KEWARGANEGARAAN
Menjelaskan identitas sbg warga negara Menjelaskan konsep Kekuasaan dan Legitimasi
Di Amerika
▪ Tahun 1790 memberlakukan ‘Theory of Americanization’ yaitu kebijakan Amerika bagi semua
orang di Amerika, baik penduduk asli, penjelajah, maupun imigran yang berasal dari berbagai
penjuru dunia.
▪ Teori ini diaplikasikan ke dalam bidang edukasi melalui mata pelajaran disebut ‘civics’ dari
‘civis’ (bahasa Latin) artinya warga negara, di Inggeriskan ‘civic’ artinya warga negara. Di
sebut ‘civics’ karena di lihat dari segi :
▪ Edukasi : mendidik orang yang tinggal di Amerika menjadi warga negara Amerika
yang baik.
▪ Politik : membentuk karakter yang bertanggung- jawab untuk negaranya dengan
cara antara lain memberikan masukan atau kritik kepada pemerintahan demi kepentingan
negara.
Di Indonesia
▪ Dimulai dari zaman penjajahan Belanda dikenal dengan Burgerkunde, merupakan suatu siasat
Belanda agar pribumi tunduk pada Belanda sehingga tetap menjajah.
▪ Pada tahun 1950-an dikenal dengan Civics, Kewarganegaraan, Kewargaan-Negara.
▪ Pada tahun 1970-an dikenal dengan Pendidikan Kewiraan (untuk Perg. Tinggi) dengan tujuan
mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa harus siap bela negara.
▪ Pada saat Reformasi berubah menjadi Kewarganegaraan
▪ Ilmu Kewarganegaraan mempunyai sebuah tata pikir yang logis, memahami konsep
dasar, pengetahuan dan epistemologis serta bernilai bagi kehidupan warga negara
dari generasi ke generasi berikutnya.
▪ Sebuah konsep berasal dari konstruksi akal yang berangkat dari data yang
diperoleh dari pengalaman sehari-hari dan ide bawaan manusia sehingga memiliki
martabat hidup yang benar.
▪ Pengetahuan alamiah tentang ruang dan waktu menjadi kerangka untuk pengetahuan
inderawi yang bersinergi sebagai konsep berdasarkan pada kebenaran hakiki serta
rasa keadilan.
▪ Pancasila, dasar dan falsafah negara dan bangsa Indonesia yang lahir dari bumi
nusantara. Prinsip dan nilai-nilai luhur tersebut sudah ada di dalam kearifan lokal dan
peradaban setiap suku bangsa di Indonesia.
▪ UUD 1945, dasar hukum dan sumber hukum dan perundang-undangan bagi negara
Indonesia di dalam menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan
bersih, adil, dan demokratis.
▪ NKRI, negara berdiri berdasarkan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang dibangun
dengan kesadaran untuk melaksanakan kehidupan berke-Tuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
▪ Bhinneka Tunggal Ika, keragaman suku, bangsa, agama, kepercayaan, budaya, dan
lain-lain merupakan kekayaan dan potensi untuk penyelenggaraan negara sebaik-
baiknya. Keragaman merupakan keunikan Indonesia dan sekaligus potensi bagi
kemajuan peradaban bangsa Indonesia.
▪ Awal dari Wawasan Dunia seseorang berawal dari sebuah keyakinan mendasar akan
keberadaan Allah, manusia, dan alam semesta; pengetahuan akan kebenaran-kebenaran yang
ada di dalam keberadaan tersebut secara obyektif dan subyektif; serta nilai atau makna yang
tersimpan atau diproyeksikan oleh kebenaran-kebenaran tersebut secara utuh menyeluruh.
▪ Keyakinan-keyakinan seseorang bertumbuh dan berkembang serta menghasilkan opini, nilai,
sikap, perilaku dan keterampilan sejak di dalam kandungan sampai dengan kematiannya.
Keyakinan-keyakinan tersebut diawali dari pengetahuan yang bersifat pra teoritis dan
dilanjutkan di dalam teori atau konsep yang sistematis dan konstruktif pada diri seseorang
melalui studi informal dan formal dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan perguruan
tinggi.. Umumnya keyakinan-keyakinan tersebut mengalami pembaruan dan pengoreksian
seiring pemanfaatan dan fungsi akal, hati nurani dan iman seseorang di dalam menjalankan
sistem kehidupannya.
Memahami Wawasan Dunia
▪ Wawasan dunia seseorang dapat dipengaruhi dan mempengaruhi keluarga, kelompok atau
komunitas, dimana dia ada, berada dan hidup di dalamnya. Umumnya, kita dapat mengetahui
dan mengenali seseorang berasal dari kelompok atau komunitas tertentu ketika orang tersebut
menyampaikan opini, perilaku dan keterampilannya. Namun demikian, hal tersebut tidak
menutup kemungkinan adanya keunikan atau kekhasan dari wawasan dunia seseorang.
Karena kompleksitas dan keunikan seseorang berkembang dan kreatif secara progresif dan
signifikan sehingga kita tidak mudah mendeteksi dan mengambil kesimpulan atas fenomena
hidup seseorang.
▪ Wawasan dunia Kristen hadir di dunia secara unik dan khas berbeda dengan seluruh wawasan
dunia lainnya, terutama berkaitan dengan keyakinan mendasar dan ultimat akan keberadaan
Allah Tritunggal, manusia sebagai gambar Allah, dan alam sebagai ciptaan Allah. Selain itu,
wawasan dunia Kristen berkaitan dengan sejarah terbagi atas sejarah dunia ini dan sejarah
penebusan yang ada di dalam kedaulatan dan anugerah Allah Tritunggal.
Posisi Wawasan Dunia Kristen
▪ Wawasan dunia Kristen, bersumber dari Alkitab, pengakuan iman, dan tradisi Kristen. Alkitab
adalah firman Tuhan, sumber utama seluruh wawasan dunia Kristen secara langsung dan
berkesinambungan diterapkan secara relevan sepanjang zaman. Pengakuan iman merupakan
kristalisasi ajaran Alkitab dan pemikiran Kristen, khususnya berkaitan dengan pengenalan akan Allah
Tritunggal. Tradisi Kristen merupakan kesaksian iman dan perbuatan orang percaya sepanjang sejarah
gereja yang diwujudkan melalui pemikiran dogmatika, teologis, dan pelaksanaan mandat Injil serta
mandat budaya.
▪ Wawasan dunia Kristen hadir dalam dunia yang sudah jatuh dan rusak oleh dosa dan kuasa si Iblis
untuk mengembalikan manusia kepada pengenalan akan Allah, diri, dan dunia dengan benar dan
bertanggung jawab. Wawasan dunia Kristen berjuang dan berperang melawan wawasan dunia ini
dengan kekuatan, hikmat dan kuasa kebenaran dan kasih Allah Tritunggal sepanjang zaman. Allah
memanggil dan mengutus orang pilihan-Nya untuk hidup di dalam seluruh kebenaran-Nya. Karena
segala kebenaran adalah kebenaran Allah.
▪ Wawasan dunia Kristen merupakan sistem kehidupan orang Kristen di dalam menjalankan mandat
Injil dan mandat budaya di dunia ini. Sistem kehidupan sudah dicemari dosa dan dirusak olehnya.
Karena itu orang percaya memiliki keinginan suci dan mulia untuk melaksanakan mandat Injil dan
mandat budaya dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan.