( Estimate at Compleation )
EAC = ETC + ACWP
= Rp 2.647.139.794 + Rp 1.491.602.848
= Rp 4.138.742.643
Dapat diketahui bahwa biaya yang diperlukan untuk penyelesaian proyek lebih besar
dari anggaran yang direncanakan karena terjadi penambahan waktu. Dari hasil
perhitungan tersebut.
Sisa anggaran = BAC – EAC
= Rp -668.284.642
= 19,25 %
23
4.5. Hasil Penyelesaian Proyek
Dari data-data proyek diperoleh data sebagai berikut :
1. Waktu penyelesaian pekerjaan = 16 Minggu
2. Total anggaran proyek (BAC) = Rp 3.470.458.000
3. BCWP (sampai minggu ke – 16) = Rp 1.946.926.938
4. ACWP (sampai minggu ke −16) = Rp 2.194.717.639
5. BCWS (sampai minggu ke – 16) = Rp 3.470.458.000
1) Penyimpangan Terhadap Jadwal
SV = BCWP – BCWS
= Rp 1.946.926.938 - Rp 3.470.458.000
= Rp -1.523.531.062 (Pelaksanaan proyek terlambat dari jadwal yang diencanakan
sehingga terjadi penyimpangan biaya)
2) Indeks Kinerja Waktu
SPI = BCWP / BCWS
= Rp 1.946.926.938 / Rp 3.470.458.000
= 0,56 %
(Nilai menunjukkan CPI <1 artinya biaya lebih besar dari anggaran)
3) Penyimpangan Terhadap Biaya
CV = BCWP – ACWP
= Rp 1.946.926.938 - Rp 2.194.717.639
= Rp -247.790.701
(Pelaksanaan proyek terlambat dari jadwal yang diencanakan sehingga terjadi
penyimpangan biaya )
4) Indeks Kinerja Biaya
CPI = BCWP / ACWP
= Rp 1.946.926.938 / Rp 2.194.717.639
= 0,89 %
(Nilai menunjukkan CPI <1 artinya biaya lebih besar dari anggaran)
5) Penyimpangan Terhadap Anggaran
BV = BCWS – ACWP
= Rp 3.470.458.000 - Rp 2.194.717.639
24
= Rp 1.275.740.361
(Selisih anggaran rencana dengan yang anggaran aktual)
6) Prakiraan Biaya Saat Penyelesaian Tersisa
ETC = (BAC – BCWP) / CPI
= Rp 3.470.458.000 – Rp 1.946.926.938 / 0,89
= Rp 1.717.435.015
7) Prakiraan Biaya Pada Saat Penyelesaian Proyek
EAC = ETC + ACWP
= Rp 1.717.435.015 + Rp 2.194.717.639
= Rp 3.912.152.655
( > Anggaran berarti terjadi penambahan biaya )
Sisa anggaran = BAC – EAC
= Rp 3.470.458.000 - Rp 3.912.152.655
= Rp -441.694.654
= -12,72 %
( Persentase penambahan biaya dari biaya rencana )
25
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil uraian makalah di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
26
DAFTAR PUSTAKA
Harpito, Anwardi, dan Lailatul Syifa Tanjung. 2018. Evaluasi Perencanaan dan Pengendalian
Proyek Pembangunan Air Bersih Dengan Menggunakan Metode Lean Project
Management. Jurnal Teknik Industri. Vol 4 (2)
Junaidi, dkk. 2012. Pengendalian Waktu dan Biaya Pada Tahap Pelaksanaan Proyek Dengan
Menggunakan Metpde Nilai Hasil. Jurnal Sipil Statik. Vol 1(1). Hal 44-52
Mahapatni, Ida Ayu Putu Sri. 2019. METODE PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN
PROYEK KONSTRUKSI. UNHI Press. Denpasar-Bali
Pratawijaya, Y. 2001. Analisis Variabel Ketidakpastian pada Estimasi Harga Satuan Pekerjaan
Proyek Konstruksi. Institut Teknologi Bandung
Santosa, B. 2008. Manajemen Proyek Konsep dan Implementasi. Yogyakarta : Graha Ilmu
Wala Mycle. 2013. Penilaian Kinerja Konsultan Perencana Bangunan Dengan Metode Analytic
Hierarchy Process. MEDIA ENGINEERING. Vol 3 (2). Hal 99 – 108
27