PDF LP Meningitis Anak
PDF LP Meningitis Anak
Disusun Oleh :
Fitri Ekahariningtias
NIM: 433131490120010
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spiral
column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat. (Suriadi, 2006).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur. (NANDA,
2012).
B. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu :
1. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta ada yang disebabkan metastasis infeksi dari tempat lain yang
menyebar melalui darah. Penyebabnya ialah meningokok (Neisseria
meningitidisis), pneumokok (Diplococcus pneumoniae), haemophilus
influenzae.Ada pula yang timbul karena perjalanan radang langsung dari radang
tulang tengkorak, mastoiditis misalnya, dari tromboflebitis atau pada luka tembus
kepala.Penyebabnya ialah streptokok, stafilokok, kadang-kadang
pneumokok.Likuor serebrospinal keruh kekuning-kuningan karena mengandung
pus, nanah.Nanah ialah campuran leukosit hidup dan yang mati, jaringan yang
mati
dan bakteri.
Pada permulaan gejala awal meningitis purulenta adalah panas, menggigil, nyeri
kepala yang terus menerus, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan, kelemahan
umum dan rasa nyeri pada punggung dan sendi, setelah 12-24 jam tibul gambaran
klinis meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada kuduk dan brudzinski. Bila
terjadi koma yang dalam, tanda-tanda selaput otak akan menghilang, penderita
takut akan cahaya dan amat peka terhadap rangsangan, penderita sering gelisah,
mudah terangsang dan menunjukkan perubahan mental seperti bingung, hiperaktif
dan halusinasi. Pada keadaan koma yang berat dapat terjadi herniasi otak sehingga
terjadi dilatasi pupil dan koma.
2. Meningitis serosa
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lain seperti
lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia. Likuor serebrospinal jernih meskipun
mengandung jumlah sel dan protein yang meninggi. Meningitis tuberculosis terjadi
meningitis akut, dan paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun
anak-anak. Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian
atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran darah.
b. Meningitis Virus
Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik. Sering terjadi akibat
lanjutan dari bermacam-macam penyakit akibat virus, meliputi; measles,
mumps, herpes simplek, dan herpes zoster.
Meningitis virus adalah suatu sindrom infeksi virus susunan saraf pusat yang
c. Meningitis Jamur
Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit
oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga
penanganannya juga sulit.
Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat dapat berupa
meningitis (paling sering) dan proses desak ruang (abses atau kista).
C. Etiologi
1. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis. Adapun beberapa bakteri yang
secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah:
Haemophillus influenza
Streptococcus, grup A
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Klebsiella
Proteus
Pseudomonas
2. Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh
sendiri.Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal
(misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem
saraf pusat melalui sistem vaskuler.Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus seperti: campak, mumps,
herpes simplek, dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu
metabolisme sel sehingga sel mengalami nekrosis.Jenis lainnya juga mengganggu
produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan
gangguan neurologic.
3. Faktor predisposisi
Jenis kelamin: laki-laki lebih sering dibandingkan wanita.
4. Faktor maternal
Ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
5. Faktor Imunologi
Defesiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin, anak yang mendapat obat
imunosupresi.
6. Faktor resiko terjadinya meningitis :
a. Infeksi sistemik
Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara
hematogen sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis,
pneumonia, TBC, perikarditis, dll.
b. Trauma kepala
Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang
memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea
dan rhinorrhea
c. Kelainan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga
D. Manifestasi Klinis
1. Neonatus : menolak untuk makan, reflex menghisap kurang, muntah atau diare,
tonus otot kurang, kurang gerak, dan menangis lemah.
2. Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan
perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium,
halusinasi, perilaku agresif atau maniak, stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus.
Tanda kernig dan brudzinski positif, reflex fisiologis hiperaktif, ptechiae atau
E. Pathway
F. Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak
dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub
arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang,
direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan
subarachnoid. Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis,
memasuki cairan otak melalui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan
hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang
tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan
otak dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke
cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis
merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.
Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke saraf spinal yang
dapat menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat
menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan
hydrocephalus.
Meningitis terjadi akibat dari penyebaran penyakit di organ atau jaringan tubuh yang
lain. Virus atau bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya
penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, dan Bronchopneumonia. Masuknya
organisme melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Penyebaran organisme
bisa terjadi akibat prosedur pembedahan, pecahnya abses serebral atau kelainan sistem
saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tengkorak yang dapat
menimbulkan meningitis, dimana terjadinya hubungan antara CSF (Cerebro-spinal
Fluid) dan dunia luar. Penumpukan pada CSF akan bertambah dan mengganggu
aliran CSF di sekitar otak dan medulla spinalis. Mikroorganisme masuk ke susunan
saraf
pusat melalui ruang pada subarachnoid sehingga menimbulkan respon peradangan
seperti pada via, arachnoid, CSF, dan ventrikel. Efek peradangan yang di sebabkan
oleh mikroorganisme meningitis yang mensekresi toksik dan terjadilah toksekmia,
sehingga terjadi peningkatan suhu oleh hipotalamus yang menyebabkan suhu tubuh
meningkat atau terjadinya hipertermi (Suriadi & Rita Yuliani 2001).
Infeksi mikroorganisme terutama bakteri dari tonsil, bronkus, saluran cerna. Diotak
mikoorganisme berkembang biak membentuk koloni. Toksik yang dihasilan oleh
mikoorganisme melalui hematogen sampai ke hipotalamus.Volume pustula yang
semakin meningkat dapat mengakibatkan peningkatan intracranial.Desakan tersebut
dapat meningkatkan rangsangan di korteks serebri yang terdapat pusat pengaturan
sistem gastrointestinal sehingga merangsang munculna muntah dengan dengan cepat,
juga dapat terjadi gangguan pusat persnafasan.Peningkatan Intrakanial juga dapat
berdampak pada munculnya fase eksitasi yang terlalu cepat pada neuron sehingga
mwmunclkan kejang.Respon saraf juga tidak bisa berlangsung secara kondusif, ini
yang secara klinis dapat memunculkan respon patologis pada jaringan tersebut
seeperti munculnya tanda Kernig dan Brudinsky.
G. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada anak dengan meningitis, antara lain:
1. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul
bakteri.
3. Glukosa & dan LDH : meningkat.
4. LED/ESRD: meningkat.
5. CT Scan/MRI: melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom, hemoragik.
6. Rontgent kepala: mengindikasikan infeksi intrakranial.
7. Kultur Darah
8. Kultur Swab Hidung dan Tenggorokan
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Terapeutik
• Isolasi
• Mempertahankan ventilasi
• Memperbaiki anemia
2. Penatalaksanaan Medis
O Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
dipertahankan
O Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).
3. Penatalaksanaan di Rumah:
O Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu
panas dan tidak terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi
mensupport penyediaan oksigen lingkungan yang cukup karena anakyang
menderita demam terjadi peningkatan metabolisme aerobik yang praktis
membutuhkan masukan oksigen yang cukup. Selain itu ruangan yang cukup
oksigen juga berfungsi menjaga fungsi saluran pernafasan dapat berfungsi
dengan baik. Adapun lingkunganyang panas selain mempersulit perpindahan
panas anak ke lingkungan juga dapat terjadi sebaliknya kadang anak yang
justru menerima paparan sinar dari lingkungan.
O Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi kepala
Untuk patokan umum dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1
tahun 60 –
120 mg, 1-5 tahun 120-150 mg, 5 tahun ke atas 250-500 mg yang diberikan
rata-rata 3 kali sehari.
O Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata
kebutuhan 30-40 cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume untuk
mengganti cairan yang hilang karena peningkatan suhu tubuh juga berfungsi
Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal (genetik) dan
faktor eksternal (lingkungan). Faktor internal antara lain jenis kelamin, obstetrik dan
ras atau suku bangsa. Apabila faktor ini dapat berinteraksi dalam lingkungan yang
baik dan optimal, akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula. Gangguan
pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik, di negara
berkembang selain disebabkan oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh lingkungan
yang tidak memungkinkan seseorang tumbuh secara optimal. Faktor eksternal sangat
menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal. (Supariasa dkk, 2016).
Menurut Supariasa dkk, 2016 faktor lingkungan dapat dibagi dua, yaitu faktor
pranatal dan lingkungan pascanatal. Faktor lingkungan pranatal adalah faktor
lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan.
Soetjiningsih (1998) dalam Supariasa dkk, 2016, faktor lingkungan pasca natal adalah
faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan anak setelah lahir. Faktor
lingkungan pasca natal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anak yaitu :
sekolah, cinta dan kasih sayang serta kualitas interaksi antara anak dan orang tua.
Interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama orang tua berinteraksi dengan anak,
tetapi ditentukan oleh kualitas interaksi yaitu pemahaman terhadap kebutuhan
masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang
dilandasi oleh rasa kasih sayang (Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
5) Faktor keluarga dan adat istiadat Faktor keluarga dan adat istiadat yang
berpengaruh pada pertumbuhan anak antara lain : pekerjaan atau pendapatan
keluarga, stabilitas rumah tangga, norma dan tabu serta urbanisasi (Soetjiningsih
1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
meningkat. Dengan demikian asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak
tetapi juga pada orang tuanya. (Supartini, 2004). Dampak hospitalisasi :
1) Dampak privasi : Setiap mau melakukan tindakan perawat harus selalu
memberitahu dan menjelaskan tindakan perihal apa yang mau dilakukan
2) Gaya hidup : Pasien anak yang dirawat di rumah sakit sering kali mengalami
perubahan pola gaya hidup hal ini disebabkan perbedaan pola di rumah sakit
dengan di rumah anak
3) Otonomi : Ia akan pasrah terhadap tindakan apapun yang dilakukan oleh petugas
kesehatan demi mendapatkan kesembuhan. 4) Peran : Banyak yang berubah seperti
perubahan peran, masalah keuangan, perubahan kebiasaan sosial, dan rasa
kesepian. (Wong, 2008).
Pada neonatus : kaji adanya perilaku menolak untuk makan, refleks menghisap
kurang, muntah dan diare, tonus otot kurang, kurang gerak dan menagis lemah
Pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi, sakit kepala, muntah yang
diikuti dengan perubahan sensori, kejang mudah terstimulasi dan teragitasi,
fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak, penurunan kesadaran,
kaku kuduk, opistotonus, tanda kernig dan Brudzinsky positif, reflex fisiologis
hiperaktif, petchiae atau pruritus.
Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : kaji adanya demam, malas
ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda kernig dan Brudzinsky positif.
Pengkajian fokus yang memungkinkan muncul pada anak dengan Meningitis
a. Riwayat kesehatan
Anak yang menderita Meningitis mengalami gejala awal seperti peradangan pada
jaringan tubuh umumnya yaitu munculnya peningkatan suhu tubuh beberapa
hari.
b. Keluhan utama
Anak yang dibawa ke rumah sakit biasanya sudah mengalami peningkatan suhu
tubuh yang kadang diikuti dengan penurunan kesadaran dan kejang.
c. Kondisi fisik
Kesadaran anak menurun apatis sampai dengan nilai GCS yang berkisar antara 3
sampai dengan 9.Kondisi ini diikuti dengan peningkatan denyut jantung yang
terkesan lemah dan frekuensi > 100x/menit.Frekuensi pernapasan juga meningkat
30x/menit dengan irama kadang dangkal kadang dalam. Pada pengkajian
persarafan di jumpai kaku kuduk dengan reflek Kernig dan Brudiznky positif.
Turgor anak juga mungkin mengalami penurunan akibat peningkatan kehilangan
Cairan melalui proses evaporasi. Kualitas penurunan cairan juga dapat dapat
dibuktikan dengan mukosa bibir yang kering dan penurunan berat badan anak.
No Diagnosis Intervensi
Terapeutik
- HCHCeingdaahrti emrjanduinvyear
kvea jlasanvga
- Hindari penggunaan PEEP
- Hindari cairan IV hipotonik
- Atur ventilator agar PaCO2
optimal
- Pertahankan suhu
tubuh normal
Kolaborasi
Observasi :
- Monitor tanda dan gejala infeksi
lokal dan sitemik
Terapeutik
- Batasi jumlah pengunjung
- Berikn perawatan kulit pada
area edema
- Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik
pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborsi
- Kolaborsi pemberian imunisasi,
jika perlu
-
dari 3. Terapeutik
Gejaladantanda mayor
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Subjektif:
Edukasi
- Mengeluh nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
Objektif:
- Tampak meringis
- Bersikap protektif (mis. Kolaborasi
Waspada posisi
- mGelnisgahindari nyeri)
- Kolaborasi pemberian analgetik,
- Frekuensi nadi
meningkat jika perlu
- Sulit tidur
Gejaladantanda minor
Subjektif: -
Objektif:
- PNoalfasunampaks abnerbuebrauhbah
- Proses berfikir
terganggu
-
Menarik diri
-
Berfokus pada diri
sendiri
- Diaforesis
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1989. Perawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Depkes RI Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8.
Penebar Swadaya
Tucker, Susan Martin et al. 1998. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
2014
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia: Definisi dan
indikator diagnortik. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia: Definisi dan
tindakan keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.