A. Latar Belakang
Dalam percakapan sehari-hari, kalimat-kalimat dapat diucapkan dengan lancar
dan cepat seolah-olah manusia tidak perlu berpikir atau melalui proses yang rumit.
Penutur tidak menyadari bahwa ada proses mental yang rumit yang berkaitan dengan
berbagai macam aspek, seperti sistem bahasa yang digunakan dalam tuturan, pengetahuan
mitra tutur, prinsip kooperatif dalam pertuturan, norma sosial pertuturan, dan sebagainya.
Meskipun demikian, proses produksi bahasa tetap dapat dilakukan karena penutur telah
menguasai sistem bahasa yang digunakannya yang telah tersimpan dalam otaknya.
Proses produksi tuturan itu sendiri hakikatnya merupakan proses yang rumit dan
kompleks. Bock & Levelt (1994) dalam Dardjowidjojo (2012:117—119) menyatakan
bahwa proses dalam memproduksi sebuah tuturan dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu
(1) tingkat pesan (message), (2) tingkat fungsional, (3) tingkat posisional, dan (4) tingkat
fonologi. Pada tingkat pesan, penutur mengumpulkan makna nosi-nosi yang ingin
disampaikan kepada mitra tutur. Pada tingkat fungsional, bentuk-bentuk leksikal dan
informasi gramatikal yang sesuai dengan pesan akan dipilih dan ditentukan fungsinya.
Pada tingkat selanjutnya, pemrosesan posisional, bentuk-bentuk leksikal yang telah
dipilih tersebut disusun urutan keluarnya. Artinya, penutur memilih mana-mana leksikon
yang harus muncul terlebih dahulu dan manamana leksikon yang harus muncul
belakangan. Proses pengurutan leksikal ini disertai dengan pemilihan afiksasi. Pada
tingkat terakhir, hasil pemrosesan posisional dikirim ke tingkat fonologi untuk
diwujudkan dalam bentuk bunyi. Perwujudan bunyi itu sendiri merupakan keterampilan
yang kompleks: menghasilkan sekitar 15 bunyi per detik dengan cara mengkoordinasi
secara cepat lebih banyak otot daripada kegiatan tubuh yang lain (Fink dalam Bock &
Huitema, 1999:375).
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Produksi ujaran adalah cara manusia dalam mengemukakan gagasannya. Menurut Herman
dalam Saputra dan Kuntarto (2018) produksi ujaran adalah bagaimana manusia merencanakan
pengungkapan bahasa secara lisan maupun tulisan.
1) Pada tingkat pesan, pembicara mengumpulkan nosi-nosi dari makna yang ingin disampaikan.
2) Pada tingkat fungsional, yang diproses ada dua hal. Pertama, memilih bentuk leksikal yang
sesuai dengan pesan yang akan disampaikan dan informasi gramatikal untuk masing-masing
yang telah dikenal. Proses kedua pada tingkat fungsional adalah proses memberikan fungsi pada
kata yang telah dipilih. Proses dalam hal ini menyangkut hubungan sintaktik gramatikal atau
fungsi gramatikal.
3) Pada tingkat pemrosesan posisisonal, diurutkan bentuk leksikal untuk ujaran yang akan
dikeluarkan. Pengurutan bentuk leksikal untuk ujaran yang akan dikeluarkan. Pengurutan ini
bukan berdasarkan pada jejeran yang linear tetapi pada kesatuan makna yang hierarkis.
4) Setelah pengurutan selesai, diproseslah afiksasi yang relevan. Hasil dari pemrosesan
posisional ini dikirim ke tingkat fonologi untuk diwujudkan dalam bentuk bunyi.
Saat memproduksi ujaran, seseorang akan mulai merencanakan yang berkaitan dengan topik
yang akan diujarkan, kemudian turun ke kalimat yang akan dipakai, dan diturunkan kembali ke
konstituen yang akan dipilih. Setelah itu, barulah dia masuk ke pelaksanaan dari yang akan
diujarkan. Hal ini mencakup rencana artikulasi dan bagaimana mengartikulasikannya.
Clark dan Clark dalam Dardjowidjojo (2012:129) mendefinisikan prosedur ini, sebagaimana
berikut:
Wacana tertulis di samping menempati ruang juga disusun dan dibaca pada saat-saat tertentu
dalam waktu. Dimensi waktu serupa diberikan pada teks lisan melalui tindak pemroduksian teks
oleh penutur dan tindak penerimaan teks oleh mitra tutur dalam waktu khusus.
Dalam kedua ujaran yang pertama, istilah deiksis tempat `there` dan `that` menempatkan
pendapat dan klaim dalam konteks wacana sebelumnya. Dalam ujaran terakhir, ungkapan deiksis
waktu `next` dan `last` sebagai referennya memiliki masing-masing bagian konteks wacana
sebelumnya dan yang akan datang. Fungsi deiksisnya dalam ujaran-ujaran ini erat kaitannya
dengan fungsi deiksis waktu. `This` dan `that` dan erat hubungannya dengan pendukung ujaran-
ujaran ini dalam waktu yang riil sebagai bagian (yang paling mungkin) dari teks lisan. Dengan
cara demikian, penutur ujaran yang pertama mengacu pada satu pendapat yang telah dilontarkan
oleh penutur beberapa waktu sebelumnya.
Pada muatan proposional pembaca akan mendapatkan pembicara menentukan proposisi apa yang
ingin dia nyatakan. Sedangkan pada muatan ilokusioner adalah makna yang akan diwujudkan itu
seperti apa. Di sinilah peran tindak ujar muncul. Kemudian pada struktur tematik berkaitan
dengan penentuan berbagai unsur dalam kaitannya dengan fungsi gramatikal atau semantik
dalam kalimat.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait dengan pembahasan di
atas adalah:
1. Saran biasanya selalu berkaitan dengan pemabahsan materi yang telah anda bahas
di bagian pembahasan.
2. Saran merupakan murni ide pemikiran penulis sendiri dengan menuliskan kalimat
aktif yang sesuai dengan SPOK yang berlaku.
3. Saran biasanya ditujukan untuk berbagi pihak misalnya untuk pembahasan
selanjutnya atau untuk peneliti yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Walaupun di bagian akhir, daftar pustaka memiliki peran yang sangat krusial bagi sebuah
karya tulis ilmiah. Karena daftar pustaka menjelaskan kekayaan intelektual bagi
penulisnya. Oleh karena itu, perhatikan cara-cara menulis daftar pustaka dengan sumber
bacaan yang berbeda. Ingat, Anda di larang menuliskan daftar rujukan yang anda
sebenarnya tidak merujuknya .
Contoh :
1.Carter, J. Independence Factors. Americana 1975; 1
(5):1‐9. http://www.jstor.org/stable/1223 445 (diakses
20 Mei, 2013)