Anda di halaman 1dari 14

Etnografi Pemirsa dan Penggunaan Televisi

dalam Keluarga

Reny Triwardani
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 2 Yogyakarta 55281
Email: reny.triwardani@gmail.com

Abstract: This research studies the television watching activities of two families in Yogyakarta,
which does not intend to measure and find out a specific effect of media usage on family informants
but merely gives a description of watching television as a cultural practice. The study was also
conducted as a counter-argument from the tradition of media effects research on passive audiences.
This research uses ethnographic audience, and the result shows that watching behavior in the
family is not monotonous and passive. They do not really give full attention to watch television.
Watching television is only one of the existence cultural practices and not the only practices in their
daily life.

Keywords: watching television, audience ethnography, cultural practice, media uses.

Abstrak: Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia masa kini telah menjadi sedemikian terbiasa
dengan kegiatan menonton. Penelitian ini menjelaskan pengalaman menonton yang bertujuan
mengeksplorasi penggunaan media televisi dalam rutinitas keseharian keluarga informan.
Penelitiaan ini menggunakan etnografi pemirsa terhadap dua keluarga informan yang tinggal
di Yogyakarta. Dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang sifatnya kontekstual, penggunaan
media televisi oleh keluarga informan menunjukkan bahwa menonton televisi merupakan salah satu
praktik budaya dan bukan satu-satunya dalam rutinitas keseharian. Keberbedaan pola menonton
memperlihatkan juga perilaku menonton yang tidak monoton dan pasif.

Kata Kunci: menonton televisi, etnografi pemirsa, praktik budaya, penggunaan media

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia televisi sudah menjadi semacam kebiasaan


masa kini menjadi sedemikian terbiasa umum dan tak terpisahkan dari keseharian
dengan kegiatan menonton. Hasil jajak manusia masa kini, tetapi menonton televisi
pendapat Kompas awal tahun 2008 bukanlah proses yang mudah dipahami
menunjukkan, menonton televisi adalah hanya dengan melihat pemirsanya
kegiatan yang lebih bersifat kekeluargaan menatap layar televisi. Menonton televisi
daripada individual. Tercatat hanya 4,9 melibatkan interaksi antara pemirsa dengan
persen responden yang menonton televisi acara televisi, berlangsung dalam ruang
tidak dengan anggota keluarga. Artinya, dan waktu dengan latar sosial budaya
menonton televisi adalah sebuah perilaku tertentu. Morley (1992:184) menjelaskan
komunal (Kompas, 17 Mei 2008). Menonton pentingnya pemahaman konteks menonton

85
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 9, NOMOR 2, Desember 2012: 85-98

televisi dalam interaksi bermedia yang atau kepasifan, pilihan, minat, komitmen
dilakukan oleh pemirsa televisi. Ling­ atau perhatian dalam aktivitas menonton
kungan fisik dan sosial di mana subjek yang dilakukan.
pelaku terlibat dengan media televisi dapat Roger Silverstone mengajukan konsep
secara potensial membentuk pola-pola tentang media televisi sebagai tekno­
yang khas dalam aktivitas menonton. logi komunikasi, dalam dua artikulasi pe­
Demikian halnya fokus Kajian mahaman, yakni:
Budaya dalam memahami televisi, tidak Television is potentially meaningful and
therefore open to constructive work of the
bisa menafikan setting kontekstual yang consumer-viewer, both in term of how it is used,
menjadi unsur penting dalam mengkaji or placed, in the household-in what rooms,
where, associated with what other furniture
praktik budaya. or machines, the subject of what kinds of
”It has focused on the study of culture practice discourses inside and outside the home and in
and power across a wide variety of social terms of how the meaning it makes available
settings, both contemporary and historical. through the content of its programmes are in
Analysts have paid attention to the ways that turn worked with by individuals and household
power orders and organizes even the most groups who receive them (Silverstone, dalam
mundane aspects of everyday life; and, just as Ang, 1996:58).
importantly, they have sought to demonstrate
how people take issue with power and resist
Di satu sisi media televisi merujuk
its normalizing influences (Lembo, 2000:53).”
pada benda material atau perangkat
Pendekatan Kajian Budaya mengkaji kerasnya, yakni pesawat televisi (pesawat
praktik menonton televisi bertujuan untuk televisi yang terhubung dengan peralatan
menyelidiki ”how the power of television teknologi lainnya seperti video, komputer,
actually meets the social experience of alat pengendali jarak jauh, satelit dan lain-
people who watch it” (Lembo, 2000:55). lain). Pada sisi lain dapat dilihat sebagai
Dalam interaksi dengan media televisi, pesan yang dikandungnya, rangkaian
subjek pelaku berada dalam kompleksitas acara menyajikan citra-citra televisual,
konteks sosial budaya tertentu. Tindakan dalam sudut pandang dan cara pemahaman
menonton dapat dikatakan hanya sebagai tertentu. Media televisi dapat dilihat sebagai
salah satu praktik budaya yang dilakukan teknologi domestik yang menyatu ke dalam
individu dan bukan satu-satunya. konstruksi dan rekontekstualisasi praktik
Dalam kehidupan keluarga kekinian, hidup sehari-hari (Morley, 1992:182).
televisi merupakan media teknologi yang Demikian dalam penelitian ini,
menempati ruang tertentu di dalam rumah. rutinitas menonton televisi berada pada
Kehadiran televisi membawa sejumlah jaring kerumahtanggaan, yang melekat
perbedaan dalam interaksi dan relasi secara sosial. Interaksi bermedia yang
antaranggota keluarga. Televisi yang berada terjalin di antara subjek pelaku turut
dalam ruang keluarga menjadikan anggota melibatkan hubungan-hubungan sosial,
keluarga sebagai pemirsa televisi dengan kultur dan kebiasaan dalam hidup sehari-
pola-pola berbeda dalam derajat keaktifan hari. Pesawat televisi ialah salah satu dari

86
Reny Triwardani. Etnografi Pemirsa dan ...

benda-benda dekoratif yang menempati Terjadinya global village tercipta karena


suatu ruangan tertentu di dalam rumah. adanya pergerakan informasi elektronis
Kepemilikan pesawat televisi tidak hanya secara instan. Konsep ini menjelaskan,
menjadi aset berharga melainkan juga masyarakat dari berbagai belahan dunia
membawa arti simbolik yang menegaskan seolah-olah hidup berdampingan satu sama
status keluarga dalam lingkungan sosial lain sehingga yang disebut ”tetangga”
kemasyarakatan. Tata letak penempatan bukan lagi sekadar suatu keluarga atau
televisi juga memberikan implikasi yang orang yang tinggal di sebelah rumah
khas dalam penggunaan fungsi ruang yang melainkan orang, keluarga atau masyarakat
ada di dalam rumah. Terdapat interaksi dalam lintas jarak yang sangat jauh. Pada
yang rumit antara teknologi televisi dan saat yang bersamaan setiap orang dapat
bentuk-bentuk aktivitas kultural dan sosial berhubungan dan ingin mengetahui urusan
yang lain. orang lain. Melalui televisi, telepon, radio
Substansi dari medium televisi atau komputer, manusia dapat melihat,
disebutkan sebagai pengembangan dari mendengar, dan membaca berbagai
bentuk-bentuk yang telah ada sebelumnya kejadian di belahan dunia lainnya. William
seperti koran, rapat umum, kelas belajar, kemudian menunjukkan betapa khas apa
drama, sinema, stadion olah raga, kolom- yang dihadirkan oleh televisi, terutama
kolom iklan, dan papan-papan iklan. sekali dalam hal keterarahan dan kedekatan
Namun, adaptasi bentuk-bentuk kultural televisi dengan kehidupan sehari-hari.
yang telah ada terhadap teknologi baru Televisi menawarkan suatu bentuk
dalam sejumlah kasus telah menghasilkan kerangka dan ekspresi kultural yang khas
perbedaan yang nyata dan signifikan. secara teknologi dan institusional.Bentuk
Dalam konteks media televisi, bentuk- kerangka dan ekspresi kultural ini hanya
bentuk tayangan televisi tidak dapat begitu bisa dipahami in situ, secara sebagaimana
saja dipandang sebagai turunan dari bentuk- adanya (William, 2009:x).
bentuk yang sudah ada tetapi juga sebagai Televisi menjadi bagian perkakas yang
inovasi dari televisi itu sendiri. penting dalam keluarga. Silverstone (1994)
Tayangan televisi menampilkan menambahkan bahwa televisi berimplikasi
bentuk-bentuk pemberitaan, interogasi, pada alur dan proses kehidupan sehari-hari.
visualisasi dan dramatisasi yang dikem­ Dalam kaitan tentang kehidupan sehari-
bangkan oleh televisi melahirkan suatu hari, Featherstone (1992) menjelaskan
kultur publik yang sama sekali berbeda karak­teristiknya sebagai berikut:
dari yang pernah ada sebelumnya. First, there is an emphasis upon what happens
everyday, the routine, repetitive taken for
McLuhan pernah mengemukakan konsep granted experiences, beliefs and practices:
global village pada dekade 60-an di the mundane ordinary world, untouched by
great events and the extraordinary. Second,
mana perkembangan teknologi komputer the everyday is regarded as the sphere of
belum secanggih seperti sekarang ini. reproduction and maintainance, a pre-

87
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 9, NOMOR 2, Desember 2012: 85-98

institutional zone in which the basic activities keluarga yang diteliti, yang membawa
which sustain other worlds are performed.
Third, there is an emphasis upon the present mereka kepada kebiasaan-kebiasaan ter­
which provides a non reflective sense of tentu, dan bagaimana pula cara mereka
immersion in the immediacy of current
experiences and activities. menanggapi acara televisi yang mereka
tonton. Penggunaan televisi sehari-
Sebab itu, menonton televisi dapat hari tidak saja memberikan pelbagai
dikatakan sebagai aktivitas yang biasa pengalaman tetapi juga membentuk pola-
dilakukan orang secara rutin. Menonton pola yang bergerak dinamis, dengan mem­
televisi sebagai praktik budaya berada pertimbangkan historisitas dan kompeksitas
dalam lintas ruang dan waktu. Menonton konteks sosial budaya yang menyertai
televisi menjadi suatu kegiatan rutin terjadinya aktivitas menonton televisi.
yang mengisi tiap-tiap hari dan berjalan
METODOLOGI PENELITIAN
sepanjang hari, yang muncul sebagai aliran
yang terus-menerus, tidak terganggu dan Penelitian ini dilakukan dengan
tidak pernah berhenti melewati setiap jam menggunakan metode etnografi pemirsa.
dalam suatu hari, dan begitu seterusnya. La Pastina (2005:139) menegaskan bahwa
Demikianlah tindakan menonton menjadi etnografi pemirsa dilakukan berdasarkan
salah satu kebiasaan dalam keseluruhan pada sebuah kerja lapangan, praktik
kegiatan sehari-hari yang berlangsung pengumpulan data dan analisis dalam kurun
di antara kompleksitas praktik-praktik waktu tertentu.
kebiasaan lainnya. Audience ethnography need to be repositioned
as a fieldwork-based, longterm practice of
Dengan jelas, penggunaan televisi data collection and analysis. This practice
telah merasuk ke dalam kehidupan allows the researchers to attain a greater level
of understanding of the community studied
informan dari hari ke hari. Penggunaan while maintaining self reflexivity and respect
televisi membentuk pola-pola yang khas toward those one is attempting to understand
within the everyday life of the community.
yang bergerak dinamis di dalam keseharian
keluarga informan. Rogge menjelaskan Pendekatan ini melibatkan penga­
pula bahwa pengalaman menonton keluarga matan ke dalam proses interaksi bermedia
tidak statis, dan mengajak mereka untuk berbicara
It encompasses the past, present and the future, mengenai perannya sebanyak dan
as becomes apparent from the two concepts,
family biography and family cycle. Everyday seterbuka mungkin. Tujuannya adalah
life is lived out in the field of tension formed untuk mendokumentasikan aktivitas hidup
by individual and family biographies, socio-
cultural and social structures, and social- subjek pelaku, dalam hal ini keluarga
historical processes of development (dalam yang diteliti, dan memahami pengalaman
Gauntlett dan Hill, 1999:7)
menonton dari sudut pandang mereka
Penelitian ini berupaya menjelaskan sendiri. Selain itu, bertujuan juga untuk
rutinitas menonton televisi melalui mengkonseptualisasikan perilaku subjek
pengalaman-pengalaman informan dalam pelaku sebagai ekspresi dari konteks sosial

88
Reny Triwardani. Etnografi Pemirsa dan ...

tertentu. Kekuatan utama pendekatan perbedaan komposisi rumah tangga


etnografi adalah contextual understanding yakni, jumlah penghuni rumah, hubungan
yang timbul dari hubungan antaraspek kekerabatan, afiliasi agama, kelas sosial,
yang berbeda dari fenomena yang diamati dan kondisi ekonomi. Faktor-faktor
(Jensen dan Jankowski, 1991:156). pembeda tersebut dimaksudkan untuk
Penelitian ini melakukan penyelidikan melihat aspek-aspek kontekstual terlibat
mendalam mengenai pengalaman yang dinegosiasikan dalam menonton
menonton dari anggota-anggota keluarga televisi. Alasan lainnya ialah kemudahan
yang diteliti sebagai upaya memahami akses peneliti terhadap keluarga informan
mengapa dan bagaimana mereka menonton memberikan kesempatan peneliti untuk
televisi dalam keseharian mereka. memasuki wilayah keseharian para
Dalam penelitian ini, keterlibatan informan sehingga syarat natural seperti
peneliti bersifat partisipasi aktif ke dalam yang dikehendaki metode etnografi dapat
kehidupan keluarga informan yang diteliti. terpenuhi.
Melalui pengamatan berperan-serta, Data dan informasi yang telah
peneliti dapat berpartisipasi dalam rutinitas dikumpulkan diolah dengan menggunakan
subjek penelitian baik mengamati apa yang analisis deskriptif interpretatif. Informasi
mereka lakukan, mendengarkan apa yang digali dengan menyimak keseluruhan
mereka katakan, dan menanyai orang-orang hidup keluarga informan pada masa tinggal
lain di sekitar mereka selama jangka waktu bersama mereka dan memilih bagian–bagian
tertentu (Mulyana, 2008:175). Wawancara yang relevan untuk menjawab pertanyaan
mendalam dilakukan guna melengkapi penelitian. Data yang dianalisis meliputi
pengetahuan mengenai gejala-gejala yang dialog, komentar, dan cerita-cerita yang
berkaitan dengan rutinitas menonton terekam dalam pengamatan di sepanjang
televisi keluarga informan sehingga dapat masa penelitian. Data yang diperoleh
menjelaskan aspek-aspek kontekstual diinterpretasikan sebagai deskripsi atas
terlibat. Menurut Salim (2001:163), fenomena yang diteliti. Deskripsi data
wawancara mendalam merupakan sebuah yang ada diklasifikasikan dengan tujuan
wawancara yang terwujud secara dialog menganalisis permasalahan secara tematik
yang spontan dan tanpa direkayasa menjadi dan sistematis. Penelitian ini memusatkan
lebih sahih. diri kepada figur informan sebagai subjek
Masing-masing keluarga informan pelaku yang melakukan interaksi bermedia
memiliki pesawat televisi lebih dari satu di televisi. Dari masing-masing keluarga
rumahnya. Bagian ini penting dikemukakan informan, figur informan utama telah
terlebih dahulu karena jumlah kepemilikan ditentukan lebih dulu guna menjadi sentral
pesawat televisi dianggap turut menentukan dalam menjelaskan rutinitas menonton
bagaimana cara mereka menonton televisi. televisi sekalipun tidak juga mengabaikan
Dasar pemilihan keluarga informan adalah keberadaan figur-figur informan lainnya.

89
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 9, NOMOR 2, Desember 2012: 85-98

Dasar penentuan figur informan utama lebih monoton, terjadi pengulangan aktivitas
didasarkan pada intensitas penggunaan kerja yang sama setiap harinya.
media televisi sehari-hari, relasi dalam Masing-masing keluarga informan
keluarga dan kedekatan dengan figur-figur memiliki konfigurasi pilihan acara televisi
informan lain. yang berbeda. Acara televisi pilihan
informan keluarga Pojok Sekip lebih banyak
HASIL PENELITIAN
bersifat menghibur dan informatif seperti
Narasumber penelitian ini adalah dua sinetron, acara musik, dan reality show.
keluarga informan utama yang tinggal di Pilihan-pilihan acara yang mereka sukai
Yogyakarta sekalipun mereka sebenarnya tidak serta-merta mengacaukan tugas-tugas
berasal dari Solo. Kedua keluarga informan harian yang harus mereka lakukan. Bahkan
merupakan keluarga pensiunan pegawai, mereka seringkali kedapatan mengabaikan
masih tinggal bersama anak mereka, apa yang sedang mereka saksikan di televisi
baik yang belum menikah maupun bilamana mereka melakukan aktivitas
sudah menikah. Pertama, keluarga Pojok yang lain bersamaan. Pada beberapa
Sekip adalah keluarga Katolik dari kelas kasus, mereka memilih acara televisi
menengah atas, dengan bentuk keluarga yang ditonton secara sembarang untuk
yang tidak lengkap. Kematian Pak Sus sekadar menghabiskan waktu luang. Acara
menjadikan Bu Sus mengambil alih posisi televisi yang disukai informan keluarga
sebagai kepala rumah tangga. Terdapat Pandega Marta lebih bersifat informatif
keluarga dewasa dalam rumah tangga, dan menghibur sekalipun intensitas waktu
yakni, Mbak Yes, yang telah bercerai mereka menonton tidak tentu. Dalam kaitan
dengan satu anak perempuan bernama Titin. ini, mereka tergolong jarang menonton
Ada empat orang anak kos perempuan yang televisi. Tindakan menonton yang biasa
berasal dari luar kota dengan latar belakang terjadi dalam keluarga ini lebih dikarenakan
sosial budaya berbeda yakni, Mbak Tin, oleh kebutuhan informasi apa yang mereka
Riris, Ninit, dan Icha. Tidak ada laki-laki di ingin ketahui sekaligus hiburan yang
rumah ini. Dinamika aktivitas sehari-hari memberikan kesenangan tersendiri.
keluarga Pojok Sekip bergerak dinamis
Dinamika pengalaman menonton acara
dengan kehadiran anak-anak kos.
televisi pilihan yang diperlihatkan keluarga
Kedua, keluarga Pandega Marta informan menunjukkan kesenangan-
merupakan keluarga Kristen yang termasuk kesenangan tertentu bagi mereka. Beberapa
dalam golongan keluarga kelas atas. Pak informan menyebutkan bahwa kenikmatan
Pam memiliki tiga orang anak, dua laki- menonton ialah memperbincangkan acara
laki dan satu perempuan. Kini, Pak Pam televisi selama atau sesudah acara televisi
tinggal bersama istri dan anak laki-laki yang selesai ditayangkan. Acara-acara televisi
bernama Aan. Ritme aktivitas keseharian yang disukai itu kemudian menjadi bahan
anggota keluarga dalam rumah ini bersifat obrolan mereka baik dengan anggota

90
Reny Triwardani. Etnografi Pemirsa dan ...

keluarga maupun dengan sesama teman sekaligus hiburan seperti yang terlihat dari
di kampus atau di tempat kerja. Sinetron, acara-acara televisi pilihan mereka.
misalnya, membentuk jalinan komunikasi Kehidupan sosial informan dalam
interpersonal melalui percakapan seputar keluarga cukup bervariasi. Rata-rata
kisah dalam sinetron. Begitu pula dengan kehidupan mereka didominasi dengan
acara televisi lainnya seperti gosip-gosip aktivitas luar rumah seperti kuliah, kerja,
artis, berita televisi, dan informasi lagu- dan kegiatan sosial dengan intensitas
lagu baru di televisi. Melalui percakapan- dan ragam yang disesuaikan dengan
percakapan yang terjalin, informan kebutuhan mereka sendiri. Menonton
membagikan opininya masing-masing yang televisi dapat berarti melakukan berbagai
kemudian merekomendasikan satu sama hal yang berbeda. Menonton sebagai
lain suatu acara televisi tertentu. Informan salah satu praktik budaya menjadi bagian
dalam keluarga mengomentari adegan demi dari pengalaman hidup sehari-hari. Akan
adegan sebagai reaksi dari informasi yang tetapi, informan dalam keluarga tidak
datang kepadanya dan direduksi menjadi memfokuskan diri sepenuhnya dengan apa
sebuah respon atau tanggapan. Seperti yang ada di televisi. Praktik beraktivitas
kecenderungan pada nilai-nilai normatif jamak, perilaku mengganti-ganti saluran
yang baik dibela dan yang jahat dimusuhi. televisi dan memperbincangkan acara
Di sela-sela acara televisi ketika masuk jeda televisi sebagai obrolan menjadi pola-pola
iklan, mereka berinteraksi dengan anggota kebiasaan menonton dari informan dalam
keluarga yang lain dan memperbincangkan keluarga.
keseharian mereka sekaligus bercanda. Praktik beraktivitas jamak. Praktik
Khusus kebiasaan menonton bersama- beraktivitas jamak saling terkait dengan
sama telah membawa suasana yang lebih tanggungjawab dan tugas-tugas rutin dalam
menyenangkan. Perbincangan ini telah kerumahtanggaan seperti, membersihkan
menjadi hal yang wajib dibagi (sharing) rumah, mencuci, memasak, makan, ngobrol,
dengan sesama teman yang memiliki nge-game, sms-an, dan sebagainya. Bahkan
preferensi yang sama. Nilai-nilai individual beberapa aktivitas yang dilakukan terlihat
dalam melihat suatu persoalan tertentu sama sekali tidak mengindahkan apa yang
seringkali tercermin dari obrolan televisi ada di layar televisi, misalnya membaca,
di antara mereka. Informan dalam keluarga belajar, mengerjakan tugas kuliah,
juga menjadikan televisi sebagai teman yang menerima panggilan telepon, internet-an,
menghibur untuk mengisi kekosongan dari bahkan tidur. Karena itu, acara televisi
ketiadaan anggota keluarga, di saat sedang pilihan yang ditonton tidak selalu berhasil
sendirian di rumah. Demikianlah keluarga merebut perhatian mereka dari aktivitas
informan menonton dengan menjadikan yang lain.
televisi sebagai alat untuk beberapa hal.
Sebagai alat yang memberikan informasi

91
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 9, NOMOR 2, Desember 2012: 85-98

Gambar 1. Praktik Beraktivitas Jamak di televisi tetapi pada saat yang lain mereka
dapat mengacuhkannya sama sekali.
Budiman (2002:132) menjelaskan bahwa
televisi terkadang menjadi semacam suara
latar (background noise) untuk aktivitas
yang lainnya sekaligus menjadikannya
sebagai “teman” yang setia. Oleh karena
itu, menonton televisi dikatakannya
Dengan melakukan praktik
mendapatkan beraneka pengalaman seperti
beraktivitas jamak, informan bisa
yang terlihat dalam tabel di bawah ini:
memperhatikan apa yang mereka saksikan

Tabel 1. Praktik Beraktivitas Jamak Keluarga Informan

Nama Praktik beraktivitas jamak


Bu Sus Meracik bumbu masakan, sambil makan, mondar-mandir dari dapur ke arena menonton di
ruang belakang, ngobrol, sambil tiduran
Mbak Yes Ngobrol, sambil tiduran, kirim-terima sms, sambil menelepon
Titin Sambil tiduran, kirim-terima sms, sambil makan, mondar-mandir dari arena menonton yang
satu ke yang lain (dari ruang tengah ke ruang belakang)
Mbak Tin Kirim-terima sms, sambil makan, ngobrol
Icha Mengerjakan tugas kuliah, bermain laptop, kirim-terima sms, sambil makan, ngobrol, belajar
Ninit Mengerjakan tugas kuliah, kirim-terima sms, ngobrol, belajar
Riris Kirim-terima sms, luluran sebelum mandi di depan televisi

Dari data di atas, semakin menguatkan Ati untuk melakukan praktik beraktivitas
kesan bahwa televisi tidak menjadi pusat jamak. Sedangkan pesawat televisi yang ada
perhatian dari infoman. Praktik beraktivitas di dalam kamar tidur memberikan suasana
jamak juga tidak bisa dilepaskan dari tata dekat bagi Bu Ati. Beliau dimungkinkan
letak penempatan pesawat televisi itu menonton televisi sambil berbaring malas
sendiri. Posisi di mana pesawat televisi di atas tempat tidur. Informan dalam
ditempatkan pada ruang tertentu membe­ keluarga Pandega Marta jarang melakukan
rikan suasana psikologis tertentu. Pesawat praktik beraktivitas jamak seperti yang
televisi di rumah Pojok Sekip yang ada muncul berikut,
di ruang tengah, memang menjadi tempat Hari minggu di rumah Pandega Marta.
Sepulang dari gereja pagi, masing-masing
berkumpulnya anggota keluarga sehingga anggota keluarga berganti pakaian dan mulai
mereka pun begitu terbiasa berbincang- mengerjakan akti­vitas senggang mereka. Aan
me­milih bersantai di depan kompu­ternya, se­
bincang di arena menonton tersebut. Titin kadar ngegame atau malahan ngenet. Bu Ati
pun lebih sering belajar atau makan di mulai duduk di meja makan dan menyalin
sms kiriman yang berisikan kata-kata bijak
depan televisi sebagai aktivitas sambilan. dari para sahabat ke buku catatan. Sementara
Sementara itu, pesawat televisi di itu, Pak Pam duduk bersantai di sofa panjang
sambil menonton televisi, tayangan seputar
rumah Pandega Marta terletak jauh dari peng­hitungan suara pemilu legislatif menjadi
dapur sehingga tidak memungkinkan Bu pilihan menontonnya. Masing-masing
anggota keluarga me­lakukan aktivitas yang

92
Reny Triwardani. Etnografi Pemirsa dan ...

berbeda pada ruangan yang sama. Beberapa pe­­ngendali jarak jauh (remote control).
waktu kemudian, mereka seolah “terhubung
kembali” ketika makan siang sudah siap dan Mereka menggunakan remote control
pesawat televisi pun dimatikan (Triwardani, untuk berpindah saluran dari satu stasiun
catatan lapangan, April 2009)
televisi ke stasiun televisi lain. Dengan cara
Selain konfigurasi letak pesawat berganti-ganti seperti itu, mereka dapat
televisi, praktik beraktivitas jamak berkaitan menonton lebih dari satu program acara di
erat dengan kepemilikan media teknologi televisi pada waktu yang hampir bersamaan.
informasi dan komunikasi (MTIK) lain Namun, pemegang alat pengendali jarak
seperti radio, video, handphone, dan jauh bukan berarti menjadi penguasa yang
internet. Lagipula, penempatan media- menentukan acara televisi apa yang hendak
media pilihan lain tersebut seringkali ditonton. Dalam penelitian ini, pemegang
berada di dalam ruangan yang sama atau alat pengendali jarak jauh ini lebih berperan
tidak berjauhan dengan pesawat televisi. sebagai orang yang bertugas mengganti-
Misalkan, pesawat televisi seringkali ganti saluran pada saat jeda iklan sesuai
dilengkapi dengan perangkat VCD player dengan permintaan penonton lain. Berbeda
dan diletakkan di tempat yang sama. dengan hasil penelitian Morley (1986:148),
Pesawat telepon juga diletakkan tidak dalam bukunya Family Television, yang
jauh dari posisi pesawat televisi berada. menyebutkan alat pengendali jarak jauh
Media-media pilihan lain memang tidak dapat menjadi penanda kekuasaan seseorang
menghilangkan sama sekali penggunaan dalam kebiasaan menonton suatu keluarga.
media televisi. Kepemilikan media Alat pengendali jarak jauh ini secara khas
teknologi selain media televisi bahkan disebutkan pula sebagai kepunyaan milik
mendorong informan untuk melakukan sang ayah (atau anak dalam ketidakhadiran
aktivitas bermedia jamak. Sebab itu, ayah).
informan dalam keluarga Pojok Sekip atau Baik di rumah Pojok Sekip maupun di
Pandega Marta terbiasa menggunakan lebih rumah Pandega Marta, penguasaan atas alat
dari satu media. Sebagai contoh, Bu Sus pengendali jarak jauh tidak menunjukkan
dan Bu Ati seringkali menerima panggilan adanya relasi kuasa bilamana menonton
telepon selama waktu menonton. Anak- bersama. Otoritas akan dimiliki seseorang
anak kos juga melakukan hal yang sama yang memegang alat pengendali jarak
dengan laptop atau ponsel mereka. jauh bilamana sedang menonton sendirian.
Perilaku mengganti-ganti saluran Sebagai misal, Riris begitu leluasa
televisi. Jika dikaitkan dengan kebiasaan mengganti-ganti saluran televisi manakala
menonton, maka informan juga memper­ menonton sendirian sore hari.
lihatkan perilaku mengganti-ganti sa­
luran televisi selama menonton televisi.
Setiap pesawat televisi yang dimiliki ke­
luarga informan dilengkapi dengan alat

93
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 9, NOMOR 2, Desember 2012: 85-98

Gambar 2. Perilaku Mengganti-ganti Saluran Televisi stasiun televisi, seperti halnya telah
menjadi kebiasaan mereka melakukan
“klik,klik,klik” dengan alat pengendali
jarak jauh tersebut. Seperti halnya Bu Ati
menggunakan alat pengendali jarak jauh
dengan sembarang saja karena tidak ada
sesuatu yang menjadi tontonan favoritnya.
Selain itu, informan memperlihatkan
Perpindahan saluran televisi biasanya perilaku mengganti-ganti saluran televisi
muncul berulang kali pada saat jeda iklan. pada saat mereka sudah ajeg dengan dua
Menurut Siddarth dan Chattopadhyay atau lebih acara televisi yang mereka ikuti.
(1998), faktor yang menentukan perilaku Bu Sus mengganti-ganti saluran televisi
mengganti-ganti saluran televisi pada saat dengan mahir karena dua sinetron yang
jeda iklan di antaranya, audiens sudah diikutinya memiliki waktu penayangan
pernah melihat iklan yang ditayangkan yang sama. Perpindahan saluran biasa
sebelumnya, nilai komersial yang terjadi pada saat jeda iklan. Dalam situasi
diterimakan audiens, relevansi iklan ini, Bu Sus telah menetapkan sinetron mana
dalam kategori produk dan sejarah belanja yang lebih diutamakan sebagai acuannya.
audiens dan seterusnya. Dalam kaitan Tayangan televisi dianggap sebagai suatu
ini, perilaku mengganti-ganti saluran acara yang masuk akal atau tidak masuk
televisi terjadi bilamana informan sedang akal, menarik atau terlalu berlebihan,
memilih acara televisi tertentu. Mereka membosankan atau cukup menghibur juga
biasanya mengamat-amati apa yang dianggap informan turut menimbulkan
muncul di layar televisi terlebih dahulu dan perilaku mengganti-ganti saluran televisi
kemudian berhenti pada tayangan televisi selama waktu menonton
yang mereka sukai atau yang menahan
Acara televisi sebagai bahan
perhatian mereka untuk kemudian terlibat
obrolan. Ann Gray (1992) sebelumnya
di dalamnya. Selain itu, tampilan iklan-
menjelaskan bahwa bagian yang paling
iklan yang muncul seringkali mendorong
penting dari kenikmatan serial televisi
mereka untuk mengabaikannya dengan
adalah untuk memperbincangkannya
cara mengganti saluran stasiun televisi
sepanjang hari. Menonton televisi tidak
yang tidak menampilkan iklan.
menjadi proses yang pasif bagi informan.
Pada waktu-waktu tertentu, perilaku Mereka tidak duduk diam di depan
mengganti-ganti saluran televisi juga televisi dan kemudian menerima apa saja
berlangsung secara otomatis. Maksudnya yang disampaikan oleh media televisi.
ialah bilamana mereka sedang duduk Informan dalam keluarga bisa makan dan
di depan televisi, dengan tindakan minum selama menonton televisi, terlibat
spontan mereka mengganti-ganti saluran dengan pembicaraan yang terkait dengan

94
Reny Triwardani. Etnografi Pemirsa dan ...

teks televisi maupun yang tidak terkait (kesal) aja. Emangnya setelah mereka jihad,
perangnya bisa langsung kelar. Menurutku ya,
sama sekali. Dalam perbincangan itulah, Bu…Gpp deh mereka pergi jihad sekalian ya...
informan membicarakan isu-isu yang biar pada mati di padang gurun sana (masih
dengan nada jengkel), jadinya gak bikin rusuh
sedang berkembang dalam berita terkini, terus di sini”, terangnya (percakapan sambil
karakter tokoh dalam cerita sinetron, atau lalu, Januari 2009).
gosip-gosip artis dalam dunia selebritis.
Dinamika komunikasi sosial yang
Teks televisi itu kemudian menjadi sumber
berlangsung di antara informan menje­
bahan obrolan di antara informan.
laskan bahwa obrolan televisi seringkali di­
Pada suatu pagi Mbak Yes, Mbak Tin dan Icha
sedang menonton INBOX bersama. dekatkan dengan situasi sehari-hari mereka.
Mbak Yes: “Orang Indonesia ki loh kok heboh Dari apa yang dialami informan dapat
sendiri ya hanya karena Obama pernah dikatakan bahwa teks televisi memainkan
tinggal di Jakarta, langsung aja dihubung-
hubungkan kedekatan Indonesia dengan peranan penting dalam kehidupan sosial
Amerika. Padahal kan gak ngefek juga. mereka,seperti argumen yang diungkapkan
Sekalipun pernah tinggal di Indonesia, Obama
tetap saja orang Amerika. Njuk artis-artis itu Morley (1986:22):
rame-rame kasi komentar, mereka bangga Television is being used purposefully by
Obama yang pernah tinggal di Indonesia jadi family members to construct the occasions of
presiden”. their interactions and to construct the context
Mbak Tin menimpali: “Biasalah, pengen ikut- within which they can interact. Television,
ikutan dikenal dunia mungkin (sambil tertawa he concludes, is being used to provide the
lepas), asal ada Indonesia-nya kan bangga”. reference points, the ground, the material, the
stuff of conversation.
Icha pun segera menambahkan: “Iya, bener.
Malahan di berita kemarin dibilang kalau
sekolah Menteng mo dikasi patungnya Obama, Dalam kaitan ini, obrolan televisi
berlebihan banget toh”. (catatan lapangan, ternyata juga mampu merekatkan hubungan
Januari 2009).
informan dalam pergaulan mereka. Ninit
Informasi yang diterima dari televisi dan teman-temannya di kampus sering
direduksi lagi oleh mereka sebagai membahas cerita dalam sinetron Cinta Fitri,
pertimbangan tentang sesuatu hal. Berbagai bahkan manakala ada salah seorang dari
opini kemudian muncul dengan nilai-nilai mereka bertingkah laku kurang baik, maka
individual yang jadi dasar atas tanggapan mereka akan memperolok-olok dengan
terhadap teks televisi. menyebutnya sebagai Mischa, tokoh
Ketika menonton program Reportase. Mbak antagonis dalam cerita sinetron Cinta Fitri.
Yes mengomentari berita pasukan jihad FPI
Tentu saja mereka melakukannya dalam
ke Israel. “Bu, tau ndak FPI mo kirim pasukan
jihad ke Israel. Aku ndak ngerti ya, kenapa canda tawa yang mencairkan suasana.
mereka (FPI) tuh suka banget buat aksi
Interaksi yang terjalin di antara Ninit dan
anarkis. Aku mengutuk tindakan agresi Israel
itu karena berdasarkan segi hukum Israel teman-temannya seperti itu, menyerap apa
udah melanggar HAM dan prinsipnya gak
yang telah ditonton di televisi, kemudian
adil buat warga sipil yang menjadi korban.
Tapi tidak perlu juga toh disikapi dengan aksi membagikannya kembali di antara mereka
berjihad seperti itu. Udah gitu suka dikaitkan
sebagai bahan perbincangan.
dengan isu agama seolah Israel identik
dengan kita (agama Kristen), bikin gondok

95
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 9, NOMOR 2, Desember 2012: 85-98

Dalam suatu percakapan, reaksi respon ruang dan waktu sehari-hari. Televisi kini
berjalan mengalir begitu saja, dan individu telah menjadi media teknologi keluarga
satu dengan yang lain berusaha untuk modern, khususnya dalam keluarga
menyesuaikan apa yang menjadi bahan informan, yang telah menyatu ke dalam
obrolan tentang televisi. Dalam proses dinamika kegiatan keseharian. Sebab itu,
inilah, respon yang bergulir itu kemudian pola-pola interaksi dan komunikasi di antara
mengarah pada nilai-nilai individual yang informan dalam keluarga telah termediasi
bukan dari nilai terpaan televisi, menjadi oleh perangkat-perangkat teknologi seperti
pernyataan yang subjektif sifatnya sebagai halnya televisi. Fakta yang ada dalam
bentuk selektivitas aktif terhadap apa yang televisi kemudian ditanggapi informan
disaksikan di televisi. sebagai sesuatu yang berhubungan
Dari pola kebiasaan menonton infor­ dengan realita kehidupan sehari-hari
man dapat diketahui bahwa tidak semua dengan menggunakan kerangka referensi
jenis acara-acara televisi yang ditawarkan yang dimilikinya. Akan tetapi, televisi
menjadi minat informan dalam keluarga. tidak selalu menjadi pusat perhatian dari
Ada selektivitas dari informan untuk informan selama berlangsungnya aktivitas
menonton televisi. Cara pandang dan tin­ bermedia tersebut sebagaimana pola-pola
dakan menonton yang dilakukan informan kebiasaan yang muncul seperti praktik
memperlihatkan bahwa informan telah multitasking, perilaku mengganti-ganti
melakukan mekanisme negosiasi secara saluran televisi dan memperbincangkan
sederhana. Dalam proses ini, informan tidak acara televisi. Dalam proses ini, dinamika
sedang diposisikan dalam kategori posisi perilaku menonton berkaitan erat dengan
dominan, negosiasi atau oposisi seperti aspek-aspek yang sifatnya kontekstual.
dalam konsep Stuart Hall. Mekanisme
negosiasi yang dimaksudkan ialah informan
DAFTAR PUSTAKA
menegosiasikan aspek-aspek kontekstual
terlibat dalam pola-pola interaksi bermedia.
Determinasi aspek-aspek kontekstual Ang, Ien. 1996. Living Room Wars:
terlibat inilah yang memunculkan dinamika Rethinking media audiences
perilaku menonton yang berbeda di antara for postmodern world. London:
informan dalam keluarga. Routledge.
Budiman, Kris. 2002. Di depan kotak ajaib:
KESIMPULAN DAN SARAN
menonton televisi sebagai praktik
Masa tinggal bersama informan konsumsi. Yogyakarta: Galang Press.
dalam kedua keluarga telah menghasilkan Featherstone, Mike. 1992. The Heroic Life
pemahaman bahwa menonton televisi and Everyday Life. Theory, Culture,
sebagai praktik budaya melibatkan aspek- Society Journal http://tcs.sagepub.
aspek kontekstual terlibat di dalam lintas com akses tanggal 8 April 2007

96
Reny Triwardani. Etnografi Pemirsa dan ...

Gauntlett, David and Annette Hill. 1999. Moores, Shaun. 1993. Interpreting
TV Living: Television, Culture and Audiences: The Ethnography of
Everyday Life. London: Routledge. Media Consumption. London: Sage
Geertz, Hildred. 1983. Keluarga Jawa. Publication.
Jakarta: Grafiti Press. Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi
Ida, Rachmah. Audience,Viewing Practice Penelitian Kualitatif. Bandung:
and Female Spectatorship in Rosdakarya
Contemporary Indoensia. Masyarakat, Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto (ed).
Kebudayaan, dan Politik, Th XIX, 2007. Sosiologi: Teks pengantar dan
No.3, Juli. 2006. hal. 1-13 terapan. Jakarta: Kencana.
Jensen, Klaus Bruhn and Nicholas Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma
W.Jankowski. 1991. A Handbook of Penelitian Sosial (dari Denzin Guba
Qualitative Methodologies for Mass dan Penerapannya). Yogyakarta:
Communication Research. London: Tiara Wacana
Routledge Sen, Krishna and David T. Hill. 2000.
Jensen, K. 1993. The Past in the Future: Media, Culture and Politics in
Problems and Potentials of Historical Indonesia. London: Oxford University
Reception Studies. Journal of Press.
Communication. 43(4). hal 20-28. Siddarth, S dan Chattopadhyay, Amitava.
Kitley, Philip. 2000. Konstruksi Budaya 1998. To Zap or Not to Zap: A Study
Bangsa di Layar Kaca. Jakarta: LSPP of the Determinants of Channel
dan ISAI. Switching during Commercials.
Kompas, 17 Mei 2008 Marketing Science, Vol. 17, No. 2
La Pastina, Antonio. 2005. Audience (1998), pp. 124-138
Ethnographies: A Media Engagement Silverstone, Roger. 1994. Television and
Approach. http://www.sagepub. Everyday Life. London: Routledge.
com/repository/binaries/freelancers/ Williams, Raymond. 2009. Televisi.
ProofreadingTest.pdf Terjemahan Dian Yanuardy. Resist
Lembo, Ron. 2000. Thinking through Book: Yogyakarta
Television. Cambridge: Cambridge
University Press Internet
Morley, David. 1986. Family Television: Akses terhadap Media Massa
Cultural power and domestic leisure. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.
London: Routledge. php?tabel=1&daftar=1&id_
Morley, David. 1992. Television, Audience subjek=27&notab=36 akses tanggal
and Cultural Studies. London: 19 Oktober 2010
Routledge.

97
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 9, NOMOR 2, Desember 2012: 85-98

98

Anda mungkin juga menyukai