Anda di halaman 1dari 2

Ijtihad sebagai Metode Penetapan Hukum Islam

Kata Ijtihad berasal dari kata ijtahada, yajtahidu, ijtihadan, yang berarti mengerahkan segala
kemampuan. Orang yang berijtihad dinamakan mujtahid. Ijtihad secara istilah berarti usaha
sungguh-sungguh yang dilakukan untuk mencapai putusan hukum yang belum ada dalam al-
Qur’an maupun al-Hadits.
1. Dasar-dasar Ijtihad
Ijtihad sebagai sumber hukum Islam didasarkan pada al-Qur’an maupun al-Hadits. Allah
Swt. berfirman:

‫نز ۡلنَآ إِنَّٓا‬ َٓ َ‫ق ٱ ۡل ِك َٰت‬


َ َ‫ب إِلَ ۡيكَٓ أ‬ ِٓ ‫ن ِلتَ ۡح ُك َٓم بِٓٱ ۡل َح‬ ٓ ِ َّ‫للُ أ َ َر َٰىكَٓ بِ َمآ ٱلن‬
َٓ ‫اس بَ ۡي‬ َٓ ِ‫َخ ِص ٗيما ِل ۡل َخائِن‬
ٓ‫ين تَكُن َو َٓل ٱ َّه‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan
kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang-orang yang khianat.” (QS. an-Nisa/4:105).
Dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw.,
bersabda:

َٓ ‫ان فَلَ ٓهُ أَص‬


‫َاب ث ُ َّٓم فَاجْ تَ َه َٓد ا ْل َحا ِك ُٓم َح َك َٓم إِذَا‬ ِٓ ‫أَجْ َر‬، ‫أَجْ رٓ فَلَ ٓهُ أَ ْخ َطٓأ َ ث ُ َّٓم فَاجْ تَ َه َٓد َح َك َٓم َوإِذَا‬.
Artinya: “Apabila hakim akan mengadili lalu ia berijtihad, kemudian dapat mencapai
kebenaran, maka ia mendapat dua pahala. Apabila ia berijtihad dan tidak mencapai
kebenaran, maka ia mendapat satu pahala.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
2. Macam-macam Ijtihad
Yusuf al-Qardawi membagi ijtihad menjadi dua yaitu ijtihad iintiqa’i/tarjihi dan ijtihad
insya’i.
a. Ijtihad intiqa’i/Tarjihi
Merupakan ijtihad yang dilakukan oleh seseoang atau kelompok untuk memilih
pendapat ahli fikih terdahulu dalam masalah tertentu, dengan menyeleksi pendapat
mana yang lebih kuat dalilnya dan lebih relevan untuk kondisi terkini.
b. Ijtihad Insya’i (Ijtihad Kreatif atau Ijtihad Kolektif)
Ijtihad ini dilakukan dengan cara mengambil konklusi (kesimpulan) hukum baru dalam
suatu permasalahan yang belum pernah dikemukakan oleh ulama fikih terdahulu.
Pendapat baru yang dimaksud pun sama Sekali berbeda dengan pendapat yang dahulu,
sebab telah diupayakan berbagai pemahaman dan penelitian baru secara menyeluruh
yang melibatkan berbagai ahli (ilmu pengetahuan) yang terkait. Ali Hasballah,
menyebut jenis ijtihad ini sebagai ijtihad kolektif (jama’i).
Wahbah az-Zuhaili menambahkan perlunya penghayatan mendalam terhadap maqasid
asy-syari‘ah (tujuan syari‘at dalam menetapkan hukum) di kalangan orang-orang yang
terlibat dalam ijtihad insya‘i. Tanpa penghayatan ini, hasil ijtihad akan melenceng dan
tidak sesuai dengan tujuan syariat itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai