Laporan Hidrologi
Laporan Hidrologi
LAPORAN HIDROLOGI
Oleh :
NAMA KELOMPOK:
BANJARBARU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
2.3 Sedimentasi
Sedimentasi yaitu proses pengendapan dari suatu material yang berasal
dari angin, erosi air, gelombang laut serta gletser. Material yang dihasilkan dari
erosi yang dibawa oleh aliran air dapat diendapkan di tempat yang ketinggiannya
lebih rendah. Proses sedimentasi itu sendiri dalam konteks hubungan dengan
sungai meliputi, penyempitan palung, erosi, transportasi sedimentasi (transport
sediment), pengendapan (deposition) dan pemadatan (compaction) dari sedimen
itu sendiri (Pangestu dan Haki, 2013).
Kemudian, Komposisi sedimentasi diklasifikasikan menjadi empat jenis,
yaitu :
1. Sedimen terrigenous, yakni sedimen yang mengandung kalsium karbonat
dan silika kurang dari 30%.
2. Sedimen biogenic, yakni sedimen yang mengandung kalsium karbonat dan
silika lebih dari 30%.
3. Sedimen chemogenic, yakni sedimen yang merupakan hasil presipitasi
kimiawi dan air laut.
4. Sedimen volcanogenic, yakni sedimen yang tersusun oleh material piro
klasik dan polygenic (lempung merah).
(Lisitzin, 1972).
Transpor sedimen oleh aliran air adalah transpor seluruh butir padat (solid)
yang melewati tampang lintang suatu aliran air. Transpor sedimen umumnya
dikelompokkan berdasarkan cara transpor, yaitu:
1) Transpor sedimen dasar (bed load), qsb (debit solid per satuan lebar, m3/m),
adalah gerak butir sedimen yang selalu berada di dekat dasar saluran atau
sungai. Butir sedimen bergerak dengan cara bergeser atau meluncur,
mengguling, atau dengan lompatan pendek. Transpor dengan cara ini
umumnya terjadi pada butir sedimen yang berukuran relatif besar.
2) Transpor sedimen suspensi (suspended solid), qss, adalah gerak butir
sedimen yang sesekali bersinggungan dengan dasar sungai atau saluran.
Butir sedimen bergerak dengan lompatan yang jauh dan tetap didalam
aliran. Transpor dengan cara ini umumnya terjadi pada butir sedimen yang
berukuran relatif kecil.
3) Transpor sedimen dasar+suspensi atau transpor material dasar total, qs =
qsb + qss, adalah gerak butir sedimen yang selalu berkaitan atau
bersinggungan dengan dasar sungai atau saluran.
4) Transpor sedimen wash load, qsw, adalah gerak butir sedimen yang hampir
tidak pernah bersinggungan dengan dasar sungai atau saluran. Pada wash
load, butir sedimen bergerak bagaikan digelontor oleh aliran dan tidak
pernah menyentuh dasar sungai atau saluran. Transpor dengan cara ini
umumnya terjadi pada butir sedimen yang berukuran sangat halus.
(Graf dan Altinakar, 1998).
BAB III
METODE PERCOBAAN
Pengambilan
Massa Sedimen (g)
Sampel
Permukaan 0,0784
Tengah 0,0471
Dasar 0,0455
Σ 0,171
4.2 Pembahasan
Pengukuran debit aliran sungai dilakukan pada Sungai Kembang.
Didapatkan lebar sungai sebesar 47,4 m menggunakan roll-meter, kemudian
dibuat tiap segmen untuk pengambilan data sebanyak 4 segmen, lebar interval tiap
segmennya adalah 11,85 m. Tiap segmen dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali
pengukuran yang kemudian dihitung nilai rata-ratanya. Tabel 4.1 berisi data nilai
kecepatan aliran pada 4 segmen yang telah dikonversi dari rotasi per menit (rpm)
ke meter per detik (m/s). Pada segmen 1, 2, 3, dan 4 didapatkan nilai kecepatan
rata-ratanya sebesar 0 m/s karena tidak terdapat aliran pada sungai tersebut.
Kemudian dari data pada tabel 4.1, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan
nilai debitnya pada tabel 4.2. Pada segmen 1, 2, 3, dan 4 didapatkan nilai debitnya
sebesar 1 m3/s, sehingga dapat disimpulkan bahwa debit aliran sungainya tidak
ada.
Sementara untuk pengukuran sedimen terangkut dilakukan dengan cara
mengambil sampel sedimennya, dimana tiap segmen diambil sebanyak 3 sampel
masing-masing merupakan sampel permukaan (A), sampel tengah (T) dan sampel
dasar atau bawah (B). Pada segmen 1 sampel dengan massa tertinggi adalah pada
sampel permukaan yaitu 0,0208 gram. Pada segmen 2 sampel tertinggi adalah
pada sampel permukaan yaitu 0,0194 gram. Pada segmen 3 sampel tertinggi
adalah pada sampel permukaan yaitu 0,0243 gram. Pada segmen 4 sampel
tertinggi adalah pada sampel dasar yaitu 0,0268 gram. Sedimen terangkut
cenderung lebih banyak didapatkan dibagian permukaan sungai. Dilihat pada tabel
4.4 dan 4.5, merupakan data sampel massa sedimen terangkut yang mewakili
semua volume sampel sebesar 42 mL atau 0,042 L. Ketika dibandingkan dengan
volume aliran sungai pada daerah praktikum yang diperoleh sebesar 1 m3/s
sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat debit air pada sungai tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum, antara lain :
1. Debit air pada Sungai Kembang sebesar 1 m3/s. Volume aliran sungai pada
daerah praktikum yang diperoleh sebesar 1 m3 sehingga dapat disimpulkan
tidak terdapat debit air pada sungai tersebut.
2. Sedimen terangkut pada sungai Kembang paling banyak terdapat pada
sampel permukaan dari setiap segmen. Daerah sungai tersebut membawa
total sedimen terangkut sebesar 0,171gram.
5.2 Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya agar dapat menggunakan alat ukur
yang memiliki hasil lebih akurat. Lokasi sungai yang dipilih untuk praktikum
sebaiknya sungai yang memiliki kecepatan aliran.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengolahan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Graf, W.H. & M.S. Altinakar. 1998. Fluvial Hydraulics. John Wiley and Sons
Ltd. England.
Pangestu, H. & H. Haki. 2013. Analisis Angkutan Sedimen Total pada Sungai
Dawas Kabupaten Musi Banyuasin. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan.
1(1) : 103-109.
(a) (b)
Gambar 1. (a) dan (b) Pengukuran kedalaman sungai
(o) (p)
Gambar 7. (o) dan (p) Sampel dimasukkan kedalam oven
(q)
(r)
Gambar 8. (q) dan (r) Sampel setelah di oven
(s)
Gambar 9. (s) Penimbangan sampel dengan neraca digital