DAN SYARIAH
MAKALAH
Oleh :
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SILIWANGI
BANDUNG
2022
Kata Pengantar
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kurang baik dalam
segi tulisan maupun kata-kata, oleh karena itu kami mohon saran dan kritiknya demi kesempurnaan
makalah ini untuk kesempurnaan terutama ilmu kami.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk kedepannya.
Semoga Allah Subhanallahu wa ta’ala membalas kebaikan kalian semua. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AKHLAK ................................................................................................. 4
B. AKHLAK SEBAGAI INTERGRAL DARI IMAN ............................................................2
BAB II PENUTUP
A. KESIMPULAN................................................................................................................... 4
Adapun kewajiban manusia terhadap Allah swt pada garisbesarnya yaitu mentauhidkan-Nya dan
beribadah kepada-Nya. Dua hal ini juga menjadi kewajiban manusia kepada Allah yang tertuang
dalam firman Allah yang artinya:
“ Sesugguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakanamal saleh, mereka itu adalahsebaik-baik
makhluk.” (Qs. Al-Bayyinah:7).
“Sesungguhnya yang paling aku cintai diantara kalian dan paling dekat tempatduduknyadenganku pada
hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknyadiantara kalian.” (HR. Tirmidzi no.194)
1 pengertian-akhlak-dan-pandangannya-dalam-islam
B. Akhlak Sebagai Integral dari Iman
Rasulullah sallallaahu’alaihi wasallam bersabda:
“ Orang mukmin yang paling sempurna Imannya adalah yang Terbaik Akhlaknya”
(HR At-Tirmidzi no.1162)
Akhlak dengan iman sangat erat sekali Nabi Saw bersabda:
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari
Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir,
hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah
ia memuliakan tamunya."(HR Bukhari Muslim)
Seorang muslim harus menjaga lisannya bukan karena tidak enak kepada orang lain akan tetapi
seorang muslim harus menjaga lisannya karena Allah swt. Nabi saw berkata: “Demi Allah tidakberiman
bagi orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan”
Akhlak ini kelak dihari kiamat ketika dibangkitkan dari kubur kita akan menghadapi masa
penimbangan, yang paling berat timbangan kelak adalah akhlak mulia Rasulullah saw bersabda: “ tidak
ada sesuatu yang lebih berat timbangannya seorang mukmin dihari kiamat yang lebih daripada akhlak
mulia”
Akhlak seorang muslim tentu berdasar kepada keyakinannya terhadap Allah, Malaikat, Kitab,
Rasul, Hari Akhir, dan Qada&Qadar. Dengan adanya hal tersebut, seorang muslim akan mengatur
akhlaknya bagaimana sesuai dengan aturan Allah, apa yang disampaikan di Al-Quran. Mereka akan
menilai akhlaknya buruk jika tidak sesuai dengan apa yang disampaikan Allah dan Rasulnya.
Iman adalah dasar perilaku atau akhlak. Tanpa iman atau iman yang keliru tentu akan berefek
pada kelirunya akhlak kita. Sekalipun dalam satu waktu akhlak tampak terlihat baik, namun belum tentu
di lain waktu akan baik pula karena keimanan yang keliru. Untuk itu, iman harus diasah lebih jika
akhlak ingin liner dengannya.
Akhlak adalah bukti keimanan. Seseorang yang mengaku beriman namun tidak pernah
berakhlak yang mulia atau sesuai dengan islam, tentu menjadi pertanyaan apakah benar-benar dalam
keimanan yang kuat. Untuk itu, tidak hanya cukup dengan iman, namun harus juga membuktikan diri
dengan akhlak.
Iman dan akhlak adalah satu kesatuan. Kelak di akhirat nanti, Allah tidak akan mempertanyakan
salah satunya saja, melainkan seluruhnya yaitu iman dan akhlaknya. Orang beriman belum tentu
selamat, jika akhlaknya buruk. Begitupun orang yang tidak beriman, tentu akan mempersulitakhlaknya
menjadi baik.
Bukti keimanan dan akhlak manusia tentunya akan terwujud ketika manusia benar-benar dan
sungguh-sungguh menjalankan hidupnya berdasarkan pada Tujuan Penciptaan Manusia , Proses
Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat
Manusia Menurut Islam yang telah Allah tetapkan. Hal itulah yang nantinya juga kelak akan dimintai
pertanggungjawaban.2
Secara bahasa akidah berasal dari kata al-‘aqdu, artinya: mengikat, memutuskan, menguatkan,
mengokohkan, keyakinan, dan kepastian. Adapun secara istilah, akidah memiliki makna umum dan
khusus. [At-Talâzum bainal ‘Akidah wasy Syari’ah, hlm: 9, karya syaikh Dr. Nashir bin Abdul Karim
al-‘Aql].
Makna akidah secara umum adalah: keyakinan kuat yang tidak ada keraguan bagi orang yang
meyakininya, baik keyakinan itu haq atau batil. Sedangkan akidah dengan makna khusus adalah akidah
Islam, yaitu: pokok-pokok agama dan hukum-hukum yang pasti, yang berupa keimanankepada Allâh
Azza wa Jalla , malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para nabi-Nya, hari akhir, sertaberiman kepada
takdir yang baik dan yang buruk. Dan perkara lainnya yang diberitakan oleh Allâh Azza wa Jalla dalam
al-Qur’an dan oleh Rasul-Nya di dalam hadits-hadits yang shahih. Termasuk akidah Islam adalah
kewajiban-kewajiban agama dan hukum-hukumnya yang pasti. Semuanya itu wajib diyakini dengan
tanpa keraguan.[At-Talâzum bainal ‘Akidah wasy Syari’ah, hlm: 10-11]
Secara bahasa syari’at berasal dari kata asy-syar’u, artinya: membuat jalan, penjelasan,tempat
yang didatangi, dan jalan. Adapun secara istilah, syari’at memiliki makna umum dan khusus. Makna
syari’at secara umum adalah: agama yang telah dibuat oleh Allâh Azza wa Jalla , mencakup akidah
(keyakinan) dan hukum-hukum. Hal ini seperti firman Allâh Azza wa Jalla :
Yang Artinya:
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan
apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa
dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi
orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allâh menarik kepada agama itu orang
yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).”
[Asy-Syura/42:13]
Hubungan antara akhlak dan aqidah sangat erat, kerena antara akhlak dan aqidah itu saling
bergantungan. Aqidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri bagi
manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur. Akhlak mendapatkan
perhatian istimewa dalam aqidah Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Ahmad dan al-Baihaqi). Islam menggabungkan antara
2 hubungan-akhlak-dengan-iman
agama yang hak dan akhlak. Menurut teori ini, agama menganjurkan setiap individu untuk berakhlak
mulia dan menjadikannya sebagai kewajiban (taklif) di atas pundaknya yang dapat mendatangkan
pahala atau siksa baginya. Atas dasar ini agama tidak mengutarakan akhlak semata tanpa dibebani
rasa tanggung jawab.
Aqidah tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat dijadikan tempat
berlindung di saat kepanasan dan tidak pula ada buahnya yang dapat dipetik. Sebaliknya akhlak tanpa
aqidah hanya merupakan layang-layang bagi benda yang tidak tetap, yang selalu bergerak. Oleh karena
itu Islam memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan akhlak. Rasulullah SAW menegaskan
bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda
beliau: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus akhlaknya”.
(HR. Muslim)
Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat diketahui melalui tingkah laku
(akhlak) seseorang, karena tingkah laku tersebut merupakan perwujudan dari imannya yang ada di
dalam hati. Jika perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai iman yang kuat; dan jika perbuatan buruk,
maka dapat dikatakan ia mempunyai iman yang lemah. Dengan kata lain bahwa iman yang kuat
mewujudkan akhlak yang baik dan mulia, sedang iman yang lemah mewujudkan akhlak yang jahat dan
buruk.
Sebagai bentuk perwujudan iman (aqidah), akhlaq mesti berada dalam bingkai aturansyari’ah
Islam. Karena seperti dijelaskan diatas, berakhlak baik juga dalam rangka ibadahuntuk mendekatkan
diri kepada Allah. Syariah menjadi standard ukuran yang menentukanapakah suatu amal-perbuatan itu
benar atau salah. Ketentuan syariah merupakan aturan danrambu-rambu yang berfungsi membatasi,
mengatur dan menetapkan mana perbuatan yangmesti dijalankan dan yang mesti ditinggalkan.
Ketentuan hukum pada syariah pada asasnyaberisi tentang keharusan, larangan dan kewenangan untuk
memilih. Ketentuan ini meliputiwajib, sunnah/mandub, mubah (wenang), makruh dan haram. Syariah
memberi batasan-batasan terhadap akhlaq sehingga praktik akhlaq tersebut berada didalam kerangka
aturanyang benar tentang benar dan salahnya suatu amal perbuatan (ibadah).
Jadi, jelas bahwa akhlaq tidak boleh lepas dari batasan dan kendali syariah. Syariahmenjadi
bingkai dan praktik akhlaq, atau aturan yang mengatasi dan mengendalikan akhlaq.Praktik akhlaq tidak
melebihi apalagi mengatasi syariah, tetapi akhlaq harus lahir sebagaipenguat dan penyempurna terhadap
pelaksanaan syariah. Sedangkan akhlaq yang tidakmenjadi penyempurna pelaksanaan syariah adalah
perbuatan batal. Jadi, kedudukan akhlakadalah sebagai penguat dan penyempurna proses ibadah
seseorang.Dengan demikian, syariah berfungsi sebagai jalan yang akan menghantarkanseseorang
kepada kesempurnaan akhlak. Sedangkan akhlak adalah nilai-nilai keutamaan yangbisa menghantarkan
seseorang menuju tercapainya kesempurnaan keyakinan. Akhlak adalah perwujudan dari proses amal
ibadah, sehingga seseorang hamba dapat meningkatkan kualitasiman dan amalibadahnya dengan akhlak
tersebut.3
3 Hubungan-Akhlak-dengan-Syariah-atau-Islam
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hubungan antara akhlak dan aqidah sangat erat, kerena antara akhlak dan aqidah itu saling
bergantungan. Islam memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan akhlak. Rasulullah SAW
menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada kesempurnaan dan kebaikan
akhlaknya. Akhlaq tidak boleh lepas dari batasan dan kendali syariah. Syariah menjadi aturan yang
mengatasi dan mengendalikan akhlaq. Kedudukan akhlakadalah sebagai penguat dan penyempurna
proses ibadah seseorang. Dengan demikian, syariah berfungsi sebagai jalan yang akan menghantarkan
seseorang kepada kesempurnaan akhlak.
DAFTAR PUSTAKA
https://news.detik.com/berita/d-5205206/pengertian-akhlak-dan-pandangannya-dalam-islam
https://almanhaj.or.id/11311-akidqah-dan-syariat.html
https://dalamislam.com/akhlaq/hubungan-akhlak-dengan-iman
https://mahesainstitute.web.id/ojs2/index.php/jehss/article/download/23/pdf
https://www.coursehero.com/file/p71v0pj/332-Hubungan-Akhlak-dengan-Syariah-atau-Islam-
https://youtu.be/DwBjw8kmGJc