Anda di halaman 1dari 10

MASSIVE OPEN ONLINE COURSE

PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA


(MOOC PPPK)

JURNAL

DISUSUN OLEH :

NAMA : I KTUT RIAGUNG SARTIYANA, S.T.


NIP : 19840721 202221 1 001
GOLONGAN : IX
JABATAN : AHLI PERTAMA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN
INSTANSI : DINAS PU BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR

2023
AGENDA 1
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

A. Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan merupakan cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan
kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun
1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa
dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
➢ Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara :
1. Pancasila
2. UUD 1945
3. Bhinneka Tunggal Ika
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia
B. Bela Negara
➢ Bela Negara merupakan tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
➢ Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila, dan Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara di dalam tata pergaulan
dengan negara-negara lain dan menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan demikian, bendera, bahasa, dan lambang
negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan hanya sekadar merupakan pengakuan atas Indonesia
sebagai bangsa dan negara, melainkan menjadi symbol atau lambang negara yang dihormati dan
dibanggakan warga negara Indonesia.
➢ Nilai dasar Bela Negara, yang meliputi:
a. Cinta tanah air;
b. Sadar berbangsa dan bernegara;
c. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. Kemampuan awal Bela Negara.
C. Analisis Isu Kontemporer
PNS sebagai Aparatur Negara dihadapkan pada pengaruh yang dating dari eksternal juga internal
yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut menjadikan
pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu strategis kontemporer
diantaranya;
I. Korupsi
Cara Membangun Sikap Anti Korupsi :
1. Bersikap jujur
2. Menghindari perilaku yang merugikan kepentingan orang lain
3. Menghindari konflik kepentingan dalam hubungan kerja, hubungan bisnis maupun hubungan
bertetangga.
4. Melaporkan pada penegak hukum apabila menjadi korban perbuatan korupsi
II. Narkoba
Badan Narkotika Nasional terus meningkatkan intensitas dan ekstensitas upaya penyelamatan bangsa
dari acaman penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba melalui pelaksanaan Program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) yang
memiliki 4 pilar, antara lain :
➢ Pilar Pencegahan
➢ Pilar Pemberdayaan Masyarakat
➢ Pilar Rehabilitasi
➢ Pilar Pemberantasan
III. Terorisme dan Radikalisme
➢ Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Resolusi 60/288 tahun 2006 tentang UN Global
Counter Terrorism Strategy yang berisi empat pilar strategi global pemberantasan terorisme, yaitu
:
1) Pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme;
2) Langkah pencegahan dan memerangi terorisme;
3) Peningkatan kapasitas negara-negara anggota untuk mencegah dan memberantas terorisme
serta penguatan peran sistem PBB; dan
4) Penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law sebagai dasar
pemberantasan terorisme.
➢ Pencegahan Tindak Pidana Terorisme
1. Kesiapsiagaan Nasional melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan kemampuan
aparatur, perlindungan dan peningkatan sarana dan prasarana, pengembangan kajian
terorisme, pemetaan wilayah rawan paham radikal terorisme.
2. Kontra Radikalisasi
- Kontra Narasi
- Kontra Propaganda
- Kontra Ideologi
3. Deradikalisasi
- Identifikasi dan penilaian
- Reintegrasi sosial
- Reedukasi
- Rehabilitasi
IV. Pencucian Uang
➢ Indikator yang menyebabkan kegiatan money laundering marak terjadi, diantaranya:
1. Kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah dalam satu negara, terutama terkait dengan
otoritas pengawasan keuangan dan investigasi di sektor finansial.
2. Penegakan hukum yang tidak efektif, disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
keterampilan, serta keterbatasan sumberdaya manusia yang mempunyai kapasitas dalam
menyelidiki adanya praktik money laundering.
3. Pengawasan yang masih sangat minim, dikarenakan jumlah personel yang tidak memadai.
4. Sistem pengawasan yang tidak efektif dalam mengidentifikasi aktivitas yang mencurigakan.
5. Kerjasama dengan pihak internasional yang masih terbatas.
➢ Dampak Negatif Pencucian Uang
(1) Merongrong sektor swasta yang sah
(2) Merongrong integritas pasar-pasar keuangan
(3) Hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonomi
(4) Timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi
(5) Hilangnya pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak
(6) Risiko pemerintah dalam melaksanakan program privatisasi
(7) Merusak reputasi negara
(8) Menimbulkan biaya sosial yang tinggi.
V. Proxy War
➢ Mematikan kesadaran suatu bangsa dengan cara menghilangkan identitas atau ideologi atau
keyakinan suatu bangsa yang pada gilirannya akan menghilangkan identitas diri. Bangsa tanpa
kesadaran, tanpa identitas, tanpa ideologi sama dengan bangsa yang sudah rubuh sebelum
perang terjadi.
➢ Membangun Kesadaran Anti-Proxy dengan mengedepankan Kesadaran Bela Negara melalui
pengamalan nilai-nilai Pancasila.
VI. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)
➢ Tips dalam menggunakan media sosial agar terhindar dari risiko pelanggaran hukum:
1. Memahami regulasi yang ada.
2. Menegakan etika ber-media sosial.
3. Memasang identitas asli diri dengan benar.
4. Cek terlebih dahulu kebenaran informasi yang akan dibagikan (share) ke publik.
5. Lebih berhati-hati bila ingin memposting hal-hal atau data yang bersifat pribadi.
D. Kesiapsiagaan Bela Negara
➢ Pengertian : Suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun
sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan
kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban
sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga,
merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
➢ Rumusan 5 Nilai Bela Negara :
1. Rasa Cinta Tanah Air;
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara;
3. Setia kepada Pancasila Sebagai Ideologi Negara;
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara;
5. Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara
➢ Kemampuan Awal Bela Negara :
1. Kesehatan Jasmani : Kebugaran Jasmani dan olahraga, Pola hidup sehat, Gangguan Kesehatan
jasmani.
2. Kesehatan Mental : Sistem berpikir, Kesehatan berpikir, Kendali diri, Manajemen Stres, Emosi
positif, Makna hidup.
➢ Kesiapsiagaan Jasmani
1. Merupakan serangkaian kemampuan jasmani atau fisik yang dimiliki oleh seorang PNS atau
CPNS yang akan menjadi calon pegawai.
2. Adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk melakuksanakan tugas atau kegiatan fisik
secara lebih baik dan efisien.
3. Manfaat Kesiapsiagaan Jasmani :
- Memiliki postur yang baik, memberikan penampilan yang berwibawa lahiriah karena mampu
melakukan gerak yang efisien.
- Memiliki ketahanan melakukan pekerjaan yang berat dengan tidak mengalami kelelahan yang
berarti ataupun cedera, sehingga banyak hasil yang dicapai dalam pekerjaannya.
- Memiliki ketangkasan yang tinggi, sehingga banyak rintangan pekerjaan yang dapat diatasi,
sehingga semua pekerjaan dapat berjalan dengan cepat dan tepat untuk mencapai tujuan.
➢ Kesiapsiagaan Mental
Adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami kondisi mental, perkembangan mental, dan
proses menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa
(kedewasaan) nya, baik tuntutan dalam diri sendiri maupun luar dirinya sendiri, seperti
menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah, sekolah, lingkungan kerja dan masyarakat.

AGENDA 2
NILAI-NILAI DASAR PEGAWAI NEGERI SIPIL

I. Berorientasi Pelayanan
▪ Pelayanan publik adalah Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh
Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang
dan/atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
▪ Prinsip pelayanan publik yang baik adalah:
1. Partisipatif
2. Transparan
3. Responsif
4. Tidak diskriminatif
5. Mudah dan Murah
6. Efektif dan Efisien
7. Aksesibel
8. Akuntabel
9. Berkeadilan
▪ Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu :
1) Penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi.
2) Penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat.
3) Kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
▪ Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan
pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
II. Akuntabel
▪ Pengertian :
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan,
lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
▪ Aspek Akuntabilitas :
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship).
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented).
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting).
4. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance).
▪ Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi).
2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional).
3. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

▪ Tingkatan Akuntabilitas
1. Akuntabilitas Personal
2. Akuntabilitas Individu
3. Akuntabilitas Kelompok
4. Akuntabilitas Organisasi
5. Akuntabilitas Stakeholder
▪ Berikut adalah 5 langkah yang harus dilakukan dalam membuat framework akuntabilitas di lingkungan
kerja PNS:
1. Menentukan tujuan yang ingin dicapai dan tanggungjawab yang harus dilakukan.
2. Melakukan perencanaan atas apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan.
3. Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah dicapai.
4. Memberikan laporan hasil secara lengkap, mudah dipahami dan tepat waktu.
5. Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan atau feedback untuk memperbaiki
kinerja yang telah dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat korektif.
▪ Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel adalah:
a) kepemimpinan f) Kepercayaan
b) transparansi g) Keseimbangan
c) integritas h) Kejelasan
d) tanggung jawab i) Konsistensi
e) keadilan
III. Kompeten
▪ Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas jabatan (Pasal 1 PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017).
▪ Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN,
kompetensi meliputi:
1) Kompetensi Teknis
2) Kompetensi Manajerial
3) Kompetensi Sosial Kultural
▪ Pengembangan kompetensi bagi Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK), berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2018 dalam pasal 39 diatur sebagai berikut:
1. Dalam rangka pengembangan kompetensi untuk mendukung pelaksanaan tugas, PPPK diberikan
kesempatan untuk pengayaan pengetahuan.
2. Setiap PPPK memiliki kesempatan yang sama untuk di ikutsertakan dalam pengembangan
kompetensi
3. Pengembangan kompetensi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pengembangan
kompetensi pada Instansi Pemerintah.
4. Dalam hal terdapat keterbatasan kesempatan pengembangan kompetensi, prioritas diberikan
dengan memper-hatikan hasil penilaian kinerja PPPK yang bersangkutan.
▪ Pengembangan kompetensi bagi Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dalam pasal
40 yaitu:
1. Pelaksanaan pengembangan kompetensi dilakukan paling lama 24 (dua puluh empat) jam
pelajaran dalam 1 (satu) tahun masa perjanjian kerja.
2. Pelaksanaan pengembangan kompetensi dikecualikan bagi PPPK yang melaksanakan tugas
sebagai JPT Utama tertentu dan JPT Madya tertentu.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengembangan kompetensi diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Lembaga Administrasi Negara.
▪ Perilaku Kompeten
1. Berkinerja yang BerAkhlak:
2. Meningkatkan kompetensi diri:
3. Membantu Orang Lain Belajar:
4. Melakukan kerja terbaik:
IV. Harmoni
▪ Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut
dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur.
▪ 3 hal yang dapat menjadi acuan untuk membangun budaya tempat kerja nyaman dan berenergi positif :
1. Membuat tempat kerja yang berenergi.
2. Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikan kontribusi.
3. Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi.
V. Loyal
▪ Merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN
harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:
a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
▪ Membangun Perilaku Loyal :
1. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
2. Meningkatkan Kesejahteraan
3. Memenuhi Kebutuhan Rohani
4. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
5. Melakukan Evaluasi secara Berkala
VI. Adaptif
▪ Nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan di sektor publik, seperti :
1. Perubahan lingkungan strategis,
2. Kompetisi yang terjadi antar instansi pemerintahan,
3. Perubahan iklim,
4. Perkembangan teknologi.
▪ Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki kemampuan
menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan lingkungannya, juga
perbaikan proses internal yang berkesinambungan.
▪ Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan individu dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi
VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity).
1. Hadapi Volatility dengan Vision
2. Hadapi uncertainty dengan understanding
3. Hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility
VII. Kolaboratif
▪ Kolaborasi Pemerintahan sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling
menguntungkan antar aktor pemerintahan.
▪ 6 Kriteria Penting Untuk Kolaborasi :
1) Forum Yang Diprakarsai Oleh Lembaga Publik Atau Lembaga;
2) Peserta Dalam Forum Termasuk Aktor Nonstate;
3) Peserta Terlibat Langsung Dalam Pengambilan Keputusan Dan Bukan Hanya Dikonsultasikan’
Oleh Agensi Publik;
4) Forum Secara Resmi Diatur Dan Bertemu Secara Kolektif;
5) Forum Ini Bertujuan Untuk Membuat Keputusan Dengan Konsensus (Bahkan Jika Konsensus
Tidak Tercapai Dalam Praktik); Dan
6) Fokus Kolaborasi Adalah Kebijakan Publik Atau Manajemen.
▪ Proses yang harus dilalui dalam menjalin kolaborasi :
1. Trust Building
2. Face to Face Dialogue
3. Komitmen terhadap proses:
4. Pemahaman bersama:
5. Menetapkan outcome antara.
▪ Whole Of Governent (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan bersama dalam bidang pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan publik.
AGENDA 3
KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

I. Smart ASN
A. Literasi digital
▪ Berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia
agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital
untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety .
▪ Kerangka Kerja :
1. Digital skill,
2. Digital culture
3. Digital ethics
4. Digital safety
▪ Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling
melindungi hak digital setiap warga negara
B. Pilar Literasi Digital
▪ Kerangka kerja literasi digital merupakan dasar perancangan program serta kurikulum
literasi digital Indonesia 2020-2024. Oleh sebab itu, pada bagian ini, akan dipelajari tentang
empat pilar literasi digital yang terdiri dari etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam
bermedia digital. Dalam hal ini, Digital Ethics (Etika Bermedia Digital) sebagai panduan
berperilaku terbaik di ruang digital membawa individu untuk bisa menjadi bagian
masyarakat digital, berada di domain ‘kolektif, informal’; Digital Culture (Budaya Bermedia
Digital) sebagai wujud kewarganegaraan digital dalam konteks keindonesiaan
II. Manajemen ASN
▪ Adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan ASN yang :
1. Profesional
2. Memiliki Nilai Dasar
3. Etika Profesi
4. Bebas dari Intervensi Politik
5. Bersih dari Praktek KKN
▪ Manajemen PPPK meliputi:
1. Penetapan Kebutuhan, Pengadaan,
2. Penilaian Kinerja, penggajian dan
3. pengembangan kompetensi,
4. pemberian penghargaan, disiplin,
5. pemutusan hubungan perjanjian kerja, perlindungan
▪ Penilaian Kinerja PPPK
1. Objektivitas Prestasi Kerja
2. Memperhatikan Target, Sasaran, Hasil, Manfaat yang dicapai, dan Perilaku Pegawai
PPPK
3. Dilakukan secara objektif, terukur, Akuntabel, Partisipatif, dan Transparan
▪ Pengembangan Komptensi PPPK
1. Kesempatan untuk pengembangan kompetensi direncanakan setiap tahun oleh instansi
pemerintah.
2. Dipergunakan sebagai salah satu dasar untuk perjanjian kerja selanjutnya.
▪ Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia.
Tujuan : menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN mewujudkan jiwa korps
ASN sebagai pemersatu bangsa

Anda mungkin juga menyukai