Anda di halaman 1dari 8

A.

Masalah Utama

Defisit Perawatan Diri

B. Proses Terjadinya Masalah

2.1 Definisi Defisit Perawatan Diri

Defisit perawatan diri adalah keadaan dimana seseorang yang mengalami kelainan
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari secara
mandiri. Tidak ada keinginan pasien untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut,
pakaian kotor, bau badan, bau nafas serta penampilan tidak rapi. Defisi perawatan diri
merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa (Sutejo, 2017).

Defisit perawatan diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami hambatan
ataupun gangguan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri, seperti mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi untuk dirinya sendiri
(Tumanduk, Messakh, & Sukardi, 2018).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa defisit perawatan diri adalah keadaan
seseorang yang tidak mampu merawat diri dengan benar dan tidak dapat menyelasaikan
aktivitas perawatan diri seperti mandi, berhias, mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan/minum serta mencuci tangan setelah Buang air besar dan buang air kecil.

2.2 Tanda dan Gejala

Menurut Jalil (2015), tanda dan gejala defisit perawatan diri terdiri dari :

a. Data subjektif Klien mengatakan :

1) Malas mandi

2) Tidak mau menyisir rambut

3) Tidak mau menggosok gigi

4) Tidak mau memotong kuku

5) Tidak mau berhias/berdandan

6) Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat mandi/kebersihan diri

7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum

8) BAB dan BAK sembarangan


9) Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dab BAK

10) Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar

b. Data objektif

1) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang.

2) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu berdandan.

3) Pakaiann tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai, mengencangkan dan
memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu, tidak mengkancingkan baju atau celana.

4) Memakai barang-barang yang tidak perlu dlaam berpakaian, mis: memakai pakaian
berlapis-lapis, penggunaa pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-barang yang perlu
dalam berpakaian, mis: telanjang.

5) Makan dan minum sembarangan dan berceceran, tidak menggunakan alat makan, tidak
mampu menyiapkan makanan, memindahkan makanan kea lat makan, tidak mampu
memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan
makanan secara aman dan menghabiskan makanan.

6) BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan dir setelah BAB dan BAK,
tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet setelah BAB dan BAK

2.3 Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Pola perawatan diri Tidak melakukan


seimbang seimbang perawatan saat stress

Keterangan :

a. Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan mampu untuk
berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan kadang tidak, saat klien mendapatkan stressor kadang-kadang klien
tidak memperhatikan perawatan dirinya.

c. Tidak melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stressor.

2.4 Faktor Predisposisi

Factor predisposisi menurut (Nurhalimah, 2016).

1) Biologis

Dimana deficit perawatan diri disebabkan oleh adanya penyakit fisik dan mental yang
disebabkan klien tidak mampu melakukan kperawatan diri dan dikarenakan adanya factor
herediter dimana terdapat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

2) Psikologis

Adanya factor perkembangan yang memegang peranan yang tidak kalah penting, hal ini
dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan individu tersebut sehingga
perkembangan inisiatif menjadi terganggu. Klien yang mengalami deficit perawatan diri
dikarenakan kemampuan realitas yang kurang yang menyebabkan klien tidak peduli terhadao
dir dan lingkungannya termasuk perawatan diri.

3) Social

Kurangnya dukungan social dan situasi lingkungan yang mengakibatkan penurunan


kemampuan dalam merawat diri

2.5 Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi yang menyebabkan deficit perawatan diri yaitu penurunan motivasi,
kerusakan kognitif/persepsi, cemas, lelah, lemah yang menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Menurut Rochmawati (2013), factor-faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah :

1) Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya


dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial

Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.

3) Status Sosial

Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampoo, alat mandi semuanya yang memerlukan uang untuk menyediakannya

4) Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada klien penderita DM, ia harus menjaga kebersihan
kakinya.

5) Budaya

Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

2.6 Sumber Koping

Sumber koping merupakan pilihan-pilihan atau strategi yang membantu seseorang


menentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang berisiko, menurut (Lestari, 2016)
Sumber koping individu terdiri dari dua jenis sumber yaitu sumber koping internal dan
eksternal, sebagai berikut:

1. Sumber koping internal.

Sumber koping internal berasal dari pengetahuan, keterampilan seseorang, komitmen dan
tujuan hidup, kepercayaan diri, kepercayaan agama, serta kontrol diri. Karakteristik
kepribadian seseorang yang tersusun atas kontrol diri, komitmen dan tantangan merupakan
sumber mekanisme koping yang tangguh. Individu yang memiliki pribadi tangguh menerima
stressor sebagai sesuatu yang dapat diubah maupun dianggap sebagai suatu tantangan.

2. Sumber koping eksternal

Dukungan sosial merupakan sumber koping eksternal yang utama. Dukungan sosial ini
sebagai rasa memiliki informasi terhadap seseorang atau lebih. Hal ini menyebabkan
seseorang merasa bahwa dirinya dianggap atau dihargai sehingga disebut sebagai dukungan
harga diri. Dukungan sosial dapat meningkatkan kepribadian mandiri dan tidak menyebabkan
ketergantungan terhadap individu yang lainnya
2.7 Mekanisme Koping

Menurut (Sutria, 2020), mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2


yaitu :

a. Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan mencapi
tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.

b. Mekanisme koping maladaptive

Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,


menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak ingin
merawat diri.

C. Pohon Masalah

Gg. Harga diri


Efek
rendah

Defisit
Core problem
Perawatan Diri

Isolasi
Causa social:menarik
diri (Sumber : Astuti, 2019)

D. Masalah Keperawatan yg mungkin muncul

a. Defisit perawatan diri

b. Isolasi sosial : menarik diri

c. Harga diri rendah


E. Data yg perlu dikaji

Masalah keperawatan Data yg perlu dikaji


1. Defisit perawatan diri Subjektif: Menolak melakukan perawatan
diri
Objektif : Tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara
mandiri

2. Isolasi social Subjektif : Merasa ingin sendirian, merasa


tidak aman ditempat umum
Objektif : Menarik diri, Tidak
berminat/menolak berinteraksi dengan orang
lain atau lingkungan

3. Harga diri rendah Subjektif : Menilai diri negative, Merasa


malu atau bersalah, Merasa tidak mampu
melakukan apapun, Meremehkan
kemampuan mengatasi masalah, Melebih-
lebihkan penilaian negative tentang diri
sendiri , Menolak penilaian positif tentang
diri sendiri
Objektif : Enggan mencoba hal baru,
Berjalan menunduk, Postur tubuh menunduk

F. Diagnosa Keperawatan

Terdapat 3 jenis diagnosa keperawatan dalam masalah perawatan diri, seperti :

a. Defisit perawatan diri: berpakaian dan mandi

b. Isolasi sosial : menarik diri

c. Harga diri rendah


G. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Luaran Strategi Pelaksanaan


1. Defisit perawatan Setelah 2x 30 menit SP 1 pasien :
diri pertemuan diharapkan Bina hubungan saling percaya dengan
pasien mampu : prinsip komunikasi terapeutik
menunjukkan tanda- 1. Sapa klien dengan ramah, baik
tanda percaya kepada verbal maupun nonverbal
perawat : 2. Perkenalkan diri dengan sopan
a. ekspresi wajah 3. Tanyakan nama lengkap dan nama
bersahabat. panggilan klien
b. Menunjukkan rasa 4. Jelaskan tujuan pertemuan
senang. 5. Jujur dan menepati janji
c. Ada kontak mata. 6. Tunjukkan sikap empati dan
d. Mau berjabat menerima klien apa adanya
tangan. 7. Beri perhatian pada pemenuhan
e.Mau menjawab kebutuhan dasar klien
salam.
f. Pasien mau duduk 1) Identifikasi masalah perawatan
berdampingan dengan diri : kebersihan diri, berdandan,
perawat. makan/minum, BAB/BAK.
g. Pasien mau 2) Jelaskan pentingnya kebersihan
bercerita dengan diri.
perawat. 3) Jelaskan cara dan alat kebersihan
diri.
4) Latih cara menjaga kebersihan diri :
mandi dan ganti pakaian, sikat gigi,
cuci rambut, potong kuku.
5) Masukkan pada jadwal kegiatan
harian untuk latihan mandi, sikat gigi
(2 kali per hari), cuci rambut ( 2 kali
per minggu), potong kuku (satu kali
per minggu)
DAFTAR PUSTAKA

Ndaha, S. (2021). Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny J Dengan Masalah

Defisit Perawatan Diri Di Kota Dumai - Riau. 2019, 1–32.

Puspita Sari, S., Hasanah, U., Inayati, A., & Keperawatan Dharma Wacana Metro,

A. (2021). Penerapan Personal Hygiene Terhadap Kemandirian Pasien

Defisit Perawatan Diri. Jurnal Cendikia Muda, 1(3), 372–382.

Santa, M. (2019). Teori Keperawatan profesional. Journal of Chemical

Information and Modeling, 53(9), 1689–1699

http://repository.poltekkesbengkulu.ac.id/1595/1/KTI%20AA%20DENO%20SAPUTRA
%20fiks.pdf

Anda mungkin juga menyukai