Anda di halaman 1dari 2

PENDAPAT HUKUM

TENTANG PENGGUNAAN SESAJEN DI DAERAH GUNUNG SEMERU

Oleh :
Saddam Febrianto
(Nosis 2364)

A. Asumsi Umum
Keaneragaman Budaya dan struktur masyrakat di Indonesia menjadikannya banyak
kebiasaan-kebiasaan yang diatur dalam suatu Norma dalam lingkungan masyarakat,
norma itu sendiri Untuk mewujudkan nilai sosial yang ideal, masyarakat menciptakan
aturan-aturan yang disebut norma, yang membatasi perilaku manusia dalam kehidupan
bersama. Agar hubungan antarmanusia dalam suatu masyarakat terlaksana sesuai yang
diharapkan, maka diciptakan norma-norma yang mempunyai kekuatan mengikat.
Kekuatan mengikat norma berbeda-beda, terdapat norma yang kekuatan mengikatnya
lemah, tetapi ada juga yang kuat mengikatnya.
Belum lama ini viral di media sosial seorang lelaki relawan Erupsi Gunung semeru
yang menendang sesajen di daerah terebut. Muncul banyak tanggapan tentang apa yang
dilakukan oleh pria tersebut ada yang bertanggapan positif dan ada juga yang negatif.
Sesajen itu sendiri merupakan ritual yang dlakukan oleh masyrakat sekitar gunung
semeru, ritual terebut dikatakan ruwatan Dalam bahasa Jawa ruwatan sama dengan kata
luwar yang berarti dilepas atau dibebaskan. Bisa dikatakan ruwatan berarti upacara untuk
membebaskan atau melepaskan seseorang yang diruwat dari hukuman atau kutukan
dewa yang menimbulkan bahaya. Dari sisi sejarah, ruwatan merupakan upacara asal
Jawa yang digunakan untuk membebaskan atau melepaskan seseorang dari hukuman
atau kutukan yang membawa sial atau membahayakan. 12
Pria tersebut dianggap warga sekitar melakukan suatu Tindakan yag melanggar
norma adat istiadat yang ada, bahkan ada yang melaporkan pria tersebut keranah hukum
dengan berpedoman pada pasal 156 KUHP tentang ujaran kebencian dan penghinaan
terhadap suatu golongan. Namun ada juga yang membela perbuatan tersebut dengan
mengaitkannya dengan kaidah keagamaan Islam yang berpendapat bawa sesajen terebut
sama sajah menyekutukan Allah SWT.

1
https://www.tribunnews.com/regional/2022/01/10/ini-asal-usul-sesajen-tradisi-ruwatan-di-gunung-semeru-yang-
ditendang-oknum-relawan
2
https://www.kompas.com/sains/read/2022/01/16/163000723/viral-pria-tendang-sesajen-di-gunung-semeru-dosen-
filsafat--sesaji-adalah?page=all
2

B. Asumsi Khusus
Warga Sekitar menganggap apa yang dilakukan pria tersebut sudah melukai hati
dan perasaan mereka karena tradisi mereka dianggap seperti hal yang biasa saja bahkan
menuding bahwasanya karena sesajen itulah bencana datang, padahal menurut
kepercayaan warga sekitar ritual sesajen itu merupakan suatu kepercayaan yang lahir
turun menurun dari nenek moyang untuk memperoleh perlindungan dari segala bencana
bala dan maraha bahaya.

C. Analisis
Menurut pandangan penulis bahwasanya perbuatan yang dilakukan oleh pria
tersebut bukanlah suatu tindak kejahatan karena tidak adanya unsur dari tindak Pidana
dan apa yang ia lakukan berpedoman terhadap Agama yang ia anut yaitu Agama Islam
hanya saja seharusnya cara menyiingkirkan sesajen tersebut haru dengan persetujuan
masyarakat sekitar dan juga harus secara persuasive sehingga dapat diterimaa dengan
baik. Perbuatan tersebut bukan lah suatu tindak kejahatan akan tetapi perbuatan tersebut
melanggar moral adat istiadat yang ada di daerah Kawasan gung semeru.

D. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan. Bahwasanya dimanapun kita berada harus menghargai dan
menghormati adat istiadat yang ada tidak melakukan seenaknya saja sehingga tidak
menimbulkan suatu polemic antar umat beragama. Indonesia dikenal dengaan
keaneragaman terebut sehingga kita harus junjung tinggi prinsip toleransi yang ada.

Saran. Perlu adanya sosialisasi terhadap siapa saja yag berkunjung kedaerah
tersebut sehingga tidak akan terjadi Kembali pelanggaran norma adat dan mengenai
kebiasaan adat istiadat tersabut seharusnya dibuat menjadi hukum adat tertulis sehigga
bisa membuat siapa saja yang berkunjung mempunyai rasa segan bahkan takut untuk
melakukan perbuatan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai