Anda di halaman 1dari 19

KULIAH LAPANGAN II

LAPORAN HIDROLOGI

Oleh :

NAMA KELOMPOK:

Rika Amanda Apriani (1811014120002)

Liana Nurul Latifah (1811014220008)

Rifial Zairi (1811014210004)

Muhammad Najmi Amru (1811014310006)

Faisal Abdi (1811014210016)

PROGRAM STUDI S-1 FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu hidrologi merupakan cabang ilmu Geografi yang mempelajari
pergerakan, distribusi, dan kualitas air di seluruh Bumi, termasuk siklus hidrologi
dan sumber daya air. Orang yang ahli dalam bidang hidrologi disebut hidrolog,
bekerja dalam bidang ilmu bumi dan ilmu lingkungan, serta teknik sipil dan
teknik lingkungan. Berdasarkan konsep yang sudah disampaikan sebelumnya,
hidrologi memiliki ruang lingkup atau cakupan yang luas. Secara substansial,
cakupan bidang ilmu itu meliputi: asal mula dan proses terjadinya air, pergerakan
dan penyebaran air, sifat-sifat air, serta keterkaitan air dengan lingkungan dan
kehidupan. Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang kehadiran dan
gerakan air di alam. Studi hidrologi meliputi berbagai bentuk air serta
menyangkut perubahan-perubahannya, antara lain dalam keadaan cair, padat, gas,
dalam atmosfer, di atas dan di bawah permukaan tanah, distribusinya,
penyebarannya, gerakannya dan lain sebagainya.
Keberadaan air di muka bumi bukan terjadi secara instan, melainkan
memerlukan proses yang cukup lama. Karena banyak ilmuwan yang yakin bahwa
bumi pada awalnya adalah tandus dan kering. Sekitar 4,1 miliar tahun hingga 3,8
milyar tahun yang lalu, merupakan periode dimana bumi dihujani komet, asteroid,
dan protoplanet. Komet dan asteroid yang tertutup lapisan es diperkirakan telah
membawa air ke bumi yang kemudian menjadi lautan dan samudra. Komet dan
asteroid tersebut ketika menabrak bumi itu ternyata pecah saat memasuki lapisan
atmosfer bumi dan kemudian menjadi partikel-partiklel uap air yang mengambang
di udara (awan), kemudian turun sebagai hujan. Proses ini berlangsung lebih dari
3,8 milyar tahun yang lalu.
Sungai adalah salah suatu ekosistem perairan yang dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik oleh aktivitas alam maupun aktivitas manusia. Sungai
merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara
alamiah, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air
hujan yang jatuh diatas permukaan bumi dalam perjalanannya sebagian kecil
menguap dan sebagian besar mengalir dalam bentuk-bentuk kecil, kemudian
menjadi alur sedang seterusnya mengumpul menjadi satu alur besar atau utama.
Di Indonesia, keberadaan sungai sangat mudah dijumpai di berbagai
tempat meski kelas dari sungai itu tidak sama tapi keberadaannya bukan menjadi
objek yang asing. Masyarakat Indonesia sendiri memiliki sejarah yang dekat
dengan sungai. Pada masa lalu, setiap aktivitas manusia dilakukan di sungai,
namun seiring perkembangan pemikiran manusia, fungsi sungai tidak lagi
dimanfaatkan untuk membantu kehidupan sehari hari manusia. Meski demikian,
di sebagian wilayah tertentu, sungai masih menjadi objek penting untuk
beraktivitas, mulai dari mencuci, mandi, hingga untuk mendukung aktivitas
memasak mereka. Namun, fenomena ini sudah sangat sulit dijumpai kecuali yang
masih tinggal di kawasan pedalaman.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1) Menentukan debit air sungai pada daerah praktikum.
2) Menentukan sedimen sungai pada daerah praktikum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Banjar


Kabupaten Banjar terletak di bagian selatan Provinsi Kalimantan Selatan,
berada pada 114° 30' 20" dan 115° 33' 37" Bujur Timur serta 2° 49' 55" dan 3° 43'
38" Lintang Selatan. Luas wilayahnya 4.668,50 Km² atau sekitar 12,20 % dari
luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Secara administrasi batas-batas
Kabupaten Banjar adalah :
Secara administrasi batas-batas Kabupaten Banjar adalah :
a. Sebelah Utara : Kabupaten Tapin dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan
b. Sebelah Timur : Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanah Bumbu
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Tanah Laut dan Kota Banjarbaru
d. Sebelah Barat : Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar
Ketinggian dari permukaan laut (dpl) untuk wilayah Kabupaten Banjar berkisar
antara 0 – 1,878 meter, dimana 35 % berada diketinggian 0 -7 m dpl, 55,54 % ada
pada ketinggian 50 – 300 m dpl, sisanya 9,45 % lebih dari 300 m dpl. rendahnya
letak Kabupaten Banjar dari permukaan laut menyebabkan aliran air pada
permukaan tanah menjadi kurang lancar. Akibatnya sebagian wilayah selalu
tergenang (29,93 %) sebagian lagi (0,58 %) tergenang secara periodik. Pada
umumnya tanah di wilayah ini bertekstur halus (77,62 %) yaitu meliputi tanah liat,
berlempung, berpasir dan berdebu. Sementara 14,93 % bertekstur sedang yaitu
jenis lempung, berdebu, liat berpasir, sisanya 5,39 % bertekstur kasar yaitu pasir
berlempung, pasir berdebu (Pemerintah Kabupaten Banjar, 2015).
Kondisi topografi di wilayah beraneka ragam, tidak sepenuhnya dataran.
Perbukitan dan pegunungan dibagian sebelah utara dan timur. Bagian sebelah
barat dan selatan terdapat dataran rendah berupa tanah biasa dan tanah rawa.
Selain ditutupi oleh batu-batuan sedimen dan terdiri dari dataran tinggi sebagian
dari daerah Kabupaten Banjar merupakan daerah dataran rendah yang dilewati
sungai besar yaitu sungai Martapura, sungai Riam Kanan dan sungai Riam Kiwa
serta beberapa sungai-sungai kecil dengan keadaan hidrografinya sangat
dipengaruhi oleh curah hujan, terlebih lagi daerah rawa (Wikipedia, 2021)
2.2 Debit Air
Menurut Asdak (1995) debit air adalah laju aliran air yang melewati suatu
penampang melintang sungai/aliran air per satuan waktu. Di dalam satuan SI,
besar debit dinyatakan dalam satuan m3/detik. Pergerakan air sangat ditentukan
oleh intensitas hujan dan lamanya hujan, topografi bentuk dan kemiringan lereng,
karakteristik geologi terutama jenis dan struktur tanah, keadaan vegetasi, serta
faktor manusia (Soebarkah, 1978). Pengukuran debit air dapat dilakukan dengan
mengukur volume aliran sungai, menentukan luas penampang sungai,
menggunakan bahan kimia (pewarna) yang dialirkan dalam aliran sungai, atau
dengan membuat bangunan pengukur debit seperti weir (aliran air lambat) atau
flume (aliran air cepat) (Asdak, 1995).
Arus sungai memiliki kecepatan yang berbeda-beda, baik dari hulu ke hilir
maupun dari waktu ke waktu. Debit air dan arus sungai saling mempengaruhi
pada suatu ekosistem sungai (Odum, 1993). Pemilihan lokasi pengukuran debit air
sebaiknya dilakukan di bagian aliran perairan yang lurus, tidak ada tumbuhan,
jauh dari percabangan sungai (Sitohang et al., 2006).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi debit air adalah :
1. Hujan, intensitas hujan dan lamanya hujan mempengaruhi besarnya
infiltrasi, aliran air tanah, dan aliran permukaan tanah. Lama waktu hujan
sangat penting dalam hubungannya dengan lama waktu pengaliran air
hujan menuju sungai.
2. Topografi, daerah permukaan miring akan menyebabkan aliran permukaan
yang deras dan besar bila dibandingkan dengan daerah yang agak datar.
3. Geologi, jenis dan struktur tanah mempengaruhi kepadatan drainase.
Kepadatan drainase yang rendah menunjukkan secara relatif pengaliran
melalui permukaan tanah yang panjang menuju saluran, kehilangan air
yang besar sehingga air saluran menjadi lambat.
4. Keadaan vegetasi, makin banyak pohon menyebabkan makin banyak air
yang lenyap karena evapotranspirasi maupun infiltrasi sehingga akan
mengurangi run off yang dapat mempengaruhi debit sungai.
5. Manusia, dengan pembuatan bangunan-bangunan, pembukaan tanah
pertanian, urbanisasi, dapat merubah sifat keadaan Daerah Aliran Sungai.
(Soebarkah, 1978).

2.3 Sedimentasi
Sedimentasi yaitu proses pengendapan dari suatu material yang berasal
dari angin, erosi air, gelombang laut serta gletser. Material yang dihasilkan dari
erosi yang dibawa oleh aliran air dapat diendapkan di tempat yang ketinggiannya
lebih rendah. Proses sedimentasi itu sendiri dalam konteks hubungan dengan
sungai meliputi, penyempitan palung, erosi, transportasi sedimentasi (transport
sediment), pengendapan (deposition) dan pemadatan (compaction) dari sedimen
itu sendiri (Pangestu dan Haki, 2013).
Kemudian, Komposisi sedimentasi diklasifikasikan menjadi empat jenis,
yaitu :
1. Sedimen terrigenous, yakni sedimen yang mengandung kalsium karbonat
dan silika kurang dari 30%.
2. Sedimen biogenic, yakni sedimen yang mengandung kalsium karbonat dan
silika lebih dari 30%.
3. Sedimen chemogenic, yakni sedimen yang merupakan hasil presipitasi
kimiawi dan air laut.
4. Sedimen volcanogenic, yakni sedimen yang tersusun oleh material piro
klasik dan polygenic (lempung merah).
(Lisitzin, 1972).
Transpor sedimen oleh aliran air adalah transpor seluruh butir padat (solid)
yang melewati tampang lintang suatu aliran air. Transpor sedimen umumnya
dikelompokkan berdasarkan cara transpor, yaitu:
1) Transpor sedimen dasar (bed load), qsb (debit solid per satuan lebar, m3/m),
adalah gerak butir sedimen yang selalu berada di dekat dasar saluran atau
sungai. Butir sedimen bergerak dengan cara bergeser atau meluncur,
mengguling, atau dengan lompatan pendek. Transpor dengan cara ini
umumnya terjadi pada butir sedimen yang berukuran relatif besar.
2) Transpor sedimen suspensi (suspended solid), qss, adalah gerak butir
sedimen yang sesekali bersinggungan dengan dasar sungai atau saluran.
Butir sedimen bergerak dengan lompatan yang jauh dan tetap didalam
aliran. Transpor dengan cara ini umumnya terjadi pada butir sedimen yang
berukuran relatif kecil.
3) Transpor sedimen dasar+suspensi atau transpor material dasar total, qs =
qsb + qss, adalah gerak butir sedimen yang selalu berkaitan atau
bersinggungan dengan dasar sungai atau saluran.
4) Transpor sedimen wash load, qsw, adalah gerak butir sedimen yang hampir
tidak pernah bersinggungan dengan dasar sungai atau saluran. Pada wash
load, butir sedimen bergerak bagaikan digelontor oleh aliran dan tidak
pernah menyentuh dasar sungai atau saluran. Transpor dengan cara ini
umumnya terjadi pada butir sedimen yang berukuran sangat halus.
(Graf dan Altinakar, 1998).
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 Oktober 2021 pukul
08.00–selesai WITA. Tempat praktikum berada di daerah Sungai Kambang,
Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah :
1. GPS, digunakan untuk menentukan titik koordinat pada tempat praktikum.
2. Current-meter, digunakan untuk mengukur kecepatan aliran air sungai.
3. Roll-meter dan meteran, digunakan untuk mengukur panjang, lebar dan
tinggi suatu objek.
4. Stopwatch, digunakan untuk menghitung waktu.
5. Botol, digunakan untuk menyimpan sampel air sungai.
6. Alat tulis, digunakan untuk mencatat data praktikum.
7. Kertas saring, digunakan untuk menaruh sampel air sungai selama proses
pemanasan.
8. Neraca digital, digunakan untuk menimbang massa suatu objek.
9. Gelas ukur, digunakan untuk menampung sampel air sungai sesuai volume
yang ditentukan.
10. Oven, digunakan untuk memanaskan sekaligus menghilangkan kadar air
pada sampel air sungai.

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1. Penentuan Debit Air Sungai
Adapun prosedur percobaan kali iniadalah:
1. Menentukan daerah sungai dan titik koordinat tempat praktikum dengan
menggunakan GPS.
2. Mengukur lebar sungai menggunakan rollmeter.
3. Membagi lebar sungai sebanyak 4 segmen.
4. Mengukur ketinggian (jarak dasar sampai permukaan sungai) setiap
segmen menggunakan meteran.
5. Mengukur kecepatan aliran air sungai menggunakan current-meter pada
setiap segmen. Peletakan current-meter di dalam sungai berada tepat di
tengah segmen. Pengukuran dilakukan selama 1 menit sebanyak 3 kali.
Dalam pencatatan data, nilai kecepatan diusahakan stabil.

3.3.2 Penentuan Sedimen Sungai


1. Menggunakan segmen pada luas penampang sungai yang sudah ditentukan
sebelumnya.
2. Mengambil sampel air pada bagian permukaan, tengah dan dasar sungai
pada setiap segmen menggunakan botol sampai terisi penuh.
3. Ketika di laboratorium, mengambil masing-masing sampel air sungai
sebanyak 42 mL dengan gelas ukur kemudian disaring dengan kertas
saring dibantu dengan corong, dimana kertas saring yang belum digunakan
telah ditimbang dan dicatat massa awalnya menggunakan neraca digital.
4. Memanaskan sampel air sungai pada kertassaring di dalam oven selama 4-
5 jam pada temperatur kisaran 100°C-105°C.
5. Mengambil sampel yang hanya tersisa sedimen beserta kertas saring dari
oven dan menimbang massa akhir pada setiap kertas saring.
6. Mencatat selisih massa awal dan massa akhir.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan dan Perhitungan


4.1.1 Data Hasil Pengamatan
Data kecepatan aliran Sungai Kambang diperoleh dari hasil pengukuran
lapangan yang dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2021 dapat dilihat pada tabel
4.1.
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Kecepatan Aliran pada Sungai Tabunio
Lebar Jumlah
Segmen Waktu vi (m/s) vr
No. Sungai Putaran
(m) (s) (m/s)
(m) 1 2 3 v1 v2 v3
1 19,45
2 19,45 1,18
47,4 11,85 23 23 23 1,182 1,182 1,182
3 19,45 2
4 19,45

4.1.2 Hasil Perhitungan


Kemudian untuk memperoleh debit aliran dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut :
v = jumlah putaran / waktu
Sementara untuk mendapatkan nilai debit menggunakan rumus sebagai berikut :
Q=Axv
A = lebar segmen x kedalaman
Kedalaman : d1 = d2 =d3 =d4 =d5= 6,5 m
Luas Penampang : A1 = A2 = A3 = A4 = A5 = 11,85 x 6,5 = 77,025 m2
Debit : Q1 = Q2 =Q3 =Q4 = Q4 = 77,025 x 1,182= 91,043 m3/s
Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan Debit Aliran pada Sungai Kambang
No. Segmen(m) Kedalaman(m) A (m2) vR (m/s) Q (m3/s)
1
2
11,85 6,5 77,025 1,182 91,043
3
4
ΣQ = 91,043 m3/s
Data sedimen terangkut diambil bersamaan dengan pengukuran debit aliran
dengan mengambil sampel airnya yang dimasukan ke dalam botol yang sudah
disediakan. Kemudian sampel tersebut dianalisis di laboratorium untuk
mengetahui berat sedimen terangkut, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.3 Data Hasil Pengukuran dan Analisis Laboratorium Sedimentasi
Sampe Massa Kertas Massa Kertas Saring + Δ Massa
No.
l Saring(g) Sampel Sedimen (g) Sedimen (g)
1 A1 0,3985 0,0208
2 T1 0,4067 0,0126
3 B1 0,4075 0,0118
4 A2 0,3999 0,0194
5 T2 0,4183 0,001
6 B2 0,4160 0,0033
0,4193
7 A3 0,3950 0,0243
8 T3 0,4093 0,01
9 B3 0,4229 0,0036
10 A4 0,4054 0,0139
11 T4 0,3958 0,0235
12 B4 0,3925 0,0268

Tabel 4.4 Data Hasil Volume Sampel dan Sedimen


Pengambilan Volume (liter) Massa Sedimen (g)
Sampel 1 2 3 4 1 2 3 4 Rerata
Permukaan 0,04 0,0208 0,0194 0,0243 0,0139 0,02613
0,042 0,042 0,042 0,01 0,0235
Tengah 2 0,0126 0,001 0,0157
Dasar 0,0118 0,0033 0,0036 0,0268 0,015167
Σ 0,056997

Tabel 4.5 Sedimen yang terangkut

Pengambilan
Massa Sedimen (g)
Sampel

Permukaan 0,0784
Tengah 0,0471
Dasar 0,0455
Σ 0,171

4.2 Pembahasan
Pengukuran debit aliran sungai dilakukan pada Sungai Kembang.
Didapatkan lebar sungai sebesar 47,4 m menggunakan roll-meter, kemudian
dibuat tiap segmen untuk pengambilan data sebanyak 4 segmen, lebar interval tiap
segmennya adalah 11,85 m. Tiap segmen dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali
pengukuran yang kemudian dihitung nilai rata-ratanya. Tabel 4.1 berisi data nilai
kecepatan aliran pada 4 segmen yang telah dikonversi dari rotasi per menit (rpm)
ke meter per detik (m/s). Pada segmen 1, 2, 3, dan 4 didapatkan nilai kecepatan
rata-ratanya sebesar 0 m/s karena tidak terdapat aliran pada sungai tersebut.
Kemudian dari data pada tabel 4.1, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan
nilai debitnya pada tabel 4.2. Pada segmen 1, 2, 3, dan 4 didapatkan nilai debitnya
sebesar 1 m3/s, sehingga dapat disimpulkan bahwa debit aliran sungainya tidak
ada.
Sementara untuk pengukuran sedimen terangkut dilakukan dengan cara
mengambil sampel sedimennya, dimana tiap segmen diambil sebanyak 3 sampel
masing-masing merupakan sampel permukaan (A), sampel tengah (T) dan sampel
dasar atau bawah (B). Pada segmen 1 sampel dengan massa tertinggi adalah pada
sampel permukaan yaitu 0,0208 gram. Pada segmen 2 sampel tertinggi adalah
pada sampel permukaan yaitu 0,0194 gram. Pada segmen 3 sampel tertinggi
adalah pada sampel permukaan yaitu 0,0243 gram. Pada segmen 4 sampel
tertinggi adalah pada sampel dasar yaitu 0,0268 gram. Sedimen terangkut
cenderung lebih banyak didapatkan dibagian permukaan sungai. Dilihat pada tabel
4.4 dan 4.5, merupakan data sampel massa sedimen terangkut yang mewakili
semua volume sampel sebesar 42 mL atau 0,042 L. Ketika dibandingkan dengan
volume aliran sungai pada daerah praktikum yang diperoleh sebesar 1 m3/s
sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat debit air pada sungai tersebut.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum, antara lain :
1. Debit air pada Sungai Kembang sebesar 1 m3/s. Volume aliran sungai pada
daerah praktikum yang diperoleh sebesar 1 m3 sehingga dapat disimpulkan
tidak terdapat debit air pada sungai tersebut.
2. Sedimen terangkut pada sungai Kembang paling banyak terdapat pada
sampel permukaan dari setiap segmen. Daerah sungai tersebut membawa
total sedimen terangkut sebesar 0,171gram.
5.2 Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya agar dapat menggunakan alat ukur
yang memiliki hasil lebih akurat. Lokasi sungai yang dipilih untuk praktikum
sebaiknya sungai yang memiliki kecepatan aliran.
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengolahan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Graf, W.H. & M.S. Altinakar. 1998. Fluvial Hydraulics. John Wiley and Sons
Ltd. England.

Lisitzin, A. P. 1972. Sedimentation in the World Ocean. Society of Economic


Paleontologists and Mineralogists Special Publication.

Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.

Pangestu, H. & H. Haki. 2013. Analisis Angkutan Sedimen Total pada Sungai
Dawas Kabupaten Musi Banyuasin. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan.
1(1) : 103-109.

Pemerintah Kabupaten Banjar. (2015). Laporan Akhir Penyusunan Rencana


Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah.

Sitohang, C. et al. 2006. Limnology. Riau University Press. Riau.

Soebarkah, I. 1978. Hidrologi untuk Perencenaan Bangunan Air. Idea Dharma.


Bandung.

Wikipedia. 2019. https://home.banjarkab.go.id/profil-2/gambaran-umum-wilayah-


kab-banjar/
LAMPIRAN
1. Berikut beberapa dokumentasi pada saat pengambilan data di lapangan

(a) (b)
Gambar 1. (a) dan (b) Pengukuran kedalaman sungai

(c) (d) (e)


Gambar 2. (c), (d) dan (e) Pengukuran lebar sungai

(f) (g) (h)


Gambar 3. (f), (g), dan (h) Pengambilan sampel air dari beberapa segmen dan
pengambilan titik sungai
(i) (j)
Gambar 4. (i) dan (j) Sampel air yang sudah dimasukkan ke dalam botol dan
diberi label

2. Berikut beberapa dokumentasi pada saat penentuan sedimen sungai di


Laboratorium

(k) (l) (m)


Gambar 5. (k), (l) dan (m) Pemotongan kertas saring, penimbangan kertas saring
dan menyaring air dengan kertas saring melalui corong
(n)
Gambar 6. (n) Sampel sebelum dimasukkan kedalam oven

(o) (p)
Gambar 7. (o) dan (p) Sampel dimasukkan kedalam oven

(q)

(r)
Gambar 8. (q) dan (r) Sampel setelah di oven
(s)
Gambar 9. (s) Penimbangan sampel dengan neraca digital

Anda mungkin juga menyukai