Anda di halaman 1dari 30

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN


BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DAN TATA LINGKUNGAN WILAYAH VIII DENPASAR
Jl. Kapten Tantular No.1 Komplek Niti Mandala Renon, Denpasar - 80234
Telpon : (0361) 227826, 227928 Faximile : (0361) 227928, Email : bpkh08@gmail.com

RENCANA KERJA DAN SYARAT


(RKS)

PEKERJAAN:
JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI PERENCANAAN
PAGAR DEPAN, SAMPING, CANDI BENTAR
DAN DINDING PENAHAN TANAH (DPT)

LOKASI:
KINTAMANI KABUPATEN BANGLI

TAHUN ANGGARAN:
2023

Disiapkan oleh:

CV GUNUNG AGUNG DISAIN


RENCANA KERJA DAN SYARAT

Gambaran Umum Pekerjaan


1. Lokasi Pekerjaan Jasa konsultansi Konstruksi Perencanaan Pagar Depan, Samping, Candi
Bentar Dan Dinding Penahan tanah (DPT), Di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Prov.
Bali.
2. Di dalam Daftar Kuantitas (Bill of Quantity/BQ) telah diuraikan secara rinci dan jelas
tentang lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana dan apabila
Kontraktor Pelaksana setelah mempelajari Dokumen Lelang memandang perlu untuk
menambahkan item pekerjaan, Kontraktor Pelaksana dapat menambahkan pekerjaan
tersebut dengan melanjutkan nomor dari lingkup pekerjaan yang telah disediakan.

A. Syarat Teknis Umum


1. Umum
a. Jenis dan uraian pekerjaan, jenis dan mutu bahan, jumlah dan jenis peralatan
tertentu yang digunakan, jadwal waktu persyaratan teknis khusus, gambar rencana
dan berbagai ketentuan teknis lainnya adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran
yang merupakan satu-kesatuan yang tak dapat dipisahkan dengan Spesifikasi Teknis
(Spektek) ini.
b. Volume Quality Control tidak boleh ditulis dalam Bill of Quantity Kontraktor Pelaksana,
namun merupakan beban Kontraktor Pelaksana yang telah masuk dalam harga satuan
masing-masing jenis pekerjaan dalam pengajuan SPH Kontraktor Pelaksana.
c. Bila hasil pekerjaan tidak memenuhi syarat spesifikasi serta harus diperbaiki
kembali, maka perbaikan tersebut menjadi beban Kontraktor Pelaksana termasuk
pengetesan ulang Quality Control.

2. Persyaratan Tenaga Ahli


a. Tenaga ahli yang disyaratkan adalah sesuai dengan Kepres No. 80 Tahun 2003 dan
Perpres No. 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
ataupun aturan terkait lainnya.
b. Tenaga ahli yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan ini dapat dilihat pada daftar
personil inti yang diperlukan.
c. Satu orang tenaga ahli tidak boleh merangkap lebih dari 1 (satu) Perusahaan dan apabila
ternyata ketentuan ini dilanggar, maka perusahaan-perusahaan yang diwakili tenaga ahli
tersebut dinyatakan BATAL.
d. Tenaga ahli dan tenaga pelaksana yang namanya tercantum dalam Surat Penawaran
harus ber-SKA/SKT dan bertanggungjawab di lapangan selama kegiatan dilaksanakan.

3. Rencana Kerja
a. Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari dari waktu penandatanganan Kontrak,
kecuali ditentukan lain oleh Direksi, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan sebuah
Rencana Kerja sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
b. Pengajuan Rencana Kerja tersebut atas persetujuan Direksi, tindakan mengurangi atau
membebaskan Kontraktor Pelaksana dari pertanggungjawabannya terhadap pekerjaan
yang termaksud dalam kontrak.

4. Tempat Kerja
a. Bila diperlukan tempat kerja dan tempat tersebut terletak di luar lokasi yang disediakan
Direksi, maka Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan biaya ganti rugi/sewa dan lain-
lain biaya sehubungan itu tanpa membebani jasa Bangunan dengan biaya-biaya
tambahan.
b. Kontraktor Pelaksana harus mengusahakan tempat-tempat, mengatur dan bilamana perlu
membayar ganti rugi/sewa untuk penggunaan, penempatan alat-alat, penempatan
gudang-gudang kantor dan keperluan lain-lain yang perlu untuk melaksanakan pekerjaan
serta mendapat ijin persetujuan Direksi.
c. Pada akhir pekerjaan atau sebelumnya sesuai Petunjuk Direksi, Kontraktor Pelaksana
harus membongkar, memindahkan alat-alat kontruksi pembantu atau bentuk-bentuk lain
yang sudah tidak digunakan agar bekas tempat kerja tersebut bersih kembali. Pembiayaan
untuk hal-hal tersebut tidak diadakan tersendiri tetapi harus sudah tergabung dalam
Rencana Anggaran Biaya.

5. Pembagian Halaman dan Bangunan Sementara.


a. Kontraktor Pelaksana harus merundingkan terlebih dahulu dengan direksi mengenai
pembagian halaman untuk bangunan sementara. Selanjutnya Kontraktor Pelaksana harus
membuat bangunan sementara terdiri dari tempat penimbunan barang-barang/gudang
barang yang cukup memenuhi syarat, ruang Direksi/Pengawas, ruang kerja Kontraktor
Pelaksana, toilet dan ruang lain yang dianggap perlu.
b. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan los-los kerja untuk para pekerja yang dilengkapi
dengan obat-obat merah serta memenuhi syarat-syarat kesehatan.
c. Kontraktor Pelaksana harus mengadakan penjagaan keamanan, personil maupun
material selama kegiatan berlangsung.

6. Pengadaan Utilitas Sementara.


a. Kontraktor Pelaksana harus menyiapkan air bersih untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan, termasuk pompa, reservoir yang telah ada dapat dipergunakan dan senantiasa
terisi penuh. Air harus selalu bersih, bebas dari lumpur, minyak dan bahan-bahan lainnya
yang merusak sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Kontraktor Pelaksana harus mengadakan fasilitas listrik dengan daya berasal dari PLN
atau dari Generator, lengkap dengan lampu-lampu penerangannya.
c. Kontraktor Pelaksana wajib membuat saluran pembuangan air hujan, penampungan
sampah dan septictank sementara atau dapat menggunakan yang telah ada atas
persetujuan Direksi.
d. Semua biaya pengadaan utilitas dan lain-lainnya, menjadi tanggungan Kontraktor
Pelaksana.
e. Direksikeet, dibuat satu buah dengan luasan cukup untuk 20 orang dengan ketentuan
sebagai berikut :
1) Disekat untuk ruang Kontraktor Pelaksana dan untuk ruang Konsultan Pengawas dan
untuk ruang tamu.
2) Bahan :
 Multiplek 6 mm.
 Kayu Meranti Balok 4/6.
 Kayu Meranti Balok.
 Kaca bening.
 Paku dan bahan lain.
 Pelaksanaan.
3) Ruang kerja Direksi/Pengawas dilengkapi dengan :
 White Board dan perlengkapan secukupnya.
 Lima set meja dan kursi.
 Satu set meja rapat kapasitas 12 orang.
 Satu unit almari arsip/filling cabinet.
 Satu unit almari arsip gambar.
 Satu set kursi tamu.
 Kotak P3K lengkap dengan obat-obatako buntun.
f. Bangunan-bangunan sementara seperti ruang Direksi/Pengawas los kerja dan pagar
sementara, baru boleh dibongkar setelah mendapat persetujuan Direksi/Pengawas dan
menjadi milik Pemberi tugas.

7. Peralatan
a. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan daftar terperinci tentang Peralatan-peralatan
yang akan digunakan disertai data-data kemampuan alat-alat tersebut.
b. Daftar peralatan yang diperlukan dapat dilihat pada bab II tentang daftar peralatan utama.
c. Kontraktor Pelaksana wajib mendatangkan alat-alat tersebut tepat pada waktunya akan
dipergunakan.
d. Kerusakan peralatan tersebut harus segera diperbaiki/diganti dan tidak dapat dipakai
sebagai alasan keterlambatako buntun pekerjaan.

8. Tanggung Jawab Kontraktor Pelaksana


a. Pada keadaan apapun dimana pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan
Direksi tidak berarti membebaskan Kontraktor Pelaksana atas tanggungjawabnya kepada
pekerjaan sesuai dengan isi kontrak.
b. Tenaga-tenaga kerja yang digunakan harus tenaga-tenaga ahli/terlatih dan
berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai
dengan ketentuan yang berlaku serta petunjuk-petunjuk Direksi.
c. Kontraktor Pelaksana harus mengusahakan tanggungannya, langkah-langkah, dan
peralatan yang perlu untuk melindungi pekerja-pekerja dan bahan-bahan yang digunakan
agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
d. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan
Direksi untuk tujuan memperlancar pekerjaan serta menjamin kualitas pekerjaan.
e. Kontraktor Pelaksana harus selalu membuat laporan-laporan tertulis tentang hak-ikhwal
yang terjadi dalam rangka pelaksanaan Kegiatan kepada Direksi secara periodik.
f. Foto kegiatan 0%, 50%, 100%, agar segera diserahkan kepada Direksi setelah/bila pada
lokasi yang dimaksud persentase pekerjaan telah mencapai yaitu 0%, 50%, 100%.
g. Kontraktor Pelaksana membuat papan nama kegiatan dengan ukuran 80 x 150 dengan
tinggi pemasangan 2 meter, dan diletakkan ditempat yang mudah terlihat, atau sesuai
dengan petunjuk Direksi/Pengawas. Cat Dasar hitam, huruf balok sedangkan redaksi Isi
papan nama kegiatan minimal harus mencantumkan nama kegiatan, Pemilik Kegiatan,
jenis pekerjaan, besar dana pekerjaan, lama waktu pelaksanan, serta semua pihak yang
terlibat dalam kegiatan yaitu : Perencana; Pengawas; Kontraktor Pelaksana atau tim teknis
jika ada.

9. Perintah untuk Pelaksanaan


a. Bila Kontraktor Pelaksana tidak berada di tempat pekerjaan dimana Direksi bermaksud
untuk memberikan petunjuk-petunjuknya, maka petunjuk-petunjuk itu harus diikuti dan
dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk/dikuasakan oleh Kontraktor
Pelaksana.
b. Kontraktor Pelaksana diharuskan untuk memberikan penjelasan-penjelasan tertulis
selengkapnya apabila Direksi memerlukan, tentang tempat-tempat asal material yang
didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya.
c. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanen tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan Direksi. Pemberitahuan yang
lengkap dan jelas atas macam pekerjaan yang akan dilaksanakan kepada Direksi harus
agak longgar, sehingga ada waktu yang memungkinkan Direksi mengadakan
pemeriksaan.

10. Ukuran Tinggi Duga (Peil)


a. Ukuran serta ketentuan tinggi duga (peil) akan ditentukan bersama-sama oleh Perencana,
Direksi dan Kontraktor Pelaksana di lapangan.
b. Pengukuran-pengukuran/pematokan harus dilaksanakan dengan alat-alat ukur
Waterpass, Theodholite dan lain-lain yang mempunyai kesalahan yang sangat kecil.
c. Pengukuran dengan pegas, galah, tala, dan lain-lain tidak diperbolehkan.

d. Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan alat-alat ukur dengan perlengkapannya, serta


juru-juru ukur yang diperlukan oleh direksi untuk pengecekan hasil ukur.
e. Apabila terdapat tanda-tanda yang rusak harus segera diganti dengan yang baru dan
mendapatkan persetujuan Direksi.
f. Pelaksana pekerjaan diwajibkan mengecek ukuran-ukuran/peil-peil/patok-patok/detail-
detail yang ada pada gambar yang diberikan, apakah sesuai atau ada penyimpangan
dengan Gambar Rencana. Apabila di lapangan terdapat kejanggalan, pelaksana
pekerjaan diwajibkan melaporkan kepada Direksi dan meminta petunjuk secara tertulis.
Kontaktor harus mengajukan 3 (tiga) gambar penampang dari daerah yang dipatok itu
untuk mendapatkan persetujuan Direksi. Apabila melalaikan hal tersebut di atas, segala
resiko adalah tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

11. Material
a. Umum
1) Bahan yang didatangkan harus mencukupi untuk kegiatan pelaksanaan konstruksi
sehingga tidak menghambat pelaksanaan.
2) Bahan yang diterima Direksi harus segera diamankan agar tidak sampai
mengganggu tertib lingkungan dan aman dari kerusakan.
3) Bahan-bahan yang ditolak oleh Direksi harus sesegera mungkin diangkut ke luar
lokasi atau dalam waktu selambat-lambatnya 2 x 24 jam.
4) Bila dianggap perlu, Direksi dapat memerintahkan agar diadakan pemeriksaan pada
bahan-bahan atau pada campuran bahan-bahan yang dipakai untuk menguji apakah
syarat-syarat mutu dipenuhi.
5) Pemeriksaan bahan-bahan harus dilakukan dengan cara-cara yang ditentukan dalam
Peraturan Pemeriksaan Bahan-bahan. Hasil-hasil pemeriksaan demikian harus
dipelihara dengan baik dan disimpan oleh Kontraktor Pelaksana dan apabila diminta
harus dapat ditunjukkan kepada Direksi setiap saat, selama pekerjaan berlangsung
dan setiap saat selama 2 tahun sesudah pekerjaan selesai.
6) Untuk menjaga material tidak berantakan, perlu disediakan box-box material
secukupnya.
b. Batu Kali.
Batu kali harus terdiri dari batu-batu yang baik, kuat dan mempunyai panjang
sekurang-kurangnya 1,5 kali lebarnya dan batu-batu itu harus dengan permukaan
yang kasar. Batu-batu tersebut harus sekurang-kurangnya mempunyai tiga bidang
pecah.
c. Pasir.
Pasir yang digunakan harus bersih, tidak mengandung lumpur (max 5%). Apabila
setelah digenggam dan diremas pada telapak tangan tidak terdapat debu atau
lumpur.
d. Air.
1) Air yang digunakan harus air yang bersih dan tidak boleh mengandung minyak asam,
alkali dan garam. Serta tidak mengandung bahan-bahan organis atau bahan-bahan
yang lain yang merusak.
2) Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirim air itu ke
lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui untuk diselidiki sampai seberapa
jauh air itu mengandung zat-zat yang dapat merusak. Biaya pemeriksaan menjadi
beban Kontraktor Pelaksana.
3) Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan dapat ditentukan dengan ukuran isi
atau ukuran berat dan harus dilakukan dengan setepat-tepatnya.
e. Kerikil.
Kerikil harus bersih dari segala macam kotoran dengan ukuran 20-30 mm.
f. Besi Beton.
1) Besi Beton biasa bulat/ulir dan U-24 m e r e k H a n i l ( H . I . J ) / K r a k a t a u
s t e e l ( K S ) untuk semua beton bertulang, ukuran harus sesuai dengan gambar
rencana.
2) Besi beton harus bersih dari kotoran, lemak dan karat.
3) Kawat pengikat besi beton harus berkwalitas besi lunak dengan diameter 1 mm.
4) Besi beton yang tidak memenuhi syarat tersebut di atas harus disingkirkan dan
dikeluarkan dari tempat pekerjaan dalam waktu 2 x 24 jam sesudah ada perintah dari
Direksi.
5) Untuk mendapatkan jaminan kualitas harus dimintakan sertifikat dari laboratorium
untuk percobaan tekan, tarik dan melengkung 180, dimana semua biaya ditanggung
oleh Kontraktor Pelaksana.
g. Semen.
1) Semen yang digunakan adalah Portland Cement Type I.merek Gresik
2) Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah (utuh), diturunkan dan
disimpan dalam gudang yang kering terlindung dari pengaruh cuaca dengan ventilasi
cukup dan di letakkan di atas dudukan kayu.

3) Bila di dalam semen terdapat bagian-bagian yang telah mengeras dan zak,
maka sama sekali tidak diperkenankan untuk digunakan.
h. Batako buntu.
Batako buntu yang dipakai dengan kualitas baik dan persentase pecah maximum 10%.
i. Bata gosok.
Bata gosok yang dipakai bata gosok Tulikup super
J. Paras gosok.
Paras gosok yang dipakai paras gosok Silekarang super
K. Plywood 9 mm. balok meranti 6/12 kayu usuk 5/7 albesia, bamboo ø 8-10 cm untuk
pekerjaan begesting

12. Tenaga Kerja


Dalam pelaksanaan pekerjaan ini agar diupayakan seminimal mungkin menggunakan alat
berat sehingga lebih optimal dalam menyerap tenaga kerja/buruh yang diutamakan diambil
dari penduduk setempat (lokasi kegiatan) untuk keperluan tersebut. Pelaksana agar
melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Selain itu tenaga kerja juga harus cakap
dan terampil,serta diperkerjakan sesuai keahliannya masing-masing.

B. Syarat Teknis Khusus


Lingkup
Pekerjaan :
Pekerjaan yang dimaksud dalam uraian ini adalah “Jasa konsultansi Konstruksi Perencanaan
Pagar Depan, Samping, Candi Bentar Dan Dinding Penahan tanah (DPT), Di Kecamatan
Kintamani Kabupaten Bangli Prov. Bali., pada uraian di bawah ini akan dijelaskan syarat-
syarat teknis pelaksanaan pekerjaan tersebut sebagai berikut :

PASAL 1 : PEKERJAAN PERSIAPAN


1.1. Lingkup Pekerjaan
Dalam pekerjaan persiapan ini adapun item pekerjaannya secara umum adalah sebagai
berikut:
1. Pekerjaan pengukuran dan pasangan
bouwplank.
2. Pekerjaan penyediaan air dan listrik
kerja.
1.2. Persyaratan Pelaksanaan
1.2.1. Pekerjaan Pengukuran dan Pasangan Papan Bouwplank
1. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran tinggi (elevasi) telah ditetapkan dalam gambar
rencana atau sesuai petunjuk dari Direksi.
2. Jika terdapat perbedaan antara gambar-gambar utama dengan gambar-gambar
perincian (detail), maka yang mengikat adalah ukuran-ukuran pada gambar detail atau
ditanyakan pada Direksi Teknis.
3. Sebagai ukuran pokok  0,00 disesuaikan dengan ukuran gambar rencana.
4. Dengan ketentuan tersebut Pemborong, Perencana, Direksi Teknis dan Pengawas
akan menetapkan patok duga  0,00 tersebut di lapangan dan dibuat dari patok
beton yang sifatnya permanen yang dipelihara selama pelaksanaan pembangunan
atau tanda lainnya yang bersifat permanen selama pelaksanaan pekerjaan.
5. Penetapan ukuran dan sudut siku-siku tetap dijaga antara lain dengan
mempergunakan alat-alat Waterpass atau Theodolite atau berpedoman pada
bangunan yang telah ada.
6. Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu meranti dengan ukuran tebal 2 cm
dan lebar 15 cm, lurus dan diketam rata pada sisi sebelah atasnya.
7. Papan bangunan dipasang pada patok kayu meranti 5/7 cm yang jaraknya satu sama
lain adalah 150 cm, tertancap kuat di tanah sehingga tidak dapat digerakkan atau
dipindahkan.
8. Papan bangunan dipasang minimal sejarak 200 cm dari as pondasi terluar.
9. Tinggi sisi atas bangunan harus sama satu dengan yang lain dan atau rata
“waterpass”, kecuali dikehendaki lain oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
10. Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor Pelaksana harus
melaporkan kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Kontraktor Pelaksana
harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak papan bangunan ini
sampai tidak diperlukan lagi.

1.2.2. Pekerjaan Penyediaan Air dan Listrik Kerja


1. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor Pelaksana dengan membuat
sumur pompa di tapak atau didatangkan dari luar tapak dan disediakan pula tempat
penampungannya.
2. Air harus bersih bebas dari bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lain yang
merusak.
Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Pengawas.
3. Kontraktor Pelaksana harus membuat tempat penampungan air yang senantiasa
terisi penuh untuk kebutuhan Kontraktor Pelaksana dengan kapasitas minimal 3,5
meter kubik, dibuat dari pasangan batako buntu merah setengah batako buntu dengan
spesi 1 PC : 3 pasir dan diplester, atau dari drum-drum.
4. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor Pelaksana dan diperoleh
dari sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan berlangsung
dan pemasangan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya
diperkenankan penggunaannya atas persetujuan Direksi/Pengawas Lapagan.

PASAL 2 : PEKERJAAN TANAH DAN PASIR


Dalam Pekerjaan Tanah dan Pasir ini secara umum item pekerjaannya adalah sebagai
berikut
:
1. Pekerjaan galian tanah pondasi menerus dan foot plat
2. Pekerjaan urugan kembali
3. Pekerjaan timbunan bekas galian ketempat yang sudah ditentukan
4. Pekerjaan urugan pasir.

2.1. Persyaratan Pelaksanaan


2.1.1. Pekerjaan Galian Tanah
1. Merupakan pekerjaan untuk membuat lubang galian untuk Pondasi Batu kali dan
Pondasi Telapak. Pekerjaan ini disesuaikan dengan ukuran pondasi yang akan dibuat
ditambah dengan kelebihan galian di bagian kanan dan kiri sebesar 10 cm untuk
mempermudah pekerjaan.
2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup
untuk bagian-bagian pekerjaan di atas maupun di bawah tanah, drainase, saluran-
saluran pembuang dan rintangan-rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan
pekerjaan lapangan. Semua biaya yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana. Kemiringan galian harus dibuat seminimal mungkin dengan
perbandingan 1 (satu) horizontal dengan 1 (satu) vertikal, kecuali diperlihatkan lain
dalam gambar.
3. Galian tersebut harus mempunyai ukuran yang cukup agar penempatan
konstruksi dengan dimensi yang sesuai dengan gambar rencana, dapat dengan
mudah dikerjakan. Pengawas dapat menentukan perubahan dimensi atau peil dari
dasar galian bila dipandang perlu. Sesudah galian selesai dilaksanakan, Kontraktor
Pelaksana harus memberitahukan kepada Pengawas.

2.1.2. Pekerjaan Urugan Tanah Kembali dan pembuangan bekas galian ketempat yang sudah
ditentukan
1. Mengurug kembali pada bekas galian pondasi dan pembuangan bekas tanah
galianketempat yang sudah ditentukan, dilakukan lapis demi lapis, disiram dengan air
sampai padat. Bila dianggap perlu pemadatan menggunakan alat/mesin pemadat.
2. Bahan urugan ini harus bebas dari segala kotoran dan atau humus.

2.1.3. Pekerjaan Urugan Pasir


1. Pekerjaan urugan pasir ini meliputi urugan pasir di bawah pondasi menerus, bawah
foot plat sesuai yang ditunjukan pada gambar.
2. Tebal urugan pasir 10 dan 5 cm.
3. Urugan pasir disiram dengan air sampai keadaan jenuh air.

PASAL 3 : PEKERJAAN PONDASI


3.1. Lingkup Pekerjaan
Dalam Pekerjaan Pondasi meliputi pekerjaan sebagai berikut :
1. Pasangan batu kosong.
2. Pasangan batu kali 1 : 6
3. Pondasi Bore Pile

4. Foot plat

3.2. Persyaratan Bahan


1. Material Batu Kali harus keras, bermutu baik, dan tidak porous. Batu kapur,
batu berpenampang bulat, berpori besar dan terbungkus lumpur tidak diperkenankan
untuk dipakai.
2. Adukan yang digunakan untuk pasangan pondasi adalah 1 Pc : 6 Ps.
3. Air yang dipakai harus bersih, tawar, dan bebas dari bahan kimiawi yang dapat
merusak pondasi, asam alkali, atau bahan organik.
4. Pasir pasang harus bersih terbebas dari kotoran seperti lumpur, tanah liat,
kotoran organik, dan bahan kimia yang dapat merusak pondasi.

3.3. Persyaratan Pelaksanaan


3.3.1. Pasangan Batu Kosong
1. Batu kosong harus terdiri dari batu-batu yang baik, kuat dan mempunyai
panjang sekurang-kurangnya 1,5 kali lebarnya. Pasangan batu kosong dilakukan di
atas urugan pasir yang sudah disiram dengan air dan dilaksanakan sebelum
pemasangan pondasi batu kali. Dilaksanakan dengan menata batu kosong saling
berkait satu sama lain dan pada celah batu diisi dengan pasir urug (semua celah harus
terisi), disiram air sampai padat dan jenuh.
2. Sebelum pekerjaan batu kosong dilaksanakan pastikan urugan pasir di bawah
pondasi telah dilaksanakan. Pasangan batu kosong dipasang sesuai dengan gambar
rencana.
3.3.2. Pasangan batu kali 1PC : 6PS
1. Batu kali harus terdiri dari batu-batu yang baik, kuat dan mempunyai panjang
sekurang- kurangnya 1,5 kali lebarnya dan batu-batu itu harus dengan permukaan
yang kasar. Batu- batu tersebut harus sekurang-kurangnya mempunyai tiga bidang
pecah. Pemasangan sesuai dengan dimensi pada gambar. Perbandingan campuran
yang dipakai sebagai perekat adalah 1 Pc : 6 Ps.
2. Batu kali ditata saling berkait/tidak boros, direkatkan dengan adukan campuran 1
portland cement (Pc) : 5 Pasir (Ps). Bahan-bahan seperti pasir, semen dan air adukan
pasangan batu kali mengikuti ketentuan yang digunakan dalam pekerjaan beton.
3. Setelah selesai pemasangan pondasi batu kali, semua acuan/profil harus dicabut
dari lubang pondasi dan pekerjaan urugan kembali dapat dilaksanakan.
4. Sebelum berumur minimal 2 hari pasangan pondasi batu kali tidak boleh diinjak
atau dibebani yang dapat mengakibatkan keretakan pada pondasi.
5. Untuk mencegah pengeringan yang terlalu cepat dari pengaruh sinar matahari,
pondasi batu kali harus disiram air minimal sampai dengan 7 hari setelah
pemasangan.
6. Pasangan pondasi batu kali dikerjakan sebagai dudukan dari pada sloof struktur
maupun praktis sesuai dengan gambar rencana.

PASAL 4 : PEKERJAAN BETON


4.1 Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan didalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga mendapatkan
hasil yang bermutu baik.
2. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan beton Foot plat, kolom, beton sloof, balok seperti
yang ditunjukkan pada gambar.

4.2 Persyaratan Bahan


4.2.1 Umum :
1. Kontraktor Pelaksana harus menyampaikan terlebih dahulu contoh-contoh bahan
yang akan dipergunakan untuk mendapat persetujuan Direksi.

2. Bahan yang dipakai harus memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan Standar
Beton terbaru.
3. Apabila diminta oleh Direksi, Kontraktor Pelaksana wajib memeriksakan bahan-
bahan tersebut pada laboratorium yang ditunjuk atas biaya sendiri.

4.2.2 Semen :
1. Semen yang dipakai adalah Semen Portland Type I merek gresik yang mendapat
persetujuan Direksi dan memenuhi SKSNI-1991, SNI,SII.
2. Selama pengangkutan dan penyimpanan, semen tidak boleh kena air dan
kantongnya harus asli dari pabriknya, dan tetap utuh dan tertutup rapat.
3. Semen yang sudah membeku, tidak dibenarkan dipakai dalam pekerjaan ini.
4. Semen disimpan pada tempat yang beralaskan dari kayu yang tingginya tidak kurang
dari30 cm dari lantai.
5. Semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2,00 meter.
6. Pengeluaran semen dari tempat penyimpanan berurutan sesuai dengan
datangnya semen di tempat penyimpanan.

4.2.3 Pasir dan Kerikil :


1. Pasir dari pasir alam (sungai) sedangkan kerikil beton dari hasil mesin pemecah
batu (stone crusher) dan harus bersih dari segala kotoran seperti bahan organis, tanah
lumpur, kapur, garam dan sebagainya, tidak porus dan sesuai dengan SKSNI -1991.
2. Bahan pengisi (pasir dan kerikil) harus disimpan ditempat yang bersih dan dicegah
agar terjadi pencampuran antara bahan yang satu dengan yang lainnya dan terlindung
dari pengotoran.
4.2.4 Air kerja dan Bahan Campuran Tambahan (Admixture) :
1. Air kerja untuk adukan dan untuk merawat beton harus bersih dan bebas dari
semua kotoran yang dapat merusak daya lekat semen atau dapat menurunkan mutu
beton.
2. Bahan campuran tambahan (Admixture) bila dipandang perlu dapat digunakan
untuk mempercepat pengerasan, perbaikan beton. Produksi yang digunakan adalah
“Sika” atau sesuai dengan sifat-sifat yang diharapkan dan harus mendapat
persetujuan Direksi terlebih dahulu. Bahan-bahan tersebut tidak boleh mengandung
bahan-bahan yang merugikan sifat beton bertulang.

4.2.5 Besi Beton :


1. Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan yang dapat
mengurangi lekatnya pada beton. Memenuhi syarat SII 0136-84 dan SNI 03-6861.3-
2002 tentang spesifikasi bahan bangunan bagian C (Bahan Bangunan dari besi/baja).
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, digunakan besi dari jenis BJTP.24 untuk
diameter lebih kecil atau sama dengan 12 mm dan besi dari jenis BJTD.32 untuk
diameter lebih besar dengan 12 mm, (Kontraktor Pelaksana harus menunjukkan hasil
test laboratorium untuk masing-masing diameter tulangan). Semua besi beton harus
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-6861.3-2002 Tentang Spesifikasi
bahan bangunan bagian C (Bahan Bangunan dari besi/baja). Simbol “Ø”
(menunjukkan Baja tulangan polos), Simbol “D” (menunjukan Baja Tulangan
DeformUlir). Simbol “M” tulangan baja jaring (wire mesh).

2. Perlengkapan besi beton, meliputi semua peralatan yang diperlukan untuk mengatur
jarak tulangan/besi beton dan mengikat tulangan-tulangan pada tempatnya. Besi
tulangan harus terpasang dengan kokoh sehingga tidak terjadi pergerakan/pergeseran
pada saat pengecoran, ukuran, bentuk dan posisi spacer harus memperoleh
persetujuan Direksi/Konsultan pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
3. Toleransi Besi
Diameter, ukuran sisi
Variasi dalam berat
(atau jarak antara dua Toleransi
yang diperbolehkan
permukaan yang berlawanan)
< Ø 10 mm ± 7% ± 0,4 mm
≥ Ø 10 mm dan < Ø 16 mm ± 5% ± 0,4 mm
≥ Ø 16 mm dan < Ø 28 mm ± 4% ± 0,5 mm
Ø 28 mm-Ø 32 mm ± 2% ± 0,6 mm

4.2.6 Bekisting/Cetakan Beton :


1. Cetakan untuk beton bekisting (formwork), harus dibuat dari plywood yang
tebalnya minimal 9 mm. Rangka penguat cetakan yang dipakai minimal dari kayu
dengan kualitas baik dan dipasang sedemikian rupa sehingga cukup kuat untuk
menahan tekanan beban beton.

2. Bahan steger (tiang penyangga) harus terbuat dari kayu/bambu bermutu baik
atau menggunakan schaffolding.

4.3 Persyaratan Peralatan


1. Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan semua peralatan untuk pembuatan
kubus beton, pemeriksaan leleh (Slump Test).
2. Untuk peralatan seperti beton molen, vibrator, kereta dorong, takaran bahan, alat-
alat untuk membasahi/pemeliharaan beton wajib disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana.
3. Jumlah dan kualitas peralatan harus cukup dan baik untuk menjamin mutu dan
kelancaran pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

4.4 Campuran dan Mutu Beton


1. Beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
a. Beton K225 : digunakan untuk struktur beton bertulang pada (Sloof, Kolom,
Balok)
b. Beton K300 : digunakan untuk struktur beton bertulang pada (Pondasi Bore
Pile)

2. Beton untuk rabat menggunakan campuran 1 Pc : 3 Psr : 5 Krk.


3. Penggunaan Beton Ready Mix dapat diijinkan dengan catatan :
a. Prosedur persetujuan campuran Beton Ready Mix tiap mutu beton tidak berbeda
bila beton dilaksanakan sendiri oleh Kontraktor Pelaksana.
b. Kontraktor Pelaksana bertanggungjawab penuh atas kualitas Beton Ready Mix
sesuai dengan syarat-syarat dalam spesifikasi ini.
c. Dalam hal penggunaan truck mixer, penambahan air tidak dapat dilakukan
setelah kendaraan tiba dilapangan, dan beton yang dihasilkan harus mempunyai
tingkat kualitas yang sama seperti adukan beton yang dihasilkan di lapangan.
d. Tidak ada tambahan biaya bagi Kontraktor Pelaksana untuk memakai Beton
ReadyMix.

4.5 Pengujian Beton


1. Untuk pengujian beton digunakan silinder berdiameter 15 cm dengan tinggi 30 cm
atau kubus beton berukuran 15 x 15 x 15 cm yang hasilnya dikonversikan sesuai
aturan dalam SKSNI -1991.
2. Pengambilan campuran beton untuk silinder kubus coba (specimen) dan
pengetesannya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan harus dibawah
pengawasan Direksi.
3. Prosedur pembuatan kubus beton terdiri dari :
a. Setiap pembuatan 10 m3 beton harus dibuat minimal 1 buah silinder/kubus beton
coba (specimen) untuk pengetesan.
b. Jumlah silinder/kubus coba yang harus dibuat untuk seluruh volume beton
minimum 6 buah dimana masing-masing sebanyak 2 buah untuk percobaan
pada umur 7, 14, dan 28 hari. Hasil percobaan tahap I ini harus mendapat
persetujuan Direksi Teknis sebelum pekerjaan beton dimulai.
c. Selanjutnya, setiap saat bila dirasakan perlu, Direksi berhak meminta
kepada Kontraktor Pelaksana untuk membuat silinder kubus coba dari adukan
beton yang dibuat. Dalam hal ini silinder kubus beton diberi tanda yang dapat
mengidentifikasi tanggal pengecoran, penggunaan untuk bagian struktur yang
bersangkutan dan lain- lain yang dianggap perlu.
4. Semua silinder/kubus coba, ditest di laboratorium yang disetujui Direksi Teknis.
Apabila pengetesan akan dilakukan di lapangan, maka tes coba harus
mempunyai sertifikat kalibrasi yang diakui dan pelaksanaan pengetesan ada dibawah
pengawasan Direksi Teknis.
5. Kontraktor juga diharuskan mengadakan slump tes menurut syarat – syarat dalam
SKSNI- 1991.
6. Apabila terjadi setelah beton dicor tidak memenuhi syarat – syarat sesuai dengan
hasil test, maka seluruh volume beton yang dicor dengan campuran tersebut harus
dibongkar. Sebelum dilaksanakan pembongkaran, kontraktor diijinkan untuk
mengajukan usulan pengetesan ulang, loading test pada struktur beton yang sudah
dicor dengan persetujuan direksi.
7. Semua biaya yang diperlukan dalam pengujian mutu beton dibebankan
kepada kontraktor.
8. Kontraktor Pelaksana harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton
yang dibuat dengan disahkan oleh Direksi/Pengawas dan laporan tersebut harus
dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis tersebut harus disertai
sertifikat dari laboratorium.

4.6 Persyaratan
Pelaksanaan
1. Pada prinsipnya setiap tahap pelaksanaan beton harus sepengatahuan dan atau
persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan.
2. Pada waktu pemeriksaan pendahuluan menjelang pengecoran, Direksi akan mengecek
kesiapan pelaksanaan tersebut sehubungan rencana kerja.

3. Kontraktor Pelaksana wajib memelihara kerapian, kebersihan dan kebenaran pekerjaan


dan mematuhi petunjuk-petunjuk Direksi.
4. Bekisting harus disiapkan sesuai dengan bentuk akhir beton dan harus cukup kuat
menerima beban selama pelaksanaan, serta dapat dibongkar dengan mudah tanpa
menimbulkan kerusakan pada konstruksi.
5. Antara tulangan dengan bekisting beton dipasang beton deking. Beton deking dicetak
dengan campuran 1pc : 2psr dengan ukuran 4 x 4 cm dengan ketebalan sesuai dengan
tebal selimut beton lengkap dengan kawat pengikat.
6. Pemasangan beton deking dilaksanakan sedemikian rupa, agar ketebalan selimut beton
yang dihasilkan menjadi rata.
7. Pengecoran beton harus dilaksanakan dengan pengawasan atau persetujuan Direksi.
Pengecoran harus dilakukan dengan tertib, rapi dan teratur dengan cara-cara semestinya.
8. Kontraktor Pelaksana wajib menggunakan alat vibrator selama waktu pengecoran agar
tidak terjadi rongga udara pada beton atau terjadi keropos beton.
9. Direksi berhak menghentikan pengecoran apabila dipandang mutu pelaksanaan tidak
dapat dipertanggungjawabkan.
10. Penyambungan beton lama (beton yang telah mengeras) dengan beton baru sebaiknya
menggunakan zat additive agar sambungan beton menjadi lebih kuat. Dalam penggunaan
zat additive sebelumnya harus mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan.
11. Beton yang sudah dicor harus dilindungi dari gangguan luar/cuaca dan senantiasa
dibasahi selama 28 hari agar terc apai mutu beton yang direncanakan.
12. Pembukaan bekisting baru bisa dilakukan setelah beton berumur 28 hari dan dilakukan
dengan hati-hati dan harus sepengetahuan Direksi atau atas petunjuk dari Direksi.
13. Toleransi akhir pekerjaan disyaratkan maximal 1 mm dalam 1 m baik horisontal maupun
vertikal.

PASAL 5 : PEKERJAAN PASANGAN, PLESTERAN DAN ACIAN


5.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan meliputi :
1. Penyediaan tenaga kerja, fasilitas/peralatan pelaksanaan dan kebutuhan-
kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan Pekerjaan Pasangan, Plesteran
dan Acian yang sesuai dengan gambar-gambar dan spesifikasi.
. Penyediaan bahan meliputi : batako buntu, Bata gosok tulikup paras gosok silakarang
, pasir pasang karangasem, Semen gresik dengan kualitas baik.

5.2. Persyaratan Teknis

6.2.1. Pekerjaan Pasangan Dinding


1. Persyaratan Bahan
a. Semua batako yang dipergunakan sebaiknya berasal dari satu tempat, padat,
keras, mempunyai ujung persegi, dan merata dan dengan ukuran yang
seragam.

2. Persyaratan Pelaksanaan
a. Pekerjaan batako dilaksanakan pada pagar bagian selatan dan timur
b. Sebelum pemasangan dilaksanakan, supaya dibuatkan acuan/profil dari usuk
minimal 4/6 dengan permukaan diketam rata dipasang kokoh dan tegak tidak
goyang dan setiap saat di lot/dicek tegak lurusnya.
c. Siapkan setting out posisi kusen pintu atau jendela.
d. Sebelum dipasang, batako buntu harus direndam air sampai jenuh dan
dibersihkan agar bebas dari kotoran.
e. Pelaksanaan untuk semua pasangan batako buntu dan dilaksanakan secara
bertahap, dan setiap tahap setinggi max. 1,00 m harus sudah diikuti
dengan pengecoran kolom praktis, penghentian pasangan batako buntu koharus
dibuat berterap/bertangga untuk menghindari retak dikemudian hari.
f. Jarak stek/angkur beton dari pasangan batako buntu ke kolom dibuat dengan
tinggi maximal 0.75 m dengan besi Ø 10 mm.
g. Pembuatan lubang steger pada pasangan dinding sama sekali tidak dibenarkan.
h. Setelah batako buntu terpasang adukan, nat/siar harus dibersihkan dengan
sapu lidi dan kemudian disiram dengan air.
i. Pembobokan pasangan batako buntu untuk pemasangan instalasi listrik, air dll
yang harus tertanam didalam batako buntu supaya dilakukan dengan
menggunakan gerinda/alat potong, dan dilaksanakan setelah pasangan
batako buntu berumur minimal 7 hari.
j. Untuk mencegah pengeringan yang terlalu cepat dari pengaruh sinar
matahari, pasangan batako buntu harus disiram air minimal sampai dengan 7
hari setelah pemasangan.
k. Hasil dari pasangan batako buntu adalah sesuai dengan gambar kerja,
kerugian akibat kesalahan pemasangan sepenuhnya menjadi tanggungan
Penyedia Jasa.

5.2.2. Pekerjaan Plesteran


1. Persyaratan Bahan
a. Pasir yang digunakan untuk plesteran adalah pasir halus atau pasir yang suidah
diayak dan bebas dari kotoran.

2. Persyaratan Pelaksanaan
a. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai pasangan batako buntu yang akan
diplester terlebih dahulu disiram air sampai jenuh.
b. Semua permukaan bidang yang akan diplester harus bersih dari bahan yang
dapat mempengaruhi daya rekat plesteran.
c. Buatkan kepala/kop plesteran dengan acuan benang lurus vertikal pada jarak +
2,50 meter dengan ketebalan 15 mm.
d. Plesteran 1Pc : 6 Ps dilaksanakan pada dinding tembok setelah pemasangan
batu batako buntu atau sesuai dengan yang ditunjukkan pada gambar.
e. Pekerjaan bidang plester baru dapat dikerjakan setelah kepala plesteran kering,
minimal telah berumur 24 jam.
f. Ratakan permukaan bidang plester dengan alat jidar alumunium dengan
tebalsesuai dengan kepala/kop plesteran.
g. Bidang plester harus dijaga kelembabannya agar tidak mengering terlalu cepat
yang mengakibatkan keretakan dengan jalan membasahi dengan air serta
melindungi dari sinar matahari langsung.
h. Pekerjaan acian baru boleh dilaksanakan setelah plesteran berumur 7 hari.

5.2.3. Pekerjaan Acian


1. Persyaratan Bahan
a. Bahan-bahan seperti, semen ex. Gresik, dan air adukan mengikuti ketentuan
yang digunakan dalam pekerjaan beton.
b. Bahan-bahan tersebut harus dari kwalitas baik.

2. Persyaratan Pelaksanaan
a. Lakukan pekerjaan acian setelah plesteran/beton berumur 7 hari.

b. Pastikan bahwa kondisi plesteran rata, lurus pada bagian sudut dan siap untuk
diaci.
c. Lakukan pembasahan/penyiraman dengan air terhadap plesteran/
beton/bidang yang akan diaci.

d. Tebal acian tidak boleh lebih dari 3 mm.


e. Pekerjaan acian dilaksanakan pada : tembok, kolom dan pada tempat-tempat
yang ditunjukkan pada gambar.
f. Gunakan jidar alumunium untuk meratakan acian.
g. Setelah acian setengah kering gunakan kasut kecil untuk merapikan
dan menghaluskan acian secara merata dan tidak bergelombang.
h. Pergunakan jidar alumunium secara utuh pada bidang sudut maupun pada tali
air sehingga lebih menjamin kelurusannnya.
i. Bidang acian harus tetap dibasahi dengan air minimal dalam waktu 7 hari,
dan setelah itu acian baru dikeringkan.
j. Setelah acian betul-betul kering dan atas persetujuan Direksi,
pekerjaan pengecatan/plamiran baru bisa dilaksanakan.

PASAL 6 : PEKERJAAN PENGECATAN


6.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi :
1. Penyediaan tenaga kerja, fasilitas/peralatan pelaksanaan dan kebutuhan-
kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan Pekerjaan Pengecatan yang
sesuai dengan gambar dan spesifikasi. Yang termasuk dalam pekerjaan pengecatan
adalah : cat tembok eksterior atau seperti yang ditunjukkan pada gambar
2. Penyediaan bahan :
a. Untuk pengecatan dinding eksterior KCA

6.2. Persyaratan Pelaksanaan


1. Setelah Direksi/Pemberi Tugas menyetujui warna yang akan digunakan,
Kontraktor Pelaksana menyiapkan bahan dan bidang pengecatan untuk dijadikan
contoh. Pekerjaan ini dilakukan atas biaya Kontraktor Pelaksana.
2. Bagian/bidang-bidang yang akan dicat terlebih dahulu dibersihkan dan dijaga agar
tidak kena debu.
3. b. Permukaan yang dipolitur harus diamplas halus dan rata dengan amplas dan harus
benar-benar bersih dari debu dan kotoran lainnya. Kemudian permukaan tersebut
dipolitur lapis demi lapis sebanyak minimal tiga kali.

PASAL 7 : PEKERJAAN STYLE BALI PARAS BATA


7.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi :

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga diperoleh hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
Pekerjaan pasangan batu bata dan paras ini dilakukan sebagai pada tembok pagar
bagia utara dan barat seta candi bentar serta meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Direksi/Pengawas
2. Penyediaan bahan :

a. B a t a S u p e r p r i p i h a n e x t u l i k u p
b. Paras super pripihan ex silekarang
c. Pasir ex karangasem
d. Semen Ex gresik 40 kg

7.2. Persyaratan Pelaksanaan

1). Sebelum pekerjaan Style Bali dilaksanakan, khususnya untuk pekerjaan yang
mempunyai bentuk-bentuk khusus, Kontraktor harus membuat gambar pelaksanaan
dengan skala 1 : 1 diatas kertas atau plywood disertai dengan rencana
pelaksanaannya. Pekerjaan style Bali dapat dilaksanakan setelah gambar dan
rencana pelaksanaannya mendapat persetujuan Direksi.

2). Biaya untuk membuat gambar dan rencana pelaksanaan style Bali tersebut menjadi
beban Kontraktor.

3). Pemasangan batu bata dan padas direkat dengan air semen, sehingga
pasangannya kuat dan tidak mudah lepas.

4). Batu bata dan padas dipasang lapis demi lapis

7.3. Hasil Akhir yang Dikehendaki

1) Semua pasangan harus rapi, bersih dan sesuai dengan gambar kerja baik bentuk
maupun ukurannya.
2) Air semen atau bahan lainnya yang digunakan untuk perekat pasangan batu padas
dan bata Bali tidak boleh kelihatan dari luar.

3) Cara Pengukuran style bali adalah datar panjang x lebar / tinggi tanpa luk
Pekerjaan style Bali dapat dinyatakan selesai setelah disetujui oleh Direksi
PASAL 8 : PEKERJAAN PEMIPAAN

8.1. Penjelasan Umum


a. Lingkup
Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi :
1. Penyediaan tenaga kerja, fasilitas/peralatan pelaksanaan dan kebutuhan-kebutuhan
lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan Pekerjaan Plumbing yang sesuai dengan
gambar dan spesifikasi.
2. Penyediaan bahan :
a. Pipa PVC AW Ø 2”
b. Papa PVC AW Ø 4”
c. Ijuk

8.2. Pemasangan
1. Cara-cara pemasangan pipa 2 “dengan jarak 1 m2 dipasang secara zigzag atau harus
sesuai dengan gambar dan harus mengikuti Petunjuk Pengawas Lapangan
2. pada ujung yang terhubung langsung dengan tanah dipasang lapisan ijuk unuk mencegah
agar tanah tidak ikut hanyut terbawa air pada saat ada aliran air melawti pipa
3. untuk pipa 4 “ dipasang pada daerah rendah untuk saluran air buangan keluar area lahan.
PASAL 9 : PEKERJAAN PINTU PAGAR

9.1. Penjelasan Umum


a. Lingkup
Pekerjaan
- Yang termasuk dalam pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan – bahan,
perlengkapan dan alat – alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan hingga dapat tercapainya hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
Meliputi pemasangan seluruh alat – alat yang dipasang pada pintu yang disebutkan /
ditentukan dalam gambar

- Persyaratan Bahan :

- Hollo Galvanis 5,0 cm x 6,0 cm x 0,3 cm


- Hollo Galvanis 5,0 cm x 5,0 cm x 0,3 cm
- Hollo Galvanis 4,0 cm x 4,0 cm x 0,3 cm
- Besi Siku 3x3x0.3 cm
- Besi plat 3x3x0.3 cm
- Besi nako ulir 10 mm
- Calsiplank 0.8x20x300cm
- Asesories motif kembang
- Besi Ø 12 mm
- Kunci gembok
- Cat besi
- Ukuran bahan pintu detail gambar.
- Mutu dan kualitas aluminium yang dipakai sesuai dengan petunjuk konsultan pengawas
atau direksi teknis.

9.2. Pemasangan
- Sebelum melaksanakan pekerjaan, Penyedia diwajibkan untuk meneliti gambar –
gambar yang aa dan kondisi di lapangan ( ukuran dan lubang – lubang ), termasuk
mempelajari bentuk, pola , dan detail – detail sesuai gambar.
- Sebelum pemasangan, penimbunan bahan di tempat pekerjaan harus ditempatkan pada
ruang / tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan
terlindung dari kerusakkan dan kelembaban.
- Harus diperhatikan semua sambungan las dan penguat lain yang diperluka hingga
terjamin kekuatannya dengan mempehatikan / menjaga kerapian terutama untuk bidang
– bidang tampak tidak boleh ada lubang – lubang atau cacat bekas penyetelan.
- pintu yang terpangsang harus sesuai petunjuk gambar dan diperhatikan ukuran dan
bentuk pola.
.
PASAL 10 : SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
1. Kebijakan SMK3

Kepada yang terhormat,


1. Para Gubernur di seluruh Indonesia;
2. Para Walikota / Bupati di seluruh Indonesia;
3. Para Pimpinan Tinggi Madya Kementerian PUPR;
4. Para Pimpinan Tinggi Pratama Kementerian PUPR;
5. Para Satuan Kerja di Lingkungan Kementerian PUPR;
6. Para Kepala Unit Layanan Pengadaan Kementerian PUPR.

SURAT EDARAN NOMOR:


66 / SE / M / 2015

TENTANG
BIAYA PENYELENGGARAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

A. UMUM

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05 / PRT / M / 2014 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum telah mengatur mengenai SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, tugas,
tanggungjawab dan wewenang serta biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum, namun demikian belum mengatur mengenai rincian kegiatan penyelenggaraan SMK3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang mencakup:

1. Penyiapan Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (RK3K);


2. Sosialisasi dan Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
3. Alat pelindung kerja;
4. Alat pelindung diri;
5. Asuransi dan perijinan;
6. Personil K3;
7. Fasilitas sarana kesehatan;
8. Rambu- rambu; dan
9. Lain- lain terkait pengendalian risiko K3,

beserta biayanya yang dialokasikan pada biaya umum.


Sehubungan dengan hal tersebut, perlu menetapkan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat tentang Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

B. DASAR PEMBENTUKAN
1. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3956);
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang /
Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 04 Tahun
2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5655);
3. Keputusan Presiden Nomor 121 / P / 2014 tentang Pembentukan Kementerian Dan
Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019;
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08 / MEN /
VII / 2010 tentang Alat Pelindung Diri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 330);
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07 / PRT / M / 2011 tentang Standar dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 347) sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 31 / PRT / M / 2015 tentang Perubahan Ketiga
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07 / PRT / M / 2011 tentang Standar dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1285);

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor : 11 / PRT / M / 2013 Tentang
Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum;
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05 / PRT / M / 2014 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 628);
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15 / PRT / M / 2015 tentang organisasi dan tata kerja
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 16).
9. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor KEP.174 /
MEN / 1986 dan Nomor 104 / KPTS / 1986 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat
Kegiatan Konstruksi.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Surat Edaran ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam perhitungan biaya penyelenggaraan SMK3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan bertujuan untuk mewujudkan tertib penyelenggaraan
pekerjaan Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

D. RUANG LINGKUP
Lingkup Surat Edaran Menteri ini mencakup penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum yang terdiri dari :
1. Rincian kegiatan penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum; dan
2. Biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

E. RINCIAN KEGIATAN PENYELENGGARAAN SMK3 KONSTRUKSI


Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi meliputi :
1. Penyiapan RK3K;
2. Sosialisasi dan Promosi K3;
3. Alat pelindung kerja;
4. Alat pelindung diri;
5. Asuransi dan perijinan;
6. Personil K3;
7. Fasilitas sarana kesehatan;
8. Rambu- rambu; dan
9. Lain- lain terkait pengendalian risiko K3,

penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum sebagaimana dimaksud di atas dirinci
dalam kegiatan yang tercantum dalam lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dengan Surat Edaran ini.

F. Besarnya biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum sebagaimana


dimaksud pada huruf E dialokasikan dalam biaya umum dan dihitung berdasarkan tingkat risiko K3
sesuai Rincian Kegiatan Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi.
Contoh perhitungan biaya SMK3 Konstruksi sebagaimana tercantum dalam lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.

M. BASUKI HADIMULJONO
G. Surat Edaran ini merupakan acuan dalam penyusunan Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)
Bidang Pekerjaan Umum pengadaan jasa konstruksi.

H. SANKSI
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang tidak melaksanakan surat edaran ini akan dikenakan sanksi
administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

I. PENUTUP
Surat Edaran ini mulai berlaku sejak pelelangan kegiatan Tahun Anggaran 2016.

Demikian, atas perhatian Saudara disampaikan


terimakasih. Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 3 Desember 2015


MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT,

ttd

M. BASUKI HADIMULJONO

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Pihak Kontraktor harus menyediakan personil K3 yg ditugaskan di
lapangan.

2. Protokol Kesehatan Covid 19


Dalam rangka penanganan cepat Covid 19 maka diperlukan protocol kesehatan dilokasi pelaksanaan
kegiatan ini dengan melengkapi fasilitas sarana kesehatan untuk penanganan covid 19 seperti:

a. Alat deteksi suhu


b. Masker wajah
c. Cairan disinfektan
d. Alat semprot disinfektan manual
e. Covid Test
f. Sabun
g. Hand Sanitizer
h. Tempat cuci tangan
i. Alat ukur tensi
j. Sosialisasi Protap COVID19
PASAL 11 : PENUTUP
1. Kontraktor Pelaksana wajib menjaga lingkungan agar aktifitas pelaksanaan pekerjaan
fisik tidak mengganggu lingkungan setempat.
2. Setelah pembangunan selesai 100% gudang bahan dan semua sampah, bahan-bahan
yang tidak berguna harus dibersihkan. Pembersihan akhir dilaksanakan di dalam atau
di luar bangunan supaya bersih dari kotoran dan sisa-sisa bahan lainnya.
3. Persyaratan lain yang belum jelas akan diberikan pada waktu penjelasan dan peninjauan
lapangan.
4. Hal-hal yang belum jelas tentang RKS ini akan dijelaskan pada waktu diadakan Rapat
Penjelasan Pekerjaan/Aanwijzing.
5. Hal-hal lain yang tidak tercantum dalam bestek ini, tetapi merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dari pekerjaan ini dan menurut peraturan yang berlaku hal tersebut
harus ada, Kontraktor Pelaksana dianggap telah tahu dan harus mentaati serta wajib
untuk melaksanakanya sesuai petunjuk Direksi.

Denpasar, April 2023

Menyetujui, Pejabat Disusun Oleh,


Pembuat Komitmen Konsultan Perencana
Kegiatan Tata Usaha CV. GUNUNG AGUNG DISAIN
BPKHTL Wilayah VIII Denpasar

Made Pastin, S.P.,M.Si I Wayan Purnama, ST


NIP 19650418 198901 1 001 Direktur

Mengetahui/Menyetujui,
Kuasa pengguna anggaran
Kepala balai pemantapan kawasan hutan
Wilayah VIII Denpasar

Heru Sri Widodo, S.Si.,M.si


NIP. 19770403 200212 1 003

Anda mungkin juga menyukai