Anda di halaman 1dari 39

Vol. 2. No.

1 Januari 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS RINGKASAN CERITA


DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL
SNOWBALL THROWING

Oleh : SRI HARYATI

Abstrak. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar
terhadap peserta didik Sekolah Dasar Negeri 02 Caringin, kecamatan Caringin Kabupaten
Bogor dengan sasaran atau subyek sebanyak 35 orang peserta didik terdiri dari 16 orang
peserta didik laki-laki dan 19 orang peserta didik perempuan. Kenyataan yang ditemukan
peneliti dalam kegiatan belajar mengajar, sebagian besar peserta didik tidak turut aktif
dalam kegiatan dan terlihat kebingungan dalam memulai membuat tugas yang diberikan oleh
guru sehingga berdampak pada perolehan hasil belajar, dari 35 orang peserta didik hanya 8
orang atau hanya 22,86 % yang mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 27 orang peserta
didik dengan prosentase 77,14% belum mencapai ketuntasan belajar atau mencapai kriteria
ketuntasan minimal, adapun KKM yang ditetapkan adalah 70. Untuk meningkatkan
kemampuan, keaktifan, dan hasil belajar peserta didik, peneliti berupaya melaksanakan
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan suatu model pembelajaran yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing. Dalam model snowball throwing
(bola salju yang dilemparkan), selain menggunakan media pembelajaran, guru juga
menerapkan aneka metode dalam kegiatan pembelajaran guna membangkitkan motivasi
belajar peserta didik. Motivasi sangat dibutuhkan demi terlaksananya kegiatan yang efektif
sehingga peserta didik dapat aktif di dalamnya dan dapat meraih hasil belajar yang
diharapkan.Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika peserta didik mampu
menulis ringkasan cerita dengan benar dalam arti susunan kalimatnya runtut dan
menggunakan kaidah penulisan menurut aturan EYD ( Ejaan Yang Disempurnakan ). Hal ini
dibuktikan dengan kemampuan dan aktifitas peserta didik selama pembelajaran
menggunakan model snowball throwing dan pada tiap akhir siklus nilai rata- rata kelas yang
dicapai adalah 70 dengan kata lain 70% dari seluruh peserta didik mencapai batas angka
kriteria ketuntasan minimal sebesar 70. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui 2
siklus, dengan menggunakan pra siklus sebagai acuan yang dilaksanakan pada tanggal 22
Oktober 2012 dilanjutkan dengan refleksi pada pra siklus yang hasilnya hanya 22,86% peserta
mencapai ketuntasan , kemudian dilakukan tindakan pertama pada siklus 1 yang
dilaksanakan pada tanggal 5 November 2012 dilanjut dengan refleksi pada siklus 1 hasil
belajar siswa mulai mengalami peningkatan yaitu 25 orang atau 71,43% dari 35 orang peserta
didik mencapai ketuntasan dan 10 orang atau 28,47% belum mencapai kriteria ketuntasan,
tetapi untuk lebih memaksimalkan maka dilakukan tindakan kedua, refleksi pada siklus 2 ,
hasil yang diperoleh siswa mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 29 orang atau
82,86% dari 35 orang peserta didik mencapai ketuntasan dan hanya 6 orang atau 17,14% dari
35 orang peserta didik yang belum mencapai batas ketuntasan dan perlu diberi bimbingan

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 38


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

yang lebih intensif, nilai rata-rata pada siklus 2 adalah 74, selain itu keaktifan siswa dari satu
siklus ke siklus selanjutnya mengalami peningkatan pula. Dengan demikian, kemampuan
menulis ringkasan cerita dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat ditingkatkan dengan
menggunakan model pembelajaran snowball throwing dan semoga model ini dapat
diterapkan oleh para pendidik
Kata Kunci : Menulis ringkasan cerita, Pembelajaran Bahasa Indonesia, Model Snowball Throwing

Abstract. Classroom Action Research (CAR) is done in the teaching and learning activities for
elementary school students 02 Caringin, sub Caringin Bogor Regency to the targets or
subjects were 35 students consisted of 16 male students and 19 female students. The fact
that investigators found in the teaching and learning activities, most learners do not actively
participate in the activities and looks of confusion in starting to make the task given by the
teacher so that the impact on the acquisition of learning outcomes, of 35 learners only 8
people or only 22.86% who achieve mastery learning, while 27 percent of students with
77.14% not reached mastery learning or achieving minimum completeness criteria, while the
KKM set is 70. To improve the ability, activity, and learning outcomes of students,
researchers strive to implement the improvement of learning by using a model of learning by
using learning models Throwing Snowball. In the model of snowball throwing (snowballs
being thrown), in addition to using instructional media, teachers also apply various methods
in learning activities in order to raise the motivation of learners. Motivation is needed for the
effective implementation of activities so that students can be active in it and can achieve the
expected learning outcomes. Indicators of success in this research is that if students are able
to write a summary of the narrative in the sense of a coherent sentence structure and use
the rules of writing according to the rules EYD (Spelling Enhanced). This is evidenced by the
ability and activities of students during the learning model and throwing snowball at the end
of each cycle the average grade achieved was 70 in other words 70% of all learners achieve
minimum completeness criteria limit the number by 70. Classroom Action Research is carried
out through two cycles, using pre-cycle as a reference which was held on October 22, 2012
followed by a reflection on the results of pre-cycle only 22.86% of participants achieve
mastery, then performed the first act in cycle 1 were held on 5 November 2012 continued
with reflections on student learning outcomes Cycle 1 began to increase that is 25 people or
71.43% of the 35 learners achieve mastery and 10 people or 28.47% have not reached
mastery criteria, but to maximize the action is done both , reflections on the cycle 2, the
results obtained by students has increased significantly by 29 people or 82.86% of the 35
learners achieve mastery and only 6 people or 17.14% of the 35 students who have not
reached the limit of completeness and need given more intensive guidance, the average
value in cycle 2 is 74, the other student activity from one cycle to the next cycle has increased
as well. Thus, the ability to write a summary of the story the Indonesian learning can be
enhanced by using learning models snowball throwing and hopefully this model can be
applied by educators

Keywords: Write a story summary, learning Indonesian, Snowball Throwing Model

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 39


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

tahap ini permasalahan yang


PENDAHULUAN
dihadapinya adalah permasalahan
A. Latar Belakang konkret. Pada tahap ini peserta didik
Pendidikan bertujuan untuk akan menemui kesulitan bila diberi
memanusiakan manusia agar mampu tugas sekolah yang menuntutnya untuk
mewujudkan diri sesuai martabat mencari sesuatu yang tersembunyi “.
kemanusiaannya. Pendidikan yang
berkualitas akan menghasilkan individu Crow and Crow ( 1960 )
yang berkualitas yang mampu mengemukakan “ fungsi pendidikan
menghadapi persaingan yang semakin adalah bimbingan terhadap individu
ketat dengan bangsa lain. Kualitas dalam upaya memenuhi kebutuhan dan
manusia tersebut dihasilkan melalui keinginan yang sesuai dengan potensi
penyelenggaraan pendidikan yang yang dimilikinya, sehingga memperoleh
bermutu oleh pendidik profesional. kepuasan dalam seluruh aspek
Dalam Undang-undang No.2 kehidupan pribadi dan kehidupan
tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidik sosialnya”.
merupakan tenaga profesional. Tenaga Belajar bahasa pada
pendidik yang profesional adalah guru hakikatnya adalah belajar
yang memiliki kualifikasi akademik dan berkomunikasi. Oleh karena itu,
kompetensi yang diharapkan mampu pembelajaran diarahkan untuk
menghasilkan manusia yang berkualitas. meningkatkan kemampuan peserta didik
Pembelajaran pada hakikatnya adalah dalam berkomunikasi baik lisan maupun
suatu proses interaksi antara anak tulis ( Depdikbud, 1955). Dalam
dengan lingkungannya baik antara kurikulum 2004 dijelaskan bahwa
anakdengan anak , anak dengan sumber kompetensi pembelajaran bahasa
belajar, maupun anak dengan pendidik. diarahkan ke dalam empat aspek, yaitu
Proses pembelajaran pada satuan membaca, berbicara, menyimak, dan
pendidikan diselenggarakan secara menulis. Menulis merupakan
interaktif, inspiratif ,menyenangkan, kemampuan menggunakan pola-pola
menantang, memotivasi peserta didik bahasa secara tertulis untuk
untuk berpartisipasi aktif serta mengungkapkan suatu gagasan atau
memberikan ruang yang cukup bagi pesan,Rusyana ( 1998:191).
prakarsa, kreativitas dan kemandirian Tujuan pembelajaran bahasa
sesuai dengan bakat, minat dan menurut Basiran ( 1999 ) adalah
perkembangan fisik serta psikologis keterampilan komunikasi dalam
peserta didik berbagai konteks komunikasi.
Menurut pendapat PIAGET “ Kemampuan yang dikembangkan adalah
tingkatan perkembangan berfikir anak daya tangkap makna, peran, daya tafsir,
usia 7-11 tahun, kemampuan berfikir menilai, dan mengekspresikan diri
logis muncul pada tahap ini, mereka dengan bahasa.
dapat berfikir secara sistematis untuk
Tidak berkembangnya salah
mencapai pemecahan masalah pada
satu faktor dalam proses pembelajaran

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 40


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

atau kegiatan belajar mengajar yaitu yang ditetapkan adalah 70. Hasil refleksi
guru, peserta didik, materi, dan metode diri menunjukkan bahwa rendahnya
pembelajaran sudah barang tentu prestasi belajar tersebut di antaranya
berpengaruh pada proses pembelajaran sikap pasif peserta didik dalam proses
yang dilaksanakan di dalam kelas. pembelajaran, proses pembelajaran
Bahkan kondisi tersebut berpengaruh yang monoton dan kurang bervariasi,
pula pada hasil belajar peserta didik. dominasi guru masih sangat besar . Dari
refleksi tersebut, akar permasalahan
Fenomena pembelajaran
yang menyebabkan kondisi tersebut
bahasa Indonesia di sekolah – sekolah
terjadi pada intinya adalah penggunaan
dapat dianalogikan dengan satu anak
model atau metode yang tidak tepat dan
panah yang memiliki dua ujung runcing
tidak memberi makna pada peserta
yang berlawanan arah. Satu ujung
didik. Menurut David Ausubel ( 1963)
runcing mengarah pada paradigma
bahan pelajaran yang dipelajari harus
masyarakat yang tidak berubah dengan
memberi makna ( meningfull) sehingga
menganggap bahwa mata pelajaran
informasi yang dipelajari dapat lebih
bahasa Indonesia sebagai satu mata
lama diingat, memudahkan proses
pelajaran yang mudah untuk dikuasai.
belajar berikutnya untuk materi
Sementara itu, satu ujung runcing
pelajaran yang mirip walaupun telah
lainnya mengarah pada hasil
terjadi lupa.
pembelajaran yang mengecewakan.
Indikator dari hasil yang tidak optimal Fakta-fakta yang tidak
pembelajaran bahasa Indonesia ini menguntungkan dalam pembelajaran
dapat diamati pada setiap ujian akhir ( bahasa Indonesia ini tidak semestinya
ujian nasional ). Nilai rata-rata peserta dibiarkan. Pembelajaran bahasa
didik pada mata pelajaran bahasa Indonesia sangat berbeda dengan
Indonesia selalu berada pada peringkat pembelajaran mata pelajaran – mata
terendah di bawah mata pelajaran lain pelajaran yang lain. Dibandingkan
yang diujikan. dengan mata pelajaran lain, mata
pelajaran bahasa Indonesia memiliki
Kondisi demikian terjadi pula
keterkaitan yang lebih fungsional
pada kegiatan belajar mengajar mata
dengan berbagai aspek, baik keterkaitan
pelajaran bahasa Indonesia di kelas 6
akademis dalam lingkungan pendidikan
SDN 02 Caringin, di mana kondisi awal
maupun keterkaitan praktis dalam
kegiatan belajar mengajar menunjukan
lingkungan umum. Keterkaitan akademis
hasil belajar peserta didik rendah dan
dalam lingkungan pendidikan mengacu
belum mencapai kriteria ketuntasan
pada fungsi bahasa sebagai kunci untuk
minimal ( KKM ) , dari 35 orang peserta
mempelajari mata pelajaran – mata
didik pada mata pelajaran Bahasa
pelajaran yang lain. Sementara
Indonesia, hanya 8 orang peserta didik
keterkaitan dalam lingkungan umum
atau 22,86 % peserta didik yang
mengacu pada fungsi bahasa sebagai
memperoleh nilai ≥ 70 dan 77,14%
memperoleh nilai < 70, sedangkan media untuk berkomunikasi.
Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM )

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 41


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

Dengan demikian sangat perlu di kelas VI melalui Model Snowball


diadakan upaya untuk meningkatkan Throwing?”.
kemampuan dalam pembelajaran Adapun tujuan penelitian yang penulis
bahasa Indonesia. Implementasi model laksanakan adalah sebagai berikut :
snowball throwing diharapkan dapat
1. Tujuan umum penelitian ini adalah ingin
memberikan situasi belajar yang lebih memecahkan masalah kurangnya
menyenangkan dan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menulis
hasil belajar peseta didik dalam ringkasan cerita dalam pembelajaran
pelajaran bahasa Indonesia khususnya bahasa Indonesia di kelas VI SDN 02
kemampuan menulis ringkasan cerita . Caringin.
Berdasarkan kondisi Secara khusus tujuan penelitian ini
sebagaimana tersebut di atas, maka adalah sebagai berikut:
pokok-pokok permasalahan dalam 2. Untuk mengetahui apakah penerapan
penelitian ini dapat diidentifikasikan model snowball throwing dapat
sebagai berikut : meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam menulis ringkasan cerita dalam
1. Peserta didik cenderung bersikap
pembelajaran bahasa Indonesia
pasif
3. Untuk mengetahui bagaimana gambaran
2. Proses pembelajaran yang monoton
aktivitas peserta didik selama
dan kurang bervariasi.
pembelajaran dengan penerapan model
3. Dominasi guru masih lebih besar.
snowball throwing.
4. Peserta didik jarang bertanya.
5. Peserta didik mengalami kesulitan
dalam membuat ringkasan cerita. KAJIAN KEILMUAN
6. Penerapan ejaan banyak yang tidak
sesuai dengan EYD. 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa
7. Hasil belajar relatif rendah dan Indonesia
belum mencapai KKM. Bahasa yang dalam bahasa Inggrisnya
8. Penggunaan metode tidak tepat. disebut language berasal dari bahasa latin
Permasalahan yang timbul yang berarti “ lidah “. Secara universal
dalam pembelajaran bahasa Indonesia pengertian bahasa adalah suatu bentuk
adalah kesulitan peserta didik dalam ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran.
menuangkan fikiran mereka ke dalam Definisi tentang bahasa sangat
bentuk tulisan menjadi sebuah ringkasan bervariasi, Badudu mendefinisikan bahasa
cerita sehingga berdampak pula pada sebagai alat penghubung atau komunikasi
hasil belajar mereka, maka antara anggota masyarakat yang terdiri dari
permasalahan tersebut dapat individu yang menyatakan pikiran, perasaan,
dirumuskan sebagai berikut : dan keinginannya.
“ Bagaimana meningkatkan Bromley mendefinisikan bahasa sebagai
kemampuan menulis ringkasan cerita system symbol yang teratur dalam bentuk
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia visual maupun verbal untuk mentransfer
berbagai ide maupun informasi. Individu

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 42


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

dapat memanipulasi symbol-simbol tersebut Pembelajaran bahasa diharapkan


dengan berbagai cara sesuai dengan membantu peserta didik mengenal dirinya,
kemampuan pikirannya. budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan,
Bahasa merupakan alat komunikasi
berpartisipasi dalam masyarakat yang
yang mengandung beberapa sifat yakni
menggunakan bahasa tersebut, dan
sistematik, mana suka, ujar, manusiawi dan
menemukan serta menggunakan
komunikatif. Disebut sitematik karena
kemampuan analitis dan imaginatif yang ada
bahasa diatur oleh sistem. Setiap bahasa
dalam dirinya.
mengandung dua sistem, yaitu bunyi dan
sistem makna. Tidak semua bunyi dapat Pembelajaran Bahasa Indonesia
diklasifikasikan sebagai simbol sebuah kata. diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
Hanya bunyi-bunyi tertentu yang dapat peserta didik untuk berkomunikasi dalam
diklasifikasikan, yaitu bunyi yang dapat atau Bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
digabungkan dengan bunyi lain sehingga baik secara lisan maupun apresiasi terhadap
membentuk satu kata. Bunyi yang hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
menimbulkan reaksi inilah yang disebut Fungsi bahasa terutama adalah
ujaran. sebagai alat untuk bekerja sama atau
Berdasarkan hal di atas, dapat berkomunikasi di dalam kehidupan manusia
disimpulkan bahwa bahasa adalah alat bermasyarakat. Untuk berkomunikasi
komunikasi antar anggota masyarakat sebenarnya dapat juga di gunakan cara lain,
berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan misalnya isyarat. Lambang-lambang gambar
oleh alat ucap manusia. atau kode-kode tertentu lainnya. Namun,
dengan bahasa komunikasi dapat
Belajar bahasa pada hakikatnya
berlangsung lebih baik dan lebih sempurna.
adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa diarahkan untuk Bahasa Indonesia sendiri yang
meningkatkan kemampuan peserta didik mempunyai kedudukan sebagai bahasa
dalam berkomunikasi, baik lisan maupun nasional dan bahasa resmi negara di tengah-
tulisan ( Depdikbud, 1995 ). Hal ini relevan tengah berbagai macam bahasa daerah,
dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi mempunyai fungsi sebagai berikut :
peserta didik dalam ranah bahasa diarahkan a) Alat untuk menjalankan
ke dalam empat aspek, yaitu membaca, administrasi negara
berbicara, menyimak, dan menulis. b) Alat pemersatu berbagai suku
bangsa di Indonesia
2. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa c) Media untuk menampung
Indonesia kebudayaan nasional.
Bahasa memiliki peran sentral dalam Tujuan mata pelajaran Bahasa
perkembangan intelektual, sosial, dan Indonesia agar peserta didik memiliki
emosional peserta didik dan merupakan kemampuan sebagai berikut :
penunjang keberhasilan dalam mempelajari
1) Berkomuniksi secara efektif dan
semua bidang studi. efisien sesuai dengan etika yang

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 43


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

berlaku, baik secara lisan maupun Kemampuan menulis pada


tulis jenjang pendidikan dasar dapat dibedakan
menjadi dua tahap yakni menulis permulaan
2) Menghargai dan bangga
di kelas I-II dan menulis lanjut yang terdiri
menggunakan Bahasa Indonesia
dari menulis lanjut tahap pertama di kelas III-
sebagai bahasa persatuan dan
V serta menulis lanjut tahap kedua di VI-IX (
bahasa negara
SLTP ).
3) Memahami Bahasa Indonesia dan Pembelajaran menulis di sekolah
menggunakannya dengan tepat dasar diharapkan dapat membekali peserta
dan kreatif untuk berbagai tujuan didik dengan kemampuan menulis yang
4) Menggunakan Bahasa Indonesia baik. Menurut Akhaidah ( 1993:81) menulis
untuk meningkatkan kemampuan merupakan sebuah kegiatan menuangkan
intelektual serta kematangan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang
emosional dan sosial yang diungkapkan dalam bahasa tulisan.
Menulis merupakan kegiatan untuk
5) Menikmati dan memanfaatkan menyatakan pikiran dan perasaan dalam
karya sastra untuk memperluas bentuk tulisan yang diharapkan dapat
wawasa, memperhalus budi dipahami oleh pembaca dan berfungsi
pekerti, serta meningkatkan sebagai alat komunikasi secara tidak
pengetahuan dan kemampuan langsung.
berbahasa Pengertian menulis menurut
6) Menghargai dan membanggakan para ahli merupakan suatu keterampilan
sastra Indonesia sebagai Khazanah berbahasa yang dipergunakan untuk
budaya dan intelektual manusia berkomunikasi secara tidak langsung, tidak
Indonesia. secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang
Ruang lingkup mata pelajaran
produktif dan ekspresif. Sedangkan
Bahasa Indonesia mencakup komponen
pengertian menulis menurut Tarigan (
kemampuan berbahasa dan kemampuan
1983:21 ) ialah menurunkan atau
bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai
melukiskan lambang-lambang grafik yang
berikut :
menggambarkan suatu bahasa yang
a) Mendengarkan dipahami oleh seseorang, sehingga orang-
b) Berbicara orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut apabila mereka memahami
c) Membaca bahasa dan gambaran grafik itu.
d) Menulis Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa menulis merupakan
kegiatan seseorang untuk menyampaikan
3. Hakikat Kemampuan Menulis gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis
Kemampuan menulis di Sekolah agar bisa dipahami oleh pembaca.
Dasar merupakan kemampuan dasar yang Combs ( 1996:44 ) dalam Resmini
akan menjadi bekal untuk kemampuan lebih ( 1998:38 ) mengidentifikasi sejumlah cara
lanjut( Resmini : 1998 ). yang dapat dilakukan dalam kemampuan

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 44


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

menulis yang mengajak peserta didik untuk 4. PENDEKATAN PEMBELAJARAN


melakukan beberapa hal dalam proses MENULIS DI SD
penulisannya. Langkah - langkah tersebut
antara lain : Pendekatan yang disarankan dalam
1. Menyimpan memori dari dunia
pembelajaran menulis meliputi :
pengalamannya
2. Mengumpulkan kembali ingatan  Pendekatan komunikatif
atau pengalamannya Pendekatan komunikatif
3. Mengkreasikan memori dari memfokuskan pada keterampilan
pengalamannya yang pertama siswa mengimplementasikan fungsi
4. Menyusun kembali ide-ide dengan bahasa (untuk berkomunikasi) dalam
menghadirkan persepsi dan pembelajaran, pendekatan
pengalaman keduanya komunikatif tampak pada
5. Menampilkan kembali hal-hal yang pembelajaran, misalnya:
telah diketahui sekarang yang mendeskripsikan suatu benda,
sebelumnya belum diketahui menulis surat, dan membuat iklan.
dalam berbagai cara.
 Pendekatan Integratif.
Fungsi menulis yang utama yaitu
sebagai alat komunikasi secara tertulis Pendekatan integratif menekankan
(langsung) dan tidak tertulis (tidak langsung). keterpaduan empat aspek
Tulisan dapat membantu menjelaskan keterampilan berbahasa (menyimak,
pikiran-pikiran kita. Selain itu, menulis juga berbicara, membaca, dan menulis)
memiliki fungsi lain menurut Tarigan ( 1994 ) dalam pembelajaran.Pendekatan
sebagai berikut : integratif tampak pada butir
pembelajaran, misalnya:
a. Fungsi Penataan menceritakan pengalaman yang
Penataan terhadap gagasan, menarik, menuliskan suatu peristiwa
pikiran, pendapat, imajinasi, dan sederhana, membaca bacaan
yang lainnya. kemudian membuat ikhtisar, dan
b. Fungsi Pengawetan meringkas cerita yang didengar.
Untuk mengawetkan pengutaraan
gagasan dalam wujud dokumen  Pendekatan keterampilan proses
tertulis Pendekatan keterampilan proses
c. Fungsi Penciptaan memfokuskan keterampilan siswa
Menciptakan gagasan atau dalam mengamati, mengklasifikasi,
pendapat yang mewujudkan menginterpretasi, dan
pemikiran yang baru mengkomunikasikan.Pendekatan
d. Fungsi Penyampaian keterampilan proses, tampak pada
Penyampaian itu terjadi bukan saja butir pembelajaran, misalnya:
pada orang yang berdekatan melaporkan hasil kunjungan,
tempatnya, melainkan juga kepada menyusun laporan pengamatan,
orang yang berjauhan. membuat iklan, dan menyusun
kalimat acak menjadi paragraf yang

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 45


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

padu Pendekatan tematis, (f) transfomasi, dan


pendekatan tematis menekankan (g) membuat kalimat;
tema pembelajaran sebagai 2) Teknik memperkenalkan cerita:
payung/pemandu dalam (a) baca dan tulis,
pembelajaran.pendekatan tematis, (b) simak dan tulis;
tampak pada butir pembelajaran, 3) meniru model;
misatnya: menulis pengalaman dalam 4) menyusun paragaf;
bentuk puisi, dan menyusun naskah 5) menceritakan kembali; dan
sambutan. 6) membuat.
Pendekatan - pendekatan
b). Menulis untuk keperluan sehari-hari
Tersebut pada hakikatnya
Menulis untuk keperluan sehari-hari
mempunyai karakteristik yang sama
meliputi ragam menulis :
dengan pendekatan konstruktivisme,
(1) menulis surat,
yaitu memandang siswa di dalam
(2) menulis pengumuman,
pembelajaran sebagai subjek
(3) mengisi formulir,
pembelajaran bukan sebagat objek
(4) menulis surat undangan,
pembelajaran. Dalam hal ini, peran
(5) membuat iklan, dan
guru sebagai motivator dan fasilitator
(6) menyusun daftar riwayat hidup.
di dalam membangkitkan potensi
siswa dalam membangun/ Model pembelajaran menulis
mengkonstruk gagasan/ide masmg- cerita/cerpen di SD meliputi :
masing di dalam pembelajaran. menceritakan gambar, melanjutkan
cerita lain, menceritakan mimpi,
menceritakan pengalaman, dan
5. TEKNIK DAN MODEL PEMBELAJARAN menceritakan cita-cita.
MENULIS CERITA
(a) Menceritakan gambar
Berdasarkan butir-butir
Model ini dapat dilakukan mulai
pembelajaran menulis di kelas tinggi
kelas 4 SD. Guru memperlihatkan
(kelas 3-6) SD terdapat ragam teknik
beberapa gambar, selanjutnya,
pembelajaran menulis. Teknik
siswa diminta mengamati gambar
pembelajaran menulis dikelompokkan
tersebut dengan teliti. Kemudian,
menjadi dua, yakni menulis cerita dan
mereka diminta untuk
menulis untuk keperluan sehari-hari :
menuliskannya ke dalam centa
a). Menulis cerita. Teknik ini terdiri atas lengkap.
6 macam, yaitu:
(b) Melanjutkan cerita.
1) menyusun kalimat. Teknik ini
dapat dilakukan dengan : Model ini diawali dengan kegiatan
(a) menjawab pertanyaan, guru membacakan atau
(b) melengkapi kalimat, memperdengarkan cerita yang
(c)memperbaiki susunan kalimat, dipilih guru, kemudian para siswa
(d) memperluas kalimat, diminta melanjutkan cerita guru
(e) subtitusi, tersebut.

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 46


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

(c) Menceritakan mimpi. atau yang lain. Model pembelajaran


dapat dijadikan pola pilihan, artinya
Model ini dilakukan dengan
para pendidik boleh memilih model
menugasi siswa untuk menceritakan
pembelajaran yang sesuai dan efesien
mimpinya dengan menambah atau
untuk mencapai tujuan pendidikan.
mengurangi isi dan mimpi mereka.
Oemar Hamalik, (1995)
(d) Menceritakan pengalaman berpendapat pembelajaran sebagai
Model ini dilakukan dengan suatu kombinasi yang tersusun
menugasi siswa untuk menceritakan meliputi unsur manusia, material,
pengalaman, baik pengalaman saat fasilitas, perlengkapan, dan prosedur
liburan bermain, darmawisata, dan yang saling mempengaruhi mencapai
sebagainya. tujuan pembelajaran. Berkenaan
dengan pendapat diatas, Bruce Joyce
(e) Menceritakan cita-cita. dan Marsha Weil ( Dedi Supriawan
Model ini dilakukan dengan cara dan A. Benyamin Surasega, 1990 )
menugasi siswa untuk menceritakan mengetengahkan 4 (empat)
cita-citanya setelah dewasa nanti. kelompok model , yaitu :
a. Model interaksi sosial
6. MODEL PEMBELAJARAN
Model interaksi sosial
1. Pengertian Model Pembelajaran menekankan pada hubungan
Model pembelajaran adalah personal dan sosial
sebuah metodologi atau sarana atau kemasyarakatan di antara peserta
alat yang digunakan oleh guru secara didik. Model tersebut berfokus
professional dengan menjalankan pada peningkatan kemampuan
fungsi-fungsinya sesuai dengan peserta didik untuk berhubungan
metodologi. dengan orang lain, terlibat dalam
Model pembelajaran pada proses-proses yang demokratis
dasarnya merupakan bentuk dan bekerja secara produktif
pembelajaran yang tergambar dari dalam masyarakat. Model ini
awal sampai akhir yang disajikan didasari oleh teori belajar Gestalt
secara khas oleh pendidik. Dengan (field-theory). Model interaksi
kata lain, model pembelajaran sosial menitikberatkan pada
merupakan bungkus atau bingkai dari hubungan yang harmonis antara
penerapan suatu pendekatan, model, individu dengan masyarakat
dan teknik pembelajaran. (learning to life together). Teori
Joyce & Weil (1992) berpendapat pembelajaran Gestalt dirintis oleh
bahwa model pembelajaran adalah Max Wertheimer (1912) bersama
suatu rencana atau pola yang dapat dengan Kurt Koffka dan W. Kohler.
digunakan untuk mernbentuk Mereka mengadakan eksperimen
kurikulum (rencana pembelajaran mengenai pengamatan visual
jangka panjang), merancang bahan- dengan fenomena fisik.
bahan pembelajaran, dan Percobaannya yang dilakukan
membimbing pembelajaran di kelas memproyeksikan titik-titik cahaya

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 47


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

( keseluruhan lebih penting dari dan pribadi melalui situasi


pada bagian). tiruan.
Pokok pandangan Gestalt Simulasi sosial bertujuan untuk
adalah objek atau peristiwa membantu peserta didik
tertentu akan dipandang sebagai mengalami berbagai kenyataan
suatu keseluruhan yang sosial serta menguji reaksi
terorganisasikan. Makna suatu mereka.
objek/peristiwa adalah terletak
pada keseluruhan bentuk (Gestalt) b. Model pengolahan informasi
dan bukan bagian-bagiannya. Model pemrosesan informasi
Pembelajaran akan lebih ditekankan pada pengambilan,
bermakna bila materi diberikan penguasaan, dan pemrosesan
secara utuh bukan bagian-bagian. informasi. Model ini lebih
Model interaksi sosial ini memfokuskan pada fungsi kognitif
mencakup strategi pembelajaran peserta didik. Model ini didasari
sebagai berikut : oleh teori belajar kognitif (Piaget)
 Kerja Kelompok bertujuan dan berorientasi pada kemampuan
mengembangkan keterampilan peserta didik memproses
berperan serta dalam proses informasi yang dapat memperbaiki
bermasyarakat dengan cara kemampuannya. Pemrosesan
mengembangkan hubungan Informasi merujuk pada cara
interpersonal dan discovery skill mengumpulkan/menerima stimuli
dalam bidang akademik. dari lingkungan, mengorganisasi
 Pertemuan kelas bertujuan data, memecahkan masalah,
mengembangkan pemahaman menemukan konsep, dan
mengenai diri sendiri dan rasa menggunakan simbol verbal dan
tanggungjawab baik terhadap visual.
diri sendiri maupun terhadap
kelompok. Teori pemrosesan
 Pemecahan masalah sosial atau informasi/kognitif dipelopori oleh
Inquiry Social bertujuan untuk Robert Gagne (1985). Asumsinya
mengembangkan kemampuan adalah pembelajaran merupakan
memecahkan masalah-masalah faktor yang sangat penting dalam
sosial dengan cara berpikir perkembangan. Perkembangan
logis. merupakan hasil komulatif dari
 Model laboratorium bertujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran
untuk mengembangkan terjadi proses penerimaan informasi
kesadaran pribadi dan yang kemudian diolah sehingga
keluwesan dalam kelompok. menghasilkan output dalam bentuk
 Bermain peran bertujuan untuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
memberikan kesempatan informasi terjadi interaksi antara
kepada peserta didik kondisi internal (keadaan individu,
menemukan nilai-nilai sosial proses kognitif) dan kondisi-kondisi

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 48


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

eksternal (rangsangan dari kemampuan memproses informasi


lingkungan). Interaksi antar keduanya yang efesien untuk menyerap dan
akan menghasilkan hasil belajar. menghubungkan satuan ilmu
Pembelajaran merupakan keluaran pengetahuan secara bermakna.
dari pemrosesan informasi yang
berupa kecakapan manusia (human c. Model personal-humanistik
capitalities) yang terdiri dari : Model personal menekankan pada
(1) informasi verbal pengembangan konsep diri setiap
(2) kecakapan intelektual individu. Hal ini meliputi
(3) strategi kognitif pengembangan proses individu dan
(4) sikap membangun serta
(5) kecakapan motorik. mengorganisasikan dirinya sendiri.
Model memfokuskan pada konsep
diri yang kuat dan realistis untuk
Model Proses Informasi
membantu membangun hubungan
meliputi beberapa pendekatan /
yang produktif dengan orang lain dan
strategi pembelajaran di antaranya
lingungannya.
sebagai berikut :
Model ini bertitik tolak dari teori
 Mengajar induktif, yaitu untuk Humanistik, yaitu berorientasi pada
mengembangkan kemampuan pengembangan individu. Perhatian
berfikir dan membentuk teori utamanya pada emosional peserta
 Latihan inquiry, yaitu untuk didik dalam mengembangkan
mencari dan menemukan hubungan yang produktif dengan
informasi yang memang lingkungannya. Model ini menjadikan
diperlukan pribadi peserta didik mampu
 Inquiry keilmuan, yaitu bertujuan membentuk hubungan harmonis
untuk mengajarkan sistem serta mampu memproses informasi
penelitian dalam disiplin ilmu, secara efektif. Tokoh humanistik
diharapkan dapat memperoleh adalah Abraham Maslow (1962), R.
pengalaman dalam domain- Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb.
domain disiplin ilmu lainnya. Menurut teori ini, guru harus
 Pembentukan konsep, yaitu berupaya menciptakan kondisi kelas
bertujuan untuk mengembangkan yang kondusif, agar peserta didik
kemampuan berpikir individu merasa bebas dalam belajar
mengembangkan konsep dan mengembangkan dirin baik
kemampuan analisis. emosional maupun intelektual. Teori
 Model pengembangan, bertujuan humanistik timbul sebagai cara untuk
untuk mengembangkan memanusiakan manusia. Pada teori
intelegensi umum, terutama humanistik ini, pendidik seharusnya
berfikir logis, aspek sosial dan berperan sebagai pendorong bukan
moral. menahan sensivitas peserta didik
 Advanced Organizer Model yang terhadap perasaanya. Implikasi teori
bertujuan untuk mengembangkan

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 49


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

ini dalam pendidikan adalah sebagai d. Model modifikasi tingkah laku


berikut : Model behavioral menekankan pada
 Bertingkah laku dan belajar adalah perubahan perilaku yang tampak dari
hasil pengamatan. peserta didik sehingga konsisten
 Tingkah laku yang ada dapat dengan konsep dirinya. Sebagai
dilaksanakan sekarang (learning to bagian dari teori stimulus-respon.
do). Model behaviorial menekankan
 Semua individu memiliki dorongan bahwa tugas-tugas harus diberikan
dasar terhadap aktualisasi diri. dalam suatu rangkaian yang kecil,
Sebagian besar tingkahlaku berurutan dan mengandung perilaku
individu adalah hasil dari tertentu. Model ini bertitik tolak dari
konsepsinya sendiri. teori belajar behavioristik, yaitu
 Mengajar adalah bukan hal bertujuan mengembangkan sistem
penting, tapi belajar bagi peserta yang efisien untuk mengurutkan
didik adalah sangat penting. tugas-tugas belajar dan membentuk
 Mengajar adalah membantu tingkah laku dengan cara
individu untuk mengembangkan memanipulasi penguatan
suatu hubungan yang produktif (reinforcement). Model ini lebih
dengan lingkungannya dan menekankan pada aspek perubahan
memandang dirinya sebagai perilaku psikologis dan perlilaku yang
pribadi yang cakap. tidak dapat diamanti karakteristik
model ini adalah penjabaran tugas¬-
tugas yang harus dipelajari peserta
Model pembelajaran personal ini didik lebih efisien dan berurutan. Ada
meliputi strategi pembelajaran empat fase dalam model modifikasi
sebagai serikut : tingkah laku ini, yaitu :
 Pembelajaran non-direktif, yaitu  Fase mesin pengajaran.
bertujuan untuk membentuk  penggunaan media.
kemampuan dan perkembangan  pengajaran berprograma (linier
pribadi (kesadaran diri, dan branching)
pemahaman, dan konsep diri).  operant conditioning, dan
 Latihan kesadaran, yaitu bertujuan operant reinforcement.
untuk meningkatkan kemampuan
interpersonal atau kepada peserta Implementasi dari model modifikasi
didik. tingkah laku ini adalah meningkatkan
 Sinetik, yaitu untuk ketelitian pengucapan pada anak.
mengembangkan kreativitas Guru selalu perhatian terhadap
pribadi dan memecahkan masalah tingkah laku belajar peserta didik.
secara kreatif Modifikasi tingkah laku anak yang
 Sistem konseptual, yaitu untuk kemampuan belajarnya rendah
meningkatkan kompleksitas dasar dengan reward, sebagai
pribadi yang luwes. reinforcement pendukung penerapan
prinsip pembelajaran individual

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 50


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

dalam pembelajaran klasikal. Kendati digunakan untuk memberikan


demikian, seringkali penggunaan konsep pemahaman materi yang
istilah model pembelajaran tersebut sulit kepada siswa. Metode
diidentikkan dengan strategi Snowball Throwing juga untuk
pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, mengetahui sejauh mana
posisi hierarkis dari masing-masing pengetahuan dan kemampuan
istilah tersebut, kiranya dapat siswa dalam menguasai materi
divisualisasikan sebagai berikut : tersebut.
 Pendekatan pembelajaran ( Snowball Throwing yang
Student 0f Teacher Centered ) menurut asal katanya berarti “
 Strategi pembelajaran ( exposition melempar bola salju “ dapat
discovery learning or group diartikan sebagai model
individual learning ) pembelajaran dengan
 Metode pembelajaran ( ceramah, menggunakan bola yang berisi
diskusi, simulasi, dsb ) pertanyaan berupa kalimat yang
 Teknik dan taktik pembelajaran ( ada di dalam kertas, kemudian
spesifik, individual, unik ) dilemparkan secara bergiliran di
Dari istilah-istilah di atas, antara sesama peserta didik.
dalam proses pembelajaran dikenal Dilihat dari pendekatan yang
juga istilah desain pembelajaran. Jika digunakan dalam pembelajaran,
strategi pembelajaran lebih model snowball throwing ini
berkenaan dengan pola umum dan memadukan pendekatan
prosedur umum aktivitas komunikatif, integratif, dan
pembelajaran, sedangkan desain keterampilan proses.
pembelajaran lebih menunjuk kepada Kegiatan melempar bola
cara-cara merencanakan suatu sistem pertanyaan berupa kalimat ini
lingkungan belajar tertentu setelah akan membuat peserta didik
ditetapkan strategi pembelajaran menjadi dinamis, karena kegiatan
tertentu. peserta didik tidak hanya berfikir,
menulis, bertanya, atau berbicara.
Akan tetapi mereka juga
2. Model Pembelajaran Snowball
melakukan aktivitas fisik yaitu
Throwing ( Melempar bola salju ) melempar bola yang berisikan
a) Pengertian Model Snowball pertanyaan kepada peserta didik
Throwing lain. Dengan demikian, tiap
Snowball Throwing adalah peserta didik akan mempersiapkan
diri karena pada gilirannya harus
salah satu model pembelajaran
menulis pertanyaan dari temannya
kooperatif dan merupakan salah
yang terdapat dalam bola kertas.
satu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan Model pembelajaran
pendekatan kontekstual ( CTL ). Snowball Throwing melatih
Model pembelajaran ini dapat peserta didik untuk lebih tanggap

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 51


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

menerima pesan dari orang lain, pertanyaan-pertanyaan


dan menyampaikan pesan yang tertulis di dalam bola
tersebut kepada temannya. b) Menghindari pendominasian
dan peserta didik yang diam
b) Langkah-Langkah Pembelajaran
sama sekali, karena masing-
Model Snowball Throwing
masing peserta didik
1. Guru menyampaikan materi yang mendapatkan satu buah
akan disajikan pertanyaan
2. Guru membentuk kelompok- c) Melatih kesiapan peserta
kelompok dan memanggil masing- didik
masing ketua kelompok untuk d) Saling memberikan
memberikan penjelasan tentang pengetahuan.
materi e) Terciptanya suasana belajar
3. Masing-masing ketua kelompok yang komunikatif
kembali ke kelompoknya masing-
2). Kelemahan Model Snowball
masing, kemudian menjelaskan
Throwing
materi yang disampaikan oleh guru
kepada temannya a) Pengetahuan tidak luas
4. Kemudian masing-masing siswa hanya berkutat pada
diberikan satu lembar kertas kerja, pengetahuan sekitar peserta
untuk menuliskan satu pertanyaan didik
apa saja yang menyangkut materi b) Dalam pelaksanaannya ada
yang sudah dijelaskan oleh ketua peluang timbul pertanyaan
kelompok yang sama pada peserta
5. Kemudian kertas tersebut dibuat didik
seperti bola dan dilempar dari satu c) Bagi peserta didik yang
siswa ke siswa yang lain selama ± 15 biasanya mendominasi
menit model snowball throwing
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu akan dinilai mengekang
pertanyaan diberikan kesempatan kebebasan. Hal tersebut
kepada siswa untuk menjawab menimbulkan
pertanyaan yang tertulis dalam kertas ketidaknyamanan bagi
berbentuk bola tersebut secara peserta didik yang agresif.
bergantian Dapat disimpulkan,
7. Evaluasi penggunaan pendekatan pembelajaran
8. Penutup snowball throwing dalam
meningkatkan motivasi belajar peserta
c) Kelebihan dan Kelamahan Model
didik ini dirasakan cukup efektif karena
Snowball Throwing
mampu menumbuh kembangkan
1). Kelebihan Model Snowball potensi intelektual, sosial, dan
Throwing emosional yang ada dalam peserta
a) Mudah mendapatkan bahan didik.
pembicaraan karena adanya

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 52


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

Metode pembelajaran yang terdiri dari dua siklus (


siklus 1 dan siklus 2 ).
Metode yang digunakan penulis
dalam penyusunan laporan penelitian ini Penelitian berlangsung pada
yaitu dengan metode penelitian tindakan bulan Oktober - Desember 2012. Dengan
kelas ( Classroom Action Research ), rincian sebagai berikut :
mengumpulkan data dan informasi dari hasil 1. Lokasi Penelitian
tes peserta didik, hasil observasi dan refleksi. Tempat :
SDN 02 Caringin ,
Kec. Caringin, Kab. Bogor
PELAKSANAAN PENELITIAN
Kelas : VI ( Enam )
A. Subjek Penelitian Waktu Pelaksanaan :
Perbaikan pembelajaran terdiri Oktober s.d. 19 Nopember 2012
dari tiga bagian, bagian pertama Penyusunan laporan : Desember2012
dilaksanakan dan diamati oleh teman 2. Waktu Pelaksanaan
sejawat dalam tahapan perencanaan, Jadwal pelaksanaan kegiatan
bagian kedua dilaksanakan dan diamati pembelajaran awal dan perbaikan
oleh teman sejawat dalam tahapan pembelajaran dapat dilihat pada
pelaksanaan pembelajaran, bagian ketiga tabel di bawah ini :
adalah rancangan rencana perbaikan

Tabel 1. Rencana Pelaksanaan dan Perbaikan Pembelajaran

No Hari/Tanggal Mata Pelajaran Keterangan


Rencana
Senin,
1 Bahasa Indonesia Pra siklus Pelaksanaan
22 Oktober 2012 Pembelajaran

Senin, Rencana Perbaikan


2 Bahasa Indonesia Siklus I Pembelajaran 1
5 Nopember 2012
Senin, Rencana Perbaikan
3 Bahasa Indonesia Siklus II Pembelajaran 2
19 Nopember 2012
Rencana penyusunan laporan pada bulan Desember 2012

3. Karakteristik Peserta Didik dalam penelitian. Untuk lebih


SD Negeri 02 Caringin memiliki 357 jelasnya dapat dilihat pada tabel
peserta didik. Dari 357 peserta didik berikut :
ini, 35 orang adalah peserta didik
kelas VI B yang akan menjadi subjek

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 53


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

Tabel 2. Keadaan Siswa Kelas VI


SD Negeri 02 Caringin
Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 16 orang 45,71%

2 Perempuan 19 orang 54,29%

Jumlah 35 orang 100%

Grafik keadaan siswa


120.00%
100%
100.00%

80.00%

60.00% 54.29%
45.71%
Persentase
40.00%

20.00%

0.00%
16 orang 19 orang 35 orang
Laki-laki Perempuan Jumlah

Dari tabel di atas, dapat beda, hampir 30% berdomisili di desa


disimpulkan bahwa jumlah siswa laki- lain dan sisanya 70% berdomisili di
laki lebih sedikit dari pada jumlah siswa sekitar SDN 02 Caringin yang terletak di
perempuan, yaitu 16 orang siswa laki- desa Cimande Hilir kecamatan Caringin.
laki dengan persentase 45,71%,
Menurut hasil survei, hanya
sedangkan jumlah siswa perempuan 19 sekitar 34,29% orang tua siswa yang
orang dengan persentase 54,29%. mendukung anak-anaknya dalam proses
Jika dilihat dari strata ekonomi pembelajaran, dan 65,71% sisanya
keluarga khususnya kelas VI, bisa masih kurang memberi dukungannya,
dirincikan sebagai berikut : 20% berasal mereka sibuk berkutat dengan
dari keluarga mampu, 31,43% dari pekerjaannya, yang sebagian besar
keluarga menengah, dan 48,57% berasal bekerja sebagai buruh kasar atau
dari keluarga kurang mampu. Lokasi pekerja serabutan yang penghasilannya
tempat tinggal merekapun berbeda- kurang mencukupi.

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 54


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

Hal-hal tersebut di atas bisa Pengklasifikasian siswa


menjadi faktor yang menyebabkan menurut tingkat kemampuan dalam
berbedanya kemampuan siswa dalam belajar dapat dilihat pada tabel
proses pembelajaran. berikut ini :

Tabel 3. Pengklasifikasian Siswa Menurut Tingkat Kemampuan


No Kemampuan Jumlah Persentase
1 Pandai 15 orang 42,86%
2 Sedang 13 orang 37,14%
3 Kurang 7 orang 20%
Jumlah 35 orang 100%

Keadaan Kemampuan siswa


50%
45%
40%
35%
30%
25%
20% 42,86% Persentase
37,14%
15%
10% 20%
5%
0%
15 orang 13 orang 7 orang
Pandai Sedang Kurang

Dari tabel di atas dapat orang siswa dengan persentase 37,14%


dijabarkan kualifikasi tingkat tergolong sedang, dan 7 orang siswa
kemampuan belajar siswa kelas VI SDN dengan persentase 20% dengan tingkat
02 Caringin sebagai subjek penelitian, kemampuan kurang.
terdapat 15 orang siswa dengan
persentase 42,86% tergolong pandai, 13

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 55


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

B. Deskripsi Per Siklus


Dalam PTK ini digunakan 2 siklus
dengan ilustrasi kerja sebagaimana terlihat
pada gambar 3.1 berikut.

Alternatif Penyusunan Pelaksanaan


Permasalahan rencana
Pemecahan Tindakan 1
tindakan I

Siklus I Refleksi 1 Analisis Data 1 Observasi

Siklus II Penyusunan ren Alternatif Pelaksanaan


cana tindakan II Pemecahan Tindakan II

Terselesaikan Refleksi II Analisis Data Observasi

Belum
Terlaksana Siklus berikutnya

Gambar 3.1: Prosedur Pelaksanaan PTK (Suharsismi Arikunto, 2006)

Adapun rincian per siklus adalah kepada kompetensi dasar


sebagai berikut : kurikulum KTSP 2007
2) Menyusun perangkat
1. Pelaksanaan Pembelajaran Awal ( pra
pembelajaran ( RPP, lembar
siklus )
evaluasi, dan instrument
a. Perencanaan penilaian )
1) Perencanaan diawali dengan 3) Mengundang teman sejawat
menyusun Rencana untuk membantu pelaksanaan
Pelaksanaan Pembelajaran pembelajaran.
(RPP) dengan materi pokok “
Teks cerita ” yang berpedoman

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 56


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

Penyusunan RPP menggunakan


alokasi waktu 3 x 35 menit (105 Tabel 4. Pembagian Waktu
menit ), dengan pembagian waktu
sebagai berikut :

No Jenis Kegiatan Waktu Prosentase


1 Kegiatan Awal 10 menit 9,52%

2 Kegiatan Inti 75 menit 71,43%

3 Kegiatan Akhir 20 menit 19,05%

Jumlah 105 menit 100%

b. Pelaksanaan c) Guru dan peserta didik


bertanya jawab tentang isi teks.
Pelaksanaan pra siklus
menggunakan model artikulasi dan d) Untuk mengetahui daya serap
dilaksanakan pada hari Senin, 22 peserta didik, guru membentuk
Oktober 2012. Dengan pelaksanaan kelompok berpasangan .
sebagai berikut : e) Guru menyuruh setiap
1) Kegiatan Awal pasangan mendengarkan
a) Mengajak siswa untuk sebuah berita yang
membaca doa, lalu guru dibacakan sambil membuat
mengisi daftar kelas, catatan kecil.
b) Mengadakan apersepsi dengan f) Untuk melatih kedisiplinan dan
cara tanya jawab tentang berita kemandiriannya, pesert didik
yang telah didengar siswa secara bergiliran diminta
melalui tayangan televisi atau menyampaikan catatan
radio. kecilnya.
c) Menyampaikan tujuan g) Guru mengulangi penjelasan
pembelajaran. tentang materi dan sekiranya
2) Kegiatan Inti belum dipahami oleh peserta
a) Guru menyajikan materi didik.
dengan cara ceramah h) Guru membantu peserta didik
b) Peserta didik diminta membuat kesimpulan.
membacakan sebuah teks dari 3) Kegiatan Akhir
buku teks bahasa Indonesia,
peserta didik lainnya ditugasi a) Peserta didik membuat
menyimak. ringkasan berita.

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 57


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

b) Peserta didik mengumpulkan 1) Peserta didik belum semua


tugas masing-masing. terlibat aktif dalam
pembelajaran
c. Pengamatan / Pengumpulan Data /
2) Sebagian besar Pserta didik
Instrumen
merasa kebingungan dalam
Berdasarkan hasil pengamatan merangkai kata dan kalimat.
pada pelaksanaan pembelajaran 3) Model pembelajaran dan media
bahasa Indonesia yang telah diamati pembelajaran kurang tepat
teman sejawat, penulis mulai
2. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
mengumpulkan data yang bersumber
Siklus 1
dari hasil tes keseluruhan siswa. Data
pertama di dapat hasil tes evaluasi a. Perencanaan
siswa yang ternyata sangat jauh dari Pendidik dan teman sejawat
harapan, 8 peserta didik dengan berdiskusi tentang rencana perbaikan
persentase 22,86% yang sudah pembelajaran yaitu dengan langkah-
mencapai nilai ketuntasan belajar, langkah sebagai berikut :
sedangkan 27 peserta didik dengan
persentase 77,74% yang belum 1) Mengkaji nilai ulangan peserta
mencapai nilai ketuntasan belajar. didik dan menganalisa
Dengan demikian peneliti menganggap kekurangaktifan peserta didik
perlu melaksanakan perbaikan dalam belajar.
pembelajaran siklus 1. 2) Menelaah silabus dan RPP
3) Menentukan tujuan RRP Perbaikan
d. Refleksi 1, dengan tambahan tujuan
Setelah selesai melaksanakan rencana perbaikan pembelajaran
pembelajaran, penulis melakukan pada pra siklus yaitu
refleksi dan mendapat masukan dari meningkatkan kemampuan
teman sejawat. Berikut ini hasil atau menulis ringkasan cerita dalam
komentar dari teman sejawat, antara pembelajaran Bahasa Indonesia
lain : melalui model Snowball Throwing
4) Menyusun perangkat
a) Kelebihan dalam merancang dan
pembelajaran ( RPP 1, model
melakukan suatu tindakan
pembelajaran, lembar evaluasi,
pembelajaran
dan instrument penilaian )
1). Rancangan pembelajaran
5) Mendiskusikan hal – hal yang
sudah tersusun sistematis.
tepat untuk dilakukan pada siklus
2). Guru memotivasi untuk
1 dengan teman sejawat yang
melakukan tindakan
akan menjadi observer pada siklus
pembelajaran
1
3). Instrumen soal sebagai alat
b. Pelaksanaan
evaluasi tersedia.
Prosedur pelaksanaan perbaikan pada
b) Kelemahan dalam merancang dan
siklus 1 pada hari Senin, 5 Nopember
melakukan suatu tindakan dalam
pembelajaran

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 58


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

2012 dengan pelaksanaan sebagai B. Elaborasi


berikut : Dalam kegiatan elaborasi :
1).Kegiatan Awal a) Guru menyiapkan bola
a) Berdoa bersama sesuai dengan yang sudah berisikan kertas
kepercayaan masing-masing. yang di dalamnya sudah
b) Mengadakan apersepsi dengan tersedia pertanyaan yang
cara tanya jawab tentang cerita si harus dijawab.
kancil b) Guru melemparkan bola
dan buaya/ cerita lain yang yang pada tiap kelompok.
pernah dibaca oleh siswa. c) Peserta didik berdiskusi
untuk menjawab
c) Menyampaikan tujuan
pertanyaan yang tertulis
pembelajaran
pada secarik kertas dalam
2). Kegiatan Inti bola tersebut.
A. Eksplorasi d) Secara bergiliran ,
perwakilan kelompok
Dalam kegiatan eksplorasi : membacakan hasil kerja
a) Guru menugasi peserta didik kelompoknya dan
untuk membuka buku menuliskannya di papan
pelajaran bahasa Indonesia tulis.
dan membagi peserta didik e) Guru membimbing peserta
ke dalam beberapa didik untuk menyusun
kelompok beranggotakan 5 pekerjaan tiap kelompok
orang. menjadi ringkasan sebuah
cerita.
b) Guru bertanya jawab dengan
peserta didik tentang cara C. Konfirmasi
membuat ringkasan cerita . Dalam kegiatan konfirmasi :
c) Guru bertanya jawab tentang a) Guru mengulangi penjelasan
aturan menulis kalimat tentang materi dan
menurut EYD dan sekiranya belum
meminta salah seorang dipahami oleh peserta
peserta didik untuk menulis didik.
sebuah kalimat yang b) Guru membantu peserta
diucapkan guru sesuai didik membuat
aturan EYD. kesimpulan.
d) Peserta didik ditugasi 3) Kegiatan Akhir
membaca cerita dari buku
paket bahasa a) Peserta didik menjawab tes akhir.
Indonesia untuk kelas 6, b) Peserta didik mengumpulkan tugas
karangan Sumina dan Sada masing-masing.
Sugiyanto halaman 35.

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 59


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

c) Peserta didik diberi tugas untuk 2) Hasil pekerjaan peserta didik


membuat ringkasan cerita masih banyak yang salah terutama
pilihannya di rumah. dalam penerapan EYD dan tanda
baca.
c. Pengamatan / Pengumpulan Data /
Instrumen Kelebihan pada proses perbaikan
pembelajaran siklus 1 di antaranya :
Pengamatan dilakukan selama
pembelajaran berlangsung. 1) Perhatian dan minat peserta didik
Pengamatan mencakup kegiatan sedikit meningkat dengan
aktivitas pendidik dan peserta didik digunakannya model snowball
dengan menggunakan lembar throwing.
pengamatan. Teman sejawat dan 2) Hasil belajar menunjukkan adanya
pendidik mengamati dampak peningkatan .
pelaksanaan apakah telah sesuai
dengan rencana yang telah dibuat, 3. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
atau kendala yang dihadapi oleh Siklus 2
peserta didik danpendidik selama a. Perencanaan
pembelajaran berlangsung. Data yang
diambil selama kegiatan pembelajran Perencanaan ulang dibuat
diperoleh dengan cara melakukan setelah melakukan kegiatan dan
observasi, dokumentasi dan tes. refleksi pada siklus sebelumnnya. Pada
Observasi dilakukan dengan siklus ke 2 perencanaan dibuat dengan
menggunakan lembar observasi. Tes mengoptimalkan keterlibatan siswa
dilakukan dengan menggunakan tes dalam kegiatan pembelajaran.
tertulis. Perencanaan siklus 2 ini juga dilengkapi
dengan pembuatan RPP, model
d. Refleksi pembelajaran, media pembelajaran,
Pendidik dan pengamat alat peraga, lembar evaluasi, tabel
mendiskusikan tentang proses penilaian kegiatan siswa, dan penilaian
pembelajarn, peningkatan motivasi akhir. Dalam pembuatan perencanaan
dan hasil belajar, serta mengkaji pada tindakan kedua atau siklus 2 ini,
ulang tentang kekurangan pada siklus ada sedikit perbedaan dengan
ini. Berdasarkan hasil pengamatan perencanaan pada tindakan pertama (
pada lembar observasi masih siklus 1 ), yaitu langkah-langkah
terdapat beberapa kelemahan pada sebagai berikut :
saat perbaikan pembelajaran pada 1) Penyusunan RRP siklus 2, dengan
siklus 1, antara lain : tambahan tujuan rencana perbaikan
1) Peserta didik masih banyak yang pembelajaran dan pada kegiatan
tampak kebingungan dalam eksplorasi guru menyertakan
kegiatan pembelajaran, karena contoh bacaan beserta beberapa
masih belum memahami prosedur contoh ringkasan, lalu peserta didik
kerja yang harus dilaksanakan. diminta memilih ringkasan yang
sesuai dengan bacaan.

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 60


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

2) Menyusun perangkat pembelajaran tentang cara


( RPP siklus 2, model pembelajaran, membuat ringkasan cerita .
media pembelajaran, alat peraga, e) Guru bertanya jawab
lembar evaluasi, tabel penilaian tentang aturan menulis
kegiatan siswa, dan instrument
kalimat menurut EYD
penilaian ) dan meminta sealah
b. Pelaksanaan seorang peserta didik
Prosedur pelaksanaan untuk menulis
perbaikan pada siklus 2 pada hari sebuah kalimat yang
Senin,19 Nopember 2012 dengan diucapkan guru sesuai
pelaksanaan sebagai berikut : aturan EYD.
1). Kegiatan Awal f) Peserta didik ditugasi
a) Berdoa bersama sesuai dengan membaca cerita dari buku
kepercayaan masing-masing. paket bahasa Indonesia
untuk kelas 6, karangan
b) Mengadakan apersepsi dengan
Sumina dan Sada
cara tanya jawab tentang cerita
Sugiyanto,
si kancil dan buaya/ cerita lain
halaman 148.
yang pernah dibaca oleh siswa.
B. Elaborasi
c) Menyampaikan tujuan
pembelajaran Dalam kegiatan elaborasi :
2). Kegiatan Inti a) Guru menyiapkan bola
yang sudah berisikan
A. Eksplorasi
kertas yang di dalamnya
Dalam kegiatan eksplorasi : sudah tersedia
a) Guru membagi peserta pertanyaan yang
didik ke dalam beberapa bersumber dari buku
kelompok beranggotakan 5 paket bahasa Indonesia.
orang b) Guru melemparkan bola
b) Guru menempelkan karton pada tiap kelompok.
berisi sebuah cerita dalam c) Peserta didik berdiskusi
2 paragraph dan untuk menjawab
ringkasan beberapa cerita. pertanyaan yang
c) Peserta didik ditugasi tertulis pada secarik
menelaah dan memilih kertas dalam bola
ringkasan yang sesuai tersebut.
dengan bacaan. d) Secara bergiliran ,
d) Guru bertanya jawab perwakilan kelompok
dengan peserta didik membacakan hasil kerja
kelompoknya dan

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 61


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

menuliskannya di papan cara melakukan observasi,


tulis. dokumentasidan tes. Observasi dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi.
e) Guru membimbing
Tes dilakukan dengan menggunakan tes
peserta didik untuk
tertulis.
menyusun pekerjaan tiap
kelompok menjadi d. Refleksi
ringkasan sebuah cerita. Setelah selesai proses
C. Konfirmasi perbaikan pembelajaran pada siklus 2,
ternyata hasil belajar yang di[peroleh
Dalam kegiatan konfirmasi :
peserta didik menunjukkan kenaikan yang
a) Guru mengulangi cukup signifikan hal ini berarti sebagian
penjelasan tentang materi besar peserta didik telah memahami cara
dan sekiranya belum menulis ringkasan sesuai dengan EYD,
dipahami oleh peserta peserta didik sangat aktif dan antusias dalam
didik. kegiatan belajar mengajar meskipun masih
b) Guru membantu peserta ada peserta didik yang masih melakukan
didik membuat kekeliruan dalam menulis yaitu tidak sesuai
kesimpulan. dengan aturan EYD.
3) Kegiatan Akhir
a) Peserta didik menjawab tes akhir. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
b) Peserta didik mengumpulkan tugas A. DESKRIPSI PER SIKLUS
masing-masing.
1. Siklus 1
c) Peserta didik diberi tugas untuk
Data penelitian yang disajikan
membuat ringkasan cerita
dari hasil belajar pada mata pelajaran
pilihannya di rumah.
bahasa Inodesia peserta didik kelas VI
c. Pengamatan / Pengumpulan Data / Sekolah Dasar Negeri 02 Caringin
Instrumen Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor ,
Pengamatan dilakukan selama dari hasil pra siklus menunjukkan
pembelajaran berlangsung. Pengamatan banyak kekurangan di antaranya
mencakup kegiatan aktivitas pendidik perolehan ketuntasan belajar hanya
dan peserta didik dengan menggunakan 22, 86%, maka perlu adanya perbaikan.
lembar pengamatan. Teman sejawat dan 1.1 Data tentang rencana
pendidik mengamati dampak pelaksanaan
Pengumpulan data siklus
apakah telah sesuai dengan rencana yang
pertama melalui kegiatan evaluasi
telah dibuat, atau kendala yang dihadapi
dan observasi. Berdasarkan hasil
oleh peserta didik dan pendidik selama
temuan data menunjukkan
pembelajaran berlangsung.
kemampuan menulis peserta didik
Data yang diambil selama cukup baik, proses pembelajaran
kegiatan pembelajaran diperoleh dengan berlangsung cukup menyenangkan

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 62


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

bagi peserta didik. Namun ada hal berupa teks pada sehelai karton,
yang memang terlupakan oleh pendidik kurang berkeliling untuk
pendidik, bahwa seharusnya memeriksa pekerjaan peserta
pendidik memberi contoh yang didik.
jelas dengan bantuan peraga

TABEL 5
DAFTAR NILAI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH DASAR 02 CARINGIN KELAS 6
PRA SIKLUS

NILAI
NO. NAMA PESERTA L/P PRA KETERANGAN
SIKLUS
1 Annisa Widiyanti P 60 Tidak tuntas
2 Nurfadilah P 50 Tidak tuntas
3 Siti Halimatu sadiyah P 65 Tidak tuntas
4 Abdul Azis Fiqri L 65 Tidak tuntas
5 Abdul Latif Fauzi L 60 Tidak tuntas
6 Adinda Gustiavani Shamsul P 65 Tidak tuntas
7 Andriansyah L 60 Tidak tuntas
8 Arini Apriliani P 70 Tuntas
9 Azmi Nurzakiah P 85 Tuntas
10 Basta Buis Budianur L 75 Tuntas
11 Cantika Putri P 80 Tuntas
12 Fitri Finanda P 65 Tidak tuntas
13 Firlia Rahmadiani P 60 Tidak tuntas
14 Patmawati P 60 Tidak tuntas
15 Ita Nurlita P 80 Tuntas
16 Muhamad Abdul Mattin L 60 Tidak tuntas
17 Muhamad Nurhaikal L 65 Tidak tuntas
18 M. Iksal Ilham L 65 Tidak tuntas
19 Muhamad Rifan Elawan L 65 Tidak tuntas
20 Muhammad Rizal Saputra L 65 Tidak tuntas
21 Muhamad Sakiran Akbar L 65 Tidak tuntas
22 Rehan Al Faizi L 65 Tidak tuntas
23 Rifaldi Sergia L 65 Tidak tuntas

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 63


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

24 Siti Nur Maulida P 65 Tidak tuntas


25 Siti Mun Khalisti P 80 Tuntas
26 Tesar Rintihan L 60 Tidak tuntas
27 Widia Lestari Saputri P 65 Tidak tuntas
28 Yusuf Nabhani L 65 Tidak tuntas
29 Nely P 85 Tuntas
30 Raden Wulandari Rahmayani P 65 Tidak tuntas
31 Muhammad Rezha Avriliano L 65 Tidak tuntas
32 Ratu Widiawati P 80 Tuntas
33 Siti Yulianah P 60 Tidak tuntas
34 Raihan Salman Dermawan L 60 Tidak tuntas
35 Siti Masrifah P 60 Tidak tuntas
JUMLAH NILAI 2325
RATA-RATA 66,43
NILAI TERTINGGI 85
NILAI TERENDAH 50
% ≥ KKM Kelas 22,86%
% < KKM Kelas 77,14%

Dari tabel daftar nilai hasil belajar mencapai batas nilai KKM adalah 27 orang
pada pra siklus diketahui bahwa rata-rata siswa. Sehingga dapat dihitung persentase
nilai hasil belajar siswa pada pra siklus siswa yang sudah tuntas dan persentase
adalah 66,43. Jika diinterpretasikan dengan siswa yang belum tuntas sebagai berikut :
kriteria dengan kriteria keberhasilan rata-
Persentase siswa yang sudah tuntas
rata hasil belajar siswa pada pra siklus belum = 8 x 100% = 22,86%
termasuk kriteria cukup, sehingga perlu 35
melaksanakan penelitian selanjutnya. Persentase siswa yang belum tuntas
Berdasarkan hasil data nilai siswa = 27 x 100% = 77,14%
yang didapat, dari 35 orang siswa yang 35
berhasil mencapai batas nilai KKM dan Dapat pula dilihat dari grafik
melebihi batas nilai KKM adalah 8 orang perolehan hasil evaluasi/nilai belajar peserta
siswa, sedangkan siswa yang belum didik pada pra siklus, yaitu sebagai berikut :

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 64


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

Grafik ketuntasan pra siklus


77.14%
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
22.86% % ≥ KKM Kelas
0.3
0.2 % < KKM Kelas
0.1
0
1 2 3
% ≥ KKM Kelas 22.86%
% < KKM Kelas 77.14%

Apabila dibandingkan dengan hasil orang atau sebanyak 71,43 %, ini merupakan
kegiatan proses pada pra siklus maka hasil kenaikan yang cukup berarti.
belajar peserta didik pada siklus 1
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel
menunjukkan peningkatan prestasi belajar. berikut ini.
Pada pra siklus peserta didik yang Data siklus 1
mendapat nilai ≥ 70 sebanyak 8 orang atau
22,86% sedangkan pada siklus 1 ada 25

TABEL 6
DAFTAR NILAI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH DASAR 02 CARINGIN KELAS 6
PRA SIKLUS dan SIKLUS 1
NILAI
NO. NAMA PESERTA L/P PRA SIKLUS KETERANGAN
SIKLUS 1
1 Annisa Widiyanti P 60 65 Tidak tuntas
2 Nurfadilah P 50 60 Tidak tuntas
3 Siti Halimatu sadiyah P 65 75 Tuntas
4 Abdul Azis Fiqri L 65 70 Tuntas
5 Abdul Latif Fauzi L 60 60 Tidak tuntas
6 Adinda Gustiavani Shamsul P 65 70 Tuntas

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 65


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

7 Andriansyah L 60 70 Tuntas
8 Arini Apriliani P 70 75 Tuntas
9 Azmi Nurzakiah P 85 85 Tuntas
10 Basta Buis Budianur L 75 80 Tuntas
11 Cantika Putri P 80 85 Tuntas
12 Fitri Finanda P 65 70 Tuntas
13 Firlia Rahmadiani P 60 65 Tidak tuntas
14 Patmawati P 60 60 Tidak tuntas
15 Ita Nurlita P 80 80 Tuntas
16 Muhamad Abdul Mattin L 60 60 Tidak tuntas
17 Muhamad Nurhaikal L 65 70 Tuntas
18 M. Iksal Ilham L 65 70 Tuntas
19 Muhamad Rifan Elawan L 65 70 Tuntas
20 Muhammad Rizal Saputra L 65 70 Tuntas
21 Muhamad Sakiran Akbar L 65 75 Tuntas
22 Rehan Al Faizi L 65 70 Tuntas
23 Rifaldi Sergia L 65 70 Tuntas
24 Siti Nur Maulida P 65 75 Tuntas
25 Siti Mun Khalisti P 80 85 Tuntas
26 Tesar Rintihan L 60 65 Tidak tuntas
27 Widia Lestari Saputri P 65 70 Tuntas
28 Yusuf Nabhani L 65 70 Tuntas
29 Nely P 85 85 Tuntas
30 Raden Wulandari Rahmayani P 65 70 Tuntas
31 Muhammad Rezha Avriliano L 65 75 Tuntas
32 Ratu Widiawati P 80 80 Tuntas
33 Siti Yulianah P 60 65 Tidak tuntas
34 Raihan Salman Dermawan L 60 60 Tidak tuntas
35 Siti Masrifah P 60 60 Tidak tuntas
JUMLAH NILAI 2325 2485
RATA-RATA 66,43 71

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 66


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

NILAI TERTINGGI 85 85
NILAI TERENDAH 50 60
% ≥ KKM Kelas 22,86% 71,43%
% < KKM Kelas 77,14% 28,57%

Dengan demikian dapat kita lihat sebagai berikut :


peningkatan nilai peserta didik pada grafik
nilai pra siklus dan siklus 1 ,

Grafik Nilai Pra siklus dan siklus 1


77.14%71.43%
0.8
0.6
0.4 22.86% 28.57%
% ≥ KKM Kelas
0.2
% < KKM Kelas
0
1 2 3 4
% ≥ KKM Kelas 22.86% 71.43%
% < KKM Kelas 77.14% 28.57%

Adapun keaktifan peserta didik dapat Dari tabel berikut ini :


dilihat.

DATA HASIL OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA


PADA PRA SIKLUS

Aspek Observasi
N
Nama Siswa Ketelitian/ Tanggung Ket
o Keaktifan
Ketekunan jawab
1 Annisa widiyanti K C C K= KURANG
2 Nurfadilah C B C C=CUKUP
3 Siti Halimah B B C B=BAIK
4 Abd. Azis Fikri K K K
5 Abd.Latif Fauzi C B C

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 67


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

6 Adinda Gustiavani B C C
7 Ardiansyah K C C
8 Arini Apriliani B B B
9 Azmi Nurzakiah B B B
10 Basta Buis Budianur B B B
11 Cantika B B B
12 Fitri Finanda K K C
13 Firlia K K C
14 Patmawati K K C
15 Ita Nurlita B B B
16 M. Matin K B C
17 Haikal K K C
18 M Iksal K C C
19 Rifan Elawan K B C
20 Rizal K K B
21 M. Syakiran C C K
22 Reahan Al Faizi K C B
23 Rifaldi Sergia K B B
24 Siti Nur Maulida C B B
25 Siti Mun Khalisti B B B
26 Tesar K C C
27 Widia Sari C B B
28 Yusuf C B B
29 Nely B B B
30 Rd. Wulan K K K
31 M. Reza C B C
32 Ratu Widiawati B B B
33 Siti Yulianah K C K
34 Raihan Salman C K C
35 Siti Masrifah C K C

Jumlah K: 16 15 4
C: 10 6 19
B: 9 14 12

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 68


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

Siklus 2 namun demikian masih ada peserta didik


yang nilainya masih < 70, hal ini disebabkan
Pada siklus yang ke dua ini
oleh banyak hal yang sangat kompleks.
perubahan yang terjadi dalam proses
Walaupun demikian pendidik akan selalu
kegiatan pembelajaran sangat signifikan,
berusaha agar peserta didik yang nilainya
baik dari pendidik maupun peserta didik
masih dibawah KKM bisa lebih baik lagi.
dalam mengikuti proses kegiatan
pembelajaran, ini terbukti dengan adanya Data mengenai peningkatan nilai
peningkatan nilai rata – rata kelas yang hasil belajar dapat dilihat dari tabel dan
cukup memuaskan. Peserta didik yang grafik di bawah ini.
memperoleh nilai ≥ 70 mencapai 82,86%,

TABEL 3
DAFTAR NILAI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH DASAR 02 CARINGIN KELAS 6
SIKLUS 2

NILAI
NO. NAMA PESERTA L/P SIKLUS KETERANGAN
2
1 Annisa Widiyanti P 70 Tuntas
2 Nurfadilah P 65 Tidak tuntas
3 Siti Halimatu sadiyah P 75 Tuntas
4 Abdul Azis Fiqri L 70 Tuntas
5 Abdul Latif Fauzi L 65 Tidak tuntas
6 Adinda Gustiavani Shamsul P 75 Tuntas
7 Andriansyah L 75 Tuntas
8 Arini Apriliani P 80 Tuntas
9 Azmi Nurzakiah P 85 Tuntas
10 Basta Buis Budianur L 80 Tuntas
11 Cantika Putri P 85 Tuntas
12 Fitri Finanda P 80 Tuntas
13 Firlia Rahmadiani P 70 Tuntas
14 Patmawati P 65 Tidak tuntas
15 Ita Nurlita P 80 Tuntas
16 Muhamad Abdul Mattin L 65 Tidak tuntas
17 Muhamad Nurhaikal L 70 Tuntas
18 M. Iksal Ilham L 70 Tuntas
19 Muhamad Rifan Elawan L 75 Tuntas
20 Muhammad Rizal Saputra L 75 Tuntas

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 69


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

21 Muhamad Sakiran Akbar L 75 Tuntas


22 Rehan Al Faizi L 70 Tuntas
23 Rifaldi Sergia L 70 Tuntas
24 Siti Nur Maulida P 80 Tuntas
25 Siti Mun Khalisti P 85 Tuntas
26 Tesar Rintihan L 70 Tuntas
27 Widia Lestari Saputri P 75 Tuntas
28 Yusuf Nabhani L 70 Tuntas
29 Nely P 85 Tuntas
30 Rd. Wulandari Rahmayani P 75 Tuntas
31 Muhammad Rezha Avriliano L 75 Tuntas
32 Ratu Widiawati P 80 Tuntas
33 Siti Yulianah P 70 Tuntas
34 Raihan Salman Dermawan L 60 Tidak tuntas
35 Siti Masrifah P 60 Tidak tuntas
JUMLAH NILAI 2575
RATA-RATA 74
NILAI TERTINGGI 85
NILAI TERENDAH 60
% ≥ KKM Kelas 82,86%
% < KKM KELAS 17,14%

Grafik nilai siklus 2


1 82.86%
0.8
0.6
0.4 17.14% % ≥ KKM Kelas
0.2
% < KKM Kelas
0
1 2 3
% ≥ KKM Kelas 82.86%
% < KKM Kelas 17.14%

Dari tabel dan grafik di siklus 2 peserta didik yang telah


atas dapat kita lihat bahwa pada memenuhi standar KKM

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 70


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

sebanyak 29 orang dengan Aktifitas peserta didik


prosentase sebesar 82,86 %, dan pada siklus 2 mengalami
yang belum mencapai standar peningkatan pula, hal tersebut
KKM sebanyak 6 orang dengan dapat kita lihat pada lembar
prosentase sebesar 17,14 %. tabel keaktifan peserta didik di
bawah ini :

HASIL DATA OBSERVASI KEAKTIFAN PESERTA DIDIK PADA SIKLUS 2

Aspek Observasi
No Nama Siswa Ket
Ketelitian/ Tanggung
Keaktifan
Ketekunan jawab
1 Annisa widiyanti B B B
2 Nurfadilah K K K
3 Siti Halimah B B B
4 Abd. Azis Fikri B B B
5 Abd.Latif Fauzi K K K
6 Adinda Gustiavani B B B
7 Ardiansyah B B B
8 Arini Apriliani B B B
9 Azmi Nurzakiah B B B
10 Basta Buis Budianur B B B
11 Cantika B B B
12 Fitri Finanda B B B
13 Firlia C C C
14 Patmawati C C C
15 Ita Nurlita B B B
16 M. Matin C C C
17 Haikal B B B
18 M Iksal B B B
19 Rifan Elawan B B B
20 Rizal B B B
21 M. Syakiran B B B
22 Reahan Al Faizi C C B
23 Rifaldi Sergia C C C
24 Siti Nur Maulida B B B
25 Siti Mun Khalisti B B B
26 Tesar K K K
27 Widia Sari B B B
28 Yusuf B B B
29 Nely B B B
30 Rd. Wulan B B B
31 M. Reza B B C

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 71


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

32 Ratu Widiawati B B C
33 Siti Yulianah C C C
34 Raihan Salman K K K
35 Siti Masrifah K K K

Jumlah K: 5 5 5
C: 6 6 6
B: 24 24 24

Di bawah ini penulis tampilkan data sebagai berikut :


nilai dalam bentuk tabel dan grafik dari
kegiatan pra siklus, siklus 1 dan siklus 2.

TABEL 7
DAFTAR NILAI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH DASAR 02 CARINGIN KELAS 6
PRA SIKLUS, SIKLUS 1 dan SIKLUS 2

NILAI
NO. NAMA PESERTA L/P PRA SIKLUS SIKLUS KETERANGAN
SIKLUS 1 2
1 Annisa Widiyanti P 60 65 70 TUNTAS
TIDAK
P 50 60 65
2 Nurfadilah TUNTAS
3 Siti Halimatu sadiyah P 65 75 75 TUNTAS
4 Abdul Azis Fiqri L 65 70 70 TUNTAS
TIDAK
L 60 60 65
5 Abdul Latif Fauzi TUNTAS
6 Adinda Gustiavani Shamsul P 65 70 75 TUNTAS
7 Andriansyah L 60 70 75 TUNTAS
8 Arini Apriliani P 70 75 80 TUNTAS
9 Azmi Nurzakiah P 85 85 85 TUNTAS
10 Basta Buis Budianur L 75 80 80 TUNTAS
11 Cantika Putri P 80 85 85 TUNTAS
12 Fitri Finanda P 65 70 80 TUNTAS
13 Firlia Rahmadiani P 60 65 70 TUNTAS
TIDAK
P 60 60 65
14 Patmawati TUNTAS
15 Ita Nurlita P 80 80 80 TUNTAS
16 Muhamad Abdul Mattin L 60 60 65 TIDAK

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 72


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

TUNTAS
17 Muhamad Nurhaikal L 65 70 70 TUNTAS
18 M. Iksal Ilham L 65 70 70 TUNTAS
19 Muhamad Rifan Elawan L 65 70 75 TUNTAS
20 Muhammad Rizal Saputra L 65 70 75 TUNTAS
21 Muhamad Sakiran Akbar L 65 75 75 TUNTAS
22 Rehan Al Faizi L 65 70 70 TUNTAS
23 Rifaldi Sergia L 65 70 70 TUNTAS
24 Siti Nur Maulida P 65 75 80 TUNTAS
25 Siti Mun Khalisti P 80 85 85 TUNTAS
26 Tesar Rintihan L 60 65 70 TUNTAS
27 Widia Lestari Saputri P 65 70 75 TUNTAS
28 Yusuf Nabhani L 65 70 70 TUNTAS
29 Nely P 85 85 85 TUNTAS
30 Raden Wulandari Rahmayani P 65 70 75 TUNTAS
31 Muhammad Rezha Avriliano L 65 75 75 TUNTAS
32 Ratu Widiawati P 80 80 80 TUNTAS
33 Siti Yulianah P 60 65 70 TUNTAS
TIDAK
L 60 60 60
34 Raihan Salman Dermawan TUNTAS
TIDAK
P 60 60 60
35 Siti Masrifah TUNTAS
JUMLAH NILAI 2325 2485 2575
RATA-RATA 66 71 74
NILAI TERTINGGI 85 85 85
NILAI TERENDAH 50 60 60
% ≥ KKM Kelas 22,86% 71,43% 82,86%
% < KKM Kelas 77,14% 28,57% 17,14%

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 73


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

GRAFIK NILAI PRA SIKLUS, SIKLUS 1,


DAN SIKLUS 2
1 82.86%
77.14%
0.8 71.43%

0.6
0.4 28.57% % ≥ KKM Kelas
22.86%
17.14%
0.2 % < KKM Kelas

0
1 2 3 4 5
% ≥ KKM Kelas 22.86% 71.43% 82.86%
% < KKM Kelas 77.14% 28.57% 17.14%

Dari tabel dan grafik nilai di atas 1. Sebelum digunakannya model


dapat kita lihat bahwa nilai hasil belajar pembelajaran Snowball Throwing,
peserta didik mengalami peningkatan. Pada kemampuan dan keaktifan siswa kurang,
kegiatan pra siklus yang mencapai dan hasil belajar yang diperoleh siswa
ketuntasan hanya 8 orang atau 22,86 %, kurang baik, masih banyak siswa yang
pada siklus 1 ada 25 orang atau 71,43 % dan mendapatkan nilai dibawah KKM. Hal
pada siklus 2 menjadi 29 orang atau 82,86 %. tersebut dikarenakan pendidik tidak tepat
dalam memilih dan menggunakan model
Dengan kenyataan ini penulis
pembelajaran. Dalam hal ini, pendidik
memutuskan melakukan kegiatan perbaikan
menggunakan model artikulasi dan hanya
pembelajaran hanya 2 siklus. Dapat
menggunakan metode ceramah dalam
disimpulkan bahwa kegiatan perbaikan
menerangkan materi kemudian peserta
pembelajaran dengan menggunakan model
didik diperintahkan untuk menulis
snowball throwing cukup efektif dan berhasil
ringkasan cerita, maka hanya sebagian
meningkatkan hasil belajar peserta didik
siswa yang aktif dalam kegiatan
kelas VI SDN 02 Caringin Kecamatan Caringin
pembelajaran.
Kabupaen Bogor .
2. Hasil belajar peserta didik setelah
menggunakan model pembelajaran
KESIMPULAN DAN SARAN Snowball Throwing mengalami kemajuan
dan peningkatan kemampuan cukup baik.
A. KESIMPULAN Khususnya dalam menulis ringkasan
Berdasarkan hasil penelitian yang cerita, peserta didik lebih mampu
dilaksanakan dengan menggunakan 2 siklus, menyusun kalimat ringkasan dengan
dapat di kemukakan beberapa kesimpulan memperhatikan kaidah-kaidah penulisan
antara lain : sesuai aturan EYD, aktif dan termotivasi

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 74


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

untuk belajar lebih baik serta komunikatif, dengan materi yang akan diajarkan agar
baik dengan pendidik maupun dengan peserta didik lebih aktif
teman sendiri. 4. Pendidik/guru hendaknya menggunakan
3. Proses pembelajaran ketika menggunakan metode yang tepat dengan materi
model pembelajaran Snowball Throwing pelajaran
menunjukkan suasana pembelajaran yang 5. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan
kondusif, hal tersebut telihat pada dapat memacu tenaga pendidik/guru
aktivitas atau kegiatan pembelajaran yang untuk lebih kreatif dan inovatif dalam
lebih terfokus pada peserta didik dalam memilih dan menggunakan model
menulis ringkasan cerita, mereka lebih pembelajaran, sehingga kemampuan,
mampu dan aktif serta bersemangat keaktifan, motivasi dan hasil belajar
dalam belajar. Pendidik hanya sebagai peserta didik akan lebih baik.
pembimbing, fasilitator, serta motifator
saja.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, dkk. 2009. Pemantapan
B. SARAN Kemampuan Profesional ( PKP ).
Hasil belajar siswa yang diperoleh Jakarta : Universitas Terbuka.
setelah menggunakan model pembelajaran
Donal, MC. 1998. ( dalam M. Sobry
Snowball Throwing dalam pembelajaran Sutikno.2009 ). Belajar dan
Bahasa Indonesia kelas VI SDN 02 Caringin Pembelajaran.Bandung : Prospect.
pada pokok bahasan menulis ringkasan
cerita cukup baik. Hamalik, Oemar. 1995. ( dalam M. Sobry
Sutikno. 2009 ). Belajar dan
Oleh karena itu, model pembelajaran. Bandung : Prospect.
pembelajaran Snowball Throwing dirasakan
sangat efektif bagi pendidik dalam http :
meningkatkan kemampuan dalam menulis //endonesa.wordpress.com/ajaran-
ringkasan cerita. pembelajaran/pembelajaran/bahas
a indonesia/http :
Saran dari peneliti pada //www.anneahira.com/artikel-
pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ini di Pendidikan/Pengertian.Pendidikan,h
antaranya : tm.
1. Pendidik/guru hendaknya memilih dan
http :
menggunakan model pembelajaran yang //www.slideshare.Net/NA.Suprapto
menarik dalam kegiatan pembelajaran /Metodologi-Pembelajaran-bahasa-
dan dapat mencoba menerapkan model indonesia
snowball throwing.
2. Pendidik/guru hendaknya membuat http ://www.geogle.com/karakteristik-
rencana pembelajaran yang baik dan pembelajaran-bahasa-indonesia
lengkap. http ://www.geoogle.com/artikel-
3. Pendidik/guru hendaknya menggunakan pengertian-menulis/menulis-huruf-
alat peraga yang menarik dan sesuai sambung

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 75


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor
Vol. 2. No. 1 Januari 2013

http ://www.geoogle.com/model- Kemampuan dalam Mewujudkan


pembelajaran/pembelajaran- Pembelajaran yang
bahasa-indonesia Berhasil).Bandung : Prospect.
Kurikulum KTSP 2007. Program Sumina, Pelajaran Bahasa Indonesia, Jakarta
Pembelajaran dan Pengembangan :PT Arya Duta
Silabus Sekolah Dasar. Jakarta : Undang-undang Republik Indonesia No. 20
Depdikbud. Tahun 2003 Tentang Pendidik
Nurcholis, Hanif ; Marfukhi.2006. Saya Profesional.
Senang Berbahasa Indonesia. W, Sri Anitah, dkk. 2008. Strategi
Jakarta : Erlangga Pembelajaran di SD. Jakarta :
Salamun.2002 ( dalam M. Sobry Universitas Terbuka.
Sutikno.2009) Belajar dan Wardani, I.G.A.K; Wihardit, Kuswaya. 2008.
Pembelajaran.Bandung : Prospect. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Santoso, Puji, dkk. 2009 Materi dan Universitas Terbuka.
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Warsidi, Edi ; Farika. 2008. Bahasa Indonesia
Jakarta : Universitas Terbuka. Membuatku Cerdas. Jakarta : Pusat
SobrySutikno, M. 2009. Belajar dan Perbukuan Departemen Pendidikan
Pembelajaran ( Meningkatkan Nasional

Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, 76


Program Pascasarjana, UIKA, Bogor

Anda mungkin juga menyukai