Anda di halaman 1dari 33

IMPLEMENTASI PENEGAKKAN DISIPLIN PNS BERDASARKAN PP

NO.94 TAHUN 2021 DAN PERATURAN KA. BKN NO 6 TAHUN 2022

DISUSUN OLEH:

JACKSON RICARD JUMAME

GUNA MEMENUHI SYARAT UPKP S1

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan pertolongan-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini . makalah ini berjudul tentang
IMPLEMENTASI PENEGAKKAN DISIPLIN PNS BERDASARKAN PP NO.94 TAHUN
2021 DAN PERATURAN KA. BKN NO 6 TAHUN 2022.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca . Namun,
penulis menyadar makalah ini tak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan permohonan maaf serta terbuka untuk kritik dan saran demi perbaikan
di masa mendatang.

Sorong, 30 Mei 2023

Hormat Saya,

JACKSON RICARD JUMAME

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

Kata Pengantar.........................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.........................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................2

C. Tujuan Penelitian....................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pegawai Negeri Sipil...........................................3


B. Implementasi PP No 21 Tahun 2021 Melalui PerkaBKN
No.06 Tahun 2022..................................................................12

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN..........................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Permasalahan mengenai
Disiplin Pegawai Negeri
Sipil ini sudah sangat
sering
diperbincangkan baik itu oleh
media massa maupun oleh para
aktivis. Hal ini karena Pegawai
Negeri Sipil memang
seorang abdi Negara yang
harus memberikan pelayanan
dengan baik

1
kepada masyarakat. Seringkali
media massa mempertontonkan
ulah para Pegawai Negeri Sipil
yang melakukan pelanggaran
seperti berada diluar kantor
pada saat jam kerja, kualitas
pelayanan
yang kurang memuaskan dan
banyak lagi.
 Permasalahan lain
terkait Pegawai Negeri Sipil
diantaranya adalah besarnya
jumlah PNS dan
tingkat pertumbuhan yang
tinggi dari tahun ke tahun,
2
rendahnya kualitas dan
ketidaksesuaian
kompetensi yang dimiliki,
kesalahan penempatan dan
ketidakjelasan jalur karier
yang dapat
ditempuh.[1]
 Sebuah ilustrasi
tentang birokrasi menyatakan
bahwa mereka Pegawai Negeri
Sipil kerja
santai, pulang cepat dan
mempersulit urusan serta
identik dengan sebuah adagium
“mengapa
3
harus dipermudah apabila
dapat dipersulit.” Gambaran
umum tersebut sudah
sedemikian
melekatnya dalam benak publik
di Indonesia sehingga banyak
kalangan yang berasumsi bahwa
perbedaan antara dunia
preman dengan birokrasi
hanya terletak pada pakaian
dinas saja.[2]
Begitu parahkah pandangan
masyarakat mengenai Pegawai
Negeri Sipil?

4
 Salah satu indikasi
rendahnya kualitas PNS adalah
adanya pelanggaran disiplin
yang banyak
dilakukan oleh PNS. Dalam
upaya meningkatkan
kedisiplinan Pegawai Negeri
Sipil tersebut,
sebenarnya Pemerintah
Indonesia telah memberikan
suatu regulasi dengan di
keluarkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 Tentang Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
5
Permasalahan mengenai
Disiplin Pegawai Negeri
Sipil ini sudah sangat
sering
diperbincangkan baik itu oleh
media massa maupun oleh para
aktivis. Hal ini karena Pegawai
Negeri Sipil memang
seorang abdi Negara yang
harus memberikan pelayanan
dengan baik
kepada masyarakat. Seringkali
media massa mempertontonkan
ulah para Pegawai Negeri Sipil

6
yang melakukan pelanggaran
seperti berada diluar kantor
pada saat jam kerja, kualitas
pelayanan
yang kurang memuaskan dan
banyak lagi.
 Permasalahan lain
terkait Pegawai Negeri Sipil
diantaranya adalah besarnya
jumlah PNS dan
tingkat pertumbuhan yang
tinggi dari tahun ke tahun,
rendahnya kualitas dan
ketidaksesuaian

7
kompetensi yang dimiliki,
kesalahan penempatan dan
ketidakjelasan jalur karier
yang dapat
ditempuh.[1]
 Sebuah ilustrasi
tentang birokrasi menyatakan
bahwa mereka Pegawai Negeri
Sipil kerja
santai, pulang cepat dan
mempersulit urusan serta
identik dengan sebuah adagium
“mengapa
harus dipermudah apabila
dapat dipersulit.” Gambaran
8
umum tersebut sudah
sedemikian
melekatnya dalam benak publik
di Indonesia sehingga banyak
kalangan yang berasumsi bahwa
perbedaan antara dunia
preman dengan birokrasi
hanya terletak pada pakaian
dinas saja.[2]
Begitu parahkah pandangan
masyarakat mengenai Pegawai
Negeri Sipil?
 Salah satu indikasi
rendahnya kualitas PNS adalah

9
adanya pelanggaran disiplin
yang banyak
dilakukan oleh PNS. Dalam
upaya meningkatkan
kedisiplinan Pegawai Negeri
Sipil tersebut,
sebenarnya Pemerintah
Indonesia telah memberikan
suatu regulasi dengan di
keluarkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 Tentang Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Pegawai negeri sipil dipecayakan oleh negara untuk membawa bangsa ini
menuju keberhasilan dan mencapai tujuan pembangunan nasional. Pegawai negeri sipil
dituntut melaksanakan tugasnya untuk melayani rakyat dan menjalankan pemerintahan.
Pegawai negeri sipil harus menjaga citra dan mengutamakan kepentingan masyarakat.
Tujuan ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tersebut agar

10
menimbulkan pola pikir pegawai negeri sipil yang sadar peraturan, ketentuan, dan
disiplin pegawai negeri sipil, serta yang utama untuk membuat pegawai negeri sipil
semakin taat sehingga terciptanya aparatur sipil negara sebagai abdi masyarakat yang
sesuai dengan prinsip pemerintahan yang baik.

Dalam melaksanakan tugas pemerintahan sehari-hari pegawai negeri sipil


diharapkan memiliki kedisiplinan tinggi serta bertanggung jawab kepada diri sendiri dan
pekerjaannya. Peraturan Pemerintah Nomor 94 tahun 2021 tentang disiplin pegawai
negeri sipil dimaksudkan untuk menetapkan tanggung jawab pegawai negeri sipil, serta
aturan yang seharusnya ditaati oleh pegawai negeri sipil karena terdapat sanksi untuk
mereka yang melakukan pelanggaran berupa hukuman disiplin.

Pada Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai


Negeri Sipil menjelaskan jenis sanksi disiplin terhadap suatu pelanggaran disiplin.
Selain menjelaskan hukuman disiplin, Peraturan Pemerintah nomor 94 tahun 2021 juga
menjelaskan batas kewenangan terhadap pejabat yang memiliki wewenang untuk
menghukum. Pelanggaran dijelaskan terbagi menjadi beberapa jenis yaitu mulai dari
hukuman ringan, kemudian hukuman sedang, setelah itu hukuman berat. Penentuan
ringan beratnya pelanggaran yang dilaksanakan oknum tersebut dilakukan dengan cara
meneliti latar belakang dan dampak yang yang terjadi.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil?


2. Bagaimana Implementasi PP No.21 Tahun 2021 Melalui Perka BKN No. 06 Tahun 2022?

C. Tujuan Penelitian

1. Memahami Pengertian pegawai Negeri Sipil.

11
2. Menganalisis Implementasi PP No.21 Tahun 2021 Melalui Perka BKN No.06 Tahun 2022

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Merujuk pada sejarah orde baru berbagai permasalahan pemerintahan banyak


bermunculan, dimana kekuasaan tertinggi tidak berada pada tangan rakyat melainkan
berada pada penguasa birokrasi yang mengakibatkan rakyat tidak dilibatkan dalam
mengawasi jalannya birokrasi pemerintahan. Penguasa orde baru juga

12
menyalahgunakan kekuasaanya untuk mengatur dan menguasai birokrasi
pemerintahan yang berkewajiban memihak pada penguasa. Birokrasi pemerintahan
seharusnya memiliki unsur ideal sesuai yang dikemukakan oleh Aristoteles, suatu
negara yang baik adalah negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan
hukum.

Ada 3 (tiga) unsur dari pemerintahan yang berkonstitusi, yaitu sebagai berikut :

1. Pemerintahan dilaksanakan untuk kepentingan umum.

2. Pemerintahan dilaksanakan, bukan hukum yang dibuat secara sewenangwenang


yang menyampingkan konvensi dan konstitusi.

3. Pemerintahan berkonstitusi berarti pemerintahan yang dilaksanakan atas kehendak


rakyat, bukan paksaan-paksaan tekanan yang dilaksanakan pemerintahan despotic

Birokrasi pemerintahan sendiri bertumpu pada aparatur-aparatur sipil negara


yang memiliki peran penting dalam menjalankan pemerintahan dan memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Konsep aparatur sipil negara tercantum pada Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara pasal 1 ayat 1, Aparatur
Sipil Negara adalah profesi bagi Pegawai negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Pengertian tersebut dapat
disederhanakan dengan menggolongkan kategori pegawai yang termasuk dalam
Aparatur Sipil Negara, yakni :

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS)

2. Pegawai Pemerintah dangan Perjanjian Kerja (PPPK)

Mencermatika hal tersebut perlu dibedakan Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja, walaupun keduanya samasama termasuk pada
Aparatur Sipil Negara namun ada beberapa hal yang membedakan keduanya. Hak
pegawai negeri sipil berbeda dengan hak Pegawai Pemerintahan dengan Perjanjian
Kerja karena status kepegawaian yang berbeda pula. Pegawai negeri sipil berhak atas:

a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas

13
b. Cuti,

c. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua

d. Perlindungan, dan

e. Pengembangan kompetensi

Berbeda dengan pegawai negeri sipil, Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian


Kerja memiliki semua hak yang juga dimiliki oleh pegawai negeri sipil kecuali hak
mendapatkan jaminan pesiun dan jaminan hari tua, dikarenakan Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja merupakan Aparatur Sipil Negara yang sifatnya bukan pegawai
tetap pemerintah.

Pegawai Negeri Sipil menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, “Pegawai”


berarti orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan dan sebagainya), “Negeri”
berarti negara atau pemerintah, jadi pegawai negeri sipil adalah orang yang bekerja
pada pemerintah atau negara.

Selain itu Pegawai Negeri Sipil memiliki pengertian Stipulatif dan Ekstensif.

1. Pengertian Stipulatif

Pengertian Stipulatif Pegawai Negeri Sipil terdapat pada pasal 1 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Kepegawaian disebutkan Pegawai Negeri Sipil
adalah setiap Warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Terdapat pula pengertian Pegawai Negeri Sipil
pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara disebutkan Pegawai Negeri Sipil yaitu warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

2. Pengertian Ekstensif

14
Pengertian ektensif Pegawai Negeri Sipil dimana dalam hal-hal tertentu diberlakukan
sama atau dianggap sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pengertian tersebut antara lain
terdapat pada :

a. Ketentuan yang terdapat pada pasal 415-437 KUHP mengenai kejahatan jabatan.
Menurut pasal-pasal tersebut orang yang melakukan kejahatan jabatan adalah yang
melakukan kejahatan yang berkenaan dengan tugasnya sebagau orang yang diserahi
suatu jabatan publik, baik tetap maupun sementara. Jadi, orang yang diserahi suatu
jabatan publik itu belum tentu Pegawai Negeri Sipil secara stipulatif apabila melakukan
kejahatan dalam kualitasnya sebagai pemegang jabatan publik, ia menganggap
diperlakukan sama dengan Pegawai Negeri, khusus untuk kejahatan yang
dilakukannya.

b. Ketentuan pasal 92 KUHP yang berkaitan dengan status anggota dewan rakyat,
anggota dewan daerah, dan kepala desa. Menurut Pasal 92 KUHP, dimana diterangkan
bahwa yang termasuk dalam arti Pegawai Negeri Sipil adalah orang-orang yang dipilih
dalam pemilihan berdasarkan peraturan-peraturan umum dan juga mereka yang bukan
dipilih tetapi diangkat menjadi anggota dewan rakyat dan dewan daerah serta kepala
desa dan sebagainya.

c. Ketentuan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah


dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi memperluas pengertian dari Pegawai Negeri.

d. Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1974 tentang Pembatasan


Pegawai Negeri dalam usaha swasta

Pada pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 disebutkan bahwa


Pegawai Negeri Sipil berkedudukan sebagai aparatur negara yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil dan merata
dalam penyelenggaraan tugas negara dan pembangunan, dan kemudian dapat
disimpulkan bahwa :

15
1. Pegawai Negeri baik rendah maupun yang berpangkat tinggi adalah unsur apatur
negara

2. Sebagai unsur aparatur negara, Pegawai Negeri bertugas memberikan pelayanan


kepada masyarakat dengan ketentuan harus bertindak :

a. Jujur dalam menjalankan tugasnya tidak melakukan perbuatan yang bersifat


Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sebagai mana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih.

b. Adil dalam melaksanakan tugasnya harus bertindak adil, tidak memihak kepada
siapapun c. Merata, bahwa kepentingan-kepentingan yang dilayani mempunyai hak
sama dengan lainnya.

3. Sebagai unsur aparatur negara, Pegawai Negeri Sipil tidak hanya menjalankan
fungsi umum pemerintahan, tetapi juga harus mampu melaksanakan, menggerakan
serta memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat

Tugas dan fungsi Pegawai Aparatur Sipil Negara diarahkan untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil dan merata dalam
penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Rumusan
kedudukan Pegawai Aparatur Sipil Negara didsarakan pada pokok-pokok pikiran bahwa
pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi umum pemerintahan tetapi juga harus
mampu melaksanakan fungsi pembangunan atau dengan kata lain pemerintah bukan
hanya menyelenggarakan tertib pemerintahan tetapi juga harus mampu menggerakkan
dan memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat banyak

Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan fungsinya mempunyai kewajiban
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, dan larangan serta sanksi
administrative yang juga diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014, kewajiban Pegawai Aparatur Sipil Negara adalah sebagai berikut :

1. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah

16
2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa

3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang

4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan

5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran,


dan tanggung jawab 6. Menunjukkkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik dalam maupun diluar kedinasan

7. Menyimpan rahasia jabatan serta hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan


sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

8. Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil juga diatur tentang kewajiban, larangan dan sanksi. Pada Bab II Pasal 3 terdapat
kewajiban dan larangan bagi Pegawai Negeri Sipil, yaitu

a. Setiap PNS Wajib :

1. Mengucapkan sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil

2. Mengucap Sumpah/Janji Jabatan

3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik


Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Indonesia dan Pemerintah

4. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan

5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada Pegawai Negeri Sipil


dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab

6. Menjunjung tinggi kehormatan Negara, Pemerintah, dan martabat Pegawai Negeri


Sipil

7. Mengutamakan kepentingan Negara dari pada kepentingan sendiri, seseorang


dan/atau golongan

17
8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus
dirahasiakan

9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan Negara

10. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang
dapat membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah terutama dibidang
keamanan, keuangan dan materiil

11. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja

12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan

13. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya

14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat

15. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas

16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier, dan

17. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

b. Setiap Pegawai Negeri Sipil dilarang :

1. Menyalahgunakan wewenang

2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain


dengan menggunakan kewenangan orang lain

3. Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau
lembaga atau organisasi internasional

4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya


masyarakat asing

5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan dan meminjamkan barang-


barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara
secara tidak sah.

18
6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan atau orang
lain didalam maupun diluar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan
pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
negara

7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara
langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan

8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun yang berhubungan
dengan jabatan dan/atau pekerjaannya

9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya

10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat
menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan
kerugian bagi yang dilayani

11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan

12. Memberikan dukungan kepada Calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan


Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan
cara :

a) Ikut serta sebagai pelaksana kampanye

b) Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut Pegawai
Negeri Sipil

c) Sebagai peserta kampanye dengan Pegawai Negeri Sipil lain, dan/atau

d) Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara

13. Memberikan dukungan kepada Calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara :

a) Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah


satu pasangan calon selama kampanye, dan/atau

19
b) Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan
calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama dan sesudah kampanye meliputi
pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada Pegawai Negeri
Sipil dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

14. Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai
fotocopy Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai
peraturan perundangundangan

15. Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan
cara :

a) Terlibat dalam kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala


Daerah

b) Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye

c) Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah


satu pasangan calon selama kampanye, dan/atau

d) Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan


calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama dan sesudah kampanye meliputi
pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada Pegawai Negeri
Sipil dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

Peraturan pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 juga mengatur tentang Hukuman/Sanksi


kepada Pegawai Negeri Sipil yang melanggar larangan-larangan yang telah diatur pada
Peraturan Pemerintah yang sama. Hukuman/Sanksi disiplin Pegawai Negeri Sipil dibagi
menjadi 3 (tiga) tingkatan, yaitu :

1. Hukuman Disiplin Ringan, terdiri dari beberapa jenis:

a. Teguran lisan

b. Teguran tertulis

20
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis

2. Hukuman Disiplin Sedang, terdiri dari beberapa jenis:

a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun

b. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun, dan

c. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun 3. Hukuman Disiplin
Berat, terdiri dari beberapa jenis:

a. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun

b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah

c. Pembebasan dari jabatan

d. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri Pegawai Negeri Sipil,
dan

e. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai negeri Sipil.

B. Implementasi PP No.21 Tahun 2021 Melalui Perka BKN No.06 Tahun 2022

Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin


Pegawai Negeri Sipil dinyatakan bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal
86 ayat (4) UndangUndang Nomor 5 Tahun 2Ol4 tentang Aparatur Sipil Negara, untuk
menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas, PNS wajib
mematuhi ketentuan mengenai Disiplin PNS. Selama ini ketentuan mengenai Disiplin
PNS telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2OlO tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2OI4
tentang Aparatur Sipil Negara, ketentuan mengenai Disiplin PNS tersebut perlu
disesuaikan. Untuk mewujudkan PNS yang berintegritas moral, profesional, dan
akuntabel, diperlukan peraturan Disiplin PNS yang dapat dijadikan pedoman dalam
menegakkan disiplin. Penegakan disiplin dapat mendorong PNS untuk lebih produktif
berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja serta berintegritas moral menjadi
pertimbangan dalam pengembangan karier. PNS yang diangkat sebagai penjabat

21
Kepala Desa juga wajib menaati ketentuan peraturan Disiplin PNS antara lain setia
kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah. Dalam melaksanakan tugasnya
sebagai penyelenggara pemerintahan wajib menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan
yang baik (good gouernance) serta bersikap disiplin, jujur, adil, transparan, dan
akuntabel.

Peraturan Pemerintah tentang Disiplin PNS ini antara lain memuat kewajiban,
larangan, dan hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan kepada PNS yang telah terbukti
melakukan pelanggaran. Penjatuhan Hukuman Disiplin dimaksudkan untuk membina
PNS yang telah melakukan pelanggaran, agar yang bersangkutan mempunyai sikap
menyesal dan berusaha tidak mengulangi serta memperbaiki diri pada masa yang akan
datang. Dalam Peraturan Pemerintah ini secara tegas disebutkan jenis Hukuman
Disiplin yang dapat dijatuhkan terhadap suatu Pelanggaran Disiplin. Hal ini
dimaksudkan sebagai pedoman bagi Pejabat yang Berwenang Menghukum serta
memberikan kepastian dalam menjatuhkan Hukuman Disiplin. Demikian juga dengan
batasan kewenangan bagi Pejabat yang Berwenang Menghukum telah ditentukan
dalam Peraturan Pemerintah ini. Penjatuhan hukuman berupa jenis Hukuman Disiplin
ringan, sedang, atau berat sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang dilakukan
oleh PNS yang bersangkutan, dengan mempertimbangkan latar belakang dan dampak
dari pelanggaran yang dilakukan. Kewenangan untuk menetapkan keputusan
pemberhentian bagi PNS yang melakukan Pelanggaran Disiplin dilakukan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain hal tersebut di atas, bagi PNS yang
dijatuhi Hukuman Disiplin diberikan hak untuk membela diri melalui Upaya Administratif,
sehingga dapat dihindari terjadinya kesewenang-wenangan dalam penjatuhan
Hukuman Disiplin.

Lebih lanjut terkait dengan disiplin PNS secara umum dalam Pasal 4 PP 94
Tahun 2021 dinyatakan bahwa PNS berkewajiban :

 Menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji PNS;


 Menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji jabatan;

22
 Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, danf
atau golongan;
 Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan keamanan negara atau merugikan keuangan negara;
 Melaporkan harta kekayaan kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
 Masuk Kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
 Menggunakan dan memelihara barang milik negara dengan sebaik-baiknya;
 Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan kompetensi; dan
 Menolak segala bentuk pemberian yang berkaitan dengan tugas dan fungsi kecuali
penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perLlndang-undangan.
Dalam Pasal 44 PP 94 Tahun 2021 diterangkan bahwa Ketentuan pelaksanaan
Peraturan Pemerintah tersebut diatur lebih lanjut dengan Peraturan Badan
Kepegawaian Negara. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 44 PP Nomor 94/2021
tentang Disiplin PNS, BKN telah menetapkan Peraturan BKN Nomor 6 Tahun 2022
tentang Peraturan Pelaksanaan PP 94/2021 tentang Disiplin PNS. Peraturan BKN
ini bertujuan untuk memberikan pedoman bagi Instansi Pemerintah, pejabat, dan PNS
yang berkepentingan dalam melaksanakan ketentuan PP 94/2021 tentang Disiplin PNS.
Dalam Pasal 2 Peraturan BKN Nomor 6 Tahun 2022 dijelaskan bahwa Peraturan
Badan ini bertujuan untuk memberikan pedoman bagi Instansi Pemerintah, pejabat, dan
PNS yang berkepentingan dalam melaksanakan Disiplin PNS. Adapun ruang lingkup
dari Perka tersebut dijabarkan dalam Pasal 3 yaitu meliputi :
 kewajiban dan larangan;
 Hukuman Disiplin;
 Pejabat yang Berwenang Menghukum;
 Tata cara pemanggilan, pemeriksaan, penjatuhan, dan penyampaian keputusan
Hukuman Disiplin;
 Berlakunya keputusan Hukuman Disiplin, hapusnya kewajiban menjalani Hukuman
Disiplin, dan hak-hak kepegawaian; dan
 Pendokumentasian Hukuman Disiplin.

23
Salah satu urgensi dalam Peraturan BKN Nomor 6 Tahun 2022 yaitu menjelaskan
larangan bagi PNS dalam perilaku maupun saat menjalankan tugas dan
tanggungjawabnya yaitu :
 Menyalahgunakan wewenang;
 Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan
menggunakan kewenangan orang lain yang diduga terjadi konflik kepentingan dengan
jabatan;
 Menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain;
 Bekerja pada lembaga atau organisasi internasional tanpa izin atau tanpa ditugaskan
oleh PPK;
 Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat
asing kecuali ditugaskan oleh PPK;
 Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang
baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen, atau surat berharga milik negara secara
tidak sah;
 Melakukan pungutan di luar ketentuan;
 Melakukan kegiatan yang merugikan negara;
 Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan;
 Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
 Menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaan;
 Meminta sesuatu yang berhubungan dengan jabatan;
 Melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan
kerugian bagi yang dilayani; dan
 Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, calon kepala
daerah/wakil kepala daerah, calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat, calon anggota
Dewan Perwakilan Daerah, atau calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dengan cara:
1. ikut kampanye;

2. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS;

3. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain;

24
4. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;

5. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah


satu pasangan calon sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye;

6.  mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan


calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye
meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS
dalam lingkungan Unit Kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat; dan/atau

7. memberikan surat dukungan disertai fotokopi kartu tanda penduduk atau surat
keterangan tanda penduduk.

Badan Kepegawaian Negara dalam website resminya (bkn.go.id) menjelaskan panjang


lerbar muatan hukuman disiplin yang termuat dalam Peraturan BKN Nomor 6 Tahun
2022 yaitu bahwa Bagi PNS yang menduduki Jabatan Fungsional yang melakukan
pelanggaran disiplin berat dan dijatuhi hukuman disiplin berupa penurunan jabatan
setingkat lebih rendah selama 12 (dua belas) bulan, berlaku ketentuan sebagai berikut :
1. Penurunan jabatan setingkat lebih rendah dimaknai sebagai penurunan jenjang jabatan
setingkat lebih rendah;
2. Dalam hal Jabatan Fungsional memiliki jenjang keahlian dan keterampilan, maka
penurunan jabatan setingkat lebih rendah bagi PNS yang menduduki Jabatan
Fungsional Ahli Pertama dimaknai sebagai penurunan jabatan menjadi Jabatan
Fungsional Keterampilan Penyelia.
3. Dalam hal suatu Jabatan Fungsional hanya memiliki Kategori Keahlian, maka PNS
yang menduduki Jabatan Fungsional Ahli Pertama yang dijatuhi hukuman disiplin berat
berupa penurunan jabatan setingkat lebih rendah selama 12 (dua belas) bulan dimaknai
sebagai penurunan ke dalam Jabatan Pelaksana dengan kelas jabatan setingkat lebih
rendah dari jabatan semula.
4. PNS yang menduduki Jabatan Fungsional Kategori Keterampilan dengan jenjang
terendah yang dijatuhi hukuman disiplin berat berupa penurunan jabatan setingkat lebih
rendah selama 12 (dua belas) bulan dimaknai sebagai penurunan ke dalam Jabatan
Pelaksana dengan kelas jabatan setingkat lebih rendah dari jabatan semula.

25
5. PNS yang menduduki jabatan Fungsional Ahli Utama dan Jabatan Fungsional Ahli
Madya yang dijatuhi hukuman disiplin berupa penurunan jabatan setingkat lebih rendah
selama 12 (dua belas) bulan, maka batas usia pensiunnya mengikuti jabatan terakhir
setelah yang bersangkutan dijatuhi hukuman disiplin.
Ketentuan bagi PNS yang dijatuhi hukuman disiplin berat berupa penurunan jabatan
setingkat lebih rendah berlaku untuk selama 12 (dua belas) bulan dan pembebasan dari
jabatannya menjadi jabatan pelaksana selama 12 (dua belas) bulan diatur sebagai
berikut:

1. berlaku selama 12 bulan.


2. mempertimbangkan formasi jabatan dan kompetensi yang bersangkutan sesuai dengan
persyaratan jabatan yang ditentukan.
3. wajib ditindaklanjuti oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) dengan menetapkan
keputusan pengangkatan dalam jabatan.
4. diberikan tunjangan jabatan sesuai dengan jabatan baru yang didudukinya
5. tidak serta merta kembali kepada jabatan yang semula diduduki.
6. mekanisme untuk duduk kembali ke jabatan yang semula, setingkat, atau jabatan lain
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. apabila telah selesai menjalani hukuman disiplin, kemudian diangkat kembali dalam
jabatan semula, setingkat, atau jabatan lain, wajib dilantik dan diambil sumpah/janjinya.
8. hukuman disiplin yang berupa penurunan jabatan setingkat lebih rendah bagi PNS yang
menduduki Jabatan Pelaksana merupakan penurunan kelas jabatan setingkat lebih
rendah dari kelas jabatan yang didudukinya.
9. hukuman disiplin yang berupa pembebasan dari jabatannya menjadi Jabatan
Pelaksana selama 12 bulan bagi PNS yang menduduki Jabatan Pelaksana merupakan
penurunan kelas jabatan ke dalam kelas jabatan terendah yang terdapat pada Instansi
tempat yang bersangkutan bekerja.
Selain itu dalam penjatuhan hukuman disiplin berat berupa penurunan jabatan setingkat
lebih rendah selama 12 (dua belas) bulan atau pembebasan dari jabatan menjadi
jabatan pelaksana selama 12 (dua belas) bulan diatur sebagai berikut :

26
1. Dalam hal PNS yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator,
Jabatan Pengawas, dan Jabatan Fungsional dijatuhi hukuman disiplin diatas, maka
jabatannya dapat diisi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. PNS yang dijatuhi hukuman disiplin diatas, dapat dipertimbangkan menduduki Jabatan
Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan Pengawas, atau Jabatan Fungsional
paling cepat 1 (satu) tahun setelah selesai menjalani Hukuman Disiplin yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Dalam hal PNS yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama dijatuhi hukuman
disiplin berupa penurunan jabatan setingkat lebih rendah selama 12 (dua belas) bulan
menjadi Pejabat Administrator dan berusia  lebih dari 58 (lima puluh delapan) tahun,
maka PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dalam
Jabatan Administrator.
4. Penurunan jabatan dari Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama menjadi Jabatan
Administrator dilakukan tanpa melalui pengangkatan dalam jabatan serta pelantikan
dan pengambilan sumpah/janji.
5. Dalam hal PNS yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi dijatuhi hukuman disiplin
berupa pembebasan jabatan menjadi jabatan pelaksana selama 12 (dua belas) bulan
dan berusia lebih dari 58 (lima puluh delapan) tahun, maka PNS yang bersangkutan
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dalam Jabatan Pelaksana.
6. Dalam hal seorang PNS diusulkan untuk dijatuhi hukuman disiplin berupa penurunan
jabatan setingkat lebih rendah selama 12 (dua belas) bulan atau pembebasan dari
jabatan menjadi Jabatan Pelaksana selama 12 (dua belas) bulan, harus memperhatikan
ketersediaan jabatan dan kesesuaian kompetensinya.
Adapun dalam konteks penjatuhan hukuman disiplin, salah satu yang terberat adalah
penghentian pembayaran gaji PNS. Hal tersebut termuat dalam Pasal 12 Peraturan
BKN Nomor 6 Tahun 2022 yang menyatakan bahwa ”PNS yang tidak Masuk Kerja
dan tidak menaati ketentuan jam kerja tanpa alasan yang sah secara terus menerus
selama 10 (sepuluh) hari kerja, dihentikan pembayaran gajinya sejak bulan berikutnya.”
Dinyatakan pula dalam poin berikutnya bahwa Penghentian pembayaran gaji bagi PNS
yang tidak Masuk Kerja dan tidak menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak perlu menunggu keputusan Hukuman Disiplin.

27
Demikian Peraturan BKN Nomor 6 Tahun 2022 tidak lain sebagaimana dalam Pasal 2
adalah bertujuan untuk memberikan pedoman bagi Instansi Pemerintah, pejabat, dan
PNS yang berkepentingan dalam melaksanakan Disiplin PNS.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Disiplin merupakan cara hidup atau menjadi bagian penting seorang PNS2.
 
2. Disiplin memberikan banyak pengaruh terhadap prestasi kerja, produktivitaskerja dan peningkatan
mutu seorang PNS3.
 
3. PP no 94 Tahun 2022 sangat jelas mengatur tentang pentingnya Disiplin seorangPNS dalam
segala tugas dan tanggung jawab yang diberikan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Prijodarminto, Soegeng. 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Bandung: Pradnya


Paramita. Situmorang, Victor M.  dan Jusuf Juhir. 1994. Aspek Hukum
Pengawasan Melekat di Lingkungan Aparatur Pemerintah. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Memahami Good Governance Dalam
Perspektif Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit Gaya Media. Tu’u,
Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.
Unaradjan, Dolet. 2003. Manajemen Disiplin. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia. Wicaksono, Kristian Widya. 2006. Administrasi dan
Birokrasi Pemerintah. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

29
30

Anda mungkin juga menyukai