HALAMAN JUDUL
LEMABARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENELITIAN
MANFAAT PENELITIAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan
penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik
guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses
bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak
pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk
memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar
yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga siswa mau belajar karena siswalah
Berbicara hal belajar mengajar sangat erat kaitannya dengan keberhasilan siswa
yang diajarnya, untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar prestasi meningkat secara
otomatis gurunya yang perlu dan utama dibina dan ditingkatkan dalam pembelajaran agar
sangat berpotensi dalam mengajar, dalam pembelajaran wawasan pada guru guru tersebut
keprofesional sebagai guru dalam mengajar. Dengan demikian jika guru mengajar dengan
model-model pembelajaran siswa akan aktif, termotivasi hasil akan mengikuti dalam arti
pada pembelajaran selanjutnya perlu membina dan menambah wawasan bagi guru tentang
prinsip prinsi perkembangan kognitif, kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal
teori belajar dan pembelajaran menentukan strategi pembelajaran berdasarkan strategi yang
dipilih Pembelajaran merupakan suatu proses yang sangat kompleks untuk mencapai hasil
sesuai dengan tujuan yang di rencancanakan oleh guru dengan mempertimbangkan model
pembelajaran dalam mengajar. Dalam pembelajaran akan dijumpai gejala beraneka ragam.
Keanekaragaman itu terjadi baik tingkah laku guru, siswa maupun situasi kelas. Dalam
kemampuan mengajar yang baik atau professional ada guru yang mampu menerapkan lebih
SMP Kristen Kusu-Kusu khususnya para guru yang mengajar pada siswa kelas VII, belum
mampu melaksanakan model-model pembelajaran yang dapat membantu guru itu sendiri
dalam mengajar. Guru masuk kelas pada umumnya langsung menyuruh siswa berdoa,
dilanjut menerangkan pelajaran sementara beberapa siswa tidak mau mendengarkan, ada
yang ngobrol sama temannya, ada yang diam meletakkan kepala dimeja sebagian besar
siswa tidak antusias tidak termotivasi untuk belajar karena kurang menarik.
model model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
mengajar. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan
Workshop Model-Model Pembelarajan Pada Siswa Kelas VII SMP Kristen Kusu-Kusu”.
B. Perumusan Masalah
meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar pada Siswa Kelas VII SMP Kristen Kusu-
Kusu?
C. Tujuan Penelitian
pembelarajan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar pada Siswa Kelas VII
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru:
b. Dapat dijadikan modal bagi guru lainnya sebagai acuan dalam memilih media
mengajar.
3. Bagi Sekolah :
OLEH
KELOMPOK 2
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan tulisan Penelitian Tindakan Sekolah
(PTS) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Mengajar Dengan Workshop
Model-Model Pembelarajan Pada Siswa Kelas VII SMP Kristen Kusu-Kusu” diharapkan dapat
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam proses penyelesaian Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini. Seperti
kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak”, oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
2. Drs. J. Romer, M.Th., M.Pd yang telah membantu dalam penulisan hasil penelitian ini
3. Para guru yang telah memberikan waktu, dan kesediaan sebagai bagian dari penelitian ini.
Maka penulis menyadari sungguh bahwa Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dibuat
masih jauh dari kesepurnaan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
Penulis
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yang bertujuan meningkatkan kemampuan
guru dalam mengajar melalui workshop model-model pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah guru
mata pelajaran pada siswa kelas VII SMP Kristen Kusu-Kusu dengan jumlah
responden 17 orang. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan,
tahap tindakan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi. Hasil penelitian menunjukkan pada hasil indikator
penggunaan model-model pembelajaran dengan kategori sangat baik sebesar 0% (siklus I)
dan 29,41% (siklus II) sedangkan indikator aktivitas pembelajaran guru dengan kategori baik sebesar
64,70% (siklus I) dan 70,59% (siklus II). Dai hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan yang
signifikan, yang berarti workshop model-model pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan guru
dalam mengajar pada siswa Kelas VII SMP Kristen Kusu-Kusu.
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i
LEMABARAN PENGESAHAN ......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iii
ABSTRAK.............................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSATAKA ....................................................................................... 5
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................................... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 54
BAB V PENUTUP ................................................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. VISI DAN MISI SEKOLAH
2. RENCANA STRATEGI DAN RENCANA OPERASIONAL SEKOLAH
3. ULASAN KERJA KEPALA SEKOLAH
4. LEMBAR OBSERVASI
5. DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
6. BIAYA PENELITIAN
7. DOKUMENTASI PROSES PENILITIAN TINDAKAN SEKOLAH
BAB I
PENDAHULUAN
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan
penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik
guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses
bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak
pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk
memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar
yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga siswa mau belajar karena siswalah
Berbicara hal belajar mengajar sangat erat kaitannya dengan keberhasilan siswa
yang diajarnya, untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar prestasi meningkat secara
otomatis gurunya yang perlu dan utama dibina dan ditingkatkan dalam pembelajaran agar
sangat berpotensi dalam mengajar, dalam pembelajaran wawasan pada guru guru tersebut
keprofesional sebagai guru dalam mengajar. Dengan demikian jika guru mengajar dengan
model-model pembelajaran siswa akan aktif, termotivasi hasil akan mengikuti dalam arti
pada pembelajaran selanjutnya perlu membina dan menambah wawasan bagi guru tentang
prinsip prinsi perkembangan kognitif, kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal
teori belajar dan pembelajaran menentukan strategi pembelajaran berdasarkan strategi yang
dipilih Pembelajaran merupakan suatu proses yang sangat kompleks untuk mencapai hasil
sesuai dengan tujuan yang di rencancanakan oleh guru dengan mempertimbangkan model
pembelajaran dalam mengajar. Dalam pembelajaran akan dijumpai gejala beraneka ragam.
Keanekaragaman itu terjadi baik tingkah laku guru, siswa maupun situasi kelas. Dalam
kemampuan mengajar yang baik atau professional ada guru yang mampu menerapkan lebih
SMP Kristen Kusu-Kusu khususnya para guru yang mengajar pada siswa kelas VII, belum
mampu melaksanakan model-model pembelajaran yang dapat membantu guru itu sendiri
dalam mengajar. Guru masuk kelas pada umumnya langsung menyuruh siswa berdoa,
dilanjut menerangkan pelajaran sementara beberapa siswa tidak mau mendengarkan, ada
yang ngobrol sama temannya, ada yang diam meletakkan kepala dimeja sebagian besar
siswa tidak antusias tidak termotivasi untuk belajar karena kurang menarik.
model model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
mengajar. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan
Workshop Model-Model Pembelarajan Pada Siswa Kelas VII SMP Kristen Kusu-Kusu”.
D. Perumusan Masalah
meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar pada Siswa Kelas VII SMP Kristen Kusu-
Kusu?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan workshop model-model
pembelarajan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar pada Siswa Kelas VII
E. Manfaat Penelitian
2. Bagi Guru:
d. Dapat dijadikan modal bagi guru lainnya sebagai acuan dalam memilih media
mengajar.
3. Bagi Sekolah :
TINJAUAN PUSTAKA
Profesi guru yang sebenarnya sangat berkaitan erat dengan peningkatan mutu
pendidikan. Hal ini dapat dijelaskan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi
mutu pendidikan seperti guru, sarana prasarana, kurikulum, dan proses belajar mengajar
serta sistem penilaian. Meskipun demikian, faktor guru tidak dapat disamakan dengan
Guru adalah sumber daya manusia yang diharapkan mampu mengarahkan dan
bermutu. Tanpa mengabaikan peran faktor-faktor lain, guru dapat dianggap sebagai
Ada empat faktor yang berhubungan dengan profesi guru, antara lain:
belajar siswa.
yang diukur dalam belajar siswa secara perorangan, telah ditemukan sebagai
2. Mengajar
kecakapan kepada siswa. Ini sungguh merupakan paradigma lama tentang mengajar.
Pengertian ini seakan-akan melihat siswa sebagai individu yang tidak bisa berbuat apa-
apa. Guru merasa serba tahu dan memiliki kemampuan dan pengetahuan lebih daripada
siswa. Hakikat mengajar menurut Joyce & Weil (2000) dalam Sugiyanto (2010) adalah
Dalam konteks sekarang tidak bisa dipungkiri kalau ada siswa yang memiliki
pengetahuan lebih banyak tentang suatu hal dibandingkan guru karena sumber belajar
berada di mana-mana. Kehadiran internet dewasa ini memberi peluang kepada siapa
saja yang ingin mengetahui lebih banyak tentang apa saja. Jadi, guru harus mengubah
paradigma lama mereka tentang mengajar Pengertian mengajar dalam konteks sekarang
menurut Joyce, Bruce dkk. (2009) adalah (a) membimbing siswa tentang cara belajar,
bukan mengajari siswa tentang materi ajar, (b) mengatur lingkungan agar terjadi proses
stimulus bagi berlangsungnya proses belajar- mengajar, dan lingkungan perlu ditata
agar dapat merangsang minat dan motivasi belajar siswa. Pandangan Subana dan
Sunarti tersebut dapat dibandingkan dengan yang diutarakan oleh Hasibuan, J.J. dan
memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-
komponen yang saling memengaruhi, yakni tujuan, materi ajar, guru, siswa, proses, dan
sarana-prasarana. Selanjutnya Subana dan Sunarti (2009) mengutip pendapat Nasution
f. Memberikan feedback
g. Menilai hasil belajar, dalam hal ini melakukan evaluasi, baik formatif maupun
sumatif yang bersifat menyeluruh dalam segala ranah (kognitif, afektif, dan
psikomotorik)
latihan.
a. Keterampilan bertanya
bertanya lanjut.
b) Pemberian acuan
c) Pemusatan perhatian
d) Penyebaran pertanyaan
e) Pemindahan giliran
g) Pemberian tuntunan
yaitu dari tingkatan yang paling rendah (mengingat) ke tingkat yang lebih
mengevaluasi.
yang paling sederhana diikuti dengan yang agak kompleks sampai kepada
- Klarifikasi
- Memberi contoh
tersebut. Penguatan yang diberikan oleh guru kepada siswa merupakan dorongan
mereka. Penguatan terbagi atas dua bentuk, yaitu penguatan verbal dan penguatan
nonverbal. Penguatan verbal adalah bentuk penguatan yang berupa kata-kata atau
pujian, seperti bagus, tepat sekali, atau “saya puas atas pekerjaanmu”. Penguatan
nonverbal dapat berupa (a) gerak mendekati, (b) mimik dan gerakan badan, (c)
sentuhan, (d) kegiatan yang menyenangkan, dan (e) token (simbol atau benda kecil
lain).
dituntut mampu menciptakan keadaan yang bervariasi. Aqib & Ali (2015)
sebagai berikut:
1) Variasi dalam gaya mengajar, yang dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti (1) variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil; (2) memusatkan perhatian;
(3) membuat kesenyapan sejenak; (4) mengadakan kontak pandang; (5) variasi
gerakan badan dan mimik; dan (6) mengubah posisi, misalnya dari depan kelas
2) Variasi dalam penggunaan media dan bahan pelajaran, yang meliputi (1)
variasi alat dan bahan yang berbasis audio; (2) variasi alat dan bahan yang
berbasis visual; dan (3) variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan
dimanipulasi.
3) Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan, dalam hal ini, pola interaksi dapat
d. Keterampilan menjelaskan
yang terencana secara sistematis, sehingga dengan mudah dipahami oleh siswa.
Adapun tujuan keterampilan menjelaskan ini adalah untuk (a) membimbing siswa
memahami berbagai konsep, hukum, prinsip, atau prosedur; (b) membimbing siswa
berpikir; (d) mendapatkan balikan mengenai pemahaman siswa; dan (e) menolong
ini siswa.
a) Kejelasan
dengan istilah set induction yang berarti usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh
guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar
mental dan perhatian terpusat pada hal yang akan dipelajari, sehingga usaha
tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sama halnya
yang dikatakan oleh Uno (2011) bahwa membuka pelajaran adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh perhatian
pada diri siswa. Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru
untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Tujuan kegiatan membuka dan menutup
pelajaran adalah (a) membangkitkan motivasi dan perhatian; (b) membuat siswa
pelajaran tidak hanya dilakukan pada awal atau akhir pelajaran, tetapi dapat
dilakukan pada setiap awal dan akhir kegiatan selama kegiatan ini bermakna dan
berkesinambungan.
b) Menimbulkan motivasi
- Mengajukan pertanyaan.
- Mendemonstrasikan keterampilan.
Diskusi adalah sebuah bentuk interaksi komunikasi antara dua orang atau
lebih. Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran
yang paling sering dilakukan di kelas sebagai upaya mengaktifkan siswa dalam
3) Memiliki tujuan yang ingin dicapai dengan kerja sama antar anggota
lainnya.
berpartisipasi.
pembicaraan.
dalam berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang
sedang berlangsung.
e) Menegur secara bijaksana, yaitu secara jelas dan tegas, bukan berupa
mengatasi hal ini, guru dapat menggunakan tiga jenis strategi, yaitu:
a) Modifikasi tingkah laku; dalam strategi ini terdapat tiga hal pokok
memberi hukuman.
b) Pengelolaan/proses kelompok; dalam strategi ini, kelompok
kelas yang muncul, terutama melalui diskusi. Ada dua hal yang perlu
kerja, dan
sehat dan akrab, baik antarguru dan siswa maupun antarsiswa dan siswa, baik
pengetahuan yang dilakukan pada sekelompok siswa dan pada siswa secara
individu.
klasikal. Di dalam kelas seorang guru mungkin menghadapi banyak kelompok kecil
dan banyak siswa yang masing-masing diberi kesempatan belajar secara kelompok
kebutuhannya.
6) Semua siswa yang terlibat memiliki hak dan kewajiban yang sama
B. Model-model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah unsur penting dalam kegiatan belajar mengajar untuk
dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Joyce & Weil (dalam Rusman, 2012: 133)
berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan
guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Syaiful Sagala,
2005).
merupakan pola pilihan para guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dan efisien
Secara luas, Joyce & Weil (2000) dalam Sugianto (2010) mengemukakan bahwa
buku-buku pelajaran, program multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer.
tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan gurupeserta didik di dalam mewujudkan
kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta
didik. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan
atau tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik yang dikenal dengan istilah sintaks.
Secara implisit di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya dari
didik, pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. (Depdiknas,
2007). Menurut Killen dalam Depdiknas (2007) pembelajaran langsung atau Direct
pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah,
demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam
model pembelajaran ini berpusat pada guru, dalam hal ini guru menyampaikan isi
materi pelajaran dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para
Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris Problem
Based Instruction (PBI). Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak
zaman John Dewey. Dewasa ini, model pembelajaran ini mulai diangkat sebab ditinjau
secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa
situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada
berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi
mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga siswa mampu menghubungkan dan
(2006: 109) mengemukakan bahwa CTL adalah suatu konsep pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
Sedangkan menurut Slavin (2009) CTL adalah konsep belajar dari guru yang
menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal
nyata .
Menurut Zaini (2008: 67)) model pembelajaran Index Card Match (mencari pasangan)
materi yang telah diberikan sebelumnya. Materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan
catatan peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu
sehingga peserta didik ketika masuk ruangan kelas sudah memiliki bekal pengetahuan.
Dengan model pembelajaran Index Card Macth, peserta didik dapat belajar aktif dan
berjiwa mandiri. Walaupun dilakukan dengan cara bermain, model pembelajaran Index
Card Macth dapat merangsang peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar secara
bertanggung jawab dan disiplin sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan prestasi
asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar
akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Pembelajaran kooperatif
proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling
mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur, yang terdiri dari dua
orang atau lebih di mana keberhasilan kerjasama sangat dipengaruhi oleh keterlibatan
dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat
diartikan sebagai struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama
anggota kelompok. Sedangkan Sunal dan Hans (2000) dalam Saputra & Ridyanto
serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta
proses pembelajaran.
C. Workshop
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh ketiga aspek tersebut seperti belajar
di dalam sekolah, luar sekolah, tempat bekerja, sewaktu bekerja, melalui pengalaman, dan
melalui workshop. Menurut Badudu dalam Sasmito Pribadi (2016) bahwa workshop adalah
suatu pertemuan ilmiah dalam bidang sejenis ( pendidikan ) untuk menghasilkan karya
nyata. Lebih lanjut, Harbinson dalam Sasmito Pribadi (2016) mengemukakan bahwa
pendidikan dan pelatihan secara umum diartikan sebagai proses pemerolehan keterampilan
dan pengetahuan yang terjadi di luar sistem persekolahan, yang sifatnya lebih heterogen dan
kurang terbakukan dan tidak berkaitan dengan lainnya, karena memiliki tujuan yang
berbeda.
Dalam banyak bidang pelatihan ( Workshop ), hal tersebut memang sangat sulit
untuk tidak mengatakannya mustahil ( dilakukan validasi dan evaluasi ). Bidang yang
dimaksud misalnya manajemen atau pelatihan hubungan manusia sifatnya. Dalam hal ini,
semua bentuk pelatihan (Workshop) tidak dapat memperlihatkan hasil yang objektif.
Pelatihan umumnya mempunyai masalah mengenai prestasi penatar dalam mengajar, yaitu
masalah evaluasi dan validasi kelangsungannya. Jika pelajaran telah diajarkan dengan baik
dan penatar belajar pelajaran tersebut sesuai dengan ukuran penatarnya maka efektifitas
pelatihan sudah dianggap valid. Penilaiannya juga dilakukan langsung, karena jika si
penatar selalu menjawab enam untuk soal tiga kali maka ia selalu benar.
keefektifan dalam tugas-tugas mereka sekarang dan masa yang akan datang melalui
pesertanya menuju arah tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi
tempat ia bekerja serta sekaligus memperbaiki unjuk kerja, sedang pendidikan berkenaan
dengan membukakan dunia bagi peserta didik untuk memilih minat, gaya hidup kariernya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan ( action research ) yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar melalui Workshop. Tindakan yang akan
dilakukan adalah Workshop Peningkatan Kemampuan Guru dalam pada siswa kelas VII
SMP Kristen Kusu-Kusu. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan model
Kemmis yang terdiri atas empat langkah, yakni : perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
repleksi ( Wardhani, 2007 : 45 ). Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, dan
langkah-langkah setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan repleksi.
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas dan guru mata pelajaran pada siswa kelas VII di
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah Lembar observasi yang dijadikan peneliti sebagai alat
1. Observasi atau pengamatan hasil observasi yaitu untuk mengetahui seberapa jauh guru
2. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk merekan data visual
tentang proses kegiatan pembelajaran berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran yaitu
di sekolah.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus masing-masing siklus terdiri atas :
Perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Secara rinci prosedur penelitian mengikuti
Siklus I
1. Perencanaan
b. Menyusun Instrumen.
sebagainya.
2. Pelaksanaan
a. Hari Pertama
- Pengarahan Kepala Sekolah.
- Revisi
- Penilaian
b. Hari Kedua
- Revisi
- Penilaian
3. Observasi
c. Kehadiran guru.
e. Hasil sementara
d. Respon guru.
4. Refleksi
Siklus II
Pada dasarnya siklus II memiliki prosedur yang sama dengan siklus I, hanya saja
diadakan perbaikan pada hal-hal yang dilihat ada kelemahan serta memperhatikan hal-hal
yang sudah berjalan dengan baik. Tidak menutup kemungkinan juga dilakukan modifikasi
terhadap hal-hal sudah baik supaya tindakan yang diberikan tidak membosankan.
1. Perencanaan
b. Menyusun Instrumen.
sebagainya.
f. Menyiapkan konsumsi untuk Workshop.
2. Pelaksanaan
a. Hari Ketiga
- Revisi
- Penilaian
3. Observasi
c. Kehadiran guru.
e. Hasil sementara
d. Respon guru.
4. Refleksi
persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan
A. Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan pada Rabu, 11 Januari 2023 di SMP Kristen
Kusu-Kusu, subyek penelitian adalah Guru Mapel yang mengajar pada siswa kelas VII di
SMP Kristen Kusu-Kusu dengan jumlah 17 guru. dengan karakteristik guru kondisi awal
sebagai berikut:
Penggunaan
Jumlah Presentase
No Kategori Model
Guru (%)
Pembelajaran
1 Sangat Baik 0 5 0
2 Baik 4 4 23.53
3 Cukup 7 3 41.18
4 Kurang Baik 6 <3 35.29
Jumlah 17 100
Hasil penggunaan model-model pembelajaran, guru yang tergolong sangat baik dalam
tergolong cukup baik 41,18% yang tergolong kurang baik 35,29% maka dari itu guru
banyak yang belum menggunakan multi metode atau model-model pembelajaran sehingga
N Jumlah
o Kategori Guru Skor Nilai Presentase (%)
1 Sangat Aktif 0 100 0
2 Aktif 7 85 41.17
Kurang
3 Aktif 10 65 58.83
4 Tidak Aktif 0 30 0
Jumlah 17 100
Hasil aktifitas pembelajaran guru di belum memenuhi standar profesioanl sebagai guru kelas
sebagai berikut 0% guru tergolong selalu aktif, 9,1% guru yang tergolong sering aktif,
45,45% guru yang tergolong aktif sedangkan 45,45 % guru yang tergolong jarang,tidak
Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap ini pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Siklus I terdiri dari dua kali pertemuan dan materi
yang diajarkan sesuai dengan materi yang dipersiapkan. Diakhir pertemuan siklus
pertama ini dilakukan tes akhir untuk menilai para guru dalam menggunakan model-
model pembelajaran.
2. Pelaksanaan
a. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama berlangsung pada Rabu, 11 Januari 2023. Pada tahap awal
4) Revisi
5) Penilaian
b. Pertemuan Kedua
memberikan kesempatan kepada guru yang belum mendapat giliran untuk tampil.
4) Revisi
5) Penilaian
3. Pengamatan
Pada tahap ini, kegiatan dipusatkan pada hasil penilaian kemampuan guru
yang berupa nilai tes kemampuan memahami model-model pembelajaran dan data non
tes yang berupa data observasi, dan dokumentasi foto yang diperoleh pada siklus I
dijadikan acuan dalam perbaikan untuk siklus II, serta dijadikan sebagai bahan refleksi.
Aspek yang di observasi adalah kesiapan mental dan fisik guru, kesiapan
bahan-bahan yang dibawa guru pada saat workshop, kehadiran guru, hasil sementara
Peningkatan kemampuan guru dalam mengajar telah terjadi pada siklus I, dapat
dilihat pada nilai yang diterima oleh masing-masing guru. Meskipun secara keseluruhan
Penggunaan Model
No Kategori Jumlah Guru Presentase (%)
Pembelajaran
1 Sangat Baik 0 5 0
2 Baik 7 4 41.17
3 Cukup 10 3 58.83
4 Kurang Baik 0 <3 0
Jumlah 17 100
Hasil penggunaan model-model pembelajaran, guru yang tergolong sangat baik dalam
baik = 41,17% yang tergolong cukup baik 58,83% yang tergolong kurang baik 0% maka
dari itu guru masih ada yang belum menggunakan model-model pembelajaran sehingga
tergolong selalu aktif, 64,70% guru yang tergolong aktif sedangkan 35,30% guru yang
tergolong kurang aktif, 0% guru yang tergolong tidak aktif hal itu masih dinyatakan
4. Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir workshop. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk
mengkaji segala hal yang terjadi pada tahap tindakan. Refleksi ini digunakan sebagai
kemampuan mengajar guru . Karena dilihat dari hasil evaluasi hasil tes siklus I belum
mencapai target yaitu dari 65, maka kegiatan pembelajaran materi perlu dilanjutkan
pada siklus II. Adapun hasil refleksi pada siklus I ini antara lain :
mengajar.
b. Berdasarkan hasil penilaian akhir siklus I maka jumlah guru dalam penggunaan
sedangkan jumlah guru dalam aktivitas pembelajaran guru dengan kategori aktif
sebanyak 11 orang atau 64,70% Dengan demikian hasil presentasi guru untuk kedua
Siklus II
1. Perencanaan
Pada tahap ini pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Siklus I terdiri dari dua kali pertemuan dan materi
yang diajarkan sesuai dengan materi yang dipersiapkan. Diakhir pertemuan siklus
pertama ini dilakukan tes akhir untuk menilai para guru dalam menggunakan model-
model pembelajaran.
2. Pelaksanaan
a. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama berlangsung pada hari ketiga yakni Jumat, 13 Januari 2023.
Pada tahap awal workshop diberikan diawalai dengan pembukaan oleh kepala
4) Revisi
5) Penilaian
3. Pengamatan
Pada tahap ini, kegiatan dipusatkan pada hasil penilaian kemampuan guru
yang berupa nilai tes kemampuan memahami model-model pembelajaran dan data non
tes yang berupa data observasi, dan dokumentasi foto serta dijadikan sebagai bahan
refleksi.
Aspek yang di observasi adalah kesiapan mental dan fisik guru, kesiapan
bahan-bahan yang dibawa guru pada saat workshop, kehadiran guru, hasil sementara
dapat dilihat pada nilai yang diterima oleh masing-masing guru. secara keseluruhan
Penggunaan
Kategori Jumlah Guru Model Presentase (%)
No
Pembelajaran
1 Sangat Baik 5 5 29,41
2 Baik 12 4 70,59
3 Cukup 0 3 0
4 Kurang Baik 0 <3 0
Jumlah 17 100
Hasil Penggunaan model-model pembelajaran pada siklus 2, guru yang tergolong sangat
tergolong baik = 70,59% yang tergolong cukup baik 0% yang tergolong kurang baik
Presentase
No Kategori Jumlah Guru Skor Nilai (%)
1 Sangat Aktif 5 100 29.41
2 Aktif 12 85 70.59
3 Kurang Aktif 0 65 0
4 Tidak Aktif 0 30 0
Jumlah 17 100
Hasil Aktifitas Pembelajaran guru di kelas 29,41% guru tergolong sangat aktif, 70,59%
guru yang tergolong aktif, sedangkan 0% guru yang tergolong kurang aktif, dan 0 %
guru yang tergolong tidak aktif, sehingga hal itu sudah dinyatakan memenuhi standar
4. Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir workshop. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk
mengkaji segala hal yang terjadi pada tahap tindakan. Refleksi ini digunakan sebagai
kemampuan mengajar guru. Adapun hasil refleksi pada siklus II ini antara lain :
mengajar.
b. Berdasarkan hasil penilaian akhir siklus II maka jumlah guru dalam penggunaan
29,41%, dan kategori baik sebanyak 12 orang atau 70,59% sedangkan jumlah guru
dalam aktivitas pembelajaran guru dengan kategori sangat aktif sebanyak 5 orang
atau 29,41% dan kategori aktif sebanyak 12 orang atau 70,59%/. Dengan demikian
hasil presentasi guru untuk kedua kategori penilaian sudah mencapai standar
B. Pembahasan
Penelitian tindakan sekolah berlangsung kondisi awal dan 2 siklus. Dilihat hasilnya dari tiap
pembelajaran pada kondisi awal kategori sangat baik masih 0%, siklus I 0% sedang siklus II
29,41%. Kategori baik pada kondisi awal 23,53%, siklus I 41,17% dan siklus II 70,59%,
Pada penelitian ini dinyatakan telah berhasil karena pada tahap akhir guru yang
dilakukan workshop pada kondisi akhir mencapai 29,41% ada kenaikan sebesar 29,41%.
Sedangkan kategori Baik kondisi awal 23,53% kondisi akhir 70,59% berarti ada kenaikan
sebesar 47,06% Jadi PTS ini dapat dikatakan telah berhasil di siklus II.
Tabel. 4.8 Aktifitas Pembelajaran Guru Di Kelas Siklus I dan II
N Kondisi
Kategori Siklus I Siklus II
o Awal
1 Sangat Aktif 0% 0% 29.41 %
2 Aktif 41.17 % 64.70 % 70.59 %
3 Kurang Aktif 58.83 % 35.30 % 0%
4 Tidak Aktif 0% 0% 0%
Jumlah 100 % 100 % 100 %
Berdasarkan tabel di atas Aktifitas Pembelajaran guru pada kondisi awal kategori
sangat aktif masih 0%, siklus I 0% sedang siklus II 29,41%. Kategori aktif pada kondisi
awal 41,17%, siklus I 64,70% dan siklus II 70,59%. Pada penelitian ini dinyatakan telah
berhasil karena pada tahap akhir Aktifitas Pembelajaran guru kategori sangat aktif pada
kondisi awal 0% setelah dilakukan workshop pada kondisi akhir mencapai 29,41% ada
kenaikan sebesar 29,41%. Sedang kategori aktif pada kondisi awal 41,17% kondisi akhir
Sekolah pada guru yang mengajar di kelas VII di SMP Kristen Kusu-Kusu telah berhasil
kategori baik sekali 29,41% sedangkan kategori baik telah mencapai 70,59% Untuk
aktifitas pembelajaran juga mengalami kenaikan dari kondisi awal hingga kondisi akhir.Ini
diikuti dengan baik oleh guru. Hal ini dikarenakan sudah paham dan jelas terhadap materi
workshop yang diberikan. Dari pencapaian yang didapatkan pada siklus I dan siklus II ini
diperoleh peningkatan yang signifikan. Semua semua guru sudah mampu berkonsentrasi dan
memperhatikan penjelasan dengan baik. Guru yang semula kurang aktif sudah bisa aktif.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan hal -hal
sebagai berikut :
1. Penggunaan Model-model Pembelajaran kategori sangat baik pada siklus I sebesar 0% dan
siklus II sebesar 29,41%, berarti ada kenaikan dari siklus 1 ke siklus II sebesar 29,41%.
Sedangkan pada kategori baik pada siklus I sebesar 41,17 %, dan siklus II sebesar 70,59%
2. Aktifitas Pembelajaran guru di kelas kategori sangat aktif pada siklus I sebesar 0% siklus II
sebesar 29,41 %, ini berarti ada kenaikan 29,41%, sedangkan kategori aktif pada siklus I
sebesar 64,70% dan siklus II sebesar 70,59% , ini berarti ada kenaikan 5,89%.
B. Saran
mengontrol setiap guru. Hal ini penting untuk meningkatkan kinerja guru mata pelajaran
dalam mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher
Aqib, Zainal. 2015. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif)
Bandung: Yrama Widya.
Aqib, Zainal; Ali Murtadlo. 2016. Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif dan Inovatif.
Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. 7 Tips Aplikasi Pakem; Menciptakan Metode Pembelajaran yang
Efektif dan Berkualitas. Jogjakarta: Diva Press.
Depdiknas.2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41
Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta:Depdiknas
Hasibuan, J.J. dan Moedjiono. 2012. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Indrawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar untuk Guru SD. Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Ilmu
Pengetahuan Alam PPPPTK untuk Program Bermutu
Joyce, Bruce dkk. 2009. Models of Teaching; Model-model Pengajaran (Edisi Kedelapan).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kunandar. 2010. Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Sukses dalam Sertifikasi Guru (edisi revisi). Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sumantri, Mohamad Syarif. 2016. Strategi Pembelajaran; Teori dan Praktik di Tingkat
Pendidikan Dasar. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Sasmito Pribadi (2016). Kegiatan Workshop Dengan Metode Kolaboratif Dan Konsultatif
Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menetapkan KKM. Jurnal
Ilmiah Mitra Swara Ganesha. Vol. 3 (1)
Suparlan. (2005). Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta
Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Saputra, Y. M dan Ridyanto. 2005. Pembelajaran Kooperatif untuk
Meningkatkan Ketrampilan Anak TK. Jakarta: Depdikbud.
Slavin, E. R. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.
Bandung: Nusa Media
Solihatin, E. dan Raharjo. 2009. Cooperative Learning Analisis Model
PembelajaranIPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyanto, 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta, Yuma Pustaka. Cet II.
Suprijono A.(2010).Cooperative Learning. Yogyakarta :PustakaPelajar
Tanireja, Tukiran; Efi, Miftah Faridli; Sri Harmianto. 2013. Model-Model Pembelajaran Inovatif
dan Efektif. Bandung: Alfabeta
Trianto. 2007. Model–Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka
Uno, Hamzah B. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Wahyudi, Imam. 2012. Mengejar Profesionalisme Guru; Strategi Praktis Mewujudkan Citra
Guru Profesional. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Zaini, Hisyam, 2008, Strategi pembelajaran Aktif, Yogyakarta, Pustaka
Insan Maadani.
LEMBAR OBSERVASI
Pencapaian
Keberhasilan Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil
Kegiatan
Waktu
No Nama Kegiatan Penelitian Ket
Januari 2023
1 Pelaksaan 1. Bulan Januari minggu 2
Penelitian Hari pertama dan kedua
a. Siklus I 2. Bulan Januari minggu 2
b. Siklus II Hari ketiga
2 Anlisa data 1. Bulan februari minggu 2
a. Pembuatan
laporan
b. Pengumpulan
laporan
Biaya Penelitian