ABSTRAK
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kegiatan terminologi terhadap anak-anak yang
belum mencapai usia tertentu atau belum kawin, pertumbuhan dan perkembangannya dapat
dipengaruhi karena orang tua tidak cakap melakukan tindakan hukum, orang tua meninggal
dunia atau orang tua dicabut kekuasaan orang tua terhadap anaknya. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka perlu adanya lembaga pengganti kekuasaan orang tua terhadap anak. Perwalian
merupakan lembaga pengganti kekuasaan orang tua terhadap anak. KUH Perdata, UU No.
1/1974 dan KHI merupakan bagian dari hukum tertulis di Indonesia, penyebab anak berada di
bawah perwalian, hak dan kewajiban anak serta hak dan kewajiban wali dan pula penyebab
berakhirnya perwalian, hal-hal tersebut berbeda menurut konsep ketiga-tiga hukum tertulis di
atas. Perwalian meliputi pengurusan si anak dan hartanya. Dalam pelaksanaan perwalian oleh
wali diharapkan memberi akibat yang positif terhadap anak dan hartanya, bukan menimbulkan
akibat yang sebaliknya.
PENDAHULUAN.
Perkebunan dan perwalian merupakan dua konsep yang saling terkait dalam konteks
pembangunan berkelanjutan. Perkebunan mengacu pada usaha manusia dalam mengelola lahan
untuk tujuan produksi tanaman, seperti perkebunan kelapa sawit, teh, kopi, dan lain-lain.
Sementara itu, perwalian merujuk pada tanggung jawab kita untuk menjaga dan melestarikan
sumber daya alam serta memastikan keseimbangan antara kegiatan manusia dengan
keberlanjutan lingkungan.
Pentingnya Perkebunan.
Perkebunan memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan manusia akan pangan,
sandang, dan papan. Tanaman yang ditanam di perkebunan tidak hanya memberikan hasil panen
yang berguna bagi kehidupan sehari-hari, tetapi juga menyediakan lapangan kerja bagi
masyarakat di sekitarnya. Selain itu, perkebunan dapat menjadi sumber pendapatan yang
signifikan bagi negara melalui ekspor hasil tanaman.
Namun, perkembangan perkebunan juga seringkali menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan. Deforestasi, pencemaran air dan udara, serta kerusakan habitat hewan liar adalah
beberapa masalah yang sering terkait dengan praktik perkebunan yang tidak berkelanjutan. Oleh
karena itu, penting untuk memastikan bahwa kegiatan perkebunan dilakukan secara bertanggung
jawab dan berkelanjutan.
Perwalian untuk Masa Depan yang Berkelanjutan.
Perwalian merupakan konsep yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam secara
bijaksana, sehingga dapat dipertahankan dan dinikmati oleh generasi masa depan. Dalam konteks
perkebunan, perwalian mencakup penggunaan praktik pertanian yang ramah lingkungan,
perlindungan dan rehabilitasi ekosistem yang terpengaruh oleh perkebunan, serta pengembangan
kebijakan yang mendukung keberlanjutan sektor perkebunan.
Penerapan praktik perwalian dalam perkebunan melibatkan penggunaan teknologi yang inovatif
untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air, mengurangi penggunaan pestisida yang
berbahaya, memanfaatkan energi terbarukan, dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Selain itu,
pengembangan kebijakan yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat lokal, hak-hak petani,
dan perlindungan lingkungan sangat penting dalam mencapai tujuan perwalian.
Kolaborasi dan Kesadaran Bersama.
Untuk mencapai keberhasilan dalam upaya perwalian perkebunan, diperlukan kolaborasi yang
kuat antara pemerintah, industri perkebunan, masyarakat lokal, dan organisasi lingkungan.
Pemerintah harus berperan sebagai regulator yang memberlakukan kebijakan yang berpihak pada
keberlanjutan perkebunan. Industri perkebunan harus mengambil tanggung jawab sosial dan
lingkungan yang lebih besar dengan menerapkan praktik terbaik dalam operasional mereka.
Masyarakat lokal perlu terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan dilibatkan dalam
manfaat ekonomi yang dihasilkan oleh perkebunan. Kesadaran dan pendidikan masyarakat juga
penting untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya perwalian dan dampak dari praktik
perkebunan yang tidak berkelanjutan.
Masa Depan yang Berkelanjutan.
Perkebunan dan perwalian harus dianggap sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Hanya dengan menerapkan praktik perkebunan yang berkelanjutan dan memastikan perwalian
sumber daya alam, kita dapat mencapai masa depan yang berkelanjutan. Perkembangan
teknologi dan inovasi dalam sektor perkebunan harus diarahkan untuk menciptakan sistem
pertanian yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan memberikan manfaat bagi masyarakat
secara keseluruhan. Dengan kesadaran, kerja sama, dan komitmen bersama, kita dapat
membangun perkebunan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan manusia saat ini, tetapi juga
menjaga keberlanjutan sumber daya alam untuk generasi mendatang. Perkebunan dan perwalian
adalah kunci menuju kesejahteraan dan masa depan yang berkelanjutan.
PEMBAHASAN
a. Kegiatan terminologi.
Penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder
belaka dinamakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dan hanya menggunakan data
sekunder berupa bahan hukum peimer dan bahan hukum sekunder, data yang terkumpul
dianalisis secara sistematis agar dapat diperoleh jawaban terhadap masalah yang diteliti,
diantaranya:
1) Anak.
Anak adalah bagian dari generasi muda bangsa sebagai salah satu sumber daya
manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang
memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus memerlukan pembinaan
perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental,
sosial secara utuh, dan seimbang Anak yang masih memiliki perlindungan Undang-
Undang dalam Pasal 1 ayat 1 Undang Undang ini menjelaskan tentang pengertian
anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih
berada di dalam kandungan sehingga anak yang belum dilahirkan dan masih didalam
kandungan ibu menurut Undang-Undang ini telah mendapatkan suatu perlindungan
hukum.
2) Hukum waris.
Hukum Waris adalah kumpulan kumpulan peraturan yang mengatur hukum mengenai
kekayaan karena wafatnya sesorang, yaitu mengenai pemindahan kekayaan yang
ditinggalkan oleh si mati dan akibat dari pemindahan ini bagi orang-orang yang
memperolehnya, baik dalam hubungan antara mereka dengan mereka, maupun dalam
hubungan antara mereka dengan pihak ketiga.
3) Perwalian.
Perwalian adalah pengawasan atas orangsebagaimana diatur dalam Undang-undang,
dan pengelolaan barang-barang dari anak yang belum dewasa (pupil). Demikian juga
dengan penguasaan dan perlindungan terhadap seseorang sebagai wali, orang tersebut
mempunyai hubungan hukum dengan orang yang dikuasai dan dilindungi, anak-
anaknya atau orang lain selain orang tua yang telah disahkan oleh hukum untuk
bertindak sebagai wali.
4) Putusan Hakim
Putusan Hakim menunn Sudikno Mertokusumo, yaitu Putusan hakim adalah
pernyataan hakim sebagai pejabat Negara atau sebagai pejabat kekuasaan kehakimuus
(pada pengadilan tinggi dan pengadilan negeri) yang melaksanakan tugas kehakiman
yang diberi wewenang untuk itu diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk
menyelesaikan suatu sengketa perkara.
b. Anak-Anak.
Anak merupakan harapan orang tua untuk meneruskan keturunan dan kehidupannya.
Orang tua hidup dan bekerja demi anak keturunannya. Kesemuanya itu digunakan demi
kelangsungan hidup keluarganya. Apabila kedua orang tua atau salah satunya sudah
meninggal, maka anak yang masih di bawah umur memerlukan seseorang yang akan
mewakilinya atau menjadi wali mereka dalam melakukan tindakan hukum, karena ia
berhak atas harta atau apapun yang menghendakinya dalam suatu tindakan hukum.
Misalnya masalah pengalihan hak atau penjaminan kredit atas suatu barang, dalam hal ini
adalah masalah tanah. Anak adalah, satu kata yang mengandung penghormatan, sebagai
makhluk ciptaan tuhan yang sedang menempuh perkembangannya, dimana dengan
memandang anak dan kaitannya dengan perkembangan membawa arti bahwa anak
diberikan tempat khusus yang berbeda dengan kehidupan orang dewasa, dan anak
memerlukan perhatian dan perlakuan khusus dari orang dewasa dan para pendidiknya,
artinya kehidupan anak tidak dipenggal dan dilepaskan dari dunianya serta dimensi dan
prospeknya Sedangkan Wali adalah seseorang yang merawat, menjaga/memenuhi
kebutuhan anak-anak, termasuk perlindungan, pendidikan, makanan dan kesehatan. Wali
biasanya juga mengatur keuangan si anak tersebut.
Perwalian atas seorang anak maka tidak telepas dari pembahasan anak dan batas usia
seorang anak, ini penting karena untuk mengetahui bilamana seorang anak diletakkan
dibawah perwalian dan dapat mempertangung jawabkan suatu perbuatanya. Masalah
perwalian anak tidak lepas dari suatu perkawinan, karena dari hubungan perkawinanlah
lahirnya anak dan bila pada suatu ketika terjadi perceraian, salah satu orang tua atau
keduanya meninggal dunia, maka dalam hal ini akan timbul masalah perwalian, dan
anak-anak akan berada dibawah lembaga perwalian Wali merupakan orang yang
mengatur dan bertanggung jawab terhadap kepentingan anak-anak tersebut baik
mengenai diri si anak maupun harta benda milik anak tersebut. Anak di bawah umur
sebagai ahli waris, tetap harus diperhatikan dalam susunan silsilah keluarganya. Apabila
tanah yang menjadi hak miliknya akan dialihkan haknya atau dijaminkan, maka perlu
seseorang yang dijadikan sebagai wali Idalam melakukan tindakan hukum. Hal ini
dikarenakan masalah usia anak di bawah umur adalah usia anak yang dianggap belum
dewasa dan belum cakap bertindak hukum. Penempatan wali ini sangat penting terlebih
pada masalah pewarisan. Apabila orang tua anak yang belum dewasa meninggal dunia
maka anak tersebut akan mendapatkan harta warisan dan orang tuannya itu maka anak
harus diwakilkan oleh walinya, sehingga dengan akibat tersebut harta peninggalan yang
didapatkan seorang anak atas peristiwa peninggalannya kedua orang tuanya dapat
memenulu rasa keadilan dan kepastian hukum. Berkenaan dengan perwalian ini,
termasuk pula didalamnya wali yang diangkat atau ditunjuk oleh hakim melalui
penetapan pengadilan Khusus bagi anak yang beragama apapun maka penetapan
perwaliannya dilakukan oleh pengadilan agama dimana domisili anak tersebut berada.
KESIMPULAN
1. Adanya dualisme ketentuan mengenai umur (usia) anak yang berada di bawah perwalian.
Menurut ketentuan KUH Perdata dan KHI yaitu anak yang belum berumur 21 tahun, sedangkan
menurut UU No. 1/1974 yaitu anak yang belum berumur 18 tahun. Anak yang berada di bawah
perwalian sebab-sebanya berbeda antara ketiga aturan tersebut. Perceraian orang tua merupakan
salah satu sebab anak berada di bawah perwalian menurut KUH Perdata, sedangkan menurut UU
No. 1/1974 in KHI, hal tersebut bukan sebagai penyebabnya. Menurut KUH Perdata meninggal
salah satu orang tua juga merupakan salah satu sebab anak berada di bawah perwalian, tetapi
bukan sebagai penyebab menurut UU No. 1/1974 dan KHI.
2. Hak-hak anak yang berada di bawah perwalian berbeda menurut ketiga aturan di atas. Hak
anak berupa bimbingan agama, pendidikan dan keterampilan merupakan salah satu hak anak
dalam KIH. Hak tersebut tidak dikenal dalam KUH Perdata dan UU No 1/1974. Menghormati
walt merupakan kewajiban anak menurut ketiga aturan di atas dan merupakan hak wali.
Menghormati agama dan kepercayaan anak merupakan salah satu kewajiban wali menurut UU
No. 1/1974 dan KHI tetapi hal tersebut tidak dikenal di dalam KUH perdata.
3. Perwalian terakhir menurut KUH Perdata dan KIH jika anak telah berumur 21 tahun, dalam
KUH Perdata. sedangkan menurut UU No.171974 jika anak telah berumur 18 tahun atau karena
anak telah kawin menurut ketiga aturan tersebut. Perwalian juga berakhir memurul ketiga aturan
di atas, karena anak meninggal dunia, wali meninggal dunia, atau perwahan dicabut oleh
pengadilan.
REFERENSI
{1}. Ali Afandi, 2000, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian, Rincka Cipta,
Jakarta.
{2}. Bernadetta T Wulandan, 2007. Posisi Anak dalam Perkawinan Antar Bangsa dan Berbagai
Permasalahan Hakury. Jumal Hukum. Yol. 7 No. 1 Januari-April.
{3}. Sudaryo Soimin, 1992, Hukum Orang dan Keluarga. Sinar Grafika, Jakarta..
{4}. Sintia Febriani, Sahuri Lasmadi. "Pengembalian Kerugian Negara Melalui Pembayaran
Uang Pengganti", PAMPAS: Journal of Criminal Law, 2021
{5}. jurnal.ar-raniry.ac.id
{6}. Barzah Latupono. "Pertanggungjawaban Hukum Ayah Terhadap Anak Setelah Terjadinya
Perceraian", SASI, 2020.
{7}. Shofiyulloh Shofiyulloh. "Target Usia Perkawinan bagi Perempuan", Yinyang: Jurnal Studi
Gender dan Anak, 2019.
{8}. Diana Yusyanti. "Tindak Pidana Pembakaran Hutan dan Lahan Oleh Korporasi Untuk
Membuka Usaha Perkebunan", Jurnal Penelitian Hukum De Jure, 2019.
{9}. 2Abd.Manan, H., Pokok-pokok Hukum Perdata dan Wewenang Pengadilan Agama, Raja
Grafindo Persada, Jakarta. 2000.
{10}. Iman Jauhari, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Keluarga Poligami, Pustaka
Bangsa; Jakarta, 2003.
{11}. Herlien Budiono , Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang
Kenotariatan : Syarat Sahnya Perjanjian. Cetakan Ke I, PT Citra Aditya Bakti,; Bandung, 2009.
{12}. Kusbianto K., Zuliah A, & Pulungan, M. Perlindungan Dan Aturan Hukum Keluarga
Terhadap Perempuan Dan Anak Dalam Perkawinan, Jurnal ilmiah advokasi, 2019.
{13}. Irma D. Purnamasari, Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer; Kiat-Kiat Cerdas,
Mudah,dan Bijak Memahami Masalah Hukum Waris, Cetakan Ke 1, Kaifa; Bandung, 2012.
{14}. Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia. PT Refika Aditama ; Bandung. 2011.
{15}. Abd.Manan, H., Pokok-pokok Hukum Perdata dan Wewenang Pengadilan Agama, Raja
Grafindo Persada, Jakarta. 2000.
{16}. Dedi Junaedi, Bimbingan Perkawinan, Cet ke-1, Akademika Pressindo; Jakarta, 2000.
{17}. Niniek Suparni, SH, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), Soedharyo
Soimin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Sinar Grafika; Jakarta, 2001.
{18}. Kusbianto, K., Zuliah, A, & Pulungan, M. 2019.Perlindungan dan aturan hukum keluarga
terhadap perempuan dan anak dalam perkawinan.jurnal ilmiah advokasi Mustika Mega Wijaya,
2019.