Kemantapan Agregat Tanah
Kemantapan Agregat Tanah
unit yang lebih besar. Kemper dan Rosenau (1986), mendefinisikan agregat tanah
sebagai kesatuan partikel tanah yang melekat satu dengan lainnya lebih kuat
awal dari pembentukan agregat tanah, yaitu flokulasi dan fragmentasi. lokulasi terjadi
jika partikel tanah yang pada awalnya dalam keadaan terdispersi, kemudian
infiltrasi, permeabilitas, dan ketersediaan air yang tinggi. Sifat lain adalah tanah
tersebut mudah diolah, aerasi baik, menyediakan media respirasi akar dan aktivitas
ketahanan agregat tanah terhadap pengaruh disintegrasi oleh air dan manipulasi
mekanik (Jury et al., 1991). Kemantapan agregat tanah dapat diartikan sebagai
ketahanan yang dimiliki suatu tanah dalam mempertahankan bentuk terhadap sesuatu
yang dapat merusaknya baik itu dari aktivitas manusia seperti pengolahan lahan
maupun alamiah sekalipun seperti air hujan, angin, dan lain sebagainya.
Kemantapan agregat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya pengolahan
tanah , bahan organik, jenis dan kadar liat, serta jenis dan jumlah kation terjerap .
menentukan kualitas dan kuantitas agregat tanah. Perbedaan pengolahan tanah akan
mempunyai pengaruh yang spesifik terhadap kadar dan turn over bahan organik tanah
karena adanya perbedaan produksi bahan kering yang dihasilkan dan penempatan
Ada dua metode penetapan kemantapan agregat tanah. Metode pertama adalah
De Boodt (1959) dengan prinsip menggunakan satu set ayakan, yang terdiri atas enam
ayakan, dipasang pada suatu dudukan, kemudian dimasukkan ke dalam kontainer berisi
air. Alat dilengkapi dengan motor penggerak yang dihubungkan kedudukan ayakan.
Motor ini berfungsi untuk menaik-turunkan ayakan di dalam air. Tanah yang tertahan
sedangkan yang kedua adalah metode pengayakan tunggal yang dikemukakan oleh
Kemper dan Rosenau (1986), berbeda dengan metode pengayakan ganda metode ini
lebih mudah karena tidak memerlukan perhitungan yang rumit, juga relatif murah
dalam hal investasi alatnya. Dalam menyimpulkan kemantapan agregat tanah metode
ini hanya menggunakan satu ukuran ayakan, hasilnyapun lebih erat korelasinya
Angers, D.A., R.P. Voroney, and D. Cote. 1995. Dynamics of soil organic
matter and corn residue affected by tillage practices. Soil. Sci. Soc. Am. J. 59:1311-
1315
Emmerson, W.W. and D.J. Greenland. 1990. Soil aggregates formation and
stability. Pp 485512. In M.F. De Boodt, M.H.D. Hayes, A. Herbillon (Eds.). Soil
Colloids and Their Assosiation in Aggregates. New York: Plenum Press