Disusun Oleh
ANISA LESTARI
20030005
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH A.R FACHRUDDIN
TANGERANG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun oleh :
ANISA LESTARI
20030005
Pembimbing
i
SURAT PERNYATAAN
Nim : 20030005
Dengan ini saya menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil karya
tulis ilmiah dan didalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar ahli madya farmasi disuatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis, juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain
kecuali yang tertulis dan diacu didalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar Pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa
adanya tekanan dan paksaan dari pihak maupun serta bersedia mendapatkan
sanksi akademis jika pernyataan ini tidak benar.
Anisa Lestari
NIM : 2003005
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala karunia dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ilmiah yang berjudul : “Evaluasi
Pengkajian Resep Berdasarkan Aspek Administratif Di Apotek Sudirman
Pada Tahun 2022 Di Kabupaten Tangerang”. Karya tulis ilmiah ini disusun
sebagai salah satu syarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Farmasi pada Program D-III Farmasi pada Universitas Muhammadiyah A.R
Fachruddin Tangerang. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada
Rasulullah Muhammad saw,keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia sampai
sekarang.
Banyak pihak yang memberikan bantuan dan masukan baik berupa moral
dan material. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
iii
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
proposal ini. Demi perbaikan selanjutnya, kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan demi kesempurnaan karya penulis selanjutnya. Akir kata sayaucapkan
terima kasih .
Penulis
iv
EVALUASI PENGKAJIAN RESEP BERDASARKAN ASPEK
ADMINISTRATIF DI APOTEK SUDIRMAN PADA TAHUN
2022 DI KABUPATEN TANGERANG
ANISA LESTARI
INTISARI
Peresepan yang tidak lengkap dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya
medication error pada pasien. Kejadian ini dapat dihindari dengan melakukan
skrining resep oleh Apoteker di apotek yang meliputi kajian aspek administratif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelengkapan resep berdasarkan
aspek administratif di Apotek Sudirman jika menurut ketentuan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 73 Tahun 2016. Metode penelitian bersifat deskriptif non
eksperimental dengan pengumpulan data secara retrospektif. Teknik pengambilan
sampel secara acak sederhana (simple random sampling), dan diperoleh sebanyak
288 lembar resep yang telah memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian didapatkan
bahwa kelengkapan resep secara administratif yang terdiri atas: nama pasien 99,8%,
umur pasien 74,3%, jenis kelamin 59,3%, berat badan 0%, nama dokter 94,4%,
surat izin praktik dokter 72,5%, alamat dokter 98,9%, nomor telepon dokter 97,9%
dan paraf dokter 85,0%, tanggal resep 97,2%. Dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan Permenkes No. 73 Tahun 2016, resep yang ada di apotek Sudirman
pada tahun 2022 belum lengkap secara administratif.
v
EVALUATION STUDY OF PRESCRIPTIONS BASED ON
ADMINISTRATIF ASPECTS AT THE SUDIRMAN YEAR 2022
IN TANGERANG REGENCY
ANISA LESTARI
ABSTRACT
vi
DAFTAR ISI
vii
2.2.4 Tujuan Penulisan Resep .......................................................................12
viii
3.3.3 Definisi Operasional Variabel .............................................................25
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2
tidak adanya percantuman dosis sebanyak 53,36%, kekuatan sediaan
sebanyak 11,80%, dan dosis yang salah sebanyak 21,36% (Ali,
Neeklkantreddy, Riyaz, & Abdul Sayyeed, 2014).
Peraturan kegiataan pengkajian resep secara administratif dan
farmasetik telah tertuang dalam Peraturan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasiaan
di Apotek yang terdiri dari pengkajian farmasetik dan pertimbangan klinis
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016).
Skrining administratif perlu dilakukan karena mencakup seluruh informasi
mengenai kejelasaan penulisan obat, keabsahan resep, dan kejelasaan
informasi dalam resep (Megawati & Santoso, 2017). Skrining resep dari
aspek kesesuaian farmasetik terdiri dari bentuk dan kekuataan sediaan,
stabilitas obat, dan kompatibilitas obat. Kajian aspek administratif dan
farmasetik skrining awal dalam pelayanaan resep di apotek, sehingga menjadi
salah satu usaha yang penting dalam mencegah kejadiaan medication error.
Akibat ketidaksesuaian dengan skrining administratif resep dan
farmasetik, maka akan menyebabkan banyak faktor yang mempengaruhi
permasalahan dalam peresepan, sehingga diperlukan kepatuhan dokter dalam
penulisan resep sesuai aturan yang tertuang dalam per-undang-undangan
yang berlaku. Maka dari itu informasi resep mengenai kelengkapan
administratif resep dan farmasetik sangat penting untuk diteliti (Ismaya
Nurwulan Adi et al., 2019).
Menurut Febrianti, Ardiningtyas, dan Asadina (2018) jika tidak
dilakukan skrining resep oleh apoteker atau tenaga kefarmasian dapat terjadi
ketidaksesuaian dalam peresepan obat dapat menyebabkan kesalahan dalam
pengobatan. Kesalahan dalam pengobatan tersebut dapat terjadi kesalahan
pemberian dosis obat atau waktu pemberian.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik unutk melakukan
penelitian tentang “EVALUASI PENGKAJIAN RESEP
BERDASARKAN ASPEK ADMINISTRATIF DI APOTEK
SUDIRMAN PADA TAHUN 2022 DI KABUPATEN TANGERANG”
3
1.1 Rumusan Masalah
Bagaimana Kelengkapan resep berdasarkan aspek administratif di
Apotek Sudirman menurut ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan No 73
Tahun 2016 ?
1.2 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Kelengkapan resep berdasarkan aspek administratif
di Apotek Sudirman jika menurut ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan No
73 Tahun 2016.
1.3 Manfaat Peneliti
Adapun manfaat dari peneliti ini adalah:
2.1 Bagi Peneliti
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Apotek
2.1.1 Definisi Apotek
Apotek menurut Keputusan Mentri Kesehataan Republik
Indonesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 yaitu sebagai tempat
dilakukannya pekerjaan kefarmasian, peyaluran sediaan farmasi dan
perbekalaan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek Pasal
1, yang dimaksud dengan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasiaan
tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.
Pengelolaan apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51
Tahun 2009 dan Permenkes No. 284/MENKES/PER/III/2007. Apotek
adalah suatu unit kesehatan tempat penderita mengambil obatnya. Ada
dua macam apotek yaitu :
1. Apotek Rumah Sakit, yaitu apotek yang hanya melayani resep resep
dari paraf dokter rumah sakit yang bersangkutan.
2. Apotek Umum, yaitu apotek swasta yang tidak hanya melayani resep
pribadi tetapi semua resep dokter, bahkan melayani kertas resep
rumah sakit bila apotek rumah sakit secara kebetulan tidak memiliki
obat yang diminta. Apotek umum juga dapat melayani perjualan obat
bebas dan obat bebas terbatas yang untuk mendapatkannya tidak
memerlukan resep dokter (Retnowati, 2021).
2.1.2 Tugas dan Fungsi Apotek
Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah :
1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker.
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan
sedian farmasi, antara lain obat, bahan baku obat,obat tradisonal, dan
kosmetik.
5
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sedian farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayananan informasi obat, serta pengembangan obat, dan obat
tradisonal ( Bogadenta, 2013).
6
a. Lokasi
Persebaran apotek harus dapat dikendalikan oleh pemerintah daerah
kab/kota. Dan untuk mendapatkan pelayanaan kefarmasiaan,
pemerintah daerah kab/kota harus memperhatikan dalam mengakses
pelayanan kefarmasian tersebut.
b. Bangunan
Dalam mendirikan apotek, bangunan apotek wajib memiliki fungsi
antara lain aman untuk pasien, nyaman pada saat pelayanan
kefarmasiaan, dan mudah dalam pelayanaan kefarmasiaan kepada
pasien termasuk untuk pasien penyandang disabilitas, anak-anak,
dan lansia. Bangunan yang dimiliki apotek harus permanen, bisa
bersifat terpisah ataupun bagian dari mall, apartemen, ruko, kantor,
rusun, ataupun jenis bangunan yang lainnya.
c. Fasilitas
Dalam mendirikan apotek, sarana prasarana serta perlengkapaan
yang ada harus dipelihara dan baik fungsinya. Dalam hal ini, apotek
harus mempunyai fasilitas ruangan dengan fungsi (Permenkes,
2017) :
1) Menerima Resep
2) Menerima dan meracik obat
3) Menyerahkan sediaan farmasi dan alkes untuk pasien
4) Konseling
5) Menyimpan sediaan farmasi dan alkes
6) Penyimpanaan berkas/arsip.
8
2.1.6 Pengelolaan SDM di Apotek
Sesuai perundang-undangan yang berlaku apotek harus dikelola
oleh seorang apoteker yang professional. Pengelolaan apotek, apoteker
harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan
yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan
berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan
dalam situasi multidisipliner, kemampuan megelola SDM secara
efektif, sealalu belajar sepanjang karier, dan membantu meberi
pendidikan dan memberi peluang untuk meingkatkan pengetahuan
( Aryo, 2012).
9
2.2 Resep
2.2.1 Pengertian Resep
Menurut Peraturan Mentri Kesehataan Republik Indonesia No. 73
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasiaan di Apotek, Resep
merupakan permintaan tertulis baik paper ataupun elektronik dari dokter,
maupun dokter gigi untuk diserahkan kepada apoteker, untuk
menyediakan obat dan menyerahkan kepada pasien sesuai dengan
peraturan yang berlaku (Permenkes, 2016).
Resep merupakan perwujudan ikatan profesi antara dokter,
apoteker serta pasien. Penulisan resep wajib ditulis dengan jelas, lengkap,
serta memenuhi perundangan dan kaidah yang berlaku sehingga mudah
dibaca oleh apoteker. Resep yang ditulis tidak jelas akan menimbulakn
terjadinya kesalaham dalam peracikan/penyiapan obat serta penggunaan
obat diresepkan (Khotimah, 2021).
10
Pedoman cara penulisan resep dokter harus menepati ciri-ciri :
1. Ukuran blanko resep (ukuran lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm)
2. Penulisan nama obat ( Bagian Inscriptio) :
a. Dimulai dengan hrurup besar
b. Ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (dalam
farmakope Indonesia atau Nomenklatur Internasional)
c. Tidak ditulis dengan nama kimia atau singkatan lain dengan huruf
kapital
3. Penulisan jumlah obat
a. Satuan berat : mg (miligram), g/G (gram)
b. Satuan volume : ml (mililiter), l/L (liter)
c. Satuan unit : IU (Internasional unit)
d. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka
romawi
e. Penulisan alat penakar dalam singkatan bahasa latin dikenal
- C = Cochlear (Sendok makan 15 ml)
- Cth = Cochlear these/ theae (Sendok the 5 ml)
- Cp = Cochlear Pultis (Sendok bubur 8 ml)
- Gtt + Guttae (Tetes, 1 tetes = 0,05 ml)
f. Arti presentase (%)
- 0.5% (b/b) = 0,5 gram dalam 100 gram sediaan
- 0,5%(b/v) = 0,5 gram dalam 100 ml sediaan
- 0,5% (v/v) ),5 dalam 100 ml sediaan
4. Penulisan kekuatan obat dalam sediaan obat jadi ( generik atau
paten) yang beredar dipasaran dengan beberapa kekuatan, maka
kekuatan yang diminta harus ditulis. Penulisan volume obat
minuman dan berat sediaan topikal dalam tube dari sediaan jadi atau
paten yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis.
5. Penulisan bentuk sediaan obat (merupakan bagian prescriptio)
ditulis tidak hanya untuk formula magistralis, tetapi juga untuk
formula officinalis dari spesialitis.
11
6. Penulisan jadwal dosis atau aturan pemakaian (bagian signatura)
a. Harus ditulis dengan benar. Misal : s.t.t.d, pulv, I.p.c
b. Untuk pemakaian yang rumit seperti pemakaian “tapering up atau
down” gunakan tanda s.u.c (Signa Usus Cognitus = pemakaian
sudah tahu). Penjelasaan kepada pasien ditulis pada kertas dengan
bahasa yang dipahami.
7. Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda penutup berupa garis
penutup (untuk 1 R/) atau tanda pemisah diantara R/ (untuk >2 R/)
dan paraf atau tanda tangan pada setiap R/.
12
4. Jam buka apotek atau alat kefarmasiaan pelayanan kefarmasian lebih
lama dari jam praktek dokter.
5. Serta tanggung jawaban dan meingkatkan peran dokter dan apoteker
dalam mengawasi pendistribusian obat kepada masyarakat, karena
tidak semua jenis obat dapat diberikan kepada masyarakat secara
gratis, dan sebagian harus diserahkan dengan resep dokter.
6. Dosis lebih terkontrol dan masuk akal dari pada meracik obat.
7. Dokter dapat memiliki obat yang sesuai dengan kebutuhan klinis.
8. Layanan ini berorientasi pada pasien, menghindari keuntungan
orientasi material atau komersial
9. Rekam medis dokter dan apoteker harus disimpan di apotek selama
3 tahun dan harus dipertanggung jawabkan serta dirahasiakan.
13
2.2.6 Pengkajian Resep
Pengkajian atau skrining dan pelayanan resep merupakan suatu
rangkaian pelayanan farmasi klinis meliputi penerimaan, pengecekan
ketersediaan, skrining resep, dan menyiapkan sediaan farmasi, alkes
dan BMPH termasuk peracikan dan penyerahaan obat harus disertai
dengan pemberiaan informasi yang jelas. Semua resep yang dilayani
dipelayanan kesehatan, harus dilakukan pengkajian dan pelayanan
resep tanpa terkecuali. Kegiataan pengkajian resep ini bertujuan untuk
menjamin keamanan dan kemanjuran obat, menghindari adanya
masalah terkait obat serta mencegah adanya kesalahan dalam
penggobataan (medication error). Jika petugas farmasi (apt/TTK)
menemukan adanya permasalahan terkait obat, petugas farmasi harus
menkonfirmasi atau mendiskusikan kepada dokter penulis resep
(Kemenkes, 2019).
1. Persyaratan Administrasi
Pengkajian resep terhadap persyaratan administratif dilakukan
unutk menjamin keabsahan/keaslian dari resep dan kelengkapan
data pasien unutk kepentingan skrining di aspek lainnya.
Pengkajian terhadap persyaratn administratif meliputi (Permenkes,
2016):
a) Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan
b) Nama Dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor
telepon, paraf dokter
c) Tanggal penulisan resep
14
2. Persyaratan Farmasetik
Pengkajian resep terhadap persyaratan farmasetik dilakukan unutk
memastikan kelengkapan dan kesesuaian resep tersebut bagi pasien
secara farmasetik. Pengkajian terhadap persyaratan farmasetik
meliputi (Permenkes, 2016):
a) Bentuk Sediaan
b) Kekuatan sediaan
c) Stabilitas
d) Kompatibilitas (Ketercampuran Obat).
3. Persyaratan Klinis
Pengkajian resep terhadap persyaratn klinisi dilakukan untuk
memastikan keseuaian resep tersebut bagi pasien secara
farmasetik. Pengkajian terhadap persyaratn klinis meliputi
(Permenkes, 2016):
a) Ketepatan indikasi dan dosis obat
b) Aturan dan cara lama penggunaan Obat
c) Duplikasi atau polifarmasi
d) Reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat,
manifestasi klinis lain)
e) Kontra indikasi
f) Interaksi
15
d. Tanggal resep wajib ditulis dengan jelas.
e. Jika pasien masih anak-anak, harus disebutkan usia dan berat
badan. Hal ini penting bagi apoteker untuk menghitung dosis obat
yang tertulis pada resep sudah sesuai dengan usia anak. Nama
pasien yang tidak menunjukan usia dan resep adalah orang dewasa.
f. Alamat penting dalam situasi darurat wajib dicantumkan dibawah
nama pasien.
g. Jumlah obat yang diberikan dalam resep, hindari penggunaan
angkadesimal untuk menghindari kemungkinan kesalahan.
16
jumlah yang ditulis oleh dokter dalam resep obat generik dapat
melalui proses peracikaan ataupun tidak melalui proses
peracikaan
Dr Sofia
Jl Taman Wisma Asri 17 1. Inscriptio
SIP. 1100/P/7688
Bekasi, 03-02-2018 2. Inscriptio
7. Pro 7. Subscriptio
Pro. Wiranto (9 th)
Alamat. Jl. Papaya No. 35
17
3. Prescriptio atau ordanatio terdiri nama obat, bentuk obat, dosis,
bentuk kemasan dan jumlah obat.
4. Signatura merupakan petunjuk penggunaan obat bagi pasien yang
terdiri dari tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute interval
waktu. Penulisaan signatura harus jelas untuk keamanan penggunaan
obat dari keberhasilaan terapi.
5. Pro (peruntukan) terdiri dari nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan
berat badan pasien
6. Subcriptio merupakan tanda tangan atau paraf dokter penulis resep
yang berperan sebagai legalitas dan keabsahan resep
tersebut.(Mamarimbing et al., 2011)
19
2.3.3 Penelitian Relavan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurwulan Adi Ismaya, Ita La Tho,
Muhammad Iqbal Farhoni tentang “ Gambaran kelengkapan resep
secara administratif dan Farmasetik di Apotek K24 Pos Pengumben
Periode Bulan Agustus sampai Desember Tahun 2018 “ menunjukan
bahwa kejadian ketidak lengkapan resep di Apotek K-24 Pos
Pengumben yaitu berat badan 99%, jenis kelamin sebanyak 36%, usia
pasien sebanyak 28%, nama pasien 1%, nama dokter sebanyak 6%,
SIP sebanyak 28%, alamat sebanyak 1%, nomor telepon sebanyak
15%, paraf sebanyak 53%, tanggal resep sebanyak 2%, sediaan
sebanyak 25%, stabilitas obat 1% dan kompatibilitas 0%.
Kelengkapan resep di Apotek K-24 Pos Pengumben belum memenuhi
ketentuan kelengkapan administratif dan farmasetik sesuai dengan
Permenkes No. 73 Tahun 2016.
2. Penelitian ini yang dilakukan oleh Afrisusnawati Rauf, Hurria, Annisa
Ika Muhri Jannah tentang “Kajian Skrining Resep Aspek
Administratif Dan Farmasetik Di Apotek CS Farma Periode Juni-
Desember 2018” menunjukan bahwa kelengkapan resep secara
administratif yang terdiri atas : nama pasien 99,22%, umur pasien
88,05%, jenis kelamin 9,09%, berat badan 0%, nama dokter 3,64%,
surat izin praktek dokter 0%, tanggal resep 97,92%, alamat dokter
100%, nomor telepon dokter 0,26%, dan paraf dokter 6,23%,
sedangkan secara farmasetik terdiri atas : bentuk sediaan 69,61%,
kekuatan sediaan 57,66%, stabilitas obat 100% dan kompatibilitas
obat 100%. Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Permenkes No. 73
Tahun 2016, Resep yang ada di Apotek CS Farma bulan Juni-
Desember 2018 belum lengkap secara administratif dan farmasetik.
20
2.3.4 Kerangka Konsep
Kajian administratif
• Nama Pasien
• Umur
• Alamat Pasien
• Berat Badan
• Jenis Kelamin
• Nama Dokter
• Nomor SIP
• Alamat dokter
• Nomor telepon
• Paraf dokter
• Tanggal penulisan resep
(Permenkes RI, 2016)
21
BAB III
METODOLOGI
3.1.4 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Data yang
yang diambil adalah seluruh resep yang diterima selama periode pada
Tahun 2022 di Apotek Sudriman dengan jumlah 1030 resep ( Sumber :
Data arsip Apotek Sudirman).
3.1.5 Sampel
Penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik simpel random sampling yaitu pengembalian
sampel secara acak, yang dimana diasumsikan populasi yang diambil
homogen, jadi setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk di seleksi sebagai sampel (Notoadmodjo,2010). Adapun
caranya adalah dengan mengambil secara acak, tanpa memperlihatkan
22
tingkatan yang ada dalam populasi. Jumlah sampel yang diambil di
tentukan dengan rumus slovin :
𝑁
𝑛
1 + 𝑁 (𝑒)2
Keterangan :
n = banyak sampel
N = ukuran sampel
e = derajat kepercayaan 5% (0,05)
Populasi kajian resep di Apotek Sudirman terdapat 1030 resep
dalam kisaran periode pada Tahun 2022. Maka sempel yang di ambil
dari rumus Slovin dengan derajat kepercayaan (5%).
1030
𝑛
1 + 1030 (0,05)2
1030 1030
𝑛 =
1 + (1030 𝑥 0.0025) 3.575
n= 288 Sampel
Berdasarkan hasil perhitungan maka di dapat hasil 288 lembar
resep sebagai jumlah sampel minimal yang diperoleh dalam penelitian.
Jumlah tersebut adalah jumlah yang diambil selama periode pada tahun
2022.
3.1.6 Kritetia
a. Kriteria Inklusi
1. Resep pada periode pada Tahun 2022 di Apotek Sudirman
b. Kriteria Ekslusi
1. Selain Resep pada periode pada Tahun 2022 di Apotek Sudriman.
2. Resep yang sudah rusak dan tidak dapat terbaca
23
3.1.7 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Apotek Sudirman terletak dijalan Raya
Ki Mas Laeng No. 4 Tigaraksa– Tangerang Banten 15720, Kelurahan
Tigaraksa, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.
24
3.3.3 Definisi Operasional Variabel
Kesesuaian definisi operasional merupakan penjabaran tentang arti
atau maksud dari suatu variabel dalam penelitian definisi operasional ini
adalah sebagai berikut:
Table. III.I Definisi Operasional Evaluasi Pengkajian Resep
Berdasarkan Aspek Administratif Di Apotek Sudirman.
No Variabel Definisi Operasional Kategori Skala
1 Nama Pasien Seseorang yang Memenuhi= 1 Nominal
menerima perawatan Tidak
medis memenuhi= 0
2 Umur Lamanya hidup Memenuhi= 1 Nominal
seseorang dilihat dari Tidak
tanggal lahir atau memenuhi= 0
ulang tahun terakhir
dan dinyatakan dalam
bulan tahun.
3 Jenis Kelamin Kondisi fisik yang Memenuhi= 1 Nominal
menentukan status Tidak
seseorang laki-laki memenuhi= 0
atau perempuan
25
menuliskan resep
untuk pasien
6 Nomor Surat Adalah nomor Memenuhi= 1 Nominal
Izin Praktek identitas seorang Tidak
(SIP) dokter yang sudah memenuhi= 0
disahkan oleh IDI
(Ikatan Dokter
Indonesia)
7 Paraf Dokter Tanda tangan atau Memenuhi= 1 Nominal
stempel nama dokter Tidak
penulis resep yang memenuhi= 0
berguna sebagai
legalitas resep
8 Tanggal Resep Menjelaskan waktu Memenuhi= 1 Nominal
resep ditulis Tidak
memenuhi= 0
26
3.4.3 Pembuatan Proposal
Pertama yang dilakukan adalah menyusun bab 1 yang di dalamnya
terdapat pendahuluan (latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian).
Kedua yang dilakukan adalah menyusun bab II yang didalamnya
terdapat definisi Apotek, tugas dan fungsi apotek, tujuan apotek, standar
pelayanaan kefarmasian di apotek, pengelolaan SDM di apotek,
Pengertian resep, penulisan resep, tujuan penulisan resep, format
penulisan resep, tinjauan apotek Sudirman.
Ketiga yang dilakukan adalah menyusun bab III yang didalamnya
terdapat deskripsi penelitian, alat dan bahan, variabel penelitian prosedur
penelitian, teknik pengambilaan data, teknik analisis data dan skema
prosedur penelitian.
3.4.4 Izin Penelitian
Sebelum memperoleh data penelitian diperlukan izin terlebih
dahulu dengan membawa surat pengantar penelitian dari Universitas
Muhammadiyah A.R. Fachruddin untuk diajukan kepada Apotek
Sudirman untuk mendapatkan izin melakukan penelitian di Apotek
Sudirman. Setelah mendapatkan izin mahasiswa dapat memulai
penelitian .
27
3.6 Teknik Analisis Data
Pada Teknis Anlisis data yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan presentase nilai suatu data yang dikumpulkan, kemudian
disimpulkan secara deskriptif. Adapun untuk pengelolaan data menggunakan
presentase dengan rumus (Sugiyono 2016):
𝒇
𝑷= × 𝟏𝟎𝟎%
𝒏
Keterangan:
P = Hasil persentase
f = Frekuensi hasil
n = Total seluruh resep
28
3.7 Skema Posedur Penelitian
Pengajuan Judul
Studi literatur
Pembuatan proposal
29
3.8 Waktu Penelitian
Pengambilan
Data
Pengolahan
Data
Sidang KTI
30
BAB IV
Berdasarkan hasil analisis sampel pada 288 lembar resep di Apotek Sudirman
pada tahun 2022. Standar yang digunakan dalam penelitian ini menurut Peraturan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 73 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Resep tersebut diamati kelengkapan resep yang
meliputi kelengkapan administratif yaitu nama pasien, umur, alamat pasien, berat
badan, jenis kelamin, nama dokter, nomor SIP dokter, alamat dokter, nomor
telepon, paraf dokter, tanggal penulisan resep. Kelengkapan resep dibuat dalam
presentase resep lengkap dan presentase tidak lengkap. Hasil kelengkapan resep
administratif dari 288 lembar resep yang ada di Apotek Sudirman tidak ada satu
pun resep yang memenuhi aspek kelengkapan. Resep dikatakan memenuhi
kelengkapan administratif apabila lengkap dari aspek administratif resep.
Berdasarkan skrining data pasien (tabel 4.1) didapatkan jenis kelamin pasien dan
berat badan pasien merupakan aspek dengan kelengkapan paling rendah.
Tabel 4.1 Data Pengkajian Secara Administartif Resep di Apotek Sudirman
Bagian Resep Lengkap Tidak Lengkap
31
j. Tanggal Penulisan Resep 280 97,2 8 2,7
32
umur 74,3 (214 lembar resep), Jenis kelamin 0% (0 lembar resep), nomor SIP
72% (209 lembar resep), Jenis kelamin 59,3% (171 lembar resep), berat badan 0%
(0 lembar resep).
Hasil penelitian pencantunan nama pasien sebanyak 96,8% (277 lembar resep).
Tidak tercantum nama pasien yaitu 3,8% (11 lembar resep). Pencantuman nama
pasien untuk menghindari tertukarnya obat dengan pasien lain pada waktu
pelayanan di apotek, serta untuk mengetahui identitas pasien. Jika nama pasien
tidak tertulis dengan lengkap, maka dapat menimbulkan resiko saat pemberian obat.
Nama pasien sangat penting untuk dicantumkan dalam resep agar kejadian
tertukarnya obat antara satu pasien dengan pasien lain pada saat pelayanan resep di
apotek dapat dihindari (Pratiwi, M, & Pratiwi, 2018).
Hasil penelitian pencantunan umur sebanyak 74,3% (214 lembar resep). Tidak
tercantumnya umur mencapai 0% (0 lembar resep). Pencantuman umur pasien
dalam resep juga sangat diperlukan, karena salah satu faktor yang dilihat dalam
penentuan dosis adalah umur, rumus penentuan dosis berdasarkan usia antara lain :
rumus young, fried, cowling, gaubius, dan bastedo. Rumus ini dibuat untuk
menentukan dosis pada pasien anak dan dewasa dalam usia tahun atau dalam bulan
sehingga memudahkan dokter untuk menentukan dosis obat pasien.
Hasil penelitian resep yang diterima dan dilayani di Apotek Sudirman selama
1 tahun pencantuman jenis kelamin mencapai 59,3% (171 lembar reserp). Yang
tidak mencantumkan jenis kelamin dalam resep sebanyak 40,6% (117 lembar
resep). Jenis kelamin merupakan salah satu aspek yang diperlukan dalam
33
perencanaan dosis karena dapat mempengaruhi factor dosis obat pada pasien,
ketidaklengkapan pencantuman jenis kelamin dapat disebabkan seringnya
kebiasaan dokter yang tidak mencantumkan jenis kelamin dalam resep pasien.
Data hasil penelitian dapat dilihat bahwa dokter yang tidak menuliskan berat
badan pasien mencapai 100% (288 lembar resep). Berat badan pasien merupakan
salah satu aspek yang diperlukan dalam penghitungan dosis, terutama untuk pasien
anak pencantuman berat badan dalam peresepan. Dokter masih belum sepenuhnya
menuliskan berat badan dalam peresepan, pentingnya pencantuman berat badan
pasien karena dapat mempermudah perhitungan dalam dosis yang dilakukan oleh
petugas farmasi dalam penyiapan obat.
Hasil penelitian resep pencantuman nomor SIP dokter yaitu 72,5% (209 lembar
resep). Tidak tercantumnya nomor SIP dokter yaitu 79% (79 lembar resep).
Menurut Pemenkes RI No. 512 Tahun 2007 tentang nomor SIP (Surat Izin Praktek)
dokter wajib mencantumkan dalam resep, karena untuk menjamin bahwa dokter
tersebut secara sah diakui dalam praktek keprofesian dokter. Peraturan Menteri
Kesehatan juga menyebutkan bahwa dokter, dokter gigi, dan dokter hwan wajib
memiliki SIP (Surat Izin Praktek). Adapun tujuan dari pencantuman SIP (Surat Izin
Praktek) dokter yaitu agar dapat memberikan perlindungan kepada pasien dan
memberikan kepastian hukum serta jaminan kepada pasien masyarakat bahwa
dokter tersebut telah benar-benar layak dan telah memenuhi syarat unutk
menjalankan praktik kedokteran seperti yang telah di tetapkan oleh Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 29 Thaun 2004.
34
Hasil penelitian pencantuman alamat dokter sebanyak 98,9% (285 lembar
resep). Tidak tercantumnya alamat dokter yaitu 1,0% (23 lembar resep). Alamat
dokter atau alamat praktek dokter harus dicantumkan dengan jelas karena, apabila
suatu resep tulisannya tidak jelas atau meragukan bisa langsung menghubungi
dokter yang bersangkutan. Selain itu pentingnya pencantuman alamat dokter
terutama untuk obat narkotika harus mencantumkan alamat dokter karena unutk
pelaporan ke Dinas Kesehatan setempat. Permasalahan ketidaklengkapan alamat
dokter yang tidak tercetak dalam resep dan apabila alamat dokter harus
dicantumkan secara manual mayoritas dokter penulis resep lupa dikarenakan
padatnya pasien.
Dari hasil penelitian resep yang diterima dan dilayani di Apotek Sudirman
pencantuman nomor telepon dokter dalam resep selama 1 tahun mencapai 97,9%
(282 lembar resep). Tidak tercantumnya nomor telepon dokter yaitu 2,0% (6 lembar
resep). Tujuan pencantuman nomor telepon dokter yang bersangkutan. Hal ini
dikarenakan pencantuman nomor telepon pada resep dokter umum atau resep dari
rumah sakit sudah tercetak dalam resep, dari hasil analisi penelitian tidak
tercantumnya nomor telepon terdapat pada resep klinik.
Hasil penelitian paraf dokter sebanyak 85,0% (245 lembar resep). Tidak
tercantumnya paraf dokter yaitu 14,9% (43 lembar resep). Dengan adanya
pencantuman paraf dokter adalah unutk mencegah terjadinya pemalsuan resep yang
dapat dilakukan oleh siapapun, selain itu paraf dokter digunakan agar resep yang
ditulis lebih otentik dan dapat di pertanggung jawabkan agar tidak disalahgunakan
di masyarakat umum, hal itu terkait dalam penulisan resep narkotika dan
psikotropika. Ketidaklengkapan pencantuman paraf dokter dapat disebabkan
kebiasaan dokter atau factor lain yang membuat dokter penulis resep tidak
mencantumkan paraf.
Hasil penelitian pencantunan tanggal resep yaitu 97,2% (280 lembar resep).
Tidak tercantumnya tanggal resep sebanyak 2,7% (8 lembar resep). Pencantuman
tanggal resep sangat diperlukan karena berkaitan dengan keamanan pasien dalam
pengambilan obat, jadi Apoteker dapat menentukan apakah resep tersebut masih
35
bisa dilayani dirumah sakit maupun apotek atau disarankan Kembali kedokter
karena berkaitan dengan kondisi pasien meskipun di Indonesia belum ada ketentuan
batas maksimal resep dilayani di apotek. Selain itu pentingnya pencantuman
tanggal resep bagi Apoteker berguna untuk memantau catatan pengobatan pasien
sebagai kelengkapan dokumen bagi apoteker, dan unutk pencatatan obat-obat
golongan narkotik.
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Apotek Sudirman mengenai
standar pelayanan kefarmasian, dapat disimpulkan bahwa masih banyak ditemukan
adanya ketidaklengkapan dalam penulisan resep menurut Permenkes RI No. 73
tahun 2016 . Hasil kelengkapan resep di Apotek Sudirman pada tahun 2022
menunjukan bahwa : kelengkapan resep secara adminstratif meliputi alamat dokter
98,9 (285 lembar resep), romor telepon 97,9 % (282 lembar resep), tanggal
penulisan resep 97,2% (280 lembar resep), nama pasien 96,8% (277 lembar resep),
dokter 94,4% (272 lembar resep), paraf dokter 85,0% (245 lembar resep).umur 74,3
(214 lembar resep), Jenis kelamin 0% (0 lembar resep), nomor SIP 72% (209
lembar resep), Jenis kelamin 59,3% (171 lembar resep), berat badan 0% (0 lembar
resep).Dapat diketahui Apotek Sudirman Belum Sesuai menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 73 Tahun 2016.
5.2 Saran
5.2.1 Sarana Bagi Apotek
Disarkan untuk Apotek mampu menerapkan standar pelayanan
kefarmasian dengan lengkap dan baik, sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
37
DAFTAR PUSTAKA
Afrisusnawati, R., Hurria, & Jannah, A. I. M. (2020). Kajian Skrining Resep Aspek
Administratif Dan Farmasetik Di Apotek CS Farma Periode Juni-Desember
2018 Study of Prescription Screening for Administratives and
Pharmaceuticals Aspects at CS Farma Pharmacy in the Period June-
December 2018 Medication error m. 3(0).
https://doi.org/10.24252/djps.v3i1.14007
Ali, M. A., Neelkantreddy, A., Riyaz, & Abdul Sayeed, M. (2014). A Study On
Determinatiob Of Prescription Writing Erros In Outpatient Department of
Pediatrics In A Teaching Hospital. Int J Adv Pharmacy Med Bioallied Sci,
2(2), 74-77
Ansari, M., & Neupane, D. (2009). Study On Determination Of Errors In
Prescription Writing: A Semielectronic Perpective. Kathamndu University
Medical Journal, 7(3), 238-241 doi:DOI:10.3126/Kumj.v7i3.2730
Anggraini Winda, Hadriyati, A., & Sutrisno, D. (2022). Evaluasi kelengkapan
Administrasi, Farmasetik Dan Klinis Pada Resep di Rsud h. Abdurrahman
Sayoeti Kota Jambi. 3, 64–71.
Aryo, A. (2012). Skripsi: Pengkajian Resep Secara Administratif di Apotek Mitra
Medika Pada Periode 2012. Surabaya.
Bilqis, S. U. (2015). Kajian Administrasi, Farmasetik, dan Klinis Resep Pasien
Rawat Jalan Di Rumkital Dr. Mintohardjo Pada Bulan Januari 2015. Skripsi
UIN Syarif Hidayatullah JKT, 1–58.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29971/1/Siti Ulfah
Bilqis-FKIK.pdf
Bogadenta. (2013). Evaluasi Kelengkapan Administratif Resep Obat di Rumah
Sakit Jakarta Bulan April 2012, Jakarta.
Djajanti1, A. D., Rusmin, & Yunita, D. (2022). Skrining Kelengkapan Resep BPJS
di Apotek Sana Farma Kota Makassar. 6(1), 1–8.
Ismaya Nurwulan Adi, Tho, I. La, & Fathoni, M. I. (2019). Gambaran Kelengkapan
Resep Secara Administratif dan Farmasetik di Apotek K24 Pos Pengumben.
Edu Masda Journal, 3(2), 148. https://doi.org/10.52118/edumasda.v3i2.36
Jas. A., 2009. Perihal Resep dan Dosis serta Latihan Menulis Resep. Universitas
Sumatera Utara. Medan
Khotimah, U. K. (2021). Analisi Kelengkapan Resep Secara Administratif dan
Farmasetik di Apotek Komunitas Sehat Permata Bandung
Mamarimbing, M., Fatimawali, & Bodhi., W. (2011). Evaluasi kelengkapan
administratif resep dari dokter spesialis anak pada tiga apotek di kota
manado. 1027, 46–51.
Megawati, F., & Santoso, P. (2017). Pengkajian Resep Secara Aadministratif
38
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 35 Tahun 2014 Pada Resep
Dokter Spesialis Kandungan di Apotek Sthira Dhipa (Recipies. 3(35), 12–16.
Nainggolan, S., 2018, Gambaran Kelengkapan Resep yang dilayani di Apotek
Rezeki Mandiri Periode Oktober hingga Desember 2017. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan Program D-III Farmasi.
Permenkes. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.
Permenkes. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2017 Tentang Apotek. 1–36.
Permenkes. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2019 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit
Ketergantungan Obat .
Retnowati, I. (2021). Gambaran kelengkapan Resep Secara Administratif Di
Apotek Injaya Adiwerna Tugas Akhir.
Ristian, O., Niken, P. S., Purwandini2b, S. N., Hilaria Maria, Prayogo, D., &
Pangestu. (2021). Medication Error at the Prescribing Phase. Jurnal Info
Kesehatan, 19(1), 12–19. https://doi.org/10.31965/infokes.vol19.iss1.417
Romdhoni, M. F. (2020). Kaidah Penulisan Resep Obat. Sleman. Deepublish.
39
LAMPIRAN
40
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Universitas Muhammadiyah A.R
Fachruddin.
41
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Apotek Sudirman
42
Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Di
Apotek Sudirman
43
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Resep di Apotek
Sudirman pada bulan
Januari
Resep di Apotek
Sudirman pada bulan
Februari
Resep di Apotek
Sudirman pada bulan
Maret
44
4
Resep di Apotek
Sudirman pada bulan
April
Resep di Apotek
Sudirman pada bulan
Mei
Resep di Apotek
Sudirman Pada
bulan Juni
45
7
Resep di Apotek
Sudirman Pada
bulan Juli
Resep di Apotek
Sudirman Pada
bulan Agustus
Resep di Apotek
Sudirman Pada
bulan September
46
10
Resep di Apotek
Sudirman Pada
bulan Oktober
11
Resep di Apotek
Sudirman Pada
bulan November
12
Resep di Apotek
Sudirman Pada
bulan Desember
47
13
Peneliti mengambil
data
14
Apotek Sudirman
48
Lampiran 5 Tabel Data Aspek Administratif Bulan Januari
49
Ny.
22 √ √ − − √ − √ √ √ √ 7 Tidak Sesuai
Wa
23 Ny. An √ − − − √ − √ √ √ √ 6 Tidak Sesuai
24 Tn. FI √ √ − − √ √ √ √ − √ 7 Tidak Sesuai
jumlah 20 10 1 0 22 10 23 23 18 19
50
Lampiran 6 Tabel Data Aspek Administratif Bulan Februari
Data Pasien Data Dokter Tanggal Keterangan
Nama
NO Jenis Berat Nomor Nomor Penulisan Total
Pasien Nama Usia Nama Alamat Paraf
Kelamin Badan SIP Telepon Resep
1 An. Ki √ √ − − √ − √ √ √ √ 7 Tidak Sesuai
2 Ny. Ar √ − √ − √ − √ √ √ √ 7 Tidak Sesuai
3 Tn. Nu √ − − − √ √ √ √ √ √ 7 Tidak Sesuai
4 Ny. Su √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
5 Ny. Sa √ − √ − √ √ √ √ √ √ 8 Tidak Sesuai
6 Ny. L √ − − − √ − √ √ √ − 5 Tidak Sesuai
7 Tn. De √ − − − √ − √ √ − √ 5 Tidak Sesuai
8 Tn. Ju √ − − − √ − √ √ √ √ 6 Tidak Sesuai
9 Tn. H √ √ − − √ √ √ √ √ − 7 Tidak Sesuai
10 Tn. M √ √ − − √ √ √ √ √ √ 8 Tidak Sesuai
11 Ny. M √ √ − − √ √ √ √ √ √ 8 Tidak Sesuai
12 Ny. Ha √ − − − √ √ √ √ √ √ 7 Tidak Sesuai
Tn.
13 √ − √ − √ √ √ √ √ √ 8 Tidak Sesuai
Nm
14 Ny. Ru √ − − − √ √ √ √ √ √ 7 Tidak Sesuai
Ny.
15 √ − − − √ √ √ √ √ √ 7 Tidak Sesuai
Wa
16 Tn. Su √ − − − √ √ √ √ √ √ 7 Tidak Sesuai
17 Ny. Sr √ √ √ − √ − √ √ √ √ 8 Tidak Sesuai
51
18 Tn. Ag √ √ − − √ − √ √ √ √ 7 Tidak Sesuai
19 Tn.Ad √ − √ − √ − √ √ − √ 6 Tidak Sesuai
20 Ny. Se √ − √ − √ − √ √ √ √ 7 Tidak Sesuai
21 Ny. Pi √ − − − − − √ √ √ √ 7 Tidak Sesuai
Ny.
22 √ √ − − √ √ √ √ √ √ 8 Tidak Sesuai
No
23 Ny. Ka √ √ − − √ √ √ √ √ √ 8 Tidak Sesuai
Tn.
24 √ − − − √ − √ √ √ √ 6 Tidak Sesuai
Ma
jumlah 24 9 7 0 23 13 24 24 22 22
52
Lampiran 7 Tabel Data Aspek Administratif Bulan Maret
53
Tidak
12 Ny. L √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9
Sesuai
Tidak
13 Tn. M √ − − − √ √ √ √ √ √ 7
Sesuai
Tidak
14 Ny. Sa √ − − − √ √ √ √ √ √ 7
Sesuai
Tidak
15 An. Fh √ √ √ − √ √ √ √ − √ 8
Sesuai
Tidak
16 Tn. N √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 8
Sesuai
Tidak
17 Tn. T √ √ √ − √ − √ √ √ √ 8
Sesuai
Tidak
18 Ny. Uk √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9
Sesuai
Tidak
19 Tn. A √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9
Sesuai
Tidak
20 Tn. R √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9
Sesuai
Tidak
21 Tn. Aa √ √ √ − − √ √ √ √ √ 9
Sesuai
Tidak
22 An. Ra √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 8
Sesuai
Tidak
23 Tn. I √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9
Sesuai
Tidak
24 Tn. Wa √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9
Sesuai
jumlah 24 21 19 0 23 21 24 24 22 24
54
Lampiran 8 Tabel Data Aspek Administratif Bulan April
55
Tidak
12 Tn At √ − √ − √ √ √ √ √ √ 8
Sesuai
Tidak
13 An. Sh √ √ √ − √ − √ √ √ √ 9
Sesuai
Tidak
14 Tn. N √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 8
Sesuai
Tidak
15 Tn. Wa √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9
Sesuai
Tidak
16 Ny. An √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9
Sesuai
Tidak
17 Tn. Uk √ √ √ − √ − √ √ √ √ 8
Sesuai
Tidak
18 Ny. Fi √ √ √ − √ √ √ √ − √ 8
Sesuai
Tidak
19 Ny. U √ √ − − √ − √ √ √ √ 8
Sesuai
Tidak
20 Tn. O √ √ − − √ √ √ √ √ √ 7
Sesuai
Tidak
21 Ny. E √ − − − √ √ √ √ √ √ 7
Sesuai
Tidak
22 Ny. K √ − − − √ √ √ √ − √ 6
Sesuai
Tidak
23 Ny. Q √ √ − − √ √ √ √ √ √ 8
Sesuai
Tidak
24 Tn. J √ √ − − √ √ √ √ − √ 7
Sesuai
jumlah 24 20 18 0 24 20 24 24 21 24
56
Lampiran 9 Data Aspek Administratif Bulan Mei
Tanggal
Data Pasien Data Dokter Penulisan Total Keterangan
Nama Resep
NO
Pasien
Jenis Berat Nomor Nomor
Nama Usia Nama Alamat Paraf
Kelamin Badan SIP Telepon
57
13 NN. Az √ √ − − − − √ √ √ − 5 Tidak Sesuai
14 Ny. Y √ √ − − − − √ √ √ √ 6 Tidak Sesuai
15 Tn. L √ − − − √ √ √ √ − √ 6 Tidak Sesuai
16 Tn. Gi √ √ − − √ √ √ √ − √ 7 Tidak Sesuai
17 Ny. Re √ √ − − √ − √ √ √ √ 7 Tidak Sesuai
18 Ny. Z √ √ − − √ √ √ − √ √ 7 Tidak Sesuai
19 Nn. Lu √ √ − − √ √ √ √ √ √ 8 Tidak Sesuai
20 Tn. Z √ − − − √ − √ √ √ √ 6 Tidak Sesuai
21 An. M √ − − − − − √ √ − √ 4 Tidak Sesuai
22 X − − − − √ √ √ √ √ √ 6 Tidak Sesuai
23 Ny. H √ √ − − √ √ √ √ √ √ 8 Tidak Sesuai
24 Ny. W √ − − − √ √ √ √ √ √ 7 Tidak Sesuai
jumlah 22 12 2 0 21 16 24 22 18 23
58
Lampiran 10 tabel Data Aspek Administratif Bulan Juni
Tanggal
Data Pasien Data Dokter Penulisan Total Keterangan
Nama Resep
NO
Pasien
Jenis Berat Nomor Nomor
Nama Usia Nama Alamat Paraf
Kelamin Badan SIP Telepon
59
12 Ny. W √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
13 Ny. D √ − − − √ √ √ √ √ √ 7 Tidak Sesuai
14 Ny. N √ − − − √ √ √ √ √ √ 7 Tidak Sesuai
jumlah 23 21 17 0 23 21 24 24 22 24
60
Lampiran 11 Tabel Data Aspek Administratif Bulan Juli
61
13 Tn. E √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
Ny.
14 √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
Wa
15 Tn. J √ √ − − √ √ √ √ − √ 7 Tidak Sesuai
jumlah 24 21 20 0 22 20 24 23 20 24
62
Lampiran 12 Tabel Data Aspek Administratif Bulan Agustus
63
Tidak
12 Tn. H √ √ √ − √ √ √ √ √ √
9 Sesuai
Tidak
13 Ny. J √ √ − − √ − √ √ √ √
7 Sesuai
Tidak
14 Ny. Sh √ √ − − √ √ √ √ √ √
8 Sesuai
Tidak
15 x − − − − √ √ √ √ √ √
6 Sesuai
Tidak
16 Tn. I √ − √ − √ √ √ √ − √
7 Sesuai
Tidak
17 An. Ra √ √ √ − √ − √ √ √ √
8 Sesuai
Tidak
18 Tn. Iv √ √ √ − √ √ √ √ √ √
9 Sesuai
Tidak
19 Tn. O √ √ √ − √ √ √ √ √ √
9 Sesuai
Tidak
20 Ny. I √ √ √ − √ √ √ √ − √
8 Sesuai
Tidak
21 Ny. S √ √ √ − √ √ √ √ √ √
9 Sesuai
Tidak
22 Nn. O √ − − − − − √ √ √ √
5 Sesuai
Tidak
23 Ny. F √ √ √ − √ √ √ √ − √
8 Sesuai
Tidak
24 Ny. P √ √ √ − √ √ √ √ √ √
9 Sesuai
jumlah 24 19 19 0 23 18 24 24 19 24
64
Lampiran 13 Tabel Data Aspek Administratif Bulan September
65
20 Ny. D √ √ √ − √ √ √ √ − √ 8 Tidak Sesuai
21 Ny. Wi √ − − − − − √ √ √ √ 5 Tidak Sesuai
22 Tn. H √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
23 An. W √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
24 Tn. Ah √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
jumlah 24 21 17 0 23 15 24 24 21 24
66
Lampiran 14 Tabel Data Aspek Administratif Bulan Oktober
67
15 Ny. Re √ √ √ − √ √ √ √ − √ 8 Tidak Sesuai
16 Ny. Ji √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
17 Tn. Al √ − √ − √ − √ √ √ √ 8 Tidak Sesuai
18 Tn. Di √ √ √ − √ √ √ √ − √ 8 Tidak Sesuai
19 Ny. T √ √ − − √ √ √ √ √ √ 8 Tidak Sesuai
20 Ny. Ko √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
21 Tn. Mu √ √ √ − − √ √ √ √ √ 8 Tidak Sesuai
22 An.Iq √ √ − − √ √ √ √ √ √ 8 Tidak Sesuai
23 Ny.Ol √ √ √ − √ − √ √ √ √ 8 Tidak Sesuai
24 Ny. R √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
jumlah 24 18 18 0 21 19 23 24 21 24
68
Lampiran 15 Tabel Data Aspek Administratif Bulan Maret
69
16 Tn.U √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
17 Tn. L √ √ − − √ √ √ − √ √ 7 Tidak Sesuai
18 Tn.N √ − − − √ − √ √ √ √ 6 Tidak Sesuai
19 Ny.C √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
20 Ny.Se √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
21 Ny.N √ √ √ − √ − √ √ √ √ 8 Tidak Sesuai
22 Ny.F √ √ − − √ √ √ √ √ √ 8 Tidak Sesuai
23 Ny.Ha √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
24 Tn. Ba √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
jumlah 24 22 16 0 23 19 24 23 20 24
70
Lampiran 16 Tabel Data Aspek Administratif Bulan Desember
71
16 Tn. Aa √ √ − − √ − − √ √ √ 9 Tidak Sesuai
17 x − − − − √ − √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
18 Ny. De √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
19 Tn.Sa √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
20 Ny. Bu √ √ √ − √ √ √ √ − √ 9 Tidak Sesuai
21 Tn. Ha √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
22 Tn. M √ − − − √ − √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
23 Tn. B √ √ √ − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
24 An. Kh √ √ − − √ √ √ √ √ √ 9 Tidak Sesuai
jumlah 22 20 17 0 24 17 23 23 21 24
72