Hidup
Posted on 16 June, 2011 by esetiawan
Peralatan elektronik tidak dirancang untuk hidup
selamanya.
Itulah pakem para produsen elektronik. Hal paling maksimal yang bisa mereka
lakukan hanyalah memperpanjang usia pakai barang-barang produksinya.
Hal ini tentunya tidak lepas dari strategi penjualan, siklus usia penggunaan
produk-produk yang telah beredar di pasaran, dan juga terbatasnya usia pakai
komponen-komponen elektronik.
Perilaku yang sama terjadi juga dengan motherboard. Walaupun motherboard
moderen telah dirancang sedemikian rupa agar bisa bertahan hidup lebih lama,
namun pasti pada periode waktu tertentu, motherboard tersebut akan rusak juga.
Bagaimana dengan anda, dan juga saya yang masih mempunyai motherboard
generasi lama yang masih laik jalan hingga sekarang?
Saya masih mempunyai beberapa komputer Pentium 4 lama dibawah 2.4 GHz
dengan soket 478. Dan biasanya pada batas usianya, motherboard akan
mengalami beberapa gejala kerusakan. Yang paling umum adalah gejala
komputer sulit dihidupkan, atau mati tiba-tiba.
–
Peringatan:
Artikel ini hanyalah bersifat sebagai panduan umum. Langkah-langkah pada
artikel ini terutama ditujukan bagi anda yang mempunyai kemampuan dasar
elektronika. Penulis tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi akibat
artikel ini
–
Bagaimana memperbaiki motherboard yang mengalami gejala susah hidup-
dan tiba-tiba mati tersebut?
Pada umumnya, komponen pada motherboard yang berpotensi rusak terlebih
dahulu adalah komponen-komponen dasar, seperti Resistor, Kapasitor,
Transistor, dan Induktor. Adapun komponen terintegrasi macam chipset,
prosesor atau IC (Integrated Circuit), sangat jarang mengalami kerusakan dini,
kecuali bila ada gangguan dari luar seperti kena petir, atau lonjakan tegangan.
Untuk kasus motherboard susah hidup-dan tiba-tiba mati, komponen yang paling
umum menjadi biang keladi kerusakan adalah Kapasitor:
Contoh Kapasitor. Sumber: Wikipedia
Kapasitor pada motherboard yang mengalami kerusakan paling dini adalah dari
jenis kapasitor bipolar. Lebih spesifik lagi adalah kapasitor elektrolit, seperti yang
ditunjukan pada gambar dibawah:
Close Up Capacitor
Saya asumsikan para pembaca sudah mengetahui kondisi visual kapasitor yang
bermasalah (menggelembung pada tutup atas kapasitor) dan kapasitor yang
masih baik, sesuai dengan contoh gambar pada awal artikel ini.
3. Siapkan kapasitor pengganti
Setelah kapasitor bocor yang menggelembung sudah dipastikan, periksa nilai
kapasitansinya. Nilai kapasitansi kapasitor tertulis pada badan kapasitor:
Pada contoh gambar diatas, merek kapasitor adalah RUBYCON, kapasitansi 150
uF (150 mikro Farad), dan tegangan maksimum 400 V. Cari pengganti kapasitor
yang rusak di toko-toko elektronik dengan nilai kapasitor TEPAT DENGAN
KAPASITOR YANG AKAN DIGANTI. Carilah kapasitor dengan kualitas yang
terbaik yang bisa anda dapatkan. Tanyakan pada penjualnya. Biasanya
kapasitor-kapasitor made in Jepang mempunyai kualitas yang terbaik.
Apabila nilai kapasitor yang dikehendaki tidak tersedia, carilah yang paling
mendekati, misalnya, kapasitor 150 uF/400 V bisa diganti dengan 220 uF/400 V.
Yang terpenting kapasitor pengganti nilainya TIDAK DIBAWAH KAPASITOR
YANG AKAN DIGANTI.
–
Selain itu, PERHATIKAN POLARITAS KAPASITOR!
Kapasitor elektrolit mempunyai polaritas yang ditandai dengan (-) dan (+), mirip
dengan batere. Kapasitor elektrolit mempunyai dua kaki, masing-masing untuk
polaritas (-) dan (+). Seperti contoh gambar diatas, polaritas (-) ditandai dengan
strip putih pada badan kapasitor.
Awas:
Perhatikan polaritas pemasangan kapasitor pengganti dengan benar. Posisi (-)
kapasitor ke lubang (-) di motherboard, atau setidaknya samakan posisi awal
kapasitor yang akan diganti.
Kesalahan pemasangan posisi kapasitor akan berakibat fatal. Minimal
kapasitor akan bocor, atau meledak, dan akan merusak motherboard anda!
–
4. Lepaskan Kapasitor yang rusak.
Panaskan lapisan timah yang menempelkan kapasitor pada motherboard.
Pastikan titik pemanasan solder tepat dengan kaki kapasitor yang akan
dilepaskan.