Anda di halaman 1dari 5

Skip to content

 Home
 The WSE Experience
 The WSE Lifestyle
 Corporate Solutions
 Memberships
 About Us
 Member







Analytical Exposition – Definisi, Struktur,


Rumus, dan Contohnya
Wall Street English > English Tips > Analytical Exposition – Definisi, Struktur,
Rumus, dan Contohnya
English Tips
Sep 17, 2020
 

Search
Search

Blog merupakan salah satu media yang digunakan oleh orang lain untuk
mengutarakan karya tulisan mereka yang bersifat fiksi maupun non-fiksi.

Bahkan banyak tulisan yang berusaha untuk mempengaruhi pembacanya dengan


berbagai sudut pandang dan berbagai macam alasan menarik lainnya.

Nah, dalam Bahasa Inggris tulisan jenis ini disebut sebagai analytical exposition.

Analytical exposition termasuk dalam argumentative text yang berarti tulisan akan


bersifat subjektif dan bisa juga dikritik oleh orang lain.

Nah, sebenarnya, apa definisi yang lebih lengkap mengenai analytical exposition?


Bagaimana struktur dan rumusnya? Yuk, baca lebih lanjut!

Definisi Analytical Exposition
Dalam definisi Bahasa Inggris, analytical exposition adalah “a text that elaborates
the writer‘s idea about the phenomenon surrounding.

Its social function is to persuade the reader that the idea is an important matter.”

Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia, teks ini merupakan sebuah tulisan yang
menunjukkan opini penulis mengenai hal-hal yang mereka pedulikan atau yang
sedang terjadi di sekitarnya, misalnya seperti kejadian, benda, ataupun tempat.

Fungsi dari tulisan ini adalah meyakinkan para pembaca bahwa topik yang
diutarakan merupakan hal penting yang dapat diperdebatkan atau dibahas
bersama-sama.
Tak heran jika dalam sebuah tulisan banyak pertanyaan seperti “do you agree with
this?” atau “what do you think?” yang bertujuan untuk membangun reaksi para
pembaca.

Namun, perlu diingat bahwa teks tidak berusaha untuk mengubah sudut pandang
para pembaca karena narasi murni berisi opini dari penulisnya saja.

Baca juga: Finite Verb: Definisi, Rumus dan Cara Penggunaan

Struktur Analytical Exposition
Apakah kamu mulai tertarik untuk mencoba membuat analytical exposition-mu
sendiri?

Nah, kamu harus perhatikan terlebih dahulu struktur dalam penulisannya. Apa saja
itu?

Thesis

Awal mula untuk menulis analytical exposition adalah dengan bagian thesis.


Bagian ini merupakan topik utama yang ingin kamu utarakan.

Kamu juga bisa menulis berbagai alasan yang melatar belakangi


permasalahan. Thesis selalu mulai di paragraf pertama dan tanpa thesis yang
jelas, sebuah opini akan terbaca kurang kuat.

Kamu tidak bisa mengubah atau melewati bagian ini.

Arguments

Bagian arguments adalah bagian di mana seorang penulis akan bebas


mengekspresikan pendapat mengenai topik yang dibahas.

Biasanya, sebuah analytical exposition memiliki lebih dari satu argumen atau


pendapat.

Hal ini bertujuan agar lebih meyakinkan pembaca bahwa topik yang dibicarakan
amatlah penting dan perlu ditilik lebih lanjut.

Pastikan agar argumenmu juga nyambung dengan paragraf-paragraf sebelumnya


atau bagian thesis.
Hindari untuk menulis opini yang terlalu luas dan akan membuat argumen
melenceng dari topik yang dibahas.

Reiteration/Conclusion

Penutup analytical exposition merupakan conclusion atau reiteration.

Paragraf ini berisi mengenai penegasan kembali posisi dan pendapat penulis
terhadap topik utama.

Selain itu, paragraf terakhir ini juga bisa berisi kesimpulan dari argumen yang
kamu tulis di atas.

Hal ini juga bisa bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi dari
opini yang sudah kamu tulis.

Baca juga: Narrative Text dalam Bahasa Inggris: Pengertian, Struktur dan


Contohnya

Rumus Analytical Exposition
Ada beberapa ciri-ciri atau rumusan saat kamu ingin menulis opini:

 Grammar yang digunakan dalam analytical


exposition adalah simple present tense sehingga kamu harus
menulis opini dengan kata kerja verb 1.
 Dalam menuliskan opini, kamu perlu menggunakan kata-kata
yang mengekspresikan pikiran atau perasaan,
misalnya experience, feel, know, realize, sense, think, dan
lainnya. Hal ini bertujuan agar tulisanmu menjadi lebih
personal dan pembaca akan merasakan tulisan yang lebih
emosional karena kedekatan penulis dengan topik yang
ditulis.mo
 Menggunakan internal conjunction yang menghubungkan
argumen di antara dua klausula. Internal conjunctions dapat
dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
o Addition (penambahan). Contoh: besides, in addition,
furthermore.
o Comparisons (perbandingan). Contoh: but, vice versa,
meanwhile, on the other hand.
o Time (waktu). Contoh: second, then, next
o Cause-effect (akibat). Contoh: consequence, as a result,
and so.
 Terakhir, kamu bisa menulis analytical
exposition dengan causal conjunctions (reason–why) atau
sebab-akibat. Misalnya seperti menggunakan kata: as a result,
because, by, consequently, despite, due to, for that reason,
dan lainnya. Hal ini berfungsi untuk memperkuat argumen
kamu yang akan dipahami oleh pembaca. Tanpa menuliskan
sebab dan akibat, kemungkinan besar opini bisa bersifat bias
atau blunder.

Contoh Analytical Exposition
Masih bingung bagaimana menulis analytical exposition text? Cek contohnya di
bawah ini:

How do you study when the test is coming? Do you start preparing for the test
weeks or months before the test or leave things to the last hour? If you start
studying weeks or months before the test, it is great. However, if you study all the
material in the last hour or minute, it is not good for you. This is called cramming.

Cramming is when students stay up all night until morning to study before a test or
finish an assignment. This habit can lead to negative impacts, the first being that
disruptions in the regular sleep cycle can cause temporary intellectual lapses. For
most students, less sleep can make them could not focus on the class.
Additionally, cramming can leave us with memory lapses as well.

Each person has a different sleeping schedule, so some of them often use a
stimulant for cramming. An example stimulant, and the most common, is coffee.
While delicious and beneficial, it causes many problems in the long-term such as
Caffeine Intoxication Syndrome, anxiety, panic, and headaches.

To sum up, cramming is not recommended because it disturbs a person’s sleep


cycle which causes temporary intellectual lapses, and using stimulants for
cramming gives them a bad effect on their health.

Anda mungkin juga menyukai