FATWA
FATWA
l(ONTEMPORER
Jilid 2
BAGIAN I
TEIYTANG SUMBER SUI,IBER AGAMA ISLAM:
AL4tJR'All DAN ALHADITS ?7
l. Penulisan Mushaf AI-Qur'an dengan Sistem Penulisan
Modern 29
2. Menulis Sebagian Ayat Al-Qur'an dengan Huruf Latin 31
3. Masalah Waqaf (Perhentian) dalam AI-Qur'an 36
4. Waqaf yang Merusak Makna 42
5. Para Penentang Hadits Nabi saw. 45
6. Meneliti Sanad dan Matan Hadits 56
7. Tentang Hadits: "Bada al-lslamu Ghariban" 80
8. Tentang Hadits "Tidak Akan Datang Hari Kiamat
sehingga Kamu Memerangi Bangsa Yahudi" 103
9. Kedudukan Hadits "Aktsaru Ahlil-Jannah al-Brrlhu" 111
10. Tentang Ungkapan "an-Nazhaafatu Minallman" 119
11. lmam Rasyid Ridha dan Hadits tentang Nabi Terkena
Sihir 126
12. Kedudukan Hadits-hadits dalam Kltab al-Hatal
Wal-Haram 147
BAGIAN II
SEPUTAR USHLJL DAN QAWA'ID 165
l. Bolehkah Mengamalkan Sesuatu yang Bertentangan
dengan Mazhab Empat? 167
2. Perbedaan Pendapat Para Imam dan Hukum Bertaklid
kepada Mereka 182
3. Tentang Kaidah "Kita Bantu-Membantu dalam Masalah
yang Kita Sepakati dan Bersikap Toleran dalam Masalah
yang Kita Perselisihkan" 193
4. Pembaruan Ushul Fiqih: Antara Menetapkan
dan Menolak 206
BAGIAN III
LAPAI{GAN AQA'ID DAN PERNARA GAIB
0anjutan Jilid D 217
1. Saat Datangnya Hari Kiamat Hanya Allah yang Tahu
(Sanggahan terhadap Dr. Rasyad Khalifah) 219
2. Ramalan Bintang dan Perdukunan dalam Pandangan
Islam 241
3. Benarkah Manusia itu Khalifah Allah di Muka Bumi? 248
4. Hukum Mengucapkan: "Berkat Karunia Allah
dan Perjuangan Mukhlisin" 258
5. Pendapat Ibnu Taimiyah dan lbnul Qayyim
tentang Ketidakkekalan Neraka 265
BACIAN N
I..APANGAN IBADAH DAN ARKANULISLAM 275
1. Masjid dan Politik 2ZZ
2. Tidak Semua yang Baru itu Bid'ah (Penjelasan Mengenai
Bid'ah-bid'ah Hari Jum'at) 283
3. Hisab dan Penetapan Puasa dan ldul Fitri289
4. Zal<at Perhiasan Istri setelah Meninggal Dunia 3/7
5. Hukum Mempergunakan Zakat untuk Membangun
Masjid 319
6. Menggunakan Uang Sumbangan @akat) untuk Keperluan
Administrasi dan Perkantoran 323
7. Membangun Islamic Cenffe dengan UangZakat 325
8. Apakah Minyak Tanah Ada Zakatnya? 328
9. Hukum Mengeluarkan Zakat Fitrah dengan Uang 334
BAGIAN V
MASAL{,H WANITA DAN KELUARGA
(-anjutan Jilld l) 343
L Peranan Hawa dalam Pengusiran Adam dariSurga 345
2. Fitnah dan Suara Wanita 350
3. Menyanggah Penafsiran yang Merendahkan Wanita 352
4. Bolehkah Laki-laki Memandang Perempuan dan
Sebaliknya? 361
5. Hukum Mengucapkan dan Menjawab Salam bagi
Wanita 373
6. Pergaulan Laki-laki dengan Perempuan 38/
7. Wanita Menienguk Laki-laki yang Sakit 395
8. Berjabat Tangan antara Laki-laki dan Perempuan 402
9. Apa saja yang Boleh Dikerjakan Wanita 420
10. Apakah Memakai Cadar itu Bid'ah? 424
11. Apakah Memakai Cadar itu Waiib? 430
12. Hukum Orang Tua Menikahkan Putrinya tanpa
Persetujuannya 467
13. Hukum Mahar dan Hikmahnya 476
'14. Cinta dan Perkawinan 483
15. Apa Saja yang Halal bagi Suami terhadap lstrinya? 48.7
16. Menikah dengan Bekas lbu Mertua yang Anaknya
belum Digauli 496
17. Islam Menghormati dan Meniuniung Deraiat Kaum
Wanita 497
18. Talak dan Khulu' 502
19. Pengembalian dalam Khulu'yang Melebihi Pemberian
Suami 5/.3 t'
20. Pencalonan Wanita Menjadi Anggota Parlemen
dalam Perdebatan 521
21. Bantahan terhadap Fatwa yang Mengharamkan Hak-hak
Politik Kaum Wanita .5JZ
22. Apakah Anak yang Durhaka Terhalang Mendapatkan
Warisan? 546
23. Masalah Warisan 549
24. .Apakah Cucu Mendapat Bagian dari Peninggalan
Kakek? 55l
25. Warisan'AshabahBersama Anak-anak Perempuan 553
26. Memberi Nama Anak dengan Nama-nama Asing 559
27. Jumlah Susuan yang Mengharamkan 562
BAB VI
HI.]BI.JNGAI\' SOSIAL KEMASYARAKATAN:
SEPLJTAR ltilASAIr{H MUAMAIAH 0qnjutan Jilid l) 567
l. Bagaimana Mempergunakan Harta yang Diperoleh
dari Jalan Haram? 569
2. Mencari Kekayaan dengan Jalan Haram 576
3. Undian Berhadiah dari Perusahaan Dagang
@rodusen) 582
4. Seputar Batasan Tunai dalam Jual Beli Valuta 584
5. Adakah Batas Maksimal bagi Keuntungan Pedagang? 587
6. Agama dan Humor 621
7. Hukum Bermain Catur 641
8. Hukum Nyanyian Menurut Pandangan Islam 672
9. Pembajakan Pesawat Terbang dalam Pandangan
Islam 704
10. Rabi'ah al-Adawiyah 713
ll. Amalan Hati dan Anggota Badan 725
BAGIAN WI
RQIH DAII KEDOKTERAN 747
1. Eutanasia 749
2. Seputar Masalah Pencangkokan Organ Tubuh 755
3. Pengguguran Kandungan yang Didasarkan pada Diagnosis
Penyakit Janin 770
4. BankSusu 782
5. Hukum Mukhaddirat (Narkotik) 792
6. Hukum al-Qat (Nama Tanaman) 798
7. Hak dan Kewajiban Keluarga Si Sakit dan Teman-
temannya 806
8. Hukum Menggugurkan Kandungan Hasil
Pemerkosaan 876
9. Jawaban Singkat terhadap Pertanyaan Seputar Masalah
Kedokteran 882
BAGIAN WII
I^A.PANGAN POUTIK DAN PEMERINTAHAN 893
1. Islam dan Politik 895
2. Islam dan Demolrrasi 915
3. Banyak Partai Di Bawah Naungan Daulah Islamiyah 941
4. Toleransi dan Keadilan Islam terhadap Golongan
Nonmuslim 962
5. Tahaptahap Mengubah Kemunkaran dan Kapan
, DiperbolehkanMengubah Kemunkaran
, denganMenggunakanKekuatan? 9A
6. Siapakah Propagandis Fitnah ltu? 1002
7. Menetapkan Hukum sesuai yang Diturunkan Allah 1010
8. Umar bin Abdul Aziz tidak Mengerti Politik? 1038
DAFTARPUSTAKA TO52
INDEIG 1055
ffiffiW
DARI PELITA KENADIAN:
DOA DAN }TUNA'AT
)Yt, ft5a5
"#-<J6,EG. -lb(
9; 6hG #i fr6,,"/,r'J G ;.r|)iii
*_t'!(ri7-3eq',frriKrlrA
"3341G{i1gq)e{4. .zc). 1(? z
35Ji5rraO) /V-, -- ul*
:W +_€e l, /,ri:i A' l; di:,41y, A
Ya NIah, Tuhan bagi Malaikat JibrtL Mikail, dan Isralil Pencipta langit
dan bumi, yang mengetahui alam gaib dan alam nyta. Englraulah yang
memutusl<an hukum di antara hamh-hamfu-Mu mengenai ap lnng
mercka petrelisihkan. Tunjukl<anlah daku kepfu kebenann dengan
izin-Mu &lam mengfiafupi aW nng dipllisihlran orang, fuirWtlnm
Engkaulah png menunjuklran orutg yang l(au kehendaki ke jalan lang
Iempng." (DMutayatkan oleh Imam Musllm dari Aisyah bahua
Nabi saut. alnbtla mengerfakan shalat malam bellau membaca
doa illitah dengan doa lnl)
) :| 1.
i ..:': i:,i .i ,i
W lt:,!.i)!. :':.twf*-
r, i iill;; ,:i,,: t
'ffi .r 1 ir.r:
t.':
.W *li': :1i,ln
PENGANTAR PENERDIT
Penerblt
}TUKADI}IAH
t7
batrwa semua mat€ri ini sudah tertulis --termasuk materi-materi
rr"ns sava pindahkan dari rekaman kaset-- hingga kalimat-kalimat
"rerti
urirUiVa tampak efektif dan tepat. Bahkan, lebih dari ihr, saya
dapat menata kem6ati kalimat-kalimat pertanyaannya.hingga ielas'
mriaan dimengerti, dan mengenai sasaran, kecuali bgberapa perta-
nyaan yang saya pandang sudah memadai dan efektif.
" sesirngEuhiya kedudukan (tugas) memberi fanra merupakan
keOuauUi'yanlagung. Iorena iLilah al-ham Ibnul Qalryim mgniadi-
kannya semadn-'rekomendasi dari Rabb semesta alam' sebagai-
maniyang beliau kemukakan dalam ktab beliau yang terkend, I'la-
mutuiwa{qiIn. Selain itu, mufti (pemberi fatwa) rye-rurykan pelqrus
Nabi saw. irntuk menielaskan perkara yang hatal dan haram dalam
bertindak, yang sahih dan fasid (rus{) dalam bermuamalah'y?!g
miqbul ldiieririal dan yang mardud (ditolak) dalam masalah ibadah,
serta yang hak dan batil dalam itikad.
na inltah yang menyebabkan sebagian ulama salaf yang saleh
*ei"ra tatut ineriUeri fanra sehingga mereka lari darinya sedapat
;un*i" dengan mencari bermacam-macam dasan. Di anJafa mereka
dibalang+avangt ancaman sebuah atsar yang masyhur:
lpiriraf,atton oleh ad-Dariml dalam eunannya, dari Ubaidillah bin Abi fa'far secara
trrrrfir'nwvri, "Bab al-hrya wa Maa Fiihi mln asy-Syiddah"' Juz I' hlm' 75'
18
"Dan ianganlah lamu mengatalen tertndap apWg dt*ktt-*but
oleh lidahmu *cara dusta'ini halal dan ini hanm,, untuk meng_
ada-adal<an kebohongan terhadap NIah. Sesungguhnya orang_
orang Wg mengada-adakan kebohongan terhadap NIah tiadalah
beruntung. (ltu adalah) kexnangan yang sdikit dan bagi mereka
azab yang pedih. " (an-Nahl: I 16.-117l
$^+U4UZ-66l1HiJ>iiqatEt
E€ deur&):p;tAfii (gt, utsi
t9
W,*WLrg/,,itisi'4ro5e6i:r/6t
"6,r;v $#,
( oH, obt \,
6rfr\ t$iLl
'saungahnlnNlahtidakmencabutilmudengutxttamertadad
hati manusiA tetapi Dia mencabut ilmu dengan mematilran pn
ulann. Sehingga iil<a sudah tidalc ada orangalim lagi, oruryonng
pu, pemimpin Sang iahil. Arybila ditanya, merc*a
'membei
^engarfi*at
fatwa tanp beidaarl<an ilmu, malta ia meniadi srjsElt dan
meny*tlcan "(IIR Bukharl dan Musltm)
Kita seharusnya merasa sedih dan prihatin karena pada masa se-
k;;fail dianggap sebagai persoalan lang sanga! 1inry Ada di
inarforung yangEUinarnya tiaat mengetahui seluk beluk tentang
fiqih beranirireniberi fanua. Di antara mereka ada iuga orang )ang
sa'ma sekali tidak mengenal syarat-syarat iJtihad, tetapi mengaku
se-
bagai ahli iJtihad sehi-ngga rigkat mqmleJi fanra te$nlg U"tU"gqi
ffirod"n vins rumit dfr sdit --padahal lembaga-lembaga ilmiah
iert"nnn yang telah beberapa kali mengadakan pembahasan te$ang
;;s"atil teisebut belurn dapat memutuskannya.,Bahlan-f*nua
[tuifr-t"O""C-kadang berten:tangan dengan iim?1 uqpa te_rdahulu
d"r rlr." sekiang, teapi semua tnr Uaat mereka hiraukan. SunggUh
tepat pernyaraan yang pernah disinyalir dalam sebuah hadits Nabi.
-uas'ud-r.a.-bihwa
oiri rbnu Rasulullah saw' bersabda:
$,,!!'!rf4v.gfud"gq3T(eEY
zt,Jt tL o d re ) t!i;, 6'&6 {*";t
.
(3eb.t**vs!
"Diantarawrkataannabi-nabiterdahuluyngnnsihdaptdiketa.
hui orang ialatt: litra Anfu tidak puryn taf! malu, malaa hfulranlah
ap aia-yng Anda sukai.'" (HR Bukharl, Alurad' Abu Daud'
dan tdnri ua;anP
2lugA diriwalatkan oleh 1111am Ahmad dari Hudzaifah sebagalmana disebutkan 6alam
Shahih al-Jami' ash- Shtghir.
20
Bahkan ada sebagian anak muda yang begitu berani menceburkan
diri dalam lingkaran fatwa mengenai masalah-masalah yang pelik
dan rumit, baik mengenai persoalan akidah dan amaliah ataupun
masalah individu dan kemasyarakaan. Mereka dengirn sangat berani
menghalalkan dan mengharamkan sesuatu, mengafirkan dan meng-
anggap dosa orang lain, menyalahkan para ulama terdahulu dan
menganggap sesat ulama kemudian, serta dengan seenaknya "mem-
bidikkan panah" ke kanan dan ke kiri. Padahal, mereka hanyalah
tunas yang baru tumbuh, yang belum sempurna kejadiannya.
Tidak ada daya untuk menjauhi maksiat dan tidak ada kekuatan
untuk melaksanakan ketaatan kecuali dengan pertolongan Allah.
Telah saya jelaskan dalam mukadimah iuz awal dari kitab al-
Fatawi dan dalam risalah "al-Fatwa baina al-Indhibath wa at-Tasayyub"
tentang metode yang saya pergunakan dalam memberi fatwa, berar-
gumentasi, mentarjih (menentukan mana yang lebih kuat), dan
memberikan penjelasan. \alam hal ini tidak cukup seseorang mem-
berikan jawaban secirra satlek (lugas) dengan mengatakan bahwa
sesuatu itu terhukum boleh atau tidak boleh, fasid atau sahih, seba-
gaimana yang dilakukan sebagian ahli fanua pada masa dahulu mau-
pun sekarang. Seharusnya seseorang memberikan jawaban secara
rinci, tidak cukup dengan pendekatan dalil semata-mata. Ia harus
berijtihad mengumpulkan berbagai dalil dan .ugumentasi yang se-
kiranya dapat memuaskan dahaga dan mampu mengobati penyakit,
dan sudah barang tentu hal ini memerlukan pembahasan mengenai
tema-tema yang bersangkutan.
Dengan kata lain kita harus melihat fanua sebagai suatu bentuk
dan warna dakwah, yang menjelaskan hukum syara' mengenai
sesuatu yang wajib, mustahab, makruh, haram, atau mubah --sudah
tentu, dalam hal ini perlu meluruskan paham-paham yang keliru. Di
samping itu, ia iuga menerangkan kebenaran, menolak kebatilan dan
syubhat, menjelaskan hikmah dan rahasia sesuatu, berkeinginan
keras untuk memberikan penerangan kepada akal, menghidupkan
hati, memandu perjalanan, serta menepis kezaliman dan kepalsuan
terhadap Islam di anara kebodohan putra-putranya, kelemahan ula-
manya, dan kerusakan para penguasanya.
Menurut saya, zarman kita sekarang ini lebih memerlukan
penyatuan antara fiqih dan dakwah, artinya seorang da'i haruslah
atrli dalam hal fiqih dan seorang ahli fiqih haruslah memiliki senumgat
berdakwah. Dengan demikian tidak akan ada orang yang dapat me-
lakukan taidid (reformasi) agama ini dalam pikiran dan hati umat,
2t
kecuali da'i yang memiliki pikiran sebagai ahli fiqih dan ahli fiqih
yang memiliki ruh da'i.
" frngkah inilah yang seharusnya kita lakukandan persiapkan se-
hingga-kelompok iang kita harapkan ini akan qpat qnryiud dan
tami'n di seluiuh fenjuru
-rtan
bumi. Mereka memberi fanra berdasarkan
hu;;ih yang kuat berdakwah dengan keterangan yang ielas' se-
bagaimana firman Allah:
(agamalkt, aktt dan otang'orug Wg
"Katal<anlah: Tnilah ialan
mengikttikn mengaiak (l<anu) kepdaNlah dengu huiiahtang
nyata Maha Suci Nlah, dan aIru tiada termawk oruq'otangWg
muryrik- flusuf: IO8)
perlu juga saya tandaskan di sini bahwa dalar_n iuz ini saya masih
teap men&unaftan manhaj yang-!1y-a percayai dan saya sukai, baik
da[m daffiah, pengaiaran,-penaiaikn, atau fatwa, yaiu manhai
wasathiyyah lmodlratl.'ttarena Allah telah memberikan keistimeuman
tepadiirmai lslam sibagai umat yang moderat, adil, dan pilihan, se-
bagaimana ftrman-NYa:
"Dan demikian (pu@ runi lr;lah meniadilan lramu (wnt Islan),
umat yang adil dut pilihn...." (al-Baqaralrz 1431
Oleh sebab itu, saya tidak cenderung unnrk bersikap eksrem dan
berlebih-lebihan, karena orang yang berlebih-lebihan akan binasa.
Saya juga tidak cenderung Ueisikap mengabaikan dan lep-as bebas,
kaieni igama itu tengah-tengah antara sikap berlebihan daqmeng-
abaikan.-Sedangkan Jit12p yang paltng baik ialah seimbang dan adil
seperti yang diserukan Al-Qur'an:
"SuF)n kanu ingu melampuibtastentangnencaitu' Dan te'
Satkanlah tinbangfi itu dengan adil dan iangnlah kamu
me-
ngrang neraca 11fu. " (ar-Rahman: 8-9)
felas bahwa ayat ini menyuruh \ita agar bersikap tengah-tengah,
tidik melebihi atau mengurangi dalam timbangan.
saya telah membaca pemikiran cemerlang Imam syathibi mengenai
maiiiatr ini, sehingga rirenambah keyakinan say_a terhadap manhaj
V*g *1" pilih danlienambah keteguhan saya dalam berpegngpada
iain'Va iu,ig kokoh. petuniuk ke arah ini sayayakini sebagai karunia
aUiti iirrf,"Aan karunia-Nya kepada kita memang sangat besar, nik-
mat-ttya tidapatr terhitung dantidak terbilang. Semoga Allah men-
dan
iaA*air kita sebagai oran! yang ahli mensyukuri nikmat-Nya
22
mudah-mudahan Dia selalu menambahnya untuk kia.
. Iryam_ Syathibi menjelaskan bahwa Mufti yang mencapai derajat
tinggi ialah yang m9mlawa manusia kepada sikap modirat, sikap
yang sesuai dengan jumhur. Ia tidak membawa mereka dengan sikair
keras dan tidak cenderung melepaskannya.
lnilah ialan lurus yang dibawa syariat, karena maksud pembuat
l/."Iur.(AF!-SltD ialah membawa muhailaf agar bersikap moderat,
tidak berlebih-lebihan_ dan ridak mengabai-kan. apabila mufti
penylmpang dari manhai ini terhadap orang-orang ying meminta
fatwa, berarti ia telah menyimpangdari maks"ud dan"niil; p.r6rut
syariat. oleh karena itu, sikap yang melenceng dari iikap moderat
merupakan sikap tercela menurut para ulama yang pandai.
. Di samping inr, sikap seperti inilah yang dipahami dari keber-
adaan Rasulullah saw. dan p-ara sahabany{yaigmulia. ttita temui
dalam satu sisi kehidupan Rasulullah saw. 6ahia beliau menotat
sikap beberapa orang sahabat yang hendak hidup memuuians.-rada
saat yang lain, ketika Mu,adz m.engimgmi shahf be4amaih iengan
membaca surat-surat y-ang naniang, beliau menegurnya: ,Apa[ah
engkau hendak menjadi tukang fitnah (membuat kErusikant, warrai
Mr!adz?"- (HR Imam y,ang Lima sehiir tirmidzi). Dan beliiu ber-
sabda pula:,"Sezungguhnya di antara kamu ada drangyang frenAat
membuat orang l{1 lari., (HR Bukhari dalam ,gab Shiit
Dalam sabda beliau yang lain:
l"ir""f,;l
9:116:?;$1V*GSJEGGttSVur,
kst4,ob.) ,wiaiiSzlts
"Sedang-danglah lramu, hampirl<an dirimu, dan gunahn vafut
pagi dan *re dan sdikitwarrtu maram. Hang-sdanglah ramu,
psti al<an smryi." (HRBukhari rlnlnm .Kitab
"f-f-"r,")
Dalam hadits lain beliau bersabda:
kg'.i'i69,
,/ 2)-,,
6,FiG:{e
lAue,-),j): psotil,:ai o\,, . 0* rga
"Hendaklah lcanu lakulcan amal menurut kemampuanmu, karena
23
Ntah itu tidak meras bowt *hinga kamu *ndiri tang merun
bosan."(HR Ahmad, Bukharl' Musllm, dan Abu DaudP
36!412t6eW66)b),Fiq
<;*w;t .:.,4 if---,?, i ali 1'4a:') , 33
"AntalanWry patfurg dicintai Nhh ialah Wg dila*fl//fu/. wn rutin
oleh Plalanlta, makiPun srdikil4
24
lVahai Tuhan kami, janganlah Engl<au jadikan hati kami ondong
kepda kesr:v,tan *sudah Endrau ben pfinjuk kepda kani, dan
lraruniailah lrami nhmat dari sisi Engku, lrarcna *sungguhrry
Engfuulah Maha Pemberi (kprunia)." llrJl Imram: 8)
25
BAGANI
TENTAT{G SUMBER-SUMBER
AGAlvlA ISLAM: AL,QUR'AI{
DA}.I AL.HADITS
1
Pertanyaon:
Mengapa Al-Qur'an tidak dicetak dengan menggunakan metode
penulisan-yang biasa untuk memudahkan para pelaiar membaca,
inenghafal, dan menulisnya? Apakah ada larangan sya{?' mengenai
hal iiil Dan bolehkah menulis s-ebagan ayat Al-Qur'an di papan tulis
dengan menggunakan sistem penulisan png biasa pada waktu proses
belajar-mengajar?
Jawaban:
Di antara keistimewaan Al-Qur'an el-xarim --kitab suci umat
Islam yang kekal sekaligus sebagai mukjizat- ialah bahwa Allah SWT
telah menjamin pemeliharaannya, sebagaimana ftrman-Nya:
Q|jr!:i'ut''5t\u;sruY
N'Qufut, futr x-
"sesungguhrya lGmilah Wg menurunkan
sungguhryra IGmi benar-benar memelihanryra" (al-Il{r: 9)
29
Nabi saw. hingga hari ini, bahkan sampai pada suatu masa yang di-
kehendaki Allah (kiamat). Mutawatir dari generasi ke generasi, se-
hingga orang-or.rng tua maupun anak-anak muda menghafalkannya
di luar kepala. Mereka membaca Al-Qur'an anpa mengubah sedikit
pun kaa dan hurufnya sebagaimana ia pertama kali diturunkan. Sis-
tem baca yang mereka pergunakan juga mutawatir, seperti ketepatan
ghunnah-nya (bunyr sengau), mad-nya (aturan panjang dan pendek-
nya bunyi ucapan), harakatnya, dan sukunnya. Al-eur'an juga
mutawatir dengan lafal dan maknanya, dan hal ini tidak terdapat
dalam kitab suci agama mana pun.
Selain itu, di antara wasilah pemeliharaannya ialah bahwa Allah
memberikan ilham kepada kaum muslim sejak zaman sahabat untuk
memelihara tulisannya, sehingga mereka tidak berani mengubah dan
mengganti bentuknya. Demikianlah keseriusan mereka dalam
memelihara Al-Qur'an. Oleh karenanya hingga saat ini Al-eur'an
senantiasa dibaca sebagaimana tertulis sejak zaman sahabat.
Ide penulisan mushaf ini muncul pada masa khalifah ketiga, Utsman
bin Affan --dengan disaksikan dan disenrjui oleh para sahabat Nabi
saw.-- sehingga sampai kini disebut sebagai Mushaf Utsman. Se-
dangkan tulisannya digolongkan sebagai Rasm Utsmani (penulisan
Utsmani) karena dinisbatkan kepada khalifah ketiga ini.
Set€lah itu muncul bermacam-macam sistem penulisan dan kaidah
imla' sesu.li perkembangan zaman, namun sampai saat ini kaum
muslim tidak berani mengubah sistem Rasm Utsmani. Memang,
mereka telah melakukan sedikit penambahan pada hal-hd tertentu,
misalnya memberi titik dari semula yang tidak bertidk, atau memberi-
nla syahal (tanda baris), tetapi sama sekali tidak mengubah bentuk
Iafalnya yang asli. Selain kedua hal itu, mereka tidak berani meng-
ubahnya. Oleh sebab itu, mereka sama sekali tiilakberani mengubah
bentnk kata, seperti lafal ti-j( y^ngdi dalam mushaf tertulis de-
ng &-li ,wa )a]flJr\angdi dalam mushaf tertulis dengan
';"l$Sf , atau lafal 6.|i yang di dalam mushaf terrulis dengan
.!1i.
J,!_
30
antara mereka-- pada hakikatnya cenderung agar sist€m penuusan
mushaf itu tetap sebagaimana saat pertama kali ditulis. Igrena pada
hakikatnya, kesungguhan memelihara kitab llahi ini bernriuan agar
manusia mengetatrui bahwa kita membaca kitab Al-qur'aq rybagai-
mana keadaannya ketika pertama kali diturunkan, ketika dibacakan
oleh Nabi Muhammad saw.. Maka tidak seorang pun berhak menam-
batr, mengurangi, atau mengadakan perubahan. Hal ini iika berkaitan
dengan penulisan mushaf secara utuh.
ttamun demikian, apabila kita mengutip bebenpa ayat dari mushaf
Al-Qur'an untuk dijadikan dalil dalam buku-buku kita --atau kita
menulisnya di papan tulis atau lainnya-- maka boleh ditulis dengan
sistem penulisan sekarang dengan tujuan memudahkan proses bela-
jar misalnya. Meskipun dalam hal ini para pengaiar harus memberi-
iahukan liepada siswa bahwa untuk beberapa kata tertennr mushaf
Al-Qur'an memiliki sistem penulisan yang khusus, sehingga mereka
mengetahui dan memahaminya. Semua itu dimaksudkan agar manu-
sia tidak mengalami kesulitan membacanya --karena Allah menjadi-
kan aktivitas membaca Al-Qur'an sebagai ibadah sekaligus membe-
rikan sepuluh kebaikan pada setiap hurufnya bagi mereka yang
membacanya.
Semoga Allah memberikan tauftq (pertolongan).
2
IrlEllUUS SEDAGI,AN AYAT ALGIUR'AII
DE]IGAN HURUF |Afll{
Pertanyaan:
Saya menerima sepucuk surat dari saudara di Eropa yang mena-
nyakan hukum menulis Al-Qur'an Al-I(arim dengan huruf Latin. Me-
nurutnya, hal itu dilakukan demi kepentingan pemeluk Islamlang
belum inengerti batrasa Arab dan merekayang masih sulit membaca-
nya. Bagaimana menurut pendapat Ustadz?
Jawaban:
Segala puji kepunyaan Allah, Rabb alam semesta. Shalawat dan
salam-senr-oga tercurahkan atas nabi yang mulia dan penghulu para
rasul, junjungan kita Nabi Muhammad saw.. Semoga shalawat dan
3t
salam ini tercurahkan pula atas keluarga dan para sahabat beliau
serta orang-orang yang mengikud mereka dengan baik hingga hari
kiamat.
Sesungguhnya Allah t€lah menurunkan Al-Qur'an dalam bahasa
Arab sebagaimana diftniuki oleh banyak a,,at, misalnya dalam
firman-firman Allah berikut:
Oifi,#qfrlr.j"$jily
Teilnggahnya l(ami menurunkannya Dcrupa N-Qufn ddrgn
fufta/llsa Anb agar kamu memahaminya"(Yusuf: 2)
"Dan demikianlah, I(ami telah menurunkan N-Qfn itu *fagai
peraturan (lang funar) dalam balnsa Arab ...." la*Bad: 57)
+!s
"Dan xsunguhnlta N-Qulan ini bnar-bnar difuranbn oleh
TuIw srrne9ra ahn\ dia dibawa fimn dd ar-Rilt al.Amin (JiW
ke dakm hatimu (Muhammad) agar lcamu menjadi sl,lah wnng
di antan oftrng-orang yang memfui peringabn, dengan balrasa
Anb ltang jelas " (acy-syu'ara: r g2- r 95)
lalah) N-Qdn dalam fuhas Anb yng ti&h ada kebenglrokan
(di dalannlta) fltryya merel<a bertal*Ya'laz-Zumar: 28)
"Rtab yrury dijelasl<n ayat-ayahya, yaloi bcaan dalan Dalrasa
Anb, untuk l<aum yang mengetahui."'lFughshtlat: 5)
"Seanngguhnya IGmi menjadikan N-Quln &Ian tahala Anb
suparra lramu memahami-(nya)." (az-Zukhnl: 3)
32
dan zaman Khulafa ar-Rasyidin --para khalifah /itrlg sunnah mereka
harus kita pegang teguh dan genggam dengan erat karena mereka
telah mendapat petunjuk.
Al-Qur'an ini memiliki keistimewaan dibandingkan dengan kitab-
kitab sebelumnya, karena Allah sendiri telah meniamin pemelihara-
annya:
"Sesunggthnya lhnilah yng menurunkn N-Qw'an, dan *sung-
guhnya Kami benar-benar memeliharanla." (al-Htfr: 9)
TTermasuk translitasinya ke dalam bahasa lndonesia, yang dalam hal ini tidak dapat
memenuhi bunyi bahasa Arab dengan Mjwid dan malrhral hurufnya secara tepat. (penj )
34
menggunakan nash dengan huruf Latin, karena kebutuhannya telah
terpenuhi dan tidak ada lagi keperluan yang mendesak.
Barangkali di antara yang mendukung rukhshah (keringanan) ini
--dengan syarat-syarat dan batas-batasnya-- ialah kesepakatan
kaum muslim tentang bolehnya menulis nash Al-Qur'an dengan
huruf Arab yang bukan rcsm Utsmani, dengan catatan tidak dalam
mushaf. Misalnya, dengan bentuk penulisan biasa sebagaimana lazim
kita dapati dalam buku-buku pelajaran, majalah-majalah keagamaan,
dan sebagainya dengan maksud memudahkan kebanyakan orang
yang belum biasa membaca rasm Utsmani yang diwariskan dari gene-
rasi ke generasi.
Selain pada media yang disebutkan itu, maka wajib membiarkan
nash Al-Qur'an ternrlis dalam huruf Arab, dan hal ini mempunyai
faedah yang sangat banyak dan sangat penting, yaitu memacu
kemauan kaum muslim untuk belajar bahasa Arab sebagai bahasa
Al-Qur'an dan al-hadits, bahasa ibadah, serta bahasa kebudayaan
Islam. Dan sebagian imam --seperti Imam Syafi'i r.a.-- berpendapat
tentang wajibnya mempelajari bahasa Arab untuk keperluan tersebut
Pendapat ini diperkuat oleh Syekhul Islam Ibnu Taimifh dalam kitab
beliau lqtidha' ush Shiratil Mustaqim.
Apabila seorang muslim mampu mempelajari bahasaArab, maka
ia akan dapat menimba pengetahuan agamanya secara langsung dari
sumbernya yang jernih, tanpa banyak perantaraan. Di samping
bahasa Arab --pada satu sisi-- memiliki hubungan dengan mushaf
yang mulia, di sisi lain ia dapat menghubungkan antara sesama mus-
lim yang menggunakan bahasa tersebut.
Pada kenyataannya, agama Islam dan bahasa Arab selalu berjalan
beriringan sejak zaman sahabat dan zaman orang-orangyang meng-
ikuti mereka dengan konsisten. Seandainya persodlan ini berjalan
sesuai metode tersebut, niscaya kita tidak mempunyai dua dunia,
yaitu dunia Arab dan dunia Islam. Tetapi dalam hd ini hanya akan ada
satu dunia, yaitu "Arabi islami" atau "islami Arabi", tidak ada yang
lain.
Oleh karena itu, haruslah dipahami bahwa esensi fanua ini ialah
"tidak boleh menulis nash AI-Qur'an dengan huruf selain huruf Arab".
IGlaupun kita memberikan kemurahan untuk penulisan surat al-
Fatihah atau beberapa ayat dan surat pendek, maka hal itu hanya
dalam kondisi yang sangat terpaksa. Dan apa sajayang diperboleh-
kan karena darurat (terpaksa) diukur dengan ukuran keterpaksaan-
nya, sebagaimana ditetapkan dalam qawa'id syar'iyah.
yang memberi petun-
Allah memfirmankan kebenaran dan Dialah
juk ke falan Yang lurus'
3
MASAI.AH WAQ/AF (PERHENTIAN)
DAIAftI AI-QUTAN
Pertanyaan:
Saya saat ini sedang mempelajari,ilmu-ilmu
Al-Qur'an Al-Karim'
ai" w.ishat Dan saya pemah mengl!{an
khususnya mengenar 'iirt uit kesempatan pada
;;1" r"1;*ih dibehffil A, dalam beb6rapa
tiat tu itu saya fnqSl heran terhadT-f*-
iri* nu*udhan. padi waqaf-yang Ustadz pilih' yang suclah Darang
;;f"d; washal dan
il;#ii"i didasarkan fJi'tfi ,p""Vu pemeiiharaan Ustadz terhadap
makna-makna Al-Qur'an.
Karena itu saya ingn *.nunvqkan .kepada Ytl41 T:l,g:""i
yang dalam hal rnl saya
fe'eripi ,oqaldi ialamll-Qur'an Al-xarim'
ffiffi p;,fipii a.ngun teman-reman saya. Maka pada.kesempatan anta-
ili;t;;r;hd penlel'asan Ustadz seputai masalah tersebut, di
ranya:
fiL(,{i;)Jr,;r'Ug;1O{*
(*
mushaf yang dicetak berhenti pada kalimat:
.kebanyakan
xOyls
kemudian dimulai lagi dengan lafal:
"#ifrL('E{#JL
Dengan demikian, t'aqrah (Poin):
36
#Wtiti#)ALEii33;1
menjadi dua iumlah (kalimat), bukan satu jumlah, sedangkan pen-
dapat saya tidak demikian.
2. Dalam surat yang sama (ayat 92) iuga terdapat perbedaan waqaf,
yakni ayat yang menghikayatkan ucapan Yusuft
,6'6;"tx'it;'327;a6fqL4;61
'G1eg1i
setelah saudara-saudaranya berkata kepadanya (ayat 91):
.&*@Vssyorqtites6sks
Maka apakah waqaJ-nya itu pada lafal:
16!r.#Xq
ataukah pada lafal:
t;Xi
3. Dalam surat al-Hadid (ayat 19) Allah berfirman:
./-
+\s\a*nQUg;^KrWG:tG
+rq*u\j;rse ';'ls
.3/!r
L'/'
Apakah noqof-hwWdatatatli34ilJ,-"ou* pada lafat V;*, ,
Dengan kata lain, apakah yang dibicirakan ayat ini dua tau tig
fumlah?
37
Jawaban:
1. Pendapat yang saya pandang kuat mengenai ayat 108 surat
Yusufyang berbunyi:
usrffi*trtAt3{4;#?b:fi
(t,rtd-e2t,Q#i6
bahwa bagian ayat )rang berbunYi:
#t,frLnffi*Aret3{3
adalah srltu jumlah, xbagu lnrlah uJsirtyahterhadap iwrlah sebelumnla
yang berbunyi. i#.d^ (ini adalah ialanku). fadi, pmlah terse-
but menjelaskan makna sabil (ialan) dalam ayat itu, yaitu bahwa dak-
wah kepada Allah dengan hujah yang nyata yang dilakukan oleh
beliau lttabi ltuhammad saw.) dan oleh setiap orang yang beriman
dan mengikuti beliau. MaV,a dhamir (kata gantil t!1 dahm ayat terse-
but adalah unnrk uhit (menegaskan) bagi/a'it lafal $ibukannub'
. Dan yang benar bahwa lafal
uda'bagShhabar muqaddam ;6lF
;ffrl{' ai-i'rab-kan sebagai hal (keterang4n keadaan) bag fa'it
a).<
J-c,Jl
Kalau poin di atas dijadikan duaiumlah,fangpertama ifJL?;;t
dan yang kedua'"6:$f 6ruSti$,$Lnixayaakan merusak dua makna
yang sangat penting:
Peffinra: hubungan dals^rah dengirn sifat yang baik "berdasarkan
hujah yang n)rata." ttuburrgannya adalah dengan seluruh bagian poin
itu da; mJqiaiUnnya sebigai satu jumlah,,serta ndzdr'waqaf WdaWal
$al. s.uut iika diwaqaflSan pada lafal )i$t-niscava l^t4 iH:F
menjadi khabar muqaddam (predikat yang didatrulukan) bagi mubtaild
tstrbjek) sesudahnya, yutt ithamir dan ma'thu|'aldh-nya,
yaitu lafal
- z At .22,4
'ag;ijtta1..9lult .
=- Ku6*, menjadikan dak\ rah kepada Allah berdasarkan
-hui?h-fng
nrrrta, yang i6 sekaligus merupak4n sifat bagl para pengikutteliau.
Oetr s6UaO itU, setiap orangyang mengikuti Nabi saw. berarti orang
38
yang berdahrah kepada jalan Allah dan berdakwah berdasarkan huiah
yang nyata. Dengan di-waqaf-l<anpada lafal ;i,il\
mata terpisah-
lah para pengrkut itu dari dakwah, dan terpisah pula dakwah dari
bashirah (hujah yang nyata).
Karena itu, saya benar-benar menguatkan tidak waqaf-nya poin
tersebut pada lafal Nl t"t^pisebaliknya membaca seluruh poin itu
secara bersamhung:
"#r,*6iM&X,aS,s
2. Pada surat Yusuf (ayat92) saya menguatkan wc4al (perhentian)
padalafal iHT.aengudemikian ztwrof ni( 1Ai = padahariini) ber-
kaitan dengan masalah cercaan (tatsrib) yang disebutkan sebelum-
nya, bukan dengan masalah pengampunan yang disebutkan sesu-
dahnya. Maka Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya setelah
mereka mengakui kesalahan dan dosanya:
,e:tfu47s<t
"...'Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu ....'"
gr,iry.)-irD9';gJ6"HlXig;i
"... mudah-mudahan Nlah mengampuni (kamu), dan Dia adalah
Maha Penyayang di antara Wra Wryapng."(Yusuf: 92)
3 6,';UbrI6yC3{it1};AAffiJU
(tv-qrrd<i UHl,
"Mereka beil<ata: Watni ar,ah l<ami, mohonl<anlah anpn bagi bni
terhadap dosa-dos kami' *sungguhryta kami adalah onng-orang
yang nircalat
-ampun
(berdoa).'Yaqub be*ata: 'Nru akan memohonkan
bagimu kepda Tuhankt ""'" (Yusuf: 97-98)
permin-
Kalau lumlah ft'liyah itu sebagai hhabar bukan doa, maka
t un r*i jt" iepaai Uabi Yaqu[ agar memintakan ampun- tidak ada
ininyi - ritelair yusuf astr-Sniaalq memberitahukan bahwa Allah
telah rrrengampuni mereka pada hari itu.
al_aluii birkata, ",rndi tahu bahwa kebanyakan ahli qira'ah
berhenti pada lafat ftl( dan ini jelas.menynju-kkan tidak adanya
truUungananrarata-ta"tersebutdengan.lafal:;,3i-..tni3{alatr_ne1!a-
piiV"ilg dipilih oleh ath-Thabari' Ibnu Ishaq, dan lainnya' 'serta
;;;it;
- ini pulalah yang dicenderungi oleh perasaan yang sehat'"
3. Adapun mengenai ayat dalam surat al-Hadid (ayat 19) yang
berbunyi:
'+51\iJz;rjai?43=$;rr"\gt;u-tri j
W9|t.L4r66iii;13 ji'6);#'ii
OA+c1,Ajj
makapendapatyangsayapandangkuatialahtidakwaqafpadalafa|
iu di-,athaf-kan kepadanya dan lafal ini
CiLSi#ftJrrenatafaqJil:Ji
sebagai hhabar ba$ ^uatada' kedua lAi' yang menuniuk kepada
pp;i'j-Gr$ (orang-orang yang befiman kepada Allah
danRasul-Nya), dan syibhul iumlah W {t- sebagai hal ( k )'
Melalui ayat tersebut Allah S1,[I memberitahukan tentang orang-
o.uni,ung fi.iiman kepada Allah dan para Rasul-Nya bahwa mereka
adalih ornl hiddiqun loring-orang yang kuat kepercayaannya,kep,ada
ffi ;il; n" Jufl din ay"-'y u I of,a- 1or ing- ora-ng- yTg meni ad i saksi)
aiiiri fut un meieka, mereft.amemperoleh pahala dan cahaya. Hal ini
40
berbeda dengan orang-omng kafir dan yang mendustakan ayat-ayat
Allah, mereka adalah ahli neraka.
Berdasarkan ayat ini, manusia dibagi menjadi dua golongan, per-
tama adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
merekalah ahli surga; sedangkan yang kedua adalahorang-orang
kafir dan yang mendustakan ayat-ayat Allah, merekalah ahli nereka.
Abu Hayyan mengemukakan di dalam tafsirnya bahwa lafal
lt(Pf dalam ayat tersebut sebagai mubtada'(subjek) dan iumtah
sesudahnya sebagai khabar (predikat). Tetapi pendapat ini disanggah
oleh al-Alusi, ia menulis: "Orangyang sadar pasti mengetahui bahwa
pendapat beliau itu tidak tepat dan tidak sesuai dengan yang dike-
hendaki oleh kebanyakan susunan ayat Al-eur'an Al-Karim."
Di antara yang menguatlan pendapat al-Alusi ialah firman Allah
berikut:
$JeU."lpirgs,W(.<)!sfi/,€r"i:tj
'krlomba- lombalah lramu kepda r^"r**#:#1
Tuhanmu dan surga yang luasnya reluas langit dan bumi, yang
disdial<an fugi onng-onng yang fuiman kepda Nlah dan
Rasul-Nya. Itulah karunia Nlah, difuikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-N),a ...." (al-Hadid: 2I )
4t
yang
hanya mereka yang rnendapatkan pahala dan cahaya. Padahal,
kitaketahui ddaklAh demikian, melainkan orang-orang yang utama
;t t h para nabi ialatr shidd(in kemudian syuhada sebagaimana
urutan yang dilemukakan Al-Qur'an:
"Danfunngsiapt,/a/lgmenaatiNtahdanRasul-l{yametelraifu
atcan t,,rlglma-santa dengan orury-oftng gry dianugerahi nilonat
oleh Nlah, gitu nabi'nabi, pn shiddiqin, on'ngonngyngmati
stzrhi| hn orutgorang Wg nleh. Dan mer*a itulah teman Wg
xfuilr-baihYa. " (an-Nlsa' : 69 )
4
WAQAF YAl{6 TTTERUSAI( iIAI$IA
Pertanyaan:
Dalamsuatuta'limsayapernahmendengarUstadzmengingkari
p*" ,ftfi qira'atsel@rane ying berhenti (waqa{) pada lafal:
Jawaban:
lGbolehan, kelaziman, dan terlarangnya waqaf kr:nka ryembaca
N{il'an i3., didasarl*n pada pengertian makna yang dikandungnya.
lft;td t rt y" i'rab dalarr_ naht u ltata Uatrasal Y$re.m9rupa1an ca!*g
;dkna tralimat. I(arena itu, tentu saia berbedi-beda tempat waqaf darr
wrljhal dalam beberapa mushaf, dan dalam hal ini hukumnya
meng-
ikuti pemahaman PembimbingnYa.
42
Oleh sebab itu, ada kalanya Anda menjumpai sebagian mushaf
yang mewajiblan waqaf pada tempat t€rtentu pada suirtu ayat dan
memandangnya sebagai wa4af lazim dan memberinya tanda hurup
mim ( / ). Sementara itu, pada mushaf yanglaintidakAnda jumpai
tanda seperti itu. Atau Anda jumpai pula tanda larangan wa4af yang
berlambangkan huruf j (am atifl pada sebagian mushaf, sedang-
kan pada mushaf yang lain tidak demikian. Begitu juga dengan tanda
J5( &1, '?etr ) untuk menunjukkan lebih utama berhenti, atau me-
nguatkan washal (lebih utama diteruskan membacanya) dengan tanda
6
,*e , atau tanda yang mer4perbolehkan memilihnya untuk
berhenti atau terus, sedangkan pada mushafyanglain tidak seperti itu.
Adapun mushaf yang paling baik mengenai waqal ini, menurut
pendapat saya, ialah mushaf yang ditashih oleh tajnah Ilmiah yang
terdiri dari para pemuka ulama syariat, qira'at, dan lughat di Mesir,
yaitu mushaf yang terkenal dengan sqbutan Mushaf al-Malrk, meski-
pun dalam mushaf ini terdapat beberapa susulan, sebagai layaknya
karya manusia (dalam memberi tanda waqaf).
Di antara ahli qira'ah sekarang ada yang tidak merenungkan
unsur makna dengan baik, sehingga ia berhenti di tempatyang sebe-
narnya tidak boleh waqaf di tempat itu, seperti pada surat al-Ma'idah
dalam ayat yang ditanyakan itu.
Konteks ayat itu membicarakan percakapan antara Nabi Musa
dengan kaumnya, ketika beliau menyuruh mereka memasuki tanah
suci sebagaimana Allah telah mewajibkan mereka agar memasuki-
nya. Meskipun Nabi Musa telah memperingatkan, memberi kabar
gembira (jika mereka melaksanakannya), dan menakut-nakuti
mereka (bila tidak melaksanakannya), namun mereka tetap tidak
mau memasukinya selama di sana masih ada penduduknya. Mereka
baru mau memasukinya bila penduduknya sudah keluar dari negefi
tersebut. Bahkan, tanpa segan-segan dan tidak tahu malu mereka
berkata kepada nabi dan juru selamat mereka ifu:
i;i:;*iiiw;6f 6:tlLi$cw;s.
Sc'bsqbcr\;c-^s
"... 'Hai Musa, kami set<ati-rekali Udak ak<an menarukinya *tama-
Iamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu prgilah kamu
furwnaTuhanmu, dan beryennglah hfiiu bdua ffirngglttqn
kami hnya duduk menanti di sini sala.- (al'l[a'ldalr: 24)
"kr*ata Mus: Ya Tuhankt, aIru tidak mmguani kect ali dirikt
*ndiri fun su&ralcu. 9ubab itu piahhnhh antan kami dengan
onng-onngWry fasik itu -(81-M8'tdah: 25)
Maka, dalam a1,at berikut daanglatr hukuman llahi unhrk mereka:
"Nlah fufirmatt: (Jit<a demikian) maka swggulnm negei itu
dihanmt<an atas merclta *lama emor,t puhth tahun, (*fum itu)
metel<a alran berputar-putar kebingungan di bumi (PafunS Tiih)
itu. Mat<a inganlah tramu berxdih hati (memikirkan nasib) onng-
onng yang fasik itu.- hl'Ma'ldah: 26)
44
5
PARA PEI{E]ITANG HADITS NADI SAW.
Pertanyaan:
Sunnch muthahharah (Sunnah yang suci), atau dengan kata lain
hadits Nabawiyang mulia, dari waktu ke waktu menghadapi hujatan
dari orang-orang yang mempropagandakan keilmiahan, pembaruan,
kemerdekaan berpikir, dan segala atribut yang mereka pergunakan
untuk menyucikan diri dan mencemerlangkan mereka di hadapan
para pembaca yang tidak mengetahui hakikat mereka. Dan dakwaan-
dakwaan pdsu ini kadang-kadang berhasil memperdayakan mereka.
Dalam hal ini kami senantiasa ingat sanggahan Ustadz terhadap
orang yang pada suatu hari melontarkan tuduhan --di dalam sebuah
majalah berbahasa Arab-- bahwa di dalam Shahih al-Buhhari terdapat
hadits-hadia palsu dan diada-adakan.8
Berkaitan dengan ini, kami pernah membaca majalah yang isinya
mencela hadits dan para perawinya, fiqih dan imam-imamnya, umat
dan sejarahnya, serta mencela kaum salaf yang saleh dan tokoh-
tokohnya. Namun sayang, belum ada seorang pun yang menyanggah
tulisan tersebut, menyingkap aib penulisnya, dan menerangkan ke-
batilan tuduhan mereka. Oleh karena itu Ustadz harus membaca
tulisan mereka. Maka iika Ustadz telah membacanya, pasti Ustadz
akan marah sebagaimana kami pun marah karenanya, kemarahan
karena membela kebenaran, bukan karena yang lain.
Oleh karenanya bolehlah kami mengharapkan kalimat-kalimat
dari Ustadz yang akan dapat mengobati hati kami sekaligus dapat
membungkam mulut mereka. Yakni orang-orang yang senantiilsil
berlomba di dalam kebatilan, yang menyombongkan diri di muka
bumi dengan sesuatu yang tidak benar, orang-orangyang mendusta-
kan Allah, Rasul-Nya, dan ulama-ulama umat, padahal mereka me-
nyadarinya.
Semoga Allah menjadikan iman dan pena Ustadz sebagai pedang
untuk membela kebenaran dan menumpas kebatilan. Dan semoga
Allah menguatkan dan meneguhkan Ustadz dengan pertolongan-
Nya dalam menghadapi ahli-ahli kebatilan yang tertipu itu, amin.
8lihat sanggahan tersebut dalam Farawi Mu'ashirah, iuz l, dalam judul -orla' 'an Shahih al
Buhhari " (Pembelaan terhadap Shahih al-Bukhari)
Jautaban:
Pada kesempatan ini saya ingin menemngkan hati.ql{arayane
t.rtr*."t. ttetahuitah bahwa triOits syarif atau Sunnah Nabawiyah,
insva Allah. akan tetap dalam kondisi baik, dan goresan pena-pena
Sunnah,
ii["1f. ii"-tidli mungtin dapat merusak dan mengaburkan
kecuati keberadaannya hanya seperti an$n yang menerpa g-unlng
urnn *.n"ncap kokjtr di brimi. nagaimanapun gencarnya kebatilan
'fijr;;G;yjp.a" suaru wakfi,-dalam waktudekat ia akan reda
ainilait"utun^bertahan lama, kecuali yang tinggal hanyalah suara
kebenaran. Maha Benar Allah yang berfirman:
"sebenamya Kami melonta*an yang hak kqada yng futil lalu
yang hak itu menghancu*annya, maka dengan serta mefta Wg
batil itu lenyap .". " (al-Anbiya' : I8)
ImamSyafi'itelahmenyanggahorang-orangsepertiitu.Begitupun
rmam iUnJ eutaibah, beliaufihh melakukan sanggahan terhadap
il;; t.-pi. nun kita melihat orang-orang yang.menentang hadis
il-p"d;ilri kita sekarang ini senantiasa.bersembunyi seperti kele-
lawir, muncul sekejap, kemudian menghilang lagi'-
'-
siv" iia"t perniti menganggap orang yang suka membual dan
bandel seperti yang diceriiakit saudara penanya itu, selain dari
;r;G.;ilt iuhil vine nekat memadukan kebodohan
yang memalu-
kan dengan kebohongan Yang nyata.
Saya"perhatikan din amatibahwa di antara mereka memangber-
fugif"r.fi"gai pemberani dalam berbuat nista itu. Mereka mencebur-
tu"n airi alUrir kancah keilmuan padahal mereka bukan ahlinya.
il"-fr6" para pembual itu berani menuduh para-imam dan fuqaha
dengan tiraunin bahwa mereka telah memperbolehkan.sesuaruyang
airiTung oleh syariat, atau hendak meninggalkan sesuatu Yfl]t*diwa-
iibkan iyariat, senantiasa merekayasa dan membuat hadits untuk
'kepentingan itu. Ya Allah, betapa berani mereka berbuat dusta.
'npatitr
mungkin orang seperti Ipap Abu Hanifah, Imam Malik,
tmam Syafi'i, Imim tsauri, tmam La'its bin Sa'ad,Imam Auza'i,Imam
Ahmad bin Hambal, Imam Abu Daud, murid-murid dan guru-guru
*.i.iiu, ut , guru dari guru-guru mereka qepg.rti Said bin Musayyab'
j;id 6il i;bui,, athu',"uI-Ha-san, az-zuhri, Alqamah, al-Aswad bin
Yazid,lbiahim an-Nakha'i, Masruq, dan lainnya yang merupakan
g;;gilt para imam wara', danmenara ketakwaan itu berani ber-
", Rasulullah
fiusta firnaAap saw.? Mungkinkah mereka berani dengan
46
sengaja membuat hadits palsu yang berdasarkan kehendak hawa
nafsu mereka sendiri untuk menghalalkan atau mengharamkan
seswfiu?
Pada kesempatan lain penuduh yang teftipue itu berkata, "Orang-
orang pada z;iltnan dahulu apabila hendak mengembangkan suatu
hukum dari hukum-hukum syariat yang sesuai dengan perlem-
bangan masyarakat Islam, mereka membuat beberapa hadits, kemu-
dian mereka nisbatkan kepada Nabi saw. unhrk melegitimasi apa
lang mereka inginkan."
"Bahkan kia tidak pernah memperhinrngkan usaha pemerintah
saat ini yang justnr telah menyuruh salah seorang fugaha unhrk
membuat hadits secara mengada-ada dari Ishaq bin Nashir dari
Yahya bin Adam dari lbnu Abi Zaidah dari ayahnya dari al-Aswad
bin Yazid dari Abu Musa al-Asy'ari dari Nabi saw. bahwa beliau ber-
sabda: 'Tidak boleh salah seorang di antara kamu mengawini wanita
lain untuk dimadukan de4gan isfri pertanramu.'"
Inilah yang telah dikaakan oleh orang lang berlagak pandai dan
berlagak fasih, orang yang suka menghembuskan kebaflan, )rang
berdusta dan mengada-ada terhadap para fuqatra umat, serta orang
yang suka mencad seiarah ilmu dan rryarisan lslam.
Maka, tidak ada seorang faqlh pun dt kalangan umat ird 5rang ber-
hak melonarkan perkaaan yang menghaldkan dfuinya atau orang
Iain unfirk berdusta terhadap Rasulullatr saw.. Hd ini berdasarkan
sabda beliau:
)gi'u;i€A63Ant"rl;fl 96.4:KG
"hrangsiap yng fudusta mnafu) enen terhadapfu (atas
ffigah mah ffiIfuh ia bniaysiap lmenampati @Datfifit}-
nW di neraka4o
Selain itu, pada kenyataannya orang-orang yang memperDolehkan
membuat hadits dengan maksud untuk mendekatkan diri lcpada
Allah Sltrl bukanlah dari katangan fuqatra, melatnkan dari lelompok
ahli taawuf dan sejentsnya yang bodoh-bodoh. Dt samplng itu,
mereka sama sekali tidak membuatnp unnrk lapentingan hukum
47
dan ketentuan halal-haram, melainkan dalam ltal targhh (menge-
*"rt*l dan urhib (menakut-nakud), kisah-kisah, naslhat-nasihat,
dan sebagainya.
Xareni inilah para ulama menghentikan langkah dan perbuatan
geba-
mereka, berusat.' mengungkap kEpalsuan mereka, menolak
tilan mereka, dan menlelaskan-batrwa agama Allah telah disemp_ur-
,"ta" oleh-Nya dengan kebenaran, sehingga-{a{ mgryrfutcan
r.*b.tt"r yarig berufa kebatitan. 1glam Affuuah bin al-Mubarak
p"","t, di&inyal "epaiiatr itu hadits-hadits palsu?' Bellau meniarab,
;n a tridtustatr pirg menorntrkan.hidupryra unnrk menelid hal inr."
Andaikantat irall,ra pemalsu itu tslah memalsukan hadits seperti
vanioiseuu*an oleh teinan kita itu, dan dibrntkan
ifari"Ato Musa al-Asy'ari atau Ibnu Mas'ud, Ibnu Umar, Abu-Htrai-
rdr,;t", iainnya, tantas disampaikan oleh si qeryalsu itu lepada
;ranr lain, malia apakah tenum tita inr mengira bahwa pT.lqgfl"
dan ilruhadits (ahli-hadits) akan menerima sembar-ang hadits 9i 't"-
nsuh i"l*,2 litcanletr para ulama itu menerima begtu saia hadits
ying iliceritalon oleh seseorang yang tidak dikenal 1naihul); yang
[iau[. a*"t"t ui siapa sala gurunya tempat ia menerima hadits dan
siapa saja muridnya yang menerima hadits darinya?
'sizuirggutlnyu *-*g
V"ng mengucapkan -perkataan y.ang tidak
masuk ail teinuaian mintolerirnya untuk disiarkan dalam maja-
i.t -*"ithh populer adalatr orang yhng benar-benar bodoh dan tidak
mengerti teritairg ushul, qayf id-,- dan pertimlangan-pertimbTpn
i|||afi yang ko[otr ,"ng-telah ditegAkLan ol-eh para ulama.datam
Uiaarrg ini s"erta telatl-diwariskan dari generasi ke gelerasi, dari
gpne-
i"ri fi"f kepada generasi hhalaf. t(arEaasezungguhn-ya p"q {t'*
it, t"t"h mlncipftkan kaidah:kaidah dan ushulbal*an dalam hal ini,
set ingga men;adi suirtu ilmu yang tinggi muhrnya merupa-
mn itfru yani hngkap, yaitu-'uh;ulhadiu (iltnq-iltnu hadits)'.
tUnu astr-Strafih dhh menghitungnya di dalam Ml4ai6imah-nya
y.rg t"rt**t itu bahwa ilmu-lilmu tersebut mencapai enam puluh
"ti.a"roacam. Perhinrngan beliau kemudian dikudp oleh Imam Nawawi,
a-fr"qi, dan Ibnu ffirar. Kemudian tmam Suygthi menambahnya
dalam'syaratrnya terhidap Ta4nb, karya Imam Nawawi, hingga men-
capai sembilanpuluh tiga macam.ll
lltihx,as-suyuthi, Tl.dtibwRavit'tsyarhtraqdttuNatani,denganahqiqAbdllwahab
Abdul Ladf, ,uz 2, hlm. 386 dan seterus-nya, caatan ta-2, 1585 H/1966 M' terbttan
as-
Sa'adah, lkiro.
48
Ihidah ilmu hadits yang paling utama ialah "tidak menerima hadits
isnad'. Maka tidaklah diterima seseorang yang mengaakan: "telah
bersabda Rasulullah saw.", kecuali jika dia seorang sahabat, yainr
orang yang langsung melihat dan mendengar sesuiltu dari Nabi
saw..12
Para sahabat adalah orang-orang yang adil, yang disebu*an lte-
adilannya oleh Allah di dalam Kitab-Nya, dan t€lah dipuji-Nya dalam
beberapa surat dalam Al-Qur'an, misalnya pada akhir surat al-Fath.
Dalam hal ini dikhususkan pula pujian kepada kaum Muhaiirin dan
Anshar sefta ahli Bai'atAr-Ridhwan,ls sebagaimana Rasulullah saw.
juga mengakui kehadiran mereka dalam beberapa hadie beliau.l4 Di
samping itu, biografi mereka telah menjadi saksi akan keadilan
mereka. Sejarah pun t€lah menyaksikan bahwa mereka telah meng-
hafal Al-Qur'an dan As-Sunnah serta menyebarkannla kepada umaC
mereka siarkan agirma Allah di muka bumi, dan mereka adalah se-
baik-baik generasi yang dikenal manusia hingga hari ini.
Seiarah tidak pernah mencatat kondisi dan sikap hidup para saha-
bat dari nabi-nabi lain dalam hal pengorbanan, kepahlawanan, kelu-
huran akhlak, dan ketinggian takwa, kecuali terhadap sahabat-saha-
bat Nabi Muhammad saw..15
49
Siapa pun png bukan t€rmasuk sahabat, maka waiib menyandar-
kan hadits yang disampaikannya kepada seorang shahabi, dan wajib
menjelaskan dari perawi siapa dia menerimanya hingga sampai ke-
pada shahabi. Selain itu, rentetan perawi itu wajib bersambung,
yakni tiap-tiap orang menerima hadits itu dari perawi berikutnya
secara langsung, dan tidak diterima silsilah (rentetan) perawi ini jika
ada yang gugur (terputus) baik pada awal, tengah, maupun pada
akhir rangkaiannya.
Rangkaian atau rentetan perawi yang bersambung-sambung ini-
lah yang oleh ulama muslimin dinamakan dengan isruil atau sanad.
Sedangkan penilaian isnad ini mereka lakukan dengan sangat ketat
dan selektif sejak awal, sangat terbatas, dan melalui kriteria-Mteria
yang mengikat sejak munculnya fltnah pada masa Utsman r.a. dan
sejak dominannya hawa nafsu dan fanatisme golongan.
Mengenai hal ini, seorang tabi'iroyangbesar, ahli fiqih dan hadits,
yaitu Imam Muhammad Ibnu Sirin, pernah berkata, "Mereka pada
awalnya tidak pernah menanyakan tentang isnad, t€api setelah ter-
jadi fitnah mereka berkata, 'Coba sebutkan kepada kami nama
orang-orang yang menyannpaikan hadits kepada Anda.' Maka dili-
hatlah mana yang ahli sunnah lantas diambil haditsnya, dan mana
yang ahli bid'ah diiauhi haditsnya."tz
Imam Abdullah bin al-Mubarak (wafat tahun 181 H.) berkata:
"Isnad itu dari agama, kalau tidak ada isnad niscaya orang akan ber-
kata apa sajayang dikehendakinya, kalau ia mau."18
Ibnu Sirin dan lainnya berkata, "Sesungguhnya hadits-hadits ini
adalah agama, karena itu hendaklah kamu memperhatikan dari siapa
kamu mengambil agamamu."le Dan dalam sebagian riwayat dari
Ibnu Sirin, ada orang mengatakan: 'sesungguhnya hadits-hadits ini
adalah agama...."2o
I 6vang dimaksud dengan raEi'i ialah orang yang beryuru kepada sahabat dan mengambil
ilmu dari mereka. Mengenai tabi'i, Al-Our'an menyatakan (artinya): '... dan orang-orang
yang mengikuti mereka (kaum Muhajirln dan Anhsar) dbnpn baik....'(at-Teubah: l(x)l
l Toiriwayatkan oleh Imam Musllm dalam mukadimah sahihnya, dan Tirmidzi dalam ?la-
lul lani'.
lSKitab ollorh wat Ta'dil oleh Ibnu Abi Hatim ar-Razi, wafat pada t*un 327 H, l,
loz
bagian ke-l, hlm. 16, terbian naiderabad, l37l Hll952 M.
lglbid., hlm. 15. Dan disebutkan dengan isnadnya dari lbnu Sirin dan lainn)ra.
zotbia..
50
Maksudnla, perkaaan ini sudah populer sebelum Ibnu Sirin, yakni
sejak masa sahabat.
Di antara hal yang tidak samar bagi ahli ilmu yang mempelajari
sejarah bangsa-bang;sa dan agama-agama ialah bahwa persyaratan
isnad yang sahih dan muttashil (bersambung) dalam menukil "ilmu
agama" merupakan disiplin ilmu yang hanya dimiliki umat l,slam,
tidak pernah dimiliki umat lain, sebagaimana dikatakan lbnu Hazm,
Ibnu Taimiyah, dan lain-lainnya.
Selain dari itu, jangan sekali-kali pembaca yang jauh dari tsaqafah
islamiyah (peradaban Islam) mengira bahwa ahli hadits mau mene-
rima sembarang isnad yang disebutkan kepada mereka, dan jangan
pula mengira bahwa seseorang dapat saja merangkaikan nama
orang-orang tupercayasampai kepada sahabat yang mendengar dari
Nabi saw.. Sebab, mereka hanya mau menerima isnad apabila me-
menuhi sejumlah syarat yang tidak dapat diabaikan, antara lain:
1. Tiap-tiap perawi harus diketahui kredibilitas kepribadiannya, dan
hal ini terungkap dari perjalanan hidupnya. Oleh karena itu,
tidaklah dapat diterima sanad lang rnenyebutkan: "Si Fulan telah
menceritakan kepada kami dari seseorang, atau Syekh Anu dari
kabilah ini, atau dari orang tepercaya ..." tanpa menyebutkan
ftlrn?{?;
oleh sebab iou, sanad yang menyebutkan perawi yang tidak di-
ketahui keadaan sebenarnya tidak dapat diterima. Maka dalam
hal ini harus diketahui siapa dia sebenarnya? Di mana negerinya?
Siapakah guru-gurunya dan siapa murid-muridnya? Di mana dan
kapan dia hidup? Di mana dan kapan dia meninggal dunia? fika
tidak memenuhi kriteria ini, maka perawi semacam itu oleh para
ahli hadits diistilahkan dengan majhul al:ain (frdakdikenal kepri-
badiannya).
Selain itu, tidak diterima perawi yang dikenal personalianya
tetapi tidak diketahui keadaan dan sifat-sifatnya, apakah baik
atau buruk. Perawi semacam ini disebut majhul al-hct (tidak dike-
tahui keadaannya) atau al-mastur (tertutup).
2. Bersifat adil. Yang dimaksud dengan 'adil" di sini ialah yang ber-
kaitan dengan keagamaan perawi, akhlaknya, dan amanahnya
mengenai apa yang ia riwayatkan dan ia nukil, yang perkataan
dan perbuatan-perbuatannya menuniukkan bahwa dia adalah
orang yang takut kepada Allah Ta'ala, takut akan hisab-Np, ddak
menganggap mubah berbuat dusta, menambah, atau memutarba-
likkan berita.
51
Mereka bersikap sangat hati-hati. Sehingga mereka menolak
suatu hadits bilamana terdapat kesamaran dan ketidakjelasan
mengenai kepribadian dan biografi perawi yang memberitakan-
nya. IQlau mereka mengetahui bahwa perawi itu pernah berdusa
dalam pembicaraannya maka mereka tolak hadits png diriwayat-
kannya, dan mereka namakan haditsnya ifrt maudhu'(palsu) atau
mahdzub (dusta), meskipun tidak pernah dikeahui bahwa dia ber-
dusta di dalam meriwayatkan hadits -padahal mereka ahu bahwa
pendusta itu ada kalanya berkata benar. Mereka menafsirkan
"keadilan" di sini dengan selamat dari perbuatan durhaka dan
yang merusak.harga diri.
Di samping itu, di antara tanda keadilannla ialah tidak pernah
melakukan dosa besar dan tidak sering melakukan dosa kecil.
Lebih dari itu, di samping mensyaratkan ketakwaan, mereka
frga mensyaratkan perawi itu harus muru'ah. Mereka menafsirkan
muru'ah sebagai 'bersih dari perbuatan dan sikap hidup yang ren-
dah' yang dianggap tidak sopan menurut pandangan orang banyak,
seperti makan di jalan, atau berjalan dengan tidak mengenakan
turup kepala, seperti yang berlaku pada zaman mereka. Mereka
belum menganggap cukup bila perawi itu meniauhi apa yang di-
ingkari oleh syara', t€tapi mereka juga menambahkan harus men-
jauhi apa yang dianggap buruk menurut adat kebiasaan. Dengan
demikian, ia diterima di sisi Allah dan di sisi manusia.
Memang ada orang yang mengatakan bahwa kadang-kadang
ada orang yang menampak-nampakkan keadilan dan berperilaku
muru'ah, padahal hatinya kosong dan rusak batinnya, mengatakan
sesuatu yang tidak ia kerjakan dan menyembunyikan sesuanr
yang tidak dilakukannya secara t€rang-terangian, seperti orang-
orang munafik yang menipu Allah dan orang-orang beriman.
fika memang demikian, maka kenyataan akah memberikan
jawaban bahwa kepalsuan pasti akan terungkap dan kemunafi-
kan pasti akan terbongkar kedoknya. Ni hanamallahu wajhahuber-
kata:
e#16e+u&zEi-;!eiJ+
Ar4J(;(i65
"Kepalsuan hati itu akan tampak dalam guratan waiah dan
dalam ungkapan kata."
52
Seorang penyair berkata:
,1i?:1l5.;4,".-s)i3,;3
,16.{\$y$a;f$Sl
"Pakaian riya' itu menampakkan apa yang ada di baliknya. Bila
Anda memakainya, maka sesungguhnya Anda telanjang."
Dan sebelumnya Zuhair pernah berkata dalam Mu'allaqat-t\dz
"Bagaimanapun suatu karakter itu tersembunyr pada seseorang
ketika sunyi, ia akan tampak dan diketahui khalayak ramai."
Tidaklah cukup seorang rawi tepercaya itu diterima karena
semata-mata ia bersifat adil dan takwa, tetapi di sampingadil dan
amanah dia harus dhabith (saksama, teliti, teguh, kuat hafalannya
atau ingatannya).
Kadang-kadang perawi itu termasuk hamba Allah yang sangat
bertakwa, serta sangattingg kewara'an dan kesalehannya, tetapi
tidak ilhtbtth dalam meriwayatkan sesuatu, bahkan sering keliru
atau lupa, sehingga mencampuradukkan suattr hadits dengan
hadits lain.
I(arena itu, seorang perawi harus dhabith, kuat hafalannya, sak-
sama dan teliti ddam hal penulisan. Untuk hadits sahih mereka
mensyaratlan perawinya memiliki derajat ilhabith dan ketelitian
yang tinggi, sehingga hafalan dan kecermatannya tidak meragu-
kan. Hal ini mereka ketahui dengan membandingkan riwayat-
riwayat yang disampaikannya, antara sebagian dengan sebagian
lainnya, atau membandingkannya dengan riwapt-riwayat perawi
lain yang kuat hafalannya dan tepercaya.
Banyak perawi ymtg ilhabith, kuat hafalannya, dan teliti, tetapi
setelah tua ingatannla menjadi lemah dan kacau hafalannla, maka
mereka (para ahli hadits) menganggap lemah riwayatnya dise-
babkan kondisi seperti itu, dan mereka berkata, "Hafalannya
meniadi kacau pada akhir hayatnya." Selain itu, mereka juga
nrcnylrsun riwayat-riwayat daripadanya dengan diberi catatan
)ang bermacam-nulcaun, misalnya: "Ini diriwayatkan daripadanya
sebelum ingatan (hafalannya) kacau, karena inr riwayatnya dapat
diterima; dan ini diriwayatkan daripadanya setelah ingatannya
lemah dan hafalannya kacau, atau tidak diketahui kapan ia me-
riwayatkannya, maka riwayatnya tertolak."
53
4. Hendaklah mata rantai (rangkaian) sanad itu bersambung sejak
permulaan hingga akhir sanad. Apabila ada mata rantai sanad
yang terpunrs baik pada awalnya, t€ngahnya, maupun akhirnya,
maka riwayatnya dinilai dha'if dan tertolak, meskipun para per-
awi itn sangat adil dan illubith. Sehingga sebagian imam tabi'in
berusaha dengan sungguh-sungguh --meski dengan pengor-
banan yang berat-- demi mencari ilmu tersebut, seperti Hasan al-
Bashri, Atha', az-Zuhi, dan lainnya. Apabila di antara mereka
(tabi'in) berkata: "t€lah bersaMa Rasulullah saw.'tanpa menye-
butkan nama sahabatyangmendengar hadits tersebut dari nasu-
lullah saw., maka haditsnya tidak diterima, karena boleh jadi
yang bersangkutan mendengarnya dari tabi'i yang lain, dan tabi'i
tersebut mendengarnya dari tabi'i yang lain pula. Begihrpun jika
dalam suatu sanad tidak diketahui yang menjadi perantaranya,
maka hadits itu tidak diterima. Dan hadits sernacam ini mereka
namakan dengan hadits ntursal, meskipun sebagian fuqaha mene-
rimanya dengan syarat-syarat t€rtentu.
Artinya, setiap perawi harus menerima hadits dari orang yang
di atasnya secara langsung, tanpa perantara, dan tidakboleh sang
perawi membuang perantara tersebut (bila ada perantara), meski-
pun menurut anggapannya perantara (yang tidak disebutkan
namanla) iht dipercaya. Sebab, boleh jadi orang),ang menurut ang-
gapannya dapat dipercaya ifir t€rnyata tercela menurut lang lain,
bahkan tidak disebutkannya perantara itu sendiri sudah menim-
bulkan keraguan --khususnya mengenai kredibilias orang yang
tidak disebutkan namanya itu.
Apabila keadaan sebagian perawi yang dianggap adil dan dapat
dit€rima riwayatnya secara umum diketahui beberapa kali mem-
buang (tidak menyebutkan) sebagian perantara, aau dia menye-
butkan periwayatannya dengern menggunakan lhfal yang me-
ngandung beberapa kemungkinan, misalnya dia mengatalan: "irn
Fulan' (dari Fulan), maka para ahli hadits menganggap pe-
riwayatannya itu radlis (menyamarkan). Mereka tidak menerima
hadits itu. Kecuali, jika dia mengatakan: "haddttsani Fulan" (Si
Fulan telah menceritakan kepadaku), atau "ahhbarani Fulaa" (Si
Fulan telah memberitahukan kepadaku), atau 'sami'tu .." (saya
telah mendengar ...) dan sebagainya, seperti sikap mereka terha-
dap Muhammad bin Ishaq, pengarang kitab sirah yang terkenal
itu. Apabila Ibnu Ishaq ini mengatakan: "'4n Fulan" (dari Fulan),
maka haditsnya dinilai dha'if, sebab perkaaan "'an" ( Us :
54
dari) ini mengandung kemungkinan bahwa dia menerima hadits
tersebut melalui perantara atau mungkin juga secara langzung,
sedangkan kemungkinan-kemungkinan seperti itu menjadikan
nilai hadits yang diriwayatkannya dha'if (emah).
5. Hadits itu tidak syadz (ganiil). Pengertian syuilzudz (ganiil) menu-
rut piua ahli hadits ialah bahwa seorang perawi kepercayaan
meriwayatkan hadits yang bertentangan dengan riwayat orang
yang lebih tepercaya lagi. Misalnya, seorang perawi t€percaya
meriwayatkan suatu hadits dengan lafal tertentu, atau dengan
tambahan tertentu, kemudian ada perawi lain yang lebih kuat dan
tepercilya daripada dia meriwayatkan hadits tersebut dengan
susunan redaksional yang berbeda dan tanpa menggunakan tam-
bahan.
Demikian pula jika ada seorang perawi meriwayatkan suatu
hadits dengan kalimat tertentu, kemudian pada sisi lain ada dua
orang atau suatu jamaah yang meriwayatkan hadits tersebut de-
ngan kalimat yang bertentangan dengan apa yang diriwayatkan-
nya itu. Maka dalam hal ini hadits yang diriwayatkan oleh orang
yang lebih terytcap itulah yang diterima, dan mereka istilahkan
dengan hailits mahfuzh (rcrpelihara). Sedanglen hadits yang ber-
tentangan dengannya ihr ditolak, tneskipun perawinya menurut
mereka adalatr orang),ang t€perca),a dan ditedma pedtraJatannf.
6. Hadits inr tidak mengandung cacat dan cela pada sanadnya atau
matannya (isinya).
Hal ini sudah dilrcnal oleh imam-imam yang hidup bersama
hadits, yang mengkaji sanad dan matan, sehingga dapat saia ter-
jadi suatu hadits yang seciua lahir tampak dapat diterima (maqbul)
dan tidak berdebu (tidak samar), tetapi setelah diteliti oleh para
peneliti dan kritikus hadits, ternyata hadits itu memiliki celah-
celah yang menunjukkan kelemahannya. Maka dalam kaitan ini
telah lahir suatu ilmu yang dinamakan dengan ilmu al-'ilal (ilmu
tentang penyakit-penyakit haditsl.z t
Dengan demikian, tidak ada celah bagi usaha-usaha pengaburan
yang dihkukan sebagian orang Barat terhadap ilmu ini dengian
mengatakan bahwa sebagian orang dapat saja membuat sanad png
2lrihat masalah tni datam klab ?ktul Hadits kaqra Dr. Hammam Abdurrahim Said, yang
merupakan karian sistcmads di bawah pan@ran kiab rktur rimi&i luqra lbnu Razab, ter-
bitan Darul'Adwa, Amman.
sahih bahkan sangat sahih, lalu dibuatnya suanr hadits unhrk meng-
halalkan atau mengharamkan sesuatu, atau untuk mewafibkan dan
menggugurkan apa safa yang dilehendakinya. Kemudian "hadits'
itu disampailen kryada para fuqaha aaia rtjahtl hddirs, lantas dit€rima-
nya begiu saja anpa pertimbangan.
Dengan dimikian, i\)atatah b-ahwa perkataan't€rsebut hanyalah
ocehan orangpng tenggelam dalam ldayalan, bahkan dalam lceia-
hilan yang berUmpuk-tumpuh karyOa saunggutrqa dia iahil (bodoh)
tetapi mereka pandai.
Allah mengatakan yang benar, dan Dhlah )ang memberi peEniuk
ke jalan yang lurus.
6
ilEIlEUIl SAIIAD DAll ,rlATAll HADI6
Pertanyaan:
Kami adalah sekelompok budayawan alumni perguruan tinggi
umum, bukan alumni al-Azhar asy-Syarif atau fakultas-fakultas
agama. Namun demikian, kami sering membicarakan masalah ke-
agamaan, karena kami adalah orang-orang beraganra yang sebagian
besar sangat antusi.ls unnlk menunaikan setiap kewaiiban dan men-
jauhi perkara-perkara yang haram
Pembicaraan-pembicaraan yang pernah kami lakukan akhimya
sampai pada masalah hadits Nabawi berikut hadits dusta dan palsu,
yang banyak menyusup ke dalam beberapa kitab dan dikutip oleh
sebagian rijalul hailiu, yang sudatr pasti dapat mengotori leindahan
Islam.
Pembicaraan kami berujung pada suatu keputusan bahwa setiap
muslim wajib menggunakan akalnya untuk memikirkan setiap makna
hadits yang dijumpainya. Apabila tidak sejalan dengan keputusan
akal, maka ia harus menolak dan mengingkarinya, dan sikap demi-
kian tidak terlarang ltarena tslam tidak membawa aiaran yang ber-
tentangan dengan ilmu pengetatruan.
Akan t€tapi, beberapa teman yang memiliki pengetahuan agama
lebih luas daripada kami mengatakan, "sesungguhnya suatu hadits
haruslah dilihat dari segi sanadnya, yakni rangkaian orangyang me-
riwayatkannya, apakah dapat diterima atau ditolak. Kita ddak boleh
56
melihat segi maknanya semata-mata yang kadang-kadang samar
bagi akal kita yang kemampuannya terbatas ini, sehingga kemudian
kita menolak hadits yang sahih tanpa hujah yang muktabar.'
Kami berharap Ustadz berkenan menjelaskan kepada kami me-
ngenai masalah yang penting ini, sehingga langkah kami tidak terpe-
leset dan tidak mengatakan tentang agama tanpa berdasarkan ilmu,
petunjuk, dan kitab yang jelas. Semoga Allah berkenan memberikan
pahala kepada Ustadz.
Jatoaban:
Sudah seharusnya seorang muslim memperhatikan urusan agama-
nya, karena agama merupakan subgansi wujud dan ruh alam semesta.
Tuntutan agama adalah tuntutan manusia yang pertama, dan kete-
tapan-ketetapannya merupakan masalah yang esensial, karena ia
berhubungan dengan keazalian dan kekekalan, serta berhubungan
dengan kelanggengan di surga atau kekekalan di neraka.
Apabila para budayawan yang beragama Islam mengadakan ber-
bagai pertemuan untuk membicarakan dan mendiskusilen masalah
keagamaan, hal itu merupakan langkah yang sangat bagus, karena
pada hakikatnya agama bukanlah monopoli para sariana agama se-
mata-mata . Tetapi, hal ini merupakan kewaiiban bagi setiap muslim
untuk mengkafi dan mendalami agamanya, sehingga ia dapat melu-
ruskan akidahnya dan memantapkan ibadahnya, meluruskan perila-
kunya, dan dapat menetapi batas-batas hukum Allah, mana yang
diperintahkan-Nya dan mana yang dilarang-Nya, mana yang halal
dan mana yang haram.
Namun demikian, tidak baik bila seorang muslim t€riun dalam
relung-relung ilmu yang tersembunyi dengan segala permasalahan-
nya tanpa bimbingan seorang ahli di bidangnya. Maka di antara lte-
sepakatan orang-orang berakal ialah bahwa "tiap-tiap pengeahuan
ada tokohnya, dan tiap-tiap ilmu ada ahlinya'. Merekalah yang men-
jadi tempat kembali bila terjadi perbedaan pendapat, dan tempat ber-
hukum jika terjadi perselisihan. Mereka itulah yang diiqaratkan
oleh Al-Qur'an dalam ayat-ayait berikut:
57
"... Dan lralau merelra merrynhkannn kep& Rasut dan ulil ami
di antan mercka tentuhh onng-onng Wg ingin mengetahui
kebnarutryra (akal dap€ID mengdahuinya &d merek (Raill
dan ulil amn) .... " (an-Nlea'; 85)
58
tahui dari segi keadilan perawinya, amanahnya, atau dari segi ha-
falan dan ke-dhabith-annya. Di samping itu, agar suatu hadits menca-
pai deralat sahih, maka kekuatan hafalan perawi haruslah mencapai
derajat mumtaz (istimewa) atau jayyid jidd4n (sngat bagus) menurut
istilah sekarang. fika kekuatan hafalannya hanya sampai pada dera-
iat iayyid (bagus) atal maqbul (dapat diterima), maka hadits tersebut
dinilai "hasan", satu istilah ulama hadits yang berarti di bawah ting-
kat sahih. Kedudukan (derajaQ ini mempunyai nilai yang sangat
penting apabila terjadi ta' arudh (pertentangan) .
Faktor berikutnya yang perlu dilihat ialah bersambungnya sanad
sejak permulaan hingga akhir. Apabila ada mata rantai yang hilang
atau terpufts baik pada awal, pertengahan, atau akhir rangkaian
(silsilah), maka derajat hadits tersebut turun menjadi dhaif. Dan jika
mata rantai yang hilang itu lebih dari satu, maka nilai kedhaifannya
pun bertambah. Tentang terputusnya sanad ini diketahui oleh para
ahli melalui kriteria-kriteria yang banyak difumpai dalam kitab-kitab
khusus.
Maka agar suatu hadits tergolong sahih, ia harus selamat dari dua
perkara, pitu : (l) syududz (keganiilan) dan (2)'illot (cllczrt, penyakitl.
Pengertian syudzudz (keganjilan) ialah jika seorang perawi teper-
caya meriwayatkan suatu hadits yang bertentangan dengan riwayat
orang yang lebih tepercaya, Hal ini bisa diketahui dengan memban-
dingkan antara sebagian riwayat yang disampaikan seorang perawi
dengan sebagian riwayat perawi lainnya --dalam hal ini biasanya
berhubungan dengan makna dan matan (isi) hadits.
Apabila perawi tepercaya meriwayatkan suatu hadits hanya sen-
dirian dengan menggunakan tambahan atau pengurangan isi --
sementara isinya bertentangan dengan riwayat dua orang perawi
yang lebih tepercaya atau sejumlah perawi tepercaya-- maka hadits
tersebut dihukumi dhaif karena kesendiriannya atau karena kegan-
jilannya.
Adapun yang dimaksud dengan 'illat ialah perkara yang samar
(tersembunyi) yang kadang-kadang terdapat dalam matan atau
sanad hadits. Dan hal ini hanya dapat diketahui oleh tokoh-tokoh
dan kritikus hadits yang memiliki pandangan jeli, yang mampu me-
nyingkap penyakit-penyakit yang tersembunyi, ibarat dokter spesia-
lis yang bisa menyingkap penyakit di dalam tubuh seseorang yang
secara lahir kelihatan sehat dan sejahtera.
Pada kenyataannya perhatian ulama hadits memang lebih banyak
ditekankan pada sanad daripada matan. Hal ini disebabkan oleh
59
beberapa alasan sebagaimana yang sudah kita ketahui. Namun
demikian, tidak berarti mereka mengabaikan matan sama sekali
seperti anggapan sebagian orangyang tidak mendalami ilmu hadits.
Mereka banyak membicarakan matan dan meriwayatkannya jika
memang bertentangian dengan ketentuan Al-eur'an atau Sunnah,
akal, perasaan, kenyataan sejarah, atau lainnya. Dan mereka meng-
anggap beberapa hal yang berhubungan dengan rawi (perawi) serta
yang diriwayatkan itu sendiri --atau nash hadits-- seUagai tanda
kepalsuan atau kebohongan suatu hadits.
-hadits)
-Di
anqrl yang berhubungan dengan yang diriwayatkan (nash
ialah kerancuan lafalnya, ketidaksesuaiannya dengem usluD
dan kaidah bahasaArab. Atau memiliki kerancuan makna, dan Uaat
pantas perkaaan seperti itu keluar dari pelita kenabian. Misalnya
pernyataan berikut:
. 4<Hsd;6/ou+;e?
"Terong merupakan obat bagi semtta penyakit.,
Atau pernyataan:
.%'&#q@M,y:rAA;i
'Kesucian tlUf, dinyatakan melalui lisan tujuh puluh nabi.,
"a",
Sebenarnya masih banyak lagi kita jumpai hadits-hadits palsu
-lainnya yang serupa dengan contoh tersebut. yakni hadits-hadits
yang nashnya bertentangan dengem akal sehat, bertentangirn dengan
hakikat agama yang dit€tapkan oleh Al-eur'an dan Sunnah mutawa-
tir, atau meniadakan hakikat sejarah yang nyata.
_ Ibnu fauzi berkata: "Alangkah bagusnya ucapan orangyang ber-
kata,'Apabila Anda melihat suatu hadits berbenturan dengan penda-
pat altal yang sehat, bertolak belakang dengan mcn4ut-(nash Al-
Qur'an dan al-hadits), atau bertentangan dengan ushul (pokok-
pokok agama), maka ketahuilah bahwa hadits tersebut riraudhu
(Palsu1.'"zz
- HdDr.iniMushthafa
fiqih,
pun telah diDicarakan dengan jelas oleh da,i yang ahli
as-Siba'i rahimahullah, aaam mtaU no
^-Surl-h
2zUtltrrt, Tailrihr
Rawi,as-Suyuthi, I : 2T 4 dansetarrusnya.
60
Makanaruha Tasyri'.
fit
Bahkan saya ingn mengatakan bahwa pembahasan t€ntang sanad
tidak dapat terlepas dari pembahasan mengenai matan. IQrena pada
dasarnya mereka memperhatikan para perawi hadits dari celah-celah
himpunan hadits yang diriwayatkannya. Apabila mereka menjumpai
seorang perawi sendirian meriwayatkan hadits (gharib), maka mereka
menempatkannya pada kedudukan perawi yang dhaif atau matruh
(ditinggalkan). Kemudian terhadap perawi seperti ini mereka berkata:
"dia meriwayatkan hadits-hadits gharib" atau "tidak ada yang men-
dukung haditsnya". Banyak hadits yang diriwayatkan seorang perawi
tunggal (sendirian) ini yang mereka susun sebagai peringatan, seba-
gaimana yang dapat kita jumpai dalam kitab al-Kamil karya Ibnu Adi
atau kitab al-Mizan t ary a adz-Dzahabi.
Hadits syarif itu bermacam-macam, misalnya yang sebab kele-
mahannya terdapat pada matan dan sanad, seperti hadits mudtharib,
maqlub, mu'allal, syailz, munhar, mushahhaf, dan muhanaf.
Di antara macam-macam ilmu hadits ada yang berhubungan de-
ngan matan semata-mata, seperti mengetahui lmflmarfu',mauquf, dan
maqthu'. Selain ihr, ada pengetahuan tentang hadits Ilahi atau hadits
qudsi. Dan di antaranya lagi pengetahuan tentang hadits mudraj, ilmu
ghcribilhoilits, dan ilmu mukhralifulhdits -Imam Syaf i tercafirt sebagai
salah seorang ulama yang mahir dalam hal ini.
Selain itu, perlu kita ketahui bahwa untuk masalah ini Imam Ibnu
Qutaibah telah menyusun kitab yang terkenal, Ta'wil mhhulif al-Hadits.
Demikian juga imam Abu fa'far, beliau telah menyusun kitab yang
besar dengan judul Musyhil al-Atsar, yang terdiri dari empat filid, se-
dangkan Imam Ibnu fauzi menyusun kitab Musykil ash-Slwhihnin, dan
masih banyak lagr yang lainnya.
Sementara sebelum itu t€lah lahir pula ilmu nasihh al-haditswamon-
suhhihi, dan kitab yang paling terkenal mengulas masalah ini ialah
karya al-Allamah al-Hazimi yang beriudul al-I'tibar fi an-Nasihh ual
Mansuhh minal Atsar. Abul Faraj Ibnu fauzi jttga menulis risalatl me-
ngenai masalah ini.
Oleh karena itu, saya katakan bahwa sesungguhnya membicara-
kan matan hadirc itu perlu bahkan menjadi tunnrtan. Dan sesung-
guhnya hadits yang ditolak oleh akal yang sehat tidak disangsikan
lagi ketertolakannya.
Namun demikian, ada satu hal yang sangat penting di sini, yakni
siapakah yang berhak melihat matan untuk mengetahui dit€rima
atau tidaknya suatu hadits? Dan siapakah yang layak mengatakan
61
bahwa suatu hadits bertentangan dengan akal sehingga tergolong
dhaif,
Sudah tentu, memberikan hak ini kepada sembarang orang jelas
tidak dapat diterima oleh syara' dan akal. I(arena hak ini sesungguh-
nya hanya dapat diberikan lepada orang-orang ahli yang t€percaya,
sebagaimana telah diisyaratkan Allah di dalam firman-Nya:
62
menggunakan hujah yang akurat, sebagaimana yang dilakukan
kaum Mu'tazilah dalam menolak hadits-hadits syafaat atau hadits-
hadits yang membicarakan masalah melihat Allah di akhirat. Begitu
juga seperti penolakan sebagian mereka terh4dap hadits-hadits yang
berisi mengenai pertanyaan kubur berikut nikmat dan azabnya.2s
Sering pula anggapan jauhnya kemungkinan terjadinya sesuatu
--kareha mustahil menurut kebiasaan-- menjadi sebab alasan untuk
menolak suatu hadits, padahal kemustahilan sesuatu menurut ke-
biasaan (adat) belum tentu mustahil menurut akal. Sementara di sisi
lain, pokok agama didasarkan pada keimanan terhadap perkara yang
gaib, karena itu tidak layak kita menganggap jauh kemungkinan ter-
jadinya sesuatu yang diriwayatkan secara sah dari Rasul yang
ma'shum, selama masih dalam daerah kemungkinan, sedangkan kita
tahu bahwa cakupan kemungkinan itu sangat luas.
Ada pula orang yang menolak hadits sahih karena ia mengira ber-
tentangan dengan ketetapan ilmu pengeAhuan, padahal setelah dikaji
tampak jelas bahwa apayang dikiranya sebagai ketetapan ilmu pe-
ngetahuan yang pasti itu ternyata hanya dugaan, perkiraan, dan ter-
kaan belaka, seperti tampak pada teori evolusi Danflin. Demikian
pula dengan teori-teori yang menafsirkan sebagian fenomena ilmu
jiwa, ilmu sosial, dan ilmu-ilniu humanisme secara umum. Semua
ilmu ini hanyalah ilmu zhanniyah (dugaan) yangtidakmencapaiting-
V,at qath'i (pasti) dan yakin, sebagaimana yang ditegaskan oleh para
pakar yang telah insaf. Karena itu, teori dan pendapat dalam ilmu-
ilmu ini selalu mengalami perubahan dari masa ke masa, bahkan dari
satu lingkungan ke lingkungan lain --dalam waktu yang sama-- dan
dari seorang ilmuwan kepada ilmuwan lainnya.
Selain itu, ada juga orang yang menolak hadits sahih karena me-
nurut pandangannya hadits tersebut bertentangan dengan nash-
nash lainnya yang sahih. Tetapi, bila Anda renungkan apa )rang
dikatakannya itu ternyata sebenarnya tidak ada pertentangan yang
mewajibkan seseorang harus menolak hadits itu. Sebagai contoh,
pada tahun enam puluhan pernah ada seorang penulis dalam sebuah
rrajalah dengan berani menolak suatu hadir dalam shahih al-Bukhari
karena menurut dugaannya bertentangan dengan Al-Qur'an, pada-
hal masalahnya tidak seperti yang ia duga. fadi hadits itu memang
sahih, yang keliru adalah pemahamannya sendiri.
23tihat, pasal "Raddul Ahadits ash-Shihhah", dalam ktab saya al-Marji'iyyaal Ulya
fil
Islam lil Qur'an was Sunnah.
63
Ibnul Qayytm Mengaltkan Sanad dan Matur
Al-Imam al-Muhaqqiq Ibnul Qayyim menyebutkan di dalam kitab-
rrlv al-Manarul Munif fi Lsh-Shohih wa ailh-Dhaif bahwa beliau pernah
ditanya. "Mungkinkah mengetahui hadits maudhu' tanpa melihat
sanadnya?'
Beliaumenjawab pertanyaan tersebut dengan jauaban )arg sangat
-lengkap dan rinci hingga membutuhkan beberapa tul.aman kitab-
nya.24 Di antaranya beliau berkata: "Ini merupakan persoalan yang
sangat besar, dan hanya dapat dikeahui oleh irang yang mendilam
pengetahuannya tentang Sunnah shahihah. Orang yang menganggap
Sunnah sebagai darah dagingnya, dan telah menyaokan Sunnah
dengan karakternya. Selain itu, pengkajian Sunnih dan asar ini
benar-benar sudah menjadi spesialisasinya, termasuk di dalamnya
mengkaji sirah (biogafil nasulullah saw. dan petuniukbeliau, perih-
ah dan lamngan beliau, memberiahukan kepada onng lain
datang dari beliau, mengafak orang lain berpegang kepada"p"l""g
Sunnah
beliau, mengumandangkan segala sesuatu yang beliau cintai dan
yang beliau benci, dan segala sesuatu yang beliau syariatkan buat
gqa! ini, sehingga seolah-olah ia pernah bergaul rapat dengan Rasu-
lullah saw. seperti layaknya seorang sahabat beliau.,
Orang sepefti ini benar-ben.r mengetahui keadaan Rasulullah
saw., petuniuknya, perkaaannya, apa yang boleh diberital@n dan
yang dilarangnya, dan apa-apa yang tidak dikeahui orang lain. Se-
perti inilah keadaan setiap orang yang ber-ittiba' (mengikuti Rasul
dengan konsekuen). Orangpng mengkhususkan diri dalam persoalan
-dan
ini yang berkemauan keras untuk mengikuti perkaaan per-
buatan Rasulullah yang diketahuinya, dan membedalan rnana fang
sah dinisbatkan kepadanya dan yang tidak sah, keadaannya berbedi
dengim orang lain --yakni orangyang hanya takltd kepada imamnya,
yang hanya mengetahui perkataan, nash, dan pendapatnya
Wallahu a'lam.
Di antara contoh hadits yang tidak dapat dipertanggungawabkan
ialah hadlts yang diriwayatkan oleh fa'far bin |isr, dari-ayahnya, dari
Tasabit, dari Anas secara marfu':
Ai,IA t6&:lP1$iir6:
LJ,'P.W, dt6r€s,36G
24oipublikasikan oleh Makab
al-Mathbu'ar at-tslamiyah di Halb, dengan .ahqi{ dan
u'liqoleh Abdul FaEah Abu Ghadah.
64
.
r,Ki[ae;gtilLti;J3(
"knngsiap Wng menguaplran subhanallah wa bihamdih, maka
Nhh a/on menarnm untuW *iuta Nwt fuma di &hm wgA
Wng batangryn beruN emas.4s
Ja'far yang dimaksud di sini adalah fa'far bin |isr bin Farqad, Abu
Sulaiman al-Qashshab al-Bishri. Ibnu 'Adi berkata: "Hadits-hadits-
nya munkar." Al-Azdi berkata: "Para ahli hadits membicarakannya."
Adapun mengenai ayahnya (ayahla'far), Imam Yahya bin Ma'in
berkata: "Tidak ada apa-apa, dan tidak boleh ditulis haditsnya." se-
dangkan Imam Nasa'i dan Daruquthni berkom€nt?r: "Dhaif." Ibnu
Hibban berkata: "Ia telah keluar dari batas-batas keadilan." Dan Ibnu
'Adi berkata: "Pada umumnya hadia-haditsnya tidak mahfuzh (tidak
terpelihara)."
Contoh yang lain lagi ialah hadits yang diriwayatkan oleh lbnu
Mandah dari hadits Ahmad bin Abdullah al-fuwaibari sang pendusta,
dari Syaqiq, dari Ibrahim bin Adham, dari Yazid bin Abi Ziyad, dari
Uwais al-Qarani, dari Umar dan Ali r.a., dari Nabi saw., beliau ber-
sabda:
A#\<t!e'lfu t#Jbbs,t;
<l
{#e, 3tg,t!,A!j, 5k< We
,{3;i1'^67t,.f. i**rs :Gt,t)gj
.W i# A t,E - 1)G Ut - ;&3<t $fr
X *.Lr d$z,i6 o. @lJi r*4C,1
3-b\i336,ffi14\Ylg,qtX
q6#wrq;Wqey6
2'xt:ralengtap dlmuat dalam Mizarul t'ddalkarya adz-Dalabi, dalam membicarakan
keadaan fa'far (1: 4O{).
'g'g+*Sld-ti'J-4)+G
brdu fungn menyfiut nama-nann NIah ini:
"Barurysiapa yang
YaNlah hgfuu dalah MaIn Hidupyngtidakatran mati, Maln
Menanggtg tidah terkalahkan MaIM Merrgetat uigngtidak pr-
nah dingulcan, Maln Mendengar yang tidak pmah dibimbnfun,
MaIn tuMr yang tidak Wnah difuNafu\ t'ang teryanfing l@*
ryn qala srsl.tatu Wrg tidal( pmah dibd makan, dan Maha
Mengetalrui yng tifulc pemah diberi talru.'Mahdeni Dzatgng
mengutudru &ngu bnar, l<alau dm ini dibaolloln pae kepkg-
kepingn Dcsi ni*ayakan mencair, kalau difuakanpa&airyng
mengalir nixalta ahn berhenti mengalir, dan bih dibaa p&
waktu akan tidur maka untuk tiap-tiap hurufnya dikfuim tujuh ntus
ribu malaikat yang bertasbih dan memohonkan ampun unfiloryra"
66
$4t'#iz6'rt56rt3K}{bJtQU
.V;\frt3,
-rt -r/
o
4Kj{:;:,eE},F4\W-@,t
u'Js,#qiiiglwwgil'
"$le$ili933$*6,R#W
...4(,
"Falauar$ary yangl mandi Fe Wi Jumht fuWan nlat mqrcad
tidn AW mM W ti+*p nnAu@ Alhh tr@bn dW
unailoryn wfu en dengan fnydq MB atfiw Alhl,
lrad kianat
mat&ngbt wrubrya di atrp brup mutian, Wut, ddn
dr;n,irrt
zabariad,27 yang di anttn fW dua funjafrry,a ter@t hnh pda-
lanan slama *iatus talrun.'
27 zahrl* latal lql$al ,ang dhakat unorl banr pann*a" (tfiret xdrtr.s B6dr rr/lrr,o lilo-
n.sia, Departemen Pendidlkan rhn freDudqnao, Iet[ta! Bdd msht1 Edrt fcfr. C€aatan
pertama, 1991; crt).
67
1. Ser ampangan dan Berlebih-lebihan
Di antara tanda kepalsuan suatu hadits ialah mengandung hal-hal
rng-ry-qmpang:rn ya_ng sebenarnya tidak mungkin diucapkan oleh
Rasulullah saw.. Hadits semacam ini banyak jumlahny:a, seperti
hadits palsu berikut: 'Barangsiapa yang mlngutapkan lialirnat raa
ilaha illollah maka Allah akan mencipakan dari kaumat ihr seekor
burung yang-nteryrljki tujuh puluh ribu lidah, png riap-tiap lidah
T:rr-riliki hrjuh puluh ribu bahasa yang memintikan amirun irepada
eQh ryru$Va. Dan bara-ngsiapa png berbuat begini-dan Uigini
maka akan diberikan tufuh puluh ripu koJa di dalam surga, yang
p.ada tiap-tiap kota terdapat tujuh puluh ribu istana, dan pada iiap:
fiap isana rcrdapat tujuh puluh ribu bidadari."
. . q.qglang membuat aJau memalsukan hadits )a11g serampangan
ini tidak terlepas dari dua kemungkinan: pertama, teilah bodoh ian
dungu; dan kedua, termagulr orang zindiq (munafik) yang hendak
menurunkan deraiat Rasulullah sa1v. dengan menyanALrkin perka-
taan-perkataan semacam ini kepada beliau.
*-\eJ:t1#*4ti:fd#r51tr;tt1
"Apabila seseorang bersin pada waktu berbicara, maka hal ini
sebagai pertanda kebenaran- perkataannya.,
68
Meskipun ada sebagian orang yang rnengesahkan sanadnya,
namun perasaan tetap menolak dan menilainya palsu. Sebab kita
sering menyaksikan orangyang bersin tetapi ia tetap suka berdusta.
Seandainya ada serarus ribu orangyangbersin ketika meriwayatkan
hadits dari Rasulullah saw., maka hadits ifi tidaklah dihukumi sahih
karena bersin. Dan seandainya mereka bersin kcdka memberikan
kesaksian palsu, maka tidaklah kesaksiannya itu meniadi benar.
Begitu pula dengan hadtts maudhu'berikut
,4elir6yi36q,td,,g,rryi6l1'd{lL
wig-ia*6331,3{ili'}#3
dibri b*al,
"Hendakhh lamu makan adasr2e karcna ia dan dapat
menjadihn Inti lenbut *fia
memprbanyah air nata Wg telal
dianggap suci oleh tuiuh puluh onng nabi.'
zaruOuUan Uerg€teh
)ang tingglDJu hila-kita satB sciergah ffi.r, b{e[n dlrdik o
minyak unnrk oba! F*aiadrllllt Yulgtra. (IJhat ltams Bcsar BalrGo lr&icsi4 Dcpartcoco Fcnd-
dikan dan Kebudayaan, Iakara: Balai ltlstaka, Edisi Icdua Cctat6n pertan& l99l; cd.)
69
kan_langit dan bumi pada hari asy-syura." Begitu pula dengan hadits
berikut:_'Minumlah pada waknr makan supa)ra kamu kenlang."
P,adah3l, minum padavaktu makan dapat merusak dan me-nghi-
.
langkan kemapanan makanan di dalam perut besar, di samfi'ing
menghalangi kesempurnaan pencernaannya.
Contoh lainnya seperti pernlataan:
,,,iiLt3.#s6c&w|y(,Jl.!K
'Manusia yang palirry pembohong ialah tukhng celup dan tukang
emas.'29
Perasaan menolak hadits ini disebabkan kebohongan mereka ke-
pa{1 lain berganda-ganda, sgperti kaum nafidhah --sebagai
.or.ang
makhluk paling pendusa-- para dukun, tukang ramal, dan pira
astrolog (peramal nasib dengan perbintangan).
3. Isinya Sangat Remeh ilan Metggelihaa
Di antara ciri hadits maudhu'yang lain idah buruk, remeh, dan
menggelikan, menjadi bahan tertawaan. Seperti ,hadits, berikut:
/#$&"Frr,wdetgg166r
"Kahu nasi itu Dr;rury manusi4 niwya ia penyantun, dan ti&t(
ada onng lapr nng memal<annya keatali Wili aten menjadi
kanltang-"
,o3-U3tt!F,8i'u.r{II"VaH
,{wv
2gtbnu Ualah meriwal"atkannya
datam sunannya,2: Z2g, dari Abu Hurairah. Dalam
az-Za*aid, al-Bushalri
berkaa: "Dhaif karena di dalam sanadryra terdapat Farqad as-Sabkhi
yang dhaif' dan umar bin ttarun yang dianggap pendusa olehibnu ua'in dan'lainnya., As-
_sakhawi mengomentari hadits lni di dalam i-ua4ashiit at-Hasanah, hlm. 76, dengnnienga-
kan: "Dirlwayatkan oleh lbnu Marah dan Anmaa'ddam musnadnya, Z:292, iZq, SISId-
lainnya dari Ubai.'
70
"Buah jaufo iru fulah oDr,l dan keju ttu adalah penmkit, tetapi
jika afiah ada di dalam prut ia menjadi o}z,l"
Mudah-mudahan Allah menguuk orang yang membuat hadits
ini dan mengatasnamdlannya kepada Rasulullah saw..
fuga seperti hadits-hadits berikut ini (artinya):
"Seandairyn manusia mengetahui apa tang ada ph
buah hul-
bah,rr nixal,a met*a rpau membelinya dengan emaslangbent-
nya *banding dengu buah iltu."
"Hijaulranhh mejamakanmu dengan epr-sryn4 kamnhal ini
dapt mengusir *tan."
Tidak afu sa,tu pun daun andewi kmtali di atamy a& tetesn air
surga."
"Jelek nian saWr jiiir
(*jenis buncis bsar), funngpiary WE
memakanntta pda malam had nixaya ia akan meletnti malam itu
dengan jiwa *lalu menentangrya, dan hidungry akan mencium
keringat onng Wg brpenlakir lepn Makanhh ia pda shng
lari, dan talranhl, pada mafun hart.'
"Ikutannan minyak buqa brntaj (bunga vide) terha@
mintak-minyak hinnla geperti keutamnn ahlal bait (kduarga
Rasululkh aw) atas *mua makhlukt'
ssemacam kenari
lkacang-l6cangan). (cd,)
3lse;enis tumbuhan polong-polongan (rempah-rempah) tahunan dcngan blrl bcraoma
sedap; Faum Graccun. (cd.)
7l
lumi dalam agama Islam yang dibawa Rasulullah saw. balma sese-
orang tidaklah dilindungi dafiazab neraka han)ra karena nama dan
gelar semata. Tetapi, selamat dan terhindarnla seseorang dari azab
neraka hanyalah karena trnan dan amal saleh.
Selain pernyataan itu, ,uga kia Jumpat "hadits-hadits" )ang ber-
isi t€ntang amdan-amdan yang menyelamatkan seseorang dari
neraka dan tidak akan menyentufuryra orang),aqg tunla melekukan
lcbaikan yang kurang berarti, padatral sudah dimaklumi bahwa hal
inr bertentangan derqan sJrariat agarna )ang dibarra lfabi Muhammad
saw.. Sebab jaminan lcselamatan darl azab neraka hanplah bagi
orang yang bertauhid se6ra benar dengan segala aplikaslnya.
-3#iA49C,isa6w
, gli>;S!4,'#X
"Inilal, predmawasjail,J.t &n au&ralat, *rb lhalihh s€g.t&h-
ht. I(arcna iA, dengarlah ia dan ptuhilah"
72
6. Baul iletgan Seniliinya harena Bertantangan doryan Ahal
Di antara tanda kepalsuannya: batal dengan sendirin;ra, sehingga
nyata-nyata menunful*an bahwa hd itu bukanlah sabda Rasulullah
saw., misaln5ra hadits:
"Bintang Nnwahi di langit itt Drurzlsal dai kqingat uhr Drsar yang
afu di Dzlwalr'Als,y."
Atau pen\yataan In€rel€:
'Apabila Allah S1VT marah, maka Dia menurunkan wahyu dengan
bahasa Persi, dan iilta Dia ridha maka Dia menurunkan wahyu
dengan bahasa Arab."
6:.F;1ff3lor;x*3ttt 1
'hn tiahhh WtS dhta@tnn iat @I-Qufn) lrrrrau-
^*rrrot
an Inwa natwqra Uapanrya ifi, Malain twryahhwlVuyang
dimlrytlan (*Wdan@." (an-Nalm: 3-4)
Alat ini memberiltan pengertian kepada kita batrwa apa yang di-
ucapkan Rasulullah saw. adalah wahyu yang diturunkan kepadanya.
Oleh sebab itu, isi hadits palsu di antaranya tidak sesuai sebagai
wahyu, bahkan tidak layak sebagai perkaaan seorang sahabat se-
kalipun.
Seperti kita jumpa dalam pernlataan:
"T@ hal png dapat menambah jelasnya pandangan, piu melihat
warna hiiau, air yang mengalir, dan utaiah yang @mpan/cantik.'
73
Hadits seperti ini dan seienisnya adalah buatan sebagian kaum
zindiq.
Klta,uga menfumpal pemyataan Beperd berlkut:
"Hendaldah kamu memperhatikan waiah yang cantik/tampan
dan biii rnata ),ang hltam, karena Allah malu menytksa orangyang
cantlk/tampan dengan apl neraka."
Mudah-mudahan Allah melaknat pemalsu hadlts yang jelek ini.
Maka semus hadits )ang menyebut-nyebut orang )xang benraiah
tampan/candk atau memufinya, menyuruh memandangnp, meng-
anlurkan agar seseorangbuuh terhadapnya, atau menyatakan balma
mereka tidak akan disennrh oleh apt neraka, semuan)ra adalah
bohong, palsu, diada-adakan.
74
an penguasa; dan bila te4adi gerhana pada bulan Safar akan ter-
jadi begini dan b%ihl."
'*AW,i|ur1iiiL
"Sesungguhnya NIah, hanya pda sisi-Ny fiialal pngetalruan
tentang hari kiamat.... " (Luqman: 54)
"eftv*#i$fg;
"... Kwsi Nbl, meliputi langt dan Dumi....1af-Baqaral:2SS)
ft;g,{su$,66,3r€*q&!i
';6SDAit;*FsSaW3#b
'Empt prlran nng tidak Wmalz pns &i arryt lnh wanita dad
piA bumi hd hujut, mata hd menarfurg dn tdlrga dai
inlormasi."
Dan perqyataan:
'Caclhh tukang gigt, tukang sepatu, dan nrkang enEs, atau tukang
yang membuat barang-barang mubah."
Riwayat ini jelas merupakan kebohongan terhadap Rasutullah
saw., karena Allah dan Rasul-Nya tidak pernah mencela orangyang
membuat sesuirtu yang mubah.
Klta jumpai fuga 'hadits':
Xsungguhnfi Nhh memrynyai malaibt &ri Datu yary Drinwm
Unan\ ia turun kc@a ke/rdai dai }r,tu srfiap twi lafu rzarut-
fit/o,n lnrya-Iprgry l@ntfrilrn tnik ke M.'
76
Misalnya tagi hadits-hadits yang mencela negeri Habasyah dan
Sudan. Semua itu adalah dusta.53
- Atau seperti pernyataan berikut:
"Orang Negro itu bila kenyang berzina dan bila lapar mencuri."
"fauhkanlah dirimu dari orang Negto, karena mereka adalah
makhluk yang buruk."
"fauhkanlah aku dari orang Sudan karena oranghitam hanya me-
mentingkan perutnya, dan farjinya."
"Dan diriwayatkan bahwa beliau pernah melihat mlkanan lalu
bertanya, 'Untuk siapakah ini?' Abbas menjawab, 'Untuk saya
berikan kepada orang-orang Habasyah.' Ialu beliau bersabda:
. 'Jangan engkau lakukan, sesungguhnya mereka itu apabila lapar
mencuri, dan iika kenyang betzina.'"
Misalnya lagi berbagai pernyaaan yang mencela bangsa Turki,
kaum Ktrushyan, dan bangsa Mamalik. Seperti 'hadits":
*kiruryn Nlah melihat kebaikan p& onngonng Krush-
"I(alau
1mn, nixal,a dikehrulran-Nya dad c.rlbi metrJfa keturunan lang
merytemhh Nhh
Dan'hadits":
"kbutuk-bun* hafta pfu akhir zaman ialah Mamalik"
S3Karena hal ini bert€ntangan dengan Islam yang mengafarkan persamaan antara se-
sama manusia dan ddak mengakui rttskriminast dts€babkan warna kultt dan unsur, dan
manusia dinilai hanya dari ketaloraanryra.
"Sa1n dan Abu fulrar bagailen dua ekor kt& taruhan."
"Sesungguhryra Nlah ketika memilih aruah (ruh-ruh), maka dipi-
lih-Nya-lah ruh Abu Bakar."
Dan seperti 'hadits" Umar:
"Rasulullah sarw. pemah brcakap-cal(ap dengn Ahu hh4 dan
afu *perti wrug Negro di antan mere*a'
"funfuirya aIil @italan k@mu *rlu/anrrln-l<al/arrnant Umar,
ni*aya *pnjang usia Nabi Nuh pun tidalc alan lnbis, dan itu
haryralah satu kefuikan di antara lcdaihn-kfulhn Abu fukar."
"nCaklah Abu klcar mengunguli kamu dengan bnyahln pwa
dan shalafr4a, tetapi ia mengungguli lamu dengu srsl.latu Wg
telah mmtap di hatinya."
34Menurut kltab al-Ma4ash*tu| Halrllrlh kaq,a as-Sakhawl (hlm. 369) dan kttab-kltab
nauilhu'a.lainnya, semua ini merupakan pctkataan Bafar bin Abdullah d-Muzani.
Stbnu Abi Ashim, chuhm Tsa'lab, dan Abu Bakrr an-Naqqasy t€lah menlrusun nrou{o
(bi4ran) Muawi),ah lni, tctapi dl datamnya ddat ada sau pun hadtts f,ang sahlh dldnlau dari
segi isnad. Demikhn kata al-Haffdl lbnu tlaJar dalam Fatl,,.i Ban,7t 81.
78
Di antara hadits maudhu' mengenai keutamaan ialah pemalsuan
yang dibuat oleh para pendusta mengenai biografi Imam Abu Hani-
fah dan Imam Syaf i. Para pendusta itu menyatakan bahwa nama
mereka sudah dinashkan (diterakan) di dalam hadits. Demikian pula
dengan kepalsuan yang dibuat oleh para pembohong bahwa Rasulul-
lah saw. telah mencela beliau berdua. Semua itu hanyalah kebo-
hongan yang dibuat-buat.
Selain yang telah disebutkan, masih banyak kita dapati hadits-
hadits maudhu' lainnya, misalnya hadits-hadits yang mencela Mua-
wiyah, Amr bin d-'Ash, dan yang mencaci Bani Umayryah.
Demikian pula semua hadits yang memuji al-Manshur, as-Saffah,
dan ar-Rasyid. Atau semur hadits yang memuji atau mencela Ba$-
dad, Bashrah, Kufah, Marwa, Asqalan, Iskandariyah, Nashibin, dan
Anthakiyah.
Termasuk di dalamnya semua hadits yang mengharamkan anak
cucu Abbas dari jilatan api neraka, yang menyebutkan bahwa khila-
fah hanyalah bagi anak cucu Abbas, yang memuji-muji penduduk
Khurasan yang keluar bersama Abdullah bin Ali dari keturunan
Abbas. Atau semua hadits yang menyatakan bahwa kota ini dan kota
itu termasuk kota-kota surga atau neraka" lapg mencela al-Wdid
dan lvlanuan bin al-Hakam, bqgtu pula hadits yang mencela Abu
Musa al-Asy'ari.
Demikianlah keterang;an Ibnul Qayyim.
Dengan penjelasan png lengkap ini maka gugurlah pendapat
yang menganggap bahwa ulama-ulama Sunnah tidak menghiraukan
isi hadits dan hanya membicarakan sanad serta perawi-perawinya.
Di antara perkaaan Ibnul Qalyim dalam sebagian kitabnya ketika
melemahkan sebagian hadits ialah: 'I(alau sanad hadits ini seperti
matahari maka waiib ditolak." Hal ini disebabkan maknanya yang
bertentangan secara diametral dengan akal dan nash yang sahih.
Perlu juga saya tandaskan di sini bahwa hak ini --hak mengoreksi
matan dan kandungan hadits-- tidak dapat diberikan kepada semba-
rang orang. Maka betapa banyak orangyang mengaku mampu mela-
kukan segala sesuatu dengan hanya berpaniang-paniang kaa.
Alartgltah banfakrtya orang )rang berani berbuat begini dan begitu
sera berlagak pinar tanpa memiliki kercrurgan dan bulai yang n1rata
Pada akhirnya, saya pernah menguii mereka, ternyata )rang saya
anggap terbaik di antara mereka sedikit sekali ilmunya, banyak
mengaku-ngaku dan membual. t-aahaula wdbt quwuata illahrlah.
Semoga Allah memberi petuniuk kepada kita.
7
TEI{TAXG HADJIII. "DADA ALFIATU GHANDAil-
Pertanyaan:
6$Utq6qb)frr-)T\ts
.e3j[t!A#1ss
"krmula Islarn itu dalan keadaan asing dan ia arran kant,ti asing
*fugaimana keadaanryta *mula, mal<a furfuhagialah bgt at-
ghurab'."
Yang menjadi pertanyaan, sampai di manakah kesahihan hadits
ini dilihat dari satu segi? Dan apakah. maksudnya? Apakah kata
q* itu berasal Aaa ttaa ghurbah 1)i(!i tasig a"ri
Yq sngrrath (-4gi /aneh atau ganfil)? Saya pernah
"auftaf,
mendengar
dari sebagian penceramah yang mingaiakan-bahwa kata tersefut
berasal dari kata at-gtwrabah wad itahsyah (ljil$ii/qllJi
-< -'
tganiil
dan membingungkan), buk+ dari ltata al-gilrtuh.
ap*U" tata-gturiba berasal dari kaa aLghurtuh, sebagaimana
yang dikenal selama in1 apakah berarti yang Aimaksua [u kete-
mahan Islam dan memudarnya kecemerlarigirn-Islam?
Dan apakah ada indikasl yang menunfukkan batrwa lslam akan
qelaih.kenpnllqn pada kesempaan tain sebagatunana png pernah
dialami pada abad pertama Hiirlah?
Jawaban:
Hadits ini memiliki_isnad yang sahih tanpa diperselisihkan lagi di
kalangan ahlinya. Ia diriwayatkan dari seJu-nrlah- sahabag
Imam Muslim dan Ibnu fuIajah merlwayatkannya dari Abu Hurai-
rah. Imam Tirnddzi dan tbnu Mafah m-eriwayaikannya dari Ibnu
Mas'ud. Imam Ibnu [tafah merlwayatkannya diri Anas. fmam Thab-
rani meriuayatkannya darl Salman dan Sahl bin Sa'ad dan lbnu Abbas
r.a., tersebut dalam al-Jami,ush Shaghir. Sedangkan Imam
-sebagaimana
Muslim meriwayatkannya dari lbnu Umar anpa kallmat-
80
L(gli#I (maka berbahagialah bagi at-ghuraba).
Dengan demikian, kita sepakat bahwa dari segi isnad kesahihan
hadits ini tidak perlu diperbincangkan lagi. Kini, yang perlu kita
bahas adalah dari sudut pandang maknanya.
Sangat disayangkan bahwa banyak hadits yang berhubungan de-
ngan "akhir z.artmt" atau yang disebut dengan ahaditsulfiun (hadits-
hadits fitnah) dan asyrathus saah dipahami oleh sebagian orang seba-
gai pernyataan pesimistis untuk melakukan perbaikan atau perubah-
an. Padahal tidak pernah tergambarkan bahwa Rasulullah saw.
menyeru umatnya untuk pesimistis dan apatis, serta membiarkan ke-
rusakan merebak ke tengah-tengah manusia, membiarkan kemun-
karan merapuhkan punggung masyarakat, tanpa ada yang bertindak
untuk meluruskan penyimpangan dan memperbaiki kerusakan.
Bagaimana mungkin tergambar sikap seperti itu, padahal Rasu-
lullah saw. menyuruh umatnya agar senantiasa berusaha memak-
murkan bumi sampai akhir hayatnya, sebagaimana yang tampak
dari hadits syarif berikut:
Ini berarti manakala kiamat telah (hampir) tiba, siapa pun tidak
akan dapat memakan buah tanaman itu. Bila dalam urusan dunia --
seperti anjuran hadits t€rsebut-- dituntut agar berusaha sampai akhir
hayat, malta tentulah urusan agama lebih besar dan lebih luhur lagi,
sehingga tidak boleh berhenti berusaha untuknla sampai hembusan
36nadits riwayat Ahmad dalam musnadnya dan Bukhari dalan al-Artobul M$rad dui
Anas, demikian jup ath-Thayallsi dan al-Bazzar. Al-Haitsami berkata: 'Perawi-perawinya
t€percaya dan sangat mantap.'
81
nafas yang terakhir dalam kehidupan ini.
Adapun makna l<ata ghariban ( %;L ) dalam hadits ini berasal
dari kata al-ghurbah (asing), bukan dari kata al-gharahh (aneh, ganiil).
Hal ini berdasarkan k-allmat akhir hadits yang berbunyi,igSli,*.
Kata al-ghuraba' adalah beqtu_k jamak dari gharib, maksudnya 6iang
yang-memiliki sifat astng, bukan aneh atau ganjil. Dan keteiasingan
mereka itu disebabkan ket€rasing;an Islam yang mereka imani dan
mereka serukan. Inilah pemahaman makna y,ata gharib pada keba-
nyakan hadits, seperti:
82
apa yang terjadi (berlaku) pada semua bangsa juga berlaku bagi
umat Islam.
Dengan demikian, hadits itu memberitahukan kepada kita ten-
tang nielemahnya Islam pada suatu waktu dan pada suatu putaran,
tetapi ia akan segera bangkit dari kejatuhannya dan tegar setelah ter-
lempar, sera keluar dari keterasingannya sebagaimana yang terjadi
pada masa-masa permulaannya dulu.
Semula Islam datang dalam keadaan asing, tetapi tidak terus-me-
nerus terasing. Ia pada mulanya dalam keadaan lemah kemudian
menjadi kuat, tersembunyi kemudian terang-terangan, terbatas ke-
mudian berkembang, dan tertindas kemudian mendapat kemenangan.
Pada akhirnya Islam akan kembali asing seperti semula, ia lemah
untuk kuat kemudian menjadi semakin kuat, terusir untuk unggul
kemudian mengungguli semua agmfla, melempem dan t€rtindas untuk
berkembang dan menyebar, kemudian mendapatkan pertolongan dan
kemenangan.
oleh sebab itu, dalam hadits tersebut sama sekali tidak terdapat
indikasi yang menunjukkan keputusasaan terhadap masa depan jika
kita memahaminya dengan baik. Di antara indikasiyangmenuniuk-
kan bahwa hadits tersebut tidak menunjukkan keapatisan serta tidak
mengajak kepada sikap pesimisme dalam kondisi apa pun ialah di-
jumpainya beberapa riwayat yang menyifati al-ghuraba'. Yakni orang-
orang yang senantiasa memperbaiki dan menghid0pkan Sunnah
yang telah dirusak dan dilenyapkan oleh manusia.
Mereka adalah kaum yang aktif dan rajin melakukan perbaikan,
bukan pasif, eksklusif, dan pesimistis yang membiarkan segala se-
suatu berjalan dalam kerusakan, tidak menggerakkan yang mandek
atau mengingatkan yang lupa.
Saya kutipkan di sini apa yang ditulis oleh Imam Ibnul Qalyim
mengenai hadits ini dalam mensyarah perkataan guru beliau, al-
Harawi, dalam "Bab al-Ghurbah" dari kitab uanaazilus Saairin ilaa
Maqaamaati Iyyaaha Nabudu wa lyyaaha Nastatn. Beliau --rahimahullah-
berkata di dalam kitab Maaorijus Salikin sebagai berikut:
Dalam "Bab al-Ghurbah", Syekhul Islam Ibnu Taimiyah mengutip
firman Allah:
,Cifrg,6j4#$i#asjfi'i:ui{{g
:$qJ';4;r+JY'r$a
"Mal<a mengap ti&l< a& dari umat-umat yng *belum l<amu
orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarutg fudpada
(mengerjakan) kerusal<an di mul<a bumi, kecuali *bagin kecil di
antan orang-orengyng telah Kami *lamatkan di antan merel<a
...."(Hud: II6)
Ibnul Qalyim mengomentari dan menjabarkan perkataan Syekhul
Islam itu sebagai berikut:
Peng;ambilan ayat tersebut sebagai dalil dalam bab ini menunjuk-
kan kedalaman ilmu, pengertian, dan pemahaman beliau terhadap
Al-Qur'an. Sebab al-ghuraba'di dunia ini adalah orang-orang yang
memiliki sifat yang tertera dalam ayat tersebut. Dan mereka itulah
yang diidentifikasi Nabi saw. dalam sabdanya:
trwg;gl=a'i#i@t\4
JgSti/"9!Ju;3, i3, rg1 a#
,ieJ'--uixlt&Lr#$Ji,'Jlllfi
"krmula hlamIslam *-
keadaan asing, dan alcan kembali asing
fugaimana *mula Maka furbahagialah hgi al-ghunfu'. Ditanln-
l<an kepda beliau, 'Siapl<ah al-ghunfu itu, wahai Rasulullah?'
kliau menjawab, Yaitu orang-orang yang melakukan perfuikan
ketika onng-orang lain rusk.'87
STDikemukakan oleh al-Haitsami dalam uaima'uz zawaiil dari hadits Sahl bin Sa'ad as-
Sa'idi, dengan redaksi seperti itu. Dan beliau berkaa: 'Diriwayatkan oleh aft-Thabrani dalam
ketiga kitabnya @l-Mtjamwh Shaghir, al-Mu'jamul Ausath, tba d.Muljamul KaDir, peal.) dan pe-
rawi-perawinya adalah perawi sahih kecuali Bakar bin Sallm, dia itu t€percaya (7: 278); dan
dari hadits fabir." Beliau (al-Haitsami) iuga berkata: Diriwayatkan oleh ath-Ttabrani dalam
al-Awth, dan di dalam sanadnya terdapat Abdullah bin shalih, sekearis al-laits, dan dia
dhaif teapi dianggap tepercaya," (7 : 278).
84
&6t;XtS:G+ri-&)3r,'Jt3\)"tg$i
"Maka furbahagialah fugi al-gfiunfu'. Merek (pn sahafu,t) ber'
tarya. Wahai Rasulullah, siapal<ah al-glrunb'itu? kliau menia'
wab, 'Orang-onng yang brtanfuh (kebailramW) ketilca orang'
o rang lai n be *unn g (ke bail<an rya). a I
t<{Wr)$!#eWfir.1$91
qLVAi cj6, g,- igg 4#J ii
, (#tA)( 5/*3( ()G e 9',36
"Sesungguhnya Islam itu furmula dalam keafuan asing; dan akan
kemfuli asing *perti kadaannla ketika pertam4 mal<a furfuha-
gialah fugi al-gfiurafu' (orang-onng asing).' Dihnnkn kepda
beliau,'Siaplcah al-ghunf itu, wahai Rasulullah?' kliau men-
jawab,'Onng-onng yang melepsl<an din dad fanatisme plong-
an,'49
38saya mencari hadis ini, yang saya kira ada di dalam Musruit Ahrrd., rcapi saya tidak
meniumpainla, Saya pun tidak menjumpainya dalam Mainu\z7avai4 serta tldak pula diisya-
rat&an dalam at-Muln al-Mufahras ltt-KuluD d-ris'dh Dan srya tldalc'menemukan al-Muthallib
bin Hantha0 dalam jaJaran sahabat )ang merlwayatlqn hadirc dalam musnad, demikian
menumt Jdhras SJrckh d-Albanl.
Maka boleh jadt hadits int tcrlewat ditcrtttkan, pebagaimana yang tcrJadi pada Uqbah bin
Murrah aljuhani yang mempunyai dga buah hadits dalam al-Musnad, tltapt yang dite6itkan
(dlmuat dalam tcrbitan; hanya satu. Aau barangkali Imam Ahmad meriwryatkannya di luar
musnadnya. w allahu a'lam.
39nadits ini tercantum dalam kiab Lmam ad-Darimi hadits nomor 2757, lmam lbnu
Disebutkan pula dalam hadits Abdullah bin Amr, ia berkata: Nabi
saw. bersabda pada suatu hari ketika kami sedang berada di sisi
beliau:
Maiah nomor 3988, Imam Tirmidzi nomor 26Jl tanpa ada pertanyaan, dan beliau berkata:
"Hadits hasan, gharib, sahih.' Dan diriwayatkan oleh Imam it-naitiaqi daram az-zuM nomor
208, serta diriwayatkan oleh Imam allBaghawi dalam syarh as-sunnah dan beliau mengesah-
kannya (1: I t8) hadits nomor 64, terbitan al-Maktab ai-tslaml.
onadits ini termaktub dalam al-Mrenad
dan disahkan oleh syekh syakir. Il,emikianlah yang
dikemukalran oleh Imam al-Hairsami dalam kitabhya 0u ajna'wtuwaiit z, 12e1, dan beliau beri<aa,
"Diriwa),atl@n oleh lrnam Ahmad dan rhabrdni dalam al-A'sat]\ aan o oatam sanadnya rcrdapat
Ibnu Llhai'ah, yang pada dirinya terdapat kelemahan.' Dan pada t€mpar lain beliau minptu*an
sebagian hadits itu dan menisbatkannya kepada ath-Thabrani dalan-al-Kabir,aan beliau berkaa,
'Hadig ini mempunlai bebenpa isnad, dan salah satu isnadnp penwi-per:awinya sahih," (ro:
2s6).
86
jawab, 'Onng-onng yang lari dengan agana mercl<a. Merclca al<an
be*umpul dengan Is bin Maryam alaihiwfun pda hai kia-
mal4r
Dalam hadits lain disebutkan:
lrweL7'#qt*L)f&llla
,
li-J3-S_c.1.l3
-\-) t-s)J U
I 33 .y/
.PZ fl
-f-'J
a.rrr,JrJ a La.r
.oJaz
a?!f,("(!Ifi,i-q, i
affiELL?JW,JT.2(#t)$ry
qf;-\4""f-gggi)k'JGiil
'd, $i
-lslam bermula dalam keadaan asing dan al<an kembali asing se-
perti semula. Male fubahagialah bagi al-ghunba' (onng-onng
yng asing).' Dihnydl(an kepada befiau,'Siapakah al-glrunf itu,
wahai RasulullaltT Beliau menjawab, 'Onng-onng yang meng-
hidupl<an Sunnahht dan mengajarl<anryn kepafu onng lain.a2
6:4$i,'"1#i;t#Jr*{4l31
13537!irkti16$J&;i_iJg3:6
4lDiriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam a<-ZuM, hlm.77, bukan dalam al-tr,tunad, se-
bagatmana dlriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam az-zuV, nomor 206.
42oiriwaptkan oleh al-Baihaqt dahm az-zufl dari hadie Katsir bin Abdullah bin 'Auf
dari ayahrya dart lokeknya sedangkan dta sangat dhaif (nomor 2o7), s€pertiyangdiriwayat-
kan Imam nrmtdzi iM 2632, dan bellau berkita, 'nidits hasan." Dan dalam sebagian
nuskhah disebutkan: 'Hasan sahih." Iafalnya berbunyi:
"Maka berbahagalah bagi al-ghuraba', yai0r orang-orang yang memperbaiki Sunnahku yang
dirusak orang sesudahku." Dan inilah yang diambil oleh para peneliti, dan barangkali beliau
menghasankan dan mensahihkannya karena syahidnya banyak.
87
i$g5gg,,i'ew6%)s
.-{e;ug;S9
"Sesungguhnya Nlah mencintai onng-onng yang terxmbunyi
(tidak te*enal), bertal<wA dan bercih, yng apbita mercl<a tiada
mal<a tidak ada orangSang mena', kehilangan, dan apbila mereka
hadir tidak ada yang mengenalnln. Hati merdra ahtah lampu
petunjul<, mereka keluar dai *mua frhah png buta dan getap."43
a3.1aaits-y-ang
... mirip lafalnya dengan ini dlriwayatkan oleh lbnu rrtaiah nomor J986 dan
dilemahkan dalart az-zawaiit karena terdapat Ibnu Luhai,ah. oan diriwiyatkan oleh Hakim
dengan sanad lain, dan beliau berkata, "sahih dan tidak ada cacatnya, aari zaia un egam,-
(1: 4). Dan lihat kiab l<ami al-Munnqa min at-Targhib wa dt-Tarhib, hidits nomor 19.
Dan diri-
]ayalkan oleh Baihaqi dengan sanad lain dalam az-zuhd dengan sanad lain, nomor 197, dari
Ibnu Umar.
88
Dengan begitu, merekalah (mayoritas manusia) yang asing dari
Allah, Rasul-Nya, dan agama-Nya. Dan keasingian mereka adalah ke-
asingan yang liar meskipun mereka terkenal, sepefti kata pujangga:
"Bukanlah orang asing itu orang
yang jauh negerinya
Tetapi orang asing adalah
orang yang Anda jauhi.'
Ketika Musa a.s. berlari lcluar dari kaum Fir'aun sampailah dia di
Madyan, sebagaimana dikisahkan Allah Ta'ala (dalam Al-Qur'an).
Dia hanya sendirian, terasing, akuL dan lapar. Allah trerfirman:
"Wahai Musa, orang lang sendirian ialah orang yang tidak punla
teman seperti Aku, orang yang sakit ialah yang tidak punya dokter
(seperti Aku), dan orang yang terasing ialah orang yang tidak ber-
gaul dengan-Ku.'
Maka keterasingan yang dimaksud di sini ialah keterasingan ahli
Allah dan ahli Sunnah Rasul-Nya di antara makhluk ini. Inilah keter-
asingan yang ahlinya dipuji oleh Rasulullah saw., dan ini pulalah
keterasingan ag:rma yang dibawanya: "dia datang dalam keadaan
asing dan akan kembali asing seperti semula', dan ahlinya meniadi
'orang-orang asing' (ghurafu),
IGterasing;an seperti ini kadang-kadang teriadi di suatu tempat
namun tidak di tempat lain, pada stranr masa dan bukan pada masa
lainnya, pada suatu kaum tetapi bukan pada kaum yang lain. Orang-
orang yang terasing ini adalah ahli Allah yang sebenarnya, karena
mereka tidak mencari perllndungan selain Dia, tidak menisbatkan
diri selain kepada Rasul-Nya, dan tidak menyeru manusia kecuali
kepada apa yang dibawa oleh Utusan-Nya. Mereka memisahkan diri
dari orang banyak pada saat sangat membutuhkan. Apabila orang-
orang berangkat dengan berhala-berhala (sesembahan) mereka pada
hari kiamat, al-ghuraba'ini tetap berada di tempatnya. IGmudian
mereka ditanya, "Mengapa kalian tidak ikut berangkat seperti orang-
orang itu?" Mereka meniawab, "I(ami memisahkan diri dari keba-
qyal@n manusia, sedangl€n kami lebih memerlukan mereka dari-
pada diri kami sendiri pada hari ini. Dan kami menanti Tuhan yang
kami sembah.'
Keterasingan seperti ini tidak mertimbulkan kesepian dan kesen-
dlrian, bahkan ia merasa bergembira kedka orang-orang merasa ke-
sepian dan terlantar. IGtika ia merasa sangat kesepian pada saat
orang-orang tengah bergembira ria, maka yang menjadi lekasih,
sahabat, dan pelindungny-a adalah Allah, Rasul-Nya, serta orang-
orang mukmin, walaupun kebanyakan manusia memusuhi dan men-
jauhinya.
Di dalam hadits al-easim dariAbuumamah dari Nabi saw. bahwa
beliau bersabda --dari Allah Ta,ala:
4 ".ti. z,?
4?ifu$;i, .y,Et tbt
r5,u8 A+15)4fi
/--z;2. S
/a,
jr:.|',99;iZ6rryjt
,Y$raiit{ejH,)tt,
Y ) .z
A:rr-e$ig:0,4',6,4{"\T,64
, /t,l t/:J 4
,)C
6jA);,'i3,
t\l&i6,C6Jv,4it1*1g';8l 7.
'bt3",fr"eiel*$'rgye
,(tilJl,obt) ,#rgetiS
"ksungguhrya kel<asih-Ku yang pating didambakan ialah onng
1rury beriman, yang ringan tanryngan ketuargann, funyat( shatat_
n1a fugus ifudalryra(kepda Rabb-nya), atfup rueftkya(sder-
hana), tenggelam di tengah onng banyak dan tidak manonjot, &n
sbar dalam kondisiryta yang demikian *hinga ia menemui NIah.
Kemudian *telah tifu saat kematiarutya sA*it *li Infia p-
ninggalnrya dan sdikit xkali orang menangisiqra.4
,'(J
)r4l{;-9,8,!;rfigffigr
/43Ji@rr-1{tj
ahiriway,a*an oteh Tirmi&i
dalam az-zdt4 trrxr,r- z3{8, dari ralan AMullah bin ahr
dTt AIi bin Yadd dari al4asim. Dan sanadnya dhalf meskipun auiasanron oLtr rirriari,
fFF*"ry dtrinayatkan oteh lbnu ualan denpn sanad litn, hadirs nomor cttr, d^ at
dalam sanadnya terdapat dua perawi yang auir-seuapimana disebutkan dalarr az-zavdtit
90
"Ada kalanya orang tang kusut dan berdebu, lusuh plraiannya
I<arcna nngat miskin, dan tidak dihinukan onng, tetapi lalau dia
meminta kepda Nlah pasti dikabullran.as
afo*ern t<ar, oleh al-llaitsami dengan lafal serupa dalam al-Malnu', lOz 264, dan bdiau
t
berkaa: 'Diriwayatlen oleh Tlubrani dalam al-Ausath dan di dalam sanadnya tcrdapat Abdul-
lah bln Musa at-Tamlmi yang dianggap tqrEI.(2,ya, dan perawi-permi lalul},a adalah perawi-
perawl sahih kcorali raDir bln Haram. Ia dhnggap kepercay,aan ohh lbnu Hlbban atas kcle-
mahailUa.' Dan hadle serupa dirfwaptkan pula oleh Ibnu Mas'ull dengan sanad png lebih
bagus, dan dt dalam Shahth Mrerlin dari Abu Huralrah dengan lafal: 'Kerap kall ada orans,,ang
kusut ),ang ditolak dart pin[r-ptnu, yang kalau meminta kepada Allah pasd dilebull6n.'
(Hadits nomor 2622)
a6naAits riwayat lbnu MaJah, nomor 41 15, dan di dalam sanadnya terdapat Suwaid bin
Abdul Aziz yang dilemahkan oleh para ahli hadie dan dlhasankan oleh sebagian mercka
karena qnhid-qahidnya. Lihat: Faiilul Qailir, hadlts nomor 2852.
91
mengikuti ajaranyang dibawanya. Mereka itulah yang benar-benar
menggenggam bara ipi,a7 sedangkan kebanyakan manusia ---b"h-
kan Ghruhnya-- men-cacinya. Maka karena keterasingan mereka di
tengah-tengah manusia, mereka dimusuhi oleh orang-orang yang
suka menyimpang dan ahli bid'ah dan memisahkan diri dari
golongan terbesar.
Adapun makna sabda Rasulullah saw.:
+ttAts"'tgu;iL
yang dirimelepaskan dari
(al:ghuraba' adalah orang-orang
golongan-golongan) ialah bahwa Allah mengutus Rasul-Nya,
sedangkan penduduk dunia memeluk agama yang be1m99m-
macari, sehingga al-ghuraba'berada di antara para penyembah ber-
hala dan api, penyembah patung-patung dan salib, Yahudi, shabi'ah,
dan ahliahli- filiafat. oan lslam pada awal kehadirannya adalah
asing, mereka yang memeluk tslam dan memenuhi panggilan Allah
dan Rasul-Nya asing dalam komunitas, kabilah, dan keluarganya.
Oleh karena itu, orang-orang yang memenuhi panggilan dakwah
lslam berarti melepaskan diri dari golongan-golongan, bahkan
menyendiri dari mereka, memisahkan diri dari kabilah dan keluarga
mereka untuk memeluk lslam. Mereka itulah al-ghuraba'yangs ,be-
narnya sehingga Islam tampak ke permukaan, dakwah berkembang,
dan manusia-memeluknya datang berbondong-bondong, hingga
hilanglah keterasingan itu dari mereka. Tetapi sesudah itu dia ter-
asing-dan terpencil sehingga kembali gharib (asing) sgperti sefula.
nahkan Islam yang sebenarnya --yang diterapkan oleh Rasulullah
saw. dan para iahibatnya-- pada hari ini lebih asing daripada ketika
awal kehadirannya dulu, walaupun bendera dan lambang-lambang
lahiriahnya termasyhur dan terkenal. Maka Islam yang hakiki adalah
yang sangat asing, demikian juga para pengikutnya tentulah sangat
asing di antara manusia.
Dengan demikian, bagaimana satu firqah (golongan) yang sangat
kecil itu-tidak asing di antara tujuh puluh dua firqah, yang memiliki
4TDalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi dari Anas (Mukhtashar syarh
2:369) disebutkan bahwa kelak akan datang suatu zaman yang pada
al-Jami'ush Shaghir,
waktu itu orang yang berpegang rcguh pada agamanya seperti memegang bara api (panas'
sakit, banyak tantangan). (Penl.)
92
pengikut dan pimpinan, kekuasaan dan wilayah, yang tidak menda-
patkan tempat di hati manusia kecuali dengan menyimpang dari
ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw.? Dan sesungguhnya ajaran
yang dibawa Rasulullah saw. itu sendiri bertentangan dengan hawa
nafsu dan kelezatan duniawi.mereka, bertentangan dengan berbagai
syubhat dan bid'ah yang menjadi puncak keutamaan serta pengeta-
huan mereka, jugabertentang;an dengan syahwatyang menjadi puncak
tujuan dan keinginan mereka.
Bagaimana orang-orang mukmin yang berjalan menuju Allah de-
ngan jalan mengikuti tunilnan-Nya itu tidak asing di antara mereka
yang menglkuti hawa nafsunya, yang tunduk patuh kepada syekh-
syekh mereka, serta masing-masing mengagumi dan membangga-
kan pendapat dan pikirannj'a? Sebagaimana sabda Nabi saw.:
"{yt:1Y,f<lL'&:rui;vi7ti",W
t:t!:Y,5<ilGryztiiG-t3Jl\gl
ki,s::::
'
4SPernyataan ini memperkuat perkaaan al-Hafizh lbnu Abdil Barra bahwa keuamaan
generasi sahabat adalah keuamaan secara umum, bukan secara indMdual, dengan me-
93
Diriwayatkan pula di dalam Sunan Abi Dauit dan Sunan at-Tirmidzi
dari hadits Abu Tsa'labah al-Khusyani, ia berkata:
erLF&^T?ttqArg,6J3v
tf-_otgr$"$'W:U)X$i
,J6t &i36ir1th7f4q
'*r*V^C,5qiAVffig
.Ki/e565,61&iti*tdgiilk
*btiV e;f<Q s:1337 €s
,
(p4:(e',6a, Tr4rq643
&:t;i-Jt6(#6$KrSisr'bt;
5W'W_,b1t';{6Qo#
13'6VAE.-AF-tZ'c;ffi,fq,
ii\;4{, XG r ;4+ $,ii#r,,,U'i
( rrttJ.i a:.'/) '
"Sa1ta pemah furtnya kepda Rasulullah sglw. tentang ayat Oang
artinlta): 'Hai orang-onng yng
bertman, jagalah dirimu; tia&Iah
orury tang sr;v/ itu al<an memberi mudant kepadamu apabila
ngecualikan golongan as sabiqn al-Avyaln dari kalangan Muharlrin dan Anshar, pengikut
Perang Badar, Perang Uhud, peserta Bai'atur Ridhwan, dan orang-orang yang memiliki ke-
uamaan khusus dari kalangan sahabat. Ini membukakan pintu harapan bagl generasi men-
datang (untuk mendapatlan keuamaanl. Pernyaaan inl juga dtperkuat oleh hadits Tirmldzi
yang berbunyi:
A' TkASi a:4q, rru(ff'4",ft
'krumpnanr umarh, itu bgaikdn hujn, tidak diketahui apakahyangbik itu bgin pnubilW
atau alhinya.'
94
lramu telah mendapt petuniuk ....'(al-Ma'idah: 105) I-alu beliau
futsnMa: 'Bahkan suruhlah (manusia) melahtkan yang ma'ruf dan
cegahhh dai melala*an kemunkann, xhingga apabila kamu me-
lihat kehkhilan sudah dipatuhi, hawa nalsu diperturutlran, dunia
lebih diutamalran, dan masing-masing onng membngakan pen'
dapatW rundili, mah hendaklah l<amu prhatikan diimu *ndii
dan tingallranlah (biarlanlah) onng kebnykan,lrarena di fula-
kangmu nanti al<an afu had-hai lang phit, yang furcafur pada
had-hai itu *perti memegang fun api. Onng yang melakukan
amal sleh pada hari-hari itu mendaptkn panaa *perti phala
lima puluh onng Wg benmal *perti dia.'fuy (Abu T*'labah)
bertanya lagi, Wahai Rasulullah, apal*ah mendapt phala *Perti
pahala lima puluh oruq di antara merel<a?' kliau meniawab, "Se-
perti pahata lima puluh orang di antan kamu.ae
49nadts rirmft Abu Daud dalam sunannya pada 'rriab al-lratahlm', hadlts nornor ,1341;
at-ltmidzl dalam 'Kitab at-Tafsir', hadlts nomor 3060, dan bcltau bcrkata: 'Hasan Sharib.'
Dan dkirmlatl(an luga olet lbnu Malah dahst "Kttab d-Fltan', nofiror 4014.
mpaaa zaman sekarang ampak semakln bertambah unsur keterasingan orang-orang
mukmin yang berusaha menyeru kpada Allah, Kiab-Nya, dan Sunnah Nabi-Nya. Mereka
semakin ditekan dan diusir oleh pthak penguasa. Dalam hd ini, pihak penguasa ddak se-
gan-segan menggunakan segala kekuatannya --termasuk menyebarkan mata-mata-- untuk
menyakid dan mempersempad Jalan mereka, bahkan secara membabi bua menyiksa dan
membunuh mereka.
95
mgreka t€rhadap Nabi saw. yang menjadi panuan dan imamnya.
Adapun jika ia mengafak mereka lce ialan yang lurus serta mencela
keadaan dan keburukan_sikap hidup mereka, maka akan datanglah
kiamat mereka --kerusakan yang sangat parah-- dan mereka a--kan
berusaha mencelakakannya, menusang jerat untuknya, bahkan ber-
ysaha menangkapnya deng;an mengerahkan seluruh kesatuan pasu-
-
kan agar dapat membawanya ke hadapan pembesar mereka.
Oleh sebab itu, dia terasing karena rusaknya agama mereka,
asing dalam berpegmg tqguh pada Sunnatr disebabkah kebanyakan
grang berpqgang t€guh pada bid'ah-bid'ah, asing di ddam akidah
karena rusaknya akidah mereka, asing di dalam-slalatnya karena
rusaknya shalat mereka, asing dalam jalan hidupnya kaiena sesat
dan rusaknya jalan hidup mereka, asing dalam nisbatnla karena ber-
lenlangan dengan nisbat mereka, asing dalam tata pergaulann)ra ter-
hadap mereka karena dia mempergauli mereka dengan cari yang
tidak disukai oleh hawa nafsu mereka.
Ringkasnya, dia gharib (asing) dalam urusan dunia dan akhirat-
nya, tidak ada kalqgal umum yang membantu dan menolongnya.
Maka dia adalah alim di antara orang-orang jahil, pengikut Sunriah
di antara ahli-ahli bid'ah, penyeru lte jalan Allah dan nasut-ttya ai
antara pam penyeru \epada hawa nafzu dan bid'ah, serta pendakwah
!rcpada
yang ma'ruf dan pencegah kemunkaran di tengah-tengah
kaum yang menganggap sesrurtu yang ma'ruf seba&i lcemunkaran
dan sesuatu yang munkar sebagai hal yang ma'ruf.5l
96
ik)4.6Ji q : u'x)i\ti,;i'J:, 5 o
2 ii ;^
OSfⅈ;*tr;.;bqliJ6
"DiahhWg telah mengutus Rasul-Np dengu memfuwa pefiniuk
(N-Qu/an) dan agama yang benar untuk dimenangknnya atas
xgah agam4 walaupun orang-orang musyrik tidak menyilrai."
(at-Taubah: 55)
Ayat dengan shighat seperti ini diulang dua kali dalam Al-Qur'an,
yaitu dalam surat at-Taubah ini dan dalam surat ash-Shaf. Adapun
dalam surat al-Fath: 28 Allah berfirman:
"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan memfuwa petunjuk dan
agirma yang hak agar dimenanglrannya terhadap *mua agama.
Dan cukuplah Nlah sebagai saksi." (al-Fath: 28)
Ini merupakan janji Allah. Dia akan memenangkan agama yang
hak (Islam) atas segala agama, dan janji Allah adalah benar, Dia
tidak akan menyelisihi janli-Nya. Kita menanti realisasi janji terse-
but, berupa dimenangkannya Dinul Islam atas semua agama samawi
ataupun agama budap.
Dalam kaihnnya dengan hal ini saya jt'ga akan kemukakan
firman AIIah mengenai upaya-upaya orang kafr untuk memadam-
kan dan menghalangi kemajuan serta perkembangan agama Islam:
"Mereka ingin hendak memadamlcan calnya (agama) Nlah de-
ngan mulut (ucapan-ucapan) merel<a, dan Nlah tetap menyempur-
nalcan uhay-Nya meskipun onng-onng kafirbensl, "(ash-Shaf: 8)
"Merel<a berkehenfuk memafumlran calqta (agana) Nlah fuWan
mulut (ucapan-ucapan) mereka dan NIah tidak mengfiendaki se-
lain menyempumakan cahaya-Nya, wahupun onng-onng lafir
tidak menyukai." (at-Taubah: 52)
97
"Sesungguhryra orang-onng lcalir ilu, menatl<ahl<an harta metel<a
untuk mengfiahngt (orang) dad ialan Nlah. Mercl<a alcan menal-
kahkan hafia itu, kemudian menjadi *slan fugi merck4 dan
mercl<a akan dikalahlan .... " (al-Anfal: B6)
-vg53tc6:t_e$-J,ii;,l,ity
"#Sg,\tr%tA.WA:t5
,..q,Lli6i6tZLY{%
tiY qt aab ot ) u r-)'$ P o\,)
"kannguhnya Nlah pemah meminiaturl<an bumi unful*u, lalu
aku lihat bagran timur dan bantnya, sesungguhnya kekuasan
umatku akan menapi apa tang ditampal*an padaku itu.rz
_
Ini merupakan berita gembira tentang akan meluasnya daulah
Islam yang meliputi kawasan timur dan barat. Apa yang digam-
barkan ini belum tenurliu! sebelumnya, dan kita-meianiinya
sebagaimanl Vang diberitakan oleh ash-Shadiqul Mashduq lttioi
yang benar lagi dibenarkan).
Hadits yang diriwayatkan oleh lbnu Hibban dalam sahihnya:
'&6-'riLlt:rfi-,.!i,'tl'{!y%
*5V5T,*!^ril\hil5,JteGMi
S2gronn Muslim,
nomor 28869, Abu Daud nomor 42sz,Ttrmidzi nomor 22og (beliau
mensahihkannya), Ibnu MaJah nomor 3952, dan Ahmad S;228 dan284.
98
5+5;.+>,,3;lf W^i;,'Gt*t
N5 l$",s, 7fuJ i*/t;t4 g, gj
.]SJ1Y
"Sesungguhnya hal ini ialfrli Islam-- alran meneapi apyng di-
capai oleh malam dan siang. Dan Nlah tidak membia*an rumah
pe*otaan dan rumah pdev.an kecuali Nlah akan memasukkan
agana itu ke dalamryta, dengan kemuliaan orangWng mulia atau
dengan kehinaan onng hina, kemuliaan gng denganryn
Wg
Nlah memulial<an Islam, dan kehinaan lang dengannya Nlah
m en glti n al<an kel<afinn. 63
99
saw. meniawab: 'Kota Heraql (Heraklius) yang akan ditaklukkan
lebih dahulu, yakni Konstantiniyah (Konstantinopel).''s6
Kota Heraklius --pada tahun 1453 M-- telah diraklukkan oleh
pemuda Utsmani png baru berusia dua puluh tiga tatrun, Muham-
mad bin Murad, yang dalam sejarah terkenal dengan julukan
Muhammad al-Fatih. Tinggal kota satunya lagi, yaitu Rumiyah
(Roma), yang kita harapkan dan kita yakini akan dapat ditakluk-
kan (atau Islam akan dapat berkembang ke sana1.
Artinya, Islam akan kembali menaklukkan Eropa pada kesem-
patan lain set€lah dapat diusir dari sana dua kali: pertama dari
selatan, yaitu dari Andalus, dan kedua kalinya dari timur setelah
dapat mengetuk pintu-pintu Athena beberapa kali. Akan tetapi,
menurut dugaan saya, penaklukkan kali ini tidak melalui
hunusan pedang (senjata), melainkan taiadi lewat dakwah dan
pemikiran.
4. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,, al-Bazzar --dan
sebagiannya oleh Thabrani-- dari an-Nu'man bin Basyir dari
Hudzaifah bahwa Nabi saw. bersabda:
'*;;K;;Ai;Gdfgla;*:e;l*
JrK*.Wft;-if;6tW6{;
;6t1'(g#,byil';Wr\iGrv
3';CgyffW*"trI,;r*t;N
C,{!K6l3"6?i7}j61'{3l6ii_
;G,ifiiwJ&l,.j&3i,ri;,;c,
f+i16t13t53*t\,W:t!.:1
s6oiriwayatkan oleh Imam Ahnrad, hadi6 nomor 6645, dan lahl ini adalah lafal beliau.
Syakir berkaa: "Fadits ini) isnadqya sahih.' Al-Haitsami berkata dalam uayna'uzzavaiil,6:
219. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan para perawinya sahih kecuali Abu Qabil, tetapi dia
tepercaya; dan diriwayatlon oleh ad-Darimi, nomor 493, lbnu Abi qBibah dan Hakim (5: 422
dan 4: 508), dan beliau mensahihkannya dan disetujui oleh adz-pzahabi, dan al-Albani
menyebutkannya dalam ash-Shahihah, nomor 4.
100
5t'"li,t5) We-&,,Ci{c :;'rii,,6
,i"1arg44e{r,"+'ffrtlj9
1,lio91 'K*
"Nubuwwah (kenabian) itu ada di tengah-tengah kamu selama
mala )tang dikehendaki Nlah, kemudian NIah akan mengangkt-
nya (mengfiilangl<ann1,a) ketil<a Dia mengfiendaki untuk mengang-
katg kemudian akan a& khihkh (pemerintalm) mclirurut man-
haj kenabian *lama mafi )tang dikehendalci Nlah, kemudian
Nlah menganglranlta ketil<a Dia mengbendakinln, kemudian akan
ada Nmuluk al-'aadlF7 selama masa yang dikehendaki Allah, ke-
mudian dianglat-Nya (dihapus-N1a) ketil<a Dia mengfiendakinya,
kemudian akan ada kekuasan al-iabarififs selama mastangdi-
kehendaki NIah, kemudian diangkat-Nya ketil<a Dia mengfiendaki-
ry4 kemudian ahn ada Lhihhh lmg mengikuti rnanhaj katabian.
Kemudian beliau diam.qse
57 el^uluh al-'Mdh atau al:atlhudh ialah penguasa yang memperlakukan ralryat denpn
keras dan melewati baas, seakan-akan dia memiliki gigi geraham untuk menggiglt mereka.
S8ttek*s"ao (Muluh) al-jabariydh yaitu pemerintahan yang menjalankan kekuasaan
dengan paksa dan melampaui batas (o0oriter)
sgnadits rirvayat Ahmad dalam M usnad an-Nu'rnanbin Basyir, 4t 273, daniahnath-Thayalisi,
dan dikemukakan oleh al-Haitsami ddart Maima'uz Zawaid, 5z 188 dan 189, dan beliau ber-
kata: "Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan al-Razzr meriwayatkannya lebih lengkap lagi,
Thabrani meriwayatkan sebagiannya dalam al-Ausath dan fara perawinya adalah tepercaya.'
Hadits ini tercantum dalam Minharul MdbuA, nofiot 2593, dalam KasyJul Asur dri Tawaid al-
BazzAt, nofiiot 1588, dan disahkan oleh al-Hafizh al-Iraqi dalam kutAb Mahajjatul Qurbi ila
Mahabbatil Arabi, dan disebutkan oleh al-Albani dalam Silsilah al-Ahaair 6h-Shahihoh, nomor 5.
101
Sesungguhnya setelah malam berlalu segera akan terbit fajar,
beserta kesulitan sesungguhnya ada kemudahan, sesungguhnya
masa depan adalah untuk Islam, dan kabar gembira merekahnya
fajar itu kini telah mulai tampak. Segala puji hanyalah untuk Allah.
t02
6
TENTAI{G HADIIS
,'flDAI( AKAT{ DATAI{G
HARI I(IA,IIAI
SEHIT{ GGA I(AIIU ITIE,TIERANGI DAI{GSA YAIIU DI"
Pertanyaan:
Saya pernah membaca suatu hadits dalam beberapa kitab hadits,
yang berbunyi:
ffi s;4r$Gti{\;t1r/;36'l
)Gaw#j$W;a&'bjrut:
"4#)n/*Zqi;*#Li,#sG
.'ollrttrU3,W
Tidak alran datang kiamat *hingga lcamu memerangi bngsa
Yahudi, lalu si Yahudi ber*mbunyi di balik futu fun phon, ke-
mudian batu dan pohon itu furkata: Wahai hamba Nlah -atau
wahai onng muslim-- ini ada onngYalrudi di belakanglru, kema-
rikh dan bunuhlah dia.'"
Pertanyaan saya, apakah hadits ini dapat dipahami bahwa pepe-
rangan antara kita dan bangsa Yahudi akan berlangsung terus-
mgleru! hingg? datang hari kiamat? Apakah hadirs inifuga menun-
jukkan bahwa batu dan kayu itu berbicara secara trakikie Apakah
yang demikian itu merupakan karamah bagi kaum muslim? Xalau
qe-m1ng benar, apakah kaum muslim pada hari ini berhak memper-
oleh karamah tersebut, ataukah ia ditunda untuk generasi lain nien-
i.l*g datangnya hari kiamat sebagaimana yang dirunfuki oleh
bagian awal haditsz
Kami mohon penjelasan mengenai masalah ini agar kami tidak
tersesat dalam memahami sabda Rasulullah saw.. Semqga Allah
memberi manfaat dengan adanla Ustadz dan membalas U*aai dengan
kebaikan karena jasa Ustadz terhadap karii, tslam, dan umatnyi.
to3
Jauaban:
Hadits tersebut merupakan hadits sahih yang diriwayatkan oleh
lebih dari seorqry
ryhaqat, drirl Nabi saw., di anaranya diriwayatkan
secara sah dari hadits lbnu Umar dan Abu Hurairah.
Imam Syalkhani (Bukhari dan Muslim) meriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda:
l+,,,321w\*E/4;tfuir;^1
t'iJ^,
;g," g, t);4i t;t15EJj JH
/ffiG.uGrUrA"
Tidak alen dahng kiannt hinga kmu manetangj bn&ayahudi,
xhingga htu -yang di belakngnya ada onngyahudi-- bert<at4
'Hai orang muslim, ini ada onngyahudi di btakangfu, bunuhlah
dia- (Shahlh al-laml'ush Shaghir, nomor Zql4l
Dalam riwayat Muslim disebutkan dengan lafal:
,tTl-iGi\A&Wl;/,e6(;6<J
. ,'lz,\(-Jr. (i;u
y /
"ndak ahn &tangkiamat ehinga laum mustim nrunmng! (bn
Fnng dengan) l<aum Yahudi, Iantas kaum muslim daryt mem-
bunuh (mengalahlran) merel<a, *hinga siyahudi 0r;rsr;mbunyi di
balik httt dan pohon, lalu bedratalah futu atau phon itu, ,Hai
orang muslim, hai hamfu Nlah, ini ada onngyahudi di behkng-
ku, kemadlah dan bunuhlah dia.' Keqali pohon Sharqad ()anS
104
tidak fullslikap @gitt ) lrarcna ia termaruk phon Yahudi.' lshahth
al-fami'ueh Shaohlr, nomor 74271
Imam Syaitrnani maiwal'atkan juga dari hadits Ibnu Umar dengan
lafal:
'19 .z
'--9- ' 1
A3,!,34,7C1s9
,3#i,J3tr:,HQ3#'4r,#-
.-a"t356O]f6ffi
',&gCS{rrgr*,tij*U
"l(amu furpnng dengan kaumYahudi,lalu kamu daptme-
al<an
nguaai merelra *hinga alah wnng dai mercka bewmbunyi
di blik batu, lantas fu,tu itu berlcat4 'Hai hamfu Nlah, ini a&
onng Yahudi di fulalengku, bunuhlah dra. " (Shahlh al-faml'ueh
Shaghir, nomor 29771
Ditinjau dari segi sanad, hadits ini sahih dan ddak diperselisihkan
lagi. Dan ia merupakan salah satu tanda kenabian Rasul saw..
Beberapa abad berlalu, dan siapa pun yang membaca hadits int
merasa terkagum-kagum terhadap kandungan hadits yang memberi-
tahukan akan teriadinya sesrurtu --mengenai keadaan kaum muslim
dan Yahudi-- pada tiga belas abad kemudian.
Selama ini kaum Yahudi berada dalam jaminan dan perlindungan
kaum muslim, padahal mereka mendapat tekanan dari seluruh pen-
Juru dunia karena semua pemeluk agama menolaknya. Mereka tidak
menjumpai sanr negeri pun yang mau merurmpung dan melindungi
mereka selain Cerul Islam. Mereka tidak menjumpai orangyangmau
melindungi dan membela mereka --termasuk kemerdekaan mereka
dalam beragama dan berbudaya-- selain kaum muslim, yang meng-
anggap mereka sebagai Ahli Kitab, dan memberikan kepada mereka
jaminan Allah dan Rasul-Nya serta jaminan jamaah kaum musllm.
lrtaka bagaimana akan terjadi peperangan antara m.ereka dengan
kaum muslim? Bagaimanakah manusia akan memerangi orangyang
dflindunglnya dan hidup dl bawah naungannya? Dan dari mana
Jnereka me-mperoleh kekuatan sehingga mampu berperang melawan
kaum musllm?
Sesungguhnya peperangan antara kaum muslim dan laum Yahudi
telah teriadt selak bangsa Yahudi merampas negara Palestina, meng-
105
usir penduduknya, merusak semua kehormatannya, dan menjadi-
kan Masfidil Aqsha sebagai tawanan --sehingga mereka merencana-
kan untuk menghancurkannya untuk kemudian membangun haikal
di atas puing-puingnya. Sementara di pihak lain, kaum muslim lalai
dalam kesengsaraan, lupa terhadap dendam, dan larut dalam per-
mainan dunia.
Namun demikian, kita percaya bahwa peperangan yang diinfor-
masikan hadits ini pasti akan teriadi, tidak diragukan l€i; pepe-
rangan yang akan dapat mengantarkan kaum muslim untuk me-
nguasai kaum Yahudi, setelah sebelumnya mereka menguasai kaum
muslim; pe?erangan ketika "kaum muslim menghadapi kaum yahudi
dan membunuh mereka" setelah selama inf mereka membunuh
banyak kaum muslim.
Peperangan yang diinformasikan hadits syarif ini pasti akan ter-
jadi tanpa diragukan lagi. Hal ini diyakini oleh setiap muslim dan
melekq menunggu kedatangannya sebagaimana mereka menunggu
terbit fajar setelah berlalu kegelapan malam.
Meskipun bqStu, kapankah hal itu terjadi hanya Allah yang me-
ngetahuinya. Mungkin besok atau lusa, atau beberapa tahun lagi se-
suai dengan kehendak Allah. Yang pasti, perangyang dimaksudkan
di sini bukanlah perang karena sennngat cinta anah air dan lcebang-
saan, melainkan perang karena ad-Din.
Ia bukanlah peperangan antara bangsa Arab dengan Zionisme se-
bagaimana png kita lihat pada hari ini, bukan pula peperangan antara
bangsa Yahudi dengan bangsa Palestina, atau antara mereka dengan
bangsa Suriah, Irak, atau Mesir. Tetapi yang dimaksud di sini adalah
peperangan "antara kaum muslim dengan kaum yahudi" sebagai-
mana yang diungkapkan dalam hadits tersebut secara jelas, bulon
peperangan antara segolongan kaum muslim dengan segolonga.r
kaum Yahudi.
IGnlataan )aqg terjadi hingga hari ini, batrwa semua orang yahudi
memerangi kita dengan segala kemampuan yang mereka miliki,
mereka berani mengorbankan harta mereka padahal mereka adalah
orang )ang paling bakhil, dan mereka rela mengorbanl@n jiua mereka
padahal mereka sangat mencintai kehidupan. Merele lakukan semua
itu deng;an sungguh-sungguh, tidak main-main. Mereka atur prog-
ram dan langkah, mereka t%uhkan niat dan tekad, dan mereka lak-
sanakan semua itu dengan mengambil inspirasi dari ajaran Taurat
dan hukum Talmud.
Adapun kita masih menganggap bahwa peperangan yang kita
106
lakukan terhadap mereka belum sesuai dengan isi hadits t€rsebut.
Sebagian besar di antara kita masih menyandarkan peperangan itu
sebagai perang kebangsaan, bukan karena ad-Din dan tidak ada
hubungan dengannya. Mereka (kaum Yahudi) berhimpun di bawah
bendera kqrahudian, sedangkan kia ddak bernaung di bawah bendera
Islam; mereka menghormati hari Sabtu, sedangkan kita tidak meng-
hormati hari fum'at; mereka saling memanggil atas nama Musa, se-
dangkan kita tidak saling memanggil atas nama Muhammad saw..
Itaka kita harus berterus t€rang, apabila kia ingin mendapatkan
kemenang;an dalam peperangan sebagaimana yang diianfikan, kita
harus memerangi mereka seperti mereka memerangi kita, sebagai-
mana yang dikatakan Abu Bakar kepada Khalid.
Inilah yang saya serukan, dan diserukan pula oleh sedap orang
yang mukhlis yang pandangannya disinari oleh Allah, dan yang me-
ngetahui jalan yang benar. lnilah satu-satunya cara untuk membe-
baskan Palestina.m
Sesungguhnya hadits yang mengabarkan kemenangan ini mem-
berikan baasan mengenai orang-orang yang ftut berperang yang
akan ditolong oleh Allah dalam menghadapi bangsa Yaludi, melalui
senran batu dan pohon yang berkata kepada salah seorang darl
mereka: 'Wahal hamba Allah, wahai orang muslim, int ada orang
Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah dia.'
Bail atalr pohon itu berseru "wahai hamba Allah'. Adapun hamba
nafsu, hamba leinginan dan syahwat, hamba dinar dan dirham,
hamba wanita dan gelas, hamba pangkat dan kedudukan, tidaklah
akan diseru oleh batu dan pohon itu, bahkan keduanya akan me-
manggil musuh-musuhnya.
Batu dan pohon di sini menggunakan panggilan 'wahai orang
muslim', bukan "wahai orang Arab", "wahai orutg Palestina', 'wahal
orang Yordan', 'wahai orang Suriah", "wahai orang Mesir', 'wahal
orang Syam', atav "wahai orang Maroko'. Keduanya menggunakan
panggilan dengan satu identitas dan satu damat, yaknl'muslim'.
Oleh sebab itu, rika peperangian itu di bawah syiar ubudtyah ke-
pada Allah dan di bawah panji-panii Islam, maka pada waktu itulah
kita berada dekat dengan kemenangan, dan scgala sesuanr akan ber-
sama kita hlngga pohon dan banr sekallpun.
Dalam hal ini kita bertanya-tanya, apakah perlaaan baru dan
pohon itu dengan lisanulmaqal (bahasayangterucapkan) ataukah de-
@fthat kiab saya, Ddrsun NdLfuh art-Tsa4^iyah, Linaaitza tnluzqnu *a l<atfa Nanaothiru
107
nganlisanul hcl (bahasa keadaan)?
Maka jawabannya: dengan kekuasaan-Nya, tidak sulit bagi Allah
untuk mengubah banr yang bisu dapat berbicara. yang demikian itu
tidak sukar bagi Allah, dan hal itu merupakan karamah bagi orang-
grang mukmin, termasuk persoalan hhawariqul'adat (hal-hal yang
luar biasa). Pada masa sekarang kita telah menyaksikin keajaiban-
keajqiban yang mengagumkan, sesuanr )rang menurut kita mungkin
tedadi, meski dianggap sebagai hal yang tidak mungkin oleh kaum
materialis dan ateis.
Di samping itu, tentu saja tidak ternfiup kemungkinan jika perka-
taan pohon dan batu itu dengan lisanulhal, sebab ada pepatah meng-
atakan:
, )pJfuttl,5e{:$J;$lrl
"Bahasa keadaan lebih fasih daripada bahasa lisan.,
Dan "kalam" itu menurut bahasa ialah segala sesuatu yang mem-
beri arti, meskipun tidak dengan jalan bernrftr sebagaimana yang
biasa kita kenal.
Yang pasti, bahwa orang yang bersekutu dengan kemenangan
(yang telah dijanjikan kemenangan) apa pun yang ada di sekitarnya
akan membantu dan menunjukkan kepadanya musuh-musuhnya,
hingga tumbuh-trlmbuhan dan benda padat sekalipun. Dan barang-
srapa yang ditetapkan atasnya kehinaan, maka sqgala sesuatu akan
menjadi lawannya, hingga senjatayang ada di tangannya sekalipun.
Pertanyaan selanjutnya, apakah hadits ini dapat dipahami bahwa
peperangan kita dengan bangsa Yahudi berlaniut hingga hari kia-
mat? Mengenai pertanyaan ini saya akan memberikan jawaban:
bahwa sighat (bentuk lafd) hadits tersebut tidak memberikan penger-
tian seperti itu secara pasti, ia hanya menuniukkan bahwa peristiwa
yang disebutkan sesudah hrtruf ghayah tGE bakal terfadi tanpa
mustahil, dan tak diragukan lagi bahwa hd itu akan t€riadi sebelum
datangnya hari kiamat. Sedangkan perkaaan "sebelum datangnya
hari kiamat" ini terhitung setelah wafatnya Nabi Muhammad saw.
hingga digulungnya lembaran dunia ini, dengirn kaa lain: sampai
kiamat iru r€4adi.
Saya telah memeriksa hadits-hadits yang menggunakan lafal
.-lile1tifrfr<! (ddak akan datang hari kiamat sehingga ....1
dalam kitab Shchih al-Jami'ush Shaghir, dan saya dapati sebanyak dua
108
puluh lima hadits. Di antarany^a ada yang telah t€riadi, maksud_saya
lpayang disebutkan setelah l;5
jadi dan ada pula yang belum t€riadi.
(sehingga....) adayangtelah ter-
Di antara yang telah terjadi ialah apa yang tersebut dalam hadits
Abu Hurairah r.a. yang diriwayatkan oleh Bukhari:
ibsi'^S"d,3fii'Egllgl36
{#(9"4,i*e'$s i/'#'<J
v'H,'{*6551tg
jt$i,i\,
.55,Vb)ui,b,W
5,WW,W
-/ 36 q
-' j!i'-G6
ri),;62tK,
*dllit{y
Tidak at<andatang had kiamat *hingga umatktt -rni{g"rrrasi-
generasi *belumnln xiengl<al demi seienglral fun *hasta demi
*hasta Ditanyalen kepfu beliau, Wahai Rasululhlr" apakalt
srlryrti bn@ Perci atau Rumwi? Hiau meniawab, SiaPa W
lralau bukn mer*a?- lshshth 8l-raml'ush Staghlr' 74oal
s*:trgJ"$t6q1U/\;6iF#1
(1yd,fu),grol,
'Tidak al<an datang hari kiamat xhingga onng-onng bermegah-
megahan dalam membangun masjid" (Shahfh al-lnml'psh
Shaghlr,742ll
Maksudnya, bermegah-megahan mengenai lrcindahar. dan kebe-
sarannya, dan hal ini teriadi sejak beberapa abad yang lalu.
Ada lagr hadits yang berbunyi, .
,,. 3ji)W\*8Aoai;;64
-'
L/n4-r,Q,f)
109
'frdak akan datanghafi kiamat*hinga lramu memenngi hngsa
Tu*i...." (Shahih al-Iaml'ueh Shnghlr, nomor Z4ti, Z4li,
7416, d^n74261
Hal ini sudah terjadi beberapa abad yang lalu, kemudian Allah
membe-ri petuniul! kepada bangsa Turki hingga mereka memeluk
Islam dan menjadi pejuang-pejuang utama <[iam membela Islam
serta meniunjung tinggi kalimatnya.
Di samping itu, ada pula beberapa hal yang disebutkan dalam
-hadits-hadits tersebutyang belum tenrrujud hingga sekarang, misal-
nya hadits berikut:
6;5bumi'4eE!\6t71)fiAq
"Tidak akan datang hari kiannt *hinga matahad teftit dai funt"
Rupany-a s_ludara penanya mengira bahwa kemenangan terhadap
-
langsa Yahrrdi itu termasuk perkara yang terakhir hingga menjelang
datangnya hari kiamat. padahal, dalam hadits tersebut-tidak teidapat
indikasi yang menunfukkan hal itu.
Aqq @ta_pi, yang diharapkan --insya Allah-- batrwa kemenangan
itu sudah dekat waktunya. permulaannya telah mulai kelihatan, flagi
hari telah mulai tampak, dengan adanya kebangkitan tslam yang
mgmbawa harapan bagi masa depan umat ini, dengan ramainya mas-
jid-masjid, bersemangatnya anak muda, gerakan peningkatah kuali-
tas dan pemanJapan Islam, dan dengan adanya seruan di berbagai
penjuru untuk kembali dan perlunya kembali kepada Islam. tni meru-
pakan kabar gembira telah dekatnya hari kemenangan:
@+i;16'L;{i (al-
wungguhny pertolongan Nlah
"... Ingatlal4 itu amat dekat."
Baqarah: 214)
110
9
KEDUDUKAI{ HAD]II
,,AKISARU AIIUT'A]{]IAH
AI'DULHU"
Pertanyaan:
Saya pernah mendengar salah seorang khatib Jum'at menyampai-
kan sebuah hadits yang membuat saya termenung. Khatib itu men-
jelaskan bahwa Nabi saw. pernah bersabda:
'\iailgi;K:;'<'
"Kebanyakan ahli surga ialah onng yang bodoh.'
Ialu hal itu saya tanyakan kepada sebagian teman yang saya
anggap pengetahuan agamanya lebih tinggi. Iuereka menjawab
bahwa mereka pernah membaca hadits itu dalam kitab thyalllumuddin
karya Imam al-Ghazali.
Maka pertanyaan saya, apakah hadits itu sah dari Nabi saw.?
Bagaimana hal ini akan bersesuaian dengan senran lslam untuk
mengunakan al€l dan ilrmr" sehingga ayat Al-Qur'an yang pertama
kali diturunkan ialah:
'Bacalah dengan meryrebut nuna Tuhanmu Wg telah mencipta-
kan."(al-'Alaq: I)
Kami mohon Ustadz berkenan memberikan penielasan yang se-
benarnya mengenai masalah ini. Semoga Allah memberikan berkah
kepada lJstadz dan memaniangkan usia Ustadz untuk berkhidmat
kepada Islam.
Jawaban:
Sikap kebanyakan khatib di masjid-masiid kita dapat diibaratkan
sebagai "pemungut kayu pada malam hari". Inilah jeleknya. Mereka
pungut beginr saja hadis-hadits yang mereka jumpai dari kitab apa
pun yang mereka baca atau dari perkataan dan pembicaraan siapa
pun yang mereka dengar, tanpa mau berpayah-payah mencari sum-
ber hadits tersebut. Mereka tidak pernah berusaha mencari tahu
siapa penyusun kitab hadits mu'tamadyang meriwayatkannya, siapa
nama sahabat yang meriwayatkannya, bagaimana kedudukannya,
sahih, dhaif, maqbul, atau mardud? Apakah hadits tersebut dapat
111
dijadikan dalil dalam konteks ini ataukah ridak? Ia1lakkah disampai-
kan kepada masyarakat umum atau orang-orang tertentu?
Banyak dari kalangan khatib --bahkan sebagian besar di antara
mereka-- berpegang pada kitab-kitab wa'zh (nasihat) atau tasawuf,
yang mencampur aduk antara yang busuk dan yang baik serta tidak
selektif terhadap pengambilan dalil-dalil tertentu. Demikian pula hal-
nya dengan kebanyakan kiab tafsir.
Saya juga sering mendengarkan khutbah Jum'at di masjid-masjid
di berbagai negara, dan saya temui sejumlah hadits yang dinisbatkan
kepada Rasulullah saw., padahal sanadnya tidak dapat diterima dan
isi serta maknanya tertolak.
Al-Allamah Ibnu Haiar al-Haitsami as-Syaf i mengemukakan di
dalam kitabnya, F atawa al-Haditsryyah, tentang waiibnya mengingkari
khatib-khatib yang menyampaikan hadits tanpa menyandarkan ke-
pada muhhrij-nya (perawinya). Bahkan hendaknya diadakan 'sekat,
antara mereka dengan mimbar agar tidak merusak agama orang
banyak famaah).
Apalagi hadits yang dinisbatkan kepada kitab hadits selain Shahih
al-Bukhan dan Shohih Muslim, kesahihan dan kehasanannya tidak
dapat dijamin bila tidak ada pernyataan dari imam yang muktabar
dari kalangan ahli hadits dan pengririk hadits. Sebab di dalam kitab-
kiab tersebut terkadang didapati hadits yang dhaif, iilwif jiddan (sangat
lemah), dan maudhu' (palsu). Dan hal ini telah saya ingatkan dalam
beberapa kitab saya, khususnya kitab rsaqaJoh ad-Da'iyah dan kitab
Kaifu Nau'aamalu Ma'a as-Sunnah an-Nabawiyych serta dalam mukadi-
mah al-Munuqa min at-Torghib wa at-Tarhib.
Selain itu, ada pula sebagian ulama yang bersikap sembrono
(menganggap ent€ng) dalam meriwayatkan hadits dhaif mengenai
targhib dan tarhib (menggemarkan dan menakut-nakuti), akhlak, dan
Jailha'ilul a'mal (amalan-amalan yang utama). Mengutip hadits-hadits
mengenai masalah ini tidak boleh secara mutlak, melainkan dengan
beberapa pers5aratan sebagaimanayang dikemukakan oleh para ulama:
tt2
sabda Rasalullah saw.. Tetapi, hendaklah disebutkan dengan
menggunakan sighat (perkataan) yang menunjukkan kelemahan-
nya, seperti diriwayatkan ... disebutlen dalam suanr riwayat ...
diceritakan ... dan sebagainya.
Saya telah mengemulekan --dalam ketiga kitab saya tersebut--
beberapa ketentuan berkenaan dengan syarat-syarat di atas, yang
kiranya sangat baik untuk dikaji.
Adapunhaditsyangberbunyr/tpJiil'li;r;rfut(kebanyakan
ahli surga adalah orang-orang yang lemah -akalnya), memang di-
sebutkan oleh Imam Ghaalidalam kitab al-rhya' padabeberapatempat.
Walaupun keilmuan Imam Ghazali dapat diibaratkan lautan yang
dalam serta kepakarannya dalam bidang fiqih Syaf i, ushul fiqih, fil-
safat, ilmu kalam, dan tasawuf diakui banyak kalangirn, tetapi beliau
menyadari bahwa "perbendaharaannya dalam ilmu hadits hanya se-
dikit". Beliau adalah "cetakan" mailrasah fihriyyah tempat beliau di-
besarkan, karena itu kitab-kitabnya bahkan ensiklopedianya, Ihya'
rtlumuddia, banyak memuat hadits yang lemah dan munkar, bahkan
hadits maudhu' dan tidak mempunyai asal.
Al-Hafizh Zainuddin al-Iraqi,, yang berkhidmat kepada at-rhya',
mentakhrij (menjelaskan kedudukan) hadits-hadits yang ada di
dalamnya, dan dalam hal ini ia mengatakan: "Hadits ahtsaruahlil jan-
rutil bulhu diriwayatkan oleh al-Bazzar dari hadits Anas dan beliau
melemahkannya, al-Qurthubi mengesahkannya dalam at-Tadzhirah,
tetapi tidak demikian keadaannya. Imam Ibnu Adi mengatakan, 'Se-
sungguhnya hadits ini munkar.'"61
Maka di antara kewajiban saudara penanya hendaklatr ia uwaqquf,
yakni tidak menerima hadits tersebut dari segi maknanya karena
bertentangan dengan seruan Islam di dalam Kttab Sucinya dan Sun-
nahnya yang mengagungkan akal, kecerdasan, pikiran, dan ilmu,
serta menyanjung ulul albfr dan ulin auha (orang-orang yang memiliki
pikiran yang sehat dan cerdas) yang pandai, mengerti, dan hidup
pikiranr\ya. Padahal, lafal ulul albab ini diulang-ulang dalam Al-
Qur'an sebanyak enam belas kali.
Al-Qur'anul l0rim menyifati ahli surga di dalam beberapa ayat-
nya bahwa mereka tergolong ulul albab, yakni orang-orang yang me-
6lPerkataan Imam Al-Iraqi ini tidak tercantum di dalam naskah asli FauyiMu,ashrrar\
t€Api saya dapad dalam lhya'Aumuitilin, iuz 3, hlm. 17, terbitan Daru lhya'al-Kufib al-Ara-
biyyah, lsa al-Babi al-Halabi u,a Syuraleh. (Penr.)
tt3
miliki akal yang sehat dan cerdas, seperti t€rcantum dalam firman
Allah Ta'ala berikut:
"Seanngutnya &lam penciptun lryit en bulrrti dan sllih br-
gntinn mafun dan siang tetfupt tatda-tufra W orans WS
funkaL (Yaitu) onng-onngJang meng@t Nht sarnbit brdtui
abu duduk atau dalam kedaan fufuingen merr& nrunikidan
tentang penciptaan fugft dan bumi (*qn b*atal ya TuIrut
kami, tidalah fugfuu menciptakan ini dengan sia-sia tbla Suci
FngbU mala oe/karahh kmrri ful sifu naaka....-
Hingga ayae
p*ilah akan Kuhapuskan kahhan-kahhan nru& &n
"...
Wtilal Nat nnsulckan nrer*a ke &hm ilrga WS rnetgalb
sun&i-sungai di hwdny .... " (AIl Imran: I 90, I gS)
Dalam surat liain Dia berfrman:
"AfuIrah onng yng mengetahui fulwasanp ap yang diturunkan
kepafumu dafi Tulnnmu itu benar ama dengan onng buk?
Ha4alah onng-onng yang beralral srrja yang fupt mengambit
pelajann. (Yaint) onng-oftng Wg rremenfii ianii NIah fun
tidah merusk perjanjian." (ar-Ra'd: lg-zLl
Wfl;'l1ty,GVtirr$.6a;,fiirg:u$g
"'td S;, * 3;ii ;'#.t-i f
@ rV:#
tt4
O#q$j$a{itrn&sc$r4. j
"Dan onng-orang ltang menjauhi thagfiut (yaitu) tidak meryem-
fuhn1n, dan kemfuli kepda NIah, bagi merclca berita gembin;
xfub itu nmpikanlah fufita itu kepda hanfu-hunfu,-Ku,yang
mendengar lalu mengikuti ap yng Wling baik di utarurya.
Merel<a itulah onng-orang yng telah dibn Nhl, petunjuk dan
merel<a itulah orury-orang yng mempuryrai akal." laz-?'vrnttz
t7-t$
Apabila ahli surga secara umum adalah ulul albab (orang yang ber-
akal/berpikiran sehat), maka ahli neraka sebagaimana )rang digam-
barkan oleh Al-Qur'an adalah orangyang tolol, jahil, dan lengah (la-
lai). Hal ini jelas bertentangan dengan isi hadits tersebut. Sebab apa-
bila kebanyakan ahli surga adalah orang-orang bodoh, matamalhum
muhholofah-nya berarti kebanyakan ahli neraka itu orang yang ber-
akal sehat dan cendekia.
Sesungguhnya Al-Qur'an mengungkapkan kepada kita tentang
aspek akal ini bagi ahli neraka, bahwa mereka adalah orang-orang
tolol yang telah menyia-nyiakan sarana-sarana yang telah diberikan
Allah berupa hati (akal), pendengaran, dan penglihatan. Sehingga
karena sikapnya itu mereka berada pada derajatyang sangat rendah,
bahkan lebih sesat jalan hidupnya daripada binatang ternak.
Allah SWf berfirman:
"Dan sesunguhryra l(ami jadil<an untuk isi neralra Jalnnam ke-
funyalan dai ik dan manusia, mer*a mempurytai hati tetapi
tidak dipergunakanryra untuk memahami (a1tat-ayat NIah), dan
merclca mempurytai mata tetapi tidak diprgunakannya untuk me-
lihat (tanda-bnda l<eknsaan Nlah) dan nwe*a mempwlai td@a
(tetapi) tidak diprgunal<annlta untuk mendengar (ayat-ayat NIah).
Wi
Merel<a itu binatang temak bahkan mercka lebih *at hgi.
Merck itulah onng-onng lang lalai." (al-A'raf: I79)
Al{ur'an juga menoeritakan kqada kita tenang penghuni neraka
fahanam ketika dilemparkan ke neraka. Pada saat itu terdengar suara
yang mengerikan dan menggelar. Hampir-hampir neraka itu ter-
pecah-pecah karena kemarahan orang yang masuk ke dalamnya --
yaitu orang-orang ateis, musyrikin, dan orang-orang yang sesat.
Mengenai ahli neraka ini Al-Qur'an mengisahkan:
115
"Dan metek brkata,'Sekinryra kami mendengadcan atau me-
mikirl<anrya (pringatan itu) ni*a1a tidaklah kami termasuk png_
huni-panglruni neiz.l<a png menyala-ry,ala" lal-lrlulk: IO)
Sesungguhnya orang ylng paling tolol dan paling bodoh ialah
orang-orang yang t€rseret oleh kebodohannya ke dalam neraka, tem-
pat kefbali yang teramat Jelek. Maka mana-kah jual beli yang paling
merugi masuk neraka? Dan sesungguhnyi brang
-selain {aripada
yang paling ce-rqag, paling mengerti, dan paltng panariiaalr mereki
yang dibaw.a
9le| lgpandaian dan kecerdisanny'i iru ke surga. Maka
manakah jual beli yang paling menguntungikan selain "rlaripada
masuk surga?
Hadits tersebut --y-ang dhaif itu-- bertentangan dengan hadits-
hadits lain, seperti hadits:
h<UW,rrgfr
"Onng mulmin itu pndai, er&s, dan tnry& Aati-ha1g.rez
,sarang^#rffiffi*
&ri sfu luhng" (HB. Nrmad, Bukharl, Musllm, Abu Daud,
dan lbmu Marah)63
62oiriwayattan oleh
ad-Dailami dan al-eudha'i dari Anas secara marfu,, teapi hadits
ini lemah. Lihat, Kdslut Khafa,karyaalrAJluni, hadits nornor 268f,.
6Soisebutkan dalam
shahih at-Jami,ush Shaghr,, nomot TTZ\.
116
terhadap urusan dunia dan tidak menfadikannya sebagai cita-cita
tertinggi, juga tidak menjadikannya sebagai tuiuan ilmu mereka.
Oleh sebab itu, mereka bodoh mengenai urusan dunia, rcapi pandai
tentang urusan akhirat. Sebagian orang salaf mengatakan, -I(ami
mendapati manusia yang seandainya Anda melihatnya niscaya Anda
akan mengatakannya gila, dan seandainya mereka melihat Anda nis-
caya mereka akan mengatakan bahwa Anda itu setan."
Berbeda dengan generasi kemudian, yang kebanyakan bodoh
bahkan dungu (tidak menaruh perhatian) terhadap urusan akhirat,
sementara terhadap uruffin dunia,mereka sangat pandai. Mengenai
mereka ini ada seorang pujangga yang berkata:
\'e*3;J,\a.J6!'lt#
'.4r#tWr6#A
,AFC*#,W{Y'
#'{***(4ni5
"Wahai anakku,
Di antara manusia ini ada binaang
Dalam wujud seseorang
Yang dapat mendengar dan melihat
Ia pandai dan sangat mengerti
Terhadap segala musibah yang menimpa hartanya
Tapi bila musibah menimpaagamanya
Ia tak merasa."
tt7
Dalam mensyarah hadlts tersebut, Imam al-Manawi berkata:
"Yang dimaksud dengan al-buthu (pandir, lemah akal) di sint ialah
orang:oJang yang tidak mempunyai "kecerdasan" dan tipu daya, se-
hingga hatinya sejahtera, tetapi sebenarnya mereka adalah orang-
orang yang berakal sehat. fadi, yang dimaksud ialah bodoh (tidak
menaruh perhatian) terhadap urusan dunia, bukan dalam urusan
akhirat."e
Akan tetapi, mengingat hadits tersebut tidak sahih dan tidak pula
hasan, maka takwil itu tidak ada artinya. Sebab suatu tak\^ril dapat
diterima apabila hadits yang ditakwilkannya sahih.
Di samping itu, perkataan (yang dianggap hadits) ini telah me-
r,ryesatkan banyak kaum muslim, sehingga mereka menganggap
bahwa kebanyakan orang pandir, tolol, orang-orang yang sakit j-iwa,
-kewajiban-
mereka yang seperti orang gila --yang meninggalkan
kewajiban mereka dan berada di sekitar kuburan-kuburan dan tem-
pat-tempat ziNah-- dianggap sebagai wali Allah. Iantas dibuatnya
macam-macam dongeng dan hikayat seputar mereka dan disandar-
kannya kepada mereka beberapa kejadian luar biasa serta "karamah"
(sesuatu yang keramat), yang hampir seluruhnya dibuat oleh tukang
khayal dan hanya merupakan kebohongan para daiial (pembohong
besar).
Di samping itu, kebodohan atau ketidakpedulian terhadap urusan
dunia --sebagaimana yang dikemukakan Imam Ghazali dan hinnya--
tertolak menurut pandangan manhaj Islam, manhaj yang menegak-
kan keseimbangan antara urusan dunia dan agama, antara ruh dan
materi, dan keserasian antara akal dan hati. Inilah wasthiyah (keseim-
bangan) yang dibawa oleh Islam yang sahih, dan ini merupakan pola
hidup para sahabat r.a. serta generasi terbaik yang mengikud mereka.
Inilah pola hidup ahli agama yang tidak menjauhi dunia, dan ahli
dunia yang tidak memisahkan diri dari agama.
'll alhamilulillahi rabbil' alamin.
118
10
TETTATIG UilGKAPAT "AII.TA:ZHAAFATU
,tltl{At mAIr"
Pertanyaan:
Di kalangan ka.um muslim dari generasi ke generasi dikenal ung-
kapan Oy3.{5,1it:;lf (kebersihan itu sebagian dari iman), dan
oleh banyak orang dianggap sebagai hadits yang disabdalen oleh
Nabi saw.. Tetapi, sebagian teman yang telah melakukan penelitian
terhadap beberapa literatur Islam mengatakan bahwa kalimat itu
bukan hadits dan tidak pernah disabdakan oleh Nabi saw..
Benarkah perkataan teman tersebut? Kalau kalimat itu bukan
hadits Nabawi, apakah isinya sesuai dengan Dinul Islam yang lurus
ini? Apa dalilnya menurut syara'? Kami harap lJstadz berkenan
memberikan penjelasan kepada kami, dan semoga Allah memberi
balasan atas kebaikan Ustadz.
Jawaban:
Irralimat 9AJi5,31'lAf ftebersihan itu sebagian dari iman)
dengan susunan lafal seperti ini, menurut pengetahuan saya bukan-
lah berasal dari Nabi saw., baik'melalui sanad yang sahih, hasan,
maupun dhaif.
Akan tetapi, Imam Thabrani meriwayatkan dalam al-Ausath dari
Ibnu Mas'ud secara marfu' demikian:
3G,K\1$flG{utsl&grii*
i$9-+--q$d4!r5,)4!i
"Sela-*lailah (antan jari-ianmu) karena yang demikian itu me-
ruplran kebenihan, sedangkn kebercihan itu mengajah kepda
iman, dan iman itu bewma pmililmya di dalam surga.6s
t19
Al-Albani berkata di dalam GhayatulMarambahwa hadits tersebut
sangat dhaif. Tetapi, dapat ditegaskan bahwa makna perkaaan ter-
sebut benar dan diambil dari nash-nash sahih yang lain. Diriwayat-
kan di dalam shahih Mustim dari Abu Mdik al-At'ari bahwa Nabi
saw. bersabda:
,447w3ru5(
"Kesucian itu adalah *paro iman." (HB Ahmad, Mucllm, dan
Ttrnridzt)66
66seb"gaimana disebutkan
dzlam al-Jami'ush shaghir, dan hadits ini tcrmasuk dalam
empat puluh hadits yang terkenal.
6THadits.iwayat Muslim dan Ibnu Majah darl lbnu umar, dlrlwayatkan oleh Ibnu tr{ajah
-
dari Anas dan Abu Bakarah, dan dlriwayatkan oleh Abu Daud, Nasa'i, dan tbnu MaJah dari
wdid Abil Malih.
t20
nya. Di dalamnya ada orurgonng tnng mau memfunihkan dii.
Dan Nlah menyilrai onng-onngyng furcih."(at-Taubah: IO8)
Dalam konteks kesucian setelah menstruasi, Allah berfirman:
"... Sesungguhryra Nlah menyl<ai orang-orang yang tofu,t dan
menytl<ai orang-orang Wg mensucil<an dm " (al-Baqarah z 2221
(
F,9J64zq<4,&J:-/L
*. r* *v u), $J,r r.t'j),
tL ut b ob.,\
'Mandi @ had Jum'at ttu waiib atas *tiap oruq Wg telal,
dapae-" (HB Malll, Ahmad, Abu Daud' N88a-1, dan lbnu
Mnfah darl Abu Scid)
Dan di dalam hadits lain dlsebutkan:
,/H/rg\;%&,b#bbA,*r<
0z-z
@* ai ;*
lVajib
**, ) /6ike',4$ i+|6-
NIah atas *tiap muslim, pda tiap-tiap tuiuh hul
karcna
ia menuci kepla dan fudannSta'(HB Muttaiaq 'nlnlh
sr,tu had
dart Abu Huratrah)
IGwajiban ini akan menjadi lebih kuat bila ada sebab-sebabnya,
seperti lerena adanya keringat, kotor, dan lalnnya, sehingga tidak
mengg;anggu orang yang bergaul dengannya.
Selaln lhr, Sunnah fuga menekankan bagian-bagian badan ter-
tentu unnrk mendapatkan perhatian khusus, seperd mulut dan gigi,
sehingga seorang musllm diperinattkan bersiwak bahkan dalam hal
ini dikuatkan kesunnahannya. Rasulullah saw. bersabda:
t2t
i a))-z-t/!(r_71 /t{ /t).< a4!ta4
4;,tu
b)i&#<l'6;l'L&{t*.I z
q,t) Pt6.U,:t-l)seUt
),,Jlt 2
-J
"#sKi:",
ot) . ZSS$
c
1)zz
C'o:r,oolc7.*v
"I(alau bukan karcna klnwatir al<an membentlan untat}.l.t, niwya
alru pintahlran merclca betsiwah p& *tiap hli hendah dtala|"
(Yalni dengu peintah wajib dan mengikatf
Dan sabdanya lagi:
n 6tl€t./r.
r \_)p O\)b_.A
'e#;a,;1,
r {si,po)i"v)
"krsiwak itu membercihl<an mulut &n menjadilcannya disukai
Tuhan.69
@laj4yr,j1$,\.
"hnngsiap yang mempuryni rambul maka hendalctah ia me-
muliaknryra.oro
Dan diriwayatkan dari fabir bin Abdullah r.a., ia bercerita: Rasu-
Iullah saw. pernah datang berkunjung ke rumah kami, lalu beliau
pelihgt seseorang yang kusut dan terurai rambutnya, maka beliau
bersabda:
.)63bL51"-L7t'iA'g.SgA
1ttrU!" riraJrat Malik, Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan rbnu Mafah dari Abu
Hurairah; dan dtufim),atkan jr'ga oleh Ahmad, Abu Daud, dan Nasa'l Oari Zaia 5in rhald a_
fuhani.
69nadits riwayat Syafi'i dari Abu
Bakar; diriwayatkan pula oleh Syafi,i, Ahmad, Nasa,i,
Darimi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu-Hibban, Haktm, Baihaqi dari Aiqrah diriwayattan juga oleh
-fi'abrani
Ibnu lvfaJah dari Abu Unamah; diriwayatkan oleh Bukhari dalam ar-rariih dan
dalem al-Awath darl Ibnu Abbas, sebagaimana disebutkan dalam shahih al-Jami,ush shaghir.
ToHadits riwayat
Abu Daud dari Abu Hurairah sebapimana tersebut darem shahih al-
Jani'uh Shaghir.
122
"lpakah orang ini tidak mendaptkan *suatu untuk ryenpikan
nmbub4ta?"
./t
/+iqra6-6\i^'}$6KA
t
lW aVj.L r2t rjl-, o' I ov, )
'Apal<ah onng ini tidak mendaptkan *suatu untuk menanci
plaianryf (HR Nrmad, Abu Daud, Ibnu Hlbban, dan llaklm)
Untuk melengkapi hal ini, kita dapatkan pula beberapa hadits
mengenai sunanuUitrch (sunnah tentang kesucian) yang menunjuk-
kan perhatian dan kepedulian Islam terhadap kebersihan dan kein-
dahan, serta pemeliharaannya terhadap nikmat kesehatan dan per-
hiasan (keindahan) itu. Sunanul Jitrah ini meliputi memotong kuku,
merapikan kumis, mencabut bulu ketiak, mencukur rambut kema-
luan, dan sebagainya, sepefti disebutkan dalam Shahihain (shchih cl-
Buhhari dar Shahih Muslim).
Di antara hal yang Juga diperhatikan kebersihannya oleh Sunnah
ialah rumah. Karena itu, rumah harus dibersihkan dari semua
kotoran yang menyebabkannya tidak enak dipandang mata dan
membahayakan (menimbulkan penyakit) sebagaimana kita ketahui.
Maka di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Sa'id
bin al-Musalyab disebutkan:
123
€ontoh lginnya adalah "kebersihan ialan". Di antara hadits yang
sqdah populer dan telah dihafal oleh hampir semua kaum mrisliri
ialah hadits berikut:
-_y963-;;rwcfi,r&"it(,#t
t'ySi:r*r,* p"^il,b) . 93
"Jauhilah orang-onng yng te*utuk taitu onng Wg buang air
fusar di jalan manusia dan di tempt furtduh merclca" IHR
Ahmad, Musllm, dan Abu Daud darl Abu Huatrah)
Dalam hadits lain disebutkan:
.hadits,ang riwayat Mutafaq 'alaih dari Abu Hurairah, dan ini merupakan potongan dari
-.72lladis
agak pan ang.
TsHadits.iwayat
.kan di dalam Shthih al-Jami,wh
Abu Daud, Ibnu Maiah, ttakm, dan Baihaqi dari Mu,adz; dan dihasan-
Shtghir.
124
Dengan demikian, t€rnyata Sunnah telah terlebih dahulu meng-
anjurkan kita untuk memelihara lingkungan dari pencemaran.
Selain itu, kia juga temukan larangan t€ntang kencing di tempat
air png diam pidak mengaltr) atau yang mengalir. Disebutkan
dalam suatu hadits:
*l-i;*;Y1i")Jib716f g#
(*aqin"d*;b
langan xl<ali-kali alah wnng di antan lramu kencing di air
yang diam(ti&h mengalir) kemudian ia mandi di &lamnya"lHR
Muttafaq'alaih dari Abu Huralrah)
Sunnah juga menyuruh kita agar memperhatikan dan menjaga
makanan dan minuman dari pencemaran atau hal-hal yang menye-
babkannya teroemar. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Abdul-
lah bin Sirjis bahwa Nabi saw. bersabda:
gla t.{t5,953$tfi4Lltliz:;;ly
3lt'"$({d'^<Jfi6i,5,,7G'1i
{d u iW ^t't o\t\ 3Wi$Fe
c . - o,6i
"Apabila l<amu hendah tidur maka pfumkanlah lampt, tutuplah
pintu-pintu dan rutuplah mulut tempt air &n iktlah pefigi" xfta
tutuplah minumanmu." (IIR Alunad, Thabranl, dan llaktn'
sebagalmana dteebuttan dalnm Shahth al-ramt'ueh Slnghlr)
t2s i
I
Musllm, Abu Daud, dan Tlnddzt, sebagaimana dtsebufltan
dnlnm Shahth al-laml'ueh Shsghfr)
Mudah-mudahan Allah memberikan rahmat kepada junjungan
kia Nabi Muhammad-be-serta keluarga dan sahabatnya, ain iemiaga
Allah memberikan pula kesejahteraan.
.l,l
I}IA'II RASWID RIDHA
DAII HADTIS TENTAIIG ilABt TERIGTA SIHIR
Pertanyaan:
t26
Jautaban:
Saya bersyukur kepada Allah terhadap saudara penanya yang kri-
tis dan selektif terhadap segala informasi yang disampaikan kepada-
nya, yang antusiils terhadap pengetahuan, dan gemar mencari tam-
bahan ilmu. Allah berfirman kepada Rasul-t'Iya:
"... dan htakanlah Ya Tuhankr, tamfuhhrthh kep&ku ilmu
pengetahuan -(Thaha: I 14)
127
syariah, dan peradabannya.
Beliau Temang pelopor penyeru salafiyah dan pembela Sunnah
Muhammadi),,rah Nabi Muhammad saw.). Beliau membanhr
-(Sunnah
unuk menghidupkan dan mengembangkan ilmu-flmu serta pendidik-
an salaf dengan akal dan ,aqat rnastrl, melalui keteranjan-kete-
rangan yang sesuili.dengan pola pikir modern, dan dengan huijah
yang dapat membaalkan berbagaimacam kebohongan ain
rvu6irat
yang-diciptakan oleh musuh mereka. Seorang ulama yang mlnyeru
$faaa.tstam faF-yry!, sempunul dan seimfang sebigafiana yang
diturunkan Allah di dalam fiab-uya dan seperd'yangtisampaitail
Rasul-Nya.
Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa Syekh Rasyid Ridha
sama sekali bebas dari kekurangan atau ma'shuh dari klsahhan.
Pqttq tidak pernah mengaakanla ini unruk dirinya dan kita pun
tidak berpendapatdemikian tentang beliau. Bahkan iltama hayatirya
beliau memerangi orang-orang yang suka mengultuskan iyekh-
syek'h (guru-qy) mgreka 1lang hampir-hampir mereka *ggup
ma'shum (t€rpelihara) dari kesalahan uait aauni perkaaan atailpun
perbuatan.
Dalam hal ini, ba{rl$ saya katakan kepada saudara penanya
yang _ter.lgrmat andaikata Imam naujaddid Sayid Muiammid
Rasyid Ridha rahimahullah melakukan k6kefiruan ieperti yang sau-
dara kemukakan, )raitu mengingkari salah satu hadits dari sllr.it it ot-
Buhhari dan sh4hih Muslim atau salah satunJa, dan mengkritik sanad
atau matannya, apakah yang demikian itu mewajibtan tita untuk
mengingkari-keutamaannya dan menanggalkan kedudukannya se-
P"gql ir"p dalam lgBma dan sebagai mujtaniaZ Apakah kita harus
p demikian hanya k"rqn? adanya iekeliruan beliau? Siapa-
-bqrit
kah gerangan manusia yang tidak pernah tergelincir? siapakah ilmu-
wan yang tulisaqnyq tidak pemah keliru? eepatah lama mengatakan
"tiap-tiap orang berilmu ada kekeliruannya, setiap pelari periah ter-
gandqg, dan setiap pedang ada kalanyatumpul;. Mereki juga ber-
kata: 'Orang
lranq s-empuma ialah orang yang lcketiruanriyiaapat
dihitung dan kesalahannya dapat dibilang.,
Seorang penyair berkata:
. tubtUq,Yr?firsl;"
)41rt3'+*USe,,;Xi6K
128
"siapakah gerangan orang yang Anda sukai seluruh tabiatnya,
Cukup terhormat bagi seseorang, -
yang kesalahennya dapat Anda bilang."
yang perlu ditekankan dalam hal ini ialah bahwa penolakan
beliau Eriraaap hadits yang diriwayatkan dalam kitab sahih tersebut
bukan karena mengikuti hawa nafsu, baik nafsu pribadi maupun
nafsu orang lain, yang diancam oleh Allah dengan firman-Nya:
"Kemudian l(urmi iadikn kamu berada di atas suatu yaiat (per'
atunn) hri urusrrn (agama) itrt, maka ikutilah syariat ittt fut iang@-
lah tramu ikuti hawa nafsu orang-orang wg tidak mengetahui."
(al4atsiyah: 18)
"... Dan siapakah yang lebih sent daripda orang yang mengikttti
hawa nalsunya dengan tidat< mendapt petuniuk dafi NlaL ftdikit
pun ...." (al-Qashash: 5O)
sering kali kita dapati imam yang menjadi panutan dan diterima
kehadira"nnya oleh umat menolak suatu hadits yang sahihmenurut
orang lain. tr,tenurut pandangannya hldits tersebut tidak sah karena
iainj,u cacat yang ia ketatlui, ilng lemudian ka<lang-kadang. di-
i..g"t*n dah; salatr sam kitab-Shahihain atauleduryrya. Tetapihal
ini tidak mengUrangi kehormatannya dan tidak merusakkeimanan-
nya sedikit pun.
' Kita melihat Ummul Mukminin Aisyah r.a. pernah menolak seba-
gian hadits yang didengarnya dlri sgbaglan sahabat, ketika betiau
ir*ganggup bahwa riwiyat-tersebut bertentangan dengan Al-Qur'an
ataribeftn'tangan dengan apa yang beliau dengar-dari ryabi Tw"
ietapi hal 1u yistru meiramblh kemuliaan dan keluhuran keduduk-
an beliau di sisi umat.
Selain itu, kita tidak boleh menganggap seseorangyang menolak
satu-dua hadits dari Bukhari atau Muslim --atau kedua-duanya--
berarti telah menolak seluruh hadits shahihain atau mendustakan-
nya. Kesimpulan seperti ini tentulah tidak benar dan merupakan
tuduhan yang tidak ProPorsional.
Hal ini dilihat dari se$ prinsip. Adapun jika dilihat dari segi tema,
menurut pandangan saya Syektr Rasyld tidak mendustakan dan
mengingfiri hadits mengenai sihir itu karena mengikuti gurunya'
Silkft tfiuhammad Abduf,. Meskipun Syekh Rasyig mengagumi ke-
titritran Syekh Muhammad Abduh, mempercayai kekuatan agama-
nya se.ta- cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya, namun ia bebas
r29
9aq_q berpikir dan berijtihad. Syekh Rasyrd memang mengambil
hasil-hasil pemikiran gurunya, tetapi hal ini ia lakukaniecara-selek-
tif dan beliau konfirmasikan dengan Sunnah dan atsar salaf, meng-
ingat kedalaman llmu beliau dalam hal ini.
Orang yan_g rnau memperhatikan madrasah ujitidiyah ihyaiyah isla-
miyah- (pendt4tlon tajdld unnrk menghidupkan aiaran rsiaml yang
diprakarsai oleh Sayid famaluddin al-Afghani, m-aka ia akari men-
ir-rtp4 lahw-a ia- ---qayid_lqaluddin-- memiliki cara berpikir yang
lebih bebas dan lebih sedikit dalam memedonnni ketenttian-keten-
nlan syara' sera pamkan AI-Kitab dan As-Sunnah, karena ia tidak
q.Stu mendalami ilmu-ilmu syariah dan sumber-sumbernya. IGmu-
dian kita dapati murid dan sahabat beliau, al-Imam Usta&,Dtuham-
mad Abduh, lebih komitmen dan konsisten terhadap ketentuan-ke-
lentuan syariat, karena pengetahuan beliau tentang syariat lebih
banyak dan pengetahuan beliau tentang pembennrkan hukum dan
dasar-dasarnya lebih mendalam. Selanjuthya murid beliau, tJstadz
Imam Rasyid Ridha, lebih komitmen dan lebih konsisten lagi diban-
dingkan gurunya, dan sudah barang tentu karena beliauhelebihi
gurunya (Sayid |amaluddin al-Afghani).
Beliau (Sayrd famaluddin) telah melihat pengaruh mdrasah ntaffyah
tajdidiyah kulra (pendidikan tajdid salafiyah yang besar) yang teicer-
ryin p?da Syekhul Islam Ibnu Taimiyah dan murid-muridnya, dan
dari celah-celahnya beliau dapat menelaah warisan salaf yan! sangat
le$arga dan_ dapry "meminumnya" serta memanfaatluinnyu aa"rn
dakwah untuk melakukan ishlah (pefbaikan) danuidin (peftibaruan).
Oleh_sebab itu, Sayid famaluddtn lebih dekat kepada iola pikir ahli
filsafat, pkni para florlf naitrasah masyaiyah islmiyah, seperii-al-Kindi,
al-Farabi, Ibnu Sina, dan lain{ainnya.
Adapun Imam Muhammad Abduh lebih dekat kepada pola pikir
muuhallimin (ahli kalam), seperti al-Baqlllani, Imam al-Haramain,
Imam al-Ghazali, dan lainnya.
Sedangkan Imam Rasyid Ridha lebih dekat kepada pola ptktrfua-
ha'ul muhadilitsin (ahli fiqih dan ahli hadirs) yang mengtnregasikan
ma'qul (rasio) danmanqul (nash), seperti Imam Muhatnmad bin tdris
as-Syaf i, Ibnu Daqiqil'Id, hnu Thinii.ph,Ibnul eayyim,Ibnul Wadr,
dan lain-lainnya.
Dengan demikian, pendapat saudara penanya bahwa Syekh
Muhammad Abduh mengingkari hadits sihir karena mengikutl pen-
dapat kaum Mu'tazilah, maka perkaaan Ersebut ddak dapat diterima
secara mutlak. I(arena pada kenyataannya, bukan hanya kaum
130
Mu'tazilah yang menglngkari hadits tentang sihir (tersihirnya Nabi
saw. oleh orangYahudi - p^j.), tetapi sebagian ulama Ahlus Sunnah
pun ada yang mengingkarinya, seperti Imam Abu Bakar ar-Razi'al-
Hanafi yang terkenal dengan sebutan alJashshash, pengarang kitab
Ahhamul Qur'an. Demikian juga sebagian mutakallimin.
fumhur ulama Ahlus Sunnah mengesahkan hadits itu karena diri-
wayatkan melalui jalan-jalan yang sahih. Namun, di dalam penjelas-
annya mereka mempunyai takwil yang berbeda-beda, yang semua-
nya menguatkan kema'shuman Nabi saw. dan menafikan (meniada-
kan) segala sesuatu yang tidak laik bagi beliau ssfuagaimana yang
dimuat dalam kitab-kitab syarah.
Dan pengarang Tafsir al-Manar, Sayid Rasyid Ridha, juga tidak
menyimpang dari langkah mereka secara garis besar, bahkan beliau
menetapkan kesahihan hadits itu, hanya saja beliau menakwilkan-
nya dengan tak\^ril yang sesuai dengan kedudukan Nabi dan
kema'shuman beliau.
T{oalan riwayat Bukhari pada bab 'Yustakhrarus slhr', hadits nomor 5765, d,ari
Jalan
Ibnu Uyainah bahwa Aisyah berkaa: "Sehingga seolah-olah beliau merasa mendaangi istri-
istri beliau padahal beliau tidak mendaangi mereka.' Ini merupakan penafsiran dan penie-
lasan riwayat yang mujmal dan umum mengenai hd ini.
131
kan perminaanku. A{a dua orang laki-laki7s datang kepadaku, yang
satu duduk di sebelah kepalaku dan sarunya lagi duduk di sebehf,
kakiku, lalu yang satu bertanya kepada temannya, ,Sakit apa orang
ini?' Temannya meniawab, 'Ia terkena sihir.' Ia bertanya lagi, ,Siapa
yang menyiiirnya?' Temannya menjawab lagi, 'Lubaid bin al-
A'sham.' Ia bertanya lagi,'Padaapa?' fawabnya,rpada sisir dan ram-
put yang gugur serta melekat pada sisir dan serbuk sari kurma yang
kering.' Ia bertanya lagi, 'Di mana?'fawabnya, 'Di sumur Dzinrran.'
Lalu Rasulullah saw. mendatan$ sumur itu bersama beberapa orang
sahabatnya, kemudian beliau berkata, 'wahai Aisyah, airnya merah
seperti-inai, dan mayang kurmanya seperti kepda sean.76 Saya (Ai-
syah) bertanya, 'Wahai Rasulullah, mengapa tidak engkau kehiar-
kan?' Beliau menjawab, 'Allah telah menyelamatkan saya, dan saya
tidak senang kallu saya mem-berikan kesan buruk kepada orang
banyak mengenai hal ini.' Ialu beliau menyuruh memendamnya."TT-
Al-Hafizh Ibnu Haiar, dalam mensyarah hadits ini menulis
-pada
kitab rathul Bari-- sebagai berikut:
Imam Bukhari menjelaskan dalam "Bab as-Sihr": Imam ar-Ra-
ghib dan lainnya berpendapat bahwa kata as-sihr mempunyai bebe-
rapa arti:
Pertama: sesuatu yang halus dan lembut, seperti perkataan
'#i !% ll@ru ash-Shabiyyah) yang artinya 'salanrenyihir
)i:i7i7ii'&ii"6('saya
driak kecil' = menipunya dah membujuk-
nya'), dan setiap oran!-yang membujuk danmenipu berarti menyi-
hir. Seperti kata para dokter: "Tabi'at itu penyihir." Dan di antaranya
firman Allah Ta'ala:
"... Bahl<an lrami adalah onng-onngyangkenasrtir"(al-Ht r: IS)
'gleq(&$t
Tsoatam rtwayat Ahmad dan
Thabrani disebutkan: .Ada dua orang malatkat ),ang men-
daangiku.'
T6tosybih (penyerupaan)
dengan maksud untuk menjelekkan, karena segala sesuaur
yang dinisbatkan k€pada setan adalah felek menurut sJnra' dan adat"
TTDiriwayatkan oleh Imam Bukhari
datam kitab ath-Thib,,Bab as-Sihr,, hadlts nomor
5765. Al-Bukhari yang diceak dcngan berharakat, terbitan Darul Fikri (Beirut), dan al-Mus-
hawwirah'an as-Salafiyah (Kairo).
132
"Sesunggahryn di antan penielawt itu ada sihimya (memukau)."
Hal ini akan dibahas secara tersendiri, insya Allah.
Kedua: sesuatu yang terjadi dengan tBuan dan khayalan, tidak
ada hakikatnya, seperti yang dilakukan oleh tukang sulap yang me-
malingkan pandangan dari kebiasaannya melalui permainan kece-
patan tangan. Dalam hal ini terdapat firman Allah:
"... Terbalang kepda Mus wkanabn ia menry Wt hntann
sihir mercka" (Thalra: 66)
Dan firman-Nya lagi:
".,. Merel<a menyilap mata onng...,"(al-A'nf: I16)
Karena itulah mereka menamakan Musa sebagai tukang sihir.
Dan dalam hal ini, terkadang yang bersangkutan menggunakan banr-
batuan yang dapat menarik besi, yang dikenal dengan magnetis.
Kedga: yang terjadi karena bantuan setan dengan melakukan
pendekatan kepadanya. Hal ini diisyaratkan dalam Al-Qur'an:
"... tetapi stan-*kn lefir (mengerial<an
itulah yang sihi). Merel<a
mengajarlran sihir kepda merel<a.... ?(al-Baqarah t lO2l
Keempat: yang terjadi dengan berkata-kata kepada bintang-bin-
tang (dan meminta turunnya ruh), menurut anggaPan mereka.
Ibnu Hazm berkata: "Di antaranya ada pula yang berupa iimat,
seperti ukiran kalaiengking untuk yang berbintang Scorpio. Pada
bulan tertentu ukiran ifu digunakan sebagai jimat agar tidak disengat
kalajengking. Dalam hal ini yang dapat disaksikan di beberapa
negara Barat --yaitu Saraqusthah. Menurut anggapan mereka, tem-
pat-tempat itu tidak akan dimasuki ular. Dan kadang-kadang ada
juga di antara mereka yang menggunakan dua cara terakhir (klttga
dah keempat), yaitu meminta bantuan kepada setan dan berkata-
kata kepada bintang-bintang, menurut anggapan mereka hal ini
lebih kuat.
Abu Bakar ar-Razi berkata di dalam al-Ahham:'Penduduk Babil
adalah kaum Shabi'in yang menyembah tuiuh macam bintang yang
mereka anggap sebagai tuhan-nrhan mereka. Mereka mempercayai
bahwa bintang-bintang itulah yang melakukan segala sesuatu di
alam semesta ini, lalu mereka buat berhala-berhala dengan nama
bintang-bintang itu. Masing-masing bintang itu mempunyai tempat
pemujaan sendiri yang di dalamnya ada patung yang dipergunakan
untuk mendekatkan diri kepadanya sesuai anggapan mereka dengan
133
memanjaltkan doa dan membaler dupa. IGpada mereka inilah Nabi
Ibrahim diutus oleh Allah --kaum yang ahli dalam hal ilmu perbin-
Angan. Selain itu, tukang-ukang sihir mereka mempergunakan
segala macam bena* sihir dengirn menisbatkannya kepada aktivias
binang-binang agar orang lain tidak mencari tatru dan menyingkap
keburukan mereka.'
I(ata "sihir" selaniutnya ditujukan pada alat (sarana) yang drgu-
nakan unnrk aktivitas tukang sihir. AIat ini kadang-kadang dimak-
zudkan hanla dalam artima'ani, seperd manfampi (membaca mantera)
dan meniup simpul tali, dan kadang-kadang dimaksudkan untuk
hal-hd yang bersifat indrawi seperti menggambar (menggunakan
ganbarlprrre) oranglang disihir, dan sekali tempo digunakan unurk
kedua perkara itu sekaligus --yaitu gabungan antara hissi (indrawi)
dan maknawi-- dan hal ini hasilnya lebih hebat lagi (menurut ang-
gapan mereka - penl.).
Para ulama berbeda pendapat mengenai sihir ini, sebagian ber-
pendapat bahwa sihir hanfalah klu1lalan dan balangan sernata-mata,
tidak ada hakikatnya. Ini adalah pendapat Abu fa'far al-Istarbadzi
dari golongirn Syaf i, Abu Bakar ar-Razi dari golongirn Hanafi, Ibnu
Hazm azh-Zhahii (dari mazhab Zhahiri), dan beberapa golongan
ulama yang lain.
Imam Nawawi berkata: "Yang benar, sihir itu ada hakikatrrya.
Demikianlah letetapan jumhur dan pendapat kebanyakan ulama,
dan pendapat ini dituniul*an oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah ash-
Shahihah yang masyhur. Tetapi yang meniadi akar perselisihan ada-
lah apakah sihir itu mengubah sesuatu atau tidak? Orang yang
menganggap sihir hanya sebagai khayalan berpendapat bahwa sihir
tidak mengubah sesuanr. Sementara ittr, mereka )rang menganggap
sihir ada hakikatnya berbeda pendapat, apakah sihir itu hanya seka-
dar menimbulkan pengaruh --yaiu mengubah kondisi firbuh meniadi
semacam terkena penyakit- atau sampai menimbulkan keafaiban
seperti mengubah benda-benda mati menjadi binatang atau sebalik-
nya.
Dalam hal ini Jumhur menguatkan pendapat yang pertama, se-
dangl@n yang sepakat dengern pendapat kedua hanyalah segolongan
kecil di antarr mereka Apabila dihubungkan dengan ltelotasaan [ahl,
tentu saia hal itu dapat diterima; tetapi bila melihat kenlataan, maka
hal ini tetap menjadi pangkal perselisihan, karena banyak orang
yang mendakwakan dapat melakukan hal itu ternyata tidak mampu
membuktikannya.'
t34
Al-Khaththabi berkata: "Ada kaumyang mengingkari sihir secara
mudak." Seolah-olah yang beliau maksudkan adalah orang-orang
yang berpendapat bahwa sihir hanyalah khayalan semata-mata,
sebab kalau tidak demikian maka itu hanyalah suatu pengingkaran.
Al-Maziri berkata: "tumhur ulama menetapkan adanya sihir dan
batrwa dia memiliki hakikat, semenara sebagian ulama meniadakan
hakikatnya dan menyandarkan sesuatu yang teriadi itu lepada kha-
yalan-khayalan yang batil. Pendapat (kedua) ini temyata tertolak,
karena adanya dalil yang menetapkan adanya sihir, dan altal tidak
mengingkari bahwa Allah kadang-kadang meniadikan sesuatu yang
luar biasa letika seorang nrkang sihir mengucapkan perkaaan yang
penuh kebohongan, atau dengan menyusun jisim-iisim dan men-
campur (menyatukan) berbagai potensi dengan cara tertentu, seperti
halnya dokter yang menyusun komposisi obat dari berbagai unsur --
sampai yang membahayakan sekalipun-- hingga dengian komposisi
tersebut menjadi bermanfaat. "
Ada pula yang berpendapat bahwa pengaruh atau akibat sihir itu
tidak melebihi apa yang telah disebutkan oleh Allah dalam firman-tl)r&
"... Dengan sihir itu nrerela menqnikan antan wnng sami de-
ngu ifrinya....' (al-Baqanh: IO2)
Maksud ayat ini, menurut mereka, adalah untuk menakut-nakuti.
Sebab, seandainya dapat tedadi sesuirtu yang melebihi itrl niscaya
disebutkan-I$ya.
Al-Maziri berkata: "Yang benar menurut pendapat akal adalah
bahwa sihir dapat berpengaruh lebih dari ihr.' I(ata beliau selanfut-
nya: 'Ayat tersebut bukan merupakan nash yang menunrp kemung-
kinan terjadinya sesuatu yang lebih dari itu, iika memang kita boleh
menyebutnya sebagai apt ymtg berhubungan dengan hal itu."
Kemudian beliau menambahkan, "Perbedaan antara sihir, mukiizat"
dan karamah ialah bahwa sihir dalam hal ini mempergunakan
ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan sehingga tercapai apa yang
dikehendaki si penyihir. Sedangkan leramah( tidak memerlukan
semua itu, bahkan biasanya ia terjadi karena kebeulan (tak diduga-
duga). Adapun mukiizat melebihi karamah dengan kemampuannya
menghadapi tantangan. "
- Imam Nawawi menukil --dari al-Mutawdli-- pendapat selnalaln
itu di dalam Ziyodaat Ar-ruudh4h. Menurutnya, kedua hal iu (sihir dan
leramah) dapat ditengarai dengern melihat kondisi orang yang me-
munculkan kejadian luar biasa tersebut. Jika ia seorang)rang berpe-
135
gang teguh dengan syariat dan menfauhi dosa-dosa, maka keluar-
blasaan yang munorl p4a dtrinya adalah karamah; sedangkan jika
keadaannya tidak demikian (ddak berpegang teguh pada qariat-aan
suka melakukan dosa-dosa) maka icejadian tuar biasa yairg timbul
dari dirtnpltu adalah slhlr, dengan alasan bahwa kefadian itu teqaAi
karena salah satu jenis sihir, sepertt dengan bannrah setan."
Al{urthubi berkata, "Sihir merupakan dpu daya yang dilakukan
dengan usalu, tfrapl karena halusnla (rumtt) ia ddak dCpat dilaku-
I* olgt sembarang orang. Sedangkan materinya tergirntung pada
kepandaian si pelaku sera tergantung pada pengetatruannya-me-
lgenai komposisi dan waktu. Sebaglan di antaranl"a hanya berupa
khayalan (bayangan) tanpa hakikat dan dugaan-dugaan anpa kete-
tapan, maka ia dianggap besar oleh orang yang tidak mengerd na
itu, sebagaimana pernyataan Allah (dalam surat al-A,raf: I 16)
mengelai rukang-nrkang sihir Fir'aun: '... Dan mereka mendatang-
kan sihir-yang besar (menakiubkan)', sedanglen tati-ali dan tong-
k4 qereka t€tap tidak berubah dari keberadaannya semula, sebagi
tali dan tongkat.'
Kemudian al-Qurthubi juga menambahkan: "sebenamya seba-
gian jenis sihir itu ada penganrhnya dalam hati, seperti rasa cinta,
benci, timbulnya keinginan yang baik dan buruk; dan ada pengaruh-
nya pula pada badan semisal menimbulkan penyakit dan penderia-
an. Hanya saia yang memperdayakan ialah benda-benda mati ber-
ubah meniadi binatang, atau sebaliknya, karena sihir si penyihir dan
sebagainya."
Adapun tentang perkaaan 'Nabi saw. disihir oleh seorang laki-
laki dari Bani Zuraiq lang bernama Lubaid al-A'sham", menurut
riwayat Abdullah bin fuirmair dari Hisyam bin Unrah yang diriwayat-
kan oleh Imam Muslim menggunakan lafal "Nabi saw. disihir oleh
seorang Yahudi eani Zuraiq;. Sedangkan dalam rlwayat Ibnu Uyai-
nah menggunalen susunan seperti berikut: "... seorang laki-laki dari
Bani_ Zuraiq ),ang telah mengikat janJi set'ra dengan orang Yahudi,
sedahgkan dia adalah seorang munaffk". IGdua riwayat infdapat di-
kompromikan demikian: orang yang mengatakan bahwa Lubaid al-
A'sham seorang Yahudl adalah karena melihat kepadi apa png ada
pada haklkat perlera itu sendiri, seaarryltan oranglang mengaralmn-
nya munafik karena melihat kepada perkara tersebw-secari zhahir.
Ibnul fauzi berkata, 'Ini menunful*an bahwa dla (Lubaid) masuk
Islam dengan pura-pura 6tlaq), dan ini menrpalen suaft hal yang
sangat Jelas." Sementara itu, Iyadh menceritakan dalam
^y-.syrfo'
t36
bahwa dia (Lubaid) telah masuk Islam.
Selain itu, boleh jadi dia dikatakan sebagai orang Yahudi karena
ia termasuk salah seorang yang mengadakan janji sptia dengan
mereka, bukan karena mengikuti agama mereka. Sebab Bani Zuraiq
adalah salah satu marga (clan) kaum Anshar yang terkenal dari suku
Khazraj. Sedangkan antara kebanyakan kaum Anshar dan kaum
Yahudi sebelum Islam teriadi ikatan janji setia, persaudaraan, dan
kasih sayang. Namun ketika Islam datang dan orang-orang Anshar
memeluk Islam, mereka berpisah dari orang-orang Yahudi.
Sementara itu, mengenai perkataan "sehingga Rasulullah saw.
terbayang-bayang bahwa beliau melakukan sesuatu padahal beliau
tidak melakukannya", diulas oleh al-Maziri sebagai berikut:
"Sebagian ahli bid'ah mengingkari hadits ini dan menganggap
bahwa hal itu menjatuhkan martabat Nabi dan menimbulkan kera-
guan terhadapnya. Mereka berkata, 'Segala sesuatu yang dapat
menyebabkan demikian (menfatuhkan martabat kenabian/Nabi dan
menimbulkan keraguan terhadapnya) adalah batil.' Dan mereka
menganggap bahwa hal ini dapat menghilangkan kepercayaan terha-
dap syariat yang dibawanya, sebab boleh jadi ia (Nabi saw.) ter-
bayang-bayang melihatfibril padahal sebenarnya tidak, atau menda-
pat wahyu t€ntang sesuatu padatral sebenarnya tidak mendapat
wahyu.:
Al-Maziri menambahkan: "Semua pendapat itu t€rtolak, lerena
dalil-dalil telah menunjukkan kebenaran Nabi saw. dalam menyam-
paikan sesuatu dari Allah Ta'ala dan menunjukkan kema'shuman
beliau dalam bertabligh (menyampaikan ajaran Allah), sedangkan
mukiizat-mukjizatnya juga menjadi bukti kebenarannya; maka
memperbolehkan sesuatu yang bertentangan dengim dalil adalah
batil. Adapun dalam kaitannya dengan hal-hal yang berhubungan
dengan sebagian urusan dunia --sedangkan Nabi saw. bukan diutus
untuk itu, demikian iuga risalah tidak diturunkan untuk urusan t€r-
sebut-- seperti layaknya manusia menghadapi berbagai hal semisal
penyakit, maka bukan tidak mungkin jika beliau terbayang me-
ngenai sesuanl dari urusan dunia yang tidak ada hakikatnya (wujud-
nya), sedangkan beliau tetap ma'shum (terpelihara) dari hal seperti
itu ddam ulusan agama."
Masih menurut al-Maziri: "Sebagian orang mengatakan,'Sesung-
guhnya maksud hadits itu ialah bahwa Nabi saw. terbayang-bayang
bahwa beliau menggauli istri-istri beliau padahal tidak melakukan-
nya. Hal ini sering terbayangkan oleh manusia pada waktu tidur,
137
maka bukan tidak mungkin ia j,ga terbayang pada waktu tunasa.,.
(Ibnu Haiar) berkata:;nal ini telin aatang ,"ciii
, ,s"y".
dalam.riwayat Ibnu
i.t*
lJvainatr-nada bab sesudah ini deigan susunan
Tperti berikut: 'sehingg-a beliau melihar (merasa) menf,iangi istri
istri beliau, padatral beliau tidak mendaiangi mlreta.' oanlahm
riwayat 4-Humaidi dengan
_sgsrlnan kalimati'Bahwa beliau ouang
kepada ketuarga beliau, padahal beliau tiaat minoatangi ,n.r.rta:
Ad-Dawudi berkaa: Diriwayatkan dengirn lafal yura
trtil dengan
memberi harakat zhammah pada huruf periarna, yang berarti yazhunnu
( t"k- :melgira). Ibnu at-Tin berkata: ,Saya memb acayara
U4;
dengan memberi harar<at fathah pada huruf anralnya.' uinu-i
,"yu
(lbnu Hajar), lafal ini berasal daii ar-ra'yu, bukan iai,;r-;,"rh.mafa
plknanya kembali keplda ?rti zhann lmenyangka, mengirii.-bin ai
dalam mulsal yahya bin.ya'mar yarig diriwalatkan iTa,ii -nuruq
ryenggunakan susunan redaksionat serrri beriliut, 'Nabi ;;. aGinir
dari Aisyah sehingga beliau mengingthri penglihiran n.ri"u,.nairi.'
Dan di dalam mursal sa'id bin a-uusarryhu
iansiugu airiwaviitan
oleh Abdur p,.?zaq dengan susunan reditsiona"vir?r.in,inii,ir.-
hingga beliau hampir mengingkari pengrihatan beriai renairil;
lyadh berkata: 'Maka dengan ini tarnpaklah bahwa sihir itu hanla
mengenai tubuh dan anggotabadan beliau saia, tidak..ng.nai
(pikiran) dan itikad beliau."
ifa
. . saya-(Ibnu Hajar) berkata: "Dan di dalam mursar Abdurrahman
Dln lg'ab yang diriwayatkan oleh Ibnu sa'ad disebutkan: '[alu
sau-
$ra pergmpuan-Lubaid bin ar-A'sham berkata: lit.. iaieorang naui
$qcaya ia akan dapat menceritakan apa yang dialaminya iru, ai, iitu
n Duxan nabi maka sihir.ini ak3n binlrng sehingga
-berkata,-"r,raki
lenladikannya
*:lrf _llr,lgi.
ialah bagian
saya (rbnu Hajar) ii,ii..i?Oi
kalimat yang pertama itu, sebagaimana yingiersiuut
dalam hadits sahih."
. sebagian ulama berkata: 'persangkaan beliau (merasa) melaku-
kan sesuaru p4ahal tidak merakuka--nnya tidak mlmasiiiln-uitru
beliau melakukan hal tersebut. Iru hanyal"t iimic* iinar*
pikiran dan tidak menjadi keterapan, sehingga tidak dapat diiadiLn
hujjah orang y_ang mengrngitari lkenalian beliaufl;-
.oleh
Iyadh dalam hal ini menambahkan: "Boreh jadi ying dimaksud
de.n&n-khayalan r.n"pyt adarah- membalangkari arrfi"ia; n u,i"g,
seksual sebagaimana kggika te4adi ra-ngsangan, tetapi tefita
!ias.-a
mendekati wanira (istri) tiba-tib a teinasj'sluagai
1"ni lalatuifunfi
158
mana halnya orang t€rkena sihir. Sedangkan mengenai riwayat lain
yang mengatakan'sehingga hampir beliau mengingkari penglihatan
beliau', artinya beliau menjadi seperti orangyang mengingkari peng-
lihatannya ketika melihat sesuanr yang menurut beliau berbeda dari
kebiasaan, maka apabila merenungkannya tahulah beliau akan haki-
katnya. Dan semua yang telah dikemukakan itu menegaskan bahwa
tidak ada satu pun riwayat yang mengatakan bahwa beliau meng-
ucapkan suanr perkaaan yang bertentangan dengan yang diberitakan. "
Al-Mahallab berkata: "Terpeliharanya Nabi saw. dari setan tidak
menutup kemungkinan bahwa setan ingin memperdayakan beliau.
Maka terdapat riwayat yang sahih yang mengatakan bahwa setan
pernah hendak merusak shalat beliau, lantas Allah melindungi beliau
dari gangguannya. Demikian pula halnya dengan sihir, dharar (ba-
haya) yang dapat ditimbulkan terhadap beliau tidak sampai meng-
urangi hal-hal yang berhubungan dengan tabligh, melainkan hanya
dharar leperr halnfa penyakit-penyakit biasa, seperti lemah berbicara,
lemah melakukan sebagian aktivitas, atau timbulnya khayalan yang
tidak terus-menerus, bahkan hal ini s(Eera lenyap karena Allah
membatalkan tipu daya setan."
Sementara ltu, Ibnul Qashshar berargumentasi bahwa yang me-
nimpa beliau adalah semacam penyatit seperti yang tertera pada
bagian uiung hadits "adapun saya, maka Allah telah menyembuhkan
sala". Tetapi, argumentasi seperti itu perlu ditiniau kembali.
Meski bqgtu, anggapan lbnul Qashshar diperkuat oleh riwayat
Amrah dari Aisyah yang diriwayatkan Baihaqi dalam ad-Dalaillang
menyebutkan: "Maka beliau merasa pusing dan tidak tahu penyakit
yang menimpanya." Bahkan di dalam hadits lbnu Abbas yang diri-
wayatkan oleh Ibnu Sa'ad disebutkan: 'Nabi saw. sakit dan dihalangi
terhadap wanita (melakukan hubungan dengan istri), makan, dan
minum,lalu turun dua malaikat kepada beliau ...."
Perkataan "dan beliau di sisiku, berdoa dan berdoa", memang
demikian yang t€{adi. Dan dalam riwayat terdahulu dalam bab "Per-
mulaan Penciptaan' memiliki susunan seperti berikuft 'sehingga
pada suatu hari beliau berdoa dan berdoa." Demikian pr;Jra u'hq
penyusun kepada Isa bin Yunus dalam ad-Da'awat, begitupun dalam
riwayat d-Laits. Mengenai hal ini al-frarmani berkata: "Boleh jadi
susulan ini dari perkataan Aisyah 'di sisiku'", artinya beliau tidak
sibuk dengan Aisyah, tetapi sibuk berdoa. Dan boleh fadi juga meru-
pakan khayalan, yang berarti bahwa sihir itu menimbulkan dharar
terhadap badan beliau, bukan pada akal dan pikirannya, lurena
139
!'eliau tetap menghadap Allah dan berdoa menurut cara yang benar
dan aturan yang tepat.;
sedangkan di dalam riwayat lbnu Numair.melalui Muslim dengan
susunan kalimat: "Lalu beliau berdoa, kemudian berdoa, dan berioa
lagi," deng4n
rye-nsulang!-doa tiga kari. Dan di dalam riwiyiiarrmaa
dan Ibnu sa'ad dari wahib dengan lafal: "Maka saya mel'ihat rina,
berdoa."
Mengenai hal ini Imam Nawawi berkomentar: "Riwayat ini meng-
-
isyaratkan disukainya berdoa_ketilq rerradi hal-hal ying tidak dI-
sukai, dan mengulang-ulang doa serta memohon peiina"ungan ke-
pada Allah Ta'ala untuk menolak hal itu."
Saya (Ibnu Haiar) berkata: "Dalam kisah ini Nabi saw. menempuh
.
dua macam cara, yaitu pagrah dan melakukan usaha sesuai dengan
hukum sebab-akibat. Mula-mula beliau menyerah kepada uruon
Rabb-nya dan mencari pahala dgnq"n bersabar atas bbncana yang
pg1impl beliau. Kemudian ketika bencana iru rerus berlanjui dail
beliau khawatir akan menjadikan beriau remah dalam melaksinakan
ibadah, maka beliau berobat, kemudian berdoa.Iftdua sikap ini bisa
mencapai puncak kesempurnaan.,
,wahai
SBpu! perkaaan "saya (Aisyah) berkata: Rasulullah,
a_pakah.tidak en-gkau keluarkan diai' (sebagaimana riwayat Abu
Umamah, kemudian beliau menjawab: 'iidakj." Dan di dallm Ibnu
pvainan disebutkan bahwa beliau mengeluarkhnnya (mengeluarkan
benda tersebut dari dalam sumur), sedangkan pertirvaan Iisyah itu
uafl4.t:,t*g penggunaan nusyiah ljamp-i-jam'pi), lalu beliau inenya-
wab "tidak". Dan hal ini akan itiuicaratinieuihiuas r.tetat ini-
IGmudian pe$ata?n beliau "saya tidak senang menimbulkan
pengaryh buruk kepada orang banyak" (dengan meiggunakan lafal
syarl ui) yang dalam riwayat al-ttisymihani dengan lafal,ru, GJL),
dan di dalam riwayar Abu Usamah dengan menggunakan latar-;;il
sebagai ganti lafal )Jy!; w^pi maknanla orn ,
pengaruh. SeAangkan yang dimaksud dengan
l.tni
menimbffkan
t4t
Lubaid bin al-A'sham adalah karena dikhawatirkan akan menimbul-
\a-n fitna!
ji$ ia dibunuh, atau karena agar orang-orang yang hen-
dak masuk Islam tidak me-ngurungkan niatnya. rfil ini ridmailg ter-
masuk sesulnl yang dipelihara Nabi saw. yang melarang memblnuh
orang munafik melalui sabda beliau:
.ug1t#1-\3i3',iJJ"t1JiLk<!
'Agar onng-onng tidak membicant<att fuIwa Mutnnmaa riem-
bunuh ahafuhya." (Hadits nomor 57613.1
Demikianlah keterangan yang cukup panjangyang ditulis oleh al-
Hafizh Ibnu Haiar dalam kitabnya, ratnit aaa,lo zit-zsz.
Inilah_ sebagian dari keterangan yang dikemukakan oleh para
peyW.1r1h hadits seputar hadits diqihirnya Nabi saw. oleh oiang
Yahudi. Keterangan tersebut menjelaskan sampai di mana kemusy-
kilan hadits sihir itu dan betapa besar perhatian para ulama untuk
rygyecahtaqnya dengan mengajukan berbagai keterangan disertai
dalil naqli dan aqli. Maka tidaklah mengherankan jiki hadirs ini
mengundang perhatian corak pemikiran modern, khususnya setelah
bertemu dengan alam pikiran lain.
Dari sinilah al-Allamah Rasyld Ridha membicarakan hadits terse-
but, bukan menolak atau mendustakannya. Beliau bahkan membica-
rakannya sebagai orang yang membenarkan dan mempercayainya,
dan menakwilkan hadits tersebut dengan takwil yang iebaik-Uait-
lya, y?n_g {apgtmemuaskan ahlul aqti wan nazhar (golongan rasional)
dan tidak ditolak oleh ahlun naqli wal atsar (golongan yang mengan-
dalkan nash).
Berikut ini akan saya sajikan kepada Anda apa yang beliau kemu-
kukry pada akhir tafsir surat al-Falaq, yang termasu[ surat pendek
itu,-dengan judul "Tambahan terhadap Tafsir Surat Ini mehgenai
Hadits Sihir Orang Munafik Golongan yahudi Tengik kepada Nabi
saw.'. Setelah mengemukakan riwayat Syaikhani dari jalan Aisyah
--s-e-bagaimana telah saya kemukakan sebelumnya-- Sayid Rasyid
Ridha mengemukakan riwayat lain dari hadits ini. Beliau menulis:
Di dalam riwayat Syaikhani (Bukhari dan Muslim) iuga disebut-
-
kan: "Rasulullah saw. disihir sehingga beliau merali mendatangi
istri-istri beliau, padahal beliau tidak mendatangi mereka." Di dalam
riwayat iru juga disebutkan: "Beliau disihir oleh seorang laki-laki
dari Bani Zuraiq yang telah mengadakan janji setia dengan kaum
142
Yahudi, dan dia seorang munafik."Te Diriwayatkan dari Zaid bin
Arqam: "Nabi saw. disihir oleh seorang laki-laki dari kaum Yahudi
sehingga beliau sakit beberapa hari. Ialu Malaikat fibril datang dan
berkata: 'Sesungguhnya seorang Yahudi telah menyihirmu dan
meniup buhul untukmu di sumur ini dan ini.'Kemudian Rasulullah
saw. menyuruh seseorang untuk mengeluarkannya. Setelah dike-
luarkan dan diuraikan, beliau menjadi segar bugar seakan-akan baru
terlepas dari ikatan. Tetapi beliau tidak menyebutkan hal itu kepada
Yahudi tersebut, bahkan beliau tidak melihat wajahnya sama sekali."
(HR Nasa'l)
YriAtA al-ayyam (beberapa hari) adalah jama' qillah (isim jama' yang
menunjukkan jumlah sedikiUdi bawah sepuluh), tetapi sebagian pe-
rawi di luar Shahihain membesar-besarkannya bahkan ada yang
mengatakannya "beberapa bulan".
Sayid Ridha melanjutkan: Hadits ini secara felas menunjukkan
bahwa yang dimaksud dengan sihir di sini khusus yang berkaitan
dengan masalah mempergauli wanita. Tetapi kebanyakan ulama me-
mahami bahwa beliau saw. disihir dengim sihir yang berpengaruh
pada akal beliau sebagaimana berpengiaruh pada badan beliau.
Karena itu, sebagian di antara mereka lantas mengingkari riwayat ini
bahkan berlebihan dalam mengingkarinya, dan mereka anggap hal
itu sebagai celaan terhadap lenabian dan menafikan kema'shuman
karena perkataan Aisyah: "sehingga beliau terbayrang-bayang se-
akan melakukan sesuatu padahal beliau tidak melakukannya". Maka
riwayat ini menjadi masalah besar bagi ulama maQul (ulama yang
sangat mengutamakan akal pikiran) dan mereka anggap bertenta-
ngan dengan dalil qath'i, yaitu pernyataan Allah terhadap kaum
musyrikin yang mencela Rasulullah seperti mencela rasul-rasul
mereka, dengan mengatakan kepada orang-orang yang mengikuti
Rasul itu:
"... 'l(amu *l<alian tidak lain hnyalah mengikuti *onng lelaki
gng kena sihir.-(al-Furqan; 8)
"Perhatilranlah, fugaimana mercka membuat perfundingn-per-
fundingan tentang lramu, Ialu *sthh merck4 mercka tidak sang-
gup (mendaptlran) jalan (untuk menentang kensulanmu)." ltl-
Furqan:9)
79}ani Axaiq adalah salah satu marga Khazraj. Dalam riwalat ini si penyihir itu di-
nisbatkan kepada kaum Yahudi karena ikatan,anji setia, bukan karena keturunan (nasab).
t43
sehin itu, hd ini.juga bertentangan dengan pertimbangan akal
yang qath'i mengenai kemqlshumanlterpetitiaran]ya) Nabi sraw. dari
segala sesuatu yang menafilen kenabiai dan kefertayaan [.p"a"
,1ya
klena m3suknyl khayalan dalam masalah kenablan y"nj noa
bene term4suk.tasyri'. Di samping i{, juga bertentangan dEngan
jiwa yang mengataltan bahwa jiwa yang"rendah Ian
:rumlffi.l ilmu
buruk^tidak dapat menimbglkan pengaruh paOa
iiwi yfig ti"ggi d"n
suci. oleh karena iru, kesahihan riwiyat tirsebut diingkiri oiEh se-
Pug"n ulama, di antaranya adalah Abu Bakar atlasfishash --a"ri
kalangan ahli tafsir sekaligus ahli fiqih-- dalam Yjtabnyat, ehhamul
Qur_an, dan yang terakhir adalah guru kami al-Ustaiz al_Imam
Muhammad Abduh dalam tafsir fuz iAmma.
Guru kami telah membicarakan masalah ini secara panjang lebar
dan berlebihan. Beliau menyandarkan penolakan t rr.'uut'ui.7irur-
kan akidah yang telah dis+kati para ulama aqa,id aan ustruinqih
pe1s. enai pertentangan dahl zhanni dengan dalil qathi. oleh karena
naorts tersebut tergolo-ng hadits ahad yang kekuatannya bersifat
zhanni, maka ia ditolak dengan d?lil qath'i secara aqli dan naqli, seba-
gaimanaya-ng telah_kami sebutkan-sebelumnya. Mereka pirn telah
sepakat bahwa hadits-hadits ahad tidak dapat dijadikdn hujjah
mengenai ushul aqa'id. Beliau berkata: "sesungguhnya kekuatannya
yang hanya menelorkan zhann (dugaan) itu;dahli khusus untuk
orang.yang-men€anggapnya sahih saja, dan ia dapat ditakwilkan
atau diacuhkan kepada kaidah lain m6ngenai nash-nash yang ber-
tentangirn dengan akal."
Sungguh, apa yang kami ketahui dari syekh (guru) kami Muham_
mad Atduh
---semoga Allah mensucikin ruti"nya-'- yang singar
memuliakan dan mengagungkan keadaan Nabi u.ihammaa"nasutit-
lah sebagai penutup para nabi, dalam jiwanya yang bersih ain rurr-
nya yang suci serta pengetahuan akalnya yang tinggr, merupakan
sesuiltu pernyataan yang tidak pernah lqita jumpai daiisalah seorang
glaml aqlivvin (rasionalis) seperti para filoiof faum muslim dan ahii
ilmu kalam mereka, atau dari ulaia *hiyyin (kalangan rohaniawanl
ggperti gofongan ahli tasawuf, atau ulamiahlinaqlsiperti para peng-
himpun-riwayar yang banyak mengenai mukjizit rgiui.siw.. iraat a
Tl up$l, atsar-arsar (kesan-kesanlyang mendalam itu Anda jumpai
dalam kitab Risalah Tauhiit (lsaryabeliau1. Bahkan beliau pernih be.-
kata: 'sesungguhnya n1h beliau saw. merupalen tempatberkumpul_
rly.a petuniuk--ag,ama
lan pengetahuan tisyri' yanA dijelaskan di
dalam Kitab Allah Ta'ala dan sunnah beliau iengan
rtry6hsan yang
144
sempurna, sebagaimana yang kami nukil dari beliau dalam tarikh
beliau.
Mengenai riwayat tersebut, para ahli hadits yang menganggapnya
sahih berdasarkan ilmu mereka --dan orang-orang yang mengikuti
mereka-- mengemukakan jawaban bahwa riwayat sihir tersebut hanya
berpengaruh pada badan beliau, bukan pada ruh dan akal beliau.
fadi, pengaruhnya hanya pada anggota tubuh saja, seperti halnya
penydkit-penyakit tubuh yang tidak ada iaminan 'ishmah (ke-
ma'shuman) bagi para nabi terhadap penyakit-penyakit seperti ini.
Saya (Syekh Rasyid) telah memeriksa masalah ini beberapa kali,
dan yang terakhir ialah saya menyanggah majalah al-Azhar, Nurul
Isldm, yang menuduh saya telah mendustakan hadits Bukhari me-
ngenai masalah disihirnya Nabi saw. ini. Maka saya jelaskan bahwa
hadits yang sahih mengenai masalah ini yang diriwayatkan dari
Aisyah r.a. disalahpahami sebagai memberikan makna yang lebih
umum daripada makna khusus yang dimaksudkannya, yaitu me-
ngenai hubungan suami-istri antara Nabi saw. dan Aisyah. Maka
perkataan Aisyah "terbayang-bayang oleh Basulullah saw. bahwa
beliau melakukan sesuatu padahal beliau tidak melakukannya," itu
merupakan hiruyah (ungkapan) untuk sesuatu yang khusus (hubungan
biologis), bukan untuk semua urusan. Maka, dalam hal ini tidakter-
masuk urusaR tasyri'dan urusan-urusan aqliyah (pemikiran) selain
masalah hubungan suami-istri, dan tidak pula mengenai penyakit-
penyakit tubuh lainnya, apalag tuduhan seperti nrduhan orang-orang
dahulu kepada para nabi bahwa mereka terkena sihir lantas meniadi
gita, sebab urusan mereka (para nabi a.s.) itu di atas jangkauan akal
orang-orang kafir itu. Maka masalahnya adalah terbatas pada apa
yang mereka istilahkan hingga sekarang dengan ar-rabthatau al-'aqd,
yaitu simpul yang menghalangi seorang laki{aki untuk melakukan
hubungan intim dengan istrinya.
Saya (Syekh Rasyid) jelaskan pula bahwa riwayat yang paling
sahih sanadnya menurut Syaikhani dari Hisyam dari ayahnya dari
Aisyah, ternyata di dalamnya tudapat'illat (penyakiUcaczt) yang
samar --yang untuk sahnya suafi hadits harus selamat dari cacat ter-
sebut. Dalam hal ini sebagian ulama yang menolak hadits ini me-
nyandarkannya pada cacat adanya Hisyam ini, merele beralasan de-
ngan perkataan sebagian ulama Jarh wat Tadil (ahli hadits) seperti
berikut:
"Sesungguhnya ketika ia berada di lrak ia menerima surat dari
ayahnya, Unvah bin Zubair, t€ntang apa )ang didengamya dari orang
t45
lain, dan Urwah ini adalah perawi AiEah png dipercala, )ang masih
keponakan Aisyah (ibunya adalah saudara Aisyah). Ibnu Kharasy
berkata, 'Imam Malik tidak menyukainya (Hisyam), bahkan beliau
membuang haditsnya untuk penduduk lrak.' Ibnu Qaththan berkaa,
'Ia berubah pikirannya sebelum meninggal dunia.' Dan tidak diragu-
kan lagi bahwa pujian jamaah --termasuk Imam Bukhari dan Mus-
lim-- kepadanya adalah khusus mengenai riwayatnya sebelum ber-
ubah pikirannya." Beberapa pernyataan inilah yang dijadikan alasan
oleh mereka yang mencela riwayat hadits ini, sehingga mereka lantas
mengingkari/menolak matannya sebagaimana yang saya ketahui,
padahal masalah ini lebih ringan daripada apa yang mereka kata-
kan.eo Oleh sebab itu, menurut tahqiq, bahwa hal ini (sihir) adalah
khusus mengenai hubungan suami-istri, sebagaimana disebutkan
secara jelas dalam riwayat kedua di atas, tidak lebih dari itu.
Adapun riwayat Baihaqi dalam DalailunNubuwwahdari Ibnu Abbas
bahwa Rasulullah saw. sakit payah disebabkan oleh sihir yang ada
dalam sumur di bawah batu besar dalam bentuk pintalan, kemudian
mereka (para sahabat) mengeluarkannya dan membakarnya, di
dalamnya terdapat tali dengan sebelas pintalan, sehingga diturunkan
kedua surat ini --yakni al-mu'awwidzatcin (Qul A'udzu bi Rabbil-Falaq
dan Qul A'udzu bi Rabbin-Nas)-- kemudian jika dibaca satu ayat
lantas terurai simpulnya satu per satu ... maka ini adalah hadits batil
yang bertentangan dengan hadits sahih yang diriwayatkan dalam
Shahihain mengenai masalah ini, dan bertentangan pula dengan
riwayat-riwayat tentang turunnya kedua surat itu di Mekah. Hadits
Baihaqi itu diriwayatkan dari jalan al-Kalbi dari Abi Shalih dari Ibnu
Abbas, dan al-IQlabi ini ternrduh sebagai pendusta. Selain itu, diri-
wayatkan juga dari jalan yang lebih lemah lagi dari Ibnu Abbas, yaitu
Muhammad bin as-Saib.
Adapun riwayat Abu Nu'aim dalam ail-Dalail dari Anas yang
mengatakan: "Orang Yahudi melakukan sesuatu terhadap Nabi saw.
sehingga beliau menderita sakit berat, lalu sahabat-sahabat beliau
menjenguk beliau dan mereka mengira beliau sakit karenanya, lalu
Malaikat fibril datang kepada beliau menyampaikan surat al-mu'aw-
wiilzatain, kemudian beliau berta'awudz dengan kedua surat tersebut,
lantas beliau keluar menemui para sahabat dalam keadaan sehat",
maka hadits ini diriwayatkan dari jalan Abu fa'far ar-Razi, dari ar-
Sonacalah penjelasan lebih rlnci lag mengenai masalah ini dalam kitab al-Manar wa
al-Azhar. hlm.95-105.
146
Rabi' dari Anas, sedangkan keduanya (Abu fa'far dan ar-Rabi') ada-
lah dhaif. Dan dalam matan hadits itu tidak disebut-sebut tentang
sihir, tidak pula disebutkan bahwa sutat al-mu'awwiilzltoin turun pada
waktu im, Juga tidak disebutkan sesuatu pun yang tertera -dul"*
riwayat-riwayat Shahihain. Maka orang yang berargumentasi dengan
riwayat ini bahwa kedua surat tersebut tergolong madtniyyg\ (surat
yang diturunkan ketika Nabi saw. sudah di Madinah) ?qahh -afgu-
mentasi yang lemah. Yang benar, kedua surat itu adalah Makiyah
(diturunkan ai uetatrl sebagaimana diterangkan di_mula.
' Demikianlah perna*taan al-Allamah Sayid Rasytd Ridha rahima-
hullah mengenai hadits tersebut beserta takwilnya, sebagg,i gerka-
taan seorang yang alim, faqih, yang menempuh metode ahli hadits
yang andal, mengenaiprh dan u'dil (celaan dan pujian terhadap pe-
iawi1, syarh dan ta'lll (penjelasan dan penunjukan 'illdtnya).lni me-
rupa'tan perkataan imam yang muslih, yang sangat antusias untuk
membangun (umat dan agama), bukan merusaknya; YanE sangat
antusias t€rhadap taidid (pembaruan), bukan hendak berbuat sewe-
nang-wenan E; vanrmengerti kemuliaan salaf dan tidak mengingkari
hak khalaf (generasi belakangan). Yang,menentang pendapat guru-
nya (dalam persoalan ini) dan membela ser[a menegaskan rasa cinta
din [rormatnya kepada Rasulullah saw.. lni merupakan keadilan dan
keinsafan. Maka mudah-mudahan Allatr meridhai Syekh Rasyid dan
membalas perjuangannya terhadap Islam dan umatnya dengan se-
baik-baiknya, dan memberinya pahala atas semua ijtihadnya, yang
keliru atau yang benar, dengan satu pahala atau dua pahala. Amin.
12
KEDUDUKAI{ HADITII-HADIIS DAIA'I KITAD
AI.HAIAI. U/AI--HARATI
Pertanyaan:
Ada sebagian orang yang mengatakan batrwa Ustadz sengaja ber-
pedoman pada rradits-hadits dhaif dalam kitab Ustadz, al'Halal wal
Haramfil tsiam, yang terkenal ihr, sebagaimana dituniul*an oleh karya
Syekh Nashiruddin al-Albani, Gluyatul Maram fi Tohhriii Ahadits al-
ialal wal-Haram.Dalamkitab tersebut beliau menghukumi lemah ter-
hadap beberapa buah hadits. Sudah kita ketahui bersama bahwa
147
hadits-hadits dhaif --walaupun banyak orang yang memperbolehkan
menggunakannya_ untuk failhailul a,mal dengan syarat-syarat ter-
tentu-- tidak boleh digunakan untuk berhuifah dalam menetapkan
hukum dan masalah halal dan haram.
4pltut, Ustadz mempunyai {asan atau penafsiran terhadap hal
ini, lebih{ebih kitab rJstadz telah demikian menyebar ke seluruh
dunia sehingga kalian tersebut sudah barangtentu dapat mengacau-
kan sebagran pembaca dan peminat kitab ultadz. oan manhaj
1me-
tode) apa yang Ustadz gunakan dalam menyusun kitab itu dan'me-
milih hukum-hukumnya?
Jawaban:
Pertama: saya memuji Allah Ta'ala yang telah memberi taufiq
(pertolongan) kepada saya sejak awal kehidupan berpikir dan dak-
wah_saya untuk membangun mgnhaj moderat yang didasarkan pada
y_ang adil dan lengkap (komprehensifl, jauh dari sikap
.pa1dgryfl
berlebih-lebihan dan menyepelekan.ltanhal ini terair saya jelaskan
dalam mukadimah kitab al-Halal wal Haram terbitan pertama, seba-
gian di antaranya saya kutipkan berikut ini:
"Tampaknya persoalan halal dan haram untuk petama kalinya
amat mudah, tetapi pada kenyaaannya sangat sukar. para pengarang
pada masa-masa yang lalu maupun belakangan ini belurnadi yang
menulis secara khusus persoalan tersebut. akan tetapi, penulis sen-
diri menjumpainya berserakan dalam beberapa masaiatr Rqitr islami
serta dalam beberapa kitab tafsir dan hadits Nabawi."
148
hala besar" ini,lantas disembahnya, diberi korban, dan mereka ber-
diri di hadapannya dengan menundukkan pandangannya serta me-
rasa rendah dan hina. Mereka adalah golongan yang meniadikan
prinsip-prinsip dan tradisi Barat sebagai tolok ukur yang harus di-
terima dan tidak boleh ditentang atau dibantah. IQlau ada bagian
yang sesuai dengan Islam maka mereka bersorak kegirangan dengan
bertahtU dan bertakbir. Namun jika ada bagian atau hal yang berten-
tangan dengan Islam maka mereka berusaha untuk mengompromi-
kan dan mendekatkannya, atau mencari-cari alasan untuk membe-
narkannya, bahkan menakwilkan dan memalingkannya, seakan-
akan Islam diwajibkan tunduk terhadap peradaban Barat, filsafat,
dan tradisinya.
Itulah yang saya temukan dalam pandangan-pandangan mereka
tentang sesuanl yang diharamkan Islam, misalnya kailaq tentang
patung, yaanashiib (lotere), bunga bank, berkencan (berkhalwat) de-
ngan wanita yang bukan mahram, penyimpangan wanita dari ke-
wanitaannya, serta mengenai lelaki memakai emas dan sutera.
Begitupun dalam pembicaraan mereka mengenai sesuail yang
dihalalkan oleh Islam, seperti alak dan poltgami. Seakan-akan yang
halal itu menurut mereka ialah apa yang dihalalkan oleh Barat, dan
yang haram ialah apa yang diharamkan oleh Barat, mereka lupa
bahwa Islam adalatr kalimat Allah, dan kalimat Nlah irulah yang
senantiasa tinggi kedudukannya. Dia itu diikuti, bukan mengikuti:
tinggi dan tidak dapat diungguli. Maka bagaimanakah Rabb akan
mengikuti hamba-Nya, dan al-Ktraliq (Sang Pencipta) akan tunduk
kepada hawa nafsu makhluk?
"Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nalou merc*a pili bina'
*lah Ingit dan bumi ini, dan *mua ltang ada di dahmqn.... " (al-
Mukmtnun:7I)
*futu-*ktfimu a&yangmenw'
"Katakanlah: 'Apalah di antan
iuki kepda kefunann? Ihtalranlah: 'Nlalrlah yng menuniuki
kepada kebenatan.' Malra apalrah orang'onng ltang menuniuki
kepda kefunann itu lebih furhalc diiktti ataukah onng W8
tidak dapat memtui rr,runiuk keanali @ila) dibti petuniuk?
Mengap kamu (beftwt demikian)? mgnna*an lcamu meng-
ambil keputu*n?" (Yunue: 55)
149
haram, karena mengikuti nash atau ungkapan yang ada dalam suatu
kitab, yang mereka kira itulah Islam lang sebenarnya. Dalam hal ini
mereka tidak mau beraniak dari pendapat tersebut walau seufung
rambut pun, dan tidak mau berusaha mengufi dalil-dalil mazhabnya
atau pendapatnya. Mereka juga tidak mau mempertimbangkan dan
membandingkannya dengan dalil-dalil atau argumentasi pihak lain
untuk memperoleh kebenaran setelah membandingkan dan meneliti-
nya.
Apabila dianyakan kepada mereka tentang hukum musik misal-
nya, atau hukum nyanyian, hukum canrr, hukum mengafar wanita
atau wanita mengajar, dan hukum wanita menampakkan muka dan
kedua telapak tangannya, maka jawaban yang paling mudah melun-
cur dari mulut mereka ialah perkaaan 'haram'. Dalam hal ini mereka
lupa adab ulama salaf yang tidak berani mengatakan "haram'kecuali
terhadap sesuanr yang sudah diketahui keharamannya secara qath'i.
Sedangkan terhadap persoalan selain itu mereka hanya mengatakan
"kami benci" atau "kami tidak suka" atau ungkapan-ungkapan lain
yang seperti itu.
Saya berusaha untuk tidak menjadi salah seorang dari kedua
golongan tersebut.
Oleh karena itu, saya tidak rela untuk agama saya jika saya men-
jadikan bangsa Barat sebagai sembahan, set€lah saya mengikrarkan
ridha bermhankan Allah, beragama Islam, dan mengakui kerasulan
Nabi Muhammad saw..
Saya pun tidak rela untuk akal saya, jika saya bertaklid kepada
mazhab terrcntu dalam setiap keputusan dan masalah, baik salah
maupun benar. IQrena seorang muqallid --sebagaimana kata Ibnu
lauzi-- "tidak menaruh kepercayaan terhadap yang ditaklidinya, dan
taklid itu berarti mengabaikan manfaat akal, karena akal itu dicipta-
kan untuk berpikir dan merenung, dan amat buruklah orang yang
diberi pelia untuk menerangi idan tetapi justru pelita itu dimatikan
sementara iff dia rela berjalan dalam kegelapan."at
Memang, saya tidak berusaha untuk mengikatlan diri dengan
mazhab fiqih tertentu yang sudah terkenal di dunkr Islam, sebab
kebenaran ihr tidak mungkin dapat diliput seluruhnya oleh satu maz-
hab, sedangkan imam-imam mazhab yang meniadi panutan sendiri
tidak pernah mendakwakan dirinya ma'shum (terpelihara dari ke-
salahanl. Mereka hanyalah para mujtahid yang berusaha memperke-
150
nalkan kebenaran; jika mereka keliru maka mereka mendapatkan
satu pahala, dan jika benar mereka mendapatkan dua pahala.
lmam Malik berkata:
'#i$:Itr\*+5(bK4#$1
lie*frtagT
"Tiap-tiap orang boleh diambil perkataannya dan boleh diting-
galkan, kecuali Nabi saw.."
Sementara itu Imam SYaf i berkata:
-
1-i6-liys'1ruiff;,syh€"s
"-153Jr!'{$a:t
"Pendapatku benar tetapi mungkin fuga mengandung kesalahan,
dan pendapat orang lain salah tetapi mungkin iuga mengandung
kebenaran."
}€(W;.flLF,,;rp;]]yElr.s$<
){-Kr
"fanganlah engkau mengenal kebenaran itu karena tokohnya,
tetapl tenatilah kebenaran itu sendiri niscaya engkau akan tahu
siapa ahlinya."
Kedua: saya panjatkan puii kepada Allah dengan puji-Nya yang
banyak, bagus, dan penuh berkah, sesuai dengan keluhuran-Nya
dankeagungan kekuasaan-Nya, banyaknya nikmat-Nya yang tidak
151
dapat saya hitung, dan tidak dapat saya mensyukurinya dengan
sedikit pun r.rsa syukur.
9i lntara nikmat yang diberikan Allah itu ialah dapat diterimanya
kitab-kitab saya oleh kaum muslim di mana saja.lni merupakan
karunia Tuhan png diberikan kepada sala dan kebaikan-f.Iya kepada
diri saya, Maha Berkah nikmat-nikmat-Nya dan tUaha Suci nama-
Nya, sehingga kitat saya al-Halalwal-Haramyang diterbitkan dengan
berbahasa Arab (bukan teriemahan) telah mengalami cetak ulang
sekitar empat puluh kali. Hal ini disebabkan kiab tersebut diceta[.
dan diterbitkan di beberapa tempat, yaitu di l(airo, Lebanon, Aljazair,
Maroko, Kuwait, dan lainnya. Belum lagi yang diterjemahkan ke
dalam bahasa lain, seperti Turki, Urdu, Malaysia,Indonesia, persia,
Bengali, Malibari, Suwahali, Inggris, |erman, Cina, dan lainnya.
t52
Syekh Muhammad al-Ghazali.
Saya telah mengetahui kitab Syekh al-Albani yang berjudul
Ghayitul Maram khuiusnya mengenai pendhaifan beliau terhadap
beberapa hadits.
Dalam hal ini saya hendak memberikan beberapa c:;tatan penting
sebagai tanggapan:
153
tidak membantah apa yang mereka lakukan itu, bahkan saya meng-
ikut saja kepada mereka dan saya nukil hasil penelitian mereka itu.
Dan memang tidak aneh jika seorang ahli ftqih mengambil dari ahli
hadits (akan hadits yang telah mereka sahkan atau hasankan),
karena tidak ada seorang alim pun yang ilmunya meliputi semua
cabang ilma @ll- round).
Dalam hal ini, kadang-kadang 'illat (cacat) suatu hadits yang di-
temukan oleh orang belakangan, tersembunyi bagi orang dahulu. Hal
ini menunjukkan bahwa sebenarnya banpk sesuatu yang ditinggal-
kan oleh generasi terdahulu untuk (dilerialran) generasi belakangan.
Misalnya, saya sengaia menerima penghasanan al-nafizh tbnu
Hajar terhadap hadits berikut:
)L$Vlwryt$(,-)(jft-#
,Q*6{{$72{:arjfii-9-2fr_,1s
.,ry;r\6 5c)?.#363
"knngsiapa lang membiar*an angumm pada masa menuai
untuk menjuahrya kepda orang Yahudi atau Nasnni atau orang
ltang hen&Ir menjadikannlta khamar, maka *sungguhny dia
menempuh api neraka dengan sengaja.a2
82ffadits ini disebutkan Ibnu Hajar dalam kiabnya Bulughul Maram min Aitillatil Ahham,
dan beliau berkaa: 'Diriwalatkan oleh Thabrani dalam al-Austh dengan isnad hasan."
154
WJ^i48'i'4W
Atau (meniual) kepda orang yang diketalrui akm meniadikanny
kltamat"
Dan hal inie3 diperkuat oleh hadits Abu Umamah yang diriwayat-
kan Tirmidzi bahwa Rasulullah saw. bersabda:
'it3'Us-Wi6V*@$iil;1
$5:'ifi35,'ii+fiG-y-#<Js'iL
"Janganlah l<amu meniual budak-budal< percmPuan yang penyanyi
dan iangn pula lcamu membelinya *rta iangan pula mengaiad
mereka. Tldak ada bailaya dalam memperiualbelikan merel<a, dan
harganya adalah haram."
155
hadits tersebut sangat lemah karena salah seorang perawinya, yaitu
al-Hasan Ibnu Muslim al-Maruzi at-Taiir (seorang pedagangl.as
Imam adz-Dzahabi berkaa di dalam Mizatul t'fidal: "la membawa
kabar maudhu' (palsu) t€ntang khamar." Abu Hatim berkata: "Ha-
ditsnya menuniukkan kebohongan." Ibnu Hibban berkomentar:
Telah diceritakan kepada kami oleh al-Hasan bin Muslim at-Tajir.
Lalu disebutkannya hadits tersebut. Dan Syekh (al-Albani) me-
ngomentari penghasanan Ibnu Hafar tersebut dengan perkataannya:
"Ini adalah lrckeliruan yang tidak saya keahui dari mana sumber-
nya, karena ini adalah kekeliruan yang amat buruk.'
Yang saya herankan ialah al-Hafizh lbnu Hafar menyebutkan aI-
Hasan bin Muslim al-Maruzi ini --yang merupakan "penJrakit" hadits
tersebut-- lalu disebutkannya pula apa yang dikatakan lrlran adz-
Dzahabi ddam al-Mizan beserta perkataan lbnu Abi Hatim dan lbnu
Hibban deng;an persepsi yang keliru. Maha Suci Allah yang hanya
Dia sendiri yang Maha Sempurna.
8s,t!-ffaitsaml
menyebutkan hadits tersebut dalan Maima'uzZawaid dan dinisbatlonnya
kepada ath-ltabnni drlrm at-Ausarh, dan beliau berkaa: 'Di dalam sahadnp terdapat Abdul
xartun bin Abdul furtm. Abu Hatim berkaa; "Haditsnya menunJukkan kebohongan., (4 : 90)
Al-Haflzh al-Haitsami membatasi cacat hadits ini pada Abdul ltarlm saia. Dan at-llaffztr
Ibnu Harar menulls blognfi Abdul Karlm inl dalam Lisanul Mizan yang di dahmrryza bellau
menyebutkan perkataan Abu Hatim ini, kemudian berkata: "perkaaannya sclanjurya tidak
saya ketahui." Dan di dalam Tsiqat Ibnu Hibban disebutkan; 'Abdd farh bln Abdul frarim
al-Baiafi dari Abdullah lbnu Umar, )ranglabarah bln al-Mlgtrhs mgltrayatkan dadn'B adalah
lurus haditsnya.' Maka pada drahirnya yang dimaksud ialah dia (Abdul l(arim). Barangkali
yang diingkari Ibnu Hatim ialah sahabamya, )raitu fabarah, Dan inl diperkuat oleh perkaAan
Abu Hatim sebelumnya: "Saya ddak mengenalnya." (Lisa ul Mizdn,2t 256).
156
sebelumnya tentang beberapa hadits. Selain itu, kadang-kadan_g-se-
bagian ulima menggunakan manhaj yang bukan manhainy,a-da-lam
me-ntashih lmengesahkan) suatu hadits, seperti yang dilakukan
- Ahmad Muhammad
Syekh Syakir rahimahullah.
Oleh sebab itu, penetapan Syekh Albani tentang lemahnya (dhaif-
nya) suatu hadits bukan merupakan hujiah yang qath'i dan_sebagai
kaa pemutus. Bahkan dapat saya katakan bahwa Syekh-al-Albani
hafiziahutlq; kadang-kadang melemahkan suatu hadits dalam suatu
kiiab, dan mengesahkannya dalam kitab lain. Hal ini dapat saya buk-
tikan dari kaiian beliau mengenai hadits berikut:
K)6{it36fi#3#-#s41
q:9.(*'Ft?il"ffi$tw
-
r? 7i,S,is-q tA.G,Ng;li_,
'4't#6s#'8''qL\6
t {tl,-$Ljl,oL)
"Tidaklah snnng muslim membunuh wkorburungatau lainnya
dengan tanp hak, melainkan Nlah Aza wa Jalla al<an meminta
pertanggungjawafun kepadany." lalu ada yang bertanW, Wahai
Rasulullah, apakah halaya itu?" Jawab beliau, Taitu menyembe-
tihnya lalu memakannya, iangan memotong kepalanya lantas
membuangny.ab
*1ui$r6e ,ei;<?,4sffi6
UG 6fri), #,q, !!4V/'{ lti
o,V b.\ b.;,,; 1 7-4fu; iist d5 q;
S6Diriwayatkan oleh Nasa'i dan Hakim, dan beliau berkata: "sahih isnadnya dari hadits
Abdullah bin Amr." Hadits ini telah dilemahkan oleh al-Albani dalan takhrii al-Halal wal-
Haran, hadits nomor 47.
157
"knngsiap membunuh srnl<or furung dengan sia-si4 maka
burung itu akan berteiak 0aW0 kepda NIah pda hari kiamat
*ra)a berlrata: Ya Tuhanku, wunguhqta si tulan telah membu-
nuh ny *cafra sia-sia, tidah untuk mengambil nnntaahrya eidak
memantaatlrannlm).47
158
Tsauri meriwayatkan dari Hasan bin Abi Tsabit, dari dia. Selain itu,
adz-Dzahabi juga mencatat biografinya dalam Mizanul I'tidal, lalu
beliau menyebutkan bahwa sebagian ulama menguatkannya, dan
Syu'bah meriwayatkan haditsnya, padahal beliau sangat ketat me-
ngenai perawi hadits.
- nadits tersebut
luga diriwayatkan oleh ath-Thayalisi di dalam
musnadnya (nomor 2279) dari Syu'bah dan Ibnu Uyainah, dan diri-
wayatkan pula oleh Baihaqi dari jalan ini dalam as-Sunan al-Kubra (9:
279), ad-Duimi dalam sunannya (22 84), dan al-Humaidi dalam
musnadnya (hadits nomor 587) dengan ahqiq Habibur Rahman al-
A'zhami.
Adapun mengenai hadits Syarid maka saya katakan: dia diri-
wayatkan dalamhn-Nasa'i (7: 2l9),tefiitan Mathba'ah Mishriyah di
al-Azhar; dalam Mawariiluzh Zham'an (nomor lO71),'Bab an-Nahyi
'an adz-Dz-abh li Ghairi Manfa'atin"; dan diriwayatkan juga oleh
Imam Ahmad (4:389).Hadits ini menjadi syahid (saksi/penguat)bagi
hadits sebelumnya, dan Ibnu Hibban telah mengesahkannya serta
diakui pula pengesahannya ini oleh al-Mundziri. Tetapi al-Albani
melemahkannya juga karena diriwayatkan dari ialan Amir al-Ahwal
dari Shalih bin Dinar, dengan tuduhan bahwa Shalih ini majhul dan
Amir itu dhaif karena hafalannla ielek Padahal,rang pertama (Shalih)
itu dimuat Ibnullibban dalam ats-Tsrqat (perawi- perawi tepercaya).
Dan al-Ajiri menukil dari Abu Daud yang menunjukkan bahwa
Muammar iuga meriwayatkan daripadanya dan memberinya hunyah
(sebutan) Abu Syu'aib, dan adz-Dzahabi tidak menyebutkannya
dalam adh-Dhu'afa (perawi-perawi yang dhaif).
Sedangkan yang kedua --yakni Amir al-Ahwal-- maka ia dile-
mahkan oleh Imam Ahmad. Dan an-Nasa'i berkata, "Dia tidak kuat."
Ibnu Ma'in berkata: "Dia tidak apa-apa." Sedangkan Abu Hatim ber-
kata: "Dapat dipercaya, dan tidak apa-apa (tidak tercela)." Ibnu Adi
berkomentar: "Saya tidak melihat bahwa riwayat-riwayatnya tercela."
Kemudian Ibnu Hibban menyebutkannya dalam deretan tabiin yang
tepercaya. Dan as-Saii berkata: "Kebenarannya mengandung ke-
mungkinan-kemungkinan, tetapi dia itu orang yang benar fiujur) . "88
Komentar-komentar ini kemudian disimpulkan oleh al-Hafizh Ibnu
Hajar dalam kitabnya, TaqributTahdzib, dengan perkataannya: "Orang
yang jujur tetapi kadang-kadang keliru." Beliau tidak menyifatinya
S8Tahdzibut Tahdzib
t59
sebagai orang )ang scrtng melakukan kekeliruan atau sangat relek.
Identiffkasi seperti lnt tidak mengharuskan haditsnya ditolak secara
mutlak, tetapi masih boleh diptlih. Dan ini pulalah yang dilakukan
oleh Imam Nasa'i yang telah berkata tentang dia 'dia tidak kuat",
tetapi beliau meriwayatkan hadits daripadanya dalam kitab Mujnba'
beliau, yang oleh para ahli dlkatakan: "sesungguhnya persyaratan
beliau (Nasa'i) tentang hadits ini leblh ketat daripada Abu Daud dan
Tinnidzi.' Dan adz-Dzahabt menyebutkannya ddam aith-Dhu'afa
dengan komentar: 'Dilemahkan oleh Imam Atrmad dan lainn)ra, tetapi
dianggap teryczp oleh Abu Hatim dan Muslim." selain itu, Imam
Muslim telah meriwayatkan haditsnya dalam shahihnya, apalagi
Ashhabus Sunan.
Anehnya, setelah itu saya melihat dalam kitab beliau (Syek'tr al-
Albani), Shahih dt-Targhib wat-Tarhh, juz 1, beliau menyebutkan hadits
Abdullah bin Amr itu dan menghukuminya hasan. rihat dalam kitab
tersebut hadits nomor 1084.
Demikian cepatnya perubahan iJtihad beliau dalam mengesahkan
dan melemahkan suatu hadits, sehingga terdapu perbedaan antara
cetakan pertama dan cetakan kedua kitab Stratritr al-Jami'ush-Shaghir wa
Ziyadatihi dan hiub Dha'if al-Jami'ush-Slwghir ua Ziyadatihi, sehingga ada
beberapa hadits png dipindahkan tempanrya antara kedua kitab ter-
sebut (dari sahih ke dhaif dan sebaliknya).
Xenyataan ini tidak disangkal oleh Syekh al-Albani. Beliau bah-
kan menyadariryra dan bert€rima kasih, karena beliau akan kembali
kepada kebenaran apabita mennng harus demikian. Misalnya,
dengan ditemukannya periwayatan lain untuk hadits tersebut, atau
merasa t€nang dan mantap hatinya terhadap seorang perawi yang
sebelumnla beliau ragulon, atau dengan tampaknya cacatfang buruk
dalam sanad hadits atau matannya, atau lainnya. Dengian demikian,
lapangan ini menerima iitihad dan perbedaan pendapat, yang dalam
hal ini kadang-kadang terdapat sesu,a[r yang diketahui oleh orang
yang "kelasnya" lebih rendah, yang terluput dari pengetahurn orang
yang utama.
160
umum). Hadits (dhai$ yang saya bawakan itu hanyalah untuk
menguatkan dan men{ukung alasan yang t€lah ada, bukan menjadi-
kannya asas atau dasa/hukum.
Misalnya saja hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani yang ber-
bunyi:
-Ge,\$L{$ 5,i95
$g}';\3t
f^-3'"\;{tft3l*)lg376t"J:L
h,ifr;t$tf;-qr,\K6#
.tt3t'!#3{6,456
"sesungguhnya Nlah telah mewaiibl<an befunp k*niifun, maka
janganlah l<amu menyia-nyial<ann1a dan NIah telah menentul<an
bebenp futas, maka ianganlah l<amu melangaml'a; dan Nlah
telah mengfianmkan *suatu" mal<a ianganlah kamu melaktlcan'
rya; &n NIah telah mendianlran be[rr;np hal *fugai tanda
kasih-Ny kepfu kamu, Dia tidah lupa, mah iangmlah lramu
nnnPatincangfunryra"
Syekh al-Albani menghukumi hadits ini dhaif, meskipun lmam
Nawawi menghasankannya dan memasukkannya dalam rangkaian
hadits Arba'ii an-Nawawiyah yang terkenal itu. Namun, pendhaifan
yang dilakukan Syekh al-Albani ini tidak termasuk substansinya
bahwa "asal segala sesuatu itu adalah mubah'.
Maka hadislni tidaklah menjadi pokok acuan dalam menetapkan
kaidah tersebut, karena yang menjadi acuan kaidah ini adalah ayat-
ayat muhhamat (yangjelas hukumnya) dan hadits-hadits yang tidak
diragukan lagi kesahihannya, seperti hadits:
(wtg 16,Lf@4lJfiJgu
.(Kft'LT,KG(e
"Apa yang dihalalkan Nlah afulah halal, dan apyngdihanmlcan-
Nya adalah haram, dan ap lnng didiankan-W bnrti dimaat'
kan."
161
Maka lemahnya kedudukan hadirs (Daruquthni) di aas tidak
menggugurkan kandungannya, sebagaimana yang disalahpahami
-
oleh orang-orang )rang tergesa-gesa berpendapat dCmikian.
Dalam membicarakan suatu tema, seperti masalah penimbunan,
saya membawakan beberapa buah hadits yang mencela-penimbunan
beserta pela-kunya. Yang menjadi pokok di sinlialah hadits yang diri-
wayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi:
4;e*;193.*
Tidak menimbun kecuali orang Wng brsalah (brfusa)."
Maka tidaklah berbahaya jika setelah itu disebutkan beberapa
buah hadits yang di antaranya ada yang lemah, seperti:
5rayj"'6tft)(#.;,txu:x:fZr6;
Li'^\'iG{)r"ut
"knngsiap menimbun mal<anan (ketil<a maryankat xdang
membutuhknnya) *lama empat puluh hari, maka dia telah lepas
(hubunganny) dari Ntah dan Ntah pun leps daripadanya."
Hadits yang dianggap lemah oleh Syekh Albani ini dihasankan
oleh al-Hafizh lbnu Hajar dalam Fathhul Bari dan dalam al-eaul al-
Musaildad fi adz-dzabbi an al-Musnad, {an dinukil oleh Imam Suyuthi
dalam al-I-a ali' al-Mashnu'ah.
162
#5,rlrsr l$t Lrq'?;' Ot'Fb,
'J<Ti
'Ya NIah, *sungguhny aku berlindung kepada'Mu dai lilitan
utang dan dari tekanan orang lain."
Syekh Albani menghukumi hadits ini lemah, dari hadits Abu Sa'id
al-Khudri yang diriwayatkan oleh Abu Daud. Orang yang berhenti
pada kata-kata dhaif dalam takhrij Syekh Albani, pasti ia mengira
bahwa ketetapan Syekh Albani ini sudah final, padahal pada akhir-
nya beliau mengingatkan bahwa hadits tersebut adalah sahih, diri-
wayatkan oleh Bukhari dari Anas dengan susunan redaksional yang
berbeda, katanya: Saya mendengar Rasulullah saw. sering membaca
doa:
2,/( /
'/,
#fui?$;ArG6\\g;.rr,{e(
*t;i_-t(M#rsHG.#E
vJ'
Ya, Nlah, resungguhnya aku berlindung kepada'Mu dad kesu-
sahan dan kesedihan, dai kelemahan dan kemahan, fud bakhil,
pengecut, dililit utang, dan dari tekanan orang hin."
gA';#r7q';;'ey:&r
'Ya Nlah, resungguhnp aku berlindung kepda-Mu dai kesushan
dan kesedihan."
163
PekerfaanAhlt Hadtts rrnn Ahll Dlqlh
Keenam: bahwa Syekh Albani tidakhanya ahli hadits, yangcuma
menakhrij hadits dan menetapkan kedudukannya, mengesahkan,
dan melemahkannp, lantas selesai perannya. Tetapi beliau adalah
seorang tokoh )rang mempunyai banyak pandangan dan fiqihnya
yang khuzus. Hal ini tampak dalam takhriinya, sehingga mau tidak
mau beliau ikut campur dengan pendapat beliau dalam masalah
hadits yang dialihriinya itu, seperti komentar beliau terhadap penda-
pat penulis yang beliau anggap kuat dan beltau setujui, atau beliau
menganggap pendapat beliau yang lebih krrat 6nng berbeda penda-
pat dengan penulis). Misalnya yang beliau lakukan terhadap nrasa-
lah "nyanyian dengan alat musik dan tanpa alat musik'. Campur
tangan beliau dalam masalah ini lebih dekat sebagai pekerfaan ahli
fiqih daripada ahli hadits. Seandainya saya mau menjawab komentar
beliau atau menyanggah pendapatbeliau, niscaya sayaperlu menyu-
sun sebuah kitab tersendiri yang membahas tema tersebut dengan
mendiskusikan dalil-dalil orang yang memperbolehkan dan yang
mengharamkannya, serta memperkuat pendapat yang saya pandang
dalilnya lebih kuat dan lebih tepat. Dan saya akan melakukannya
iilta Allah memberi kemudahan untuk itu.
Demikianlah beberapa catatanpenting dan lazim atas takhrii ahli
hadits Syekh Nashiruddin al-Albani, atas kelebihan beliau )rang tidak
dapat dipungftiri, yil8 saya taruh di hadapan orang-orang yang
membaca kitab beliau dan mempetanyakan hadits-hadits yang
beliau lemahkan.
Allah memftrmankan kebenaran, dan Dia pulalah yang memberi
petun uk ke jalan yang lurus. o
164
BAGIAN II
SEPUTAR USHUT
DAN QAWtrtD
I
BOLEHKAH }TENGAUALKAN
SESUATU YANG BERTEMAT{GAN
DENGAN IUUZTIAB EITTPAT?
Pertanyaan:
Kurang lebih tiga puluh tahun lalu, dalam majalah Nurul hlamEe
pada rubrik "Fiqhilyah' yang memurt masalah lcharibul Ahkam"
(Hukum-hukum yang Aneh), terdapat peranyaan menarik dari
sebagian pembaca. Pertanyaan tersebut berbunyi: apakah boleh
mengamalkan hukum-hukum yang aneh ini, meskipun bertentangan
dengan maztrab yangdiridhai pembaca dan imamnyamenjadi ikutan
(taklid)?
Dalam hukum-hukum tersebut tcrdapat pendapat yang berten-
tangan dengan nnzhab empat )trng mu'tonud Nlakabagaimanal€h ttad
alan merasa t€nang mengamalkan pendapat (hukum) tersebuf,? Dan
apakah panas maialah nasional yang umum ini menyebarkan se-
macam pendapat yang aneh-aneh serta menimbulkan polemik di
antara pembacanya, sementara maialah ihr sendiri menyerukan per-
s:ltruln, persaudaraan, dan keharmonisan?
Jaat&an:
untuk meniawab pertan)'aan ini, sudah selayaknya bagi setiap
pembaca, yang menaruh perhatian terhadap unsan agamanya dan
hendak mencari kebenaran murni, memperhatikan beberapa kaidatt
berikut ini.
I. Imam Muftahtd Banyak rumtannya
ltLazhab-mazhab fiqih Islam tidak hanya terbaas pada empat
mazhab sebagaimana dugaan orang selama ini. Imam-imam mazttab
in"r bukan hanya Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam SJnf i, dan
Imam Ahmad safa, tetapi juga imam-imam lain yang hidup sezaman
dengan mereka (keempat imam tadi) yang pedngkat tlmu dan ifti-
hadnya sama seperti mereka, bahkan mungkin jauh lebih pandat dan
lebih mengerti daripada mereka.
Imarn d-Iaits bin Sa'ad adalatr imam yang hidup sezarnan deryan
Egu"ia"t ini dikelola oteh ulama dalcwah dan para dosat di Unfuercltas al-Azlur.
167
Imam Malik. Imam Syaf i pernah berkata mengenai Imam al-Laits
ini, katanya, "IGlau saja tidak takut sahabat-sahabat Imam Malik
tersinggung sehhgga bertindak kasar kepada al-Iaits, dapat dikata-
kan bahwa al-laits ifi lebih pandai daripada Imam Malik.'
Di Irak terdapat Su$nn aJs-Tsauri yang tidak kalah martabatnya
dalam bidang fiqih daripada Imam Abu Hanifah. Dalam hal ini, Imam
al-Ghazali memasukkan ats-Tsauri sebagai salah seorang imam
yang lima dalam bidang fiqih. Lebih-lebih tentang keimaman beliau
mengenai ilmu As-Sunnah, sehingga beliau digelari'Amirul Mu'mi-
nin ftl-Hadits' (Amirul Mu'minin dalam bidang hadits).
Al-Auza'i adalah Imam negeri Syam yang tidak ada andingan-
nya. Mazhabnya t€lah diamalkan di sana lebih dari dua ratus tahun.
Di nqgeri tersebut adaiuga Ahlul-Bait seperti Imam Zaid bin Ali,
dan saudaranya Imam Abu fa'far Muhammad bin Ali al-Baqir, serta
putranya Imam Abu fa'far ash-Shadiq. Masing-masing mereka ada-
lah mujtahid mutlak, png diakui keimamannya oleh semua lalangan
Ahlus-Sunnah.
Selain itu, ada pula Imam ath-Thabari. Beliau seorang mujtahid
mutlak dan imam fiqih, sebagai imam dalam bidang Afsii, hadits,
dan tarikh. Mazhab beliau juga mempunyai pengikut, meskipun ke-
mudian musnah.
Sebelum Mazhab Empat muncul, juga sudah terdapat imam-imam
dan ustadz-ustadz bagi imam-imam mazhab itu, bahkan bagr syekh-
syekh mereka dan syekhnya syekh mereka, yang dapat dihinrng de-
ngan jari. Mereka merupakan lautan ilmu dan pelia peurniuk Siapa-
kah di antara pelaiar yang tidak mengenal Sa'id bin al- Musal5rab, al-
Fuqaha'us-Sab'ah di Madinah, Thawus, Atha', Sa'id bin lubair, Ikri-
mah, al-Hasan, Ibnu Sirin, asy-Sya'bi, al-Aswad, al-Qamah,Ibrahim,
Mirsrug, Makhul, Zuhn, dan lain-lain, yang semuanya adalah fuqaha
tabfin yang merupakan alumni 'madrasah sahabat" ridhwanullah
'alaihim.
Sebelum mereka (fuqaha ramantabi'in), juga ada fuqaha-fuqaha
sahabat yang merupakan alumni "madrasah nubuwwah' (kenabi-
an). Mereka adalah orang-orang yang menyaksikan sebab-sebab
turunn)ra Al-Qur'an dan sebab-sebab datangnya sua$ hadits.
Mereka paling iernih pemahamannya terhadap agama, dan patng
mengerti maksud Al-Qur'an, serta paling talru ililalah (petuniuk)
bahasa dan lafalnya. Siapakah yang tidak ahu kefaqihan Abu Bakar,
Umar, Utsman, Ali, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ubai bin
I(a'aD, Taidblrl. Tsabit, Mu'adz bin fabal, Aisyah, dan imam-imam
168
satrabat lainnya yang merupakan panutiur dan teladan. Bukankah
dengan mengituii dan menCladani mereka, seseorang akan menda-
pat petuniuk?
169
Ketika Abu Yusuf, murid Imam Abu Hanifah png terkemuka dan
paling utama, bertemu dengan Imam Negeri Hiirah, yaitu Imam Malik
bin Anas, dan beliau menanyakan lcepada Imam Malik tentang
ukuran sha' serta misalah unlef dan zakat sayur-mayur, Imam
Malik meniawab berdasarkan dalil fang di$niuki Sunnah mengenai
rnasalatr ini. S€felah mendengar iawaban tersebut, Abu Yusuf berkata,
"Aku kembali kepada pendapatmu, wahai Abu Abdillah; dan sean-
dainya sahabatku --yakni Imam Abu Hanifah- mengetahui apa
yang aku ketahui, niscaya beliau lcembali (menarik) pendapatnya
sebagaimana yang aku lakukan."
Demikianlah, kesadaran merupakan bttah dari pengetahuan yang
dalam dan ijtihad yang benar. Dan perkaaan para imam rahimahu-
mullah menguatkan hakikat (kebenaran) )rang nyata ini.
Imam Abu Hanifah berkata, "Ini adalah pendapatku, dan ini
sebaik-baik pendapatku. Maka barangsiapa yang mendatangkan
pendapat yang lebih baik, niscaya kami t€rima.'
Imam Malik berkata, "sesungguhnya aku hanyalah seorang ma-
nusia biasa yang mungkin benar dan mungkin salah; karena itu,
konfirmasikanlah pendapatku dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah.'
Imam sJnf i berkata, "Jika t€rdapat hadits sahihpngbertenangan
dengan pendapatku, buanglah pendapatku le pagar. Dan iika Anda
melihat huijatr yang kuat di jalan, maka inrlah pendapatku.'
Perkataan lain yang cukup populer dari lmam Syaf i ialah: 'Pen-
dapatku adalah benar tetapi mengandung kemungkinan salah; dan
pendapat orang lain adalah salah tetapi mengandung kemungkinan
benar.'
5. lldak Ada Dalil yang Meuraflbkan Takltd kelnda Mazhab
Tertentu
Mengikuti suatu mazhab dan bertaklid kepada perkaaan imam-
nya tidaklah fardu dan tidak pula sunnah. Karena itu, perkataan "Se-
sungguhnya bertaklid kepada imam tertentu adalah waiib" merupa-
kan perkaaan yang t€rtolak. Ada tiga alasan yang memperkuat pe-
nolakan ini.
Pet-tama, rclah ditetapkan dalam Al-Qur'an, As-Sunnah, dan
iima' bahwa Allah SWf hanya memfardukan hamba-tumba-Nya
untuk menaati-Nya dan menaati Rasul-Nya. Allah ddak mewaiibkan
umat Islam untuk menaati seseorang kecuali Rasulullah saw.. Umat
Islam telah sepakat bahwa tidak ada seorang pun yang maksum
dalam semua perintah dan larangannya kecuali Rasulullah saw..
170
I(arena inr, diriwayattan darl lbnu Abbas, Attla', Mufahid, dan Maltk
bin Anas bahwa mereka pernah berkaa, 'Tidak ada seorang prrn
melairilran boleh ditertma dan ditolak perkataannya, lcecuali Rasulul-
lah saw..'
Demikianlah, mengikuti segala perkataall orang frang tidak
ma'shum merupakan kesesatan )rang nyata, karena sikap derntklan
inr menfadikan-kedudukan sang imam terhadap pengiku&ya sama
dengan kedudukan Nabi terhadap umatnya. Sikap seperd inimeng-
geser kedudukan ag:rma dan menyerupai sikap orang-omngNasrani
yang dicela oleh Allah dengan firman-Nya:
'Ma& maladihn orarrgonlrgalim &n ralrib'rahib mereka*'
Wi firlnn sehin Nhlt...."(at-Taubah: 5I)
Mereka disinyalir demikian inr karena mereka memauhi saja se-
gala sesuatu yarig dihalalkan dan diharamkan olehorang--orangaJim
Ian rahib-rahib tersebut, sebagimana pula diterangtan oleh Rasulul-
lah saw..
Kedua, para imam sendiri telah melarang orang bertaklid kepada
mereka, dan mereka tidak pernah beranggapan bahwamereka men-
qariatkan agama bagi manusiayangwafib dlikud. Bahkan, mereka
melarang orang lain mereka atau Perkataan
siapa ptrn anpa hufatr. Sttnak perkaaan Irnarn Syaf i inl:
'Petumpmaan oruq Wry menuntut ilmu bnp huiitth sryfii
onngqg mengufiil layt bakar p& malam twi. Ia membwa
rrli}art kayu bakar tetapi ia tidah talru hlwa di dalannm terdapt
ular yang siap memafulm1ta."
t7t
pendapat kami sehingga ia tahu dari mana kami menetapkan penda-
pat itu."
Kedga, sesungguhnya taklid dan fanatik kepada mazhab itu me-
rupakan perbuatan bid'ah dan bertentangan dengan petuniuk salaf
serta tiga generasi pemula. Pengarang kitab Taqwimul Ailillah,yaitu al-
Allamah Abu zaid ad-Dabusi, berkata, "Orang-orang pada masa per-
mulaan Islam --yakni para sahabat, tabi'in, dan shalihin-- menetap-
kan semua urusan mereka berdasarkan hujiah. Mereka mendasar-
kannya pada Al-Qur'an, kemudian pada As-Sunnah, dan perkaaan
orang-orang sesudah Rasulullah saw. apabila huffahnlta t€pat Karena
itu, bisa saia seseorang mengambil pendapat Umar dalam suaht
masalah, kemudian ia menentangnya dengan pendapat Ali dalam
masalah lain. Dan di dalam syariat tidak ada mazhab Umar dan maz-
hab Ali, tetapi penisbatan urusan itu adalah kepada Rasulullah saw..
Mereka merupakan generasi yang disanjung Rasulullah saw. sebagai
generasi terbaik. Mereka memandang hujjah yang dikemukakan,
tidak memandang siapa ulamanya dan tidak pula memandang siapa
dirinya.
Tetapi ketika takwa telah sirna dari kebanyakangenerasi keempat
dan mereka malas mencari hujjah, orang-orang meniadikan ulama-
ulama sebagai hujjah dan mereka jadikan ikutan. IQrena itu, seba-
gian mereka ada yang menjadi pengikut Imam Hanafi, pengikut
Imam Malik, pengikut Imam Syafi'i, dan sebagainya. Mereka bela
hujjah karena tokohnya, dan mereka sandarkan kebenaran pada ke-
lahiran madnb tersebut.
Syekh d-Imam lzzuddinbin Abdus Salam berkata, "Orang-orang
senantiasa menanyakan kesepakatan para ulama tanpa t€rikat de-
ngan suzlhl mazhab dan tidak mengianggap munkar kepada orang
yang bertanya. Keadaan demikian itu berialan rcrus hingga muncul-
nya mazhab-rrazhab tersebut serta pentaklidnya yang fanatik.
IQrena itu, seseorang mengikuti saja kepada imamnya meskipun
mazhabnya jauh dari dalil. wtereka bertaklid kepada semuil Perka-
taan inuunnya, seakan-akan imam itu nabi utusan Tuhan. Sikap
seperti itr. Jauh dari kebenaran dan tidak ada seorang cendekiawan
pun yang meridhainya."
Oleh karena itu, wajiblah bagi seorang muslim apabila ia lcsu-
litan mendapatkan dalil tentang suatu hukum unark menanyakan
kepada ahlinya, dan tidak wajib aasnya berpegang pada mazhab ter-
tentu. Sebab, tidak ada sesuatu yang waiib melainkan apa yang di-
wajibkan Allah dan Rasul-Nya. Allah dan Rasul tidak pernah mewa-
172
iibkan seseorang unfirk meniadi pengikut Imam Hanafi, Imam
S)Ef i,
iau lainnya. rensyaratr kitib uLattamuts Tsubut berkaa, "Mewajib-
kan bermizhab Ueiarti mensyariatkan $n$ syariat yang baru.'et
9ltilrat u"qoaimah Mwrantul MadzhdD oleh Prof. syekh syalEt dan Syekh Muhammad
as-sayis.
92tbnu Hazm, al-rhham ushulil-Ahhan, 6, 883.
fi
173
IQlau para sahabal yang mulia itu --menurut pandangan Imam
Malik dan Imam al-Laits-- bisa berbuat keliru dan risa ueriar penda-
patnya, maka bagaimana lagi pandangan Anda mengenai orang lainZ
174
Qur'an dan As-Sunnah. Demikian pula, iika teriadi perselisihan,
diharamkan mengembalikan sesuatu kepada pendapat seseorang,
karena ia bukan Al-Qur'an dan bukan As-Sunnah.
c. Telah sah ijma' (kesepakatanl seluruh sahabat, seiak yang per-
tama hingga terakhir, ijma' seluruh tabi'in, dariyangawal hingga
terakhir, dan ijma' tabi'it tabi'in, dari yang pertama hingga ter-
akhir, yang mencegah dan melarang seseorang dari mereka atau
sebelum mereka, se@ra keseluruhan.
Hendaklah diketahui dan dimengerti oleh orangyang mengam-
bil semua perkaaan Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syaf i,
atau semua perkataan Imam Ahmad radhiyallahu 'anhum, atau
mereka yang tidak mau meninggalkan perkaaan orang yang
mengikutinya dari kalangan mereka atau dari lainnya untuk ber-
paling kepada pendapat orang lain, bahwa sikap demikian itu ber-
irti menentang ijma; seluruh umat seiak perfnulaan hingga ter-
akhir. Ia tidak mendapatkan untuk dirinya amal perbuatan yang
berlaku pada tiga masa terpuji itu. Dengan sikap tersebut, berarti
ia telah mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin.
Kita berlindung kepada Allah dari hal ini.
IQrena para fuqaha telah melarang bertaklid kepada mereka,
mala orangyang bertaklid kqada mereka berarti berbeda dengan
mereka.
Apakah yang menjadi kelebihan para imam hingga kita harus ber-
taklid lepada mereka? Apaloh mereka lebih utama daripada Umar
bin Khatab, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas'ud, hnu Umar, Ibnu
Abbas, aau Aisyah Ummul Mukminin r.a.?
IQlau diperbolehkan taklid, sebenamya orang-orang seperti yang
disebutkan terakhir itulah yang lebih berhak untuk diikuti daripada
lainnya.ee ;
Perkataan ini lebih pantas din{ukan lcepada ulama-ulama yang
telah membaca Al-Qur'an dan hadits, fiqih dan ushul fiqih, serta t€lah
mempelajari bahasa dan strukturnya, t€tapi mereka tidak berusaha
membahas, membanding, dan menyaring bermacam-macam mazhab
serta pendapat yang ada. Mereka hanfia ingin melestarikan kemalasan
dan kemandekan. fika ada orang yang berusaha mengadakan pemba-
hasan, menimbang, dan menarjih dari bedagai pendapat dan mazhab
93el-thko
Iushulit-Ahtan.
175
}ang semesdnya menadi nrgas dan siltdp orangalim-
mereka berkata, "Stop dulu! Siapakah Anda? Biarl<an manusia dalam
keadaannp seperd i[r!'Ialu, diperanginyalatr orang ior seakan-akan
dia memerangi kemunkaran.
Bagaimana jika untuk orang-orarg awam?
Saya tidak menerima pendapat Ibnu Hazm yang menetapkan
bahwa omng-orang awirm haram melakukan taklid" Mudatr-mudahan
saya dapat mendiskusikan pendapatnya inr pada kesempatan lain.
176
Pada zaman sekarang ini kita meniumpai sebagian hukum yang
mulanya ditentang dan dianggap aneh oleh , bahkan
dibuang iauh-fauh, tetapi setelatr dipikir, ditimbang, dan direnung-
kan, tampak Jelas hujjahnya dan masyarakat secara umum merasa
cocok dengannya. Alasannya, hukum tersebut mendatangkan mas-
lahat dan menolak mafsadat. Alhasil, ia diterima set€lah ditolak dan
dianggap baik setelah diingkari.
Mi-salnya perubahan-perubahan yang menyangkut peraturan
keluarga yang dinamakan dengan al-ahwal asy-syakkhiyyah. Contoh-
nya, tidak latuhnya talak png digannrngkan, dan yang tidakdimak-
sirdkan untuk menghasut yang bersangkutan unfik melakukan se-
suatu atau tidak melakukan sesuatu, janrhnya talak tiga dengan satu
ucapan sebagai talak satu (talak tiga yang diiatuhkan sekaligus
hanya dihukumi sebagai talak satu), dan seperti undang-undang
tentlng wasiat wajibah untuk menyelamatkan anak-anak si ayah
yang telah meninggal dari keserakahan paman-pamannya dan
-penyia-nyiaan
kakek-neneknya. Pada mulany_a masyarakat mexg-
langgap-aneh terhadap hukum-hukum tersebut, tetapi kemudian
mereka menerima. oagaimana hukum itu tidak diterima, sedangkan
dasarnya diambil dari Al-Qur'an?
Sesungguhnya perkataan "aneh" itu tidak mempunyai batasan
t€rt€ntu. Iika yang dfunaksud dengan 'hukum aneh" itu adalah yang
bertentangan dengan pendapatiumhur ulama, maka Ibnu Hazm ber-
kata, "Kami berbeda pendapat dengiln Imam Abu Hanifah, Imam Saf i,
dan Imam Malik dalam beratus-ratus masalah, yang dikatakan oleh
masing-masing mereka, yang kami tidak mengetahui seo:ang pun
dari kaum muslim sebelumnya yang mengatakan demikian. Lalu
mereka merasa heran terhadap hal ini.x
177
pyvak pula hukum yang diangap aneh tetapi mempunyai dalil yang
jelas.
9.-tg muslim yang menaruh perhatian terhadap agama wajib
menjadi_tolok ukur untuk mengetahui kebenaran dlngn kuatnya
hujj$ dan ketepatan dalilnya,- bukan berdasarkan femasyhuran
pendapat atau banyaknya orang yang berpendapat atau bermazhab
kepadanya.
Italau y-ang menjadi tolok ukur kebenaran ialah mengikuti yang
.
dominan kepercayaan golongan terbanyak, niscayitslam me-
-dan
rupakan kebatilan di tengah-tengah agama:agama atau isme-isme
yang y9ry dan menyesatkan yang pengikutnya-sampai beratus-ratus
juta (bahkan bermiliar-miliar; peni.). A[ah berfirmin,
"Dan *fugian fur manusia tid* biman walaupun hmu angat
menginginl<ann1aa. " (yusuf : I OB )
"Dan jika l<amu menuruti kebanyakan onng-orang di mut<a bumi
ini, niscaya merel<a akan menyesatl<anmu dari jalan Nrh ...." (^l
An'am: I16)
"... kebanyakan manusia tidak beiman,, (ar-Ra'd: I )
"... kebanyakan merel<a tidak mengetahui.,, (al-An'am: 52)
"... kebanyalran mereka tidak mengerti." (al-Hufurat: 4)
"... kefunyakan merel<a tidak bersyukur." (yunus:_ 6O)
178
salah. Jika sebagian ayar muhkamat dari Kitab Allah ada yang tidak
dilaksinakan pida zaman sahabat, itu bukan berarti kesalahan, me-
lainkan kareni hukumnya dianggap asing bagi orang banyak. Misal-
nya, firman Allah:
"Dan apbila rewaktu pembagian itu hadir kenfut, anakyatim, dan
onng miskin, mal<a fuflah mereka dai harta ilu (sekadamya) dan
ucapkinlah kepda mereka perkataan yang Mik." (an-Nlsa': 8)
179
Sebagian mereka biasa melakukan shalat di belakang sebagian
yang lain. Misalnya Imam Abu Hanifah dan sahabat-sahabatnya,
Imam Syaf i dan lainnya --semoga Allah meridhai mereka-- biasa
melakukan shalat di belakang imam-imam Madinah dari kalangan
Malikiyah dan lainnya, meskipun mereka tidak membaca basmahh,
baik sirri (perlahan) maupun j4hcr (nyaring)
Harun ar-Rasyid pernah shalat dan menjadi imam setelah berbe-
kam. Abu Yusuf, salah seorang makmumnya (murid Imam Abu
Hanifatl png berpendirian bahwa berbekam inr membaAlkan wudhu),
sama sekali tidak mengurangi shalatnya. Imam Mdik t€lah memberi
fanua kepada ar-Rasyid bahwa orangyang berbekam itu tidak wajib
berwudhu lagi. (Maksudnya, berbekam itu tidak membatalkan wud-
hu; peni.)
Imam Ahmad berpendapat harus berwudhu jika mimisan atau
setelah berbekam. Lalu beliau ditanya, "Apakah jika seorang imam
(shalat) mengeluarkan darah dan dia tidak berwudhu lagi, apakah
Anda mau shalat di belakangnya?" Beliau menjawab, "Bagaimana
saya tidak mau shalat di belakang Imam Malik dan Sa'id bin al-
Musalyab?'
Imam Syaf i pernah shalat di dekat kubur Imam Abu Hanifah,
dan beliau tidak berqunut sebagai adab terhadap Imam Abu Hanifah.
Beliau berkata, "Adakalanya kita menuruti mazhab penduduk lrak.,'
Dalam kitab al-Bazaziyyah --termasuk kitab mazhab Hanafi-- diri-
wayatkan dari Imam Kedua, yaitu Abu yusuf, bahwa beliau pernah
ghalat Jum'at mengimami orang banyak yang sebelumnya mandi di
kolam. Setelah selesai, beliau diberitahu bahwa ada bangkai rikus di
dalam sumur, tempat asal air yang disalurkan ke kolam tadi. Lalu
beliau berkata, 'Kalau be$tu, kami mengambil pendapat saudara-
yudarl kami penduduk Madinah bahwa apabila air iru mencapai
dua qullah maka ia tidak mengandung najis."ez
Gambaran di atas menunjukkan keluwesan dari para imam dalam
menghadapi perbedaan pendapat. Mereka menganggap bahwa pen-
dapat yang benar (dari hasil ijtihad) tidak dipandangiebagai sesuatu
yang qath'i, sedangkan yang salah dimaafkan pelakuny4 bahkan
tetap diberi pahala. Karena itu, dalam kasus seperti ini para imam
cenderung mensahihkan suatu pendapat dan menetapkan pendapat
yang berbeda dengannya. Mereka berkata, "Ini lebih berhati-hati dan
gTSyekh
Waliyyullaha ad-Dahlawi, Hujjatuilah at-Batighah. l: tb9.
180
inilah yang dipilih ...." "lni lebih saya sukai ....' Atau 'Tidak ada
yang sampai kepadaku selain itu ...."
- perkataan-perkaaan seperti itu banyak terdapat dalam al-Mabsuth,
Atsdr Muhcmmad (bin Yusuf), dan perkataan Imam Syaf i rahimahu-
mullah.es
Semoga Allah meridhai Imam Malik, seorang imam yang sangat
pandai. As-Suyuthi menceritakan bahwa Khalifah Harun ar-Rasyid
pernah meminta Imam Malik untuk menggantungkan kitab al-
Muwaththa' di dinding lg'bah dan menginstruksilen kepada orang-
orang unnrk mengamalkan isinya. Ialu Imam Malik menlawab, "fa-
ngan engkau lakukan itu, karena sahabat-sahabat Rasulullah saw.
berbeda pendapat dalam masalah furu'. Mereka berpencar di berbagai
negara, iedangkan m:rsa terus berlalu." Ar-Rasyid berkata, "Mudah-
mudahan Allah memberi taufik kepadamu, wahai Abu AMullah."
selain kisah di atas, jrtga terhpat kisah antara beliau (Imam
Malik) dengan khalifah al-Mansyur.e
Waba'du.
Tulisan ini tidak saya maksudkan sebagai pembelaan terhadap
penulis "hukum yang aneh-aneh" dan ddak pula unurk men{ulcung
semua kasus yang dihadapirrya. Saya hanya hrmaksud mendukung
metode pembatrasan, perbandingan, dan penyaringan terhadap ber-
bagai pendapat. Setiap muslim harus meniadi tar r:rnan bagi dalil dan
truj;atr. Karena itu, iika ada hukum yang dalilnya kuat, yang me-
muaskan akal dan memantapkan hati, maka amalkanlah hukum itu
meskipun dikatakan "hukum yang aneh". Ddam hal ini Anda iangan
merasa takut dikatakan orangyang "mempermudah', karena agafi:a
kita datang dengan membawa kemudahan, keringanan, dan rahmat.
Rasulullah saw. bersabda:
.76:U)t)4:t{",q,1<31
'
?4ilWotri^tfob,\- en
"fuinguhrya aIru diutus dengu mmfum agannyang futus
lapng...a@
181
1 4,i &eu *^p) . tWi3tStZJ
"Permudahlah dan jangan kanu prculfilaot
S3-4F,'3**"{ts6 jgi#d,
Godl *
\vtv a,') v s,tlJ,ot )
WtnWnnn hmu diutus wtuk merrnfui lwrilfuluin, fu, tidak
diutus untuk membert kesulitan.'to2
Allah berfrman:
"... NIah menglrenfuki kmru&lwt fugtnu, en fidah nruwfiafiaki
kesukann bagimu .... " (al-Baqarah: I 85)
"NIah hendak memberil<an keinganan kepdamu, dan manusia
dijadil<an bercitat lemah." (an-Nlsa': 28)
"... Nlah tidak hendak menyilitkan hmu, tetapi Dia hendak mem-
bercihkan l<amu dan menyempumakan niknat-l{y fugimu,
suNW l<amu fursyukur." (al-Ma'ldah: 6)
2
PERBEDAAN PENDAPAT PARA IMAITT
DAN HUKUIUT BERTAKLID KEPADA I{EREKA
Pertanyaan:
Mengapa para imam berbeda pendapat? Bagaimana hukum ber-
taklid kepada mereka? Adakah riwayat dari Nabi saw. mengenai
semua perkara yang diperselisihkan para fuqaha itu? ltengapa ada
sesuatu yang dihukumi wajib menurut seorang imam dan makruh
menurut imam yang lain, dalam masalah-masalah ibadah? Bagai-
mana hukum seseorang yang bertaklid kepada seorang imam dalam
satu perkara dan bertaklid kepada imam lain dalam perkara yang
182
lain? Apakah boleh bertaklid kepada selain lmam Empat? Dan boleh-
kah berpegang atau bersandar pada Al-Qur'an dan As-Sunnah se-
cara langsung tanpa terikat pada suatu mazhab pada zaman kita
sekarang ini?
Jawaban:
Untuk pertanyaan poin pertama (mengapa para imam berbeda
pendapat), saya kemukakan iawaban sebagai berikut
Sumber agarn disJruiatkan Allah untuk hamba-hamba-Ilya dalam
bennrk nash-. Manusia berbeda-beda pendapat ddam memahami
nash-nash tersebut. Ini merupakan sesurtu yang dialami dalam ke-
hidupan,laitu manusia berbeda dalam menanggapi suau teks, )''akni
yanj satu memahami menurut zhahir lafal, sedangkan y-ang lain
hencari ruh (jiwa) nash. Yang demikian itu senantiasa ada hingga di
kalangan paia pensyarah undang-undang sendiri. Karena itu, ada
madrisah yang membatasi pandangan secara harfiah, dan ada pula
yang memberikan keleluasaan, yakni mengenai jiwa rysh.
Kedua golongan manusia seperti ini sudah ada sejak zaman Rasu-
lullah saw.. IQrena itu, ketika Rasulullah saw. bersabda (seusai pe-
rang Ahzab), "Barangsiapa yang beriman lcpada Allah dan hari
kemudian, maka jangan sekali-kali ia melakukan shalat asar kecuali
di perkampungan pani Quraizhah",toa maka para satrabat berbeda
- Sebagian
pendapat lrcfika rclah dekat waknr magrib.
mereka berkata, "Sesungguhnya yang.f,imaksud oleh
Nabi saw. ialah agar kita cepat-cepat ke sana ...'"1& Dan yang lain
lagi berkata, "Tidak ... Rasulullah saw. telah bersabda, Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka jangan sekali-
kalla melakukan shalat asar kecuali di kampung Bani Qura2hah'.
Oleh karena itu, kami tidak melakukan shalat asar kecuali setelah
kami sampai di kampung Bani quraidnh, meskipun setelah magrib."
Dan mereka pun melakukan shalat asar itu setelah magrib.
Berita tentang apa yang dilakukan oleh kedua golongan tersebut
akhirnya sampai kepada Nabi saw.. Bagaimana sikap beliau? Beliau
tidak mencela seorang pun dari kedua golongian tersebut, sebagai
tanda pengakuan beliau saw. terhadap iitihad, beliau biarkan mereka
183
menuruti hasil ijtihad masing-masing. Dan ijtihad inilah yang me-
rupakan salah satu sebab teriadinya perbedaan pendapat.
Sebab lain dari timbulnya perbedaan pendapat ialah karena sikap
dan karakter manusia, yakni ada yang ketat dan ada yang longgar.
Karena itu, Ibnu Umar berbeda dengan Ibnu Abbas. Ibnu Umar tidak
mau berwudhu kecuali hingga airnya masuk ke dalam kedua mata-
nya, sehingga beliau r.a. meniadi tun? nert; sedanglen Ibnu Abbas
tidak memandang hal itu sebagai suanr kehanrsan yang mesti diker-
iakan. Ibnu Umar takut mencium anak-anaknya karena khawatir ter-
kena air liurnya, sedangkan Ibnu Abbas biasa memeluk dan men-
cium anak-anaknya seraya berkata, 'Mereka iru adalah bunga-
bunga yang kami cium.'
Demikianlah, perbedaan dalam fiqih kedua orang tersebut juga
merupakan perbedaan jiwa keduanya. Ibnu Umar bersikap ketat, se-
dangkan lbnu Abbas bersikap longgar, sebagaimana yang terlcenal
dalam warisan fiqih kita.
Faktor bahasa juga bisa menjadi salah satu penyebab munculnya
perbedaan pendapat. Misalnya dalam menafsirkan firman Allah:
Wanita-wanita yang ditalah hendaklah menalnn diri (menungu)
tiga l<ali gunl...." lal-Baqaralr: 228)
Apaleh yang dirnaksud dengan quru' dalam alat di atas? Menurut
bahasa, quru' dapat berarti "haid" dan dapat berarti 'suci'. I(arena
itu, para ulama berbeda pendapat sesuai dengan penafsiran lughawi
(bahasa) terhadap kata-kata ini. Demikian pula dengan lafal-lafd
lain yang mempunyai arti ganda.
Misalnya lagi tentang lafal yang mengandung makna hakiki dan
naiazi. Sebagian ulama ada yang mengambil petuniuk lafal yang
hakiki dan sebagian lagi mengambil petunjuk yangmaiazi. Contoh-
nya, dalam menafsirkan firman Allah:
"... ata u menyentuh Wrempuan .... " (al-Ma'ldah: 6)
184
menerima riwayatnya. Ada sebagian imam yang mengemukakan
syarat-syarat tertentu untuk menerima hadits, sedangkan yang lain
tidak mensyaratkan demikian, khususnya dalam beberapa masalah,
seperti perkara-perkara yang menimbulkan bencana secara merata.
-
Perbedaan pendapat juga bisa disebabkan oleh sikap ulama dalam
mengukur kekuatan dalil. Imam Malik, misalnya, memandang bahwa
amalan penduduk Madinah yang mereka warisi, baik amalan ibadah
maupun lainnya, lebih diutamakan daripada kabar yang diriwayat-
kan oleh perseorangan. Sebagian ulama memandang bahwa hadits
dhaif harus didahulukan daripada qiyas, sementara imam lainnya
berpendapat sebaliknya. Sebagian imam menggunakan hadits mursal
secara mutlak, sebagian menolaknya secara mutlak, dan sebagian
lagi mau mengamalkannya dengan persyaratan tertentu.
Sebagian mereka menganggap bahwa syariat orang sebelum kita
juga merupakan syariat bagi kita, sedangkan sebagian lain lagi tidak
berpendapat demikian. Sebagian mereka menjadikan pendapat
(qaul) para sahabat sebagai hujjah, sementara sebagian lagi tidak
menjadikannya hujjah.
Sebagian mereka berdalil dengan mashlahah-mursalah -yang
tidak ditunjuki oleh nash syara' yang khuzus yang memakainya atau
mengabaikannya-- sementara sebagian lain tidak mau menguna-
lranmashlahah-mursalah.
Selain itu, perbedaan pendapat juga bisa disebabkan perbedaan
mereka mengenai pefinjuk perinah (amr) dan larangan (nahyu), acm
dan khcsh, mutlaq dan muqay y ad, manthuq dan mafhum, dan lainnya yang
dibicarakan sesrra rinci dalam ilmu ushul fiqih.
Kesimpulannya, sebab-sebab timbulnya perbedaan pendapat itu
bermacam-macam. Untuk membicarakan masalah ini, telah disusun
beberapa kitab khusus, baik pada masa lalu maupun sekarang, antara
lain kitab al-rnshaf fi Asbatbil-rhhdla/oleh al-Allamah ad-Dahlawi, es-
baabu lhhtilafil-lllama oleh Syekh Ali al-Khafif, aan kitab saya csh-
Shahw ah al-I slamiyy ah bainal -Ihhtilafil-Masy ru' w at-T afarruqil-Madzmum.
Dalam kitab ini
saya t€rangkan bahwa perbedaan pendapat dalam
masalah furu' itu pasti teriadi. Ia merupakan rahmat, kelonggaran,
dan kekayaan. Selain itu, juga saya terangkan pilar-pilar pemikiran
dan akhlak yang menjadi tumpuan/rqhul ihhtilaf (memahami perbe-
daan pendapat) dan adab-adabnya bagi putra-putra umat Islam.
Di antara rahmat Allah kepada umat Islam ini ialah bahwa Dia
tidak mempersempit umat dalam masalah-masalah furu', t€tapi iustru
menjadikan kelonggaran bagi pendapat dan paham yang berbeda-
185
beda. Dia melonggarkan pendapat yang cocok untuk suatu ling-
kungan tetapi tidak cocok untuk lingkungan lain, cocok untuk suatu
masa t€tapi tidak cocok untuk nusa yang lain. Sebagian sahabat
memberi fanra tentang suatu masalah dengan suatu pendapat, ke-
mudian ia menarik pendapatnya itu pada waktu yang lain, stbagai-
mana yang diriwayatkan dari Umar. IGtika beliau ditanya ,Bagai-
mana Anda menarik pendapat Anda?" beliau meniawab, "Ini me-
nurutpengetahuan kami tempo dulu, dan yang ini menurut pengeta-
huan kami sekarang."
Adapqn lingkungan dan kondisi itu berbeda-beda sehingga
manusia bisa terpengaruh oleh apa yang dilihat dan didengar, lalula
mengubah pendapatnya. I(arena itu, (seperti telah dise-butkan di
atas), Imam Syaf i r.a. mempunyai dua mazhab (pendapat), yaitu
mazhab qadim (lana) sewaktu beliau berdomisili di lrak, dan maznab
jadid (bru) ketika beliau berdomisili di Mesir. Sehubungan dengan
ini, terkenal dalam kitab-kitab fiqih perkataan: "Ini pendapat Iniam
Syaf i dalam mazhab qadim, dan ini pendapat beliaudalam mazhab
jadid."
Ketika di Mesir, Imam Syaf i melihat sesuatu yang belum pernah
dilihat sebelumnya dan mendengar hadits-hadits serta atsar-atsar
yang belum didengar sebelumnya. Karena itu, beliau sqgera meng-
ubah pandangannya.
Begitulah, seorang mujtahid sering mengubah pendapat dan pan-
Semua ini termasuk sebab yang menimbilkan perbe-
daan pendapat.
Pada waktu khalifah Abu fa'far al-Manshur menghendaki Imam
Llalik agar menyusun l<itab al-Muwaktha'dengan mengatakan, "fauhi-
lah sikap ketatnya lbnu Umar dan longgarnya Ibnu Abbas serta
anglnya Ibnu Mas'ud, dan lemah-lembuttrah terhadap orang", tmam
Malik pun melaksanakan tugas tersebut. IGrena itu, diiusunlah
kitabnya yang terkenal itu. Namun ketika Khalifah hendak mengin-
struksikan kepada orang-orang agar mengikuti kitab al-Muwaththa',
Imam Malik r.a. --karena kecendekiaan, keinsafan, dan ke-wara'-
annya-- berkata kepada l(halifah, "fangan engkau lakukan hal itu,
wahai Amirul Mu'minin. Sebab, sahabat-sahabat Rasulullah saw.
berpencar-pencar di berbagai negara, masing-masing kaum mempu-
nyai ilmu sendiri-sendiri, serta orang-orang telah menerima berbagai
pendapat sebelumnya, dan mereka pun rela dengannya. fika engkau
instruksikan mereka untuk mengikuti satu macam pendapat, niscaya
hal inr akan menimbulkan fitnah."
186
Demikianlah mereka memandang perbedaan pendapat ddam
masalah furu' itu tidak membahayakan, bahkan merupakan sesuirtu
png.tidak dapat dihindari. ndak mungkin umat ini bersau pendapat
ilalam masalah-masalah furu'. Dan ini merupakan kebaikan Allah
tvza walallayang t€lah memberikan kesempatan kepada umat Islam
untuk beriftihad.
Bayangkan seandainya seluruh umat lslam harus berpegang pada
satu pendapat dalam serirua urusan. Hal ini tentu saja tidak akan ada
seorang pun yang mendapatkan ruhhshah dalam suatu urusan, dan
tidak ikan ada yang dapat melaksanakannya dalam suanr waknr.
Mereka hanya menguatkan satu pendapat atas pendapat lain, satu
perkataan atas perkaaan lain, atau satu riwayat atas rirrayat lain.
Inilah iawaban dari pertanyaan: mengapa para imam berbeda pen-
dapat.
187
miyah ia telah keluar dari Islam.
Ibnul Qayyim berkata, "Kita tahu dengan pasti bahwa pnazanan
sahabat tidak ada seorang pun di antara mereka yang mengutama-
kan seseorang dengan bertaklid kepadanya dalam-semlua peiteaan-
nya,-dengan tidak meng;anggap srur pun perkaaannya ying gugur,
s.ep{iknVa menganggap perkataan lpenej,patl orang taii gu}frrian
qidak- satu pun diterimanya,, Kit? ruga atru sicara pasti uatria yang
demikian-inr tia4, q"-.1, teri?dt-pada zmran tabrln. Biarlah oiang-
orang taklid itu berdusta kepada kita dengagpengaakan bahwa ada
seseorang yang telah menempuh jalan mereka png Uurut itu pada
generasi yang diuamakan Rasulullah saw. melalui sabda beilau,
y-altu tiga generasi pertama yang utama sebagairnana disebutkan
9.1* beberapa h?dits sahih. Sebenamya bid,ah-i$ banr terjadi pada
kurun (generasi) keempat yang dicela oleh Rasulullah saw..,
Ibnul Qayyim menyanggah pendapat ini
__ -png mauajibkan bertak-
lid kepada empat imam saja atau kepada salatr satunya-- aaUm UtaU
beliau t'lamul Muwaqqi'in mempersalahkan pendapat itu dengan
-dan
mengemukakan sekitar lima puluh alasan. ge[au telih membicara-
kan-hal ini secara paniang lebar dan amat bagus serta bermanfaat.
Silakan membacanya bagi yang berminat.
Itesimpulan Ibnul ealyim mengenai masalatr ini ialah:
-aari
apabila yrylai ke-pada seseorang pendapat mam Empar atau
lainn5ra, paik sebelum maup-un sesudahnya, menurut cara ying sah,
maka bolehlah ia bertaklid kepadaqya, iika ia tiAat rcrmaiut-orang
yang dapat berijtihad.
Seorang mujtahid haryr_ berijtihad untuk dirinya. Adapun orang
awap dan orang yang tidak nnmpu berijtihad, iaboleh nieng;ambI
pendapat imam dan ahli fiqih mana pun yang t€lah mencapai deralat
ijtihad, sebagaimana disebutkan Allah dalam firman-Nya.
"... maka tannkanlah olehmu kepa& onng-orug yng britmu
jika kanu tia& mengetahui."(al-Anbtya: 7)
188
yang diketahui oleh Nabi saw.. Bahkan, perbedaan itu beliau terap-
kan meskipun dengan frekuensi yang tidak sama, yakni ada yang
sering, jarang, bahkan tidak sama sekali dilakukan.
rralsanya Uitangan takbir (lrtfut, ,11t'i( ) dalam azan, apakah
empat kali ataukah dua kali? Ternyata keduanya ada riwayatnya
(dari Nabi). Golongan Malikiyah mengambil yang dua kali, dan
golongan lainnya mengambil yang empat kali. Demikian pula masa-
lah mengulang dua kalimah syahadat dengan suara pelan, yang hal
ini juga ada riwayatnya dari Rasulullah saw., lalu sebagian ulama
mengambilnya dan sebagian lain tidak mengambilnya.
contoh lain, masalah menyaringkan bacaan basmalah (dalam
membaca al-Fatihah ketika shalat). Diriwayatkan dari Rasulullah
saw. bahwa beliau tidak menyaringkan bacaan basmalah, tetapi
dalam beberapa hadits lain disebutkan bahwa beliau jttga menya-
ringkan bacaan basmalah. Artinya, tidak menutup kemungkinan
bahwa beliau kadang-kadang menyaringkannya unfuk mengajari
orang-orang yang shalat di belakang beliau, atau kemungkinan-
kemungkinan lainnya.
Sehubungan dengan masalah ini,Ibnu Taimiyah berkae, 'Boleh
meninggalkan perkara yang lebih utama dalam urusan ibadah demi
meniaga keutuhan hati, sebagaimana Nabi saw. tidak membangun
Ka'bah di atas fondasi lbrahim karena khawatir masyarakat (waktu
itu) lari daripadanya. Dengan persepsi seperti itulah para imam,
seperti Imam Ahmad, membicarakan masalah bacaan basmalah,
menyambung shalat witir dan lain-lainnya, dengan berpaling dari
yang lebih utama kepada yang jaiz, demi meniaga keutuhan hati,
atau untuk memperkenalkan sunnah, dan sebagainya.
189
Kemudian ada pendapat yang tengah-tengah antara keduanya,
yaitu bahwa membaca al-Eatihah di belakang imam itu disyariatkan
dalam shalat siniyyah ketika makmum tidak mendengar bacaan
imam; adapun dalam shalat jahriyyah ketika makmum dapat men-
dengar bacaan imam, maka makmum harus diam, sebagaimana ter-
sebut dalam Shahih Muslim:
t#{ttif iti.,,
"... dan apbila imam memhca (dengan nyadng), malra hendaklah
kamu diam dan memperhatikan."
190
pada zaman kita sekarang ini tidak mustahil akan lebih mudah me-
lakukannya mengingat tersedianya berbagai sarana keilmuan yang
sebelumnya tidak ada, seperti percetakan, foto kopi, komputer, dan
lain_lainnva.105
Akan hal oranglang tidak mengerti bahasa dengan sepla disiplin
ilmunya, tidak mengerti hal-hd yang berhubungan dengan_Al-
Qur'an dan As-Sunnah dengan segala perangkat ilmunya yang ber-
macam-macam, tidak mengetahui tempat-tempat iima' dan khilaf,
tidak mengerti ushul fiqih, qiyas, kaidah ta'arudh dan tarjih, dan
lain{ain perangkat iitihad yang asasi, maka ia wajib mengembalikan
persoalan kepada ahlinya, sebagaimana yang telah menjadi fitrah
manusia, yaitu mengembalikan masalah-masalah tertentu kepada
ahlinya. Allah berfirman:
"... nnlra anyalankh olehmu kepfu orang-onngWgbrihnu jil<a
kamu tiada mengetahui...." (al-An-biya': 7)
t9t
konkretnya, seseorang mengambil pendapat Imam Abu Hanifah ten-
lang hak syufah bagi tetangga. Ia mengambil pendapat demikian
karena punya_ keinginan tertentu demi keuntungan pribadinya,
misalnya agar barangyang hendak dijual tetangganya jatuh ke tang-
anny,a. Hd ini ia lakukan demi keuntungan dirinya. Namun, jika
pendapat suatu mazhab ternyata akan menguntungkan lawannya, ia
mencari yang sebaliknya, misalnya dengan mengatakan, ';Saya
hanya mengambil pendapat mazhab Syafi'i, dan sayitolak pendapat
yang lain."
Orang tersebut berarti hanya mengikuti hawa nafsunya dan mem-
permainkan agama, serta meniadikan mazhab sebagai pelayan bagi
kepentingannya.
Adapun seorang mukmin harus senantiasa bersama kebenaran,
baik kebenaran itu mengunnrngkan dirinya maupun merugikannya.
Dan Allah telah mencela orang-orang munafik dengan firman-Nya:
"Dan merel<a furl<ata, 'Kami telah beiman kepda Nlah dan Rasul,
dan kami menaati (keduanya).' Kemudian sefugian dai mereka
furpaling *sudah itu. Sekali-kali mereka itu bul<anlah onng yang
beriman. Dan apbila mereka dipnggil kepda Ntah dan Rasul-
It{1n aSil Raail mengfiukum (mengadili) merel<a tifu-tifu *fugian
dad merel<a menolak untuk datang Tetapi jika keputusan itu untuk
(kemaslahatan/kepentingan) mereka, merelra datang kepada Rasul
dengan ptuh." lan-Nur: 47-49)
t92
x$b''-Uitg+i^il;/6
oLr\
(+ v c:l tfuiJY 1D: G.,H Y a21
"krurysiap yng dihendaki fuik oleh Nlah, mala diiadilran'Ny
ia mengefti tentang agama."(HRAhmad, Bukharl Muslim, Tlr-
midzl, dan Ibnu Mafah)
3
TENTAN G T(AIDAH'TTTTA BANTU -I{ET}TBAT{TU
DALAIIT T,TASAIAH YANG TilTA SEPAKATL
DAN BERSII(AP TOLERAN DAIAM UI\SAU\H
YANG TilTA PERSE,IJSIHIIAN'
Pcttanyaan:
Sala sering membaca btrku-buku Ustadz dan mqndengar ceramah-
ceranatr ustadz )rang menyeru kepada kaidatt yang berbunyi: 'Kita
bantu-membantu (bertolong-tolongan) dalam masalatt yang kita
sepakati, dan bersikap toleran dalam masalah yang kita perselisih-
kan".
Siapakah yang mencetuskan ungkapan seperti ihr? A?akah ia
mempirnyai dalil syara'? Bagaimana kita harus banff-membantu de-
nganahli-ahli bid'ah dan para penyeleweng? Dan bagimana kita
harus toleran dengan orang yang menyelisihi kita dan battl€n
menyelisihi nash Al-Qur'an dan As-Sunnah?
Bukankah kita dituntut unnrk mengingkari dan meniauhinya,
dan sebaliknya tidak bersikap toleran kepadanya? Bukankah Al-
Qur'an mengatakan (yang artinya), '... Iika kamu berlainan pen-
dapat tentang sesuatu, mhka kembalikdnlah ia kepada Allah dan
Rasul" (an-Nlea': 59)? Mengapa kita tidak mengembalitannya saia
kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan bukan malah menolerirnya?
Adakah toleransi bagi si penentang nash?
193
Terus terang, masalah ini masih sanuu bagi kami. Igrena itu,
-kami membutuhkan penjelasan Ustadz, t€ru-tama dalil-dalilnya.
Itami yakin Ustadz mempunyai keahlian mengenai masalah ini se-
suai dengan ap-a yang diberikan Allah kepada 0stadz. Semoga Allah
memberi Ustadz pahala.
Jazoaban:
Yang membuat kaidah atau ungkapan "Kita bantu-membantu
(tglong-ggnolong) pgngenai apa yang kia sepakati dan bersikap
toleran dalam masalah yang kita persetisitrkan; adalah at-alamair
$Wi{ naryid Ridha rahimahullah, pemimpin madrasah Salafiyyah
al-Haditsah, pemimpin_ majalah al-iana, af-rlamiyyahyang ter[inal
itu, pengarang tafsir, fatwa-fatwa, risalah-risalah, dan kitab-kitab
yang mempunyai pengaruh besar terhadap dunia Islam. Sebelum ini,
beliau telah mencetuskan kaidah al-Manar odz-D zahabiyy ahyang mak-
su(nya ialah 'tolong-menolong sesama ahli kiblat;3aara [eselu-
ruhan dalam menghadapi musuh-musuh Islam.
Beliau mencenrskan kaidah tersebut tidak sembarang, tetapi ber-
dasarkan petunfuk Al-eur'an, As-Sunnah, bimbingarisalaf salih,
karena kondisi dan situasi, dan karena kebutuhan uirat tsram untuk
saling mendukungdan membantu dalam menghadapi musuh mereka
yang banyak. Meskipun di antara mereka terjadi perselisihan dalam
banyak hal, tetapi mereka bersatu dalam merighaiapi musuh. Inilah
yang diperingatkan dengan keras oleh Al-eur'in, yaitu, orang-orang
kafir tolong-menolong antara sesama mereka, iementaralrang-
orang Islam tidak mau saling menolong antara sesamanya. AIIah ber-
firman:
194
ng dan saling membantu antara sebagian dgng11r sebaqBl B.T.t.-
Ulgaimana yang dilakukan orang-orang k?fu. Iilra itu tidak-dilaku-
kai, niscayi aran te4aai kekacauan dan kerusakan yang besar di
muka bunii. Sebab, oiang-orang kafr itu mempunyai sikap saling
membantu, saling mendukung, dan saling melindungi yang sangat
kuat di antara sesama mereka, t€rutama dalam menghadapi kaum
muslimin yang berpecah-pecah dan saling merendahkan sesamanya.
xareni itu; tidak ada cara lain bagi orang yang hendak memper-
baiki Islam kecuali menyeru umat Islam untuk bersahr padu dan
tolong-menolong dalam menghadapi kekuaan-kekuatan musuh {am.
Apal€h cendekiawan muslim yang melihat kerja-sama dan per-
setcoigkolan Yahudi internasional, misionaris Barat, komunis dunia,
dan kdberhalaan Timur di luar dunia Islam, dapat meraiut kelompok-
kelompok dalam dunia Islam yang menyempal dari umat Islam?
uampukah mereka menyeru ahli kiblat untuk bersatu dalam saru
barisin guna menghadapi kekuatan musuh yang memiliki senjata,
kekayaan, strategi,dan program untuk menghancurkan umat Islam,
baik secara material maupun spiritual?
Begitulatr, para muslih menyambut baik kaidah ini dan antusias
untuk melaksanakannya. Yang paling mencolok untuk merealisasi-
kan hal ifi ialah d-Imam asy-Syatrid Hasan al-Bana, sehingga
banyak orang al-Ikhwan yang mengira batrwa beliaulah yang mene-
lorkan kaidah ini.
Adapun masalah bagaimana kita akan tolong;4en9_long_{en-gan
ahli-ahii bid'ah dan para penyeleweng, maka sudah dikenal bahwa
bid'ah inr bermacam-macam dan bertingfut-tingkat. Ada bid'ah
yang berat dan ada yang ringan, ada bid'ah yang meniadikan pelaku-
-nyilanr
dan ada puta 6id'ah yang tidak samp-ai mengeluarkan-pela-
kirnya dari agamalslam, meskipun kita menghukuminya bid'ah dan
menyimpang.
nAa[ aaa hrangan bagi kita untuk bantu-membantu dan bekerja
sama dengan sebagian ahli bid'ah dalam hal-hd yang kita sepakati
dari poko[-pokok agama dan kepentingan dunia, dalam menghadapi
orang yang lebih berat bid'ahnya atau lebih jauh kesesatan dan
, sesuai dengan kaidah: "trtikaabu ahhtffidh dhara-
r" (memilih/melalGanalQn yang lebih
rain" ringan muoaramya).
leDm nngan mudaratnya).
Bdkan hanya bid'ah, kaflr pun bertingkat-tingltat, sehingga ada
kekafiran di bawah kekafiran, sebagairhana pendapat yang diri-
wayatkan dari para sahabat dan tabi'in. Ddam hd ini tidak ada
laringan untuk bekerja sama dengan atrli kafu yang lebih kecil keka-
t95
lrannya demi menolak bahaya kekafiran yang lebih besar. Bahkan
kadang-kadang kita perlu bekeria sama dengan sebagian orang kafir
dan musyrik --meskipun kekafiran dan kemusyrikannya iudah
nyata-- demi menolak kekafiran yang lebih besar aau kekafirannya
sangat membahayakan umat Islam.
- qalm permulaan surat ar-Rum dan sababun-nuzul-nyadiindikasi-
kan bahwa Al-Qur'an menganggap kaum Nashara
-mejkipun mereka
luga kafr menurut pandangannya (Al-eur'an)-- lebih dekat kepada
kaum muslim daripada kaum Majusi penyembah api. Karena itu,
kaum muslim merasa sedih ketika melihat kemenangin bangsa per-
srq yang mafusi terhadap bangsa Rum Bpandunlyang Nashara.
Adapun kaum musyrik bersikap sebaliknya, karena irereka melihat
l."q* majusi lebih dekat kepada aqidah mereka yang menyembah
berhala.
Ketika itu turunlah Al-Qur'an yang memberikan kabar gembira
kepada kaum muslim bahwa kondisi ini akan berubah, dan keme-
nangan akan diraih bangsa Rum dalam beberapa tahun mendatang:
"... Dan pda hart (kemenangan bangSa Rumawi) itu bergembinlah
onng-onng yang beriman, karena prtolongan Nlah ...." (ar-
Rum:4-5)
196
Hawazin."
Bagi ANus-Sunnah -meski bagaimanapun mereka membid'ah-
f.an-gfrongAn Mulctazilah-- Adak ada ahsan-untuk tidak memanfaat-
-rlan prcduk pemiklran golongan Muktazilah dalam bebe-
kan-ilmu
rapa hal yang mereka sepakati, sebagaimana tidak terhalangnya
mireka uinrlimenolak penaapat Muktazilah yang mereka pandang
bertenangan dengan kebenaran dan menyimpang dari sqlnah.
contoli-yang paling Jelas ialah klrtab ralsr-r al'Kasv1oJ karya al-
Allamah az-zamikhsyari, seorang Muktazilah iang terkenal. 9?p"t
dikatakan hampir tidik ada seorang alim pyn (dari lcalaruan Ahhrs-
Sunnah) --y*e menaruh perhatian terhadap Al-Qur'an !11 tufgk-
nya-- y:an{tidik menggunakan rujukan Tafsir al-Kasysya/ ini, seba-
giimana 6mpak dalam tafsir ar-Razi, an-Nasafi, an-Nisaburi, al-
Baidhawi, Abi Su'ud, al-Alusi, dan lainnya.
Bqgtu pentingnya Tafsir al'Kasysyaf ini (qag
-Ahl!!-Sunnah)
sehingga kita dapati orang-orang sepe4i_al-Hafizh-Ibnu -Hflar men-
tattrrfltraaits-haditsnya dalam kitab beliau yang berjudu-l el-xaalii
asy -Syaal fi T akhriiii Ahaaitiits al-Kasy sy aaf. $ta iampai pulaal-Allamah
tbhui wtunir yang menyusun kitab untuk mengomentari al-Kasysyaf
ini, khususril"a mengenai masalatr-masalah yang diperselisihkan
dengan iudttl al-Intishuf min al-Kasysyaaf.
frari auu Hamid al.ctrazali, lreiilta men)'€rang ahli-ahli filsafat
)ang meniadi fitnalt bagi banyak orang,
meminta bantuan kepada semua ffrqah Islam yang tidak sam-
'pai
deraiat kafir. Iorena inr, beliau ddek- melg4lggap sebagai
itrtenoan
hahngari rrnfirk nroduk dan pola
menggunakan produk
unnrk mengsunakan pikir Muklazilah
oola oikir Uuktazilah dan
lainnf yang sekiranya dapat digpnakan untuk menggugurkan pen-
dapailperkaaan
dapailWrk,ataan ahli-ahli filsafat tersebut. Dan mengeryi
mengenai hif
hal ini
in
beiiau berkaa dalam mukadfunah r ahafut al-F alastfuh sebagai berikut:
"Hen&!<lah diketahui fulwa yang dimafuid ialah manbn pe-
rin&tan kepfu orury Wg menganggap Mik terlradap ahli'ahli
frtfilat fun mengin fulwa ialan hidup mer*a itu brsihdai pr-
tentang, dengan menielasl<an benruk-benfuh kemqawutan
(kennanan) merelra. t(arcna itu, aya ti&h manampwi merdca
tmtuk nrenwrtut dan nrutgfiglrai, fuIan mayaufut en nffit
lran pert<ataan mereka Malra aya ielelckan kqakinn merdta&rt
nya temptl<an mercl<a dengan.posisi yngfurWa-Ha Selc,li
walrru san ryratalant merel<a bermazhab Muktazilah, pfu lcali lain
bermazhab lhnmiyah, dan pada kali lain lagt bnnulnb Waqi-
197
f4nh. Sala tidak menetapkanqra pda mazhab yang khusuq bah-
kan alra anggap ftmua firqah furckttu untuk menentangny4
Irarena *mua frrqah itu lcadang-kadmg bertentangan dengut
pahan kita dalam maslah-maslah talshit (princian, abang),
dand<an mercl<a menentang ushuluddin (pokok-pkok rgnil.
I(atena itu, hendaldah kita menentang merelra Dan ketika-meng-
hadapi maalah-maslah bent, hilWtah kdenglrian di antan
*sana (dalam maslah-maslah kecit/afung)."
Saudara penanya berkata, 'Bagaimana kia bersikap toleran ke-
pada orang yang menentang kita, yang nyata-nyaa menjzelisihi nash
AI-Qur'an atau hadits Nabawi, sedangkan A[dh befinian:
);4i; ;i,6y:
ji;, :6 e,ip oy
"Kemudian jika kanu berlainan pen&pat tenAng wuatu, maka
kembaliknlah ia kepda Nlah (N-Qufan) &n Rasul (As-Sun-
nah)." (an-Nisa': 5g)
198
-)rangradang-kadang
menolaknya secara mutlak.
ada yang menganggap sdorang rawi itu dapat
dipercaya, tetapi yang lain menganggaprrya dhaif. Ada pula yang
menentukan beberapa syarat khusus dalam tema-tema tertentu yang
dianggap memerlukan banyalo ialan periwayatamya, sehingga ia
tidak menganggap cukup bila hanya diriwayatkan oleh sanr orang.
Hal ini menyeUattran sebagian imam menerima sebaghn hadits dan
melahirkan beberapa hukum daripadanya, sedangkan imam yatg
lain menolaknya karena dianggapnya tidak sati dan ddak memenuhi
syarat sebagai hadits sahih. Atau ada alasan lain yang leblh kuat
yang menentanglya, seperti praktik-praktik yang bertentangan de-
ngannya.
- uabatatr di atas banyak contohnya dan sudah diketahui oleh
orang-orang yang mengkaii hadits-hadits ahkam, fiqih mugaran
lperbandingnl, dan fiqih mazhabi. Mereka menulisnya dalam kiFb-
kitab mereka yang disertai dengan dalil-dalil untuk memperkuat
mazhabnya dan menolak lr.tazhab I orang yang bertentingan dengan-
nya.
Sebagairpana perbedaan nasfi dari segi tsulurnya' maka perbe-
daan nash Aari segi dlalatt lebih banyak lagi.
Di antara nash-nash ihr ada yang qath'i A[AannVa atas hukum,
1ang.ti{ak mengandung.kemungftinan tatn dalam memahami dan
henaft irkannya. contotinya, dilalah nash yang memerintatrkan sha-
lrrt" za@ prnsa, serta haii (yang menuniukkan waiibnya) ; dilalah nash
yang melarang zina, riba, minum khamar, dan lain-lainnya (yang
menunjulikan keharamannya), dan dilalah nash-nash al-Qur'an
dalam pembagian waris. Tetapi nash yang qath'i dilalahnya ini fum-
lahnya sedikit sekali.
Kemudian ada pula nash-nash yang zhanni dilalahnya, yakni
mengandung banyak kemungkinan pengertian ddam memahami
dan menafsirkannya.
I(arena itr, ada sebagian ulama yang memahami suatu nash se-
bagi'aarn (umum), sedangkan yang lain menganggapnya makhsus
(khusus). Yang sebagian menganggapnya mutlak, yang lain
mu4ayyad. Yang sebagian menganggapnya hakiki, yang lain maiazi.
Yang sebagian menganggap tld muhham (diberlakukan hukumnya),
yang lain mansukh. Yang sebagian menganggapnya waiib, yang lain
tidak lebih dari mustahab. Atau yang sebagian menganggap nash itu
menunjukkan hukum haram, yang lain tidak lebih dari makruh.
Adapun l€idah-kaidah ushuliyyah yang kadang-kadang oleh se-
199
bagian ora-ng dikira_ruq4 mencukupi untuk menjadi tempat ltemba-
Iinya segala per-so.lan, rringga setiap perbedaan dapat dGE-satk
dan perselisihan da.patiiputus-kin, rcm)raa *iri UeUeiapa segi
.setiap "
masih diperselisihkan. Ada.y.-atg meneapkannya, aaa yang niJnafr-
kannya,.dan a01 r,anq memitih di anara ying mlflak d;i;ii;;;;.
Misalnya srlrla itilalah amr (petunjut perinAtrt. ADakah ,i'ci;;r ,
(ne11ngn1 itu menuniukkan wlibr eair mustatrarr eau no'reii
iaai
wajib dan boleh jadi musahabz Arau tidak menun;ulcttan Jrhtu
pun-kecuali jika disertai dengan qarinah
lulsum lindlliasil tfrt€ntu?
ftau apakah hukum perinah dalam al-eur'an aan es-dunnatr itu
berbeda?
Kurang lebih, ada tujuh pendapat mengenai dilarahamr yang dike-
mukakan oleh para ahli ushul nqin, yan! masing-masinA-ni;pu_
nyai dalil dan argumentasi.
Misalnya mengenai hadits:
rxi46c#Ji3\61J6:,34i'ty
(,9.,|j,, obr\
"*sunguhnya onng-onng yahudi dan Nasnhi tidalc mau me-
nyemir nmbul l<arcna itu brffialah kanu funganmereka,(HB
Bukhart)
l{6)J7l,hffi_ru/#r,J^g7l
"knngsiapa lang mempunyai kelebiian tempt ken&taan, mak<a
hendalfuh ia memfurikannp kep& onng yang AaAr mempuryai
kendataan."
'6Q;t71Ks,
kbl4, ob,)
"Sebutlah nama Nlah, dan makntah dengan tangan kananmu, fun
makanlahdai ap gng del<at denganmu." (HR. Bukhari)
200
Apakah perintah-perintah dalam hadits di atas menunjukkan
hukum waiib, mustahab, atau untuk membimbing saja? Atau ma-
sing-masing perintah mempunyai hukum tersendiri sesuai dengan
petunjuk susunan kalimat dan indikasinya?
Deniikian pula tentang itilaloh nahyu (larangan). Apakah larangan
itu menunjukkan hukum haram, makruh, atau mungkin haram dan
mungkin makruh, atau tidak menunjukkan suatu hukum kecuali jika
disertai dengan qarinah khusus? Atau apakah hukum yang dimun-
culkan oleh larangan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah itu berbeda?
Dalam masalah ini juga ada tujuh pendapat sebagaimana yang
dimuat dalam kitab-kitab ushul fiqih.
Di samping itu, juga terdapat perbedaan pendapat mengenai 'aam
dan khash, mutlaq dan muqayy ad, mantuq dan maftum, muhham dan man-
sukh, dan sebagainya.
Karena itu, kadang-kadang ada masalah yang dari segi prinsip
telah disepakati, tetapi dari segi pelaksanaan diperselisihkan.
[radang-kadang keduanya telah sepakat tentang boleh dan adanya
nasakh, namun berbeda pendapat dalam nash tertenfir. Apakah dia
mtr.suhh atau tidak?
C.ontohnya, hadits: "Telah berbuka orang yang membekam dan
yang dibekam'1o6 dan hadits tentang jatuhnya talak tiga yang
diucapkan sekaligus dengan dihitung sebagi alak satu saia pada
amrran Rasulullah saw., Abu Bakar, dan pada permulaan kekuasaan
Umar.
xadangkadang kedua belah pihak telah sepakat bahwa ada se-
bagian perkataan dan perbuatan dari Nabi saw. dalam kapasitasnya
sebagai imam dan pemimpin umat yang tidak termasuk tasyri'umum
yang abadi bagi unat, tetapi kedua pihak berbeda pendapat mengenai
perkaaan atau perbuatan t€rtentu, apakah termasuk ke dalam bab
ini ataukah tidak.
Misalnya apa yang disebutkan Imam al-Qarafi dalam kitabnyaAl-
Faruqdan Al-Ahham mengenai sabda Nabi saw.:
,4d43w,Sg
"knngsiap membunuh seseonng (kafi), mal<a ia brhak aks
Mnngnlta (pkaiannlra, *njatanya, kendaraannlta)."
201
/xl6{23;6\:"JVl;
"hnngsiap yang mengfiiduplcan tanah yng mati, mak tanah itu
untultryra."
. '{{tA'r;!q,gt({t
"I(atnu lebih mengerti tenkng urusn duniamu."
Namun, mereka berHa pendapat tenhng perkaaan dan tindalon
tertentu, apa$h ia termasuk urusan dunia yang kita ddak diwaiib-
kan-mengikutinya, ataukah termasuk urusan agama yang kia Uiak
boleh keluar daripadanya. Misalnya, yang berlienaari deigan bebe-
rapa me{!s yang disebutkan dalam beberaia hadits, yang
_masalah_
oleh Imam ad-Dahlawi dianggap sebagai urusan dinia, sementara
oleh yang lain dianggapnya sebagai urusan agama dan syara'yang
wajib dipatuhi.
4d" pqlq sebab te-rpenting yang memicu terjadinya perbedaan
pendapat dalam menafsirkan dan memahami nash, yairu
|erbedaan
antara madrasah "azh-Zhawahir' dan madrasah "al-Maqashid",
yakni lembaga pendidikan yang berpegang pada zhatrir nash ilan ter-
ikat dengan bunyi teks dalam memahaminya, serta lembaga pendidik-
an yang mementingkan kandungan nash, jiwa, dan maksud/tujuan-
nya, pqitu pentingnya maka sehingga kadang-kadang ia keluar dari
zhahir dan harfiyah nash, demi mewquAkan apa yang dipandang-
202
- sebagai maksud dan tujuan nash.
nya
Kedui madrasah (lembaga pendidikan) ini senantiasa ada di
dalam kehidupan dalam segala urusan. Bahkan dalam hukum atau
undang-undanfl wadh'iyyah (buatan manusia) fuga kita dapati para
pembeii penjelasan berbeda pendapat antara yang satu dan-yang
iain. Adayang menekankan bunyi teks dan ada yang menitikberat-
kan pada kandungannya, atau antara pihakyang mempersempit dan
memperluas.
Islam --sebagai agama waqi'i (realistis)-- memberi kelapangan
kepada kedua madrasah itu dan tidak menganggap salah satunya
keiuar dari Islam, meskipun Madrasah "al-Maqashid" itulah menurut
pendapat kami yang mengungkapkan hakikat Islam, dengan syarat
tidak mengabaikan nash-nash juz'i1yah secara keseluruhan.
Dalam iunnah Rasul saw. sendiri terdapat sesuatu yang mendu-
kung diterimanya perbedaan pendapat semacam ini dalam suatu pe-
ristiwa yang terkenal, yaitu peristiwa shalat asar di Bani Quraizhah,
setelah usai perang luhzab.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar r.a., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabdapada hari perang Alzab:
tfi#iktgiA*
"langan *kali-lrali *wnng
melaldran shalat asar kecuali di
(Wrl<anpungan) Bani Qunizlnh."
lOTDiriwayatkan oleh Bukhari dalam "Kihb al-Maghazi', bab 'Madi'tn Nabi)'yi minal
Ahzab wa Makhrajihi ila Bani Quraizhah" (Fathul BAn:41 19) . Diriwayatkan juga oleh Muslim
dalam bab "al-Jihad" (1770) dan stalatnya dikatakan shalat zuhur. Hadits ini lup diri-
wayatkan dari jalan Ka'ab bin Mdik dan Aisyah yang mengatakan bahwa shalatnya adalah
shalat asar, sebagaimana disebutkan dalam Fat-hul Ban,7: 4o8-4o9.
203
Al-Allamah Ibnul Qalyim berkata di dalam kitabnya Zadul Ma,ad
sebagai berikut:
-"Para fuqaha berbeda pendapat manakah yang benar. Satu
golongan-mengatakan,'Orang yang mengak'hirkah (menunda) sha-
latny.a itulah yangtenar. Seandainya kami bersama mereka, niscaya
ryami j!gg- mengakhirkannya sebagaimana yang mereka lakukan,
dan tidaklah kami melakukan shalat kmrali di kampung nani
Quraizhah demi melaksanakan perintahnya (Rasul), dan meninggal-
kan takwil yang bertenangan dengan zhahii.,
_ Golongan lain berkata, 'Bahkan orang-orang yang melakukan
shalat ditengah perjalanan pada waktunyaitulah yang mendapatkan
keunggulan. Ivlereka berbahagia mendapatkan tiga keuamaari seka-
ligus, yakni bersegera melaksanakan perintah nasul untuk keluar,
bersegera mendapatkan keridhaan Allah dengan melakukan shalat
pada waktunya, dan bersegera menfumpai kaum yang dituju.'
Deng-a1 demikian, mereka memperoleh keutamaan jihad, keuta-
maal shalat pada waktunya, mengerti apa yang dikehendaki, dan
ryer9ka lebih pandai daripadayanglain. Apalag shalatnya iru adalah
shalat asar yang merupakan shalat wusthi Ueiaasartari nash Rasu-
Ull4 *y.yang sahih dan sharih fielas). Nash seperri itu tidak dapat
ditolak dan disangkal lagi. Ia merupakan sunnah yang datang
genyury! manusia untuk memeliharanya, bersegera kepadanya,
dan melaksanakan pada awal waktunya. Barangsiapa mriningga-
kanny-a, ia akan rugi ia kehilangan anak istriirya (keluarga-
^seperti
!ya) dan hartanya.tos fadi, hal ini merupakan perintih yang tiaat
diterapkan pada amalan lain.
Adapun orang-orang yang mengakhirkannya, mungkin saja di-
maafkan atau diberi satu pahala karena berpegang teguh pada zhahir
nash dan bermaksud mejalankan perintah. ttamun, iidak bisa dika-
takan mereka benar dan orang yang bersegera melakukan shalat
serta jihad iru salah. Mereka yang melaksanakan shalat di tengah
."iulkc;ctt<s,,gsraiq'+*GJi
hang*rp f^H< mdalal*an slnlil
arrlr, mah sralan-a*an aA *r{tilarylrr. lcllAa fut twtrlnya.
Ini iuga disebutkan dahm Bukhari (4:24)
204
jalan, berarti telah menghimpun antara beberapa dalil dan,mendapat-
itan aua keutamaan. Kalau mereka mendapatkan dua pahala, maka
yang lain pun mendapatkan pahala. Mudah-mudahan Allah meridhai
mereka."l@
Maksud dari semua penielasan itu ialah: bahwa orang yang
menentang kita dalam masalah yang ada nashnya $rangqath'itsubut
dmt diblai-nya), maka ia tidak boleh kita tolerir sama sekali. Sebab,
masalah-masalah qath'iyyah (yang didasarkan pada dalil-dalil qatht
tsubut dan dilnlah-nya) bukanlah lapangan ijtihad, karena sesungguh-
nya lapangan iitihad hanyalah dalam masalah-masaldh zhamiyyah
(yang didasarkan pada dalil zhanni).
Membuka pintu ijtihad untuk masalah-manlah qath'iyych, berarti
membuka pintu kelahatan dan fitnah atas umat. Hal itu tidak ada
yang mengetahui akibatnya kecuali Allah, karena qath'iyyat iFrlJrah
yang menjadi tempat kembali ketika t€{adi pertentangan dan perseli-
sihan. Apabila masdah qath'iyyahini menjadi aiang pertentangan dan
perselisihan, maka sudah tidak ada lagi di tangan kita ini sesuatu
yang kita iadil€n tcmpatberhukum dan kita iadik4n sandaran.
felah saya peringatltan dalam beberapa kitab sap batma di
antara fitrrah dan pentkiran VanS saryat membahayakan kehidupan
agalorra dan peradaban kita ialah memutarbalil'kan masalah-masalatt
qutryya, sebagai zhainyyah dan perkara-perkara (dalil-dalil) )'ang
muhham sebagai muttsy abihah.
Bahkan adakalanya menentang sebagian masalah qath'iyyah itrr
termasuk kafu yang t€rang-terangan, yaitu bila sampai mengenai
apa yang dinamakan oleh ulama-ulama kita dengan istilah "al-ma'lum
minad-din bith-itharurah (yang sudah diketahui dari agama dengan
pasti). Maksudnya, apa yang telah disepakati hukumnya oleh umat
Islam, dan sama-sama diketahui oleh orang pandai dan orang awam,
seperti fardunya zakat dan puasa, haramnya riba dan minum kha-
mar, dan lain-lain yang merupakan ketentuan Dinul Islam yang pasti.
Adapun t€rhadap orang yang berbeda pendapat dengian kita
mengenai nash yang zhanni --karena satu atau beberapa sebab--
kita perlu bersikap toleran meskipun kita tidak sependapat dengan
mereka. Mengenai sebab-sebab itu telah saya sebutkan atau bisa
juga melihat uraian Syekhul lslam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya
Raful-Malam'an Aimmatil-Atam. Dalam kitab ini beliau menyebutkan
205
sepuluh_sebab atau alasaq namun beliau tidak menggunakan nash
atau hadits tertentu. Ini menunjuklon keluhuran ilmu dan kesadaran
beliau r.a..
seharusnya sikap kita, yaitu sikap tasamuh (toleran) ter-
-hadap
-Begrtutan
orang-orang yang berbeda pendapar dengan kita seiama
mereka.mempunyai sandaran yang mereka jadikan pegurgan dan
mereka merasa mantap dengannya, walaupun kia berbeda pendapat
dengan mereka dalam mentarjih apa yang mereka tariihlon.
Betapa banyak pendapat yang pada mulanya dianggap lemah,
ditinggalkan, atau dianggap aneh, ganjil, kemudian mCnyaAi mat
setelah Allah menyediakan untuknya orang yang menolongnya,
menguatkqnnya, dan mempopulerkannya. Salah sanr contoh dapat
kita lihat dengan jelas pendapat-pendapat Imam Ibnu Taimiyah, khu-
susnya dalam masalah-masalah talak dan yang berhubungan de-
Ilgannya. Banyak ulama muslimin dan ahli fatwa yang menyukai
fanua-fanra beliau dan meniadikannya acuan (padahal sebelumnya
pendapat itu tertolak). Dengan fanva-fatrranya itu Allah menyeh-
matkan keluarga muslimah dari kehancuran dan keruntuhan. Dan
dalam waktu dekat menjadi contoh bagi pendapat-pendapat yang
dianggap aneh dan menylmpang dari kebenaran, termasuk dalam
keraiaan Arab Saudi.
Akhirnya, segala puji kepunyaan Allah, Tuhan s€mesta alam.
4
PEI}TBARUAN
SHUL EIQITT:
U
ANTARA IIENETAPKAN DAN I}TENOLAK
Pertanyaan:
Teriadi diskusi hangat di antara para pemerhati kaiian-kafian
Islam seputar persoalan yang dikemukakan oleh sebagian da'i dan
cendekiawan muslim sekarang, yaitu persoalan 'pembaruan Ushul
Fiqih".
Sebagian t€man mengatakan bahwa ide ini t€rtolak secara total,
sebab ushul fqih merupakan tempat kembalinya pemecahan hukum
ketika terjadi perselisihan. I(arena itu, bagaimana mungkin ushulJiqih
diperselisihkan; sebagian hendak memperbaruinya pada satu sisi
dan seba$an lain hendak memperbaruinya pada sisi lain lagi?
206
Sebagian teman lagi tidak mempersoalkan masalah ini. Ya@
memperiempit (tidak memperbolehkan) pembaruan ini hanyalah
orang-orang yang iumud dan kalangan harfiyyun (konvensional)
yang-menghendaki segala sesuahr yang terdatrulu itu tetap seperti itu.
- nemiEanlah, kami memandang perlu meminta keputusan Ustadz
mengenai perbedaan persepsi ini. Begitu pula lcedua belah pihak
yang berbeda pandangan ini telah rela meminta kepunrsan Ustadz.
- xami berharap Ustadz tidak bakhil untuk memberikan kata punrs
kepada kami, mtskipun kami tahu banyaknya tugas yang harus
lJstadz selesaikan.
Semoga Allah meniadikan Ustadz bermanfaat dan memberi taufik
kepada [stadz untuk menerangi jalan orang-orang yang sedang
bingung.
Jawaban:
Pertanyaan ini berkisar pada dua kata kunci, yaitu: toidid (pem-
baruan) dan ushul fiqih.
I(ata 'taidid" itu senantiasa dikaitkan deng;an peristiwa-peristiwa
atau perjalanan sefarah, sehingga membuat orang-orang yang kon-
sisten merasa takut kalau dilepaskan tanpa kendali.
Sebagian generasi muda kita yang kebarat-baratan telah melaku-
kan berb-agailsatra dengian maksud hendak mengfuapuskan alar se-
;amh,fita-aan itzttiyyah (esensi) tslam kita dengan menggunakan
istilah 'taidid'. Merekayang tampil dengan mengatasnamakan "tai-
did" inilali yang ditertawakan oleh Mushthafa Shadiq ar-Raf i lcen-
dekiawan muslim Arab) dengan perkataannya: "Mereka hendak
memperbarui agama, bahasa, matahari dan bulan." Dan mereka ini
pulatah yang disindir oleh Raja Penyair Ahmad Syauqi di dalam
puisinya tentang " al- I\zhN", katanya:
fanganlah kautiru kelompok terfitnah
Meieka anggap semua yang lama sebagai perkara munkar
ttalau dapat, mereka ingkari di tempat-tempat pertemuan
bapak mereka yang telah mati atau masih hidup
seiiap usaha kepada cara lama dihancurkannya
Dan untuk kemajuan dibangunkannya istana.
Mereka juga yang disinyalir oleh peryair Islam dari lndia, Dr.
Muhammad Iqbal dalam perkataannya, "sesungguhnya lQ'bah tidak
perlu diperbarui, dan tidak perlu didatangkan batu dari negara Baral"
Pengakuan "tajdid" semacam itu jelas tertolak secara meyakin-
kan. Dalam sebagian tulisan saya, sayakatakan: "sesungguhnyahal
ini lebih cocok dikatakan sebagai abdid (kesewenang-wenangan)
daripada bjdid. (pembaruan)." 1 10
Iadi, tajdid yang hakiki (sebenarnya) itu disyariatkan bahkan di-
tuntut pada segala sesuatu, dalam urusan-urusan materiil dan imma-
teriil, dalam urusan dunia dan agama, sehingga iman itu sendiri me-
merlukan pembaruan dan agama juga memerlukan pembaruan. Diri-
wayatkan dalam hadits Abdullah bin Amr secara marfu':
'dL4K{+s6rd{*t6elrty
5$i"rc,J&i6a\i6giK5i
({$rob).ffiE
"Sesungguhnya iman yang ada dalam hati salah wnng di antan
l<amu itu mengalami fumal *Waimarn plaian menjadi ktmal
l<arcna itu mintalah kepdaNlah agarmemptfuruiimandi dalam
hatimu:ttt
",1-"?Ser;#*b*U.lg^r;6t
.\$'tfi)';f fflCr-)SV
"Sesungguhnlm Nlah *lalu mernhngl<itkan untuk umat ini pda
prmulaan tiap-tiap *mtus Ahun (abad) onngtang memprfunti
agAnant'a wttuk mercl<a.4' 12
l lqJrat pasal 'Ashalah taa RaJ'ffih wa Tahdie laa Taghrlb" dalam kttab sga Bayyi.
raatul-Hallil-lslani.
1lnn fakim,
. 1
dan beliau berkaa, "Perawi-perawin),a tepercaya." Dan perkataannya ini
disetuiui oleh adz-Dzahabi.
1l2p;t"L161 oleh al-lraqi dan lainnya, dan disebuttan pula dalam shahih al-Jdmiush-
Shaghir.
208
Demikianlah, yang penting dikaji ialah batasan makna "pembaru-
an" dengan segala penjabarannya.l 13
Apabila Syari' (Pembuat syariat) sendiri telah mengizinkan pem-
baruan dalam agama, dan sejarah juga mengenal golongan orang-
orang pandai yang disebut sebagai "mujaddid" (pembaru) seperti
Imam Syafi'i, Imam Ghazali, dan lain-lainnya, maka tidak dilarang
bagi kita melakukan "tajdid ushul fiqhi" (pembaruan ushul fiqih).
113661 pembahasan 'Taididud-Din fl Dhauis-Sunnah" dalam kitab sir5ra Min Ajli shah-
wah Pasyidah.
l l4Kemunginan t€riadi salah tul s, sebab dalam kitab lrsyodulFuhul, pada halaman judul
disebuttan bahwa Imam Syaukani wafat pada tahun 1255 H. Dan dalam ldtab Nailul Aurhar
(uga karya Imam Syaukani) disebutkan beliau dilahirkan pada hari Senin, 28 Dzulqa'dah
1172 H, dan wafat pada hari Rabu, 27 Jumadil Akhir 1250 H. Wallahu a'lam (penf.l.
209
--secua bersama-sama-- melakukan pembaruan terhadap semua
ilmu ini.
- Se_jak sekitar dua puluh tahun lalu saya mengikuti muktamar
(konferensi) "Al-Hadharah al-Islamiyyah baina at-Ashalatr wa at-
Tajdid" di Beilrt,-dan mlkalah saya padawaktu itu membahas sepu-
tar masalah 'fiqih". Makalah ini dimuat dalam majalah at-Muslim al-
Mu'ashir, kemudian dice$k menjadi sebuah risalah tersendiri dengan
judul 'al-Fiqh al-Islami baina al-Ashalah wa at-Tajdid,
6iqih ts6mi
Antara Keaslian dan pembaruan). Di situ saya bicarakin beberapa
segi pembaruan yang dituntut dalam fiqih Islam sekarang.
.. tajdid yan-g palilg plnrlng dan sangat diperlukan daam Rqitr
-Segr
ialah "menghidupkan lrtihad" dengan menggunakan patokan qyar,iy-
yah, setelah dalam waktu sekian lama dipopulerkan bahwa pintu i;ii-
had telah rcrnltup.
Selama-ilmu fiqih, tafsir, kalam, dan ilmu tasawuf menerima pem-
-
baruan bahkan memerlukan pembaruan, maka mengapakah
-trmu
ushul fiqih tidak dimasukl,1n ke dalam jajaran ilmu-ilmu ini (yang
juga menerima dan memerlukan pembaruan)? '-
2to
Adapun memilah-milah masalah kepada masalah ushul (pokok)
y,ang dihukumi kafir orangyang menolaknya, ini tidak ada dasarnya
samr sekali, baik dari sahabat, tabi'in, maupun dari imam-imam
Islam. Pemilahan ini hanyalah dari golongan Muktazilah dan ahli-
ahli bid'ah yang seperti mereka, yang kemudian dikutip oleh para
fuqaha dalam kitab-kitab mereka."
Apabila sebagian masalah ijtihad itu dapatdimasuki iftihad, maka
sebagian masalah "ushul fiqih" lebih tepat lagi dimasuki iitihad.
Memang sudah sangat populer di kalangan para pelajar bahwa
ushul fiqih itu sudah Qath'i; dan bila ushul fiqih yang qath'i ihr masih
dapat dimasuki iftihad sebagaimana bidang-bidang lainnya, niscaya
kita tidak mempunyai tolok ukur dan pedoman untuk memulangkan
masalah hukum bila teriadi perselisihan di anara kita dalam masalah
furu'. Pandangan seperti ini tentu saja harus diubah.
Seiak beberapa tahun gagasan ini telah menghiasi halaman-
halaman edisi perdana majalah al-Muslim al-Mu'ashir. Maialah ini
menyerukan ijtihad kontemporer yang kuat yang mengacu pada
ushul Islam dengan tidak melupakan kebutuhan-kebutuhan zaman,
serta tidak membatasi ijtihad pada masalah fiqih saia, melainkan ter-
hadap ushul fiqihnya juga.
Salah seorang cendeikiawan masa kini115 menolak seruan ini de-
ngAn dasan bah$ra u$trul fiqlh ltu sudatr qath'i, nialo bagaimana kita
Dedrdhad padarUal
' Saya mendapat kehormatan unhrk memberikan tanggapan me-
ngenat seruan maialah ini ddam edisi berikutnya (dengian makalah:
"Nazharat{ld.'Adad al-Awwal"). Dalam makalah ini saya katakan,
'Tldak dlragukan lagi bahwa Imam Syathibi rahimahullah telah men-
curahkan t€naganya untuk menetapkan bahwa ushul fiqih itu qath'i,
tetapi apakah yang dimaksud dengan ushul (pokok) di sini? Baiklatr
kita kutip taliq (komentarlcatatan) Syekh Abdulah Danaz terhadap
al-Muwafaqat (karya Imam Syathibi - penf .) yang memberikan penie-
lasan sebagai berikut:
Kata-kata'ushul" dipergunakan untuk persoalan (l@idah) global
png dtnashkan dalam Al-Kitab dan As-Sunnah, seperti:
3W$li,rl
, 1l5yxftu penults masalah ekonomi Islam yang terkenal, Ustadz Mahmud Abu Su'ud.
2tt
"Ti&k boleh memberi mudant pada diri *ndiri dan ti&Ir bleh
memberi mudatat (termasuk dengan memfuhs memfui mafunt)
kepda orang lain." (al-Hadtts)
6b;t-lio-iKt;54c;
"... Dia (NIah) tidak sekali-lcali menjadilran untuk l<amu dalam
agama suatu kesulitan...."(al-Haff : 78)
UA';;'8u3j{;
"Dan orang lnng Dr;rdora tidak akan menangung doa otang lain
...." (Pathlr: I8)
Wy
"Sesungguhnya arnal itu tergantung pada niat." lal-Hadtts)
2t2
bahwa pendapat al-Qadhi dan orang-orangyang sependapat dengan-
nya iorlah yang kuat, karena (dengan menglaii itu) ia akan melihat
banyaknya perbedaan pendapat mengenai masalah ushul. I(arena
itu, di sana ada dalil-dalil yang diperselisihkan oleh golong;an yang
menetapkan sesrurtu secara mutlak dan yang menafikan sesuahr se-
cara mutlak, dan ada pula yang mengemukakan pendapatnya secara
rinci dalam kasus yang sama. Misalnya, perselisihan mereka menge-
nai nrashalih mrrsalah, istihsan, syara' orang sebelum kita lumat terda-
hulu sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw.; pcnf.), pendapat
sahabat, ktishhab, dan lain{ainnya yang sudah dikenal oleh semua
orang yang mempelajari ushul fiqih.
Adapun qlyas, yang merupakan salah satu dari empat dalil yang
asasi menurut mazhab panutan, ternyata diperselisihkan dan dibica-
rakan panjang lebar oleh golongan Zhahiriyyah dan lainnya. Bah-
kan, ijma' sendiri tidak sepi dari pembicaraan tentang kedudukan-
nya, kemungkinan teriadinya, metode mengetahui keberadaannya,
dan kehujfahamya.
Demikianlah, bahwa kaidah dan aturan yang diciptatan para
imam yang ahli ilmu ini, untuk meniadi pedoman dalam memahami
dan menggali hukum dari&n buah sumber pokok yang qath'i 'Al-
Kitab dan As.Sunnah',maqih tidak lepas dari perbedaan dan silang
pendapat l*imlnya dahm masalah aan danhhash, mwlnq dan mu-
qarltd, tlrrrtkrqdannwfhum, nasileh dan mansuhh, dan lain-lainnya.
Eegu pula perbedaan pendapat mengenai As-Sunnah, seputar
kedudukan hadits aahaad, sJarat-sJarat penggunaann:fa sebagi huj-
jah, baik syarat mengenai sanad maupun matannya, dan lain-lain
masalah yang berhubungan dengan penerimaan hadits. Perbedaan
pendapat dalam masalah ini sudah dimaklumi dan sudah masyhur,
yang dapat kita cari dampaknya dengan jelas dalam ilmu ushul
hadits sebagaimana kita dapat pula mencarinya dalam ilmu ushul
fiqih.
IGlau perbedaan pendapat seperti ini dapat teriadi dalam ushul
fiqih, maka kita tidak dapat menyetujui pendapat lmam Syathibi
yang mengatakan bahwa semua masalah ushul fiqih adalah qath'i.
Sesuatu lmrg qath'i itu tidak memungkinkan terjadinya perbedaan
pendapat sepefti ini. IQrena itulah al-Allamah asy-Syaukani menyu-
sun kitabnya dengan diberi judul lrsyadul-Fuhul iloa Tahqiqil-Haq min
Ilmil-Itshul, yang berusaha menyarihg peibedaan pendapat, menta-
shih yang sahih, dan membuang yang lemah. Beliau mengatakan di
dalam mukadimahnya:
213
"llmu ushul fiqih itu --karena merupakan ilmupngmeniaditempat
kembalinya para ahli ilmu dan menjadi acuan dalam memecahkan
masalah dan menetapkan dalil dalam kebanyakan masalah hukum,
dan karena masalah-masalahnya yang sudah diakui, dan kaidah-
kaidahnya sebagai acuiur memecahkan masalah-- diterima oleh ke-
banyakan ahli ilmu, sebagaimana dapat Anda lihat dalam pemba-
hasan para pengarang.
Seorang pengarang apabila memberikan argumentasi dengan per-
kataan ahli ushul, akan didengar perkataannya. Bahkan, para penen-
tangnya akan tunduk menerimanya, meskipun mereka orang terke-
nal. Sebab, mereka percaya bahwa ilmu ushul fiqih ini merupakan
kaidah yang didasarkan pada kebenaran yang pasti diterima, yang
mengacu pada dalil-dalil ilmiah (meyakinkan), dalil maqul (aqli), dan
manqul (naqli). Begitu sempurnanya ilmu ini (menurut anggapan
mereka) sehingga para pakar ilmu pun sulit mencelanya, meskipun
dengan pembahasan yang panjang lebar.
I(arena itu, banyak ahli ilmu yang mencetuskan pendapatnya dan
mengibarkan panji-panji dengan mengatalen bahwa dia tidak meng-
amalkan sesuatu tanpa berdasarkan ilmu riwayat.
Hal inilah yang mendorong saya --setelah menerima pertanyaan
dari sejumlah ahli ilmu-- unfik menyusun karangan dalam bidang
ilmu yang mulia ini. Tuiuannya untuk menJelaskan mana yang kuat
dan mana yang lemah, mana yang sakit dan mana yang sehat, mana
yang dapat diiadikan acuan dan mana yang tidak. Alhasil, agar suatu
kebenaran meniadi Jelas dan terang bagi seorang ilmuwan, dan tldak
ada dinding penuhrp antara dia dengian kebenaran yang hakiki.
Menemukan kebenaran ihr merupakan puncak pencarian dan ke-
inginan. Irbih-lebih dalam bidang ilmu seperti ini. Banyak mujtahid
yang bersikap u4lid (ikut-ikutan) dengan tidak mereka sadari, dan
banyak pula orangyang biasanya kokoh berpegang pada dalil lantas
mengikuti pendapat semata-mata dengan tidak mereka sadari pula.tte
Dengian demikian, nyatalah bahwa ijtihad dalam ushul fiqih mem-
punyai peluang yang luas, yaitu penyeleksian, penguraian, dan pen-
tariihan terhadap perkara-perkara yang diperselisihkan para ahli
ushul, yang banyak jumlahnya. Usaha Imam Syaukani untuk tahqi
qul-haq (menentukan yang benar) terhadapnya tidak berarti bahwa
beliau tidak memberi kesempatan kepada orang-ormg sesudah beliau
214
untuk melakukannya. Artinya, pinru ijtihad iu masih tetap terbuka
bagi orang yang dikaruniai Allah keahlian unilk t€riun ke sana.
Masing-masing mujtahid --sekarang-- punya bagian dan punya ke-
sempatan untuk melakukan sesuatu yang belum dikeriakan orang-
orang terdahulu.
Hanya saja yang perlu ditegaskan di sini ialah bahwa apa saja
yang telah tetap berdasarkan dahl qath'i tidak boleh kita biarkan
untuk coba dipermainkan oleh orang-orang yang suka bermain-
main. Sebab, masalah-masalah qath'iyyah ini merupakan pilar kesa-
tuan i'tiqad, fikrah, dan amaliah umat. Kedudukannya sepertihalnya
gunung-gunung, sebagai paku bagi bumi, yang meniaga agar bumi
tidak guncang.
Kita tidakboleh gegabah dengan memberikan kedudukan kepada
kaum yang suka melontarkan bermacam-macam dakrraan. Mereka
adalah orang-orang yang hendak mengubah yang qoth'i menjadi
sesuatu yang bersifat mungkin (boleh jadi begini dan bqgiru), men-
ladikan yang muhkamat sebagai mutasyabihaq dan menjadikan se-
luruh urusan agama ini sebagai adonan t€pung yang lunak yang
dapat mereka bentuk deng:rn tangan mereka menurut kehendak
hawa nafzu dan bisikin setan lepada mereka.
Mereka sudah,di ambang batas berani mempermainkan hukum-
h*um y"ang-telah ep berdasarkan nash Arcur'an yirng sharih (ie-
Ias), seperti peuarisan anak laki-laki mendapat dua kali lipat bagian
anak perempuan. Mereka hendak "beriitihad' unhrk menyamakan
antara bagian anak laki-laki dengan anak perempuan, dengan alasan
bahwa perbedaan ini hanya berlaku pada zaman ketika orang perem-
puan belum bisa berkiprah seperti laki-laki. Mereka tidak tahu atau
pura-pura tidak tahu bahwa perempuan --meskipun bekeda dan
keluar dari wilayahnya dan sejajar dengan kaum laki-laki-- tetaplah
di bawah tanggungan dan nafkah laki-laki, baik sebagai anak, sau-
dara, istri, maupun ibu, baik kaya maupun miskin. Tanggung jawab
kehartabendaannya tidak sama dengan tanggung jawab laki-laki,
karena laki-laki memberi mahar dan menanggung nafkah, sedang-
kan perempuan memperoleh mahar serta diberi nafkah, meskipun ia
kaya.
Sebagian mereka sampai mengatakan bahwasanya babi yang di-
haramkan Al-Qur'an dan dagingnya dikatakan sangat kotor inr ada-
lah babi yang makanannya jelek; sedangkan babi-babi sekarang
dipelihara dengan terhormat, tidak seperti babi-babi tempo dulu.
Demikianlah mereka menghendaki agar syariat Allah mengikuti
215
hawa nafsu manusia, bukan hawa nafsu manusia mengikuti syariat
Allah:
6flJ:;3fri*ffi l:tx'e3i:Ej,
?,.
%-
"Andaikata kebenaran itu menuruti hawanafsu mereka pdi bina-
satah tangtt dan bumi ini, dan xmualrugada di dahmqra -.."(al-
Mu'mlnun:7I)
216
.t,
',"" ffi:,
BAGIAN III
LAPAI{GAiI AQA'ID
DAI{ PERIGRA GAIB
(Laniutan Iilid 1)
I
SAAT DATANGNYA HART KTAMAT
HANYA ALLAH YANG TAHU
(Sanggahan terhadap Dr. Rasyad Khaltfah)
219
tJlah lrzza wa falla memberitahukan kepada kita bahwa dunia
ini akan berkesudahan, tidak dapat tidak (yunus: 24; Ibrahtm:48;
al-IGhff:8; dan al-Haqqah: I4).
Sebagaimana halnya kita mendapat pelajaran dari ayat 15 surat
Thaha batrwa waktu kesudahan dunia akan terungkap sebelum
datangnya saat kesudahan itu:
qit:ft'4:raiiy
"ksunguhnSta kiamat itu psti datang Nat menhasiakan (waktu-
n',a) ...." (Thatra: I 5)
';<Wlyi#S
"... Trdalr wrug pn Wg fupat wal<tu kdatangnnya
*hin Dia...." (al-A'ral: I87)
Adalah sesuatu yang pasti bahwa lJlah Azawa falla bakal me-
nyrngkap kapan waktu berakhirnya dunia ini, sebagaimana dijelas-
kan dalam Risalah-Nya yang terakhir, yaitu Al-eur;anul-Karii.
Marilah kia simpulkan apa yang dijelaskan Al-eur,an tentang l
220
Tanda-tanda Bemkhfrnya Dunia
Mengingat pentingnya masalah ini, Allah lvzawa falla hendak
menguatkan penyingkapan ini dengan beberapa anda yang jelas dan
bukti yang kuat, sehingga semua bentuk kesangsian dan lceraguan
akan hilang dari hati orang-orang mukmin. Tanda-tanda dan bukti-
bukti ini menegaskan kepada kita batrwa semua perhiungan itu hnar.
Sesungguhnya telah tampak jelas bahwa waktu kesudahan dunia
ini berhubungan erat dan langsung dengan huruf-huruf qur'aniyah
pada permulaan surat-surat (
gainya).
)31, o*-4{, RJ , o , dan seba-
22t
dalam masalah perhitungan ini. Batrkan sebaliknya, nasui berkaa
kepada mereka -sebagaimana yang dapat kita kaahui dari buku-
buku tarikh: "feapi ,J r
ftuj,ukgn satu,-sanrnya huruf dalam Al-
Qur'Q$, kamimasihpuiy" o,-lt, lt, riJt dansebagainya.,
Dan karena Nabi Muhammad siw. s6bagai nabi pamunlkas (al-
Ahzab: 4O), maka lesudahan agamanya itu sendiri merupikan ke-
sudahan bagi alam semesta.
Peristiwa sefarah ini memberitahukan kepada kia bahwa huruf-
-huruf qur'aniyah mempunyai hubungan fng kokoh dan secara
langsung dengan kesudahan dunia. Dan makna huruf-huruf
qur'aniyah itu tetap menjadi rahasia Ilahiyangterpelihara selama 14
abad (yunuez 2O dan al-Durqan: 4-6).
Kemudiandari kaiian ahli hitung al-Ietruni terhadap Al-eur'anul
riarim nlatalah bahwa huruf-huruf ini mempunlai andil daram aturan
perhitungan- Qur'an yang sangat rumit. Oi dalamnya ditetapkan
pagl dung dengirn metode madiyah yang dapat dirlba (inddrawi)-
-
bahwa Al-Qur'anul Ierim merupakan fusalhh Alah kepada alam
-dipelihara
semesta dan bahwa setiap kaa, bahkan huruf, telah
selama bertahun-tahun dan berabad-abad.
"Seannguhnya KamiJah lnng menurunlran N-edan, dan *-
sunguhqta l(ami funar-bnar memeliharanlta" (al-Htfr: 9)
222
Sesungguhnya bilangan tahun yang ditentukan Allah ltzta wa
falla untuk agirma Nabi Muhammad saw. kita temukan batasnya
dalam surat Al-Hijr, surat 15 ayat 85 sampai dengan 88.
Ayat 85 membuka tema ini dengan mengatakan bahwa kesu-
dahan dunia itu pasti datang, tidak mungkin tidak:
"... Dan *sungguhnp saat (kiamat) itu pafii akan datang, malra
maallanlah (merclra) dengan an yang baik"
@:#i5r,;3s(',{'tv;(a j r.a,
"Dan wtngulrrrlta liiami tetah memberikankepfumutujuh alnt
yang difua brulang-ulang fun N-Qufan yang agung.'
223
"langan *l<ali-lali englrau menunjuldcan pndanganmu kepa&
kenilmtatan hidup yng telah lhmi furtkan kepda fubrap
golongan di antan mereka (orang-onng kafir itu), dan jnganlah
engl<au brsedih hati terhadap mereka .... " (al-Htf r: 88)
Maka di antara hal yang sudah dikeahui bahwa waktu yang di-
berikan Allah untuk Risalah Nabi Musa a.s ialah 146I tahun, waktu
yang diberikan_untuk Risalah Nabi Isa selama 570 tahun. Sedangkan
waktu yang diberikan Allah kepada Risalah Nabi Muhammad ialah
as- sab ul matsani (tuiuh yang diulang-ulang). 120
Nah, berapakah nilai bilangan as-sab,ul matsani? fumlah ini sama
dengan _umur agama Islam, artinya jumlah ahun-tahun yang diten-
tukan AllahSWT sejak diutusnya Nabi Muhammad saw. hingga Uer-
akhirnya dalam dunia.
Berikut inilah daftar As Sabul Matsani dan nilai bilangannya:
1. O :100
2. O:50
3. O-:90
4. /*: 8+40:48
5. Llt:10+60+70
6. 4L: 9+ 5:14
7. uJ:9+60=69
8. lt: l+50*40=Tl
9. )t = 1+Jo+2oo:231
10. *: 9+60+40=lO9
:
ll, 6,,,,s- 70 + 60 + 100 = 2SO
12. .rlt : 1+30+40+90:16l
13. ll : 1 +go + 40+2Oo:2Tl
14. d-r4i :20 + 5 + 10 + 70 + 90: l9S
fumlah keseluruhan = 100 + 50 + 90 + 4g + To + .14 + 69 + Tl
+ 231 + 109 + 230 + 161 + 27t + t70g tg':
ladi, umur Risalah Nabi Muhammad saw. sebagaimana ditentu-
kan oleh Al-Qur'anul Ihrim ialah 1709 ahun eamar[ah, mengingat
224
ahun-tahun yang dibicarakan dalam Al-Qur'an selamanya tahun
Qamariyah (at-Taubah: 36)
Dan angka 17@ int mengemukakan empat alamat (tanda) yang
baru jelas, yaitu:
Pettama: hasyf (penyinglrapan) ini dikehendaki Allah teriadi pada
tahun 1400 H untuk memberitahukan bahwa sejarah yang dominan
di dunia ialatr sejarah yang dikehendaki oleh Allah Azza wa falla
Penguasa dan Pengatur Kebijaksanaan yang sebenarnya bagi dunia
ini, dan penyingkapan rahasia ini tampak 309 tahun sebelum ber-
akhirnya dunia (yaitu l7O9 - 1400 = 309). Dan angka 309 ini meru-
pakan angka qur'ani:
"Dan merclca tinggal dalam gua mercl<a tiga rz,tus tahun du ditam-
fuh *mbilan talrun Qagi)." (al-Kahfl: 25)
225
Keempat: tahun 1710 Hifriyah yang merupakan tahun kesu-
dahan bagi alam semesta ini bertepatan dengan22SO Miladiyah (Dfa-
sehi), dan angka ini juga merupakan kelipatan dari 19.
Semua damat (tanda, indilosi) ini menegaskan kepada kia bahwa
kesudahan alam semesta yang pasti akan teriadi ihr sudah ditentu-
kan oleh Allah SWT dalam kitab-Nya Al-Qur'an Yang Agung. Dan
waknr yang-t€pat bagi teriadinya peristiwa kesudahan dunia ini ada-
lah tahun 1710 Hifriyah bertepaan dengan 2280 Miladiyah.
Ketika penemuan ini pertama ka[ dipublikaslkan sebagian orang
menolaknya dengan alasan bahwa kiamat i$ altan t€riadi dengan
tiba-tiba, sslagaimana disebut}an Al-Qur'an:
I
'txisKI
"... Kiamat itu tidak akan futang kepfuntu melainkan dengan tifu,-
tiba ...." (al-A'ral: I87)
226
Penulis makalah ini menetapkan kesimpulannya mengenai waknr
terjadinya kiamat dari AI-Qur'an dengan berpiiak pada asas yang
rapuh, bahkan sudah runtuh, tidak mantap dan tidak tepat, tidak
ditegal*an di atas dua pilar agama atau ilmu pengetahuan, atau
logika yang sehat.
Seluruh acuannya hanyalah penafsiran Al-Qur'an menurut
pikiran dan hawa nafsunya, tidak merujuk kepada Al-Qur'an sendiri
--sebaik-baik penafsiran Al-gur'an ialah dengan Al-Qur'an-- dan
tidak pula merujuk kepada Sunnah Nabawiyah. Padahal Rasul ada-
lah orirng yang paling berkompeten menjelaskan lepada manusia
mengenai apa yang diturunkan kepada merele (Al-Qur'an) ...
Rasyad jug tidak meruJuk kepada Salaful Ummah, sebagai sebaik-
baik generasi, dan orang yang paling mengerti tenang hakikat tslam
dan maksud Al-Qur'an, serta tidak pula merujuk kepada ulama-
ulama khalaf, yaitu para mufassir, pensyarah, fuqaha, mutakallimin,
serta para "bintang" ahli riwayat dan "lautan" dirayah lainnya.
Rasyad juga tidak tahu atau pura-pura tidak mengetahui hadits tlabi
saw. yang mengatakan:
et$s36b1t56*ig,i3WU
/
(J,44nirr*6i,),ab)
'krangsiap Wry menahirkan N-Quln &ngan alrahya kemu-
dian betul, mak ia tetap dipndang salah jugtzr
5rr"i.;{r551;*;'AreJ:6F
(.r-F-,l r* O^r), r't) 2l9i
"futangsiap menahirlant N-Qw'n dengan pikinnny (tanp
berdasdran ilmu) mal<a hendaldah ia menempti tanpat duduk-
nya berup ap, neraka'tz2
l2lnnrirmidzi dari fundub bin Mullah. Beliau berkara 'lni hadi6gharib.'Liha! sunan
Timidzi,4t 269.
12213 n6ldzl dari Ibnu Abbas. Bellau berkaa, "Ini hadits hasan.' Llha( sunan Timi&i
4z 268.
227
Memang tidak mengherankan jika Rasyad berbuat begitu, karena
dia sama sekali tidak percaya kepada Sunnatr Rasul.
Adapun asas-asas lang rapuh dan runnrh ihr ialah:
1. Penafsirannya yang mardud (tertolak) terhadap ayat t5 surat
Thaha.
2. Penafsir4nryra yang keliru terhadap aW 187 surat al-A'raf.
3. Penafsirannya yang benar-benar batil mengenai ayat 8T surat al-
Hiir.
4. Pemilihannya terhadap pendapat yang lemah dan mardud dalam
mentakwilkan huruf-huruf potongan pada awal beberapa surat
yang dibanguil\ya atas "perhitungan jumlah" yang tidak dikenal
dalam ilmu bahasa Arab, tidak didasarkan pada athl yarg sehat,
agatna, maupun eksperimen-eksperimen.
5. Penetapannya terhadap kata-kata pembuka surat-surat Al-
Qur'an sebanyak 14, suatu penetapan yang sewenang-wenang
dan tidak didukung oleh logika.
228
kata: "Maksudnya: 'Aku hampir merahasidkan hari kiamat dan tidak
menampakkannya dengan mengatakan: Sesungguhnya ia pasti akan
datang. fralau dalam pemberitahuan semacam ini tidak terdapat ke-
lemahlembutan dan pematahan (pemutusan) terhadap berbagai alas-
an, maka Aku tidak akan melakukannya.'"
Selain ihr, diriwayatkan dari lbnu Abbas dan fa'far ash-shadiq
bahwa makna ungkapan itu ialah: 'Aku hampir merahasiakannya
dari diri-Ku, dengan arti: 'Bagaimana Aku akan menampakkannya
t
kepadamu?' 123 9v1 sudah menjadi lebiasaan bangsa Arab apabila
salah seorang dari mereka hendak menekankan dalam merahasiakan
sesuatu, dia berkata: "Aku hampir merahasiakannya dari diriku.'
Yang hampir sama dengan ini ialah yang tersebut dalam hadits me-
ngenai tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungirn
dari Allah, yang salah saflmla:
lyt*trxi]tuAisli#K;o
.)$j-rgXY'4Jtlb'#
'Dan orang yrutg nwrysluarkan dekah deng, meralrasia*amrn
*hingga tilgan kfuinya tidah mengetahui ap yang diintal*an
taryan lrananqta"
1236-p.rra (Abu zakaria Yahya ad-Dailami; cd.) menafsirkan: 'Aku hamplr meraha-
siakannya dari diri-Ku. Maka bagaimana Aku akan menampakkannya kcpadamu?' Lihat, ad-
Duml-Mansur karya as-Suyuthl (4: 2941. As-suyuthi juga menyebutkan penafsiran lbnu
Abbas: "Aku hampir merahasiakannya dari diri-Ku.'
ayat itu membatalkan pemahamannya dengan jelas.
Dalam ayat yang mulia ini Allah berfirman (ar-tinya):
"Merelra menanyahn kepdamu tentang kianat'Bilakah teriadi-
ryn?' I(atakanlah: 'Santngguhnya pngekhuan tentang kiamat itu
adalah pda sisi Tuhankt; tidak wrang pun png fupt menielas-
kan waktu kdatangannya *lain Dia. Kianat itu amat bent (huru-
hararyta bagi makhluk) Wrgdi hngt dan dibumi. Kamatitutidak
alran datang kep&mu melainlcan dengan tifu,'tifu.'Mercka ber'
E.nta kerydamu *al<an-al<an l<amu funr-benar mengetalruiny.
Ihtalranlah: 'Saunggthryn pngetahuan tentug llari kiamat itu
adalah di sisi NIah, tetryi kebanyalran manusia tifuk mengetahui.-
(al'A'raf: I87)
239
tahukannya pada waknr teriadinya inr, sehingga dengan demikian
pada saat itu mereka mengetatruinya dengan sebenar-benarnya.
231
Ma'idah, al-An'am, al-A'raf, dan png ketuiuh idah al-Anfd dan at-
Taubah (karena keduanya seperti ffihr surat saia, di antara kedua
surat itu tidak terdapat basmalah). Pendapat ini diriwayatkan dari
Ibnu Abbas. Dan ada pula png mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan tuiuh itu ialah pembagian Al-Qur'an yang meliputi perintah,
larangan, fibsyir (pemberian kabar gembira), ancaman, membuat
perumpaminn, mengenalkan nikmat-nikmat, pemberitaan tentang
generasi terdahulu. Demikianlah pendapat Ziyad Ibnu Abi lrfaryam.
Tidak diragukan lagi bahwa pendapat pertama (bahwa as-sab,ul-
Matsani adalah al-Fatihah) itulah pendapat yang benar, karena ketika
ayat itu turun --padahal ia ayat Makkiyah-- kebanyakan dari tuiuh
surat yang panjang itu belum turun, karena ay?f-ayafi itu adalah
Madaniyah. Demikian pula dengan perintah dan larangan, kebanya-
kan turun di Madinah (trfadaniyah). Dan zhahir firman Allah: "Dan
sesungguhnya l(ami telah memberikan kepadamu ...' menunjulckan
bahwa pemberian fi{uh ... iur lebih dahulu daripada nrrunnya a}rat ini.
Maka cukuplah bagi kita sebagai dalil yang menunfukkan kebe-
naran pendapat pertama bahwa Imam Bukhari meriwayatkan dua
buah hadits sahih mengenai masalah ini dalam Shchih-nya:
Pertama: dari hadits Abu Sa'id bin al-Ma'la, Rasulullah saw. ber-
sabda:
ay3%5iGr'cjisat5.a,#
-/4#rQli'#Ji{,fiJG
"Nhamdulillahi Rabbil'Namin adalah as-fub'ul-Matsani (tujuh
png diufuig-ulang) dan N-Qw'an nng ryung nng diberikan
kepdakt."
"J€li''3i/,6-za
o/ rL: \r/ -
6,|#-;6tr1
.rigi{gA\G
'Ummul Qufut --yalni al-Fatihah-- adalah as-fub'ul-Matani (tu-
juh lang diulang-ulng) dan N-Qdan yang agung."
232
Disebut dengan "tuiuh" karena terdiri dari tujuh ayat, dan basma-
lah termasuk satu ayat darinya. Sedangkan disebut "matsani" 1di'
ulang-ulang) larena diulang-ulang membacanya pada wakru shalat.
Sementara itu, meng'athafkan Al-Qur'an lepada al-Fatihah (cs-
Sab'ul-Mauani) termasuk bab 'mengathafkan yang umum kepada
yang khusus', dan hal ini sudah terkenal dalam bahasa Arab.
Adapun perkaaan sang penafsir pembuat bid'ah: "sesungguhnya
as-Sab'ul-Ma*ani itu artinya 14, karena al-matsani merupakan bentuk
jamalc dari matsna yang artinya 'dua', maka seakan-akan Allah ber-
firman: "Hai Muhammad, Kami telah memberikan kepadamu empat
belas!" Maka apa yang dikatakan sang penafsir ini merupakan per-
kataan terhadap Allah tanpa berdasarkan ilmu, dan merupakan ke-
beranian dalam menafsirkan Kitab Allah berdasarkan pikirannya
semata-mata dan hawa nafsunya yang menyimpang. Ddam hal ini
Al-Qur'an sendiri telah melarang mengikutinya, dan Rasul saw. telah
mengancamnya. Nah, adakah dalam perkataan Arab yang seperti apa
yang dikatakan sang penafsir (Raryad Khalifah) ini baik dalam ben-
tuk puisi maupun prosa?!
233
Yang mengherankan lagl, sang penafsir pembuat bid'ah ini mem-
perkuat bid'ahryra dengan mengatalan:
"Di antari )raqg memperfelas masalatr int ialah bahwa ayat ber-
ikutnya --yaitu ayat 88 surat al-Hiir-- memberiahukan kepada
Rasul batmasanya waktu yang dtberikan Allah kepada beliau lebih
panjang daripada waktu yang dlberikan kepada rasul-rasul yang
lain: '|anganlah sekali-kali kamu menunfultkan pandanganmu ke-
pada kenikmatan hidup yang t€lah l(ami bedkan kepada beberapa
golongan di antara mereka (orang-orang kafu ifi), dan fanganlah
kamu bersedih hati terhadap mereka.'"
Dia lRasyad Khalifah) meniadikan il}rrmtr pda kalhnat i4i;g$i
(beberapa golongan dari mereka) unhrk para rasul seperd Nabi Musa
dan Nabi Isa.
Padahal ayat ini dengan jelas menuniukkan larangan menujukan
pandangan kepada kenikmatan hidup duniawi yang dtberikan
kepada beberapa golongan manusia, yang tidak diberikan kepada
beliau (Rasulullah saw.). Nah, jika apa yang diberikan kepada Rasu-
lullah saw. itu lebih tinggi dibanding apa yang telah diberikan kepada
mereka, maka untuk apa beliau menujukan pandangannya kepada
mereka?
Di samping itu, di manakah disebutkannya rasul-rasul dalam
untaian kalimat sebelumnya sehingga dhonir tersebut kembali
kepada mereka?
Andaikata tenran kita ini mau menafsirkan Al-Qur'an dengan Al-
Qur'an dan merujuk kepada surat Thaha, niscaya ia alran menjumpai
di sana suatu ayat yang serupa dengan ayat rcrsebut lang menfelas-
kan maksudnya dengan sempurna. Allah berfirman:
'hn ianganhh lanu tujulan kdun mabmu kryfu apa Wg telalt
Kani furtkn kepda golongan-golongan dad mercka, xfugai
bunga kehidupn dunia untuk lhmi abai mercl<adenganryn Dan
laruria TUIwmu fuhh l&k fuik dan l*ih lcehl" lTtralra: I S I )
234
Imam Syaukani berkata: "I(etika Allah menjelaskan kepada
Rasul-Nya saw. mengenai nikmat keagamaan yang telah Dia berikan
kepadanya, maka'dihardiknya" Rasul dari kelezatan-kelezatan
dunia dengan firman-Nya: 'Dan Jangianlah kamu tujukan ...', aitinya
fanganlah kamu nrjukan pandanganmu kepada perhiasan kehidupan
dunia karena cinta dan menginginkannya."l26
Selaniutnya Imam Syaukani berkata: 'setelah Allah melarang
Rasul menoleh lcepada harta benda dan kenikmaan yang ada pada
mereka (orang-orang kafir), maka dilarangnya pula beliau berpaling
kepada mereka dengan firman-Nya: 'Dan janganlah kamu bersedih
hati terhadap mereka', sekiranya mereka tidak beriman dan tetap
dalam kekafiran dan keingkaran."l27
2s5
yang menuniukkan kebenaran apa )ang dikatakan orang-orang
Yahudi mengenai perhirungan huruf dan kesitnpulan lang mereka
peroteh dari huruf-huruf tersebut. Hal ini dikemukakan oleh al-
Baidhawi sendiri --yang justru cerita yang disebutkannya itu diambil
oleh sang penulis (Rasyad Khalifah) unhrk dijadikan alasan. Al-
Baidhawi menyebutkan pendapat ini dalam deretan pendapat-penda-
pat lain mengenai penafsiran huruf-huruf ini dengan menyebutkan
dasan masing-masing pendapat, dan di antara pendapat itu ada yang
berargumentasi dengan cerita tersebut, dengan asumsi bahwa Rasul
saw. mengakui istimtuth mereka lGmudhn Al-Baidhawi
menyanggah pendapat-pendapat tersebut sirtu per satu, di antaranya
pendapat yang meniadikan cerita Yahudi ini sebagai dasarnya.
Kemudian beliau mengemukakan bahwa huruf-huruf ini ddak dapat
digunakan untuk menghitung nilai huruf. Beliau berkata, 'Hadits ini
tidak dapat dijadikan alasan, karena tersenyumnya Rasul itu dise-
babkan rasa heran terhadap kebodohan mereka ... 1lakni mengenai
penafsiran mereka deng;an bahasa Arab terhadap sesuirtu yang tidak
termasuk kosa kata bahasa Arab, sebagaimana diterangkan oleh
asy-Syihab dalam hasyiyah-nya (catatan kakinya) terhadap Tafsir al-
3oi71roti.t3o
Syekh Syakir berkata, "Bagus nian al-Hafizh Ibnu Katsir, beliau
telah menempatkan kebenaran padatempatnya ketika beliau berkata
dalam tafsirnya, 'Adapun orang yang menganggap bahwa ayat ini
menunjukkan akan diketahuinya waknr-waknl dan dari siur akan
diketahui saat teriadinya ber.bagai peristiwa, fitnah-ffEnh, dan huru-
hara, maka orang tersebut telah mendakrrakan sesuahr yang tidak
tepat dan melenceng dari luar garis."
Beliau (Syekh Syakir) berkata, "Mengenai masalah ini terdapat
hadits dhaif, yang hal ini otomatis membatalkan pendapat orang
yang berpegang dengannya karena mengiranya sahih.' Kemudian
beliau menyebutkan hadits yang memuat kisah tersebut --dengan
mengutip dari ath-Thabari-- seraya berkata, "Hadits ini bersumber
dari Muhammad bin as-Saib al-IQlbi, padahal dia termasuk orang
yang tidak dapat dijadikan hujjah apa yang diriwayatkannya, bila ia
,an6i631.rtJl
Sementara itu, ada pula beberapa ulama terdahulu dan ulama
236
belakangan yang tidak mau membicarakan penafsiran huruf-huruf
ini, dalam hal ini mereka menguatkan apa yang diriwayatkan dari
Abu Bakar ash-Shiddiq dan ketiga khalifah lainnya: 'Bahwa huruf-
huruf potongan di awal surat itLl merupakan rahasia yang hanya Allah
saja yang mengetahui ilmunya." Dengan.demikian, menurut mereka,
huruf-huruf potongan ini termasuk mutasyabih yang hanya Allah
yang mengetahui tals^rilnya. Karena itu, dalam membicarakan ayat-
ayaf atau huruf-huruf ini mereka berkata, "Allah lebih mengetahui
maksudnya."
Di dalam fatsirnya, Imam Syaukani mengingkari orang yang
menganggap bahwa huruf-huruf itu mempunyai makna yang qoth'i
(pasti). Beliau berkata:
"sesungguhnya orang yang membicarakan penjelasan makna
huruf-huruflini dengan menetapkan bahwa makna itu yang dimak-
sudkan oleh Allah ?uzawalalla, maka ia telah melakukan kesalahan
yang amat buruk, dan telah melakukan kebohongan yang sangat
besar dengan pemahaman dan dakwaannya itu.
Apabila penafsirannya terhadap huruf-huruf tersebut dikembali-
kan kepada bahasa Arab dan ilmu-ilmunya, maka hd itu merupakan
kebohongan yang hrlen" karena bangsa Arab tidak pernah membica-
rakan hal itu sama sekali .... fika demikian, tinggal salah sanr dari
dua perkara:
i;,,peilhilrs, penafsiran dengan menggunakan akal semata-mata,
,nng nlrata-nyata ada larangan dan ancaman bagi pelakunya. Dalam
hd int, ahli ilmu tnenrpakan orang yang benar-benar waiib men-
jauhinya, menghalanginya, dan membendung ialannya. Mereka ada-
lah orang yang paling takut kepada Allah untuk meniadikan Kitab-
Nya sebagai bahan permainan serta menjadikannya t€mpat tumpuan
kepicikan pandangan dan kelakar mereka.
Kedua, menjauhi Pembuat syariat, jalan yang terang dan lurus.
Maka barangsiapa yang menjumpai permasalahan seperti ini,
tidaklah tercela jika ia mengatakan menurut apa yang diketahuinya
saja. Dan barangsiapa yang tidak mengerti sedikit pun tentang masa-
lah.ini, hendaklah ia mengatakan: 'aku tidak tahu' atau 'Allah yang
lebih mengetahui maksu dnya.' " rsz
Kemudian beliau berkata: "fika Anda bertanya: 'Adakah suatu
keterangan dari Rasulullah saw. mengenai fawatihus-suwar ini yang
237
patut dijadikan pegangan?' Maka saya (Syaukani) katakan: 'Saya
tidak mengetahui Rasulullah saw. membicarakan maknanya sedikit
pun.'"
Kemudian beliau flmarn Syaukani) melontarkan pertanyaan:
"Bolehkah bertaklid kepada salah seorang sahabat dalam menafsir-
l<an fawatihus-suryar ini iika riwayat dari mereka sah sanadnya?"
Beliau menjawab tidak boleh, Ierena penafsiran itu hanya se-
mata-mata hasil ijtihadnya. Selain itu, apa yang diriwayatkan dari
para sahabat mengenai masalah ini berbeda-beda dan saling berten-
tangan. lQlau kita mengamalkan pendapat salah satu di antaranya
dengan tidak mengamalkan pendapat yang lain, maka ini berarti tin-
dakan seenaknya sendiri. Sedangkan iika kita mengamalkan semua-
nya berarti kita melakukan sesuatu yang saling bertentangan, dan
hal ini tidak diperbolehkan.
IQlaulah apa yang mereka katakan itu bersumber dari Nabi saw.
niscaya mereka akan sepakat, tidak akan berbeda pendapat, sebagai-
mana hal-hal yang diambil dari beliau. Di samping itu, jika memang
mereka mengetahui bahwa Rasulullah saw. pemah menerangkan hal
ini sudah barang tentu mereka akan meriwayatkannya dan me-rafa'-
kannya (mengatakannya dari beliau saw.), apalag ketika terjadi per-
bedaan pendapat di antara mereka.
Imam Syaukani berkata:
"Sikap yang saya ambil dan juga diambil oleh setiap orang yang
mencintai keselamatan dan mengikuti ieiak ulama salaf ialah 'ddak
membicarakan hal ini sama sekali, dan mengakui bahwa diurunkan-
nya Jawatihus-suuar merupakan kebiJalsanaan Allah Azza wa falla
yang tidak dapat dicapai akal kita dan tidak m.rmpu diiangkau oleh
pengertian yang kita pilifti.,l35
Demikianlah sikap orang yang memandang lebih baik (selamat)
tidak menafsirkan huruf-huruf potongan (tawatihus-suwar) pada per-
mulaan beberapa surat Al-Qur'an dengan penafsiran yang boleh fadi
tiilak sesuai dengan yang dimaksudkan Allah.
IQlau ada orang-orang yang berkecimpung membicarakan penaf-
sirannya, baik dari kalangan ulama terdahulu (mutnqaildimin) rlulupu[
dari ulama belakangan (muta ahhhhirin), male tidak sdorang pun dari
mereka yang menyatakan bahwa huruf-huruf itu merupakan isJarat
lssrbia.. L 3r-s2.
238
)rang menunjukkan angka-angka tert€ntu dengan metode perhitungan
huruf yang terkenal di kalangan orang Yahudi, seperti yang saya
sebutkan sebelumnya.
239
t;S;#{gr.tgo-rr*r4;l*
"... Kamat itu annt fuat (hwt-Iwa4a bgi n aHrlt lO SanS di Wt
dan di bumi. Kamat itu ti&k alan datang kepfumu melainkan
dengan tifu-tih.... " (al-A'nl: I87)
240
JSltt5;.'{au,WJ3*.frt1
Tang ditarya tifuk lebih tahu dadpda yang befiaryta"
2
RAI}TALAN BINTANG DAN PERDUKUNAN
DALAITI PANDANGAN ISLAIII
241
judul "Nasib Anda Hari Ini", "Apa l(ata Horoskop", "Anda dan Bin-
tang Anda", dan lain{ainnya.
Biasanya rubrik tersebut memberitahukan kepada para pembaca
mengenai peruntungannya menurut tanggal lahirnya yang dikelom-
pokkan sesuai bintang-bintang yang terkenal, yang mereka bagi
menjadi dua belas.
Sebagian orang ada yang membenarkan apa yang ditulis dalam
media cetak tersebut, lalu mereka merasa gembira dan optimistis
manakala ramalan itu menyenangkan mereka. Sebaliknya mereka
merasa sedih dan pesimistis apabila ramalan inr memberitakan per-
untungan buruk yang bakal merele terima.
Ramalan ini kadang-kadang ada benarnya sehingga orang-orang
semakin mempercayainya dan menjadi semacam ikdkad bagrnya.
Tetapi ada pula orang yang membacanya sekadar untuk rileks, mes-
kipun dia tidak membenarkan dan mempercayainya.
Pengurus Madrasah I'dadiyyah, Qatar, meminta kepada saya
untuk mengutarakan pendapat mengenai masalah ini dan menfelas-
kan hukum syara' terhadapnya.
Saya akan membahas persoalan tersebut berikut ini, wa billahit
taufiq:
Islam datang untuk melindungi manusia dari khayalan dan keba-
tilan dalam segala bentuknya. Dalam hd ini Islam menghubungkan
manusia dengan sunnah Allah dalam hal pencipaannya, kemudian
menyuruh mereka untuk menghormati dan menjagianya jika mereka
menginginkan tebahagiaan di dunia dan kefayaan di akhirar
Karena itu lslam menganggap buruk sejumlah perkara yang di-
kembangkan kaum jahiliah yang berupa khurafat dan khayalan,
yang sama sekali tidak ada keterangan dari Allah mengenai hd itu
dan tidak didasarkan atas bukti-bukti yang akurat. Dalam hal ini
Islam sangat mengingkari orang-orang yang mempraktikkan dan
menyebarkan khurafat serta memanfaatkan orang-orang yang lalai
--dari kalangan awam-- yang pasti ada di tengah+engah masyarakat
pada setiap zaman.
Di antara praktik khurafat dan khayalan itu ialah sihir, perdukun-
an, ramalan nasib, ramalan bintang (astiologi), serta praktik pe-
nyingkapan perkara gaib dan sesuatu yang rahasia melalui peranta-
raan alam "tinggi' atau alam "rendah" hingga --menurutpengakuan
mereka-- dapat memberitahukan sesuatu yang akan teriadi pada
esok hari, baik dengan jalan ramalan bintang, berhubungan dengan
jin, dengan cara menulis atau membuat garis di tanah, atau dengan
242
cara-cara lain yang merupakan kebatilan jahiliah, baik di Timur mau-
pun di Barat.
Cukuplah jika kita membaca beberapa ayat Al-Qur'an atau hadits
Nabi yang mulia untuk menjelaskan kesesatan para pembohong itu.
Allah SWT berfirman:
"fi,iiyql,id:;^i5,r.i$ta;,,r\J"f
"l(atakanhh: Tidak ada wrang pun di langit dan di bumi l,ang
mengetahui perl<an gaib, kecuali NIah ....- (an-Naml: 65)
Dalam ayat ini Allah meniadakan seorang pun dari penghuni langit
dan bumi yang mengetahui perkara gaib.
Dalam ayat lain Allah berfirman:
"Katakanlah: 'Aku tidak berkuas menarik kemantaatan W dirtku
dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki
Nhh. Dan ftldrafita alru mengetahui png gaib, tentubh alru mem-
buat kehiil<an *np*-Unyalorya &n atu tidak akan ditimp
kemu&ntan. Aku tihl lain hanyalah pmfuri pringatan &n
rynbatn brita gembin fugi orang-onng yng briman " (al-
A'ra(: IE8)
i;'j;iy@r "A=r.i&+rt#ii?i
fr$;i:u
"(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui'1tang gaib, mal<a Dia tidak
memperlihatlran kepda *onng pun tentang Wng gaib itu.
Kecaali kepda nsul yang dirtdhai-Ny...."(al-Iln: 26.-271
243
Di dalam ayat ini Allah menyifati diri-Nya bahwa hanya Dia yang
mengetahui perkara gaib, dan Dia tidak memperlihatkan yang gaib
ini kepada seorang pun dari makhluk-Nya kecuali kepada rasulyang
diridhai-Nya (untuk mengetahuinya). Sedangkan Dia memperlihat-
kan sesuatu yang gaib kepada rasul itu sesuai dengan kehendak dan
kebijaksanaan-Nya.
Di samping itu, dalam hadits-hadits Rasulullah saw. disebutkan:
fit35t'J34t<$l$qvbiG
.&*1si:d4{1l63$q
"krangsiap yng dakng kepda dukun ramal, kemudian dia
membena*an aW )ang dikatakannya, malra xsunguhryn dia
telah kufur kepda apa Wng diturunl<an kepda Nabi Muhammad
ffiw..'135
g
q LE-,%\1 51 \btii\ 6V 5r
*6#{se3gr'1,6e#.
\'f\439\!'e
"funngsiap yang datang kepada tul<ang ramal, tukang sihir, atau
kepada dukun, kemudian mempercal"ai aW yang dil<atalcanryn,
malca resungguhnya dia telah kufur kepda aN ltang ditutankan
kepda Nabi Muhammad saw..'136
134HR muslim dari sebagian istri Nabi saw..
135gp al-sazzar dengan isnad yang bagus dan kuat dari fabir.
136HR Thabrani dari lbnu Mas'ud, dan para perawinya adalah perawi kepercayaan
244
Tukang ramal, tukang t€nung, dukun, ahli nujum, semuanya ter-
golong satu 'rumpun', yaihr orang-orang yang mengaku dirinya
mengetahui perkara gaib dan kemudaratan-kemudaratan melalui iin,
ramalan bintang, dan lain-lainnya.
Banyak bangsa di dunia iniyang mempunyai kepercayaan kepada
bintang-bintang beserta pengirruhnya terhadap berbagi peristiwa di
alam ini, sehingga sebagian dari mereka menyembahnya atau mem-
persekutukan Allah Ta'ala dengannya. Ada pula di antara mereka
yang tidak menyembahnya secara t€rang-terangan, tetapi mereka
mensakralkannya sehingga menjadikannya seperti sembahan.
Maka di antara sisanya ialah masih adanya kepercayaan bahwa
segala peristiwa yang t€riadi di bumi kita ini ada hubungannya
dengan bintang-bintang di langit --baik peristiwa yang baik maupun
yang buruk-- serta bahwa keberuntungan dan nasib buruk, kese-
nangan dan kesedihan, mahal dan murahnya harga, damai dan pe-
rang, semuanya berkaitan dengan genk tata surya dan peredaran
bintang-bintang.
Inilah yang ditolak oleh Islam. Bintang-bintang itu tidak lain
hanyalah sebagian dari maktrluk Allah Ta'ala di alam semesta yang
luas terbentang ini, ada yang tingg dan ada yang rendah, dinisbat-
kan kepada urusan-uusan )ang nisbiyah (relati$.Dia (bintang-bin-
tang) itu adalah makhluk frang diciptakan Allah untuk kepentingan
kita, sebagaimana firman-Nya:
' "hn Dia-kh yng menjadikan binhng-binbng bginu agar kamu
menjdihmW rrfuniuk elan kegelapn di &nt &n di laul *-
snWnrya Kani tdah mafeJaslan bnda-tanda lfurut(Kani)
kepda onng-onng ),ang mengetahui." (al-An'nm: 97)
"Dan Dia menundulclran malam fun siang, matahad dan bulan
unfit/rrnu. Dn bintang-bintang itu ditwdufun (untuknu) dengan
printah-Nya. ksungguhnlta pda ),ang demikian itu bmr-fumt
ada tanda-tanda (ke/rl.nsr.an Nlah) bagi kaum yng memahami-
(ry'a)." (an-Nahl: 12)
245
_ Dengan demikian, ilmu "ramalan perbintangan" (astrologi/horos-
I9p) untut mengetahui perkara gaib adalah ihnu phitiah yang dito-
lak oleh Islam dan dianggap sebagai salah satu jdnis sihii, sebagai-
mana disebutkan dalam hadits Ibnu Abbas dari Nabi saw.:
'r3*.61#is;ru,i4tv
(+v q,b >st>ji oD) , 7$6'15,r34G
"knngsiap mengambil xptong&d ilmu nujum (nmahn per-
bintangan), maka funrti dia mengambil rytong&ri itmu sihin
brunhh ilmu nujumnya furtamhh pla sihimya, (HR Abu
Daud dan Ibnu Mafah)
246
bacanya --bahkan membenarkannya pada suatu waktu-- semua itu
menunjukkan beberapa kenyataan penting, 1ai$:
1. Adanya kekosongan dalam kehidupan manusia pada zaman
sekarang. Yang saya maksud dengan kekosongan ini bukanlah
kekosongan waktu, tetapi kekosongan pikiran dan jiwa, keko-
songan akidah dan kehampaan spiritual, dan kekosongan itu se-
nantiasa menuntut unhrk dipenuhi dengan bentuk apa pun.
Karena itu dikatakan dalam kata-kata mutiara: "Barangsiapa
yang tidak menyibukkan jiwanya dengan kebenaran, maka jiwa
itu akan menyibuklennya dengan kebatilan.'
2. Dilanda kegrrncangem jiwa dan hilangnya perasaan aman dan ten-
teram, yakni keamanan dan ketenteraman jiwa, yang keduanya
merupakan kunci kebahagiaan. Hal ini sudah melanda seluruh
dunia, sehingga orang-orang yang t€lah mencapai kesuksesan
materiil dan memiliki ilmu pengetahuan tinggi hidup dalam kete-
gangan, keguncangan, dan ketakutan.
3. Keguncangan dan kehampaan jiwa ini merupakan akibat dari
hilangnya sesuiltu )rang amat penting dalam kehidupan manusia.
Sesua$ )rang amat penting itu adalah funan. Iman inilah sumber
keamanan dan ketenangan. Malra Besar Allah dengan firman-Dlya:
"Otanggrang tang fuinw hn tidak manamptiluk*an iman
nere*a dengu lcqaliman (sytrik) merdra itulah orangonng
yang mandapat keamanan dan merclra ifu adalah onng-onng
Wtg mendapat petunjuk" (al-An'am: 82)
Firman-Nya lagi:
"(Yaitu) onngenngyngfuriman dan hati merclcamenjadi tente-
nm dengan mengingat Nlah. Ingathh, hanW dengu mengingat
Nlah-lah hati menjadi tentenm." (ar-Ra'd: 28)
3
BENART(AH I{ANUSIA ITU KHALIFAH ALTAH
DI ITTUKA BUIiil?
Pertanyaan:
248
':' lldak diragukan lagi bahwa tema ini memiliki kedudukan yang
'Sairyat penting dalam pemikiran Islam klasik dan modem, karena
berkaian dengan ledudukan manusia menurut pandangan Islam dan
'.Fnentuan deraiatnla di dam senrcsta. Hal ini merupakan aiang pem-
bicaraan para muakalltun (ahli ilmu kalam), ahli filsafat, ahli tafsir,
dan ahli tasawuf dalam berbagai kesempatan, sebagaimana yang
terjadi pada zaman sekarang ini di kalangan ulama, budayawan, dan
pemerhati masalah keislaman, sehingga ada sebagian orientalisyang
fanatik png sengaia menghembus-hembuskan racun dalam masalah
ini, dengan menladap beberapa kalimat, unnrk melonarkan tuduhan
bahwa Islam merendahkan kedudukan manusia.
Karena itu kami memandang masalah ini perlu diielaskan haki-
katnya dan diungkap rahasianya, sehingga menfadi jelas masalah-
nya bagr saudara penanya.
Perlu saya ingatkan sebelumqya kepada saudara penanya dan
kepada penulis yang terhormat bahwa istilah "manusia sebagai kha-
lifah Allah di muka bumi" itu bukanlah cipaan budayawan Islam
modern dan bukan pula cipAan golongan sufi yang ekstrem, tetapi
istilah ini diriwayatkan dari tokoh-tokoh mufasir (ahli tafsir) dari
kalangan sahabat, tabi'in, dan orang-orang sesudah mereka. Dan ini
merupakan salah satu pendapat dari dua aau dari berbagai pendapat
mengenai makna "khilafah" dalam firman Allah Ta'ala:
'i$c!'jtelh6+y
"... Sesugguhnya Nat hen&k menjadikan t<halitah di muka bumi
...."(al-Baqarah: 8O)
250
Kemudian Dia mengusir iblis dari rahmat-Nya, dan menetapkan
laknat kepada iblis hingga hari kiamat ketika dia tidak mau meme-
nuhi perintah-Nya unhrk memberikan sujud penghonnatan terhadap
makhltrk baru (manusia) ini .... Semua ini menjadikan hati cende-
rung kepada asumsi bahwa pemberitahuan Ilahi kepada malaikat
bahwasanya Dia hendakmenjadikan khalifah di mukabumi itu tidak
menunjukkan bahwa dia hanya semata-mata makhluk yang dicipta-
kan untuk menggantikan penduduk bumi sebelumnya. Bahkan saya
memilih apa yang dilatakan Sayid Shiddiq Hasan Xtran dalam tafsir-
nya, Fathul-Bayan, setelah menyebutkan berbagai pendapat mengenai
makna "khilafah" dan "khalifah". Beliau berkata: "Yang benar, ia
dinamakan khalifah karena ia merupakan khalifah (wakil) Allah di
muka bumi untuk menegakkan hukum-hukumnya dan melaksana-
kan keputusan-keputusan-Nya. "
Telah dikenal bahwa Sayid Shiddiq adalah salah seorang ulama
yang memiliki komitmen kuat pada pemiktan salaf dan termasuk
ulama hadits yang independen.
Sala (Qardhawi) dalam hal ini ddak dalam posisi mdaloden agih
(menguatkan salah sanr pendapat), tetapi cukup bagi sap bahwa
pendapat inilah yang mtitsur dan disebutkan berulang'ulang dalam
sumber-sunfier hfsir, sera sepengealiuan saya ddak ada sorang
pun yang mencelanya sebelum Imam Ibnu Taimifh dan muridnya
Ibnul Qayyim rahimahumallah --meskipun Ibnul Qayyim lebih halus
dan lebih moderat dalam masalah ini dibandingkan gurunya.
Dia (Ibnul Qayyrm) telah membeberkan masalah ini dalam kitab-
n!a, MiftahuDank Sa'ailsh, ketika mengarah hadits png diriua5atkan
Abu Nu'aim dan lainnya dari lQmil binZiyad,dari Ali bin Abi ltalib
r.a. mengenai keutamaan ilmu dan ahlinya yang menyebutl€n:
S'l/&€ie*SJ'eii',GE-6r):J
//,-/, v- < Z t.tz
-j-
, -
"Merel<a adalah klnlifah-khalifah Nlah di bulmi-t{n fun juru-jutu
dalwah-l{yd Wng menpru manusia kepada aguna-W."
251
Kemudian dia mengenrukakan dalil png aipergunatran oleh golongan
yang tidak memperbolehlen mengucapkan kata-kata ini secaramut-
i61--yangakan saya sebutkan dan anggapi nand- dan diaberkata:
'fika lang dimalsud dengan iitlufah kepada Allah_ (yakni-dengan
menyibui'klralifatr Allah't itu menggantikan/mewakili Allah, maka
pendapat yang benar ialatr pendapat golongan yang tidak memryrbo-
ietrtorinya. Sedangkan lika fng dirnalsud dengan illufah itu ialatl
bahwa Allah meni-adikinnya sebagai pengganti orang sebelu{nlya,
maka dalam hal ini tidak terlarang meng-idh$ah-kannya .... Hakikat-
nya, l0alifah Allah adalah yang difadilon-tlp sebagaipengganti bagi
t"i*lra. Dengan demikian, keluarlatr iawaban iu dari pertaaan
Amtuiil Mukminin: 'Mereka adalah khdifah-khdifatt Allah di bumi-
Nya.'' Demikian uraian Ibnul Qayyim.
Saya pribadi adalah seorang yang sangat mengagumi Syekhul
Islam Ibnil Taimiyah dan muridnya, Ibnul Qa14yim, beserta lekayaan
ilmiah mereka )rang agung yang mereka tinggalkan unttrk umat ini.
Sebagaimana saya luga menghormati motivasi yang mendorong
mere[a mengingirari ide "khilafah Allah' ini setelah sebagian ahli
asawuf berlaku ekstrem sehingga merusak pengertiannya. Namun,
saya melihat dalil-dalil yang mereka lcemukakan --unnrk melarang
atau menolak pendapat bahwa manusia sebagai lftalifatt Allah di
.muka bumi-- adalah dalil yang tidak qath'i dan tidak kuat.
Ada dua alasan yang beliau iadikan ocuilrl:
Petlnn& bahwa ltetika orang-orang memanggil Abu Bakar r.a.
denean sebutan: "walni Khdifah Allah', beliau menfarmb, 'Aku
bul6n khalifah Allah, tetapi aku adalah khdilah Rasulullah saw.,
cukup beginr.'
xeaui, bahwa khalifah ialah orangyang menggandkan keduduk-
an orang lain. Adapun Allah Ta'ala tidak boleh ada seorang-pun yang
meniadipengganti-Nya, karena tidak ada yang senama 99 fat"
derU;an-llya, Satrtan Dia-lah yang meniadi pengganti bagi lainnya,
sebagaimana dalam hadlts:
grw\i+#tratgr
-y'; Altal\ hgfuu dalah snhafurt dalan @eryian dan ldlalitalt
&lam keluarga"'
Memperhatikan dalil yarrg pertama, kita dapati bahwa perkaaan
itu diucapkan Abu Bakar dalam kedudukan tertentu yang khusus dia
252
miliki, yang tidak dimiliki orang lain, laitu kedudukan sebagai
pemimpin tertinggi yang dibai'at sebagai kepala pemerintatran sepe-
ninggal Rasulullah saw.. Dugaan akan timbulnya sikap berlebihan
dalam kondisi seperti ini memang ada dan zudatr dilenal di kalangan
bangsa-bangsa, yang kerafaannya dlwarisi oleh kaum muslim, dan
contoh yang paling dekat ialah bangsa Persia yang mengagung-
agungkan rqa-raja dan pemimpinnya dengan cara menyucikan dan
memperhrhankann)ra.
Sedangkan Abu Bakar r.a. --meskipun sebagai kepala pemerin-
ahan-- bellau memiliki akidah yang kuat dan bellau ingin agar aki-
dahnya selamat dari kotoran dan penyelewengan. Kedudukannya
yang istimewa -yangtidak dimiliki kaum muslim lainnfia-- sebagai
khalifatr Allah justnr membuat beliau khawatir akan diagung-agung-
kan secara berlebihan sebagaimana yang biasa diberlakukan ter-
hadap para penguasa. I(arena itu beliau menolaknya, dan mengang-
gap cukup bahwa beliau sebagai khalifah Rasulullah saw.. Maka
beliau berltata, 'Cukuplah yang demikian itu bagiku." Komentar
beliau ini menunjulckan apayang telah sa5ra sebutkan. Disebutkan
pula dalam suaft riwqat bahra salah seorang penyair pernah ber-
kaa lcepadaAbu Bakar:
'WahaiKhalifah nfiran Yang Ratrman
trani adalati orang-orang lqng tulus
" l(amt bdsrfud pada nralCu pad dan p€tang hari
I(ami adalah banpa Arab asli
IGmi ahu ada hakAllah pada harta kami
Hak zakat sebagaimana ditetapkan ddam wahyu
yang diturunkan Ilahi."
Kita tidak ahu apakah untaian kalimat tni sampai kepada Abu
Bakar atau tidak, rcapiyangfelas diucapkan pada zaman betau, dan
tldak ada berita yang sampai lepada kita bahwa ada seseorang dari
l@langan sahabat ),ang mengfuEkarinya.
Dengan demikian, nyatalah bagi kia batrwa ungkapan Abu Bakar
itu bukan merupakan nash yang mengingkari khilafah Allah yang
umum kepada semul manusia, karena kalimat inr diucapkan dalam
siftasi t€rtentu dan unuk turuan tertenar pula.
Di samping itu, yang sama dengan ini'ialah apa yang diriwayat-
kan dari Abu Dzar bahwa dia mengingkari Muawiyah yang memberi
i_stilah harta perbendaharaan Islam dengan 'harta Allah" (nualullah),
dan dia meminta agar menyebutnya dengan "harta kaurir muslim"
(naalul-muslimin). Padahal, meng-iitlufah-kan (menyandarkan) harta
lepada Allah Ta'ala ift iuga terdapat dalam Al{ur'anul l(arlm:
"... dan berikanhh kryda merelra *bgtan dad hafta Nhh yang
dikarunialcan-t{ya k@amu ....' (an-Nur: 55)
:ii(itVrrtrSW,)fr ,S1Jsrcr
254
"-J$"'fffr (#e!iqe$.:.''r9
'lJ,(t*s
"Hafia itu afuhh hafia-Ku, orang-oruE takir itu adahh tangwg-
an-Ku, fun onng-onng kn
itu adalah tnkil-Ku. Apabita wa*il-
wal<il-Ku itu 0r;tsilc,p bakhil terha&p onngenng yng menjadi
tangungan-Ku, maka Nru tinpalan kep& merelca azabKu &n
Aktt tidak Nuli lag."
11furrtnchah
Pendapat yang mengatakan
Pendapat mengatakan bahwa
bahwa manusia sebagai khalifah
Allah --dengan menetapi batas-batasnya-- bukanlah pendapat yang
keliru dan membahayakan serta tidak akan menimbulkan kece-
qusan dan kegelisahan. Di samping itu, kita dapat mengambil man-
faat dari pemikiran ini menurut kemampuan kita dan membersih-
!,unny,u dari penyelewengan para sufi yang ekstrem. Dengirn itu pula
kita dapat menunjukkan bagaimana pandangan tslam terhadap
manusia beserta kedudukannya yang tinggi di dam semesta ini. Ber-
beda dengan pandangan kaum materialis inodern yang menjatuhkan
255
deraiat manusia ke peringkatyang serendah-rendahnyra, dan menfa-
dikannya sebrFl anak cuctr lera dan kerabat babi.
Pemberian kedudukan kepada manusia sebagal khalifatt Allah ini
beriringan dengan empat hal yang tidak ada satu pun di antaranya
yang menimbulkan mudarat atau bahaya kepada manusia, bahkan
mendapat lcbaikan fang ban),ak di dalamnya apabila orang mau
merenungkannya:
Pertama, batma manusia ddak boleh Mndak secarir mutlak
dan bebas di alam semesta ini, mlsalryra berbuat semaunya, mene-
apkan hukum menurut yang dikehendakinya, menafikan tanggung
jawab dari apa yang pernah dilakukamya, dan menganggap tidak
ada hisab atas ketetapan hukum png pernah dtpuuskannya. Manu-
sia sebenarnla hanya diberi tugas oleh Pencipta alam dan Pencipta
dirinya, diserahi urgas untuk memakmurlcan alam dan melakukan
perbuatan-perbuatan di dalamnya sesuai dengan perintah yang me-
wakilkannya dan petunjuk dari png meniadikannya khalifah.
Kedua, bahwa Allah telah memberi manusia kemuliaan yang
besar dengan kedudukannya yang istimewa png tidak diberikan
kepada makhluk lainnya baik di langit maupun di bumi. Suatu ke-
hormaan yang diinginkan para malaikat dan fang oleh Imam ar-
Razi diungkapkan dengan perkataannya: "sesungguhnya elhh telah
meniadikan Adam sebagai khdifah bagi-Nya.... Dan sudah maklum
batrwa orang yang paling tinggi kedudukannla di sisi Raia ialah
orang yang menggandkan kedudukannya dalam menialankan lce-
kuasaan dan beftindah karena dia sebagai $akilnya .... Hal ini diper-
kuat dengan ffrman Allah Ta'ala:
'ndafuL lamu rertntilan wungguhnya Nlal, tehl, menwduk-
lran untuk (keWn@rulmu aW Wg di Wit &n ap grg di
bumi? ...." llmqmtru 2Ol
256
nla. Sebagian dari meraka bernrgas menfaga Adam aaq ant flP-
n5a, seOagian lagi bernrgas membawa urrun rezekinya, dan sebagian
lagi meminakan ampun unhrknJra." ,
-xeilea, batrwa manusia yang difadikan khalifatt int sudah banng
tenfi dibedberbagai tamanrpuan dan kekuatan serta anugerah lain-
n)ra, serta disediakan un$knya siuana dan prasarana sehingga ta
dipat menfalankan hak kekhalifahannya. Ihlaulatt tidak demikian
suiah baring tentu pengangkatannya sebagai khalifah-di muka
bumi ini sia-sia. uatra suii allah vang Maha Mengetahui dan Maha
Bijaksana dari hal tersebut.
Di antara pemberian tersebut ialah karunia yang berupa ihu9*
ma'rifah, yang tampak jelas ketika lrllah luzawa falla mengajarkan
-Kita Adam ftilna-nama semuanya.
kepada
iuga meniumpai sarana dan prasarana t€rtentu unhrk kepen-
tingan i*r-nafan ini aaam firman Allah terdahulu mengenai kisah
pengangkatan Adam sebagai lihalifah:
"Dia-lah Nlah, yang meniadikan qala yary a& di fumi untuk
Icarnu ...." (al-Baqaralt: 29)
6fi1*a$4i+-iritiq64ii);
@a;*sGtQ
"Dan annguh tetal lGrmi tulis di dalam hbw wt&h(Kalmifitlis
dalan) Lauh Mahtuzlt batwvasanm bulrti ini diPlrsa*ai lwrba-
hamb-Ku yang *leh" (af-Anbllta': tOS)
257
Walhasil, di negara-negara Arab dan di lalangan kaum muslim
-
sekarang banyak diiumpar berpagi mazhab fpatraml yang menyim-
papg, pikir-an-pikiran png destnrktif, alddhh-akidah iirpor,-dan
kelompok-kelompok kebatinan yang memusuhi Islam dan timitnl,a.
sesungguhnya hal inilah yang lebih utama untuk dihadapi dengan
segenap tanaEldan periuangan, baik oleh para ulama, parh penullis,
fitn p.rl pemlkir ),ang pun),a ghirahtnrhaiap akidah fiam, ry*ht
lslam, dan umat lslam.
4
HUKUDT IIENGUCAPI(AN:,BERIiAT I(ARUNIA
ALIAH DAN PER'UANGAN IIUTTHLISIN'
Pertanyaan:
Jautaban:
Akidah merupakan substansi Islam, iman kepada Allah Ta'ala
merupakan substansi akidah, dan tauhid adalah substansi iman.
rauhid ialah mengesakan Allah SWT dalam beribadah dan beris-
ti'anah (memohon pertolongan), maka tidak boleh beribadah kepada
selain Allah dan tidak beristi'anah kecuali kepada-Nya, sebagaimana
dinyatakan seorang muslim dalam bermunaiat kepada Tuhannya
setiap kali melakukan shalat:
"Hanta kepda-Mu kami benbadah dan hanya kepda-Mu l<ami
mohon pertolongru." (al-Dadhalt: 5)
259
't
Nashara, seperti lQisar Rormwi, Raja Najasyi, Muqauqis, dan lain-
lain. Ayat yang dimaksud adalah:
Ihtalranlah: Uai AIfr Ktab, mailah (btryA) ptu sntu kalimat
(ketetapan) Wtg tidak ada petxlisihan antara lcami dan kamu,
bahwa tidak kita rembah selain Nlah dan tidak kita perxkutukan
Dia dengan *suatu pun dan tidak (pula) sefugian kita menjadikan
*fugian ptglain *fugai tuhan selainNlah. Jihmer*afurpling
mal<a katakanlah kepda mereka:'Sakil<anlah bhwannya lrami
adalah orang-onng ltang bersenh din $epda Nkh)." (Alt Im-
ran:64)
i
260
l
l
"Masya Allah wa syl'ta ya Rasulallah," (menurut kehendak Allah
dan liehendakmu, wahai Rasulullah), maka beliau menolak leras de-
ngan mengatakan:
3is-$,#'c5 lLefrg'#
(^t,' PDq56tH,ob,) , t'gJitiaAll
alil tandingln W NIah?
",Arrllcah englrau hendak menjadikan
Jangan fugiht, tetapi (uapkanlah): Menurut kehendal< Nbh
fiia'4u
Dalam hadits lain beliau bersabda:
WiSS,Eid'"Witi"t7't;W;t\<l
--
C'utu
hmu
azirb, > . 8i6'r6$'il''611
mengatalrat'Menurut kehendak NIah &n ke'
"Janganlal
hendal< si R tan.' Tetapi uaphnlah: 'Mqrunft kdrendak NIaIt
kemudian kehen&l< Fulan."43e
. &i'gi'i;tS6,r?3
"IJcaplranlah: 'Magn Nlah tsumma syi'ta' (Menurut kehendak
Nlah kemudian kehendaltnu).'a ao
138HR Sukharidalam ,al-Adabul-Mufrad, (7SZ); Ibnu Maiah (21 lQ; dan Ahmad (1839
dan 2561). Syakir berkaa, 'bnadnya sahlh''
139HR Ahmad (5: 384 dan 394) dan Abu Daud (4980) dati hadiB Hudzaifah. lup di-
sebutkan oleh al-Albani dalam silsihh srr4hihah,.nomor 157.
140gi 6h666 (6: 371 dan 372) dan lakim 14: 297) *rt^ disahkan olehnya juga di-
setujul oleh adz-Dzahabi dari hadlts Qutailah bind Shathl, seorangrmnita dari Juhtnah. Dlse-
butkan pula dalam silsilah shahih4h, nomor 156.
26r
Hadits-hadits tersebut dan yang semakna dengannya menunjuk-
kan betapa perlunya menghindari lafal-lafal atau ucapan-ucapan yang
mengandung konotasi syirik, walaupun tidak dimaksudkan oleh yang
mengucapkannya.
Tetapi pertanyaan penting yang kemudian muncul ialah apakah
larangian ini wajib diterapkan untuk semua laflal atau ungkapan yang
menggunakan huruf 'athaJdengan "wau'pada semua perbuatan atau
urusan yang disandarkan kepada Allah Ta'ala, ataukah larangan
ya_ng keras ini hanya untuk lafal{afal dan ungkapan tertentu seperri
lafal masyi'ah dan lafal tawahhel seperti mengucapkan: 'Tawakkaltu
'alallah wa'ala fulan"?
Orangyang suka membaca al-Qur'an dan mau merenungkannya,
niscaya ia,akan mendapati bahwa kitab yang mulia ini juga sering
menggunakan ungkapan-ungkapan yang mirip dengan ungkapan
yang sedang dipermasalahkan ini --"dengan lberkatl karunia Allah
dan perjuangan orang-orang yang mukhlis"-- dalam beberapa per-
soalan yang sesuai, misalnya:
1. Firman Allah Ta'ala kepada Rasul-Nya:
"Dan jila merdra bmalrud henful< menipumu, nnlra wtnguh-
nya cukuplah Nhh (menjadi pelindungmu). Dialah yng memryr-
kntnu dengan prtolongan-Nya dan dengan pra mulonin, dan
tang memperatukan hati merel<a (orang-onng yang fuiman) ...."
(al-Anlal: 6.2-6.31
Dalam hal ini Allah tidak berfirman: "di sisi Allah kemudian di
sisi orang-orang yang beriman".
262
4. Firman Allah:
"Dan lratakantah:'Bekerialah l<amu, mal<a NtaL dan Ras.tl-lfta dan
onng-onng mulmtin alran melihat pekeriaanmu itu ...." (at'Tau-
bah: IO5)
Dalam ayat ini Allah tidak berflrman: "... kemudian Rasul-Nya
kemudian orang-orang yang beriman ...."
5. Dalam firman Allah berikut:
hanylah W Nlalr, W Rarul'NW dan
"... Padahal kelruatan itu
bagi onng-orutg mulmin .... " (al-Munaflqun: 8)
"Sesungguhnl,a pnolong lramu harynlah Nlah fun Raailrya dn
onng-onng yang beriman .... " (al-Ma'ldah: 55)
Dan ayat-ayat lain yang serupa dengan itu (yang tidak menggu-
nakan lafal tsummalkemudian, melainkan dengirn menggunakan
huruf 'athaf "wau'/dan; Penf.).
6. Dalam frrman-Nya pula:
)t)is i'!ffit$U*:ei'j*i*SYi
\lengry *amu Mak nutu turprury
evijfi$
di firlan Nlah dan (lrnerm,ru)
onng-orang lnng lemah, baik lald-laki, wanita'wanit4 mauryn
anak-anal<.... " (an-Nlsa': 75)
Dalam ayat ini Dia tidak berfirman: "tsumma al-mustadh'afiina ..."
(kemudian membela orang-orang yang lemah).
7. Firman-Nya:
"Jil<alau mereka sunggth-sunggth idln denga aF yang difun-
kan Ntah dan Pasul-Nya kep& mer*a &n bertrata: Cukuplalt
Nlah bagi kami, Nlah al<an memberilcan kepda karni *bagian
dari lrarunia-Nya dan demikian pula Rarul-Nm wtnguhryn
kmi adalah onng-onng yng hrhanp kep& NIaI\'(tentulah
png demikian itu lebih baik bagi mercka)." lat'Taubah: 59)
Pada ayat ini Allah tidak berfirm?n: '... apa yang diberikan Allah
hemudian Rasul-Nya kepada mereka ...' dan "Allah akan memberikan
263
\epa$a kami sebagian dari karunia-Nya kemudian demikian pula
Rasul-Nya...."
8. Firman Allah SWT:
"Mereka bersumph kepada kamu dengan (nama) Nlah untuk
mencai keridhaanmu, padahal Nlah dan Rasul-Nya itutah png
Iebih patut merel<a mencari keridhaan-Nya jih mereka itu onng-
orang Wg beiman." (at-Taubah: 62)
264
5
PENDAPAT IBNU TAII{NA}r DAN IBNUL QAYYltt
TENTANG KETIDAKKEKALAN NERAT(A
Pertanyaan:
Iktikad yang t€lah memantap dan terhuniam di hati saya seiak kecil,
dari apa yang telah saya dengar dan saya pelaiari, juga dari yang
saya baca dan saya kaji setelah itu ialah bahwa azab neraka bagi
orang-orang yang terus-menerus dalam kekafiran hingga matinya,
adalah kekal. Dan neraka itu selamanya tidak akan musnah dan sima,
kekekalannya adalah seperti kekekalan surga dan kenikmatannya.
Tetapi belakangan saya membaca suatu buku yang memuat-kete-
rangan bahwa syekhul tslam Ibnu Taimiyah dan muridnya al-Allamah
Ibnul Qalyim mempunyai pendapat yang berbeda dengan pendapat
jumhur Ahli Sunnah atau iumhur kaum muslim secara umum. Mereka
berpendapat bahwa neraka tidak kekal, dan pada suatu hari ia akan
sirna dengan kehendak dan perintah Allah, dan akan datang suatu
masa di mana sudah tidak ada seorang pun manusia di dalamnya
/nerakal.
, Apakah benar menisbatlan pendapat ini kepada kedua orang
syekh tersebut? Apakah ini hanya tuduhan musuh-musuhnya saja
untuk menjatuhkannya?
IQmi mohon Ustadz berkenan menielaskannya dari kitab-kitab
png ditulis oleh mereka sendiri, bukan dari nukilan orqng lain dari
be[au. Semoga Allah memelihara Anda dan memberikan balasan
yang sebaik-baiknya.
Jazoaban:
Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat dan salam tercurahkan
atas Rasul-Nya. Wa ba'du.
Pendapat yang ditanyakan saudara penanya yang terhormat itu
dinisbatkan kepada dua orang imam, yaitu Ibnu Taimiyah dan lbnul
Qalyim.
Saya telah berusaha mencarinya dengan membaca beberapa kitab
sebagaimana yang diminta saudara penanya. Tetapi sepanjang yang
saya-baca, pendapat seperti itu tidak saya fumpai di dalam karya-
karya Ibnu Taimiyah, baik dalam kitab-kitabnya maupun dalam risa-
lah-risalahnya, yang sebagian besar telah diterbitkan oleh Keraiaan
265
Arab Saudi, seperti "Minhajus-Sunnah" dan "Dar-u Ta'arudhil-'Aqli
wan-Naqli", begitu juga risalah-risalah dan fatwa-fanuanya yang ter-
diri dari tiga puluh tuiuh jilid lengkap dengan indeksnya.
Alhasil, saya tidak menemukan pendapat Ibnu Taimiyah seperti
itu. Tetapi yang saya jumpai bahwa pendapat ini adalah pendapat
muridnya, Ibnul Qalyim.
Saya tidak tahu mengapa teriadi leleliruan penisbatan pendapat
ini kepada Syekhul Islam. Barangkali mereka mengira bahwa Ibnul
Qayyim tidak mungkin mengeluarkan pendapat sendiri melainkan
dari gurunya, sebagaimana kebiasaannya. Dan kadang-kadang ia
merinci dan menjelaskannya serta mengemukakan dalil-dalil yang
lebih banyak lagi daripada gurunya.
Namun demikian, pada kenyataannya pendapat ini memang pen-
dapat Ibnul Qayyim rahimahullah.
Berikut ini saya kemukakan ringkasan dari beberapa kitab beliau,
agar jelas bagi kita bagaimana pandangan beliau terhadap masalah
tersebut.
a. Sur:at an-Naba'ayat 25
"Merel<a tinggal di dalamnlta benfud-afud lamarw."
266
Tinggalnya mereka di dalam neraka dengan qcyid (ketentuan)
"berabad-abad lamanya" itu menunjukkan waktu tertentu yang
dapat dihirung, sebab sesuatu yang tidak berkesudahan tidak
dikatakan "mereka tinggal berabad-abad lamanya". Dan para
sahabat --sebagai orang yang paling mengerti tentang makna-
makna Al-Qur'an-- memahami ayat tersebut seperti itu, seba-
gaimana akan saya kemukakan nanti.
oL;!;36$Lt,
"Mereka kel<al di fulalnnya selama ada langit fun bumi, k*uali
iika Tuhanmu,mmgfiendalsi (yang lain). Seqrung,rutrya Tuhanmu
Maha Pelal<sna terhadap aW tang Dia kehqdaki."
267
hal ini mengindikasikan bahwa karunia dan kenikmatan (di
surga) itu selamanya.
Adapun mengenai pendapat sahabat t€ntang pengecualian ini
akan saya kemukakan nantl.
2. Pendapat ketidakkekalan nerale ini fuga diriwayatkan dari bebe-
rapa orang sahabat, tabi'in, dan imam-imam besar.
Darl Xalangan sahabat:
- Umar r.a. berkata, 'Seandainya ahli neraka tinggal di neraka
selama sebanyak bilangan pasir di padangA$, niscaya ada ke-
sempatan ba$ mereka untuk keluar (dari neraka)."
- Ibnu Mas'ud r.a. berkata, "Sungguh akan datang pada neraka
|ahanam suatu waktu yang ketika itu pintu-pinnrnya berkibar
(terbuka) dan tiada seorang pun di dalamnya. Dan ini teriadi
setelah mereka tinggal di situ selama berabad-abad.'
- Pendapat serupa juga diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin
Ash.
- Abu Hurairah berkata, 'Adapun pendapat saya, sesungguhnya
akan datang pada fahanam suatu hari yang pada saat itu sudah
tidak ada seorang pun di dalamnya." Dan beliau membaca dua
ayat dari surat Hud di atas.
- Abu Sa'id al-Khudri berkata mengenai ayat,6!5'r{:r6illgtecuai
kalau Tuhanmu menghendaki yang lain): "Kata-kata seperti ini
t€rdapat pada setiap ayat Al{ur'an, yakni berupa alat ancaman. "
- Ibnu Abbas --dalam satu riwayat-- mengatakan mengenai ayat
A$'"'etlSykatanya: "Allah mengecualikan.' Beliau berkata:
"Allah memerintahkan api untuk memakan mereka."
Dart kalangan tabl'tn dan tmam-lmam salaf
- Asy-Sya'bi berkata, "fahanam itu adalah yang paling ramai di
antara dua tempat (surga dan neraka) dan yang paling cepat
sunyi/kosong."
- Abu Mijlaz berkata t€ntang neraka, 'Balasan bagi yang ber-
sangkutan; jika Allah menghendaki, dia dilepaskan dari azab-
nya.'
- Ishaq bin Rahawaih --ketika ditanya tentang surat Hud-- ber-
kata, 'I(ata-kata seperti dalam ayat ini ada pada setiap ancaman
ddam Al-Qur'an.'
268
5. Akal, naql, dan fitrah mengetahui bahwa Tuhan Maha Bijaksana
lagi Maha Penyayang.
Kebijaksanaan dan kasih sayang menolak bila jiwa manusia ini
kekal abadi di dalam azab. Nash-nash dan i'tibar menunjukkan
bahwa azab danhukuman yang ditetapkan atau ditimpakan Allah
kepada manusia di dunia adalah untuk membersihkan dan me-
nyucikan hati dari keburukan yang ada di dalamnya, agr yang
bersangkutan mendapatkan pel4aran (sadar) serta menghentikan
jiwa dari kebiasaan-kebiasaan buruk, dan lain-lainnya. Al-
Qur'an dan As-Sunnah menunjukkan kepada kita bahwa suatu
siksaan atat azab itu adalah untuk kemaslahatan manusia:
"... Yang demikian itu ialah karena merel<a tidak ditimp kehausn
...." (at-Taubahz l2Ol
"Dan agar Nlah membercihkan orang-orirng yng beiman (dai
don mereka)...."(Ali Imran: 14I)
Sedangkan Rabb bagi dunia dan bagi akhimt adalah satu. Hikmah
dan rahmat-Nya ada di dunia dan di akhirat, bahkan rahmat-Nya
di akhirat lebih besar. Disebutkan dalam hadits sahih bahwa rah-
mat-Nya di dunia merupakan sail bagian dari seratus rahmat-
Nya di akhirat. Apabila azab yang diturunkan-Nya di dunia ini
merupakan rahmat dan kasih sayangnya kepada manusia yang
bersangkutan serta untuk kepentingan mereka, maka bagaimana
lagi di tempat (akhirat) yang seratus rahmat-Nya tampak semua,
yang tiap-tiap rahmat-Nya memenuhi langit dan bumi?
Di sisi lain, dalam meniatuhkan az.ab itu Allah tidak memiliki
kepentingan apa pun, sebagaimana firman-Nya:
"Mengap Nlah akn menyilcamu, jilra kanu benyufur dan ber-
iman? .... " (an-Nisa' r l47l
Sebagaimana halnya Dia tidak berbuat sesuatu dengan sia-sia.
fika demikian, apa yang Allah lakukan itu sudah barang tentu
memiliki hikmah dan maslahat bagi hamba-hamba-Nya. Boleh
jadi untuk kemaslahatan para kekasih dan wali-Nya dengan
menyempurnakan nikmat dan kesenangan mereka melalui tinda-
kan yang Dia lakukan terhadap musuh-musuh-Nya dan musuh-
musuh mereka, atau boleh jadi untuk kepentingan orang-orang
yang celaka dan untuk merryobati mereka, atau untukyang lain-
nya. Oleh sebab itu, azab mengandung maksud tert€ntu bagr yang
269
lain, yaitu seb?gai wasilah (lantaran), bukan sebagai fokus nrjuan
itu sendiri. Sedangkan pengertian wasitahitu berakhir dan hilang-
lah hukumnya apabila yang ditufu sudah tercapai. Adapun keni[.-
matan a$i-surga itu pokok dan kesempurnaannya tidak bergan-
tung padakesinambungan dan kekekalan diazabnya ahli neraka.
Dan seandainya ahli surga itu makhluk yang paling keras hati-
nya, niscaya hati mereka akan luluh dan iba melihat keadaan
musuh-musuhnya yang disilsa demikian hmanya. IGmaslahaan
orang-orang yang celaka itu tidak terletak pada kelanggengan
dan terus-menenrsnya siksaan png ditimpakan terhadap-mereka,
meskipun pada asalnya penyiksaan itrr untuk kepentirrganmereka.
4. Allah memberiahukan bahwa rahmat-Nya meliputi segala sesuanr.
Sesungguhnya rahmat Allah itu mendahului kemarahan-Nya, dan
Dia telahmenetapkan sifat rahmat (kasih sayang) pada diri-Nya.
Maka sudah tentu rahmat-Nya meliputi orang-orangyang disiksa
itu. Seandainya mereka tetap tinggal di dalam azab tanpa berke-
sudahan, berarti mereka tidak diliputi oleh rahmat-Nya. Hal ini
sangat ielas, dan sudah ditetapkan bahwa rahmat-Nya pasti men-
capai apa yang dicapai ilmu-Nya, sebagaimana kata malaikat,
"... Ya Tuhan hm| nhmat &n ihnu Fngfuu ,ndipt ti qala rrr.:rrfit
...." (al-Mu'min: 7)
270
Sesungguhnya Allah menciptakan manusia unnrk dirahmati.
Tetapi setelah diciptakan manusia melakukan hd-hal yang me-
nyebabkannya patut mendapatkan azab. Maka penjatuhan azab
kepada manusia itu bukanlah tuiuan (pencipaan), sebenamya
peniatuhan azab itu disebabkan kebijaksanaan dan rahmat-Nya.
Maka hikmah (kebifaksanaan) dan rahmat itu menolak apabila
azab itu tenrs-menerus, tidakberkesudahan. Adapun ratrmat, hal
ini sudah ielas. Sedangkan kebijaksanaan adalah bahwa Dia
mengiazab sesuahr yang melanggar fitrah dan sebagainya, bukan
sebagai tujuan pokok penciptaan, karena Allah mencipakan
hamba-hamba-Nya (pada asalnya) dalam lceadaan lurus, bukan
untuk disiksa. Dia tidak menjadikan mereka untuk berbuat syirik
dan bukan untuk mendapatkan azab. Bahkan, Dia meniadikan
mereka untuk beribadah dan rahmat. Tetapi manusia sendirilah
yang kemudian melakukan hal-hal yang menyebabkannya pafirt
mendapatkan hukuman (mb).Namun demikian, faktor yang
menyebabkannya mendapatkan hukuman --yaitu kekafran-- itu
sendiri tidak kekal. lv1aka bagaimana akibatnya (hukumannya)
harus kekal?
6. Ahlus-.srmnah berpendapat boleh ddak melatsanakan ancaman.
fidak meniatuhtan huhrqtart merupak tn sif'at yang mulia sikap
, suh.rBeryafkai dan ddak menlatulrkan hukuman iur dipuji oleh
-
' Allah Ta'ala dan disanfung-Nyi, karena ihr sudah menjaii trat
png,bersangkuan. Orang png mulia safa tidak menunhrt (semua)
haknya (tmtuk menghukum), maka bagedmana la$ dengan Yang
Maha Mulia? Unnrk mendukung pendapatnya ini, Ibnul Qayylm
mengemukakan beberapa auar dan syair.
Ini mengenai ancaman yang mutlak, maka bagaimana dengan
an@man yang sesudahnya diiringi pengecualian dengan ffrman-
Nya:
"... Sesungguhnya Tuhanmu itu Maha Pelaksana terha&p agmng
Dia kehendaki." (Hud: IO7)
I(arena itu mereka berkata, "Pengecualian ini ada pada setiap
ancaman dalam Al-Qur'an."
271
1. Ayat-ayat Jang menunulckan kekalnya orang-orang kafir di
ddam neraka.
Beliau berleta,'sezunguhnya disebutkannya hkttuit (kelol)
dan ub,itt (abadi) ddak rnenetapkan batrwa tral itu tidak bdrkezu-
dattan. Khuhd arftrf bertempat (dnggal) ;,ang lama, seperti per-
lotaan mereka: 'IGlteltalan dan keabadian paaa sesuatu ttu-t€r-
ikat pada hrusb (kadar, fumlah, perhitungan, kecukupan)-n),a,
yang kadang-kadang seumur hidup, dan selama dunia beikem-
bang. Dan sesungguhnya ada nash yang menyatakan ltekettalan
hukuman sebagian dosa besar bagt manusta yang bertauhid,
yang dalam sebagiannya diberl qayid lketentuanl dEngan lcekal
(b6d, abadi), seperd terhadap orang (mukmln) yangmembunuh
orang mukmin (lainnya) dengan sengaJa:
"... Mah bahsnnfi a&lah nerah Jahanam; ia kel di elamya
...." (an-Nlsa':95)
kxr#",)-4&5,4&4#3#6
euob).,fr ,1ri$,ik|1&rrip,
"furangsiap Wrg merrirfuntuh dfuirya furgil, srlriab tajaA mah
w$tanya iA, abn digarynya di tugamrn &n d/[uguk- frrsrlr-
bilW ke prufrya flrditi di dalan nera*a Jahamn &hn ke
adan keilarl dan dikehlhn di dalaruya *na-furuya (afu-
di,)"t4t
272
"Dan orang+nng bfin W mer*a nerah Jalwnm Mereka
tidak dibinasakan *hing merdca rnatf ...."(fatttr: 56)
Dan lain-lainnYa.
Betan $bnul Qalyim) berkata: Sanr golongan mengatakan, 'Se-
sungguhnya lemutlakan ayat-apt rni di-qayd (terikat) dengan
aya|ayat taqyid dengan pengecualian z!"t muyi'ah, yang terma-
sirt Uit uainxna-imum (metakhsiskan yang umum)- Pendapat
ini seolah-olah seperti perkataan sebagian ulama salaf mengenai
surat Hud al, lt iOT C. tOg, "(Pengeoralian ihr) terdapat pada
setiap ancaman dalam Al-Qur'an."
Pendapat yang dibenarkan oleh Ibnul Qalryim ialah bahwaayat-
ayat ini beriaku menurut keumuman dan lcmutlakannya. Maka
mereka tetap di datam neraka dan ddak keluar daripadanya se-
lama neraka- inr t€tap ada. Tetapi dalam ayat-aBt itu tid?k qerda-
pat indikasi yang m'enuniuk'kah bahwa neraka iar sendiri kekal
ieperti kekahya-l{hh, tidak berkesudahan. Ddam hd ini beliau
mimbedakan antara keberadaan anb tcrhadap ahli neraka yang
kekal sesuai kekalnya neraka, dengan keberadaan neraka yang
kekal yang tidak pu&rs-punrs. Maka ddaklah hal itu mustahil dan
tidak pula [en1ap.
5. Ijma'
Ibnul Qalyim berkata, "Sesungguhnya yang menyangta ada
iima' dalam masalah ini hanyalah-orang-yang- tidak mengetahui
ia-y" perbedaan pendapat. Padahal, sudah dikenal adany-a-per-
bedaan irendapat mengenai masalatr ini di kalangan ulama daltulu
maupun belaliangan. oagaimana tidak dikatakan trrdaipat perbe-
daari pendapat, padahal
-berbeda terdapat
riwayat dari sahabat dan tabi'in
yang fehs-idas dengan aPa yang mereka daktrakan?"
273
pVa !.4-cenderung lepada pendapat lbnu Abbas yang mensara_
lan, 'Tidak seyogiaq)ra bagi seseorang untuk meneiap[an hu"tum
terhadap_ Allah mengenai makhluk-Nyi, dan tidak r"vbei*ti-ua
menetaptan tempat mereka di surga atau di neraka. -trai iniueriau
kemukakan kedka menafsirkan afrt:
'XmC*W3-)g'#;;:Airc
".,. Nhh ffinnr Tlerab itulal tartpt dhm bmA dang lamu
kekal di dalannn, kmtati kahu Nhh mendru**i fnfu Wr)
...."(al-An'ant: I28)
274
.,.?i.;f::lf ii
BAGIAN IV
LAPANIGAT.I IBADAH
DAtl ARKAI{UL'$IAM
-.t
I
I
I
Dlt\srtD DAN POLmK
Pertanyaan:
oi'antara kami t€riadi perdebatan seru mengenai suanr masalah
yang kami anggap peilting. I(ami berbedapendapatmengenai masa-
ianierseUut, &n'tiaaf sEorang pun dari kedua pihak yang dapat
memuaskan
-_- pihak lain.
Mi"g"ga,i pentingnya masalatr ini --lebih-lebih paq masa seka-
ranf- ;naIa't<ami m6nganggap perlu untuk meminta pe-ndapat
UstiAz. Masalah yang kami maksud adalatr bolehtah gusr,q d-iguna-
tan untuk rujua; p6'Utitf Mohon Ustadz sertakan juga dalil-dalil
yang mendukunglya.
" **og" alaf, inemberi taufiq kepada Ustadz dan menjadikan
ilmu Ustadz bermanfaat bagi kaum muslim.
Jawaban:
Masrid sebagst Mar*as Daknrah dan Kantor Pemerlntahatr lnda
Zaman Nabt gow.
Masiid oada zaman Rasulullah saw. merupakan pusat seluruh ke-
giatan liadm muslim. Mal13 masiiq bukan semata-mata digunakan
Intut shalat dan ibadah lainrryra, bahkan ia merupakan pusat iba-
dah, llmu pengetahuan, peradaban, sebagai gedungparlemen untuk
bermusyawarih, dan seLagai tempat un&k u?ryf @erkenalan)' Di
masjid inrlah utusan dari berbagai iazirah Arab datang, dan di sana
pula Rasulullah saw. menerima utusan-utusan tersebut. Di sana
belau menyampaikan khutbah-khutbah dan pengarahan-pengarah-
annya merigenii semua masalah kehidupan, baik y-an-g berkenaan
deniran masalah ad-Din (agama), sosial, maupun politik.
iada masa hidup nasulullah saw. tidak ada pemisahan mengenai
den-gan-ad-Din.(agama)
-potEk,oleh orang sekarang dinamakan
apa yang
ain iuga tidak ada templt lain pada waknr itu untuk urusan
politik aan iremecatran permasalahannya selain di masjid, baik apa
yang disebut urusan agirma maupun urusan dunia.
- d'leh sebab itu, masiia pada zaman Nabi saw. merupakan pusat
dak\ rah dan pemerintahan.l42
277
Masiid pada Zaman Kemafuan dan Kemunduran Umat Islam
Demikian pula pada zarnan Khulafa ar-Rasyidin sesudah Nabi
saw..,.masjid merupakan_tempat mereka dalam semua aktMtas,
baik
politik maupun nonpolitik.
Di masjidlah Abu Bakar ash-shiddiq menyampaikan pidato perta-
manya.yang sang?t terkenal itu, yang berisi manhai poiitiknvi atau
strat(gi pemerintahannya. Dalam pidato itu beliau 6irtata, iw"t
semua manusia, aku_telah dipilih unn* menjadi pemimpin kalian, "i
padahal aku bukanlah orang yang uaif ai aht ra r[ai"n.
kalian melihar aku berada iii-aaI -paling litu
kebei'aran, mata toiongtaii'atu,
dan jika kalian melihat aku di aas kebatilan, mak" iurfirt"rrr"r,
aku."
masjid pulalah Umar (bin,Khattab) menyampaikan pidaronya:
__.-Di
"wahai manusia, barangsiapadi antara liaian yan[ *eiilrii tereng-
kokan pada diri saya, maka luruskanrah-sayi." Iah ada seorang
jamaahyangmenjawab, "Demi Ailah, seandainya kami
$gggq
lihat kebengkokan pag dirimu, niscaya akan kami luruikan dengan
me-
mata pedang kami." Umar-menja.nab, "Alhamdulillah, segah
kepunyaan Allah yang tglah_mgirjadikan di anrara .aLyarfimar irii
[uji
orang yang mau meluruskan kebengkokan Umar (walaupun) dengan
mata pedangnya.'
O.epiJti.antan
uTBt ir,i {* pud"
Sngri masjid pada masa-masa generasi terbaik
rysa \emajuannya
-dan Tetapi ketijra binang per_
adaban Islam relah tenggeram liaum mtislim tertinggd A;r"*
perbagi sektor kehidufan, fungsi masjid pun beruuatr.Eierratas
!q,V" untuk menunaikan shalat dan'khlu$ah-khutbah v*g ai
dalamnya berisi materi-materi yang baku. Khutbah
vur,g ai6ud*n
9qtg"n menggunakan ungkapai yang indah-indah,,i.nglniur*un
hliryl yang puitis,yang semuairya-berkisar paaa situ"ter", v"it,
zuhud terhadap dunia, ingat mati, fitnah kubui, dan azab ami?at.
Karena itu, ketika ruh (semanga0 telah merembes ke dalam
tubuh y.a1q mali (ak bersemhngar)-d* kehidupan daram ua. t"r-
tentu telah kembali ke masjid; begitupun sebagiair khatib sudah mulai
membicarakan persoalan kaum-muilim secara umurn, menekritik
sebagian peraturan dan halan yang bengkok mengenai kehi-dupan
umat --khususnya-menger_rai penyelewengan para
[engrrasa, kelza-
rrman orang-orang kuat gerBdap orang-orang lemah-, aan rctiaape-
dulian kaum kaya terhadap kauin mis[in, seilentara'para uiuri.iun
pemerintah burrykam-- maka sebagian orang mengatikan, "Khutbah
telah memasuki arena politik ....,
278
Poltdk yang Diterima dan yang Dttolak
Saya tidak tahu mengapa kata-kaq "politik' (siyasah) seakan-
-memiliki
akan konotasi;etet dan sebagai sustu jarimah (dosa,
pelanggaran)? padahal poiitik itu -sendiri.--dilihat dari sudut ilmu--
termafrt itniu f,arrg mdh; dan dilihat dari segi praktik serta aktivitas
termasuk aktivitas yang terhormat.
Yang mengheraritaru sebagian politikus justru mempertanyakan:
bolehkih majiA aipergunakan unnrk kepentingan-kepenfingan poli-
tis? Sementari meieki sendiri tenggelam dalam urusan politik seiak
ujung rambut hingga ujung kaki.- - -
' P;da dasarnya-[olifit inr sendiri tidak munkar dan tidak buruk
apabila sesuai denlan prinsip Islam dan dalam bingkai hukum dan
nilainya.
poiitit yang tertolak ialah politik Machiavelli yang berp-andangan
bahwa uni.rk irencapai tujuan seseorang dapat menghalalkan segAla
cara, tidak mengindhhkan akhlak, tidak terikat pada norma-norma
dan nilai-nilai, serta ddak mempedulikan yang halal dan png haram'
Adapun polittk dalam artian untgk menganr urusan umum demi
mewuju?kari lemaslatratan masJraralet, menolak mafsadat (lcrusak-
ant diri mereka,,dan untrk menegakkan kcadilan di antara mereka,
nritra na ini berada dalam satu garis dengan Dinul lslam, bahkan
merupakan bagian dari ad-Dtn kita' 11Ig mgypgkan akidatr, ibadah,
akhlak, dan tantangan ba$ semua sektor kehidupan.
Ivlalq fungsi masiia sebagaimana yang dikehendaki lslam, sebe-
narnlra ddakhh rcrpisatr dari polidk dalam arti-seperti ini'.
dasJia diadakan- unnrk kepentingan urusan kaum muslim, untuk
kebaikin agama dan dunia mereka. Dari masiid inilah manusia dapat
mempelaiari kebenaran, kebaikan, dan keutamaan mengenai segala
urusin kehidupan mereka, baik aspek kerohanian, kebudayaan,
kemasyarakatan, ekonomi, maupun politik. Dan hal ini termasuk
dalam kefardhuan Islam yang sudah terkenal yaifi 'nasihat', Yilg
Nabi saw. telah menjadikannya sebagai "ad-Din secaralteseluruhan"
dalam sabda beliau:
Hal ini juga termasuk amar ma'ruf nahi munkar, yangAllah telah
menjadikannya sebagai sebab utama kebaikan ummat ini:
"l(amu afulah umat yang terfuik yang dilahfukan unfitk manusia,
menytruh kepda yang ma'ruf dan mencqah dart yng munkar,
dan beriman kepda Nlah ...." lilt Imran: I IO)
2ffi
tidatr melarang tindalan munl<ar yng merclca prbuaL Sesunp
i
281
I
t
i
menyebut nama-nama tertentu dan mengemukakan seswrtu secara
detail dengan maksud unhrk mencelanya, menjelek-jelekkannya,
dan menyebarkannya. Maka hal ini tidak boleh disampaikan di mim-
bar, tidak boleh dilakukan dengan caci maki dan fanatik golongan.
Sezunguhnl'a rnasiid --dalam kaitan ini- berfunpi menghalangi
segala sesrurtu yang menenang syariat, meski merupakan program
pemerintah' selelipun. Karena masfid diadakan untuk meneguhkan
sJrariat Allah, bulen unnrk mendukung politik pemerintatran t€rtenu.
Apabila pemerintah bertentangirn dengan syariat Allah, maka
masiid berada di barisan syariat, bukan dalam barisan pemerinah.
Dalam kondisi apa pun kita tidak boleh melarang orang yang
menggunakan masjid untuk kebenaran yangwaiar, lqgis, dan histo-
ris, misalnya menyadarkan umat serta memperingatkan mereka ter-
hadap thaghut-thaghut yang mengabaikan syariat Allah dan yang
mengharuskan mengikuti hawa nafsu mereka serta hawa nafsu
pemimpin-pemimpin mereka, yang tidak akan dapat menolong
mereka sama sekali dari azab Allah.
Dalam beberapa n(€ara Islam, pemerintah mengadakan peraturan
bagi keluarga yang bertentangan dengan syariat Islam. Maka para
ulama menentangnya dan menyiarkannya di masiid-masjid, karena
tidak ada yang mereka miliki selain itu, sebab seluruh sarana infor-
masi dikuasai pemerintatr. Maka tidak ada tindakan png diambil
oleh pemerintah thaghut itu kecuali menghukum ulama-ulama pem-
berani itu dengan hukuman mati (hukum gantung) dan dibakar. Ini
Pernah t€riadi di Somalia.l4s
Pemerintah yang berkuasa ingin menJadikan masiid sebagai
corong untuk mengumandangkan politiknya. Apabila mereka meng-
adakan perdamaian dengan Israel, dipandangnya perdamaian itu
baik, dengan alasan Rrman Allah berikut:
"Dan jilra mereka ondong kepda prdamaian, mah condonglah
kry&nya dan bertawakallah kepah NlaL ...." (al-Anfal: 6I)
Padahd jika hubungannya buruk, maka bangn Yahudi itu ada-
lah bangu yang paling sengit permusuhannya terhadap orang-omng
yang beriman. Sedangkan berdamai dengan musuh yang curang itu
haram dan merupakan suatu pengkhianatan.
282
Demikianlah, mimbar sudah tidak lagi meniadi corong untuk
menyuarakan kebenaran risalah Islam, bahkan telah meniadi sarana
untuk menegakkan politik suatu pemerintah. Masjid telah kehi-
langan kewibawaannya dan telah hilang pengiaruhnya di hati umat,
kemuliaan para ulama dan para da'i juga terhapuskan.
Kita mohon kepada Allah semoga Dia memberikan keselamatan
kepada kita dalam urusan agama dan dunia kita.
2
TTDAK SE}TUA YANG BARU tTU BIIYAH
(Penlelasan llengenal Btd'ah-btd'ah Har[ fum'at)
Pertanyaan:
Saya menerima sepucuk suratyang dikirim oleh seorang saudara
dari Aliazair, isinya seperti berikut:
Hari Ium'at merupakan hari yang paling utama dalam sepekan --
hal ini sudah ddak diragulon lad-- dan pada hari ihr difardhukan
melikulon shalat bedamaah pada wakur zhuhur. Untuk menielas-
kan teutamaan ini d'dn meniuniung deraiatnya serta mengabadikan
sebuann;ra, maka dinamailah zurat keenam puluh dua dalam Al-
Qur'an dengan nama'al-lumu'ah'. Selain ihr, banyak hadits --baik
yang tercantum dalam Shahihain maupun lainnya-- yang memperkuat
keutamaan ini, mempopulerkan, dan menyanjunglya.
I(arena hari fum'at memiliki keutamaan, maka si iblis yang terku-
tuk itu menyebarkan tentaranya untuk mengganggu manusia --dari
kalangan awam sampai lelangan cendekia-- untuk mencampuraduk-
kan urusan mereka dan menampakkan indah bagi mereka berbagi
bentuk aktivitas dan ibadah sebagai pengganti ibadah-ibadah yang
disyariatkan pada hari itu. Mereka melakukan semua ini secara tidak
sadar, dan dengan demikian mereka terkena sinyalemen surat al-
fr,ahfi ayat 104.
Bolehkah --sekadar menenangkan hati-- mengucapkan: "apabila
hari fum'at merupakan hari yang paling banyak menghadapi bid'ah-
bid'ah, maka sesungguhnya orang yang paling banyak menghadapi
ujian adalah para nabi dan rasul"?
Sesungguhnya bid'ah-bid'ah yang diada-adakan manusia pada
hari fum'at itu pada asalnya adalah ibadah untuk mendekatkan diri
kepada Allah --hal ini tidak diperselisihkan lag-- dan semua itu
menjadi "bid'ah" hanyalah karena diletakkan tidak pada posisinya,
baik waktu, tempat, atau lainnya. Misalnya:
Pertarna: membaca Al-Qur'anul Karim dengan menggunakan
pengerirs suara, dengan suara yang.amat keras. Membaca Al- eur'an
ini termasuk syiarfum:at --kalau tidakboleh dikatakan sunnahnya--
tetapi mengeraskan suara ketika membaca Al-Qur'an di maslid tidak
diperbolehkan karena dapat menimbulkan gangguan.
Kedua: memberi nasihat dan bimbingan sebelum khutbah,
karena yang demikian itu --meskipun menrpakan ibadah dan ber-
manfaat-- tidak disyariatkan pada waktu itu, karena waktu iEr ada-
lah waktu untuk melakukan shalat nafilah, membaca Al-eur'an, ber-
dzikir, dan bershalawat atas Nabi pembawa rahmat.... Dan lag, para
salaf yang saleh --yang berbahagia dan yang baik-baik itu-- ridak
pernah melakukannya, padahal terdapat alasan untuk melakukan-
nya. Namun, mereka lebih mengerti keadaan dan lebih tahu menem-
patkan perkataan. Maka tidak ada sikap lain bagi kita melainkan
meneladani mereka dan mengikuti jejak mereka mengenai apa yang
mereka kerjakan dan mereka tinggalkan.
Kedga: bermacam-macam bid'ah yang diadakan orang pada hari
fum'at, yang sebagiannya disebutkan oleh al-Allamah Ibnul Haj di
dalam kitabnya al-Madldal , juz 2, halaman 203-282. Di antaranya
ada yang terdapat di masjid-masjid masyarakat secara umum, ada
yang terdapat di masjid besar, ada yang terdapat di masjid yang saru
tetapi tidak terdapat di masiid lainnya .... Alhasil, ddak ada satu pun
masjid yang selamat dari bid'atl.
Keempat: adapun bid'ah baru yang dikaitkan dengian bid'ah-
bid'ah ini -t€tapi tiada yang menyambutnya-- idah bid'ah yang
hanya ada di Niazair, yaitu di ibu kotanya, al-Baidha', t€mpat bid'ah
ini dilahirkan. Saya kira, orang yang mau mengubur bid'ah ini tidak
akan ditanya karena dosa apa ia dibunuh, bahkan sebaliknya ia akan
mendapatkan pahala pada hari ketika masing-masing jiwa dibalas
usahanya, dan merasa gembira pada hari ketika ada wajah-wafah
yang putih dan ada waiah-wajah yang hitam. Bid'ah tersebut adalah
khutbah ketiga yang berupa pesan-pesan setebal dua'halaman dari
sebuah buku besar.
Hal ini teqadi di Masjid Abdul Hamid bin Badis di kawasan Njazair
Tengah di ibu kota, pada awal September 1989 M. pesan-pesan --yang
saya namakan dengan khutbah ketiga-- ini diumumkan setelah juru
nasihat selesai menyampaikan pelajaran. Ketika itu, salah seorang
284
dari mereka mengambil mikrofon dan menghadap kepada orang-
orang yang shalat (jamaah) sambil berkata: "Wahai kaum mukmin,
di
-tempat bubar setelah selesai menunaikan shalat, dan tetaplah
janganlah
kalian, karena pesan-pesan akan disampaikan kepada
Anda!" Maka pesan-pesan itu pun disampaikan. Pesan-pesan ini,
meskipun berharga, tetapi bukan pada tempatnya. Hal itu seharus-
nya dilakukan:
di luar waktu tersebut, meski tetap pada hari )um'at;
- lazimnya disampaikan melalui surat kabar, majalah, dan balai-
balai pertemuan;
diserahkan kepada pihak yang berkompeten, yaitu ahlul hslli wal'
hqdi, seperti Oepartemen Pendidikan dan Pengajaran *." ,\tau
misalnyi diserahkan kepada suatu tim yang terdiri dari orang-
orang tertentu.
/
macam serta- mempelajari dan mengajarkannya di masjid-masjid,
seperti ilmu fiqih, ilmu ushul fiqih, ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu
!4,?ra dan balaghah, yang semua itu belum ada pada zamanRasu-
lullah saw.. Tetapi ia lahir karena tuntutan perkembangan dan kebu-
tuhan, dan tidak keluar dari maksud qrariat, bahkan untuk berkhid-
mat kepada syariat dan berputar pada porosnya.
Maka amalan-amalan yang ada dalam bingkai maksud syariat
tidak dianggap bid'ah yang tercela, meskipun bentuk spesialnya
belum pernah ada pada masa Rasulullah saw., karena tidak ada
kebutuhan pada waktu itu.
IVlisalnya lagi menyampaikan penjelasan atau pesan-pesan ke-
pada orang banyak yang berkenaan dengan kepentingan meieka yang
{isaryRaikan setelah usai menunaikan shalat Jum'at, seperti yang di-
lakukan oleh saudara-saudara di masjid-masjid di Gazadanlain-lain
kota Palestina pada masa-masa awal gerakan Intifadhah Islamiyah.
Pesan, penjelasan, dan seruan-seruan rlrereka kumandangkan dari
rumah-rumah Allah atau masjid-masifd, maka pada awal kehadiran-
nya ini gerakan Intifadhah dinamakan orang dengan "Ro,rolusi Masjid".
Masjid merupakan pusat kegiatan kehidupan islami, dan pada
zaman Nabi saw. masjid difungsikan sebagai pusat dakwah dan
pemerintahan, sebagaimana telah saya jelaskan dalam kitab kami al-
'Ibadah fi-Islam. Di masjid itu disampaikanlah pelajaran-pelaiaran dan
nasihat-nasihat, dari masjidlah komando perjuangan dikumandang-
kan. Rasulullah saw. ketika menerima para utusan dan wakil-waliil
kabilah atau n(ryara lain juga di masjid. Di masjid pula diumumkan
pernikahan, bahkan di masjidlah orang-orang Habasyah bermain
anggar dan menampilkan tari-tarian mereka yang terkenal pada hari-
hari raya, sedangkan Rasulullah memberi semangat kepada mereka
dan membantu isfri beliau AisJah urttuk menyaksikannya.
Maka mengapakah masjid tidak boleh ditempati untuk menyam-
paikan pesan-pesan islami yang isinya tidak diingkari oleh saudara
penaqya, bahkan dia mengatakan sangat setuiu dengan isi pesan-
pesan itu?
Mengapa dilarang menyampaikan pelajaran di masjid --set€lah
selesai shalat Jum'at-- untuk menjelaskan sebagian materi khutbah
yang tidak sempat disampaikan karena keterbatasan waktu, atau
untuk menjawab pertanyaan sebagian jamaah mengenai masalah-
masalah Din dan kehidupan?
Saya sendiri menggunakan metode ini sejak dulu, semenjak saya
melakukan khutbah Jum'at di Masjid Zamalik di frairo pada tahun
286
lima puluhan. Seusai melaksanakan shalat Jum'at dan dua rakaat
shalat sunnah, saya mengadakan halaqah (pertemuan, forum) untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar materi khutbah atau lain-
nya, dan forum ini ternyata sangat bermanfaat dan diminati banyak
orang.
Saya senantiasa menyelenggarakan forum seperti itu dari waktu
ke waktu di masjid tempat saya shalat di Dauhah, bila ada kesempaan
dan kesehatan serta kondisi saya mengizinkan.
Firman Allah Ta'ala:
'Gt;.tr,;.ii
c1i66 ija:\ ;'*i{;$
,fii#n
"4pabila telah ditunaikan shalat maka bertefunnkh lramu di muka
bumi dan cafikh karunia Nlah ...." (al4umu'ah: IO)
287
Ium'at sebelum ditunaikannya shalat fum'at --yang riwayatnya ini
dihasankan Tirmidzi-- para ulama mengatakan bahwa qiyia;sebe-
lum shdat" itu menuniukkan bolehnya berkumpul-kunipul setelah
shalat untuk ilmu pengetahuan dan dzikir.
- Demikian fuga pelajaran sebelum ditunaikannya shalat Ium'at
kadang-kadang memang diperlukan dan memang membawa maslahat.
--
fgg*- itu, banyak negara non-Arab yang para khatibnya ber-
\!ryb"h dengan _b"h."a Arab, sedangkan kebanyalan jamiahnya
lid+-merygrti bahasa Arab, sehingga mereka tidali dapat inengamLil
faedah dari khutbah tersebut, karena im biasanyi khutbihnya
Tngat singkat. Ultuk itu mereka menyempurnakan kekurangan ini
dengan penielasan bahasa daerah sebelum shaht;um'at, yang d-ihadiri
oleh orang-orang yang tidak berhalangan dan ingin niem[erdalam
pengetahuan agamanya.
Hampir sama dengan itu adalah apa yang tedadi di Aljazair dan
- -
beberapa n(gara di Maghrib dan Afrika: Di-wilayah tersebut keba-
nyakan khatib resminya tidak menelsnkan hasil khutbahnya dan
o_rang-orang pun bubar setelah usai shalat |um,at. Maka pelaiaran
(kaiian) fum'at itu merupakan ganti khutbah yang lemah, lebih-
!eOi! i*g yang men)rampaikan pelajaran iru orang yang tidak dapat
berkhutbah, karena tidak ahli berkhutbah atau karena-alasan lain.
Sudah barang tentu khutbah seperti itu tidak ideal, karena khut-
!"h haruslah yang memadai. Namun begitulah kenyataannya,
a* it Fp sefing terpaksa menerima penurunan keadaan dari yang
tinggi kepadayang rendah, dan Islam membolehkan hal demiki:in itu
sesuai dengan kaidah'darurat" dengan hukum-hukumnya.
Tinggal kita bicarakan hadits Amr bin Syu'aib yang telah kita
-
sebutkan di muka, dan perbedaan pendapat mengenai hal ini sudah
lerkenal. fnabita penghasanan Tirmidzi kita terima, maka paling
banter ia hanya menunjukkan hukum makruh, sedangkan kemak-
ruhan itu sendiri hilang dengan adanya kebutuhan atau kepentingan
yang kecil sekalipun.
Tirmidzi berkata, "segolongan ahli ilmu memakruhkan jual beli di
dalam masiid. Demikian pula pendapat Ahmad dan Ishaq."
Diriwayatkan fuga dari sebagian ahli ilmu dari kalangan tabi'in
tentang rukhshah (boleh)-nya jual beli di dalam masjid. Dan diri-
wayatkan dari Nabi saw. dalam beberapa hadits tentang perkenan
memblgkan_syair di dalam masjid.I44
288
Akan tetapi, mereka menerangkan sebab dilarangnya berkumpul
di masjid sebelum shalat fum'at ini. Pengarang kitab ruhfaul-Ahwadzi
(Syarah Sunan Tirmidzi) mengatakan bahwa larangan ini disebabkan
dapat memutuskan shaf, padahal mereka diperintahkan perg shalat
,um'at lebih pagi dan diperintahkan merapatkan shaf dan melurus-
kannya, yaitu memenuhi shaf pertama dilaniutkan dengan shaf ber-
ikutnya. Selain itu, karena tidak sesuai dengan tata berkumpulnya
orang-orang yang hendak menunaikan 5fua[xg.tas
Imam Ibnul Arabi menyebutkan di dalam 'Aridlnarl-Ahwadzifisyar-
hit-Tirmiitzi bahwa dilarangnya berkumpul (membentuk lingkaran)
pada hari fum'at menjelang dilakukannya shalat Jum'at inr adalah
karena semestinya mereka membentuk shaf menghadap imam dan
berbaris lurus di belakangnya pada waktu khutbah.l46
Artinya, duduk dalam bentuk lingkaran-lingkaran itu meniada-
kan semua ini, karena mereka melingkar dengan tidak menghadap
kiblat dan tidak berbaris rapi seperti baris hendak menunaikan sha-
lat, hal ini bukan tatanan orangyang hendak shalat. Padahal semes-
tinya mereka berbaris menghadap kiblat dan siap menunaikan shalat
apabila telah tiba waktunya.
Dengan adanya larangan uhtlluq (duduk-dtlduk melingkar, ber-
kumpul) di masiid selelum ditunaikanrya shalatfum'at ift para ulama
kenrudian berpendapat bahwa uhalluq sesudahnya itu dibenarkan
syara' dan tidak terlarang, sebagaimana dikemukakan oleh Imam al-
Khaththabi dalam Ma' alimus -Swwn.
Wallahu al-Muwaffiq wal Haodii ilash-shawab.
3
HUTAB DAD{ PENETAPAN PUASA DAT{ IDUL EIIRI
Pertanyaan:
I(ami kira Ustadz juga merasakan kesedihan yang kami rasakan
setiap setahun sekali atau dua kali. Tepatnya, setiap datang bulan
Ramadhan dan bulan Syawal dengan Idul Fitrinya.
289
Semestinya dalam dua peristiwa penting ini kaum muslim dapat
secara serempak memulai puasa dan merayakan Idul Fitri, namun
kenyataannya kami melihat perbedaan pendapat dalam hal pene-
tapan masuk dan keluarnya (habis) bulan Ramadhan antara satu
negara dengan negiua lain. Bahkan pernah saya jumpai dua negara
bertetangga (sama-sama negara kaum musliml riremititi selisih se-
lama tiga hari.
Mengenai masalah memulai dan mengakhiri puasa, selama bebe-
rapa tahun kami juga melihat perbedaan yang sangat jauh dalam sanr
negara, yaitu di iazirah Arab bagian barat. Hd itu disebabkan
mereka mengikuti perbedaan yang tedadi di negara-negara Islam
dan negara-negara Arab lainnya mengenai masalih ini. -
Y"ku 9elagian dari kami berpuasa bersamaan dengan Kerajaan
Arab Saudi dan sebagian negara Teluk di timur, sebagian lagi niulai
berpuasa pada hari berikutnya bersamaan dengan negara teitangga,
yakni Aljazair dan Tunisia di kawasan barat. Sedangkan sebagian
besar orang berpuasa pada hari sesudahnya lagi, karEna mengikuti
pengumuman Departemen Agama yang bertanggung jawab di negara
kami.
-Peristiwa-serupa tlriadi pula pada kali lain ketika mengakhiri
.bulan Ramadhan untuk memulai bulan Syawal dan menetapkln hari
raya..Maka sebagian berhari raya pada suatu hari, sedangkan seba-
gian lainnya berhari raya setelah dua hari.
Pertanyaan kami, sejauh ini apakah perbedaan pendapat seperti
itu --di antara kaum muslim-- masih dapat ditolerirl
Ivlengapa kaum muslim tidak menggunakan hisab falaki? padahal
pada zaman kita sekarang ilmu ini sudah demikian maju, sehingga
manusia bisa naik ke bulan. Apakah dengan perantaraan ilmu yang
telah diajarkan Allah itu dapat diketahui kapan mulai terbitnya-hilal
(tanggal satu Qamariyah)?
Kondisi seperti ini telah dijadikan alasan oleh sebagian orientalis
untuk melontarkan tuduhan bahwa Islam tidak mampu menghadapi
perkembangan zaman. Bahkan kebanyakan budaya*an dan-cend6-
kiawan mereka melontarkan kelemahan dan keterbelakangan ini
kepada para cendekiawan muslim dari kalangan ulama dan-akade-
misi atau kalangan perguruan tinggi yang menisbatkan diri kepada
syara'dan agama.
Apalah- pi4Iu iitihad dalam hal ini sudah benar-benar rerrurup
-karena hadits syarif menyebutkan:
290
.^;{j!;gbw$slv;+
"krpuaslah l<amu karena melihat hilal (tanggal atu Ramadhan)
dan berbukalah l<arcna melihat hilal (tangal ntu $rawal)."
Jawaban:
Segala puji kepunyaan Allah. Shalawat dan salam semoga tercu-
rahkan kepada Rasulullah. Wa ba'du.
Sesungguhnya saya telah membicarakan masalah peneapan
masuknya bulan (Ramadhan) dengan menggunakan hisab fdaki
dalam dua buah kitab saya:
1. F(hush-Shiyarr
Z"IbifaNatd'wnaluma*aas-Stmnthan-Nabowiyyah.
Pada bagian awal kedua kitab itu saya jelaskan bahwa syariat
Islam yang lapang ini memfardhukan puasa pada bulan Qamariyah.
Penetapan masuknya bulan ini menggunakan wasilah alami png
mudah dan sederhana bagi semua umat, tidak sulit dan tidak rumit,
karena umat (Islam) pada waktu itu merupakan umat yang buta
huruf, tidak dapat menulis dan tidak dapat menghisab. Wasilah ter-
sebut ialah melihat bulan (tanggal satu) dengan mata kepala.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda:
(*ua-> .&ri!
291
"Beryuasalah karcna melihat tanggal dan beftul<alah karena me-
lihatrya. Apabila terhalang penglihatanmu oleh awan, malca *m-
pwnakanhh bilangan bulan S1nfun 30 hati.'t47
Hal demikian merupakan rahmat bagi umat ini, karena Allah tidak
membebani mereka untuk menggunakan hisab, sedangkan mereka
(pada waktu itu) belum mengerti hisab dan tidak dapat melakukan-
nya dengan baik. Kalau mereka dibebani melakukan hisab, sudah
barang tentu mereka akan taklid kepada orang lain baik dari
kalangan ahli kitab maupun lainnya, yang tidak seagama dengan
mereka (Islam).
Metode Pertama
Mengenai metode ini, yaitu melihat bulan, maka para fuqaha ber-
beda pendapat: apakah cukup dengan penglihatan seorang yang adil,
dua orang yang adil, ataukah hasil penglihatan orang banyak?
292
Golongan yang berpendapat bolehnya kesaksian seorang yang
adil, berdalil dengan hadits Ibnu Umar, dia berkata:
{ati,',k'EgWig53U''L$V"$
Jt6'd,
lo{$tdJPG:)
azl2l.it-'r,i3 P',-l"u
l-)'rart(,/\ z,
i7-^k4?{t. \3liri6,/r53U'r
,P :\5A'.fc
^,li/attt6v5t-\
,/t u y r,;) ob) !2Ue a'elfiGi6
.
('Wt)
"Onng-onng sma melihatbulan,lalu afu kafud<an kepda Rasu-
Iulhhsaw. fuIwanrya aku melihatryta. Maka beryuanlah bliau
dan menytruh onng-onng berpuaa irya.'tqs
Sblain itu, juga berdasarkan hadits orang Arab Dusun (Badui) fang
bersaksi di sisi Nabi saw. bahwa dia telah melihat tangg;al,lalu Nabi
saw. men5ruruh Bilal menyeru orang banyak supaya berpuasa.tso
Sanad hadits ini terdapit pembicaraan.
Mereka berkata'sesungguhnya menetapkan sesuanr dengan ke-
sal$ian seorarg ),iulg adil i[l lebih hati-hati-dalam memasuki ibadatr,
dan berpuasa sehari pada bulan Sya'ban itu lebih ringan risikonya
daripada meninggalkan puasil sehari pada bulan Ramadhan.'
Sedangkan orang yang mensyaratkan melihat tanggal ini dengan
dua orang yang adil berdalil dengan riwayat al-Husen bin Harits al-
fadali. Ia berkata: Amir Mekah, al-Harits bin Hathib, pernah berkhut-
bah kepada kami:
294
Adapun berapa banyaknya jumlah "segolongan besar" manusia
itu terserah kepada pendapat imam (penguasa) atau hakim untuk
menentukannya, tanpa terikat pada baulsan tert€ntu menurut penda-
pat yang benar.154
Dengan demikian, yang wajib bagi kaum muslim ialah mencari
tanggal pada hari kedua puluh sembilan bulan Sya'ban pada waktu
magrb (menjelang magrrb). Sebab sesuatu yang suatu kewaiiban tidak
sempurna melainkan dengan dia, maka dia (sesuaur itu) adalah wajib,
hanya saja ia (mencari hilaUtanggal) ini merupakan wajib kifayah.
Metode Kedua
Metode kedua untuk mengetahui masuknyabulan Ramadhan ialah
dengan menyempurnakan bilangan bulan Sya'ban menjadi tiga
puluh hari, baik langit dalam keadaan cerah maupun berawan. Apa-
bila mereka melihat bulan pada malam (magrib) tanggal tiga puluh
bulan Sya'ban kemudian tidak ada seorang pun yang melihatnya,
maka hendaklah mereka menyempurnakan hitungan bulan Sya'ban
menjadi tiga puluh hari.
Oleh karena itu, seharusnya bulan Sya'ban sudah diketahui ke-
tetapannya sejak awal, sehingga pada wakru bulan tidak kelihatan,
maka malam ketiga puluh --saat dicariryra hilal (tanggal) dan di-
sempumakannya bilangan Sya'ban menjadi tiga puluh hari-- dapat
diketahui. Maka merupakan suatu kekurangan apabila penetapan
masuknya bulan itu hanya dilakukan untuk tiga bulan saia, yaitu
bulan Ramadhan untuk menetapkan masuknya puasa, bulan Syawal
untuk menetapkan telah keluarnya dari kewaiiban puasa, dan bulan
Dzulhijjah untuk menetapkan Hari Arafah dan sesudahnya. Dengan
demikian, sudah seharusnya umat dan pemerintah yang bersang-
kutan bertindak secara cermat menetapkan semua bulan (bulan
hanya tiga bulan yang disebutkan; Pen.), sebab hitungan bulan yang
satu didasarkan pada bulan yang lain.
Metode Kedga
Metode yang ketiga untuk mengetahui masuknya bulan
Ramadhan ini adalah dengan memperkirakan terbitnya hilal ketika
langit mendung atau menurut istilah hadits "jika pandanganmu ter-
ls{el-thhtiyar l: 129.
1i Syarhil-Muhhtar,
295
tutup awan" atau "jika penglihatanmu terhalang" oleh suatu halang-
an. Di dalam beberapa riwayat yang sahih, di antaranya dari Nafi'
dari Ibnu Umar --yang merupakan untaian emas dan isnad paling
sahih yang diriwayatkan oleh Bukhari:
)4-16<'i*eiL'ly
"Jika penglihatanmu tertutup awan, maka kin-kinl<anlah bulan
itu."
Cisjt:'63;lidrU6
"Mal<a sempumakanlah bilangan (bulan Sya'ban) tiga puluh hai."
''6)fi'ata'*tg
"Kra-kirakanlah untuknya tiga puluh hai."
296
Sebagai penafsiran terhadap riwayat'kira-kirakanlah bulan itu"
png disebutkan secara mutlak.lss
Akan tetapi, Imam Abul Abbas Ibnu Suraij tidak membawa riu,alat
)rang satu kepada riwayat yang satunya lagi. Bahkan Ibnu Arabi
menukil riwayat dari beliau (Ibnu Suraij) bahwa sabda Rasulullah
saw. faqduruu lahu (Kira-kirakanlah bulan itu) diujukan kepada
orang yang diberi keistimewaan oleh Allah dengan ilmu (hisab) ini.
Sedangkan sabda beliau ahmiluu al:iddata (sempurnakanlah hitungan
bulan Sya'ban) ditujukan kepada maqrarakat umum.r56
Perbedaan khithab (perkataan) karena perbedaan sinnsi dan
kondisi itu merupakan hal yang biasa, yang merupakan asas bagi
"perubahan fanra dengan perubahan waktu, tempat, dan keadaan."
Imam Nawawi berkata dalam al-Majmu', "Orang lang mengatakan
dengan memperhitungkan manzilah, maka perkataannlia itu tertolak,
mengingat sabda Rasulullah saw. dalam Shahihain:
,i!:e1s6<t{ag$*,$,
."$rsugptnn lami dalal umat Wry ummi @uta hurufi, tidak
i, : d.prrttrrcmflh fu fule &fi mengfiiab ...."
l55Al-uai^r',6t 27o.
lstihat, F athul-Ban, 6: 23, terbitan al-Halabi.
157 tl-Moi^u', 6: 27 O, tcrbitanal-Muniriyyah.
158r.raUi saw. membebaskan
beberapa orang tawanan dengan syarat mereka menga.iar-
kan tulis-menulis kepada anak-anak muslim. (penl.)
I
298
Sebagian ulama besar pada zunan kita juga berpendapat tentang
diterimanya penetapan hilal (tanggal/bulan) dengan hisab falaki
(perhitungan falak) yang ilmiah dan qath'i, seperti yang ditulis oleh
seorang ahli hadits yang besar yaitu al-Allamah Ahmad Muhammad
Syakir --rahimahullah-- di dalam risalahnya "Awaa'ilusy-Syuhuuril
'Arabiyyah: Hal Yajuuzr ltsfuatuhr Syar'an bil-Hisaabil-Fal4ki?" (Permulaan
Bulan Arabiyah: Bolehkah Menetapkannya dengan Hisab Falaki?),
yang akan saya kutip pendapatnya secara terperinci.
Di antara yang mengumandangkan pemikiran ini pada zaman
kita sekarang adalah seorang ahli fiqih kenamaan, Syekh Mushthafa
az-Zarqa --semoga Allah melindungi beliau.
Dari informasi-informasi itu nyatalah bahwa ilmu falak yang di-
tolak oleh para fuqaha ialah apa yang dinamakan uniim atau 'ilmu
nujum" (astrologi). Ilmu ini oleh para pelakunya didakwakan dapat
mengetahui berbagai perkara gaib yang akan terjadi melalui ramalan
perbintangan. Ilmu ini jelas-jelas batil dan dilarang oleh hadits yang
diriwayatkan Abu Daud dan lain{ainnya dari Ibnu Abbas secara
marfu':
'u;\?ie;yi;r;46r&fii|t.
( ntb *U ut z-21:S.i obt)' j$i
"hgangsiap )tang mengambil xpotong dad ilmu nujum (nnalan
peftintangan), maka dia telah mengambil *fugian dari ilmu
sihir.a@
l@nn ebu Oaud dalam arh-rhiD (3905), Ibnu Mafah dalam al-Adab (3726), dan Ahmad
dalam al-uusnad (20OO). Syakir berkata, "lsnadn),a sahlh." Dan disahkan oleh Nawawi dalam
u-Riyadh dan adz-Dzahabi dalan al-Katuir, sebagaimana disebutkan dalatn F,/iifrrul-qddir, & &,
-t
l
1 6 1
rotthirhrl-aobi r Ma'a al-Majmu', 6: 266-267 .
162y"i3, hisab astronomi atau hisab hakiki untuk menentukan awal dan akhir bulan
Ramadhan dan lainnya, bukan hiscb 'urri untuk membuat kalender. Lihat, Ruklah dengan Teh-
nologi, teIbitan G€ma Insani Press, fakarta, 1994, hlm. 97. (Penl.l
300
teknologi yang menjadikan manusia dapat naik ke bulan serta ke
bintang-bintang yang lebih jauh lagi, dengan kemungkinan kekeli-
ruan satu per seratus ribu (1/100.000). Teknologi ini akan dapat
dengan mudah memberitahukan kepada kita mengenai terbitnya
hilal dan kemungkinan tampaknya di ufuk selama berapa menit dan
berapa detik apabila kita menghendaki.
,#i)|frG -
-!.ryt e - 4!Y13t3t
,'ni3jfi6H16&irg
"krpuaalah kamu l<arena melihat bulan &n furbukalah (brle-
hnnlah) karcna melihat bulan (tanggal sa,tu $tawl). Jika pn-
danganmu tertutup awan, malra kin-kinl<anlah bulan itu."
301
kan masuk atau kehnrnp bulan Ramadhan, dengan wasilah png
memungkinkan dan dapat dilakukan oleh kebanlakan manusia, tidak
memberatkan mereka dan tidak menimbulkan kesulitan dalam agama
mereka.
Melihat dengan mata kepala merupakan wasilah yang mudah dan
dapat dilakukan oleh kebanyakan orang pada waktu itu, karena itu
hadits tersebut menetapkan cara ini. Sebab, seandainya mereka dibe-
bani harus menggunakan cara lain seperti hisab falaki --sedangkan
umat Islam pada waktu itu masih bua huruf dan belum bisa menghi-
sab- niscaya akan menimbulkan kesulitan bagi mereka. Padahal Allah
menghendaki kemudahan bagi mereka, tidak menghendaki kesulitan,
dan Rasulullah saw. telah bersabda mengenai diri treliau:
1/4?zl 2.-'(=
\-rr.- s|.i'?l#s 3,W\43 gg4:tit3 t
\
(fi:1u obs
"Saunguhrym Nlah mengutus ala *fugai pngajar Wg mem-
brikan kemu&han tidak mengutus a1,a unfi* membi kaulitan."
(HR Muslim dan lainnya)
Kini, telah ditemukan wasilah lain yang lebih akurat untuk me-
wujudkan tuiuan hadits tersebut. Wasilah ini mudah, tidak tergolong
wasilah yang sukar dilakukan, dan tidak di luar iangkauan kemam-
puan umat. Hal ini disebabkan munorlnya ahli-ahli ilmu falak, geologi
dan fisika yang membidangi ilmu alam, serta berkembangnya tekno-
logi yang dimiliki manusia sehingga mereka bisa mendarat di permu-
kaan bulan dan melakukan penyelidikan terhadapnya. fika demiki-
an, mengapa kita masih bersikap jumud (beku) dan bersikukuh
mempertahankan wasilah terdahulu? Padahal bukan wasilah itu
yang dimaksud dan dituju oleh hadits tersebut, tetapi sasaran yang
h-endak dicapainya. Maka mengapa kita melupakannya?
Hadits tersebut telah menetapkan masuknya bulan dengan pem-
beritaan seorang atau dua orang yang mengaku telah melihat bulan
dengan mata telanjang karena ini merupakan wasilah yang memung-
kinkan dan sesuai dengan kondisi umat (pada waktu itu). Maka
mengapa kita berkesimpulan bahwa hadits tersebut menolak suatu
wasilah yang jauh kemungkinannya dari kekeliruan atau dusta?
Yaitu wasilah lang mencapai derajat yakin dan qath'i. Waslah yang
302
mungkin dapat mempersatukan umat di bumi belahan timur dan
barat, serta menghapuskan perselisihan yang terus-menerus dan
bertingkat-tingkat mengenai puasa, berbuka, dan berhari raya. Per-
selisihan ini hingga mencapai selisih tiga hari antara negara yang
satu dengan negara yang lain, suatu hal yang tidak masuk akal dan
tidak dapat diterima oleh logika ilmu pengetahuan dan agama. Maka
sudah tentu.yang benar adalah salah satunya, sedangkan yang lain
keliru tanpa perlu diperdebatkan lagi.
Menggunakan hisab qath'ipada hari ini merupakan wasilah untuk
menetapkan bulan yang wajib diterima dengan dasar qiyas aula. Arti-
nya, Sunnah yang telah mensyariatkan kita untuk menggunakan
wasilah yang "rendah" --yang mengandung keraguan dan kemung-
kinan-kemungkinan kekeliruan, yaitu rukyah (melihat bulan dengan
mata telanjang)-- tidak akan menolak penggunaan wasilah yang
lebih "tinggi",lebih sempurna, dan lebih memadai. Hal ini demi me-
wujudkan tujuannya dan mengeluarkan umat dari perselisihan serta
pertentangan yang ketat dalam menentukan awal puasa, berbuka
(berlebaran), dan ber-ldul Adha sehingga tampak kesatuan syiar dan
ibadahnya, yang berhubungan dengan masalah ag.rmanya serta
lebih lekat dengan kehidupannya dan aspek spiritualnya, yaitu wasi-
lah hisab yang qath\.
Meskipun pakar hadits Syekh Ahmad syakir --rahimahullah--
menuju keputusannya ke arah lain, tetapi beliau berpendapat bahwa
menetapkan masuknya bulan Qamariyah dengan hisab falaki dida-
sarkan pada asumsi bahwa menetapkan hukum dengan rukyah itu
disebabkan adanya illat (sebab hukum) yang disebutkan dalam nash
hadits itu sendiri.r6s Sedangkan sekarang tllat itu sudah tidak ada,
maka tempat penyandaran'illat tersebut (yakni keharusan menggu-
nakan rukyah; Peni.) seyogianya sudah tidak ada (yakni tidak lagi
menjadi keharusan, melainkan hanya jaiz; Penf .) karena sudah men-
jadi ketetapan bahwa :
tui66;4/otgr&g4f$
"Hukum itu berputar (bergantung) pada 'lllat, pada waktu ada-
nya'illat dan pada waktu tidak adanya 'illat."
163p"6 umumnya umat lslam waktu itu belum mengeni menulis dan membaca serta
belum mengeni hisab. (Pen,.)
ao3
Baiklah saya kutipkan di sini perkaaan beliau (Ahmad Syakir)
yang tegas dan terang di dalam risalah beliau "Awa'il asy-Syuhur al-
'Arabiyyah" sebagai berikut:
"Tidak disangsikan lagi bahwa bangsa Arab sebelum Islam dan
pada masa permulaan tslam belum mengefti ilmu falak secara ilmiah.
Mereka masitr buta huruf, belum bisa menulis dan belum bisa meng-
hisab. Jika di antara mereka ada yang mendapatkan sedikit dari pe-
ngetahuan itu, maka yang mereka ketahui hanyalah pokok-pokok-
nya atau kulitnya, yang mereka peroleh melalui pengamatan atau
ikut-ikutan, atau dengan mendengar dan memperoleh kabar dari
orang lain, tidak didasarkan pada kaidah-kaidah matematis dan
bukti-bukti akurat yang mengacu pada premis-premis yang meya-
kinkan. Karena itu Rasulullah saw. menjadikan rujukan untuk me-
netapkan bulan ibadah mereka kepada perkara yang qath'iyangdapat
difihht hngsung dengan mata kepala, yang dapat dilakukan oleh
setiap orang atau kebanyakan orang dari mereka, yaitu merukyah
hilal dengan mata telanjang, karena hal ini lebih kuat ketetapan
hukumnya dan lebih andal untuk menetapkan waktu-waktu syiar
dan ibadah mereka. Dan ini pulalah yang dapat menyampaikan ke-
pada keyakinan dan kepercayaan yang mampu mereka laksanakan,
sedangkan Allah tidak membebani seseorang kecuali menurut ke-
mampuannya.
Adalah tidak sesuai dengan kebiiaksanaan Syari' (Pembuat sya-
riat) untuk meniadikan sandaran penetapan hilal dengan ilmu hisab
dan falak. Padahal, ketika itu mereka yang dari kota saja sama sekali
belum mengerti ilmu tersebut, sedangkan kebanyakan mereka ada-
lah orang-orang desa yang tidak mendapatkan informasi dari kota
melainkan hanya sekali-sekali. Kalau mereka diharuskan melakukan
hisab, sudah barang tentu akan menyulitkan dan menyusahkan
mereka. Sedangkan di antara mereka yang tinggal di desa sedikit
sekali yang mengetahui hal itu, itu pun hanya melalui pendengaran
jika informasinya sampai kepada mereka. Demikian pula orang-
orang kota, mereka tidak ada yang mengetahuinya kecuali sekadar
mengikuti (taklid) kepada sebagian ahli hisab yang kebanyakan atau
bahkan seluruhnya dari Ahli Kitab.
Kemudian kaum muslim dapat menaklukkan dunia dan menguasai
kendali ilmu pengetahuan, mereka perluas cabang-cabangnya, mereka
terjemahkan ilmu-ilmu klasik, mereka timba sumbernya, mereka
ungkap yang tersembunyi, lalu mereka pelihara untuk generasi se-
sudah mereka, yang di arttaranya adalah ilmu falak, tata surya, dan
304
ilmu hisab.
I Ketika itu kebanyakan ahli fiqih dan ahli hadits tidak mengerti
ilmu falak, dan sebagian atau kebanyakan mereka tidak percaya atau
tidak yakin terhadap ahli ilmu falak. Bahkan ada yang menuduh orang
yang berkecimpung dalam ilmu falak itu menyeleweng dan berbuat
bid'ah, karena mereka mengira bahwa ilmu ini dipergunakan untuk
menebak perkara gaib --astrologi (ilmu nujum/ramalan bintang
untuk meramal nasib, dan sebagainya). Memang, sebagian ahli falak
ada yang berbuat begitu, sehingga menjadi preseden buruk bagi diri-
nya dan ilmunya, sedangkan para fuqaha terbebas dari tuduhan
seperti ini. Di sisi lain, di antara fuqaha dan ulama tidak mampu
mendudukkan ilmu ini pada posisi yang benar dalam agama dan
fiqih, tetapi mereka hanya mengisyaratkannya dengan perasaan
takut.
Begitulah keadaan mereka, karena ilmu-ilmu hauniyah (ilmu
alam) tidak populer di kalangan mereka seperti populernya ilmu-ilmu
agama dengan berbagai disiplinnya, dan kaidah-kaidah ilmu alam ini
tidak dianggap qath'i tsubut oleh para ulama.
Syariatyang cemerlang dan lapang ini akan tetap berkibar sepan-
jang hinesa Allah mengizinkan
s zaman, hingga meneizinkan berakhirnya kehiduoan dunia
berakhirnva kehidupan
ini. Maka ia merupakan syariat
svariat bagi
baei semua umat dan bagi
basi Isemua
masa. Oleh sebab itu, kita melihat di dalam nash-nash Al-Kitab dan
As-Sunnah beberapa isyarat lembut yang menuniukkan tentang
kondisi-kondisi yang bakal terjadi. Apabila tiba saatnya yang tepat
maka dapatlah isyarat-isyarat itu ditafsirkan dan diketahui, walau-
pun orang-orang dahulu telah menafsirkannya --melalui cara yang
tidak sesuai dengan hakikatnya.
Maka apayang kita bicarakan ini telah diisyaratkan di dalam Sun-
nah Shahihah. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari hadits lbnu
Umar dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda:
r,ft15,.(Kqe&i{\g,st
'*4r;.ii119(#.,,(iKKgti(a
(eri),o\) .';*56'O9S
"Kta adalah umat yang ummi (buta huruQ, tidak bisa menulis dan
tidak bisa menghinb. Sebulan itu adalah seryrti ini dan *perti ini
305
.... Yakni xkali tempo dua puluh rembilan hai dan *kali wafuu
W puluh hailLe
Diriwayatkan iuga oleh Imam rylik (al'Muwaththa', l: 269), Btr-
khari, tvtu-slim, dan lainnya dengan lafal:
6i;.t?"95{^i,'t)g;*;\4ii)i
| - o. t. 9a/ qo
lLag'J3ti
"sebulan itu dua puluh sembilan hai, karena itu ianganlah lcamu
berpuaa rehingga kamu melihat hilat, dan ianganlah lcamu ber'
but<a (berlefuran) xhinga kamu melihahW Ailal). Jikapandang'
anmu tertutup awan, maka kin-kirahanlah bulan itu."
{$t\'6ui4$i5{6&3$
"lpnbitapnglihatanmutertuaryolehawan,mal<axmpumalanlah
bilangan @ulan Syabn) tiga puluh hari."
306
Dalam hal ini beliau saw. tidak mengatakan: "Tanyakanlah kepada
ahli hisab!"
Hikmahnya ialah bahwa bilangan hari dalam sebulan (bulan
Sya'ban) bagi para mukallaf ketika hari mendung adalah sama, se-
hingga dengan demikian hilanglah perselisihan dan pertentangan di
anlara mereka.
Dalam kaitan ini kita dapati ada satu kaum yang berpendapat
bahwa dalam keadaan langit mendung, maka kita kembali kepada
ahli tas-yiir (ahli hisab). Mereka adalah golongan Rafidhah,r6s dan
diriwayatkan bahwa sebagian fuqaha menyetuiui pendapat ini. Al-
Baji berkata, "ljma' salaf yang saleh justru menjadi hujjah untuk
menolak pendapat mereka." Dalam hal ini Ibnu Buzaizah berkata,
"Itu adalah pendapat yang batil, karena syariah telah melarang men-
dalami ilmu nujum, sebab itu hanyalah terkaan dan taksiran, tidak
qdrh'i (pasti) dan tidak menimbulkat zhan (dugaan yang kuat). Sebab
jika masalah ini digantungkan kepada ilmu perbintangan sudah tenru
ruangnya menjadi sempit (sulit/sangat terbatas), karena tidak ada
yang mengerti ilmu ini melainkan hanya sedikit."
Demikian yang dikemukakan lbnu Hajar.
Penafsiran itu benar, bahwa yang dipakai ialah rukyah, bukan
hisab. Sedangkan takwilnya keliru, yaitu bahwa meskipun kemudian
ada orang yang mcngerti ilmu hisab namun hukum mengenai keten-
tuan puasa ini tetap berlaku seperti itu. Karena perintah berpegang
pada rukyah sendiri disertai dengan ,'illct sebagaimana disebutkan
dalam nash hadits --yaitu bahwa meleka sebagai umot !?ng ummi,
tidak dapat menulis dan tidak dapat menghisab-- sedangkan tllat itu
sendiri berputar bersama yang di-'illat-i (dikenai 'illat), pada waktu
ada'illat dan ketika tidak ada. Dengan demikian, apabila umat telah
lepas dari kebuta-hurufannya serta mereka telah dapat menulis dan
mengerti ilmu hisab dan memungkinkan manusia --baik masyarakat
umum maupun golongan cendekiawan-- kepada keyakinan dan ke-
pastian mengenai hisab awal bulan, serta mereka mempercayai hasil
hisab ini seperti kepercayaan mereka terhadap rukyah, bahkan lebih
kuat, maka waiiblah mereka kembali kepada keyakinan yang man-
165saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan Rafidhah oleh al-Hafizh di sini.
fika
yang beliau maksud itu Syi'ah lmamiyah, maka sepengetahuan saya mazhab mereka tidak
memperbolehkan menggunakan hisab. Dan lika yang dimaksud itu kelompok lain, maka saya
tidak tahu siapa mereka itu. Ahmad Syakir berkata, "Saya kira yang dimaksud adalah
golongan lsmailiyah, karena dikabarkan mereka berpendapat begitu." (Qardhawi)
307
tap. Dalam hal ini, untuk menetapkan bulan hendaklah mereka hanya
menggunakan hisab dan jangan kembali kepada rukyah, kecuali jika
sulit menerapkan ilmu hisab, seperti bagi penduduk kampung atau
desa yang sulit mendapatkan informasi yang akurat dari ahli hisab.
Apabila diwajibkan kembali kepada hisab saja karena telah hilang-
nya 'illdt yang menghalanginya, maka wajib pula kembali kepada
hisab hakiki untuk mengetahui hilal, dan membuang kemungkinan
dan ketidakmungkinan rukyah, sehingga awal bulan yang sebenar-
nya ialah pada malam ketika hilal terbenam setelah terbenarhnya
matahari, walaupun hanya sebentar. 166
Apa yang saya katakan ini --mengenai perbedaan hukum dise-
babkan perbedaan kondisi mukallaf-- bukanlah hal baru karena yang
demikian itu banyak terdapat dalam syariat, yang diketahui oleh para
ahli ilmu dan lainnya. Di antara contohnya ialah masalah yang
sedang kita hadapi, yaitu mengenai hadits berikut:
/{Gifi6H4L&:rg
"Jika pandanganmu tertutup awan, maka perkirakanlah bulan itu."
Dalam riwayat lain digunakan lafal:
U;rf i}C#'6ie?r$61,f<{"'&-39
"Apbila p.ndanganmu tertutup awan maka sempumakanlah
bilangan @ulan Sya'fun) tiga puluh hari."
l66M.nr-t pendapat yang kuat, setelah magrib (terbenamnya matahari) hilal harus
tampak beberapa waktu, yang dapat dilihat dengan mata telaniang, yaitu sekitar l5-2O menir
menurut para ahlinya. (Qardhawi)
l67surail, dengan huruf sin tidak bertirik dan dibaca dhammah, sedangkan huruf akhir-
nya adalah iim. Nama ini sering ditulis dalam beberapa kitab secara salah denpn "syuraih'
dengan huruf sin yang benitik (sy) dan ha', dan ini merupakan kesalahan baca. Abul Abbas
308
mikan kedua riwayat tersebut dan menempatkannya pada posisi
masing-masing yang berbeda. Yaitu, bahwa hadits "faqduruu lahu"
maksudnya: perkirakanlah ia (bulan itu) dengan menghitung manzi-
lah (posisi bulan), suatu sabda yang ditujukan kepada orang yang
diberi keistimewaan oleh Allah dengan ilmu ini. Sedangkan sabda
beliau "fa ahmiluu al:iddata" merupakan khithab (sabda/perkataan)
yang ditujukan kepada masyarakat umum.168
Perkataan saya ini hampir sama dengan perkataan Ibnu SuraiJ,
hanya saja beliau menjadikan hukum ini berlaku khusus ketika
bulan tertutup sehingga tidak ada orangyang melihatnya. Kemudian
beliau menjadikan hukum menggunakan hisab ini bagi golongan
kecil manusia, karena sedikitnya jumlah orang yang mengerti ilmu
ini pada waktu itu dan tidak dipercayainya perkataan dan hasil hisab
mereka, serta terlambatnya informasi dari satu negara ke negara lain
--apabila bulan sudah ditetapkan di sebagian negara. Sedangkan
pendapat saya menetapkan keumuman penggunaan hisab yang celmat
dan dipercaya, yang hal itu berlaku secara umum bagi manusia,
karena mudah dan cepatnya penyampaian informasi melalui media-
media komunikasi dan informasi. Dan penggunaan rukyah tinggal
bagi kelompok kecil masyarakat saja, yang sukar mendapatkan
informasi serta belum percaya terhadap kapabilitas ilmu falak dan
astronomi.
Saya pandang pendapat saya ini paling adil dan paling mendekati
pemahaman yang sehat dan benar terhadap hadits-hadits yang ber-
kenaan dengan masalah ini.'16e
Demikianlah yang ditulis oleh al-Allamah Syakir sejak lebih dari
setengah abad silam --Dzulhijjah 1375H, bertepatan dengan fanuari
1939 M.
Padahal pada waktu itu kemajuan ilmu falak belum seperti seka-
ini wafat pada tahun 306 H. Beliau adalah murid Abu Daud penyusun kitab sunan Abu Daud.
Mengenai Abul Abbas ini, Abu Ishaq asy-Syirazi mengaakan di dalam Thabaqat al-Fqiha,
hlm. E9, sebagai berikut: "Beliau termasuk pembesar golongan Spf i dan imam kaum mus-
lim; beliau melebihi semua murid Imam Syaf i, bahkan terhadap al-Muzani sendiri.' Biografi
beliau disebutkap dalam tarith Baghdail l<arya al-Khathib (4t 278-290\ dan Thabaqat asy-
SyaJi'iyyah karya lbnu Subki (2:67-96).
16816"1, Syarah Abu Bakar Ibnu Arabi terhadap Tirmidzi (3: 2O7-2oB)i Tharhut Tatsrib
(4: 111-13); dan Fathul Ban (4:1O4).
169Xi*1"1, 'Awa'il asy-syuhur al-Arabiyyah', hlm. 7-17, terbitan Maktabah lbnu
Taimiyah.
309
rang ini, pada zaman ketika manusia telah dapat menfelajah ruang
angkasa dan mendarat di bulan. Sekarang ilmu ini telah mencapai
tingkat ketelitian sedemikian rupa sehingga kemungkinan kekeliru-
annya hanya satu per seratus ribu (U100.OOO).
Syekh Syakir mengemukakan pendapatnya seperti itu padahal
beliau adalah pakar hadits dan atsar,yang mencurahkan segenap
hidupnya unntuk berkhidmat kepada hadits dan membela Sunnah
Nabawiyah. Maka beliau adalah pengikut salaf yang tulus, seorang
yang ber-miba'bukan pembuat bid'ah. Namun demikian, beliau tidak
berprinsip bahwa salafiyah (mengikuti jejak sala$ itu harus bersikap
fanatik terhadap apa yang pernah dikatakan oleh salah seorang salaf
sebelum kita. Mengikuti jejak salaf yang sebenarnya ialah mengikuti
metode mereka dan mengambil semangat mereka. Dengan demikian,
kita berijtihad menghadapi zaman kita seperti mereka beriitihad ke-
tika menghadapi zaman mereka, dan kita memecahkan permasalahan
kia dengan akal pikiran kita bukan dengan akal pikiran mereka, tanpa
terikat oleh sesuatu pun kecuali oleh dalil-dalil syariah yang qath'i
dan nash-nashnya yang muhkamat serta tujuan-tujuan umumnya.
Saya pernah membaca makalah yang panjang pada bulan Rama-
dhan tahun l4O9 H, yang ditulis oleh salah seorang syekh yang
mulialToyang mengomentari hadits Nabawi yang sahih:
,:ru$;<lK{riy'fu'ug
"Kta adahh umat tang ummi, tidak bisa menulis dan tidak bis
menghinb."
lTtainr Syekh Shalih bin Muhammad al-Lahidan, f\eila Pengadilan Tinggi di Keraiaan
Arab Saudi. Makalah beliau ini tersebar di Ukazh dan lalnnya melalui berbagai surat kabar
harian di Saudi pada tanggal2l Ramadhan 14O9 H.
a
310
Selain itu, tidak seorang pun dari ulamadahulu ataupun sekarang
yang mengatakan bahwa tulis-baca itu tercela bagi umat Islam, bah-
kan sebaliknya merupakan sesuatu yang dituntut, yang ditunjuki
oleh Al-Qur'an, As-Sunnah, dan ijma'. Bahkan orang pertama yang
menaruh perhatian besar terhadap bidang ini adalah Nabi Muham-
mad saw., sebagaimana yang kita ketahui dari sejarah hidup beliau
beserta sikap beliau terhadap tawanan perang Badar.171
Adapun pendapatyang mengatakan bahwa Rasulullah saw. tidak
mensyariatkan kita menggunakan hisab dan tidak menyuruhnya --
maksudnya beliau hanya menyuruh kita berpedoman dan menggu-
nakan rukyah untuk menetapkan bulan-- maka dalam pendapat ini
terdapat suatu kekeliruan atau beberapa kekeliruan, karena dua hal:
Pertama: tidak masuk akal Rasulullah menyuruh menghitung
bulan dengan menggunakan ilmu hisab pada waktu umat belum bisa
menulis dan menghisab. Maka beliau mensyariatkan bagi mereka
untuk menggunakan wasilah yang sesuai dengan kondisi pada
waktu itu dan tempat itu, yaitu dengan rukyah lmelihat dengan mata
telanjang) yang dapat dilakukan oleh kebanyakan manusia pada
waktu itu. Tetapi apabila didapatkan wasilah yang lebih cermat, lebih
akurat, dan lebih jauh kemungkinan salah dan kelirunya, maka
sudah barang tentu sunnah tidak melarangnya.
Kedua: Sunnah mengisyaratkan digunalennya hisab pada waktu
langit nrendung, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Bukhari
dalam "Kitab ash-Shaum" pada Jami'shahih-nya dengan mata rantai
emas (sanad yang sangat bagus) yang terkend dari Malik dari Nafi'
dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw. membicarakan Ramadhan,
lalu bersabda:
Yt#*$j,!$r,BWLa;$t
/a,?j*3:Lz /Fl; & Sti/;!3
'Janganlah kamu berpuasa sehingga kamu mdihat hilal (awal Ra-
madhan), dan janganlah kamu bebulca (brlefunn) *hingga
3tt
l<amu melihat hilal (awal $,awal), jika pndanganmu tefitfiry awan
mal<a kin-kiralanlah bulan itu.'172
17\1Jn1 qdaa (fr'ilmadhl) dengan bentuk mudhari, yaqJuru (dengan dhammah) atau
yaqdiru (dengan kasrah) bermakna qattd.ara (menentukan) seperti dalam firman Allah: 'Lalu
Kami tentukan, maka Kami{ah sebaik-baik yang menentukan." (al-Mursalat: 23)
312
tahun 756 H) yang oleh para ulama dikaakan telah mencapai mar-
abat ijtihad.
As-Subki mengemukakan dalam F atriwa-nyabahwa apabila hisab
menetapkan hilal tidak mungkin dapat dirukph, maka hakim (qadhi)
waiib menolak kesaksian orang yang mengaku menyaksikan hilal.
Beliau berkata: "Karena hisab itu qathi, sedangkan kesaksian dan
informasi itu adalah zhanni; dan yang zhanni itu tidak boleh bertenta-
ngan dengan yang qoth'i, apala$ mendahuluinya (didahulukan).'
Beliau juga mengemukakan bahwa di antara sikap yang perlu
diambil qadhi ialah hendaknya ia memperhatikan persaksian se-
orang saksi yang ada di hadapannya --dalam masalah apa pun-- apa-
bila perasaan dan kenyataan mendustakannya, maka ia harus meno-
laknya dan fangan mentolerirnya. Beliau berkata: "Bayyinah (persak-
sian) syaratnya adalah apa yang dipersaksikan itu merupakan
sesuatu yang mungkin menurut perasaan, pikiran, dan syara'. Apa-
bila hisab secara qathl menunjukkan ketidakmungkinannya, maka
mustahillah syara' berpendapat demikian dikarenakan kemustahilan
sesuatu yang dipersaksikan itu, sedangkan syara' tidak membawa
hal-hal yang mustahil.
Adapun kesaksian saksi mungkin keliru, salatl, atau dusta.'173
Maka, bagaimana seandainya as-Subki masih hidup pada zaman kita
dan melihat kemampuan ilmu falak --atau astronomi sebagaimana
png mereka istilahkan- seperti yang telah sala kemukakan sebagian
di antaranya?
Di dalam pembahasannya itu Syekh Syakir mengatakan bahwa
Prof. Syekh Muhammad Mushthafa al-Maraghi, Rektor Universitas
al-Azhar yang termashur pada zamannya, ketika menjadi Ketua
Mahkamah Ulya Syar'i1yah (Pengadilan Tinggi Agama), beliau
mempunyai pendapat seperti pendapat as-Subki, yaitu menolak ke-
saksian atau persaksian saksi apabila hasil hisab menunfukkan keti-
dakmungkinan hilal dirukyah. Syekh Syakir berkata: "Saya dan
beberapa orang teman yang sering berbeda pendapat dengan Profe-
sor (al-Maraghi), maka dalam hal ini saya menyatakan bahwa beliau
benar, dan saya tambahkan wajib menetapkan hilal (bulan, tanggal)
dengan hisab dalam semua keadaan, kecuali bagi orang yang sulit
mengetahuinya."tT4
313
Beberaln Haktkat yang Harus Disepakad
Di samping saya menguatkan penggunaan hisab minimal pada
waktu posisi bulan negatif (di bawah ufuk pada waktu terbenam
maahari) bukan posidf (-di aftF ffi-k p"0" r,ratnr Erbenam maahari)
qebagalqana sa)ra sebutkan di muka, maka saya perlu menegaskan
tiga hakikat fang seyogranya tidak diperselisihkan:
Pettanra: ddam hal yang berhubungan dengan penetapan masuk-
-leluwesan
nya bulan (Ramadhan/Syawal) terdapat keluasan dan
dengan t€tap memperhatikan nash-nash syara' dan hukum-hukum-
nya. Selain itu, perbedaan pendapat para rilama dalam hal ini meru-
pakan suatu kelapangan dan
ryhmat bagi umat. Malca orang yang
menetapkan masuknya bulan dengan kesaksian s@rang aau aul
ora.ng yang adil, atag-y?ng mensyaratkan dengan se;umlah orang,
maka pendapat ini tidak jauh berbeda dengai- pendhpat sebagial
fuqaha uryt yTg
ryulrabar. Bahkan orang fang 6erpenitapat zupaya
menggunakan hisab juga mempunyai ikutan dari ialangan ufama
terdahulu --ulama dahulu juga ada yang berpendapat dlmikian--
sejak zaman tabi'in dan sesudahnya. Danbrangyang mempefmasa-
lahkan perbedaan mathta'(batas geografis fenaruirya rutyati) dengan
oran-g yang tidak mempermasalahkannla, masing-masing mempuriyai
pendahulu dan argumentasi (dalil) sendiri. xarena iru tidatr boieh
diingkari orang yang mengambil salah satu mazhab (pendapat) dan
hasil iitihad ini, meskipurrdipandangnya salah, menjingat iaiiah:
.fi2t9-li$i*b31i,fi
Tidal< boleh ada pengingkaran dalam masalah-maalah ijtiha-
d$ah'"rts
TSuaksudnya, tidak
.hadiyah.
._1
boleh mengingkari hasil-hasil iitihad dalam masalah-masalah ijti-
314
malam telah melihat hilal, padahal sebenarnla yang dilihatnya
bukan hilal yang nota bene masih merupakan hari terakhir bulan
Ramadhan), maka Allah yang berwenang untuk mengirmpuni kekhi-
lafan mereka, dan Allah telah mengaiari mereka unt'uk memaniatkan
doa:
'u:65-\#'oLy+${GJ
"... Ya Tuhan kami, janganlah Englcau hukum kalan.i iika kami lup
atau tervlah.... " (al-Baqarah: 286)
315
baga Fatwa, Departemen Agama, atau lainnya-- t€lah membuat kete-
tapan
-untuk berpuasa atau berlebaran (pada suatu hari tertentu),
maka kaum muslim di negara itu harus menaatinya dan melaksana-
kannya. Karena-letaatan dalam hal ini merupakan ketaatan dalam
fal yang ma'ruf, meskipun bertenangan dengan ketetapan neg:ua
lain. Keputusan hakim dalam hal ini dikuatkantbh pandingan yang
mengatakan bahwa "setiap negara mempunyai rukyah sendiri;.
Diriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda:
i-474'85,6e1]fti$'fi,4
(
7A-," t c)6: t GL-i41 obr), SZE*;
"hnsmu ialah pdahai lamu furpuaq dan l&nnmu ialah @a
hai lramu lrurbuka.azo
Dalam satu lafal disebutkan:
;"4{sA6?;ar17<,8 5
qr"rstjoLy),G#
"Iabnn (dul Fihilmu ialah pa&had *anu brbuka(puaater-
alhirj dan IduI Adhamu ialah pda hafi lramu fu*urfuna77
-53Y{A'6-F'16,1t$r'i3pri
(dul Fitri) itu ialah pda had l<amu berbula (puaa ter_
akhir), dan ldul Adha itu ialah pfu hai kamu brktrfun.are
3t6
Imam al-I(hathabi berkata, "Makna hadits ini ialah bahwa ke-
keliruan manusia dalam beriitihad itu dimaafkan. Apabila suatu
kaum berijtihad, lantas mereka tidak melihat hilal setelah memasuki
malam kptiga puluh, dan mereka tidak berlebaran bahkan mengge-
napkan hitungan puasa (tiga puluh hari), kemudian setelah itu ter-
nyata bahwa usia bulan Ramadhan tersebut hanya dua puluh sem-
bilan hari, maka puasa dan lebaran yang mereka lakukan berlaku
sebagaimana layaknya, dan mereka tidak menanggung dosa atau
risiko. Demikian pula mengenai haji, apabila mereka keliru dalam
menetapkan hari Arafah, maka mereka tidak wajib mengulangi haji-
nya dan korban mereka dipandang sudah cukup. Semua ini merupa-
kan keringanan dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-l$/a.'
Penjelasan ini saya akhiri dengan ucapan segala puii kepunyaan
Allah, Rabb semesta alam.
4
ZAKAT PERHTASAN TSTRI
SETELAH IUTENNGGAL DUNTA
Pertanyaan:
Istri saya telah berpulang ke rahmatullah setelah puluhan tahun
hidup berumah tangga dengan saya dan dikaruniai Allah beberapa
anak lakilaki dan perempuan. Setelah wafatnya saya mendapati
beberapa perhiasan peninggalannya, di antaranya ada yang berupa
mutiara dan batu-batu mulia seperti intan, akik, dan lainya, serta ada
pula yang berupa emas.
xami tidak membagi-bagikan perhiasan ini kepada anak-anak
perempuannya, karena mereka sudah kaya dan menjadi istri orang
kaya. tvrereka sudah punya perhiasan sendiri-sendiri yang banyak
jumlahnya.
Saya merasa kesulitan menghadapi peninggalan istri saya ini,
demikian juga anak-anak saya, baik yang laki-laki maupun yang
perempuan.
Maka bagaimanakah hukum perhiasan ini? Apakah waiib dike-
luarkan zak,atnya? Dan apakah zak,atnya itu harus setiap tahun?
Mohon iawaban, semoga Allah memberikan taufiq kepadaUstadz
dan meniadikannya bermanfaat.
317
t-
-l
Jawaban:
Sudah dimaklumi bahwa para fuqaha berbeda pendapat mengenai
zakat perhiasan wanita yang berupa emas dan perak.
Mazhab Abu Hanifah mewajibkan zakat perhiasan ini apabila
sudah mencapai satu nisab, baik perhiasan itu an sich atau tetika ai-
gabungkan dengan kekayaan lainnya. pendapat inilah yang saya
pandang kuat dan saya fanuakan, mengingat dalil-dalil dan argu-
mentasinya sebagaimanapngtelah saya jelaskan dalam kiab saya
Fiqh az-Zahah (Hukum Zal<at).
Dalam kasus ini kita lihat perhiasan tersebut ada dua macam,
yaitur
1. Perhiasan yang berupa mutiara dan batu-batu mulia semacam
intan dan sebagainya. Benda-benda ini pada dasarnya tidak ter-
kena kewajiban zal<at, kecuali jika untuk disimpan.
2. Perhiasan yang berupa emas, dan ini saya lihat --sebagaimana
dikatakan penanya-- disimpan dan tidak dipergunakan/tidak
dipakai, sehingga seperti harta kekayaan atau uang yang meng-
anggur.
318
ngan kebaikan yang mereka perbuat. Sedangkan Allah tidak menyia-
nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan.
5
HUKUTI I{EITPERGUNAKAN ZAKAT
UNTUK IUTEDTBANGUN IUTASITD
Saya seorang muslim yang diberi banyak karunia oleh Allah yang
saya tidak mampu mensyukurinya dengan sepenuhnya meski apa pun
yang saya lakukan, karena apa yang saya lakukan itu sendiri juga
merupakan nikmat dari Allah yang harus disyukuri.
Di anarakaruniapngAllah berikan kqada saya adalah kekalaan
yang --alhamdulillah-- cukup banyak, dan saya mengeluarkan
zakatnya setiap tahun. gqya juga menerapkan pendapat Ustadz
untuk menzakati penghasilan gedung-gedungyang saya peroleh se-
tiap bulan tanpa menunggu perputaran satu tahun, dengan besar
zakat seperdua puluh dari total penghasilan.
Pertanyaan yang saya lontarkan kepada Ustadz sekarang adalah
mengenai penggunaan zakat untuk pembangunan masjid yang digu-
nakan untuk mengerjakan shalat di dalamnya, mengadakan majelis
ta'lim, dan mengumpulkan kaum muslim untuk melakukan ketaatan
kepada Allah Ta'ala.
Kami --yang berdomisili di negara Teluk-- sering didatangi sau-
dara-shudara dari negara-negara miskin yang ada di Asia dan Afrika
yang r4engeluhkan berbagai penderitaan, sedikitnya penghasilan,
banyaknya jumlah penduduk, seringnya ditimpa bencana alam, di
samping tekanan dari kelompok-kelompok yang memusuhi Islam,
baik daii negara-negara Barat maupun Timur, dari golongan salib,
komunis, dan lainnya.
Bolehkah kami memberikan zakat kepada saudara-saudara kami
kaum muslim yang miskin yang tertekan dalam kehidupan beragama
dan dunia mereka, ataukah qidak boleh? Fatwa yang pernah diberi-
kan para mufti berbeda-beda mengenai masalah ini, ada yang mela-
rang dan ada yang membolehkan. Dan kami tidak merasa puas me-
lainkan dengan fanua Ustadz.
319
Semqga Allah meluruskan langkah Ustadz, memuliakan ustadz,
dan menjadikan yang lain mulia karena Ustadz.
Jautaban:
Semoga Allah memberikan berkah kepada saudara penanya yang
terhormat mengenai apa )rang telah dikaruniakan-Nya kepadanya.
Mudah-mudahan Allah menyempurnakan nikmat-nikmat-Nya atas-
nya dan menolongnya untuk selalu ingatkepada-Nya dan bersyukur
kepada-Nya serta memperbaiki ibadah kepada-Np. Saya merasa
gembira bahwa dia telah mengeluarkan zal<at dari penghasilan
gedung-gedungnya sesuai dengan pendapat yang saya fandang
kuat, tanpa menunggu berputarnya masa satu tahun. Mudah-mu-
dahan saja dia menginfakkan seluruh hasilnya aau sebagiannya.
Adapun menyalurkan zakat unnrk pembangunan masiid sehingga
dapat digunakan untuk mengagungkan nama Allah, berdzikir Lt-
pada-Nya, menegakkan syiar-syiar-l$a, menunaikan shalat, serta
menyampaikan pelajaran-pelajarart dan nasihat-nasihat, maka hal
ini termasuk yang diperselisihkan para ulama dahulu maupun se-
karang. Apakah yang demikian itu dapat dianggap sebagai 'fi sabi-
lillah" sehingga termasuk salah satu dari delapan sasaran zakat se-
bagaimana yang dinashkan di dalam Al-Qur'anul liarim dalam surat
at-Taubah:
W|*rSV&AV;Gi$Ui!i('L
;;t6JtqF:vvulirjafi ';:b.rv
OH_tix\Wc1";;"ye\ds
"Seanngguhnln zakat-zatrat itu hanyalah untuk inng-onng takin
onng-oftng miskin, pengurus-pengunts zakat, pn muallal yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdel<alran) budak onng-onng )rang
berutang untuk jalan Nlah, dan oring-onang yng dang dalam
perjalanan, xbagai swtu ketetapn yng dimjiblran Nlah; dan
NIah Maha Mengetahui lagi Maha Biiaksana.'lat-Taubalr: 6o)
320
sala Fiqh az-Zahah, dan di sini tidaklah saya uraikan lagi masalah ter-
sebut.
Dalam buku itu saya memperkuat pendapat iumhur ulama,
dengan memperluas pengertian "jihad" (periuangan) yang meliputi
perjuangan b-ersenjata (inilah yang lebih cepat ditangkap oleh -pikir-
in1, lihad ideologi (pemikiran), jihad nrbawi (pendidikanl, iihad dc'wi
(dakwah), jihad dilri (periuangan agama), dan lain{ainnya. Kese-
muanya untuk memelihara eksistensi Islam dan menjaga serta
melindungi kepribadian Islam dari serangan musuh ryng heldak
mencabuilslam dari akar-akarnya, baik serangan itu berasal dari
salibisme, misionarisme, mamisme, komunisme, atau dari Free
Masonry dan zionisme, maupun dari antek dan agen-agen mereka
yang berupa gerakan-gerakan sempalan Islam semacam Bahaiyah,
Qadianiyah, dan Bathiniyah (Kebatinan), serta kaum sekuler yang
terus-menerus menyerukan sekularisasi di dunia Arab dan dunia
lslam.
Berdasarkan hal ini maka saya katakan bahwa negara-negara
kaya yang pemerintahnya dan kementerian wakafnya mampu men-
dirikan masjid-masjid yang diperlukan oleh umat, seperti negara-
neg:na Teluk, makatidak seyogianya Tak,Atdisana digunakan unhrk
me-mbangun masiid. Sebab negara-nqlara seperti ini zudah tidak
memerlukan zakat untuk hal ini, selain itu masih ada sasaran-
sasran lain yang disepakati pendistribusiannya yang tidak ada
penyandang dananya baik dari uang zakat maupun selain zz.kat.
- Membangun sebuah masjid di kawasan Teluk biayanya cukup di-
gunakan untuk membangun sepuluh atau lebih masjid di negara-
negara muslim yang miskin yang padat penduduknya, sehingga satu
masliA saja dapat menampung puluhan ribu orang. Dari sini saya
merasa mantap memperbolehkan menggunakan zakat untuk mem-
bangun masjid di negara-negara miskin yang sedang menghadapi
serangan kristenisasi, komunisme, zionisme, Qadianiyah, Bathi-
niyah, dan lain{ainnya. Bahkan kadang-kadang mendistribusikan
zakat untuk keperluan ini --dalam kondisi seperti ini-- lebih utama
daripada didistribusikan untuk yang lain.
Alasan saya memperbolehkan hal ini ada dua macam:
Pertama, mereka adalah kaum yang fakir, yang harus dicukupi
kebutuhan pokoknya sebagai manusia sehingga dapat hidup layak
dan terhormat sebagai layaknya manusia muslim. Sedangkan masjid
itu merupakan kebutuhan asasi bagi jamaah muslimah.
Apabita mereka tidak memiliki dana untuk mendirikan masiid,
321
baik dana dari pemerintah maupun dari sumbangan pribadi atau dari
para dermawan, maka tidak ada larangan di nelard tersebut
untutr
f*d{i\"{, masjid dengan menggunakan uang zitrat. Bahkan ,*;iA
itu wajib didirikan dengannyasFhingga tidaklda taum mustim yang
hidup tanpa mempunyai masjid.
. sebagaimana setiap orang muslim membutuhkan makan dan
minum ynlok kelangsungan kehidupan jasmaninya, mat<a jimaatr
juga memburuhkan masjid untlrk menliga rcfinglungan
Iny+iruh
kehidupan rohani dan iman mereka.
.lah- {-.!"_rtu, program pertama yang dilaksanakan Nabi saw. sete_
hijrah ke Madinah ialah mendiri[an Masjid Habawi
yang menjadi pusat kegiatan Islam pada zaman itu. vini'muria
Kedu1, masjid di negara-negara yang sedang menghadapi bahaya
perang ideologi (ghazwul fihri) a?uyang berada di baivah pengaru-h-
nyg'.qaka masjid tersebut bukanlah iemata-mata tempit iSadah,
melainkan iySg s-e$lUus sebagai markas.perjuangan ai,n Uenteng
untuk membela keluhuran rslam dan merindung" syahhLshiyih xli-
miyah.
yang lebih mendekati har ini iarah peranan masjid
,_,ldupun dalil
q."9-. membangkitkan harakah umat Islam di paleitina yang diis-
tilahkan dengan intifadhah (m€nurut bahasa berarti ..nlguiongl
menggoyangl-r9$.) VSng pada awal kehadirannya dikenal dengan
sebutan "Intifadhah al masajid". Kemudian oleh media inroniasi
diubah menJadi "Intifadhah al-Hijarah" batu-batu karena takut oitru-
bungkan dengam lslam yang penyebutannya itu dapat
bangsa yahudi dan orang-oiing yang aOi Oi belaliingnyi*-----
'nenggiarr,un
, ,ttesjmn{a.n: menyalurkan zakai untuk pembanffian masjid
dalam kondisi seperti itu termasuk infak zakath sabilill"ah demi men-
;_unfung tinggi kalimat-Nya serta membela agama dan umat_Nya.
Dan setiap infak harta untuksemtn kegiatan demi menjunjung tinggi _--
kalimat (agama) AIIah tergolong fi sa5'ili[ah (di jalan eUit
1."
Wa billahit taufiq.
322
6
TTENGGUNAKAN UANG SUITBANGAN (ZAKAT)
UNTUK KEPERLUAN ADTTINTSTRAST
DAN PERKANTORAN
323
kan zakat itu telah memp_unyai sasaran sendiri sebagaimana yang
ditetapkan syara', yang ridakboleh dipergunakan untifiirain iru. ,,
-S*ry
*n Ai;
466**t46::'UiY
tidakdapt tertalmna dengan*mptnp melain-
l<an dengan *suatu (sanna), mak *suafu itu hulrumnya adalah
wajib."
324
dapatkan pahala karenanya, sebab amal itu terganfing pada niat,
dan seseorang akan mendapatkan balasan sesuai dengian niatnya.
Mudah-mudahan Allah memberikan kepada kita keselamatan
dalam menentukan tuiuan, manhai yang tepat, sasaran yang mulia,
dan jalan yang lurus.
7
IITEFTBANGUN ISLAMTC CENTRE
DENGAN UANG ZAKAT
325
bahwa pemegang peraturan bagi sebagian markas di Amerika adalah
Waqaf Islami di Amerika UaralnAry yang menginduk pada "persa-
tuan lslam di Amerika utara" (ISNA).IGdua lembaga teisebut meru-
palen lembaga Islamyangdipercaya karena amana[ Oan kecakapan-
nya.
frami mohon kepada Ustadz yang terhormat untuk menjawab per-
mohonan fatwa kami ini, lebih{ebih kami sekarang s6aang giat
menghimpun dana untu-k memulai pembangunan mar[as kamiyang
mgryang memerlukan dana sangat besar. Iika tidak --kalau A[a[
tidak melonggarkan- niscaya kami akan merugi, padahal asetnya
sangat besar untuk menyelesaikan proyek ini.
- Semoga Allah memberi taufiq kepada tJstadz,melindungi Ustadz,
dan memberi manfaat melalui Ustadz.
Jautaban:
Telah saya terima-surat Anda yang terhormat yang menanyakan
!€pury mary]ah pembangundn islamic centre di kota fhousandbaks,
Amerika serikat, dan sampai sejauh mana kebolehan menggunakan
uang zakat untuk keperluan itu.
pentingnya masalah ini, khususnya mengenai kondisi
.. .M.nqngat
di kota Anda, maka saya segera menulis jawabin unm[ Anda, mes_
kipuntesempatan saya sangat sempit karena kesibukan yang amat
banyak.
Saya ingin menielaskan di sini bahwa di antara sasaran penggu_
naan zakat menurut nash Al-Qur'anul lGrim ialah fi siutffitr.
Seda.ngkan n{.L.$Aa!a berbeda pendapat dalam menafsirkan pe-
ngertql fi sabilillah (di ialan Allahi ini. sbradan berpendapat bahwa
yang dimaksud dengan fi sabilillah adalah-'jihad'
ipe4uinganlpe-
rang) sai?r karena itulah ma\n1,rang segera diangliip ipab-ila kata
tersebut diucapkan, dan i{ addah pendafat jumhuiulimi. sebagian
lagi mengatakan bahwa fi sabilillah meiiptiti semua keaaan itau
kemaslahatal9"g kaum muslim.yang termasuk di dalamnya mem-
bangun masjid, madrasah, fembatai, membelikan kafa; untuk
orang.-orang fakir yang meninggal dunia, dan hal-hal lain yang dika-
tegorikan qurbah (pendekatan diri kepada Allah) atau maitahit.
Menurut pendapat saya, sasaran penggunain zak"at fi sabilillah
mencakup kedua pendapat di atas sekalgui. Dengan demikian, seba-
gian dari
?9t [t" dapat digunakan untuk mem6angun isramic certre
yang menjadi pusat dakwah, pusat pemberian pengarlhan, pendidik_
an, dan pengaiaran, terutama di negara-negari di-mana keberadaan
326
kaum muslim terancam serangan agirma dan paham lain, seperti
Kristen, komunisme, dan sekularisme yang berusaha melucuti kaum
muslim dari akidah mereka atau menyesatkan mereka dari hakikat
agama mereka. Sebagai contoh, kaum minoritas muslim yang harus
menghadapi golongan mayoritas yang memegiang kekuasaan ketika
mereka berada di luar dunia lslam, sedangkan kemampuan yang
mereka miliki terbatas.
Adapun menurut pendapat kedua, maka tidak diragukan lagi
bahwa membangun klamic cenffe merupalian salah satu bentuk jihad
Islam (periuangan Islam) pada zaman kita sekarang ini, yaitu iihad
dengan lisan, tulisan, dakwah, dan pendidikan. Dan ini merupakan
jihad yang tidak boleh ditinggalkan demi menghadapi serangan
sengit dari kekuatan-kekuatan yang memusuhi Islam.
Sebagaimana halnya orang yang berperang untuk menjunjung
tinggi kalimat (agama) Allah dinilai sebagai berjuang fi sabilillah,
maka demikian pula halnya orang yang berdakrrah, mengaiar, dan
memberikan pengarahan-pengarahan dengan maksud unhrk men-
ju.njung tinggi kalimat Allah, dia juga beriuang fi sabilillah.
Sesungguhnya kedudukan tslantirc centrc dalam kondisi seperti ini
merupakan benteng pertahanan Islam ... dan masing-masing orang
akan memperoleh balasan sesuai dengan niatnya. Hal inilebih diper-
kuat oleh kondisi khusus kota Thousand. Di kota ini terdapat markas
RaErad Khalifah, tokoh yang mengingkari sebagian ayarayat Al-
Qur'an dan mengingkari Sunnah Rasul yang suci secara total. Hingga
pada akhirnya ia mengingkari shalat -)ang menrpakan sesuatu ),ang
dimaklumi sebagai bagian dari ad-Din secara ilharuri (pasti)-- lang ia
anggap sebagai shalat yang sia-sia dan ia sebut dengan "shalat
orang-orang musyrik". Kemudian kesesatannya ini ia tutupi dengan
kebohongan yang sangat besar, yainr dia mengaku sebagai 'Rasul
Allah"!!
Dengian demikian, sudah barang tentu gerakan kebenaran harus
mempunyai markas (sentrd) untuk memerangi kebatilan dan harus
mempunyai benteng Islam demi menghadapi kekafuan yang senan-
tiasa ditegakkan dari ddam dan luar.
"Ingatlah, kamu ini onng-onng Wrg dia@ rntuk memlkahkart
(hattanu) pda jalan Nlah. Mah di antan kamu ada onngWg
kikir, dan siap yng kikir xsungguhqta dia harytalah kikir terha-
dap dirinya *ndii. Dan Nlah-lah Yang Maha lQlta dangkan
.lamulah onng-onng yang membutuhlan{{1ta); dn iilra kamu
bryaling ni*a1a Dia alan mengganti (lcrlrrtu) fuWn hwnyang
lain, dan merclra tidal( ahn *prti bmu (rni)."Muhamnadi BS)
8
APAITAH DTINYAK TANAH ADA ZAKATNYA?
Pertanyaan:
328
Apalah pendapat ini benar ditinjau dari sudut qara'? Karena saya
melihat ada sebagian ulama yang menyangkal pendapat ini. Dan apa-
kah zakatnya itu wajib didistribusikan di dalam negeri penghasil
minyak itu saja ataukah di luarnya?
Mohon penjelasan mengenai masalah ini dengan disertakan dalil-
dalil dari Al-Kitab (Al-Qur'an) dan As-Sunnah.
Semoga Allah melindungi Ustadz dan menjadikan Ustadz ber-
manfaat.
(*p). vq'g
"Pada barang tambang zakabya xpedima." (Muttafaq 'nlnlh)
329
?endapat ini dipublikasikan oleh sebagian dari mereka pada
waktu Muktamar Internasional Ekonomi tslim pertami pra. arrun
S7 |ryry diselenggarakan di Mekah al-Mukanamah yang aiprit ar_
sai-oletp.fami'ah al-Malik Abdul AzL (universitas Kin! efiariazirl.
Pada. waktu- iru saya sanggah pendapat tersebut.danE;A;;
*ya
didukung oleh para fuqahi peserta riruktamar.
,--_S:1fl1_ig,,
sya jug telah membanrah pendapat seperti itu sejak
oua tarlun latu --sepanjang beberapa halaman dalam kitab saya ct_
tjtilad asv-svari'ah al-tslamiyyah-- ketika mengkritik sebagian hasil
irtilq-f!kontemporer yang melampaui ijma'yaig sah.
Dalam kitab iru saya membinah-pendapai dua orang usradz,
yaitu Dr. Syauqi f_sqail Syahatah dan Dr. Uuhimmad Syauq'ia_ Ean_
jari, yang mewajibkan- zar<atpada minyak miut pemerintaiir"u^
ai
negara-neg-ara Teluk dan lainnya sebanyak sepeilima karena terma-
suk rikaz (barang tambang).
Memang,
ryinyak- tanah-dan- sejenisnya yang merupakan hasil
tergolo-ng rikaz,- sedangkan zatai unru k"rihozi,iaun i.p.r-
F*bTg
lrll,ni.T-..*.p#n ry{upatying saya pandang t uai Aan sava iun-
iyldcan dalilldalilnya di dalam kitab saya niqh al-Tapolr.retapikewa-
jiban ini arybjla minyak tanah tersebui milik perseorangan
itau per-
Pngri* --dalam hal inidikeruarkan zak'anyaseuesar sefrruma ti6 xl
dan.didistribusikan pada sasaran-sasaran yang tetatr iitenmt&n.
. .Apa!il1minyak iru rltt negara, maka"hukir.F;dat"h r.p.ni
hukum kekayaan ne-gara lqinnyi. sedangkan menurut ilma', kekiya-
an.negara tidak wajib dizakati. Rahasianya kembali kepada beberapa
hal:
Pertama, zakat merupalan cabang kepemilikan, karenanya harta
kekayaan itu disandarkan kepada pe-miliitnya, seperti firmai attut,
"Ambillah zakat furi *fugian harta mereka...,"(at-Taubah: IOE)
Dan seperti sabda Rasulullah saw.:
,&tg,iq,ffr
"Keluarlcanlah zakt hartamu."
330
Kedua, bahwa orang yang mengeluarkan zakat dari hartanya --
seperempat puluh, seperdua puluh, sepersepuluh, atau seperlima--
dapat bersenang-senang menikmati sisanya dan tidak dianggap ber-
salah, kecudi jika ia mau mengeluarkan lebih dari itu atau ada
kepentingan unium maupun kepentingan khusus. Sedanglran keka-
yaan negara tidaklah cukup jika pemerintah hanya mengeluarkan
sekadar ukuran zakat meskipun mengeluarkan seperlimanya --seba-
gaimana pendapat yang kami pilih fiika bukan milik negara)-
karena pemerintah harus menggunakan seluruh kekayaan itu unnrk
kepentingan kaum muslim yang di antaranya golongan fuqara dan
masakin dan lain-lalnnya. Bahkan ia merupakan pendahuluan semua
kemaslahatan yang dinashkan dalam menentukan sasaran pemba-
gian harta rampasan dan orang-orang miskin:
"apa nja harta nmpan (tai)gttgdifurikan Nhh lcery& Fasul-
NW Wng fr:rasal dai penduduk kota-kota maka adalah untuk
Nlah, Parsul" kenfut onngonng miskin,
Rasul, anak-analc 1ntim,
dan onng-onng yang ehm peiahnan, fltpya Inru ilu insan
harya brdar di antan orang-onng ka1,a sg,ia di antan kamlt ...."
(al-HasP:7)
331
yang menyertaimu.'"
olet sebab itu, saudara-saudarayang menaruh kepedulian terha-
dap ekgnomi islami ini ingin menlefiminasi kondiii diskriminatif
yang tidak diakui oleh Islam tersebui. Kemudian mereka berpendapat
bahwa-minyak bumi rraiib dizakati dengan menggolongkinr,v"
dalam.katpgoi rihaz --sedangkan rihaz zakaaryaEperlilra tio x).
t
zakat ini, menurut mereka, didisuibusikan kepioa oiang-oraiig mi6-
kin setempat serta untuk kepentingan setempat lFng;lasn 6rroa-
suk mustahik) sesuai dgngan manhaf rstam'agai adsriuusiten ai
negara setempat. Kemudian kelebihannya barulah didistribusikan ke
$qph. atau negara lain dengan tata urutan yang paling dekat rcr_
Iebih dahulu, dan seterusnya. Atau z,ay\at tersei'ut aaistriuuiilran
kepada negara yang paling m,embutuhkan, kemudian barulah-kepada
nwila yangmemiliki tingkat kebuhrhan di baurahnya, dan setenrsirl,a
Seandainya khil+I, islamiyah ada dan negara-negara rclam
menjadi satu di bawah benderanya sebagaimana iasa duiu, niscaya
mereka tidak akan berkata seperti itu aan ijtihad seperti ini dd;k
akan muncul karena memang tiaak aipertukan.
Menurut pgmikiran saya, diwaiibkannya zakat minyak bumi milik
negara itu tidak akal-qemgcahkan persoalan diskriirinasi ftgara-
negeua Islam, dan tidak akan dapat memecahkan permasatihan
negira-negara miskin di dunia Islam. uaka seandiinya nqlara_
neg.[a- penghasil minyak melaksanakan pendapat rcisebut-dan
mengeluarkan 4l.atnry sebesar seperlimi -.bukan seperempat
puluh-- lalu didistribusikan sebagai distribusi zayaL bukfu distri_
busi /ci' (harta r-?mqasal perang) , -maka siapatatr yang dapat menia-
min bahwa hasil zakat ini tidak'digunakan-untu(orfrg-6rang mis-
HlL n g3r."..reF-ryp?t._da9.temaslahlannya serta unruk'irepenfini*
militer, lebih{ebih bila dikaakan bahwa-memperseniatai tdntara ian
mendanainya itu termasuk fi sabilillah sehin:gga nierupakan salah
satu sasaran zaydia Dengan demikian, kaum muslim di n6mra-nesra
lain tidak akan mendapatkan apa-apa, mereka hanya meierimaiisa
yang kurang berarti.
- Yanglebih utama menurut pendapat saya adalah merekomenda-
sikan hakikat-hakikat tslam yang asisi yaiiu bahwa kaum muslim --
meskipun berbeda-beda tanah airnya-- iaaan unatyangs.ltu,
)rang
harus meniamin golongan y-ang teibih rendah. naerela fr'arus siiirrg
membanhr dalam kesulitan dan kemudahan, tolong-menolone dalam
kebaikan dan keralcwaan, dan tidakboleh ada sar,inegarairfZrn-pun
yang menderita kemiskinan, penyakit, dan kelaparin, semeniara
332
n(gira-n(Eara Islam lainnya menghamburkan uang bermiliar-miliar
sekadar memenuhi lelengtapan -dengan'masih menyimpan cadangan
beratus-rahrs miliar. Demikian pula tidak boleh teriadi sebuah negaftl
Islam yang memiliki kemampuan terbatas harus melakukan jihad
dengan s%ala pembiayaannya yang berat unhrk menghadapi mu-
suhnya dah musuh-musuh Islam, sementara negara-negara_ Islam
lainnya hanya bersenang-senang tanpa melakukan iihad dengn
hartanya sebagaimana yang diwalibkan (konsekuensi) persauda-
raan Islam.
Adapun apa )rang dikatakan oleh para fuqatn mengenai pemilikan
minyali dan pemasukan lainnya untuk "imam" tidaklah dimaksud-
kan-unttrk sCorang kepala negara, tetapi yang dimaksudkan adalah
kekuasaan syar'iyah bagi daulah islamiyah yang bersaft di bawah
panji-panii akidah yang satu dan syariah )ang safi. Aftinya, ke-
kayaan tersebut bukanlah milik sekelompolc orang tertentu, tetapi
mflik umat Islam dan muslimin di negeri Islam.l8o
Inilah yang saya liatakan sejak se-kitar sepuluh tahun yang lalu,
dan saya maiih memperkuatnya hari ini, yaitu t€ntang kewaiiban
menjalin solidaritas dan tolong-menolong antara sesama nqgara Islam.
Hal ini merupakan kefardhuan agama dan tunnrtan kebangsaan.
Maka tidak boleh nggara-negira kaya bersenang-senang nqq.d"- t
ngan kekayaan me?eka yang melimpah ruah gnpa mempedulikan
dudara-satudara mereka di negara-negara miskin yang menderita
kekurangan, penyakit, dan kelaparan. Padatral Rasulullah saw. ber-
sabda:
Jt'drti66tca35Gq6:4
@DD qt*tL4bOW,obr) , g*;1
"Bufut @bnry lani orutg yrtg tidw dengu ka4mg sanentan
tetanggann mendeita kelapann. a8t
l&Oemikian kutipan yang saya ambil dari kitab saya, al-Ijtihaitfiasy-Syari'ah al-lslaaiyyah,
terbitan Darul Qalam, KuwaiL
1816i 16661i dan at-Bazar dari Anas bin Malik.
333
Dalam hal ini tidaklah mengapa jika negara-negara kaya memba-
asi bantuannya kepada negiua-n(gara miskin dengan seperlima
penghasilannya, dengan mengqiyaskan pada kewaiiban zakat riAaz
bag perseorangiAn. Sebagaimana kia ketahui bahwa lvlajelis
Ta'awun Negara-n(ryara Teluk -setelah Perang Teluk dan malape-
taka Kuwait-- mengumumkan dibentuknya donanrr untuk tuiuan ini
dan masing-masing negara anggota majelis ikut andil di dalamnya.
Kita berharap hal ini jangan hanya untuk waktu sementara demi
menanggulangi malapetaka itu saja, lalu menguap setelah berfalan
beberapa waktu. Sebagaimana kita iuga berharap agar kas para
donatur ini semakin bertambah kuat dan bertambah banyak hasilnya
serta terlaksana dengan baik, fangan sampai dikalahkan oleh fana-
tisme golongan yang sempit yang tidak dibenarkan hukum ryalrnra
Islam dan tidak sesuai dengan kemaslahatan dunia. Sebab, yang
demikian itu pada akhirnya haqya akan menguntungkan musuh-
musuh Islam, musuh-musuh bangsa Arab, musuh-musuh kemerde-
kaan dan kemaiuan negara-negara kita, serta meniadikan negara-
n(Eara yang terjangkiti penyakit ananiyah (individualisme) dan fana-
tisme itu sendiri tercabik-cabik sehingga menjadi santapan lezat
pihak musuh yang suka melakukan makar.
Wa billahit taufiq.
9
HUKUIIT I{ENGETUART(AN ZAKAT EITRAH
DENGAN UANG
Pertanyaan:
Sejak beberapa tahun lalu saya biasa mengeluarkan zakat firah
untuk diri saya dan keluarga saya dengan uang seharga masing-
masing satu shc'dari makanan pokok sebagaimana disebutkan dalam
hadits syarif, dan kami pernah mendengar Ustadz menentukannya
15 riyal Qatil. Uang itu kami kirimkan kepada orang-orang miskin
dari keluarga, kerabat, dan tetangga di daerah ltami di Palestina.
Dalam hal ini saya tidak merasa ragu sedikit pun akan kebolehan hal
itu mengingat beberapa fanua yang pernah kami dengar, termasuk
dariUstadz sendiri dan dari ulama-ulama lainnya, t€ruAma dari Fa-
dhilah asy-Syekh Abdullah bin Taid al-Mahmud, Ietua Mahkamah
334
Syar'iyyah Qatar.
Akan tetapi, pada suatu hari ketika saya mendengarkan radio
saya dikejutkan oleh fatwa seorang syekh yang mengatakan bahwa
mengeluarkan harga, yakni uang, untuk zakat fitrah itu gdak diper-
bolehkan sama sekali. Barangsiapa yang berbuat demikian maka
batal zakatnya, karena bertentangan dengan Sunnah. Beliau me-
ngecam keras ulama-ulama yang memperbolehkan mengeluarkan
zaY,at fitrah dengan harganya dan menuduhnya menentang nash-
nash syar'iyah dengan pikiran semata-mata.
Tidak perlu saya tutup-tutupi, saya akhirnya merasa bingung dan
gundah s-etelah mendengar fanryd rcrsebut, lebih-lebih saya pernah
mendengar sebuah hadits yang menyebutkan: "Puasa Ramadhan itrr
digantungkan di antara langit dan bumi dan tidak dinaikkan ke atas
kecuali dengan zatat fitrah."
Ini berarti bahwa puasa saya dan puasa keluarga saya yang telah
balsh terkatung-katung selama beberapa tahun itu dan tidak dit€rima.
epiarti ibadatryang kita lakukan bila tidak diterima atau batal seba-
gaimana dikatakan oleh mufti tersebut?
Dan apa yang harus dilakukan oleh seorang muslim seperti kami
bila menjumpai para ulama berbeda-beda pendapatdalam flanuanya?
IKami mohon Ustadzberkenan melapangkan dada kami dan orang-
orang yang seperti kami yang jumlahnya ribuan bahkan juAan, yang
biasa mengeluarkan zakat fitrah dengan membayar harganya.
Mudah-mudahan Allah berkenaan mernberikan balasan yang
sebaik-baiknya kepada lJstadz.
335
pat t€rsebut.
Oryng yang ahli ijtihad dan mampu mentariih (memilih yans rcr_
-
kuat dengan berbagai argumentasi dan pertim6angnl di an?aripen-
dapat-pendapat tersebut, tidak dituntut bleh syara;un'nrt mensamal-
kannya.kecuall v*g merupakan hasil puncak ijtihadnya. yikaTinar,
maka dia mendapatkan dua pahala, vairu patraia iititi"arvidun
pahala atas kebenaran hasilnya; dan
iilta "ar
ipihadnya sif*, Aiu ,nit
mendapatkan satu pahala, yaitu pahaia atis iitihad dan unavanva.
Puncak dari-apa yang dikaakan mujtahid mengenai dirinya iilah
yang diriwayatkan dari Imam Syaf i r.i., beliau birkaa:
, z 1 )'?.2-/<
WLGW;\ffi'J^%trGa\;
4-
-/
tC-t4lla,
/-. VQ!
368itr{<G
t-d;:6lKa
"Pendaptkt adalah benar tetapi ada kemungkinan keriru; dan
pendapt *kinht adalah kelitu tetapi afu kemungkinan benar."
setiap masalah yang tidak ada nashnya lang qath'i rsubut (peri-
yayatannya) dan dilalah (petuniuknya) maka secara meyakinkan hal
itu termasuk masalah ijtihadiyah. oin masatah yanr sedans kita
bicarakan ini tidak diragukan li6 termasuk dahm jenli rasafi iiti-
hadiyah.
.begrtu.-
9*qy?1g diperkenankan beftaklid --lcebanlakan
boleh mengrkuti salah
orang memang
satu mazhab ying menladiparut n,
yang diterima oleh umat, yaitu ba-&i orangyarighlnya Jampii di siru
kemampuannya serra tidak memiliki alaialat iJtitrad aan
ratnlra: "y"*w-
"Nlah tidak membefuni *wnng metaint<an *suai dengan k*
sanguwnnn .... " (al-Baqaralr : 2g6l
"Maka bertakwalah l<amu kepada Nkh menurut kerrrngupnmu
...." (at-Taghabun: I6)
Rasulullah saw. bersabda:
Wic',sr,316;r/f$trs1
"Bila akt Wdntahbn kamu dengan anfu-prkaA malra latrsna-
kanlah *mampumu."
336
2. Apabila kita perhatikan masalah yang sedang kita bahas ini
berdasarkan prinsip tersebut, maka kita lihat bahwa Imam Abu Hani-
fah dan t€man-temannya, al-Hasan d-Bashri, Suffan ats-Tsauri, dan
Khulafa ar-Rasyidin kelima --yaitu Umar bin Abdul Azizr.a.-- mem-
perbolehkan mengeluarkan zatat dengan membayar harganya, ter-
masuk zakat fitrah.
Ini juga merupakan pendapat al-Asyhab dan lbnul Qasim dari
mazhab Maliki.
An-Nawawi berkata, "Ini pulalah yang tampak dari pendapat
Bukhari dalam Shahihnya."
Ibnu Rusyaid berkata, "Dalam masalah ini al-Bukhari menyetujui
pendapat Abu Hanifah, meskipun beliau sering berbeda pendapat
dengan mereka. Tetapi Bukhari mengemukakan dalilnya unuk pen-
dapat ini."
Mereka memiliki dalil-dalil yang menjadi acuannya, sebagaimana
orang-orang yang tidak memperbolehkan mengeluSrkan zal<at de-
ngan membayar harganya juga mempunyai dalil-daltl dan argumen-
tasi sendiri.
Masalah ini sebenarnya telah saya jelaskan secara terperinci di
dalam kitab saya Fiqh az-zahah pada pasal "Menyerahkan Harga
Zay'at" dalam bab "Cara Membayar Zaltatt".
Syekhul Islam Ibnu Taimiyah mengemukakan sanr pendapatyang
bersifat tengah-tengah (moderat) di antara kedua pendapat yang
bertentangan iru. Beliau berkata:
"Yang paling jelas dalam hal ini, bahwa mengeluarkan harga tanpa
ada kebutuhan dan tanpa ada kemaslahatan yang jelas adalah dila-
rang. Karena itu Rasulullah saw. telah menetapkan ukuran tarnbah-
annya dua ekor domba atau duapuluh dirham, dan tidak beralih ke-
pada harganya. Sebab jika beliau memperbolehkan menggantinya
secara mutlak, tentu pemilik akan berpaling lepada jenis yang buruk.
Terkadang timbul kemudaratan dalam menentukan harga itu, pada-
hal zakat didasarkan pada persamaan, dan ini hanya ada pada
ukuran dan ienis harta itu. Adapun mengeluarkan harga karena ada-
nya kebutuhan, kemaslahatan, atau adanya keadilan, maka hal itu
tidak mengapa. Misalnya, seseorang menjual buah yang ada di
kebunnya atau tanamannya dengan beberapa dirham, rnaka dalam
hal ini cukup baginya mengeluarkan sepuluh dirham, dan ia tidak
usah dibebani membeli buah atau gandum yang lain, karena hal ini
akan sama nilainya bagi orang fakir. Imam Ahmad telah menetapkan
bolehnya yang demikian itu.
337
Demikian pula, seperti halnya kewajiban seseorang untuk me-
ngeluarkan zakat berupa seekor domba bagi lima ekoi unta milik-
ny-a, tetapi karena tidak ada orangyangmau menjual domba maka ia
pkup membayar seharga domba iru. ta tidak dibebani pergi ke kota
lain untuk membeli domba tersebut.
. Sama-juga halnya bila para mustahik (orang yang berhak mene-
rima)-zgkat meminta diberi harganya (dalam Senmk uang) karena
akan lebih bermanfaat bagi mereka, maka hendaklah mere-ka diberi.
Atau menurut petugas hal itu akan lebih bermanfaat bagi orang-
or9g fakir, sebagaimana dikutip dari Mu'adz bin fabal bahila ia per-
nah berkata kepada penduduk yaman: 'Setorkanlah oleh kamuse-
kalian kepadaku dengan baju kurung atau kain, karena hal itu lebih
mudah bagl kamu dan lebih baik bagi kaum Muhaiirin dan Anshar di
Madinah.' Menurut satu riwayat, perkataan Mu'adz ini berkenaan
deng-an zaiklt,.19dangkan menurut riwayat lain berkenaan dengan
jizyah (upeti).'taz
l4eskipun pendapat Ibnu Taimiyah ini berkenaan dengan zakat
mal, tetapi ia fuga berlaku untuk zalat fitrah
Inti perselisihan ini adalah perselisihan antar dua madrasah (lem-
.baga pendidikan), yaitu madrasah yang dalam ijtihadnya s-elalu
memperhatikan maksud umum syariah dengan tidak mengabaikan
juz'iyqh (parsial/spesifik;, dan madrasah yllng hanya me-
-nash-nash
lihat nash-nash khusus semata.
Pendapat ini sudah dilaksanakan pada generasi terbaik setelah
grnerasi sahabat, yqq generasi tabi'in, pngmengikuti jeiak sahabat
dengal baik, dan dilaksanakan pula oleh Khulafa ar-na-syidin (yakni
Umar bin Abdul ?uiz;penl.).
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari ,Aun, katanya: Saya mende-
ngar surat Umar bin Abdul Azizyangdikirimkan kepada Adi di Ba-
shrah --Adi adalah wali kota-- yang berbunyi: "Daritiap-tiap orang
pegawai kantor dipungut setengah dirham dari gaji ,n.r.L6.;tas
Sedangkan al-Hasan berkata, "Tidak mengapa memberikan dir-
ham (uang) untuk 7vl1a1 f111x[1." Ba
Diriwayatkan dari Abu Ishaq, dia berkata, "Saya mendapati mereka
338
mengeluarkan dirham (uang) seharga makanan untuk sedekah
Ramadhan lzakat fitrah1. " tas
fuga diriwayatkan dari Atha' bahwa beliau memberikan uang perak
untuk membayar zakat fitrah.l86
Diantara dalil pendapat ini ialah:
A. Bahwa Nabi saw. bersabda:
t85rbid.
786rbid.
339
likinya melainkan sedikit sekali, sedanglan orang-orang fakir dan
miskin membutuhkan makanan yang berupa hur (gandum), kurma,
anggur kering, kismis, atau keju.
Oleh karena itu, mengeluarkan makanan lebih mudah bagi si
pemberi dan lebih bermanfaat bagi penerima. Dan untuk memudah-
kan, maka diperbolehkanlah bagi pemilik unta dan kambing untuk
mengeluarkan "keju". Maka setiap orang mengeluarkan apa yang
mudah bagrnya.
Kemudian, daya beli uang itu sendiri berubatr-ubah dari waktu ke
waktu, dari negara ke negara lain, dan dari satu kondisi ke kondisi
lainnya. IQlau kewajiban zakat fitrah ditennrkan dengan uang, maka
ia akan mengalami turun-naik sesuai dengan daya beli uang itu sen-
diri. Sedangkan kemampuan satu sho'makanan untuk mengenyang-
kan sejumlah orang tertentu itu tidak diperselisihkan. l{aka jika
takaran sha'yang dijadikan pokok ukuran, memang inilah yang lebih
dekat kepada keadilan dan lebih jauh dari perubahan-perubahan.
4.Para muhaqqiq dari ulama-ulama kita t€lah menetapkan bahwa
fanua itu dapat berubah sesuai dengan perubahan zitman, tempat,
dan keadaan. Ini adalah kaidah besar yang telah saya kemukakan di
dalam kitab saya, 'Awamilus-Sa'ah wal-Murunah fisy- Syan'ah al-Isla-
miyyah, dan telah saya kemukakan pula dalil-dalil yang menunjuk-
khn kebenarannya dari Al-Qur'an, As-Sunnah, dan petunjuk para
sahabat r.a., lebih-lebih perkataan dan praktik-praktik para ulama.
orang yang mau melihat kenyataan zaman sekarang akan me-
ngetahui bahwa mengeluarkan makanan itu tidak mudah dilakukan
kecuali di kalangan masyarakat yang sederhana dan t€rbatas. Di
kalangan masyarakat seperti ini makanan mudah didapatkan bagi
orang yang hendak mengeluarkan zal<at fitrah dengannya, di sam-
ping orang-orang miskinnya memang memerlukan makanan. Ada-
pun di lingkungan masyarakatyang besar dan terikat (oleh kesibuk-
an dan batas-batas rumah sehingga tidak saling mengenal; Penf .),
dengan kepadatan penduduk yang tinggi, yang jarang didapatkan
makanan di sana --sehingga sulit bagi wajib zaV,atuntuk mengeluar-
kan zakat dengannya, sedangkan orang yang fakir tidak begitu me-
merlukannya karena sulit mengolahnya-- maka orang yang insaf
tidak akan membantah bahwa mengeluarkan barga z*at dalam
kondisi seperti ini lebih utama.
Sungguh bagus Imam lbnu Taimiyah ketika beliau memperboleh-
kan wajib zakat --yangmenjual buah-buahan di kebunnya beberapa
dirham-- untuk mengeluarkan (zakatnya) dengan uang sepuluh dir-
340
ham tanpa dibebani membeli buah lagi (untuk membayar zakat itn).
I
Karena bagi si fakir hal itu sama saja (apakah diberi uang atau diberi
buah-buahan, bahkan mungkin diberi uang lebih bermanfaat; Penf.).
Sebagaimana beliau juga memperbolehkan wajib zakat --yang tidak
mendapatkan orang yang menjual kambing di kotanya untuk mem-
bayw zakat untanya-- untuk membayar harganfa saja tanpa dibebani
membeli kambing ke koa lain. Ini merupakan pembahasan png benar.
Selain itu, bagaimana kita akan membebani seorang muslim --
yang berdomisili di kota seperti IQiro yang penduduknya lebih dari
sepuluh juta kaum muslim-- untuk mengeluarkan biji-bijian (seba-
gai zaY,at) yang tidak mudah memperolehnya dan tidak berguna bagi
si fakir bila diberikan kepadanya?
Orang yang memiliki makanan tetapi ia bakhil terhadap orang
fakir berbeda dengan orang yang hanya memiliki uang, seperti pen-
duduk kota, maka dia tidak berbeda dengan orang fakir itu sendiri.
Sesungguhnya zaY,at fitrah diwajibkan untuk mencukupi orang
fakir agar tidak berkeliling meminta-minta pada hari raya sementara
orang-orang kaya bersenang-senang dengan harta dan keluarganya.
Maka hendaklah seseorang memperhatikan dirinya, apakah ia telah
mencukupi orang fakir --sehingga tidak berkeliling meminta-minta--
dengan memberinya satu shc'kurma atau satu sha'ga'ir di kota seperti
Kairo pada hari-hari ini? Apakah yang akan diperbuat si fakt terha-
dap kurma dan sya'ir itu kalau bukan berkeliling-keliling mencari
orang yang mau membelinya dengan harga murah sekalipun hasil-
nya dibelikan lagi makanan pokok yang dibutuhkan unnrk dirinya
dan anak-anaknyaTtaz
Adapun fuqaha mazhab-mazhab panutan memperbolehkan me-
ngeluarkan zakat fitrah dengan makanan pokok yang biasa dimakan
penduduk negeri set€mpat --meskipun tidak termasuk makanan yang
disebutkan dalam nash-- adalah dimaksudkan untuk memelihara
tujuan (difardhukannya zakat fitrah itu1.
Sedangkan memindahkan za?,at ke daerah atau negara lain itu
diperbolehkan apabila terdapat alasan yang benar. Misalnya, pendu-
duk setempat telah tercukupi dengan zal<at fitrah yang dikeluarkan
oleh para wajib zakat tersebut atau telah mendapatkan bagian yang
cukup dari zak,at maal di negara itu. Atau bila negara lain lebih mem-
butuhkan disebabkan adanya bencana kelaparan atau bencana-ben-
cana lainnya, atau karena diserang musuh. Bisa;"ga dikarenakan
L
wajib zalra;t yang bersangkutan mempunyai kerabat di negara lain
png dalam kondisi sangat membutuhkan (sumbangan/zalat), dalam
hal ini ia lebih mengetahui kebutuhan mereka karena memang me-
miliki hubungan lebih dekat.
Kondisi-kondisi seperti ini memperbolehkan untuk memindahkan
zakat fitrah atauzalsatmaal kepada orang-orang muslim yang mem-
butuhkan yang berada di bumi Palestina, khususnya bagi orang-
orang yang berjuang melawan musuh. Atau kepada saudara-saudara
kita para mujahidin dan muhaiirin dari Afghanistan, atau orang-
orang yang sedang dilanda bahaya kelaparan dan terancam kristeni-
sasi seperti di Bangladesh, Birma, Semalia, Eritrea, dan lain-lainnya.
Adapun mengenai perbedaan fanra dalam berbagai masalah seperti
yang ditdnyakan saudara penanya, satu pendapat memperbolehkan
sedangkan yang lain mengharamkan, atau yang satu menganggap
wajib sedangkan yang lain tidak menganggap wajib, maka seorang
muslim harus mengambil pendapat orang yang sekiranya mantap di
hatinya, dan menurutnya orang tersebut lebih mengerti t€ntang aga-
manya, lebih mengerti sumber-sumbernya, lebih tahu maksudnya,
tidak mengikuti hawa nafsu, tidak menjual agamanya dengan keun-
tungan dunianya maupun dunia orang lain.
Hal ini seperti keadaan orang sakit yang mendapat advis yang
berbeda-beda dari beberapa orang dokter, maka dalam hal ini hen-
daklah ia menggunakan advis dokter yang lebih mantap di hatinnya,
karena lebih pandai, lebih termasyhur, dan sebagainya.
Kekeliruan dalam masalah-masalarh /uru' (cabang) seperti ini di-
maafkan, dan masing-masing orang akan mendapatkan balasan se-
suai dengan niatnya.
Tinggal kita bicarakan hadits yang berbunyi:
"Puas Ramadhan itu digantungkn antara langit dan bumi, ia tidak
al<an dingkt kecuali dengan zakat titrah."
Hadits ini adalah hadits yang tidak sah,la8 dan telah saya bicara-
kan di tempat lain.
Wallahu a'lam. o
lE8Menurut as-Suyuthi, hadits ini diriwayatkan lbnu Syahin dan adh-Dhiya'. Mengenai
hadib ini Ibnu Jagni berkaa, 'Tidak sah, di dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Ubaid
al-Bashri yang maihul.'
Hadlts ini iuga diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari Baqryah bin al-walid dari Abdur
Rahman bin Utsman bin Umar yang termasuk guru-guru Baqi.yah yang maihul. (Lihat,
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Silsilah al-Ahadits adh-Dlnifah va al-Mardhu'ah, juz l, hlm.
59-6O; Penl.).
342
BAGIAN V
MASATAH }YAI{ITA
DAI{ KETTHRGA
(Lanjutan Iilid 1)
t
l
I
I
)
I
I
PERANAN HAWA DALAI{ PENGUSIRAN
ADAIVT DARI SURGA
345
"Dan l(ami bertirman,'Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istimu
surga ini, fun mal<anlah mal<anan-mal<anannya Jnng bannk lagt
baik di mana aja yang l<amu sukai, dan janganlah kamu dekati
pohon ini, yang menyefubkan kamu termasuk onng-otang zalim.'"
(al-Baqarah: 55)
346
ayat-ayat itu mengatakan bahwa peranan Hawa tidak sepefti pe-
ranan Adam, dan seakan-akan Hawa makan dan melanggar itu
karena mengikuti Adam.
Allah bertirman:
"Dan xsungguhryta telah Kami pintahkan kepdaAdamdahulu,
mak ia lup (alran pertnbh ittt), dan ti&k l(ani daryti Wdanm
kemauan yang ktaL Dan (ingatlah) ketika lfuni tuthta keag,fu
mahikat, Sujudlah l<amu kepda Afum,'mak mereka sujud ke-
anali iblis. Ia memfungl<ang. Mal(a kami brkat4'Hai Afum, *-
sng,Irya i*imu, nnla
ini (iblis)dalah musth fugtmu dan bagt
selrali-l<ali janganlah wnpi ia mengelua*an hmu bdua &d
surga, tang meryrefublran kamu menjadi cehka fuungphnn
lcamu tidak alran kelapnn di fulannn fun tidal(akan tefulang
dan wngfinm lamu tidak alran nretalla dalnga dan tidalc (puh)
akan ditimp panas matahad di dalamrya'Kemudian *tan mem-
bisilrl<an pikinn jahat kepdany (Ae@ dengan b*at4 'Hai
i
Adan, maul<ah aya tunjukl<an kepfumu phon khuldi dan ken-
I
I jaan yang tidal< akan binas?' Maka kduaryn memakan dad buah
pohon ifia lalu tanryklah bagi kduanln aurat-aurafrryadan mulai-
hh kduaqn menutupiryn dengan daun4aun (1nngafu di) surga,
dan durhalralah Adam kepada Tuhan dan wtlah ia Kemudian
Tuhanny memilihrry. Maka dia meneima tdafrinfun memfu-
rinya petunjuk" (Thaha: I 15- 1221
l_
l
dengan memuji hglau &n menscihn hgfuu7 fuIw Mmnn
'Sesunguhrryta Aku mengptahui apa png tidak kamu ketahui.' Dan
Dia mengajarl<an kepda Adam nama-narna (bnda) *luruhrya
kemudian mrysnuhhruW k@a pn nnlailat lafu brfunrut,
5e/al.ttlc,nlah k@a-fu rum fui&ffi itu jila lamu menwtg
oftng-onng Wng funar!' Mer*a menjavvab, 'Maha Suci Engku,
tidak ada yang lrami ketahui xlain &d ap Wry telah Engkau ajar-
l<an k@a tani; wtrWunry hgbulalrYangMaha Matgetalrui
lagt Maha Bijalmna'NIah brfirman,'Hai Adarn, brihhulankh
kepda merclca nama-nama ben& ini.'Mah *t&It dibritahu-
l<ann1n kepda merelca nama-narna benda itu, Nlah brfirman,
'Bul<anl<ah sudah Kukatakan kepdamu balwa wnggulnW Nru
mengetahui nhasia langit dan bumi dan mengetalrui aw wg
I<amu hhirl<an dan ap Wg kamu *mbunyikan?-(al-Baqarah:
5,o-5.31
Disebutkan pula dalam hadits sahih bahwa Adam dan Musa a.s.
bertemu di alam gaib. Musa hendak menimpakan kesalahan ke-
pada Adam berkenaan dengan beban yang ditanggung manusia
karena kesalahan Adam yang memakan buah terlarang itu flan-
tas dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke bumi sehingga
menanggung beban kehidupan seperti yang mereka alami; penr.).
Kemudian Adam membantah Musa dan mematahkanargumenta-
sinya dengan mengatakan bahwa apa yang t€riadi itu sudah me-
rupakan ketentuan ilahi sebelum ia diciptakan, untuk memak-
murkan bumi, dan bahwa Musa juga mendapati ketentuan ini ter-
cantum dalam Taurat.
Hadits ini memberikan dua pengertian kepada kita. Pertama,
bahwa Musa menghadapkan celaan itu kepada Adam, bukan lce-
pada Hawa. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang disebutkan
dalam Taurat (sekarang) bahwa Hawayang meraJru Adam untuk
memakan buah terlarang itu tidak benar. Itu adalah perubahan
yang dimasukkan orang ke dalam Taurat.
Kedua, bahwa diturunkannyaAdam dananakcucunya lce bumi
sudah merupakan ketentuan ilatri dalam akdir-Nya yang luhur
dan telah ditulis oleh kalam ilahi dalam Ummul Kitab (Lauh al-
Mahfuzh), untuk melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
melalui risalah-Nya di atas planet ini, sebagaimana yang dikehen-
daki Allah, sedangkan apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi.
348
4. Bahwa surga (iannah), tempat Adam diperintahkan untuk ber-
diam di dalamnya dan memakan buah-buahannya, kecuali satu
pohon, dan disuruh hengkang dari sana karena melanggar
larangan (memakan buah tersebut), tidak dapat dipastikan
bahwa surga tersebut adalah surga yang disediakan Nlah untuk
orang-orang mutraqin di akhirat kelak. Surga yang dimaksud
belum tentu surga yang di dalamnya Allah menciptakan sesuatu
(kenikmaan-kenikmatan) yang belum pernah dilihat mata, belum
pernah didengar telinga, dan tidak seperti yang terlintas dalam
hati manusia.
349
2
FITNAH DAN STIARA WANITA
Pertanyaan:
Sebagian orang berprasangka buruk terhadap wanita. Mereka
menganggap wanita sebagai sumber segala bencana dan fitnah.lil€
tedadi suatu bencana, mereka ber?,ata, "Periksalah kaum wanita!"
Bahkan ada pula yang berkomentar, "Wanita merupakan sebab ter-
jadinya penderitaan manusia sejak zaman bapak manusia (Adam1
hingga sekarang, karena wanitalah yang mendorong Adam untuk
memakan buah terlarang hingga dikeluarkannya dari surga, dan ter-
jadilah penderitaan dan kesengsaraan atas dirinya dan diri kita se-
karang."
Anehnya, mereka juga mengemukakan ddil-dalil agama untuk
menguatkan pendapatnya itu, yang kadang-kadang tidak sahih, dan
adakalanya --meskipun sahih-- mereka pahami secara tidak benar,
seperti terhadap hadits-hadits yang berisi peringatan terhadap fitnah
wanita, misalnya sabda Rasulullah saw:
eA)iG)€1i'gt'&_Q*$qj6
'ndaldah tnWrun *sudal*u srlatu frA:rrh tang tebih mem-
balnyakan"k, W lald-laki daripda (frdah) WrunOuan."
350
rap Ustadz dapat menjelaskan makna dan maksud hadits-hadits ini
kepada orang-orang yang tidak mengerti Islam atau berpura-pura
tidakmengerti.
Semoga Allah menambah petuniuk dan taufik-Nya untuk Ustadz
dan menebar manfaat ilmu-Nya melalui Ustadz. Amin.
Sebenarnya tidak ada satu pun agama langit atau agama bumi,
kecuali Islam, yang memuliakan wanita, memberikan haknya, dan
menyayanginya. Islam memuliakan wanita, memberikan haknya,
dan memeliharanya sebagai manusia. Islam memuliakan wanita,
memberikan haknya, dan memeliharanya sebagai anak perempuan.
Islam memuliakan wanita, memberikan haknya, dan memelih:ranya
sebagai istri. Islam memuliakan wanita, memberikan haknya, dan
memeliharanya sebagai ibu. Dan Islam memuliakan wanita, membe-
rikan haknya, dan memelihara serta melindunginya sebagai anggota
masyarakat.
Islam memuliakan wanita sebagai manusia yang diberi tugas
(taklifl
kli0 dan tanggungiawab halnya laki-laki, yang
tanggung iawab yang utuh seperti halnya y?ng
kelak akan mendapatkan pahala atau siksa sebagai balasannya. nigas
yang mula-mula diberikan Allah kepada manusia bukan khusus
untuk laki-laki, tetapi juga untuk perempuan, yakni Adam dan istri-
nya (lihat kembali surat al-Baqaralr: 35)
Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun nash Islam, baik Al-
Qur'an maupun As-Sunnah sahihah, yang mergaakan bahwa wanita
(Hawa; penr.) yang menjadi penyebab diusirnya laki-laki (Adam)
dari surga dan menjadi penyebab penderitaan anak cucunya kelak,
sebagaimana disebutkan dalam Kttab Perfaniian Lama. Bahkan Al-
Qur'an menegaskan bahwa Adamlah orang pertama yang dimintai
pertanggungjawaban (lihat kembali surat Thaha: 115,-122).
Namun, sangat disayangkan masih banyak umat Islam yang me-
rendahkan kaum wanita dengan cara mengurangi hak-haknya serta
mengharamkannya dari apa-apa yang telah ditetapkan syara'. Pada-
hal, syari'at Islam sendiri telah menempatkan wanita pada proporsi
yang sangatjelas, yakni sebagai manusia, sebagai perempuan, seba-
gai anak perempuan, sebagai istri, atau sebagai ibu.
Yang lebih memprihatinkan, sikap merendahkan wanita tersebut
sering disampaikan dengan mengatasnamakan agama (Islam), pada-
hal Islam bebas dari semua itu. Orang-orang yang bersikap demikian
351
kerap menisbatkan pendapatnya dengan hadits Nabi saw. yang ber-
Pgny,, "B€rmusyawarahlah dengan kaum wanita kemudian langgar-
lah (selisihlah)."
Hadits ini sebenarnya palsu (maudhu'). Tidak ada nilainya sama
sekali serta tidak ada bobotnya ditinjau dari segi ilmu (hadits1.
Yang benar, Nali saw. pernah bermusyawarah dengan istrinya,
Ummu Salamah, dalam satu urusan penting mengenai umat. Ialu
Ummu Salamah mengemukakan pemikirannya, dan nasulullah pun
menerimanya dengan rela serta sadar, dan ternyata dalam pemikiran
Ummu Salamah terdapat kebaikan dan berkah.
Mereka, yang merendahkan wanita itu, juga sering menisbatkan
kepada perkataan Ali bin Abi Thalib bahwa "Wanita itufelek segala-
galanya, dan segala kefelekan itu berpangkal dari wanita.n
Perkataan ini tidak dapat diterima sama sekali; ia bukan dari
logika Islam, dan bukan dari nash.l8e
Bagaimana bisa terjadi diskriminasi seperti itu, sedangkan Al-
Qur'an selalu menyejajarkan muslim dengan muslimah, wahita ber-
iman dengan laki{aki beriman, wanita yangtaat dengan laki- laki
yangtaat, dan seterusnya, sebagaimana disinyalir dalam Kitab Allah.
Mereka juga mengatakan bahwa suara wanita itu aurat, karena-
nya tidak boleh wanita berkata-kata kepada laki-laki selain suami
atau mahramnya. Sebab, suara dengan tabiatnya yang merdu dapat
menimbulkan fitnah dan membangkitkan syahwat.
Ketika kami tanyakan dalil yang dapat dijadikan acuan dan san-
daran, mereka tidak dapat menunjukkannya.
Ap?ka,h mereka tidak tahu bahwa Al-eur,an memperbolehkan
laki-laki bertanya kepada isteri-isteri Nabi saw. dari balik tabir?
Bukankah isteri-isteri Nabi itu mendapatkan tugas dan tanggung
pwab yang Iebih berat daripada istri-istri yang lain, sehinggSi ada
beberapa perkara yang diharamkan kepada mereka yang tidak diha-
ramkan kepada selain mereka? Namun demikian, AIIihberfirman:
gQiU',t$Mti:,;;y5CSg
"... Apabila lramu meminta *suatu (keperluan) kryda mercka
(isfri-isfri Nabi), mala mintakh dai fulakangtablr.... "(al-Alrzab: 53)
352
Permintaan atau pertanyaan (dari para sahabat) itu sudah tentu
memerlukan jawaban dari Ummahatul Mukminin (ibunya kaum
mukmin: istri-istri Nabi). Mereka biasa memberi fanua lcepada orang
yang meminta fatwa kepada mereka, dan meriwayatkan hadits-
hadits bagi orang yang ingrn mengambil hadits mereka.
Pernah ada seorang wanita bertanya kepada Nabi saw. di hadapan
kaum laki-laki. Ia tidak merasa keberatan melakukan hal itu, dan
Nabi pun tidak melarangnya. Dan pernah ada seorang wanita yang
menyangkal pendapat Umar ketika Umar sedang berpidato di atas
mimbar. Atas sanggahan itu, Umar tidak mengingkarinya, bahkan ia
mengakui kebenaran wanita tersebut dan mengakui kesalah4nnya
sendiri seraya berkata, "Semua orang (bisa) lebih mengerti daripada
Umar."
Kita juga mengetahui seorang wanita muda, putri seorang syekh
yang sudah tua (Nabi Syu'aib; ed.) yang berkata kepada Musa, se-
bagai dikisahkan dalam Al-Qur'an:
bapklcu memanggil lramu agar ia membefi ba-
"... Sesungguhrya
(kefuikanlmu memberi minum (emak) kami...."
lasan terhadap
(al-Qashash:25)
353
'#{t:#ioilgl:i;u:|ii",$i-r$.
@6;t{;,:"ij y; -# 4o 5i ;l\
-ga
"Hai i*ri-istri Nabi, Icamu relcalian tidalclah *perti wanita lnng lain,
jika kamu brtal<wa. Maka janganlah lramu tunduk dalam berbican
rehingga be*einginanlah orangyang a& penlnkit dalam hatiryn,
dan uapl<anlah p*ataan lang fuik." lal-Nrzab: B2)
Mereka telah salatl paham. Kata fitnah dalam hadits di atas mereka
artikan dengan "wanita itu ielek dan merupakan aZab, ancaman,
atau musibah yang ditimpakan manusia seperti ditimpa kemiskinan,
penyakit, kelaparan, dan keakuhn". Mereka melupakan suatu
masalah yang penting, yaitu bahwa manusia difitnah (diuji) dengan
kenikmatan lebih banyak daripada diuji dengan musibah. Allah ber-
firman:
"... I<ani alran menguji kamu dengan keburul<an dan kehil<an se-
bagai cofuan (Snng *benar-benarny) .... " (al-Anblya: 35 )
354
"Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-analonu itu hanyalah
*hgai cofuan .... " (al-Anfal: 28)
Dari hadits ini tidak berarti bahwa Rasulullah saw. hendak me-
fyebqkan kemiskinan,,rerapi beliau justru memohon perlindungan
kepada Allah dari kemiskinan itu, dan mendampingkan kemiskinan
dengan kekafiran. fuga tidak berarti bahwa beiiau tidak menyukai
umatnya mendapatkan kelimpahan dan kemakmuran harta, karena
beliau sendiri pernah bersabda:
.
(
{n u,ri,,,-,\
"Bagus nian harta Stang
dq6il)U$llSCiiz;
fuik
bagi orang yang barklHR. Ahmad
4:197 d^n 2O2, dan Hakim dalam al-Mustadrak Z:2, llarr
Hakim mengesahkannya menurut syarat Muslim, dan ko-
mentar Haldm ini disetufui oleh adz-Dzahabi)
356
ME}IYANGGA; PENAFSIRAN
YANG MERENDAHKAN WANITA
Pertanyaan:
Siapakah yang dimaksud dengan sufaha dalam firman Allah:
357
Kebenaran yang menjadi pegangan mayoritas umat ialah bahwa
penafsiran sahabat terhadap Al-Qur'anul Ierim itu tidak secara oto-
matis menjad!hujjah bagi dirinya dan mengikat terhadap yang lain.
Ia tidak dihukumi sebagai hadits marfu', walaupun sebagian ahli
hadits ada yang beranggapan demikian. Ia hanya merupakan buah
pikiran dan ijtihad pelakunya, yang kelak akan mendapatkan pahala
meskipun keliru.
Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas sendiri dan dari sebagian
sahabat-sahabatnya bahwa "Tiap-tiap orang boleh diterima dan di-
tolak perkataannya, kecuali Nabi saw. (yangwajib diterima perkata-
annya)."
Doa Nabi saw. untuk Ibnu Abbas agar Allah mengaiarinya takwil,
tidak berarti bahwa Allah memberinya kemaksumam (terpelihara
dari kesalahan) dalam takwil yang dilakukannya, tetapi malina doa
itu ialah Allah memberinya aufik untuk memperoleh kebenaran dalam
sebagian besar takwilnya, bukan seluruhnya.
Karena itu, tidak mengherankan kalau ada beberapa pendapat
dan ijtihad Ibnu Abbas mengenai tafsir dan fiqihyangtidakdisetujui
oleh mayoritas sahabat dan umat sesudah mereka.
Kelemahan talquil yang dikemukakan Ibnu Abbas dan orangyang
mengikutinya bahwa yang dimaksud dengan as-sufaha (orang-orang
yang belum sempurna akalnya) adalah wanita atau wanita dan anak:
anak, tampak nyata dari beberapa segi.
Pertarna, bahwa lafal sufatu ( )o(1!.
) adalah bentuk f amak taksir
untuk isim mrrdzakkar (laki-laki1, mufradnya (bentuk tunggalnya)
adalah saJiihu ( '4 ), bukan safiihatu 1"i,fu/, ) yang merupakan
isim muannats (perempuan). IQlau mufradnya s{lihla4 maka bentuk
jamaknya adalah mengikuti waz:rn fa'iitau ( 3fi.i4)
atau Ja,aa,itu
(iFF ) sebagaimana lazimnya jamak muannats, setringgabentuk
famak lafal tersebut adalah safiihaaru 1 L@ ) atau safaa,ihu /rslt1.
Kedua, bahwa l<ata isim zaman (kata untuk men-
sufaha adalah
cela), karena mengandung arti kekurangsempurnaan akal dan buruk
tindakannya. Karena itu, kata-kata ini-tidak disebutkan dalam AI-
Qur'an melainkan untuk menunfukkan celaan, seperti dalam firman
Allah;
'JtiKiz$;1rj6at:tl;tit3ihr"fi .tlir,
358
'rr:J:rJf.-$3r;6,Ai'J#;St'i6i
"Apbila dikatakan kepda merck4 "Berimanhh kamu *fugai-
mana onng-onng lain telah beriman", meteka meniawab, "Ahan
beimankah l<ami *fugaimana onng-onng yng bodoh itu telah
beiman?" Ingatlah, *sungguhrya merel<akh onng-onng Wg
bdoh, tetapi merel<a tidal< tahu." (al-Baqarah: I5)
"Onng-ota ng Wg kunng di antan manusia akan berlatq
al<aln1n
"Apaleh yang memalingkn mercka (umat ldan) dad kiblaarya
(fuitul Maqdis) yng hhulu mercIra telah furkiblat kepdurytaT
Katakanlah, "Kepunlnan Nlah-lah timur dan funt dia membei
ptunjuk kepda siap yng dikehendaki-Nya ke ialan yang lurus.'"
(al-Baqarah: l42l
Apabila lafal sufaha itu untuk mencela, maka bagaimanakah ma-
nusia akan dicela karena sesuatu yang tidak ia usahakan? Bagai-
mana seorang perempuan akan dicela karena semata-mata ia perem-
puan, padahal ia bukan yang menciptakan dirinya, melainkan ia di-
ciptakan oleh Penciptanya? Allah berfirman:
"... refugian kamu adalah turunan dari sebagianWrylain...."(All
Imran: I95)
rnd v dV ii oY,\
Wi'6\#,Y,;) ir3y
lllf,.
"Sesungguhnya wanita adalah belahan (mitra) laki-laki."
Ahmad btn Hanbal 6:256 dan Bathaqt I:168. Dlsebutkan
pula dnlnm Kanzul'Ummal nomor 45559)
359
semuanya menguatkan pendapat Syekhul Mufassirin, Imam ath-
Thabari. Dalam tafsir at-Manarl<aryasayid Rasyid Ridha disebutkan:
Yang dimal<sud dengan as-sutaha di sini ialah onng-onng yng
pemborcs gng menglwnbur-hamburkn haftanya untuk *suatu
nng tidak perlu dan tidah xyognny, dan membelanjaknnya
dengan can yatg buruk dan tifuk bentsaha mengemfungfunryn."
,isEi;ritli:r*i;
"Dan janganlah karnu snhl<an kepda onng-onng yang futum
*mpuma al<alryn hafia (merel<a yang ada dalam kefuawnmu)
...." (an-Nlsa': 5)
3@
r
pula harta si wali. Alhasil, harta si safih itu seakan-akan hartanya
sendiri.
Kedua, bahwa apabila as-sufaha inr telah dewasa dan harta mereka
masih terpelihara, lantas mereka dapat menggunakannya sebagi-
mana layaknya orang dewasa (normal), dan dapat men$nfakkannya
sesuai dengan tuntunan syariat untuk kemaslahatan umum atau
khusus, maka para wali inr juga mendapatkan bagian pahalanya.
Kedga, kesetiakawanan sosial dan menjadikan kemaslahatan
dari masing-masing pribadi bagl yang lain, sebagaimana telah kami
katakan dalam membicarakan ayat-ayatyang lain. " (T afsir al-Manar 4 :
379-380)
4
BOLEHKAH LAKI.LAKI MEJI{ANDANG
PEREMPTIAN DAN SEBALIXNYA?
Pertanyaan:
IQmi ingin mengetahui hukum boleh tidaknya laki-laki meman-
dang perempuan, malah lebih khusus lagi, perempurn memandang
laki-laki. Sebab, kami perntrh rhendengar dari seorang penceramah
bahwa wanita itu tidak boleh memandang laki-laki, baik dengan
syahwat maupun tidak. Sang penceramah tadi mengemukakan dalil
dua buah hadits:
Pertama, bahwa Nabi saw. pernah bertanya kepada putrinya,
Fatimah r.a., "Apakah yang paling baik bagi wanita?" Fatimah men-
jawab, "fanganlah ia memandang laki{aki dan jangan ada laki- laki
memandang kepadanya." Ialu Nabi saw. menciumnla sera),a berkata,
"Satu keturunan yang sebagiannya (keturunan dari yang lainl."teo
Kedua, hadits Ummu Salamah r.a., yang berkata, "Saya pernah
berada di sisi Rasulullah saw. dan di sebelah beliau ada Maimunah,
kemudian Ibnu Ummi Maktum datang menghadap. Peristiwa ini ter-
jadi setelah kami diperintahkan berhijab. Ialu Nabi saw. bersabda,
"Berhijablah kalian daripadanya!" Ialu kami berkata, 'Wahai Rasu-
361
lullah, bukankah dia tuna netra, sehingga tidak mengetahui kami?"
Beliau menjawab, "Apakah kalian juga tuna netrl?" Bukankah
kalian dapat melihatnya?" (HRAbu Daud aan firmldzt. Betiau (Ttr-
mtdzt) berkata, 'Hadlts tnt hasan sahlh.lel)
Pertanyaan saya, bagaimana mungkin wanita tidak melihat laki-
laki dan laki-laki tidak melihat wanita, terlebih pada zaman kita
sekarang ini? Apakah hadits-hadits tersebut sahih dan apa maksud-
nya?
Sayaharap Ustadz tidak mengabaikan surat s.Ua, dan saya mohon
ustadz berkenan memberikan penjelasan mengenai misatatr ini
sehingga dap-at menerangi ja]an oring-orang bi-ngung, yang terus
saja memperdebatkan masalah ini dengan tidak ada ufungnyi.
Semoga Allah memberi taufik kepada Ustadz.
Jautaban:
menciptakan seluruh makhluk hidup berpasang-pilsangan,
-ba-hka1
-S"h menciptakan
alam semesta ini puri Ueriasan!-iasan[an,
sebagaimana fi rman-Nya:
"Maha Suci NIah lnng telah menciptat<an pasang-psangan ff_.
muanya, baik dad apa Wng ditumbuhl<an oleh bumi dan dad din
merel<a maupun dari ap yang tidak meretrakefalrui. "(yasin: B6)
"Dan *gala sesuatu Kani ciptal<an furpang-pangan sur41),a
kamu mengingat akan ketrusaran Nkh." (ailz-Ozaartyat: 4C)
I glattni;rrya
akan dibicarakan nanti
362
Seperti telah saya singgung di muka bahwa taklif ilahi (tugas dari
Allah) yang pertama adalah ditujukan kepada kedua orang ini seka-
ligus secara bersama-sama, yakni Adam dan istrinya:
"... Hai Adam, diamilah oleh l<amu dan istimu surga ini, dan ma-
kanlah makanan-makanannya yang banpk lagi baik di mana aia
yang kamu sul<ai, dan ianganlah kamu dekati pohon ini, yang
menyefubkan kamu termasuk orang-onng lang zalim." (al-Baqa-
rah:55)
s63
i-
dengirn adanya tolong-menolong dan bantu-membantu antara kedua
jenis manusia ini dalam urusan-urusan dunia dan akhiraB
"Dan onngorutgyarg fufunan, hki-hki &n panpaa *bagtan
. merc*a (afuhh) menjadi pnolong bagi *bagian rang lain ...." (at-
Taubah:7I)
. Telah saya lemukakan pula pada bagian lain dari buku ini bahwa
Al-Qur'an telah menetapkan wanita -ly*g melakukan p.ruuat n
keji secara terang+erangan-- unruk "ditiha;" di rumah de,iCi"ilo"r
boleh keluar dari rumah, seba-gai hukuman bagi mereka --iehingga
ada empat orang laki-laki musiimyangdapat mimberikan kesaGian
kepadanl,a Hukuman ini teriadi ieoEtuni ditetapkannya peiaroran
(tasyri') dan diwajibkannp hukuman thady tertend.r. alaL udrtrman,
"Dan Qerhadap) pan wanita yng menprjat<an ptbutan keji,
hendalfuh a& empt onng aksi di antan kamu (Srang menyaksi_
I<annya). Kemudian arybila mercka tetah memfrr:d-prviloi*,
maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) datam raian lxrmpi
mereka menemui aialnm atau ampai NIah membi jatan yng
Iain kepadanya. " (an-Nlsa': I 5)
364
Iald-laki Memandang Perempuan
Bagian pertama dari pernyataan ini sudah kami bicarakan dalam
Fatwa-fatwa Kontemporer Jilid I tentang wajib tidaknya memakai cadar,
dan kami menguatkan pendapat jumhur ulama yang menafsirkan
firman Allah:
"..- Dan janganlah mereka menampkkan perhiaunrya kecuali
yang @iasa) tanryk daripadany...."(an-Nur: 3I)
t-
Iaki{aki maupqn- perempuan. Dan hal inl apabila terdapat petuniuk_
petunjuk yang jelas, tidak sekadar perasaan dan khayiran'r.u"h"n
orang-orang takut dan ragu-ragu terhadap seiiap orangtan
-yang
setiap persoalan.
IQrena itu' Nabi saw. pernah memalingkan mukaanakpamannya
yalg bernama ar-Fadhr bin Abbas, aari miritrat il;ilKh"il"'nivun
pada.waktu haji, ketika beliau merihar a-Eiant
rlffir:ii,ili*.-
3ar9?ng wanita itu. Dalam suatu riwayat disebutkan oatrwa a-
Fadhl bertanya kepada_Rasuruflah saw., 'itengapa engkau palingkan
muka anak pamanmu?" Beliau saw. menlafif, "a;;;;;tih;t,._
o-rang pemuda dan seorang pemudi, maka saya tidali
merasa aman
akan gangguan sehn terniaiap mereka."
IGkhawatiran akan terjadinya fitnah itu kembari kepada
hati
si muslim, yang wajib mendengar dan menerima Afn U"it
Ty..u:li
can, nati.nura{1Va sendiri maupun orang lain. Artinya,
a
fitnah itu
rroaK drthawatirkan terjadi jika hati dalam kondisi
sehit, tidak diko_
tori syahwat, tidak dirusak syubhal (kesamaran), dan iia"frlniuoi
sarang pikiran-pikiran yang menyimpang.
fugg'pwa")6#raa
(
st-, o \-, ) 354.1r3t, ltfr
"&1ta furtarya keryda Nabi fiw. tentang memandang
(aunt onng
lain) *an tiba-Aba (tidak di*ngaja).-t atu fulku"frirvrbiia ,pa-
lingfunlah pndanganmu.,,, (HR Musllm)
s66
dan sebagainya. Bahkan lelau aurat ini ditutup dengan pakaian tetapi
tipis atau menampal*an bentuknya, maka ia iuga terlarang menurut
syara'.
Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa paha laki-laki termasuk
aurat, dan aurat laki{aki ialah antara pusar dengan lutut. Mereka
mengemukakan beberapa dalil dengan hadits-hadits yang tidak lepas
dari cacat. Sebagian mereka menghasankannya dan sebagian lagt
mengesahlannya karena banyak jalannya, walaupun masing-masing
hadits itu tidak dapat dijadikan hujjah untuk menetapkan suatu
hukum syara.'
Sehagian fuqaha lagi berpendapat bahwa paha laki-laki itu bukan
aurat, dengan berdalilkan hadits Anas bahwa Rasulullah saw. per-
nah membuka pahanya dalam beberapa kesempatan. Pendapat ini
didukung oleh Muhammad Ibnu Hazm.
Menurut mazhab Maliki sebagaimana termaktub dalam kitab-
kitab mereka bahwa aurat mughallanhahhki-laki ialah qubul (kemalu-
an) dan dubur saja, dan aurat ini bila dibuka dengan sengaja mem-
batalkan shalat.
Para fuqaha hadits berusaha mengompromikan antara hadits-
hadits yang bertentangan itu sedapat mungkin atau mentarjih
(menguatkan salah satunya). Imam Bukhari mengatakan ddam
kitab sahihnya "Bab tentang Paha", diriwayatkan dari Ibnu Abbas,
furhud, dan Muhammad bin Jahsy dari Nabi saw. bahwa paha itu
aurat, dan Anas berkata, "Nabi saw. pernah membuka pahanya."
Hadits Anas ini lebih kuat sanadnya, sedangkan hadits furhud lebih
berhati-hati.1e2
Syaukani, dalam kitabnya Noilul Athar menanggapi hadits-hadits
yang mengatakan paha sebagai aurat, bahwa hadits-hadits itu hanya
menceritakan keadaan (peristiwa), tidak bersifat umum.
Adapun al-muhaqqiq lbnul Qalyini mengatakan dalam Tahdzibut
Tahdzib Sunan Abi oaud xbagai berikut:
"Jalan mengompomikan hadits-hadits tersrlbut ialah ap yang di-
kemukakan oleh muid-muid Imam Ntmad dan lainnya fulwa
aunt itu ada dua ma@rn, yaitu muldntfatah @ngan/kecil) dan
367
mughallazhah (brat/b*r). Aunt mugfiallazhah iatah qubut dan
dubun sdanglan aunt mulfiattalah ialah Wha; dan tifuk ada per_
tentangan antara printah menunduldran pndangan dad melihat
paha l<arcnapha itu juga aunt dan membulranya karcna pha itu
aunt mulclnttafalt. Wallau a'lam."
368
sebutkan penanya; ed.) kami temukan penolakannya sebagaimana
disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam meringkas pendapat mengenai
masalah tersebut. Beliau mengatakan dalam kitab al-uughni /ang
ringkasannya sebagai berikut:
"Adapun masalah wanita melihat laki-laki, maka dalam hal ini
terdapat dua riwayat. Pertarna, ia boleh melihat laki-laki asal
tidak pada auratnya. Kedua, ia tidak boleh melihat laki-laki
melainkan hanya bagian tubuh yang laki-laki boleh melihatnya.
Pendapat ini yang dipilih oleh Abu Bakar dan merupakan salah
satu pendapat di antara dua pendapat Imam Syaf i.
Hal ini didasarkan pada riwayat az-Zuhi dari Ummu Salamah,
yang berkata:
'i4Wi,6/$6:4G-16&
{16* 1
_t--a
4\"ftr1r:a
;2
U, 81i!i3e(*4.,i
^(;r<us6e,itrKa$Gri:eti
,tXAr*TG
I";re.la
a/'
ffi )\5W, JG .9";/{\y i'(,!',
( y!, :2t 2g.l o\2\ .
*t;*1
"Aku pemah duduk di *belah Nabi vrw., tifu-tifu lbnu Ummi
Mafuum meminta izin masuk. Kemudian Nabi sw. belbda,'kr-
hijablah l<amu dafipdaryra.'Aku furkata, Wahai Rasulullah, dia itu
tuna netra.' kliau menjawab dengan nada bertaryn,'Aplcah l<amu
berdua (Ummu Salamah dan Maimunah; peni.) iusa buta dan tidak
melihahSnflHR Abu Daud, dan latn-latn)
fuxyi,dWe(*e€#:
\J .J -
(
*b,,fr ), )lg)t6 LXqU{S,,f,ir
"kriddahlah engku di rumah lbnu tJmmi Malctun karr:ra dia *-
ogttg tuna netr,a englcau dapt meleps plcaianmu dangkan dia
tidak melihatmu. a e3 (Muttafaq ahfh)
Aisyah berkata:
l=ilO'd76;\%!T&r$t6;
2Ut*!fr ,Y.E-ll6;\e
(-;*pt
A&lah Raflrlullah srrw. metindungiht dengan *lenfungnya ke_
tik alfl, melihat onng-onng Hakyi sdang *rman-nan 6on-
tonan olah nga) dalam masjid." (Muttanaq alath)
f g3Oalam-ri*ayat
Muslim dikatalon, "Karena aky {NaUi saw.) tidak suka kerudungmu
jatuh da{ tubuhmu arau tersingkap betismu, lantas aaa iruagian
niurr,ru yar,g ailGio.ung
lain, png e4tau ddak menyukainya.,
Ini dimaksudkan bahwa Rasulullah saw. bersikap lemah lembut kepadanya dan hendak
memberinya kemudahan sehinggadia sepanJang hariiidak menutup seturutr
tubuhnya terus-
menerus kalau ia bert€mpar ringgal di rumah ummu syurait yang ianyat turrniiis"a.,"g
kan Ibnu ummi Maktum yang-tuna rtu trdak mungrrin i"p"t"ra,r,"rl.,;;hi,rgg"
lqa
dengan demikian dia mendapatkan sedikit keringanan.
370
Seandainya wanita dilarang melihat laki-laki, niscaya laki- laki
juga diwajibkan berhifab sebagaimana wanita diwaiibkan berhiiable4,
supaya mereka tidak dapat melihat laki-laki.
Adapun mengenai hadits Nabhan (hadits keduayang ditanyakan
si penanya; ed.), Imam Ahmad berkata, "Nabhan meriwayatkan dua
buatr hadits aneh (ianggal), yakni hadits ini dan hadits, "Apabila salah
i
lqttatau yarg dimaksud dengan'hifab'di sini ialah memakai cadar dan menunrp waiah,
maka hal ini perlu dikaii, dan kami telah memh.rikan penolakan secara rinci dalam fanva
karyi tentang "Apakah Cadar itu waiib?'
l955.Llah meriwayatkan hadits ini Abu Daud berkaa, 'Ini adalah unuk istri-istri Nabi
saw. secara khusus, apakah tidak Anda perhadtan ber'tddahny,a Fadmah binti Qais di sisi
Ibnu Ummi Maktum?'. Lihat Sunnan Abi Daud, hadlts nomor 4t 15.
371
-l
372
Apabila seorang wanita melihat laki-laki lantas timbul hasrat ke-
wanitaannya, hendaklah ia menundukkan pandangannya. fanganlah
ia terus memandangnya, demi menjauhi timbulnya fitnah, dan bahaya
itu akan bertambah besar lagi bila si laki-laki iuga memandangnya
dengan rasa cinta dan syahwat. Pandangan seperti inilah yang di-
namakan dengan "pengantar zina" dan yang disifati sebagai "panah
iblis yang beracun", dan ini pula yang dikatakan oleh penyair:
,/:s:<
t,trtLrt&a)tgi31
'<rs-3 14f ) l/')-
)Fryu-Q)rLJ)11*-as-,o9
'Semua peristiwa (perzinaan) itu bermula dari memandang. Dan
api yang besar itu berasal dari percikan api yang kecil."
5
HUKTT}T MENGUCAPKAN DAN MENIAWAB
SAIA,M BAGI WANITA
k;ll:rA:r1L11';:rw,i*t:'tj
"Arybih lramu dihormati dengan xlz,tu pngfionmtan" nnl<a fula*
Iah pengfiormatan itu dengan yang lebih Mik atau hlaslah dengn
yang *rupa.... " (an-Nisa': 86)
373
percaya bahwa ayatyang mulia ini bukan hanya untuk kaum
- .ry{l
-laki-laki
saja- Tetapi ada salah seorang dosen kami ying menyalahi
kebiasaan ini. Beliau tidak pernah mengucapkan salim tepaoi ttami
sama sekali. Ihrena itu, salah seorang di antara kami adayang me-
nanyakan kepadanya, "Mengapa pak Doktor tidak menlrrci-pkan
salam kepa{a kami?" L^alu dgsen itu menfawab bahwa menguca}tan
salam kepada wanita itu tidak boleh, karena suara wanita itiaurit.
_ Meskipun dosen itu tidak pernah mengucapkan salam, di antara
kam.i dengan dia berlaku kebiasaan sebagaimana jalannya proses
belajar-mengajar, yaru dia berbicara tepaaiUmi Aan UmibeiUi*ru
kepadanya, dia bertanya kepada kami dan kami menjawabnya, kami
PertaTya kepadanya dan dia menjawabnya. I(ami jufa serin! berdis-
kusi dengannya dalam berbagai masahh tanpa ada-larangai.
_ _Mengapa hanya salam itu saja yang dilarang? Dan-benarkah
bahwa suara wanita itu aurat, walaupun dalam menjawab salam?
Atau dalam men_gatakan ucapan-ucapan yang ma'ruf yang disertai
dengan
-mgqatuhi adab-adabnya yang selayatnya ailatukan oleh
muslimah dalam berbicara dgngn laki-laki yang bukan mahmmnfZ
Kami ingin mengetahui hukum syara'mengenai hal ini, apaiiatr
.keputusannya sejalan dengan pendapat kami ataufustru sebaliknya.
Y31S nentinS, adalah dalilnya yang memuaskan dan melegakan
pikiran, sehingga dapat menghilangkan perdebatan, sebagilnana
yang biasa Ustadz berikan. Semoga Allah memberikan manfiat ke-
pada umat Islam dengan ilmu Ustadz.
Jauaban:
Orang y-ang mau memperhatikan nash-nash umum yang menyu-
-
ruh menyebarkan salam, akan mengetahui bahwa nastr-irasf itu tiiatr
membedakan antara laki-laki dengan perempuan, misalnya hadits-
haditsyang menyeru untuk "memberi makan kepada orang miskin,
menyebarkan salam, menyambung silaturahmi,-dan shalit malam
orang-orang-sedang tidur.. Di datam Shahih Mustimdiriwayat-
I.mf
kan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
4zL'\lAWf &J,y,-\I*;raefi,i
A';'qi,ggl;(tgr;$'ii;,\3b*
374
iffi ig#t'i&r31#3a1::Ze&
"Demi Nlah yang dinku di tangan-W, kamu *mua tidak akan
'},f'4
masuk surga xhingga kamu fuiman, dan lamu tidal< alran ber-
iman (funqan xmpuma) *hinga kamu alingmancintai. MauIaIt
afu tunjukl<an kepdamu tentang sesuatu nng iilca kamu lakul<an
pasti l<amu akan nling mencintai? (Sesuatu itu) ialah: *furlcan
slam di antan kamu.'
196yir"hr. mengucapkan salam dengan "assalamu alaikum', mal<a iauaban png lebih
baik ialah dengan 'wa'alaikum salam warahmatullah' atau ditambah lagi dengan 'wabaraka-
tuh" atau minimal dengan iawaban serupa, pkni "wa'alaikum salam'. (penl.)
375
Dalam Shahih al-Buhtwridiriwayatkan bahwa Ummu Hani binti Abi
tfllb --putri pamal Nabi saw.-- berkata, "Saya pergi kepada Rasu-
lyllah gy. pada tahun at-Fath (penaklukan toa uetatri, lalu saya
dapati beliau sedanS mandi dan Fatimah puri beliau sedang menutup
(tempat-mandi) beliau dengan tabir,lantas saya mengucapkan salaril
l.epalu betau, kemudian beliau bertanya, 'Siapakah itu?,-Saya men-
jawab, 'Ummu Hani binti Abi Thalib.' Kemudian beliau berkita, 'Se-
lamat datang Ummu fl21i ....''1e7
nadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim, atau merupakan hadits
mutttfaq'alaih. Bahl<an, Imam Bukhari telah membuat bab tersendiri
dalam Kitab Shahihnya dengan judul 'Bab Taslimir-Riial ,alan Nisa
wan-Nisa'alar-Rijal".
Al-Hafizh Ibnu Haiar berkata, "Dengan judul bab seperti ini Imam
Bukhari berisyarat menolak riwayat Abdur pazzrq dari Ma,mur dari
Yahya bin lQtsir yang mengatakan, 'Telah sampfu kabar kepadaku
bahwa beliau saw. tidak menyukai laki-laki memberi salam iapada
-
perempuan dan perempuan memberi salam kepada laki-laki."
Dalam bab ini beliau (Ibnu Hajar) mengemukakan drn buatr hadits
yang dijadikan dasar akan kebolehan mengucapkan salam itu.
Pertama hadits Sahl yang menceritakan, ,Kami mempunyai se-
orang pembantu wanita tua yang ditugasi perg ke Budha ah (kebun
kulma di Madinah) untuk mengambil ubi. Setelah kami dafatkan,
Jybi itu) kami taruhdi dalam periuk,lantas kami masakdengan Uili-
bijian gandum. Setelah menunaikan shalat fum,at, kami puling dan
mengucapkan salam kepadanya, lalu dia menyuguhkan makanan itu
kepada kami."
Kedua, hadits Aisyah yang berkata bahwa Rasulullah saw. ber-
sabda:
376
Al-Hafizh berkata, "Dalam masalah ini juga terdapat hadits yang
tidak menurut syarat Bukhari, yaitu hadits Asma' binti Yazid yang
mengatakan:
;"fr49/F'*UAWit4:,s
ct{p
"Nabi vrw. pemah meletrati l<ami lraum wanita lalu beliau meng-
ucapkan nlam kepda l<ami.aeeDihasnlcan oleh Timidzi" tetapi
tidalr menurut syant Bukhari, mala beliau menganggapankup de-
agan hadits yang menuntt syarat Bul<Ind.
377
L
rian_(tanpa dukungan riwayat lain) ia tidak dapat dijadikan huijah;
dan Imam Tirmidzi menghasankannya.
. .Diriwayatkan pula bahwa Umar bin Khafiab pernatr datang kepada
beberapa lalu ia mengucapkan salam kepaAimereta
-perempuan,
seraya berkata, "Aku adalah utusan Rasulullah saw. kepaia kalian ...."
yang ditunjuki oleh Rasulullah saw. dan para sahabat
- -Demikian
beliau_mengenai masalah memberi salam kepada kaum wanita atau
salam kaum wanita kepada kaum laki-laki.Tetapi banpk ulamayang
mensyaratkan kebolehan itu dengan kondisi ,aman dari fitnah;.
Al-Hulaimi berkata, "Nabi saw., karena maksum, beliau aman
dari fitnah. Ikrena itu, siapa yang percaya dirinya selamat dari fit-
nah, hendaklah ia membe-ri salam (kepada peiempuanl, dan jika
tidak begitu, maka diam adalah lebih seiamat.,
Al-Mihlab berkata, "Laki-laki mengucapkan salam kepada pe-
Ielnpuan dan perempuan mengucapkan salam kepada tati-tatci inr
hukumnya iaiz apabila aman dari fi1nah."
Golongan Malikiyah membedakan antara wanita muda dengan
wanita tua, untuk membendung jalan menuju kepada tertaring
(membahayakan).
_ Sebagian ulama mengatakan dengan ketampanan atau kecanti-
kan. fika yang bersangkutan cantik dan diktrawitirkan bisa menim-
bulkan fitnah, tidak disyariatkan mengucapkan ataupun menjawab
salam. Dan Rabi'ah melarang hal ini secara muflak.
Orang-orang Kufah --yakni Abu Hanifah dan sahabat-sahabat
serta murid-muridnya-- berkata, ,Tidak disyariatkan bagi perem-
puan untuk mengucapkan salam kepada laki-l*i, karena merbU ai-
l*lng melakukanazan, dan mengerasien bacaan, kecuali terhadap
mahramnya. Ia boleh_mengucapkan salam kepada mahramnya."2oJ
_ .$dapun luliah gglongan Iain (yang membolehkan) ialarh hadits
Sahl yang diriwayatkan Bukhari sebagaimana kami'sebutkan di
muka, karena sahabat-sahabat laki{aki biasa berkunjung kepada
wanita itu dan si wanita memberi mereka makanan (hiilangan), se-
dangkan mereka bukan mahramnya.
_ _nas1l ijtihad itu umumnya lebih didorong oleh kekhawatiran dan
kehati-hatian-yang berlebihan. padahal, tfuak ada satu pun nash
sahih dan sarih yang mendukung sikap demikian. Kebanyaitan saha-
2O3pothul
Bari, ll:54.
378
bat Rasulullah saw. dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik (tabi'in) tidak pernah merasa khawatir dan berhati-hati sedemi-
kian rupa.
Dari sumber-sumber di atas, dapat kita simpulkan bahwa sebagian
besar orang-orang (dulu) tidak menganggap haram mengucapkan
salam kepada wanita, khususnya jika laki-laki itu berkunjung ke
rumah si wanita (untuk urusan tertentu), atau untuk mengobati,
mengajar, dan sebagainya. Berbeda dengan wanita yang bertemu de-
ngan laki-laki di jalan umum, maka si laki{aki tidak sebaiknya
mengucapkan salam kepada wanita, kecuali kalau di antara mereka
terdapat hubungan yang kuat seperti hubungan nasab, kekeluarga-
an, semenda, dan lain-lain.
Cukuplah kalau saya kemukakan di sini apa yang diriwayatkan
oleh al-Hafizh Abu Bakar Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya
dari kalangan salaf mengenai masalah mengucapkan salam kepada
perempuan.
Setelah mengemukakan hadits Asma' binti Yazid sebagaimana
yang telah saya sebuthan di muka bahwa "Rasulullah saw. pernah
melewati kami kaum rvanita,lalu beliau mengucapkan salam kepada
kami", dia (Ibnu Abi Syaibah) meriwayatkan dengan sanadnya dari
farir "Bahwa Nabi saw. pernah melewati kaum wanita lalu beliau
mengucapkan salam kepada mereka.2o4
Diriwayatkan dari Mujahid bahwa Ibnu Umar pernah melewati
seorang perempuan, lalu beliau mengucapkan salam kepadanya.
Diriwayatkan pula dari Mujahid bahwa Umar pernah melewati seke-
lompok kaum wanita, lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka.
Diriwayatkan dari Ibnu Uyainah dari Abu Dzar, katanya, "Saya
pernah bertanya kepada Atha' mengenai hukum mengucapkan salam
kepada wanita, lalu Atha' menjawab, "fika mereka masih muda-
muda, maka tidak boleh.'"
Diriwayatkan dari Ibnu Aun, ia berkata, "Aku pernah bertanya
kepada Muhammad (yakni Ibnu Sirin), 'Bolehkah saya mengucapkan
salam kepada perempuan?' Beliau menjawab, 'Saya tidak mengang-
gapnya terlarang.'"
Diriwayatkan dari Al-Hasan bahwa beliau tidak memperbolehkan
laki-laki mengucapkan salam kepada perempuan kecuali jika ia masuk
204Disebutkan oleh al-Haitsami dalam Majma'uz Zawaiil, 8:38, dari riwayat Ahmad, Abu
Ya'la, dan Thabrani.
379
L
lte rumahnya kemudian memberi salam kepadanya.
Diriwayatkan dari Ubaidillah, ia berkata, "Amr bin Maimun biasa
memberi salam kepada wanita dan anak-anak."
Diriwayatkan dari Amr bin Utsman, ia berkata, "Saya melihat
Musa bin Thalhah melewati sekelompok kaum wanita yang sedang
duduk, lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka."
Diriwayatkan dari Syu'bah, ia berkata, "Saya bertanya kepada al-
Hakam dan Hammad tentang hukum mengucapkan salam kepada
perempuan, maka Hammad tidak menyukainya mengucapkan salam
kepada wanita muda dan tua, sedangkan al-Hakam berkata, 'Syuraih
biasa memberi salam kepada setiap orang.' Saya bertanya, 'Kepada
wanita juga?'Dia menjawab, 'Kepada setiap orang.'"
Alasan paling kuat yang dijadikan sandaran oleh golongan yang
melarangnya adalah karena "takut fitnah" yang sudah seyogianya
dijaga oleh setiap muslim semampu mungkin untuk meniaga kesu-
cian agamanya dan kehormatannya. Sebenarnya, pangkal tolaknya
ialah hati nurani dan daya tahan si muslim itu sendiri, karena itu
hendaklah ia bertanya kepada dirinya sendiri.
Dalam persoalan salam yang ditanyakan (si penanya di atas) ter-
dapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
Salam itu diucapkan kepada sekelompok wanita, bukan kepada
seseorang (wanita) saja.
Salam itu disampaikan di ruang belajar dengan segala sopan san-
tun dan tata kramanya, bukan salam di tengah jalan dan sebagai-
nya.
Salam itu disampaikan dari dosen --yang kebanyakan usianya
sebaya dengan ayah si mahasiswi, bahkan kadang-kadang sebaya
dengan kakek mereka-- bukan dari orang biasa.
380
kan gangguan perasan.
Adapun pendapatyang mengatakan bahwa suara wanita itu aurat,
maka saya tidak menemukan dalilnya, dan tidak ada seorang pun
ulama yang muktabar yang berpendapat begitu.
Bagaimana dikatakan bahwa suara wanita inl aurat, sedang Allah
sendiri berfirman mengenai wanita:
"... Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka
(isfri-icri Nabi) nnka mintakh dai ffil<an9tabir.... "(al-Aluab: 53)
6
PERGAUI*AN LAKI.I.AKI DENGAN PEREMPTIAN
Pertanyaan: \
Banyak perkataan dan fanua seputar masalah (boleh tidaknya)
laki-laki bergaul dengan perempuan (dalam satu tempat). I(ami dengar
di antara ulama ada yang mewajibkan wanita untuk tidak keluar dari
rumah kecuali ke kuburnya, sehingga ke masjid pun mereka dimak-
ruhkan. Sebagian lagr ada yang mengharamkannya, karena takut fit-
nah dan kerusakan zaman.
Mereka mendasarkan pendapatnya pada perkataan Ummul Mu'-
minin Aisyah r.a.: "seandainya Rasulullah saw. mengetahui apa
yang diperbuat kaum wanita sepeninggal beliau, niscaya beliau me-
381
larangnya pergr ke masjid."
- -Kiranya sldah tidak samar bagi Ustadz bahwa wanita juga perlu
\elug rumah ke tengah-tengah masyarakat untuk belajai, belierja,
dan bersama-sama di pentas kehidupan. Jika itu teriadi, sudah tentu
wanita dengan laki-laki, yang boletr jadi merupakan
"Iry -b..pul
temansekolah, guru, kawan kerja, direktur perusahaan, staf, dbkter,
dan sebagainya.
Pertanlaan kami, apakah setiap pergaulan anara laki-laki dengan
perempuan itu terlarang atau haram? Apakah mungkin wanita akan
hidup tanpa laki-laki, terlebih pada zaman yang [ehidupan sudah
bercampur aduk sedemikian rupa? Apakah wanita itu harirs selama-
lVa -di.kyryng-dul?, sangkar, yang meskipun berupa sangkar emas,
ia tak lebih sebuah pgnjara? Mengapa laki-laki dibeli sesultu (kebe-
basan) yang tidak diberikan kepada wanira? Mengapa lakilakidapar
berselang-senang dengan udara bebas, sedangkarwanita terlarang
menikmatinya? Mengapa persangkaan jelek itu selalu dialamatkan
kepada wanita, padahal kualitas keagamaan, pikiran, dan hati nurani
wanita tidak lebih rendah daripada laki-laki?
Walila --sebagaimana laki-laki-- punya agama yang melindungi-
nya, akal yang mengendalikannya, dan hati nurani (an-naJs al-lawwa-
mah) yang mengontrolnya. Wanita, sebagaimana laki-laki, juga
puny-a gharizah atau keinginan yang mendorong pada perbuatan
buruk @n-nafs al-ammarah bis-su). Wanita dan laki- laki sama-sama
punya setan yang dapat menyulap kejelekan menjadi keindahan
serta membujuk rayu mereka.
Y3ng meniadi pertanyaan, apakah semua peraturan yang ketat
untuk wanita itu benar-benar berasal dari hukum Islam?
Kami mohon Ustadz berkenan menjelaskan masalah ini, dan
bagaimana seharusnya sikap kita? Dengan kata lain, bagaimana
pandangan syariat terhadap masalah ini? Atau, bagaimana keten-
tuan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi yang sahih, bukan kata si Zaid, dan
si Amr.
- Allah memberi taufik kepada Ustadz untuk menjelaskan
-Semoga
ke.benaran dengan mengemukakan dalil-dalilnya.
Jautaban:
Kesulitan kita --sebagaimana yang sering saya kemukakan--
ialah bahwa dalam memandang berbagai persoalan agama, umum-
nya md_syarakat berada {alam kondisi ifrath (berlebihan) dan tdrith
(mengabaikan). Iarang sekali kita temukan sikap tawassurl,
lpenenlatr-
382
an) yang merupakan salah satu keistimewaan dan kecemerlangan
manhai Islam dan umat Islam.
Sikap demikian juga sama ketika mereka memandang masalah
pergaulan wanita muslimah di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal
ini,-ada dua golongan masyarakat yang saling bertentangan dan
menzalimi kaum wan_ita.
Pertama, golongan yang kebarat-baratan yang menghendaki
wanita muslimah mengikuti tradisi Barat yang bebas tetapi merusak
nilai-nilai agama dan menjauh dari fitrah yang lurus serta jalan yang
lempang. Mereka iauh dari Allah yang telah mengutus para rasul dan
menurunkan kitab-kitab-Nya untuk menjelaskan dan menyeru ma-
nusia kepada-Nya.
Mereka menghendaki wanita muslimah mengikuti tata kehidupan
wanita Barat 'sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta" seba-
gpimana yang digambarkan oleh hadits Nabi, sehingga andaikata
wanita-wanita Barat itu masuk ke lubang biawak niscaya wanita
muslimah pun mengikuti di belakanglya. Sekalipun lubang biawak
tersebut melingkar-lingkar, sempit, dan pengap, wanita muslimah itu
akan tetap merayapinya. Dari sinilah lahir "solidaritas" baru yang
lebih dipopulerkan dengan istilah "solidaritas lubang biawak'.
Mereka melupakan apa yang dikeluhkan wanita Barat sekarart'g
serta akibat buruk yang ditimbulkan oleh pergaulan bebas itu, baik
terhadap wanita maupun laki-laki, keluarga, dan maqyardlet Mereka
sumbat telinga mereka dari kritikan-kritikan orang yang menentang-
nya yang datang silih berganti dari seluruh penjuru dunia, termasuk
dari Barat sendiri. Mereka tutup telinga mereka dari fanua para ulama,
pengarang, kaum intelektual, dan para muslihin yang mengkhawa-
tirkan kerusakan yang ditimbulkan peradaban Barat, terutama fika
semua ikatan dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan
benar-benar terlepas.
Mereka lupa bahwa tiap-tiap umat memiliki kepribadian sendiri
yang dibentuk oleh aqidah dan pandangannya terhadap alam semesta,
kehidupan, tuhan, nilai-nilai agama, warisan budaya, dan tradisi.
Tidak boleh suatu masyarakat melampaui tatanan suahr masyarakat
lain.
Kedua, golongan yang mengharuskan kaum wanita mengikuti
tradisi dan kebudayaan lain, yaitu tradisi Timur, bukan tradisi Barat.
Walaupun dalam banyak hal mereka telah dicelup oleh pengetahuan
agama, radisi mereka tampak lebih kokoh daripada agamanya. Ter-
masuk dalam hal wanita, mereka memandang rendah dan seringber-
buruk sangka kepada wanita.
- Bagaimanapun, panlangan-pandangan di atas bertentangan
dengan_ pemikiran-pemikiran lain yang mengacu pada Al-eur'a-nul
I(ari* dan petunjuk Nabi saw. serta sikap dan pandangan paia saha-
bat yang merupakan generasi muslim terbaik.-
- -Ing1n saya katakan di sini bahwa istilah ihhtitath (percampuran)
dalam lapangan pergaulan antara laki{aki dengan perimpuan meru-
pakan istilah asing yang dimasukkan dalam "Kamus Islim". Istilah
ini tidak dikenal dalam peradaban kita selama berabad-abad yang
silam, dan baru dikenal pada zaman sekarang ini saja. Tampai<.nya
ini merupakan terfemahan dari kata asingyang punya konotasi ddek
menyenangkan terhadap perasaan umat Islam. Barangkali lebih baik
bila digunakan istilah liqa' (perjumpaan), muqabalai (pertemuan),
ataut musyarakah (persekutuan) laki{aki dengan perempuan.
Tetapi bagimanapun juga, Islam tidak menetapkan hukum secara
umum mengenai masalah ini. Islam justru memperhatikannya dengan
melihat tujuan atau kemaslahatan yang hendak diwujudkannya, atau
bahay-a yang_ dikhawatirkannya, gambarannya, dan syaral-syarat
yang harus dipenuhinya, atau lainnya.
Sebaik-baik petunjuk dalam masalah ini ialah petunjuk Nabi
Muhammad saw., petunjuk khalifah-khalifahnya yang lurus, dan
sahabat-sahabatnya yang t€rpimpin.
Orangpng mau memperhatikan petunjuk ini, niscaya ia akan tahu
bahwa kaum wanita tidak pemah dipeniara atau diisolasi seperti yang
terjadi pada zaman kemunduran umat Islam.
Pada zaman Rasulullah saw., kaum wanita biasa meqghadiri shalat
bedamaah dan shalat rum'at. Beliau saw. menganjurkan wanita untuk
mengambil tempat khusus di shaf (baris) belakang sesudah shaf
laki-laki. Bahkan, shaf yang paling utama bagi wanita adalah shaf
yang_ paling belakang. Mengapa? Karena, dengan paling belakang,
mereka lebih terpelihara dari kemungkinan melihat aurit laki-laki.
Perlu diketahui bahwa pada zaman itu kebanyakan kaum laki{aki
belum mengenal celana.
Pada zaman Rasulullah saw. (jarak tempat shalat) antara laki-laki
dengan perempuan tidak dibatasi dengan tabir sama sekali, baik
yang !,ery0-a_dinding, kayu, kain, maupun lainnya. pada mulanya
kaum laki-laki dan wanita masuk ke masjid lewat pintu mana sila
yang mereka sukai, tetapi karena suatu saat mereka berdesakan,
baik ketika masuk maupun keluar, maka Nabi saw. bersabda:
384
)ay.i:a('LK@f<, ti)
"Nangkh baiknya kalau kamu jadikan pintu ini untuk wanita".
tV'*xq,6-qb&yIsI$
"Kami diperintahkan keluar (untuk menunail<an shalat dan men-
dengarkan Lhutbah) padi dua hart raya, demikian pula wanita-
wanita pingitan dan para gadis."
'j643'g'**'A'j;Ai1!i,rg'
liisu4i56>'i1J16#-iWV
,<o$-a J 6iii' T ri$gc, ;;$i
q, dii, 6i;Ai 6;ri7di(;W)
J-t+t43&<6'e),irn;,6
(
1D ob,t
qrrc srw\ \tai!_, 36
385
"Rasulullah v,w. men1ruruh kami mengajak keluar kaum wanita
pada had ng Fitri dan Adhha yaitu wanita-wanita muda, wanita-
wanita yng dang haid, dan gadis-gadis pingitan. Adapun wanita-
wanita lang eng haid, merclca tidak mengerjalran dnlat, me-
lainlran mendengarkn nasihat dan dakwah bgi umat Islam (khut-
DnI\ dan fiagirya) N<u (Ummu AkW) brunn Ya RaruIulala
alah xonng di antan kmi tihk mempunyai jilhb.' kliau men-
jawab, 'Hendaklah temanryn meminjamkn jilbab gng dimiliki-
nla'aos
Ini adalah sunnah yang tflah dimatil€n umat Islam di semua negara
Islam, kecuali yang belakangan digerakkan oleh pemuda-pemuda
Shahwah Islamiyyah (IGbangkitan Islam). Mereka menghidupkan
sebagian sunnah-sunnah Nabi saw. yang telah dimatikan orang,
seperti sunnah i'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan
dan sunnah kehadiran kaum wanita pada shalat Id.
IQum wanita juga menghadiri pengajian-pengajian untuk menda-
patkan ilmu bersama kaum laki{aki di sisi Nabi saw.. Mereka biasa
menanyakan beberapa persoalan agama yang umumnya malu dita-
nyakan oleh kaum wanita. Aisyah r.a. pernah memuji wanita-wanita
Anshar yang tidak dihalangi oleh rasa malu untuk memahami aga-
manya, seperti menanyakan masalah jinabat, mimpi mengeluarkan
sperma, mandi junub, haid, istihadhah, dan sebagainya.
f,idak hanya sampai di situ hasrat mereka untuk menyaingi kaum
laki-laki ddam menimba ilmu dari Rasululah saw.. Mereka juga me-
minta kepada Rasulullah saw. agar menyediakan hari tertentu untuk
mereka, tanpa disertai kaum laki-laki. Hal ini mereka nyatakan terus
terang kepada Rasulullah saw., "Wahai Rasulullah, kami dikalahkan
kaum laki-laki untuk bertemu denganmu, karena itu sediakanlah
untuk kami hari tertentu untuk bertemu denganmu." Ialu Rasulullah
sirw. menyediakan untuk mereka suatu hari tertentu guna bertemu
dengan mereka, mengajar mereka, dan menyampaikan perintah-pe-
rintah kepada mereka.26
Lebih dari itu kaum wanita juga turut serta dalam perjuangan ber-
senfata untuk membantu tentara dan para mujahid, sesuai dengan
386
kemampuan mereka dan apa yang baik mereka keriakan, seperti
merawat yang sakit dan terluka, di samping memberikan pelayanan-
pelayanan lain seperti memasak dan menyediakan air minum.
Diriwayatkan dari Ummu Athiyah, ia berkata:
'#'9"*fei':"qtlU;rri;!;;f
Lb'ec,uF;:,b_;&fr ,gti
.Yj(E;3{';€Aies)?$;ruti
(
1U obt;,
"Saya turut berperang beruma Fasulullah vlw. sebanyk tuiuh kali,
aya tinggal di tenda-tenda merek4 membuatkan merel<a makan-
an, mengobati yang terluka, dan merawat )nng sakit.ao7
387
Sudah dilenal bagaimana yang dilakukan Ummu Ammarah Nusaibah
binti IQ'ab dalam perang Uhud, sehingga Nabi saw. bersabda me-
ngenai dia, "Sungguh kedudukannya lebih baik daripada si Fulan
dan si Fulan."
Demikian pulaUmmu Sulaim menghunus badikpadauakm perang
Hunain unttrk menusuk perut musuh yang mendekat kepadanya.
lmam Muslim meriwayatkan dari Anas, anaknya (anak Ummd
Sulaim) bahwa Ummu Sulaim menghunus badik pada waktu perang
Hunain, maka Anas menyertainya. Kemudian suami Ummu Sulaim,
Abu Thalhah, melihatnya lanas berkata, "wahai Rasulullah, ini Ummu
Sulaim membawa badik." Lalu Rasululah saw. bertanya kepada
Ummu Sulaim, "Untuk apa badik ini? Ia menjawab, "Saya mengam-
bilnya, apabila ada salah seorang musyrik mendekati saya akan saya
tusuk perutnya deng;an badik ini." Kemudian Rasulullah saw. t€r-
tawa,2@
Imam Bukhari telah membuat bab tersendiri di dalam Shahih-nya
mengenai peperangan yang dilakukan kaum wanita.
Ambisi kaum wanita muslimah pada zaman Nabi saw. untuk nrrut
perang tidak hanya peperangan dengan negi[a-negi[a tetangga atau
yang berdekaAn dengan negeri Arab seperti Ktraibar dan Hunain saja,
tetapi mereka juga ikut melintasi lautan dan ikut menaklukkan dae-
rah-daerah yang jauh guna menyampaikan risalah Islam.
Diriwayatkan dalam stvhih Buhhari dan Muslim dari Anas bahwa
pada suatu hari Rasulullah saw. tidtrr siang di sisi Ummu Haram binti
Mulhan --bibi Anas-- kemudian beliau bangun seraya tertawa. Ialu
Ummu Haram bertanya, "Mengapa engkau t€rtawa, wahai Rasulul-
lah?' Beliau bersabda, "Ada beberapa orang dari umatku yang diper-
lihatkan kepadaku berperang fi sabilillah. Mereka menyeberangi
lautan seperti raia-raia naik kendaraan.' Ummu Haram berkata,
"Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar Dia menjadikan
saya termasuk di antara mereka." Lalu Rasulullah saw. mendoakan-
nya.2to
Dikisahkan bahwa Ummu Haram ikut menyeberangi lautan pada
zaman Utsman bersama suaminya Ubadah bin Shamit ke eibris.
Kemudian ia jatuh dari kendaraannya (setelah menyeberang) di
388
sana, lalu meninggal dan dikubur di negeri tersebut, sebagaimana
yang dikemukakan oleh para ahli sejarah.2tt
Dalam kehidupan bermasyarakat kaum wanita juga turut serta
berdakwah: menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan
munkar, sebagaimana firman Allah:
"Dan orang-orang yang beiman, laki-laki dan Wrempuan *fugian
merch (adalah) menjadi pnolong bagi *bgian lmg lain. Mercl<a
menytruh (mengerialran) lang nn'ruf, nrenqah &ri yng munlrar
...." (at-Taubah: 7I )
389
qn), dan ia menjumpi di belakang onng banmk itu, dua onng
wanita lnng &ng menglnmht (temahy) Mu* b*at4 'Apa-
kah maku&nu (dengn berbuatbegttn?)'Kdwwanita itu menja-
wab'IGmi tidak fupt meminumi (temak kani), *belum peng-
gembala-pnggembala itu memulanglran (temalqta), dangkn
fupk lani dalah orury An Wg tdah hnfirt umumya' Malra Muu
mernfrulJ minum tem* itu wtuk (madon) kdtanya kmrudian
dia kembli ke tempt yng teduh lalu berdu, Ya Tuhanku, se-
snguhnp alru angat memedul<an srrzfrt, k&ilan ptg Entau
turunlran kepdaku.'Kemudian datanglah kepda Mus slah *-
onng dari kdua wanita itu fuialan kemalu-maluan, ia furkata,
Wngpnnn bd*u memangil hmu agar ia membi balasan
terhahp (kebikanlmu memfui minum (temak) kami.' Maka tat-
kala Mua mendatangi bapaloya (Syu'aib) dan meneitakn kep-
darryta cerita (mengenai dirinm) Syu aib brkata,langanlah lramu
takil lhmu telah *lamat dart onng-onng yang zalim itu.' Salah
wnng &ri kdua wanita itu furlcata, Ya fupl<ku, ambillah ia
*Mgai onng )ang bekerja (Fda kita), I<arena xsungguhnya
orang )ang paling fuik ltang kamu ambil untuk fukerja (pada kita)
ialah onng yang knt lagi dapat dipercal,a.- (af -Qashash z 23 -261
390
memasuki suatu neged" nisraJta mereka membinasakannya dan
meniadikan Wndudulorya Wng mulia jadi hina; dan demikian
pulakh )ang akan mercl<a perbual" lan-Naml: 32-341
lc,lii4Zil,s'i'"-if irii
"Mereka itulah orang-onng nng telah dibei petuniuk oleh NIah,
mal<a ikutilah petunjuk mercl<a .... " ( al-An'am : 9O )
391
.l
tahapan pembentukan hukum sebelum turunnya nash yang mene-
tapkan bentuk hukuman pezina sebagaimana yang terkenal itu --di-
tentukan bagi wanita muslimah yang melakukan perzinaan. Hukum-
an ini dianggap sebagai hukuman yang sangat berat. Mengenai
masalah ini Allah berfirman:
W\WEHarel$ii6-o1cjis l
b*Aio,liffit .r;.*1:HL<5
"Dan (terhadap)
Oq'"di1iw-iipi-59
pn wanita yang mengerjalran petbuatan keji,
empt onng *ksi di antan kamu (yng menyaksi-
hendaklah ada
lrannm). Kemudian apbila mercka telah membei perulsian,
malra kurunglah mercka (wanita-wanita itu) dalan rumah nmpi
merel<a menemui ajalnla, atau ampi membri ialan lain kepda-
nya."(an-Nisa': 15)
Setelah itu Allah memberikan jalan bagi mereka ketika Dia men-
syariatkan hukum had, yaitu hukuman tertenft dalam syara,sebagai
hak Allah Ta'ala. Hukuman tersebut berupa hukuman dera lseratus
kali) bag ghairu muhshan (laki-laki atau wanita belum kawinj menu- I
rut nash Al-Qur'an, dan hukum rajam bagi /ang nruhshcn (laki-laki
atau wanita yang sudah kawin) sebagaimana disebutkan dalam As-
Sunnah.
|adi, bagaimana mungkin logikaAl-eur'an dan Islam akan meng-
anggap sebagai tindakan lurus dan tepat iika wanita muslimah yang
taat dan sopan itu harus dikurung dalam rumah selamanya? Iika kira
melakukan hal itu, kita seakan-akan menfatuhkan hukuman kepa-
danya selama{amanya, padahal dia tidak berbuat dosa.
Keslmpulan
Dari penfelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa perte-
muan antara laki-laki dengan perempuan tidak haram, melainkan
jaiz lboleh). Bahkan, hal itu kadang-kadang dituntut apabila bertu-
juan untuk kebaikan, seperti dalam urusan ilmu yang bermanfaat,
amal saleh, kebaiikan, perjuangan, atau lain{ain yang memerlukan
392
banyak tenaga, baik dari laki-laki maupun perempuan.
Namun, kebolehan itu tidak berarti bahwa batas-batas di antara
keduanya menjadi lebur dan ikatan-ikatan syar'iyah yang baku dilu-
pakan. Kita tidak perlu menganggap diri kita sebagai malaikat yang
suci yang dikhawatirkan melakukan pelanggaran, dan kita pun tidak
perlu memindahkan budaya Barat kepada kita. Yang harus kita laku-
kan ialah bekerja sama dalam kebaikan serta tolong-menolong dalam
kebajikan dan tals,a, dalam batas-batas hukum yang telah ditetap-
kan oleh Islam. Batas-batas hukum tersebut antara lain:
1. Menahan pandangan dari kedua belah pihak. Artinya,.tidak boleh
melihat aurat, tidak boleh memandang dengan syahwat, tidak
berlama{ama memandang tanpa ada keperluan. Allah berfirman:
"Katal(anlah kepada onng laki-laki yang beiman, 'Hendaklah
mereka menahan pndanganrya, dan memelihata kemaluannl,a;
lnng demikian itu adalah lebih suci Mgi mercka Sesunguhnya
Nlah Maha Mengetahui apa yang merel<a pErbual' I(atal<anlah ke-
pfu wanita yng beiman,'Hendaklah merclra menahan pndang-
anqm dan memelihata kemaluannya .... " (an-Nur: 5O-3 I )
393
E
tidak ada laki-laki yang suka mengganggunya, sebab pakaian
dan kesopanannya mengharuskan setiap orang yang melihatnya
untuk menghormatinya.
3. Mematuhi adab-adab wanita muslimah dalam segala hal, ter-
utama dalam pergaulannya dengan laki-laki:
a. Dalam perkataan, harus menghindari perkataan yang merayu
dan membangkitkan rangsangan. Allah berfirman:
"... Maka janganlah l<amu tunduk dalam furbican *hingga ber-
keinginanlah orang yang ada perynkit fulam hatirya, dan ucapkan-
lah perl<ataan yang fuik" (al-Ahzab: 32)
b. Dalam berjalan, jangan memancing pandangan orang. Firman
Allah:
"... Dan janganlah mercka memukulkan k*iryra agar diketahui
perhiann lnng merel<a sembunyikan...." (an-Nur; 5I )
LgiSiv\7\(
"(Yaitu) wanita-wanita yang menyimpng dari ketaatan dan men-
jadilran hati laki-laki cenderung kepda keruslan (kemaksiat-
an).212 (HR Ahmad dan Muslim)
394
fangan sampai ber-tabarrui (menampakkan aurat) sebagai-
mana yang dilakukan wanita-wanita jahiliah tempo dulu atau-
pun jahiliah modern.
,
i,tJ;' 66, 13 ri. r(4( LJg\l,i istit
(e-d, 6t22), U;A'#, J(i g 3rui ({ti,
langan l<amu masuk ke tempat wanita." Merelca (ahafut) fur-
tan1m, "Bagaimana dengan ipar wanita?" kliau menjawab, "lpa.r
wanita itu membahayakan. " (HR Bukhari)
Maksudnya, berduaan dengan kerabat suami atau istri dapat
menyebabkan kebinasaan, karena bisa jadi mereka duduk ber-
lama-lama hingga menimbulkan fitnah.
6. Pertemuan itu sebatas keperluan yang dikehendaki untuk bekerja
sama, tidak berlebih-lebihan yang dapat mengeluarkan wanita
dari naluri kewanitaannya, menimbulkan fitnah, atau melalai-
kannya dari kewajiban sucinya mengurus rumah tangga dan
mendidik anak-anak.
7
WANITA MENIENGUK LAKI.LAKI YANG SAKIT
Pertanyaan:
Saya seorang muslimah yang ingin melaksanakan perintah-pe-
rintah Allah dalam semua segi kehidupan saya, termasuk dalam hal
hubungan (pergaulan) saya dengan orang lain. Kebetulan saya
_-t
Jawaban:
Di antara adab yang diajarkan Islam dan dianjurkan oleh Rasulul-
lah saw. ialah menjenguk orang sakit, dan Nabi saw. menganggap-
nya sebagai hak muslim terhadap muslim lainnya. Dari Abu Hurairatr
r.a. bahwa Nabi saw. bersabda:
-*9:8,9,8ry#G/
t./ 6 ) 7./z
\icl.bL49,uti}.€
4--
^
ti!
ti6.#:y3,,q4'3
i6z-zii(#'#'"i4{'?
.9qa'#'+iizs,!y,J\6 t, ig i |"rJk
t"t3;ll
)'21
aJ646c t*,-7{,iti6,'4619,
7t-z/1acir/,.2 1, 1/,1r,/z
:/
tit;,i K 6Ur lb,'q1ru,(tr;r!lu
A\ 6-l,d4rr;;S u P o'',)')# t
517
( o:-2r3.t (*+V
396
-Hak onng muslim terhadap mudim hinrya afu qam prkara.'
Pan sallafut bertar4a,'Ap saja itu,n Rasuluilah? kliau menja-
wab,'Bila engkau beriumW dengannla ucapkan alam kepenla;
apbila dia mengwdangmu, datangilah; arybih dia meminta nasi-
Int kepdamu, nasihatilah; apbila dia bnin (dan mengucapkan
alhamdulillah), smbutlah (dengu mengp@*ail nrhamulrallah);
apabila dia ekit, iengpklah; dan qahih dia meningal dunia,
antarla nlah jenazahryra." (HR Musltm, Tlril.ldrl, Nasa'l, dan
Ibnu Mafah)
Gilbryt
\i- v j -.#ni 6 - egtfiK
.61firg{">rsdnglG
Q*a) r*ts'Llet't o\')
"kfuslranlah tamnan, datangW unhngan onng Wrg mengun-
dang beilah makan onngnng laryr, dan iengfuIt orangWg
sakit.zts
,frry5re9+('6'i;ttiv"?,
&s,14 gt 4so, ;V <:! ^fi ob,)
"Jenguklah onng-onng yng akit dan antadranlah je.oozah,
l<arena hal itu alan mengingatknmu kepda iffii67214
21311x 6163d dan Bukhari dari Abu Musa sebagaimana disebutlan dalam s,rahih al-
Jcni'uh-Shaghir.
21413 61ro"4 dan lbnu Hibban dalam saltiht\,ra dan Bukhari dalam al-Adahi-Muftad
sebagimana keterangan dala'{ Shahih al-Jami'ush-Shaghir.
-
397
l
l
/.- E
-rl
i
ttJ.:b:4r"{'l;tAL6"e,!y{N3,,
6,9r6g$U,gr.{,fY{Y{,
p, ^ri ob) . 6;t*AG\ jE-. /GJL
(
i
I
-kanngguhnya orang muslim itu apabita menjengak onng mus-
i
lim lainnlt4 ia funda di khurfatul jannah., pan shafut bertanya, I
I
Wahai Rasulullah, aryleh l<Irurtatul jannah itu? kliau menjawab, 1
I
Yaitu taman buahryn- ltIR Ahmad dan Musltm) )
l
3.iV,#@ffi:t"4k"F,t3lt
(6 #;V, JG 6l:r'i'5, ^ -$;,/l
t2,,13;'6pi*e;,;7ri;u
girt'":3696fiG#-1{Ai
q.tfr ,rt#-r:;Y{="^1e(Ai
(prt:t)- -' /
"Sesunguhnya Nlah Aza wa Jalk berfirman pda hari kiamat,
'Hai manusia, Nat sakit tetapi kamu tidak menjenguk-Ku.' Manusia
bertarya Wahai Tuhan, fugaimana aku menjenguk-Mu pdahat
furfuu adalah Tuhan W alan *mesta?, Nkh menjawab, Tid*-
kah kamu tahu hamfu-Ku si Fulan sakit tetapi kmu tidak menje-
nguloryn? Ttdal*ah l<amu tahu fuhwa seandainya kamu menje-
ngulo4ta psti l<amu jumpi Aku di sisi-Nya.- (HR Muslim)
215nn ri..idri dan dihasankannya (2009), Ibnu rrraj att (1442) dan Ibnu Hibban dalam
sahihnya (712) da,i hadits Abu nurainh.
398
Tidaklah seseorang menemukan gambaran yang lebih indah dan
lebih mengesankan daripada gambaran t€ntang keutamaan menjenguk
orang sakit beserta pahalanya di sisi Allah, sehingga Allah Azza wa
falla menjadit'an 'iyailatul mariith (menjenguk orang sakit) ini seakan-
alan menjenguk Dia.
Hadits-hadits tersebut menunjukkan betapa pentingnya adab
islami yang digalakkan oleh Sunnah Nabi saw., baik sunnah qauliyah
(perkaaan atau sabda-sabda beliau) maupun sunnah amaliyah (per-
buatan beliau), sehingga beliau pernah menjenguk seorang Yahudi
yang sedang sakit dan menawarkan Islam kepadanya, lalu dia masuk
Islam.
Mustahabnya adab ini --yang oleh beberapa hadits dianggap se-
bagai hak seorang muslim terhadap muslim lainnya-- semakin kuat
lagr apabila di antara mereka terdapat hubungan erat, seperti keke-
rabatan, persemendaan, tetangga, teman sejawat, guru danlain-lain-
nya yang menjadikan hak sebagian orang lebih daripada lainnya.
vang perlu diperhatikan di-sini, bah-wa hadits-hadits tersebut
nggunakan lafal'aam
menggunakan '44m (umum) yang meliputi laki-laki danwanita.
ttaka rrssrw
rY4M hadits "jenguklah
,vu6srurklah orang sakit ..." atau hadits "aDabila
orans
vrsrrE| "apabila ia sakit,
maka jenguklah ..." tidak khusus diperuntukkan bagi laki-laki saja,
dan hal ini sudah tidak diperdebatkan lagi. Ddil-ddil umum ini
cukup menuniukkan disyariatkannya wanita menienguk laki-laki
yang sakit asalkan memenuhi adab dan aturan syara' yang telah di-
tetapkan.
Di samping itu, iuga terdapat beberapa dalil khusus yang menun-
jukkan disyariatkannya wanita menjenguk laki-laki yang sakit.
Imam Bukhari dalam sahihnya, pada'Kitab al-Mardha', menulis
satu bab dengan judul 'Bab 'Iyadatun Nisa lir-Riial' (Bab Wanita
Menjenguk Laki-laki). Beliau berkata, "Ummu Darda menfenguk
laki-laki ahli masiid dari kalangan Anshar.'2r6
Diriwayatran dari Aisyah yang berkata:
-q{tik fr}$6Ai/gi5;{3s
, sl r5 \W;;t G 5ry5<g),3(e
2 1 6ttR sukhari secara nu'alla4 dalam sahthnp dan dl-*ashdl-lonnya dalam al-Aitahi Mgratt.
l
sw. tifu di Madinah Abu kkar dan Bilal r.a.
"I(eltilra Rasulullah
iatuh sakil" Kata Aisyah, "Lalu alru datang menjenguk merel<a, I
sen)a berlc,t4 Wahai Atnh, bagaimam keafunmu? Walni Bilal,
fugaimana keadaan mu? 4' t 7
400
Di sini juga ada beberapa dalil khusus yang menuniukkan disya-
riatkannya laki-laki menjenguk wanita sakit.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah r.a., ia ber-
kata, 'Rasulullah saw. menjenguk Dhuba'ah binti Zubair,lalu beliau
bertanya kepadanya, 'Barangkali engkau ingin menunaikan haji?'
Dia menjawab, 'Demi Allah, saya dapati diri sala sakil'2tslalu beliau
bersabda kepadanya, 'Hajilah dan tetapkanlah suahr sy.uat22o ..;n221
Imam Muslim meriwayatkan dari fabir bin Abdullah bahwa Rasu-
lullah saw. pernah menjenguk Ummu Saib atau Ummul Musalyab,
lalu beliau berlata, 'Wahai Ummu Saib, mengapa trrbuhmu gemetar?"
Ia menjawab, "I(arena panas, Allah tidak memberkatinya." Beliau
bersabda, "fanganlah engkau mencaci maki penyakit panas, karena
ia dapat menghapuskan dosa-dosa anak Adam, sebagaimana
ubupan (alat peniup api tukang besi) menghilangkan karat-karat
besi.n222
Abu Daud meriwayattan dari Ummul Ala', ia berkata, Rasulullah saw.
menjenguk saya ketika saya sakit, lalu beliau bersabda, 'Bergembi-
talah, wahai Ummul l{v' ....n223
Nasa'i meriwayatkan dari Abu Umamah, ia berkata, "seorang
wanita penduduk Madinah kampung atas iatuh sakit, maka Nabi
saw. adalah orang yang paling baik menjenguk orang sakit. Ialu,
beliau bersabda, 'I(alau dia meninggal dunia, maka beritahukanlah
kepada saya.'' (HR Nasa'i dalam "Kltab al-fana'lz")
Imam Bukhari meriwayatkanbahwalbnu Abbas minta izin untuk
menjenguk Aisyah ketika beliau sakit yang membawa wafatnya, lalu
Aisyah mengizinkannya, kemudian Ibnu Abbas bertanya, "Bagai-
mana keadaanmu?" Aisyah menjawab, "Baik, kalau aku bertakwa."
Ibnu Abbas berkata, "Engkau baik, inqya Allah Ta'ala, engkau ada-
lah istri Rasulullah saw., beliau tidak pernah menikah dengan pe-
2I gMaksudnya,
Dhuba'ah mendapati dirinya lemah karena sakit, dan dia tidak ahu apa-
kah dapat menyempumakan haJinya aau ddak.' (lrcnl.)
22oMaksudnya, berihramlah untuk hari dan t€tapkanlah
suail s,,arat dalam haJfumu pada
waktu ihram, yaitu persyaratan tahallul ketika rclah sampai di tempat tahdlul. (Ta'tiq shahih
Muslin, hlm. 868; Fnl.)
221gi Sulhuri 6alam "Kitab an-Nikah" dan Muslim dalam 'Kitab al-HaJl', hadits nomor
l2O7,bab'lawazu Isytirathil Muhrim at-Tahallul bi 'Udzril Maradh wa Nahwihf .
2226X 6ur11ro dalam "Kitab al-Bin wash-shilah', hadits nomor 4575.
2236g 66, Daud dalam "Kitab aljana'lz', bab ''Iyadatun-Nisa''
401
rawan selain engkau, dan telah turun wahyu dari langit untuk
menyelesaikan persoalan m1.224
Setelah diketahuinya dalil-dalil naqli yang sahih ialan periwayat-
annya dan shcrth (jelas) petunjuknya, maka tidak ada perkenan lagi
bagi orang muslim melainkan mengikuti petuniuk Allah dan Rasul-
Nya saw., dan kita tidak boleh memagari (membatasi) kelapangan
yang diberikan Allah SWT atau mempersulit apa yang diberi kemu-
dahan oleh-Nya. Dan Sunnah Rasul saw.lebih berhak untuk diikuti
daripada perkataan manusia dan tradisi mereka.
Wabillahit uufiq.
8
BEPIABAT TANGAN ANTARA LAKI.IAKI
DENGAN PEREMPTIAN
Pertanyaan:
Sebuah persoalan yang sedang saya hadapi, dan sudah barang
tentu iuga dihadapi orang lain, yaitu masalah berjabat tangan antara
laki-laki dengan wanita, khususnya terhadap kerabat yang bukan
mahram saya, seperti anak paman atau anak bibi, atau istri saudara
ayah atau isEi saudara ibu, atau saudara wanita istri saya, atau
wanita-wanita lainnya yang ada hubungan kekerabatan atau perse-
mendaan dengan saya. Lebih-lebih dalam momen-momen tertentu,
seperti datang dari bepergian, sembuh dari sakit, datang dari haji
atau umrah, atau saat-saat lainnya yang biasanya para kerabat,
semenda, tetangga, dan teman-teman lantas menemuinya dan ber-
nhn|ah (mengucapkan selamat atasnya) dan berjabat tangan antara
yang satu dengan yang lain.
Pertanyaan saya, apakah ada nash Al-Qur'an atau As-Sunnah
yang mengharamkan berlabattangan antara laki-laki dengan wanita,
sementara sudah saya sebutkan banyak motivasi kemasyarakatan
224yai[ ayat-ayat yang menoangkan kesucian Aisyah dari tuduhan buruk yang di-
alamatkan kepadanfra. Lihat surat &n-Nur: I I dan seterusnya (t eni.t.
HR Bukhari dalam "Kitab at-Tafsir". Lihat kitab Tahrirul Mar'ah t'i hshirir-Risatah (Kebe-
basan Wanita pada Zaman Kerasulan), karyaUstadz Abdul Halim Abu Syaqqah,2:269-2T1.
442
atau kekeluargaan yang melatarinya, di samping ada rasa saling per-
t caya, aman dari fitnah, dan Jauh dari rangsangan syahwat. Sedang-
kan kalau kita tidak mau berjabat tangan, maka mereka memandang
kita orang-orang beragama ini kuno dan terlalu ketat, merendahkan
wanita, selalu berprasangka buruk kepadanya, dan sebagainya.
Apabila ada ddil syar'inya, maka kami akan menghormatinya
dengan tidak ragu-ragu lagi, dan tidak ada yang kami lakukan ke-
cuali mendensar
mendengar dan mematuhi,
mematuhi. sebagai
sebaeai konsekuensi keimanan
kami kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan jika jika hanya semata-mata hasil
ijtihad fuqaha-fuqaha kita terdahulu, maka adakalanya fuqaha-
fuqaha kita sekarang boleh berbeda pendapat dengannya, apabila
mereta mempunyai ijtihad yang benar, dengan didasarkan pada
nrniltan peraturan yang senantiasa berubatr dan kondisi kehidupan
yang selalu berkembang.
Karena itu, saya menulis surat ini kepada Ustadz dengan harapan
U*adz berkenan membatrasnya sampai ke akar-akarnya berdasarkan
Al-Qur'anul fiarim dan Al-Hadits asy-Syarif. IQlau ada dalil yang
melarang sudah tentu kami akan berhenti; tetapi jika dalam hal ini
terdapat kelapangan, maka kami tidak mempersempit kelapangan-
kelapangan yang diberikan Allah kepada kami, lebih-lebih sangat
dipeilulian dan bisa menimbulkan "bencana" kalau tidak dipenuhi.
Saya berharap kesibukan-kesibukan Ustadz yang banyak itu
tidak menghalangi Ustadz untuk menjawab surat saya ini, sebab --
sebagaimana saya katakan di muka-- persoalan ini bukan persoalan
saya seorang, tetapi mungkin persoalan beriuta-juta orang seperti
saya.
Semoga Allah melapangkan dada Ustadz untuk menjawab, dan
memudahkan kesempatan bagi Ustadz untuk menahkik masalah,
dan mudah-mudahan Dia menjadikan Ustadz bermanfaat.
404
1
WECJX*;<r.#j
nrya
"... Dan janganlah merelra menimpairkan-perhiaa ke@ati
yang bian tampak danpadanW...."(an-Nur: 3I)
406
1
407
-
r*;{6"fi#r&8,'&i'6
. Wi@ftJ67L,.fi1b+\il,
"l-alu Raslullah sarw. mengulurkan tangannp fud luar runah hn
kani nmgtfulan tangan bni dari dalam rumah, kqrudian Miau
btuap, Ya NIah, slsikanlah.-
Demikian pula hadits sesudahnya --yakni sesudah hadits yang
tersebut dalam d-Bukhari-- di mana Aisyah mengatakan:
GL4tgiq,6i
"s@tang wanita menahan tangannya."
-"r.iifl6r*
"Aku tidak berjafut tangan dengan wanita."
408
kali, baik dengan menggunakan lapis maupun tidak, beliau rnem-
bai'at hanya dengan perkataan safa, dan inilah yang diriwayatkan
oleh Aisyah. Dan pada kesempatan yang lain beliau tidak berjabat
tangan dengan wanita dengirn menggunakan lapis, dan inilah yang
diriwayatkan oleh asy-Sya'bi. "
Di antaranya lagi ialah dalam bentuk seperti yang disebutkan
Ibnu Ishaq, yaitu memasukkan tangan ke dalam beiana. Dan ada lagi
dalam bentuk seperti yang ditunjuki oleh perkaaan Ummu Athiyah,
yaitu berjabat tangan secara langsung.
Di antara alasan yang memperkuat kemungkinan berulang-
ulangnya bai'at itu ialah bahwa Aisyah membicarakan bai'at wanita-
wanita mukminah yang berhijrah setelah t€riadinya peristiwa Perjan-
jian Hudaibiyah, sedangkan Ummu Athiyah --secara lahiriah-- mem-
bicarakan yang lebih umum daripada itu dan meliputi bai'at wanita
mukminah secara umum, termasuk di dalamnya wanita-wanita
Anshar seperti Ummu Athiyah si perawi hadits. I(arena itu, Imam
Bukhari memasukkan hadits Aisyah di bawah bab "ldzaalaa aka al-
Mu'minaat Muhaajiraat", sedangkan hadits Ummu Athiyah dima-
sukkan dalam bab "ldzalaa aka al-Mu'minaat Yubaayi'naka".
Maksud pengutipan semua ini ialah bahwa apa yang diiadikan
acuan oleh kebanyakan orang yang mengharamkan beriabat tangan
antara laki-laki dengan perempuan --yaitu bahwa Nabi saw. tidak
berjabat tangan dengan wanita-- belumlah disepakati. Tidak seperti
sangkaan orang-orang yang tidak merujuk kepada sumber-sumber
aslinya. Masalah ini bahkan masih diperselisihkan sebagaimana
yang telah saya kemukakan.
Sebagian ulama sekarang ada yang mengharamkan beriabat tangan
dengan wanita dengan mengambil dalil riwayat Thabrani dan Baihaqi
dari Ma'qil bin Yasar dari Nabi saw., beliau bersabda:
*,r3tryf"yK'<t,,ry'g618_i1*
'ksungguhnlra'
dengan jarum bersi itu lebih fuik dadpda ia menyentuh wanita
nng tidak halal bglinY.azs
409
Ada beberapa hdfang perlu diperhatikan berkenaan dengan peng-
ambilan hadits di atas sebagai dalil:
1, Bahwa imam-imam ahli hadits tidak menyatakan secara jelas
akan kesahihan hadits t€rsebut, hanp orang-orang seperti at-
Mundziri dan al-Haitsami yang mengatakan, -perawi-peiawinya
adalah perawi-perawi kepercayaan atau perawi-perawi sahih."
lelkataan seperti ini saja tidak cukup untuk menetapkan kesa-
hihan hadits tersebut, karena masih ada kemungkinan terputus
jalan periwayatannya (inqitha') atau terdapat 1llat (cacat) yang
samar. I(arena itu, hadits ini tidak diriwayatkan oleh seorang pun
dari penyusun kitab-kitab yang masyhur, sebagaimana tidal( ada
seorang pun fuqaha terdahulu yang menjadikannla sebagai dasar
untuk mengharamkan berjabat tangan antara laki-laki dengan
perempuan dan sebagainya.
2. Fuqaha Hanafiyah dan sebagian fuqaha Malikiyah mengatakan
pengharaman iru tidtk dapai aitetaptari tecuai?eng*
lulty"
dalil qath'i yang tidak ada kesamaran padanya, seperti al-
Qur'anul lQrim serta hadits-hadits mutawafu dan masyliur. Ada-
pun jika ketetapan atau kesahihannya sendiri masih-ada kesa-
maran, maka hal itu tidak lain hanyalah menunjukkan hukum
makruh, sep_erti hadits-hadits ahad yang sahih. Ulka bagaimana
lagi dengan hadits yang diragukan kesahihannya?
3. Andaikata kita terima bahwa hadits itu sahih dan dapat Aigunaltan
yryuk suatu masalatr, maka saya-dapati petun-
jukn-y-a tidak jelas. Ielimat "menyenruh kulit wanita
lranj tidak
halal baginya" itu tidak dimaksudkan semata-mata b6rsentuhan
kulit dengan kulit tanpa syahwat, sebagaimanayang biasa tedadi
dalam beriabat tangan. Bahkan kata-kata al-mass (massa - yamassu
- mdss: menyentuh),cukup digunakan dalam nash-nash syar'iyah
seperti Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan salah satu dari dua
pengertian, yaitu:
a. Bahwa ia-merupakan hinayah (kiasan) dari hubungan biologis
(jima') sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abbas dalam menaf-
sirkan firman Allah: "Laamastum an-Nisa'" (Irramu menyentuh
wanita). Ibnu Abbas berkata, "Iafal al-lams, cl-mulaamasah, dan
al-mass dalam Al-Qur'an dipakai sebagai kiasan untuk jima'
(hubungan seksual). Secara umum, apt-ayatAl-eur,an yang
menggunakan l<ata al-mass menunjukkan arti seperti inr aengan
jelas, seperti firman Allah yang diucapkan Maryam:
4to
%;':rg;;-iK'S
"... Betapa mmglrin akt alran mempunyai anak, W&Iral alat belum
Fmah di*ntuh oleh xonng laki-laki pun -.." (Alt Imran:47)
1ir*SSlaai,$iLoy-,
"Jika kamu menceraikan isti-istrimu *belum kamu menyentuh
merel<a .... " (al-Baqarah : 237 I
-,P'3Y"5\#l'0r.6
I
4tl
I
-L
--
'A7{q1;
|'iG*76'A'6e$t:Agsqq,B33
-.:/-?
,*utc;6s\4iwe
vJ53 -';'-
iEn+-i7q-ri.:;" - r<6C{643% 4"#
tfi wa'nlur"vt'\g,$lrsg, /-->e-r-
2^4i/t,zt/ (r1 I
GVt'\\i,"t3J6'f,
-/'-
.6"e
h
--
4t2
Berdasarkan nash-nash yang telah disebutkan itu, maka mazhab
Maliki dan mazhab Ahmad berpendapat bahwa menyentuh wanita
yang membatalkan wudhu itu ialah yang disertai dengan syahwat.
Dan dengan pengertian seperti inilah mereka menafsirkan firman
Allah, "au laamastum an-nisa'" (atau kamu menyennrh wanita).
Karena itu, Syekhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Fatalwa-nyamele-
mahkan pendapat orang yang menafsirkan lafal 'mulaamasah
( ,6nfi ) atau al-lams ( o.ili ) dalam ayat tersebut dengan
semata:mata bersentuhan kulit walaupun tanpa syahwat.
Di antara yang beliau katakan mengenai masalah ini seperti ber-
ikut:
Adapun menggantungkan batalnya wudhu dengan menyentuh
semata-mata (persentuhan kulit, tanpa syahwat), maka hal ini ber-
tentangan dengan ushul, bertentangan dengan ijma'sahabat, berten-
tangan dengan atsar, serta tidak ada nash dan qiyas bagl yang ber-
-"ff:ff '
ff$f at ;tc:l/;z,1;i
-tams( menyentuh) dalam fi rman rllerti
(atau iika kamu menyentuh wanita ...) itu dimaksudkan untuk
menyentuh dengan tangan atau mencium dan sebagainp --seperti
yang dikatakan Ibnu Umar dan lainnya-- maka zudah dimengerti
bahwa ketika hal itu disebutkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah,
yang dimaksud ialah yang dilakukan dengan bersyahwat, seperti
firman Allah dalam ayat i'tikaf: "... Dan janganlah kamu me-mubasya-
rah mereka ketika kamu sedang i'tikaf dalam masJid ...." (al-Baqa-
ra7)
Mubasyarah (memeluk) bagi orang yang sedang i'tikaf dengan
tidak bersyahwat itu tidak diharamkan, berbeda dengan memeluk
yang disertai syahwat.
Demikian pula firman Allah: "fika kamu menceraikan istri-
istrimu sebelum kamu menyentuh mereka ..." (al-Baqaraht 237l.
Atau dalam ayat sebelumnya disebutkan: "Tidak ada kewajiban
membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan istri-istrimu
sebelum kamu menyentuh mereka ..." (al-Baqarahz 23161.
IQrena seandainya si suami hanya menyentuhnya dengan senhrh-
an biasa tanpa syahwat, maka tidak wajib 'iddah dan tidak wajib
membayar mahar seclra utuh serta tidak menjadikan mahram karena
persemendaan menurut kesepakatan ulama.
Barangsiapa menganggap bahwa lafal au laamsstum cn-nisa'men-
413
€kup sentuhan biasa meskipun tidak dengan bersyahwat, maka ia
telah menyimpang dari bahasa Al-Qur'an, bahkan menyimpang dari
bahasa manusia sebagaimana yang sudah dikenal. Sebab, jika dise-
butkan lafal al-mass (menyentuh) yang diiringi dengirn laki-laki dan
perempuan, male tahulah dia bahwayang dimaksud ialah menyen-
tuh dengan bersyahwat, sebagaimana bila disebutkan lafal al-wath'u
(yang asal artiryra "menginjak") yang diikuti dengian kaa- kata laki-
laki dan perempuan, maka tahulah ia bahwa yang dimaksud ialah ol-
wathu dengan kemaluan (yakni bersetubuh), bukan menglniak
dengan l<a1ki."232
Di tempat lain Ibnu Taimiyah menyebutkan batrwa para sahabat
berbeda pendapat mengenai maksud firman Allah au llr,mastum an-
nisa'. Ibnu Abbas dan segolongan sahabat berpendapat bahwa yang
dimaksud ialah iima', dan mereka berkata, 'Allah itu pemalu dan
Mqh? Muli?. Ia me.mbuat kinayah untuk sesuatu sesuai dengirn yang
Ia kehendaki."
Beliau berkata, "Ini yang lebih tepat di antara kedua pendapat ter-
sebut.'
Bang;sa Arab dan lVlawali juga berbeda pendapat mengenai makna
Y'ata al-lams, apakah ia berarti jima' atau tindakan di bawah jima'?
Bangsa Arab mengatakan, yang dimaksud adalah fima'. Sedangkan
Mawali (bekas-bekas budak )iang t€lah dimerdekakan) berkata: png
dimaksud idah tindakan di bawah jima' (prahubungan biologis)-.
Lalu mereka meminta kepunrsan kepada lbnu Abbas, lantas lbnu
Abbas membenarkan bangrsa Arab dan menyalahkan Mawali.Bs
Maksud dikutipnya semua ini ialah untuk kita ketahui bahwa kata-
kata al-mcss ( lAi ) atau at-lams t,Flr ) ketika dipergunal[n
dalam konteks laki-laki dan perempuan tidaklah dimaksudkan de-
ngan semata-mata bersentuhan kulit biasa, tetapi yang dimaksud
ialah mungkin jima' (hubungan seks) atau pendahuluannya seperti
mencium, memeluk, dan sebagainya yang merupakan sentuhan di-
sertai syahwat dan kelezatan.
ttalau kita perhatikan riwayat yang sahih dari Rasulullah saw.,
niscaya kita jumpai sesuatu yang menunjukkan bahwa semata-mata
bersentuhan tangan antara laki-laki deng;an perempuan anpa disertai
414
syahwat dan tidak dikhawatirkan t€rjadin),a fitnah tidaklah terlarang,
bahkan pernah dilakukan oleh Rasulullah saw., sedangkan pada
dasamya perbuatan Nabi saw. itu adalah tasyri' dan unhrk diteladani:
"ksungguhryta tehh ada pada din Rasulullah sw. itu sulj teladan
tang fuik fugimu...." (al-Ahzab: 2I)
lmam Bukhari meriwayatkan dalam shahih-nya pada "Kitab al-
Adab" dari Anas bin Malik r.a., ia berkata:
'fi1$qqiJKt,G;i{'Ji5got
*/bW,'#r@Jtqit',+ru*
,&iG%
"S*ungguhnya wnng budak wanita di antan budak-budak pen-
duduk Madinah memegang bngan Rasulullah sw., lalu memfu-
wanp Wrgt ke mana ia suka."
Kxl;,b-'ii'ir',j3-'aixJV(Al
JK,t15j1:t1lr',i6-'6il3$(Al
-/
;<,,i,:,'Jl't ^,)- 2l, t'ta!'.
,7
4?i,Ui1u-56*i,ffi6/14#$r
ta )c-al.ru*Pd$:ll-_*)*;
.P
'/.- 1,< 6llta/*
.-.1o+i lY '?l< ,/ ?
i!, ?rAj U+11.3,'S\1ee
^
=ti$,i'"*L'kLa,/i63
.a;eilz+
i,,6$-1
"sesunggahnfi xonng budak Wrcmprun dad budak-budai pn-
duduk Madinah datang lalu ia memegang tangan Rasulullah aw.,
maka beliau tidalc melepsl<an tanga beliau hfi tanganryn *-
hingga dia memfuwanln perg ke mana ia iltlca."
415
macam kesungguhan dalam tawadhu', karena disebutkannya perem-
puan bukan laki-laki, dan disebutkannp budak bukan orang merdeka,
digunakannya kata-kata umum dengan lafal al-imaa, (budak-budak
perempuan), yakni budak perempuan yang mana pun, dan dengan
perkataan haitsu syaa'at (ke mana safa ia suka1, yakni ke tempat mana
saja. Dan ungkapan dengan "mengambiUmemegang tangannya" itu
menunjukkan apa saja yang dilakukannya, sehingga meskipun si
budak perempuan itu ingin perg ke luar kota Madinah dan dia
meminta kepada beliau untuk membantu memenuhi keperluannya
itu niscaya beliau akan membantunya.
Ini merupakan dalil yang menunjukkan betapa tawadhu'nya
Rasulullah saw. dan betapa bersihnva beliau dari sikap sohbong."2sl
Apa yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar inr saara Saris besar dapat
diterima, tetapi beliau memalingkan makna memegang tangan dari
Taqa hhlrlhnya lepada kelazimannya yang berupa kasih sayang
dan ketundukan, tidak dapat diterima, karena makna lahir dan ke:
laziman itu adalah dua halyang dimaksudkan secara bersama-sama,
dan pada- asalnya perkataan itu harus diartikan menurut lahirnya,
kecuali iiku 4a dalil atau indikasi tertentu yang memalingkannya
dari makna lahir. Sedangkan dalam hal ini saya tidak miryumfai
faktor yang mencegah atau melarang dipakainya makna tairir itr,r,
bahkan riwayat Imam Ahmad yang menyebutkan "maka beliau tidak
pglepaskan tangan beliau dari tangannya sehingga ia membawa
beliau rylg k
mana saja ia suka" menunjukkan de-ngan jelas bahwa
pakna lahir itulah yang dimaksud. Sungguh termasuhmemberat-
beratkan diri dan perbuatan serampangan ;itta keluar dari makna
lahir ini.
- F_bih banyak dan lebih mengena lagi apa yang diriwayatkan dalam
Shahihain dan kitab-kitab Sunan'dari.a,nas "bahwa ttabi saw. tidur
siang hari di rumah bibi Anas yang bernama Ummu Haram binti
Milhan isri Ubadah bin Shamit, dan beliau tidur di sisi Ummu Haram
dengan meletakkan kepala beliau di pangkuan Ummu Haram, dan
Ummu Haram membersihkan kepala beliau dari kutu ...."
Ibnulaiar dalam menjelaskan hadits ini mengatakan, "Hadits ini
memperbolehkan tamu tidur siang di rumah orang lain (yakni tuan
I
23lrathut Bari,
iuz lS.
416
rumah) dengan memenuhi persyaratannya, seperti dengian adanya
izin dan aman dari fitnah, dan bolehnya wanita asing (bukan istri)
melayani tamu dengan menghidangkan makanan, menyediakan ke-
perluannya, dan sebagainya.
Hadits ini juga memperbolehkan wanita melayani tamunya de-
ngan membersihkan kutu kepalanya. Tetapi hal ini menimbulkan ke-
musykilan bagi sejumlah orang. Maka lbnu Abdil Barr berkata, 'Saya
kira Ummu Haram itu dahulunya menyusui Rasulullah saw. (waktu
kecil), atau saudaranya yaitu Ummu Sulaim, sehingga masing-
masing berkedudukan "sebagai ibu susuan'atau bibi susuan bagi
Rasulullah saw.. I(arena itu, beliau tidur di sisinya, dan dia lakukan
terhadap Rasulullah apa yang layak dilakukan oleh mahram."
Selanjutnya Ibnu Abdil Barr membaniakan riwayatdengirn sanadj
nya yang menunfukkan bahwa Ummu Haram mempunyai hubungan
mahram dengan Rasul dari jurusan bibi (saudara ibunya), sebab ibu
Abdul Muthalib, kakek Nabi, adalah dari Bani Naiiar ....
Yang lain lagi berkata, "Nabi saw. itu maksum (terpelihara dari-
dosa dan kesalahan). Beliau mampu mengendalikan hasratnya ter-
hadap istrinya, maka betapa lagi terhadap wanita lain mengenai hal-
hal yang beliau disucikan daripadanya? Beliau suci dari perbuatan-
perbuatan buruk dan perkataan-perkataan kotor, dan ini termasuk
kekhususan beliau."
Tetapi pendapat ini disangkal oleh al-Qadhi'Iyadh deng;an argu-
mentasi bahwa kekhususan itu tidak dapat ditetapkan dengan se-
suatu )rang bersifat kemungkinan. Tetapnya kemaksuman beliau
memang dapat diterima,tetapi pada dasamya tidak ada kekhususan
dan boleh meneladani beliau dalam semua tindakan beliau, sehingga
ada dalil yang menunjukkan kekhususannya.
Al-Hafizh ad-Dimyati mengemukakan sanggahan png lebih keras
lagi terhadap orang yang mengatakan kemungkinan pertama, yaitu
anggapan tentang adanya hubungan kemahraman antara Nabi saw.
dengan Ummu Haram. Beliau berkata:
'Mengigau orangyang menganggap Ummu Haram sebagai salah
seorang bibi Nabi saw., baik bibi susuan maupun bibi nasab. Sudah
dimiklumi, orang-orang yang menyusukan beliau tidak ada seorang
pun di antara mereka yang berasal dari wanita Anshar selain Ummu
Abdil Muthalib, yaitu Salmabinti Amrbin Zaidbin Lubaid bin Hirasy
bin Amir bin Ghanam bin Adi bin an-Najjar; dan Ummu Haram ada-
lah binti Milhan bin Khalid binZaid bin Haram bin fundub bin Amir
tersebut. Maka nasab Ummu Haram tidak bertemu dengan nasab
417
.S.lT" kquatipaga Amir bin Ghanam, kakek mereka yang zudah jauh
ke
.atas.
Dan hubunga! !i!i (yang jauh) ini tidak inen-etapkan ke-
mahraman, sebab ini adalah bibi mafazi, seperti perkataan Habi saw.
terhadap Sa'ad bin Abi Waqash, "Ini paminku-, karena Sa'ad dari
Bani Zahrah, kerabat ibu beliau Aminah, sedangkan Sa'ad bukan
saudara Aminah, baik nasab maupun susuan.,
Selanjutnya beliau (Dimyati) berkata, ,Apabila sudah tetap yang
-demikian, maka terdapat riwayat dalam ash-sinhin yang menceiitlkail
bahwa Nabi saw. tidak pernah masuk ke tempat wania selain istri-
istri beliau, kecuali kepqda ummu sulaim. Ialu beliau ditanya me-
ngenai masalah itu, dan beliau menfawab, 'Saya kasihan kepadanya,
saudaranya terbunuh dalam peperangan bersama saya-., yaft.ni
Haram bin Milhan, yang terbunuh pada waknr peperingan Bi'r
Ma'unah."
_Apabila hadits.ini mengkhususkan pengecualian untuk Ummu
Sulaim, maka demikian pula halnya dengan Ummu Haram tersebut.
Karena keduanya adalah bersaudara danhidup di dalam satu rumah,
sedangkan Haram bin Milhan adalah saudaramereka berdua. Maka
'illat (hukumn-ya)
ldalah sama di antara keduanya, sebagaimana di-
kemukakan oleh Ibnu Hajar.
Dan ditambahkan pula kepada iltd tersebut bahwa Ummu Sulaim
3duluh ibu Anas, pelayan Nabi saw., sedangkan telah berlaku ke-
biasaan pelSgulaq antarapelayan, yang dilaylni, serta keluarganya,
serta ditiadakan kekhawatiran yang teriadi di antara oranglorang
luar.
.kanttemy{ian ad-Dimyati berkata, ,Tetapi hadits itu tidak menunjuk-
teriadinya khalwat antara Nabi saw. deng;an Ummu Haram, ke-
mungkinan pada waktu itu disertai oleh anak, pembantu, suami,
atau pendamping."
Ib.nu f!i!r terkata, "Ini merupakan kemungkinan yang kuat,
tetapi masih belum dapat menghilangkan kemusykilan diui a-salnya,
lareng masih adanya mutamasih (persentuhan) dilam membersihkan
kutu kepala, demikian pula tidur di pangkuan."
Al-Hafizh berkata, 'sebaik-baik jawaban mengenai masalah ini
ialah dengan menganggapnya sebagai kekhususan, danhal ini tidak
dapatditolak oleh keberadaanya yang tidak ditetapkan kecuali dengan
dalil, karena dalil mengenai hal ini sudah ielas.,zcs
418
Tetapi saya tidak tahu mana dalilnya ini, samar-samar ataukah
jelas?
Setelah memperhatikan riwayat-riwayat t€rsebut, maka png
mantap dalam hati saya adalah bahwa semata-mata bersentuhan
kulit tidaklah haram. Apabila didapati sebab-sebab yang menjadikan
percampuran (pergaulan) seperti yang tedadi antara Nabi saw. de-
I ngan Ummu Haram dan Ummu Sulaim serta .rman dari fitnah bagi
kedua belah pihak, maka tidak mengapalah berjabat tangan antara
laki-laki dengan perempuan ketika diperlukan, seperti ketika datang
dari perjalanan jauh, seorang kerabat laki-laki berkunjung kepada
kerabat wanita yang bukan mahramnya atau sebaliknp, seperti anak
perempwm paman atau anak perempuan bibi baik dari pihak ibu
maupun dari pihak ayah, atau istri paman, dan sebagainya, lebih-
lebih jika pert€muan itu setelah lama tidak berjumpa.
Dalam menutup pembahasan ini ada dua hal yang perlu saya
tekankan:
Pertamn, bahwa berjabat tangan antara laki-laki dan perempuan
itu hanya diperbolehkan apabila tidak disertai dengan syahwat serta
aman dari fitnah. Apabila dikhawatirkan teriadi fitnah terhadap
salah satunya, atau disertai syahwat dan ulaitzdudz (berlezat-luatl
dari salah satunya (apa lagr keduanya; pen[ maka keharaman ber-
jabat tangan tidak diragukan lagi.
Bahkan seandainya kedua syarat ini tidak tepenuhi -)raitu
tiadanya syahwat dan aman dari fihatr-- meskipun iabatan tangan
itu antara seseorang dengan mahramnya seperti bibinya, saudara se-
susuan, anak tirinya, ibu tirinla, merhranya, atau lainnya, maka ber-
jabat tangan pada kondisi seperti itu adalah haram.
Bahkan berjabattangan dengan anakyang masi[ kecil pun haram
hukumnya jika kedua syirat itu tidak terpenuhi.
Kedua, hendaklah bedabat angan itu sebatas ada kebutuhan
saja, seperti yang disebutkan dalam pertanyium di atas, yainr dengan
kerabat atau semenda (besan) yang terjadi hubungan yang erat dan
akrab di antara mereka; dan tidak baik hal ini diperluas kepada orang
lain, demi membendung pintu kerusakan, menjauhi syubhat, meng-
I
,
ambil sikap hati-hati, dan meneladani Nabi saw. --tidak ada riwayat
kuat yang menyebutkan batua beliau pemah berjabat tangan dengan
i
wanita lain (bukan kerabat atau tidak mempunyai hubungan yang
erat).
Dan yang lebih utama bagi seorang muslim atau muslimah --yang
i
L 419
ng;an lain jenis. Tetapi, apabila diaiak beriabat tangan barulah ia
mehjabat talngannya.
saya tetapkan kepuhrsan ini unhrk dilaksanakan oleh orangyang
memerlukannya t?n_pa merasa telah mengabaikan agamanfi; da;
bagi.orang yang telah mengearrui ddak usih mengingfarinla ;tama
masih ada kemungkinan untuk bertfdhad.
Wallahu a'lam.
_ -Bagaimana
hukum wanita le\eria menurut syara,? Maksudnya:
bekerja luar rumah sgnerri laki-laki. Apakah dii'botetr bek€ri dan
-di
lkut Tdll auFf p-roduksi, pembangunair, dan kegiatan kemasyara-
katan? Ataukah dia harus-terus-menerus menjaii tawanan dahrn
rumah, tidak boleh melakukan aktivitas apa punz sementara kami
sering mendengar bahwa agama tslam meriruliakan wanita dan
memberikan hak-hak kemanusiaan kepadanya jauh beberapa abad
sebelum b"Tgqu Barat mengenalnya. eiautr-atiivitas yang^ia laku-
l.* iq ddak-dapat di?nggap seligai hhknya yang a*iir miqernitr-
kan. air my[gqya, sekaligus dapit menjdga-kefr'onnatannyl agar
tidak menjadi barang dagangan yang dipegualbelikan seenaknya
ketika dibutuhkan atau dikurbankan [etilia daruran
- Menga-pa wanita (muslimah) tidak boleh teriun ke kancah kehi_
dupan sebagaimana yang dilakukan wanita-rirania Barat, untuk
menjernihkan kepribadiannyg dan memperoleh hak-haknya,
War
dapat mengurus dirinya seridiri, dan ikut andil dalam meir4u6n
masyarakat?
I(aT.i ir,.g1
-ryenggtahui baras-batas syariah terhadap aktivitas
y-ang diperbolehkan bagi wanita muslimah, yang bekiga untuk
dunianya tanpa merugikan agarnanya, lepas diri tetototan orang-
-kaum
gr?ng. ekstrem yang tidak menghendaki unnita belaiar diir
bekerfa sera keluar rumah walau ke masjid sekalipun. fuga jauh dari
orang-orang yang menghendaki agar wanita muslimah lepas bebas
dari segala ikatan sehingga menjadibarang murahan di pasir-pasar.
420
Kami ingin mengetahui hukum syara' yang benar mengenai
masalah ini dengan tidak melebih{ebihkan dan tidak mengurang-
ngurangkan.
Jautaban:
Wanita adalah manusia juga sebagaimana laki-laki. Wanita
merupakan bagian dari laki-laki dan laki{aki merupakan bagian dari
wanita, sebagaimana dikatakan Al-Qur'an:
b. ozl , pr,,
#:u4O.h';
"... sefugian lramu adalah furunan dari sebagian yang lain...."(AIi
Imran: I95)
421
L
barkan akan mengabaikan separo anggota masyarakatnya serta
menbtapkannya beku dan lumpuh, lantas dirampas kehidupannya,
dirusak kebaikannya, dan tidak diberi sesuatu pun.
Hanya- saja-tugas wanita y?ng pertama dan utama yang tidak di_
perselisihkan lagi ialah mendidik generasi-generasi barI. uereka
memang disiapkan oleh Allah untuk tugas itu, baik secara fisik mau-
pun mental, dan rugas yang agung ini tidak boleh dilupakan atau di-
abaikan oleh faktor material dan kultural apa pun. Sebab, tidak ada
seorang pun yang dapat menggantikan peran kaum wanita dalam
tugas besarlya ini, yang_ padanyalah bergantungnya masa depan
umat,. dan dengannyl pula terwujud kekayaan ylrig paling besar,
yaitu kekayall-yang b-erupa manusia lsumber diya minusial.
fe_moga Allah memberi rahmat kepada penyaii Sungai Nil, yaitu
Hafizh lbrahim, ketika ia berkata:
l61A6fa6Z'A(
(,
gffitryY"{,1L'i€l
Ibu adalah madrasah, lembaga pendidikan
fika Anda mempersiapkannya dengan baik
Maka Anda telah mempersiapkan bangsa yang baik
pokok pangkalnya.
422
kan suaminya, sedangkan tidak ada orang atau keluarga yang me-
nanggung kebutuhan ekonominya, dan dia sendiri dapat melakukan
suatu usaha untuk mencukupi dirinya dari minta-minta atau me-
nunggu uluran tangan orang lain.
Selain itu, kadang-kadang pihak keluarga membutuhkan wanita
untuk bekerja, seperti membantu suaminya, mengasuh anak-anak-
nya atau saudara-saudaranya yang masih kecil-kecil, atau mem-
bantu ayahnya yang sudah tua --sebagaimana kisah dua orang putri
seorang syekh yang sudah lanjut usia yang menggembalakan kambing
ayahnya, seperti dalam Al-Qur'an surat al-Qashash:
Kdtnwanita itu meniavnb'l<ami tidak dapat meminumi (tennk
"...
kami) sebelum penggembala-penggemfuIa itu memulangfun (ter-
nalmya), sedangkan bapak kami adalah onng tua yang telah laniut
umumya.'" (al-Qashash: 25)
423
saw. telah melaknat orang yang menuangkannya, membawanya,
dan menjualnya. Atau menjadi pramugari di kapal terbang de-
ngan menghidangkan minum-minuman )ang memabukkan, be-
pergian jauh tanpa disertai mahram, bermalam di negeri asing
sendirian, atau melakukan aktivitas-aktivita$ lain yangdiharam-
kal glgh Islam, baik yang khusus untuk wanita maupun khusus
untuk laki-laki, ataupun untuk keduanya.
2. Memenuhi adab wanita muslimah ketika keluar rumah, dalam
berpakaian, berialan, berbicara, dan melakulen gerak-gerik.
"I(atala nkh kep& wanita-wanita WS funnm,'Hen&Ifuh metd<a
menahan pandanganny4 dan memelihata kemaluannya, dan
janganlah mercka menampld<an perhiaa m1a, kmnli yang
(biasa) tanpak daripdanya .... "lan-Nur: B I )
"... dan janganlah merel<a memukulkan kakirya agar diketahui per-
hiasan yang merelra sembunyikan .... BI )
" (an-Nur:
Male iangnlah lcamu tunduk datam berbican *hingga fur-
"...
keinginanlah onngyang ada pengkit fulam hatiqa, dan ucapl<an-
lah pr*ataan yang Mik." (al-Ahzab: 32)
l0
APAIGH MEMAKAI CADAR ITU BID'AH?
Pertanyaan:
Telah terjadi polemik dalam beberapa surat kabar di lGiro seputar
masalah "cadar" yang dipakai sebagian remaia muslimah, khusus-
nya-para mahasiswi. Hal itu berawal dari keputusan pengadilan
Mesir yang menangani tuntutan mahasiswi beberapa perguruan
tinggi, yang mengaiukan tuntutan ke pengadilan karena merasa ter-
aniaya dengan keputusan sebagian dekan yang memaksa mereka
melepas cadar apabila masuk kampus.
424
Para mahasiswi itu mengatakan bahwa mereka siap membuka
tutup wajah mereka manakala diperlukan, apabila ada tuntutan dari
pihak yang bertanggung jawab, pada waktu ujian atau lainnya.
- Seorang wartawan terkenal, Ustadz Ahmad Batrauddin, menulis
artikel --dalam surat kabar al-Ahram-- yang isinya bertentangan
dengan keputusan pengadilan. Menurutnya, cadar dan penutup
waiah itu merupakan bid'ah yang masuk ke kalangan Islam dan
umat Islam. Hal ini diperkuat oleh salah seorang dosen al-Azhar,
yang mengaku bahwa-dirinya adalah Dekan Fakultas Ushuluddin,
dan sedikit banyak tahu tentang peradilan.
I(ami mohon Ustadz berkenan menielaskan tentang masalah yang
masih campur aduk antara yang hak dan yang batil ini. Semoga Allah
berkenan memberikan balasan kepada Ustadz dengan balasan yang
sebaik-baiknya.
Jautaban:
Alhamdulillah, segala puji kepunyaan Allah, Rabb semesta alam.
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasul
palingmulia, junfungan kita Nabi Muhammad saw., kepada kehnrga-
nya, dan para sahabatnya.
Pada kenyataannya, mengidentifikasi cadar sebagai bid'ah yang
datangdari luar serta sama sekali bukan berasal dari agamadanbukan
dari tilam, bahkan menyimpulkan bahwa cadar masuk ke kalangan
umat Islam pada zaman kemunduran yang parah, tidaklah ilmiatt
dan tidak tepat sasaran. Identifikasi seperti ini hanyalah bentuk per-
luasan yang merusak inti persoalan dan hanya menyesatkan usaha
untuk mencari kejelasan masalah yang sebenarnya.
Satu hal yang tidak akan disangkal oleh siapa pun )ang mengeahui
sumber-sumbei ilmu dan pendapat ulama, bahwa fiasalah tersebut
merupakan masalah khilafiyah. Artinya, persoalan apakah boleh
membuka wajah atau wajib menutupnya --demikian pula dengan
hukum kedua telapak tangan-- adalah masalah yang masih diperse-
lisihkan.
Masalah ini masih diperselisihkan oleh para ulama, baik dari
kalangan ahli fiqih, ahli tafsir, maupun ahli hadits, seiak zaman
dahulu hingga sekarang.
Sebab perbedaan pendapat itu kembali kepada pandangan merele
terhadap nash-nash yang berkenaan dengan masalah ini dan sejauh
mana pemahaman mereka terhadapnya, karena tidak didapatinya
1Th yang q ath'i tsubut (jalan periwayarannya) dan dilalahnya (perun-
juknya) melggnai masalah-ini. Seandainya-ada nash yang tagas'
samar), sudah tentu masalah ini sudah terselesaikan. -
ltidak
Mereka berbeda pendapat dalam menafsirkan firman Allah:
"... Dan iwantah merer<a menamprd<an perhiaan mercr<a kecuati
yang biasa tanpak daipadanya....lan-Nur: SI )
zloyyhaj-w.nafsiran-ayat
ini oreh lbnu farir, Ibnu Katsrr, ar-eurthubi, danpadaad-ourrur
- -
Maatsur (5: 41-42), d,an lain{ain.
426
Mereka meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang merupakan kebali-
kan dari penafsirannya terhadap ayat pertama. Mereka meriwayat-
kan dari sebagian tabi'in --Ubaidah as-Salmani-- bahwa beliau
menafsirkan 'mengulurkan jilbab" itu dengan penafsiran praktis
(dalam bentuk peragaan), yaitu beliau menutup muka dan kepala
beliau, dan membuka mata beliau yang sebelah kiri. Demikian pula
yang diriwayatkan dari Muhammad l(a'ab al-Qurazhi.
Tetapi penafsiran kedua beliau ini ditentang oleh Ikrimah, maula
(mantan budak) Ibnu Abbas. Dia berkata, 'Hendaklah ia (wanita)
menutup lubang (pangkal) tenggorokannya dengan jilbabnp, dengan
mengulurkan jilbab tersebut atasnya. "
Sa'id bin fubair berkata, "Tidak halal bagi wanita muslimah dilihat
oleh lelaki asing kecuali ia mengenakan kain di atas kerudungnya,
dan ia- mengikatkannya pada kepalanya dan lehernya."237
Dalam hal ini saya termasuk orang yang menguatkan pendapat
yang mengatakan bahwa wajah dan tedua telapak angan bukan
aurat dan tidak wajib bagi wanita muslimah menu$pnya. IQrena
menurut saya, dalil-dalil pendapat ini lebih kuat daripada pendapat
yang lain.
Di samping itu, banyak sekali ulama zaman sekarangyang sepen-
dapat dengan saya, misalnya Syekh Muhammad Nashiruddin al-
Albani dalam kiabnya Hijabul Mar'atil Muslfinah fil-Kitab was-Suanah dan
mayoritas ulama al-Azhar di Mesir, ulama Zaitunah diTunisia, Qara-
wiyyrn di Maghrib (Maroko), dan tidak sedikit dari ulama Pakistan,
India, Turki, dan lain{ain.
Meskipun demikian, dakwaan (klaim) adanya iima' ulama se-
karang terhadap pendapat ini juga tidaklatr benar, karena di kalangan
ulama Mesir sendiri ada yang menentangnya.
Ulama-ulama Saudi dan sejumlah ulama n@ra-negara Teluk
menentang pendapat ini, dan sebagai tokohnya adalah ulama besar
Syekh Abdul luiz bin Baz.
Banyak pula ulama Pakistan dan India yang menentang pendapat
ini, mereka berpendapat kaum wanita waiib menunrp mukanya. Dan
di antara ulama terkenal yang berpendapat demikian ialah ulama
besar dan da'i terkenal, mujaddid Islam yang maqrhur, yaitu al-
Ustadz Abul A'la al-Maududi dalam kiabnya al-Hijab.
427
Adapun di antara- ulama masa kini yang masih hidup yang me_
ngumandangkan wajibnya menutup muka bai wanita iatatr'penui-is tce-
namaan dari suriah, Dr. Muhammad sa'id Ramadhan al-tiuthi, yang
mengemukakan pendapat ini dalam risalahnya ilaa Kulli Faiaatin
Tu'minu billaahi (Kepada setiap Remaja putri yang Beriman kepada
Allah).
_ Di samping itu, masih terus saja bermunculan risalah-risalah dan
fatwa-farwa dari waktu ke wakru yang menganggap aib jika wanita
membuka wajah. Mereka menyeru kaum winiti-dengan'mengatas-
namakan agama dan iman agar mereka mengenalEn cadai dan
menganjurkan agar jangan patuh kepada ulama-ulama ,modern"
yalg ingT menyesuaikan ag.rma dengan peradaban modern. Barang_
kali mereka memasukkan saya ke dalam lierompok ulama seperti inl
lika dijumpai di antara wanita-wanita muslimah yanj merasa
mantap pendapat ini, dan menganggap membuka iajah itu
$engan
haram, dan menutupnya itu wajib, mata nagiimana kita akjn me-
yaiilka1 kepadanya qengikuti pendapat lain, yang dia anggap ke_
liru dan bertentangan dengan nash?
, I.rami
lunyl mengingkari-mereka jika mereka memasukkan pen_
dapatnya kepada orang lain, dan menganggap dosa dan fasik terhadap
or?ng ya-ng menerapkan pendapat lain itu, serta menganggapnya
sebagai kemunkaran yang wajib diperangi, padahal "p".i-uiara
muhaqiq telah sepakat mengenai tidak bobhnya menganggap mun-
kar terhadap masalah-ma salah iitihadiy ah hhiliJiy ah.
. Kalau kami mengingkari (menganggap munkhrl pelaksanaan pen_
dapat_yang berbeda dengan penAapat liami --yaitir pendapat yang
mu'tabar dalam_ bingkai fiqih Islam yang lapang-- liemudian men-
campakkan pefdapat tersebut dan tidak memberinya hak hidup, hanya
semata-mata karena berbeda dengan pendapat-kami, beralrti kaini
terjatuh ke dalam hal yang terlarang, yang justru kami perangi dan
kami seru manusia untuk membebaikan diii daripadanya.
.Bahkan seandainya wanita muslimah tersebut'tidak menganggap
wajib menulup muka, tetapi ia hanya menganggapnya lebi-h uiara'
dan lebih takwa demi membebaskan diri dari perseiisitran pendapar,
drq di" mengamalkan yang lebih hati-hati, maka siapakah yrrg uion
melarang dia mengamalkan pendapar yang lebih hati-hati untu"k oiri-
nya dan agamanya? Dan apakah pantal dia dicela selama tidak
mengganggu orang lain, dan tidak membahayakan kemaslahatan
(kepentingan) umum dan khusus?
Saya mencela penulis terkenal Ustadz Ahmad Bahauddin yang
428
menulis masalah ini dengan tidak merujuk kepada sumber-sumber
tepercaya, lebih{ebih tulisannya ini dimaksudkan sebagai sang-
gahan terhadap putusan pengadilan khusus yang bergengsi. Semen-
ara kalau dia menulis masalah politik, dia menulisnya dengan cermat,
penuh pertimbangan, dan dengan pandangan yang menyeluruh.
Boleh jadi karena dia bersandar pada sebagian tulisan-mlisan
ringan yang tergesa-gesa dan sembarangyang membuatnya t€{atuh
ke dalam kesalahan sehingga dia menganggap 'cadar' sebagai se-
suatu yang munkar, dan dikiaskannya dengan "pakaian renang'
yang sma-sama tidak memberi kebebasan pribadi.
Tidak seorang pun ulama dahulu dan sekarangyang mengharam-
kan memakai cadar bagi wanita secara umum, keonli hanya pada
waktu ihram. Dalam hal ini mereka hanya berbeda pendapat antara
yang mengatakannya wajib, mustahab, dan jaiz.
Sedangkan tentang keharamannya, tidak s€orang pun ahli fiqih
yang berpendapat demikian, bahkan yang memakruhkannya pun
tidak ada. Maka saya sangat heran kepadaUstadz Bahauddin yang
mengecam sebagian ulama al-Azhar yang mewajibkan menutup
muka (cadar) sebagai telah mengharamkan apa yang dihddkan
Allah, atau sebagai pendapat orang yang tidak memiliki kemajuan
dan pengetahuan yang mendalam mengenai Al-Qur'an, as-Sunnah,
fiqih, dan ushul fiqih.
IQlau hal itu hanya sekadar mubah --sebagaimana pendapat
yang saya pilih, bukan waiib dan bukan pula mustatnb-- maka me-
rupakan hak bagi muslimah unhrk membiasakann),a, dan tidak boleh
bagi seseorang unffk melarangnp, karena ia cuma melalsanakan hak
pribadinya. Apalagi, dalam membiasakan atau mengenakannp inr
tidak merusak sesuatu yang waiib dan tidak membahal,akan seseorang.
Ada pepatah Mesir yang menyindir orang yang bersikap demikian:
"seseorang bertopang dagu, mengapa Anda kesal terhadapnya?"
Hukum buatan manusia sendiri mengakui hak-hak perseorangan
ini dan melindunginya.
Bagaimana mungkin kita akan mengingkari wanita muslimah
yang komitmen pada ag;amanya dan hendak memakai cadar, semen-
tara di antara mahasiswi-mahasiswi di perguruan tingg itu ada yang
mengenakan pakaian mini, tipis, membennrk potongan hrbuhnya
yang dapat menimbulkan fitnah (rangsang;an), dan memakai berma-
cam-macam mahe-up, tanpa seorang pun yang mengingkarinya,
karena dianggapnya sebagai kebebasan pribadi. Padahal pakaian
yang tipis, yang menampakkan kulit, atau tidak menuup bagian
rybglr selain wajah dan kedua tangan itu diharamkan oleh syara',
demikian menurut kesepakatan kaum muslim.
Kalau pihak yang bertanggung jawab di kampus melarang pakaian
yang seronok itu, sudah tentu akan didukung oleh syaia' dan
undang-undang yang telah menetapkan bahwa agama resmi negara
adalah Islam, dan bahwa hukum-hukum syariai Islam merupakan
sumber pokok perundang-undangan.
Namuntenyataannya, tidak seorang pun yang melarangnya!
Sungguh mengherankant Mengapa wanita-whnita yang berpa-
-kaian tetapi telanjang, yang berlenggak{enggok dan beigaya untuk
memikat orang lain kepada kemaksiatan dibebaskan saja tanpa ada
segrang pun yang menegurnya? Kemudian mereka rumpahkan selu-
ruh kebencian dan celaan serta caci maki terhadap wanita-wanita
bercadar, yang berkeyakinan bahwa hal itu termasuk alaran agama
yang tidak boleh disia-siakan atau dibuat sembarang?
Kepada Allah{ah kembalinya segala urusan sebelum dan sesu-
dahnya. Tidak ada daya untuk menjauhi kemaksiatan dan tidak ada
kekuatan untuk melakukan ketaatan kecuali dengan pertolongan
Allah!
ll
APAKAH MEMAKAI CADAR ITU WAIIB?
Pertanyaan:
Saya telah membaca nrlisan lJstadz yang membela cadar dan
menyangkal pendapat orang-orang yang mengatakan bahwa cadar
itu bid'ah, tradisi luar yang masuk ke dalam masyarakat Islam, dan
sama sekali bukan dari ajaran Islam. tJstadzjugamenielaskan bahwa
pendapatyang mewajibkan cadar bagi wanita itu terdapat dalam fiqih
Islam. Anda bersikap moderat terhadap persoalan cadar dan waniia-
wanita bercadar, meskipun kami tahu Anda tidak mer,rajibkan cadar.
kami mengharap kepada Anda --sebagaimana Anda
tet$-Sekarang
peprttanmoderat mengenai wanita bercadar ini dari wanita yang
suka buka-bukaan, yang suka membuka aurat-- agar Anda berjit<ap
moderat terhadap kami yang berjilbab (tetapi tidak bercadarl dair
saudara-saudara kami yang bercadar, t€rmasuk terhadap kiwan-
kawan mereka yang selalu menyerukan cadar. Mereka yang dari
430
waktu ke waktu tidak henti-hentinya menjelek-jelekkan kami, karena
kami tidak menutup wajah. Mereka beranggapan bahwa yang demi-
kian itu mengundang fitnatr karenawaiah merupakan pusatleindahan
(kecantikan). Oleh sebab itu, mereka berpendapat bahwa kami telah
menentang Al-Qur'an dan As-Sunnah serta petunjuk salaf karena
kami membiarkan wajah terbuka.
IQdang-kadang celaan ini dialamatkan kepada Anda sendiri,
karena Anda membela hijab fiilbab) dan tidak membelacadar. Deml-
kian pula yang dialamatkan kepada Fadhilah asy-Syekh Muhammad
al-Ghazali. Beberapa ulama mengemukakan sanggahan terhadap
beliau melalui beberapa surat kabar di negara-negara Teluk.
I(ami harap Anda tidak menyuruh lemi untuk membaca kembali
tulisan Anda dalam kitab al-Halal wal-Haramfil-Islam dan kitab Fatawi
Mu'ashirah meskipun dalam kedua kitab tersebut sudah terdapat ke-
terangan yang memadai. Namun, kami masih mengin$nkan tam-
bahan penjelasan lagi untuk memantapkan hujfah, menerangi ialan,
menghilangkan udzur, menghapuskan keraguan dengan keyakinan,
serta untuk menghentikan polemik dan perdebatan yang t€rus ber-
langsung mengenai masalah ini.
Semoga Alldr meniadikan kebenaran pada lisan dan Elisan Anda.
Jaanban:
Tidak ada alasan bagi saya untuk diam dan merasa cukup dengan
apa yang pernah saya tulis sebelumnya.
Saya tahu bahwa perdebatan mengenai masalah-masalah khila-
fiyah itu tidak akan selesai dengan adanya makalah-makalah dan
tulisan-tulisan lepas, bahkan dalam benark sebuah buku (kitab)
sekalipun.
Selama sebab-sebab perbedaan pendapat itu'masih ada, maka
ikhtilaf (perbedaan pendapat) itu akan senantiasa ada di antara
manusia, meskipun mereka sama-sama muslim, patuh pada agama-
nya, dan ikhlas.
Bahkan kadang-kadang komitrnen dan keikhlasan terhadap agama
menyebabkan perbedaan pendapat inr semakin tajam. Masing-masing
pihak ingin mengunggulkan dan memberlakukan pendapat yang
diyakininya benar sebagai ajaran agama yang akan diperhitungkan
dengan mendapatkan pahala (bagi yang melaksanakannya) atau
mendapatkan hukuman (bagr yang melanggiarnya).
Perbedaan pendapat itu akan terus berlangsung selama nash-nash-
431
nya sendiri --yang merupakan sumber penggalian hukum-- masih
menerima kemungkinan perbedaan pendapat tentang periwayatan
dan petuniuknya, selama pemahaman dan kemampuan manusia untuk
mengistinrbath (menggali dan mengeluarkan) hukum masih berbeda-
beda, dan sepanjang masih ada kemungkinan untuk mengambil zha-
hir nash atau kandungannya, yang tersurat atau yang tersirat, yang
ruhhshah (merupakan. keringanan) ataupun yangtLzimoh (hukum
asal), yang lebih hati-hati atau yang lebih mudah.
Perbedaan pendapat akan senantiasa muncul selama manusia
masih ada yang bersikap ketat seperti Ibnu Umar dan ada yang ber-
sikap longgar seperti lbnu Abbas; dan selama di antara mereka masih
ada orang yang menunaikan shalat ashar di tengah jalan dan ada yang
tidak menunaikannya melainkan di perkampungan Bani Quraizhah
(setelah sampai di sana).
Adalah merupakan rahmat Allah bahwa perbedaan pendapat
seperti ini tidak terlarang dan bukan perbuatan dosa, dan orangyang
keliru dalam berijtihad ini dimaafkan bahkan mendapat pahala satu.
Bahkan ada orang yang mengatakan, 'Tidak ada yang salah dalam
ijtihad-ijtihad furu'iyah ini, semuanya benar. "
Para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik juga sering berbeda pendapat antara yang satu dengan yang lain
mengenai masalah-masalah furu' (cabang) dalam agama, namun
mereka tidak menganggap hal itu sebagai bahaya. Mereka tetap ber-
sikap toleran, dan sebagian mereka shalat di belakang sebagian yang
lain, tanpa ada yang mengingkari.
Dengan menyadari bahwa perbedaan pendapat itu akan senantiasa
ada, maka saya harus menjawab pertanyaan ini, dan saya akan
mengulangi tema tersebut dengan menambahkan penjelasan.
Mudah-mudahan Allah memberi taufik kepada saya hingga mampu
mengungkapkan perkaaan yang benar, yang dapat memutuskan
perselisihan atau --minimal-- mengurangi ketajamannya, yang me-
lunakkan kekerasannya sehingga hati wanita yang berhijab (tetapi
tidak bercadar) merasa riang dan memudahkan urusan bagr yang
mengumandangkan cadar (untuk memakainya).
432
hal itu sudah.terkenal dan tidak samar lagi, sudah masyhur dan tidak
asing lagi, yaitu bahwa pendapat t€ntang tidak wajibnya memakai
cadar serta bolehnya membuka wajah dan kedua telapak tangan bagi
wanita muslimah di depan laki-laki lain yang bukan muhrimnya ada-
lah pendapat jumhur fuqaha umat semenjak zaman sahabat r.a..
I(arena itu tidak perlu dipertengkarkan, sebagaimana yang ditim-
bulkan oleh sebagian yang ikhlas tetapi tidak berilmu dan oleh se-
bagian pelajar dan ilmuwan yang bersikap ketat terhadap pendapat
yang dikemukakan seorang da'i kondang Syekh Muhammad al-Gha-
zali dalam beberapa buku dan makalahnya. Mereka beranggapan se-
akan-akan beliau membawa bid'ah atau pendapat baru, padahal se-
benarnya apa yang beliau kemukakan itu merupakan pendapat
imam-imam yang mu'tabar dan fuqaha yang andal, sebagaimana
yang akan saya jelaskan kemudian. Selain itu, apa yang beliau ke-
mukakan merupakan pendapat yang didukung oleh dalil-dalil dan
atsar, disandarkan pada penalaran dan i'tibar, dan didukung pula
oleh realitas dalam beberapa za;man.
Mazhab Hanafi
Dalam tutab al-Ihhnyar, salah satu kitab Mazhab Hanafi, disebutkan:
Tidak diperbolehkan melihat wanita lain kecuali wajah dan tela-
pak tangannya, jika tidak dikhawatirkan timbul syahwat. Dan diri-
wayatkan dari Abu Hanifah bahwa beliau menambahkan dengan
kaki, karena pada yang demikian itu ada kedaruratan untuk meng-
ambil dan memberi serta untuk mengenal wajahnya ketika bermua-
malah dengan orang lain, untuk menegakkan kehidupan dan kebu-
tuhannya, karena tidak adanya orang yang melaksanakan sebab-
sebab penghidupannya.
Beliau berkata: Sebagai dasarnya ialah firman Allah, "Dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali apa yang
biasa tampak daripadanya." (an-Nur: 3I)
Para sahabat pada umumnya berpendapat bahwa yang dimaksud
ayat tersebut ialah celak dan cincin, yaitu tempatnya (bagian rubuh
yang ditempati celak dan cincin). Hal ini sebagaimana telah saya
jelaskan bahwa celak, cincin, dan macam-macam perhiasan itu halal
dilihat oleh kerabat maupun orang lain. Maka yang dimaksud di sini
ialah 'tempat perhiasan itu', dengan jalan membuang muilhaf dan
menempatkan mudhaf ilaih pada tempatnya.
Beliau berkata, adapun kaki, maka diriwayatkan bahwa ia bukan-
433
lah aurat secara mutlak, karena bagian ini diperlukan untuk berjalan
sehingga akan tampak. Selain itu, kemungkinan timbulnya syahwat
karena melihat muka dan tangan itu lebih besar, maka halalnya meli-
hat kaki adalah lebih utama.
Dalam satu riwayat disebutkan, kaki itu adalah aurat untuk di-
pandang, bukan untuk sfu2fu1.2aa
Mazhab Malif<i
Dalam syarah shaghir (penjelasan ringkas) karya ad-Dardir yang
berjudul Aqrabul Masalih ilaa Malih, disebutkan:
"Aurat wanita merdeka terhadap laki{aki asing, yakni yang
bukan mahramnya, ialah seluruh tubuhnya selain wajah dan telapak.
tangan. Adapun selain itu bukanlah aurat."
Ash-Shawi mengomentari pendapat tersebut dalam Hasyiy ah-nyd,
katanya, "Maksudnya, boleh melihatnya, baik bagian luar maupun
bagian dalam (tangan itu), tanpa maksud berlezat-lezatdan merasa-
kannya, dan jika tidak demikian maka hukumnya haram."
Beliau berkata, "Apakah pada waktu itu wajib menutup wajah
dan kedua tangannya?" Itulah pendapat Ibnu Marzuq yang mengata-
kan bahwa ini merupakan mazhab (Maliki) yang masyhur.
Atau, apakah wanita tidak wajib menutup wajah dan tangannya,
hanya si laki{aki yang harus menundukkan pandangannya? Ini ada-
lah pendapat yang dinukil oleh al-Mawaq dari 'lyadh.
Sedangkan Zumrq merinci dalam Syarah al-Waghlisiyah antara
wanita yang cantik dan yang tidak, yang cantik wajib menutupnya,
sedangkan yang tidak cantik hanya 6gs12fu3[.23e
Mazhab Syafi't
Asy-Syirazi, salah seorang ulama Syafi'iyah, pengarang kitab al-
Muhadzdzab mengatakan :
"Adapun wanita merdeka, maka seluruh tubuhnya adalah aurat, ke-
cuali wajah dan telapak tangan --lmam Nawawi berkata: hingga per-
gelangan tangan-- berdasarkan firman Allah, 'Dan janganlah mereka
434
menampakkan perhiasannya kecuali apa yang biasa tampak daripa-
danya.' Ibnu Abbas berkata, 'Wajahnya dan kedua t€lapak tangan-
nya,'24o
Di samping itu, karena Nabi saw. 'melarang wanita yang sedang
ihram mengenakan kaos tangan dan cadar'.241 Seandainya uaiah dan
telapak tangan ifu aurat, niscaya beliau tidak akan mengharamkan
menutupnya. Selain itu, juga karena dorongan kebutuhan untukme-
nampakkan wajah pada waktu jual beli, serta perlu menampakkan
tangan unnrk mengambil dan memberikan sesuatu, karena inr (waiah
dan tangan) ini tidak dianggap aurat."
Imam Nawawi menambahkan dalam syarahnya terhadap al-
Muhadzdzab, yaitu al-Majmu', "Di antara ulama Syaf iyah ada yang
menceritakan atau mengemukakan suatu pendapat bahwa telapak
kaki bukanlah aurat. Al-Muzani berkata, 'Telapak kaki itu bukan
autat.' Dan pendapat mazhab adalah ymrgpstanta."zq2
Mazhab Hambali
Dalam mazhab Hambali kita dapati Ibnu Qudamah mengatakan
dalam kitabnya al-Mughni (1: 601) sebagai berikut Tidak diperseli-
sihkan dalam mazhab tentang bolehnya wanita membuka wajahnya
dalam shalat, dan dia tidak boleh membuka selain wajah dan telapak
tangannya. Sedangkan mengenai telapak tangan ini ada dua riwayat.
Para ahli ilmu berbeda pendapat, tetapi kebanyakan mereka sepa-
kat bahwa ia boleh melakukan shalat dengan waiah terbuka. Dan
mereka juga sepakat bahwa wanita merdeka itu harus mengenakan
tutup kepalanya jika melakukan shalat, dan jika ia melakukan shalat
dalam keadaan seluruh kepalanya terbuka, maka ia wajib mengula-
ngrnya.
Imam Abu Hanifah berkata, "Kaki itu bukan aurat, karena kedua
kaki itu memang biasanya tampak. Ihrena itu, ia seperti wajah."
435
I L
Imam Malik, al-Auza'i, dan Imam Syaf i berkata, "Seluruh tubuh
wanita itu adalah aurat kecuali muka dan tangannya, dan selain itu
wajib ditutup pada waktu shalat, karena dalam menafsirkan ayat
'dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali apa
yang biasa tampak daripadanya', Ibnu Abbas berkata, 'yaitu wajah
dan telapak tangan.'"
Selain itu, karena Nabi saw. melarang wanita berihram memakai
kaus angan dan cadar. Andail€ta wajah dan tatngan itu aurat niscaya
beliau tidak akan mengharamkan menutupnya. Selain itu, karena di-
perlukan membuka wajah dalam urusan iual beli, begitupun kedua
tangan untuk mengambil (memegang) dan memberikan sesuatu.
Sebagian sahabat kami berkata, "Wanita itu seluruhnya adalah
aurat, karena diriwayatkan dari Nabi saw. bahwa wanita itu aurat."
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan beliau berkata, "Hadits hasan
sahih." Tetapi beliau memberinya ruhhshah (keringanan) untuk mem-
buka wajah dan tangannya karena iika diturup akan menimbulkan
kesulitan. Dan diperbolehkan melihatnya pada waktu meminang,
karena wajah itu merupakan pusat kecantikan. Dan ini adalah pen-
dapat Abu Bakar al-Harits bin Hisyam, beliau berkata, "Wanita itu
seluruhnya adalah aurat hingga kukunya."
Demikian keterangan dalam kitab al-Mughni.
Mazhab-mazhab Lain
Dalam menjelaskan berbagai pendapat ulama tentang masalah
aurat, lmam Nawawi mengatakan dalam kiabnya al-Majmu,:
Aurat wanita itu ialah seluruh tubuhnya kmlali waiah dan tela-
pak tangannya. Di samping Imam Syaf i, yang berpendapat demi-
kian adalah Imam Malik, Abu Hanifah, al-Auza'i, Abu Tsaur, dan se-
golongan ulama, serta satu riwayat dari Imam Ahmad.
Selain itu, Imam Abu Hanifah, Tsauri, dan al-Muzani berkata,
"Kedua kakinya juga bukan aurat."
Imam Ahmad berkata, "Seluruh tubuhnya adalah aurat kecuali
wafahnya sarja...."z+s
Ini juga merupakan pendapat Daud sebagaimana dikemukakan
dalam Nailul Authar (22 55).
436
Adapun lbnu Hazrn, maka beliau mengecualikan waiatr dan t€lapak
tangan, sebagaimana disebutkan dalam al-Muhalla, dan akan kami
kemukakan alasan-alasan yang beliau berikan.
Ini juga merupakan pendapat jamaah sahabat dan tabi'in sebagai-
mana yang tampak jelas dalam penafsiran mereka terhadap ayat "apa
yang bisa tampak daripadanya" (an-Nur: 5I).
437
riwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah "kecuali apa
yang biasa tampak diiripadanya', yaitu 'raut waiah dan telapak
tangan".
Ibnu Abi Syaibah, Abd bin Humaid, Ibnul Mundzir, dan al-Bai-
haqi dalam Sunan-rfo, meriwayatkan dari AisJah r.a. bahwa beliau
l
pernah ditanya mengenai perhiasan yang biasa ampak itu, lalu
beliau meniawab, "gelang dan cincin". Beliau mengaakan demikian
sambil menganrpkan ufung lengan bajunya. I
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari lkrimah mengenai firman
Allah "kecuali apa yang biasa tampak daripadanya'. Menurut beliau,
yang dimaksud adalah "waiah dan lingkar leher (antara dua tulang
selangka)".
Ibnu farir meriwayatkan dari Sa'id bin fubair mengenai ayartrlr.
sebut dengan penafsiran "waiah dan telapak tangan'.Ibnufarirfuga
meriwayatkan dari 'Atha mengenai ayat yang sama dengan penaf-
siran 'kedua tflapak tangan dan wajah'.
Abdur Pazaq dan lbnu farir, dari Qatadah, menaslrkan a)rat terse-
but dengan 'kedua gelang, cincin, dan celak'. Menurut @tadah,
"Telah sampai berita kepadaku bahwa Nabi saw. trersabda:
3fidr;a7AL"Gfutk;
. d)\iiAuL;i5-\At1
mfuk fuIaI bgt wanitayangbdman @aNlah dan lwi affirir
(untuk memmpldan tangany) kcrrnli htuWa ini, waSa Miau
rrcnqang ryparo lengantya."
Abdur Pazaqdan Ibnu farir, dari Ibnu furaij, yang mengutip per-
kaaan Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud bunyi ayat 'dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya kecuali apa )rang biasa tampak
daripadanya" adalah 'cincin dan gelang'.
Menurut.hnu IuraU, AiErah pernah berkata, 'Anak perempuan
dari saudara laki-lakiku seibu, yathr Abdullah bln Ttrufatl, pemah
masuk ke tempatku dengan mengenakan perhiasan. Dia masuk ke
tempat Nabi saw., kemudian beliau berpaling.'Ialu Aisyah berkata,
"Sesungguhnya dta adalah anak perempuan saudara laki-lakiku dan
dia seorang pembantu.' IGmudian beliau bersabda:
438
I 2
Wq#g,6'j;f,'-$7r.ft
t'LL61{,C15
.,sy
J.5d1i.) IA
"lpabih wnngwanib tdah fuae, ia tidalc bleh nruwryIdan
*lain yang di bawah ini."
reIain wajalnya dan
;=,.4\(i$i6(&l7tt,Lr3U
:;24)oyo d-htrulMcatsur oleh as-Suyuthl dalam menafslrkan ryat 3l surat an-Nur.
439
'tG"itS- 1t'l I r
it{ r W r4'-:5'&
walni ap,h
Asn4 wanih r*, ##r*
d*asa), nuka tidalt boleh tanryk dafi tubuhrryd *lain ini dan ini,'
&n bliau biqant kepda waiah &n kdua tanganryra."
Memang, kalau hanya hadits ini saia tidak dapat diiadikan hujjah
karena kemursalannya dan kelemahan perawinya dari Aiqrah, seba-
gaimana yang sudah dimaklumi, tetapi ia mempunyai syahid (pen-
dukung) dari hadits Asma binti Umais sehingga kedudukannya ten-
jadi kuat, ditambah lag dengan praktik kaum wanita pada zaman
Nali saw. dan para sahabatnya. Oleh karena ihr, pakar hadits al-
Albani menghasankannya dalam kitab-kitabnya, seperti: Hijab al-
Mar'ah al-Muslimah, al-Irwa', Shahih al-Jam'i uh-Slwghir, dan tahh4i al-
Halal wal-Haram.
440
wanita) menutupkan kerudungnya ke dadanp, dan ini merupakan
nash untuk menunrp aurat,leher, dan dada, dan ini juga merupakan
nash yang memperbolehkan membuka wajah, dan tidak mungkin
dapat diartitran selain ito.'24s
jd^Iit|{4ii4kt%;wst
G4,Lj, ff"&,t iy!{g, (*krty
'
y9ee €
i{
,1;U#i6Cg,t):!Ji'aJEJ6o14
cy2a1"r lU,o-;s' rtlrq'5^ti oY; ' (5'6
"Janganhh eryl<au ikuti pndangn (Fitana) dengan pandangan
(brifuhya), l<arcna engl<au haryndiprbolehkan melalrukn pn-
&ngan Wrtama itu dan tidak diperbolehkan pandangan yang
kdua2,47
24ieLuuhono, sr 2zg.
246nadits niwayat Ahmad, tbnu Hibban, Haldm, dan Bailuqi dalam ary-syu'ab dari Ubadah,
dan dlhasankan dalam shahih al-Jani'wh-shaghir, (1018).
247gx 6h*u6, Abu Daud, Tirmidzi, dan Hakim dari Buraidah, dan dihasankan dalam
Shahih al-Jani'ush-Shaghir (7953)
441
-t
tgtKrgffiid:*-taG*,u
do#r4#',tg.tiiqs
(ryo.tb7g).,ob,)
lValni pn pnufu Dazansiapa di antan bmu pngtChh mamry
l<awin, maka l<awinlah, lcatena kawin ifu lebih dapt menundurcrran
pandangan dan memelihara kemaluan...." (IIR al-tnma'61 6".1
Ibnu Mas'ud)
IQlau seluruh wajah inr harus terhrtup dan semua wanita harus
memakai cadar, maka apakah.arti anjuran untuk menahan p"ra"rg
an? Dan apakah yang dapar dilihat oleh mata jika wajatr itu tiaat ier-
luq {Tg memungkinkan menarik minat dan dapat menimbulkan
titnah? Dan.apa artinya bahwa kawin itu dapat lebih menundukkan
pa-ndangan jika maa tidak pernah dapat mblihat sesuatu pun
dari
tubuh wanita?
442
Nash-nash dan fakta-falcA menuniukkan bahwa umumnya kaum
wanita pada zaman Nabi saw. iarang sekali yang memakai cadar,
bahkan wajah mereka biasa terbuka.
Di antaranya ialah apa yang diriwayatkan oleh tmam Ahmad,
Muslim, dan Abu Daud dari fabir batma Nabi saw. pemah melihat
seorang wanita lalu beliau tertarik kepadanya,.lcemudian beliau men-
datans Tainab --istrinya-- rtg waktu itu sedang menyamak kulit,
kemudian beliau melepaskan hasratn)ra, dan beliau trcrsabda:
r/ilw*.*w
*i3;;,
-"VT'(*'rA
Z-(..r'l
Ol-
)Al
+p*I94r4r
's6v$9,$$iai-
d
3?3)
arjJt))
GU llF, dJ;Ai;;i-
eJJ+|clr.)o_L6,'r(K a\fr ,'^.K{\6
l/ )z e\
,: ).
1, ,< ).(?< -o?i',{ 2 "-// <-li
t), 6
? 'y;5"u-\69,'^i*d
rliaY1 YE
5
--/
(Polsr).6
"futnggulnln wanita ifi;, gambm *tan dan pgt
futang dafun
dalatn Sa,nbnn *tan. Malra apabila sahh wrang di antan bmu
melihat wrangwanita kntas k teftarikk@qta, na,bffik-
lah ia mendatangi istirya karcnaltang&mikian iht dawtmqg:
halangkn hasnt yang ada dalan lntfuya itu "(Hn.uusltmP48
6Ui{p.+#{;Ve#Gr1
4J5U$)5:+5Kawa"t6V,Vrt1r1
'/i:
li"i'.)..,i
.\6e\i&+\G"'b\5
?SiaW sh yary nrelilat wrang wmib yry mawlk Intiny4 lroala
hendaldah ia mendatangt i*inm lrarura apa yang dimiliki wnib
itu ada pula pda ifriryn'
44s
-t
Imam Ahmad meriwayatkan kisah itu dari hadits Abi Iebsyah al-
Anmari bahwa Nabi saw. bersabda:
, o,4,ir!(a'r6r,,".33 i \ 3Akid,'r,x !
*IGrZiaGC 5)Fgig_*'a'.3Y\repfi i
-_r-!\Kt ,iitfEg;SiJ
I az<<
tll:t+a++
eb)t,;)
4*i*,,"r2
3G
oCl)
J"frua*agae,qei6 rj-,v)3L\i 7
,)frlt
"Sanngwanita (si Fulanah) mel*rati ay4 makatimbulah hasnt
hatikt terhadap wanita itu, lalu sgllta dabngi ahh wnng istri
a1n, kemudian *1a eampuri dia Demikianlah hendahrya yang
l<amu lakil<an, karcnadi antantindal<anmugng ideat ialah meta-
fukan sesuatu )rang halal.z{e
Peristiwayang meniadi sebab atau laar belakangtimbulnya hadits
ini menunjukkan bahwa Rasul yang mulia melihat seorang wanita
tertentu, lantas timbul hasratnya terhadap wanita itu, sebagaimana
lapknya manusia dan seorang laki-laki. Tentu saia, hal ini tidak
mgngkin tedadi tanpa melihat waiahnya, sehingga dapat dikenal si
Fulanah atau si Anu. Dalam hal ini, pandangannya itulah yang me-
nimbulkan hasratnya selaku manusiia,a sabda biliau,
]Apabila salah seorang di antara kamu melihat seorang wanita lantas
hatinya tertarik kepadanya ...." Maka menunjukkan bahwa hal ini
mudah teriadi dan biasa teriadi.
249Disebutkan
oleh al-Albani datam Silsilah Ahaitits ash-shuhihah, nomor 235.
444
mudian menundukkan kepalanya. Ketika wanita itu tahu bahwa
Rasulullah saw. tidak berminat kepadanya, maka ia pun duduk.
Seandainya wanita itu tidak terbuka waiahnya, niscaya Nabi saw.
tidak mungkin dapat melihat kepadanya, dan memandangnya agak
lama, dengan menaikkan dan mengarahkan pandangannya (me-
mandang ke atas dan ke bawah, dari atas sampai bawahl.
Wanita itu berbuat demikian bukanlah untuk keperluan pinang-
an. Kemudian dia menutup wajahnya setelah itu, bahkan disebutkan
bahwa dia lantas duduk dalam kondisi seperti pada waktu dia
datang. Maka sebagian sahabat yang hadir dan melihat wanita terse-
but meminta kepada Rasulullah saw. agar menikahkannya dengan
wanita itu.
445
Al-Allamah asy-Syaukani berkata:
"Dari hadits ini Ibnu Qudamah mengistimbath hukum akan boleh-
nya melihat wanita ketika aman dari fitnah, karena Nabi saw. tidak
menyuruhnya menutup wajah. Seandainp al-Abbas tidak memahami
bahwa memandang itu boleh, niscaya ia tidak akan bertanya, dan
seandainya apa yang dipahami Abbas itu tidak boleh niscaya Nabi
saw. tidak akan mengakuinya."
Selanjutnya beliau berkata:
"Hadits ini dapat dijadikan dalil untuk mengkhususkan ayat hijab
yang disebutkan sebelumnya, yakni (yang artinya): "Apabila kamu
meminta sgsu?tu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka
mintalah dari belakang tabir." (al-Ahzab: SS).
Ayat tersebut khusus mengenai istri-istri Nabi saw., sebab kisah
al-Fadhl itu terjadi pada waktu haji wada', sedangkan ayat hijab itu
turun pada waktu pernikahan Zainab, pada tahun kelima hijrh6zst
(yang berarti ayat ini lebih dulu rurun daripada peristiwa al-Fadhl
itu; peni.).
8. Hadits-hadits Lain
Di antara hadits-hadie lain yang menunjukkan hal ini ialah yang
{iriwayatkan dalam ash-Shahih dari fabir bin Abdullah, dia berkata,
Saya hadir bersama Rasulullah saw. pada hari raya (Id), lalu beliau
memulai shalat sebelum khutbah .... IGmudian beliau berjalan
hingga tiba di tempat kaum wanita, lantas beliau menasihatf dan
mengingatkan mereka seraya bersabda: "Bersedekahlah kamu,
karena kebanyakan kamu adalah umpan nerakafahanam." Ialu ber-
dirtlah se.rang wanita yang baik yang kedua pipinya benuarna hitam
kemerah-merahan, lalu ia bertanya, "Mengapa, wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab:
Gjf;_,;;<ir(
''{fli6- \l
"l(arena l<anu funyak mengeluh dan mengufui pergaulan (de-
ngan suami)."
446
fabir berkata, "Lalu mereka menyedekahkan perhiasan mereka,
melemparkan anting-anting dan cincin mereka ke pakaian Bilal."
Maka, dari manakah fabir mengetahui bahwa pipi wanita itu hitam
kemerah-merahan kalau wafahnya rcrnrtup dengan cadar?
Selain itu, Imam Bukhari juga meriwayatkan kisah shalat ld dari
Ibnu Abbas, bahwa dia menghadiri shalat Id bersama nasuldHh
saw., dan beliau berkhutbah sesudah shalat, kemudian beliau datang
kepada kaum wanita bersama Bilal untuk menasihati dan meng-
ingatkan mereka serta menyuruh mereka bersedekah. Ibnu Abbas
berkata, "Maka saya lihat mereka mengulurkan tangan mereka ke
bawah dan melemparkan (perhiasannya) ke pakaian Bilal."
Ibnu Hazm berkata, "Ibnu Abbas di sisi Rasulullah saw. melihat
tangan wanita-wanita itu. Maka benarlah bahwa tangan dan wajah
wanita itu bukan vy1v1."252
Hadits ituiuga diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Daud --dan lafal
ini adalah lafal Abu Daud-- dari |abir:
,):$Si'rgl6kurlg,iJi'j6L$$
\K-:#,74$j4a5$fi iAg6\
,$Y*{g^i":bA,&16.ft ,i"(t
*Lgt=6#J'K;=:iYxUi56
)"tfii*8{:;q1\t6,)ry
cw,t#*KSi a3, J6'fi 'ra\\
C 6u::, e.-,Jb rj ob, .'{$s
4sw. fudin :-tt 1
"fuhwa Nabi pda Fiti,lalu bliau
hari n1,a ldul me-
lakukan shalat xbelum khutfuh, kemudian bliau mengldtutbahi
onng banyak Setelah *lesai khutfuh, Nabi srrw. turun,lalu beliau
mendatangi l<aum wanita semya mpngingatkan merelra, smbil
Z52et-uuhorlo, s, z1o.
447
bertelel<an pda tangan Bilal, aan Bilal membenkngkn pakaian-
nya temp.t lcaum wanita melempa*an dekah." Jabir ber*ata,
"Seorang wanita melemparkan cincinnya png fusar dan tidak ber-
mata, dan wanita-wanita lain pun melemparl<an *del<ahrya.2ss
448
Hadits ini menunjukkan bahwa Subai'ah muncul dengan bersolek
di hadapan Abus Sanabil, padahal Abus Sanabil itu bukan mahram-
nya, bahkan ia termasuk salah seorangyang melamarnya setelah itu.
Seandainya wajahnya tidak terbuka, sudah tenhr Abus Sanabil tidak
tahu apakah dia bersolek atau tidak.
Dan diriwayatkan dari Ammar bin Yasir r.a. bahwa seorang laki-
laki dilewati oleh seorang wanita di hadapannya, lalu dia meman-
dangnya dengan taiam, kemudian dia melewati suatu dinding lantas
wajahnya terbentur dinding, lantas dia datang kepada Rasulullatt
saw. sedangkan mukanya berdarah, lalu dia berkata, Wahai Rasulul-
lah, saya telah berbuat begini dan begini." I"alu Rasulullah saw saw.
bersabda:
b#i\&L54Qffi)gtti6'"it
616 q.K *_1 G: !6,\jj'ii
'
L4
)',1kliv{f5b"6v'"-,aa,r:,9*
|
450
DaIf-da[f Golongan yang Mewafibkan Cadar
Setelah kita mengetahui dalil-dalil cemerlang dari jumhur ulama,
sekarang kita coba lihat dalil-dalil golongan minoritas yang menen-
tangrya.
Sebetulnya saya tidak menemukan --bag golongan yang mewa-
jibkan cadar dan menutup muka dan tangan-- dalil syara'lang shahih
tsubut (jalan pariwayatannya) dan sharih dilalahnp (ielas peffniuk-
nya) yang selamat dari sanggahan, yang sekiranya dapat melapang-
kan dada dan menenangkan hati.
Semua dalil mereka merupakan nash-nash yang mutasyabihat
(samar) yang ditolak oleh nash-nash muhhamat dan bertentangan de-
ngan dalil-dalil yang Jelas dan terang.
Berikut ini saya kemukakan beberapa dalil yang mereka anggap
paling kuat berikut sanggahan saya terhadapnya.
A. Penafsiran sebagian ahli tafsir terhadap ayat "iilbab" yang ter-
maktub dalam firman Allah berikut:
"Hai Nabi, katalenlah kepada i*ri-istrimu, anak-anak perempuan-
mu, dan istri-istri onng muknin: 'Hendaklah merel<a mengulurkan
jilfubnya ke seluruh tubuh merel<a.'Yang demikian ifi, suPq4n
mereka lebih mudah untuk dikenal, Icarcna itu mercl<a ti&l< di-
gangg.t .... " (al-Ahzab: 59)
451
pgrkaa' 'flbab itu ialah kain (pakaian) yang lebih pendek tehpi lebih
Iebar- daripada kerudung, yaitu tutui-ttep-ata yang dipakai'winia
uTry\ menutup kepa$nya. Ada juga j,ang-menlatalan'bahwa jilbab
adalah pa$i.an yang luas tetapi hisih di-bawa[ selendang,
gunakan oleh wanita untuk menutup dada dan punggunliya.iaa
v#i ai_
pula yang mengatakannya seperti selimut. aaa yairg ;Gng;akannya
saryng, gela ada pula yang mengatakannya kirudung.'izsz
Tetapi bagaimanapun, sesungguhnya firman e[a[ "hendaktah
mereka mengulurkan jilbabnya-ke seluruh tubuh mereka, tidak
memastikan
Telyrup wajah, baik dilihat dari segi bahasa maupun
dari segi adat kebiasaan, dan tidak ada satu pun aim aari at-
eur'an,
As-Sunnah, ijm a, begtu. Oi samplng inr,
-maupun. -y?n-Emeneapkan
pendapat sebagian ahli tafsir bahw-a ayat itu mimastikan men"utup
muka, bertentangan de1sa1_ pendapit sebagian yang lain yang
mengatakan bahr,r,a ayat itutidak menetapkan menu:tupiruka, iebal
gaimana yang dikatakan oleh pengara ng Aithwa ui Bayai rahimaiullah.
Dengan demikian, pengajirariayat-tersebut se6agai aail unmt
menetapkan kewajiban menurup wiyatr menjadi gugu:r.
B. Yang diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud dalam menafsirkan firman
Allah: ."Dan fanganlah mereka menampakkan perhiasan mereka
kecualj V-ang biga tampak daripadanyi,, bahwa apa yang niasa
tampak dari perhiasan itu ialah selendang dan patiiair tulr.
Penafsaan ini bertentangan dengan penafsiran yang sahih dari
sahabat-sahabat lain seperti lbnu a6bas, Ibnu Umai, eisyatr, inas,
lan para tabrin bahwa yang dimaksud ialah celak dan cincin, atau
bagran tubuh yang ditempiti cetat dan cincin, rrakni waiali dan
tangan. Ibnu Hazm mengemukakan bahwa ketetipan riwayat oari
sahabat penafsiran ini sangat sahih.
-mengenai
_ Penafsiran (yang kedua) ini didu[ung oleh keteransan vane di-
kemukakan oleh Al-Allamah Ahmad bin ahmad esv--svanoitfii ai
dalam kitab uawahibulJalit min Adillatirnalit, beliau berftati, "Barang-
siapa yang bergantung pada penafsiran Ibnu Mas'ud terh adap ayat
Q1*61t ('kecuali yang biasa ampak daripadanya'1 brhrr-y"ng
dimaksud ialah selirnut, maka dapat diberi jawaban: se6aik-baik per-
kara untuk menafsirkan Al-eur'in adalah Al-eur'an, dan Al-pui,an
menafsirkan zinatul mar'ah dengan al-huliyi lperhiasan). Anan- SWf
berfirman:
257 St ohit
Muslim Syarah Nasavt, Zt 542, t*rbltanAsy-S)ra,b.
452
"... Dan
Urot!'?-(t4-4;'\:+A\;
iangnlah merelra memukulkan kakinlta agar diketahui
prhiaan yang merelra srumbunyil<aflS8 ...."(an-Nur: 5I)
Maka nyatalah bahwa arti zinatul mar'ah ialah perhiasan (gelang
kaki dan sebagainya).25e
Ini diperkuat pula dengan apa yang saya katakan sebelumnya
bahwa pengecualian dalam ayat tersebut dimaksudkan untuk mem-
beri keringanan dan kemudahan. Sedangkan terlihatnya pakaian
luar seperti selimut dan sebagainya itu merupakan sesuatu yang
pasti terlihat, bukan ruhhshah (keringanan) iuga bukan pemberian
kemudahan.
453
yang masuk ke tempat mereka-- terdapat keraguan atau kecurigaan
seperti itu. Tetapi kesucian itu semata-mata dari memikirkan perka-
winan yang halal yang kadang-kadang memang terlintas dalam hati
salah satu pihak -sepeninggal Rasulullah saw..
Sedangkan argumentasi mereka dengan ayat "maka mintalah ke-
pada mereka dari belakang tabir" tidaklah benar, karena hal ini khu-
sus mengenai isri-istri Nabi sebagaimana yang tampak dengan jelas.
Demikian jtrga,perkataanmereka:.r:11,Jtj-. j/i-1,y{il;;<*gf
(."Yang dipakai ialah keumuman lafal, bukan khusus yang berkaitan
dengan sebabnya") tidaklah berlaku di sini, sebab lafal ayat tersebut
bukan lafal umum. Bqgitupun halnya dengan qiyas yang mereka
lakukan --yangmenyamakan semua wanita dengan istri-tstri Nabi--
merupakan qiyas yang tertolak. Qiyas seperti itu termasuk qiyas ma,a
al-Jaariq (qryas yang berantakan, tidak memenuhi syarat), karena
mereka (istri-isni Nabi) terkena hukum yang berat yang tidak dike-
nakan kepada selain mereka. I(arena itu Allah berfirman:
"Hai istti-igri Nabi, kamu *kalian tidaklah *pefii wanita yang lain
...." (al-Ahzab: 32)
D. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Bukhari dari Ibnu
Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda:
-\g
ciSugttwqjGfi'-&Ar.if
"langanlah wanita yang &ng ihnm memakai cadar dan iangan
memalrai kaos tangm.ao
454
sebab larangem-larangan dalam ihram itu padaasalnp adalah mubah,
seperti mengenakan pakaian yang berjahit, wangi-wangian, berburu,
dan sebagainya. Tidak ada sesuatu pun yang asalnya waiib kemu-
dian dilarang dalam ihram.
Karena itu, banyak fuqaha --sebagaimana telah saya sebutkan
sebelumnya-- yang justru berdalil dengan hadits ini untuk menetap-
kan bahwa wafah dan tangan itu bukan aurat; sebab kalau tidak
demikian maka tidak mungkin beliau mewajibkan membukanya
(pada waktu ihram).
E. Riwayat Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Baihaqi dari Aisyah,
ia berkata :
g5w,€:t;w+\
{;eq,?:r,1!:61i#1lq4It3V
Zg,Z'ig,{egu;Wlug
'V r'A7io,Ln Jc-sl)
--- \ -r"'
WVV,IVS".q,q|'4,at'
)otliK3r'',7\ati6
$5\+11{}
Ada beberap orang yang menungang kenfunan yrutg melernti
kami ketil<a kami dang berihnm berama fusufullah srrw.. AW-
bila merel<a berpapasan dengan kami, masing-masingkami meng
ulu*an iilfubnln dad kepalnln ke atas wajahrya dan apbila
mercl<a telah melewati l<ami malra l<ami buka iilbab itu."
455
- -Dengan
demikian, kemungkinan yang teriadi di sini ialah bahwa
H iry Terup+an hukum khusus mei-genii rntd, rmmut mu,minin
(istri-istri N.abi saw.)..di samping trutum-nutirm
khusus t"inny"
ytul. mereka, sgnerti
-haramnyi mengawini mereka sep"ninda
Rasulullah saw., dan sebagainya.26l
"otE#llit
(6)jJ, oD)
lVanita itu aunN apabila ia keluar maka ia didelcati oleh *tan.e62
sebagian ulama syaf iyah dan Hanabilah menjadikan hadits ini
-
selagai dasar untuk menetapkan bahwa seluruh tirtutr ranita ioa-
lah aurat, serta mereka tidak mengearalikan u,aiah, tangu", du" kaki.
sebenarnya hadits ini tidak huitum seiara menyelu-
rut- sebagaimana-yang mereka _menetapkan
kemukakan itu, t€tapi tranya mrinun-
jukkan bahwa pada dasamya wanita iur terlindungi a* te.totup,
tiout
terbuka dan terhina. Dan hadits ini cukup menelapkan uatrwi'seua-
gian besar urbuh wanita itu aurat. Andaikeh hadid ini hanya
aamril
pe.ng:ftian.qhirialrnya, tidak
boleh membuka siOiUt pun
-niscaya
qu!.ghnya dalam shalat dan-haji, t€tapi har ini bertentangan aenlan
dalil yang- sahih dan-meyakin-kan ---tentang dibukanya-waJ"n f"n
tangan dalam shalat dan haii.
Maka, bagaimana mungkin dapat digambarkan bahwa waiah dan
tangan itu aurat, padahal sudah disepalcati tentang dibukanva pada
waktu shalat dan wajib membukanya pada waktil itrrimi hpitatr
masuk akal bahwa syara' memperbolehkan membuka aurat oada
waktu shalat dan mewajibkan membukanya pada waknr ih;a;l --
kalau waiah dan tangan itu termasuk aurail
c. Ada
9ulit tui! yang dipakai golongan yang mewaiibkan cadar ini
apabila mereka tidak mendapatkan dalil nash ying muhkamat,
yaitu mereka menggunakan saitduitz dzari,ah
lmlnuiup pintu ke-
rusakan/usaha preventi$. Inilah senjata mereita yang teimasyhur
apabila senfata-senjata lainnya sudah tumpul.
2olMawahibul
lalil min Adillati Khalil, l: lg5.
262lmamTirmidzi
berkata: "Hadits ini hasan sahih.,
456
Y
$
Saddudz dzari'ah ini dimaksudkan untuk mencegah sesuatu yang
mubah karena dikhawatirkan akan teriatuh pada yang haram. Teta-
pi, hal ini masih diperselisihkan oleh para fuqaha, antara golongan
t yang melarang dan memperbolehkan (penggunan teori ini), serta
antara yang memperlapang dan mempersempit. Al-Allamah Ibnul
Qalyim mengemukakan sembilan alasan yang menunjukkan disya-
li riatkannya saddudz dzari'ah ini dalam kitab beliau t'lam al-Muwaqqi'in.
I Tetapi, png zudah menjadi ketetapan para muhaqqiq dari kalangan
ulama fiqih dan ushul ialah bahwa berlebih{ebihan dalam menutup
"pintu/jalan' sama dengan berlebih-lebihan dalam membukanya.
i'
Berlebihan dalam membuka "jalan" akan mengakibatkan banyak
i kerusakan yang membahayakan manusia dalam urusan agama dan
dunia mereka. Sedangkan berlebihan dalam menutup "jalan" akan
menghilangkan banyak sekali kemaslahatan manusia dalam urusan
kehidupan dan urusan akhirat mereka.
Apabila Asy-Syari' (AIIah dan Rasul-Nya) t€lah membuka sesuaru
dengan nash dan kaidah, maka kita tidak boleh menutupnya dengan
pemikiran dan kekhawatiran-kekhawatiran kita, lantas kita halalkan
apa yang telah diharamkan Allah atau kita membuat syariat yang
tidak diizinkan Allah.
Kaum muslim pada zarnan dulu telah bersikap sangat ketat de-
ngan alasan "membendung pintu fitnah" (sadduilz ilzan'ah ila al-fit-
nch), lalu mereka mengharamkan wanita perg ke masjid. Dengan
demikian, mereka telah menghalangi kaum wanita unhrk mendapat-
kan kebaikan yang banyak, sedangkan ayah atau suaminya belum
tentu dapat menggantikan apa-apa yang seharusnya mereka dapat-
kan dari masjid, seperti ilmu yang bermanfaat atau nasihat-nasihat
yang dapat menyadarkannya. Sebagai akibatnya, banyak wanita
muslimah yang hanya hidup bersenang-senang dengan tidak pernah
sekali pun ruku kepada Allah. Padahal Rasulullah saw. dengan tegas
mengatakan:
(
i-,ot-,,) ,
*"ti+froYt;t7yt!Si*
"Janganlah kamu larang hamba-hamfu perempwn
Nlah daAng
ke masjid-masjid Nlah." (HR Muslim)
457
L
-
458
Karena itu, 'urlatau kebiasaan ini --meskipun kita terima seba-
gai urlumum sekalipun-- tidak lebih hanya menunfukkan bahwa
mereka menganggap bagus memakai cadar ihr, sebagai sikap
kehati-hatian mereka, dan tidak menunjukkan bahwa mereka
mewajibkan cadar sebagai ketentuan agama.
4. 'urf ini bertentangan dengan 'urf atau kebiasaan yang terradi se-
karang, sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan
zaman, tuntutan kebutuhan hidup, tata kehidupan masyarakat,
dan perubahan kondisi kaum wanita dari kebodohan kepada ke-
ilmuan (berpengetahuan), dari kebekuan kepada pergerakan, dan
dari cuma duduk di dalam rumah menuju ke aktivitas dalam ber-
bagai lapangan yang bermacam-macam.
Sedangkan hukum-hukum yang ditetapkan berdasarkan 'uy'
atau kebiasaan di suatu tempat dan pada suatu waktu, ia akan
berubah sesuai dengan perubahannya.
Syubhat Temkhtr
Akhirnya saya kemukakan juga di sini suatu syubhat yang ditim-
bulkan oleh sebagian orang yang peduli terhadap agiama yang ingn
mempersempit ruang kebebasan wanita, yang ringkasnya sebagai
berikut:
"Kami menerima argumentasi yang Anda kemukakan tentang
disyariatkan (diperbolehkan) -nya wanita membuka waiahnya, seba-
gaimana kami juga menerima bahwa kaum wanita pada periode per-
tama --masa Nabi dan Khulafa ar-Rasyidin- tidak memakai cadar
melainkan pada keadaan tertentu saja yang sedikit iumlahnya.
Tetapi kita harus mengerti bahwa zaman itu merupakan zrtman
re ideal., akhlaknya
yang wanita aman
akhlaknva bersih, rohaniahnya tinggi, wanita
membuka wajahnya tanpa ada seorang pun yang mengganggunya.
Berbeda dengan z:rman kita di mana kerusakan sudah merajalela,
dekadensi moral terjadi di mana-mana, fitnah menimpa manusia di
mana-mana, maka tidak ada yang lebih utama bagi wanita daripada
menutup wajahnya, sehingga tidak menjadi mangsa serigala-serigala
lapar yang senantiasa mengintainya di setiap peniuru."
Terhadap syubhat ini dapat saya kemukakan jawaban sebagai
berikut:
Pertama: bahwa meskipun periode awal merupakan periodeyang
ideal, yang tidak ada tandingannya dalam hal kesucian akhlak dan
ketinggian rohaninya, tetapi mereka masih termasuk periode manu-
sia iuga, yang di dalamnya ada kelemahan, hawa nafsu, dan kesalah-
an. I(arena itu di antara mereka ada orang yang berbuat zina, ada
yang dijatuhi hukuman had, ada yang melakukan tindakan-rindak-
an yang masih di bawah zina, ada orang-orang yang durhaka, dan
ada pula orani-oranggla dan sintingyang suka menggirnggu kaum
wanita deng;an melakukan ulah-ulah yang menyimpang. Dan telah
turun ayat (dalam surat al-Ahzab) yang menyuruh wanita-wanita
beriman mengulurkan jilbab ke tubuh mereka agar mereka dapat di-
kenal sebagai wanita-wanita merdeka yang sopan dan menjaga diri
hingga tidak digemggu:
).t., /'rtr., tc ti z t
ir_irxir;.,rltirla{j
"... Yang demikian itu suryya metel<a lebih mudah untuk dikenal,
l<arena itu mereka tidak diganggu.... " (Al-Ahzab: 59)
Selain itu, telah turun pula beberapa ayat dalam surat al-Ahzab
yang mengancam kaum durhaka dan "sinting" itu iika mereka tidak
mau meninggalkan perbuatan mereka png hina ift. Allah berfirman:
"Sesungguhnya iika tidak berhenti orang-orang munafilc, orang-
onng yang berpenyakit dalam hatiryta, dan onng-onng yang
menyefurl<an kahr bhong di Madinah (dai menyakitimu), nis-
caln kami pedntahkan kamu (untuk memenngi) mercka kemu-
dian merdra tifuk menjadi tetanggan u (di Madinah) melainkan
dalam wafu, 1rury *bnfu, dalam kafuan terlaktal Di mma aja
mercka dijumpi" mercka ditangbp dan dibunuh dengan *hefut-
hebahlta." lal-Ahzab: 6()-0 I )
460
Yang benar, bahwa syariat adalah yang menghukumi bukan yang
dihukumi, yang diikuti bukan yang mengikuti, dan kita waiib tunduk
kepada hukum syariat, bukan hukum syariat yang tunduk kepada
peraturan kita:
"Anfuikata kebenann itu menuruti hawa nalsu merck4 psti bina-
salah langit dan bumi ini, dan xmua yang ada di dalamryta -.."(al-
Mu'mlnun:7I)
46r
-
462
nya dengan gambaran yang tidak cocok dengan hakikatyang dibawa
oleh lslam.
Karena itu saya melihat bahwa keunggulan pendapat dari seba-
gian orang pada zaman kita sekarang ialah pendapat yang menya-
darkan kaum wanita dan peran serta kaum wanita serta kemampu-
annya menunaikan hak-hak fitrahnya dan hak-hak syar'iyahnya,
sebagaimana yang telah saya jelaskan dalam kitab saya al-Iitihat fi
asy - Sy ar i' ati I slamiy y ah.
464
dijadikan bercifat lemah." (an-Nisa': 2E)
w,r*+Fr&-i
"Aku diutus dengan membawa agana yang lembut dan lapang
(tolenn)." (HR Imam Ahmad dalam Musnadnya)
Maksudnya, lurus dalam aqidahnya dan lapang dalam hukum-
hukumnya.
Sedangkan para fuqaha telah menetapkan dalam kaidahnya: "Ke-
sukaran itu menarik kemudahan."
Nabi saw. telah menyuruh kita untuk memberikan kemudahan
dan jangan memberikan kesukaran, memberikan kegembiraan dan
jangan menjadikan orang lari. Kita ditampilkan untuk memberi
kemudahan bukan unturk memberi kesulitan.
Beberapa Peringatan:
Ada beberapa peringatan penting yang perlu dikemukakan di sini
untuk kita perhatikan:
1. Bahwa membuka wajah di sini tidak dimaksudkan agar si wanita
memolesnya dengan bermacam-macam bedak dan parfum yang
benuarna-warni. Begitupun membuka tangan di sini tidak dimak-
sudkan agar mereka memanjangkan kukunya dan mengecatnya
dengan apa yang mereka namakan manuhir. Tetapi hendaklah dia
keluar dengan sopan, tidak bersolek dmber-make-up wama-warni,
dan tidak tubarruj (menampakkan aurat, berpakaian mini, atau
berpakaian yang tipis, atau yang membentuk lekuk tubuh).
Semua yang diperbolehkan di sini adalah perhiasan yang ringan-
ringan, sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan
lainnya, yaitu celak di mata dan cincin di iari.
2. Pendapat yang mengatakan tidak waiib bercadar tidak berarti
mereka berpendapat bahwa memakai cadar itu tidak boleh. Maka
barangsiapa di antara kaum wanita yang ingtn memakai cadar,
tidak ada larangan, bahkan hal yang demikian terkadang disukai--
menurut pandangan sebagian orang yang cenderung bersikap
hati-hati, apabila wanita itu cantik yang dikhawatirkan dapat
menimbulkan fitnah, lebih-lebih jika memakai cadar itu tidak
menyulitkannya dan tidak menimbulkan pergunjingan orang
banyak. Bahkan banyak ulama yang mengatakannya waiib jika
kondisinya demikian (bisa menimbulkan fitnah). Tetapi saya tidak
menemukan dalil yang mewajibkan menutup uiaiah lietiki dikha-
watirkan menimbulkan fitnah. Sebab ini merupakan masalah
yqnq-tid?k ada ukurannya, dan kecandkan ihr sendiri sifatnya
relatif, ada wanita yang oleh sebagian orang dianggap sangat cah-
tik, tetapi oleh sebagian yang lain dianggap biasa-biasa saia, dan
oleh yang lain lagi dianggap tidak candk.
Beberapa penulis bahkan mengemukakan, hendaklah wanita
menutup wajahnya apabila ada laki-laki ingin berlezat-lezatme-
mandangnya atau mengkhayalkannya. Namun masalahnya, dari
mana wanita tersebut mengeahui bahwa ada laki-laki ingin ber-
lezat-lezat dengannya atau mengkhayalkannya (sehingga ia waiib
menutup mukanya)?
Oleh karena ihr, yang lebih utama daripadamenutup muka ialah
-hendaknya wanita tersebut menjauhi lapangan yangbisa menim-
bulkan fitnah, jika ia menaruh perhatian terhadap masatatr itu.
3. Bahwa tidak ada kaitan antara membuka u/aiah dengan kebolehan
melihatnya. Makadi antara ulama ada yang memperbolehkan
megbuka uniah t€tapi tidak memperboli:hkin melihatnya, ke-
cuali pada- pandangan pertama yang selintas. Ada pulh yang
melihat apa yang diperbolehkan melihatnya itu,
ddak disertai dengan syahwat iika disertai dengan qrahwat
aau dimaksudkan untuk membangkitkan syahwat, makaharam
melihatnya, dan pendapat inilah yang saya pilih.
Allah{ah yang memberi pertolongan dan petuniuk ke jalan
yang lurus.
466
12
HUKTIM ORANG TUA MENIKAHKAN PUTRINYA
TANPA PERSETUIUANNYA
Pertanyaan:
Saya pernah membaca dalam suatu maialah bahwa menurut
mazhab Syafi'i seorang ayah berhak mengawinkan putrinya yang
telah balig tanpa terlebih dahulu meminta persetuiuannya. Benar-
kah pendapat ini? Kalau pendapat ini benar, apakah sesuai dengan
manhaj Islam yang umum yang mensyaratkan persetuiuan wanita
yang bersangkutan? Dan apakah dalam akad nikah selalu disyarat-
kan adanya wali?
Jauaban:
Ada beberapa masalah penting yang harus kita tetapkan terlebih
dahulu dalam menanggapi pertanyaan ini:
Pertama: ada suatu kaidah pokok yang tidak diperselisihkan oleh
kedua belah pihak (yang berbeda pendapat), yaitu bahwa setiap muj-
tahid boleh jadi benar dan boleh jadi keliru, dan bahwa setiap orang
boleh diambil dan ditinggalkan perkaaannya kecuali Rasulullah al-
Maksum saw. (yang harus diambil perkataannya dan tidak boleh
ditinggalkan).
Imam Syafi'i memang seorang imam yang besar di antara imam-
imam kaum muslim, tetapi beliau adalah manusia biasa yang tidak
maksum, dan beliau pernah berkata mengenai diri beliau sendiri:
0
'rw-66';\-6\KJiJ#!.6'&
"Pendapatku ini benar tetapi menga
^r;ffi
dan pendapat orang selainku adalah salah tetapi mengandung
kemungkinan benar."
467 /
Kedua: hendaklah kita menempatkan pendapat-pendapu para
mujtahidin dalam lcerangka historis, karena seorang mujtahid adalah
putra lingkungan dan z:rmannya, dan tidak dapat dilupakan unsur
mujtahid itu sendiri.
Imam Syafi'i hidup pada zaman yang jarang sekali kaum wanita
mengenal orang yang mengajukan lamaran kepadanya, melainkan
hanya keluarganya yang mengenalnya. Oleh sebab itu, ayahnya di-
beri wewenang khusus dntuk mengawinkannya meskipun tanpa se-
izinnya. Hal ini didasarkan pada tingginya kasih sayang orang tua
(ayah) kepada putrinya, matangnya pertimbangan, dan bagusnya
alasan dalam memilih calon suami yang cocok dan serasi untuk
anaknya, ditambah ketidakmungkinannya sang ayahibersikap se-
wenang-wenang terhadap anaknya.
Sfhpa tahu, seandainya Imam Syaf i r.a. hidup pada zaman kita
dan mengetahui peradaban serta tingkat ilmu pengetahuan yang di-
capai kaum wanita --yang telah mampu membedakan keadaan para
Ielaki yang mengajukan lamaran kepadanya, dan bila ia dinikahkan
tanpa kerelaan hatinya maka kehidupan rumah tangganya akan
menjadi neraka bagrnya dan bagi suaminla=- barangkali beliau akan
mengubah pendapatnya, sebagaimana yang telah banyak beliau
lakukan dalam masalah-masalah lain. Seperti telah kia dimaklumi
bahwa beliau mempunyai dua mazhab (pendapat), yaiit mazhdb
qadim (pendapat lama) sebelum beliau pergr ke Mesir, dan mazhab
iadid (pendapat baru) setelah beliau menetap di Mesir --setelah beliau
melihat apa yang belum pernah dilihat sebelumnya dan mendengar
apa yang belum pernah didengar sebelumnya. Oleh karena itu, terke-
nal pula dalam kitab-kitab Syaf iyah ungkapan: "Syaf i berkata
dalam qaul qadim (pendapat lama), dan Syafi'i berkata dalam qaul jadid
(pendapat baru)."
Kedga: dalam hal memperbolehkan seorang ayah menikahkan
putrinya tanpa seizinnya, golongan Syaf iyah mensyaratkan bebe-
rapa syarat, antara lain:
1. Antara ayah dan anak tidak ada permusuhan yang nyata, seperti
karena perceraiannya dengan ibu si anak (istrinya), dan sebagai-
nya.
2. Dinikahkan deng;an calon suami yang sekufu lseara, cocok, serasi).
3. Dinikahkan dengan mahar (maskawin) yang sesuai.
4. Calon suami tidak sulit dalam memberikan mahar.
468
i
c{s,G)6. (;k*'KlJi'l*ar!
KfrSt;:s66,,:
Tidak boleh sanng gadis dinikahkan xhingga ia dimink perrr.-
tujuanryn terlebih dahulu." Para ahaht bftany, "kgafunanakalt
izin (perctujunnya) ituT kliau menjawab,lil<a ia diam aja(ti-
dak meryratal<an penolakan).-
\&.\63b,W*(iz?t*#
"Gadis itu dimintai izin (perxtujuanryta) mengenai pmikalnn
diirya" dan izinqta diamnla."
WflW.$}G,
"Janda itu lebih berhak terhadap diiny; *ndcan anak gadk
hants diminta petxtujuannya oleh ayalnya"
'Fswr;'k#e.1r5:,4W
469
i 'u:gAi65\^Ct';jSgl
4. ///-
)v6qf?9c:rjSH'sr/t
,ilrrfia/i;iG,"3i4. /<
'i\5io,a
I t/ u?e$i\^i3 /"
'
"Bal*ya wnryamk rruano.m prawan etugk@ Nati *rw.
lalu ia mdaprkan bhwa ayalnya tdah menikahkan dia (dengan
*wnng) padahal dia frdak ilh naka Railtulkh r;rw. m.aitr;r,
dk lrak untuk memilih."
' 0l1
' -9'
-v--t
.,tsg.ti1;r,.-r\1.{66Cgg
"Hanry lrria eye ingin tahu, e4kah laun mnita puny'kd;rrr"*
j
&brn urulra,n ini?
Ulrat Sunan lbnu Majah, l: 602-6O1,lrio. 1g74; Sunan Nasd,i, 6: g6_g7. (penf.)
470
Menurut lahirnla, wanita ini adalah gadis (perawan), sebagaimana
yang dikatakan olehpengarang Subulus Salam, dan boleh iadi dia ada-
lah gadis yang disebutkan dalam hadits lbnu Abbas, yangtelah dini-
kahkan oleh ayahnya dengan seorang laki-laki yang sekufu, yainr
anak saudara ayahnya itu. Dan seandainya dia janda, maka dia t€lah
menjelaskan bahwa maksudnya tidak lain hanyalah kelak memberi-
tahukan kepada kaum wanita bahwa orang tua (ayah) tidak mempu-
nyai kekuasaan sedikit pun dalam urusan ini. Sedangkan lafal "an-
nisc"' (kaum wanita) adalah umum, meliputi gadis dan janda. Wanita
itu mengucapkan perkaaannya di sisi Nabi saw., dan beliau meng-
akuinya.
Seakan-akan gadis yang cerdas ini hendak memberitahukan ke-
pada kaumnya, kaum wanita, mengenai hak yang diberikan Syari'
(Pembuat syariaq kepadanya terhadap dirinya sendiri, sehingga
bapak-bapak atau wali-wali tidak boleh bertindak sewenang-wenang
terhadap mereka, lantas menikatrkan mereka tanpa kerelaan (izin,
persetuiuan) mereka dengan orangyang tidak mereka sukai bahkan
mereka benci.
Imam Syaukani mengatakan di dalam Nailul Authar: "Hadits-hadits
ini secara lahiriah menunjukkan bahwa gadis yang sudah dewasa
apabila dinikahkan tanpa persetujuannya, maka akadnya tidak sah.
Yang berpendapat demikian ialah lmam al-Auza'i, ats-Tsauri, al-
Itrah, dan golongan Hanafi, serta Imam Tirmidzi meriwayatkan pen-
dapat ini dari kebanyakan ahli ilmu."
Sebelum Imam Syaukani, Syekhul Lslam Ibnu Taimiyah menulis di
dalam Fat/lua-nya seperti berikut:
"Sesungguhnya meminta izin (persetujuan) kepada gadis yang
sudah dewasa adalah wajib bagi ayah atau lainnya, dan tidak boleh
memaksanya untuk menikah. Pendapat inilah yang benar. Pendapat
ini yang dipilih Imam Ahmad menurut sanr riwayat dan dipilih oleh
sahabattya, dan ini juga merupakan mazhab Abu Hanifah
fl"Sr*
Lebih laniut beliau (Syekhul Islam) menulis: "Sesungguhnya
menfadikan keperawanan sebagai alasan yang mewaiibkan unnrk
membatasi hak (kaum wanita) adalah bertentangan dengan prinsip
'illr untrrk membatasi atau
Islam, dan menfadikan hal tersebut sebagai
menghalangi kaum wanita merupakan pembuatan 'illct dengan suatu
sifat yang ddak ada pengaruhnya dalam syara'."
IGmudian beliau meneruskan: 'Yang benar, batrwa sebagai alasan
qbcr (pemaksaan) itu idah karena masih kecil, sedangkan gadis
471
)angsudah dewasa textu tidak dapat dipal$a oleh seorang pun untuk
menikah, karena terdapat riwayat dalam kitab sft4hih aari tlabi saw.
bahwa beliau bersabda:
'b<.5\i<lj(i,t%"La5Ji"*r!
,J6\ .
?d.,i^TJ|!t,'4 J.{} .653
.W{yW\:
'ndak bleh wtang gadis diniklkan *hingga ia dimintai pr-
*tujuannya terlebih dahulu, fun tidak bleh wnng janda dini-
kahkan *hingga ia diajak musyawanh." Ialu a& yang bedcat4
"Sewngguhnya gadis itu bercitat pmalu." kliau menjawab, "per-
*tujqnnya ialah iika ia diam."
ww!,s45ui
"C-adis itu harus dimintai izinnW oleh ayafu4ra"
lnilah larangan Nabi saw. bahwa seorang gadis tidak boleh dini-
kahkan sehingga diminta izinnya atau persetujuannya. Larangan ini
ge-lipud ayah dan lainnya, sebagaimana dinyatakan secara eksplisit
dalam riwayat lain yang satrih, dan ayah sendiri yang harus langiung
memina izinnya.
Sebagai perbandingn, dalam hal harta png dimiliki seorang anak
pergmpuanr seorang ayah tidak boleh membelanjakannya jika si
anak itu telah dewasa dan normal pikirannya. Apalagi perihai "diri-
nya" yang nota bene lebih terhormat daripada hartanya. Maka bagai-
mana mungkin si ayah diperbolehkan mentransaksikan kehormitan
puninya padahal ia sudah dewasa serta memiliki sikap dan perasaan
secara personal?
Lagi pula, dijadikannya kondisi "masih kecil, sebagai alasan
untuk membatasi kebebasan anak perempuan adalah berdasarkan
nash dan ijma'. Sedangkan menjadikan keperawanan sebagai alasan
yang mengharuskan pembatasan itu bert€ntangarn dengan prinsip
Islam, karena Syari'titl,ak menjadikan keperawanan sebagai femba-
472
tasan dalam suatu persoalan yang telah disepakati. Maka menjadi-
kan hal itu sebagai alasan pembatasan merupakan pemberian alasan
dengan sifat yang tidak ada pengaruhnya dalam qrara'.
Selain ifir, orang-orang yang berpendapat boleh memaksa sebe-
n.rnya akan merasa kesulitan apabila si gadis membuat kriteria sen-
diri tentang kekufuan (kecocokan, keserasian) --sementara di sisi
lain sang ayah pun membuat krit€ria tersendiri. Manakah )rang di-
pakai, kriteria anak atau kriteria ayah? Dalam hal ini, ada dua bentuk
jawaban menurut mazhab S)raf i dan Ahmad. Barangsiapayang me-
makai kriteria anak (gadts) berarti merusak pokok (aial), dan
barangsiapa yang memakai kriteria ayah maka akan menimbulkan
mudarat, kerusakan, dan keburukan yang tidak disangsikan lagi,
karena Nabi saw. telah mengatakan dalam hadits sahih:
. t/,vt/?ev 1.,/,.1
)22< )rt! (
g) r4^4a:.i. rfi(i:l
"Jan& itu lebih furhak terhadap diirya dadp& waliryta."
Ketika Nabi saw. menjadikan janda itu lebih berhak terhadap diri-
nya, maka hal ini menunjukkan bahwa gadis tidak lebih berhak ter-
hadap dirinya, tetapi wdinyalah yang lebih berhak terhadap dirinya,
dan mereka itu adalah ayah atau kakeknya.
Itulah argumentasi orang-orang yang menetapkan hak q;Aar 1me-
maltsa) bagi wali. Mereka tidak mengamalkan nash dan dmhir hadlts;
mereka hanya berpegang @ahhithab (pemahaman) hadits. Mereka
tidak menangkap maksud Rasul saw. bahwa Jandalebthberhakrcr-
hadap dirinya daripadawalinya" berarti mencakup semuawali, tetapi
mereka mengkhususkannya dengan ayah dan kakek. sedangkan
mengenai bagian kedua yang berbunyi 'dan gadis harus dimintai
izinnya" mereka tidak mewaiiblqn izin inr, mereka hanya mengata-
473
kan "mustahab", sehingga sebagian mereka memberlakukan qias
untuknya, dan mereka berkaa: "Karena izinnya itu mustahab, maka
gukupp-h dengan diam, dan seandainya meminta izin kepada gadis
itu waiib- sudah barang tentu harus dinyatakan secara eGflisitl"
. Demikian argqm€_ntasi sebagian sahabat lpengikuQ Imim Syaf i
dan Ahmad.,f.Id ini bertenangan dengan ijrna,kaum'muslim iebe-
lumnla juga bertenangan dengpn nash-nash Rasulullah saw.. Karena
telah sah berdasarkan suntuh shahihahyang banyak jumlahnya dan
kesepal€tan para
{ngm sebelum mereka batrwa apabila seoran!gadis
akan dinikahkan oleh saudaranya atau oleh pamannla maka iifiarus
dimiqta izinnya terlebih dahulu, dan izinnya iaan iiUp diamnya.
Adapun mafhum hadits di atas ialah bahwa Nabi sa*. membeda-
kan antara gadis dan janda, sebagaimana sabda beliau dalam hadits
lain:
lg,.\!tr: ij5,6r\*Y'5,)i'6!r,J
/-'7 4 c1'
' -r4 t-;//^J
"ndak bleh dinikahlan wrury gadis *hinga ia diminta izinrya;
fun tidak boleh dinikhlran wnng janda *hingga ia diajak mu_
syavnnh (dirungu perintahny)."
-Dalqm
hadits ini, Pnruk Sa{is {rgpnakan lafal al_idzn (izin),
sedangkan.qntuk janda digunakan lafal al-amr (perintah), irntuti
y.ang satu izinnya dengan diamnya dan yang satunya lagi izinnya
dengan ucapannya.
Inilah dua perbedaan yang digunakan Nabi saw. untuk membeda-
kan antara gadis dan janda. Beliau tidak membedakan anara boleh
memaksa dan tidak boleh memaksa. Hal ini disebabkan kondisi
"gadis" masih malu-malu membicarakan urusan pernikahan-
-yang
nya, maka lamaran tidak langsung dituiukan kepada diriiya, melain-
kan kep3da
rylinya, lalu-walinya meminta pers6mluannyi aau izin-
nya sehingga ia memberikan persetujuan. Si gadiisamisekali tidak
penyunlh siwali untuk menikahkannya, tetapi ia hahya mengizin-
kannya bila diminta izinnya.
Berbeda dengan ianda, karena ia sudah tidak malu lagi membica-
.
pka.n masalah pernikahannya, maka lamaran itu tangsiung drtuju-
kan keprda dirinya,lantas- ia memerintah (menyurutrl iainla untirtt
menikahkannya. fadi, dialah amirah lyang meiryuruhl waliirya, dan
474
si wdi hanrs menuruti permintaan si janda unnrk menikahkannya
dengan lelaki yang sekufu, apabila si janda memintanya melakukan
hal itu. Dengan demikian, wali disuruh (diminta) oleh sifimda (unuk
menikahkannya), sedangkan terhadap anak gdis si wali meminta _
475
L-.
t{anifah dan sahabat-sahabatnya. Ierena menurut mereka, hadits
y.ang mensyaratkan- yfli itu tidak ada yang sah. Demiktan pula pen_
dapat golongan zhahiriatr mengenai janda,-dengan uerpeaoiran paaa
sabda Rasulullah saw.:
"Janda lebih
WS"@",y,#rS
brhak terhadap diinya dafi@ walirrya,
Sedangkan jumhur ulama berpendapat bahwa wali menrpakan
syarat pemikahan, dengan beralasan pada hadits:
'-4A*t&4
"tidak ada pmikahan kmuali dengan wa!i."
t3
HUKUM MAHA,R DAN HII(MAHNYA
Pertanyaan:
Beberapa wanita yang t€rpengaruh pemikiran Barat ramai mem-
permasalahkan mahar atau maskawin
iang diwajibkan Islam rcrha-
dap kaum laki-laki pada waktu pernikahai, a"ri aiirOit"nnvi f,at
kaum wanita. Mereka mengatakan bahwa mahar merirpatan ti'arga si
476
wanita yang harus dibayar oleh pihak laki-laki sebagai imbalan dia
dapat bersenang-senang dengannya. Seakan-akan laki{aki membeli
wanita dengan harta yang diberikannya itu.
Wanita-wanita yang kebarat-baratan itu sampai berani menuntut
mahar yang mahal, sejalan dengan tuntutan mereka untuk mengha-
puskan sebagian hukum syariat yang telah tetap.
Itami mohon penjelasan tentang hakikat mahar dan hukumnya,
hikmah disyariatkannya dalam Islam, dan kesesuaiannya dengan
nash-nash Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Semoga Allah memberikan balasan yang sebaik-baiknya kepada
Ustadz atas usaha Ustadz membela lslam dan umatnya.
Jautaban:
Kebodohan dan Keakuan
Kebodohan merupakan penyakityang membahayakan, dan lebih
membahayakan la$ jika orang yang bodoh itu mengaku tahu dan
mengerti, dan menempatkan dirinya sebagai pengaiar manusia. Maka
tepatlah apa yang dikaakan Basyar ketila ia berkata, "Sungguh sesat
orang yang dituntun oleh orang-orang buta."
Sesungguhnya wanita-wanita itu beserta orang-oftlng )ang meng-
gerakkan mereka kepada perbudakan pemikiran Barat dengan dua
sisinya --kapitalisme dan sosialisme-- benar-benar tidak mengerti
tentang Islam. Perumpamaan mereka itu bagaikan ungkapan: "Tidak
mengetahui tentang Islam melainkan hanya nanurnya saia, dan tidak
mengetahui tentang Al-Qur'an melainkan hanya tulisannya.'
Menurut dugaan saya, mereka juga tidak mengeahui tulisan Al-
Qur'an. Saya kira mereka tidak pernah membuka Al-Qur'an atau
membacanya sehari pun. ]ika pernah, mereka akan mengeahui benurk
tulisannya dan dapat membedakannya dengan yang lainnya.
Seharusnya mereka --kalau mereka mau berpikir dan insaf--
mencari pengetahuan tentang apa yang tidak mereka ketahui dan
bertanya kepada orang yang ahli apabila mereka tidak mengerti.
Sayangnya, mereka --baik wanita maupun pria- taap b€rkutat dalam
lumpur kebodohan, menduga-duga dan mengikuti hawa nafsu se-
hingga menjadikannya buta dan tuli:
*st
"... siapalcah lang lebih daipda onng nng mengiknti lnttz
natsuryta dengan tidak mendapt petunjuk &d NIah dikit pn
...." (al-Qashash: 5O)
477
seandainp mereka mau membedakan antara hukum-hukumAllah
Ta'ala dan tradisi manusia yang mereka warisi --yang tidak aioaor-
kan pada agamq Allah--.serta-mengatakan: "Kami tenerima yang
pertama-(hukum-hukum Allah) dan menolak png lain (tradisi
meiefta),;
niscaya kami sambut mereka dengian ucapan, "iirda benar dan bagtrs,"
-'--- --o
dan kami akan berada dalam barisan niereka.
Andaikaa mereka mengatakan: "feraskanrah kepada kami, wahai
ulama-ulama Islam, mana yang benir dan mana yang dusta, mana
yang asli dan mana yang dari Iuar Islam, mana ying"clari uatri
aan
mana yang dari manusia, mengenai masalah waiia-aan keluarga,"
niscaya kami ucapkan selamat [epada mereka dan kamipe.ritiGn.
Namun say-ang, mereka tidak mau melakukan hal itu, bahkan
mereka hendak menghancurkan selumat-lumatnya iCturutr rruiurn
kekeluargaan, hingga terhadap yang qath'i sekaiipun- F.iir"iu
,.-
macam ini tidak mungkin lahir dari ieorang muslirir utau muilirnah,
dan tidak akan diucapkan oreh orang yan! telih iela beilffitk",
Allah, beragama Islam, dan berasulkin-tvtu-hammad.
IQlau mereka mengatakan: "Kami tidak ridha terhadap hukum
Al-Qur'an dan Sunnah," maka biarrah mereka ..nyiaiihny" r.-
f_ra le.ry lerang d11-mgngatakannya tanpq tedeng alinglaling,
"Kami kafir ke-pada elah dan nasul-ttya serti titau-tlia.tof,i ua"r
pgnyl{aian dengan rslam., sedikit ataupun baqyak," i.iiinsgi u*"t
Islam bisa menyikapi mereka dengan prinsipnyiini. siraini[i
Lmi
dapat memlsahkan mereka dari tubuh umat Isfam, tidak menikah
de-
ngan mereka dan tidak menikahkan mereka dengan anal-anat
kaum muslim, serta tidak menjalin kasih sayang aai ieseiiaan te-
pada mereka
.sepagaiqala-yan-gberlaku antara ieorang muslim de_
ngan muslim lainnya. Bahkan tiila anggap mereka seualai gorongun
minoritas. yang telah menyempal gkeluar) dari agama
i*
i"rZ"f,,-i.au,
mereka tidak boleh dlngreayri sebagai ravaknvi p.rgaui*
--
muslim, karena secara lahii dan batii'merika blt€n fifiim
Dteyatladonnya Mahar dalam Islam dan Htkmahnya
Kembali kepada masalah mahar.
Mahar atau maskawin --yaitu suatu pemberian dari pria keoada
wanita_pada.waf.tu pernikahan-- sudah ditetapiian meialui
:golang
Al-eur'an, As-sunnah, dan-ijma', diberlakukan dalam'praktik, dan
sudah dikenal di kalangan khusus arau umum aariputia:pu[i inus-
lim, sehirigga ia r€rmasuk sesuaru yang rua"n ait*tffii a6"d pasu
478
sebagai afaran agama.
Sedangkan hikmah disyariatkannya mahar antara lain:
1. Menunjukkan kemuliaan kaum wanita. Hal ini menandakan
bahwa merekalah yang dicari, bukan mencari, dan yang mencari-
nya ialah laki-laki, bukan dia yang berusaha mencari laki-laki.
Laki-laki itulah png mencari, berusaha, dan mengeluarkan harta-
nya untuk mendapatkan wanita. Berbeda dengan bangsa-bangsa
atau umat yang membebani kaum wanita untuk memberikan har-
tanya atau harta keluarganya untuk laki{aki, sehingga si laki-
laki mau mengawininya.
Hal ini berlaku di kalangan bangsa India dan lainnya, sehingga
orang-orang muslim di India dan Pakistan juga tenggelam dalam
kejahiliahan ini hingga sekarang, dengan membebani kesulitan
kepada pihak wanita dan keluarganya, sehingga sebagian keluarga
harus menjual apa yang dimilikinya untuk mengawinkan putri-
putrinya. Celakanya, hingga bapak-bapak dari wanita yang fakir
dan ianda-janda miskin iuga dituntut begitu untuk mengawinkan
putrinya.
2. Untuk menampakkan cinta dan kasih sayang seorang suami ke-
pada istrinya, sehingga pemberian harta itu sebagai nihlah daripa-
danya, yakni sebagai pemberian, hadiah, dan hibah, bukan se-
bagai pembayar harga sang wanita sebagaimana yang dikatakan
oleh orang-orang yang suka ngomel itu. Karena itu Al-Qur'an
mengatakan dengan bahasa yang jelas:
6& # & o9
4;12-:4
b irfll:j,(,
";F
Qe-;r+"K
"krikanlah maslrawin (mahar) kepadawanita (yang kanu nikahi)
xbagai pmbeian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka
menyenhlran kepda kamu seMgian dad maslrawin itu dengan
*nang hati, malra mal<anlah (ambillah) pembeian itu (xfugai
mal<anan) yang xdap lagi baik akibatnn "(an-Nisa': 4)
479
-salg
waliq dilep,askan begitu saia, dan dia mencari lagi wania
lain untuk diperlakukan sama dengan yang pertama, dan-seterus-
nya....
Pemberian harta ini menunjukkan bahwa laki{aki bersungguh-
sungguh dalam mencenderungi wanita, bersungguh-sunggutr
dalaln berhubungan
{elSannVa. Apabila dalam hubungan fang
tingkatannya masih di bawah hubungan perkawinan dan [ehi]
dupan keluarga saja manusia mau memberikan cendera mata,
perlindurlgan, dan hadiah --sebagai indikasi kesungguhan--
maka dalam jalinan kehidupan keluarga tentu lebih utaria men-
dapatkannya. Karena itu Islam mewajibkan kepada laki{aki
membayar s_eparo mahar jika ia menikah dengan seorang wanita
tetapi k€mudian menceraikannya sebelum melakukan hibungan
suami-istri. Hal ini sebagai penghormatan terhadap perjanjian
yang berat dan perhubungan yang suci, juga sebagai-pefta;da
bahwa hubungan biologis bukanlah tuiuan pokok --klrena dalam
kasus ini belum teriadi hubungan biologis.-Allah berfirman:
"Jika kamu menceraikan isti-istimu sebelum kamu furcampur
dengan merel<a, padahal sesungguhnp kamu sudah menentul<an
mahamlm, mal<a hyarlah reprdua dari mahar gng telah kamu
tentukan itu, kecuali jil<a istri-istrtmu itu memaall<an atau dimaaf-
kan oleh onng yang memegang ilatan nikah...." (al-Baqarah:
2371
480
Beberapa Alasan Pendukung dan Penguat
Ada beberapa alasan yang mendukung dan menguatkan apayang
saya kemukakan tu, antara lain:
1. Bahwa syara' menganjurkan menyedikitkan mahar, dan fangan
memahalkannya. Hal ini telah dijelaskan melalui sunnah qauliyyah
(sabda Rasul) dan sunnah fi'liyyah (praktik Rasul).
Beliau saw. bersabda:
.6ri5l*;ftq;1Qta,
'Yang paling banyak be*ahnya ialah yang paling *dikit mahar-
nya."
481
'&W:;'l:PtY,t;li4;aiai,':'49
'Dihatatkan tuakanu padamatam hai bulanf::S:,
dengan istrt-istri kamu; mercka itu adatah pr<aian bagi kamu
dan
kamu pun adalah pal<aian bagi merel<a....;tu-n"q"ifr:
IgZ)
Maka antara masing-masing suami-istri dapat saling memberi-
kan apa-apa yang dapat diberikan seperti tratirya fungiip"foiun,
misalnya menutupi rubuh, dan semui hal yang *.rig;[b".ku,
fungsi kata "pakaian" dalam masalah ini. -
. Dengan demikian, tidak benar bahwa kenikmatan yang dirasa-
kan suami terhadap isrrinya iru dibayar dengan ilfi;:
kenikmatan itu memang dirasakan otetr rcaui pitit.*-'
--'
Ui.n,
4. Bahwa Al-eur'an mengisyaratkan pilar-pilar kehidupan rumah
Iunggl dan_menjadikan pflar uramanyaadatah pitar rfiriruri 1.o-
haniah), bukan indrawi (hissiah). allih berfirmin,
"Dan di antara tanda-tanda kekuaaan-Nya iatah Dia
mencipkr<an
untuhnu istri-istri dai jenismu sndiri, sup<4ta kamu cenderung
dan meran tenteram kepadanya, dan dijaiiian_Ny di antatamu
ns kasih dan sayang. Sesungguhnya pda yang demikian itu
benar-benar terdapt tanda-tanda bagi kaum yorf brrpi*ir."
Rum:2I)
lu-
Maka ketenteraman, ketenangan, cinta, dan kasih sayans
itu
merupakan perasaan hati, meskipun kadang_kaaans
juga ketenteraman atau kepuasin dalam "hr,,rrg;"li"rrg,,ii;;ruk
suami-istri unruk memperoleh keturunan sesuai'ruiruan
fitrah
dan.menjadi undang-undang umum aaUm Ueruri-t-a"Sg"
ai
dunia ini.
Namun, Islam tidak memandang hubungan biologis antara
suami
dan istri ini sebagai sesuaru ya"ng totoi serta ti"ctak ravit
i"g
lalgsia- Vang beriman, .setagaimana kehidupan p*ifinA.tu
(rahib). dan sejenisnya; bahkin dalam membicara'kan
puaffi dan hukum-hukumnya serta doa aan aoaulaaaunvi,
,ir"*Un
ariur,
S{r iuga berfirman laninyal: "Dihalalkan Uagi tariri -paaa
malam hari buran puasa bercampur dengan ir?i-i#-rir,ru,
482
mereka adalah pakaian bagimu dan kamu pun adalah pal@ian
bagi mereka.' (al-Baqatah: I87)
Oengan demikian, ampak jelas betapa indahnya ahmn Islam
dalam persoalan mahar inl. wabilahit n$4.
t4
CINTA DAN PERKAWINNTI
Pertanyaan:
Saya menjalin hubungan dengan seorang pemuda muslim tErW-
lajar, yang berakhlak dan beragama. Pada dlrinya, menurut pan-
ding* saya, terdapat segala sesrurtu yang ditnginkanoleh wania.
Dia juga niencintai saya, sehingga sulit bagi kami unfirk hidup sen-
diri.-Hati kami telah bestu men)'anr dan cinta kami telah terpatri'
Saya mencita-citakan agar aia menjadi t€nurn hidup dan bagian dari
umur saya.
|anganlah Ustadz kira bahwa ini hanya gejolak remaia dan gelora
anak muda semata-mata, karena gejolak relrrlrlia tentu tidak akan
melampaui masa eftlm tahun dalam kesucian, istiqarnah, iauh dari
kebimbangan, tanpa pernatr catraya cinta lcami redup atau hubungan
kami melemah, bahkan semakin hart semaktn kuat.
Setelah sekian lama menanti dengan sabar -sampai ia selesai
kuliah dan mempunyai kedudukan terpandang dalam birokrasi dan
kemasyarakatan- waktu yang kami finggu-tun_ggu_ itu ternyata
menlaii bara yang sangat panas bagi kami. rretika dia daang kepada
keluarga saya unhrk meminang saya menurut ahran Allah dan sun-
nah Rasul inrtatr te4aAi sesuatu yang sangat mengeiutkan, bahkan
merupakan pukulanamat keras bagi kami. freluarg saya pe-nolak-
nya iengan- alasan sepele: status keluarganp masih di bawatt
kiluarga-kami. Padahal, dia Juga mempunyai saudara kandung )'ang
meminang seorang wanita dart kalangan keluarga )rang sahrsnya
lebih tinggi dibaniing satus keluarga kami, nhmun mereka ddak
merasa hina dan tidak pula menghindar.
Saya tidak tahu apa yang harus sayaperbuat.saya tidak bisa
membal"angkan hidup tanpa dia, dan saya tidak pernah membalang-
kan untuk meraiut mas4 depan dengan orang lain. Saya stap !ne!tg-
hadapi apa pun untuk hidup bersamanya, bahkan saya tidak berke-
beratan mengorbankan nyawa sekalipun. Ielau saya dipaksa meni-
kah dengan lelaki selain dia, maka berarti hukuman mah bagi saya,
yakni kematian fisik dan spiritual. Apakah agama kia yang lirus ini
menerima perlakuan seperti itu? Dan adakah falan bagi kami untuk
memecahkan problem tersebut menurut aiaran syara'yang mulia?
Jautaban:
1. Ingin saya tegaskan lagr apa yang sudah beberapa kali saya ke-
mukakan: bahwa saya tidak menyetuJui slogan sebagian orang
pada zaman modern ini tentang "bercinta sebelum menikah",
sebab jalan seperti ini penuh dengan bahaya dan diliputi berma-
cam-macam kesamaran.
Sering hal ini dilakukan dengan cara yang tidak sehat dan tidak
-lurus, seperti cintayang datang melalui percakapan telepon gelap,
yang sering dilakukan anak-anak muda pada waktu-waktu seng-
gangatav untuk mengisi kekosongan waktu, kemudian disambut
oleh anak-anak perempuan. Hal ini biasanya teriadi tanpa sepe-
nggt?hual ke,luarga, tanpa berdasarkan pilihan dan pemikiran
terlebih dahulu, baik dari pihak laki-laki maupun perempuan.
ft{$u lrrl ini pada mulanya --sebagaimana halnya dengan mero-
kok-- hanyalah "iseng" tetapi akhirnya menjadi "cinta;, bermula
dari permainan tetapi akhirnya menfadi sungguhan.
Hal ini s9r!g menimbulkan akibat-akibai yang tidak terpuii,
-karena jauh dari cahaya
dan bimbingan, hanya menurutigejo6k
remaja, hanya memperturutkan perasaan, hanya memenuhi ke-
ingrnan hawa nafsu dan gharizah. dan memperturutkan bisikan
setan dari jenis manusia dan jin. Dalam kondisi demikian ini tidak
imang sang pemuda dan sang gadis t€rjatuh ke dalam lembah dosa,
karena mereka bukan malaikat yang disucikan dan bukan puia
dari kalangan nabi-nabi yang ma'shum.
. Lebih{ebih jika kedua insan yang dimabuk cinta itu tidak seja-
jar status sosial dan intelektualitasnya. Dalam kondisi seperti ini
akan muncul dinding-dinding rintangan di antara keduanjra sam-
pai mereka memasuki jenjang perkawinan. Keadaan seierti ini
hanya menimbulkan hati terluka dan uiusan menfadi berahakan.
2. Menurut penilaian saya, cara yang paling utama untuk $ultu per-
kawinan ialah apa yang telah dibiasakan oleh masyarakat kita,
masyarakat Arab dan Islam. Kebiasaan yang biasa mereka laku-
kan sebelum darangnya pengaruh peraailan"narat t€ihadap umat
484
'l
I
266nn Ibnu Ivtaiah (1847), al-Hakim (Z 160l dan bellau mengesahkannya menurut
syarat Muslim, dan disetuiui oleh adz-Dzahabi ddam ro-sunan (7: 78); dan dirtwayatkaniuga
485
Maknanya, bahwa nikah atau perkawinan itu merupakan jalan
yang paling menguntungkan untuk mengobati perasian "cinta,
a]rga.dua. hali (qlq dan wanita). Berbeda-dengari yang dilakukan
oleh sebagian kabilah
S"b gi pelosokyang menlhadngi"orangyang
sedanq j4uh cinta dari wanita yang diiintainya -=leuitr--teuitr ii[ri rri
ini sudah diketahui. prinsip mereka ini beriaku unruk siafa sala,
"meskipuncinta itu datangnya dari orarrgilingrtan yang suci'clan ter-
pelihara", demikian kata penyair.
syariat Islam adalah syariat yang melihat pada kenyataan, karena
itu ia memandang,perlu memadukan hubuhgan peiasaan dengan
yang di aas fondasi inilah keluarga mddimah dibangun,
Turan syara', a
dengan memperhatikan faktor agama dan cinla.
Sesungguhnya sikap sewenang-wenang pihak keluarga, tidak
ryg rye1d9ngar su:ra hati si pemuda dan peinudi, membinggakan
simbol-simbol sosial, menyombongkan keturunan dan keaffukan
sepgrti orang jahiliah, semra itu hanya akan menyengnrakan si
anak. Bahkan hal itu berakibat akan mlndorongmerika"untukterus
mgngrkuti tradisi dan peradaban yang menfrmpang dari syariat
Islam.
.sgdangkan "nasab" ?:.man-kia sekarang irri-adalatr"ilmu,
amaUaktMtas, dan hasil.
. 9:.n.r**iatau peminangyang dianjurkan oleh tslam ialah yang
berakhlak dan komitmen pada agnma, yang merupakan dua riltot
-hal
penting bagitesaknla kepribadian Islam. uengenai ini Rasulullah
saw. bersabda:
rjayiAS,{6tA;7;jG{6,!t
,#C/,\ftSo#lltl!fet"/tci,4t
ivo) a [l/,-, a L)J,: tS c 1,: {,1 e a u a.a ) 6 t2) o\t) t
486
"Apabila datng ke@mu orurgrygbmu *bi alfilabry dan
agwanya, malra lrawinlankh did. Jik tidak hmu lafukanp*a
alran terjadi fifr:rrh di bumi dan kentnkan Wrg fuar.467
15
APA SAIA YANG HAI.AL BAGI STIAMI
TERHADAP ISTRINYA?
267tn Timidzi, Ibnu Maiah, dan Hakim dari Abu tturairah; Tirmidd dan Balhaql dari
Abu Hatim,al-Muzani; dan lbnu Adi dari lbnu Umar; sefta dihasankan dalam shalrih alTani'
ash-Shaghir, no.27O.
kadang-kadang tidak lagi mer-angsang. oleh karena itu diperlukan
upaya-upaya lain untuk
.mgmbapkitkannya, dan tampakirya bagi
di neg.*a-negara Arab dan rslim hal sefierti ini tidaf aidrruka;.
\ig
sebenarnya banyak hal rain yang berkaian dengan ,aiJ*,
hanp kami merasa malu mengungkapkannya secara-terang-t€rangan.
ini, j
Jawaban:
Saya..kira penting bagr saudara penanya untuk membaca dan
mengkaji apayangtelah-saya tulis di dalam kita saya FatuwiMu,ashi-
:rn,iy 1, mengenai "Hubungan Seksual antara Suimi dan Istri" dan
Dagalmana pandangan Islam terhadapnya. Dengan begitu, akan
tam_
pak jelas. bagi saudara penanya darsaudara-Jaudarl hinnya yang
{a.di seberang !uan: batrwi rsram tidak *.neariikan-rn-"iJfi ini
pari.panggung kehidupan: y?ng kadang-kadanfofen sen;ri"n
hal ini
;;.g
{i*ggup terah jauh darl agama-aan tioi[ aip.rriitil", o]trr-
nya. Bahkan terkadang ada yang beranggapan bah;trsiam;Jihar
d3n V.anS berkaitan dengairyia sebagai "rCruiru yung
i11i1rl_r,:kr
KOrOr' dari perbuatan setan" dan beranggapan bahwa pandairgan
Islam terhadap persoalan seks seperti panEnlan tepenaelaan
teiia-
dapnya.
488
Padahal kenyataannya, Islam menaruh perhatian terhadap aspek
fitri dari kehidupan manusia ini, serta meletakkan kaidatl-kaidah,
hukum-hukum, dan pengaratran-pengarahan png berkenaan dengan-
nya tanpa berlebihan dan tidak pula mengabaikannya.
Cukuplah bagi kita apa yang disebutkan dalam surat al-Baqaratr
mengenai masalah ini, seperti tert€ra dalam firman-Nya:
"Merch bfiarg kepadamu tentang haid. l(atakanlah'Haid itu
adalah kotonn.'Oleh *fub itu hendaklah kamu menjauhkan dii
dad wanita pada waktu haid, dan ingankh kamu mendekati
merc)<a *belum mercka suci. Apbila mer*a telah saci, malca
campwilah merel<a itu di tempt yang diperintahlcan NIaL kep&-
mu. Sesungguhnya NIah menytkai onng-onng yang tobat dan
menyilrai onang-onng tang menrycikan diri. Istri-i*imu adalalt
(sererti) tanah tempt kamu bercoak tanam, maka ebngilalt
tanah tempt beracok tanammu itu bagaimana aja lramu kehen-
daki. Dan kerjakanlah (amal lang baik) untuk dirimu, dan brtalc-
walah kerydaNlah, dan ketahuilah fuhwal<amu kelahalran mene-
mui-Nya. Dan beilah kafur gembin orang-onngltangbriman."
(af-Baqarahz 222-2231
490
'd6f i66@^lKtK*/g,5,u5l
.f#i'#4'i1t!{i
"Apbita alah wrangdi antanlcamu manamgri isfrinyama*a
hen&lfuh dapt
mungfrin ia menutup kemaluruya, dar, furgan'
lah mercka brtehniW bulat *prti
keldai.'
Y5
=-/
', -*
fli';u#,gu1v
ilis;ffi,%',siv
t#i5#?
26Snaryiyah RnMul Mldthur 'Ala ad-Dlrr al-Muhhur, 5: 2154,
491
"Pada kemaluan xtiap onng di antan kamu ifu ada redel<ah." para
ahafut bertanya, \t/ahai Rasulullah, apatrah iile satah *onng di
antan kami melepslcan syahwahya (mencampui istirya) ittt
mendapat phala?" Beliau menjawab, "knar. Bukanl<ah l<alau dia
meletakl<annya di tempat yang hanm dia berdos? Demikian puta
jilca ia meletal<kannya di tempt yang hatal maka dia mendapt
pahala. Apalcah l<amu cama mengfiitung kejelel<an aja tanp
menghitung kebaikan?"
269Diriwayatkan oleh
lbnu Majah dalam "an-Nikah" nomor r921. Hadits ini dilemahkan
oleh al-Bushairi datam az-Zawaid,, dilemahkan oleh al-Hafizh al-traqi karena kelemahan
semua sanadnya, dan dilemahkan oleh al-Albani dalam Irua ul chalil, hadits nomor 2009.
492
yakni ketika menghadiri Muktamar Persanran Mahasiswa Islam dan
mengunjungi pust-pusat Islam di berbagai wilayah di sana, apabila
saya menerima pertanyaan mengenai masalah itu --biasanya perta-
nyaan itu datang dari wanita-wanita muslimah Amerika- maka saya
cenderung memudahkan, bukan mempersulit, melonggarkan dan
tidak mengetatkan, memperbolehkan dan tidak melarang, mengingat
hadits:
6rU'4|6*\rt(,;"6
e*bJ-e)) ) rqS- i|;,zr
CJby:tri"'ty*'bril*?$)I-iirJfS
6:rl:,f"i;y#jKy
"Dan orang-orang yang menjaga kemaluanryra, keraali terhadap
isti-isti mereka atau budak yng mereka miliki, mala xsunguh-
nya mereka dalam hal ini tiada terela." lal-Mu'minun: 5-G)
270HR Rhmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Maiah, dan Baihaqi dari Bahz bin Hakim
dari ayahnya dari kakeknya.
493
_Dalilnya ialah riwayat-riwayat yang masyhur dari Aisyah, Ummu
salamah, dan Maimunah --ibu-ibu kaum mukmin radiiyaliahu ,an-
-Rasulullah
hunna-- bahwa mereka pernah mandi jinabat bersama
saw. dalam satu bejana.
Dalam riwayat Maimunah dijelaskan bahwa Nabi saw. tidak
mengenakan sarung, sebab dalam riwayat itu dikatakan bahwa
beliau memasukkan tangan beliau ke dalam bejana lalu ,.nuungku,
air ke atas kemaluannya dan mencucinya dengan tangan"kiri
beliau."271
494
Sedangkan hadits yang dijadikan alasan oleh Ibnu Hazm itu t€r-
tera dalam shahih al-Buhhari dari Ibnu Abbas dari Maimunah Ummul
Mu'minin, ia berkata:
)r46J61A;le^t j/(*,s;6
).fui.%t,e1K56;*(4iG
/ / -.a-t,
2*r3t6i4j7,1,j,
"Atru pemah menutupi Nabi s*rw. (dengan tabi) ketitra bliau *-
dang mandi jinafut,lalu
tas menuangl<an air
fuliau
dengan
menanci
bngan
kedua
kananryta atas tangan kfuinn
^yr"F
taryan fuliau" hn-
'6tJixtq'd3irrD5.y)3,
"Aku Wmah maii,li bersma Nabi salw. dalam *buah fuiana (bak
mandi) yang bemama al-Faraq.QTa
27lrathnl Bari, l:
387 , nomor 281.
Z74pathut aari, hadits nomor 250, berikut nomor 261,263,273,299, dan lainnya.
Z75Pathrl Bari. L 364.
495
l6
MENIKAH DENGAN BEKAS IBU MERTTIA
YANG ANAK}IYA BELI,IM DIGAULI
Pertanyaan:
1. Seorang l$-ffi ryelikah 4.ng.n seorang perempuan, rcapi baru
beberapa bulan --bahkan ber,m pernahinengadatan hubungan
biol_ogis-- keduanya bercerai. apakah boleh liki{aki tersebutle-
mudian menikah dengan ibu bekas istrinya itu?
2. seorang laki-laki menikah dengan seorangperempuan, kemudian
istrinya iru meninggal dunia sebelum ia fernah ;menggaulinya"
(berhubungan seksual). Bolehkah ia menikah dengan ib-u isniiya
itu?
Jatoaban:
_ Segala puji kepunyaan Allah, Rabb bagi alam semesta. Shalawat
dan salam semoga_selalu tercurahkan kepida pamungkas para rasul,
junjungan kita trlabi Muhammad, kepada keluarga dan semua saha-
batnya. Amma ba'du:
Tidak boleh menikah dengan bekas ibu mertua, baik anaknya
(bekas istrinya) sudah pernah digauli maupun belum; baik yang ii_
ceraikan sebelumdigauli maupun yang mininggal sebetum digiuli,
mengingat kemutlakan firman Allah tentang-wanita-wania -yang
haram dinikahi:
"r_=Z:p,LiA
"... ibu-ibu istrimu (mertua).... " (an-Nisa,: 25)
Dalam hal ini Allah tidak membedakan antara mertua yang anak-
nya sudah peTa!- digauli dqn
1'ang belum pernah digaili. bengan
demikian, akad nikah yang dilakukan seorang pria.de"ngan seo.ing
wanita, mengharamkan kemungkinan menikah den[an ibunya
(mertua) untuk selama{amanya.
Berbeda halnya apabila sggrang pria menikah dengan seorang ibu
yang belum pernah digaulinya---lantas terjadi [erceraian itau
meninggal dunia-- maka pria tersebut boleh mdnikali dengan putri si
496
ibu tersebut. Hal ini disebutkan secara t€gas di dalam ayat )rang
membicarakan wanita-wanita yang haram dinikahi ihr:
cilFrT4nPt#a6!1',Pry;)
'd3L.53@,9,\3,K ioV"ry,-X;',
Inilah hukum yang telah disepakati para ulama. Selain itu, kita
mengenal juga perkaaan para fuqaha: "Akad dengan anak mengha-
ramkan ibu, dan bercampur dengan ibu mengharamkan anak."
Demikianlah, w a billahit mufiq.
t7
ISI.A'M MENGHORMATI DAT.I MENruNruNG
DERAIAT KATIM WANITA
Pertanyaan:
Masa-masa yang paling menjengkelkan yang dihadapi kaum
wanita ialah ketika mereka merasa dianggap lemah dan hina. Di
mana-mana mereka menghadapi tuduhan dan perlakuan yang me-
nyakitkan secara lahir dan batin. Mereka merasa sangat sedih, namun
siyang tidak seorang pun yang dapat menolong dan menyelamatkan
mereka, kecuali doa yang mereka panjatkan kepada Sang Pencipta.
Semoga Dia menyelamatkan, melindungi, dan menjauhkan mereka
dari penghinaan dan penderitaan.
Pada kenyataannya, hal ini terjadi di'tengah-tengah masyarakat
kita, dan sudah barang tentu sangat disesalkan. Sejumlah kaum ibu
mengeluhkan perlakuan para suami yang dengan berani menghina
497
istri-istri mereka. Di kalangan masyarakat kita --seperti halnya ter-
jadi pada_masyarakat yang latn-_pira suami menyiliipi
dengan sikap pergaulan yang buruk, suka mencela
istri ilireta
ttin nienca.i mrti.
Telah sampai kepada kami sejumlah keruhan dari ibu-ibu yang
setiap hari menerima penghinaan dari para suami. salah seoranjdarl
mereka.mengaakan.
9i aa?P .surat ying panjang Uut riira,iinyu
l
mencaci dan memakinya di depan anatr-aniknla karena perkara
y.ang.sangat sepele. Ibu yang kedua mengatakani "Saya ingih
men-
I
-iaya
$Snatkan pemecahan mengenai masaratisaya, ban#a su-ffi
biasa.pulang larut malam-, lanas memukul ,"y", ,.*iii-;r,
le1ghlna saya, dan mencaci saya den_gim perkaain-perkaaan yang
jelek." Demikian pula orang k tiga... [eenipat... oanircteruin
i. r.-
muanya menyampaikan pengaduan dan keluhannya.
Saya memandang perlu melemparkan permasalahan ini kepada
orang-orang t€rrcnil termasuk_ kepada yang memiliki pemikiran
picik ini. Namun demikian, sebaiir.nya ftita-mutai oeffilanoaigan )amg
agaqa yang lu-rus, karena ag:Lma merupakan sahfr'saii-;;iiah
untuk menertibkan masyarakat, bahkan 'merupatan ru*u.i ut"*"
untuk menertibkan dan memelihara masyarakit
^ I{gbetulan-pada kesempatan ini kita sedang bersama Dr. yusuf al-
Qardhawi, Dekan Fakulas syari'ah dan Dirasal lga*irr, unir"oiat
Oatar, ySng-pernah membicarakan tema rentang teuurutan iilrap
para istri dalam kuliah dan beberapa khutbah;uilr'atnya.
uao, r.-
karang kita persilakan beliau untuk membicaiakan ;";"t"h;ir*p
suami.
Jaroaban:
puji
kepunyaan Allah, shalawat dan salam semoga tercu_
. 9.grl"
rahkan kepada Rasul-Uya.
Amma ba'du:
Tidak ada.aFma yang memuriakan dan menjunjung derajat kaum
wanita seperti agama Islam. Islam telah memuliakin ianiti aeruran
p:-"qlgrylry. sebagai manusia, gebagi anak, sebagai isri, seba"Si
rDu, oan seDagai anggota masyarakat.
Islam mengingkari tradisi jahiliah yang merendahkan kaum
ygigtradisi yang biasa membunuh aiau inengubur hidup_hidup
anak perempuan dan mewarisi istri (ianda) sebagai layaknya barang
dan binatang.
498
Membangun Kehidulnn Rumah Tangga dl Atas Ptlar yang Kokoh
Orangyang mau merenungkan Al-Qur'an niscaya iaakan menda-
patkan bahwa Al-Qur'an menegakkan kehidupan rumah tangga di
atas pilar-pilar yang kokoh yang berupa ketent€raman, cinta, dan
kasih sayang, sebagaimana yang dituniuki oleh firman Allah:
"Dan di antan tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untulonu istri-istri dad jenismu rendii, sun4),a kamu cenderung
dan mensa tenteram kepdanya, dan diiadikan-Nya di antaramu
lasa l<asih dm ayang Sesunggahnlra Wde )nng demikian itu
funar-funar terdapt tanda-tanda fugi kaum yang berpikir." lar
Rum:2I)
Al-Qur'an juga mengungkapkan hubungan suami-istri itu me-
lalui ungkapannya: 'mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu
pun adalah pakaian bagi mereka" (al-Baqarahl. 1871, dengan segala
kandungan makna kata lib4s (pakaian), yang di antaranya bermakna
menutupi, melindungi, menghangatkan, menghiasi (perhiasan),
yang saling diberikan oleh masing-masing pihak kepada pihak lain
(suami dan istril.
Sesungguhnya kebutuhan suami kepada istri dan kebutuhan istri
kepada suami menrpakan kebutuhan fitriah (naluriah). Allah telah
menciptakan mereka dalam keadaan saling membunrhkan antara
yang satu dengan yang lainnya. Hal ini sesuai dengan sunnah Allah
terhadap alam semesta secara umum, salingberpasangan, mulai dari
atom hingga tata surya.
"Dan
@s;Sifuffi6Lri;,bu,
*gala *sntu IQmi cipklcan berpasng:psngu st Hya
lramu mengingat alan kebesf.nn Nlah." (adz-Dzart),at:49)
499
Menurut pandangan lslam --sebagaimana dif elaskan Al-Qur'an--
wanita bukanlah musuh laki-laki dan bukan pula saingannya. Demi-
kian pula lakilaki, dia bukan lawan dan saingan wanita, bahkan
masing-masing merupakan pelengkap bagr yang lainnya, yang salah
satunya tidak sempurna hidupnya tanpa yang satunya lagl. tnilah
makna ayat Al-Qur'an:
"Mal<a Tuhan mercka memperkenankan permohonannya (dengan
berfirmai): 'Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyialran amal orang-
onng lnng beramal di antara kamu, baik laki-lalci maupun penem-
puan, (l<arena) rebagian kamu adalah dad sefugian yang hin ....-
(AIi Imran: I95)
500
tah suami yang merupakan haknya dalam kehidupan rumah tangEa
dan dalam kewenangannya. Ini merupakan kondisi darurat, dan
darurat itu harus diukur menurut ukurannya.
Sikap seperti itu juga merupakan pendidikan yang bersifat insi-
dental yang diperkenankan oleh Al-Qur'an sebagai suatu penge-
cualian manakala cara-cara lain seperti nasihat dan pisah raniang
sudah tidak efektif lagi, sebagaimana firman Allah:
"... Wanita-wanita yang kamu ldnwatirlran nusyumya (kdurha-
laannln), mal<a nasihatilah mereka dan piahkanlah mercl<a di
tempt tidur mereka, dan pukullah mercka. Kemudian jik
merc)a
mentaatimu, mal<a janganlah kamu mencai-cai ialan untuk me-
nyuahkannya. Sesungguhnla Nlah MahaTinggi lagi Maha kfir."
(an-Nlsa': 34)
"i1)WaF:6sj
"Onng-onng mng baik di antara lcamu tidalc alan memukul (i$ri-
nya)."
"JF,l."&jLr(G,*Ktld{,9-(48
J.,/ \- t- t '/Y/
pling fuik ter-
"Orang lrang paling baik di antan kamu ialah yang
hadap istiny, dan aku adalah onng WE pling Mik di antan
lamu terhadap istiku."
501
I
.l_
lunya dan binatang selama hidupnya. Sehingga beliau menyampai-
kan sindiran tajam t€rhadap laki-laki yang memukul isrinya: bagai-
mana ia memukul istrinya pada pagr hari lantas pada malam harinya
ia menggaulinya?
Apabila suami lepas kendali ketika marah sehingga ia melayang-
kan tangan kepada istrinya, maka ia harus segera berdamai dengan-
fya da1 melyenanglen hatinya. Ini merupakan akhlak mulia yang
l
l
harus dimiliki untuk mengendalikan rumah tangga muslimah.
Adapun memukul istri atau mencaci makinya di depan anak- I
I
,)-nJt/. -/ 4.za/t
;--:=r*-.J-*n
"Onng yang fuik di antara kamu tidak akn memukul istinya."
18
TALAK DAN KHULU'
Pertanyaan:
502
nya ke leher istri, tanpa ada balasan dan hukuman yang setimpall
Sementara wanita (istri) tidak mempunyai kekuasaan un$k menia-
tuhkan talak, bahkan tidak boleh memintanya, karena meminta talak
itu haram bagrnya.
Di sisi lain, pada saat istri tidak suka kepada suaminya, merasa
kesal, dan berlari daripadanya, ia tetap diwajibkan mempergauli
suaminya walaupun dengan terpaksa, dan harus mematuhinya mes-
kipun jengkel hatinya. Bila ia enggan, maka ia dipaksa dengan keras
untuk kembali ke "rumah ketaatan", seperti tertuduh yang digiring
ke tahanan, atau tfrpidana yang digiring ke penjara. Maka di mana
letak keadilan dalam syariat semacam ini? Di manakah keseim-
bangan antara hak dan kewajiban masing-masing anak manusia
yang berbeda fenis ini?
Jautaban:
Be$tulah, mereka menempatkan Islam sebagai terdakwa dan
menjatuhkan hukuman tanpa terlebih dahulu bertanya bagaimana
pandangan Islam yang sebenarnya; atau tanpa berusaha untuk me-
ngetahui hukumnya dari sumber-sumbernya yang meyakinkan,
yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Shahihah. Mereka juga anpa terlebih
dahulu memahami bagaimana pandangan Islam terhadap perkawinan,
sejak permulaannya, kelangsungannya, dan kesudahannya, jika
kondisi menghendaki perkawinan itu berakhir.
Sesungguhnya perkawinan dalam syariat Islam merupakan per-
janjian yang kuat dan kokoh yang dengannya Allah mengikat pria
dan wanita, sehingga mereka disebut "suami-istri" setelah sebelum-
nya sebagai "indMdu". Dalam bilangirn, masing-masing mereka se-
bagai "individu", tetapi dalam timbangan hakikat mereka sebagai
"suami atau istri", karena masing-masing menggirmbarkan salah
satunya, dan segala suka dan duka dirasakan bersama-sama.
Suatu hubungan dan jalinan yang oleh Allah ditpgakkan di atas
fondasi yang berupa ketenteraman, kecenderungan, cinta, dan kasih
sayang. Hal ini dijadikan-Nya sebagai salah saru ayat (tanda) di
antara ayat-ayat-Nya di alam semesta, seperti penciptaan manusia
dari tanah, penciptaan langt dan bumi, serta berbeda-bedanya bahasa
dan warna kulit. Al-Qur'an menggambarkan hubungan suami-istri
ini dengan ungkapannya.
"... mereka (isti-istrimu) itu adahh pal<aian bgimu dan l<amu ada-
lah pkaian fugi merel<a...."(al-Baqarah: l87l
505
-;
-JqrCJ"\;5sS{:^:r'JA;3;t_"9
)+fi
r0*w
"... Kemudian jika kanu tidah menyirai merckA @ala frlv,Dar-
Iah) karcna mungl<in kamu tidak menytkai ffiiafiL pdahal NIah
menjadihn p&nya kefuilan Wry funyak (an-Nlsa': I g)
504
"Janganlah wnng muknin (suani) membenci (mudah men-
cenikan) *orang muloninah (istinlta). Jih ia tidal< meny*ai
salah satu akhlalmya, maka ia menytkai sisi-sisi lainnya.zTo
'Pedan Inlal WB paliry difutci Nhh iahh fdak " (HR. Abu Daud)
276Hn uuslim dari Abu Hurairah (shahih Muslim, 2: lo9l, hadits nomor 1469).
505
yang t€lah mereka bina selama ini. Karena ihr, talak semacam ini
{alah haram, seperti halnya dengan merusak harta. Rasulullah saw.
bersabda:
3E?ss-ii$s
"nfuk boleh membuat bahalta dan memblas bata;a."(HR lbnu
Marah dan Thabnnl)zzz
277et-Mughni,
karya lbnu eudamah, T:97.
278A!-Muhollo,
lbnu Hazm to: 242.
506
"... Orang yang mampu menurut kemampuannya dan orury Wg
miskin menuntt kemampuannya (pula) ...." (al-Baqarah: 286)
507
Sesungguhnya syariat Islam telah memberikan jalan keluar kepada
istri yang tidak suka hidup bersama suami. Apabila kebencian itu
datangnya dari pihak istri dan dia sendiri yang mengrnginkan perce-
raian, maka jalan keluarnya menurut istilah fuqaha dGebut kirulu'.
Hanya saja, sebagaimana halnya syariat menyuruh laki-laki untuk
bersabar dalam menanggung derita, menekan perasaannya, serta
lidak legitu saja melakukan perkara halal yang *ng"t dibehci Allah
kecuali keti\a sangat diperlukan, maka pada sisi lain syariat juga
melarang pihak wanita tergesa-gesa meminta talak atau khulu'.
Rasulullah saw. bersabda:
WSD'6{Jgiq53lYeGiW:
'{S'G,yqLFGs&
. 12-;2j obt)
"Siapa sajapercmpuan yang meminta ceni kepda suaminlatanp
suatu sefub yang dapat dibenarkan, mal<a dia tidak al<an mencium
bau surga-" (IIR Abu Daud)
.Ll$g,ba L;SaGeGwi
t
(,0 t ob)
lVanita-wanita png suk4 meminta khulu, dan durhala kepada
suami adakh wanita munalik" (HRAhmad)
508
karena lemah, atau faktor-faktor lainnya, dan dia takut tidak dapat
menunaikan hak Allah dalam mentaati suaminya, maka ia boleh
meminta khulu' dengan menebus dirinya, berdasarkan firman Allah:
:rLiilWW'&fi;^i3'Y-VtS\'i*rg
"...Jika lcamu khawatir bahwa keduanya (suami-istri) tidak dapat
menjalankan hukum-hukum Nlah, maka tidak ada dosa atas
kduanya tentang fuyann yang dibe rikan oleh istri untuk menebus
diinl,a .... " (al-Baqarah t 2291
509
perti itu --sebagaimana dikatakan oleh lbnu eadamah-- tidaklah ter-
larang.
Larangan menjaruhkan talak pada waktu haid dikarenakan, hal
itu dapat menimbulkan mudarat bagi pihakwanita dengan bertambah
panjangnla masa iddatr. Sedanglen di sisi lain, khulu, dilhlcukan untuk
menghilangkan mudarat yang menimpa wanita karena buruknya
situasi pergaulan dan kehidupan bersama suami yang dibenci dan
tidak disukainya. Hal ini lebih besar mudaratnya daripada perpania-
ng;an idah. IQrena itu diperbolehkan menolak sesuiltu )ang lebitrtinggi
risikonya dengan menanggung sesuanl yang Iebih kecil risikonya.
Maka Nabi saw. tidak menanyakan kearlaan wanita lang meminta
khulu' itu, sebab mudarat perpanjangan idah itu dia yang menang-
gulgnya, sementara khulu' itu terjadi atas permintaann)ra, berarti
hal ini berdasarlan kerelaannya dan menunjukkan batwa khuru'
Iebih maslah at bagi dia.2&
,Atas dasar ini, apabila hubungan antara suami dan isri sudah
sedemikian buruk, ri
iqfti ingin laridan merasa benci terhadap suami
--sedangkan qrami tidak mau menceraikannya-- maka isdi totetr
mengajukan khulu' kepadanya dan mengemdaiUn upu yang t"lah
diterimanya dari suaminya. Dalam har ini-suami tidak bheL mEminta
tuqbulr* 94 ep" png telah diberikannya. Apabila suami menerima,
maka lepaslah ikatan_perkawinan itu, dan mising-masing ai-
cukupi Allah dengan karunia-Nya. "un
. Sebagian ulamamensyaratkan pengafuan permohonan khulu' itu
kepada hakim, sedangkan
-sebagian
iab tdat rnen"ya.utta*y*
Adapun jika suami menolak dan terus-mempersulit istrinyi sC.t"
memaksanya unhrk hidrln d! bawah kekuasaaniya, maka naii,m yang
muslim harus memperhatikan masalah ini dair mencari tifiitian
tentang perasaan istriyang sebenarnya dan kesungguhan kibenci-
lnnya. Kemudian hakim memaksa srnmi agar Eenerima Dem_
bayaran tersebut dan menetapkan hukum di inara merita
pemisahan ini dihukumi fasahh rnaupun talakfu,inmenurut perue,taan
[uaik
pendapat yang ada)- Hanya saja, siiuami tidak halal *..6uat
reng-
sara istri serta memberi kesempitan dan kesulitan agar istri menebus
dirinya, q"q'hd dia (suami) mtma.ng sudatr tidak ika tepaaa istri-
nya dan ingin memperistri wanita lain. Allah berfirman:
2SoeLurghni, Tz 5l-52.
510
"Dan iilca kamu ingin menganti ifrimu delngan isfri yang hin, *-
danfun kamu telah memfurikan kry& wrury di antan
merd<a hatu yans barryh malra jangnlah kamu mengambil kem-
fuli furipdanlta bnng dikitpun. Apkah lramu alantmenga,,-
bilryta kemfuli dengan jalan tuduhan yang dusta dan &ngan (me-
nanggung) dosa ltang nyata?"(an-Nlsa': 2O)
511
Adapun jika perselisihan itu datang dari ledua belah pihak dan
keduanya saling membenci --sementara si suami tidak mau menoe-
raikannya- maka masth ada falan pemecahan yang lain bagi wanita,
yaitu melalu! dua orang htham (furu damai) atau'maielis leluarga"
sebagaimana firman Allah:
tk).N#KtF;$W.Ati4;iLit:,
"Dan jika hmu ldnwatittran ada per*nglrctan antan kduanya,
wti
J, e?-
5t2
Syariat tidak memihak kepada laki-laki atau kepada perempuan.
Sesungguhnya syariat bukan produk panitia yang beranggotakan
laki-laki sehingga isinya mendiskreditkan perempuan, tetapi syariat
itu dibuat oleh Dzat:
"... lang menciptalan brprury:paryan laki-lald htt ptunptan."
(an-Nafm:45)
"... Nlah mengekhui siapa yng membuat keruskan dad yang
mengadakan perbailran .... " (al-Baqarah z 22Ol
"Apal<ah Nlah yang menciptalcan itu tidak mengetahui (Sang kamu
Iahirlcan dan kamu rahasial<an), padahal Dia Maha Haluslagi Maha
Mengetahui?" (al-Mulk: 14)
19
PENGEMBALIAN DALA^M KHULU'
YANG MELEBIHI PEMBERIAN STIAMI
Pertanyaan:
Anak perempuan saya dipinang orang. Si peminang begitu antu-
sias untuk melakukan akad menurut syara' --sebagaimana biasa.
Pada masa-masa pinangan ia sering datang dan duduk-duduk ber-
sama anak saya tanpa merasa ada halangan, untuk sding mengenal
sehingga masing-masing merasa mantap. Akhirnya dilaksanakanlah
akad nikah bersamaan dengan acara resepsi.
Namun sayang, setelah itu terjadilah perselisihan di anara mereka
sehingga anak saya lari dan tidak mau melanjutkan kehidupan
rumah tangganya, bahkan ia hendak melakukan khulu' dengan
mengembalikan pemberian suaminya. Untuk khulu' ini ia mewakil-
kannya kepada saya. Maka saya pun mengirimkan surat kepada
suaminya untuk menuntut khulu', dan saya serahkan kepadanya cek
senilai 3.000 pound, sesuai dengan yang diberikannya kepada anak
saya dulu. Tetapi kemudian dia mengirim surat kepada saya dan
meminta 100.000 pound sebagai tebusan anak saya. Karena itu saya
meminta kepada salah seorang ulama kenamaan untuk menyadar-
kan suami itu agar berlaku adil, namun dia tetap menuntut 100.000
pound, meskipun ulama penengah tadi sudah berusaha semaksimal
I
mungkin.
I
513
Oleh sebab itu saya menawarkan perdamaian kepadanya, dan
langkah ini diupayakan oleh kedua hiltam --yang rjtu daii pihak
suami dan yang satu dari pihak istri. akan tetapi, kedua hakam ter-
sebut tidak mencapai-kata sepakat, padahal hrkam dari pihak istri
(anak saya) menawarkan tebusan dua kali lipat dari yang diberikan
--sebesar 6.00o pound-- dan ini merupakan usahanya unluk menye-
lesaikan perselisihan, meskipun dia sendiri berpeniapat tidak boieh
menambah.dari apayangdiberikan suami. ttamun haltam dari pihak
suami bersikukuh meminta tebusan sebesar 2O.OOO pound.
Perkara itu terhenti,
-padahal sudah berselang enim bulan sejak
anak saya mengajukan khulu'.
Nah, Iangkah apa yang dapat dilakukan untuk memecahkan ke-
sulitan-yang ditimbulkan- oleh sikap dan kesewenang-wenangan
suami dalam mempergunakan haknya untuk melaksanaltan khulu'?
Padahal, sudah diketahui menurut kaidah dalam akad-akad yang
sudah biasa seperti ini ialah "tidak perlu didengarnya dakwain d-i
depan sidang pengadilan karena tidak akurat". -
Sampai sekarang sudah ada beberapa orangyang hendak melamar
anak saya, tetapi saya tidak tahu apa yang harus kami lakukan,
sehingga anak saya sekarang terkatung-katung.
Jautaban:
514
sesuai dengan akhlak muslim, yang kadang-kadang sengja dilaku-
kan karena didorong oleh perasaan benci, ingin menyakiti, atau
karena ingin mendapatkan kekayaan. Allah berfirman:
"JKri{5';,t;."$;r5o,ii,6LK;G
I
ir'+sW
Maka rujukilah mereka dengan cara)mng ma'ntf, atau cenikan-
"...
lah mereka dengan @ra yang ma'ruf (pula). Janganlah kamu rujuki
mereka untuk membei kemudaratan...." (al-Baqarah: 21ll
Di dalam firman-Nya yang lain:
"... janganlah kamu meryrusahkan merela untuk menyempitkan
(hati) mereka. " (ath-Thalaq: 6)
I
515
(Maksudnya, yang telah diberikan kepadanya sebagai mahar). Ia
meniawab, 'Ya.' Maka Rasulullah bersabda (kepada Tsabit), "Ter-
imalah kebun itu dan talaklah ia dengan talak satu."282
Adapun dalil ijma' dalam persoalan ini ialah bahwa seluruh mazhab
dan ulama telah sepakat tentang disyariatkannya khulu'. Al-Hafizh
Ibnu tGtsir di dalam menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 229 meng-
atakan:
"Apabila teriadi pertengkaran dan perselisihan antara suami dan
istri, kemudian si istri tidak menunaikan hak-hak suami, selalu
l
marah, dan tidak dapat bergaul secara baik dengan suaminya, maka
ia boleh menebus dirinya dengan memberikan kembali apa yang
telah diberikan suaminya, dan hal ini tidak terlarang baginya dan
tidak terlarang pula bagi suami untuk menerimanya. Karena itu Allah
berfirman: 'Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu
yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya
khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah ...."'
Adapun jika si istri tidak mempunyai alasan dan meminta tebusan
darinya, maka di sini Ibnu Katsir mengemukakan hadits yang diri-
wayatkan oleh Ibnu farir, Tirmidzi, dan Abu Daud dari Tsauban
secara marfu':
L1;6&'6fri*it€;ev"fuirt::
,,,i ;.i "v .,H( +?tj AGle &
>
(
id'-rrti:ab ctb €)n,:
"Perempuan mana saja yang meminta ceni kepda suamiryn tanp
alasn yng dibena*an, maka haram atasnya bau surga.zgs
282ttR Bukh"ri dan lainnya dari lbnu Abbas. Para sahabat dan orang-orang sesudahnya
berbeda pendapat mengenai khulu', apakah ia iru ralak atau fasakh? Zhahir Al-eur'an
menunjukkan bahwa khulu' itu fasakh sebagaimana mazhab lbnu Abbas. Sedangkan seba-
gian hadits menuniukkan bahwa khulu' itu adalah talak. lbrena itu periksalah kitab-kitab
fiqih perbandingan.
283nR Abu Daud (hadits no mo( 2226),Trrmidzi (t
187), Ibnu Maiah (2055), Ahmad dan
Hakim dan beliau mengesahkannya menurut syarat Syaikhaini, dan hal ini diseruiui oleh adz-
Dzahabi (2;2OO) dan Ibnu Hibban sebagaimana disebutkan dalam al-Mawarid, I l2J.
5t6
Ibnu Katsir berkata lebih lanjut, "Banyak kalangan sataf dan
imam khalaf mengatakan, 'sesungguhnya tidak diperbolehkan me-
lakukan khulu' kecuali jika perselisihan dan kedurhakaan itu
datangnya dari pihak wanita, maka ketika itu bolehlah si suami me-
nerima tebusan ... Selain hal ini, tidak boleh dilakukan kecuali iika
ada dalilnya --dan pada dasarnya tidak terdapat dalilnya.'"241
Oleh karena inl, tuntutan istri kepada suaminya untuk mencerai-
kannya (khulu') ini merupakan tuntutan terhadap hakyangdibenar-
kan syara' berdasarkan dalil yang meyakinkan, dan perlcenan suami
untuk menyetujui khulu' ini juga merupakan perkenan terhadap se-
suatu yang diwajibkan syara' dalam kondisi seperti ini.
Kini, tinggal kita bicarakan tuntutan suami tersebut terhadap wali
si istri yang besarnya lebih dari 30 kali lipat itu. Sebelumnya, suami
itu hanya memberi mahar 3.000 pound, tetapi sekarang ia minta
tebusan sebesar 100.000 pound, dan dalam perkembangan selanjut-
nya hakam dari pihak suami itu meminta 20.000 pound.
Menurut nash-nash Al-Qur'an dan Sunnah, beserta pendapat para
fuqaha dan pensyarah dalam memahami dan mengistimbat hukum-
nya, tampak jelas beberapa hal berikut ini:
1. Bahwa yang kuat, bahkan yang benar, yang ditunjuki oleh nash
ialah: "si suami tidak boleh mengambil dari istrinya sesuiltu yang
melebihi pemberiannya dulu".
Al-Qur'anul Karim mengaitkan tebusan dengan apa yang telah
diberikan oleh suami, bukan dengan sesuatu yang lebih banyak.
Firman-Nya:
"... Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dad sesuatu yang
telah l<amu benkan kepda mereha, kruali kalau kduanya kha-
watir tidak akan dapt menjalankan hufum-hukm Nlah. Jika
kamu khawatir bhwa kdwnya (suami i*ri) tidak dapt menjalan-
l<an hukum-huktm NIah, malra tidak ada dos atas kduaryta ten-
tang bayann lang diberikan oleh iilri untuk menebus diriltya...."
(al-Baqarah: 2291
284to!* ol-W^ al-'Azhim lbnu IQtsir (l: 272-28), rerbiJan Dar [r]'a' at-T[rats al-Anbi,
Beirut.
517
L
Bahkan kita lihat Al{ur'an melarang'aAA yang tcrkcnal pada
ry iahiliah iq, 1laitu menatran istri ltiaa[ mincenil a"iuai
unnrk menwsahkannya agar k
mau menebus dirrnva denLri
mengembalikan apa)angtetat Aterimanya dart suamfth d"t ffi:
Allah berffrman:
'##tiy,;;i;3I*a"iJii;g;
"... dan ian@an kanu meryusalfun nru& tcrrura t endak
mengambil kemhri xbgtn &i ap yng t&It hrtu brilran
kepaenn....' (an-Nlsa,: I g)
iq*76'^i,,g8liJwaZus7a
#,a6/{tw6;,5r?a:,c:l,g
-,ti7$Srurrt*91
-,4rylah kamu mau mengenbalikan kemry
Wry t&h dibri-
karuW kepa&mu? Ia nrenjawab, Mau, dan itcrn an tanbl,
hgi.'Lalu Nabi srlw. baafla: Tanbharuya ifi, tidahiron t"Api
lnryta kdunnya aja'la menjawab, ya, Lalu Nabi nenbnk;-
ryn kepda Tsabit dan membi jahn kerye ifiirya (meneni-
hilW)26
518
AMur FazzaqmeriwaSatkan dengan sanad sahih dari Ali bahwa
beliau berkaa, "Suami tidak boleh mengambil dari istrinya mele-
bihi pemberian lcepadanya. "
Pendapat serupa juga diriwayatkan dari Thawus, Atha', danaz-
Zuhrl Dan ini merupakan pendapatAbu Hanifah dan teman-tem-
annya, Ahmad, dan Ishaq.
Diriwayatkan dari lvlaimun bin lMahran, ia berkata, "Barangsiapa
mengambil melebihi apa yang diberikannya dulu, berarti ia tidak
menceraikan dengan cara yang baik."
Bahkan Sa'id bin al-Musalyab berkata, 'Aku tidak menyukai
suami mengambil semuayang pernah diberikannya, hendaklah ia
meninggalkan sedikit untuk istrinya. "
Imam Malik memperbolehkan suami mengambil tebusan yang
melebihi pemberiannya dahulu, seraya beliau berkata, "Tetapi
yang demikian itu tidak termasuk akhlak yang mulia." Dan ada
yang menisbatkan pendapat (Imam Malik) ini kepada jumhur,
tetapi ini merupaltan penisbatan yang memerlukan tahqiq. Yang
dipakai ialah pendapatyang ada dalilnya, sedangkan dalilyang
membolehkan dalam hal ini tidak ada kecuali hadits yang lemah
isnadnya yang tidak dapat dijadikan hujjah, sebagaimana yang
dikatakan Imam Syaukani.
Orang-orang yang memperbolehkan tambahan itu hanyalah dipe-
runtukan bagi wanita yang menambah atas kemauannya sendiri
dengan tuiuan dia dapat melepaskan dirinya dari perlakuan buruk
suaminya. I(arena itu semua pembahasannya berkisar seputar
masalah: "Apakah halal ba$ suami mengambil tambahan ifu
ataukah tidak halal?" Adapun tuntutan kepada wanita (istri)
untuk menambah atas apa yang telah diambil suami, maka hal ini
tidak mereka sebut-sebut, bahkan tidak pernah terbetik dalam
hati mereka (para ulamal.
Sedangkan pada dasarnya harta orang lain itu haram diambil,
dan tidakhalal bagi seseorang mengambil harta oranglain kecuali
dengan kerelaan hatinya. Maka tidak boleh menekan dan menyu-
sahkan istri agar ia mau menebus dirinya dengan membayaryang
lebih banyak dari apa yang telah diterimanya. Perbuatan semaclm
ini merupakan bentuk 'adhal dan kezaliman yang diharamkan
Islam. Bahkan perbuatan ini melebthi 'adhal iahiliah, karena pada
zaman jahiliah mereka me';ng)ailhal wanita hanya agu dapat
mengambil sebagian dari apa )rang telah mereka berikan kepada
519
istri-istri mereka, sedanglen sekarang (sepeni frang dianyakan
ini) tidak msasa orlorp dengan mendapaikair lembalisemuitrarta
1rattg diberiltailt),a dulu, batrkan masfi meminta tambahan sffiil',r
berlebihan.
3. Tebrsan
B3S-Apun1u, suami tgpu4" istri unhrk menebus dirtnya
itu hanya ditufukan kepada istri,bukan kepadaayah Aanwalnla.
Ihrena itu Al-Qur'an mengatakan:
"... maka ti&h a& dosa atas kdunrya tentury byarut yang
di-
bilcan oleh isl,i untuh menebus dirinya...., taf-naqarai izsl
520
berbaik hati dengan memberikan tambahan, sebagaimana yang
dikemukakan hakam dari pihaknya, sebesar mahar yang diberi-
kannya dulu, maka tidak terlarang menerimanya, jika hatinya
ikhlas.
Namun, apabila tidak ada hakim yang dapat memaksa srnmi
yang sewenang-wenang dalam menggunakan haknya ini --
mengingat tidak adanya ikatan yang kuat dan diakui pada
kekuasaan syar'iyyah-- maka wajiblah dibentuk suatu majelis
atau lajnah (komite) yang terdiri dari para ahli ilmu dan agama
yang dapat dipercaya kualifikasinya. Dalam masalah ini mereka
bertindak untuk memutuskan tali perkawinan dan melepaskan si
wanita dari suami yang suka memberi kemelaratan ini, dan mem-
berikan kepada si laki{aki (suami) apa yang dulu diberikannyra
kepada istrinya dengan ditambah pemberian dari wali yang dibe-
rikan secara sukarela. Dalam hal ini status majelis atalrtlajruhter-
sebut sama kedudukannya dengan hukum mahkamah (pengadilan)
yang resmi, sebab ini merupakan pemecahan dalam Islam se-
hingga menghapus kesan bahwa Islam itu mandek, pasif, dan
tidak mampu memecahkan persoalan seperti ini. Selama perka-
winannya itu menurut adat kebiasaan, maka pemutusan perkara-
nya pun menurut adat kebiasaan pula.
Dengan keputusan hukum seperti ini maka bebaslah si istri, dan
tidak ada idah atasnya --karena belum pernah dicampuri- sehingga
boleh saja orang mengajukan lamaran kepadanya.
W allahu w aliy yut tnufiq.
20
PENCALONAN WANITA MENIADI AT.IGGOTA
PARLEMEN DALAM PERDEBATAN
521
kaurn wanita, kecuali ,il-ta ada tertentu lang mengkhususkan-
-d?lil
nya unuk laki-laki. Apabila Allah berfirman, "udhai nianusia, atau
:*ry -o{ang-orang
yang beriman , maka kaum wanita lugaterca-
kup di dalamnya, tanpa diperselisihkan.
fiarena iu ketika Ummu Salamatr r.a. mendengar Nabi saw. ber_
saMa "mhai manusia' --padahal wakttr itu umm:u salamatr sedang
slbuk dengan pekeriaannya- ia buru-buru menyambut pangdta;
tersebut. sehingga sebagian orang merasa heran tirnadap treteE ra-
menyambut panggilan itu, hntas ta berkata tepaaa meieka,
T.rr-rJ,ia.
'Aku fuga manusia.'
. .sebag4-dasar umum bahwa wanita iru sama dengan laki-laki
dalam tdclif --lccuali iika ada pengeoralian-- ialah ftrmin Alah ber-
ilcut:
'..,. xbgtan kamu adalah turunan dad sebagian ptg hin...."(AIl
Imrnn: I95)
522
5'fr"*U;AUi5\i6lifr(
r-#xi*<;#jhat,
"Onng-onng munafik laki-lald &n premprnn, *bgtan furgn
*fugtan lang lain adalah am4 mercka menyruh munhtatyang
munkar dan melanng berbuat yang ma'ral..." lat-Taubah: 67)
524
pada beberapa dekade terakhir, dan dengan alasan beberapa penda-
pat kaum ekstremis pada z,arran sekarang.
286Perurg
lamal (Pemrry Unra) adalah pcrarg annn kdoopok All di car pilutr ndnvan
kelompok Aiqnh bersama ftralhah dan Zuber dl pftae hh. pada tra**amf, Al4nh ddsf
keluar unuk berperang; melainkan lngln men&malkan taum muClm" lcdta Alt, ft.luh,
dan Zuber mengadakan surat-menyuratdengan maksud mencarl kcsepakaan dantkcmasta-
hatan kaum muslim, dan ketika mereka telah sepakat mencari ukang-fikang fftnah yang
525
r&rlga: bahwa kaum wanita sebenarnya sudah biasa keluar dari
pq+rya.{.r-.I? perg ry rykolah aau ice kampus, bekerfa di ber-
blgai sektor kehidupan -b"i-li sebagai dokter, gu'ru,'dosen, maupun
*I"pi tcragadministrasi di zuaur kantor-- din sebagairyra,'sudih
anpa
ada seorang pun )rang mengingkarinya. Sehingga seotal-otit
meniadi senurarm iJrna' tenang bolehirya uanra beke4a di hnr rumatl
dengan slarat-sJrarat t€rt€ntu-.
rGemlnt: bahwa keadaan menuntut agar "wanita-wanita musli-
mah pqg axberagana'
-roj* lte gelangfpng
-berpif,am-
pemilihan umum guna
menghadapi wanita-wanita yang
yang memegang kendati tcegiatan taum wariia. seaang-
i"*irir lseruabitetrl
$1 rytutel
sosial politik
.qq ryperlryn itu kadang-kadang lebih penting diir
lebih besar daripada keperluan pribati yang meri-perboleirtan finia
keluar ke tengah-tengah kehidupan uiruni.
Kellma: bahwa menahan wanita di dalam rumah itu tidak dik€nal
melainkan pada masa kevakuman hukum --sebelum adanya kete-
tapan syara'-- sebagai hukuman bagi wanita yang melakul* p.r_
buatan keji:
"... mah Urunen merda (wanita-vanib iAD ebn runah erzrpai
mer*a menqnui ajalnm aku ampai NIah membfi jafu WtS
Iain kepdanya" (an-Niea': I S)
Saddudz l)zarl'alr
Ada pula orangyang melihat dari sisi lain, yainr dari sudut kaidah
sarlihilz ilzari'ah (menutup- pinfli_ kerusakanrusaha prwendf). Ikrena
apabila seoJang wania dicalonkan sebagai anggoth padembn, maka
aLan qr!,ln- lce gelanggang pemilihan ian beicamf ur baur dengan
.,a
kaum laki-lakt bahlqn kadang-lcadang berkhalwat aengann]ya.
m:::::::::::::::::mDunlh Utsmgn, terladi perisdrva dl luar dugaan mereka. Ifukang_nrkang fltnah ke_
},ang
altuan lercna"kanamryhp,fuctru mcrrghasutlaskarmraurain arud. ucretiudroua
mengtra bahrra All tdah mcopcrdqn mcreka, talu keduanf,a mcaDda dht. All prn menglra
demtklan, hlu la ncmDda an. uatratafaut perang dl liar tchcndak mereLa scdans[an
Atqtah hanya tltap dl k ndaraen, ddat lhlt aan oaat memednahlran bcrpcrang.;
Tanila-tortoHari Kiamdt Yusuf al-Wabtl, hlm. 79-81). (pcnl.)
0iha[
526
Padahal yang demikian itu haram, dan sesuatu yang membawa ke-
pada yang haram adalah haram.
Memang, sadduilz dzari'ah atau usaha preventif itu diperlukan dan
dituntut. Namun demikian, para ulama sudah menetapkan bahwa
berlebih{ebihan dalam menutup pintu kerusakan itu sama dengan
berlebih{ebihan dalam membukanya, yang dapat menghilangkan
banyak sekali kemaslahatan, lebih banyak daripada kekhawatiran
yang ditakutkan itu sendiri.
Dalil (saddudz dzari'ah) ini dijadikan argumentasi oleh orang yang
melarang kaum wanita memberikan suaranya dalam pemilihan umum
karena takut terjadinya fitnah dan kerusakan. Padahal dengan demi-
kian banyak sekali suara yang hilang bagi kelompok agama, dan se-
benarnya suara itu akan menjadi dukungan bagi barisan mereka dalam
menghadapi kaum sekuler. Lebih-lebih kaum sekuler iru memanfaat-
kan suara-suara wanita yang lepas dari agama.
Pada suatu waktu ada juga sebagian ulama yang membatasi pen-
didikan wanita dengan cara menghalangi mereka memasuki sekolah
dan perguruan tinggi. Alasan mereka adalah menurup pintu kerusak-
an. Bahkan di antara mereka ada yang berkata, "Wanita hanya boleh
belajar membaca tetapi tidak boleh belajar menulis agar mereka tidak
dapat menggunakan pena untuk menulis surat-surat cinta dan se-
bagainya." Meskipun pihak lain mengatakan bahwa belajar itu sen-
diri tida\ jelek, bahkan sering membawa wanita kepada berbagai
macam kebaikan.
Karena itu, saya katakan bahwa wanita muslimah yang konsisten
terhadap agamanya --baik sebagai pemilih maupun sebagai calon
yang dipilih-- wajib menjaga hubungan dengan laki-laki dari segala
sesuatu yang bertentangan dengan hukum Islam, misalnya berkata
dengan nada yang menggiurkan, bertabamrj dalam berpakaian (tidak
menutup seluruh auratnya), berduaan dengan lelaki yang bukan
mahramnya, atau bergaul bebas tanpa batas. Semua itu harus dijauhi
oleh wanita muslimhh yang konsisten pada agamanya.
527
kin kita memutarbalikkan aturan hingga wanita menjadi pemimpin
laki{aki?
Dalam hal ini saya ingin menjelaskan dua perkara:
Pertama: bahwa jumlah wanita yang dicalonkan sebagai anggota
Dewan Perwakilan Rakyat itu terbatas, dan yang terbanyak adalah
laki-laki. fumlah yang terbanyak inilah yang berkuasa membuat
keputusan, karena itu tidaklah tepat apabila dikatakan bahwa pen€-
lonan wanita sebagai anggota dewan akan menjadikan wanita ber-
kuasa terhadap laki-laki.
Kedua: ayat yang menyebutkan kepemimpinan laki-laki atas
wanita itu adalah dalam konteks kehidupan rumah tangga. Maka
laki{aki itulah pemimpin rumah tangga (keluarga) yang kelak akan
dimintai pertanggungawaban tentang kepemimpinannya, berdasar-
kan firman Allah:
"Kaum laki-laki adalah pemimpin Mgi l<aum wanita, oleh karcna
Nlah telah melebihl<an sebagian mereka (laki-laki) atas xbagian
yang lain (wanita), dan karena mercl<a QakiJaki) telah menaflrah-
kan rebagian dari harta merel<a.... " (an-Nisa': 34)
528
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah
saw. bersabda:
,ryY'e;qtW
"Nalfuh kaum wanita brmuqmnnh mengenai anak-anah pe-
nempann meteka."
1i!3tffltgt5JiiA4:l
Tidalr i*rr, rerurrung (fltkr;s) watu laum Wtg mqgwsakan
untsn mereka kepda wanita." lHR. Bukhart)
529
Sebab, kalau tidak demikian, maka lbnu Hazm pasti berpegang teguh
padanya, bersikukuh atasnya, dan menyerang orang lrang tidat
sependapat dengannya, sebagaimana yang biasa ia lakukan lbila-
mana terdapat nash yang tegas).
Di samping [tv, sababul wurud (sebab timbulnya) hadits tersebut
memperkuat pengkhususan larangannya terhadap kepemimpinan
umum. Telah sa4p,ai berita kepada Nabi saw. bahwa setelah mening-
galnya raja Persi, bangsa Persia menjadikan putrinya, Bauran binti
Kisra, sebagai pemimpin (ratu) mereka. Mengenai hal ini beliau ber-
sabda: "Tidak akan berbahagia suatu kaum ...."
530
lteriakan, baik oleh laki-laki maupun perempuan. Al-Qur'an me-
nyatakan dengan bahasa yang Jelas:
"Dan uangaangps fuiflraq lald-laki dan pangwa fiadan
mereJra (adahh) pnolong bgl *fugian yng lain. Mer*a meryu-
ruh (mengeialcan) yang ma'rul &n menegah dai Wg mwkar
...." (at-Taubah: 7l )
)".:6)ieG4'rVE4eA)
./t v$,;r61itr
(Pobt).Wtg_yc$# '"46f4tvg*
"Ad-Din (agamQ iru nasihat (untuk xtia) kryfu Nlah, Rasul-l,ly4
Ktab-l$4 imam-irrzarn lcaum mudim, dan hum mudim *cata
umum.'ll[R.Musltn)
Pengertiannya, dalam konteks hadits tersebut beliau tidak mem-
batasi tugas hanya kepada laki-laki semaa.
Pada kenyataannya, kita juga melihat bagaimana seorang wanita
dapat mematahkan gagasan Umar di,dalam masiid, lalu Umar me-
narik pendapatnla dan menerima pendapat wanita iar seraya berkaa:
l,i!q,ots,).)e*+":d'efur*Ua
Wanita itu bnar dan Umar keliru.qg7
531
mengatakan "ini benar dan ini salah" --dalam kapasitasnya sebagai
pribadi-- maka tidak terdapat daril syara'
v"ng maa.a"g,iir*;iai
anggota parlemen untuk melaksanakan nigas--tugas ini]daaa dasar-
nya urusan adat dan muamalah itu diboleh-kan, kLuali
lika ada nash
sahih dan sharih yang melara_ngnya. Sedangtan aasaniiang m.ng_
atakan bahwa dalam sejarah tslarir masa uI tiaat.aii.tit ui"i*y.
kaum.waniF y.aTg.T.gnjadi anggota parlemen at"u *iiiG qruru,
maka ini bukanlah dalil syar i yang meiarang teuiriaaaniyi. trii
t r-
masuk dllam: "perubahan fatwa karena pe-rubatran ram"i.,, ti.pat,
dan kondisi". Dan masalah permusyawaritan sendiri pada masa itu
di1q1d-e1san aruran yirng ruririt, uaitc yang biit6nfi a.ng*
lidak
kaum laki{aki maupun- perempuan. permusyawaratan (syura) ini
hanya dikemukakan oreh-nash iecara grobar ian umurn, lJair[un
masalah p.erincian, pengaturan, serta pinjabarannya airlriritui
pada pemikiran kaum muslim sendiri,iesuai dengin tonoisiza*un,
t -
tempat, d,an tatana! sosialnya.
. Apabila perbuatan Rasulullah saw. semata-maa ddak menunjuk-
| 1!1!11r
Duatan
y_ang melebihi mubah, maka bagaim"n" fugi
orang lain yang tidak ma'shum?
Oinlu, p.r_
Kita sekarang memperbolehkan kaum wanita melakukan berma-
cam-macam aktivitas-yang tidak dikenal sebelumnya. Kita
dirikan
sekolah-sekolah dan fakultas-fakultas unruk m.r.ki,
pung berjuta-jura anat perempllln, dan mencetak t*;-,n.r"*
Suiu_d,ru, dot_
ter-dokter, akuntan-akuntan, ahri administrasi, seuigan-tagi' men-
jadi direktris pada qerbpai yayasfllBll temUaga yan!-Ai
juga ada perugas dan karyawan laki-laki. uahl beaia
dfi.nvu
guru pria yang mgngaiar di sekolah-sekorah yang kepia
fffitnya
setdt*,nya
9e-oryng wanira, betapa banyak dosen yan! mingi;ar di fakultas_
fakultas vgng dgkannya seolang wanita, aai uediranvat-t".yu-
yang bqlce.rla pada suatu koperasi atau syi.kah
lvan r.rn-
Daga.yang dipimpin seorang wanita. Dan kadang_kadang "ariuan seorang
suamj menfadi bawahan i-srrilya di suatu sekolih, ai tirnpui, aj
rumah sakit, atau di suatu lembaga yang dipimpinnya, teapi 'seieran
pulan-g ke rumah, si istri kembari-mlnya?i 6awitr"ri#;i: ---'
534
"... alflt tidak pmah memufil,skan suatu perwlan sebfum l<amu
benda dalam majelis<ku)." (an-Naml: 32)
I
I
L
wanita yaE sedaqg kesepial seorang diri. wanita itu bersenandung
sambil berbaring di atas ranjang:
"l4u!"* ini begitu panjang dan sekelilingnya penuh kelam
Aduh, mengenaskannya aku
Tiada kekasih yang dapat kuajak untuk bermain
IQlau bukan karena akut hukuman Allah
Niscaya tepi-t€pi ranjang ini sudah berguncang.,
536
2t
BANTAHAN TERHADAP FATWA
YANG MENGHARAT{IGN HAK.HAK POLITIK
KATIM WANITA
537
_ 1egni, Al-Qur'an mengembalikan mereka kepada pertimbangan
akal dan kebijaksanaan:
"Hai Nabi, kataknlah kepda istri-iilrimu: "Jilra kamu *kalian
menginglnlran kehidupn dunia dan perhiaannl4 mak maitah
supta ktfunkan kepadamu mutalPse dan a}l.t enilran l<amu
dengan ean yng baik Dn jil<a lramu *katian mengfien&ki (ke_
rtdhaan) Allah dan Fasul-Nya *fia (k*nangan) di negeri akhint,
malra xsunggahnya Nlah men@iakan bgi siap yng furbuat
baik di antara lcamu pahala lang beur.- (al-Ahzab: ZA-Zgl
53E
Namun, ada yang luput, bahwa ketika istri-istri Nabi inr diberi
pilihan untuk menentukan pilihan, mereka memilih Allah, Rasul-
Nya, dan negeri akhirat.
Bahwa keinginan mereka terhadap perhiasan dan kesenangan ke-
hidupan dunia --sebagaimana halnya wanita lain khususnya isri-
istri pembesar- tidak menunjukkan ket€rbatasan akal dan ketidak-
la@tan merele dalam memikirkan urusan umum. Bahkan lcinginan
mereka inr sesuai dengan hukum firatr manusia dan karakter wanita,
yang s(gera lenyap ketika hrrun ayat yang menawarkan pilihan ke-
pada mereka.
Dalam kaitan ini kita bisa bertanya, apakah kaum laki-laki sama
sekali tidak pernah mempunyai kecenderungan kepada kesenangan
dunia pada suatu waktu, meski kemudian mereka sadar setelah di-
peringatkan oleh wahyu tentang kekeliruan dan kelalaian mereka?
Bukankah Allah melalui firman-Nya (Al-Qur'an) kepada Rasul al-
IQrim pernah memberikan sinyalemen t€ntang keadaan sebagian
sahabat? Simaklah ayat berikut:
$b-vt'Wiyligitfu$f',;1-rlJ6yj
"Dan apbila
0afirNc;stv3$G-?
merek melihat pemiagaan atau permaina4 merc*a
bufur untuk menuju kepdarya dan mercka meningalkn hmu
dang turdin @e*hotbah). I(atalcanlah:'Apa Wg di sisi Nlal,
adahh lebih baik daripda permainan dan perniagan.'Dan NIah
*Mik-baik pembei rezeki." (al-lumu'ah: I I )
539
rintah (Rafll) *sudah Nlah mqnryrlihatkan kepdamu aN )nng
l<amu sukai (yahi kemenangan dan hafia ranpsan). Di antanmu
ada orutgltang mengfiendaki dunia fun di antan kamu ada onng
ltang mengfiendaki alhint...."(AIl Imran: I52)
Ibnu Mas'ud berkata, "Aku tidak mengetahui sama sekali bahwa
di antara kami ada orang yang menghendaki dunia, sehingga turun
ayat ini."
Apakah dari kasus seperti itu --adanya sebagian kaum laki- laki
yang baik menjadi
lemah himmah-nya (kebulatan tekad) sehingga lce-
ingrnannya mengiilahkan pertimbangan akalnya-- dapat diarik ke-
simpulan bahwa "laki-laki ddak layak mengurusi ugas-h€as besar"?
Dalam Perang Badar, Al-Qur'an mencatat sikap sebagian sahabat
y,ang seperti itu, baik sebelum maupun sesudah perang. Allah ber-
firman:
"SeMgaimana Tuhanmu menyuruhmu perg dai rumalmu de-
ngan kebenaran, pdahal *sungguhnya *bagian dad onngonng
lang beriman itu tidak menyul<ainya. Mereka memhntahmu ten-
tang kebnann *sudahnyata(fuhwa mer*apadi menang), w
lah-olah merckadihalau kepda kematian, &ngmercla melihat
(retub-sefub kematian itu). Dan (ingatlah) ketikaNlah menjnji-
Iran kepafunru hlwa slah satu dad dua plongan $,ang hnu
hahpi) a&Iah untulonu, dang l<amu menginginkn fuhwayng
tifuI< mempwlni kekuatan *njatalah yang untuknu --" (al-
Anial:5-7)
Dan setelah usai perang, Allali berfirman mengenai sikap mereka
terhadap tawanan:
@ye$;\frt1{:s*;i7tl{$
"... Ifr,mu mengfiendalci haria benda duniawiah danilan NIaIt
menglrcn&ki Gnhala) al<hint (untulanu). Dan Nlah MaIn Per-
kasa W MaIn Bijaluna l6lau xkirurya tifuIc ada ketetapn yang
telah terfuhrilu dad Nlah, niwya kamu ditimp silman grg
besr lrarcna tebusn yang l<amu ambil." (al-Anlal: 67-66)
540
Sesungguhnya kelemahan sebagaimana layaknya manusia itu
menimpa laki-laki dan perempuan secara keseluruhan, sedangkan
yang diambil pelajaran ialah akibatnya.
Mengapa mereka tidak mengemukakan usulan Ummu Salamah
kepada Nabi saw. ketika peristiwa Hudaibiyah, yang ternyata uzulan
dan pemikirannya itu banyak menghasilkan kebaikan dan kemasla-
hatan?
Dan mengapa tidak disebut-sebut apa yang diceritakan Al- Qur'an
mengenai seorang wanita yang mampu memimpin dan menganrr
kaumnya dengan kecerdasan akal dan kebijaksanaannya, ia menun-
tun mereka pada saat yang amat kritis menuju sesrurtu yang meng-
untungkan kehidupan dunia dan akhirat mereka? Dialah Ratu Saba',
yang telah memberikan kepimpulan kepada kaumnya mengenai apa
yang dilakukan oleh para penjajah bila memasuki suatu negeri, de-
ngan menggunaltan ungkapan yang singkat dan padat:
"Dia brlcata 'Sesungguhng nja-nja apbik memasuki sluafit
negeri nixaln merel<a membinasal<arutm dan menjadikn pndu-
dulmln lmng mulia jadi hina...."(an-Naml: 54)
54r
-t
"[4il;t&L1i5i$i-11$-
"Hai itui-isti Nabi, bmu *lralian tidaldah *prtiwanitaynglain
...." (al-Ahzab: 52)
542 t
yang dicalonkan menjadi khalifah, yang ahli sJrura, yaim Thalhah
dan Zuber. Dalam hal ini, Aisyah berkeyakinan bahwa ia berada di
pihak yang benar karena menuntut balas terhadap orang-orang Jrang
membunuh Utsman r.a..
Mengenai riwayat yang mengatakan bahwa ia menyesal dengan
tindakannya ihr -maksudnya keluar rumah-- maka hal ini bukan
karena keluarnya itu tidak dibenarkan Wilil', melainkan karena
pemikiran politiknya yang keliru. Dan ini merupakan masalah yang
lain lagl.
Sebagian mereka menjadikan ayat ini sebagai huijah umum batua
wanita tidak boleh keluar rumah kecuali karena darurat atau karena
kebutuhan yang sampai pada taraf darurat, termasuk ke sekolah dan
ke kampus. uaka tidak mengherankan jika mereka mengharamkan
wanita turut serta dalam pemilihan umum meski sekadar memberi-
kan suaranya dengan mengatakan "ya" atau "tidak'.
Dengan demikian, pada peristiwa yang penting iar separo dari
suara umat Islam akan hilang. Mengenai kenyataan ini Anda dapat
mengatakan: "Wanita-wanita salehah tidak memberikan $Eranya
ketika wanita-wanita lain memberikan suaranya unhrk kaum sekuler
dan penentang syariat Islam."
Mereka lupa maflrum kelanfutan ayat itu menunful*an dibolfh-
kannya wanita keluar dari rumahnya apabila mereka mematuhi tata
kama dan adab syar'i serta tidakber-tafurruj seperti yang biasa di-
lakukan wanita jahiliah zaman dulu. Maka larangan bertaUrrul
(menampakkan perhiasan dan aurat) ihr menuniulckan batma hal
tersebut dilakukan di luar rumah. Sebab tidak ada lamngan bagi
wanita untuk menampakkan perhiasan dan sebagian auratnya di
dalam rumahnya sendiri. Maka ubarruj yang dilarang itu ialah di luar
rumah.
Alasan lain lag yang dijadikan da6ar bagi fatwa yang melarang
wanita ikut pemilihan umum dan dicalonkan sebagai anggota Dewan
Penuakilan ltakyat ialah hadits yang diriwalatkan oleh tmam
Bukhari dan lainnya dari Abi Bakarah. Ketika Nabi saw. mendapat-
kan informasi bahwa bangsa Persia menfadikan puri Kisra sebagai
raia (ratu) mereka setelah Kisra meninggal dunia, maka Rasulullah
saw. bersabda:
."zfg,,f,Eir!:57664irt
543
"TifuI( akan illffi (beruntung) ruatu hun yng menyenhkan
(menguaal<an) unfiiirn merelra kep& wanita"
Mengenai penetapan hadits ini sebagai dalil dalam masalah ter-
-
sebut, sala akankemuka}an beberapa caaan sebagai berikil;
P-ettma: apakah hadits ini dtberlakukan atas-keumumannya
ataukah terbatas pada sebab wurudnya?
. Dalam pengertian bahwa beliau bw. hendak memberiahukan
letidakberuntungan bangrn persia yang menurut rercnruan nurum
)ang turun-temurun harus-menganglet putri Kisra sebagai kepala
pemerintahan mereka,
_meqlclpgn di kalangan bangsa itu iaa orang
yang jauh lebih layak dan lebih utama daripada pritri tersetun
. . 9.-n., kebanyakan ahli ushul menetapkan bahwa yang terpakai
ialah keumuman laf;al, u.u$g-seua! yang khusur. re6pi"teteiip*
atau perkaaan mereka ini belum diiepakati, bahl€n dliriwavatiqn
, dari Ibnu Abbas, Ibnu Umar, dan lairi{ainnya tentane
memelihara sebab-sebab turunnya ayat. sebad kalau tidik demikian,
6iiarr*,
akan terjadi kerancuan dalam niemihami dan menimbulkan;naf-
siran yang buruk, sebagaimana yang dilakukan oleh golongan n"ru-
riyah dari golongirn Iftawarij 0", V*g seienisnya,
/*g
rr'engarotil
ayat-ayat yangturun mengenai kaum musyrikin, lanas mere[a ber-
lakukan secara umum untuk kaum mukmin.2go'
Ini menunjukkal pahwa sebab turunnya ayat, lebih{ebih sebab
wurydlra hadits, rryaiib diiadikan acuan dan-rujrittan aaum mematrami
nash, dan jangan meniadikan keumuman tafa sehsai friA"t y*g
baku.
Hal ini --khususnya-pe1seryi hadits ini-- diperkuaroleh persepsi
pahwa seandainya liadits ilu aiamuu t.ururun lafalnya niscaya
bertentangan-dengan zhahir Al-eur'an. Al-eur,an t"t"tr r*n rria-
{an lcep-ada kita kisah seorang wanita yang memimpin kaumnya
dengan kepemimpinan yang utama, adil-dari- biiatsa"L, menlniipi
mereka dengan lurus_dan penuh hikmah. Berkafpemikii* ain-ioe-
nyayangbagus mereka terselamatkan, tidak te4eiat rc Oaam pepr_
.rgganrang merugikan dan membinasakan mdnusia serta merigtra-
biskan harta dengan tidak akan memetik keuntungan sama sefrli.
wanita itu adalah Ratu Balqis yang disebutkan'tisahnya dalam
mempunyai bahasan
iT^q"r"qibi
membicarakanAl{ur,an di dalam
yang amat berfaedah mengenai masarah ini ketika
kitabnya af, uuwala4at.
544
surat an-Naml bersama Nabi Sulaiman a.s., hingga akhirnya ia
menyatakan:
"... Ya Tuhankt, *sunggahryn akt telah brbwt zalim terhadap
dinku dan akt belnh dii besama Sulaiman kepada Nlah,
Tuhan *mesta alam." (an-Naml:44)
s45
itu q sepenuhnya membebankan tanggung jawab kepadanya.
Pada kenyataannya tanggung fawab itu bersifat kofektif cian te-
fuagaan iq diidpkan bersama-sama oleh sejumlah orang dalam
lembaga terkait, dan si wanita itu hanya menanggung sebafran saia
bersama yang lain.
-. Dengan demikian, ahulahkia bahwa kekuasaan Margaret Ttrarctrer
di Inggris, lndira Gandhi di India, dan Golda Meir di paldstina pendu-
dyk"n --kalau dipikirkan dan direnungkan- bukanlah pemerin-
tahan.ffi.rang wanita terhadap suatu bangsa, t€tapi m6rupakan
pemerintahan suatu lembaga dan hukum, meskipun yang duduk di I
-taoiiret
puncaknya seonng wanita. yang berkuasa adatatr iau denan l
menteri secara kolekt$ bukan perdana menteri seorang diri.
Maka dia bukanlah penguasa mutlak yang tidak boieh dilanggar
perintahnya dan ditolak tuntutannya. Dia hanya mengepalai siratu
kelompok yang sedang berhadapan-dengan ke6mpok Ein
1oposanl,
yang kadang-kadang setelah diadakan pemilihah umum faei dii
janrh, sebagaimana yang rerjadi pada tndira Gandhi di India. ilan di
kelompoknya itu ia tidak memiliki kekuasaan apa-apamelain-
$alam
kan sekadar su.uanya. Maka apabila di dalam pemilitian rimum ber-
ikutnya dia kalah, suaranya hanyalah seperti suiua orang lain di
jalanan.
22
APAIGH ANAK YANG DURHAKA TERHALANG
MENDAPATIGN WARISAN?
Pertanyaan:
il6
Jaanban:
Durhaka kepada kedua orang tua secara umum, dan secara khu-
sus kepada ibu, merupakan dosa terbesar sesudah syirik (memperse-
kutukan Allah). Namun beginr, hal ini tidak berarti ibu atau ayah
dapat seenaknya menghalan$ hak syar'i anaknya yang durhakC itu
untuk mendapatkan warisan. Allah t€lah mengatur sendiri pemba-
gian warisan itu di dalam Kitab-Nya, dan menjadikannya sebagai
wasiat dan kewaiiban daripada-Nya, sebagaimana firman-Nya t€n-
tang warisan anak (artinya): 'Allah mensyariatkan bagimu tentang
(pembagian pusaka unilk) anak-anakmu ...."
Kemudian pada ufung a)rat Allah berffrman:
547
menguranginya menjadi seperempat", karena Rasulullah saw.
mengatakan:
Oleh sebab itu, wasiat yang dilakukan ibu ini --kepada dua anak
p€rem-pualnya-- terhukum haram menurut kesepakatan ulama,
kecuali fika ahli waris yang lain memperlcenarikannya, sebab
mereka mempunyai hak melararrg. Apabila mereka niemperke-
-nlnkanny-a?
beprti mereka mau iliturangi haknyra. seda;gkan
bila mereka ddak memperkenankannya, mde viasiat ftu Edak
boleh dilaksanakan, karena yurg demlician itu merupakan amalan
yang gqk didasa*an pada perinAh Nabi saw., yang nora bene
tertolak dan dikembalikan kepada orang yang mdatitrannya.
Aplbilawasiat ihl dilaksanakan dengan tipu d"lo --*p.rti'men-
jualnya kepada ahli waris-- atau melalui hukuni perdaia (hukum
buaan manusia), maka yang berdosa adalah yang tenuaiiat dan
yang dibe-ri-wasiat sekaligus, karena laduanya telah melanggar
hukum Allah.
Namun demikian, meskipun si ibu telah melakukan dosa karena
melakukan wasiat yang tidak di perbolehkan qrara', kia tidak
dapat memastikan bahwa dia diaiksa setelah madnya, karena
548
boleh jadi dia mempunyai kebaikan-kebaikan -berupa shalat,
sedekah, haji, umrah, dan lainnya-- yang dapat menghapus
bekas-bekas kemaksiatan dan pelanggaran yang pernatr ia laku-
kan. Allah berfirman:
"... Sesungguhnya perbuatan-pebuatan yng baik itt, mendnWs-
lran (dosa) perbuatan-perbuatan ltang buruk...."(Hud: I 14)
23
MASAI.AH WARISAN
549
-
Jaanban:
Wasiat seor-ang istri kepada suaminya dengan sepertiga hartanya
.
berarti
-wasgl fepala ahli waris. wasiat semacam ini diiarang olLh
syara' dan tidak boleh dilaksanakan kmrali jika diperkenankai oleh
ahli waris lainnya.
.Dalam kasus-seperti yang ditanyakan itru, maka semua pening-
galan pewaris dibagi untuk suami, anak laki-laki, dan anak'perem-
puannya. Suami mendapat bagian seperempat berdasarkan ni*r at-
Qur'an:
Cl & i';P;j
C -"
1;3c''*:- P33
€;c_,&t ?1i,Jt u$ i,4 o$5 i
G
yng
"Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari hana ditinggail<an
oleh iilri-iilrimu, iika merel<a tidak mempunyai anak Jika igri-
istimu itu mempuqni anak mal<a kamu mendryt *prcmpat
fui haru fing dit@ailennya...." (an-Nlsa': 12)
. Sedangkan sisanya untuk anak laki{aki dan anak perempuan
dengan-rasio anaklaki-laki mendapat dua kali bagian anal perempu-
an, berdasarkan nash Al-eur'an:
"NIah menspriatl<an hgimu tentang (pemfugian pusaka untuk)
anak-analonu. Yaifu: bagin wnang anak lelakt s;rma dengan
fugian dw onng anak perempuan.... " (an-Nlsa': I I )
550
lebih kuat, sehingga ia menghijab (menghalan$) saudara. Sedang-
kan iika ayah itu ayah tti, maka ia tidak mendapat bagian dari
peninggialan anak perempuan itu, dan warisan (peninggalannya)
seluruhnya untuk saudara laki-lakfuiya, mengingat ffrman Allah:
'... jilca wrang meningal dunia dan ia tidal< mempuryrai amk dan
mempunltai sudara perempuan, male bagi audanrya Wg pc-
remptnn itu *perdua dafi hattayangditinggpil(annm dan su&-
nnya yang laki-laki mempuakai (*luruh hatta sa,u&n percmpu-
an), jika ia tidal< mempuryni anak" (an-Nlea': I76)
24
APAKAH CUCU MENDAPAT BAGIAN
DARI PENINGGALAN I(AI(EK?
Pertanyaan:
Ayah saya meninggal dunia sewaktu ayahnya (ltalrek) masih
hidup. Ayah meninggalkan seorang anak laki-laki dan seorang anak
perempuan. Enam bulan kemudian anak laki-lakinya meninggal
dunia. Dan setelah itu kakek saya meninggal dunia dengan menihg-
galkan beberapa orang paman dan bibi.
Maka, apakah saya mempunyai hak waris bersama mereka? Apa-
kah saudara laki-laki saya yang meninggal sebelum kakek juga ber-
hak mendapatkan warisan? Dan apakah ibu frga berhak mendapat-
kan sesuatu dari kekayaan itu?
Jawaban:
Tidak seorang pun dariyang saudara tanyakan itu berhak menda-
patkan warisan dari peninggalan kakek tersebut.
Saudara laki-laki penanya tidak berhak mendapa.tlan warisan
sama sekali dari kakeknya, bagaimana ia akan mendapatkan
warisan dari kakeknya yang masih hidup? Sedangkan si ibu adalah
orang luar bagi si mati (kakek), d4n ti{ak punya hubungan yang
menyebabkan ia berhak mendapatkan warisan. Kedudukannya se-
mata-mata sebagai istri anaknya, maka tidak menjadikan ia punya
hak untuk mewarisinya.
551
-
552
25
WARISAN ASHABATI
BERSA.T{A ANAK.ANAK PEREMPTIAN
Pertanyaan:
Salah seorang wartawan menyiarkan celotehnya seputar hukum
syariat Islam yang cemerlang ini mengenai kewarisan ,ashabah--yaitu
kerabat ayah seperti saudara-saudaranya, anak laki-laki saudara-
nya, paman, anak laki-laki paman, dan sebagainya-- bersama anak-
anak perempuan kandung si mayit.
Sang penulis mempertanyakan hikmah dan maslahat peraturan
syariat dalam hal ini, sementara banyak dari kalangan ,ashabah
seperti saudara dan paman, dalam praktiknya hubungannya sangat
jauh dengan si mati yang diwarisi itu, tidak ada jalinankasih sayang,
tidak saling silaturahmi, bahkan tidak saling menguniungi. fetafi
setelah yang bersangkutan meninggal dunia dengan meninggalkan
seorang, dua orang, atanu tiga orang anak perempuan, para.ashabab
itu berdatangan setelah sekian lama bersembunyi, mendekat setelah
sekian lama menfauh, dan menuntut bagian pusakanya. Apakah
yang demikian itu sesuai dengan hikmah syariat yang menegakkan
hukum-hukumnya di atas asas mewujudkan kemaslahatan manusia
di dalam kehidupan dunia dan akhirat?
Perkataan ini dipopulerkan oleh sebagian orang bodoh ke
kalangan masyarakat luas. Karena itu kami memohon penjelasan
hikmah syariah dalam masalah ini. Semoga Allah berkenan membe-
rikan pahala kepada Ustadz, dan terima kasih.
Jauaban:
Di antara keistimewaan syariat Islam ialah hukumnya topang-
menopang, saling menyempurnakan, dan saling melengkapi, yang
sebagian terkait dengan sebagian lainnya, tidak terpisah-pisatr dan
tercerai-berai. Ia merupakan satu kesatuan ),ang tidak terpisah-
pisahkan, dan tidak boleh seseorang mengambil sebagian dengan
mengabaikan sebagiannya. Karena itu Allah berffrman kepada
Rasul-Nya --dan kepada setiap praktisi hukum di antara umatnya
sesudahnya:
"Dan hen&lclah l<amu memlttusl<an hu/rl.;rm di antan mereJ<a m*
nurut ap gng diturunl<an NIah, dan janganlah kamu mengiktti
-
UX>6'e6,\4K1,-#FfGh$
._1it!,
u/
-r
"krilranhh hatta pualra itu kepada onng-orangyangbrhah me-
nerimany, dan sianrya dalah untuk lakiJaki yang lebih dekal"
554
ashhabul-furudh (ahli waris yang mempunyai bagian tertentu), dan dia
mewarisi semua drk4h (peninggalan) itu iika tidak ada ahli waris lain
yang mempunyai bagian tertentu.
Misalnya, seseorang meninggal dunia dengan meninggalkan dua
atau tiga orang anak perempuan, ibu, dan istri, maka anak-anak pe-
rempuan itu (dua orang atau lebih) mendapat dua per tiga (2t S) bagi-
an, ibu mendapat seperenam (1/6), dan istri mendapat seperdelapan
(1/8), sesuai dengan ketentuan nash Al-Qur'an.
Xalau kita samakan penyebutnya menjadi dua puluh emqt (24),
maka jumlah seluruh bagian faraid itu adalah 23t24, masih ada sisa
l/24. Apabila si mayit tidak meninggalkan ibu; maka sisanya masih
ada 5 / 24, dan jika tidak ada ibu dan istri maka sisanya sebesu I t 24.
Dan sisa ini, sedikit atau banyak, adalah meniadi bagian 'ashabah:
yaitu laki{aki yang lebih dekat, sedangkan orangyang paling dekat
dengan mayit adalah kerabatnya.
Rahasia pewarisan 'ashabah ini kembali kepada falsafah Islam ten-
tang aturan keluarga, karena keluarga --menurut Islam-- bukanlah
keluarga yang terbatas pada suami, istri, dan anak-anaknya semata-
mata, sebagaimana yang dikenal di kalangan bang;sa Barat dan lain-
nya. Tetapi, keluarga itu bermakna luas, yang mencakup semua
kerabat dan famili.
I(arena itu, kita dapati AI-Qur'an dan As-Sunnah selalu mene-
kankan hak kerabat, mewajibkan menyambungnya, dan mengha-
ramkan memutuskannya. Kita simak pernyataan ayat-ayatdi bawah
ini:
"sembahlah NIah dan janganlah lramu mempet*kutul<an-Nya de-
ngan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepda dua onng ihu-
bapalt karib kenbat ...." (an-Nlea': 36)
#\:;:\5i,6 ;:5'k
-
$$iri er:,;
"Dan beril<anlah kepda keluarga-keluarga yang dekat alen hak-
ny4 kepada onng miskin dan orang yng dalam prjalanan ....'
(al-Isra': 25,-261
555
"Merelca berta4n kepdamu tentang ap yang mercka natkahkn.
Jawablah, 'Ap o,ja haru yng kantu naflrahkan hendatrhh dibti_
l<an kepfu ibu-fuWh l<aum kenfurt, anak-anatr yatim, orwtg-
onng miskin, hn onng-onng yng dalam perialanan...." (al-
Baqarah:215)
"DiwaiiMn atas lamq apbik wnng di anhn hmu l<datuWut
(tanda-tane) maut, jika ia meninggalkan harta yng furyral<, ber-
wasiat untuk ibu-fupk dan kadb kerafuA4ta s@n ma,rut, (ini
adalah) kewajifun atas onng-onng yang brtatrvva"(al-Baqar:ralr:
r80)
Dan bertalwalah kepada NIah yng dengan (memprgunatcan)
"...
nama-Nya kamu aling meminta fitu sama lain, dan
CpmanUtl
hubungan silatunhim. ksungguhny NIah relalu ienjaga dan
mengawasi l<amu." (an-Nlsa': I)
"Maka apkah kinnta jil<a l<antu berhns l<amu aticrn membuat
ketusalran di muka bumi dan memutuslcan hubungan keketuarga-
an? Merela itulah onng-orang png dilatnati NIah dan ditutikan-
N1n telinga mercka dan dibutakan-Nya pnglihatan merelra."
l}'da-
hammad:22-2Sl
Islam tidak membiarkan urusan ini sekadar pesan moral dan dak-
unguk mgr-Egemarkan dan menakut-nakuti, tetapi dengan tasy_
ry.ah
ri'nya juga dimaksudkan untuk memelihara dan'mehflianatin
pesan-pesan tersebut. Maka disyariatkanlah bermacam-macam
oer-
aturan untuk menjamin kelanggengan dan keberlangsungan
ydags-u.ndans dan peraturannya, Etrafrimana rug disenaff;ttah
dan Rasul-Nya, antara lain:
I. Afuran Naftah r
293lihat buku
saya tMuyhilatar-Faqr waKaifu'Aarajahaat-Isran, pasal.Nafaqat al-Aqaarlb-.
556
Allah berfirman:
"Pata ibu trcnaa*ian menyusukn anal<-anakya *fuM dua talrun
pnuh, Jnifit bagi tang ingn meryrempumalan pnytatan. Dan
k*niiban alrah memberi maltan dan pkaian kryda pra ibu d*
ngan can Wg ma'nil. Se*onng tidak dibfuni melainfui firenu-
rut kadar *esanguWtnm. Jangailah wnng ibu men&ita ke-
*ng&nan karcna nalorya dan jug wrangalah lc,rulaarMIG
rya, dan ahli wads pun be*ewajifun demikin...."(al-Baqaralr:
25,31
2. Aturan Keuarisan'
Islam memberikan warisan kepada kerabat, antara sebagian ter-
hadap sebagian lain, sesuai dengan aturan yang t€lah ditetapkan dan
urutan yang sudah dimaklumi. orang yang lebih dekat lepada si
mayit menghijab (menghalangr) orang yang deralatnla lebih jauh.
Allah berfirman dalam surat an-Niffi' yang dimulainya dengan
wasiat untuk bertakwa kepada Allah dan memelihara hubungan sila-
turahim:
557
dalam kondisi lemah atau kesulian-- berhak mendapat warisannya
ii$.ry1tqPqrsangkutan meninggal dunia dengan tidik memiliki
habah
llalini agar-seimbang and6 perrgorUana;dan
Selain itu, anak-anak perempuan yang
5wa ;ledangkan mereka tidak mempunyai sauaEa
,4s-
558
yang kaya tidak memikirkan yang miskin dan tidak pernah meng-
ulurkan tangan memberikan bantuan kepada mereka.
IGsenjangan dan pemutusan hubungan ini pun beralih dari bapak
kepada anak-anaknya, sehingga mereka hampir tidak mengenal
paman-pamannya atau anak-anak pamannya. Maka ketika mati
pamannya --yang nota bene adalah ayah anak-anak perempuan t€r-
sebut-- sedangkan ia meninggalkan harta kekayaan unhrk diwarisi,
tiba-tiba muncullah paman yang selama ini tersembunyi, atau anak-
anak paman yang selama ini tidak diketahui oleh seorang pun.
Kenyataan ini bertentangan dengan afaran lslam, dan kondisi
seperti inilah yang menjadikan sebagian orang beftanya-tanla: apa
yang menjadikan paman atau anak-anaknya ini punp hak waris
padahal sebelumnya tidak ada hubungan sama sekali?
Sesungguhnya sikap hidup kita kaum muslim sering kali merusak
dan mencemarkan Islam. Namun, suatu hakikat )rang tidak diragu-
kan adalah bahwa Islam merupakan hujjatr bagi kaum muslim, bulen
kaum muslim menjadi hujjah bagi Islam.
Semoga Allah menunfukkan kita semua ke jalan yang lurus.
26
MEMBERI NAMA ANN(
DENGAN NAMA.NA"TIA ASING
Pertanyaan:
Saya seorang muslim non-Arab --asal India-- dan saya berdomi-
sili di Dauhah. Saya dikaruniai anak oleh Allah set€lah lama merin-
dukan kehadirannya. Tetapi kemudian kami berbeda pendapat me-
ngenai nama yang akan diberikan kepadanya. Di antara keluarga ada
yang menghendaki agar anak itu diberi nama dengan fiMur-&tnur
India sebagaimana kebiasaan yang secara turun-temurun dilakukan
dalam keluarga. Namun ada pula yang melarangnya dengan meng-
atakan, "Tidak boleh memberi nama anak kecuali dengan nama-
nama Islam yang sudah terkenal di kalangan kaum muslim, seperti
nama-ruuna Nabi, sahabat, ulama, dan pam shalihinpngtermasyhur.
Adapun memberi nama dengan nama-nama India yang non-Arab itu
adalah haram."
Perselisihan itu demikian sengit, dan kami tidak menemukan
falan keluar melainkan melgemldlkannya kepada ustadz agar ber-
kenan memberikan fanra kepada kami menginai masalah 6rsebut
menurut dalil-dalil qrar' iyah.
. frami.
ryohon Janganlah U,stadz mengesampinglen pertanyaan ini,
dan mudah-mudahan Ustadzberkenan men;iwibnya. Semqga Anah
memberikan pahala untuk Usadz.
Jawaban:
5@
ay,#kyq4w$+&/g
e;ty'tii:ru'ota,,u.,>lii$y,3$<!,!_d*Ji
"khina-hina nama di sisi Nlah pada had kiamat iakh orurgyng
bemama dengan Paja Dinja. Tidal< ada nia (yang fufuasa) *lain
Nlah.4Y
Demikian pula jangan menggunakan nama-nama Allah yang
bagus (Al-Asma'ul Husna) yang khusus untuk Allah SWT, seperti
Ar-Rahman, Al-Muhaimin, Al-fabbar, Al-Mutakabbir, Al-Khaliq,
Al-Bari', dan sebagainya.
Demikian pula tidak boleh menggunakan nama-nama )rang
tidak khusus unnrk Allah, tetapi dalam bentuk ma'rifah (menggu-
nakan cl-), seperti al-Aziz, al-Hakim, al-Ali, d-Halim, dan se-
bagainya.
Adapun menggunakan sifat-sifat tersebut sebagai nama dalam
bentuk nahirah (tidak memakai al-) tidaklah terlarang, bahkan di
antara nama sahabatyurg termasyhur dan mutawatir addah Ali
dan Hakim (tanpa memakai al-).Dandikiaskan dengan ior nama-
nama seperti Aziz, Halim, Rauf, Karim, Rasyid, Hadi, Nafi', dan
lainnya.
4. Disukai memberi nama dengan nama-narna para nabi, shalihin,
dan shalihat, unhrk mengabadikan kenangan kepada mereka dan
menimbulkan kegemaran untuk meneladaninya.
Demikian juga disukai memberi nama dengan Abd yang disan-
darkan kepada Allah, sebagaimana sabda Nabi saw.:
.,FJ?^:fi it'-,etAay)6!ig
Itbj pat Qb oLilJtr t:bJ.L ) P ot
"Nama-nama yans pal@ disul<ai Nlah ialah AMullah dan AMw
Ralilnan.z9s
294nn Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi dari Abu Hunirah. Uhat Slr/ltih al-Jani'
ash-Shaghir, nomot 237.
295HR yuslirn, Abu llaud, Ilrmidzi, dan tbnu lvtajah dari lbnu Umar, dalam shahih at-Jdni'
ash-Shaghir, no.161.
561
5. Tidak terlarang me-nggunakan nama asing yang mempunyai arti
bagus m€nurut bahasanya. Banyak kauir-mu-slim ying masih
tetap pada nama asalnya yang non-Arab, baik laki-liki iraupun
perempqa!, setelah mereka memeluk Islam, meskipun merlka
berada di lingkungan Arab.
Contoh terdekat ialah "Mariyah al-eibthiyyah-, istri Nabi saw.
laqg mempunyai anak lbrahim, yang terkenal dengern nama al_
Qibthi al-Mishri.
selain itu, apabila kia memperhatikan nama-nama sahabat dan
tabi'in, niscaya akan didapati nama-nama yang asalnya meruDa_
kan nama tumbuh-tumbuhan, seperti fnaUian,-satmah, dan iin_
zhalah.
Atau nama benda-benda mati dan alami, seperti Bafu,
fabal,
dan Shakhr.
Atau nama-nama yang berupa kata bentukan dari kata lain,
Tperti Amir, Salim, Umar, Sa'id, Fathimah, 'Aisyah, Shafiyah,
dan Maimunah.
Atau nama-nama o-rang_terdahulu yang patut diteladani, seperti
para nabi, shalihin, dan shalihat, semisal tbrahim, tsmail, ydsuf,
Musa, dan Maryam.
Karena itu, seorang muslim boleh saja memberi nama anaknya
dengan nama-narna Arab atau non-Arab, sesuai dengan arahin
dan tuntunan tersebut.
Wabillahit toufiq.
27
IUMLAH SUSTIAN YANG MENGHAPA^T{KAN
Pertanyaan:
Saya adalah seorang pemuda muslim Bangladesh. Saya hendak
menikah dengirn seorang_gadis yang masih keiabat saya, yaitu putri
bibi saya yang meninggal dunia sehari ser€lah metatriikai ,nu[ p.-
rempuannya itu. Kemudian anak itu dipungut oleh isni paman siya
karena merasa bertanggung jawab unnik mlme[hara dan mendidik-
ly-1. Tgta-pi, pada suatu hari ia pernah menyusu pada ibu saya satu
ku! *lg ketika berusia tuiuh arlu delapan f,uhn'serama duiminit,
sedangkan sebelum dan sesudah itu ddak pernah men5rusuinya.
562
Lalu hal itu saya tanyakan kepada ulama di negeri sa1a. Mereka
memberi fanva kepada saya bahwa saya tidak boleh menikah dengan
anak tersebut, karena ia t€lah mengisap susu ibu saya selama dua
menit, yang berarti lebih dari lima kali isapan. Tetapi saya membaca
kitab Ustadz, al-Halal walHaram, yang telah diterjemahkan oleh orang
Bangladesh ke dalam bahasa Bangladesh, dan di dalamnya termaknrb:
"Bahwa susuan yang mengfuramkan pernikahan iu ialah su$ran
yang tidak kurang dari lima kali susuan yang mengenyangkan, dan
sekali susuan yang mengenyangkan itu ialah si bayi merasa kenyang
setelah menyusu dari tetek tersebut.' I(arena itu saya yakin bahwa
susuan anak tersebut pada ibu saya barulah satu kali. Dengan demi-
kian, berarti dia tidak haram saya nikahi sebagaimana yang dijelas-
kan dalam kitab Ustadz.
Maka bagaimanakah cara memecahkan persoalan ini, sementara
ulama Bangladesh memberi fanua tentang haramnya saya nikah de-
ngannya?
Kami harap Ustadz berkenan memberikan jawaban segera.
Mudah-mudahan Allah berkenan memberikan balasan yang sebaik-
baiknya kepada Ustadz.
Jautaban:
Segala puji hanyalah milik Allah. Shalawat dan salam semoga ter-
curahkan kepada Rasulullah. Wa ba'du:
Sesungguhnya fanua ulama Bangladesh )rang penan),a ielaskan
itu didasarkan pada mazhab yang mereka ikuti -tanpa menglraji
mazhab lain-- yaitu mazhab Hanafi yang mengharamkan perka-
winan karena susuan, baik sedikit ataupun banyak, walaupun hanya
dengan sekali susuan, meskipun hanya sekali isapan. Demikianlah
nash kitab-kitab Hanafiyah dan kesepakatan ulama mereka. I(arena
itu benarlah fanua ulama-ulama (Bangladesh) itu bila dinisbatkan
kepada mazhab yang mereka ikuti.
Tetapi, Al-Qur'an dan As-Sunnah tidak mewaiibkan kita meng-
ikuti suatu mazhab tertentu dengan tidak boleh berpaling dari pada-
nya dalam urusan kecil maupun besar. Bahkan hal ini tidak diwajib-
kan oleh imam-imam yang mereka jadikan panutan itu sendiri, tidak
diwajibkan oleh Imam Abu Hanifah, dan tidak diwaiibkan oleh se-
orang pun dari sahabat beliau kepada orang lain sepeninggal beliau.
Karena itu, tidak ada larangan syar'i untuk keluar dari kesem-
pitan kepada keluasan, apabila keluasan (keleluasaan) itu merupa-
563
kan pendapat mazhab lain dari mazhab-mazhab yang telah diterima
dan diridhai umat.
, . Dan bagaimana iika ddil yang kuat t€rnyata ada pada mazhab
tain yaTg bert€ntangan dengannya, sepefti dalam masalah yang
sedang kita bicarakan ini, yaitu mengenai penyusuan dan hukum-
lya?
_ ry1$nat saya dalam masalah ini ialah sama dengan
Syafi'i d1n.Y:*U4i,-yairu "bahwa susuan yang menghiramkan
mazhab
qni_
kah/menjadikan hubungan sesusuanl ini iain nria ui susuan
yaxg me-ngeny-angkan- sebaglimana yang dimaklumi, dan pendapat
ini diperkuat oleh hadits sahih".
Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah r.a. secara marfu,:
eW'rA*tUFq
"sekali iapan dan dua l<ari iapan tidak menglnnmkan (perr<awin-
an)."
o,6z-fit'Etfui,64ii$*
"kkali dan dua l<ali susuan tidak mengharamkan @e*aivinan)."
'z*-%GqWJCql 't""**
l'A--) t ,/ ----I
/ Hz
&n
uq6$
"Sekali dua kali susuan, ekati dan dua kti io,pn tidaklah
menStanmlran (perlawinan/menjadikan mahram)."
564
Imam Malik meriwayatkan dalam al-Muwoththa'dan lmam Ahmad
meriwayatkan dalam al-Musnad dari hadits Aisyah bahwa Nabi saw.
bersabda kepada Sahlah istri Abu Hudzaifah dalam kisah Salim,
bekas budaknya:
Maksudnya agar Salim menjadi mahram bagi Sahlah. Hal ini me-
nunjukkan bahwa susuan yang kurang dari lima kali tidak menjadi-
kan mahram bagi yang bersangkutan.
Imam Muslim dan lainnya juga meriwayatkan dari Aisyah:
"Di dalam wahyu lnng diturunkan dalan N-Qulan di*butkan:
'Sepuluh hli susan ltang dimaklumi (hannh) mengfianml<an
pe*awinan (menjadikan mahnm), kemudian ketenfinn ini diha-
puskan dengan lima l<ali susuan ltang dimaklumi.'Dan Rasulullah
sw. walat ffing ketentuan inilah nng ditetapkan dalam AI-
Qurlan."(Hadlts lni dlriwayatkan dengan lnfnl !,ang berbeda-
beda)
-L-.
batasan tentang ukuran setiap kali menyusu. Bahkan hal ini dikem-
balikan menurut adat kebiasaan, sebagaimana banyak hal yang dise-
rahkan kepada kebiasaan manusia, seperti masalah memegang
(mengikat) iud beli, melindungi barang dari pencurian (sehingga
yang mengambilnya dari tempat tersebut dapat dikategorikan men-
curi), menglridupkan tanah mati, dan sebagainya.
_ Sedangkan 'url (kebiasaan) itu tidak menganggap satu susuan
kecuali yang mengenyangkan. I(arena itu orang-oiang mengatakan:
"Sesungguhnya bayr itu setiap harinya membutuhkan empat atau
lima kali menS/usu." Maksudnya, sahr kali menylrsu dengan ukuran
hingga kenyang sebagaimana orang dewasa makan dengan sekali
makan, berarti dengan ukuran sampai kenyang.
Atas dasar ini maka mubah (bolehlah) saudara (penanya) meni-
kah dengan putri bibi Anda tersebut. Dan susuan yang tiaat teUitr
dari dua menit itu --sebagaimana Anda jelaskan dalam pertanyaan--
tidak melarang Anda menikah dengannya, hal ini menurut kete-
rangan dari dua imam mazhab: Syaf i dan Ahmad bin Hambal, yang
didukung oleh hadits-hadits sahih.
Sepla puji kepunlaan Allah dengan sebanpk-banyaknya. Semop
shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga,
dan sahabatnya. o
566
BAGIAN VI
HUBUNGAI.I SOSIAT
KETfu{STAIUIGTN:
SEPUTAR MASATAH
MM
(Lanjutan Iilid 1)
L
I
BAGAIMANA MTfiIPERGUNAI(AITI HAnIA
YANG DTPEROTEH DAru nl.AN HAnAm?
Pertanyaan:
Saya telah membaca kitab Ustadz dengan topik "Bunga Bank ada-
lah Riba yang Haram", dan saya merasa puas dengan pendapat-pen-
dapat yang Ustadz kemukakan yang mengacu pada dalil-dalil Al-
Qur'an dan As-Sunnah. Oleh sebab itu, alhamdulillah, saya berniat
untuk mencukupkan diri dengan yang halal, bersih dari yang haram,
baik dan bersih dari yang buruk, dan saya tinggalkan apa yang mera-
gukan dengan melakukan apa yang tidak meragukan saya. I(arena
saya yakin bahwa yang sedikit tetapi halal akan membawa berkah
dan lebih baik serta lebih bermanfaat di dunia dan di akhirat dari-
pada yang haram meskipun banyak jumlahnya.
Yang saya tanyakan sekarang ialah bunga dari bank-bank tersebut.
Apa yang harus saya lakukan terhadapnya? Apakah saya biarkan
saja di bank, terserah untuk apa mereka pergunakan? Ataukah saya
ambil untuk membayar pajak dan iuran yang diwajibkan pemerintah
kepada saya, yang kebanyakan pemerintahnya zallmZ Atau saya
pergunakan untuk membeli bahari-bahan bakar, seperd bensin mobil,
gas elpiji untuk memasak di dapur, dan sebagainya sebagaimana
yang disarankan sebaglan orang kepada saya? Ataukah saya berilan
kepada orang-orang fakir dan lembaga{embagd yangmemiliki pro-
gram kebafikan, padahal hadits syarif menslnyalir: 'sesungguhnya
Allah itu baik, dan tidak menerima kecuali yang baik"?
Saya mohon Ustadz berkenan menfelaslen apa yang boleh saya
lakukan, apalagi masalah ini juga t€riadi pada banyak orang yang
memiliki uang di bank dengan bunga sangat banyak. Demikian pula
halnya dengan orang yang mendapatkan penghasilan socara haram
sementara dia ingin bertobat dan menyucikan diri. Apa yang harus ia
lakukan terhadap harta yang buruk itu sehingga ia nand menghadap
Allah dengan keadaan bebas dari tanggungan dan dlterlma tobahya?
Semoga Allah menjadikan Anda sebagai pembela agama-Nya dan
bermanfaat bagi kaum muslim.
569
-l
Jawaban:
_ Saya memohon kepada Allah untuk saudara penan)ra yang ter-
hormat, semqga Dia memanapkannya di atas kebenararidair mEncu-
kupkannya dengan yang halal serta menjauhkannya dari yang
haram. Semoga ia senantiasa menaati-Nya din jauh diri mendirhal
!r1i-Nya, serta memperoleh rezeki dari karunia-Nya bukan dari yang
lain-Nya.
Selanjutnya, saya panjatkan puji kepada Allah karena ternyata
masih banyak pura umat kita yang senantiasa dalam kebailian,
tiada tertipu dan teperdaya oleh fatwa-fatwa picisan yang tidak ber-
-kesepalratai
I.Bng dal tidak berlcendali, yang merobeki bmbaga-
lembaga ilmiah, muktamar-muktamar internasional, dan seminar-
seminar di berbagai ibu kota negara Islam, yang kesemuanya menye-
pakati bahwa bunga bank adalah "riba yang haram,.
. Adapuq apa yang ditanyakan oleh saudara penanya mengenai
bgnga bank yang diperolehnya, maka keadaannya sama seperii ke-
adaan semua harta yang diperoleh dengan jdin haram. 'Artinya,
orang yang me-ngusahakannya tidak boleh memanfaatkannya, sebab
jika iq memanfaatkannya berarti ia memakan sesuiltu yan! haram.
Dalam hal ini, sama saja halnya apakah ia memaniaatkanya
untuk membeli makanan, minuman, pakaian, t€mpat tinggal, atau
untuk membayar kewajiban yang harus dibayarnla, baik kepada
seffima muslim maupun kepada nonmuslim, baik lcepada yang adil
maupun yangmenyimpang (zalim), seperti untuk mernbayar pajak
lepada pemerintah yang memang bermacam-macam keadaannya.
|.pua-rq tidak diperbolehkan. Demikian pula iika dibelikan bahan
bakar, hal ini bahkan lebih terlarang, meskipun anda pernah mende-
ngar sebagian sy_ekh di Nggara Teluklang memperbolehkan penggu-
1taal buqsa bank unruk hd-hd tersebut, misalnya unruk niem6uat
j11nP"l yang tidak suci. Ini merupakin fanra aneh yang
$an linnya
tidak didasarkan-p?da pemahaman yang sehat. Sebab pada dasarnya
orang itu.senjirilah y--ang_menggunakan harta haram untuk kepen-
lingan pribadinya. Alhasil, tidak boleh seseorang mempergunikan
harta y-ang hT?, untuk kepentingan dirinya aau leluarganya, ke-
cuali jika ia fakir atau punya utang sehingga ia berhak-rnenerima
zal<at.
Sementara itu, membiarkan bunga-bunga tersebut untuk bank
juga tetap tidak diperbolehkan sama sekali,sebab apabila bank itu
y-ang memungut bunganya, berarti hal ini akan memperkuat kebera-
daan bank ribawi dan membantunya untuk meneruskan program-
570
programnya. Tentu saja hal ini termasuk dalam kategori membantu
kemaksiatan, sedangkan membantu kepada se$uru yang haram
hukumnya haram, sebagaimana telah saya Jelaskan pada bab per-
tama dari kitab saya al-Halal wal-Haram fil-Islam.
Di samping itu, bertambah besar pula dosanya --dan ini sangat
disesalkan-- mereka (para hartawan Islam) yang menylmpan uang-
nya di bank-bank asing di Eropa dan Amerika, dan membiarkan
bunga bank untuk bank-bank tersebut merupakan bahaya besar.
I(arena bank-bank ini biasanya menyalurkan uang bung tersebut
kepada organisasi-organisasi sosial yang pada umumnya merupakan
organisasi-organisasi gercja dan misionaris, yang kebanyakan mela-
kukan aktivitasnya di negara-negara lslam. Ini berarti harta kaum
muslim dipergunakan untuk mengkristenkan kaum muslim sendiri,
memfitnah agama mereka, dan melepaskan mereka dari cia-cita.
Ringkasnya, membiarkan bunga bank untuk bank --terutama
bank asing-- terhukum haram secara meyakinkan, dan hal ini sudah
ditetapkan dalam beberapa kali muktamar, khususnya dalam "Muk-
tamar Bank Islam'kedua di Kuwait.
Adapun pendayagunaan bunga-bunga itu --dan semua jenis per-
olehan dari jalan haram-- untuk berbagai bentuk kebaikan, seperti
unfuk fakir miskin, anak--anakyatim dan ibnu sabil, jihad fi sabilil-
lah, menyiarkan dakwah Islam, membangun masjid dan pusat-pusat
keislaman (islamic centre), untuk mempersiapkan juru-juru dakwah
yang mumpuni (yakni untuk biaya pelatihan dan penataran-pena-
taran mubaligh daq sebagainya), menerbitkan buku- buku Islam,
dan jalan kebaikan lainnya pernah menjadi perdebatan sengt dalam
suatu kajian Islam. Sebagian saudara dari kalangan ulama tidak mau
memberikan bunga-bunga ini kepada orang-orang fakir dan pro-
gram-program kebaikan (kepentingan umum). Alasan mereka,
bagaimana kita akan memberi makan orang-orang fakir dengan hasil
usaha yang jelek? Bagaimana kita akan merelakan untuk orang-
orang fakir dan sebagainya apa yang kita tidak rela untuk diri kita
sendiri?
Meski dcmikian, sebenarnya harta itu buruk apabila dinisbatkan
(dipergunakan) untuk orang yang mengusahakannya dengan cara
yang tidak haL, tetapi ia tetap bagus bila dinisbatkan kepada orang-
orang fakir dan jalan-jalan kebaikan. Harta itu haram bagi orang
yang mengusahakannya dengan jalan haram, tetapi halal bagi jalan-
jalan kebaikan. Harta itu pada hakikatnya tidaklah buruk, tetapi ia
menfadi buruk bila dinisbatkan kepada orang-orang tertentu karena
571
sebab t€rtentu pula.
Ada empat macam sikap seseorang terhadap harta haram tersebut
--dalam hal ini tidak ada alternatif lainnya-- menurut analisis akal
sehat:
Pettrama: menggunakannya untuk dirinya sendiri atau keluarga-
nya. Hal ini tidak dibolehkan, sebagaimana telah saya jelaskan.
Kedua: membiarkannya untuk bank ribawi. Ini juga tidak diper-
bolehkan sebagaimana t€lah saya kemukakan.
Kedga; membebaskan diri daripadanya dengan merusaknya dan
menghabiskannya. Pendapat ini dikemukakan oleh sebagian ulama
salaf yang wara', tetapi ditolak oleh Imam Ghazali dalam kitabnya
Ihya'Ulumuddin dengan alasan bahwa kita dilarang menyia-nyiakan
harta.
Keempat: mempergunakannya untuk berbagai macam kebaikan,
misalnya untuk fakir miskin, anak-anakyatim, ibnu sabil, organisasi
sosial kemasyarakatan, dan dakwah Islam. Ini merupakan jalanyang
rasional dan nyata.
Perlu saya felaskan di sini bahwa hal tersebut bukan t€rmasuk
bab sedekah, sehingga hadits W$/,61 q#'ii'13! (Sesungguhnya
Allah itu baik, Ia tidak menerima kecuali yang baiklzso tidaklah
memiliki korelasi dengan persoalan ini.
Persoalan ini hanya tergolong dalam bab mempergunakan harta
yang buruk atau haram dalam satu sektor. I(arena iru yang bersang-
kutan tidaklah bersedekah, melainkan han)ra menjadi perantara
untuk menyampailun harta ini kepada jalan kebaikan. Tetapi, mung-
kin juga dikatakan bahwa ini merupakan sedekah dari lingkaran
harta haram dari pemilik harta itu.
Selain itu, saya juga mendengar sebagian orang mengatakan
bahwa sebenarnya bunga bank ini milik para debitor yang meminjam
ke bank untuk menunrp kebutuhan mereka, maka pada prinsipnya
bunga tersebut harus dikembalikan kepada pemiliknya.
Namun kenyaaannya, pata debitor telah putus hubungannya
dengan bunga tersebut, sesuai dengan akad (perianiian) antara
mereka dan bank, dan itu pun terbatas hanya dalam iumlah t€rt€ntu
dari keseluruhan uang bank yang tidak diketahui pemiliknya secara
tert€ntu.
296nn uuslim dan lainnya dari hadits Abu Hurairah r.a. yang termasuk salah sanr dari
hadits arba'in Nawauiyah yaqg terkenal itu.
572
Imam Ghazali t€lah mengupils masalah harta semacam ini. Menu-
rut beliau, harta seperti itu termasuk harta yang pemiliknya tidak ter-
tentu sehingga sangat disesalkan jika dibekukan besm safa. Beliau
menjelaskan: 'Harto ini tidak mungkin dikembalikan kepada pemi-
liknya, dan tidak mungkin dibekukan sehingga jelas urusannya. Dan
mungkin juga tidak dikembalikan karena sangat banyak pemiliknya,
seperti mengkorupsi harta rampasan. tvtaka harta semacam ini se-
baiknya disedekahkan (kepada orang/sektor lain) sebagai penggianti
bagi para pemiliknya."
Lebih laniut Imam Ghazali menerangkan:
fika ditanyakan, mana dalil yang memperbolehkan menyedekah-
kan harta yang haram, dan bagaimana mungkin seseorang menyede-
kahkan harta yang haram yang bukan miliknya? Segolongan ulama
berpendapat bahwa yang demikian itu tidak boleh, karena harta itu
harta haram. Diriwayatkan dari al-Fudhail bahwa beliau pernah me-
nerima uang dua dirham, dan ketika beliau mengetahui bahwa uang
itu diperoleh melalui jalan yang tidak benar, beliau melemparkannya
ke batu-batu seraya berkata: "Saya tidak mau bersedekah kecuali
dengan yang baik, dan saya tidak rela untuk orang lain apa )rang
saya tidak rela untuk diri saya."
Terhadap pertanyaan dan alasan tersebut saya jawab: Benar,
bahwa ada kemungkinan seperti itu. Tetapi saya memilih pendapat
yang berbeda dengan itur berdasarY,anhhabar, atsar, d?tr qiyas.
Adapun dari hhabar (riwayaQ ialah perintah Rasulullah saw.
untuk bersedekah dengan kambing panggang yang dihidangkan ke-
pada beliau, karena salah seorang berkata bahwa daging kambing itu
haram, maka Rasulullah saw. bersabda:
573
I
I
I
i
t--
Ketika turun ayat (artinya): "Alif Laam Miim. Telah dilelahkan
bangsa Rumawi, di negeri rcrdekat; dan mereka sesudah dilolahkan
itu akan menang" (ar-Rum: I-5), orang-orang musyrik mendusta-
kan beliau dan berkata kepada para sahabat, "Apakah Anda tidak
memperhatikan apa ),ang dikahkan oleh sahabat Anda prg menglra
bahwa bangsa Rumawi akan menang?' IGmudian Abu Bakar r.a.
mengajak mereka bertaruh dengan izin Rasulullah saw.. KetikaAllah
telah merealisasikan kebenaran firman-Nya itu, Abu Baler datang
kepada Rasulullah saw. dengan membawa hasil kemenangan taruh-
annya itu, tetapi beliau bersabda: "Ini haram." Ialu beliau menyede-
kahkannya; dan orang-orang mukmin merasa gembira dengan per-
tolongan Allah itu.
Adapun ayat yang mengharamkan aruhan (perjudian) turun
setelah Rasulullah saw. memberi izin kepada Abu Bakar unhrk mela-
kukan taruhan dengan orang-orang lta1[i1 igu.2e8
Sedangfian atsaryangsaya (Imam chazali) jadikan landasan ialah
bahwa Ibnu IVtas'ud pernah membeli seorang budak perempuan, tetapi
ketika mau membayarnya beliau tidak meniumpai pemiliknya. Beliau
berusaha mencarinya, t€tapi tetap tidak mendapatkannya. ttaka
beliau sedekahkan uang pembayaran itu dengan berkata, ;ya Alah,
ini sedekah darinya jika ia rela, tetapi iika ridak maka pahalanya
untukku.'
Al-Hasan r.a. pernah ditanya t€ntang tobatnya koruptor
-yang
mengambil harta rampasan sebelum dibagi-- beserta staus harta
yang diambilnya setelah semua pasukan kembali ke rumah masing-
masing. Maka beliau menjawab, "Disedekahkan."
Diriwayatkan pula bahwa ada seorang laki-laki yang mempertu-
rutkan nafsunya hingga ia berani mengambil harta rampasan seba-
nyak seratus dinar secara curang (korup). Kemudian ia datang ke-
pada amir (komandan pasukannya) untuk mengembalikannla, t"Wi
amir tersebut tidak mau menerimanya, dia hanya berkata, "Orang-
orang sudah bubar." Orang itu kemudian datang kepada Muawiyah,
tetapi Muawiyah juga tidak mau menerimanya. Maka ia datang lcepada
sebagian ahli ibadah, lantas ahli ibadah itu berkata kepadanya,;Be-
574
rikan seperlimanya kepada Muawiyah, dan sedekahkan sisanya."
Setelah Muawiyah mendengar pendapat ini, ia merasa menyesal
karena dalam pikirannya tidak terlintas pendapat semacam ini.
Imam Ahmad dan al-Harits al-Muhasibi serta sejumlah orang
wara' berpendapat demikian.
Adapun dalil qiyas untuk persoalan ini ialah bahwa harta seperti
ini diragukan apakah dibuang dengan sia-sia ataukah digunalen
untuk kebaikan. Sebab walau bagaimanapun, pemiliknya akan
merasa menyesal jika dibiarkan seperti itu, dan secara meyakinkan ia
pasti berpendapat bahwa harta itu akan lebih baik digunakan untuk
kebaikan daripada dibuang ke laut. Apabila ia membuangnya ke laut
berarti ia telah menyia-nyiakannya baik untuk dirinya sendiri mau-
pun untuk orang lain, dan tidak bermanfaat sama sekali.
Sedangkan jika hafta itu kita berikan kepada orang fakir yang
mendoakan pemiliknya, maka si pemilik akan mendapat berkah dari
doa si fakir itu, di samping harta tersebut dapat digunakan untuk
menutup kebutuhan si fakir. Adapun mengenai sampainya pahala
kepada si pemilik meski tanpa usahanya (kehendaknya) dari sede-
kah itu tidak perlu diingkari. Karena di dalam hadits sahih disebut-
kan bahwa petani atau penanam mendapatkan pahda dari buah dan
tanamannya yang dimakan oleh manusia atau burung.2ee
Adapun alasan orang yang mengatakan "kita tidak bersedekah
kecuali dengan yang baik" adalah jika kita mencari pahala, dan kia
sedang berada dalam keragu-raguan apakah kita membuang harta
itu secara sia-sia atau menyedekahkannya, kemudian kita meman-
dang lebih baik menyedekahkannya daripada membuangnya secara
sia-sia.
Demikian juga alasan orang yang mengatakan "kita tidak rela
untuk orang lain apa yang kita tidak rela unftk diri kita", jawaban-
nya adalah seperti di atas. Akan t€tapi, hal itu haram bagi kita, karena
kita tidak membutuhkannya, sedangkan bagi orang miskin hukum-
nya halal karena dihalalkan oleh syara'. Apabila kemaslahatan me-
6:a1ft4,5ty7g6t1vr,l44wbylw,A*l#aY
r3.d4
Tifu wang muslim yang memtrant s.tafir tarnnnn lantas tr.latryadim*an oldt nunu*+hmry
atau binatang hiq k*tali nrcnjadi dekah fugttd."
575
L
netapkan halal, maka waiiblah dihalalhan; dan apabila sudatr halal
maka kita rela untuk si fakir atau si miskin itu sesuahr yang halal.
Selain inr, menurut saya, dia juga boleh menyedekahkannya ke-
pada dirirlya sendiri dan mereka fakir. Irabolehan
sedekah ini untuk keluarga dan sudah rcntu tidak sanur
lagi, sebab lefakiran itu tidak hilang disebabkan mereka sebagai
-
keluargianya, bahkan mereka lebih utama untuk diberi sedekatr.
_ Sedangkan dia sendiri boleh mengarmbilnya seledar menutup ke-
butuhannya, karena ia juga fakir.
IGsimpulannya, ia boleh menyedekahkannya kepada orang fakir,
-
dan boleh luga b menyedekahkannya kepada dirinya sendiri, bila
memang ia fakir.soo
Barangkali saudara bertanla, apakah orang lang mengambil bunga
dari bank ribawi dan menggunakannya unnrk plan kebaikan men-
dapatkan pahala? Maka jawabannya, ia tidak mendapatkan pahala
sedekah, tetapi ia mendapatkan pahala dari dua sisi lain:
Petlama: karena ia meniaga dirinya dari hartayangharam ini dan
tidak memanfaatkan untuk dirinya dengan ialan apa pun, dengan
demikian ia mendapatkan pahala dari Allah Ta,ala.
Kedrra: ia menjadi perantara yang baik untuk menyampaikan
-
harta ini kepada orang-orang fakir dan organisasi-organisasi tslam
yang memanfaatkannya, dengan demikian insya Allah dia akan
mendapatkan pahala.
z
MENCARI KEKAYAAN DENGAN IAI.AN HARAXI
Pertanyaan:
Saya menulis surat ini kepada Ustadz untuk menanyakan seputar
masalah yang penting dan aktual dalam kehidupan saya.
Saya seorang insinyur bangunan png hidup di Amerika, dan
baru-paru ini saya berhasil mendapatkan gelar doktor dalam bidang
arsitektur di Inggris.
Sejak beberapa waktu lalu saya memperoleh kesempatan untuk
576
memasuki $ulh.l syirhah (kongsU bersama seorang insinyur bangunan
Amerika untuk mendirikan usaha bangunan di rlmerika, dan unnrk
modal kerja itu mengharuskan saya meminjam lcepada bank. Saya
tahu bahwa secara umum yang demikian itu haram, tetapi kadang-
kadaTg hal ini $dak dapaq saya hindari. Dalam kesempatan ihr pun
saya berusaha dengan berkirim surat kepada Bank Islam al-Baralatr
di [.ondon, dan baru mendapattan jawaban empat bulan sesudatr itu,
namun jaunbann),a tidak jelas dan berbelit-belit. Saya mencoba ber-
kirim surat sekali lagi, tetapi malah tidak mendapatkan fawaban.
Berbagai cara t€lah saya t€mpuh untuk mendapatkan piniaman
qppa_bunga, tetapi belum jrrga berhasil. Sedangkan di satu sisi, saya
adalah seorang pemuda yang penuh gairah aan tiaat ingin menyia-
nyiakan kesempatan. Niat sala sehat" )aitu ingin meniadi,orang kap
unhrk membanhr umatlang tertimpa berbagai bencana, bukan-unnrk
hidup bersenang-senang dengan tidak mempedulikan orang lain,
sebagaimana sikap kebanyakan orang kaya yang teperdaya oleh
kekayaannya.
Saya akan bersabar menunggu jawaban tJstadz. Semqga Allah
memberikan balasan yang sebaik-baiknya kepada Ustadz.
Jawaban:
Tidak ada larangan bagi seorang muslim untuk mencari kekayaan
dan berusaha mendapatkannya. frekayaan dalam pandang;an lslam
bukanlah dosa, bukan pula hal yang hina dan tercela. ttarta UaaHatr
buruk, dan di dalam Islam tidak ada ajaran seperti ajaran agama
Masehi yang mengaakan: "sesungguhnya orang kaya i$ tidak akan
masuk ke kerajaan langit sehingga unta dapat masuk ke dalam
lubang jarum."
Bahkan Allah SWT telah memberi kenikmatan kepada Rasul-Nya,
sebagaimana firman-Nya:
"Dan Dia mendarytimu *fugai *orangyangkekunngu,lalu Dia
memberikn keankupan." (adh-Dhuha: 8)
--aGJGlf,i56\ei$wiy@(
k)Vr,;b qb qb,s^riib 1U oD), A,d)G
577
L
Ta NIah, akt mohon kepada-Mu petunjuk dan kehlwaan,
luhunn budt dan kelayan.t,ot
S.-I"-in itu, dirlwayatkan fuga dari Sa,ad bin Abi Waqash, beliau
-bersabda:
' ,g!#r#rqr44:^i'i!1
(<;Vqb P oYr)
"Sesungguhnln Nkh mencintai hamh yng bertakwa, yng ka1,a
(be*xttkupan), dan yang tidak menampkkanrya.aoz
{fii
"kgus
i' ob,,) .
d#i*$tq,tA(&
sekali hafia yang tang Mik bgi onng nng salsh.aos
301nR muslim dalao 'Bab Dzikr, (4: 272tl,dan dirtwayatkan fuga oleh Tirmidzi, Ibnu
Marah, dan Ahmad bln Hanbal dalam Mtsnait-nya,
302HR Mustim
dalam 'Bab Zuhud" (4: 2965), danlbnu Hibban (1: 168).
3O3nn Ahmad dengan sanad y,ang
-
olehnya.
bagus, dan dirlwalatkan oleh Hakim sena disahkan
578
Bahwa kekayaan materi bukanlah segala-galanya, adakalanya
seseorang memiliki kekayaan bermilyar-milyar, tetapi hatinya
miskin. Di dalam hadits sahih, Rasulullah saw. bersabda:
,+AiJitT\,
( p:oQtobt) .
"I<aya itu bul<an karcna UnWnW harta tetapi l<an itu adahlrW
hati.sM
6K
"Sedikit tetapi mencukupimu lebih baik daripada banyak yang
melalaikanmu.'
3O4HX grlhrri (8: 118) dan Muslim dalam "Bab ?alrat' (4t 12O), dan lain{ainnya.
579
L
*hgian hfi karunia-N1m, mercka kikir dengan karunia itu, fun
furpaling, fun merel<a memang onng-orirnggng *lalu membe- I
580
laskan di dalam Al-Qur'anul l(arim, tetapi dengan ketentuan bahwa
yang bersangkutan tidak menginginkannya dan tidak melampaui
batas:
SjLAii,l*v'if't6rt;{i{3:;{fri#
.a>61
ryl t€)
"... Tetapi barangsiap dalam keadaan terpaka (memalranrya)
dang ia tidak menginginl<ann1,a dan tidak (pula) melampui
batas mal<a tidak ada don baginya. Sesunguhryn Nlah Maha
Pengampun W Maha Pen1m1nng." (al-Baqaraht l73l
Kedua: semua pintu yang halal sudah tertutup --baik bagi perse-
orangan maupun bagi pemerintah-- meskipun semua jalan telah di-
581
1-_
coba dan diusahakan, sedangkan pengganti yang dibenarkan syara'
gntu-k menutup keperluan ttu tidak ada, fitga tidak ada jalan keluar
dari kondisi darurat beserta tekanannya yang memaksa. Akan t€tap:.,
jika ada penggantinya dan terbuka pintu kepada yang halal, maka
tidak boleh berlindung kepada yang haram sama sekali.
Kedga: janganlah sesuatu yang diperbolehkan karena darurat itu
dijadikan pokok dan kaidah, retapi hal itu merupakan pengecualian
yang bersifat temporer, yang akan hilang dengan lenyapnya kedaru-
ratan. I(arena itu para ulama menyempurrnkan kaidah:
+$gXf&j:t 6il$Si (darurat iru memperbolehkan sesuaru yang
terlarang) dengan kaidah lain sebagai patokan yang berbunyi:
p"ej.tl3iif$46i;Y (apa yang diperbolehkan karena darurat itu
diukur dengirn kadar kedaruratannya).
Kaidah ini dirumuskan dari firman Allah:
"... funngsiapa dalam keadaan terpaksa (memakanny) dang dia
tidak menginginlcannya dan tidak @ula) melampui futas, mal<a
tidak ada dosa fuginya .... " (al-Baqarah: t75l
3
UNDUTN BERHN)IAH DAru PERUSAHAAN
DAGANG (PRODUSEN)
Pertanyaan:
1. Sdah satu perusahaan --misalkan perusahaan pakaian atau
perabot rumah tangp-- ingin memberikan sejumlah uang kepada
582
beberapa pelanggannya, apakah para pelanggan itu boleh menerima
hadiah tersebut?
2. Tentang cara yang dipergunakan produsen untuk tnenentukan
pemenang:
Seorang wakil dari perusahaan perdagangan menarik sejumlah
angka sesuai dengan jumlah pelanggan dan dikirimkan kepada
mereka --misalnya 100 orang pelanggan-- kemudian menarik bebe'
rapa nomor lain. Apabila nomor yang ditarik ini sesuai dengan nomor-
dikirimkan sebelumnya, maka orang yang mendapat nomor yang
sama itulah yang beruntung.
Kemu<iian pihak perusahaan mengirimkan nomor-nomor tersebut
kepada pelanggan bersangkutan untuk memberitahukan kepada
mereka mengenai hadiah yang akan mereka peroleh atau sejumlah
keuntungan yang akan mereka dapatkan.
Sedangkan pelanggan yang bersangkutan tidak ikut perlombaan,
tidak mendatangi penarikan undian, juga tidak membayar apa-apa
untuk undian itu, hanya saia seperti biasanya ia membeli produk pe-
rusahaan tfrsebut.
Apakah dalam hal ini --melalui cara seperti ini-- pelanggan boleh
menerima hadiah atau keuntungan tersebut?
Apakah cara semacam ini dapat disamakan dengan yana.sib yang
memang mengandung untung dan rugi? Dan karena adanyra peng-
aruh bagi keuntungan dalam masalah ini, maka adakatr akibat
hukumnya, yakni halal atau haram?
f(ami mohon Ustadz berkenan menjelaskannya, mudah-mudahan
Allah memberi kejelasan kepada Ustadz.
Jautaban:
Segala puji kepunyaan Allah, shalawat dan salam semoga tercu-
rahkan kepada Rasulullah. Wa ba'du:
Menurut pendapat saya, hadiah yang dibagi-bagikan perusahaan
dagang kepada para pelanggan atau pembelinya baik yang berupa
uang maupun barang itu tidak termasuk ke dalam kategori judi (mai-
sir). Sebab salah satu karakter judi ialah mengandung uniung-rugi
bagi salah satu dari dua belah pihak, seperti halnya yanasibyaigte?
kenal di negara-neg.ua Barat --sangat disesalkan praktik ini telah
masuk ke dalam masyarakat kira. Hal ini karena hadiah yang diberi-
kan oleh perusahaan itu sifatnya dari satu pihak (yakni pihak pe-
rusahaan) tanpa merugikan pihak kedua, yakni para pelanggan atau
pembeli.
Adapun cara yang dipergunakan sebagian perusahaan dengan
menggunakan undian, maka hal itu tidak tertaring oleh syara, me-
nurut pandangan jumhur ulama, dan hal ini juga ditunjuki 6leh bebe-
rapa hadits sahih yang memperbolehkan menetapkan kemenangan
dengan jalan undian.
Namun, dikecualikan dari hal itu ialah orang yang membeli
larang dari toko atauperusahaan hanya dengan motivasi In6n men-
dapatkan hadiah, se$19 ia tidak punya tufuan (keperluaiy unruk
membelinya. Maka hal ini mengarah kepada judi yhn! terlarang atau
mendekatinya.
Meskipun saya sendiri tidak suka jika perusahaan-perusahaan
_ -
Islam ikut-ikutan menggunakan cara Baiat ini dalain menarik
pelanggan, misalnya dengan membagi-bagikan hadiah yang haki-
katnya rya,sih ffimar bagi kebanyakan pedagang pada zimai seka-
png. lebap hadiah-hadiuh yqls dibagikan kepada sebagian pembeli
itu paQ akhirnya menimbulkan kenaikan tiarga yang noia bene
harus ditanggung oleh semua pembeli. Oengan demiEan, seolah-
olah pembeli yang beruntung mendapatkan hadiah itu --pada undian
terakhir---memungut harganya dari seluruh pembeli. nai inilah yang
menimbulkan kesamar_an (syubhaQ menurut pandangan iaya,
walaupun sebagian pedagang (produsen) beralasan bahia hadiah
yang diberikan itu diambilkan dari laba atau keuntungannya --hal
ini memang masih perlu diteliti.
Bagimanapun, saya tidak memandang terlarang menerima hadiah
tersebut
-"{k"n tuiuan pokoknya aaalatr membe[, sebagaimana
yang dijelaskan dalam pertanyaan.
Wallahu a'lam.
4
SEPUTAR BATASAN TUNA|
DATAM lUAr BErr VALUTA
Peftanyaan:
I(amimohon dengan hormat agarU*adz zudi menielaskan hukum
transaksi 1lang oleh sebagian bank Islam-yang berkaitan
-dilakgkan
{:.nga1 masalah jual beli valuta asing. Dengan Ueihaiap kepada
Allah Tabaraka wa Ta'ala semoga Dia berkenin memberikan tiufiq
584
Itepada lJstadzdan meluruskan langkah-langkah Ustadz yang penuh
kebaikan untuk Islam dan kaum muslim.
Bentuk transalsi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bank Islam mengumumkan nilai valuta yang hendak dtjuaUdt-
belinya melalul layar televtsi dalam acatayangberkaitan dengan
pasar valuta dl berbagai negara, sepefti di New York, London, dan
Tokyo. (Kita samakan saja, nilai mata uang yang dipakai bank
tersebut adalah dolar).
Kita umpamakan bahwa bank Islam tersebut hendak membeli
dolar Amerika dari Bank Lowedz di sritania. Dalam hal ini, sudah
barang tentu bank Islam itu harus menjual mata uang lain kepada
Bank Britania tersebut,.katakan saja markferman (DM). Dan kia
tetapkan saja harga satu dolar Amerika sama dengan 3 mark
Ierman.
Dalam hal ini, misalnya bank Islam tersebut membeli satu iuta
dolar, dengan membayar 3 juta mark ferman kepada Bank Britania.
Setelah itu bank Islam dan Bank Britania mengadakan persetuiuan
mengenai mata uang yang diperiualbelikan. Untuk memudahkan
urusan, bank Islam menugasi penvakilannya di Amerika (misalnya
Bank of America) untuk melaksanakan transaksi tersebut dengan
penuakilan Bank Britania di sana --misalnya Frankfurt Bank Dalam
hal ini pihak Bank Britania membayar satu juta dolar kepada bank
Islam, dan bank Islam membayar 3 jua lvtark Jerman kepada Bank
Brihnia.
4. set€lah dltennrkan harga mata ua4gpng diperjualbelikan --begur
pun kedua bank perantara mereka-- maka sempumalah serah te-
rima terhadap nilai fiang mereka sepaleti dengan dimasukkannya
ke dalam rekening masing-masing kedua bank itu. Akan tetapi,
sebenarnya penyerahan dan penerimaan tersebut tidak terjadi pada
waktu ltu, melainkan baru sempuma set€lah 48 jam lerja ldua hari
Iterja). Icnyataan sepefti ini sudah biasa dikenal dalam dunia inrcr-
nasional, danrual beli semacam itu rcap disebut "firnai" atau "kon-
tan", Bahkan jika kebetulan bertepatan dengan lib.ur akhir pekan,
serah terlma itu baru dapat terlaksana setelah 96lam kerJa.
Artin;'^-, jika transal$i antara bank Islam dan Bank Britania ial
t€riadi misalnya pada hari Senin,. I Dqpember, pukul 10.0O, maka
penyerahan dan penerimaan ttu baru t€riadi dua hari sesudahnla,
yaitu hari Rabu, 3 Desember, pada pukul 10.00. Apabila bertepaan
dengan libur akhir pelen -)attu hari Sabtu dan Ahad menurut ke-
biasaan mereka-- maka serah t€rima ifil baru teriadi set€lah empat
hari kerja atau setelah 96 Jam.
Jawaban:
Saudara yang terhormat, mengenai pertanyaan Anda dalam surat
Anda tentang masalah yang berhubungan dengian investasi sebagian
bank Islam dalam jual beli valuta asing, saya akan berikan jawaban
secara singkat, semoga memadai;
Menurut prinsip Wilrs', jual beli mata uang haruslah dilakukan
dengan tunai, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah saw.
dalam jual beli enam macam benda yang sudah terkenal.3os
I(arena itu, tidak sah akad jual beli mata uang dengan sistem pe-
nangguhan, bahkan harus dilakukan secara tunai lcetika di tempat
ftansaksi itu, sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Umar:
s6x\?KK,fi{s$iiil
"Anda berdua berpish sdangdi antanAnda sudah tidak adaWr-
rcalan apa-apa lagi"
305Yaitu emas, perak, beras gpndum, padi gandum, kurma, dan garam, sebagairnana
disebutkan dalam hadits riwalat Muslim dari Ubadah bin Shamit r.a.. Ilhat, Ahmad Azhar
Basyir, M.A., Hukum rrlnm tenhng Blba, Utang-Ptutang, c.dtt, al-Ma'arif, Bandung, 1983,
hlm. t8 (pcnl.).
586
lah kriteria "tunai" dalam fual beli.
Maka,selama yang dimaksud dengan 'htnai" menurut adat ke-
biasaan itu tidak sempurna kecuali menurut cara )rang Anda sebut-
kan itu --dalam hal tni berbeda dengan rual belt benangguh-- maka
makna "tunai" menurut qlara'pun sudah terealisasi. Dengan demi-
kian, berlakulah padanya hukum-hukum yang berkaitan dengan lce-
tunalan menurut syara'. Namun, meskipun realitas tunai itu ,uga
mengikuti kedaruratan waktu, darurat teap harus diukur dengan
ukurannya. Maka, tidak diperkenankan bagi bank Islam meniual apa
yang telah dibelinya kecuali setelah diterimanya terlebth dahulu
barang itu menurut kriteria adat kebiasaan png berlaku.
W allahu w aliyyut uuJiq.
5
ADAKAH BATAS TAIGIMAL BAGT KTUNTIINGAN
PEDAGANG?
Pertanyaan:
Menurut syara', bolehkah membatasi keunarngan pedagaqg, fdkni
menetapkan batas maksimal keuntungan bagi pedagang yang tidak
boleh dilampauinya? Atau, apakah pedagamg itu bebas menetapkan
besar-kecilnya keunhrngan atau laba yang hendalc diraihnya? Kami
mohon penjelasan s€cara rinci mengenai masalah ini menurut tin-
jauan dalil-dalil syar'iyah, mengingat banyaknya pertanyaan dan
kebutuhan orang untuk mengetahui masalah ini.
Jautaban:
Sebelum menjelaskan masalah ini, terlebih dahulu perlu saya
jelaskan maksud yang akan saya bahas. I(arena sebagian orangyang
membahas masalah ini adakalanya yang dimaksud adalah pemba-
tasan keuntungan perdag;angarr yang ditetapk4n pemerintah.
Namun demikian, saya percaya bahwa malsud pertanyaan ini
bukanlah demlkian, sebab jika yang dimaksud seperti ttu niscaya
dibahas dalam tema lain, yaitu "penetapan harga". Alasannya, pene-
tapan harga seperti ini tidak hanya terbatas pada para Wdagang,
melainkan meliputi para produsen, baik petani, perusahaan, maupun
lainnya.
_ sebelumnya kita.perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai
kaitankeuntungandengan-ar-ghaban(taktikpenawaranlyang"otetr
se!rylan pemtahas masih dianggap perkara yang samar. tueiftipun
telah terkenal di kalangan sebagian fuqaha bahwi al-ghabanaimterir
derlgan-batas-maksimal- sepertiga (dari harga pembelia"n atau pokok).
sedangkan jika ryelelilri ggn-ertjsa dianggap-sebagai ar-gharrun yang
buruk, yang tidak boleh dilakukan, dengan didasarkan"paOa triditl
muttafaq.'a.laih tgntang masalah wasiat: "Sepertiga, dan s-epertiga itu
pun sudah banyak."
Namun demikian, sebenarnya laba dan penawiuan adalah dua hal
yang berbeda, tidak
4rr.g memastikan.-Itadang-kadalrg seorang
pedagang mendapatkan laba so% atau 10o%, teapl ia tidilt'dianggap
menipu pembeli karenaAarga pasar memang seding menaik hingga
angkatersebut, arau bahkan lebih tinggi lagi.
Kadang-kadang penjual bersikap muAafterhadap pembeli pada-
- .
hal ia.sudah mendapatkan keuntungan yang besar. Iiemikian pula,
terkadang si pedagarg menjual barang kepada pembeli dengan ke-
untungan y-ang sedikit, atau tanpa mendapat keunnrngan --bahkan
kadang-kadang merugi-- tetapi dilakukannya denganinenipu pem-
beli.
Oleh karena itu, kita perlu mengetahui maksud perdagangan dan
keuntungan.
:trLu{1ii(Q$i$:6.
"&4 qg &i g.<-, trr irfi
"Hai orang-onng briman, iangnkh aling
;ggr,
kamu
1rul.6 memakan
harta sesmamu dengan jalan yang futil, kecuali dengan jatan per_
588
niagaanWry berlafu dengan sul<a sama ilh di antan bmu ...."
(an-Nlsa':29)
;:$'H$qbiik#,f,i-6K,J$t x
tlr#K<r1rcqf$;
"... kearali iik mu'amalah itu Wdagangan mni yang hmu fuln-
kan di antara hmu, malsa tidak da d@ bagt hmu Qika) hmu
tidak menulisnya .... " (al-Baqaralr t 2821
Dan firman-Nya:
"... silcahh kamu N<tt runiut*an watu Fmiajpan yang dapat me-
nfunntbn bnu dad aab yiltg Nih?'(ach€haf: IO)
*ruV#iKf,'6,5(4$5tSy
589
( cil,Jn t oD ) . ot)t+'hl 63j$,r3J3fr
"Apabila lcamu melilnt otang menjual atau membli wmtu di
dahm masjid, mala uapkanlah Mudah-mu&han Ntal, tidatc
memfurikan keuntungan fulam pdaganganmu.4$
€tt;:$;i,itr$Lv:,ft
"...Mah *rqqentan kanu prgi mengingat NkL dan tingattan-
Ial, iual Dr;li ...." (al-lumu'ah: O)
590
Al-Qur'an juga menggunakanftl (kata keria) yasyn ( 6ft.1 Ae-
ngan arti yabi'u ('4 : menjual) dalam lapangan maknawiyah, se-
pefti dalam firman Allah:
Vi ta G; i,v-6\ <r3
+u*\'$i orugyng
"Dan di antata nwtusia ada nmiual (nengoftankan)
diriryn l<arcna mencari keridhaan Nlah ...." (al-Baqaraht 2OTl
'u,r*-lj,t4tt3l'e;"*;i+liS
Oo-+rgi
"Dan mercla menjual Yusuf dengu hargaWg munh, nitu b-
furary dirham sia fun mercka menasa ti&k teftaik lntinn
kepfu Yusuf." (Yusuf: 2O)
Begitupun dalam sejumlah ayat, Al-Qur'an menyebuttiiarah (per-
dagangan atau perniagaan) dcngan sifat atau indilosi yang menun-
juk'kan bahwa perdagangan itu merupakan suanr usaha yang diri-
dhai Allah, yaitu dengian digunakatura isdlah al-ibtiglw' mit faiklilloh
(mencari karunia Allah), seperd dalam firman Allah:
il,#*W"6,ilO:6-:*.6'|,5-Alti';j'f;$
591
"Apabila telah ditunilean sllrtlat, nab futfuruIah tamu di muh
bumi, dan carilah karunia NIah ...." (al-Iumu,ah: IO)
U, j*n:t;{-€}.ii9{,i,aii,i}ru
'... dan onng-onnggnglain berjalan di muka bumi menani *h-
gian karunk NIah ...." l^l-Muzzammll: 2O
qr#3?4wl1Cj,6|Ji
/$5A?M\?r(k
"Ingathh, siapa WnS mengurus atnk yatim, sdan*an anAcitu
manpuryai hail4 nah hendaklah ia mempdaganglrannn, &n
iWan membiar*annya dimakan -alka1.4o7
592
Hadits ini, meskipun dalam sanadnya terdapat pembicaraan, t€api
ia diriwayatkan juga oleh Thabrani dalam al-Ausak dad fuias secara
marfu':
,64i\Al3ir,,! qI iJ,;s'e1$t
'Pet&gangfunhh harta anat<-andt*i* jan@t sarrlryi dinnhn
zzkafao$
Dan sah pula riwayat seperti ini secara mursal dari hadits Yusuf
bin Malik secara marfu', sebagaimana telah sah riwalatpng semakna
dengan ini secara mauquf'dari Amirul Mu'minin Umar r.a..3@
Semua hadits ini menunjukkan kepada suatu masalah penthg
dalam lapangirn ekonomi dan perdagangan, yaitu bahwa baas mini-
mal yang seyogianya diperoleh dalam perdagangan yang berunung
(yakni batas minimal keuntungan dagang) ialah yang sekiranya
keuntungan t€rsebut dapat digunakan untuk membayar' zakat modal
tersebut hingga modal itu tidak termakan zal<at,juga o*up unnrk
nafkah dirinya beserta keluarganya. IQrena harta itu nlata-nyata
dapat berkurang --karena dikeluarkan zakatnya hinggn tinggal
97,1qo-- maka tidak diragukan lagl ia juga dapat berkurang sebesar
kebutuhan nafkah pemiliknya lbeserta keluarganya).
Hd ini menuntut pemilik modal yang sedikit untuk mendapatkan
keunnrngan yang lebih banyak, boleh jadi dengan cara meninglrat-
kan frekuensi pemuarann)ra, atau dengan menambah fumlah laba-
nya sehingga keuntungannya dapat digunakan untuk menunrp naf-
kah-nafkah yang diperlukan. Sebab jika tidak demikian, maka modal
itu akan terkurangi oleh nafkah-nafkah tersebut.
Tentu saja, hal ini berbeda dengan orang yang memiliki modal
besar, karena dengan laba sedikit saia --dari modalnya itu-- ia sudah
dapat mencukupi keburuhan-kebutuhannya, bahkan lebih dari itu.
593
Adaloh Nash yang Membatasi Besarnya Keuntungan?
Apabila Sunnah menganjurkan orang untuk memperdagangkan
-harta agar mendapatkan keuntungan demi memenuhi kebutuhan
p$ah dan agar modal atau pokok harta tidak berkurang, maka apa-
kah Sunnah juga membatasi besarnya keuntungan dengan batas ter-
tentu --dengan ketetapan pedagang itu sendiri atau masyarakat--
yang tidak boleh dilampaui?
Pada hakikatnya, orang yang mengikuti dan mengkaii Sunnah
Rasul dan Sunnah Rasyidilyah (Khulafa ar-Rasyidinf --dan sebe-
lumnya telah meneliti Al-Qur'an-- niscaya ia tieal[ akin mendapat-
kan satu pun nash yang mewajibkan atau menyunahkan baas ke-
untungan tertentu, misalnya sepertiga, seperempat, seperlima, atau
sepersepuluh (dari pokok barang) sebagai ikatan dan ketentuan
yang tidak boleh dilampaui.
Barangkali rahasianya, bahwa pembatasan laba dengan batas tcr-
gentu dalam perdagangan terhadap semua jenis barang, di semua
lingkungan, pada semua wakfir, dalam semua kondisi, dan-bag semua
golongal-marusia,,merupakan hal yang selamanya tidak akin dapat
mewufudkan keadilan.
- Ada perbedaan antara barang yang menurut tabiatnya
dengan cgp-at seper,ti makanan dan sejenisnya
berputar
-yang mengalami per-
putaran beberap-a kali dalam setahun-- dengan harta atau barang-
barang yang sedikit perputarannya, yang hanya setahun sekali bah-
kan katlang-kadang lebih dari setahun. Maka untuk jenis komoditas
yang pertama itu hendaklah mengambil laba yang lebih kecil diban-
dingkan yang kedua.
- Begitu juga antara orang yang berdagang dalam fumlah sedikit
dengan orangpngberdagang dalam iumlah ban)rak, dan antara orang
yang memiliki modal kecil dengan orang yang bermodal besar, ke-
untungan yang mereka tentukan berbeda. I(arena laba sedikit dari
modal yang besar sudah cukup banyak jumlahnya.
- Demikian juga berbeda antara orang yang menjual dengan tunai
,dan orang yang menjual secara bertempo Vang telih dikenal, bahwa
dalam penjualan tunai pengambilan keuntungannya lebih kecil, se-
dangkan pada penjualan bertempo labanya lebih tinggi. Hal ini dise-
bablag adanya kemungkinan kesulitan laau sikaf mempersulitl
pembgli atau orang yang sengaja menunda-nunda pembayarannya.
Atau karena kemungkinan terjadinya kerusakan barang, lebih-lebih
bila barang tersebut dibiarkan dalam waktu sekian lama. Dalam hal
ini, jumhur ulama memperbolehkan penambahan harga apabila di-
594
sepakati sejak semula dan batas-batasnya ditennrkan dengan jelas.
Cara ini merupakan imbalan dari iual beli salam, karena ditlittn salam
justru barang itu dijual secara bertempo dengan harga yang lebih
rendah daripada biasanya.
|uga ada perbedaan antara barang-barang kebunrhan pokok dan
yang menfadi lceperluan orang banyak --khuzusnya kaumlemah dan
fakir miskin-- dengan barang-barang pelengkap yang biasaqa hanfa
dibeli oleh orang-orang kaya. Unruk macam yang pertama s€yoga-
nya laba dipungut sedikit saia demi mengasihani orang-oranglemah
dan membutuhkan. Sedangkan untuk macam yang kedua lebih dipu-
ngut laba yang lebih tinggi karena pembelinya tidak terlalu membu-
tuhkannya.
I(arena ini Asysyari' (Pembuat syariat) bersikap keras terhadap
penimbunan makanan pokok dan kebutuhan pokok melebihi sikap
kerasnya terhadap penlmbunan terhadap lainnya, menglngat
makanan ini sangat diperlukan oleh banlak orang --bahkan kadang-
kadang kebutuhannya sudah mencapai tingkat darurat. IQrena itu
pula diharamkan menimbunnya menurut iima', berlaku padanfra
(pada cara sepefti itu) riba menurut ijma', dan diwaiibkan padanfa
zakat menurut ijma'.
Selain itu, sebaiknya dibedakan pula antara pedagangyang dapat
memperoleh barang dagangan dengan mudah dan orangyangharus
dengan susah pa1lah mendapatkan barang dagangn dari sumber-
nya. Demikian pula antara orang yang dapat meniualryra dengan
mudah dan orang yang harus melakukan berbagai upara dan me-
ngeluarkan t€naga unhrk menjualnya, sehingga upaya dan tenaga-
nya itu perlu diperhitungkan sebagai dagangpn pula (diperhitungltan
nilainya).
Ada perbedaan pula antara pedagangyangdapat membeli barang
daganpn dengan harga murah --karena iadapt langsung membe-
linp dari produsen tanpa perantara- dengan pedagangyang mem-
belinya dengan harga yang lebih tinggi set€lah barang itu berpindah-
pindah dari angan ke angian. fiarena pedagang yang pemma itu
mendapatkan keunnrngan lebth besar daripada yang kedua.
Maksud uraian tersebut ialah bahwa di dahm Al{ur'an dan As-
Sunnah tidak terdapat nash yang memberikan baasan tert€nu ter-
hadap laba atau keuntungan dalam perdagangan. Yang felas, hal ini
diserahkan kepada hati nurani masing-masing orang muslim dan
tradisi masyarakat sekitarnya, dengan teap memelihara kaidah-kai-
dah keadilan dan kebajikan serta larangan memberikan mudarat ter-
hadap diri sendiri ataupun terhadap orang lain, yang memang men-
jadi pedoman b?g semua tindakan dan perilaku seorang muslim
dalam semua hubungirn.
oleh sebab itu, Islam tidak memisahkan antara ekonomi dan akh-
lak. Berbeda denqan fdsafah kapitalisme yang meniadikan "keun-
tung;an materi" sebagai tuiuan utama dan pemberi motivasi terbesar
untuk melakukan kegiatan perekonomian yang tidak banyak terikat
dengan ikatan-ikatan- seperti Islam,_ sehingga riereka tidak melarang
mencari keuntungan dengan ialan riba atau menimbun barang-barang
yang sangat dibututkan masyarakat, atau menjual baran!-barang
memabukkan dan lain{ainnya yang dapat meriimbulkan-mudarat
ke.pa$ orang banyak dan mendatangkan keuntungan bagi pribadi-
pribadi tert€ntu.
. Adapun lslam je-las memberikan ketentuan-ketentuan dan pato-
kanlatokan diniyah, akhlaqiyah, dan tanzhimiyah, yang mewajib-
Ig $f"* setiap.-pedagang unruk memelihara dan meilranrt iriyu.
Malta iilta hal ini dilanggar, keuntungan yang diperolehnla terhukum
haram, atau bercampur dengan yang haiam.
Demikianlah hakikat perdagangan dan keuntungan. Dan sepe_
saya, tidak dijumpaipertaaan fuqaha yaig memberitian
-ngetahuan
batasan t€rtentu terhadap besar-kecilnya keuntuirgai yang diraih
seorang pedagang dalam perdagangannya. rcecualilapu vaiie dir.-
-karangan
butkan oleh al-'Allamah az-zarla' iaari utarira trafafivarr
9-t"*-*:.q'rifl(an apayang dikemukakan otetr pengarang kitati at_
Hidayah dan lain-lainnya tentangperlunya pengairr* tr"rg apabila
para penjual batnn makanan sudah meiampaul baas seda [eji.
l\z-7aila'i menta'rifkan (memberi baasany bahwa melam'paui
batas yang keii (u'addi fahisy) itu ialah meniuai barang densan dua
kali lipat dari harganya.sto fetapi beliau tidak menjelas"kan ala yung
dimaksud den-g;an-"harg;anya' itu: apakah harga itu harga
ffian
sekarang ataukah h?rga raga waktulm, yang lietika itu ridair saling
memastikan antara harga dan keuntungan?-Ataukah yang dimakl
-sudkanrrya
adalah harga beli, yakni pehbelian barang, liemudian
keunrungannya dibatasi tidak boleh tebin aari seratus
rtrsenf
Telah qik"n"l pula di kalangan orang banyak bahwa di antara
-
ulama Malikiyah ada yang mem-batasi keunturigan maksimal seper-
596
tiga (dari pembelian), tetapi saya tidak menemukan zumber ang-
gapan ini. Dan saya khawatir t€rjadi pencampuradukan antara laba
dengan penawaran (menawarkan barang), padahal antara keduanya
tidak saling memastikan, sebagaimana telah saya singgung di awal
pembicaraan.
Barangkali saudara-saudara yang terhormat dari kalangan ulama
mazhab Maliki --yang alhamdulillah, banyak jumlahnya-- berkenan
memberitahukan kepada saya mengenai masalah ini.
pengan tagfiq dari Allah SWT, saya mendapatkan fawaban per-
soalan ini dalam Sunnah Shahihah yang mulia dan dalam amilan
para sahabat r.a.. Dari sini saya menemukan indikasi bahwa laba
aay lrcgntungan apabila selamat dari sebab-sebab dan praktik-
praktik keharaman, maka hal itu diperbolehkan dan dib6narkan
syara' hingga si pedagang dapat memperoleh laba sebesar IOO% dari
modal (pembeliannya) bahkan beberapa kali lipat (beberapa ratus
persen). Inilah alasan-alasan yang dapat saya kemukakan.
597
empat puluh ribu sebelum sampai kepada keluarga saya.,3rr I
,Bab
- Imam Tirmidzi juga meriwayatlen haditsyangserupa dalam
al-Bu5ru'", hadits nomor 1258.
Demikian juga Imam Bukhari, ia meriwayatkan dalam shdhih-nya
pada "Kitab al-Manaqib", dari Unuah:
<i/"tEtt,W^ft?^l'k,
6q/"w.&X {rG^{t"Akfuyrg 4<
,
7'
"6cei{JAix6,i6ii
iruG'd{ Gifiti,i6 gri
AI C;.&;tl,26 i+1"I';A
-.r4
et U-
2 _a-z
+-=";4,F*,KbrdlU
2 --?
oSj.3;116';?e39'-,i:s
5(5, *",\W1SE'(JG {6
33, 9qe
..*?&41ctr6g
"Bahwa Nabi vrw. memberinya (Uruah) uang atu dinar untuk di-
blilen l<anbing. Maka dibelilranryta dua ekor kambing dengan
uang satu dinar tetrebut, kemudian dijualq,a yang sekor dengan
harga satu dinar. Setelah itu ia datang kepda Nabi s;lw. dengan
memfutn Mng fitu dinar dan *ekor l<ambing. Kemudian beliau
mendukan *mW jual fuliny mendapt fu*ah. Dan wndai-
IW uang itu diblikan tanah, niwya mendryt keuntungan
Pula.$tz
598
lmam Abu Daud meriwayatkan di datam "Kitab al-Buyu'" dari
sunan-nya, 'Bab fi al-Mudharib Yukhaalifu", seperti apa yang diri-
wayatkan oleh Bukhari (hadits nomor 3384, terbitan Himsh, idad
dan u'liq oleh Azat Ubaid ad-Da'as). fuga disebutkan oleh al-Mun-
dziri dalam Muhhushar cs-Sunan (hadits nomor 52441, disebutkan
pula di dalam Ma'alim as-Sunan oleh al-Khaththabi, dan di dalam
TaMzib as-Sunan karya Ibnul Qafyim dengan Ahqiq Muhammad Hamid
al-Faqqi (terbitan as-Sunnah al-Muhammadiyah, Mesir). Al- Mun-
dziri berkata: "Dan diriwayatkan oleh Tirmidzi dan tbnu Maiah.,sts
Selain inl, diriwayatkan juga oleh Abu Daud dari Hakirn bin Hizam
r.a. bahwa Rasulullah saw. pernah menyuruhnya membelikan bina-
tang kurban seharga safi dinar. Maka dibelikannyalah binatang
kurban seharga satu dinar, dan dijualnya kembali dengirn harga dua
dinar. Sebelum pulang, ia belikan binatang kurban seharga satu
dinar, kemudian diberikannya binatang kurban itu beserta sisa uang
yang satu dinar kepada Nabi saw.. Beliau lalu menyedekahkannf
dan mendoakannya agar perdagangannp diberi berkah oleh Allah.314
Diriwayat}an pula oleh Tirmidzi dari hadits Habib bin Abi Tsabit
dari Hakim bin Hizam. Beliau (Tirmidzi) berkata, 'Dan Habib ini,
sepengetahuan saya, tidak mendengar dari Hakim."sls
1 .600.000 (satu
iuta enam ranls ribu), yakni dcngan harga lebih dari
sembilan kali lipat harga belinya.
Lebih baik jika saya kutipkan hadits rersebur dari kitab al-Jami,
ash-Shahih karyra Imam Bukhari (yang terkenal dengan sebutan Shahih
602
kondisi apa pun. Sudah barang tentu, seorang muslim tidak akan rela
mendapatkan keuntungan dunia t€tapi rugi di akhirat.
Ada beberapa hal yang saya coba peringatkan pada kesempatan
ini, di antaranya seperti berikut:
, .? ,l'
,,-#G\*ai;;g&i%:^it!ry
-...2\1rf,(j
"Sesungguhnya NIah menghanmlran iual fuli minuman keras,
fun$kai, babi, dan berhala...."
t{igt,a::-6(Ait,,"gaClSC
$x1r j'rgtq& -'}"31-i 6- -'}i!$ t
fuJ.toD-,) /+G3
"Mudah-mudalnn Nlah membinaslcan kum yalrudi Sesunggah-
nlra ketih NIal, telah menglnnmlran lemaloty, merclamenair-
kailW kemudian merel<a jual dan merel<a makan harganta (hasit
penjualanny).ar6
#iaid,FaqL,'65tkip
(i yfirt
b, q \79-g!xa6 tEL\n
/#@LE6.KG,YAG
er6lLti ob,\
"Nlah melalont kaum Yahudi. Dihanmkan lemak atas merelra,
kemudian mer*a menjualnya dan memal<an harganya (hasil pen-
jualanqa). Dan wunguhnya apbila NIah menglnnmhn ke-
pfu suafu kaum memakan *statu, maka dihanmkan-Nya atas
mercla hargaryaatt
:te*lsAtk#1a
*y:f-
4tr"76+{A'J+t,!t,
k.ytfu;Z&,=JsJffii
cf--+s( )_gq
6!f{5"fuG'-rui
Q't';L^tl oL), qV'{K"{^.7G
31fun alma'ahl lilut hadits nomor 2TZT dalamkitab uunta4a ar-Ahhbar,karya Abul
Barakat Ibnu Taimiyah dcngan ahqiq Muhammad namid al-Faqqi, ieoian o"ru lL,.ir*r,
Beirut, ceakan kedua;Lihapuh rma'ulGhatillxaryaal-Albanl, nomor 129o, penerbital-Mak-
tab al-Islami,.Beirut.
3l7HR Ahmad dan Abu Daud. Lihai al-Mu taqa, hadits nomor 2T28. Dan disebutkan
oleh al-Albani dalam Stdhih al-Jani'ush Shaghia nomor5l07.
@4
"Nabi saw. mdarug harya Aual fuli) anjing *nya brsafu lika
wnng futang k@mu penblaran Inrga njing
meminta
mak pruhilah telapak tanganrya daryu tamlr." (wn Ahmad
dnn Abu Daud)318
t6'g5q*wra,pO;6*aa
Wgpsut6\f;5
(*bo,bo\;1"D.[{Jfi3.AG\ih\<:t
"Nhh melalnat khamar (minuman ketas) qangyangmeninum-
nW, onng )ang meminumknryta kqada orury hia orurg Wrg
menjuahla onng )ang memfuIfurya, orurg Wg nenelra$rm
onng Wry menytruh memeraslnm orutg lang memhvnnya, dan
onng Wg difutnkannla.azo
.'.#5Pi%'L4i44
'KIlanMr dihM & srypduh ftrhn ...."
605
L
Hadits ini dikemukakan oleh al-Maid Ibnu Taimifh di dalam
kiabnya Muntaqa al-Ahhfur,'Bab Tahrim Bai,il 'Ashir li Man yatta-
khidzuhu I(hamran wa Kulli Bai'in A'aana 'ataa Ma'shiyatin, (Bab
HaqamnyaMenfual Perasan Anggur kepada pembuatArak dan Setiap
Penjualan Barang yang Membantu Kepada perbuatan Maksiaq.szi
Dari hadits-hadits ini nyaalatr balrwa keuntungirn yang diperoleh
dari memperiualbelikan barang-barang haram hi
aaalatr- keun-
tungan yang buruk dan diharamkan, sedikit ataupun banyak.
dOtto od,
UataryNapa menirl.t
! 1zU1 oL), i,fiirbuttu
V (tr)GV
bni nahktlanhh dk ei Sobngan lami"
(HR. al4ama'ah kecualt Bukhart dan Nasa't)322
btb*W,bA{:#VI',#
rffLqt5:1_6
(qt, u4i o b, ), *#q
'Orury muslim itua&Iah sudara i) oon, -uslimlainny; tidat<
halal bagi wnng muslim menjual kep& eudararg wuatu
32\rh"i al-Mwtap.
3221a2g al-Mutry,ruz 2,
hadiB narrr- 2957,
606
yang ada cacatnya melainkan harus dijela*annya kep&nya. " ltIR
Ahmad dan Ibnu Mafah)323
ffi7
L.
rdaklalar*:#:*:#,#*
manjeladcan aahya; dan tidah halal hgt orang yang mangetahui
caat ittt k&tali ia harus menjelaskannya*zs
3254l-I{alizh ar-Iiaqi be*ata: 'Hadits vr'asilah: 'Tidak halal bagi seseorang menjual
suatu-pen ualan ....' dlri$,artkan oleh Hakim dan beliau berkaa: 'satrilr isnaanyala- di,l-
wayatkan oleh Baihaqi." Lihat, at-rhya,2: 86, terbian Darul Kutub a_Umiah, eiirur
@8
J*t6be(*ru6u,4)i'$e*
r-L liz),?.2 z1 (o7
/=
,,:$41,/6fi isr.€U^1)qi
.-/ -/ ,
(srd,!;*Q1ob,)
"langanlah lramu menghadang lrafilah-kafrlah. Dn Darangsiap
yng menglndangryta, nnk pmilik banng egtgan Df,rrlnk
kh@ (memilih untuk meneruslran atau memhtall(an iual bli)
*telah ia sampi di rasar.a2s
329HR al-lama'ah yang scmakna dcngan ini, kecuall Bukhari. Perlksa: al-Muna4o, hadits
nofirct 2842.
330saya (@dhawil berpendapat bahwa mengikud hhatut (fittayatthadits) iH leblh
utama.
SSlOiriwalatkan oleh Bukhari dan lainnya dari lbnu Umar, dan diriwayatkan oleh at-
fama'ah selain Tirmidzi dari lbnu Abbas, dan dlriwayatkan juga oleh asy-Syaikhani dari
Anas.
I
i
I
610
kan kepadamu akan keadaan yang sebenarnya, yakni bahwa harga
gula telah naik pada waktu itu."
Penjual gula itu menjawab, "Kiranya engkau diberi rahmat oleh
Allah. Sesungguhnya telah engkau beritahukan sekarang kepadaku,
dan aku memandang baik uang ini unhrkmu.'
Selanfutnya diceritakan, ia akhirnya pulang deng;an membawa
uang itu ke rumahnya, berpikir semalaman tidak tidur, dan berkata:
"Aku tidak jujur kepadanya? Mungkin ia malu kepadaku,lalu dibiar-
kannya uang ini untukku?"
Maka pagi-pagi benar ia datang lagi kepada penjual gula itu
seraya berkata, "semoga Allah memberikan kesehatan dan kesela-
matan kepadamu. Ambillah uangmu itu, 5rang demikian itu lebih
menyenangkan hatiku."
Maka penjual itu mengambil uang dari tabi'in tersebut sebesar
tiga puluh ribu.
nadits-hadits t€ntang berbagai larangan dan cerita-cerita ihr me-
nunjukkan tentang tidak bolehnya menunggu kesempatan dan lte-
lengahan orang yang mempunyai barang, juga tidak boleh meraha-
siakan kenaikan harga kepada penjual atau merahasiakan turunnya
harga kepada pembeli. Kalau hal ini dilakukan, makayangdemikian
itu adalah zalim, meninggalkan keadilan dan keiujuran (kesetiaan)
kepada kaum muslirn.
Apabila si penjual berusaha memperoleh keunurngan dengan
mengatakan: "Aku menjual dengian apa yarlg sehanrsnya bagiku
atau dengan apa yang aku beli", maka hendaklah ia bersikap benar
(juiur). IGmudian ia harus menerangkan apa yang teriadi sesudah
akad, mengenai kerusakan atau Di samping ihr,
kalau ia membeli sampai pada suatu yang ditangguhkan,
wajiblah diterangkannya. Begitupun jika ia membeli dengan bertole-
ransi, dari teman atau anaknya, wajiblah disebutkannya. Igrena
orang yang melakukan muamalah itu, menurut penyelidikan,lazlm-
nya tidak meninggalkan kepentingan dirinya sendiri. Apabila ia
meninggalkan yang demikian karena suatu sebab, maka harus di-
terangkan, karena yang menjadi pegangan dalam hd ini adalah ama-
nahnya.'532
6ll
t-
4. Keuntungan dengan Cara Tipu DayayangBuruk
Sudah seyogianya sgjlan-g pedagang tidak melakukan daya I
612
balikan lcepadanya uang yang dua ratus dirham itu. Maka Yunus ber-
t€ngkar dengan anak saudaranya tentang masalah tadi dan beliau
memarahinya seraya berkata, "Apakah engkau tidak malu, apakah
engkau tidak takut kepada Allah, engkau mengambil keunarngan
seperti harga itu dan engkau meninggalkan kejujuran kepada sesama
muslim?"
Anak inr menjawab, "Demi Allah, orang itu tidak mengambilnya
(membelinya) kecuali ia telah rela."
Yunus menjawab, "Mengapa kamu tidak merelakan untuknya apa
yang kamu relakan untuk dirimu?"
Kasus seperti itu --jika ada unsur menyembunyikan harga dan
penipuan-- termasuk perbuatan zalim. Dan telah diterangkan sebe-
lumnya bahwa yang demikian itu terhukum haram. Perhatikan
hadits berikut:
613
Setelah Muhammad bin al-Munkadir mengetahui hal inr, maka
dicarilah orang Arab dusun yang membeli kiin inr sepaniane hari
hingga dtfumpatnya. tbnul Munkadir lalu berkati kipada
"kh1rnf
orang itu, "Sesungguhnya pembantu saya rclah keliru, ia tetah iren_
iual kepadamu Eln-ytng hargarrya timi dirtram dengan harga sepu-
luh dirham.' Pembeli ltumenjawab,
]W1hai Tuan, a[u telalimenye-
n ui hal lhr." Muhammad bin al-Munkadlrberkata, "Meskipun kamu
rela,-tetap-l aku tfdak rela untukmu kecuali apa
)ang afu relakan
untuk diriku sendiri. I(arena tru pilthlah sahh 3ahr aaii tisa perkara
ini: boleh kamu ambil porongan kain png hargan),a seputiltr iirham,
atau kami kembalikan kepadamu lima dirham, aiau kimu kembali-
kan barang kami dan kamu ambil uang dlrhammu kemball.,
-Mqk" rymp9li iru berkara, "Berikanlah kepadaku lima dirham."
I-alu dikembalikan kepadanya lima dirham, dan orang Arab dusun
itu pun pergi.
Al-Ghazali berkata, "Ifiilah ihsan, ddak mau ia beruntung sepuluh,
-melainkan
sep:ro atau satu menurut kebiasaan yang berlakri pada
larang sgperti itu di tempatitu. Dan barangsiapayan! merasa iuas
-sedikit niscaya Uinyiklitr iluamalahnya.
9..n9"n.
ketentuan y-ang
Selain itu, dengan berulang-ulangnyh muairalah itu maka alian
mendatangkan keuntungirn yang banyak, dan akan menimbulkan
berkah.
A! pemah berkeliling pasar Kufah dengan membawa tongkat
r._a.
pemukul.seray? berkata,
,wahai segenap pedafngt
Ambilhh frurg
benar., niscaya lqmu selamat.
Iery"n oo*-:u toEt [euntungan lamg
r.dryt, karena den_gan menolakrrya kamu akan terhalai'g u-ntuft
mendapatkan yang banyak. "
.kah.Pernah ada ylngbertanya kepada Abdur Rahman bin Auf, "Apa-
yang menyebabkan engkau kaya?" Dlamenjawab, "ttarena tiga
perkara: aku tidak pernah menolak keunnrngirnsama sekali. Tiada
orang yang meminta binatang kepadaku, lalu aku lambatkan men-
jualny_a. Dan aku tidak pernah menjual dengan sistem kredit."
Ada.png me-ngatakan bahwa Abdur nahman bin Auf pernah
menJual serlbu ekq ynqr tidak mendapatkan keuniungan
melainkan hanya dari rali -teapi-ia
kendaltnya. Dtfualnyasettap helai tali-itu
dengan harE-saq dirham, dengan demiktan dia meridapatkan ke-
untungan seribu dirham. Dan dari penjualan unta itu ia mendapatkan
-sehari.
keuntungan seribu dirham dalam
614
Keuntungan dengan Cara Menlmbun
Di antara keuntungan yang tidak halal bagi pedagang muslim
ialah yang diperoleh dengan jalan menimbun sebagaimana t€lah di-
larang syara'.
Imam Muslim meriwayatkan dalam sh4hih-nya dari Nabl saw.:
t"ga*yf41
Tidal( menimbun kecuali orang Wg furbuat dos."
{e;iAi$-6#J1f*)i6?iS;
.''+i/oiti GjS, )iti 6.,
"krangsiap yang menimbun makanan *lama empt puluh hai
malra *sungguhnya dia telah berpiah dari NIah dan Nlah furyl-
nh dadpdanyraas+
/-334pi 6"1"rn Tahtvij AMiLs or-Ihtal al-ttaflztr al-lraqi mengatakan: 'Hadits ini diriwayat-
tarioleh Imam Ahmad dan Hakim dengan sanad )"ang bagus.' Al-Hafiztr menghasankannya
dalam al-Fath dan dikuatkannya dalam al-Qaulal-uusaadaAfiadz-Dzabb'aral-MusnailPaiklan'ah
Ibt al-lauzi al-Iadzi Dzaharahu Ji al-Mauilhu'at, didukung oleh sejumlah syahid, dan dikuatkan
oleh as-Suyuthi dan dinukilnya dzlam al-t-a adi al-Mashnu'ah,2t 147-148.
615
fuga dirttuayatkan dafl All r,a.:
/^dfr\d6wgwjlc,Eri$;tta;;
"knngeiap yang menimbun
"il, O*uni*
makanan etama
maha kendah hatinya."
616
zali berkata, "Adapun yang bukan makanan pokok dan bukan peng-
ganti makanan pokok, seperti obat-obatan, jamu, danza'faran,tiada
sampailah larangan itu kepadanya, meskipun dia iru barang yang
dimakan. Adapun penyerta makanan pokok, seperti dagrng, buah-
buahan, dan yang dapat menggantikan makanan pokok dalam suatu
kondisi, walaupun tidak mungkin secara terus-menerus, maka ini
termasuk hal yang menjadi perhatian. Maka sebagian ulama ada
yang menetapkan haram menimbun minyak samin, madu, minyak
kacang, keju, minyak zaitun, dan yang berlaku seperti itu.'336
Dari penjelasan al-Ghazali ini dapat dipahami bahwa mereka 1se-
bagian fuqaha) menganggap al-quut (makanan pokok) itu hanya ter-
baas pada makanan kering, seperti roti dan nasi (beras) anpa minyak
samin dan lauk-pauk. Sehingga keju, minyak zait, biji-bijian, dan
sejenisnya dianggap di luar kategori makanan pokok.
Apa yang mereka sebutkan sebagai makanan pokok itu menurut
ilmu pengetahmn modem tidak cukup untuk menjadi makanan sehat
bagi manusia, sebab untuk menjadi makanan sehat haruslah meme-
nuhi sejumlah unsur pokok, seperti protein, zatlemak, dan vitamin.
Jika tidak begitu, maka manusia akan menjadi s.rsaran penyakit
karena kondisi makanannya yang buruk.
Pada zaman kita sekarang ini obat-obatan telah menjadi kebu-
tuhan pokok bagi manusia, demikian pula halnya pakaian dan lain-
nya. Hal ini disebabkan kebutuhan manusia terus berkembang sesuai
dengan perkembangan kondisi kehidupan mereka. Betapa banyak
I perkara yang asalnya bersifat tuhsini atill hamali (pelengkap) kini
j
menfadi kebuuhan. Begitupun sesuanr lang semula sebagi kebuuh-
I an dapat berubah menjadi dharuri (kebutuhan yang sangat pokok,
yang apabila tidak terpenuhi akan menimbulkan bencana).
, Dengan demikian, yang terkuat menurut pendapat saya ialah haram
menimbun setiap macam kebutuhan manusia, sepefti makanan,
obat- obatan, pakaian, alat-alat sekolah, alat- alat rumah tangga, alat-
alat kerja, dan lainnya. Sebagai dalilnya ialah keumuman hadits:
'd"€Ey1*s
"Tidak menimbun kecuali onngyang berbuat dos."
617
Demikian juga pernyataan hadits berikut:
er*pgafig,i I
618
menunggu musim kemarau (paceklik). Maka hal ini tidak menimbul-
kan kemelaratan (mudarat).
Apabila seseorang menyimpan (menimbun) madu, minfk samin,
minyak kacang, dan sebagainya pada waknr kemarau lpaceklik),
maka akan mendatangkan kemelaratan, dan hal ini seyogianya'di-
hukumi haram. I(arena yang menjadi pegangan tentang haram dan
tidaknya persoalan ini adalah mendatangkan kemelaratan, dan ini
dapat dipahami dengan menentukan jenis makanan tersebut.
t(alaupun menimbun tidak mendatangkan kemelaratan, namun
hal ini tidak lepas dari hukum makruh, karena ia menunggu faktor-
faktor tertentu yang menyebabkan kemelaratan, yaitu kenaikan harga.
Maka menunggu hal-hal yang membawa kemelaratan itu harus di-
awasi sebagaimana menunggu kemelaratan itu sendiri, meskipun
tingkatnya masih di bawahnya --menunggu kemelaratan itu sendiri
masih dalam kategori di bawah memberi kemelaraan. Dengan demi-
kian, sesuai dengan ukuran tingkat kemelaratan yang ditimbulkan-
nya, berbeda-beda pulalah derajat kemakruhan dan keharamannya.
Diriwayatkan dari salah seorang salaf bahwa ia ada di Wasith. Ia
menyiapkan sekapal gandum ke Basrah, dan menulis surat kepada
wakilnya: 'fuallah makanan ini pada hari pertama memasuki Basrah
dan jangan engkau tunda sampai besok.' I@betulan makanan itu
mendapati kehpangan harga sehingga saudagar-saudagar lain
mengatakan kepada wakil dari salaf tadi, 'Xalau engkau nrnda sam-
pai hari Jum'at niscaya engkau akan mendapatkan keuntungan ber-
lipat ganda.'
Maka wakil itu menundanya sampai hari Jum'at, lalu ia berunung
beberapa kali lipat dari modalnya. Kemudian ia menyurati pemilik
makanan itu untuk memberitahukan hasil perniagaannya. Maka
pemilik makanan itu membalasnya, 'Hai Anu! Kami merasa cukup
dengan keuntungan yang sedikit, tetapi agama kami selamat, dan
engkau telah menyalahi. I(ami tidak suka memperoleh keuntungan
yang berlipat ganda tetapi kehilangan agama walaupun sedikit.
Sesungguhnya engkau telah menganiaya kami dengan suatu peng-
aniayaan. Maka apabila telah sampai kepadamu suratku ini, ambillah
harta i$ seluruhrya dan serahkan lepada orang-orang fakir di Basratr.
Semoga aku terlepas dari dosa ihkar (menimbun), dengan mencegah-
nya, baik unork keuntungan diriku maupun k€rugian bagl flirifts.''338
338e1-thya',2. Ts.
619
l-
IGatimah
Pada prinsipnya, diperbolehkan mencari keunnrngan --tanpa ada
batasan tertentu-- bagi pedagang yang mematuhi hukum-hukum
Islam dan mengikuti tuntunannya dalam masalah jual beli. Selain itu,
ia menentukan standar harga sesuai kondisi pasar dan unsur-unsur
kebiasaan --sekarang terkenal dengan istilah permintaan dan pena-
waran-- tanpa bermain-main (mempermainl€n) atau menipu, atau
melakukan upaya-upa)ra untuk menaikkan harg kepada nusJarakat
umum.
Apabila terladi penyimpangan dan kesewenang-werurngan harga,
pihak penguasa tidak terlarang untuk turun tangan, sesuai dengan
tugas dan tanggung fawabnya. Dalam hal ini pengu.lsil dapat mem-
batasi keuntungan pedagang dengan batas tertentu, dari masing-
masing komoditas yang berbeda-beda jenisnya. Tindakan ini dilaku-
kan melalui. musyawiuah dengan pata ahlur ra'yi wal bashirah (ahli
pikir dan pemberi pertimbangan yang memiliki kualifikasi di bidang-
nya), sebagaimana dikemukakan oleh ulama-ulama kita terdahulu
rahimahumullah.
Inilah yang menfadi bahasan utama dalam hal penentuan harga,
kapan diperbolehkan, kapan pula tidak diperbolehkan, apa sy:uat-
syaratnya, dan sebagainya. Tentu saja penekanannya tidak khusus
terhadap pedagang semata-mata, namun di dalamnya termasuk
pihak produsen. Hal ini sebaiknya dibahas secara khusus.
Keetmpulan
Dari pembahasan ini dapat kita arik hhulastuh (kesimpulan) seba-
gai berikut:
1. Mencari keuntungan dalam perdagangan merupakan suatu per-
kara yang jaiz (boleh) dan dibenarkan syara', bahkan diperintah-
kan bagi orang-orang yang tidak bisa berdagirng dengan baik
untuk dirinya sendiri, seperti anak-anak yatim.
2. Tidak ada nash yang memberikan batasan t€rtentu dalam hal
mendapatkan keuntungan, yang sekiranya tidak boleh dilampaui.
Bahkan dijumpai dalam Sunnah keterangan yang menunjukkan
kebolehan memperoleh keuntungan hingga dua kali lipat dari
modalnya, bahkan beberapa kali lipat.
3. Kebolehan mencari keuntungan yang banyak tidak berarti bahwa
hal itu selalu disukai, tetapi sikap
qana'ah (menerima dengan
620
kepuasan) dengan leuntungan yang sedikit itu lebih dekat
kepada petunjuk salaf dan lebih jauh dari syubhar
4. I&untungan itu hdd bag,pedagdng muslim iika selamat muama-
lah perdagangannya dari sesuanl yang haram. Adapun iika mua-
malah yang dilakukannya mengandung perkara yang haram,
seperti berdagang barang-barang haram, atau bermuamalah de-
ngan riba, ihnhar (menimbun kebutuhan pokok manusia), me-
ngecoh, menpu, merahasiakan harga pada waknr itu, curang dalam
takaran dan timbangan, dan sejenisnya, maka keuntungan yang
diperolehnya terhukum haram.
5. Pendapat tentang kebolehan para pedagang dalam mencari keun-
tungan yang halal menurut kehendak mereka --sesuai ketentuan
nilai dan patokan yang telah saya sebutlan-- tidak menghilang-
kan hak penguasa muslim untuk memberikan ukuran tertentu
dalam membatasi keuntungan, khususnya untuk barang-barang
yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Ianglah ini untuk
mewujudkan kemaslahatan bagi sebagian besar masyarakat.
Wallahu a'lam.
6
AGAMA DAN HUMOR
Pertanyaan:
Bolehkah seorang muslim tertawa dan bergurau, bersenang-se-
nang dan bergembira, lalu mengeluarkan kata-kata dan menunjuk-
kan perbuatan jenaka unhrk membuat orang lain teftawa?
Sebagian orang ada yang berpendapat bahwa Dinul Islam meng-
haramkan manusia t€rtawa, bergurau, dan bermain-rnain, karena
manusia waiib serius dan sungguh-sungguh dalam segala urusan
dan keadaannya. Mereka menguatkan pendapatnya ini dengan dua
alasan:
Pettanra: sikap kebanyakan ahli agama dan orang-orang yang
komitmen terhadapnya. Mereka selalu tampak bersikap serius, ber-
sungguh-sungguh, berang ketika bertemu muzuh, tegas dalam ber-
bicara, dan serius dalam bermuamalah dengan orang lain, khusus-
nya terhadap orang-orang yang tidak konsisten terhadap agarnanya.
621
Kedua: beberapa nash yang mereka baca dan dengar dari para
juru nasihat serta khatib, sehingga mereka memahamibahwa tilam
$dqk qemperbolehkan tertawa, bergembira, dan bergurau. Misalnya
hadits berikut ini:
:)v$i'rg{69,'=VSiG3i*1
.aar4::*
"Janganhh kanu banyah tefiaw4 l<arcna funyal( terlawa itu me-
matil<an hati."
fut,<
+W,q)ab)1,zile6
- r- /-T--7.,--z-
/frj3,'is
/{J;)Tr({J;tT,.7
=YZ.r-J z zz-(?
)KZ, lKr, zJ-\J\-r9 trS3-dr
t/
il#si
o
- /-
(6)i,lv':5l,L i rvr\
"Celalralah bagi onng yng berl<ata-lata untuk membuat suatu
I<aum tertaw4 lantas ia bedusta. Celakalah dia, elal<alah dia."Jse
+/ie{,t'fr:l;n;*
"... Janganlah kamu terlalu
fungg4 resunguhryn NIah ti&tc me-
nyki onng-onng yang terlalu memfungakan dial,"(al-eas-
hash: 76)
622
perti ihl merupakan penganiayaan terhadap Islam --yang fustru
membawa keadilan dan keseimbangan dalam s%ala sesuatu.
I(arena itu saya mohon penjelasan bagaimana sebenarnya sikap
dan pandangan Islam rcrhadap masalah ini, dengan disertat dalil-
dalil syar'iyah.
Mudah-mudahan Allah memberikan manfaat lewat Ustadz,
semoga Dia berkenan memberikan balasan yang sebaik-baiknya
kepada Ustadz.
Jawaban:
Tertawa itu termasuk ciri khas manusia yang membedakannya --
di anaranya-- dengan binatang. I(arena t€rtawa itu teriadi setelah
seseorang memahami dan mengerti perkaaan yarfi didengarnya;
atau setelah melihat sesuatu, lalu ia tertawa karenanya.
Oleh sebab itu, ada yang mengatakan: "Manusia itu adalah bina-
tang.yang dapat tertawa." Maka benarlah iika ada orang mengata-
kan, "Saya dapat tertawa, karena itu saya manusia."
Islam dengan predikatnya sebagai agama finah tidak mungkin
menentang dorongan fitrah manusia untuk tartawa dan bersenang
hati. Bahkan sebaliknya Islam menyambut segala sesuatu )rang
dapat menjadikan kehidupan ini menyenangkan dan baik, menyukai
seorang muslim yang berkepribadian optimistis, dan tidak menyukai
kepribadian yang pesimistis yang melihat kehidupan dan manusia
ini dengan "kacamata hitam".
Sebagai contoh dan teladan bagi kaum muslim dalam hal ini ada-
lah Rasulullah saw.. Meskipun banyak bersedih dengan bermacam-
macam kesedihan, beliau suka bergurau. Namun, tidak ada yang
beliau katakan melainkan yang benar. Beliau hidup bersama para
sahabat dengan kehidupan yang sesuai dengan fitrah, sebagaimana
lazimnya hidup bermasyarakat. Beliau menyertai mereka dalam ter-
tawa, bermain, dan bergurau, sebagaimana beliau menyertai mereka
dalam sakit, sedih, dan menderita.
Ketika T.aidbin Tsabit diminta untuk menceritakan tenAng ke-
adaan Rasulullah saw., dia berkata, "Aku adalah tetangga beliau.
Apabila turun wahyu kepada beliau, beliau menyuruh saya menulis-
kannya. Apabila kami menyebut-nyebut urusan dunia, beliau
menyebutnya pula bersama kami; apabila kami menyebut-nyebut
urusan akhirat, beliau menyebutnya juga bersama kami; dan jika
kami menyebut makanan, beliau pun menyebutnya bersama kami.
Semua ini aku ceritalen kepada Anda tentang Rasulullah s3yy..,340
sahabat menyifati beliau sebagai orang yang
-Sedangkan _para
Paling Periang.rat
Apabila di rumah, beliau suka bersenda gurau dan bermain-main
-bersama istri-istri beliau serta mendengarkan cerita-cerita mereka,
sebagaimana disebutkan dalam hadits-Ummu Zara, yang populer
yang diriwayatkan dalam Shmhih at-Buhturi. Beliau jugi pemah'adu
ialT -cep3t dengan Aisyahr.a., pada suatu l€li Aiqra[ menang, dan
pada kali-yang lain --setelah selang beberapa lama-- beliau?apat
mengalahkan aisyah, beliau kemudian berkata kepada Aisyah, "Ini
untuk menebus kekalahanku yang lalu.,
.Diriwayatkan pula bahwa beliau pgrnah menyediakan punggung
.beliau.ungl. ditunggangi al-nasan aan a-frusin ketika teOilnya
masih kecil-kecil. Merekatersenang-senang tanpa merasa kerepotan.
IrF qa" salah seorang sahabat masur dan-meliliat t.eiadian iniianas
ia.berkata, "Bagus sekali kendaraan yang kalian turiggangi." Rasu-
luQh.pl menimpali, 'Dan bagus nian kedua penuilgaig ini.,
. Be.liay
ilga pernan mengguraui seorang wariita tua yang datarrg
{engan berkata, "Doakanlih kepada AIIah igar oii
kepada beliau
memasukkan aku ke dalam surga., Ialu beliau menjawab,;watrai
ibu si Fulan, sesungguhnya surga tidak akan dimasriki oleh wanita
tua" Kemudian wanita itrr menangis, karena ia memahami perkaaan
beliau iar menurut lahirnya. L^alu Nabi saw. menjelaskan kipadanya
bahwa apabila dia masuk surga nanti, maka dia tidak altan meinasuki-
nya dalam keadaan lanjut usia, melainkan sebagai wanita muda
yang cantik ielita. Kemudian beliau bacakan firman Allah mengenai
wanita surga:
"fuunguhrya l(ami menciptalan mercla @iddad-bidadari) de-
ngan langanng. Dan IGmi jadikan mercka gadis-gadis pe';rtrzln.
Penuh cinta W *fu)n umumlm." (al-rilaql'ah; SS-371
542HR nrmuzi, dan bcltau bertata: lHadirs ini hasan sahlh.' Dan dirinayatkan juga
oleh Abu Daud.
S43oiriwayatkan oklh az-Znbct bln Bakar dalani "Kitab al-Fukahah wa al-Mizah".
Dan diriwayatkan oleh lbnu Abldduqya dari hadle Ubaidah bin Sahm d-Fahrt dengan ada
senucam perbedaan, sebagalmana dlkemulakart oleh af-tnqi dalan Tdhhrij orl-thta'.
344pug6is adalah anak burung, dan Abu Umair biasa bermain dengannya.
34spiri*alotk"n oleh az-Zuber bin Bakar dalam kiab al-Fuhahah,dan diriwayaftan oleh
Abu Ya'la dengan isnad yang bagus sebagaimana dlterangkan dalalll.'ralilnj al-thyd'.
625
-!
34661-11"126 al-Iraqi
berkaa: 'Diriwayatkan oleh az-Zuber bin Bak',ar dalam a t-Fuhahah
dari riwayat AMullah bin Hasan secara mursal atzl mu'il,.al. Dan Daruquthni meriwayatkan
cerita inl dengan pelaku Uy,ainah bln Hishn al-Fazzari setelah hrrunn]ra ryar hirab dari hadits
Abu Hurairah.'
626
dan bergurau, mencontoh Nabi mereka dan mengikuti penrniuknya.
Sehingga seseorang seperti Umar bin Khafiab --fang terkenal ketat
dan disiplin- pemah bergurau dengan budak perempuannya dengan
berkatil kepadanya, 'Aku diciptakan oleh Pencipta kemuliaan, dan
kamu diciptakan oleh Pencipta lcehinaan." Ketika Umar melihat pe-
rempuan itu cemberut karena perkaaannya inr, maka ia segera men-
jelaskan kepadanya, "Bukankah yang menciptakan kemuliaan dan
kehinaan itu tidak lain adalah llJlaih Azza wa falla?'
Hal-hal seperti ini sudah dilenal pada masa hidup Rasulullah saw.,
dan beliau mengakuinya (membenarkannya), bahkan berlaniut se-
sudah masa beliau dan dit€rima oleh para sahabat, serta tidak ada
seorang pun yang mengingkarinya. Meskipun sebagian peristiwa
yang diriwayatkan dari mereka seandainya teriadi pada masa seka-
rang, niscaya akan diingkari dan ditolak keras oleh kebanyakan
orang yang punya perhatian terhadap agama, dan pelakunya akan
dianggap fasik atau menyeleweng.
Di antara orang yang terkenal berjiwa periang dan suka bergurau
ialah An Nu'aiman bin'Amru al-Anshari r.a. yangbanyak sekali diri-
wayatkan darinya hal-hal yang aneh dan jenaka.
Mereka meriwayatkan bahwa Nu'aiman ini termasuk orangyang
mengikuti janji Aqabah yang terakhir (kedua), ikut ddam perang
Badar, perang Uhud, Ithandaq, dan berbagai peperangan lainnya.
Az-Ztber bin Bakar meriwayatkan daripadanl,a beberapa hal fang
lucu dan jenaka di dalam kitabnya al-Fuhahah wa dl-Marah, di antara-
nya sebagai berlkut:
Diriwayatkan bahwa tidak ada sesrurhr yang baru yang dibawa
orang ke lvfadinah melainkan Nu'aiman membeli sebagian, kemudian
dibawanya kepada Nabi saw., lalu dia berkata, "Ini saya hadiahkan
kepadamu." uaka ketika pemiliknya datang dan meminta uangnya
kepada Nu'aiman, dibawanya orang itu kepada Nabi saw. seraya ber-
kata kepada beliau, "Nabi, tolong berikan uang pembelian barang
orang ini." Nabi bertanya, "Bukankah engkau telah menghadiahkan-
nya kepadaku?" Nu'aiman menjawab, "Demi Allah, saya tidak punya
uang untuk membayarnya, sedangkan saya ingin agar engkau me-
makannya." Lalu beliau tertawa dan menyuruh membayar harganya.
/.z-Zlber juga meriwayatkan kisah lain dari jalan Rabi'ah bin
Utsman, ia berkata, 'seorang Arab gunung datang kepada Nabi saw.,
lalu ia menambatkan untanya di hdaman. Kemudian sebagian saha-
bat berkata kepada Nu'aiman al-Anshari, 'Bagaimana kalau engkau
sembelih unta itu dan kita makan bersama, karena kami ingin me-
627
t
i
TUFT d"qng.. talu dilakukannyalah hal iil. Kemudian orangArab
itu keluar dan berteriak, 'Aduh untaku disembelih! wahai ultram-
mad!' Lalu Nabi saw. keluar lantas bertanya, 'siapayang melakukan
ini?' Mereka menjawab, Nu'aiman.' Ialu-beliau hencaiinva iiinggu
di-rfp-atkarlnya telah masuk ke rumah Dhiba'ah binti az]zuber-b-in
Abdul Muththalib. Dia bersembunyr di bawatr t€rowongan aanainltupi
pelepah daun kurma. Kemudian ada seseorang yan! menunjukkan
kepadatrtabi saw. di mana dia berada. Lantas nl6i mingeluarkannya
seraya bertanya, 'Apa yang mendorongmu melakukan"hal itu?, Dia
menjawab, 'Orang-orang yang menunyuttan engkau inrlah yang
menyuruh saya melakukannya menyembelih unta inr.' Kata Radi,ah]
N-?bi saw. mengusap tanah diri waiahnya dan tertawa, kernu_
:l-alu-
dian beliau membayar harganya kepada 6ran! arab gunung itu.,
.. Az-Zuber pun meriwayatkan: pamanku me-ncerita[an dail kakek,
dia berkata, "usia Makhramah bin Naufal telah mencapai seiatus
lima belas tahun, lalu pada suatu waktu ia berdiri di masiid nenaat
Ign orang-orang berteriak, 'Masjid ... masjid ...t' iiba_
tiba -i-nq,.lantas
Nu'aiman mjr-nqlangtangan ilan membiwanyapergi,
kemudian didudukkannya disudut yang lain dari masjid ser.iyi ber-
kaa.kepadanya, 'Kencinglah di sinit, Maka orang-oiang Uefreriat.
Makhramah pun berkata,'sialan kamu, siapa yaig meribawasaya
ke tempat ini?' Mereka menjawab, 'Na'imin.ioiiUertaa, ;ingat,
akan mgqu-kulnyl dengan- tongkat saya ini sekeras-keiasnla.,
$V.a
Maka sampailah berita itu kepada ttu aimari. Ialu ia tinssal di rurirah
saja beberapa lama menurut yang dikehendaki Allah.
*
Pada suatu hari ia datang tagi ke masiid, lrctika ihr Utsman
.t"d"ry melqkukan shalat di sudui masjid. Iilu Nu'aiman bertanya
kepi4a Makhramah, 'Apakah engkau ada urusan dengan Na'iman?,
Makhramah menjawab,'ya.' Maka Nu'aiman menggaideng tangan
nya dan membawanya ke dekat utsman, sementariutsman ini uita
usai menunaikan shalat tidak pernah berpaling. Lalu Makhramah
lerkaa (kepada ursman): 'Karena engkaulih aki takutan ini, wahai
Nu'aiman!' Kemudian dislntuhkannya tongkat Makhramah dengan
tangan Utsman, maka Makhramqh pun memukul Utsman hinlga
gelukgilva. orang-orang berteriak '-engkau telah memukut amirut
Mukminin ....!'Dan seterusnya ...."347 -
347risah ini disebutkan
- oleh al-Hafizh lbnu Hajar dalam meneritakan biografi Nu,aiman
ai aaum ktab beliau
Fukahah ya al-Marah.
ar-rshatuh, mengudp aan na6 az-zlberbin sakar dala;I**,-
628
Di antara kejenakaannya lagi ialah bahwa di antara sahabatyang
suka bersenda gurau ada yang dapat "menjerumuskan' Nu'aiman ke
dalam posisi terbalik sebagaimana ia sering memperlakukan orang
lain, seperti dalam kisah dia bersama Suwaibith bin Harmalah, salah
seorang yang juga hrrut dalam perang Badar.
Ibnu Abdil Ban mengatakan di dalam al-rsti'ab mengenai kisah
Suwaibith r.a.: "Dia suka bergurau dan berlebihan dalam bergurau.
la mempunyai kisah jenaka bersama Nu'aiman dan Abu Bakar ash-
Shiddiq r.a.. l(ami sebutkan kisahnya, karena memuat kecerdikan
dan lrcbaikan akhlaknya. "
Diriwayatkan dari Ummu Salamah, ia berkata, "Abu Bakar ash-
Shiddiq r.a. pernah pergi berdagang ke Basrah --setahun sebelum
wafatnya Rasulullah saw.-: bersama Nu'aiman dan Suwaibith bin
Harmalah, dua orangyangnrrut serta dalam perangBadar. Nu'aiman
ditugasi membawa perbekalan, lalu Suwaibith yang suka bergurau
itu berkata kepadanya, 'Berilah saya makan!'Nu'aiman menjawab,
'Tidak boleh, sampai nanti Abu Bakar r.a. datang.'Suuraibith berkata,
'Demi Allah, saya akan marah kepadamu.' Ialu mereka melewati
suatu kaum, lantas Suwaibith berkata kepada mereka, 'Maukah
Anda membeli budak *ya?'Mereka menjawab, 'Mau.' Suwaibith
berkata, 'Budak ini pandai berbicara, dan dia akan mengatakan G-
pada Anda, 'Aku ini orang merdeka.'Jika Anda meninggalkan dia
karena mengucapkan perkaaan seperti itu, maka janganlah Anda
merusak budak saya.' Mereka berkata, 'IQmi beli safa dia dari eng-
kau.' Ialu mereka membeli Nu'aiman dari Suwaibith dengan harga
sepuluh qalaish. Kemudian mereka datang dan menaruh serban atau
tali ke pundaknya. Kemudian Nu'aiman berkata, 'Sesungguhnya
orang ini mempermainkan kalian, saya ini orang merdele, bukan
budak.' Mereka menjawab, 'Dia telah memberitahukan kepada kami
tentang keadaanmu.' Iantas mereka membawanya pergi. Kemudian
Abu Bakar r.a. datang dan diberi tahu oleh Suwaibith, lalu Abu Bakar
menyusulnya dan mengembalikan uang mereka serta mengambil
kembali Na'iman. Ketika mereka menghadap Nabi saw., mereka ceri-
takan hal itu, lalu Nabi dan para sahabat yang ada di sekiar beliau
tertawa mendengar cerita tersebs3.'348
3a8pirir"r41or, oleh lbnu Abi gaibalr dan lbnu rrraiah. oan rtirirrqa*an Juga oleh Abu
Daut ath-Thay.alist dan ar-Ruyant, teapi menurut keduanya yang membuat gurauan im ada-
lah an-Nu'aiman sedandan fang dijual iusau Suwaibith, sebagaLnana disebutkan dalam
biografin,"a dalan dl-lshahh.
629
1-
Pandangan Aliran Keras
Tidak diragukan lagl
!a!wa di antara ahli hikmah, pujangga, dan
ada.yang mencera humor dan mengingatkan indnuffa-itcan
Tl,yair:
aKDat Durutmya, memperhatikan sisi yang hembahayakan dan
mudaratnya, serta menutup sisi-sisi yani tain.
sebagian mereka berkata, "nerguriu itu bisa menimburkan
.kemarahan, menjanrhkan gengsi, dail memuturr."n p.ir"rao""n."
Dan ada yang-mengatakan, ",ApaFa pembicaraan itu aiawai
dengan
gurau, maka kesudahannya ialah caci maki dan pertengkaran.;'
.K.!t" al-Haijaj rbnut Farilyah-ditanya telan!guraf, dia menla_
y.3?, "p9.r-rulaannya menyenangkan tiapi tesiahranrirc ;."y._
gilk"n. Ini merupakan kekurangin orang-brang uoaoii ii6ig.i*inu
kekurangan pala.p-elyair.. Dan berguraultu aaiatr riuii rr*vu
Jon?
menghasilkan kejelekan. "
Mus'ir bin Kidam berkata:
\'&6;.tfii4itAKt
"' /
L16:r1li6iryt6i!{.A'
"Jauhkanlah, jauhkanlah dirimu dari bergurau
karena ia akan menjadikan anak kecil da-n yang kotor,
dan hina berani kepadamu."
650
Umar bin Abdul lv;iz r.a, berkata, "Bergurau itu tidak muncul
kecuali dari kelemahan akal atau dari kesombongan.' Bahkan ada
yang mengatakan, "Bergurau atau berkelakar inr mendatangkan
kehinaan dan menghilangkan kehebatan; yang meftmg menfadi
tegang, yang kalah meronta-tonta."
Ada pula yang mengatakan, "Berhati-hatilah akan terlepasnya
konrol letika bergurau, karena kejatuhan akibat bergurau yang
lepas kontrol itu tak terkatakan (tak terperikan)."
Akan tetapi, apa yang diriwayatkan dari Rasulullah saw. dan para
sahabat itu paling tepat untuk diikuti, yang menggambarkan keseim-
bang;an dan keadilan.
Beliau saw. pernah berkata kepada Hanzhalah ketika Hanzhalah
merasa sedih melihat perubahan sikapnya (keadaannya) sendiri
yang berbeda ketika dia di rumah dan ketika bersama Rasulullah
saw., sehingga ia menganggap dirinya telah munafik. Maka Rasulul-
lah saw. bersabda:
-,##Er;ggKr:J81'a|:zrg
/{*fa1/K#bt4rAl+q;
ls
.k6okdte(6j,g6#i
lLahai nanataian, kabu kamu teras-nrenerus htam kedaan *-
pfti ketilra kamu br;trama*l.t, nisata kamu abn disahni (jaht
tangn) oleh malail<at di ialan-ialannu. Al<an tetapi" waltai Hanzlra-
Iah, bergunulah *l<adarryra!"
631
Lafal uWruq (yang bentuk isim fa'ilnya mutahazzrq, fang di antara
afiny? r"!ah 'y"ng bakhil serta jelek akhlaknya, tidak sopan,; penl.)
oleh al-Khaththabi diterangkan bahwa artinya ialah at-ujammu,wa
sylnaut u4abbuilh, 'mengisut dan sangat mengerut'. Sedangkan
falam an-Nilwyah, karya Ibnul Atsir, diterangkan bahwa muutwiziqin
berarti munqabiilhin wa mujtami'in, yakni 'mengerut dan berkumpul'.
Ibnu Sirin pernah ditanya mengenai sahabat Rasulullah saw.,
apakah mereka pernah bergurau? Beliau menjawab, "Mereka itu
seperti manusia lainnya. Ibnu Umar juga pernah bergurau dan
menyanyikan syair (nyanyian). "3s
Dgngan demikian, sikap dan pandangan golongan pemerhati
masalah agama atau ketat dalam beragama, yang selalu muram dan
cemberut mukanp sebagaimana yang dikemukakan saudara perumya
itu, tidaklah menggambarkan hakikat ad-Din sedikit pun, serta tidak
sesuai dengan tuntunan Rasul yang mulia dan sahabat-sahabat
beliau.
Semua itu kembali kepada buruknya pemahaman mereka terha-
dap Islam, karena karakter pribadinya, karena kondisi lingkungan
tempat ia dibesarkan, atau karena pendidikannya.
_
Bagaimanapun, tidak ada seorang muslim pun yang tidak menge-
tahui bahwa Islam itu tidak diambil dari sikap hidup Ceseorang atau
sekelompok orang, yang bisa salah dan bisa benar. lslam adahh huj-
jah atas mereka, bukan mereka yang menjadi hujjah bagi Islam.
Ajar_an lslam hanya diambil dari Al-eur'an dan As-Sunnah yang
sahih.
. tidak sopan). Dan disebutkan fuga dalam at- rashuib fi cl,,rikr karya al-
"!h!B
Khaththabi,
iuz 3, hlm. 49.
Haaits,
632
"... Janganlah l<amu terlalu fungga; *sunghnya NhIt tifuk me-
ryki otiiltgenng yng terlalu memfunggakan diri." lal-Qa-
shash:76)
"{q:;tW;*i6-5}fi
Yang demikian itu diseMbl<an l<amu bercuk ria (bnga) di mul<a
bumi dengan tidak benar dan karena l<amu *lalu futflka ria (da-
Iam kemaksialful). " (al-Mu'min: 75 )
c.\G6S j,lSifrql,ii:uii"i3i
,it;ilrir,3i(; j5q.rf&,5fi itr14{
Ar
SIJ
633
"Janganlah sekali-kali kamu menyngka bahwa onng-onng Wg
pmbin dengan apa.yang telah mercl<a kerjalran dan mercf,a. wlca
suryya dipuji terhadap perbuatan yng belum mereka keriakan,
janganlah kamu menyanglra fuhwa mercka terleps dad si[s, dan
bagl mercl<a sikn Wtg @ih." (All Imnn: I88)
-924;i'-q;KE64e$ifi*l
( U+ i: e,turilt $,) . r*iSi
"langanlah kanu funyk tertaw; karuta banyah tertavva iru dapat
mematilan tali. " (HR Tfrmfdzi)
634
akan haknya, iuga memberikan kepada manusia akan hak-hak
mereka. Inilah kemanusiaan yang sempurna dan teladan yang ideal.
635
"Celalrakh bagi onngyang berkata dengan berdusta untuk menja-
dilran onng lain tertawa Celaka dia celah dialt,iz I
636
Aisyah berkata, "Dan saya ceritakan lcepada beliau tentang seseo-
rang, yakni saya tirukan gerak-geriknya, suaranya, dan sebagainya.
Lalu beliau bersabda, 'Saya tidak suka menceritakan seseorang
sedangkan saya begini dan begini.'"3s4
Kedga: tidak boleh menimbulkan kesedihan dan ketakutan ter-
hadap orang muslim.
Imam Abu Daud meriwayatkan dari Abdur Rahman bin Abi laila,
ia berkata, 'sahabat-sahabat Nabi Muhammad saw. menceritakan
kepada kami bahwa mereka pernah bepergian bersama Nabi saw..
Salah seorang dari mereka berdiri, kemudian seorang lagt pergt
mengambil tali untuk menakuti orang pertama tadi sehingga ia terke-
jut dan takut. Maka Rasulullah saw. bersabda:
,ra\3,(,)i31F.i1;1
"ndal< halal fugi wnng menalatt-nalruti wrug mudim lainrya."
(i*),ob,\.Y\-?Ari?-AJr.y,bAll
Tidalr halal bagi **orang menalrut-nakrti orutg muslim lain-
nm'8ss
ttunteks hadits tersebut menunjukkan bahwa orang )ang berbtnt
demikian itu adalah dalam rangka bergurau.
Dalam hadits lain Rasulullah saw. bersabda:
637
"Jangulah alah wrang di antan l<amu mengambil furury audan-
nm hik dqgu malwil fumain-main maupn bmn$th- stngi
$th'{.so
638
A4(,L=:;ru:+t*9f
/oui4?lrt$G
"figa prkan ltang rybila dilafukan dengan *rius dinilai *ljus
(sunguhan), dan l<alau dilafukn dengan furgunu pun dinilai
*ljus, yaitu nil<ah (yalofi menikahkn putiryra), tahk &n memer-
dekakan budakqst
357pi 6"1"ro riwayat Abu lhud, Tirmidzi, dan lbnu Malah darl hadtts Abu Hurairah di-
sebutkan dengan lafal:
!<Ji;b;uegi<-ur'!43
"figa pt<anyang apbih dilatukan &ngm *rius dirtihl *rius, dan blaudlaktkan fu$n brgunu
pun dinilai *iuq Ntu nilcah, tahk dan ruW"
l"ihat SwrrrnAbiDad,luz2,llm.259i SunanTiniilz|lttz2, hlm.328; dan SwwnlbnuMajah,
juz 1, hlm.658 (1nnf.).
Kellma: hendaklah gurauan itu dalam batas-batas yang diterima
akal, sederhana, dan
ryimbang, dapat diterima ofefi niafr ying
sehat, diridhai oleh akal yang lurus, dan cocok dengan ata [eni:
dupan masyarakat yang positi-f dan kreatif.
l
tqlap tidak menyukai sikap berlebihan dan keterlaluan dalam
hal, bahkan dalam urusah ibadah sekalipun, maka bagaimana
-s%ala
lag dalam permainan dan hiburan? Karena itu Nabi saw. mtmulri-
kan pengarahan:
i'd{'b!,rz#i6&2*<}
0*j,stob), CGI1U*
"langantah tranu banyk teftaw l<arena **n tertawa ,*i6r,
mematikan hati." ltIR Tlrnddd)
Dalam kaitan ini Ali r.a. pernah berkata, 'Berilah humor dalam
perkaaan dengan ukuran seperti Anda memberi g;a* d"t rn
makanan."
pe,rkataan
._-fn11l
humor ihr, dan
ryng. bijqks-ana, yang menunjukkan perlunya
menunjukkan bahayanya Sedebihair dalam hal ini.
Berlebih-lebihan dalam humor-dan tertawa ini dlkhawadrl€n
akan menimbulkan sikap lengah terhadap hrgas-hlgirs, meniadikan
orang-orang bodoh berani kepadanya, atiu minimbidlen rasli uinci
dalam hati kawan. Barangleli inilali yang dimaksud oteh hadits r.Iabi
SOW.:
640
menghilangkan harga diri dan menyebabkan orang-orang bodoh
berani kepadamu, tetapi meninggalkan bergurau akan menjadikan
kakunya persahabatan dan sepinya pergaulan."
Dengan demikian, sebaik-baik urusan ialah yang pertengahan,
dan ini merupakan manhaj (aturan) Islam dan keistimewaannya
yang sangat besar, dan menjadi sandaran keutamaan umatnya terha-
dap umat lain. Dan Islam inilah jalan lurus yang kita senantiasa
memohon kepada Allah agar menunjukkan kita kepadanya dan me-
mantapkan serta menetapkan kita padanya dalam berkata, berpikir,
berbuat, dan bersikap. Allahumma amin, ya Allah kabulkanlah.
7
HUKUM BERMNN CATUR
Pertanyaan:
IQmi berbeda pendapat mengenai hukum bermain catur, dan
ketika kami merujuk kepada kitab Ustadz, al-Halal wal-Haram,tranni
menemukan penjelasan Ustadz yang menyebutkan bahwa para
fuqaha berbeda pendapat mengenai masalah tersebut Di antara
mereka ada yang memandangnya mubah, ada yang menganggapnya
makruh, dan ada yang berpendapat haram.
Dalam hal ini Ustadz' cenderung kepada pendapat )rang mengang-
gapnya mubah, tetapi dengan tiga persyaratan, yainr tidak menye-
babkan diakhirkan (dinrndanya) shalat dari waknrnya gua-gua
bermain catur, tidak disertai dengirn perjudian, serta pemainnya harus
memelihara lisannya pada wakru bermain dari mencaci, berkata kotor,
bersumpah palsu, dan sebagainya. Apabila ketiga hal ini atau seba-
giannya tidak dihiraukan, maka hukumnya menjadi haram.
Demikianlah yang kami dapatkan dalam kitab Ustadz, tetapi salah
seorang di antara kami menilai Ustadz gegabah di dalam memberi
fanua dan lebih banyak cenderung kepada menghalalkan dari pada
mengharamkan.
Maka kami berharap kepada lJstadz untuk memberikan penie-
lasan yang memuaskan tentang hukum bermain catur ini dengan
dalil-dalil dari nash dan kaidah syar'iyah. Banyak orangyang mem-
perbolehkannya dan mengisi waktu senggang dengan melakulen
permainan semacam ini, dengan alasan mengisi waktu kosongyang
panjang dan dengan kesibukan bermain catur ini mereka tidak teng-
641
gelam membicarakan kekurangan orang lain yang biasanya menjadi
hidangan dalam majelis-majelis serta menjadi buah pembicaraan
ketika mereka beriumpa.
Kami mohon kepada Allah semoga Dia melapangkan dada Ustadz
untuk memberikan penjelasan ini sehingga dapat dimanfaatkan
orang banyak.
Terima kasih kami ucapkan, semqp Allah berkenan memberikan
pahala.
Jautaban:
Pertanyaan dari saudara se-Islam ini mengingatkan saya kepada
seminar "Fiqih dan Pikiran Terbuka" yang diprakarsai oleh
lam'iyyah al-Islah di Bahrain beberapa bulan lalu (pada tahun 1408
H). Seminar diawali dengan penyampaian makalah oleh salah se-
orang peserta yang isinya lebih mirip sebagai lontaran hrduhan (hu-
jatanl terhadap saya, tetapi dalam bentukyang sopan, dilandasi rasa
cinta, dan penuh penghormatan. Karena ifu tidak saya dapati poin-
poin yang menggelisahkan saya, bahkan saya jawab dengan sang-
gahan yang jelas dan terang dalam pita rekaman yang disebar{uas-
kan.
Di antara persoalan utama yang dikemukakan ialah bahwa saya
hanya mengambil sisi yang memudahkan dalam berfanua dan lebih
condong kepada menghalalkan daripada mengharamkan.
Saya peringatkan bahwa saya dapat saia membalikkan tuduhan
dengan mengatakan bahwa mereka bersikap mempersulit manusia
dalam memberikan fatwa, tidak mempermudah, dan ini bertentangnn
dengan pesan Nabi saw. dalam sabdanya:
Dan hadits:
.S7j7rffi{3fi;Jr#q
642
"Sesunguhnya lralian diutus untuk memfurilran kemudahan, tidak
diutus untuk membeil<an kesulitan.6s8
358Hn nukt a.i dar, Tirmidzi dari Abu Hurairah. Beliau berleta, "Ifadib ini hasan sahih."
643
4-
I
ta,t4, oL, ),
*jg t&F,5 t!1$ti{:
CIJyP'
"Biad<anlah mer*a
wahai Abu kkar,latena had ini adalah hafi
n1a."(HR Bukharl, Musllm, dan Nasa,l)
q),-qtAaS*!ffjf,{::t /- / q-/- !/ ,
WW,
', /z/
--l
-r/" . 2. ./-
644
"Agar onng-onng Yahudi mengetahui fuIwa di dalan Din kita
terdapt kelapngan, dan aku diutus dengan menDrrwa agama
lnng lurus dan toleran." (HR Ahmad dnlnm Muenad-nya)
3@Beli", adalah sahabat yang tcrhormat Prof. Dr. Muhammad Kamal la'far, guru besar
aqidah dan filsafat dan lcua Jurusan Aqidah dan d-AdJan pada fahftas qtad'ah dan Dixasah
Islamiyah, Universias Qathar, yang telah berpulang kl rahmanrllah pada bulan Ramadhan
tahun 1,to8 H. semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dan membalas amal-amalnya
dengan balasan yang sebaik-baiknya, serta memasukkannya ke dalam golongan hamba-
hamba-nya;,ang saleh. Almarhum tclah menerJemahkan sebagian besar makalah tersebut,
t€tapi sisanya tidak diteruskan, karena isinya penuh kecerobohan dan ddak beradab.
645
-
Mazhab tlanaff
Kebanyakan ulama Afrika Selatan adalah imigan dari India yang
-bermazhab Hanafi. Maka dapat dipastikan bahwa penulis matialah
yang berjudul "as,y-Syathranj wal-Islam" (catur *an lstaml adalah
bermazhab Hanafi juga. Tetapi melihat celotehannya tampiknya ia
tidak pernah membaca kitab-kitab mazhab Hanafi, bahkan diahdak
pernah membaca kitab-kitab matan yang masyhur yang menjadi
acuan mazhab ini, misalnya kitab al-eaitua, al-Hiitayah, al-Kans" al-
Mukhur, Taawirul Abshar, dan lainnya, apalagi ryarahnya.
Kitab-kitab matan tersebut membicarakan hukum bermain catur
yang terdapat ddam kitab asy-syahailat (kesaksian) --ketika membi-
car4sn -rcltang orang-orang yang tidak diterima kesaksiannya.
IQdang-kadang dalam kltab al-Karahiyyah atau kitab al-Hazlur wal-
Ibahah, sesuai dengan macam-macam istilah yangadadalam mazhab
Hanafi.
Kitab-kitab matan tersebut telah sepakat bahwa orangyang ber-
judi- dengan menggunakan permainan cahrr gugur keaailahnya dan
liqolak kesaksiannya, karena ia telah melakukan perbuatan-haram
bahkan dosa besar --sebab ia telah memasukkan pe4udian ke dalam
646
permainan, sedangkan periudian sama dengan khamar menurut
Kitab Allah.
Sebagian mereka menyandarkan beberapa perkara kepada perju-
dian yang masing-masing sudah cukup menjatuhkan keadilan se-
seorang, seperti lalai melaksanakan shalat karena sibuk beriudi,
banyak bersumpah palsu, bermain judi di jalanan yang meniatuhkan
gengsinya, atau disebut sebagai fasik, atau kecanduan."362
Disebutkan di dalam kitab al-Hidayah:
"Adapun semata-mata bermain cahrr, tidaklah dinilai fasik yang
menghalanginya untuk memberikan kesaksian, karena ada kele-
luasaan untuk berijtihad dalam masalah ini.'363
Ketika Matan al-Kanz menyamakan antara turilasyir (permainan
dadu) dengan catur --orang yang lalai mengerjakan shalat karena
beriudi dengan menggunakan dadu dan catur, maka ditolak kesaksi-
annya-- maka pensyarahnya, Ibnu Naiim, di ddam kitabnya al-Bahr
mengatakan:
"Pada lahirnya pernyataan itu menyamakan antara dadu dengirn
catur, padahal sebenarnya tidak demikian, sebab bermain dadu itu
menggugurkan keadilan secara mutlak sebagaimana disebutkan
dalam kitab al-'Inayah dan lainnya, karena telah disepakati keharam-
annya. Berbeda dengan catur, dalam hal ini rcrdapat keleluasaan
untuk berijtihad mengingat pendapat Imam Malik dan Imam Syafi,i
yang demikian iup yang diriwalatkan dari
Abu sebagaimana disebutlan dalam kitab al-Muytaba milrrl
647
-
Siii*s*t(/3,98k*ditEt
,&sWotkriqG{"€;E
t
(tj-,r({,t ctt o):,)
"Seatngguhr46 NIah Aza wa Jaila #iap tai manbrikan pr_
hatian tiga o,tusemn pulnh kali, dan tidat( da hgian wm *ati
bagi orurgydng bmain nia (catur).&
,G!3b;-5ji(egge6,66g1(1y<li
.&(xi6di6
oreh al-Hanzrl aLHuJJah al-Muarrilft rbnu l(atsir daram lrsya-rrya
'*r*,nr"*
sebagaimana dikudp dalam wailut aurhar,
ilLut
1ui-a, trtm. 2s9, t€rbiurn o.rur u"'rir.rr,
.,. '31 |bnu Abtddun;,a dataq Dzanmut Matahi, dan dihutumi raadhuTpalsu oleh al-
Albani dalam tma\tt Glultil tw 26T1.
lafal *v-svah renurut bahasa persia berard 'ra a'. Dan sudah tfrkenar dahm pernainan
catur bahwa permainan iq, s€lesai apabila sarah sltu pihak terah dapat r.rrgadhk"n
ral"
pihak lain.
648
"lnSatlalr" wungunnn pn pennin catur itu ahn nrasrak rcnb,
nitu onng<ruW Wrg milgatakan, 'Deni AW aku tdah nrun-
bunuh njamu.-
j,\4r6?d$E6qtxi'E$i
=;;Tl
"Ahn datang
eg$::flCd%1Eib.
pda manusia suatu zaman yng pda wah, itt,
mercla a*a bmnin eatur &n tidak da yang bnnin atur
melainl<an onngenng nng otodter, dan orang yarg otofitq (br-
buat sewenang-weaang) itu akan mastrk nerab'
&9
nurfri' sampai kaada Nabi saw.. sedanglen perkataan Ali sendiri
-
tidak sah sebagimana akan dfelaskan nand.
Y!"rrl"* Mtittaj fr sy4/hil Mirtaj wa t;tavasyi asy-Syamaai va lbni easim ,alailu,ltn lO,
hln.2l7.
W,t -prrtl0utt iuz I l, hlm. 2ZS, tefiltanal-Makab at-tclani.
650
Yang dimaksud dengirn pendapat yang pertama ialah makruh,
sedangkan mgnurul lahirnya adalah makruh tanzih. pendapat inilah
yang segera ditangkap oleh kalangan mazhab Syaf i.
_ Demikian pula yang beliaq kemukakan dalam kitab at-Minhaj:
"Dan diharamkan bermain dadu menurut pendapat lang sahih,3/o
sedangkan bermain catur hukumnya makruh."
Imam Nawawi mengatakan dalam at-Tuh[ah: "Al-Bulqini menen-
tang kemakruhannya dengirn mengatakan bahwa perkaaan mam
Syafit_'Aku tidak menyukainya' tidak menuniuk*an kemakruhan-
nya."57l
Selanjutnya Imam Nawawi mengatakan di dalam ar-Rauilhah--se-
telah menguatkan kebenaran pendapat yang memakruhkannya--
sebagai berikut:
"Apabi! permainan canrr itu disertai dengan periudian, perka-
taan yang kotor, atau menyebabkan ditundanya shalat dari taku-
!y! dgqgan sengaia, maka ditolaklah kesaksian orang yang beriudi
ini --bulen semata-mata bermain caturnya. Oan permiinannya inr
dianggap judi apabila disyaratkan adanya harta (aruhan1 dari liedua
P.t".t p4"t. Tetap-i, jika hanyl salah satu pihak saia )ang menge-
luarkan harta unruk diberikan kepada pihak lainnya ipiuita ia tatitr,
qan.{itahan_ (tidak _diberikan) jika ternyaa ia menang, maka yang
demikian tidak dinilai judi, dan ridak ditolak kesaksiannl,a. na iru
hanya merupalan {ad perlombaan dengan tidakmengguirakan per-
alatan perang, sehingga tidak benar kalau dianggafjudi. epabila
permainan tersebut tidat meniadikan yang bersangliutan menunda
shalathingga keluarwaknrnya dengan sengaja --tetapi hanya karena
sibuk bermain dan ldai, lanas habis wakni shalatnya-- inate;itta
hal ini tidak tedadi secara berulang-ulang, tidaldah ditotat tesaisi-
annla. Tetapi bila hal ini sering dilakukannya, maka ia telah durhaka,
dan ditolak kesalaiannya. Berbeda halnla jilo ia meningarkan sharat
karena lupa meskipun berulang-ulang, karena dalam [.it ini ia tidak
menyibukkan diri dengan sesuatu yang menyebabkan dia mengabai-
kan shalat.
- Demikianlah yang mereka kemukakan. Tetapi dalam hal ini ter-
dapat kemusykilan, karena menganggap bermaksiat orang yang
slBeliau mengaakan, 'menurut penrlapat yang sahlh", karena di tempat lain dls€but-
-kan makruh safa, sebagalmana disebutkan dalam kitab arqanilhah,trlm, ZZ6.
37 | e,t-ruhloh
ma'a Ha*asyth4Juz lO, hlm. 216-217.
651
-l
652
sebagai berikut:
"Imam Malik pernah ditanya t€ntang permainan cahr, lalu beliau
meniawab, 'Tidak ada kebaikan padanya, dan permainan itu tidak
ada nilainya sama sekali, bahkan ia termasuk batil, dan semua per-
mainan adalah batil. IQrena itu, orangyangberakal sehathendaklah
dapat dicegah oleh jenggot, kumis, dan usianya, untuk melakukan
lebatilan. Umar bin Khatrab pernah bertanla lcepada Aslam mengenai
suatu urusan, 'Apakah belum tiba waktunya engkau dapat dicegah
oleh jenggotmu dari hal ini?' Aslam berkata, 'Ialu saya t€rmenung
lama sekali, dan saya kira hal itu akan mencegahku melakukan hal
ini.''375
Imam Malik juga pernah ditanya tentang seseorang yang bermain
bersama istrinya di rumah dengan permainan empat belas, lalu
beliau menjawab, "Aku tidak suka itu, dan bermain itu bukan urusan
orang mukmin, karena Allah telah berfirman: 'Maka tidak ada sesu-
dah kebenaran itu, melainkan kesesatan' (yunus: B2)..
Ibnu Rusyd mengomentari hal itu seperti berikut:
"Permainan empat belas itu adalah potongan-potongan png biasa
digunakan untuk permainan seperti ntnt (dadu) yang mengenai hal
itu Rasulullah saw. bersabda:
)$.;ri6'^1"95t113;iJV6U
"knrrgsiary yang bermain dadu mala srrl.tngElpnry dia telalt
melangar kep& Nlah dut fuai-tgaato
'€$(_o€eu$6#'rAu,46
, j,;\t/
Y-u'
"krutgsiap yrury furmain dadu wlabolah ia mmampldcan
tangannp ke dalam daging babi.477
37 5 Al-aoyon
wat-Talshil,Juz t 8, hlm. 436.
376 &s77[r'lnliat (kedudukan) kedua hadt6 lni kdak
akan d{elaskan.
653
\-
I
i
jalan perjudian dan taruhan yang tidak halal dan tidak diperbolehkan
menurut kesepakatan ulama, karena itu ia t€rmasuk maisir (judi)
yang disinyalir Allah dengan firman-Nya:
#i,*U.F)'ii;.fi;i6-iG j,;T6*t;y
"...
Os#$rt:;*S
*sungguhryn (meminum) khanar, furjudi, (be*orfun unfitk)
berhala mengundi nasib dengan panah, adalah petbwtan keji ter-
masuk perbuatan setan. Mal<a jauhilah perbuatan-ptbutan itu
agar kamu mendapt keberuntungan "(al-Maidah: 90)
654
taannya dalam riwayat ini, 'Aku tidak suka itu, dan bermain itu
bukan urusan orang mukmin, mengingat firman Allah Ta'ala: 'Maka
yang demikian itu termasuk batil. wa billahit t4ufiq.'"378
Perkataan "batil" di situ tidak dimaksudkan bahwa hal tersebut
haram. Tetapi png dimaksud ialah batrwa turiltsyir termasuk
hiburan dan permainan, sedangkan tidak setiap hiburan dan per-
mainan terhukum haram, meskipun sebagian pengikut mazhab
Maliki mengatakan bqgtu, berdasarkan perkataan 162616likr2e --
padahal maksud Imam Malik tidak demikian.
Mengapa permainan catur dikatakan haram, padahal beliau flmam
Mdik) hanya mengatakan, "Tidak ada kebaikan padanya, tidak ada
nilainya sama sekali, aku tidak menyukainya, dan bahwa bermain
catur itu tidak pantas bagi orang yang berjenggot, berkumis, dan
telah dimakan usia."
Padahal, semua itu tidak menunjukkan hukum yang melebihi
makruh tanzih.
Mazhab Hambalt
Pendapat mazhab Hambali mengenai permainan catur ini diung-
kapkan oleh Imam lbnu Qudamah di dalam kitab al-Mughni, sebagai
berikut:
'Semua permainan yang disertai dengan taruhan hukumnya
haram, apa pun jenis permainan ittr, lqrena hal inr termasuk rudi
yang kita diperintatlon Allah untuk menJauhinya, dan barangslapa
yang berulang-ulang melakukannya maka ditolak kesaksiannya.
Sedangkan permainan yang tidak terdapat unsur taruhannya --baik
taruhan itu dari kedua belah pihak maupun dari salah satunya-
maka permainan itu ada yang terhukum haram dan ada yang mubah.
Yang haram ialah permainan dengan dadu, dan ini adalah pendapat
Imam Abu Hanifah dan kebanyakan sahabat Imam Syaf i. Tetapi se-
bagian di antara mereka berkata, 'Makruh, bukan haram.'"
Untuk pendapatnya ini Ibnu Qudamah berdalil dengirn dua buah
hadits yang dikemukakan Ibnu Rusyd sebelumnya.
Beliau berkata:
"I(alaupun ini sah, maka barangsiapa yang mengulangi per-
mainan ini tidaklah diterima kesaksiannya, baik permainan (rurita-
37 8
ol-Boyon yat-T ahshil, jluz 17, hlfri. 5T T -SZ 8,
3791itr^1, asy-syarhush
Shaghir, kagra ad-Dardlr dan nasyiyatash-Shawi.
655
L
syir) itu dengan taruhan maupun tidak dengan taruhan. Ini adalah
pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan menurut zhahir maz-
hab Imam Syaf i.
Sedanglan caflr hukumnya seperti dadu, yakni sama-sama haram,
hanya saja dadu lebih kuat keharamannya kardna terdapat nash
yalS menSharamkannya. Catur ini sema(na dengan Oaa.i Urena
hukumny-a pun sama dengan jalan dikiaskan kepadanya."
Al-Qadhi Husen berkata, "Di antara orang png berpe-ndapat bahwa
catur haram ialah Ali bin Abi Thalib, IbnuUmar, Ibnu Abbas, Sa,id
bin al-Musalyab, al-easim, Salim, Unuah, Muhammad bin Ali bin al-
Husen, Mathar al-Warraq, Imam Malik, dan Imam Abu Hanifah."
Adapun Imam Syaf i berpendapat mubah, dan sahabat-sahabat
beliau meriwayatkan pendapat ini dari Abu Hurairah, Sa,id bin
Musalyab, dan Sa'id bin fuber. Mereka beralasan bahwa hukum asal
segala slsuatu itu mubah, sedangkan nash yang mengharamkannya
tidak ada. Sedangkan catur ini tidak termasuk dahm cakupan najh,
karena itu ia tetap dalam kehalalannya
Permainan catur berbeda dengan dadu dilihat dari dua segi:.
Pertama: bahwa dalam catur si pemain memikirkan siasat perang,
sehingga lebih mirip dengarn permainan anggar, memanah, dan-
pacuan kuda.
Kedua: bahwa yang menang dalam nardasyir itu ditentukan oleh
- yang keluar,sehingga lebih menyerupaiaztam (mengundi nasib
{adu
dengan anak panah dan sebaginya); sedarrylran fang menang dalam
catur adalah karena kecerdasan dan kecekaannya, sehingga teUih
menyerupai lomba memanah.
Allah berfirman:
"... *sunguhnya (meminum) khamar, brjudi, (brkorfun untuk)
furhala mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji ter-
masuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-prbuatan itu
agar mendapt keberuntungan "(al-Ma'ldah: 9O)
'bW65-,i:tj;!3iilu6
Patung-ptung apl<ah ini yng l<amu tekun furibadah kepda-
"...
ryn?" lal-6lrtblya': 52)
656
Watsilah bin al-Asqa' r.a. meriwayatkan, kahnya: Rasulullah
saw. bersabda:
*q56;ig#l$kitatEy
L/$. e\ai, v 2 t4),f,ftrx Crio
, r%*a\
"Sesungguhnl4 Nlah Aza wa Jalla retiap hainya membrilran
perhatian *funyak tiga ntus enam puluh kali pandangan, tetapi
ti&I< ada Mgian sma *lcali fugi pemain catur."(HRAbu Bakar
dengan lsnadnya)
657
I
orang yang menganggapnya mubah, maka tidak ditolak kesaksian- I
,{*rk*"ag,:tsr#g
}Boal-uughni,juz
9, hlm. l\2-l\S,terbitan al-Mathba,ah al-yusufly5rah.
658
"knngsiap bermain nardasyir mal<a *sunguhryta ia tekh me-
langgar terhadap Nlah dan fusul-Nya.aet
b. Hadits Buraidah:
e',14Jfr#K#i$t4;t6
(*b q b :-tUl,L 4- oU, r,Jiri;J+ F
"knngsiap fumnin narfusyir maka *olalt< dk memawld<att
tanganryta ke dalam dagtng dan daral, babi.r'g2
381g"6i1" ini diriwayatkan oleh Imam Malik dalam al-Muwaththo',2: 958; Ahnnd dalam
4:394,397,40O; Abu Daud nomor 4938; lbnu lrlajah nomor 3762; dan al-ttakim
al-Musnail,
1: 50, dan bellau mengesahkannya menurut slrarat S),alkhani, serta dlseArlul &hdz-Dza-
habi, sebagaimana diriwayatkan pula oleh Bukhari dalam al-Adabul-uuftait.
382HR Muslin dahm ldtab cry-Syi'ia hadits nomor 226O Abu lhrd nqnor 49J9, dan lbnu
Maiah nomor 3763.
383p6*"r41"n oleh Ttrmldzl (hadlts nomor 1637) dart Abdullah bln Abdur Rahman
bii lbi nusen secan nursat, juga 'on'anah (diriwayatkan dengan menggunakan lafal 'an/dari)
oleh Ibnu lshaq. Dan Tirmidzi juga meriwayatkannya dari Utbah bin Amir sqerd itu, mestJ-
pun tidak dlsebutkan lafalnyra, dan bellau berkaa: 'Hasan sahlh.' Dlrtw4ratkan fuga oleh
Abu Daud no. 2513; Nasa i dalam 'al-fihad'; Ibnu Malah 2811, dan dinllal nudr.rrdrDoleh al-
Iraqi dalam takhrif thya'.
659
Sedangkan catur di luar ketiga hal yang tersebut dalam hadits
itu, oleh sebab itu ia batil, dan yang batil adalah haram.
5. Riwayat-riwayat dari para sahabat bahwa mereka mengingkari
catur, di antaranya diriwayatkan bahwa Ali r.a. pernah melewati
suatu kaum yang sedang bermain catur, lalu Ali berkata (menyitir
firman Allah):
"... Patung-ptung apal<ah ini gng kanu tekun funbadah kepda-
ryta?" (al-furrblya': 52)
Surat al-lfia'ldalr: 9O
Adapun berdalil dengan surat al-Ma'idah ayat 90 yang menun-
jukkan haramnya minum khamar dan beriudi, maka tidak diperseli-
sihkan lagi bahwa beriudi itu memang diharamkan sebagaimana
minum khamar, dan berdosa besar menurut nash Al-Qur'an. fudi
merupakan dosa besar, bukan sekadar haram.
Tetapi manakah dalil yang menunjukkan bahwa catur itu terma-
suk judi?
Untuk meniawab pertanyaan ini mereka akan mengatakan: "Per-
kataan Ali, 'Sesungguhnya catur itu termasuk judi.'" Tentang perka-
taan ini akan diielaskan nanti, karena ternyata tidak sah dari AIi.
Bahkan seandainya riwayat iil sah, maka dapat ditafsirkan bahwa
catur itu termasuk judi apabila disertai dengan taruhan, bukan se-
mata-mata bermain dan menghibur hati.
660
Hadits-hadtts yang Mencela dan Mengancam Catur
Hadits-hadits yang mencela, mengancam, dan mengecam catur
s€rta melaknat pelakunya sudah dijelaskan oleh para ulama peneliti
dan pengkritik hadits bahwa hadits-hadits tersebut tidak akurat.
Tidak ada seorang pun imam hadits yang mengatakannya sahih atau
hasan. Dan mengenai masalah ini telah saya kutip perkataan Imam
Ahmad, Ibnu lQtsir, dan lain{ainnya.
Syekhul Islam Ibnu Taimiyah yang begrtu keras pendapatnya t€r-
hadap catur ini, bahkan tidak berdalil dengan satu pun Aari traAits-
hadits tersebut. Beliau hanya beralasan bahwa bermain catur itu
dapat melalaikan manusia dari mengingat Allah dan mengerjakan
shalat.
0J35JiL64;r:,;&194ff
,6i;1q#
"Banngsiapa brmain nafiasyia maka sataholah dia memailk-
kan tangannya ke fulam dagtnsbabi dan danhnya"
661
Memasukkan tangan ke dalam dagng babi ini merupakan peng-
antar untuk memakannya, dan ini mengisyaratkan keharamannya, I
...91 {gsrg
S&SNoilul Arthor, 8: 258.
662
"Segala *suatu yang dijadil<an pmainan (yang melalaikan) onng
muslim adalah futil, kecuali ...."
'Oa;"j#iqft'uib
"Dan orang-orutgyang menjauhkan din fui @ebuatan dan per-
l<atan) gng tiada bergtna." (al-Mu'rninun: 5)
9"TJ'_A3#Fr\;g;,v'il1:&
,H1#,JA!:,'*Wi%j
'ki'd5,'41& :US, ffijJ(ji
,914;S/$;/{5t
'/ I --r'' ' I
386A1-Mundziri menetapkan isnid hadie ini bagus di dalam kirabnya ar-rarghib serelah
beliau menisbatkannya kepada Thabrani. Dan al-Haitsami mengaakan di dalam Majna'uz
zawaiil, "Pera'wi-perawi 'Ihabrani adalah perawi-perawi sahih, kecuali Abdul Wahab bin
Bakht, selain dia dapat dipercaya.- (6: 2691. Dan al-Albani menyebutkan dalam sikilarul-Aha-
aibish-Shahihah, no. 3 I 6.
664
kan hadits tersebut untuk mengharamkan semua jenis nyanyian:
"Sabda beliau saw. dengan menggunakan perkataan bathil itn
tidak menunjukkan kepada haram, melainkan hanya menunjukkan
kepada tidak adanya faedah. Pengertian seperti ini dapat diterima,
karena bersenang-senang (berhibur) dengan menyaksikan per-
mainan orang-orang Habasyah itu sendiri sudah di luar ket@ per-
kara tersebut, padahal yang demikian itu tidak haram. Uemang se-
suatu yang tidak terbatas, seperti sabda beliau: "Tidak halal darah
seseorang melainkan dengan salah satu dari tiga perkara (alasan)
...", padahal untuk menjatuhkan hukuman mati itu masih ada alasan
keempat, kelima, dan seterusnya. Begrtu pula bergUrau atau ber-
cumbu dengan istri, ia tidak berfaedah melainkan hanya memberi
nikmat. Karena itu, hal ini merupakan dalil yang menunjukkan
bahwa melakukan refresing di taman, mendengar suara burung-
burung, dan bergurau serta bermacam-macam permainan lainnya
tidaklah haram, meskipun secara ekstrem diistilahkan dengan
batil.'387
Ibnu Hazm menyanggah pendapat orang yang mengatalan:
"Nyanyian itu tidak termasuk kebenaran, karena itu ia termasuk
kebafilan." Kata Ibnu Hazm, "sesungguhnya perbuatan itu bergan-
tung pada niat, dan seseorang itu hanya akan memperoleh apa yang
ia niatkan. Dan ketentuan ini juga berlaku di sini (dalam masalah
catur)."
Oleh karena itu, orang yang melakukan permainan dengan niat
untuk menyenangkan dan menghibur-hatinya, agar dapat melanjut-
kan aktivitasnya di jalan kebenaran dan memikul bebannya yang
berat, maka dengan begitu berarti ia telah melakukan kebaikan dan
mendapatkan pahala, sebagaimana ia mendapatkan pahala dalam
melakukan perbuatan-perbuatan yang mubah sesuai dengan niat-
nya. Sedangkan orang yang melakukannya dengan maksud hanya
semata-mata untuk menyenangkan hatinya, tanpa dimaksudkan
untuk membantu melaksanakan ketaatan, berarti ia hanya sekadar
melakukan perbuatan mubah tanpa mendapatkan pahala.
3881*orl cbalil,
itz.8, hlm. 288-289, hadits nomor 2672.
389loilul Authar, juz8, hlm. 259.
66
Musa al-Asy'ari, Abu Sa'id, dan Aisyah bahwa mereka memakruh-
kan canrr. Diriwayatkan juga dari lbnu Abbas dan Abu Hurairah
bahwa mereka memperbolehkannya. Sedangkan kalangan tabi'in
yang memperbolehkannya adalah Ibnu Sirin, Sa,id bin al-wtusalyab,
Sa'idlin fuber, dal-orang-orang sesudah mereka seperti nisyam bin
urwah bin Zuber.seo
Tidaklah dapat dijadikan hujjah perkataan seseorang kecuali
Rasulullah saw., selama mereka tidak bersepakat 1ilma'f --sebab
mereka tidak akan ijma' atas suatu kesesatan.
Dalam masalah catur ini memang tidak ada hadits marfu'yang
secara khusus membicarakannya. Sebagaimana telah saya kutif
sebelumnya perkaaan Ibnu letsir, "nadits-hadits yang diriwayat-
\an mengenai masalah ini tidak ada satu pun yang sah, dan ini di-
duku_ng oleh faka bahwa catur itu baru muncul pada zaman saha-
bat,"ssl
39otbid.. g.2sg.
397:oia.,8,2sg.
667
I
yang acuannya menerka-nerka adalah haram.3e2 Yang dibuat
pegangan ddam turi/aaslir ialatr berapa nomor tladu yang keluar,
sehingga menyerupai azlam (mengundi nasib dengan panah, hal ini
diharamkan oleh Al-Qur'an dalam zurat al-Ma'idah: 90; penr.).
Sedangkan yang menjadi pegangan dalam cahrr adalah kecerdasan
dan kecerdikan sehingga menyerupai lomba panahan. Sebagaimana
mereka juga mengatakan bahwa bermain catur bisa membantu
mengatur taktik dan strategi perang, sehinggapermainan ini menye-
rupai permainan anggar (yang membunrhkan taktik dan stratqgi
yang baik), memanah (yang memerlukan letanglesan), dan balap
kuda (yang membutuhkan kecekatan dan keahlian; penl.).
Meski demikian, mengqiyaskan permainan catur dengan perang
tidak dapat diterima, karena tidak ada hubungan dan keterkaitan
antara kepandaian dalam bermain catur dengan kepandaian dalam
taktik strateg perang. Orang yang pandai bermain catur belum tennr
pandai dalam ilmu perang, bahkan sering kali tidak mengerti sama
sekali.
Cukuplah bagi kita menggunakan perbandingan yang pertama
saja (nardasyir dengan menerka-nerka dan spekulasi sehingga
menyerupai azlam, dan catur dengan kecerdasan dan kecerdikan
sehingga menyerupai lomba panahan dan lainnya). Hal ini sudah
cukup memadai.
Lebih fauh lagi, dasan yang melarang catur karena menghalangi
dzikir dan mengeriakan shalat juga tidak dapat diterima, selama
orang yang memperbolehkan catur itu memberinya qaid (ketentuan
atau persJraratan) jangan sampai melalaikannya dari mengingat
Allah dan mengeriakan shalat, atau kewaiiban agama dan duniawi
yang mana pun.
Banyak sekali perkara mubah yang apabila manusia lepas kontrol
di dalamnya, lebih{ebih perkara yang sangat disukai, sering me-
nyibukkan dan melalaikan yang bersangkutan dari mengingat Allah,
dari mengerjakan shalat, dan dari kewaiibannya yang lain, apalag
jika yang bersangkutan tidak cermat dan tidak memiliki iradah (ke-
mauan) yang kuat (untuk menunaikan lcewaiiban-lcarajibannfra).
Namun demikian, hd itu tidak menjadikan sesuatu yang mubatr
menjadi terlarang secara mutlak. Akan tetapi tetap diperbolehkan
39\-yr^1, Tulfaal Mrrtujj Syarah al-Minluj oleh Ibnu Haiar dan catatan pinggir asy-Syar-
wani dan Ibnu Qasim terhadapnya, juz 10, hlm. 216.
668
dengan syarat tidak berlebih{ebihan (israfl dan tidak melupakannya
dari menunaikan berbagai kewajiban yang dibebankan Allah kepa-
danya.
, Seandainya seorang muslim mempunyai waktu kosong, lantas ia
bermain catur pada waktu tert€ntu yang bukan waktu shalat waiib,
seperti pada waktu siang --antara pukul09.00 hingga pukul ll.OO
umpamanya-- maka yang demikian itu tidak terlarang dan tidak
haram. Lebih-lebih dengan bermain catur ini dapat meniadikannya
sibuk sehingga tidak sempat melakukan ghituh (mengumpat) din
bercakap-cakap yang bukan-bukan, yang dapat memakan teUaitan-
kebaikannya seperti api memakan kayu bakar.
Seringkali manusia mengalami kondisi yang ia tidak dapat meng-
isi waktu kosongnya melainkan dengirn permainan sepertiini. t(ami
sendiri pernah mengalami rnasa krisis ketika kami berada dalam
rumah tahanan pada tahun 1954-1956 M. pada waktu itu seluruh
kilaP, kertas, pulpen, dan mushaf kami dirampas, sehingga kami
tidak mempunyai kesibukan untuk mengisi waktu-waktu kosong.
Maka pada saat itu waktu terasa demikian lambat dan berat, sehari
terasa sepe{ sebulan bahkan setahun, Iebih-lebih bagi yang mem-
punlai istri dan anak-anak, ia tidak ahu bagairnana keadaanhereka
dan mereka tidak tahu bagaimana keadaannya. Maka kesibukan
apakah yang bisa dilakukan oleh orang-orang tahanan yang t€r-
aniaya itu?
Tidak mungkin rasanya jiwa manusia dibebani hrgas unurk terus-
menerus bertasbih, bertahlil, dan bertal0ir dari pagi sampai malam,
karena kemampuan jiwa manusia itu terbatas, aan ;elatr tidak mem-
bebani seseorang m€lainkan sesuai dengian kesanggupannya, (al-
Baqarah:286).
Karena itu teman-teman kami di rumah tahanan militer membuat
b.uah caturdengan potongan-potongan sabun yang jelek yang dibe-
rikan kepada kami. Buah-buah catur itu kami jadikin saraniuntuk
mengisi kekosongan_w?lru ketika para penjaga mengurangi perha-
tian keplda kami, sebab kegiatan seperti ini pun termasukiihrang.
Pada_prinsipnya, segala sesuatu yang dapat menyenangkan dan
1ngnghibyr hgqi para tahanan tidak diperbolehkan.
yang mereka
kehendaki ialah hati para tahanan dibuat keruh dan sempit terus-
menerus.
Saya kirq kondisi seperri inilah yang mendorong sebagian tabi'in
seperti Sa'id bin Juber dan asy-Sya'bi bermain catur, pada waktu
mereka bersembunyi dari pengefaran Hajjaj, setelah usainya perang
'Dirul famaiim", ketika itu para fuqaha bersama-sama dengan pang-
lima perangAbdur Ratrman bin al-Asy'ats melawan kezaliman Hajiaj
dan tentaranya yang sombong dan congtak.
Dalam kondisi seperd itu tidak mungkin seorang alim dan faqih
memberikan pelaiaran, fatwa, dan bimbingan lepada orang lain,
karena ia rcrsembunyi dari pandangan orang banlrak, di samping ia
juga ddak membawa kitab-kitab dan uaraii'-nya (ruiukan). Oleh
karena itu, tidak apalah ia bermain semacam permainan catur, se-
hingga dba saatnya Allah menyingkap kabut"
670
"Sesungguhnya bermain catur apabila disertai dengan uang yang
termasuk dalam cakupan naisir (judi), maka hukumnya haram ber-
dasarkan nash yang telah disebutkan (surat al-Ma'idah ayat 9Ot
penr.). Jika tidak terdapat unsur seperti itu, maka tidak ada alasan
untuk mengharamkannya, karena tidak dapat diqiyaskan kepada
minum khamar dan judi. Kecuali jika permainan itu jelas-jelas keii,
dari perbuatan setan, yang menjerumuskan pelakunya ke dalam per-
musuhan dan kebencian, serta menghalanginya dari mengingat Allah
dan mengerjakan shalat. fika hal ini yang sudah menjadi kepastian
atau yang biasa terjadi dalam permainan, maka permainan itu di-
larang, dan tidak ada jalan untuk menetapkan kebolehannya. IQmi
sering melihat pemain-pemain catur yang konsisten menjaga shalat-
nya dan menjaga dirinya dari kegaduhan dan sumpah palsu.
Akan halnya kelalaian dari mengingat Allah Ta'ala tidak hanya
menjadi kelaziman catur. Tetapi semua permainan dan pekeriaan
dapat melalaikan pelakunya dari berzikir dan mengingat Allah ketika
mereka sedang sibuk melakukan hal itu, kecuali sedikit sekdi di
antaranya permainan dan pekerfaan yang mubah, yang mustahab,
dan yang wajib, semisal bermain kuda, bermain seniata, dan berbagai
jenis pekeriaan keterampilan yang dianggap fardhu kifayah.
Di antara permainan yang terdapat nashnya ialah permainan
orang-orang Habasyah di masjid Nabi saw. di hadapan beliau.
Sesungguhnya catur itu dicela hanyalah karena ia menrpakan per-
mainan yang paling banyak menylta waktu. Dan barangleli karena
alasan inilah Imam Syaf i memakruhkannya.
Kita paniatkan puji kepada Allah yang telah melindungi kita dari
bermain catur dan permainan-permainan lainnya, dan kita penfatkan
pula puji yang banyak kepada-Nya karena Dia telah melindungi kita
dari keberanian mengharamkan dan menghalalkannya tanpa hufjah
dnn flalil."se3
393-ro1ri, al-Manar,
iuz 8, hlm. 62-63.
671
I
HUKTIM ITIYAITII'TN MU{URUT PAI{DAITIGAITI IST.ATI
Pertanyaan:
Bagaimana hukum nyanyian dan musik menurut pandangan
Islam?
Jauaban:
Pertanyaan mengenai masalah ini telah berulang-ulang diaiukan
banyak orang dalam berbagai majalah dan kesempatan yang ber-
beda-beda.
Ini merupakan persoalan yang ditanggapi dan disikapi secara ber-
beda-beda sesuai dengan jawaban yang mereka terima. Di antaranya
ada yang membuka telinganya lebar-lebar untuk mendengar semua
macam nyanyian dan warna musik, dengan anggapan bahwa hal itu
adalah halal dan termasuk kesenangan hidup yang dihalalkan oleh
Allah untuk hamba-hamba-Nya.
Di antaranya ada pula yang mematikan radionya dan menutup
telinganya ketika mendengar nyanyian, apa pun jenis dan mac.rm-
nya, dengan alasan bahwa nyanyian adalah seruling setan dan me-
rupakan perkaaan yang tiada berguna, serta menghalangi orang dari
mengingat Allah dan mengerjakan shdat. Lebih-lebih jika fang
menyanyikannya adalah wanita, karena suara wanita menurut
mereka adalah aurat, meskipun bukan nyanyian, maka beapa lagi
jika berupa nyanyian? Mereka mengemukakan dalil dengan bebe-
rapa aptAl-Qur'an, hadlts, dan pendapat ulama Bahkan di antara-
nya lagr ada yang membuang jauh-jauh segala lenis musik, termasuk
musik instnrmentalia png digunakan unnrk'mgiringi siaran berita.
Sedangkan golongan k*iga merasa ragu-ragu di antara kedua
golongan di atas; sekali tempo condong ke@ golongan yang per-
tama, dan pada kali lain cenderung kepada golongan yang satunya
lagi. Mereka menunggu kata pemutus dan jawaban yang memuaskan
dari ulama-ulama Islam mengenai masalah yang sensitif ini, yang
berhubungan dengan perasaan dan kehidupan manusia sehari-hari.
Lebih-lebih setelah masuknya sarana komunikasi dan informasi --
misalnya audio visual-- ke rumah-rumah mereka dengan berbagai
macam suguhannya baik yang serius maupun berupa hiburan, yang
menarik pendengaran mereka dengan nyanyian dan musiknya, suka
ataupun tak suka.
672
Nyanyian dengan disertai instrumen (musik) atau tanpa musik
merupakan-masalah yang selalu menjadi perdebatan di kalangan para
ylapa_ sejak zaman dulu. Mereka sepakat dalam beberapalal dan
berbeda pendapat dalam beberapa hal.
Mereka sgpakat akan haramnya nyanyian yang berisi kata-kata
yang-k9t9r, fa9iq, atlg menganjurkan kemaksiatan, karena nyanyian
itu tidak lain dan tidak bukan adalah perkataan, ia baik bila 6aifaan
jelek bila ielek. Sedangtan- semua perkataan yang mengandung
sesuatu yang haram adalah haram. Maka, bagaimana menunrt pen-
dapat Anda jika perleaan yang haram tersebul berirama, merdu,'dan
mengesankan?
Di sisi lain mereka sepakat memperbolehkan pyanlanyangtidak
menggunakan aJat (musik) dan tidak menimbulkari gel6takl yang
tidak_ dicampur dengan perkara-perkara yang haram, plda saat-saat
kebahagiaan yang diizinkan syara', seperti pada resepii perkawinan,
menyambut orang yang datang dari rantau, pada waktir hari raya,
dan sebagainya, dengan syarat yang menyanyi bukan wanita aan ai
hadapan lelaki asing (bukan mahramnya). Mengenai masalah ini ter-
dapat beberapa nash yang akan saya sebutkan.
Adapun nyanyian yang di luar ketentuan tersebut di atas, mereka
berbeda p-e-nd?pat Di antara mereka adayangmemperbolehkan nya-
nyian, baik dengan disertai musik maupun tidak; bahkan mereka
menganggapnya musrahab. Ada yang melarangnya iika disertai de-
ngan- musik, dan memperbolehkannya iila tiifak disertai dengan
musik. ela nula yang melarangnya secara total, baik dengan meirg-
gunakan instrumen (musik) maupun tidak, dan dianggapnya haram,
bahkan ada yang menganggapnya dosa besar.
Mengingat pentingnya persoalan tersebut, maka saya merasa ber-
kewajiban uryuk menjelaslannya dan menerangkan seg-segi perbe-
9TTyu, sehingga tampak jelas bagi seorang muslim maha yang
halal dan m?-na yang haram dengan mengikuti dalil yang akurat,
bukan cuma ikut-kutan terhadap pendapat seseorang, s-ehingga lelas
urusannya dan terang menurut agamanya.
W,l$W,fJGsiG
673
- -"*t='C'fifodi*.l}
"Dialah NIah, ltang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
l<amu ...." (al-Baqarah: 29)
Ar;*'Y$t#i;e FJ:;'3!,
"... sesungguhnya Nlah telah menjelaslran kepdamu ap yang di-
hanml<an-Nya atas l<amu, kecuali apa yang terpal<a l<amu mema-
lcannya (melakul<annya) .... " (al-An'am: I I g)
394gp gukirn 6rri Abu Ad-Darda', dan beliau mengesahkannya, dan diriwayatkan pula
oleh al-Bazzar.
674
Dan sabda beliau lagi:
'Gjtti;#fri,ft6964ii$t
-\u3W# Cl4,gi'k|
i$ir &, 6{;5, 6?)fi
6Jest{rt35iL
{ut r33,JJ
.ti,;A j*3fi6s;(:-;1j$'i{aX
( ,t)' ;?,i*),,tr, +;i I
-^.,t-3 qi
i'i,6i**-
at,fisfi-*i w $frin$u
:rA,u,Ai*)
i,i^ii\'-C';;:*;
OU:ArI?,irij$G.';;;*;i:
onngyng
7a)f.#>
"Dan di antata manusia (ada)
,-)
prh- memprgunakan
ta n yang ti&k brgana untuk menywtkan (manusia) ed ialan
Nhh tanp pengetalruan dan menjatilikan ialan M
itu ololroldr-
395nR Daruquthni dari Abu Tsa'labah al-Khuryani, dan dlhasankan ol€h al-Haffrh
,t5u Sakar as-sam'ani rlalam kitab Arnali-4ya dan tmam tlawarf,i dalail al-Arta'ia.
675
an. Merel<a itu akan memproleh azab Wry menghfunkan."
(Luqman:6)
I
676
"Dan apabila mereka mendengar perkataan png tidak bermanfaat,
mercl<a berpaling daripadanya .... " (al-eashash : 55 )
,3JG\'{JJu*'*ra$6JraV;Wit-t.Jrt:15
$raIiii6\'#P
Az
677
'#eAu,ti,r$ir6.*
"Nlah tidalc mengfiufum lramu di*fubkan sumphntu yang tidak
dimaksud untuk bersumph (tidal< berfadah) ...." (al-Baqarah:
225; al-Ma'ldah:89)
'u$515t5:"G,i5t\uL<1,,ufi Er
@f 4," 1r ob,\,"g{l6tS'&3,t b#4
"Sesungguhryn NIah tidak melihat (menilai) rupamu dan hattamu,
tetapi Ia melihat (menilai) lntimu dan anahnu.qes
678
"... maka ti&k ada *sudah kefunaran itu, melainkn kwtan ...."
(Yunua:52)
6;4t(W\7i1+ri!!Ica<tir<rt
(j&.,ert.4es;r) )/,
"Sesungguhryta amal itu tergantung pda niat, hn tiaytiap onng
,
€9
itu hany alan men&ptl<an ap yang ia niatkanqe
(,sfn*:(gvgero*gr*W_A,f
,'$|U*SS/adK6fl7&f^)
*t,-etb, i)), utt'l obr) ' )-;;6 e"^4;6
G*'z'
399uuaafaq 'alath dari hadits Umar bln xhacab.
ffitt-uuhouo,ruz 9, hlm. 60.
679
I
"Semua permainanltang dilakukan onng muknin a&lah futil ke-
cuali tiga pedran: berqtmbu denga i$d, melatihktda, dan mele-
pskan anak pnah dari busumyaaot
3)Q
"Sunguh alran ada stntu kaum dari umatkt Wg menganggap
halal terhadap wanita pengfiibur (zina), suten, khamar, dan alat-
alat musik"
680
karena itu Ibnu Hazm menolaknya. Di samping mu'allaq, para ulama
hadits juga mengatakan bahwa sanad dan matan hadits ini tidak
lepas dari kegtrncangan Gilhthirab). karena sanadnya berkisar pada
Hisyam bin Amr, sedang dia dilemahkan oleh banyak ulama.4o2
Bukan hanya kedu<lukannya yang masih menjadi pembicaraan,
tetapi dilolah (petuniuknya) pun menjadi pembicaraan, karena dia
tidak jelas menuniukkan haramnya alat-alat musik. Perkataan yastc-
hilhnru ( i$;1), menurut Ibnul Arabi mempunyai dua pengertian:
Perama,menganggap hal itu halal. xeaua, sebagai majaz (kiasanl
tentang kebebasan mempergunakan barang-barang tersebut. Sebab,
kalau yang dimaksud dengan istihlal (menghalalkan ),ang haram) itu
dalam arti sebenarnya, maka perbuatan tersebut adalah kufur (ltafu).
Seandainya kita terima bahwa dilalah-nya menunjukkan arti haram,
maka yang ma'qul (rasional) adalah pengharaman itu aas keseluruhan
yang tersebut, bukan satu per satu. Sebab pada kenyahannya hadits
itu memberitahukan tentang akhlak segolongan manusia yangteng-
gelam dalam kemewahan dan malam yang "merah" serta minum-
minuman keras. Maka mereka berkutat di antmaminuman keras dan
wanita, musik dan nyanyian, dan sutera. Karena inr lbnu Majah 4e-
riwayatkan hadits ini dari Abu Malik al-Asy'ari dengan lafal:
W'dSr&sfuif4
q)_t319(qy/ru\6'qA@9,"
681
I
l
(La)Ei?> wuexSt
t/z, 2/-z t/z-/4 ., r/z-2./z
. <7LIs.D Ua.sij
t
t<at_9
"*swtguhnya Nhh Ta'ala menglwamlan fuhtc pmnprut yang
menjadi pnyanyi, menglnramlran menjualqn, harganJa dan
mengaiamlta (fu mynyi). "
&4at-thyo',hlm. 1148.
682
lalu ia menutupkan kedua telinganya dengian iari angan dan mem-
belokkan lcendaraannya dari jalan seraya bertanya, 'wahai Nafi',
apakah engkau masih mendeng;arnya?" Saya jawab, "Ya." Maka ia
terus beriahn sehingga saya memboileniaunban bahwa sala sudah
tidak mendengiarnya lagi. Setelah itu barulah ia melepaskan tangian-
np dan membelokkan kendaraannya ke ialan lagi, kemudian berkata
"Saya pernah melihat Rasulullah saw. mendengar seruling penggem-
bala, lalu beliau berbuat seperd ini." (HB Alumsd, Abu Daud, dan
Ibnu Mafah).
Hadits ini oleh Abu Daud dikomentari sebagai "hadits munkar'.
Andaikata hadits ltu sahih, maka ia menjadi huliah untuk me-
nyanggah golongan yang mengharamkan seruling (musik), bukan
untuk mendukung pendapatnya. I(arena, kalau mendengar seruling
itu haram, niscaya Nabi saw. tklak akan memperbolehkan lbnu Umar
mendengiarnya, dan iika menurut pendapat lbnu Umar seruling itu
haram maka dia tidak akan memperbolehkan Nafi'mendengiunya.
Dan sudah barang t€ntu Nabi saw. menJruruh mencegah dan meng-
ubah kemunkaran ini. Maka pengakuan (perkenan) Nabi saw. terha-
dap Ibnu Umar ini menjadi dalil yang menunjukkan kehalalannya.
Sezungguhnya Nabi saw. meniauhi mendengarkan seruling ini
adalah sqerd sikap beliau meniauhi kebarpkanperkanpng mubah
dalam urusan durdawi, seperd beliau meniauhi (ddak mau) makan
sambil bersandar, ti&k mau membtartan dtnar atau dlrhant meng-
inap di rumah beliau, dan sebagainf"a....
G.,Mereka juga beralasan dengan riwayat
.Jfibt'oqi41q16)
"Sesungguhnya ryanyian itu fupt menumbuhkan kemunafikn
&hm IntL"
Perkataan ini bukan sabda Nabi saw., melainkan perkaaan salah
seorang sahabat. Jadl, ini haqf pendapat seorang ruanusla yang
tidak maksunr, yilng dapat dltentang oleh yanglain. Sebagian orang
ada yang mengatakan -khususnya dari kalagan suft-- batrwasanya
nlanyian ifi dapat melembultan hafl dan.membangffikan rasa sedih
dan menyesal terhadap kemakslatan, membangkitkan rasa rindu
kepada Allah. I(arena inr mereka menjadikan nyanyian ini sebagai
sarana untuk menyegarkan jiwanya, menggalrahkan semangatnya,
dan menimbulkan kerinduannya. Mereka berkata, 'lni adalah per-
I*" Vqng tidak bisa dimengerti melainkan dengan perasaan, perco-
baan, dan latihan. Barangsiapa yang merasakai mita atrutatr aia,
karena informasi belum tcnnr sama dengan kenyataan.,
Imam Ghazali memperuntukkan hulium pe*aaan atau kalimat
itu khusus-bag penyanyi, !{ta, bagi pendengar, sebab tuiuan
penyanyi ialah menampilkan dirinya kepada orang lain aan meniaoi-
kan suaranya menarik bagr mereka. Ierena inr-ia selalu berpura-
pura (.ntfaq) dan berusaha_menjadikan orang lain t€rarik kipada
nyanyiannya. Namun demikian tmam Ghazali mengatakan, "iang
demikian itu tidak menelorkan hukum haram, kiena memakaf
pakaian yang bagu-s, naik kendaraan yang mulus, mengenakan ber_
macam-macam perhiasan, membanggirkan kebun, rcrnik, anaman,
dan lain-lairyry-a pu-n mgnumbu-['kan sikap pura-puri ai i[ram
_iqu
hati, tetapi tidak dikenakan hukum haram kepidinya iecara rutrau
Maka yang menjadi sebab timbulnya sikap nifaq (iura-pura) dalam
hati itu buE hanya kemaksiatan i4a, uahtan daiam kehya6innya
perkara-perkara yang mubah pu_n banyak menimbulkan-pengarutl
menurut pandangirn manusia.'ss
H, Urltu! mengharamkan nyanyian bagi wanita secara khusus,
mereka.berdalil dengirn persepsi seragian irasyarakat tatrua suara
wanita itu aurat. padahal tidak ada afu aari Dinullah png muron-
iukkan bahwa suara wanita itu aurat. Bahkan paaa zairian"n
lah saw. kaum wanita biasanya bertanya kepaha ueriaua truaapan"uirr-
para sahabat laki-laki. selain inr, para saha6at juga uiasa
meniirui
ummahanrl Mu'minin (istri-istri ttabi sarv.1 uitrit memina ranua
kepada mereka, dan meieka meniauabnl,a *rt" U.rtra-t"aLri",
pq.oh"!{ iru, tetapi tidak ada qeoran! pun yang bertaa, ;oenian
DerDicara ini berarti Aisyah aau lainnya telah membuka aurat ying
wajib ditutupnya."
. .lika mgrgka mengatakan bahwa kejadian-kejadian ini adalah
dalam pembicaraan biasa, bukan dalam nyanyian, inatra tcami
iawab:
Imam Bukhari dan Imam_ Muslim merirJaya,:tkan bahwasanii r.rabi
r,ly..T1n{mendengar dua orang wanita budak sedang mlnvanyi
$1 uetig fiFkfl.nengkarinya,.bahkan betiau berkata [epaAi a6u
Bal(ar, "Biarkanlah
merek3,l Begitu juga hnu fa'far dan laiirnya dari
kalangan sahabat dan tabi'in mendei'garkan budak-buaat wania
menyanyi.
fi5n-rhyo'.hlm. 1151.
684
Khulashah
Nash-nash yang dijadikan dalil oleh golongan yang mengharam-
kan nyany'ian adakalanya sahih tetapi tidak sharih (relas), adalsla-
nya shanh t€tapi tidak sahih. Selain itu, tidak ada sanr pun hadits
yang marfu' lepada Nabi saw. yang patut meniadi ddil unuk meng-
haramkan nyanyian. Masing-masing haditsnya dilemahkan oleh
golongan ulama dari mazhab zhahi.r:i, Maliki, Hambali, dan syaf i.
Al-Qadhi Abu Bakar Ibnul Arabi berkata di dalam kitab al-thhan,
"Tidak ada sesuatu pun yang sahih dalam mengharamkan nlanyian."
Demikian pula yang dikatakan Imam Ghazali dan Ibnu Nahwi dalam
al-'Umdah.
Ibnu Thahir berkata, "Tidak ada satu huruf pun yang sahih meng-
enai masalah ini."
Ibnu Hazm berkata, "Semua riwayatyang mengharamkannya itu
batil dan maudhu'."
b91#&rq6sclqu"U
,38i{ff4\#1i
"Hai Nqtah, tidakkah mercla ini di*rtai dengan hibunn? &.lbab
orang-orangAndnr itu pmar *lrali terhafup hibunn."
).#f{|546i5.fi .5t*44w3fui
,-Acff>*8;rl;:UAa4
(1*-LulJG,6,j3G{a1iJidliiKl
n?!i"{, J€6 .$, CJ(i 1,,#, #W
#,r$363rli$t,riru:*kilM
'{v17i, ) g4 # t6"',ft:.;5,'
,'€WtiW.*'{W#
"Aicy:ah Wnah mengawinkan alah xonng kenfuhg dengan
orang Anslw, kemudian Rasulullah strw. &tang dan bertanya,
'Aplah ahnhmu Miahlran gadis itu? Mer&mqiawah'krwr.,
kliau furtang lagi.'Aryl<ah l<amu kirim betsamanya onngyang
686
menynyi? Aisyah menjawab, Tidak' Kemudian Rasalullalt
al<an
saw. fursffia
'Sa unggahnya oruV-onng Andnr itu kaum lnng
menylrai hibunn. Onng lcarcna itu, alanglrah bihp lalau kamu
kirim beramanya *ftonng yng mengucaplran: IQmi dabng,
kami datang *lamat dakng lcami, *lamat datang l<amu.-
Diriwayatkan juga oleh Imam Nasa'i dan Imam Hakim, serta di-
sahkan oleh beliau, dari Amir bin Sa'ad ia berkata:
,;3fr"*,5#S:\tr3l6{s*,
,.6r543g:1i6,,;r ;9 k .!ql
vk|)K**t1ffi6=Ce,-Ufi
5:o:*t,*Gi i€G"+)J+i
,5.!6 e,, A5,-tii1 66 +v
. 6:-1( igjfili 6 ;4 :6ri,r"
"h1,a pmah menglndap Qurzhah bin lh'ab dan A}l.t Mas'ud al'
At sllr,ri pe aatu aan per*awinan, tifu-tifu ada Wrap orury
bu&k percmpuan yang merynnyi. LaIu aW furtanla Wahai dua
onng shafut Rasllullah, yang dulu turut dahm penng Badar,
layalrkah dihlrul<an yang demikian itu di sisi Anda?' Kdumlta
manjawab, D.dttldalr, trwrilal, dqrgfun Dr;ruainn hni iila aglau
mau; dan tinqgailanlah jika engfuu hendah meningalkanrya"
Saungguhnya dipedrenanhn bagi kita hiburut phaanpr*a-
winan.-
i*lSqGiyjjaL6%i$5;71:fi 6g
0,a;lr_;gxrr:;*W:ili;iy;ti
"Dan apbila merel<a melihat pemiagaan atau petmainan, merclra
bubar wtuk menuju krydany dan mercIa tingallan tarntu *ng
brdin @e*hutbah). I(atalranhh, 'Apa finS di sisi NIah a&Iah
lebih fuik dadpda prmainan dan pmiagaan.,Dan NIah sehik-
baik pembri reeki." (al-lumu'ah: I I )
688
adalah kelezatan telinp, sebagaimana makanan yang baik merupakan
lcelezatan pencernaan (lambung), pemandangan )rang indah merupa-
kan kelezatan bagi mata, bau yang sedap merupakan kelezatan bagi
hidung, dan sebagainya. Maka, apakah kelezatan-lelezatat dan
kenikmatan-kenikmatan itu diharamkan ddam Islam ataukah diha-
lalkan?
Kita mengetahui bahrtra Allah Ta'ala telah mengharamkan bebe-
rapa kebalkan (kesenangian) dunia atas Bani tsrail sebagai hukuman
bagi mereka aas perbuatan buruk mereka, sebagaimana ftnnan Allatr:
"Mal<a di*fublran kezaliman orang-onng Yahudi, Tinti hatamlran
atas mercla (memalcan malranan) ltang baik-baik (Sang dalrulu-
nya) dihalalkan fugi merclra, dan karcna merclabarytak mengln-
langi (manusiQ dad ialan NIah, dan di*fublcan mercla memal<an
ifu, pdahal *sunggahryta mereka dilarang daripafunya, dan
karcna mercl<a memalran harta onng dengan jalan yng futil ...."
(an-Nlsa': 160-16I)
Maka ddak ada dalam Islam sesuatu yang baikprlg dianggap baik
oleh hati dan akal yang sehat, melainkan dihdalkan oleh Allah,
sebagai rahmat bagi umat ini karena keumuman (universalltas) risa-
lahnya dan keabadiannya. Allah berfirman:
"Mer*a menaryal<an kepdamu, 'Apaleh fing dihalalkan bgi
merel<a?' I(atalranlah,'Dihalalkn fuglmu yng ba,ik-fuik.... - (al-
Ma'ldah:4)
(G:,qA#,p j->dl'si{,:tu,riJS
Q cli; ;fi en?€J 6'J'^v S $
"l(atal<anlah, Tennglcanlah kepadal<u tentang weki yang diturun-
kan Nlah kepdamu, lalu l<amu jadikan xfugiannya hanm dan
(xbagiannya) halal.' Ihtakanlah,'Apakh Nlah tetah memberitran
izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adata n st,ja ter-
hadap NIah?- (Yunus: 59)
690
Imam Ghazali mengatakan dalam al-Ihya','Barangsiapa yang tidak
tertarik mendengarkan su.ua yang merdu maka dia memlliki kelain-
an, menyimpang dari keseimbangan, jauh dari hal-hal yang bersifat
kerohanian, Iebih keras perasiumnya daripada unta, burung, dan
semua jenis blnatang, karena unta dengan tabiatnya yang tolol itu
merasa terpengaruh oleh sepatu yang dikenakan orang padanya
sehingga ia merasa ringan membawa beban yang berat. Bahkan --
karena asyiknya mendengarkan suara tersebut-- ia merasakan
sebentar meski jauh jarak yang ia tempuh, dan timbullah semangat-
nya hingga ia lupa kepada yang lain, atau timbul rasa iba dan rindu.
Maka Anda lihat unta itu apablla mendengar dendang orang yang
mengiringnya, ia mengulurlan lehernya dan memasang telingianya
untuk mendengarkannya dan mempercepat perfalanannya hingga
berguncang muatan dan sekedupnya. "
Apabila ketertarikan akan nyanyian itu sudah menjadi naluri dan
fitrah manusia, maka apakah ad-Din didaangkan untuk memerangi
naluri dan fftrah tersebut serta menghukumnya? Tidak, ia datang
untuk membersihkan dan menjunJungnya, serta mengarahkannya
dengan arahan yang lurus. Imam lbnu Taimilah rahimatrullah bert@ta
"Sezungguhnya para nabi itu diutus untuk menyempurnakan fftrah
dan memantapkannya, bukan untuk menggand dan mengubahnya.'
Hal ini dibenarkan oleh riwayat yang menceritakan bahwa Rasu-
lullah saw. daang di Madinatt, dan mereka (penduduk Madinah)
mempunyai dua harl yang mereka biasa bermain-matn pada hari iht.
Lalu beliau bertanl"a, "Dua harl apa ini?' Mereka meniarmb, 'Kami
biasa bermain padanya pada zaman iahiliah.'IGmudian beliau ber-
sabda:
;8,(A?r$l{*,K1'{fi3'iibt
'j)z4iffiG'#Ji
lSesl.ngiutznn Nlal, telal, matgntirya 'urrltul< blian futgan tang
lebih fuik dadpda kduanya, tdiru ldul Mln hn ldul FIti.'(Hn
Almad, Abu Daud, dan Nasa'l)
Dan Aisyah berkata:
afriawi()agiqs'a
691
f
6ti8fr'F*Wegh6s#ti;
5i,-^WsG-4rA/fu,6?
-/ flrg,*-li&;Jivi\,
=./
@i,gA4Aia;Ji#*t6. ;JzA3,15
n-, v., 7- /-; / !
t/t
(Porl4toL,\
"Sungguh saya menyaksil<an Nabi r;rw. memfutas (melindungi)
aya dengan selendangnya, sedangkn srrya melihat onng_onng
Habasyah itu bermain di dalam masjid, *hingga rrrya *ndiri yarry
mefttaa bosan terhadap permainan itu. IJkurlah t<a&rkemampuan
wnng gadis muda fulia ltang masih ilka brrrain"(HRBulchari
dan Muslim)
( p "',,>kta|ktl lal:Zfg
"Hai Hanzhalah suatu sr.at begini dan suatu saat begitu." (HR Mus-
Itm)
Ali bin Abi rhalib berkata, "Hiburlah hati itu sesaat demi sesaar,
karen4hati itu bila dipaksakan sesurtuyangtidak disukai bisa buta."
-Beliau
berkata pula, "Sesungguhnya lati itu bisa ienuh seperti
badan. oleh karena itu carilah segr-seg kebijaksanaan demi keien-
tingan hati."
Abu Ad-Darda berkata, 'sesungguhnya aku perlu menghiburhatiku
dengan hiburan supaya dapat menguatkannya dalam milaksanakan
kebenaran."
Imam Ghazali memberikan jawaban terhadap orang yang berpen_
dapat bahwa nyanyian adalah kesenangan yan! melailaikan-dan per-
692
mainan, deng;an jawaban sebagai berikut:
"Memang demikian, dan dunia itu seluruhnya adalah kesenangan
atau hiburan dan permain4n .... Dan bercumbu dengan istri itu pun
adalah hiburan, l@cuali menrnam benih anak. Begttu pula gprau
yang tidak disertai dengan perkataan yang kotor adalatr halal, seba-
gaimana diriwayatkan dari Basulullah saw. dan para sahabat.
Tidak ada permatnan yang melebihi kerasnya permainan orang.
orang Habasyah, namun demikian terdapat nash sahih )rang mem-
perbolehkannya. Saya katakan bahwa hiburan itu dapat mengisdra-
hatkan hati dan meringankan beban-beban pikirannla. Hati i$ bila
tidak senang atau dipalsa bisa menjadi buta, dan menyenangkannya
itu bisa membannrnya dalam menghadapi hd-hd yang serius.
Maka orang yang pekeriaannya berpikir umpamanya, seyogianya
ia libur pada hari fum'at, karena libur sehari itu akan dapat mem-
bantu menimbulkan semangatnya pada hari-hari lain. Dan orang
yang rajin melakukan shalat-shalat nafilah setiap waktu, sayogianya
ia istirahat pada wakru-waktu t€rtentu. IQrena itu tidak disukai
melakukan shalat pada waktu-wakfu tert€ntu.
lvlaka berlibur dalam hal ini dapat membantu untuk menjalankan
peke$aan, dan hiburan dapat membantu seseorang untuk melaku-
kan kesungguhan. Di samping itu, tidak adayangnumpu berkutat
dalam keseriusan dan kesungguhan terus-menerus lccuali liwa para
nabi a.s.. Dengan bqgtu, hiburan dapat menjadi penpbat hafi dari
penyakit jenuh dan ledh, Maka sudah selayaknya hibunn iqr
mubah, tstapi fangan banyak.banyak, sebagaimana halnya obat
tidak boleh berlebihan,
Apabila permainan atau hiburan dilakukan dengan niat seperti
itu, maka dinilai sebagai qurbah (mendekatkan diri kepada Allah).
Bagi orangyang belum dapat m€nggerakkan sifat terpuji dari hatinya
dengan mendengarkan nlanyian --padahal pertu unurli digeraldran-
bahkan ia hanya merasakan kelezatan dan istirahat semata-mati,
maka sangat disukai bagrnya untuk mencapai maksud seperti yang
saya sebutkan.
Memang, hal ini menunfukkan kekurangian orang yang bersang-
kutan dari puncak kesempurnaan, sebab orangyang sempurna ialah
orang yang tidak perlu menyenangkan hatinya dengan selain kebe-
naran. Tetapi perlu diingatbahwa kebaikan orang-orangabrar (yang
baik-baik) itu masih merupakan kejelekan bagi orang-orang muqura-
bin (yang sudah mencapai deralat dekat pekati dengan Allah). Dan
orang yang menguasai ilmu mengobati hati (psikiater) --dengian
I
menggunakan terapi lemah lembut terhadap pasiennya kemudian
membawanya secara perlahan kepada kebenaran-- ia tahu dengan
pasti bahwa menyenangkan dan nielapangkan hati dengan cara-cara
sepeni inr merupakan obat yang sangat berguna dan amat diperlukan. "
Demikianlah uraian Imam Ghazali dalam al-thya,, ;Kitab as-
Sima'", halaman 1152-1153. Dan ini merupakan pembicaraan yang
halus dan bagus, yang mengungkapkan rutr-Islam yang sebenarriya.
694
ambilnya dan memberikanqya kepada Ibnu Umar. tGmudian lbnu
Umar mengamatinya seraya bertanya, 'Ini timbangan buatan negeri
Syam?l lbnuz Zuber menjawab, 'Untuk menimbang plkiran.'"
Al-Hafizh Abu Muhammad Ibnu Hazm meriwayatkan dalam se-
buah risalah t€ntang as-sittw'(pendengaran) dengan sanadnya dari
Ibnu Sirin, beliau berkata, "seorang laki-laki datang ke Madinah
{engan membawa beberapa orang budak perempuan, lalu ia singgah
di tempat lbnu Umar, dan di antarabudak-budak inr adayangpandai
mgmukul rebana (bermain musik). Kemudian datang seorang laki-
laki, lalu pemilik budak itu menawarkannya, tetapi tatti-taH itu tidak
tertarik kepada budak-budak tersebut. Ibnu Umar berkata, 'pergilah
kepada orang yang lebih pas beriual beli denganmu daripada orang
ini.' Pemilik budak itu bertanya, 'Siapakatr yang kau maksud?' Ibnu
Umar menjawab, 'Abdullah bin fa'far.' Lalu pemilik budak itu mena-
warkan budak-budaknya kepada Abdullah bin fa'f,ar, dan disuruh-
nya salah seorang budak meng;ambil kecapi, lantas budak itu meng-
ambilnya, lalu menyanyi. Maka terjadilah iual beli dengan Ibnu fa'far
itu. Set€lah itu laki{aki t€rsebut kembali mendatangi Ibnu Umar ...
hingga akhir cerita."
Pengarang V,rtab al- Aqd, al-Allamah al-Adib Abu Umar al-Anda-
lusi meriwayatkan bahwa Abdullah bin Umar pernah datang ke
rumah Ibnu fa'far, lalu didapatinya seorang budak peremprnn milik
Ibnu ]a'far yang di dalam kamarnya terdapat kecapi. ttemudian tbnu
fa'far bertanya kepada lbnu Umar, "Apakah Anda menganggap hal
ini terlarang?" Ibnu Umar menjawab, "Tidak apa-apa.'
Al-Mawardi meriwalatkan dari Muawiph dah Amr bin Ash bahwa
mereka berdua pernah mendengar kecapi di rumah Ibnu fa'far. Dan
Abll Farqj al-Ashbahani meriwayatkan bahwa Hasan bin Tsabit per-
nah mendergar nyanyian lz?atul iliaila'dengan menggunakan ltecapi,
sedangkan sya'ir yang dinyanyikannya adalah sya'ir ciptaan Hasan
bin Tsabit.
Abul Abbas al-Mubanad juga menceritakan seperti itu.
Al-Adfawi menceritakan, Umar bin Abdul Aziz suka mendengar
budak-budak perempuannya men;ranyi, sebelum dia meniadi khalifah.
Ibnu Sam'ani meriwayatkan tentang diperbolehkannya menyanyi/
mendengarkannya dari Thawus, dan pendapat ini juga diriwayatkan
Ibnu Qutaibah dan pengarang al-Imu' darf Qadhi Madinah Sa'ad bin
Ibrahim bin Abdur Rahman az-Zuhrl,dari kalangan tabi'in. fuga diri-
wayatkan oleh Abu Yala al-Khalili dalam at-rrsyad dari Abdul Aziz
bin Salamah al-Majisyun, mufti Madinah.
Ar-Ruyani meriwayatkan dari al-Qaffal bahwa mazhab Malikbin
Anas memperbolehkan nyanyian dengan menggunakan alat-dat
musik. Ustadz Abu Manshur al-Faurani meriwayatkan dari Imam
Malik kebolehan menggunakan kecapi. Sedangkan Abu Thalib al-
Makki merlwayatkan dalam qufiit-eulub dari Syu'bah bahwa SJru'bah
pernah mendengar tambur di rumah al-Minhal bin Amr, seorang ahli
hadits yang terkenal.
Abdul Fadhl bin Thahir meriwayatkan dalam karyanp mengenai
masalah pendengaran @s-sima) bahwa tidak ada perbedaan pendapat
di kalangan ulama Madinah tentang bolehnya bermain kecapi.
Ibnu Nahwi berkata di dalam al-Itmilah,'Ibnu Thahir berkata,
'Pendapat itu sudah menjadi kesepakatan (ijma') penduduk Madi-
nah.' Selaniutnya lbnu Thahir berkata, 'Begitu pula pendapat seluruh
Ahli Zhahir, tanpa kecudi.' Al-Adfawi berkata, 'para ahli riwayat
tidak berbeda pendapat dalam menisbatkan kebolehan memukul
rebana (bermain musik) kepada Ibrahim bin Sa'ad yang telah dise-
butkan sebelumnya, dan dia adalah salah seorang periwayat hadits
yang seluruh iamaah ahli hadits meriwayatkan haditsnya.'"
Al-Mawardi meriwayatkan kebolehan bermain kecapi dari seba-
gian ulama Syaf iyah. Hal ini juga diriwayatkan oleh Abul Fadhl
Ibnu Thahir dari Abu Ishaq asy-Syirazi. Diriwayatkan juga oleh al-
Isnawi ddam kitab al-Muhimmat dari ar-Ruyani dan al-Mawardi. Iuga
diriwayatkan oleh lbnu Nahwi dari Usadz Abu Manshur. Diriwayat-
kan oleh Ibnu Mulqan dalam al-umdah dari Ibnu Ttrahir, diriwayatkan
oleh al-Adfawi dari Syekh Izzuddin bin Abdus Salam, juga diriwayat-
kan oleh pengarang kitab al-Imta' dari Abu Bakar hnu Arabi. Dan al-
Adfawi menetapkan kebolehannya!
Mereka seluruhnya mengatakan tentang kebolehan mendengar
nyanyian yang diiringi dengan aht-alat biasa dikeryl --yakni alat-
alat musik.
Adapun mengenai nyanyian tanpa menggunakan alat musik, maka
al-Adfawi menulis dalam al-tmta', "sesungguhnya Imam Ghazali di
dalam sebagian karya fiqihnya meriwayatkan kesepakatan para
ulama atas kehalalannya. Ibnu Thahir meriwayatkan ijma' sahabat
dan tabi'in atas kebolehannya. At-Taj al-Fazzani dan Ibnu Qutaibah
meriwayatlan ijma' penduduk Haramain akan kebolehannya. Ibnu
Thahir dan Ibnu Qutaibah juga meriwayatkan ijma' ahli Madinah
atas kebolehannya itu. Al-Mawardi berkata, 'Ulama-ulama Hijaz se-
lalu memperbolehkannya pada hari-hari utama dalam setahun lang
diperintahkan melakukan ibadah dan dzikir padanya.'"
696
Ibnu Nahwi berkata dalam al-Umitah:
'Kebolehan menyanyi dan mendengarnya ini diriwayatkan dari
segolongan sahabat dan tabi'in. Dari golongan sahabat antara lain
Umar (sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dan lainnya),
IJtsTan (sebagaimana diriwayatkan oleh al-Mawardi dan pengarang
kitab al-Bayan, yaitu Imam ar-Raf i), Abdur Rahman bin Auf (se"erti
yang diriwayatkan lbnu Abi Syaibah), Abu Ubaidatr bin al-fanih-(se-
bagaimana diriwayatkan oleh Ibnu eutaibah), Abu'Mas,ud al-
Anshari (seperti diriwayatkan oleh al-Baihaqi), Bilal dan Abdullah
bin al-Arqam serta Usamah bin Zaid (sebagpimana diriwayatkan
oleh al-Baihaqi), Hamzah (sebagaimana diriwayatlen dalam Shahih
al-Buhhari),Ibnu Umar (sebagaimana diriwayatkan oleh lbnu Thahir),
al-Barra' bin Malik (seperti diriwayatkan oleh Abu Na'im), Abdullah
bin fafar (sepefti diriwalatkan oleh Ibnu Abdil Ban),.ebdu[ah bnuz
ltber (sepeq diriwayatkan olCh ^a,bu Thdib al-Makki), Hasan (se-
bagaimana diriwayatkan oleh Abul Faraj al-Ashbahani), Abduilah
bin Amr (seperti diriwayattan oleh Zuber bin Bakar), eurzhah bin
IQ'ab (seperti diriwayatkan oleh Ibnu eutaibah), Khuwat bin Juber
dan Rabah al-Mu'tarif (sebagaimana diriwayatkan oleh pengarang
kitab al-Aghani), Mughirah bin Syu'bah (sebagaimana dirir,vayatkan
oleh Abu Thdib al-Makki), Amr bin Ash (sebagaimana diriwayatkan
oleh al-Mawardi), Aisyah dan ar-Rubalyi' (sebagaimana diriwayat-
kan dalam Shohih al-Buhlwn), dan lain-lainnya.
Adapun dari kalangan tabi'in adalatr Sa'id bin al-Musalryab,
Salim bin Abdullah bin Umar,Ibnul Hasan, Khariiah bin Zaid, Syu-
raih al-Qadhi, Sa'id bin fuber, Amir asy-Sya'bi, Abdullah bin Abi
Atiq, Atha' bin Abi Rabah, Muhammad bin Syihab az-Zuhi, Unar
bin Abdul lua, dan Sa'ad bin Ibrahim az-Zuhn.
Sedangkan orang-orang yang menglkuti pendapat mereka adalah
sejumlah manusia yang tidak terhitung oleh Imam Empat, Ibnu Uyal-
nah, dan jumhur ulama Syafi'iyah."
Demikianlah ket€rangan Ibnu Nahwi. Bqgtu juga yang dikemu-
kakan Imam Syaukani dalam Nailul-Authar,juz 8, halaman 264-266.
698
membangkitkan nafsu dan hati yang berpenyakit, maka keluarlah
nyanyian-nyanyian itu dari daerah mubah ke daerah haram,
syubhat, atau makruh, seperti nyanyian-nyanyian yang biasa
disiarkan untuk orang banyak dan dicari oleh para pendengar
laki{aki dan perempuan, yaitu lagu{agu yang menekankan satu
aspek saja, aspek nafsu seksual dan yang berhubungan dengan
cinta dan kerinduan, dan menyalakannya dengan berbagai cara,
khususnya bagi anak-anak muda.
Al-Qur'an memberi wejangan kepada istri-istri Nabi seperti ber-
ikut:
fr"#,to5i'#$i;,#{t
kamu tunduk dalam brbican *hinga be*eingtn-
"... Janganlah
anhh onngyang ada penyakit dalam hatinya.... "(al-AhzaD: 52)
q!;Q,Gac{te,I,stfrgi
, ,1/zll o ))- / ). /s) t/ q e<
,
:2qlrg*qitoe,)<WW> t,
J5;!i'F,nJiiJ-X-,ol-;ft \is
,g-)?iTxg@i;{i'
"Sungguh al<an ada manusia-manusia dad umatfuyangmeminum
L:Inmar fun mercka namai dengan nama hin, diryanyikn pda
keplarya dengan alataht musik dan biduanita-biduanita. Allah
I
akan menengelanbn merc*a ke dalam bumi dan manJdilran
merfu (Wrd) ken &n bbi."
Perlu saya peringatkan di sini tentang suatu masalah penting,
yaitu bahwa unilk mendsngarkaq nyanyian --pada anm n
dahulu-- seseorang harus daang ke rcmpat pementasan nya-
nyian itu. Dia harus bercampur baur dengan para biduan dan
biduanita serta piua pemain dan penguniung )rang lain, yang
jarang sekali pementasan seperd int selamat dart hal-hal yang
dilarang syara' dan dari hal-halyangdibenci aganlr- Tetapi seka-
rang orang bisa saja mendengarkan nyanyian dl t€mpat,rangiauh
dari penyanl dan pemenasannya, yang tldak diragukan lad hal
ini merupakan unsur yang meringankan terhadap masalah terse-
but, sehingga cenderung diizinkan dan diberi kemudahan.
4. Manusia tidak hanya terdiri dari perasaan, dan perasaan itu
bukan cuma cinta semata-mata, cinta itu sendiri bukan khusus
untuk wanita saia, dan wanlta tldak hanya terdlri dari tubuh dan
syahwat. Oleh karena ihr, kita harus menekan arus deras nya-
nyian-nyanyian yang sentimentil. ttita juga hendaklah melaku-
kan pembagian yang adil di antara nyanyian, progfiun, dan selu-
ruh lcehidupan kita. Hendaklah kia menyeimbangkan antara
agann dan dunia, begitupun dalam kehidupan dunia harus se-
imbang antara hak pribadi dan hak masyankat; dalam lehidupan
pribadi harus seimbang antara akal dan perisom; dan akan hal-
nya perasaan haruslah kita menyeimbarUkan antara seluruh per-
asaan sebagai lalaknf manuoia y"ang berupa pcrasaan cinta,
benci, cemburu, semangat, berani, rasa kebapakan, keibuan, per-
saudaraan, persahabatan, dan sebagainya. Masing-masing per-
asaan itu mempunyai hak.
Berlebih-leblhan dalam menonJolkan salah satu perasaan
haruslah memperhitungkan perasaan-perasaan lainnya, harus
memperhiarngkan pikiran, jiwa, dan lahendak sendiri, harus
memperhitungkan masyarakx, keistimewaan, dan kedudukan
mereka, dan harus memperhiurngkan aguma, teladan yang dibe-
rikannya, idealismenya, dan pengarahan-pengarahannya.
Sesungguhnya ad-Din (Islam) mengharamkan sikap berlebih-
lebihan dalam segala hal, sampai dalam hal ibadah sekalipun.
Maka bagaimana menurut pikiran Anda, berlebih{eblhan dalam
permainan dan hiburan yang menyita wak;tu, meskipun (hukum
asalnya) mubah?l
700
Ini menunjukkan kosongnya pikiran dan hati dari kewaiiban-
kewajiban yang besar dan tuiuan-tujuan yang luhur, iuga menun-
jukkan tersia-siakannya banyak hak yang seharusnya ditunaikan
sesuai kebutuhannya dari kesempatan manusia yang sangat ber-
harga dan dari usianya yang terbatas. Alangkah t€pat dan men-
dalamnya apa yang dikatakan oleh Ibnul Muqaffa', "Aku tidak
melihat isral (sikap berlebihan) melainkan di sampingnya ada hak
yang tersia-siakan." Dan di dalam hadits disebutkan:
'13,+t*t1rrEttru<{5:t3*.1,j
1't
*'ci
I
/z .
f*e;
) ,..tr.. -{r,'r,.
'CA15, )t3L)3t3 ;.lA
-L
)4**:t(ulvl
z--r- :
"Tidaklah onngyng funkal itu beranglcat kecuali untuk tiga hal,
kepalahan untuk mencari kebutuhan hidup, mencari bel<al unfuk
akhinl atau mencari kelezatan yang tidak haram."
Karena itu hendaklah kita membagi waktu kifa di antara ketiga
hal ini dengan adil, dan hendaklah kita tahu dan menyadari
bahwa Allah akan menanyai setiap manusia mengenai umurnya,
untuk apa ia habiskan, dan inasa mudanya, untuk apa pula ia
habiskan.
5. Setelah melalui penjelasan seperti ini, sekarang tinggal masing-
masing pendengar (dan penyanyilpemusiknya; peni.) yang men-
jadi ahli fiqih dan mufti (yang menetapkan hukum) bagi dirinya
sendiri. Apabila nyanyian atau sejenisnya itu menimbulkan rang-
sangan dan mendatangkan fitnah, menyebabkan dia tenggelam
dalam khayalan, dan sisi kebinatangannya mengalahkan sisi ke-
rohaniannya, maka hendaklah ia menjauhinya seketika itu juga,
dan menutup rapat-rapat pintu berhembusnya angin fitnah ke
dalam hati, agama, dan akhlaknya, sehingga hatinya dapat beris-
tirahat dan merasa t€nt€ram.
701
mereka ketika mereka menulis. Hendaklah mereka mengingat Allah
ketika mengucapkan kata-kata serta menyadari bahwl tiha-kaa
"haram' itu merupakan perkaaan yang membahayakan, karena
yang dimaksrrd oleh kaa-kaa ini ialah dtkenakannyahukuman/sik-
saan dari Allah rcrhadap perbuatan (yangdikatakan haram) itu. Dan
hal ini tidak dapat dikeahui dengan menerka-nerka dan'kelakar,
ddak pula dengan hadtts dhaif, dan tidak juga dengan semata-mara
yang termaktub dalam kitab terdahulu. Tetapi pengharaman suatu
masalah hanya dapat dikeahui melalui nash yang satrit aan shanh,
atau irma'.yang mukJabar dan sahih. tralaulah ddak terdapat dasar
yang demikian, maka daerah kemaafan dan kebolehan itu adalah
Iuas, dalam hal ini terdapatteladan yang bagus pada para salafyang
saleh.
Imam Malik r.a. berkata, 'Tidak ada sesuaflr yang lebih berat bagi
saya daripada saya ditanya tentang suatu masalah, halal atau haram,
karena ini merupakan sesuatu yang qatht (pasti) dalam hukum Allah.
Saya dapati ahli-ahli ilmu di negeri kami, iika ditanya t€ntang suahr
masalah, seakan-akan mereka sedang dihadapkan liepada keiratian.
sementara saya lihat orang-orang pada zaman kita sekarang ini suka
berbicara
Fntang fatw_a, dan seandainya mereka menge6hui apa
yang balel mereka hadapi, niscaya mereka altan menyedititkan tial
ini. Adapun Umar bin Khaffab, Ali, dan sahabat-sahabat besar lain-
nya,
-apabila $nghadapi persoalan-persoalan --padahal mereka
adalah sebaik-baik generasi kenabian Nabi Muhamrnad saw.--
mereka me-ngumpulkan satrabat-satrabat yang lain (barangkali ada
informasl dari Nabi saw. ]rang mereka ketihui, aau tiagainuna pan-
dangan mereka mengenai masalah ini), lemudian meieka t€taikan
falwa menggnai masalatr tersebut. SeUangkan orang-orang ?;n:rrrt
selorang suka membanggakan diri, yang dengan deriifianlerbuka-
lah pagt mereka pintu kezaliman menurut Edar ukuran masing-
masing."
Imam.Malik juga berkaa, "Orang-orang salaf yang menjadi
paryq1 dan ryenjadi sandaran Islam, tidak pemah mingaiakan,''Ini
hdal dan ini haram.' Tetapi mereka suka mengatakan,-,Saya tidak
r1i d3n o1ra pandang b(gini., Sedangkan-menetapkan hukum
-sulcq
hdd dan haram, malca yang demlkian itu-adalah mery|ada-ada ter-
hadap Allah. Apaleh Anda ridak mendengar Rrman,t[ah,
ti6ii33i1,,;:;.-;&f"t',efV3::ij
702
ai;Gi'ien?J<,'Jffl.Str,
"lhtalcanlah, Tenngkanlah kepdaku tentang rczeki yang diturun-
kan Nlah kepdamu, lalu l<amu jadikan xfugiannya hanm dan
(*fuginrya) halal.' I<atal(anlah,'Aplrah Nlah telah memfurikan
izin kepdantu (tentang ini) atau kamu mengada-adal<an sr,ja ter-
hadap NIaItT lYuunius: 59)
Sebab, yang halal ialah apa yang dihalalkan Allah dan Rasul-Nya,
danyangharam itu ialah apayangdiharamkan Allah dan Rasul-Nya."
Imam Syaf i meriwayatkan dalam al-tJmm dari Imam Abu Yusuf,
sahabat Imam Abu Hanifah, beliau berkata, "Saya dapati syekh-
syekh kita dari kalangan ahli ilmu, di dalam memberi fatrua itu
mereka tidak suka mengatakan, 'Ini halal dan ini haram', kecuali apa
yang terdapat keterangannya secara jelas dalam Kitab Allah lvtawa
f alla tanpa memerlukan penafsiran. "
Sementara itu, as-Saib rncnceritakan kepada kami (Imam Syafi'i)
dari Rabi' bin lthaitsam - -s@rang tabi'in yang agung-- bahwa beliau
berkata, "Janganlah salah seorang di antara kamu mengatakan, 'Se-
sungguhnya Allah t€lah menghalalkan ini atau meridhainya! Lantas
Allah menempelak dengan mengatakan kepadanya, 'Aku tidak
menghalalkan ini dan tidak meridhainya.' Dan jangan sampai ber-
kata, 'Sesungguhnya Allah t€lah mengharamkan ini,' lalu Allah
menyangkal, 'Engkau berdusta, Aku tidak mengharamkannya dan
tidak melarangnya.'"
Sebagian sahabat kami menceritakan kepada kami dari Ibrahim
an-Nakha'i bahwa beliau bercerita mengenai sahabat-sahabat beliau
bahwa apabila mereka berfanra tentang sesuatu atau melarangnya,
mereka mengatakan, "Ini tidak disukai, dan ini tidak apa-apa." Ada-
pun untuk mengatakan ini halal dan ini haram, maka yang demikian
itu dianggap perkara yang terlalu besar.'
Demikianlahyang dikemukakan oleh al-Qadhi Abu Yusuf dan di-
kutip oleh lmam Syafi'i, dan tidak ada seorang pun yang menyangkal
kutipan ini beserta kandungannya, bahkan sebaliknya mereka
mengakuinya. Dan tidaklah seseorang mengakui sesuatu melainkan
karena ia meyakini kebenarannya.
Dan Allah berfirman:
6{,31:-(iAi3f.4.U\#QAfi{:
A&ifi :fi 'rfrr{,$L:;;;,:rASWg
"Dan
6i;FJ
juganlah hnu maryatalan tqWp ap yang dfifiitt-futt
oleh lifuImu *cata dus/ra'ini tnlal dan ini hatann', untuk meng-
a&-adakan lcebhongan terhadap Nlah" Wngptnn onngmng
mengafu-a&kn kebhongan bmadap Nhlt tidalclah bruntung."
(an-Nahl: I16)
I
PftTBA|AXAN PTSAWAT TEnBANG
DAIATI PANDANGAN ISIATT
Pertanyaan:
Tentunya Ustadz j'rga merasakan seperti apa )rang kami rasakan
-
dengan adanya pemtaiakan pesawat terbang fuwait, dengan segala
penderitaan yang dlalami oleh para penumpangnya yang Uaat Ircr-
salah, baik dart kalangan wanlta, orang nra,-'maupun-anak-anak
muda. Selama enam belas harl mereka hidup dalam lcetakutan dan
kesedihan dengan dibelenggu di tempat duduk mereka, tidak dapat
bergerak dan ddak tatru mereka akan dlbawa ke mana. Bahkan kapan
safa para pembafak iildapat merusak alql dan saraf mereka, misal-
nya qglgtn meledakkan pesawat sehlngga hanorr semua orangyang
4? di 94*ny?, atau melepaskan peluru kepadapada siapa sayayangai:
kehendakinya dari_ penumpang-penumpang itu. kenlraiaannya,
mereka telah membunuh para penumpang dengan cara yang menge-
rikan da1 melemparkan bangleinya dari atas pesawat, itengan Uiiak
menfaga kehormatan maylt, martabat manusla, dan hak musltm.
Tra$snya, para penyandera itu membawa-bawa nima Islam, dan
mendakwakan bahwa dengan berbuat begitu mereka mengabdi ke-
pada Islam dan berdndak unhrknya. Mere*a juga menanyakan
waktu-waktu shalat dan puasa, dan memberi nama pesawat niereka
dengan "Thairatusy-grahadah' (pesawat unftk Syahid), dan mereka
memandang diri mereka sebagai mujahid (peiuang) dan syuhada.
Pertanyaan kamt ialah bagaimana pandangan Islam terhadap
704
pembajakan pesawat udara yang menimbulkan penderitaan kepada
grang-orang yang tak bersalah, karena dosa yang dilakukan orang
lain --seandainya memang ada yang berbuat dosa--- dan bagaimana
Islam memandangtuiuan pembajak itu baik dengan motivasikeagama-
an atau kebangruan?
liami tahu bahwa Ustadz mengomenhri perbuatan ini dengan
pengingkaran yang sangat keras beberapa kali. Namun ltami ingin
mgnget1hgi penjelasan hukum syara' deng:rn dalil-dalitnya dari
Kitab Allah yang mulia dan Sunnah Nabi-Nya yang terhormlt, agar
p!1asa yang binasa dengan jelas, dan agar f,idup orang yang
-orang
hidup dengan jelas.
Semoga Allah memberilen taufiq kepada l)stadz, dan menjadikan
Ustadz penerang jalan.
Jautaban:
Memang saya merasakan tragedi pembajakan pesawat dengan
hati dan perasaan saya. Begitu j'rga berjuta-iuta anak manusia sehin
ffiy4 yang hdtinya tidak keras "seperti bahr atau lebih keras tagi"
(al-Baqaralr: 74) sebagaiftma karakter Bani Israil dulu, seperti yang
diterangkan oleh Allah.
Saya telah menyatakan pengingkaran terhadap perbuatan ini ke-
tika itu dalam suatu ceramah yang disiarkan lewhf televisi Dauhah,
sebagaimana saya juga mengingkari tindakan serupa seiak beberapa
tahun melalui acara 'Hadyul Islam" yang disiarkan televisi eatar
Yang disandera pada waktu itu memang bukan bangsa Arab dan
luk"! pula kaum muslim, tetapi menganiaya manusia )rang tidak
bersalah itu adalah perbuatan dosa dan tergolong tindak pidana, apa
pun agama orangyang dianiaya, apa pun tanah air dan kebangsaan-
nya, dan siapa pun yang melampaui batas itu, karena sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas.
Dalam hal ini Islam tidak mempergunakan dua takaran sebagai-
mana yang dilakukan oleh lsum yahudi yang suka mengubah se-
suatu. Mereka mengharamkan suatu macam bentuk muamalah ter-
lr?dup sesama kaum Yahudi, yang mereka hdalkan jika mereka per-
lakukan kepada kaum lain.
,-(*Li;D#t1i".=g":;9,'"-t
t /2-//
E KE\ii<iA$S,QK;JK6ta
"rrLve*-
"hhwa wnngwanita akan masuk nenkA lc,rena mengun ng
ekor kucingdengn tidal< memfurirya mahn dan tihlc meleps-
lanryn untuk mqnkan binatang-binatang (*ranga) tanah."
706
_ Maka, bagaimana lagi dengan orang yang mengurung manusia
dan menakut-nakutinya, dan menjadikan mereka setiap hari dalam
keguncangan jiwa, ketakutan, dan kesedihan?
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Nu'man bin Basyir, ia
-
berkata, "I(ami pernah bersama-sama Rasulullah saw. dalam-suatu
perialanan, lalu ada salah seorangyang mengantuk di atas kendara-
annya. Kemudian ada orang lain yang mengambil anak panahnya
dari tabungnya, lalu ia terbangun dan terkefut ketakutan, kemudiin-
Rasulullah saw. bersabda:
Gp,oht).C.eg-ij,*tk*
Tidak halal bagi **onang untuk menakut-nakuti orang mus-
lim.406
tAyil'dii,i Er;/,lJ:'1
Tidak halal bagi wnng muslim menalatt-nalruli onng mushm
lairu4ta"
Hadits serupa juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi l aila dari beberapa
orang sahabat Nabi saw. (HR Abu Daud).
Riwayat di atas menuniukkan bahwa menakut-nakuti orang lain
itu hukumnya haram, walaupun dalam bentuk seperti diceritakan itu,
meski dengan maksud bergurau, selama dapat menimbulkan keta-
kutan dan kesedihan.
Nah, bagaimana lagi dengan orang (sandera) yang hidup dalam
penyanderaan selama beberapa hari, lebih dari dua minggu, yang
setiap hari,bagi mereka terasa sebulan, dan sedap malam lamanya
ter?sa setahun. Apalag setiap saat para penyandera itu dapat saia
melaksanakan ancamannya dengan membunuh seorang atau lebih,
406nn thabr*i dalam ar-Mutjamur KaDir dan para perawinya adalah orang-orang teper-
707
I I
nekat --dan ini bukan sesuatru yang musykil-- meieka dapit meng-
hancurkan pesawat beserta seluruh penumparrg dan auak pebwarrlra.
Bagaimana lagi dengan orang-orang yang hidup dalam wakm
-
sekian lama, dengan tidak merasa dapat istirahat pida waktu tidur
maupun dudyk, yang tidak mempunyai kebebasan bergerak sebagai-
mana yang dapat dilakukan para terpidana dalam penjara?
Af4.?-N'4,Gfl,*F\x,S;
t*GttijA
"... hnngsiap. yng membunuh wrang manusia hrbn karun
onng itu (membunuh) onng lain, atau bukan lc,mra membuat
kerusalcan di muka bumi, mak sea*arr.alo,n ia tdal, membunuh
manusia seluruh4n.... " (al-Ma'ldah: 32)
,)5,#bfi6L.!5frqfutst;1
//''
(; ;:l *dUD 6)]r ob, ), d-%
'l-enyapnya dunia itu lebih ringan menurut pndangn Xii *"-
pda terbunuhryta wnng mudim." (HR Ttrnrtdzt dnn Nasa!
darl Ibnu Umar)
7@
I
I
t31i1,t, gt JSdgggSY, 6, g gt
2gvfirib<!,f^g,H#O
( U*
cl,L *ctl r*,s)>r r ou, )
'*andairya piluduklangit dan prlifudtlr.htmi Mutu mem-
bunuh wnngmuknin, rrwla Nlal, dran manbmmhn mer*a
ke dahm neraka"(HB Tltlrldzl dartADu Sa'ld dan ADu Hurat-
ralr)07
'\-S$Ji6grEl#tUbGi6
.6{;i1\A!4*
"hnngsiap alrrngffirrrgf,an wgda taialm k@a au&nrya,
nab malaiht n&bnf;a *lrtuWa ia Dr;dtqili.' (HB. Mustlm)
Beliau j+ga bersatlda:
*'Ayt, aSgtyl,irgtt4(Wq
7to
U'#' eXY# 6ts:* t'i<r &r-T
(p:oiltoD) 9\3li6til3L
"Janganlah alah wnng di antan kamu mengaatn&an *njata
kepfu audatat4n, karcna ia tidal<tahu hnngfuli *tan mengu-
nakan ke*mptan W )tang di tanguryra itq lalu ia jatuh ke dalam
lemhh nenl<a.' lHRBukhart dan Mueltm)
,a**1';i;4*,%stii;ti:t
"Sannguhryta NIah itu MaIn hik, Dia tiful< menerima sff,r/d,tu
keanali yutg hik"
Dan sabda beliau yang lainnya:
L+i**1s;UjSrz;qli/r44
a
(/-,obt),338
7tl
I
I
(HR MueUm)
712
ngan ciua begitu dia berbakti kepada Islam dan dapat mendekatkan
dirinya kepada Allah.
Dengan bqgtu, bertambah besarlah tanggung jawab para ahli
ilmu dan cendekiawan untuk meningkatkan peran mereka sehingga
dapat menerangi jalan orang-orang yang tengah kebingungian.
Allah-lah yang memfirmankan kebenaran dan memberi petunjuk
ke jalan yang lurus.
lo
RABTAH AI-ADAW]YAH
Pertanyaan:
Saya pernah mendengar salah seorang khatib terkenal menghujat
Sayidah Rabfah al-Adawiyah, seorang zahidah (wanita zuhud) yang
saleh dan terkenal. Khatib itu menyatakan bahwa apa yang pernah
diucapkan Rabfah merupakan kebohongan yang dibuat-buat oleh
kaum sufi agar mereka dapat menisbatkan kepadanya perkaaan-
perkataan dan syair-syair yang tidak dapat diterima dan tidak rasio-
nal, seperti perkaaannya berikut ini dalam bermunaiatkepadaAllah
SWT:
'Wahai, sekiranya Engkau manis
dan hidup itu pahit
Sekiranya Engkau ridha
dan semua makhluk membenci
Sekiranya hubungan antara aku dan Engkau makmur
sedangkan antara aku dengan alam semesta hancur lebur."
713
Peruntunganku bukan surga atau neraka
Aku tidak mencari pengganti bagi cintaku.'
Jautaban:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi l{aha
Penyayrang. Segala puji milik Allah, Rabb bagi semesa alam. Shala-
wat dan salam semoga selalu tercurahkan kryada funfungan ldta Nabi
Muhammad, nabi dan utusan terakhir, juga kepada keluarga dan
semua sahabatnya. Wa ba'du.
Saya sangat menyesalkan pola pikir sebagian kaum muslim yang
dengan seenaknya menghancurkan seluruh "bangunan" )ang tinggi,
serta menielek-jelekkan semua pemikiran dan perilaku tokoh-tokoh i
dalam sejarah kita tanpa menonjolkan kebaikan dan keutamaan
mereka. Bahkan mereka tidak berusaha menutupi cacat dan cela
mereka --kalau memang dia punya cela-- yang sebenarnya dapat
714
dikesampingkan dan dilupakan mengingat kebaikan-kebaikan yang
pernah mereka lakukan.
715
- al-Ghazali dalam lhya tJlumudlin;
- as-Suhrawardi dalam Awariful-Ma'arif;
- asy-Sya'rani dalam Thabaqat;
- dan lain{ain.
Ialan Pertama
Mentahqiq (menganalisis dan menetapkan) apa yang dinisbatkan
kepada Rabi'ah al-Adawiyatr atau lainnya, baik mengenai perkaaan
maupun sikap dan pandangannya. Sebab tidak selamanya sesuatu
yang dinisbatkan kepadanya itu benar dan dapat dipercaya, bahkan
kadang-kadang meragukan penisbatan kepadanya atau terputus
sama sekali, karena memang kenyataannya tidak begitu
Misalnya, mereka menisbatkan bait-bait yang terlienal berikut ini
kepada Rabi'ah al-Adawiyah ketika ia bermunajat kepada Rabb-nya:
"Wahai, sekiranya Engkau manis
dan hidup itu pahit
Sekiranya Engkau meridhai
dan semua makhluk membenci
Sekiranya hubungan antara aku dengan Engkau makmur
sedang antara aku dengan alam semesta hancur lebur
716
IQlau benar ada cinta dari-Mu
Maka segala yang lainnya rendah adanya
Dan segala yang di atas debu adalah debu."
I
Manusia ini seluruhnya, kecuali sedikit
Telah menjadi serigala-serigala yang tubuhnya mengenakan
pakaian."
717
Bagran syair berikut ini juga dinisbatkan kepada Rabi'ah:
'Peruntungirnku bukan surga atau neralq
Aku tidak mencari pengganti dari cintaku."
Saya tidak tahu sampai sefauh mana penisbatan syair ini kepada
Rabiiah, padahal diriwayatlcan darinya beberapa perkataannya yang
menunfukkan bahwa dia takut kepada neraka, takut akan hari kia-
mat, serta takut kepada kematian dan apa png terfadt setelah mati.
Para shalihin meriwayatkan bahwa Rabl'ah pernah berkata dalam
munajatnya:
"Tuhanku, Engkau bakar dengan api nenka tnd prg mendntai-Mu?'
Ibnul fauzi menyebutkan di dalam Tarjamah-nya (42 l7l
dzn
Abdullah bin Isa, ia berkata, "Saya pernah masuk ke rumah Rabi'ah
al-Adawiyah, maka saya lihat waiahnya bercahaya dan dia banyak
sekali menangis. Ialu ada seorang laki-laki membaca ayat-a)rat Al-
Qur'an di sampingnyayang menyebut t€ntang neraka, maka Rabi'ah
hfi"ifiyg*r*sr*d{ipa,\-
"Nru memoh@ amptrr, k@a Ntah tcrm:a se/iikihtya
keiuiunn-
'trt
ku dafun menguapkan a@hfirulbh (alru nqnolrcn arnryn
kepda Allah)."
7tE
Ini semua menunjukkan bahwa
semua menunjukkan bahwa Rabi'ah termasuk orang yang
takut dan sekaligus cinta kepada Allah, tidak meniadakan salah
satunya.
Adapun apayang dinisbatkan kepadanya batrwa pada suatu waktu
dia pernah berkata, "Iliahi, aku tidak menyembah-Mu karena takut
neraka-Mu dan karena mengharap surga-Mu, melainkan semata-
mata karena cinta kepada-Mu dan ingin bertemu wajah-Mu," maka
barangkali yang dimaksud ialah bahwa memang Allah t\zzawa falla
yang berhak diibadahi dan ditakuti, sebagai penunaian hak-Nya dan
mensyukuri nikmat-Nya, seperti yang dikatakan Imam Ibnul ealyim:
"Anggaplah hari berbangkit telah tiba
Dan rasul-rasul belum datang kepada kita
Dan neraka fahim belum pula dinyalakan
Bukankah wajib dan mustahiq
Hamba memuji dan menyanjung Pemberi nikmat.'
Atau barangkali Rabi'ah mengucapkan kata-kata demikian itu
ketika rasa cintanya mengalahkan rasa takut dan harapannya, dan
tenggelam dalam merasa berteman dengan Allah Ta'ala hingga tupa
terhadap kenikmatan dan arab. Tetapi keadaan seperti itu tiaak
kekal, sebagaimana dituniuki oleh sikap dan perkaaannya.
_ Iika tidak demikian kedudukannya, maka setiap orang itu boleh
diambil dan ditolak perkataannya, dan saya telah menolak aHi- ahli
taswuf yang menglngkari ibadah untuk mencari pahala dan takut
dari siksa di dalam kitab saya al-'Ibadahfil-Islcm. Selain itu, juga saya
kutip keterangan dari al-Allamah lbnul eayyim dalam ktabnyauafu-
rijus-Salikin yang dapat memuaskan orang yang haus dan dapat
menerangi jalan.
Adapun syair yang dinisbatkan kepada Rabi'ah mengenai cinta
kepada AUah idah semisal perkataannya:
"Aku mencintai-Mu dengan dua macam cinta
cinta karena keinginan dan cina karena kelaikan-Mu
Cinta karena keinginan
adalah dengan mengingat-Mu aku lupa selain-Mu
Dan cinta yang menjadi kelaikan-Mu
ialah Engkau bukakan hiiab untukku hingga aku dapat melihat-Uu
Tiada pujian untukku dalam ini dan itu
tapi unnrk-Mu{ah segala pufi dalam ini dan itu."
719
L
Dalam mengomentari bait-balt tersebut, Imam Ghazali mengata-
kan dalam al-Ihya':
"Barangkali yang dimaksud dengian cinta htwa (keinginan) itu
ialah cinta kepada Allah karena kebaikan Allah kepadanya serta
pemberian ntkmat alhh kepadanla dengan mendapatkan keunungan
di dunia. Sedangkan png dlmalcsud dengan cinta yang menjadi ke-
laikan lkelayakanl Allah ialah cina karena keindahan dan kelu-
huran Allah yang tampak kepadanya, yang merupakan tingkatan
png lebih tinggi dan lebih kuat di antara kedua macam cinta terse-
but. Dan kelezatan melihat keindahan rasa ketuhanan itulah )xang
diungkapkan Rasulullah saw. dalam mengungkapkan flrman Rabb-
nya (dalam hadits qudsi):
&erCtot)) ,u,i5
Telah Nflr sdiakan untuk hamfu-hamfu-Ku *suatu yang tidak
pemah terlihat oleh mata, tidak terdengar oleh teling4 fun tidak
terHik dalan hati manusia." (HR Bukharl)
Imam Ghazali berkata: 'IQdang-kadang sebagian dari kelezatan
ini diberikan dunia ini kepada orang yang hatinya mencapai puncak
kesucian'@
Namun, pertu diketahui bahwa menlaksikan keindahan rubub[ph
im adalah dengan mata hatl, bukan dengan mata kepala.
Al-Muhaqqiq Ibnul Qayyrm menjelaskan hakikat cahaya kasyaf
yang sering dibicarakan para sufi dalam kitab beliau, Madarijus-sali-
kin, sebagai berikut:
"Cahaya kasyaf menurut mereka adalah permulaan kesaksian. Ia
adalah cahaya )rang menampakkan makna-makrri al-Asma ul-
Husna dalam hati, sehingga hati yanggelap menjadi t€rang dan tabir
yang menghalangi kasyaf menjadi hilang.
Dan ianganlah Anda berpaling kepada selain ini yang mengaki-
Wel-firyo',
Juz 4, hlm. 311, Darul-Ma'rifah, Beirut.
720
batkan kaki tergelincir setelah mantap. I(arena Anda jumpai dalam
perkataan sebagian mereka: 'Tajalli-nya (tampaknya) Dzat meng-
hendaki begini dan begitu, tnjollpnya sifat menghendaki bagini dan
begini, njalli-nya afal lperbuatan Allah) menghendaki begini dan
begini. Dan kaum tersebut hanya dapat menyatakan hal itu dengan
lafal-lafal sehingga timbul kesalahpahaman bahwa yang mereka
maksudkan adalah tampaknya hakikat Dzat Allah, sifat-sifat-Nya,
dan perbuatan-Nya dalam dunia kenyataan, lalu sebagian mereka
mengucapkan kata-kata yang ganjil dan aneh, padahal orang-orang
yang benar dan arif terlepas dari semua itu.
Yang mereka maksudkan hanyalah kesempurnaan ma'rifah
(pengenalan kepada Allah) dan tersingkapnya tabir kelalaian, kera-
guan, dan keberpalingan, serta dominannya kekuasaan ma'rifah atas
hati dengan terhapusnya penyaksian kepadayanglain secara keselu-
ruhan. Maka tidak ada yang disaksikan oleh hati selain lang dike-
nalnya itu.
Mereka bandingkan hal ini dengan terbitnya matahari. Apabila
matahari telah terbit, maka sirnalah cahaya bintang-bintang, tetapi
tidak berarti bahwa bintang-bintang itu tiada, ia hanya tertutup oleh
cahaya matahari sehingga tidak tampak wujudnya. Pada kenyataan-
nya bintang-bintang itu masih ada di tempatnya. Demikianlah
cahaya ma'rifah apabih ia telah mendominasi hati, maka menjadi
kokohlah kekuasaannya, dan hilanglah semua tabir penghalang dari
hati.
Yang demikian ini tidak ditngkari oleh seorang pun kecuati orang
yang bukan ahlinya.
Selain itu, tidak boleh seseorang beranggapan bahwa Dzatyang
Maha Suci dengan sifat-sifat-Nya itu tampak pada seseorang seperti
talalli-nya Allah SWT terhadap Bukit Thursina (pada zaman Nabi
Musa a.s.; penr.) dan seperti hjdlli-Nya esok pada hari kiamat kepada
manusia. Tidak ada yang beranggapan demikian kecuali orangyang
keliru dan tidak memiliki ilmu. Meski demikian, sering kali t€{adi
kesalahan dalam memahami cahaya ibadah, fiyailhah (ladhan rohani),
dan dzikir, kepada cahaya Dzat dan sifat dikarenakan pemahaman
yang melampaui batas.
Ibadah yang benar, riyadlwh yang dibenarkan syil?', dan dzikir
yang dilakukan dengan hati dan lisan dapat memancarkan cahaya
menurut kadar kekuatan dan kelemahannya. Dan kadang-kadang
cahaya tersebut begitu kuat sehingga tampak secara nyata,lalu tim-
bullah kekeliruan dari orang yang lemah pengetahuannya dan daya
721
pembedanya antara keistimewaan rububiyah dan untutan ubudiyah,
sehingga ia mengira bahwa itu adalah cahaya Dzat Allah. Padahal
yang demikian itu jauh sekali kemungkinannya akan terjadi. Cahaya
Dzat Allah itu tidak ada sesuatu pun yang mampu menangkapnya.
Seandainya Allah SWT membuka hijab-tlya maka guncanglah seluruh
alam semesta, seperti berguncang dan tenggelamnya gunung (Thur-
sina) ketika sedikit saja Allah ber-uialli.
Di dalam hadits sahih disebutkan sabda Rasulullah saw.:
((t$tt',{',#IjiqY44'ii'g
it+Cl t, g}+t Uio t.*, $t=..ro 4lJlrJj J
L1r'
ilaL<'*r-s({5-56
Y / \-r-
li, b;r
*k,- rA#"J /4,;i6, c''iJl,-,,>)G5 \J--,
I
- -l /V/.-
TrtJertJ6),rrfl r5355Jai
5#'4uQ,s
16icre?)2t;4.39
.*;ESI*IA
"sesungguhnya Nlah SWT itu tidak tidur dan tidah layk (tihk
mungkin) tidur. Ia menurunl<an dan mengngfuttinbngan (anal
dan rezeki harnbo.hamfu-Nya). Dinaiklran kry&-Nya amalan
malam r;fulum analan siang fun analan siang *belum amalan
malam. TabimW adalah calqa l<alau Ia buka tabir itu maka
ahalta keagungan-Nya akan memfukar reluruh.aw yang dapat
dicaWi oleh pndangan makhluk-Nyz.ano
4loSlrrt ih u^lir, 1: 161-162, hadits nomor 293; Smtbnumjoh,l: 70, hadits nomor 195.
(Penr.)
722
ngan cahaya tersebut, bukan dengan nur (cahaya) yang merupakan
sifat Allah Ta'ala, sebab sifat-sifat Allah itu tidak bertempat pada
sesuatu dari makhluk-Nya, sebagaimana makhluk tidak bertempat
pada Allah. Maka Allah Maha Pencipta itu terpisah dari makhluk de-
ngan dtat dan sifat-Nya, sebagaimana makhluk t€rpisah dari- Nya.
Di antara syair Rabi'ah mengenai cinta Ilahi ialahyang ditulis oleh
Syihabuddin as-Suhrawardi dalam kiabnya Auariful-Ma'ari/ ketika
dia (Rabi'ah) bermunajat kepada Allah Ta'ala:
"Kujadikan Engkau
teman bicaraku dalam hati
Dan kuperkenankan tubuhku
diduduki orang yang menghendaki
Tubuhku menjadi kawan
bagi teman duduk
Dan Kekasih hatiku
menjadi teman dudukku di dalam hati."
(ad,oL,),*&€fit'e,&
"Ah, (Nlah) adalah pendengaranryta yang ia prgunal<an untuk
mendengar." (HR Bukharl)
,qugiG|Sa&r,t=e"{93,X
/ t/'
724
.^v4t#t)r33li;u'ilS3*i;,
.,.\A\5i
Ada tiga perkan yang arybila terdapt dalam dfui wrug mal<a
ia al<an mensakan manisnya iman, yaitu Nlah dan Rao.rl-Nm lebih
ia cintai dadpda ltang lain ...."
ll
AIf,1[IJN{ HAII DAN AI{GGOTA BN)AhI
Pertanyaan:
Saya pemah membaca di dalam kitab-kitab tasawuf dan suluk
bahwa amalan hati lebih penting daripada amalan anggota badan,
bahwa diterima atau tidakn)ra suanr amalan di sisi AIIah Ta'ala ialatt
berkaitan dengan hati, balwa keaaan fng paling uama )ang dapat
mendekatkan kepada Allah ialah keaatan had, dan maksiat yang
paling membahayakan dan menJauhkan manusia dari lllah lvzawa
Jalla adalah kemaksiatan hati.
sedangkan kami tahu pasti bahwa shalat yang merupakan tiang
ad-Din, zakat sebagu "saudara" shalat, dan lain-laimya, adalah
bentuk amalan-amalan zhahir, yakni amalan aau pekeriaan anggota
badan. riami juga mengetahui bahwa dosa-dosa besar yang meng-
akibatkan pelakunya mendapatkan kemarahan dan azab Alah itu
disebabkan lemaksiatan lahir, seperd membunuh, berzina, minum
khamar, melakukan riba, memakan harta anakyatim, menuduh ber-
zina terhadap wanita yang baik-baik dan meniaga diri serta beriman,
berlari dari medan perang pada waktu berkecamuknya perang, dan
sebagainya.
725
Nah, apakah yang dikaakan kaum sufi itu benar? Ataukah itu
merupakan pengaruh luar yang masuk ke dalam tasawuf sebagai-
mana sikap berlebih{ebihan dalam zuhud dan lain{ainnya? Apabila
yang mereka katakan itu benar, maka manakah dalilnya dari Al-
Qur'an dan As-Sunnah?
Saya mohon kepada Allah semoga berkenan memberikan keber-
kahan terhadap semua usaha dan aktivitas Ustadz dalam berkhidmat
kepada Din kita yang lurus dan menielaskan hakikatnya kepada
manusia. Semgga Dia memberikan pahala kepada Ustadz atas upaya
Ustadz melayani kami, dengan karunia dan kemurahan-Nya, karena
Dia adalah Yang Maha Pemurah di antara yang pemurah.
Jawaban:
Segala puji kepunyaan Allah. Shalawat dan salam semoga ter-
curahkan kepada Rasul-Nya. Wa ba'du.
Saya ingatkan kepada saudara penanya bahwa apa yang dikata-
kan ahli tasawuf dan ahli suluk mengenai peringatan akan penting-
nya amalan hati sebelum pekerjaan anggota badan, bernrmpu pada
batin sebelum yang zhahir, yang rahasia sebelum yang nyata, dan
mementingkan esensi sebelum bentuk, adalah per}aaan yang benar.
Itu adalah pokok dari isi aiaran Islam, bukan aiaran impor dari luar,
bahkan sumber asasinya adalah Al-Qur'anul lQrim dan As-Sunnah
al-Muthahharah.
Perlu saya jelaskan di sini bahwa ahli tasawuf yang sebenarnya
tidak menggugurkan amalan-amalan anggota badan dan tidak
mengeluarkannya dari daerah kepentingirnnya, sebab yang demikian
(menggugurkan amalan aurrygota badan dan mengeluarkannya dari
arti pentingnya) itu bert€ntangan secara diametral dengan aiaran ad-
Din, baik ushul maupun furu'nya. Karena lima rukun Islam yang
menjadi tiang atau fondasi bangunan Islam sebagaimana yang dise-
butkan dalam hadits Ibnu Umar dimaklumi secara pasti dari ad-Din,
yang semuanya merupakan syahadat sebagai kunci pembuka pintu
Islam, shalat sebagai tiang ad-Din (agama), zakat yang merupakan
kekalraan Islam, shiam Ramadhan, dan t€rakhir haji ke al-Baitul-
Haram.
Bagaimanapun seorang muslim mencapai tingkatan rohani yang
tinggi dan sangat dekat hubungannya dengan Allah, maka ia tetap
dituntut melaksanakan pekeriaan-pekeriaan ini, tidak gugur sama
sekali. Allah berfirman kepada Rasul-Nya:
726
"Dan
Oi4ii4\&,t:3r1;
*mfuhkh Rabbmu annpi datang kqadantu yang diyakini
(ajal). " lal-llllr : 99 )
@Wc';*$qli,ii$k,
pnbalmn"
."Dan a&Iah kami mendustakan hari hing ehng
kepda l<arni al-fiqin (kematian)." (al-Muddatctolr t 46-4Zl
),\€rKrl*ffi,rQ#Stqjsv
,li!
7^
ffi
filU'gt 4"16!S-, elL
-ii"&9^*gr6g/+?rlF
' -6, tgn4 A fir a;,;s, *'64 e $,
US,V, d?; 7;)/45 ftS, 14ll; fi i
4'^$"c-1&i;;&r3&4.
727
I
Tidaklah hamfu-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan *suatu
yang lebih utama daipada melaksnakan ap png Aku fardhut<an
atailta. Dan tidal< henti-hentinln hamb-Ku mendelratlran dii ke-
pda-Ku dengan melaktl<an ibadah-ibadah nafilah *hhga Nru
mencintainya. MaIe apbila Afu telah mencintainya, iadilah N<rt
pendengarannya yang ia pergunal<an unfitk mendengar, matanya
yang ia pergunalcan untuk melihat, tangannya tang ia pergwakan
untuk berbuat dan l<akinn Wg ia prgulwkan untuk melaqkalt
(furiaa4.ut Dan jil<a ia meminta kepada-Ku psti Aktt fuikan
kepadanya dan bila ia minta peflindungan kepda-Ku nixaya Aku
beri perlindungan kepadanya."
*r54,F
4lluaksudnya, Allah selalu melindunginya dalam semua hal, baik ketika mendengar,
melihaq berbuat, dan bertindak. wallahu a'lam. (Pcnl.).
728
"Tidaklah *wnng itu mencapi deniat muttaqin *hinga ia
meningall<an *ilatu Wrg tidah terlatang karuta talrut termasuk
ffiuatu )ang dilarang."
*ti6:fifr.yft51,{*'g
,.- ,
\rJ4 -,
) (,),<,.12,
V/ -
>;gpr{;l}:,;"wu)
,"s-gg-;GU: 'J a
!)#r1ftr_uia
t,y){7@arali$i=il3
;XEgAul.!i!)si
.u)@/,!KqtuJUGii- ,/
Al2et-tuhloh al-Irqiyail dail Majmu' Fdtawa (Syelthul Islam), iflid lo, hlm. 8.
413nn ttutafaq 'alaih dari Abu Sa'id aFKhudri.
730
I(arena itu tidaklah mengheranltan kalau Imam Ibnu Taimiyah
mengatakan setelah membicarakan iman, Islam, benar, dan ikhlas
sebagai berikut, "Apa yang kami sebutkan itu menuniultkan dengan
jelas bahwa pokok ad-Din (agama) itu pada hakikatnya adalah
urusan-urusan batin yang berupa ilmu dan amal, dan amalan-
amalan lahir itu tidak berguna tanpa aspek batin itu."{14
Saya sangat antusias mengutip perkataan lbnu Taimiyah di sini
I karena ada sebagian orang yang menganggap bahwa beliau tidak
menaruh perhatian kecuali hanya mengikuti gambaran-gambaran
l dan amalan-amalan lahir saja, padahal anggapan demikian itu tidak
benar dan bertentangandengan perikehidupan tokoh klta ini. Beliau
adalah seorang yang alim dan saleh, akal pikiran dan hatinya penuh
dengan iman, jiwanya cemerlang, serta cinta dan takutnya kepada
Allah Ta'ala sangat besar. Hanya saja beliau sering dizalimi oleh se-
bagian orang yang memuji-mujinya dan yang kasar dan eksrem yang
mendakwakan diri kepada madrasah (perguruan) beliau. Mereka
tidak mengetahui dan mengerti agama melainkan gambar-gambar
dan bentuk-bentukluar semata. Pagi dan petangmereka selalu mem-
perbincangkan masalah-masalah tersebut dengan sikap marah, dan
hampir-hampir bertikai karenanya. Apabila Anda aiak mereka untuk
mencurahkan perhatian kepada ushuluddin (pokok-pokok agiama)
dan hakikatnya yang besar, untuk mencurahkan perhatian terhadap
kondisi urnatnya, memikul beban tugas dan periuangannya, serta
menyelesaikan pertentangannya dan mengawasi persekongkolan
musuh-musuhnya, maka mereka akan menuduh Anda telah menen-
tang sunnahyang cemerlang dan sebagai musuh golongan salafyang
saleh. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan mereka, dan
menunjukkan kita dan mereka ke jalan yang lurus.
4l4Moi^u'Fou-a, hlh.
lut lO, 15.
731
I
,t:)Af e_ilfi.!.d4t6jfu,17
lslam itu tanpak nyta danglran iman itu di dahm hati.,{ts
732
Kedua: bahwasanya "Islam", meskipun diwujudkan dalam amalan-
amalan dan ibadah-ibadah yang lahir --sebagaimana disebutkan
penafsirannya dalam hadits fibril yang telah masyh-ur-- y-ang tercer-
min dalam lengucapan dua kalimah syahadat, shalat, zal<at, pua-sa,
dan haii, titapi amalan-amalan tersebut tidak akan diterima dan
tidak diperhitungkan apabila tidak disertai dengan niat yang ikhlas
karena Allah Ta'ala, sebagaimana firman-Nya.:
I
I
AtL:u_l::['u,.ri;.:fr ba.*y;i;f,
"Padahal merel<a tidah disuruh kecuali suryln menymtfuh NIah
dengan memumil<an ketaatan kepda'$ra dalam (menialanlcan)
agama dengan lurus ...." lal-Bayytrnh: 5)
1),t,1
6y;i&\i\69qrt,
,-v Y W
Llw-lw
)/.
.69
"ksunggthnya amal ifu tergantung pada niat, dan wtang ittt
hang al<an mempercleh aplnng ia niatlran."
Maka tidaklah diterima suanr amal lecuali dengan niat, dan niat
itu tidak ada artinya kecuali dengan ikhlas, sedangkan niat dan ikh-
las merupakan pekerjaan hati.
Ibnu Atha'illah mengatakan di dalam kitabnyaal-Hiham. "Amal itu
merupakan gambar-gambar yang tegak, sedangkan ruhnya ialah
adanya rahasia ikhlas di dalamnya." Yakni, amal tanpa ikhlas ittl
seperti gambar dan patung yang tidak bernyawa dan tidak hidup.
Karena itu dilarang keras melakukan riya' (melakukan sesrurhl
dengan maksud agar mendapatkan puiian dari gralg lain), y91tg
meriggugurkan ibidah dan menghapuskan patrala leaatan. sifat
riya'-inimerupakan sifat orang-orang munaftk, sebapimana disi-
nyalir oleh Allah SWT dalam ftrman-Nya:
"ksungguhrya onng'onng munafik itu menipu NIah, fun Nlalt
al<an memfulas tipuan mercl<a. Dan apbila merel<a brdii untuk
shatat, merelca furdin dengan malas Mereka brmaland riya'(d*
733
ngan shalat) di hafupan finnusia Dan tifuklah mereka meryrebut
Nlah kecuali *dikit sekali."(an-Nts€,t t42l
#C:,{5#K;biIiUs?4tU
ob) /{. WrYu1; g,,gH<_
{4
(6:lil * +t' ul er;ty
"-2t4,i-2
etlylt
"knngsiap ltang tifuh meninggalkan perlrataan dusta dan me-
nyimpang dari kefunann *rta perbuatan duiana maka NIah
ti&k memedulran ia meninggalkn makanan fun ninumanny
(puasanya).417
l#.''l.bv,g)4 6-4*vg.)
al6Oaam sail lafal disebuttan agar dikaakan
sebagai qari'(ahli qira,ah). Lihar: ar-
Tar ghib wat-Tarhib oleh al-Mundziri. (Penr.).
417nn lhmad, Bukhari, Abu Daud, Tlrmidzi, dan lbnu Majah dari Abu Hurairah. (Mut h-
tashar Syarah al-Jami'ush-Shaghir, 2: 316).
734
.
:bltt
f!1 *q e'&,i{l fS g._6
F4o.ie *1, arJot \
"Banyal(**ali onng yng berpuaa WV ti&h memprcleh
sesuatu fui pnwryta iru keqtali lapf dan fg,nnk sdali orang
Wry mehll,tlran qiltanullail (shalat malan) yangtidah men&pt-
lran wuatu dai slralat malamryn k*uali haqn ti&lc ddw.,{t8
{tfn Dnu MaJah dart Abu Huralrah. (Muhhtoshar Syarah at-lant\sh-Shaghir, Z: JF),
735
'uS /o t.i,{\|KN ii3 6 JrGli
'u$/ait\:KNiK6c'o JI t c cl
Ihsan merupakan sumbu utama bagi ahli suluk dan ahli ketuhan-
lr..Pi lapangan ihsan inilah mereka berbuat unruk mendidik tiepri-
$dian beriman yang benar, yang menampakkan sifat-sirat "uuiini-
1iT 1'tuttaqin"- orang-orang mukmin yan! uertatna itulah wali-wali
Allah yang sebenarnya:
6;iil{;4J;,saigJ<,irl
@OjAi3u)tjtc<,iii
*sungphntawali-wali Nlah itu tidak ada keldnwatiran
"Ingatlah,
terlnfup mercl<a tun tidak (pula) merelca Drlrsedih hati. (Yaitu)
orangonng lrang furtman dan mereka *lalu fuftakwa"(Yunus:
62-6't
Orang yang mau membaca Al-Qur'an dan merenungkannya, nis-
caya ia dapati bahwa Al-Qur'an selalu mengaitlan kebaikan dunia
dan akhirat dengan iman dan takwa.
Mengenai kebaikan (kebahagiaan) dunia, kita baca firman Allah
berikut:
736
xkinryra penduduk negeri-negei biman &n bertal<wa,
"Jil<alau
Nililek l<ami akan melimphlan kepda mercl<a berlcah dari
langit dan bumi ...." (al-A'raf: 96)
"Dan telah lhmi xlamatl<an orury-orury Wg furfunil dan
merelra itu xlalu furtal<wa" (qn-Naml: 55)
"Hai otang-onng ltang bertmn, iika kamu bertalwa k@a AW
-
niwla Dia akn menbibn k@mu fufiafi,g -.. 1a1-A6l: 29)
C zaz 1
tiiry*"c:^{1#:L?fr,l;4^ie.;s
I
,r$ifi*6yi;w&frai
4lgtutrnya. petuniuk yang dapat membedakan antara yang hak dan yang batil, dapar
iuga dianikan di sini dengan pertolongan (Al-QurhndanTcrjernahnya, catatan kaki nomor 607).
737
"Dqnikianlah (pernhn Nhh). Dan Mrutgsiap mengagungkn
syt'ar-syt'ar Nlah, maka rs;ungufurya itu timbul dai ketakwaan
hati."(al-Haff A2l
Rasulullah saw. pemah berisyarat ke arah dadanya seraya ber-
kata, "Takwa itu di sini,' dengart diulanginya perkaaan itu tiga kali
untuk mempertegas (EX. Musltm).
Dan Al{ur'an menyifatl orang-orang yang ahrra dalam permu-
laan. surat al-Baqarah sebagai berikut:
"... (N-Qulan ini dalalr) petwiuk bgi metr*a Wg Druftaltuva-
(Yaitu) merclra yng fudman kepda Wrg grh yng mandtuilran
$akt dan menallrahhn xfugian rczeki yanglhnti nugerahkan
kepfu mer*a dan mercka yang fuinw kepda Kibrb (N-
Qufn) yng telah diturunkan kepadantu fun kitab-kihb yng
tehh diturunkan *belummu, serta merela ykin akan furrya (ke-
hidupn) akftirat " (al-Baqaralr t 2-41
Maka Allah menjadikan sifat mereka yang asasi ialah beriman
kepada yang gaib, iman kepada kitab yang dinrrunlen Allah kepada
Rasulullah saw. dan yang diturunkan kepada rasul-rasul sebelum-
nya, serta yakin akan adanya kehidupan dkhirat, yang semuanya
merupakan amalan hati. Sedangkan mendirikan shdat dan mengin-
fal*an sebagian rezeki yang diberikan Allah merupakan amdan
lahir.
Dengan iman dan akwa hati menjadi suci dan bersih, dan berhak
mendapatkan leberunurngan:
"fungulnya tr;runturrrgfuh orang pry menyucikn iiwa itt, hn
wunguhnlta merugihh onng Wg mengotorinya' (asy-Syams:
9-ro)
"Seatngguhrya bruntunglah oftng Wg membercihkn diri (de-
ngn bnman)." (al-A'la: 14)
Keemlnt: Al-Qur'an menjadikan hati yang sehat dan selalu kem-
bali kepada Allah sebagai pokok keselamatan dan kebahagiaan di
akhirat. Perhatikanlah apa yang dikisahkan Al-Qur'an kepada kita
mengenai doa Nabi Ibrahim kekasih Allah:
"Dan janganhh fudrau hinakan alcu p& had mercka dibngkit-
kan. (Yaitu) p& hai kedka hafia dan anak-anah ti&Ic berywa
k&rali oruE Wrg menglndap Nlah dengan hati ptrg brsih."
(asy-Syu'ara: 87-89)
738
Baca pula firman Nlah Azza wa falla berikut:
"Dan didelatl(ankh surga itu kepda onng-onng gry benalnn
pda tempt yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijnjikn
kepa&mu, ()airu) kepda *tiap hamba ltang *hlu kmbli (ke-
ptu Nlah) lagi manelihan (*muaperafiran-Ittn). (aiAD oruS
lang kepfu Tuhan Yang MaIn Pemunh s&ng Dia tifuk
talrut
kelihatan (olefuya) dan dia datang dengan hati yng brtofut""
(Qaf:5I-53)
iit#4X1r1Y"23"%;fis3rii
\#'fi;.i16t5b,tg''i!i
.415(6e<t1t%
'Ingathlt, wtngguhrya di dahn iad r* r*il* dagtng
Apabila aunpal daging itu baih mal<a hilfuh *luruh tukth, fun
apbila rusak maka rusldah *lutuh tttbtlt. Kehlruilah itu a&lalt
hati."
r
:ffit-$,r'ldtaU)Li*'xt'i;
38frJ&3gj
"Sesunguhryta NIah tidak melihat.(menilai) Atbuh fun ruWmu,
tetapi Ia melihat kepda hatimu."
739
f
l
Sebaliknya, banyak juga nash yang mencela hati yang mati, sakit,
keras, gelap, dan hitam.
Bacalah firman Allah ketika mencela kaum Bani Israil:
"Kemudian *telah itu lntimu menjadi kens *pefi fultu, fuIilran
lebih kens lagi Padahal di antan futu-batu itu angguh ada yang
mengalir sungai+ungai dainya.... " (al-Baqaralr: 74)
740
"... Maka kdakaan yng be*rlah hgi merchpqtehh mem-
funtu hathl,a untuk mengingat Nlah ...." lar-Zamtl22l
fuga firman-Nya mengenai orang-orang munafik:
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalau ditamfuh Nlah pryakit-
n1a ....' (al-Baqarah: I O)
Yang dimaksud dengan penyakit pada ayat ini ialah penyakit syak
(ragu-ragu).
Firman-Nya lagi:
"... Mak jnganlahlramu tunduk (merendah) dalam berbican *-
hingga be*einginanlah orang ),ang ada penyakit dalan hatinya ...."
(al-Ahzab:32)
Tufuan Penciptaan
Kelima: bahwasanya Allah menciptakan manusia bahkan alam
semesta ini idah agar mereka mengenal-Nya deng;an nama-nama-
Nya yang sangat bagus (al-,*ma'ul-Husna) dan sifat-sifat-Nya yang
luhur, sebagaimana dinmiuki firman-Nya:
"Nlah-hh yng menciptakan tujuh hngit en Dr;gitu puh bumi.
Pefintah Allah furlak Wdanya agar lamu mengdahui balwa
NIah Maha Kuas atas *gala *suatu; dan *sungafuya NIaIt
ilmu-Nya benar-benar meliputi *gala sesuatu " ( atlr'Thalaq : I 2 )
74t
I
Adapun bentuk ibadah itu ada dua macam: ibadah zhahirah (lahirl
dan ibadah bathiruh (batin). Ibadah zhahirah, meskipun dilakukan
dengan anggota badan, tetapi ia tidak akan diterima tanpa adanya
pekerjaan hati, yainr ikhlas sebagaimana saya sebutkan sebelumnya.
Syekhul tslam Ibnu Taimiyah berkata, "Bahkan mengikhlaskan
ketaatan kepada Alah itulah ad-Din, yang tidak diterima oleh Allah
tanpa keikhlasan itu. Ad-Din yang Allah utus para rasul sejak rasul
pertama hingga yang terakhir untuk menyampaikannya, dan ditu-
runkan-Nya seluruh kitab suci-Nya untuk itu, dan telah disepakati
oleh para imam ahli iman. Keikhlasan (beribadah dengan ikhlas) ini
merupakan inti seruan seluruh nabi, yang merupakan poros t€mpat
berputarnya Al-Qur'an. Allah berfirman:
"Sesunggthnla l(ami menurunkan kepdamu K;,tab (Al-Qu/an)
dengan (memfuwa) kebenaran. Maka *mfuhlah NIah dengan
.memumil<an ketaatan kepda-Ny. Ingatlah, hanya kepunyaan
Nlah-lah agama yng bercih (dari qtinD ...." laz-Znrtan 2-g.l
742
{.ry"1 ayat yang mencela dan mengancam kesombongan ini. Dan
dalam hadits sahih disebutkan:
f6i**+6EG'zJ{"EK<)
(-:-,-rq)a)aa
Tidal<Iah masuk surga orang yang di dalam hatinln terdapt ke-
ambongan meskipun sebesar dzanah." (tIR Musllm darl hadttg
Ibnu Mas'ud)
.€,EAUCJ/,gz6KAVr:=Iif,*i
"Memakan kebailcan-kebaikan sehgaimana api memakn kayt
lnku'.422
422HR abu
Daud dalarn 'al-Adab", hadits nomor 49oJ, dan di dalam isnadnya terdapat
seorang perawi yang tidak disebuttan namanya.
423Ri*ayat Tirmidzi dalam "shifatul-eiyamah", hadits no. 2sr2t dan disebutkannya
perselisihan mengenai perawinya, apakah Zuber ataukah bekas budakrpva. Dan dikemuka-
kan1v1 srahid (hadirs lain) dari Abu Darda' sebelumnya (2s I I :
) lgesungfrrhnya )rang meru-
sak hubungan iru adalah mencukur (agama).' Tirmidzi berkata, ;naditiini sahi[., -
743
"... Sesungguhryn tiada berputus as dari rahmat Nlah, melainkan
kaum lnng kafir."(Yusutt 87I
Misalnya lagr penyakit syuh (bakhil dan kikir) yang dikecam oleh
Al-Qur'an dan As-Sunnah:
"... furangsiapa yang dipelihara dai kekikinn diinln, mereka itu-
Iah orang-orang yang beruntung." (al-Hasyr: 9; dan at-Tagha-
bun: 16)
Dan dalam beberapa hadits disebutkan sabda Rasulullah saw.:
424pp 61r*"6 dan Bukhari dalam 'al-Adabul-Mufrad' dan Muslim dari tabir, sebagai-
mana disebutkan dalam shahih al-Jani'ush-Shaghir, hadits nomor 21O2.
744
"Jauhl<anlah diimu dari penyakit sytth, lrarcna binaanya orang-
orang rebelum kamu adalah di*fubl<an oleh penyakit syuh' Pe'
nyakit syuh ini menyuruh merel<a berbuat bkhil, lalu mereka ber'
buat bakhit; menyuruh merel<a memutusl<an hubungan kekeluar-
gaan, latu mereka memutuskannya dan menytruh metelra brbuat
durhaka, lalu mereka berbuat durhala.,a2s
OC,&(G:;,3ri?aVu\
"... ia (ibtis) enggan dan takabur, dan adalah ia termaank golongan
orang-onng yang kafir." (al-Baqarah: 54)
425gX 65u Daud dan Hakim dari Ibnu Umar. (Shahih al-Janiush-Shaghir. nomot 2678.
745
BAGIAN UI
FIQIH DAI.I KEDOKTERAN
I
EUTANASIA
Pengantar:
Ini merupakan satu persoalan yang sampai kepada saya di antara
sekian banyak persoalan mengenai kedokteran Islam dan hukum-
hukumnya serta adab-adabnya, yang disampaikan lewat surat oleh
Ikatan Dokter Islam Afrika Selatan. Persoalan pertama mengenai
masalah berikut:
Hal ini berbeda dengan eutanasia negatif (taisir al- maut al-munfa'il).
Pada eutanasia negatif tidak dipergunalen alat-alat atau langkah-
langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan si sakit, teapi ia hanya
dibiarkan tanpa diberi pengobatan unhrk memperpanfang hayatnya.
Contohnya seperti berikut:
1. Penderita kanker yang sudah kritis, orang sakit yang zudah dalam
keadaan koma, disebabkan benturan pada bagian kepalanya atau
terkena semacam penyakit pada otak png tidak ada harapan untuk
sembuh. Atau orang yang terkena serangan penyakit paru-paru
yang jika tidak diobati --padahal masih ada kemungkinan unruk
diobati-- akan dapat mematikan penderita. Dalam hal ini, iika
pengobatan terhadapnya dihentikan akan dapat mempercepat ke-
matiannya.
Seorang anak yang kondisinya sangat buruk karena menderita
ttshallub al-Asyram (kelumpuhan tulang belakang) atau syalal al-
muhhhhi (kelumpuhan otak). Dalam keadaan demikian ia dapat
saja dibiarkan --tanpa diberi pengobatan-- apabila t€rserang
penyakit paru-paru atau sejenis penyakit otak, yang mungkin
akan dapat membawa kematian anak tersebut.
At-tashollubal-asyramatauasy-syaukahal-masyquqahialahkelatnan
pada tulang belakang yang bisa menyebabkan kelumpuhan pada
kedua kaki dan kehilangan kemampuan/kontrol pada kandung
kencing dan usus besar. Anak yang menderita penyakit ini senan-
tiasa dalam kondisi lumpuh dan selalu membutuhkan bantuan
khusus selama hidupnya.
Sedangkan asy-syalal al-muhhhhi (kelumpuhan otak) ialatr suatu
keadaan yang menimpa saraf otak sejak anak dilahirkan yang
menyebabkan keterbelakangan pikiran dan kelumpuhan badan-
nya dengan tingkatan yang berbeda-beda. Anak yang menderita
penyakit ini akan lumpuh badan dan pikirannya serta selalu me-
merlukan bantuan khusus selama hidupnya.
750
secara pasif (euanasia negatif) itu mencegah perpanjangan penderi-
taan si anak yang sakit atau kedua orang tuanya.
Pertanyaan:
Berkaitan dengan permasalahan tersebut muncul peftanyaan-per-
tanyaan berikut:
1. Apakah memudahkan proses kematian secara aktif (euanasia
positif) ditolerir oleh Islam?
2. Apakah memudahkan proses kematian se@ra pasif (eutanasia
negati$ juga diperbolehkan dalam Islam?
Jawaban:
1. Memudahkan proses kematian secara aktif (eutanasia positiQ
seperti pada contoh nomor satu tidak diperkenankan oleh syara'.
Sebab yang demikian itu berarti dokter melakukan tindakan aktif de-
ngan tuiuan membunuh si sakit dan mempercepat kematiannya me-
lalui pemberian obat secara overdosis. Maka dalam hal ini, dokter
telah melakukan pembunuhan, baik dengan cara seperti tersebut
dalam contoh, dengan pemberian racun yang keras, dengan penye-
ngatan listrik, ataupun.dengan menggunakan seniata taiam. Semua
itu termasuk pembunuhan yang haram hukumnya, bahkan termasuk
dosa besar yang membinasakan.
Perbuatan demikian itu tidak dapat lepas dari kategori pembu-
nuhan meskipun yang mendorongnya ifir rasa lesihan lepada si
sakit dan untuk meringankan penderitaannya. Ihrena bagaimana-
pun si dokter tidaklah lebih pengasih dan penyayang daripada Dzat
Yang Menciptakannya. Karena iru serahkanlah urusan tersebut ke-
pada Allah Ta'ala, karena Dia-lah yang memberi kehidupan kepada
manusia dan yang mencabutnya apabila telah tiba afal yang telah di-
tetapkan-Nya.
Adapun contoh kedua dari eutanasia positif ini kita tunda dahulu
pembahasann)ra setelah kita bicarakan eutanasia negatif.
751
-7
obatan yang dilakukan itu tidak ada gunanya dan tidak memberikan
hatapan kepada si sakit, sesuai dengan sunnatullatr (hukum Allah
terhadap alam semesta) dan hukum sebab-akibat.
Di antara masalah yang sudah terkenal di kalangan ulama syara'
ialah batrwa mengobati atau berobat dari penyakit tidak waiib hukum-
nya menurut jumhur fuqaha dan imam-imam mazhab. Bahkan me-
nurut mereka, mengobati atau berobat ini hanla berkisar pada hukum
mubah. Dalam hal ini hanya segolong;an kecil yang mewaiibkannya,
seperti yang dikatakan oleh sahabat-sahabat lmam Syaf i dan Imam
Ahmad sebagaimana dikemukakan oleh Syekhul Islam lbnu Tai-
miyah,a26 dan sebagian ulama lagi menganggapnya mustahab (sun-
nah).
Para ulama bahkan berbeda pendapat mengenai mana yang lebih
utama: berobat ataukah bersabar? Di antara mereka ada yang ber-
pendapat bahwa bersabar (tidak berobat) itu lebih utama, berdasar-
kan hadits Ibnu Abbas yang diriwayatkan dalam kitab sahih dari
seorang wanita yang ditimpa penyakit epilepsi. Wanita ihr meminta
kepada Nabi saw. agar mendoakannya, lalu beliau menjawab:
J6(4r+$1?j#ilgffi,y
4)( g.i?{;t5,ffi17L*; JF ",F
.&K*11t46i3,6Ki
"lika engl<au mau bamhr (maka-berabarlah), englrau alran
mendaptl<an surga; dan jika engku mau, akan ay,a doakn ke-
pda NIah agar Dia menyembuhl<anmu'Wanita itu menjawab,
al<u alan b$abar.'Sebenarnl,a sala tadi ingin dihilandan WWt
sa1a. Oleh karena itu doal<anlah kepada NIah agar fi)a tidak minta
dihilanglan pnyakit a1,a.' Ialu Nabi mendukn onng itu agar
tidat< meminta dihilngican peryakitnya. 427
426elrob.o ol-xrrbro. karya Ibnu Taimi),ah, juz 4, trlm. 2@, tqbitan Mathba'ah Kurdistan
al-Ilrniah, Kairo.
427yugu1* 'alaih. Diriwayatkan oleh Bukharl dalam 'Kitab al-Mardhaa' dan Muslim
dalam "Kitab al-Bin wash-Shllah', hadits nomor 2265.
752
Di samping itu, juga disebabkan banyak dari kalangan sahabat
dan tabi'in yang tidak berobat ketika mereka sakit, bahl€n diantara
mereka ada yang memilih sakit, seperti Ubai bin IQ'ab dan Abu Dzar
radhiyallahu'anhuma. Namun demikian, tidak ada yang mengingkari
mereka yang tidak mau berobat inr.428
Dalam kaitan ini, Imam Abu Hamid al-Ghazali telah menyusun
satu bab tersendiri dalam "Kitab at-Tawakkul" dari lhya'lJlumuddin,
untuk menyanggatr orang yang berpendapat bahwa tidak berobat itu
lebih utama dalam keadaan apa pun.a2e
Demikian pendapat para fuqaha mengenai masalah berobat atau
pengobatan bagi orang sakit. sebagian besar di antara mereka ber-
pendapat mubah, sebagian kecil menganggapnya mustahab (sunnah1,
dan sebagian kecil lagi --lebih sedikit dari golongan kedua-- berpen-
dapat wajib.
Dalam hal ini saya sependapat dengan golongan png mewajibkan-
nya apabila sakitnya parah, obatnya berpengaruh, dan ada harapan
untuk sembuh sesuai dengan sunnah Allah Ta'ala.
Inilah yang sesuai dengan petuniuk Nabi saw. yangbiasa berobat
dan menyuruh sahabat-sahabatnya berobat, sebagaimana yang di-
kemukakan oleh Imam Ibnul Qalyim di dalam kiabnya Taihrl-Ma'ailffi
Dan paling tidah penrnjuk Nabi saw. itu menuniukkan hukum sunnatt
atau mustahab.
oleh karena itu, pengobatan atau berobat hukumnya mustatnb
atau wajib apabila penderita dapat diharapkan kesembuhannya. Se-
dangkan jika sudah tidak ada harapan sembuh, sesuai dengan sun-
nah Allah dalam hukum sebab-akibat yang diketahui dan dimengerti
oleh para ahlinya --yaitu para dokter-- maka tidak ada seorang pun
yang mengatakan mustahab berobat, apalagr wajib.
Apabila penderita sakit diberi berbagai macam cara pengobatan --
dengan cara meminum obat, suntikan, diberi makan glukose dan
sebagainya, atau menggunakan alat pernapasan buatan dan lainnya
sesuai dengian penemuan ilmu kedokteran modem- dalam waktu
yang cukup lama, tetapi penyakitnya tetap saia tidak ada perubahan,
maka melanjutkan pengobatannya itu tidak wajib dan tidak musta-
hab, bahkan mungkin kebalikannya (yakni tidak mengobatinya) itu-
753
lah fang waiib aau mustatrab.
tfuaki me-mudahkan proses kematian (uisir al-maut) --kalau boleh
diistilahkan demikian- sernacam ini ddak seyogianya diembel-embeli
dengan isttlah qatl ar-rahmah (membunuh karena kasih sayang)'
karena dalam kasus ini tidak didapati tindakan aktif dari dokter.
Tetapi dotter hanya meninggalkan sesuanr png tidak waiib dan ddak
sunnatr, sehingp tidak dikenai sanksi.
ini adalatr Wdandibenarlon qara'
Jllra demiKan, tindakan pasif
--bila keluarga penderita mengizinkannya-- dan dolaer {tperboleh-
kan melakukannya untuk meringankan si sakit dan keluarganya'
insya Allah.
754
membutuhkannya dan masih dapat memperoleh manfaat dari alat
tersebut. Di sisi lain, penderita yang sudah tidak dapat merasakan
apa-apa itu hanya menjadikan sanak keluarganya selalu dalam ke-
adaan sedih dan menderita, yang mungkin sampai puluhan tahun
lamanya.
Saya telah mengemukakan pendapat seperti ini sejak beberapa
tahun lalu di hadapan sejumlah fuqaha dan dokter dalam suatu se-
minar berkal a yangdiselenggarakan cleh Yayasan Islam untuk Ilmu-
ilmu Kedokteran di Kuwait. Para peserta seminar dari kalangian ahli
fiqih dan dokter itu menerima pendapat tersebut.
Segala puji kepunyaan Allah yang telah memberi petunjuk kepada
kita ke jalan Islam ini, dan tidaklah kita akan mendapat petunjuk
kalau bukan Allah yang menunjukkan kita.
2
SEPUTAR MASALAH PENCANGKOKAN
ORGAN TUBUH
Pengantar:
Fatwa ini saya ulis sejak lama sebagai jawaban terhadap beberapa
pertanyaan seputar masalah pencangkokan organ nrbuh.
Masdah ini merupakan masalah- ijtihadiyah yang terbuka ke-
mungkinan untuk didiskusikan, seperti halnya semul hasil ijtihad
atau pemikiran manusia, khususnya menyangkut masalah-masalah
kontemporeryang belum pernah dibahas oleh para ulama terdahulu.
Dalam kaitan ini, tidak seorang pun ahli fiqih yang dapat meng-
klaim bahwa pendapatnyalah yang benar secara mutlak. Paling-paling
ia hanya boleh mengatakan sebagaimana yang dikatakan Imam
Syaf i, "Pendapatku benar tetapi ada kemungkinan salah, dan pen-
dapat orang lain salah tetapi ada kemungkinan benar."
Karena itu saya menganggap aneh terhadap kesalahpahaman
yang muncul akhir-akhir ini yang menentang seorang furu dakwah
yang agung, Syekh Muhammad Mutawalli asy-Sya'rawi, karena
beliau memfanuakan tidak bolehnya pencangkokan organ urbuh de-
ngan didasarkan atas pemikiran beliau.
-Sebenarnya Syelfi Syatawi --mudah-mudahan Allah melind-ungi
beliau-- tidak menulis fatr,va tersebut secara bebas dan deail. Beliau
hanya mengatakannya dalam suatu mata acara televisi, ketika men-
jawab penanyaan yang diaiukan. Dalam acara-acara seperti itu sering I
Pertanyaan:
Bolehkah seorang muslim mendonorkan sebagian organ tubuh-
nya sewaktu dia hidup untuk dicangkokkan pada tubuh orang lain?
Kalau boleh, apakah kebolehannya itu bersifat mutlak ataukah ter-
ikat dengan syarat-syarat tertentu? Dan apa syarat-syaratnya itu?
fika mendonorkan organ tubuh itu diperbolehkan, maka untuk
siapa saia donor itu? Apakah hanya untuk kerabat, atau hanya untuk
orang muslim, ataukah boleh untuk sembarang orangi?
Apabila mendermakan aau mendonorlan organ tubutr itu diper-
bolehkan, apakah boleh memperjualbelikannya?
Bolehkah mendonorlan organ tubuh setelah meninggal dunia?
Apakah hal ini tidak bertentangan dengan keharusan menjaga ke-
hormatan mayit?
Apakah mendonorkan itu merupakan hak orang bersangkutan
(yang punya tubuh itu) saia? Bolehkah keluarganya mendonorkan
organ tubuh si mati?
Solehkah negara mengambil sebagian organ nibuh orang yang
kecelakaan misalnya, untuk menolong orang lain?
Bolehkah mencangkokkan organ tubuh orang nonmuslim ke
tubuh orang muslim?
Bolehkah mencangkokkan organ tubuh binatang --termasuk
binatang itu najis, seperti babi misalnya-- ke tubuh seorang muslim?
Itulah sejumlah pertanyaan yang dihadapkan kepada fiqih Islam
756
dan tokoh+okohnya beserta lembaga{embaganya pada masa seka-
rang.
Semua itu memerlukan jawaban, apakah diperbolehkan secara
mutlak, apakah dilarang secara mutlak, ataukah dengan perincian?
Baiklah saya akan mencoba menjawabnya, mudah-mudahan Allah
memberi pertolongan dan taufi q-Nya.
Jautaban:
Bolehkah Orang Musllm Mendermakan Organ Tubuhnya Kedka
Dia Masih Hidup?
Ada yang mengatakan bahwa diperbolehkannya seseorang men-
dermakan atau mendonorkan sesuatu ialah apabila itu miliknya.
Maka, apakah seseorang itu memiliki tubuhnya sendiri sehingga ia
dapat mempergunakannya sekehendak hatinya, misalnya dengan
mendonorkannya atau lainnya? Atau, apakah tubuh itu merupakan
titipan dari Allah yang tidak boleh ia pergunakan kecuali dengan
izin-Nya? Sebagaimana ses€orang tidak boleh memperlakukan
tubuhnya dengan semau sendiri pada waktu dia hidup dengan me-
lenyapkannya dan membunuhnya (bunuh diri), maka dia juga tidak
boleh mempergunakan sebagian tubuhnya jika sekiranya menimbul-
kan mudarat buat dirinya.
Namun demikian, perlu diperhatikan di sini balma meskipun trrbuh
merupakan titipan dari Allah, tetapi manusia diberi wewenang unnrk
memanfaatkan dan mempergunakannya, sebagaimana harta. Harta
pada hakikatnya milik Allah sebagaimana diisyaratkan oleh Al-
Qur'an, misalnya dalam firman Allah:
sftreiiir;Wrt3r;
"... dan furikanlah kepada merel<a sebagian dari hafta Nlah Wng
dikaruniakan-Ny kepdamu .... " (an-Nur: 55)
757
mendermalen atau membelaniakan seluruh hartanya, teapi dia tidak
boleh mendermakan seluruh anggota badannya. Bahkan ia tidak
boleh mendermakan dirinya (mengorbankan dirinya) untuk menye-
lamatkan orang sakit dari kematian, dari penderitaan )xang sangat,
atau dari kehidupan yang sengsara.
Apabila seorang muslim dibenarkan menceburkan dirinya ke laut
untuk menyelamatkan orang yang tenggelam, atau masuk ke tengah-
tengah jilatan api unnrk memadamkan kebakaran, maka mengapakah
tidak diperbolehkan seorang muslim mempertaruhkan sebagian wujud
materiilnya (organ tubuhnya) untuk kemaslahaan orang lain yang
membutuhkannya?
Padazannan sekarang kita melihat adanya donor darah, yang me-
rupakan bagian dari tubuh manusia, telah merata di negara-negara
kaum muslim tanpa ada seorang ulama pun yang mengingkarinya,
bahkan mereka menganjurkannya atau ikut serta meniadi donor.
lfiak'aiima' sukuri (kesepakatan ulama secara diam-diam) ini --menurut
sebagian fanrra yang muncul mengenai masalah ini-- menunjukkan
bahwa donor darah dapat diterima syara'.
Di dalam kaidah syar'iyah ditetapkan bahwa mudarat itu harus
dihilangkan sedapat mungkin. I(arena itulah kita disyariatkan untuk
menolong orang yang dalam keadaan tertekan/t€rpaksa, menolong
orang yang terluka, memberi makan orang yang kelaparan, melepas-
kan tawanan, mengobati orang yang sakit, dan menyelamatkan
orang yang menghadapi bahaya, baik mengenai iiwanya maupun
lainnya.
Maka tidak diperkenankan seorang muslim yang melihat suatu
dharar (bencana, bahaya) yang menimpa seseorang atau sekelompok
orang, tetapi dia tidak berusaha menghilangkan bahaya itu padahal
dia mampu menghilangkannya, atau tidak berusaha menghilang-
kannya menurut kemampuannya.
Ihrena itu saya katakan bahwa berusaha menghilanglen pende-
ritaan seorang muslim yang menderita gagal gnial misalnya, dengan
mendonorkan salah satu gtnjalnyayang sehat, maka tindakan demi-
kian diperkenankan syara', bahkan terpuji dan berpahala bagi orang
yang melakukannya. Karena dengan demikian berarti dia menyaya-
ngi orang yang di bumi, sehingga dia berhak mendapatkan kasih
sayang dari yang di langit.
Islam tidak membatasi sedekah pada harta semata-mata, bahkan
Islam mengianggap semua kebaikan (ol-ma'ruf) sebagai sedekah.
Maka mendermakan sebagian organ tubuh termasuk kebaikan (se-
758
dekah). Bahkan tidak diragukan lagi, hal ini termasukfenis sedekah
yang paling tinggi dan pding utama, karena tubuh (anggota tubuh)
itu lebih utama daripada harta, sedangkan seseorang mungkin saja
menggunakan seluruh harta kekayaannya untuk menyelamatkan
(mengobati) sebagian anggota tubuhnya. IQrena inr, mendermakan
sebagian organ tubuh karena Allah Ta'ala merupakan qurbah (pende-
katan diri kepada Allah) yang paling utama dan sedekah yang paling
mulia.
ttalau kita katakan orang hidup boleh mendonorkan sebagian
organ tubuhnya, maka apakah kebolehan itu bersifat mutlak atau
ada persyaratan terrcntu?
fawabannya, bahwa kebolehannya itu bersifat muqayyad (bersya-
rat). Maka seseorang tidak boleh mendonorkan sebagian organ
tubuhnya yang justru akan menimbullqn dharar, kemelaratan, dan
kesengsaraan bagi dirinya atau bagi seseorangyang punya hak tetap
atas dirinya.
Oleh sebab itu, tidak diperkenankan sesgorang mendonorkan organ
tubuh yang cuma satu-satunya dalam tubuhnya, misalnya hati atau
jantung, karena dia tidak mungkin dapat hidup tanpa adanya organ
tersebut; dan tidak diperkenankan menghilangkan ilharar dari orang
lain dengan menimbulkan dharar pada dirinla. Maka kaidah s5ar'iph
yang berbunyi, l$-fiAf 'Dharar (bahaya, kemelaratan, kesengsa-
raan, nestapa) itu harus dihilangkan", dibatasi oleh kaidah lain yang
berbunyi: IAyJGY;a( "Dhora, ift tidak boleh dihilangkan
dengan menimbulkan dharar pula."
Para ulama ushul menafsirkan kaidah tersebut dengan pengertian:
tidak boleh menghilangkan dharar dengan menimbulkan dhararyang
sama atau yang lebih besar daripadanya.
Karena itu tidak boleh mendermakan organ tubuh bagian luar,
seperti mata, tangan, dan kaki. IQrena yang demikian itu adalah
menghilangkan dharar orang lain dengan menimbulkan ilharar pada
diri sendiri yang lebih besar, sebab dengan begitu dia mengabaikan
kegunaan organ itu bagi dirinya dan menjadikan buruk rupanya.
B%itu pula halnya organ tubuh bagian dalam yang berpasatgan
tetapi salah satu dari pasangan itu tidak berfungsi atau sakit, maka
organ ini dianggap seperti satu organ.
Hal itu merupakan contoh ba$ yang dlwrar-t\? menimpa salah
seorang yang mempunyai hak tetap terhadap penderma (donor),
seperti hak istri, anak, suami, atau orang yang berpiutang (meng-
utangkan sesuatu kepadanya).
Pada suatu hari pernah ada seorangwanita bertanya kepada saya
bahwa dia ingin mendonorkan salah satu grnjalnya kepada saudara
perempuannya, tetapi suamlnya tidak memperbolehkannya, apakah
menrang ini termasuk hak suaminya?
Saya jawab bahwa suami punya hak atas istrinya. Apabila ia (si
isri) mendennakan salah sau gnialnya, zudah barang tenil ia harus
dioperasi dan masuk rumah sakit, serta memerlukan perawatan khu-
sus. Semua itu dapat menghalangi sebagian hak suami terhadap istri,
belum lagi ditambah dengan beban-beban lainnya. Oleh karena itu,
seharusnya hal itu dilakukan dengan izin dan kerelaan suami.
Di samping itu, mendonorkan organ tubuh hanya boleh dilakukan
oleh orang dewasa dan berakal sehat. Dengan demikian, tidak diper-
bolehkan anak kecil mendonorkan organ tubuhnya, sebab ia tidak
tahu persis kepentingan dirinya, demikian pula halnya orang gila.
Bqgtu juga seorang wali, ia tidak boleh mendonorkan organ oDuh
anak kecil dan orang gila yang di bawah perwaliannya, disebabkan
keduanya tidak mengerti. Terhadap harta mereka safa wali tidak
boleh mendermakannya, lebih-lebih jika ia mendermakan sesuatu
yang lebih tinggi dan lebih mulia daripada harta, semisal organ
turbuh.
760
"Dan orang-orang yang beiman, Ielaki dan prcmpum, *fugian
mereka (adalah) menjadi pnolong fugl xfugian yng lain ...." (a;t'
Taubah:7I)
761
kaya-- yang tidak lepas dari campur Angirn "mafia baru, yang ber-
saing dengan mafia dalam masalah minum-minuman kerhs, ganla,
morfin, dan sebagainya.
Tetapi, apabila orang yang memanfaatkan organ itu memberi
sejumlah uang kepada donor --anpa persyaratan dan tidak ditentu-
kan sebelumnya, semata-mata hibah, hadiah, dan pertolongan-- maka
yang demikian itu hukumnya jaiz (boleh), bahkan terpuji dan renna-
suk akhlak yang mulia. Hal ini sama deng:rn pemberian orang yang
berutang ketika mengembalikan pinjaman dengan memberikan tam-
bahan yang tidak dipersyaratkan sebelumnya. Hal ini diperkenankan
syara' dan terpuji, bahkan Rasulullah saw. pernah melakukannya
ketika beliau mengembalikan pinjaman (utang) dengan sesuatu
yang lebih baik daripada yang dipinjamnya seraya bersabda:
762
satu pun dalil ryara'yang mengharamkannya, sedangkan hukum asal
segala sesuatu adalah mubah, kecuali jika ada dalil yang sahih dan
sharih (jelas) yang melarangnya. Dalam kasus ini dalil tersebut tidak
dijumpai.
Umar r.a. pernah berkata kepada sebagian sahabat mengenai
beberapa masalah, "ltu adalah sesuatu yang bermanfaat bagi sauda-
ramu dan tidak memberilqn mudarat kepada dirimu, mengapa engkau
hendak melarangnya?" Demikianlah kiranya yang dapat dikatakan
kepada orangyang melarang masalah mewasiatkan orgian tubuh ini.
Ada yang mengatakan bahwa hal ini menghilangkan lehormatan
mayit yang sangat dipelihara oleh syariat Islam, yang Rasulullah
saw. sendiri pernah bersabda:
43lgi 61rn 6, Abu Daud, dan lbnu Marah dari AisJ,ah sebagaimana disebutkan dalam
al-lani' ash-Shaghi/. Dan Ibnu Majah meriwayattan dari Ummu Sahmah deirgan lafa[ "Seperti
memecahkan tulang orang yang hidup tentang dosanya."
763
salaf tidak pemah melakukannya, sedangkan kebaikan itu ialah de-
ngan mengikuti jejak langkah mereka. Memang benar, andaikata
mereka memerlukan hal itu dan mampu melakukannya,lantas mereka
tidak mau melakukannya. Tetapi banyak sekali perkara yang kita
lakukan sekarangternyaa belum pemah dilakukan oleh ulama salaf,
karena memang belum ada pada zaman mereka. Sedangl@n fatwa itu
sendiri dapat berubah sesuai dengan perubahan zatnan, tempat, tra-
disi, dan kondisi, sebagaimana diteapkarr oleh para muhaqqiq. Mes-
kipun demikian, dalam hal ini terdapat ketenuran yang harus dipenuhi,
yairu tidak boleh mendermakan atau mendonorkan seluruh tubuh,
atau sebagian banyak anggota tubuh, sehingga meniadakan hukum-
hukum mayit bagl yang bersangkutan, seperti tentang kewajiban
memandikannya, mengafaninya, menshalatinya, menguburnya di
pekuburan kaum muslim, dan sebagainya.
Mendonorkan sebagian organ tubuh sama sekali tidak menghi-
langkan semua itu secara meyakinkan.
764
Iah ahli waris ittt melampui futas dahm membunuh Sannguh-
nya ia adahh onng yang mendapt pertolongan.'(al-Isra': 55)
766
nya, sebagaimana yang diperintahkan Allah Ta'ala. Hal ini sama de-
ngan orang muslim yang mengambil senfata orang kafir dan mem-
pergunakannya untuk berperang fi sabilillah.
Bahkan kami katakan bahwa organ-organ di dalam tubuh orang
kafir itu adalah muslim (tunduk dan menyerah kepada Allah), selalu
bertasbih dan bersujud kepada Allah SWT, sesuai dengan pema-
haman yang ditangkap dari Al-Qur'an bahwa segala sesuatu yang
ada di langit dan di bumi itu bersujud menyucikan Allah Ta'ala,
hanya saia kita tidak mengerti cara mereka bertasbih.
Kalau begitu, maka yang benar adalah bahwa kekafiran atau ke-
islaman seseorang tidak berpengaruh terhadap organ tubuhnya ter-
masuk terhadap hatinya (organnya) sendiri, yangoleh Al-Qur'an ada
yang diklasifikasikan sehat dan sakit, iman dan ragu, mati dan hidup.
Padahal yang dimaksud di sini bukanlah organ yang dapat diraba
(ditangkap dengan indra) yang termasuk bidang garap dokter spe-
sialis dan ahli anatomi, sebab yang demikian itu tidak berbeda antara
yang beriman dan yang kafir, serta antara yang taat dan yang ber-
maksiat. Tetapi yang dimaksud dengannya adalah makna ruhiyah-
nya yang dengannyalah manusia merasa, berpikir, dan memahami
sesuatu, sebagaimana flrman Allah:
"... lalu merel<a mempuryai hati yang dengin itu mercl<a dapt me-
malnmi...." (al-Haff : 46)
"... merelca mempunyai hati, tetryi tidal< diperyanalrannln untuk
memahami (ayat-ayat Nlah) .... " (al-A'mf : I 79)
767
ngan harus mematuhi kaidah bahwa "segala sesuatu yang diperbo-
lehkan karena darurat itu harus diukur menurut kadar kedaruratan-
nya", dan pemanfaatannya harus melalui ketetapan dokter-dokter
muslim yang t€percaya.
Mungkin juga ada yang mengatakan di sini bahwa yang diharam-
kan dari babi hanyalah memakan dagingnya, sebagaimana disebut-
kan Al{ur'an dalam empat ayat, sedangkan mencangkol*an seba-
gian org;anqla ke dalam tubuh manusia bukan berarti memakannya,
melainkan hanya memanfaatkannya. Selain inr, Nabi saw. memper-
bolehkan memanfaatltan sebagian bangkai -yaitu kulitnya- pada-
hal bangkai itu diharamkan bersama-sama dengan pengharaman
dagng babi dalam Al-Qur'an. Maka apabila syara' memperkenankan
memanfaatkan bangkai asal tidak dimakan, maka arah pembicaraan
ini ialah diperbolehkannya memanfaatkan babi asallqn tidakdimakan.
Diriwayatkan dalam kitab sahih bahwa Rasulullah saw. pernah
melewati bangkai seekor kambing, lalu para sahabat berkata, "Se-
sungguhnya itu bangkai kambing milik bekas budak Maimunah."
Ialu beliau bersabda:
WGIH$W6t#U;,^
(giyc; l6,Wd+,66t*
(4t-u;r;'1
"Mengapa tidak lcamu ambil tl.ilifrly.a lalu l<anu wnah lantas kamu
mantatkan?" Mercka menjawab, "liesunggufutya itu adalah fung-
kai." kliau bemMa "Sesunguhrynpng dihanmkan itu hanya-
lah memakannya.as2
768
benda naiis, seperti darah, kencing, tinja, dan semua kotoran; dan
manusia tetap melakukan shalat, membaca Al-Qur'an, thawaf di Bai-
tul Haram, meskipun benda-benda nafis itu ada di dalam perutnya
dan tidak membatalkannya sedikit pun, sebab tidak ada hubungan
antara hukum najis dengan apa yang ada di dalam tubuh.
769
3
PENGGUGURAN K^A.NDUNGAN
YANG DIDASARKAN PADA DIAGNOSIS
PENYAKIT JANIN433
770
Seperti kita lihat juga bahwa syara' mewaiibkan membayar diat
(denda) secara sempurna kepada seseorang yang memukul perut
wanita yang hamil, lalu dia melahirkan anaknya dalam keadaan
hidup, namun akhirnya mati karena akibat pukulan tadi. Ibnul Mun-
dzir mengutip kesepakatan ahli ilmu mengenai masalah ini.434
Sedangkan jika bayi itu lahir dalam keadaan mati, maka dia tetap
dikenakan denda karena kelengahannla (ghinah), sebesar seperdua
puluh diar
- Kita juga melihat bahwa syara' mewajibkan si pemukul memba5rar
kafarat --di samping diat dan ghirrah-- yaitu memerdekakan seorang
budak yang beriman, jika tidak dapat maka ia harus berpuasa dua
bulan berturut-nrruL Bahkan hal itu diwaiibkan atasnya, baik ianin
itu hidup atau mati.
Ibnu Qudamah berkata, "Inilah pendapat kebanyakan ahli ilmu,
dan pendapat ini iuga diriwayatkan dari Umar r.a.. Mereka berdalil
dengan firman Allah:
"... dan funngsiap membunuh wnng mulain hrcna temlah
(tiek *ngafu) henhklah ia manad&lan wrug Inmb eW
yang beriman *rta memhlnr diat yng di*nhkn kep& keluat'
ganya (si terbunuh itu) kecaali iilra mereka (keluarya tetbunuh)
berdekah. Jil<a ia (si terbunuh) dad lcaum lnng memuanhimu,
padahal ia mulmtin, mal<a (heln&klah si pmbnuh) memerd&-
kan hamba salnta yang muknin. Dn iil<a ia (si terbunufl ed
l<awn (lafir) yang a& peianiian (enai) arn,tan merda &ngwt
Iramu, maka @enhlclah si penbunuh) menbyar diatWgdi*'
nhkan kepda keluarganya (si teftunul) *fta memerdekakan
hamfu alrya yang muknin. furWsiap WA tidal< memprcIeh'
rya, maka hendaldah ia (si pembunuh) bryuaa dua bubn bertu-
rut-turut xfugai an
tofut kepfu Nlah; dan a&lah Nlal, MaIM
Mengetalrui lagi Maha Biiakana.lan-Nlsa': 92)
771
lltiwaqs-si-janin. Semua sanksi itu dikenakan padanya karena ia
telah melakukan-perblatan iahat yaitu pirin. SeOang-
kan memerdekakan budak merubatan karEat-uagi tindak keiatrat-
Pemikian pda iry yang menggugurkan janin inr ayahnya,
annya.
ryaka ayah harus membayar denda, tldik boleh mewarisi-sesuaru
si
daripadanya, dan harus memerdekakan budak.,43s
.kanlika ${ak me$apatkan budak (atau tidak mampu memerdeka_
budak), maka ia harus berpuasa selama dua buhn bernrrut-
turut, sebagai cara tobat kepada futatr SWf.
Lebih dari itu adalah perkataan Ibnu Hazm dalam al-Muhailame-
lgeryi pembunuhan janin sgtelah ditiupkannya ruh, yakni setelah
taFduqgal berusia se-rarus dua puruh hari, sebagaimiria disebutkan
dalam hadits sahih. Ibnu Hazm menganggap tinaaun ini sebigai
tindak kejahatan pembunuhan dengin *-r€"i" yang mewajbkLn
perakunya menanggung segala risilio, sepeii truicuri'qistrastr dan
lain-lainnya. Beliau berkatai
"lika ada orang bertanya, ,Bagaimana pendapat Anda mengenai
s€orang perempuan yang sengaja membunuh janinnya setelah kan-
dung-annya berusia seratus dlla- puluh hari, atau orang lain yang
membunuhnya dengan memukul latau tindakan apa puil t"*ia"i
perut si perempuan itu untuk membunuh si ianinZ; Ximi iawab
Puly, *!"g", hukumannya wajib dikenakan hirkum qishash, tidak
boleh tidak, dan ia tidak berkewaiiban membayar dendi. Kecuali jika
dimaafkan, maka dia waiib memliayar ghinahitau denda saia karena
itu merupakan diat, tetapi tidak wafib membayar kafarat kirena hal
itumenrpalen pembunuhan dengan sengaJa. pia aircnaun hukuman
_qishash karena telah membunuh suatu f-iwa (manusia) yang beriman
.d.nqan sengaja, maka menghilangkan (membunuhl yiwa hirus diba-
las dengan dibunuh pu!. Meski deniikian, kehifga si terbunuh
mempuny-ai dua alternatif, menuntut hukum qishashltau diat, seba-
gaimana hukum yang ditetlpkan Ragulullah saw. terhadap orang
yang membunuh orang mukmin. Wa billahit taufiq."
Mengenai-wanita yang meminum obat untuk mehggugurkan kan_
.
dungannya, Ibnu Hazm berkata:
_ "lika anak itu belum ditiupkan ruh padanya, maka dia (ibu terse-
but) harus membayar s.r!ryai. Tetapi jika sudah ditiupkanhrtr paaa-
nya -bila wanita itu tidak sengaji membunuhnya-- maka dii ter-
772
kena ghinah dan kafarat. Sedangkan jika dia sengaja membunuhnya,
maka dia dijatuhi hukum qishash atau membayar t€busan dengan
hartanya sendiri.'436
Janin yang telah ditiupkan ruh padanya, oleh lbnu Ylazrn dianggap
sebagai sosok manusia, sehingga beliau mewaiibkan mengeluarkan
zakat fitrah untuknya. Sedangkan golongan Hanabilah hanya me-
mandangnya mustahab, bukan wajib.
Semua itu menunjukkan kepada kita betapa perhatian syariat ter-
hadap janin, dan betapa ia menekankan penghonnatan kepadanya,
khususnya set€lah sampai pada tahap yang oleh hadits disebut se-
bagai tahapdn an-naJhhu fir-ruh (peniupan ruh). Dan ini merupakan
perkara gaib fng harus kita terima begitu safa, asalkan riwayatnya
sah, dan tidak usah kita memperpanjang pembicaraan tentang haki-
katnya, Allah berfirman:
b. + ..aia.1.i. il
-)r:Dty.*re5DJp,
"Kemudian Dia merytempumakan dan meniuplran ke dalam (tu-
buh|ryn ruh (ciptaanlNW .... " (as-Safdalr: 9)
436t1-urhauo,
1uz ll.
773
Imam Muslim meriwayatkan dalam shdhih-nya dari hadits Hud-
zaifah bin usaid, ia berkata: "Aku mendengar tiasulullah saw. ber-
sabda:
:{;)WC#j'seqvLytVy,lt
5t&'d$t-{i-;r,E j;q/,ii
,&6'p,\6$rtig2t^a4tilr6rt,
6o(s,#t&\fi%:r,#U
r-#Ju t rJJ.arf\3 (
9J,i\:I
.lifii &5,'o66 64; LHt f i4
'!l*5,'o666-(i;AHrI"i\J
r/4;:*SSq)&i g,g,vJJ\ii*
$ta'z;;|'{st;,5, ):?.)Y 'cl3,4'1*'
)l
J)Ai9k iii,'ti - !1, litsiZ'K5|,6u
, liti rt-,l.l},_gi
4K;,.,t'h eU!
e;ur(9L
6e4aL$ 6,be'tt)\b,),2j7;
i1;49;3.r6,yr4,i564724tu
L):.r-vrg t)-aq.-.j)v
-Y- - €.-t ,
(Pob'l
"Arybila nuffah telah bntsia empat puluh dua malaJn, makaNlah
mengatus malaikat, lalu dibuatlran bentulaya, diciptal<an pende_
ngafiannta, pnglihatannya, kuli@a dagfngnya, dan tutangnya.
Kemudian malail<at beftanya, Ya Rabbi, laki-taki ataul<ah
Wrem-
puan?' I-alu Pabb-mu menentul<an *suai dengan kehendak-Nya,
dan malailrat menulisnya, kemudian dia (malail<at) bertany, ya
Rabbi, fugaimana ajalnSa?'Iah Rabb-mu menetapkan *suai de-
ngan tang dikehendaki-Ny, dan malaikat menulisnln. Kemudian
ia bertanl,a, Ya Rabbi, bagaimana rezekinlm?, I-aIu Rabb-mu me-
nentul<an *suai dengan lnng dikehendaki-Nya, dan malailat
menulisnya. Kemudian malail<at itu keluar dengan memfuwa lem-
774
bann eatatamryt4 maka ia tidal< menantDnl, hn tidal< mengurangi
apa fing diperintahl<an ifir.437
775
menetapkan kehidupan janin pada tahap pertama: sebelum berusia
42 hari dan sebelum 120 hari. Perbedaan di antara mereka ini juga
memperkokoh perbedaan pendapat para fuqaha mengenai janin se-
belum berusia 40 hari dan sebelum 120 hari.
Barangkali ini merupakan rahmat Allah kepada manusia agar
udzur dan daruru itu mempunyai tempat.
Maka tidak apalah apabila saya sebutlen sebagian dari perkataan
fuqaha mengenai persoalan ini:
Syekhul Islam al-Hafizh Ibnu Hajar di dalam Fathul-Baimenyrng-
gung mengenai pengguguran kandungan --setelah membicarakan
secara panjang lebar mengenai masalah 'czl (mencabut zakar untuk
menumpahkan sperma di luar vagina pada waktu ejakulasi) serta
perbedaan pendapat ulama tentang boleh dan tidaknya melakukan
hal itu, yang pada.akhirnya beliau cenderung memperbolehkannya
karena tidak kuatnya dalil pihak yang melarangnya. Beliau berkata:
"Dan terlepas dari hukum 'azlialah hukum wanita menggunakan
obat untuk menggugurkan (merusak) nutfah (embrio) sebelum di-
tiupkannya ruh. Barangslapa yang mengatakan hal ini terlarang,
maka itulah yang lebih layak; dan orang yang memperbolehkannya,
maka hal itu dapat disamakan dengan 'azl. Tetapi kedua kasus ini
dapat juga dibedakan, bahwa tindakan perusakan nutfah itu lebih
berat, karena '4zl itu dilakukan sebelum teriadinya sebab (kehidup-
an), sedangkan perusakan nutfah itu dilakukan setelah terjadinya
sebab kehiduPan (anak)."441
Sementara itu, di antara fuqaha ada yang membedakan antara
kehamilan yang berusia kurang dari empat puluh hari dan yang ber-
usia lebih dari empat puluh hari. Lalu mereka memperbolehkan
menggugurkannya bila belum berusia empat puluh hari, dan mela-
rangnya bila usianya telah lebih dari empat puluh hari. Barangkali
yang menjadi pangkal perbedaan pendapat mereka adalah hadits
Muslim yang saya sebutkan di atas. Di dalam kitab wihayah al-Muhtaj,
yang termasuk kitab mazhab Syafi'i, disebutkan dua macam penda-
pat para ahli ilmu mengenai nutfah sebelum genap empat puluh hari:
"Adayang mengatakan bahwa hal itu tidak dapat dihukumi seba-
gai pengguguran dan pembunuhan. Ada pula yang mengatakan
bahwa nutfah harus dihormati, tidak boleh dirusak, dan tidak boleh
441 F
athul-Bari, juz 1 1, hlm. 222, tcrbitanal-Halabi.
776
melakukan upaya untuk mengeluarkannya setelah ia menetap di
dalam rahim (uterus)."44
Di antara fuqaha ada pula yang membedakan antara tahap sebe-
lum penciptaan janin dan tahap sesudah penciptaan (pembentukan).
Lalu mereka memperbolehkan aborsi (pengguguran) sebelum pem-
bentukan dan melarangnya setelah pembentukan.
Di dalam ar.Nawadir, dari kitab mazhab Hanafi, disebutkan, "Se-
orang wanita yang menelan obat untuk menggugurkan kandungan-
nya, tidaklah berdosa asalkan belum jelas bentuknya.'ffs
Di dalam kitab-kitab mereka juga mereka ajukan pertan/aan:
bolehkah menggugurkan kandungan setelah terjadinya kehamilan?
Mereka menjawab: Boleh, asalkan belum berbentuk.
Kemudian di tempat lain mereka berkata, "TidakJah teriadi pem-
bentukan (pencipaan) melainkan set€lah kandungan itu berusia
seratus dua puluh hari."
Muhaqqiq (ulama ahli menetapkan hukum) mazhab Hanafi, al-
Kamal bin al-Hammam, berkata, "Ini berarti bahwa yang mereka
maksud dengan penciptaan atau pembentukan itu ialah ditiupkannya
ruh, sebab iika tidak demikian berarti keliru, karena pembennrkan
itu telah dapat disaksikan sebelum waktu itlu."44
Perkataan al-Allamah (al-l(amal) ini adalah benar, diakui oleh
ilmu pengetahuan sekarang.
Sedangkan pemyataan mereka yang muflak itu memberi penger-
tian bahwa kebolehan menggugurkan kandungan iff tidak bergian-
nrng pada izin suami. Hal ini dinyatakan di dalam kitab ad-awrut
Muhhur: "Mereka berkata,'Diperbolehkan menggugurkan kan-
dungan sebelum berusia empat bulan, meskipun tanpa izin suami.'"
Namun demikian, di antara ulama Hanafiyah adayang menolak
hukum yang memperbolehkan pengguguran secara mutlak itu, mereka
berkata, "Saya tidak mengatakan halal, karena orang yang sedang
ihram saja apabila memecahkan telur buruan itu harus mengganti-
nya, karena itulah hukum asal mengenai pembunuhan. Kalau orang
yang melakukan ihram saja dikenakan hukuman pemhalasan, maka
tidak kurang dosanya bagi orang yang menggugurkan kandungan
tanpa udzur."
777
Di antara mereka ada pula yang mengatakan makruh, karena air
(sperma) setelah masuk ke rahim belumlah hidup tapi mempunyai
hukum sebagai manusia hidup, seperti halnya telur binatang buruan
pada waktu ihram. I(arena itu ahli tahqiq mereka berkata, "Maka
kebolehan menggugurkan kandungan itu harus diartikan karena
dalam keadaan udzur, atau dengan pengertian bahwa ia tidak ber-
dosa seperti dosanya msrnfogngh."44s
Akan tetapi, ke0anyakan ulama menentang pendapat ini dan tidak
memperbolehkan pengguguran; meskipun sebelum ditiupkannp ruh.
Hal ini disebabkan adanya segolongan ulama yang melarang'azl
dan mereka anggap hal ini sebagai "pembunuhan terselubung" seba-
gaimana disebutkan dalam beberapa hadits. Mereka beralasan
bahwa 'azl berarti menghalangi sebab-sebab kehidupan untuk
menuju realitas atau penvujudannya. Karena itu mereka melarang
menggugurkan kandungan dan mengharamkannya dengan jalan
qiyas uulawi (maksudnya, kalau azl saja terlarang, maka pengguguran
lebih terlarang lagi), karena sebab-sebab kehidupan di sini klah ter-
jadi dengan bertemunya sperma laki-laki dengan sel telur perempuan
dan terjadinya pembuahan yang menimbulkan wujud makhluk baru
yang membawa sifat-sifat keturunan yang hanya Allah yang menge-
tahuinya.
Tetapi ada juga ulama-ulama yang memperbolehkan ozl karena
alasan-alasan yang berhubungan dengan ibu atau anaknya (yang
baru dilahirkan), atau bisa juga karena pertimbangan keluarga untuk
kebaikan pendidikan anak-anak, atau lainnya. Namun demikian,
mereka tidak memperbolehkan aborsi (pengguguran) dan menyama-
kannya dengan pembunuhan terselubung, meskipun tingkat keja-
haannya berbeda.
Di antara yang berpendapat begitu ialah Imam al-Ghazali. Saya
lihat beliau --meskipun beliau memperbolehkan azl dengan alasan-
alasan yang akurat menurut beliau-- membedakan dengan jelas antara
menghalangi kehamilan dengan 'azl dan menggugurkan kandungan
setelah tenvujud, dengan mengatakan:
"Hal ini --mencegah kehamilan dengan 'azl-- tidak sama dengan
pengguguran dan pembunuhan terselubung; sebab yang demikian
(pengguguran dan pembunuhan terselubung) merupakan tindak ke-
jahatan terhadap suatu wujud yang telah ada, dan wujud itu mempu-
445ed-Or l-uuhhtar wa Hasyiyah lbnu Abiilin'Alaih, juz2, hlm. 380, terbitan Bulaq.
778
nyai beberapa tingkatan. Tingkatan yang pertama ialah mazuknya
nutfah (sperma) ke dalam rahim, dan bercampur dengan air (mani)
perempuan (ovum), serta siap untuk menerima kehidupan. Merusak
keadaan ini merupakan suatu tindak kejahatan. Jika t€lah meniadi
segumpal darah atau dagng, maka keiahatan terhadapnya lebih
buruk lagi t'rngkaannya. Jika t€lah dltiupkan ruh padanya dan telah
sempurna kejadiannya, maka tingkat kejahatannya bertambah tinggi
pula. Dan sebagai puncak kefahatan terhadapnya ialah membunuh-
nya set€lah ia lahir dalam keadaan hidup.'ffi
Perlu diperhatikan, bahwa Imam al-Ghazali rahimahullah meng-
anggap pengguguran sebagai tindak kejahatan rcrhadap wujud ma-
nusia yang telah ada, tetapi beliau juga menganggap pert€mum
sperma dengan ovum sebagai "siap menerima kehidupan'.
Nah, bagaimanakah persepsi beliau seandainya beliau tahu apa
yang kita ketahui sekarang bahwa lcehidupan rclah rcriadi semeniak
bertemunla sel sperma laki-laki dengan sel telur wanita?
I(arena itu saya katakan, "Pada dasarnya hukum aborsi adalah
haram, meskipun keharamannya bertingkat-dngkat sesuai dengan
perlcmbangan kehidupan janin.'
Pada usia empat puluh hari pertama tingkat keharamannya paling
ringan, bahkan kadang-kadang boleh digugurkan karena udzur png
muktabar (akurat); dan setelah kandungian berusia dt atas empat
puluh hari maka leharaman menggugurkannla semakin kuat, karena
itu tidak boleh digugurkan kecudi karena udzuryanglebih kuatlagi
menurut ukuran yang ditetapkan ahli fiqih. freharaman itu bertam-
bah lttrat dan berlipat ganda setelah kehamilan berusia seratus dua
puluh hari, yang oleh hadits diistilahkan telah memasuki tahap "pe-
niupan ruh".
Ddam hal ini tidak diperbolehkan menggugurkannya kecuali dalam
keadaan benar-benar sangat danrrat, dengan sJarat kedaruraan yang
pasti, bukan sekadar persangkaan. Maka jika sudah pasti, sesuanr
yang diperbolehkan karena darurat inr harus diukur dengan kadar
kedaruratannya.
Menurut pendapat saya, kedaruratan di sini hanya tampak dalam
satu bentuk saia, yaitu keberadaan janin apabila dibiarkan akan
mengancam kehidupan si ibu, karena ibu merupakan pangleyasal
kehidupan janin, sedangtan ianin sebagai fara' (cabang). Maka ddak
779
boleh mengorbankan yang asal (pokok) demi kepentingan cabang.
I4gil€ ini di samping sesuai dengan sSara' juga cocot aengan akhh[.,
etika kedokteran, dan undang-undang.
_ Tetapi
ada juga di antara fuqaha yang menolak pendapat itu dan
tidak memperbolehkan tindak kejahatan ipengguguranj terhadap
janin yang hifup dengan dasan apa pun. Di dalam kiab-kitab maztnb
Hanafi disebutkan:
'Bqgr wanita hamil yang posisi anak di dalam perutnya melintang
dan tidak mungkin dikeluarkan kecuali dengan memotong-motong-
nya,yangapabila tidak dilakukan tindakan seperti ini dikhawatirkan
akan menyebabkan kematian si ibu ... mereka berpendapat, 'lika
anak itu sudah dalam keadaan meninggal, maka tidak terlarang me-
motongnla; tetapi jika masih hidup maka tidak boleh memotongnya,
karena menghidupkan suatu jiwa dengan membunuh jiwa lain tidak
ada keterangannya dalam Wara','"447
Meskipun demikian, dalam hal ini sebenarnya terdapat peraturan
syara', yaitu memberlakukan mana yang lebih ringan mudaratnya
dan lebih kecil mafsadatnya.
Sementara itu, sebagian ulama masa kini membuat girmbaran lain
dari kasus di atas, yaitu:
"Adanya ketetapan secara ilmiah yang menegaskan bahwa janin
dengim sunnah Allah Ta'ala-- akdn menghadapi kondisiyang
---sesuai
Pyryt dan mgmbahayakan, yang akan menjadikan tersiksanyi te-
hidupannya dan keluarganya, sesuai dengan klaidah:
,o(rlLl'{.\!1i$)(
"Bahaya itu ditolak sedapat mungkin."
7N
bertahan hidup setelah dilahirkan, sebagaimana sering kita saksi-
kan, dan sebagaimana dinyatakan oleh para spesialisnya sendiri.
Hanya saja para dokter sering tidak tepat dalam menentukannya.
Saya kemukakan di sini suatu peristiwa yang saya terlibat di dalam-
nya, yang te4adi beberapa tahun silam. Yaitu ada seorang teman
yang berdomisili di salah satu negara Barat meminta fatwa kepada
saya sehubungan para dokter telah menetapkan bahwa ianin yang
dikandung istrinya --yang berusia lima bulan-- akan lahir dalam
kondisi yang amat buruk. Ia menjelaskan bahwa pendapat dokter-
dokter itu hanya melalui dugaan yang kuat, tidak ditetapkan secara
meyakinkan. Maka jawaban saya kepadanya, hendaklah ia bertawa-
kal kepada Allah dan menyerahkan ketenfuan urusan itu kepada-
Nya, barangkali dugaan dokter itu tidak tepat. Tidak terasa beberapa
bulan berikutnya saya menerima sehelai karnr dari Eropa yang berisi
foto seorang anak yang molek yang disertai komentar oleh ayahnya
yang berbunyi demikian:
'Pamanda yang terhormat,
Saya berterima kasih kepadamu sesudah bersyukur kepada Allah
Ta'ala, bahwa engkau telah menyelamatkanku (keluargaku) dari
pisau para dokter bedah. Fatwamu telah menjadi sebab kehidupan-
ku, karena itu saya tidak akan melupakan kebaikanmu ini selama
saya masih hidup."
Kemajuan ilmu kedokteran sekarang telah mampu mendeteksi
kerusakan (cacat) janin sebelum berusia empat bulan sebelum men-
capai tahap ditiupkannya ruh. Namun demikian, tidaklah dipandang
akurat jika dokter membuat dugaan bahwa setelah lahir nanti si janin
(anak) akan mengalami cacat --seperti buta, tuli, bisu-- dianggap
sebagai sebab yang memperbolehkan digugurkannya kandungan.
Sebab cacat-cacat seperti itu merupakan penyakit yang sudah dikenal
di masyarakat luas sepanjang kehidupan manusia dan disandang
banyak orang, lagi pula tidak menghalangi mereka untuk bersama-
sama orang lain memikul beban kehidupan ini. Bahkan manusia
banyak yang mengenal (melihat) kelebihan para penyandang cacat
ini, yang nama-nama mereka terukir dalam sejarah.
Selain itu, kita tidak boleh mempunyai keyakinan bahwa ilmu
pengetahuan manusia dengan segala kemdmpuan dan peralatannya
akan dapat mengubah tabiat kehidupan manusia yang diberlakukan
Allah sebagai ujian dan cobaan:
781
,"#*rlrfini-,.ii1{Lut
"Sesungguhr4ta l(ami telah menciptakan manusia dad *tetes mani
yang bercampw ltang l(ami hendak mengujiryra.... "(al-Insan: 2)
a7- z a ?r..au..-
$.ri$YltiLriJ
"katnguhny Kami telah menciptakan manusia benda datam
susah pyah" (al-Balad: 4)
4
BANK SUSU
Pertanyaan:
Anak yang lahir prematur harus memerlukan perawatan tersen-
diri dalam suatu jangka waktu yang kadang-kadang lama, sehingga
air susu ibunya melimpah{impah.
Kemudian si anak mengalami kemajuan sedikit demi sedikit meski
masih disebut rawan, tetapi ia sudah dibolehkan untuk minum air
susu. Sudah dimaklumi bahwa air susu yang dapat menjalin hubungan
nasab dan paling dapat menfadikan jalinan kasih sayang (kekeluar-
gaan) adalah air susu manusia (ibu).
Beberapa yayasan berusaha menghimpun susu ibu-ibu yang
sedang menyusui agar bermurah hati memberikan sebagian air susu-
nya. IGmudian susu itu dikumpulkan dan disterilkan untuk diberi-
7E2
kan kepada bayi-bayi prematur pada tahap kehidupan yang rawan
ini, yang kadang-kadang dapat membahayakannya bila diberi susu
setain air susu ibu (ASI).
Sudah barang rcntu yayasan tersebut menghimpun air susu dari
puluhan bahkan ratusan kaum ibu, kemudian diberikan kepada ber-
puluh-puluh bahkan beratus-ratus bayi prematur, laki-laki dan pe-
iempuan ... tanpa saling mengetahui dengan jelas susu siapa dan
dikonsumsi siapa, baik pada masa sekarang maupun masa mendaang.
Hanya sara, penyusuan ini tidak teriadi secara langsung, yakni
tidak langsung menghisap dari tetek.
Maka, apakah oleh syara'mereka ini dinilai sebagai saudara? Dan
haramkah susu dari bank susu itu meskipun ia turut andil dalam
menghidupi sekian banyak jiwa anak manusia?
fika mubah dan halal, maka apakah alasan yang memperboleh-
kannya? Apakah Ustadz memandang karena tidak menetek secara
langsung? Atau karena ketidakmungkinan memperkenalkan sau-
dara-saudara sesusuan --yang jumlah mereka sangatsedikit-- dalam
suatu masyarakat yang kompleks, artinya jumlah sedikit yang sudah
membaur itu tidak mungkin dilacak atau diidentifikasi?
Jauaban:
Segala puji kepunyaan Allah. Shalawat dan salam semoga tercu-
rahkan kepada Rasulullah. Wa ba'du.
Tidak diragukan lagr bahwa turuan diadakannya bank air susu
ibu sebagaimana dipaparkan dalam pertanyaan adalah tuiuan yang
baik dan mulia, yang didukung oleh Islam, untuk memberikan perto-
longan kepada semua yang lemah, apa pun sebab kelemahannya.
Lebih-lebih bila yang bersangkutan adalah bayi yang lahir prematur
yang tidak mempunyai daya dan kekuatan.
Tidak disangsikan lagi bahwa perempuan yang menyumbangkan
sebagian air susunya untuk makanan golongan anak-anaklemah ini
akan mendapatkan pahala dari Allah, dan terpuji di sisi manusia.
Bahkan air susunya itu boleh dibeli darinya, iika ia tak berkenan
menyumbangkannya, sebagaimana ia diperbolehkan mencari upah
dengan menyusui anak orang lain, sebagaimana nash Al-Qur'an
serta contoh riil kaum muslim.
Juga tidak diragukan bahwa yayasan yang bergerak dalam bidang
pengumpulan "air susu" itu --yang mensterilkan serta memelihara-
nya ag.r dapat dikonsumsi oleh bayi-bayi atau anak-anak sebagai-
mana yang digambarkan perumya-- patut mendapatkan ucapan terima
I
I
784
an), dan ada pula yang berlebihan dengan menyamakannya dengan
suntikan lewat dubur (anus).
Tetapi semua itu ditentang oleh Imam al-Laits bin Sa'ad, yang
hidup sezaman dengan Imam Malik dan sebanding (ilmunya) dengan
beliau. Begitu pula golongan zhahiriyah dan salah satu riwayat dari
Imam Ahmad.
Al-Allamah lbnu Qudamah menyebutkan dua riwayat dari Imam
Ahmad mengenai wajur dan sa'uth.
Riu,a)rat Pertama, lebih dikenal sebagai riwayat dari Imam Ahmad
dan sesuai dengan pendapat jumhur ulama: bahwa pengharaman itu
terjadi melalui keduanya (yakni dengan memasukkan susu ke dalam
perut baik lewat mulut maupun lewat hidung). Adapun yang melalui
mulut (wajur), karena hal ini menumbuhkan daging dan membentuk
tulang, maka sama saia dengan menyusu. Sedangkan lewat hidung
(sa'uth), karena merupakan ialan yang dapat membatallon puasa,
maka ia juga menjadi jalan terjadinya pengharaman (perkawinan)
karena susuan, sebagaimana halnya melalui mulut.
Rluayat kedua, bahwa hal ini tidak menyebabkan haramnya per-
kawinan, karena kedua cara ini bukan penyusuan.
Disebutkan di dalam al-Mughni: "Ini adalah pendapat yang dipilih
Abu Bakar, mazhab Daud, dan perkataan Atha' al-I(hurasani me-
ngenai scuth, karenaytrry demikian ini bukan penyusuan, sedang-
kan Allah dan Rasul-tlya harya mengharamkan (perkawinan) karena
penyusuan. IQrena memasukkan susu lewat hidung bukan penyu-
suan (menghisap puting susu), maka ia sama safa dengan memasuk-
kan susu melalui luka pada tubuh."
Sementara itu, pengarafig al-Mughni sendiri menguatkan riwayat
yang pertama berdasarkan hadits Ibnu Mas'ud yang diriwayatkan
oleh Abu Daud:
'{ttieiU#;i5{tr7<ly:7r$r'!
I
*Tidak
ada penyusuanaa8 kecuali yang membfirkan tulang dan
menumbuhl<an dagng."
785
renungkan jusrru menjadi hujjah unruk menyanggah pendapatnya.
Sebab hadits ini membicarakan penyusuan yang mCngharamlian
perkawinan, y-aiq yang mempunyai pengaruti lUetesl dihm pem-
bentukan anak dengan membesarkan tutang dan menumbuirtan
dagingnya. Hal ini menafikan (tidak memperhinrngkan) penyusuan
ylJrg-.sedikit:, yang tidak mempengaruhi p6mbentu[an inik,-seperti
sekali atau dua kali isapan, karena yang demikian itu tidak mungkin
mengembangkan tulang dan menumbuhkan dagrng. Maka hadG itu
hanya menetapkan pengharaman (perkawinan; karena penyusuan
yang mengembangkan rulang dan menumbuhkan dagng. Oletrkarena
itu,_pertama-tama harus ada penyusuan sebelum segaa sesuatunya
(yakni penyusuan itu merupakan faktor yang utami dan dominan;
Peni.).
. Selanjutnya pengarang al-Mughniberkata, "Karena dengan cara
air susu dapat sampai ke tempat yang sama --jika dilaku[an melalui
ini
qenyusua{r- serta dapat mengembangkan fflang dan menumbuhkan
9ug$ sebagaimana melalui penyusuan, makahal itu wajib disama-
kan dengan penyusuan d"l?, mengharamkan (perkawininy. Xarena
hal ilu juga merup-akan jalan yang membatallian puasa bigi orang
yang berpuasa, maka ia juga merupakan jalan unnrk menghiamkan
perkawinan sebagaimana halnya penyusuan dengan mui:ut."
Saya mengomgqtari pengarang kitab al-uughni rahimahullah,
]ttfllu 'illdr-nya adalah karena mengembanglan tutang aan menum-
buhkan-daging dengan ciua apa pun, maka wajib kita katakan seka-
rang bahwa mentransfusikan darah seorang wanita kepada seorang
anak menjadikan wanita tersebut haram leuft d.r,ga r-;n kit r;;Laf
nansfusi lewat pembuluh daratr ini lebih cepat aan rcUin kuat peng-
11uhny-a daripada susu. Tetapi hukum-hukum agama.tidaklah dapat
dipastikan dengan dugaan-dugaan, karena persingkaan adalah se-
dusta-dusta perkataan, dan persangkaan tidak berguna sedikit pun
untuk mencapai kebenaran.'
Menurut pendapat saya, asy-Syari' (pembuat syariat) menjadikan
asas pengharamnya itu pada "keibuan yang menyusukan" sebagai-
mana firman Allah ketika menerangkan wanita-wanita yang diha-
ramkan mengawininya:
GH':,;\3{45-6ptp!*43
*l(
*e;"-
786
"... dan ibu-ibumu yng menWrui kanu fun st&n Frcmptanmu
*prutanslrut .... " (an-Nisa': 25)
ib/6,Lwli,t#
"Haram karena susuan apa yang hanm l<arena nasab."
787
I
I
78
flrdangil httkwn-hukiltt AW maehfunalt
'... BarurysiaparyE
onng-onng yang zalim." (al-Baqaraht 2291ffi
789
an, karena pada asalnya tidak ada pengharaman. Kita tidak bisa
menghilangkan sesuatu yang meyakinkan dengan sesuatu yang
mgraguka-n,- sebagaimana halnya- kalau terjadi keraguan tentang
adanya Alak dan bilanganny6.'a5o
Sedangkan di dalam kitab al-rhhtidr yutg merupakan salah satu
kitab mazhab Hanafi, disebutkan:
'Seorang perempuan yang menusukkan puting susunya ke dalam
mulut ryorang anak, sedangkan ia tidak ahu apakah air susunya
masuk ke kerongkongan ataukah tidak, maka yang demikian itu
tidak mengharamkan pernikahan.
Den-ulqn pula seorang anak perempuan yang disusui beberapa
penduduk kampung, dan tidak diketahui siapa saia mereka inr,lalu
ia dinikahi oleh salah seorang laki-laki penduduk kampung (desa)
tersebut, maka pernikahannya itu diperbolehkan. IGrena kebobhan
nikah merupakan hukum asal yang tidak dapat dihapuskan oleh
sesuatu yang meragukan.
Da1,bagi kaum wanita, jangirnlah merelo menyusui setiap anak
kecuali karena darurat. fika mereka melakukannya, makahendaklah
mereka mengingatnya atau mencatatnya, sebagai sikap hati-hati.,4s1
Tidaklah samar, bahwa apayangteriadi dalam persoalan kita ini
bukanlah penyusuan yang sebenarnya. Andaikata kita terima bahwa
png demikian sebagai penpsuan, maka hal itu adalah karena daru-
rat,- sedangkan mengingatnya dan mencatatnya tidaklatr memung-
kinkan, karena bukan terhadap seseorang yang t€rtentu, melainkan
telah bercampur dengan yang lain.
Arahan yang perlu dikukuhkan menurut pandangan saya dalam
masalah penyusuan ini ialah mempersempit pengharaman seperti
mempersempit jatuhnya alak, meskipun untuk melapangkan kedua
masalah ini juga ada pendukungnya.
Iftulashah
Saya tidak menjumpai alasan untuk melarang diadakannya sema-
cam "bank susu' selama bertuJuan untuk mewuiudkan maslahat
syar'iyah yang muktabarah ldianggap kuat); dan untuk memenuhi
kebutuhan yang waiib dipenuhi, dengan mengirmbil pendapat para
45O jlzg,
lt-urghni tu'a asy-Syarh al-Kabir, hlm. 194.
A'lel-thhtar, Ibnu Maudud at-Hanafi, juz 3, hlm. l2o; dan lihat Syarah Fathul-eaitir,
Ibnul Hammam, iluz 3, bh\. 2-3.
790
fuqaha yang telah saya sebutkan di muka, serta dikuatkan dengan
dalil-dalil dan argumentasi yang saya kemukakan di atas.
I{adang-kadang ada orang yang mengatakan, 'Mengapa kita tidak
mengambil sikap yang lebih hati-hati dan keluar dari perbedaan pen-
dapat, padahal mengambil sikap hati-hati itu lebih terpelihara dan
lebih jauh dari syubhat?'
Saya jawab, bahwa apabila seseorang melakukan sesuatu untuk
dirinya sendiri, maka tidak mengapalah ia mengambil mana yang
lebih hati-hati dan lebih wara' (lebih jauh dari syubhat), bahkan lebih
dari itu boleh juga ia meninggalkan sesuatu yang tidak terlarang
karena khawatir terjatuh ke dalam sesuatu yang t€rlarang.
AIen tetapi, apabila masalah itu bersangkut paut dengan masya-
rakat umum dan kemaslahatan umum, maka yang lebih utama bagi
ahli fanua ialah memberi kemudahan, bukan memberi kesulitan,
tanpa melampaui nash yang teguh dan kaidah yang telah mantap.
I(arena itu, menjadikan pemerataan uiian sebagai upaya meri-
ngankan beban untuk menjaga kondisi masyarakat dan karena
kasihan kepada mereka. fikalau kita bandingkan dengan masyarakat
kita sekarang khususnya, maka masyarakat sekarang ini lebih mem-
butuhkan kemudahan dan kasih sayang.
Hanya saja yang perlu diingat di sini, bahwa memberikan peng-
arahan dalam segala hal untuk mengambil yang lebih hati-hati tanpa
mengambil mana yang lebih mudah, lebih lemah lembut" dan lebih
adil, kadang-kadang mepbuat klta meniadikan huhrn-hukum agama
tru sebagai himpunan 'lrchati-hatlan' dan fauh dari ruh kemudahan
serta kelapangan yang menfadi tempat berpijaknya agama lslam ini.
Dari fabir r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
ctva+b D ob) r
ffi)924.,,U4
"Aku diutua dengan memfuwa agnn lang lurus &n toleran." llIB,
af-Xharaithi)
(6)]t ob,)
79t
WnWtnn kamu diutus untuhmembribnkemudalnn tifuh
dit tus uratuk manbdlcan k6ulitan." lHB. firmfdzf)
5
HUKUM MUKHADDIRAT (NARKOTIK)
Pertanyaan:
Al-Qur'anul lQrim dan Hadits Syarif menyebutkan pengharaman
khamar, tetapi tidak menyebutkan keharaman bermacam-macam
benda padat yang memabukkan, seperti ganja dan heroin. Maka
bagaimanakah hukum syara' terhadap penggunaan benda-benda
tersebut, sementara sebagian kaum muslim tetap mempergunakan-
nya dengan alasan bahwa agama tidak mengharamkannya?
tawaban:
S%ala puji kepunyaan Allah, shalawat dan salam semoga tercu-
rahkan kepada Rasulullah. Wa ba'du:
Ganja, heroin, serta bentuk lainnya baik padat maupun cair yang
terkenal dengan sebutan mukhaddirat (narkotik) adalah termasuk
benda-benda yang diharamkan syara' tanpa diperselisihkan lagi di
antara ulama.
Dalil yang menunjukkan keharamannya adalah sebagai berikut:
1. Ia termasuk kategori khamar menurut batasan yang dikemukakan
Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a.:
792
'Jd;G(vJLg
"Khamar ialah segata sesuahr )rang menunrp akal.'#z
6glifi
<)/ e
,va2,'ai)rq
"khwa *gala sesuatu Wry manabulclcn fut
Nabi srlw. melarang
melemahhn @wfadilan lennnlast
tidakler-
Al-mufauir ialah sesuanr yang meniadikan nrbuh loyo
unuk mengharamkan,
tenaga, Larangan dalam hadits ini adalah
karena itulah-hukum asal bagi suatu larangan, selain itu iu83
disebabkan dirangkaikannya antara yang memabulckan --yang
sudah disepakati haramnya-- dengan mufattir.
3. Bahwa benda-benda tersebut seandainya tidak termasuk dalam
kategori memabukkan dan melemahkan, maka ia termasuk dalam
jeniJnumr (sesuatu yangburuk) dan mempahayakan, sedang-
kan Oi antari ketetapan syara': bahwa Islam mengharamkan
793
memakan sesuatu yang buruk dan membahayakan, sebagaimana
firman Allah dalam menyifati Rasul-Nya a.s. di dalam kitab-kitab
Ahli Kitab:
qiirgi#3$tLiiU5
"... fun menglnlalkan fugt merclra sqala Wry baik dan nrengfia-
nnkan bgi mereka qah yng buruk...."(al-A'!af : tlo7l
794
Syekhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah ditanya me-
ngenai apa )ang waiib diberlakukan terhadap orangyang menglsap
ganja dan orang yang mendalcl rakan bahwa semua itu laiz, hdd,
dan mubah?
Beliau menjawab:
"Memakan (mengrsap) ganja yang keras ini terhukum haram, ia
termasuk seburuk-buruk benda kotor yang diharamkan. Sama saja
hukumnya, sedikit atau banyak, tetapi menglsap dalam jumlah
banyak dan memabukkan adalah haram menurut kesepakatan kaum
muslim. Sedanglen orang )ang menganggap batrwa gania halal, maka
dia terhukum kafir dan diminta agar bertobat.lika ia bertobat maka
selesailah urusannya, tetapi jika tidak mau bertobat maka dia harus
dibunuh sebagai orang kafr murtad, yang tidak perlu dimandikan
jenazahnya, tidak perlu dishalati, dan tidak boleh dikubur di pema-
kaman kaum muslim. Hukum orang yang murtad itu lebih buruk
daripada orangYahudi dan Nasrani, baik ia beriktikad bahwa hal itu
halal bagi masyarakat umum maupun hanya untuk orang-orangtar-
rcnfi yang beranggapan bahwa ganja merupakan santapan untuk
berpikir dan berdzikir serta dapat membangkitkan kemauan yang
beku ke tempat yang terhormat, dan untuk itulah mereka mempergu-
nakannya.
Sebagian orang salaf pernah ada png berprasangfu batrua tdramar
itu mubah bagi orang-orang tertennl, karena menalqf,llkan firman
Allah Ta'ala:
"Tidalrafu dosa hgt onng-onngyngbrfumn fun mengeriakan
amal saleh katena memakn makanan Wg telah merc)a mahn
dahulu, apbila mercl<a bertal<wa sr,rta furiman dan mengefiakan
amalan-amalan lang *leh, kemudian mereka tetap brtal<wa dn
beiman, kemudian mereka (etap juga) fufialila &n furbuat ke-
fuiikan .... " (al-Ma'ldah: 95 )
Ketika kasus ini dibawa kepada Umar bin Ktrattab dan dimusya-
warahkan dengan beberapa orang sahabat, maka sepakatlah Umar
dengan Ali dan para sahabat lainnya bahwa apabila yang meminum
khamar masih mengakui sebagai perbuatan haram, mereka diiatuhi
hukuman dera, tetapi jika mereka terus saja meminumnya karena
menganggapnya halal, maka mereka dijatuhi hukuman mati. Demi-
kian pula dengan gania, barangsiapa yang berkeyakinan bahwa
ganja haram tetapi ia mengisapnya, maka ia dijatuhi hukuman dera
dengan cemeti sebanyak delapan puluh kali atau empat puluh kali,
dan ini merupakan hukuman )rang tepat. Sebagian fuqaha menumg
tidak meneapkan hukuman dera, karena mereka mengira batwa
ganja dapat menghilangkan akal tetapi tidak memabukkan, seperti
ol-banj $ents Embutt-tumbuhan 1ang dapat membius) dan seienisnya
yang dapat menuhrp alal tetapi tidak memabukkan. Namun demiki-
an, semua ift adalah haram menurut tesepatraan kaum muslim.
Barangsiapa mengisapnyra dan memabukkan maka ia dijatuhi hu-
kuman dera seperd meminum khamar, tetapi iika ddak memabukkan
maka pengisapnya diiahrhi hukuman u'zir yang,lebih rtngan dari-
pada hukuman jaa (dera). Tetapi orang yang met4anggap hal itu
halal, maka dia adalah kafr dan harus dijatuhi hukuman mati.
Yang benar, gania ift memabukkan seperti minuman lrcras,
karena pengisapnya meniadi kecanduan terhadapnya dan terus
memperbanyak (mengisapnya banyak-banyak). Berbeda dengan al-
banj dan lainnya yang tidak menjadikan kecandun dan tidak dige-
mari. IQidah syariat menetapkan bahwa barang-barang haram yang
digemari nafsu seperti khamar dan zina, maka pelakunya dikenai
hukum had, sedangkan yang tidak digemari oleh nafsu, seperti bang-
kai, maka pelakunya dikenai hukum ta'zir.
Ganja ini termasuk barang haram yang digemari oleh pengisap-
nya dan sulit untuk ditinggalkan. Nash-nash Al-Kitab dan As-Sun-
nah mengharamkan atas orang yang berusaha memperoleh sesrurnl
yang haram sebagaimana terhadap barang lainnya. Dan munculnya
kebiasaan memakan atau mengisap gaqia ini di kalangan masyara-
kat hampir bersarnaan dengan munculnya pasukan Tatar. Iqrena
ganja ini muncul lantas muncul pula pedang pasukan 7a14.'455
Maksudnya, kemunculan atau kedatangan serbuan pasukan
Tatar sebagai hukuman dari AIIah karena telah meraialelanya ke-
munkaran di kalangan umat Islam, di antaranya adalah meraialela-
nya gania terkuuk ini.
Di tempat lain beliau (Ibnu Taimiyah) berkata pula:
'Ada jrrga orang yang mengatakan bahwa gania hanya mengubah
akal tetapi tidak memabulckan seperti al-barj, padahal sebenarnya
tidak demikian, bahkan ganja itu menimbulkan lecanduan dan kele-
zartan *tta kebingungan (karena gembira atau susah), dan inilah
455Moir r'Fou*o, Syekhul lslam lbnu Taimiyah, juz 24, hlm. 213-214.
796
yang mendorong seseorang untuk mendapatkan dan merasakannya.
Mengrsap ganja sedikit akan mendorong si pengrsap untuk meraih
lebih banyak lagi seperti halnya minuman yang memabukkan, dan
orang yang sudah terbiasa mengisap gania akan sangat sulit untuk
meninggalkannya, bahkan lebih sulit daripada meninggallen khamar.
Karena itu, bahaya ganja dari satu segi lebih besar daripada bahaya
khamar. n{aka para fuqaha bersepakat bahwa pengisap ganfa wajib
dijatuhi hukum had (hukuman yang pasti ben$k dan bilangannya)
sebagaimana halnya khamar.
Adapun orang yang mengatakan bahwa masalah ganja ini tidak
terdapat ketentuan hukumnya dalam Al-Qur'an dan hadits, maka
pendapatnp ini han)ralatt disebabkan kebodohannya. Sebab di dalam
Al-Qur'an dan hadits terdapat kalimat-kalimat yang simpel yang
merupakan kaidah umum dan ketentuan global, yang mencakup
segala kandungannya. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur'an dan al-
hadits dengan istilah'acm (umum). Sebab tidak mungkin menyebut-
kan setiap hal secara khusus (kasus per kasu51.'lso
Dengan demikian, nyatalah bagi kita bahwaganja, opium, heroin,
morfin, dan sebagainya yang termasuk muhhaddirat (narhodk) -khu-
susnya jenis-jenis membahayakan yang sekarang mereka isdlahkan
dengan racun putih-- adalah haram dan sangat haram menurut lcese-
pakatan kaum muslim, t€rmasuk dosa besar yang membinasakan,
pengisapnya wajib dilcenakan hukuman, dan pengedar atau peda-
gangrya harus dijauhi hukuman mad,.karena ia meryerdagangkan
ruh umat untuk memperkaya dtrinya sendlri. Maka orang-orang
seperti inilah yanglebih utama untuk diiatuhi hukuman seperd yang
tertera dalam firman Allah:
"Dan dalam qishash itu ada Qaminan kelangrungan) hidup bgimu,
hai orang-orangyng benkal, suNW kamu befiakwa."(al-Baqa-
rah: I79)
Adapun hukuman r42ir menurut para fuqaha muhaqqiq (ahli mem-
buat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati, t€rgantung kepada
mafsadat yang ditimbulkan pelakunya.
Selain itu, orang-orang yang menggunakan kekayaan dan jabat-
annya untuk membantu orang yang terlibat narkotik ini, maka
mereka termasuk golongan:
797
,,6,E;*rtel,fi i3 i,irr'aisir_8ir5i
"... otang-orang yang memerangi Nhh dan Raoul'I'Iya &n mem'
funt kerasgrlr,n di mulca bwni ...." (al-Ma'tdnlr: 55)
@ryefi;;$te;tir;tr\aii*J,5r.y;
-
""' (*basai)
Yang demikian itu watu pengfiinaan tmtul< mereka
di dunia dan di akhint mercl<a mempercleh silrsaan 1rutgbenl"
(al-Ma'ldah:53)
6
HUKUM AL.QAT (NAMA TANAMAN)
Pertanyaan:
Kami telah mergeahui pendapat Ustadz tentang hukum merokok,
dan keenderunpn Ustadz untuk mengharamkanny-a, karena dapat
menimbulkan nr=udarat bagi si perokok, baik terhadap badan,-iiwa,
maupun hartanya, dan merokok ittr merupakan semaqlm tindakan
bunuh diri secara perlahan-lahan.
Selain i[r, kami iuga ingin mengetahui pendapat Ustadz mengenai
bencana lain, yakni irqot, yang tersebar di antara kami di Yaman
sejak beberapawaktu lampau dan sudah-dikenal di kalangan masya-
raftat, dari anak-anak muda hingga kalangan orang tua, sehingga
para ulama dan para pengusaha pun memakannya-tarya ada yang
inenginglgri. Te&pi kamihembaca dan mendengar bahwa sebagian
ularia d'i negara lain mengharamkan al-qatinidan mengingkari. orang
yang membiasakan dan selalu menggunakannya, k1r.1" menimbul-
-kan-mudarat
danxraf, sedangkan Allah tidak menyukai orang-orang
-
lang israf (penghambur harta).
fumi"mbhoi penjelasan mengenai masalah yang sensitif bagi
masyarakat yamin ini. Mudah-mudahan Allah memberi balasan
yang baik kepada lJstadz.
798
Jaroaban:
Hukum merokok itu sudah tidak diragukan lagi bahwa ketetapan-
ketetapan ilmu pengetahuan dan kedokteran modern sekarang be-
serta dampak merokok bagi perokoknya, menguatkan apa yang telah
sala sebutkan secara berulang-ulang di dalam fanva-fanra kami serta
apa yang telah kami ielaskan dalam kitab kami Fa:rrwi Mu'ashirah
(Fatwa-fatwa Kontemporer), Iilid 1, akan haramnya orang yang selalu
melakukan hal yang merusak badan dan harta serta memperbudak
kemauan manusia ini. Bahkan penemurn ilmu pengetahuan sekarang
meningkat lagi dengan ditemukannya sesuatu yang baru lagi ber-
kaitan dengan masalah merokok ini, yaitu apa png sekarang dikenal
dengan istilah "perokok pasiP, yaitu pengaruh rokok terhadap orang
yang tidak merokok yang berada dekat orang yang merokok. Pe-
ngaruh atau akibat yang ditimbulkannya ini sangat membahayakan
kadang-kadang melebihi bahaya rokok terhadap perokoknya sendiri.
Islam mengatakan:
800
ratus, empat ratus, dan ada yang lebih banyak lagi."
Saya yakin bahwa yang demikian itu sudah termasuk israf (ber-
lebih-lebihan), kalau tidak dikatakan mubadzir dan mengham-
bur-hamburkan harta dengan tiada bermanfaat untuk kepen-
tingan dunia dan akhirat.
Apabila kebanyakan trlama menganggap bahwa mengisap rokok
atau tembakau --atau "tutun" menurut istilah sebagian yang lain--
termasuk israf yangterlarang, maka memaVtan al-qat lebih layak
lagi tergolong dalam kategori ini.
2. Bahwa al-qat benar-benar menyita waktu bagi pemakan atau
pengunyahnya. Setiap hari mereka menghabiskan waktu yang
panjang, yaitu setelah zuhur hingga magrib, padahal menurut
kebanyakan orang rentang waktu tersebut cukup produktif. uaka
orang yang mengunyah al-qat ini menghabiskan waktunya di
mulutnya dan menikmati dengan mulutnya itu, sementara ia
abaikan segala sesuanlnya hanya demi mengunyah al-qat ini.
Waktu yang dihabiskan untuk mengunyah al-qatini tidak sedikit,
padahal waktu atau kesempatan merupakan modal bagi manusia.
Apabila ia menyia-nyiakan waktunya dengan cara seperti ini,
mhka benar-benar ia telah menipu dirinya sendiri, dan tidak dapat
meniadikan kehidupannya berbuat sebagaimana layaknya seorang
muslim.
Apabila dilihat dalam skala nasional, maka hal itu merupakan
kerugian umum )ang amat buruk, sangat merugikan produktivias
dan perkembangan ekonomi, dan menyia-nyiakan potensi masya-
rakat tanpa alasan yang positif.
Mudarat ini sudah merupakan fakta yang tidak diperdebatkan
oleh siapa pun, dan sudah terkenal di kalangan saudara-saudara
di Yaman kata-kata mutiara yang berbunyi: "Bahaya al-qatyang
pertama ialah tersia-siakannya waktu. "
3. Saya mendapat informasi dari saudara-saudara yang menaruh
perhatian terhadap masalah ini di Yaman bahwa sekitar tanah
negeri Yaman ditanami dengan al-qat, yaitu di tanah yang paling
subur dan paling bermanfaat, sementara negara ini mengimpor
gandum dan macam-macam bahan makanan pokok serta sayur-
mayur.
Tidak diragukan lagi bahwa hal ini merupakan kerugian eko-
nomi yang besar bagi bangsa Yaman. Saya kira tidak seorang pun
--yang punya kemauan untuk kebaikan dan masa depan negeri
801
ini-- yang membesar-besarkan masalah tersebut. Artinya, infor-
masi yang mereka kemukakan itu bukan mengada-ada dan tidak
dibesar-besarkan.
4. Penduduk Yaman berselisih pendapat mengenai pengaruh dan
bahaya al-qatterhadap badan dan jiwa. Banyak di antara mereka
yang menganggap tidak membahayakan, sebagian lagl mengang-
gap bahayanya kecil bila dibandingkan dengan manfaatnya, dan
orang yang t€lah mengalaminya sukar untuk tidak mengatakan
demikian. Maka ia tidak dapat menghindar dari hukum dan
kesaksiannya ini.
Tetapi banyak juga orang yang telah sadar, yang menlatakan
bahwa al-qat menimbulkan mudarat yang bermacam-macam, dan
anggapan terdapatnya manfaat pada al-qat itu tidak ada artinya
sama sekali, karena dosanya lebih besar daripada manfaatnya.
Bahkan sebagian dokter mengatakan bahwa al-qcr merupakan
siuana untuk memindahkan (menularkan) penyakit dan memiliki
dampak yang buruk terhadap kesehatan.
Di antara ulama Yaman yang berbicara secara terang-terangan
untuk mengingatkan bahaya al-qat ini ialah al-Allamah al-Mushlih
Syekh Muhammad Salim Baihani. Ketika mensyarah sebuah hadits
Nabawi yang berkenaan dengan khamar dan benda-benda mema-
bukkan, di dalam kitabnya tshlahul-Mujtama' (Memperbaiki
Masyarakat), beliau mengatakan:
"Di sini saya mendapatkan peluang dan kesempatan yang tepat
untuk membicarakan al-qat dan tembakau (rokok), dan orang
yang terkena uiian dengan kedua hal ini banpk sekali, padahal
keduanya merupakan musibah dan penyakit sosial yang fatal.
Meskipun keduanya tidak memabukkan, tetapi bahayanya ham-
pir sama dengan bahaya khamar dan fudi, karena keduanya dapat
menyia-nyiakan harta, menyita waktu, dan merusak kesehatan.
Selain itu, karena keduanya dapat melalaikan orang dari melak-
sanakan shalat dan kewajiban-kewajiban penting lainnya. Ada
orang yang mengatakan, 'Ini adalah sesuatu yang didiamkan oleh
Allah, dan tidak ada satu pun dalil yang mengharamkan dan
melarangnya. Sesungguhnya yang halal itu ialah apa yang diha-
lalkan oleh Allah dan yang haram itu ialah apa yang diharamkan
oleh Allah, sedangkan Allah telah berfirman:
"Dia-Iah Nlah, gng menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu ...." (al-Baqarah: 29 )
802
"Katakanlah, Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaku, resuatu yang diharamkan bagi orang yng hendak
memakannya, kecuali kalau makanan itu funglcai, atau danh yang
mengalir, atau daging babi ...." (al-An'am: I45)
Apa yang dikatakan oleh pembela al-qat dan tembakau itu me-
mang benar, tetapi salah penempatannya sebagai dalil. Ia pura-pura
lupa terhadap premis-premis umum yang menunjukkan waiibnya
memelihara kemaslahatan dan haramnya barang-barang yang buruk
serta keharusan menjaga diri agar tidak t€riatuh ke dalam mafsadat.
Sedangkan sudah dimaklumi bahwa al-qat sangatberpengaruh terha-
dap kesehatan badan, dapat menimbulkan kerusakan gigi, menye-
babkan bawasir (ambeien), merusak lambung, mengurangi nafsu
makan, menyebabkan wadi457 melimpah, kadang-kadang merusak
sungsum, melemahkan sperma, menjadikan kurus, menyebabkan
lama ddak berak, dan bermacam-nncam penpkit. Dan anak-anak pe-
makan al-qatitu biasanla nrbuhnya lemah, badannya kecil, pendek pe-
rawakannya, kurang darah, dan ditimpa bermacam-macam penyakit.
fika Anda ingin tahu bencananya bencana
Lihatlah mabuk kepayangnya menganyah al-qat
Al-qat membunuh segala kemampuan dan kekuatan
Melahirkan kesusahan dan kekecewaan
Al-qat adalah ide beracun
Melemparkan jiwa kepada bencana paling buruk
Ia meluncur ke dalam perut sebagai penyakit berbahaya
Menjadikan urat saraf mengalami benturan
Ia membiarkan akal berkelana dalam kebingungan
Menyuguhinya gelas kecelakaan yang tinggi
Membunuh semangat generasi muda
Melelehkan segala kemauan dan kemantapan hati
Menyita usia dan menguras harta
Menyuguhinya bermacam siksa dan bencana
Ia membunuh semangat dan keperwiraan
Ia menghapus keceriaan dari wajah
457yuigu cairan putih kental yang keluar mengiringi kencing. Lihat, Fiqh6-sunnah,karya
Sayid Sabiq, luz 1, hlm. 24 (Penl.).
Jika Anda lihat wajah penggenrar al-qat
Akan terlihat pucat seperti mayat I
804
ngetahui al-qat, apabila melihat ulah mereka ini, pasti ia menertawa-
kannya. Ada seorang Mesir yang menyindir orang-orang Yaman
dengan kasidahnya:
"Wahai tawanan-tawan dn al-qat
fanganlah Anda menganiaya orang
Yang memandang al-qat bukan obat mujarab."
Adapun tembakau, maka bahaya dan musibahnya lebih besar
lagi. Ia tidak jauh dNihhabaiu (benda-benda buruk atau kotorl yang
dilarang Allah. Andaikata pada tembakau itu tidak terdapat keburuk-
an selain dari apa yang dibenarkan oleh ilmu kesehatan, maka hal itu
sudah cukup menjadi alasan untuk menjauhi dan menghindarinya.
Beberapa golongan kaum muslim ada yang berlebih-lebihan dalam
menghukuminya sehingga mereka samakan dengan khamar dan
mereka perangi dengan segala cara bahkan penglsapnya mereka
sebut fasik, sebagaimana di pihak lain mempergunakannya secara
berlebih{ebihan hingga melampaui batas.
Tembakau adalah pohon yang buruk yang masuk ke negara-
negara kaum muslim pada sekitar tahun l0l2H, kemudian menye-
bar ke seluruh negeri dan dipergunakan oleh seluruh lapisan masya-
rakat. uaka di antara mereka ada yang memilihnya menjadi rokok,
dan menyalakannya, ada juga yang meminumnyadengan dicampur
kelapa. Tembakau atau rokok ini terus-menerus dipergunakan di
seluruh negeri Yaman, sehingga menjadi perhiasan maielis-maielis
dan jamuan di rumah-rumah, selalu dibawa oleh para perokok baik
di rumah maupun pada waktu bepergian, dan mereka sanfung dan
puja dengan nyanyian-nyanyian, di antaranya ada yang membuat
lirik yang berbunyi:
"Ia kawanku yang abadi
Ia menemaniku kala aku sendiri
Anda berkata dalam dendang merdu
Wahai sobat, ambillah aku dengan sesuatu ...."
Lebih buruk lagi ialatr orang yang mengunyah tembakau dan di-
campurnya dengan benda-benda lain, lalu ditumbuk, lantas ditaruh
di antara kedua bibir dan gtgrnya yang disebut susur, dan pengu-
nyahnya biasa meludah di sembarang tempat, yang ludahnya menji-
jikkan dan kotor, bahkan terkadang seperti kotoran ay.rm.
Bermacam-macam ide yang muncul dari penggemar tembakau
itu, adayang menuangkannya ke dalam hidungnya setelah ditumbuk
805
dan dilumatkan untuk mempengaruhi otak atau pikiran, pendengar-
an, dan pengtihatannya. rdmuiian t€rus-menenrs bersin dan me-
ngeluarkin ingus, lantas diusapdengan tangannya, dengan saputang- I
806
t€ran dan syariah, dari kalangan ahli fiqih dan ahli kedolcteran. Pihak
fakultas menegaskan bahwa proyek ini semata-mata sebagai amal
kebajikan karena Allah dan untuk mencari ridha-Nya, tidak ada
tujuan materiil sama sekali. Orang-orang yang ikut andil menyum-
bangkan tulisannya pun tidak mendapatkan honorarium, pahala
mereka hanya pada sisi Allah SWT.
Dewan redaksi meminta kepada salxa untuk menulis salah sanr dari
topik yang berkaitan dengan "Hak dan Kewajiban lGluarga Si Sakit
dan Teman-temannya." Topik ini membuat beberapa unsur penting
yang layak untuk dijelaskan menurut tinjauan dalil dan ushul (prin-
sip) syar'iyah, antara lain:
A. Menfenguk orang sakit;
B. Adab menjenguk orang sakit;
c. Menanggung biaya pengobatan, seluruhnya atau sebagian;
D. Mendermakan (mendonorkan) darah untuk si sakit;
E. Mendonorkan organ tubuh;
F. Hak si sakit yang tidak normal pikirannya (karena terbelakang,
karena di bawah ancaman, atau karena hilang akal);
G. Hak-hak si sakit menjelang kematiannya, dan adab bergaul de-
n$annla;
H. Hak-hak si sakit yang mati otaknya, dan hukum kematian otak.
Saya meminta pertolongam kepada Allah, dan saya tulis apa yang
diminta oleh panitia, meskipun ltesibulen srya sangat banyak nilis-
an itu saya kirimkan lcepada saudara A.D. Zaghlul an-Naiiar untuk
disampaikan kepada pihak yang berkepentingan.
Oleh karena proses penerbitan buku tersebut cukup lama, maka
saya memandang perlu memuat pembahasan tersebut dalam kitab ini
agar manfaatnya lebih luas dan merata, di samping dapat sqgera di-
manfaatkan. Segala puji teruntuk Allah yang telah memberikan tau-
fiq-Nya.
Alhamdulillah, segala puji kepunyaan Allah, shalawat dan salam
semoga tercurahkan kepada Rasulullah, keluargamya, dan kepada
orang-orang yang mengtkuti petuniuknya.
Amma ba'du.
Sesungguhnya perubahan merupakan salah satu gejala umum
bagi makhluk di alam semesta ini, khususnya makhluk hidup.I(arena
itu, makhluk-makhluk ini senantiasa menghadapi kondisi sehat dan
sakit, yang berujung pada kematian.
Adapun manusia adalah makhluk hidup yang t€rtinggi peringkat-
nya, karena itu tidaklah mengherankan bila manusia ditimpa berba-
gai hal. Bahkan ia lebih banyak menjadi sasaran musibah tersebut I
459S"Pafi daLa Shahih al-Buhhari, Shahih Mrclim, 5 unan Abu Daud, Sunan Timidzi, dan Sunan
lbnu Majah.
808
Shahih al-Buhhari--t$dapat "Kitab al-Mardha" (orang-orang sakiq.
Ini berkaitan dengan "Bab ar-Ruqa" (mantra-mantra/jampi-jampi),
iimat, penyakit 'ain, sihir, dan lain-lainnya. Kemudian ada pula
masalah yang berkaitan dengan penyakit yang dimuat di dalam kitab
al-Janaiz (ienazah).
Dalam kehidupan kita pada zdmmt modetn ini t€lah timbul ber-
bagai persoalan dan permasalahan dalam dunia penyakit dan ke-
dokteran yang belum dikenal oleh para fuqaha kita terdahulu, bahlen
tidak pernah terpikir dalam benak mereka. IGrena itu fiqih modern
harus dapat memahaminya dan menf elaskan hukum syara' yang ber-
kaian dengannya, sesuai dengan dalil-dalil dan prinstp-prinsip ryariat
Di antara ketetapan yang sudah disepakati ialah bahwa syariat
menghukumi semua perbuatan orang mukallaf, yang besar ataupun-
yang kecil, dan tidak saff pun perbuatan mukallaf yang lepas dari
bingkainya. I(arena itu setiap perbuatan mukallaf yang dilakukan
dengan sadar, pasti terkena kepastian hukum dari lima macam
hukumnya, yaitu wajib, mustahab, haram, makruh, atau mubah.
Pada halaman-halaman berikut ini akan saya kemukakan
hukum-hukum syara' yang terpenting dan pengarahan-pengarahan
Islam yang berhubungan dengan kedokteran (pengobatan), kesehat-
an, dan penyakit, dengan mengacu pada nash-nash AI-Qur'an, As-
Sunnah, dan maksud syariat juga dengan mengambil sebagian dari
perkataan ulama-ulama umat yang mendalam ilmun5a, dengan
mengaitkannya dengan kenyaaan sekarang. Kita mohon kepada
Allah semoga Dia menjadikannya bermanfaat ... amin.
i,t9,!i,:%FJ&F*
,i4g,Jgr#i*EA1*iW
2.0 f ;lxg
o>
Q)t-Air) .o+arfi,s5,ili$r
"HaI< onng mudim atas onng muslim lainnya ada lima: menjawab
alam, menjenguk yng sakit, mengantarkan jenazahrya, menda'
tangt undangannya, dan mendmlannya ketil<a Dr;tsina@
810
., .
84'& {g,it;Wrffifr$;*
,#iSla;W,@55
"Rasulullah srrw. meqruruh l<ami melakul<an tuiuh perlran.... Lalu
ia menyebutkan nlah atunya adalah menienguk onng sr,Idl462
811
Sebagian ahli kebajikan dari kalangan kaum muslim zaman dulu
mengkhususkan sebagian wakaf untuk keperluan ini, demi memeli-
hara sisi kemanusiaan.
Adapun maqrarakat secara umum, maka hukumnya sunnah
muakkadah, dan kadang-kadang btsa meningkat menjadi wajib bagi
orang terrcnnr yang me,qpunyai hubung;an khusus dan kuat dengan
si sakit. Misalnya, kerabat, semenda, totanggjayang berdampingan
rumahnya, orang yang telah lama menjalin persahabatan, sebagai
hat guru dan kawan akrab, dan lain-lainnya, yang sekiranya dapat
menimbullan kesan yang macam-macam bagi si sakit seandainya
mereka tidak menjenguknya, atau si sakit merasa kehilangan terha-
hp yang bersangkutan (bila tidak menjenguknya).
Barangkali orang-orang macam inilah yang dimaksud dengan
perkataan ha{ (hak) dalam hadits: "Hak orang muslim terhadap mus-
lim lainnya ada lima", karena tidaklah t€rgambarkan batrwa seluruh
kaum muslim harus menjenguk setiap orang yang sakir Maka yang
ditunnrt ialah orangyang memiliki hubungan khusus dengan si sakit
yang menghendaki ditunaikannya hak ini.
Disebutkan datam Nailul-Authar: 'Yang dimaksud dengan sabda
beliau (Rasulullah saw.)'hak orang muslim' idah tidak layak diting-
galkan, dan melaksanakannya ada kalanya hukumnya wajib atau
sunnah muakkadah yang menyerupai utaiib. Sedangkan menggunakan
perkaaan rcrsebut --yakni hr4 6ak)-- dengan kedua arti di atas t€r-
masuk bab menggunakan lafal musyuri[ dalam kedua maknanya,
karena lztel al-lnq itu dapat dipergunakan dengan arti 'wajib', dan
dapat juga dipergunakan dengan ard 't€tap', 'lazim', 'benar', dan
sebagainYa."4et
VfA'e$"{'#{,1tfi ir;rty:&fi Ey
4@Noilrl-Arthor, karya Asy-Syaukani,luz 4, hlm. 43-44.
*s
812
"futnguhr4ra apabila wrrytg mudim nwienguk oruE muslim
Iainnla naka ia ben& di dalan Lhurtatul jamah."#
ffi6sl6ij$e4\Lw',66
"funngsiap lang menjenguk onng akit brufr dia menyehm
dalam nhmal sehingga ketil<a dia duduk bruti dia berhenti di
wtu
situ (di dalam nhma).466
+')aiG#;&WivG
.{-ii$,C,e#53(fu46
"hrangsiap menjenguk onng sakit malca brcruhh wrurg
Wrryru dad langit (malail<a),'hgas englrau, bagus prjalamnnu,
dan englrau telah mempniafian tempt tingal di &lam su/r-
ga.467
46Riwayat Muslim dalam 'Kitab al-Birr", hadiB nomc 2568, dcngan ahqiq nrad
Abdul Baqi, dan dlriwayatkan oleh Tirmidzi d^tlnl. al-Jaltru'iz, hadiB nomor 967, dan beliau
berkaa, "Ilasan sahih.' Te6itan Himsh, dengan ta'llq Azat Da'as.
a66gukhari dzlarn al-Aitabul-Mqrad, norrrcx 522, Ah:rrrd, da al-PnzraL dan dlsahkan
oleh Ibnu Hibban dan Hakim dari Jatan ini. Lafal mereka berbeaa-beaa dan Ahmad meri-
wayatlan seperti ini dari hadits Xa'ab bln Ualik dengan sanad hasan. At-Fatt, l0: I 13.
46716nu Majah dalam al-Jam'i2,1442; Ttrmidzi no. 1006.
813
4. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasu-
lullah saw. bersabda
WtngttnW AIIah Aa wa Jalla ahn brfirrrnn pada hai kiatrut
'Hai anal< Adaflr, Akt sakit, tetapi l<amu tidak menjenguk- Ku.'
Orurg itu berunya,'Oh Tuhan, hgaimam aku harus menjenguk-
Mu &nglcan Endrau adalah Tuhan W alan *mesta?'Nkh
menjattab,'Apabh l<amu tidah talru bhwa hanfu-Ku si Fulan
seng saldt, tetapi lramu tidak menjenguhla? ANkh kanu tidal<
tahu hhwa *andainya l<amu menjengulaya psti katnu dapati
Akt di sisinya?"Hai anak Adam, Aku minta nalen kephmu,
tetapi tidak l<amu beri Aku mal<an.' Onng itu menjavyab, Ya Rabbi,
fugaimana aku memberi makan Engl<au, sedangkan Englrau afu-
Iah Tuhan hgi alan sr'mer:sita?'NIah menjawab,'Apkah kamu
tidalc talru bahwa hanDa,-Ku si Fulut meminta malcan kep,fumu,
tetapi tidalr lraubert malran? Apalrah lramu tidahtalru hlwa wn-
dainya kamu beri malran dia ni*a1,a lcamu da4ti hal itu di sisi-
Ku? W'ahai anahAdan, Aht minta minum keg&mq tetapi tifuk
lramu bei minum.'Onng itu bertaryta, YaTuhan, fusainana akt
membei-Mu minum sedangkn Endrau Tuhan bagt alan sernes-
taf Nlal, menjavvab,'HamM-Ku si Fulan meminta minum kepda-
mu, tetapiti&hlramufurt minum.Aqalrah l<amu tifuktahu bhwa
*andainya kamu membeinya minum nixaya akan l<amu dapti
(hlasanrya) itu di sisi-Ku?'aoa
g4#3l1
)j)/
{ab*t65"'aW't'
/-4Je
t o) ? 1/ 7J
814
Tifu wang mtCim yry nlar$mgt* otang mudim laiilrya Na
Hgi had ktruali ia didukan oleh tujuh puluh ribu nnlaikat hinga
src hai dan iile ia menjengulqa pda *re had rrnla ia did@-
Iwt oleh tujuh puluh nbu malailcat hinga N lnri, en bsinta
ktrma nng dipetik di tanan surgA"(HB. Tlrrrldzl, dan bellarr
berkata,'Hadlts lnsan.r;469
Err. a)4
#liyS'aLai r o5r,_r9 {"</ ,rdrr;c I 2/s ctz
9,1;lt3
Tiga macam pendeita pnykit lang tidak harus dijengulg yitu
sakit mata" skit bisul, dan sakit gigi."
"u1'"6t*x/ntkrllluaa;6
."6ft6?€o
"Rawlullah srrw. menjenguk aya karem sr4n sakit lrr,a1447o
815
Menienguk orang sakit itu disyariatkan, baik ia terpelaiar maupun
awam, orang kota maupun orang desa, mengerti makna menienguk
orang sakit maupun ddak.
Imam Bukhari meriwayatkan dalam'Kitab al-Mardha" dari kitab
shahih-nya, "Bab 'Iladahrl-A'rab", hadits Ibnu Abbas r.a. bahwa
Nabi saw. pernah menjenguk seorang Arab Badui, lalu beliau ber-
sabda, "Tidak apa-apa, suci insya Allah." Orang Arab Badui itu ber-
kata, 'Engkau katakan suci? Tidak, ini adalah penyakit panas yang
luar biasa pada seorang tua, yang akan mengantarkannya ke kubur.'
Lalu Nabi saw. bersabda, 'Oh ya, kalau begitu.'lzt
Makna perkaaan Nabi saw., "Tidak apa-apa, suci inqa Allah", itu
adalah bahwa beliau mengharapkan lenyapnya penyakit dan kepe-
dihan dari orang Arab Badui itu, sebagaimana beliau mengharapkan
penyakitnya akan menyucikannya dari dosa-dosanya dan mengha-
puskan kesalahan-kesalahannya. fika ia sembuh, maka ia menda-
patkan dua macam faedah; dan jika tidak sembuh, maka dia menda-
patkan keuntungan dengan dihapuskannya dosa dan kesalahannya.
Tetapi orang Badui itu sangat kasar tabiatnya, dia menolak
harapan dan doa Nabi saw., lalu Nabi mentolerirn),a dengan menu-
ruti jalan pikirannya seraya mengatakan, "Oh ya, kalau begitu." Arti-
nya, jika kamu tidak mau, ya baiklah, terserah anggapanmu.
Disebutkan iuga dalam Fathul-Bari bahwa ad-Daulabi dalam al-
Kuna dan lbnu Sakan dalam ash-Shahabah meriwayatkan kisah orang
Badui ihr, dan ddam riwayat tersebut disebutkan: Ialu Nabi saw.
bersabda, "Apa )rang telah dipunrskan Allah pasti t€rladi.' IGmudian
orang Badui itu meninggal dunia.
Diriwaftkan dari al-Mahlab bahwa ia berkata, 'Pengertian hadits
ini adalah bahwa tidak ada kekurangannya bagi pemimpin menje-
nguk rakyatnya yang sakit, meskipun dia seorang Badui yang kasar
tabiatnya; juga tidak ada kekurangannya bagt orang yang mengerti
menjenguk orang bodoh yang sakit untuk mengajarinya dan meng-
ingatkannya akan hal-hal yang bermanfaat baginp, menyuruhnya
bersabar agar tidak menggerutu kepada Allah yang dapat menyebab-
kan Allah benci kepadanya, menghiburnya untuk mengurangi pen-
deritaannya, memberinya harapan akan kesembuhan penyakitnya,
dan lain{ain hal untuk menenangkan hafinya dan hati keluarganya.
816
Di antara faedah lain hadits itu ialah bahwa seharusnya orang yang
sakit inr menerima nasihat orang lain dan menjawabnya dengan
jawaban yutgbaik."472
3+',65;;#g,ilt6$fafr.rA
A72Fathul-Baa,juz 10, hlm. 119.
817
:o({fl,5\ s rW 8;i;16;-$j, ;W g
arcpXtrray4gl oleh Bukhari sebagaimana tertcra dalam Fathut-Bafi,Juz 10, hlm. 118,
hadi6 5655. neltau Jup meriwayatkannya dalam al-1autz.
474a1-3ri1*'1 dalam rathul-Bari, 10; 114, hadits no. 5651.
475rbid.,
818
Laki-laki). Dalam hd ini beliau meriwayatkan suatu hadits secara
mu'allaq (tanpa menyebutkan rentetan perawinya): Bahwa Ummu
Darda' pernah menjenguk seorang laki-laki Anshar dari ahli masjid.
Tetapi Imam Bukhari memaushulkan (meriwayatkan secara bersam-
burg sanadnya) di dalam al-Adabul-Mufrail dari ldan al-Harits bin
Ubaid, ia berkata:
U{w,i*e,6Wyr-lni:1a61qv
,,1$i,s.cstlrsrq{iassF,l\fu
"hya melihat lJmmu Darda' di atas kendaranryra yang ada tiang'
ryn tetapi tidat< bertutrtp, menguniungl *orury laki'laki Anshar di
masiid'A76
819
kami mencinai Madinatr seperti kami mencinai Mekah atau
melebihinya.'477
820
S€dangl@n di antara dalil khususnya ialah yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim dalam sh4hih-nya dari fabir bin Abdullah r.a.:
Y:iF|F"&,Afk*,sA;'Sr
"ig,+l6iJ\fr ;frfrT-+si
51 - 1'Lie ;j - qg\\ E - .;lnr
Mt,W,{t4 &ii,, A{- G+Si
'4vW 4 sK \69, dt /Ji dtb.!
.
#,iJi u46lb:"("\i{, /lt
(
4-' o9;
"Bahwa Rasulullah nw. pemah menjengak Ummu Saib -atau
Ummul MusWib- lalu beliau bertanln, Walni Ummus fuib,
mengary engfuu menggigiV Dia menjavvab, 'Dannm, mufuIt-
mudalwt Nlah tidr mqtberlatinln' bliau DelrerMa, JWanlah
erylau mamki-npki funan\ lc.rern did daprrt mangfiibrgl<an
doradora anak Nan ryrti ubtt0p,n (abt prltrgclttbus qi pe
tun*a pandai Drrli) nilshlhnglan kant trsi.478
821
-t
Itu, ddak berard batnva orang sakit yang nonmuslim dilalc boleh di-
jenguk. Sebab menfenguk orang sakit ifi, apa pun fenisnya, warna
kulitnya, agamanya, atau negaranya, adalah amal kemanusiaan
png oleh Islam dlnlld sebagal ibadatr dan ryrtuh (pendekatan diri
kepada Allah).
Oleh sebab itu, ddak mengherankan rika Nabt saw. menienguk
anak Yatrudi yang biasa melayani beliau kedka beliau sakit. uaka
Nabi saw. menfenguknya dan menawartan Lslam kepadanya, lalu
anak itu memandang ayahnya, lantas si 4Ah berisyarat agar dia
mengikuti AbulQasim (Nabi Muhammad siu.; D@.), hlu dia masuk
Islam sebelum meninggal dunia, kemudian Nabi saw. bersabda:
ksd ob,\t
rCAtS, !.|ifr firitdtG
'segala puji kepuqaan Nhh yutg telah menlrelinntkannya dai
neraka nclalui aku' ll[I,, Bukharl)
Hal ini menjadi semakin kuat apabila orang nonmuslim itu mem-
punyai hak terhadap orang muslim seperd hak tetangga, kawan,
kerabat, semenda, aau lainnya
Hadits-hadtts yang t€lah disebutkan hanya untuk memperkokoh
hak orang muslim (bukan membatasi) karena adanya hak-hak yang
dtwaftbkan oleh ikaan keagamaan. Apabila sl muslim itu tetangga-
nya, maka ia mempunyai dua hak hak Islam dan hak tatangga.
Scdanglran rikayang bcrsangkutan maslh tqaba$ makadla mempu-
nyai tiga hak, lalu hak lclam, hak taanggf, dan hak kerabat. Beg-
tulah seterusnya.
Imam Bukhari membuat satu bab tersendiri meng0nai "Menje-
nguk Orang Musyrik' dan dalam bab iu disebutkannya hadits Anas
mengenai anak Yahudi yang diienguk oleh Nabi saw. dan kemudian
diafaknya masuk lslam, lalu dia masuk Islam, sebagafunana saya
nukilkan tadl.
Beliau juga menyebutkan hadits Sa'id bin al-Musalyab dari ayah-
nya, bahwa kedka Abu Thalib akan meninggal dunia, Nabi saw.
datang kepadanya.aTe
Diriwayatkan Juga dalam Fathul-Bari dari Ibnu Baththal bahwa
822
men enguk orang nolrmuslim inr disyariatkan apabila dapatdiharap-
kan ditakan masuk Islam, tetapi iika tidak ada harapan untuk int
maka ddak disfriatkan.
Al-Hatizh berkata, 'Tampaknya hd im berHa-Ha hukumnya
sesuai dengan tuiuannya. Kadang-kadang menienguknya iuga untuk
kemaslahatan lain."
Al-Mawardi berkata, "Menjenguk orang dzimmi (nonmuslim yang
tunduk pada pemerintahan tslam) itu boleh, dan nilai qurbah lpende-
katan diri lepada Allah) itu t€rganhrng pada ienis penghormatan
yang diberikan, karena tatang atau karena kerabat.'{8o
4mlathul-Baa,
iuz 1O, hlm. 119
481syorh^-srnnah, terbitan al-Maktab al-Islami, dengan ahqiq syu'aib al-Amaudl,
ruz 5,
lim. ztt-ztz.
musllm atas muslim latnnya. Dan menfenguk mereka yang anpa dt-
dqg4-duga sebelumnya ltu --leblh-lebih oleh seoranj muslim-yang
saleh, orang alim, atau Juru dalouah-- dapat menfadl duta l@baikan
dan utusan kebenaran lrepada hatl mereka, sehing;g had mereka ter-
buka untuk.menerima kebenaran dan mendengarlan tutur katayang
bagus, karena manusia adalah tawanan lebaikan. Sebagimana tslam
menryariatkan agar menjinakkan hati oranglain dengan harta, maka
ddaklah mengherankanJika Islam juga menyrrruh m-enjinakkan hati
grang lain dengan kebaftkan, kelemahlembutan, dan pergaulan yang
baik- Hal lni pernah dicoba oleh furu-juru dakruah yang Uenar, lalu
Allah membuka had banyak orangyang sclama ini rcrnrnrp.
Para ulama mengatakan, "Disunnahkan menjenguk orang sakit
secara umum, teman atau lawan, orang yang dikenalnya atau yang
tidak dikenalnya, mengingat keumuman ft1di6.,4s2
824
ienuh, merasa repot, dan merasa kurang bebas untuk berbuat
sesuatu."483
Namun beginr, hal ini tidak berlaku bagi setiap penguniung, karena
ada kalanya si sakit menyukai orang-orang t€rten$ untuk berlama-
lama berada di sisinya --khususnya bagi orang )rang telah lama
sakit-- dan kuniungian orangtersebut menyenangkan dan meringan-
kannya, apalagi jika si sakit itu sendiri yang memintanya.
. Al-Hafizh berkata, 'Adab menjenguk orang sakit ada sepuluh, di
antaranya ada yang tidak khusus untuk menienguk orang sakit;
1. fangan meminta izin masuk dari depan pinu (tengah-tengah).
2.largan mengetuk pintu terlalu pelan.
3. fangan menyebutkan identitas diri secara tidak jelas, misalnya
dengan mengaakan "siya", tanpa menyebut naman)ra.
4. Iangan berkuniung pada waktu yang ddak layak unuk berkun-
jung, seperti pada waktu si sakit minum obat, atau wakfi nieng-
ganti pembalut luka, waktu tidur, atau waktu isdrahat.
5. fang;an terlalu lama (kecuali bagi orang yang mempunyai
hubungan khusus dengan si sakit seperti yang saya sebutkan di
atas).
6. Menundukkan pandangan (apabila di tempat itu terdapat wanita
yang bulen mahramnya).
T.langan banyak bertanya, dan hendaklah menampakkan rasa
belas kasihan.
8. Mendoakannya dengan ikhlas.
9. Menimbulkan optimisme kepada si sakit.
10. Menganiurkannya berlaku sabar, karena sabar itu besar pahala-
nya, dan melarangnya berkeluh kesah, karena berkeluh kesatl
itu dosa."4&
$rura.,hlm. 112.
4&rathul-sari,juz 1O, hlm. 126, "Rab
Qaulil-lvlaridh: 'Ouumuu 'Annll".
825
rirwan d!Bonn,ferman, pada mustm panag ahun 1998, dan l@dka
sala melewad malxr p€fawatan eebagatmana bhsanya, betaDa tele-
pon selalu.berdering darl saudsra-saudara di Dauhaf,, Xairo, Eropa,
9l,rl
Amerlka, nrg merunyakan ksadaan sala dan mendoakan saya.
Hal-lni 3efiu{ata mempunyai pengnruh yanl uait dalam had saya,
merfuryankan penaerhan, dan mempercepat kesembuhan.
Mcdnten Sl Srttt
. Can Ecorang my,slim menJenguk saudarar4ya,ang salctt berbeda
dengan g.ara
EIrg dllakukan orang lain (selain ishm1,-karcne dlsertai
dengan dan doa. Maka dt anrara sunnannya tdtatr et penlenguk
lampi
mendoakan si sakit dan menfampinya (membaialon baca;n-iraaan
tert€ntu) yang ada riwayatnya dari Raeulullah saw..
Imam Bukharl menulis "Bab Du,a al-'Aa'id lil-Maridh, (Bab Doa
ren4r$urry unruk Orang Saklt), dan meqyebutkan haditi Aisyah
r.a. batua Rasulullah saw. apabila menjenguk orang sakit aair si
sakit yang dibawa lepada beliau, beliau inengucapka;,
.)G^t3SlM,A*$tr
TaNlah *mbuhkanlah Sahd, dan *mpumalcanlah hijnhrya<ad
{S.tl-gukhari dalam Fathll-Bari, hadits nomor 5675.
4&nu.,hadits nonpr 56s9.
.
826
Ada suatu keanehan sebagaimana dikemukakan dalam al-Fath
(Fathul-Bari), yaitu adanya sebagian orangyang mengianggap musykil
mendoakan kesembuhan si sakit. Mereka bemlasan bahwa sakit dapat
menghapuskan dosa dan mendatangkan pahala, sebagaimana dise-
butkan dalam beberapa hadits. MaIo terhadap kemusykilan ini al-
Hafizh lbnu Haiar memberikan jawaban demikian, "sesungguhnya
doa itu adalah ibadah, dan tidaklah saling meniadakan antara pahala
dan kafarat, sebab keduanya diperoleh pada permulaan sakit dan de-
ngan sikap sabar terhadapnya. Adapun oranglang mendoakan akan
mendapat dua macam kebaikan, yaitu mungkin berhasil apa )rang
dimaksudkan --atau dignnti dengan mendapatkan kemanf'aatan lain--
atau ditolaknya suatu bahaya, dan semua itu merupakan karunia
Allatr P'612.'+ez
Memang, seorang muslim harus bersabar ketika menderita sakit
atau ditimpa musibah, tetapi hendaklah ia meminta lceselamatan
kepada Allah SWf, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
69,:r6yJ?^iid6iLr1f .",6J;#<t
eW:tlffirl)W,6?*H
(*,&l ,,*#:)Vt\l,
"langanhh lwnu manglnnflran *rtenri muwlr, itan'mnilan
kesefulnltan k@a Nlah. Tetapi a4bila bmu brtemu muflth,
maka brsfudah, dan ketahuilah Dnlw'asantz ilrga itu di hwal
bWry-baWry pedang.a*
827
"Mintalah amptnan fun ke*lamatan kepa&NIah, *hb tidaktah
wnng dibri *ruatu *telah kqakinan, yng lebih baik dari_
Pa& kennhn. sq
QV3Lg+-t:,t6'1i;ifir:"1pu:;Z\tr
stw aat cb94r ob), flVS',lf, 5 W,
(
i$r,",WW;Ag4,1)#)i,*q:1y,
31&gV'a-Sfiq,g're,-fi
< frY aV ttl,'bri ob)' .aA/ f,y
489rut thnrad dan Tirmidzi dari
hadits Abu Bakar, sebagaioana drsebutkan dalam
Shahih al-Jami'ush-Shaghir, hadits nomor 5632.
4srtdr-rhabnnt dan adh-Dhb,a', dan
dihasankan datam shahih ar-Jami,ush-shaghir,
nomor 1198.
491HR al-B"'ar
dari rbnu Abbas, sebapimana disebutkan dalam sh4hih ar-Janiwh-
Shaghir, hadits nomot 1224.
828
"Apabila *wnng meniengak onng sakit" mal<a hendaldah ia
mendukanryra dengan menguapkan, Ya Nhh, *mbuhlrankh
hamfu-Mu, agar dia fupt membunuh musuh-Mu, atau fuialan
kryda-Mu mtuk melalrukan dMIaL&2
Artinya, dalam kesembuhan orang mukmin itu terdapat kebaikan
untuk dirinya dengan dapatnya ia melaksanakan shalat, atau ke-
baikan untuk umatnya karena mirmpu menunaikan jihad.
Sedangkan yang dimaksud dengan "musuh' di sini mungkin
orang-orang kafu yang memerangi umat Islam, atau iblis dan tenta-
ranya. Maka dengan kesehatannya seorang muslim dapat menumpas
mereka dengan serangan-serangirnnya, dan dapat memaahkan
argumentasi mereka dengan hujfah yang dapat dipercaya.oe
Selain itu, ada lagi hadits yang diriwayatkan oleh lbnu Abbas dari
Nabi saw. bahwa beliau bersabda:
,ot$i
"Banngsiap lrang menjenguk orang sakit yng blum tifu ajahrya
lalu ia menguapl<an dm ini di *mpingnya xbanyalc tujuh lcali:
(Nat mohon kepfu NIah Ymg Maln Agng, TuIru fugi'arsyWW
Wng, *moga Ia be*enan meryrembuhlcanmu), niwlta NIah
al<an merytembuhkannya dari penykit terxbut"4e4
829
l
Menguatkan Hanpan Sembutr Ke0ka Salctt
Apabila seorang muslim men enguk saudaranya lang sakit, se-
balknya ia memberikan nasihatagar dapat menumbuhkan perasaan
optimisme dan harapan akan sembuh. Selain itu, seyogianya ia mem-
berikan pengerdan bahwa seorang mukmin tidak boleh berputus asa
dan berpunrs harapan terhadap rahmat Allah dan kasih sayang- Nya,
karena Dzat yang telah menghilangkan penyakit Nabi Ayub dan
mengembalikan perylihaan Nabi Ya'gub pasd berhasa menghilang-
kan penyakitntrra dan mengemballkan kesehatannya, kemudian Dia
mengganti penyakit dengan kesehatan dan kelemahan dengan ke-
kuatan.
Tidak baik menyebut-nyebut orang yang sakit yang telah me-
ninggal dunia di hadapan orang sakityang dijenguknya. Sebaliknya,
sebutlah orang-orang yang telah sehat kembali setelah menderita
sakit yang lama, atau setelah menfalani o,perasi yang membahaya-
kan. Hal ini dimaksudkan untuk menguatkan jiwanya, dan merupa-
kan bagian dari cara pengobaan menurut dokter-dokter ahli pada
zaman dulu dan sekarang, sebab antara jlwa dan tubuh ddak dapat
dipisahkan, kecuali dalam pembahasan secara teoretis atau filosofis.
I(arena itulah Nabi saw. apabila menjenguk orang sakit, beliau
mengarakan 4t'lG,6t3;l,L,6k{ "uaat ap&apa, bersih (sembuh)
insya Allah', sslagaimana disebutkan ddam kiab sahih.
Adapun makna perkaaan ha ba'sa (tidak apa-apa) ialah 'tidak
berat' dan'tidak mengkhawatirkan'. Ucapan ini untuk menimbulkan
opimisme sekaligus doa semoga hilang penyakit dan penderitaan-
nya, serta kembdi kepadanya kesehatannya --di samping itu dapat
menyucikan dan menghapusltan dosa-dosanya.
Imam Tirmidzi dan Ibnu Marah meriwayatkan hadits dari Abu
Sa'id al-Khudri secara marfu':
830
kipun tidak dapt menolak takdir dikit pun, tetapi fupt menye-
nan*an hatinya<es
49516nu Majah dalam 'aljana'i2", hadits nomor 1438, dan at-Tirmidzi dalam
"ath-Thibb" nomor 2087 dan beliau menilainya gharib. Al-Hanzh berkata, 'Dalam sanadnya
t€rdapat kelemahilr." (Fa.hul-Bari, lO: l2l).
496rathul-Baa,
iuz 10, hlm. l2l-122.
851
)ang saleh.
Imam Muslim merlwayatkan dari Auf bin Malik, ia berlcaa:
,
ii -V 6V,,il*, ir,DU +USLK
1
/+Wtgg,%frWi
"Rastlullah *w. pmah melanng jampi-jampi. Kemudian datang-
lah keluarga Amr bin Hant *nya berlrat4 Wahai Rasulullah,
kami mempw4ai janpi-janpi yng biaa lcami pergunakan kalau
{97ursllm, 'Klab as-salarn", "Bab laa Ba'Ba bir-Buqa Maa lam Yakun fihi Syirkun",
hadits no. 22oo.
832
disrengat kah.' Jabir brlat4 'lalu merela menuniul<knnya
kepda Rasrlullah.' Kemudian beliau berug,bd4 'Sa1ta lihat tidak
ary-ap4 furangsiap yang dapt membikan mantaat kepda v,u-
daruryta malra henhldah ia membrikan mantaat kepfunyraaee
E-#:,ru,:Wy#,ilr-.it,
(*a,rt,, ,Wg\yrqff*&
498rbu., 'Bab lstihbabur-Ruqyah minal-'Ain wan-t'l'amtatr wat-Hummah wan-Nazhrah",
hadits nomor 2199.
499rort ut-aoa,iuz 1o, hlm. 795-196.
833
'Dengan menyehtt nama Nlah, debu bumi hmi, fungur ludah
*Mgian lc,ni" disf;ntkth*an fuWnnn onng saldt dad kani
dWut izinTrtlm kmri.fu
Dari keterang;an hadits ini dapat kita lcetahui bahwa beliau meng-
ambil ludah beliau scdikit dengan iari teluniuk beliau, lalu ditaruh di
atas tanatr (debu), dan debu yang melekat di ,ari tersebut beliau
usapkan di tempat yang sakit atau luka, dan beltau ucapkan perka-
taan tersebut (lampi) pada waknr mengus.lp.
Diriwalatkan juga dari Aisyah, dia berkata, 'Adalah Rasulullah
saw. apabila beliau jatuh sakit, Malaikat fibril menfampl beliau.'sl
fug dari Abu Sa'id bahwa Ivlalaikat Jtbril pernah datang tepada
Nabi saw. dan bertanya, "Wahai Muhammad, apakah Anda saklf?'
Beliau menjawab, 'Ya.' Lantas fibril mengucapkan:
'v,Ai;yrffiy|r$rtl-
'v,4;,irrghfia$^li-
', zt
(*frnfr,*vr$514W
',-ll7)
al;i1 (. -)
'\Pot
"Dengut menyebut nama NIah,
t
saya
,Wtl'*
frl,L-,
jampi engfuu dai qala *-
sntu Wrg menWkilimu, dad kejalatan *mw iiwa atau nata pn-
dengki. NIah nruryanbuhkan angfuu. Derrgan many$ut mma
Hbh ay nwgarnpi englant6o2
Diriwayatlon dari Aisyah bahwa Nabi saw. apabila sakit mem-
baca dua surat al-Mu'awwidzat (Qul A'uuilzu bi Pabbil-Fala4 ilan Qul
A'uudzu bi Rtbbin-Naas) untuk diri beliau sendiri dan beliau meniup
dengan lembut tanpa mengeluarkan ludatr. Dan letika sakit beliau
berat, aku (Aisyah) yang membacakan atas beliau dan aku usapkan-
nya dengan tangan beliau, karena mengharapkan berkahnya.ss
834
Diriwalratkan dari AisJxah juga batva Ra.sulullah saw. pernah
menyuruhnya meminta jampi kaiena salcti mata.ffi
luga diriwayatkan dari ,abir bahwa Nabi saw. pernah bertanya
kepada Asma' binti Umais:
6#kV66rv4d;t$y
t#te1Jbg5,{,.{6%d\
.a/..2 ) ,
.-
*G "ifln€S6'. @;1, 3G,"@u
(p,;:W:.,'JG3
"Mengap sa1a lilntfubuh analc-anaksufurakt *rfiasfuruq apr,-
lrah merclra ditimp k&utuhan? Asrrla'meniatnb, "Ttdak, tetapi
penyalcit'ain yang menimp merelca.' Nabi brsMa "lunpilalt
merelra." Asma'brkata, "Ialu aya menolak" IGmudian bliau
fr:naMa "Jampihh mercka.66
835
menyuruhnya berbuat ma'ruf dan mencegahnya dari lcemunkaran,
karena ad-Din itu adalah nasihat, dao amar maTuf nahi munkar me-
rupakan sranr kewaiiba,n, sedangkan sak[xl1la seoraqg muslim tidak
membebaskanla dari menerima perkataan yang baik dan nasihatpng
tulus. Dan semua yang diilntut itu hendaklah dilakukan oleh si pem-
beri nasihat dengan mempertntikan kondisirya, yaitu hendaklah di-
lakukan derrgan lemah lembut dan iansan memDeratkan, karena
Allah Ta'ala menyukai kelemahlembuan ddan segala hal dan terha-
dap semua manusia, lebitr-lebih terhadap orar€ sakit. Dan tidaklah
kelemahlembutan itu memasuki sesuatru tuelainkan meniadikannya
indah, dan tidaklah ia dilepaskan dari sesuatu mdainkan akan men-
iadikannya buruk.
Kelemahlembutan semakin ditekankan apabila si sakit tidak
mengerti terhadap kebaiikan yang ditinggalkannya atau kemun-
karan yang dilakukannya, seperti terhadap kebanyakan putra kaum
muslim yang tidak mengerti keunggulan tslam.
Oleh sebab itu, seseorang yang menjenguk orang sakit yang ke-
betulan tidak mau melaksanakan shalat larena malas atau karena
tidak mengerti, yang mengira tidak dapat menunaikan shalat, karena
tidak dapat berwudhu, atau karena tidak dapat berdlri, ruku', sujud,
atau tidak dapat menghadap ke arah kiblat, atau lainnya, maka
wajiblah si penguniung mengfuryatkannya. Dia harus menlelaskan
bahwa shalat waiib ditaksanakan oleh orangyang saklt sebagaimana
diwafibkan atas orang yang sehat, dan kswaiibannya itu tidak gugur
melainkan bagi orang yang hihng kesaeranqva. Diielaskan iuga
bahwa orang sakit yang tidak dapat benrudhu boleh melakukan
tayamum dengan tanah fenis apa pnn, dan boleh dibantu dengan di-
ambilkan pasir/tanah yang bersih yarg diempatkan di dalam kaleng
atau tempat lainnya, fuga bisa dengan batu atau lantai tergantung
mazhab yang memandang hal itu sebagai permukaan bumi yang ber-
sih.
Begitu pula si sakit, ia boleh melaksanakan shalat dengan cara
bagaimanapun yang dapat ia lakukan, dengan duduk kalau ia tidak
mampu berdiri, atau dengan berbaring di atas lambungnya, atau
telentang di atas punggungnya (yakni punggungnya di bawah), jika
ia tidak dapat duduk, dan cukup dengan berisyarat. Nabi saw. ber-
sabda kepada Imran bin Hushain:
Vti:.r'.fr l{j*_tzl?:a*r.a;
"Dan kqunltun Nlalblah timur dan Dg.ra,t, nlaLa ke nann ptn
I<amu mengfiadap di situlah wajah NIah...."(al-Baqarall: I15)
Apabila tampak si sakit merasa kesal terhadap penyakitnya atau
merasa sempit dada karenanya, maka hendaklah ia difurgatkan akan
besarnya pahala bagi si sakit di sisi Allah. Selain itu, sebaiknya di-
ingatkan bahwa Allah hendak menyucikannya dari dosa-dosanya
dengan penyakit tersebut, dan bahwa orangyang paling berat ujian-
nya adalah para nabi, kemudian orang-orangyang dibawahnya, ke-
mudian yang di bawahnya lag, dan ujian inr akan senantiasa me-
nimpa seseorang sehingga ia hidup di muka bumi dengan tidak me-
nanggung suatr dosa, sebagaimana dinyatakan dalam beberapa
hadits sahih.
Maka apabila didapati sesu.rhr yang dilarang syara' pada si sakit,
hendaklah ia dilarang dengan lemah lembut dan bijaksana, dan dike-
mukakannya kepadanya ddil-dalil syara' yang dapat menghilangkan
ketidaktahuan dan kelalaiannya. c:ira yang dilakukan tidak boleh
kasar dan terkesan menyombonginya, khususnya mengenai bencana
yang banyak melanda masyarakat, misalnya mereka yang menggan-
tungkan jimat-jimat dan sebagainya.
Di sini, hendaklah ia memberitahukannya t€ntang ayat-ayat Al-
Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw. yang menuntunnya kepada ke-
STnn Bukhari, Ahmad, dan Ashhabus-Sunan sebapimana disebut dalam sha,hih at-
Jani'uh-Shaghia hadits nomor 3778.
837
benaran dan membimbingnya lte idan yang benar, seperti sabda
Nabi saw.:
UlAer,i;'*Wj#,W,
*6^36,eWW,*)Ssl#
.-t)&Su*t#i
SSlrotil, al-Jani'ush-5haghir, hadits nomor 6394.
858
"Dengan nama NIah, akt furlindung dengan lralimat-kalimat Nlah
Wry *mptrna fud kemudaan dan silm-ffi dari kejalntan
Iwtfu-hamba-1,$a ed gan$m *br\ dan &i /rc/ndirut *tan."
@Oiriwayatkan oleh Imam Ahmad, hadits nomor 6696, dan Syekh S)rakir mengesah-
kan isnadnya, meskipun diriwayatkan oleh Ibnu lsha{ secara'rnu'an'a, (dengan menggunakan
lafal an = dari). fup diriwayatkan oleh Abu Daud dalam'ath-Thibb' (nomor J84J); Tirmidzi
dalam 'ad-Da'awat' (nomor 3519) dan beliau berkata, 'Hasan gharib'; Nasa'i dalam .Ama-
lul-Yaum wal-faflah", nomor 765 hingga pada lafal: "Wa an yahilhuruuai."
839
Dl.lart kerusabn di mub builni mah gf5,fu7"f,*an dia tdah mem-
hnuh manusia xlutuhnya hn Darang$aqyngnrur:r/illrrn ke-
hidrry, eonng$nnusi4 mab whh-olah dia tehl, mqtelihan
kehifupan manwia *mwnn.... " (al-![a,ldalr: B2 )
'<T*e&G
Sloroidhul-qodor, zol.
iltz 2, lilm.
840
av?,,t) #qt$*5&7;$Aai
(jut<l.rct
gtg mmgfiilnglan &i wnng mudim sla,tu ke-
"Barutgsiapa
suslnn dai kesusalwr-kanslnn dunia nnka Nlah akan meng-
hilangfun dad onng itu suatu kewshan dad kesushan-kesu-
slm pada hari kiannl" (HR Bukhart dan Muellm dart hadlts
IQnu UmarPlt
gr*:JAS:4A:6
'Elelltar, (beftuat Dnik) kryda tiaq2tiq (wtatu gng memiliki)
jantung yang h*h (makhluk hidup) ittt bryhala.'(HR Muttaiaq
'alalh drrl Abu Hurafuah)sl2
ut
manusia? Betapa lagi terhadap manusia yang bgriman:l-
Mendermakan aaratr itu mendapatkan Pahala rrang besar sgcara
u.urn,-a"n U.rra.Un k€eada kerdbat atair anipaipnaamn pahata-
;r;;A;" khurrt, kareira yang demikian itu akan memperkuat
f,i,Uongan kelerabatan dan mempertokoh ldinan keleluargaan.
Dalam-hal ini Rasulullah saw. bersabda:
frtte: {rSt*c1{;81/asifli
T4iE;Uti+iA#o15?)
,-;Jial,i; .9\+
"frerrx/le*ah kep& orutg midrin iht menfupt*an phala atu
sedd<ah sedartg kep& kefuarya itu men&Wt*an dua WhaI4
nitu pat.ata dekah en rnhala menyanbungkdtduargun"lER'
.Anm"a, Tlrmldzl, Nasa'i, Ibnu lfiafah, dan Haklm darl
Salman btn Amtr)sl3
7ti;t4rf,"e=Jvil{,{3 :'giJ#\
ot'l
\Vafi'' s)i:;riL*)>,tt
Sl3pilrasanlan oleh Tirmidzi, disahkan oleh Uakim, dan diseEriui oleh Dzahabi, se-
bapimana dircrangkan dalafi Fai,ithul'Qadir, karya Imam Munalvi, lv 4,llJl',Ir' 237 '
842
"Srdel<ah ltang paling utama ialah kepda keluarga yang memusuhi
(al-hasyih)." (HR Ahmad dan Thebrant dart Abt Aypb dan
Haldm bin Hizam)514
514p"iwayatten juga oleh Abu Daud, Tirmidzi, dan Bukhari dahm al-klatul-Mut'raildai
Abi Sa'id, dan diriwayatlan oleh Thabrani dan Hakim dari Ummu ltultsum binti 'uqbah, sena
disahkan oldr Hakim menurut syaratMusfimdan disetu uiDzahabi (Fai&u1-qadir,i!22, hlm.38)
843
\:
kulitnya ketika lemah dan layu. Sikap seperti ini bukan sikap setia,
tidak termasuk mempergauli istri dengan baik, bukan akhlak lelaki
yang bertanggung jawab, dan bukan perangai orang beriman.
Demikian juga wanita, ia ddak boleh han)ra mau hidup berse-
nang-senang bersama suaminya ketika masih muda dan perkasa,
sehat dan kuat, tetapi merasa sempit dadanya kedka suami jatuh
sakit dan lemah. Ia melupakan bahwa kehidupan rumatr tangga yang
utama ialah yang dit€gaklen di aas sikap tolong-menolong dan
bantu-membantu pada waku manis dan lcdka pahit, pada waktu
selamat sejahtera dan ketika ditimpa cobaan.
Seorang penyair Arab masa dulu pernah mengelutrkan sikap istri-
nya 'Sulaima" ketika merasa bosan terhadapnya karena ia sakit, dan
ketika si istri dianya tentang keadaan suaminya dia menfawab, "[a
tidak hidup sehingga dapat diharapkan dan ddak pula mati sehingga
patut dilupakan." Sementara ibu sang penyair sangat sayang lepada-
nya, berusaha untuk kesembuhannya, dan sangAt mengharapkan
kehidupannya. Lalu sang penyair inr bersenandung dulu:
"Kulihat Ummu Amr tidak bosan dan tidak sempit dada
Sedang Sulaima jenuh kepada tempat tidurku dan tempat tinggalku
Siapakah gerangan yang dapat menandingi bunda nan pengiuih
Makatiada kehidupan kecuali dalam kekeceruaan dan kehinaan
Demi usiaku, kuingatkan kepada orang yang tidur
Dan kuperdengarkan kepada orang yang punya telinga."
"Dan
@r*gt,#_p,a**
furbafii kepda ibuku, dan Dia tid* menjadilan alat wnng
yng nmbng lagi celaka." (Maryam: 32)
844
Demikianfuga dengan anak perempuan, bahkan dia lebih berhak
memelihara dan merawat kedua orang ouanya, dan lebih mampu
melaksanakannya karena Allah telah mengaruniainya rasa kasih
dan sayang yang melimpah, yang tidak dapat ditandingi oleh anak
laki-laki.
Al-Qur'an sendiri menjadikan kewajiban berbuat baik kepada ke-
dua orang tua ini dalam urutan setelah mentauhidkan Allah Ta'ala,
sebagaimana difi rmankan-Nya:
1Sr:mbahlah Nlah dan janganlah kamu memprxlantukan-Nyade-
ngan xanatu pun. Dan brbuat baiklah kepda kdua orutg ibu
bqpak ...." (an-Nisa': 36)
"Dan Tuhanmu telah memeintahkn suptn kamu jangan me-
nyembah *lain Dia dan hendalchh kamu berbuatbaikkryfu ibu
fupahnu dengu refuik-fuihy.... lal-Iera': 25)
Dalam alatyang mulia ini Al-Qur'an mengingatkan tentang kon-
disi khusus atau pencapaian usia tertentu yang mengharuskan bakti
dan perbuatan baik seorang anak kepada orang tuanya semakin
kokoh. Yaitu, ketika keduanya telah lanjut usia, dan pada saat-saat
seusia itu mereka amat sensitif terhadap setiap perkaaan yang ke-
luar dari anak-anak mereka, yang sering rasakan sebagai bentakan
atau hardikan terhadap keberadaan mereka. I'rata-lob yang mempu-
nlai konotasi buruk inilah yang dilarang dengan tegas oleh Al{ur'an:
"... Jih salah wtangdintam kedurrynataukedua4uanya strIm-
pi ke umur lujut ehm pmelihatrumu, ntaka *kali-lcali
jangnlah }amu mengatahn kepda kduarya pdratant'ah'dan
jutgnUt merlnDrl:ntal< rcrera, dan uaSnlah kry& mer&
kamu
perl<ataan yngmulia. Dan rendahknlah diimu terhadap mereka
bedua dengan Fnuh keqyangan dan ucapknlah: Wahai Tuhan-
/nt, Irasihanihh mereh kduanla, sebagaimana mereka brdua
telah mendidik aIru wakfu kecrl.'" (al-Isra't 23,-241
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa beliau berkata,
"Kalau Allah melihat ada lcedurhakaan yang lebih rendah daripada
perkataan 'uff (ah), niscaya diharamkan-Nya."
Ungkapan Al-Qur'an "sampal ke usia lanjut dalam pemeliharaan-
mu" menunjukkan bahwa si anak bertanggung jawab atas kedua
orang tuanya, dan mereka telah menjadi tanggUngannya. Sedangkan
bersabar terhadap keduanya --ketika kondisi mereka telah lemah
f
",7 zl s 6)s
.',7.-i)
54ir f:F3,
ulrs..C-
1d-a.Jlfq..g) fq.-, r+T
r i*d?"t,,4a*1iY,
€) tc3 $4)r 6"lj
J'{I( )^',til,J6i"ib#4'13!r*ff
4., . ,#j;.lJ-r-sli
'23ai,LK"a',d1 ,:t7 ig
(rl-2i oh) , {',F*
*4"#'&.v ;A
"Mentgg, merugi, dan merugl orury Wry mendapti kdua onng
tuany berusia laniul slah aturyra atau kdua4uaqa,lantas ia
ti&k masuk surgt6ts (HBAlrmad dan Musltm)516
fuga diriwayatkan dalam hadits lain dari lg'ab bin Uirah dan lain-
nya bahwa ualaikat fibril pembawa wahyu mendoakan buruk untuk
orang yang menyia-nyiakan kesempatan ini, dan doa fibril ini
diaminkan oleh Nabi s3sr..517
Sedangkan yang sama kondisinyadengian usia laniut ialatr kon-
disi-kondisi sakit yang menjadikan manusia dalam keadaan lemah
dan memerlukan perawatan orang lain, serta tidak mampu bertindak
sendiri untuk menyelenggaralan keperluamya.
Jika demiklan sikap umum terhadap kefiia orug uta maka secara
khusus ibu lebih berhak unnrk dilaga dan dipelihara berdasarkan
penegasan Al-Qur'an dan pesan Sunnah Rasul.
Allah berfirman:
"Kami pertnhhl<an kepada manusia sup)ra Dri:ftitat Daik kepfu
dua onng ibu-baplaya, ibuqn mengandungrya dengan sl.tsalt
515Adrua, dia tidak berbakti kepada mereka yang akan menganarkanryra ke surga
(Pctrl.).
5I6shatrih al-Jani'rch-Shaghir, hadits nomor 351 1
51 Tpoa ualaikat iu berbunyi demikian: 'lauhlah (dari rafumt Altah) onng yant
llbrit
mendapati kedua onng fianya atau salah satunya telah berusia lan ut" tctapt dia ddak masuk
surga.' Diriwayattan oleh Thabranl dengan perawi-penwi tcperca,,a, sebaSainana ditrrang-
kan dalam Majna'uz-tuwai4 1: 166. Dan la mempuryrai selumlah qrahld.
846
Fyah, hn melahirkanryn dengru susah Fyan (puh).Mengru-
dungrya ampi meryapifuya a&hh tisa puluh bulan ...." lal-
Ahqaf: I5)
"Dan l(ami plintalrl<an manusia (brbuat Daik) keW& dua onng
ibu-fuph1a ibwrya telah mengandungnta dalam kahan lemah
ltangbrtamfuh lemah dan meryrapihqta dalam dua khun. kr-
syukfibl keour&,-Ku hn ke@a fua onng ikt-fuplonu, haryn
kepada-Kulah kemMlimu." (Luqman: I 4)
"e+'+d:!k-aL,t
?Yrlk-,it,,i6ili,,t3
. a)-c-
9z gL,*t)t'r516V
$ifi!*rr:r,>t6C,r"4
t-9W v -/ -
51Eg1 1X.5rrri dalam ash-shaghir. Di rialam sanadnya Erdapat al-ttasan bin Abi
fa'far
yang lemah teapi bukan pendusta, dan t€rdapat Laits btn Abi Sulaim, seonng perawi nrrdallis
(suka menyamarkan hadits). (Majnatz-Zauaiil, kar,ra al-Haitsami, luz 8, hlm. 137).
847
esok
beeitu t€rhadap ibumu, tetapi engkau menantikan kematiannya
;ffi;*i-ffi; ;d"rstr" iUum-u berbuat begihr rcrhadapmu lustru
mengharapkan engkau berus1{Pfniang'" .
selain inr, tanggungli*rl r;1"ir_e.'terhadao si sakit bertambah
b#"p;bii; i. 66i pt il" ;; k hiffisr, rrer.E ran gnn*, ue{uat
;;;hi,tnrcar"lra anak t<edt --aPalad belum sampai.mumayiz-- 1au
;-p.rti ffitfila, yang**G-P*$q mernbutuhkan perawatan
eksfia dan penanffi"yang irius' ttirena orang ryTg,ttr]1t3y'
Oan Uerpitiian nolrmal dapat mgmi$3 apa,sa[ 4$-9,-Tg1t11an'
a.oai mlnielaskan apa yang ia butuhkan, dapat minta disegeraxan
k flilffir, uita tbrtimuit, dan dapat memtnskan orang )rang
"::d";sk -;;k
mensobati atau merawatnya.
i.ait, otgng da.T
.slal -sei:1",:-ry:f:k
.vang-
itu berlipat-
"
-T.6*
tiaafc mufiekin dapat melakukan lid
demikian. I(arena
[frffi;h 'i.to"rg*ya. Dengan demikian, mereka harus
;;;;;#;;y;d"ti fronaiti kesdhatannva F
ttnry1a1131.an
848
spesialis, membeli obat, biaya opname di rumah sakit, biaya operasi,
dan sebagainya sezuai dengan kemampuan dan kebutuhan, tanpa
isral (berlebih-lebihan) dan tanpa bersikap kikir. Allah berfirman:
"... Onng yang finmpu menurut kemampuannya dan orang yang
miskin menurut kemampuannlta (pula) ....1A-Baqaralr: 236)
"... Nlah tidal< memikull<an fuban kepda *seonng melainkan
(*lnfur) aW Wg Nlah berilan kepadanya...." (ath-Thalaq: 7)
Namun, hal ini tidak meniadi keharusan bagi setiap jenis penpkit,
melainkan untuk penyakit yang sangat parah, atau yang dikhawatir-
kan akan bertambah parah, juga penyakit yang dapat menjadikan
penderita mengabaikan kewajibannya. Sedangkan dalamhd ini ter-
dapat obat yang mujarab dan maniur, sesuai deng;an sunnah Allah
pada manusia.
Bila penyakitnya benar-benar berat dan obatnya lebih mujarab,
sementara penderita benar-benar membutuhkan pengobatan, maka
memberi biaya untuk pengobatannya merupakan pendekatan diri
kepada Allah yang sangat mulia. I(arena orangyang menghilangkan
suatu kesusahan seorang muslim di dunia, maka akan dihilangkan
oleh Allah kesusahannya pada hari kiamat, dan AIIah senantiasa
menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya:
"(,#-;,aiafi;l4r6t4#
"... Dari
'nnla
brangliqa.funarrptitnn wnngmanusia,
whh-olah'ia telah memelihan kehidupn manusia *mua-
nya .,.." lal-ltlt'ldah: 52)
Namun begitu, tidak lazim bagi kerabat atau teman untuk memikul
seluruh biaya pengobatannya sendirian, melainkan harus berbagi
dengan yang lain:
QiJl#ri;36a1--"3
"Banngsiapa lnng mengerjaku k&il<an *Dr;nt &arnh pun;
nisaln dn alran melihat (bala*nlnya pula." laz-Z*lz,stttl.71
Boleh jadi biaya itu dibutuhkan sebelum berobat atau sesudah
berobat, yainr ketika si sakit keluar dari rumah sakit yang membu-
tuhkan biaya sangat besar sehingga tidak dapat dipenuhi olehnya.
-i'
:Hr$6g66iKW"g,',&;i#)
6*=t*:,j6,t4uKfl3W;Ze
e).2
"lagalah
(
r,Lobt)
diimu dari penyakit syuhh, karena penyakit ryrtnn ini
,
@yt/<
tetah membinaskan onng-onng sebelum lcamu, mendorong
mereka untuk melakul<an pertumphan danl, dan mengfialall<an
apa gg dihanmlran atas mereka.qre
5l9HR Muslim dalam "Kitab al-Birr wash-Shilah" dari hadits Jabir. Shahih uuslim, hadl6
nomor 2578.
850
2. Keluarga si sakit yang berlebih{ebihan dalam membiayai si sakit
untuk sesuaor yang layak ataupun tidak layak, yang dibutuhkan
maupun yang tidak diperlukan, demi memamerkan kekayaan,
menunjukkan bahwa mereka berharta banyak, dan berharap
mendapatkan sanjungan orang lain.
Anda lihat mereka memindah-mindahkan si sakit dari dokter
yang sahr kepada dokter yang lain, dari sanr rumah sakit ke rumah
saklt lain, dari satu neg:ra ke negara lain, padahal penyakitnya
sudah diketatrui dan diagnosisnya sudah jelas, bahkan para dok-
ter sudah mencurahkan segenap kemampuannya secara maksi-
mal dan optimal, sehingga tinggal terserah pada keputusan Allah
yang tidak dapat ditolak, apakah sembuh atau meninggal dunia.
Di dalam pemindahan ini sudah barang t€ntu menambah beban
dan lepayatran bagi si sakit padaltal pemirdahan iu sendiri tidak
mendesak, belum la$ beban-beban di balik itu semua.
selain ihr, sering juga kondisl si sakit sudah lebih dekat kepada
kematian, dan dia lebih utama mati di kampung halamannya, di
t€neh-tangah keluarganya, familinya, dan handai lolamya.
Tetapi sikap berlebihan pihak famili untuk menampakkan bantu-
annya, ketidakbakhilannya, dan demi menunfukkan kemampu-
annya membiayai betapapun besarnya, hal itulah yang terkadang
mendorong mereka melakukan tindakan berlebihan.
padahat-dalam kondisi seperti itu lebih utama iilta dia mengin-
fal*an harta tersebut --aas namanya sendiri-- di falan lebaikan,
khususrlya untuk rumatr-rumatr sakit, unnrk biaya pengobatan
fakir tniskin yang peng[usllannya sangat terbatas. Pemberian
sedekah seperti tni kadang-kadang mendorong orang-orangyang
mendapatkan bantuan itu untuk mendoakan si saktt agar diberi
kesembuhan oleh Allah, lalu Allah mengabulkannya. Untuk ini
Rasulullah saw. bersabda:
.i'6,i3rg"i{*7gsti
evl61as."9,rPal ob)'
"Obatihh onnganrrg nkitnu dengw *kall..620
52061 66, syaikh dalam ats-rssab dari Abu Umansh. Dihas8nkafl (oteh al-Albrd)
dalam Shahih al -J ami' uh - Shaghir.
851
Seandain),a uang )rang dihambur-hamburkan itu disedekahfa-
riahkan, niscaya ia akan terus mendapatkan pahala selama sede-
kah jariahnya inr dimanfaatkan orang sampai hari kiamat
852
pembicara dari kalangan ahli fiqih dan dokter-dokter ahli. Melalui
berbagai pembahasan dan diskusi --termasuk menyelidiki semua
segt yang berkaitan dengan peralatan medis tersebut dan menerima
pendapat dari para dokter ahli-- Irmbaga Fiqih Islam akhirnya
menghasilkan kepunrsannya yang bersejarah dalam muktamar yang
diselenggarakan di kota Amman, Yordania, pada anggal S-13 Shafar
l4OT Hlll-16 Oktober 1986 M. Diknrm itu berbunyi demikian:
"Menurut syara', ses@rang dianggap telah mati dan diberlakukan
atasnya semua hukum syara'yang berkenaan dengan kematian,
apabila telah nyaa padanya salah sanr dari dua indikasi berikut ini:
1. Apabila denyutjannrng dan pernapas:rnnya sudah berhenti se-
czrratotal, dan para dokter telah meneapkan bahwa keberhentian ini
tidak akan pulih kembali.
2. Apabila seluruh aktivitas otaknya sudah berhenti sama sekall,
dan para dokter ahli sudah menetapkan tidak akan pulih kembali,
otaknya sudah tidak berfungsi.
Dalam kondisi seperti ini diperbolehkan melepas instrumen-ins-
trumen yang dipasang pada seseoran€ (si sakit), meskipun sebagian
organnya seperti jantungnya masih berdenyut karena keria instru-
men tersebut.
Wallahu a'lam."
Dari diktum ini dapat dihasilkan sejumlah hukum syar'iyah,
antara lain:
Pertama: boleh melgpas dat-alat pengaktif (perangsang) organ
dan pernapasan dar-i si sakit, karena dilak berguna la$.
Bahkan saya katakan waiib melepas atau rnenghentikan penggu-
naan alat-alat ini, karena tetap mempergunakan dat-alat tersebut
bertentangan dengan ajaran syariah dalam beberapa hal, antara lain:
Menunda pengurusan mayit dan penguburannya tanpa alasan
darurat, menunda pembagian harta peninggalannya, mengundurkan
masa iddah istrinya, dan lain{ain hukum yang berkaian dengan
kematian.
Di antaranya lagi adalah menyia-nyiakan harta dan membelania-
kannya untuk sesuaft yang tidak ada gunatnya, seaanglan dndakan
seperti ini terlarang.
Selain itu, di antara akibat yang ditimbulkannya lagi ialah mem-
beri mudarat kepa4a orang laip deqgap mengh4langi mereka me-
manfaatkan alat-alat yang sedang dipergunakan orang yang telah
mati otak dan saraftya itu. Hadits Nabawi meneapkan sebuah kai-
dah qath'iyah yang berbunyi:
853
I
( d.* e ip +1, u' at i ob, ),
t
JWY5 1,$*
-lidal( bteh membert muclant krych diri wtdiri dan iaa*Wbtt
mentfrlri mt&ntkqpada onng hin62t
,Y":ii3g51w,AA#3117
{,6tiefug6t17rjg^v4"91
Tiadawrang musiim pni nnim***:t#*
menabw bnih, lantas funhnya dimal<an burug manusia atau
binatang melahkan yans denikian itu maladi sede*ah bagi'
rya622
521ga a6ta6 61lbnu Marah dari Ibnu Abbas, dan lbnu Maiah meinrayatkannya pula
dari Ubadah. Sahth deryan semua Jalannya. Lihat, Silsilzh at-AhaAits dsh-Sh4hihdh, l(ar}'a al-
Albani, nomor 250. Dan-lihat pula: al-Asybah :yla7.-Nazhair karya Ibnu Najim, l{aidah Kelima:
'adh-Dhararu Yuzalu' dan cabang-cabangnya, hlm. 85-92, t€rbian al-Halabi.
SZZuun S*'alaih dari hadi6 Anas. Al'Lu'lu'ual-Maqar, nomor 1OO1'
854
mengembalikan kesehatannya. Maka seorang musllm tldak palu
meragukan betapa utamanya amal lnl dan betapa besarnya nilai dan
pahalanya di sisi Allah Ta'ala.
Apabila pemberiart derma (donor) inl sudah dipasdkan, rnalu
bolehlah mengambil organ yang dibutuhkan ltu sebclum peralatan
yang dipasang pada nrbuhnya dilepaskan, karena ill€ ddak &mtkian
berarti mengambil organ dari orang yang sudah mati btla ditinfau
dari segi aktivitasnya menurut keputusan di atas. Sebab pengam-
bilan organ set€lah dilepas peralatannya ttdaklah berguna untuk di-
cangkokkan kepada orang lain, dikarenakan organ itu telah kehi-
langan daya hidup, dan rclah rnenjadi organ mati.
58Llhat, al-Hiilayahna'aTahmilntiFa.-hileirlit,Btl64iolnajmu,,5:106;al-Mofii,,2t2lS-
2l4t dan al-lashaf,2: 463.
I
kaitan ini Imam Ghazali menulis bab tersendiri dalam al-rhya' untuk
menlangkal pendapat trang ),ang menFtakan balua'meninggalkan
berobat lebih utama dalam segala kondisi".
Tetapi, yang saya pandang kuat ialatr pendapatyang mewaiibkan
berobat bila penyakitqya parah dan obaurya maniur (berfaedah)
menurut kebiasaannya. Adapun jika harapan unuk sembuh inr tipis
--bahkan kadang-kadang sudah tidak ada harapan sembuh menurut
para ahlinya-- maka tidak ada alasan untuk mengatakan wafib atau
sunnah ddam hal berobat.
IQrena ifir, menghentikan penggunaan peralatan dari si sakit
yang keadaannya seperti itu tidak lebih dari meninggalkan perkara
mubah, kalau tidak lebih utama sebagaimana pendapat Imam Atunad
dan lainnya. Bahkan, saya lihat pendapat yang terkuat ialah yang
mewajibkan penghentian penggun.un peralatan tersebut.
6rLfi K$€,,;-fii,fiq$Jy65
"... Dan bertofutlah kamu *kalian kepda Nlalr,lni oruU-orurg
yang beiman, supam kamu berunfung."(an-Nur: 5I)
Adapun tobat bagi orang sakit lebih waiib lagi-hukumnya, di
samping ia lebih membutuhkannya karena memangbesar keunnrng-
annya, sedangkan bagi orang yang mengabaikannya akan menda-
patkan kerugian yang amat besar. Dan orangyang berbahagia adalah
orang yang segera bertobat sebelum habis waktunya:
"Dan tidaklah tofut ittt diteima NIah dai onng-onngWrg m*
ngerjal<an kejalntan (yan) hinglga apbila dabng ajal keWh
856
wnng di antan merelca, (barulah) ia mengatalcan,'Sesunguh'
nta sap befioht sr,l<anng..,.'"(an-Nlsa': I8)
Allah fuga tclah memuii ahli lcbaiikan dan ahli tahrra dengan
firman-Nya:
"... dan onng-onng )ang mene4ti janjinya apbila mercl<a ber-
janji ...." lal-Baqarah: 177)
857
muamalah, pergaulan, persahabatan, dan sebagainya, serta meminta
keridhaan mereka sedapat mungkin. Selain ifi, hendaklah ia menyi-
bukkan dirinya dengan membaca Al-Qur'an, dzikir, kisah-kisah
orang saleh dan keadaan mereka keffka menghadapi kematian. Hen-
daklah ia memelihara shdatnya, menfauhi nafis, dan mengikuti
kegiatan-kegiaan lceagamaan lainnya. Janganlah ia menghiraukan
perkaaan orang yang mencela atas apa yang ia lakukan, sebab ini
merupakan ujian baginya, dan orang yang mencelanya itu adalah
teman yang bodoh dan musuh yang terselubung. Di samping itu,
hendaklah ia berpesan kepada keluargianya agar bersabar jika ia
menghadap-Nya dan jangan meraapinya, karena mentap rcrmasuk
perbuatan jahiliah, demikian pula memperbanyak menangis. Hen-
daklah iaiuga berpesan kepada keluargianya agar meniauhi tradisi-
tradisi bid'ah terhadap ienaz.ah, dan hendaklah merekabersungguh-
sungguh mendoakannya, karena doa orang-orang yang hidup itu
berguna bagi orang yang t€lah mati."Szs
Di antara indilusi kebaikan ialah Jika seseorang diberi aufiq oleh
Allah untuk melakukan amal saleh sebelum meninggal dunia, untuk
mengakhiri kehidupannya, sebab amal-amal itu tergantung pada
kesudahannya. Dan di antara doa yang ma'Bur ialah:
/2/.
's3-/r&i*AtrZ-'16,'til;Vl6t
6*dvugLry3-,'J6{4^/%-
av4i;,:tb .^e\ o), ) - 94' A+i$'r$t
({ttv
525e1-uoi^u', karya lmam Nawawi, juz 5, hlm. 1 18-119.
526HR Thabrani dalam al-Ausath. Dalam sanadnya terdapat perawi bemama Abu Malik
an-Nakha'i, sedangkan dia itu lemah . (Majma'uz-zawaid, karya al-Haitsami, Juz 10, hlm. 1 13).
858
"Apbila Nlah mengltenfuki kebaikan Mgi *onnghamba, malra
dipekerjalran-Wah orang itu.' Ditarynl<an kepda beliau, "Bagai-
mana nempekerlal<anryd?' kliau menJawab, "Membertnya tautiq
(pertolongan) untuk melakukan amal saleh sebelum meninggal
dunia, lalu Dia (Nlah) mematikannya atas amal saleh itu.627
,
*g 1# q,tg$l^k ;6t
:Es r
Sy
M\ftq)+s?33-ilrL6,gJG
.( LW, " t, t.93?a$3:,&og/41-
'Apabila NIah menghendaki kedil<an fugi *orang nanOa iata
disucikan-N1n onng itu sebelum meninggal dunia." Pan sahabat
bertanlta, "AN Wg buat menyucikan hamfu itu?" kliau menja-
wab, "Amal saleh fifig ditlhanlran Nlah kenr,& orang itu, hntas
dlnadkanny orutg"tttt atas ut al raleh tet*but'(HX Thab-
ratrl)528
527HR Ahmad, nrmidzt, Ibnu Hlbban, d.n H.ktm. Shatri[ at-Jani'ush-slughr, lr,adits
nomor 305.
-S2ashnhihal-Jani'ush-shaghir,
hadlB notnor tO6.
Esg
1lang dapat menghilangkan rasa sakirt'ra, atau minimal geringankan-
nya. Di samping itu, menyampaikan keluhan kepada orang yang di-
percayainya dapat meringankan beban psikologis, lebih-lebih jika
orang ihr mau menanggapinla, merasa iba padanya, dan ikut mera-
sakan penderitaan yang
Seorang penyair kuno mengaakan:
"Aku mengaduh dan mengeluh
Padahal mengeluh seperti ini tak biasa kulakukan
Tapi memang
Bila gelas sudah penuh isinya
Ia akan nrmpah keluar."
:/{gri#bq"K64#t
"Nat demam tang Hnasnya *tingt Wry diafuni dw orury &d
l<alian."
529p".;Lr" hadiB ini dan dua hadlts sebetumnlra dalam Shahih al-Buthari dan Fathul-Bari:
"Kitab d-Mardha', 'Bab maa nakhkhisha lil Maridh an Yaquula: 'lnni wara'un, au
waara'saahu, au isyadda bii al-waJa'u''. Hadits nomor 5666, 5667, 566A.
860
Imam Bukhari meriwayatkan dalam al-Ailabul-Mufrad dari Urwah
bin Zuber, ia berkata, "Saya dan Abdullah bin Zuber pernah menje-
nguk Asma' --binti Abu Bakar yang nota bene ibu mereka sendiri--
lalu Abdullah beranya kepada Asma', 'Bagaimana keadaan lbunda?'
Asma' menjawab,'Salkit.''53o
Riwayat-riwayat ini menolak anggapan sebagian ulama yang
mengatakan bahwa orang sakit dimakruhlcan mengeluh/mengaduh.
lmam Nawawi mengomentari pendapat sebagtan ulama tersebut de-
ngan mengatakan, "Ini adalah pendapat yang lemah atau batil,
karena sesuatu yang makruh ditetapkan dengirn adanya larangirn
yang dimaksud, sedangkan yang demikian tidak didapati." IGmu-
dian beliau berhujjah dengan hadits Aisyah dalam bab ini, lalu ber-
kata, "Barangkali yang mereka maksud dengan haralwh (makruh) di
sini adalah khilaful-auh (menyalahi sesuilu )rang lebth utama), sebab
tidak diragukan la$ bahwa melakukan dzikir lebth uama (dartpada
mengadutVmengetang) .'s3 I
Al-Qurthubi berkata, "Sebenarnya tidak seorang pun yang dapat
menolak rasa sakit, dan memang fiwa manusia dicipakan untuk
dapat merasakan yang demiklan, maka apa yang telah dicipakan
Allah pada manusia tidaklah dapat diubah. Hanya saja, manusia
dibebani tugas untuk melepaskan diri dari sesuatu yang dapat diting-
gallen apabila ditimpa musibah, misalnya berlebihan dalam me-
ngeluh dan mengaduh, karena oranglang berbuat begiol berad telah
keluar dari artian sebagal ahli sabar. Adapun scmirh-mata meng-
aduh tidaldah tercela, lccuali ia membenci apayang dtakdlrkan atas
dkln5ra.'53e
Bahkan Imam Muallm meriwayatkan dari Utsman bin Abil'Ash
bahwa dia mengeluhkan rasa sakit pada mbuhnya kepada Rasulul-
lah saw., lalu beliau bersabda kepadanya:
861
a+!a,$u*Ag{ssii
b&n &n uay
"lntalfun tangannu Na fil6ruhmu t'ary sakit,
ini
kan bisnillah'(dengan nama Nlah) tiga kali, dan ucapkan doa
*tunyalr atiun *ait, 31AS !u=|y#lr ri3Sjiti;;#
"Aku frcrlindung dengg kebwru NIah dan kelnlasaan-Nn fui
ap gryafu defia dan aku ldnwatfulcanfis
SSSMuslimdalam "as-Salam", hadits no.22o2; ?$uDaud no.3891, dan Tirmidzi no' 2081.
534A1-e[emah al-Qari dalam Mirqaatl-MaJatih syarah Misyhatil-Mashabih, i:uu2,hlm.298.
535 N-Mfrdi'
fr syarh al-Mu4ni', iuz 2, ttn. 21 5,
536Fathut-naa, 1o, hlm. 125 dan 126.
fuz
862
/d.g,,,'^'4bfuK%,;t,r',#,
9
537 et-ed&ut-urpoa,
karya at-Bukhart, hadl6 nomor 5o9.
5384-aukhari, hadits nomor 566o.
863
kepadanya tentang apt-apt dan hadits-hadits Nabi, serta biografi
para shdihin yang sekiranya dapat menenangkan dan memantapkan
I
hatinya, fiak menjadikannyafenuh dan berat. IGmudian sebaiknya
ia dialari dcngan sesuatu yang dapat meninggikan iiwanya, sebagai-
mana yang dilakukan Nabi saw. terhadap Utsman bin Abil 'Ash.
Adapun mengenai pengaduan kepada Sang Pencipta Yang Maha
Luhur, maka Al-Qur'an telah mengisatrkan beberapa orang Nabi a.s.
yang mulia. Di antaranya Al-Qur'an mengisahkan Nabi Ya'qub a.s.
yang mengatakan:
i'iJyo-HAKAAy
".., Sesungguhnln hanylah kep& Nlah alil mengadukan ke-
sushan dan kesrdihanht .... " (Yueuf: 86)
864
Si Sakit Mengharapkan Kemadan
Apabila si sakit diperbolehkan mengeluhkan penderitaannya se-
bagaimana saya sebutkan, maka tidaklah baik baginya mengharap-
kan kematian atau meminta kematian karena penderitaan yang di-
alaminya, mengingat hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Muslim dari Anas bahwa Nabi saw. bersabda:
l4\4%s'sT'i(#'ffil
4\#W3'q
I l,/i ,r/c/"t.//n
-/zz
'L51,\JtL.-g4
?3firli&,r*suitsis
Tieft,Ga,51\,
*iz 7> '//
1,6if&;:,J@zqL?*Ki
$styL* 3.$j,!.@zt4?,+rKr
;./
ootdtob,).'4Wu55Ji
"Jangan sekali-lcali trseonng di antara lramu mengfianplcan ke'
matian karena pnderitaan yang dialaminy. Jika ia harus berbuat
begrtu, maka hendaldah ia mengucapl<an, Ya Nlah, hidupkanlah
aku jika hidup ilu lebih baik bagiku; dan matikanlah aku iika kema'
tian itu lebih baik bagiku.'5+r
54161-6uLh"ri 4r1rn Fathul-Bari, hadits nomor 5671, "Bab Tamanni al-Maridh al-Mauta";
dan Muslim dalam "adz-Dzikir wad-Du'a", hadits nomor 2680.
865
menambah kebaikannya; dan jika ia orang yang jelek maka boleh
jadi ia akan bertobat dengan lulus.'542
Makna kata yasta'tibu ialah kembali dari segala sesuatu yang men-
jadikannya tercela, caranya ialah dengan melakukan tobat nashuha
(tobat yang tulus).
Imam Muslim meriwayatkan dalam shahih-nya dari Abu Hurairah
bahwa Nabi saw. bersabda:
. G{g
/6{L8x|^3tJ',3V /4G
'Jangan sekali-kali salah seorang di antara kamu mengltarapkan
kematian dan jangan pula berdoa memohon kematian *belum
datang waktunya. Sesungguhnya kematian itu apabila futang ke-
pada alah *orang di antara kamu maka putuslah amalny, dan se -
sungguhnya tidak bertambah umur orang muhnin itu melainkan
hanya menambah kebaikan baginyl.'5as
agud:r
-rjsqKsjqer
542A1-Bukhari dalam Fathul'Bari, nomor 5673.
543ttR tvtuslim dalam "adz-Dzikr wad-Du'a wat-Taubah' , hadits nomor 2662.
544Lihat, Syarh as-Sunnah. karya al-Baghawi, juz 5, hlm. 259, dan al-Majmu'. karya an-
Nawawi. iuz 5. hlm. lob-107.
866
Aa NIah, mdwt k@-Mu (agar Englau mqdollglru urltuk)
aIru
keMikan, meninggallran kemunkann, dan mencintai
melakut<an
onng-oftng miskin. Dan apbila En*au mengfiendaki suatu fit'
nah kepda suatu lraum, makawatatl<anlah aku untuk mengfiaday
Mu tanp te*ena fihah.64s
y";L85"6H5g-#8,
' A*Ji
Ya Nlah, ampunilah aku dan kasih qrangilah alflt, dan pttemu'
kanlah aku dengan teman yang luhur.6$
545gi lsnidzi dan beliau berkata, "Hasan sahih." Hadits nomor 3235. Diriwayatkan
i,ga dalam Mwnod Ahmad dan disahkan oleh Hakim, sebagaimana juga diriwayatkan oleh
firmiOzi dari hadits lbnu Abbas, rlomor 3233, dan Imam Ahmad png disahkan oleh Syakir'
hadits nomor 3484.
#6N-s,rkhari, hadits nomor 5674'
867
I
Hal ini sebagai isyarat bahwa larangan tersebut khusus untuk ke- I
adaan sebelum datangnya pendahuluan kematian.saT
';n:i:r:;r46*Ui{tar'bl#q
(Po\.,,) ,Jt<iirli
di antara *amu meninggal dunia
'Jangan *kali-t<ali salah seorang
melainkan dalam keadaan dia berfuik angka kepada Nlah
Ta'ala.648
Hal ini diperkuat oleh hadits qudsi yang telah disepakati kesahih-
annya, bahwa Allah berfirman:
(,s,ul,ot ).AG#gy*$g
"Aku menuntti perangkan hamba-Ku kepda-Ku.6ae
868
lihat orang yang hidup --yakni sehat-- maka takut-takutilah dia
akan Tuhannya lv.zawa falla."
Mu'tamir bin Sulaiman berkata, "rcetika akan meninggal dunia,
ayah berkata kepadaku, 'Wahai Mu'tamir, bicaralah kepadaku ten-
tang rukhshah-rukhshah (kemurahan-kemurahan), supaya aku
menghadap Allah Ta'ala dengan berbaik sangka kepada-Nya."55o
Imam Nawawi berkata, "Orang yang sedang menunggu orang
yang akan meninggal dunia disukai membangkitkan harapannya ke-
pada rahmat Allah, menganjurkannya untuk berbaik sangka kepada
Allah, mengingatkannya dengan ayat-ayat dan hadits-hadits me-
ngenai pengharapan dan ditimbulkan semangatnya. Petunjuk meng-
enai apa yang saya sebutkan ini banyak terdapat dalam hadits-hadits
sahih, di antaranya sejumlah hadits yang saya sebutkan dalam "Ki-
tab al-fana'iz" darikitab al-Adzhar. Hal ini juga dilakukan oleh lbnu
Abbas terhadap Umar bin tthattab r.a. ketika menghadapi maut, juga
dilakukan Ibnu Abbas terhadap Aisyah, dan dilakukan pula oleh
Ibnu Amr bin Ash terhadap ayahnya. Semua ini tersebut dalam
hadits dan riwayat yang sahih."551
869
dekati si sakit ialah famili yang paling sayang kepadanya, paling
pandai mengatur, dan paling takwa kepada Tuhannya. Karena tuiu-
annya adalah mengingatkan si sakit kepada Allah Ta'ala, bertobat
dari maksiat, keluar dari kezaliman, dan agar benrrasiat. Apabila ia
melihat si sakit zudah mendekati aialnya, hendaklah ia membasahi
tenggorokannya dengan meneteskan air atau meminuminya dan
membasatri kedua bibirnya dengan kapas, karena yang demikian
dapat memadamkan kepedihannya dan memudahkannya mengucap-
kan kalimat sy ahadat." s52
Kemudian dinrntunnya mengucapkan kalimat laa ilaaha illallah
mengingat hadits yang diriwayatkan Muslim dari Abi Sa'id secara
marfu':
(P o,D/kt*utJYl €ggtgl
"Ajarilah orang yang hampir mati di antara l<alian dengan kalimat
laa ilaaha illallah.653
Orang yang hampir mati di dalam hadits ini disebut dengan "mayit"
(orang mati) karena ia menghadapi kematian yang tidak dapat dihin'
dari.
Jumhur ulama berpendapat bahwa menalkin (mengajari atau me-
nuntun) orang yang hampir mati dengan kalimat laa ilaaha illallah ini
hukumnya manAuU (sunnah1, tetapi ada pula yang berpendapat wajib
berdasaikan zhahir'perintah. Bahkan sebagian pengikut mazhab
Maliki mengatakan telah disepakati wajibnys.ssl
Hikmahhenalkin kalimat syahadat ialah agar akhir ucapan ke-
tika seseorang meninggal dunia adalah kalimat tersebut, mengingat
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Hakim serta disah-
kan olehnya dari Mu'adz secara marfu'r
552Lih^t, or-urghni m'a asy'syarhit-Kabt, tuz 2, hlm. 304; dan al-MuMil, karya Ibnu Muffi'
iuz 2, hlm. 216.
553Mus11m dalam "al-Jana'i2", hadits nomor 916; Abu Daud, hadits nomor 3117; Nasa'i,
870
g?^f\fluL\u{*5q95(&
(ftYr-rt,9id-r'l J-td
"knngsiap yang akhir prl<akannya l<alimat laa ilaaha illallah,
akn masuk surga.655
mala ia
555a5u Daud (3117); dan Hakim (1:351), beliau berkata, "Sahih isnadnya." Dan dise-
tuiui oleh adz-Dzahabi.
871
Diriwayatkan dari Abdullah bin al-Mubarak bahwa ketika ia ke-
datangan taqd-a-t+qda kematian (yakni hampir meninggal dunia)
ada seorang laki{aki yang menalkinkannya secara berulang-ulang,
lantas Abdullah berkata, "seandainya engkau ucapkan satu kali saji,
maka saya tetap atas kalimat itu selama saya tidak berbicara lain..
Dalam hal ini, sebaiknya orangyang meialkinkannya ialah orang
yang dipercaya oleh si sakit, bukan orangyang diduga sebagai lawan-
(ada rasa perrnusuhan dengannya) atau orang yang hasad kepa-
lya
danya, atau ahli waris yang menunggu-nunggu [ematiannya.sso
Sementara itu, sebagian ulama menyukai dibacakan surat yasin
kepada orang yang hampir mati berdasarkan hadits:
.{sg)tr-&Gfit
"kcakanlah surat Yasin kepada orang yang hampir mati di antara
kanu.6s7
({d,ot ,) ,'fi:$iaqt
"Sesuai dengan fitrah.6s8
872
Imam Hakim berkata, "Ini adalah hadis sahih, dan saya tidak
mengetahui dalil tentang menghadapkan orang yang hampir mati ke
arah kiblat melainkan hadits ini."sse
Ada dua macam pendapat dari para ulama mengenai cara meng-
hadapkan orang sakit ke arah kiblat ini:
Pertama, ditelentangkan di atas punggungnya, kedua telapak
kakinya ke arah kiblat, dan kepalanya diangkat sedikit agar wajah-
nya menghadap ke arah kiblat, seperti posisi orang yang dimandi-
kan. Pendapat ini dipilih oleh beberapa imam dari mazhab Syaf i,
dan ini merupakan pendapat dalam mazhab Ahmad.
Kedua, miring ke kanan dengan menghadap kiblat, seperti posisi
dalam liang lahad. Ini merupakan pendapat mazhab Abu Hanifah
dan Imam Malik, dan nash Imam Syaf i dalam al-Buwaithi, dan pen-
dapat yang mu'tamad (valid) dalam mazhab Imam Ahmad.
Sebagian ulama memperbolehkan kedua cara tersebut, numa yang
lebih mudah. Sedangkan Imam Nawawi membenarkan pendapat
yang kedua, kecuali jika tidak memungkinkan cara itu karena tem-
patnya yang sempit atau lainnya, maka pada waktu itu boleh dimi-
ringkan ke kiri dengan menghadap kiblat. fika tidak memungkinkan,
maka di atas tengkuknya atau punggungnya.s6o
Imam Syaukani berkata, "Yang lebih cocok ialah menghadap kib-
lat dengan miring ke kanan, berdasarkan hadits al-Barra' bin Azib
dalam Shahihain:
g$$1;r#u$(a64;^a($irrliy
...q,/{*6iiu6ue|',{3
"apabila engkau hendak naik ke tempat tidurmu mal<a berwudhu-
lah seperti wudhumu ketika hendak shalat, kemudian berfuinglah
di atas lambungmu sebelah kanan."
ssgsebagian ulama berdalil dengan hadits Ubaid bin Umair dari ayahnya dari Abu Daud
dan Nasa'i mengenai al-Baitul-Haram bahwa Rasulullah saw. bersabda: 'Al-Baitul-Haram itu
kiblatmu pada waktu hidup dan pada waktu mati." Tetapi lmam Syaukani mengomentari
bahwa yang dimaksud dengan "pada waktu hidup" ialah ketika shalat, dan "pada waktu
mati" ialah dalam lahad, sedangkan orang yang hampir mati di sini tidak sedang melakukan
shalat, karena itu ia tidak tercakup oleh hadits ini. Maka yang lebih sesuai ialah berdalil
dengan hadits Abi Qatadah di atas. (Nailul-Authar, ,uz 4, hlm. 5O).
56061-v"1.u', juz 5, hlm. tt6-777.
873
Dalam riwayat lain disebutkan:
wg\iwsrea#
"Jil<a engku meninggal dunia pda malam hadmu itu, maka eng-
1
Jn;)l)#,$,!Y&)Uy
"Sesungguhnya ruh apbila dicabut, ia diikuti oleh pndang41."s6s
874
yang dapat mengenai seluruh dagunya, dan diikatkan dengan bagian
atas kepalanya, supaya mulutnya tidak terbuka.
Kedga: dilemaskan persendian atau pergelangan- pergelangan-
nya, yaitu dilipat lengannya ke pangkal lengannya, kemudian dijulur-
kan lagi; dilipat (ditekuk) betisnya ke pahanya, dan pahanya ke pe-
rutnya, kemudian dikembalikan lagu demikian iuga jari-jemarinya
dilemaskan supaya lebih mudah memandikannya. Sebab beberapa
saat setelah menghembuskan napas terakhir badan seseorang masih
hangat, sehingga jika sendi-sendinya dilemaskan pada saat itu ia akan
menjadi lemas. Tetapi jika tidak segera dilemaskan, tidak mungkin
dapat melemaskannya sesudah itu.
Keempat: dilepas pakaiannya, agar badannya tidak cepat rusak
dan berubah karena panas, selain kadang-kadang keluar kotoran
(najis) yang akan mengotorinya.
Kelima: diselimuti dengan kain yang dapat menutupinya, berda-
sarkan riwayat Aisyah bahwa Nabi saw. ketika wafat diselimuti de-
ngan selimut yang bergaris-garis.s6a
Keenam: di atas perutnya ditaruh suatu beban yang sesuai agar
tidak mengembung.
Para ulama mengatakan, "Yang melakukan hal-hal ini hendaklah
orang yang lebih lemah lembut di antara keluarga dan mahramnya
dengan cara yang paling mud3h.565
Adapun hal-hal lain setelah itu yang berkenaan dengan pengurusan
mayit, seperti memandikan, mengafani, menshalati, dan lainnya
tidaklah termasuk dalam kerangka hukum orang sakit, bahkan ter-
masuk dalam kandungan hukum orang mati atau ahhamul-jana'iz.
Dengan demikian, perlu pembahasan tersendiri.
Wa billahit taufiq, dan akhir seruan saya adalah bahwa segala
puii kepunyaan Allah, Tuhan bagi alam semesta.
875
I
HUKUM MENGGUGURI(AN I(ANDUNGAN
HASIL PEMERKOSAAN
Pengantar:
Perhnyaan penting ini saya t€rima ketika buku ini telah siap
untuk dicetak. Yang mengafukan pertanyaan adalah Saudara Dr.
Musthafa Siratisy, Ketua Muktamar Alami untuk Pemeliharaan Hak-
hak Asasi Manusia di Bosnia Herzegovina, yang diselenggarakan di
Tagteb ibu kota Kroasia, pada 18 dan 19 September 1992. Saryaiuga
mengikuti kegiatan tersebut bersama Fadhilatus-Syekh tvtuhammad
al-Ghazali dan sejumlah ulama serta iuru dakwah kaum muslim dari
seluruh penjuru dunia Islam.
Pertanyaan:
Dr. Musthafa berkata, "sejumlah saudara kaum muslim di Republik
Bosnia Herzegovina ketika mengetahui kedatangan Syekh Muham-
mad al-Ghazali dan Syekh al-Qardhawi, mendorong saya untuk
mengajukan pertanyaan yang menyakitkan dan membingungkan
yang disaqpaikan secara malu-malu oleh lisan para remaja putrikita
yang diperkosa oleh tentara Serbia yang durhaka dan bengis, yang
tidak memelihara hubungirn kekerabatan dengan orang mukmin dan
tidak pula mengindahkan perianfian, dan tidak menjaga kehormatan
dan harkat manusia. Akibat perilaku mereka yang penuh dosa (pe-
merkosaan) itu maka banyak gadis muslimatr yang hamil sehingga
menimbulkan perars.urn sedih, takut, malu, serta merasa rendah dan
hina. IQrena itulah mereka menanyakan kepada Syekh berdua dan
semua ahli ilmu: apakah yang harus mereka lakukan terhadap tindak
kriminalitas beserta akibatnya ini? Apakah syara' memperbolehkan
mereka menggugurkan kandungan yang terpaksa mereka alami ini?
IQlau kandungan itu dibiarkan hingga si fanin dilahirkan dalam
keadaan hidup, maka bagaimana hukumya? Dan sampai di mana
tanggung jawab si gadis yang diperkosa iru?"
Jazoaban:
Fadhilatus-Syekh al-Ghazali menyerahkan kepada saya untuk
menjawab pertanyaan tersebut dalam sidang, maka saya menjawab-
nya secara lisan dan direkam agar dapat didengar oleh saudara-sau-
si6
dara khususnya remaja putri di Bosnia.
Saya pandang lebih bermanfaat lagi jika saya tulis jawaban ini
agar dapat disebarluaskan serta dijadikan acuan untuk peristiwa-
peristiwa serupa. Tiada daya (untuk menjauhi keburukan) dan tiada
kekuatan (untuk melakukan ketaatan) kecuali dengan pertolongan
Allah.
Kita kaum muslim telah dijadikan objek oleh orang-orang yang
rakus dan dijadikan sasaran bagi setiap pembidik, dan kaum wanita
serta anak-anak perempuan kita menjadi dagrng yang 'mubah'
untuk disantap oleh serigala-serigala Iapar dan binatang-binatang
buas itu tanpa takut akibatnya atau pembalasannya nanti.
Pertanyaan serupa juga pernah diafukan kepada saya oleh sau-
dara-saudara kita di Eritrea mengenai nasib yang menimpa anak-
anak dan saudara-saudara perempuan mereka akibat ulah tentara
Nasrani yang tergabung dalam pasukan pembebasan Eritrea, seba-
gaimana yang diperbuat tentara Serbia hari ini terhadap anak-anak
perempuan muslimah Bosnia yang tak berdosa.
Pertanyaan yang sama juga pernah diajukan beberapa tahun lalu
oleh sekelompok wanita mukminah yang cendekia dari penjara orang-
orang zalim jenis thaghut di beberapa negara Arab Asia kepada se-
fumlah ulama di negara-negara Arab yang isinya: apa yang harus
mereka lakukan terhadap kandungan mereka yang merupakan keha-
milan haram yang teriadi bukan karena mereka berbuat dosa dan
bukan atas kehendak mereka?
Perama-tama perlu saya tegaskan batrwa saudara-saudara dan
anak-anak perempuan kita, yang telatr saya sebutkan, tidak me-
nanggung dosa sama sekali terhadap apafangtedadi pada diri mereka,
selama mereka sudah berusaha menolak dan memeranginya, kemu-
dian mereka dipaksa di bawah acungan senjata dan di bawah
tekanan kekuatan yang besar. Maka apakah yangdapat diperbuat
oleh wanita tawanan yang tidak punya kekuatan di hadapan para
penawan atau pemenjara yang berseniata lengkap yang tidak takut
kepada Sang Pencipta dan tidak menaruh belas kasihan kepada
makhluk? Allah sendiri telah menetralisasi dosa (yakni tidak meng-
anggap berdosa) dari orang yang terpaksa dalam masalah yang lebih
besar daripada zina, yaitu kekafiran dan mengucapl<an halimarul-hufri.
Firman-Nya:
"... kecuali onng ttang dipka l<alir pdahal hatiryn tetap tenang
fulam furiman (dia tid* berdoa)...."(an-Nalrl: IO6)
877
Bahkan Al-Qur'an mengampuni dosa (tidak berdosa) orang yang
dalam keadaan darurat, meskipun ia masih punya sisa kemampuan
lahiriah untuk berusaha, hanya saia tekanan kedaruratannya lebih
kuat. Allah berfirman setelah menyebutkan macam-macam makanan
yang diharamkan:
"... Tetapi funngsiap dalam keafun terpksa (memaknqta)
sdang ia tidal( menginginl<anryta dan tidalc @ula) melampui
futas, maka tidak ada doa fugtny" kilnguhnta Nlah MaIn
Pengampun lagi Maha Penyaltang." (af-Baqaralr: l75l
q 6q4i31r$ 6/t e tL
e$I6af&r
"€",^5r
"Sesungguhrya NIah menggugurlcan dos dai umatkt atas suafit
pebuatan yangdilalatkannn karena khilal (tid* *ngaja), karcna
Iupa, dan karena diryksa melakukannya.6cn
i^S;&,1;r-6!u',V
#75'#j'!56*3r'#(-#4Li
"r6!r;K"tr'*
'e\K$ik;L*563S5,f-15 vtl
'"q33J'w{i#i )
i4;t3b\'lt
56nn $n Majah dalam "ath-Thalaq", juz 1, hlm. 659, hadi6 nomor 2045; disahkan
oleh Hakim dalam kiabnya, juz 2, hlrn. 198: disetuJui oleh adz-Dzahabi; dan diriwayatkan
oleh Baihaqi dalam Sumn-nya, jtuz 7, hlm. 356.
878
Tiada wnng muslim lang menderita kelelahan, Wntrakit, ke-
susaltan kedihan, gangguan, atau keriauan, fuhkan ganguan
ydngbntpa durl melainkan Hlah akan mengfiapus doa4oarya
dengan peristiwa-peristiwa itu.667
880
kan di muka-- dan ia tidak dipaksa untuk menggugurkannya.
Dengan demikian, apabila janin tersebut t€tap dalam kandungannya
selama kehamilan hingga ia dilatlirkan, maka dia adalah anak mus-
lim, sebagaimana sabda Nabi saw.:
,e#e3?tr,,{*y6{g4k
.(Old,ob,,)
"Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan nnsing-nnsing
I<amu al<an dimintai perknggungjawabanryra.Ga
881
9
JAWABAN SINGKAT TERHADAP
PERTANYAAN SEPUTAR MASALAH
KEDOKTERAN
Jawaban:
Diazani pada telinga kanannya seperti azan untuk shalat, seba-
gaimana yang dilakukan Nabi saw. letika Hasan anak Fatimah di-
lahirkan, agar kalimat pertama yang masuk ke telinganya adalah
kalimat takbir dan tauhid.
Peftanyaan:
Apakah bayi yang grgur waiib dishalati?
Jaauban:
Bayi yang gugur tidak perlu dishalati kecuali jika ia lahir dalam
keadaan hidup, meskipun hanya beberapa menit.
Pertanyaan:
Sebagian orang beranggapan bahwa menggugurkan kandungan
diperbolehkan asalkan janin belum berusia tiga bulan. Apakah pen-
dapat ini benar? Apa yang harus dilakukan orang yang membantu
menggugurkan kanduqgan yang belum berusia dga-bulan, t<alau pada
waktu inr ia belum mengerti hukumnya? Apakah ia harus membayar
kafarat pembunuhan suatu iiwa karena perbuatannya ihr?
82
Jawaban:
Pada dasarnya --menurut pendapat yang saya pandang kuat--
menggugurkan kandungan tidak diperbolehkan lecuali karena udzur.
Apabila dilakukan sebelum kandungan berusia empat puluh hari,
maka hal itu masih ringan, lebih-lebih jika udzur (alasannya) kuat.
Adapun setelah kandungan berusia lebih dari empat puluh hariyang
ketiga (yakni 120 hari) maka tidak boleh digugurkan sama sekali.
Pertanyaan:
Bagaimana hukum memasng alat-alat kontrasepsi pada wanita
unuk mencegah kehamilan, baik terhadap kaum muslim
dan laki-laki
maupun terhadap orang nonmuslim?
Jaroaban:
ndak boleh, karena hal iar berarti mergubah dpaan Allah, serta
termasuk perbuatan dan penghias setan. Kecuali dalam keadaan
sangat darurat, misalnya jika kehamilan membatuyakan si ibu, se-
danglen cara penanggulangan lainnya tidak ada Maka hal ini me-
rupakan darurat individual yang jarang t€riadi, dan diukur dengan
kadarnya, serta tidak boleh diiadikan loidah umum.
B. Masslah Amaltalr
Pertanyaan:
Bdehkah melakukan shalat sementara di pakaian terdapat darah?
Jazoaban:
Boleh, apabila darahnya hanya sedikit, atau sukar dibersihkan,
karena menurut kaidah: 'segala sesuatu yang sulit dipelihara, maka
ia dimaafkan".
Pertanyaan:
Bolehkah melakukan shalat jika kesulian mengetahui arah kibhfl
Jaanban:
Apabila ia telah berusaha mencarinya tetapi belum iuga dapat
mengetahui arah kiblat, atau )rang mendekatinya, maka bolehlah ia
menghadap ke arah mana saja. Dalam hal ini Allah berfirman:
I
Vii;r"fi j3v-_1'+;iv;;{t;r;
'r
Jaanaban:
Dia boleh menjama shalat zuhur dengan asar, atau shalat magib
dengan shalat isya', baik dengan jama taqdim maupun jama ta'khir,
mana yang dianggap mudah baginya, yaitu dengan jama saia tanpa
diqashar. Memperbolehkan menjama karena udzur adalah mazheb
Imam Ahmad, berdasarkan hadits Ibnu Abbas dalam kitab sahih
(Muslim).
Pertanyaan:
Bagaimana hukum mengus.lp kaos kaki?
Jaauban:
belas orang sahabat Nabi saw. memperbolehkan mengusap
-kaosEnam
kaki deng;an syarat pada waktu memakainya trarusaaUm te:
adaan suci. Orang yang mukim (berdomisiti di kampung halaman)
boleh mengusap kaos kaki selama semalam, dan bagihusaflu selama
tiga hari tiga malam.
Pertanyaan:
Jauaban:
Ddam kondisi seperti ini air dianggap tidak ada menurut hukum,
meskipun sebenarnya ada, sebab yang diiadikan acuan ialah dapat
mempergunakannya. Sedangkan dalam kondisi seperti ini kemam-
puan untuk mempergunakannya tidak ada. Oleh karena itu bolehlah
ia bertayamum.
8&r
Pertanyaan:
Bolehkah melakukan shalat di sekitar pancuran air jika hanya
tempat itu satu-satunya tempat yang cocok, khususnya di negara-
neg:na Barat?
Jaanban:
fGadaan darurat mempunyai hukum tersendiri. Dalam suatu
hadits Rasulullah saw. bersabda:
Pertanyaan:
Apakah bersentuhan dengan suster (perawat atau dokter perem-
puan) sebagaimana yang biasa terjadi membatalkan wudhu, lebih-
lebih jika wanita itu musyrikah?
Jaanban:
Menurut pendapat yang rajih (kuat), bersentuhan dengian wanita
tanpa syahwat tidaklah membatalkan wudhu.
Pertanyaan:
Apa yang harus dilakukan oleh dokter muslim apabila tampak
olehnya bahwa temannya atau direkturnya menghisap/meminum
benda-benda memabukkan?
Jawaban:
Menggunakan metode yang paling bijaksana dan pating lematr-
lembut untuk menghilangkan kemunkaran tersebut" menurut ke-
mampuannya, dan hendaklah ia menganggap dirinya sedang meng-
hadapi pasien yang menderita penyakit tertentu. Di samping itu, hen-
570HR srkhari dalam'ash-Shalah", juz 1, hlm. 5JJ, hadits nomor 4J8; dan Muslim
dalam 'al-UasaJid' , i]uz 7, hlm. J7O, hadits nomor S2t dan 522.
885
I
daklah meminta tolong kepada setiap ahli pikir agar dapat memecah-
kan masalah tersebut secara bijak.
Pertanyaan:
Apa yang meniadi kewajiban kita dalam menghadapi masalah
menuurp aurat omng sakit dan anggota ubuhnyayangterbuka bukan
dalam keadaan darurat, apakah kia menganjurkan lepadanya?
I
Jautaban:
Ini.merupakan sesuatu yang wajib disebarluaskan agar diketahui
setiap muslimah dan dilakukan mana yang lebih positif, kecuali
dalam keadaan darurat, meskipun kebolehan karena darurat harus-
lah diukur dengan kadar kedaruratannya.
Pertanyaan:
Bagaimana hukum mempergunakan alkohol yang bersih untuk
kulit?
Jautaban:
Tidak apa-apa, ia bukan khamar yang diharamkan, karena khamar
sengaia disiapkan untuk diminum. Dalam hal ini ada fuqaha yang
menganggap najisnya khamar adalah najis maknawiyah, bukan
najis hissiyyah (menurut pancaindra), dan ini merupakan pendapat
Rabfah --guru Imam Malik-- dan lain-lainnya.
Dalam kaitan ini, Lembaga Fatwa di al-Azhar sejak dulu memper-
bolehkan penggunaan alkohol untuk kepentingan tersebut. Adapun
Sayid Rasyid Ridha mempunyai fanra yang t€rinci dan argumentatif
tentang kebolehannya. Silakan mengkaji fanrra-fanua beliau.
886
4. Bagaimana hukum transplantasi (pencangkokan) organ tubuh
dari orang hidup atau dari orang mati?
5. Apak4h definisi mati "ketika si sakit masih bernapas dengan per-
napasan buatan dan jantungnya masih berdenyut hanya karena
perantaraan obat perangsang", berarti kematian bagian utama
otak (brain stem) sebagaimana yang ditetapkan dokter-dokter dari
Barat?
Jawaban:
Saya telah menjelaskan masalah-masalah yang ditanyakan di
atas dalam fanua-fanra sebelum ini, karena itu dipersilakan memba-
canya kembali.sTl
Jawaban:
Duduk bersamanya dengan pintu tetap terbuka, dan menunduk-
kan pandangan.
Pertanyaan:
Ddam suatu kongres kedokteran ada salah seorang peserta )rang
mengemukakan pendapat yang aneh-aneh t€ntang pencipaan jagad
raya ini. Apakah pendapat seperti itu wajib disanggah ataukah
didiamkan saia?
Jawaban:
Hal itu terserah kepada kemampuan dan kebiiakan si musllm,
karena pada suaru saat meluruskan dan memberikan komentar ter-
kadang ada manfaatnya, tetapi pada saat yang lain kadang-kadang
tidak ada gunanya; terkadang diperkenankan dan kadang-kadang
tidak diperkenankan. Hal ini memang merupakan suatu bencana
S7ll.ltrrt
fatwa tentang 'Euanasia', 'seputar Pencangkokan organ Tubuh", sera
"Hak dan Kewaiiban Keluarga dan Teman-t€man Si Sakit'.
887
)ang sudah kita kenal di antara bencana-bencanayangditimbulkan
kaum materialis terhadap ketetapan-ketetapan ilmu alam yang jauh r
dari senruhan iman.
Pertanyaan:
Bagaimana hukum bermuamalah (bergaul) dengan pemeluk
agama lain, sejak memulai salam dan lainnlra, baik di timur maupun
di baraq sementarir di antara mereka ada yang menfadi direknr kami? |
Jaauban:
Allah berfirman --ketika mengambil Janfi kepada Bani Israil:
"... &n ucapl<anlah kata-kata ltang baik kepda manusia -.." (al-
Baqamh:85)
'{:lAdl}3.orVi.S,
"Dan latakanlah kepda hanba-haflrba-Ku,'Hanhklah mereka
mengacaplran perktaan yang lebih Mik (bnar).... -(al-Isra': 55)
Di antara perkaaan yang baik atau yang lebih baik ialah men-
dahului menyapanya dengan sapaln yang sesuai dan mempergauli
mereka s€cara baik. Hal d€mikian bahlon dapat dianggap *bagal
wasilah dalcurah lapada mereka.
Pertanyaan:
Apa yang wafib dilakukan seorang dokter mengenai pemerkosaan
jika ia mengetatrui pelakunya? Apakah ia harus memberitahukannya
Iepada keluarga si wanita dengirn menceritakan keseluruhannya
ataukah menutrrpinya?
Jaauban:
Hd ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan lingkungan dan
kondisinya, sebab seorang mukmin haruslah cerdas dan cekatan
lpandai membaca keadaan dan menyikapinya).
888
Pertanyaan:
Bagaimana hukum duduk di tempat pertemuan yang dihidangkan
khamar di sana, sementara tempat itu merupakan sanr-satun)ra t€m-
pat yang penuh dengan makanan, dan pertemuan itu diselenggara-
kan sehari penuh?
Jaauban:
Seorang muslim harus berusaha menghindarinya sedapat mung-
kln, mengingat hadits syarif yang berbunyi: :
Pertanyaan:
Dalam sttuasi tertentu, suatu kelompok rahasia tidak dapat me-
ngumpulkan anggotanya lecudi di bar --seminggu sekali-- unfirk
mengkaJi berbagai situasi dan kondisi, dengan alasan bahwa tempat
tersebut jauh dari udara rumah sakit. Mereka adalah para pemimpin
muslim, sedangkan si anggota perlu membantu mereka unark
merencanakan kegiaan pada masa mendatang. Nah, apakah dia
harus memunrskan hubung;an dengirn mereka ataukah harus pergi
bersama mereka dengan terpalsa?
572HR Tirmid,i dalam 'al-Adab',lrlz 5, hlm. 1O{, hadits no. Z@1, datbdiau berkaa,
'Hasan gharib."
889
Jawaban:
Orang muslim adalah mufti bagi dirinya sendiri dalam persoalan-
persoalan tertentu, dia mengetahui mana yang dianggap darurat dan
mana )rang bukan darurat. sedangl@n orang mukmin yang kuat
lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang
lemah.
Pertanyaan:
Ikut serta dalam berbagai acaralresepsi di rumah sakitberkenaan
dengan hari ulang tahun dan tahun baru. Bagaimana hukum meng-
hadiri acara-acatatersebut, atau mengirimkan kartu ucapan selamat
kepada direktur dan handai taulan, atau menjawab ucapan selamat
ulang tahun atau tahun baru?
Jaanaban:
Bersikap baik terhadap mereka cukup dengan menggunakan
karm dan sejenisnya, tidak usah menghadirinp, kecuali rika keha-
diran tersebut membawa kemaslahatan bagl Islam dan kaum muslim.
Pertanyaan:
Bila seseorang berpuasa pada waknr sebelum uiian atau pada
waktn ufian ),ang kadang-kadang memakan waktu 18 atau 20 iam,
maka dalam hal ini bolehkah ia berbukaz
Jautaban:
Seyogiaqya seorang muslim makan sahur dan berniat puasa lan-
tas mencoba. Iika ia mampu melakukannya, maka alhamdulillah;
dan iika merasa saryat berat hendaklah la berbuka dan mengqadha-
nya setelah itu. Dalam mengirkhiri apt yalrtg mewajibkan puasa,
Allah berfirman:
"... NIah nrurylwilhki kanudalrut bglnq en Mal< nruA@ki
kanlarut bglmu .... " (al-Baqanh: I85)
Pertanyaan:
Menyebut-nyebut teman mengenai teaOaannla png tidak disukai
sering t€riadi di rumah-rumah sakit, misalnya perkataan "dia dokter
yang lamban atau bodoh", meskipun pembicaraan sepefi inr
kadang-kadang untuk kebaikan keria png bersangkutan. Apakah
890
hal itu diperbolehkan? Dan apa yang harus dilakukan oleh dokter
yang masih muda-muda ini bila yang melakukan ghibah tersebut
adalah direkturnya, haruskah menasihatinya atau diam saia?
Jaanban:
Bedakanlah antaraghibah dengan kritik. Yang t€rmasukbab ghi-
bah adalah haram hukumnya, sedangkan yang t€rmasuk bab kritik,
maka memberi nasihat dalam kritik ini harus dilakukan dengan le-
mah lembut dan menurut kadar kemampuannya.
Pertanyaan:
Apakah ada perbedaan menurut hukum antara menyebut aib
orang muslim dengan orang nonmuslim, atau menasihati orang mus-
lim dengan orang nonmuslim?
Jautaban:
Islam memelihara dan menjaga kehormatan manusia siapa pun
'orangrura, muslim atau nonmuslim. Hanya saia kehormatan orang
muslim lebih besar, dan kehormatan orang yang punya hak yang
lebih besar itu lebih besar lagi, misalnya kedua orang tua, sanak
keluarga, tetangga, dan guru.
Pertanyaan:
Bagaimana hukum menunda giliran (mendatangi istri) hingga
selesainya ulangan atau ujian?
Jautaban:
Tidak ada larangan apabila kedua suami-istri telah sepakat dan
tidak menimbulkan mudarat bagi si istri. Para sahabat juga adayang
melakukan czl (mencabut dzalcar dari faraj istri untuk menumpah-
kan sperma di luar faraj pada waktu ejakulasi) karena alasan dan
sebab-sebab tert€ntu, t€tapi hd itu tidak dilarang oleh Rasulullah
saw., sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits sahih.
Pertanyaan:
Bagaimana hukum tertidur dari shalat wajib setelah berjaga
terus-menerus dalam bekerja, apakah si istri wajib membangunkan
suaminya dalam keadaan seperti ini ataukah membiarkannya?
Jautaban:
Pena penugasan dan pemberian sanksi diangkat dari oranglang
tidur hingga ia bangun, lebih-lebih jika ia beriaga -sebelum tidur--
untuk melakukan pekeriaan yang dibenarkan syara, dan hendaklah
ia melakukan shalat sewaktu ia bangun. Selain itu, berdasarkan
prinsip kemudahan png menjadi fondasi bangunan hukum syariat,
tidaklah waiib bagi istri membangunkannya iilta ia dalam nndaan
lelatt dan payah, karena kasihan terhadap tcaAaannya, dan berar-
juan agar ia mampu melanjutkan pekerfaannya:
"... Dan Dia (NIah) *lrali-kali tidak menjadit<an untuk hmu dalam
agan a suatu ke*mpitan...." (al-Haff : 78)
Pertanyaan:
Bagaimana hukum meninggalkan shalat Jum'at satu kali atau
lebih yang disebabkan kondisi kerjanya, seperti terus-menerus
memantau kondisi orang sakit atau melakukan pekeriaan/tugas pada
waktu shalat itu sendiri?
Jaanaban:
Yang dilarang dan diancam ialah meninggalkan shalat fum'at riga
kali tanpa udzur, sedangkan udzur dalam kasus ini sangat felas.
Maka seyogianya seorang muslim berusaha sungguh-sungguh
untuk menanggulangi udzur tersebut sedapat mungkin, dan tiap-trap
orangakan mendapatkan sesuatu sesuai dengan niatnya. e
892
BAGIAN VII/,
tAPAtlGAtl POIITIK
DAI{ PEMERINTAI{AN
I
Pertanyaan:
Pada tahun-ahun belakangan ini muncul beberapa istilah yang
dipopulerkan lauat ucapan dan tulisan sebagian kaum sekuler dan
kaum orientalis dari kelompok kiri dan kelompok kanan, yakni peng-
ikut ideologi Marxis Timur dan ideologi liberal Barat.
Salah saru di anaranya adalah istilah 'Islam politik" (al-Islam as-
Siyasi). Yang mereka maksudkan ialah Islam yang memperhatikan
urusan umat Islam serta hubungannya baik ke dalam ataupun keluar,
dan usaha untuk membebaskannya dari kekuasaan asingyang men-
cekik leher mereka, mengarahkan urusan materiil dan peradaban
sebagaimana yang dikehendaki Islam, lcemudian berusaha membe-
baskannya dari cengkeraman penJafahan Barat baik dalam masalah
kebudayaan, sosial kemasyarakatan, politik dan perundang-undang-
an, untuk kembali berhukum kepada syariat Allah dalam berbagai
aspek kehidupan mereka.
Mereka melontarkan istilah "Islam politik" ini dengan maksud
meniauhkan orang dari kandungan syariat Islam dan dart para furu
dakwahnya yang menyeru manusia kepada Islam yang komprehensif
sebagai akidah dan syariat, din dan daulah.
Apaleh istilah baru ini dapat dircrirm dari sudut syariafl Apakah
memasulden poltdk ke dalam Islam han],a merupakan sesuatu )rang
diada-adakan oleh para iuru dakwah sekarangS Ataukah hal ini ber-
dasarkan Al-Qur'an dan Sunnah?
fiami berharap Ustadz berkenan memberikan penjelasan kepada
kami mengenai masalah ini menurut dalil-ddil syar'ryah yang muh-
kamat (ielas dan akurat), agar binasalah orang yang binasa dengirn
jelas dan agar hidup orang yang hidup dengan .ugumentasi yang
jelas pula. Semoga Allah memberi taufik kepada Ustadz dan menJadi-
kan Ustadz bermanfaat.
Jawaban:
Segala puji kepunyaan Allah. Shalawat dan salam semqga tercu-
rahkan kepada Rasulullah, keluargianya, sahabatnya, dan orang
yang setia kepadanya. Wa ba'du.
Saya akan berusaha meniawab pertanyaan saudara yang penuh
895
L
ghirah seputar masalah yang dilonarkan budak-budak pemikiran
Barat pada masa akhir-akhir ini, yang mereka sebut dengan al-Islam
as-siyasi (Islam potitik).
896
hongan agama lain dan ekstremitas berbagai aliran, sebelum dinodai
igauan para filsuf dan bid'ah-bid'ah firqah, hawa nafsu kaum pem-
bantah dan pemikiran ahli kebatilan, kepercayaan kaum ekstremis
dan pemutarbalikan tukang+ukang takwil yang dungu.
898
brpalinS mal<a katakanlah kepda merelra,'hloikanlah fuhwa
l<ami adalah oftng-orang yng bersr"rah diri (kepda Nlah).- lffil
Immn:64)
Inilah rahasia berhentinya kaum musyrik dan pembesar-pemhsar
Mekah dalam menghadapi dakwah islamiyah sejak hari pertama de-
ngan semata-mata kibaran bendera "Iaa Ilaaha lllallah', karena
mereka mengetahui apa yang ada di balik kalimat itu beserta makna
perubahan yang dikandungnya terhadap kehidupan.sosial dan poli-
tik, di samping perubahan agama yang sudah dimaklumi tanpa ragu-
ragu.
Kedua: bahwa kepribadian muslim --sebagaimana yang dibenruk
Islam dan diciptakan oleh akidah, syariat, ibadah, dan pendidikan-
nya- tidak mungkin kosong dari muatan politik, kecuali jika pema-
hamannya yang buruk terhadap Islam atau penerapannya yang ke-
liru.
Islam telah meletakkan kewajiban di pundak setiap muslim )xang
disebut amar bil ma'ruf dan nahyu 'anil munkar, yang kadang-kadang
diungkapkan dengan istilah: "memberi nasihat kepada para pemim-
pin kaum muslim dan kepada kaum muslim secara umum", yang di
dalam suatu hadits sahih diistilahkan sebagai agama seclra keselu-
ruhan. Kadang-kadang juga diistilahkan dengan "at-towashi bil-haq
wat-tawashi bish-shabr" (saling berpesan dengan kebenaran dan saling
berpesan dengan kesabaran), yang merupakan syarat pokok kesela-
matan dari kerugian dunia dan aktrirat sebagaimana diielaskan oleh
surat al-'Ashr.
Selain itu, Rasulullah saw. juga menganjurkan kepada manusia
muslim untukmemerangi kerusakan di dalam tubuhumatlslam, dan
hal ini dianggap sebagai jihad yang lebih utama daripada perang t€r-
hadap orang luar. Uaka ketika ditanya tentang jihad png paling uA-
ma, beliau menjawab:
.s9rs1iL1b3i\1K'tL8'J#
"JiM Wng pal@ ttuma ialah nengtoifun Nata n WW fuar
terhadap pnguasa Wg zalim.673
573nR Ibnu Maiah dari Abu Sa'id, diriwayatkan oleh Ahmad, Ihabrani, dan Baihaqi
dari Abu Umamah, dan diriwayatkan oleh Ahmad, Nasa'i, dan Baihaqi lturiq bin Syihab
dengan sanad sahih.
Lihat, Muthtashlr Syarah al-Jami'ash-Shtghir, juz 1, hlm. 81. (Dctrl.)
899
Y
I
DGtULi{k#/og$fiili'q
)G$Yo&'6ryk
w rti t
[,
"
o\, .
uis+s,3tK*y6's5a,./
U
"Ifuni brsyhr k@a-Mu, y Nlala lami ti&l< fufur kepda-Mu,
dan kami brleps dirt dan lrami tinggalkan onng Wg durhala
kepda-Mu."
900
anak-anak gng *muanya berdm, Ya Tuhan kami, kelua*anlah
kami dari negeri ini (Melrah) lnng zalim pendudulotya dan tunhh
kami pelindung dari sisi Engkau, dan beilah kami penolong dari
sisi Englrau." (an-Nisa': 75)
901
hatinya masih terdapat butir-butir iman. Al-Qur'an menyebutkan:
Tehh ditahati onngonng hfrr dafi Bani lfiil dengu liwt Daud
dan Is putra Marl,am- Yang demikian itu di*fu,bl<an metel<a dur-
haka dan setalu melampaui batas. Mercka v,tu sama lain *lalu
tidak melanng tindakan munkar yang mereka perbual Sesung-
ghnp amat buruklah aW Wg xlalu mercka petbuat itu." l^l'
Ma'ldah:7a-791
'F 39,9$;;As,#d*r,Jrs U
444W"{69,r>wffi
"knngsiap di antan lramu melihat kemunl<aran, maka hendak-
tah ia mengufuhnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, mal<a
hendaklah dengan linnnya. Dan iil<a tidak mampu, maka hendak-
tah dengan hatinya; tetapi yang demikian itu merupkan tingl<atan
iman yang pling lsm2fi.'675
902
rimanya, dan menjadi perantaranya adalah perbuatan munkar; me-
rayu penguasa dengan cara batil dan membakar dupa di hadapannya
merupakan perbuatan munkar; serta memberikan loyalitas kepada
musuh-musuh Allah dan musuh-musuh umat Islam adalah tindakan
yang munkar.
Dengan demikian, kita akan mendapati wilayah kemunkaran yang
begitu luas dan terus berkembang, melebihi apa yang diperhitungkan
orang dalam bingkai politik.
Maka, apakah seorang muslim yang peduli terhadap agamanya
dan sangat berhasrat mendapatkan ridha Tuhannya akan berdiam
diri saja? Ataukah ia akan lari dari medan karena menghadapi ke-
munkaran-kemunkaran seperti itu dan lainnya ... karena takut dan
berharap, atau karena mementingkan keselamatan dirinya? Sesung-
guhnya jiwa semacam ini apabila merajalela di kalangan umat Islam,
maka berakhirlah risalah mereka. Mereka dihukumi sebagai "telah
tiada", sebab mereka telah meniadi umatlain, bukan umatyang disi-
fati Allah dengan firman-Nya:
576ttR Ahmad bin Hambal dalam Musnad-nya dari Abdullah bin Amr.
903
Orang-orang seperti itu sudatr kehilangan ketayalan hidup. Dalam
sebagian riwayat lagi dikatakan:
6AtSr"a^€"*1r&Xo
"Dan perut bumi lebih fuik fugi mercka dadpda permul<aann1a."
u/4 ts * t,
#)* g,i:/{* 6 :)2\i
904
,fuiifr845C$'e*;:r
// ,v-
brr{SrUgWL*,,*ir,Ciw
C{JL1J,';3)3%<l\1'SjJ4A#
?6.4i^ceK5 3?F11v
L,.jt';6$i,),&Ggii6,Lr3^
6.4:,b;1*;t4W6\+s6
-)'i/'oit&liCAl\Ai'
'Tiada seoratrg pun nabi yang diutus oleh Nlah *belumkt me-
lainkan ia mempunyai pendukung dan shabat dai umahlra yang
berpegang pada sunnahnya dan mengikuti perintahnya. Kemudian
sesudah mereka datang pengganti-penganti Snng mengatal<an
resuatu yang tidak mereka kerjakan, dan mengeriakan sesuatu
png tidak dipeintahkan kepada merelca. knngsiap yang beii-
had @erjuang) menghadapi merel<a dengan angannya, mak dia
adalah mulonin; banngsiapa yang berjihad menghadapi mereka
dengan linnng, maka dia adalah mulonin; dan banngsiap yang
berjihad menghadapi mereka dengan hatinya, maka dia adalah
mukmin. Di balik itu (yakni bila jihad dengan hati pun sudah tidak
ada), mal<a sudah tidak ada iman lagi, walau hany *bnt biji awi."
905
Tei14 bagaimana jadinya
I
fika penggembala itu pemilik serigala?"
906
, ^r)z)i ( .z \t)f
.HHu)9*$t(-oj I . t) 7
@,
"knngsiap yng tifuk memprlntil<an urufln l<aum muslim mal<a
tidaklah ia dai golongan mereka. knngsiapa lnng tidak setia ke-
pada Nlah, kepada Rasul-Nya, kepada pemimpin-pemimpin kaum
muslim dan kaum muslim recara umum, maka bukanlah ia dai
golongan mereka. Dan siapa pun penghuni suatu komunitas lantas
di antara mereka ada orang yang semalaman kelapann, maka
mereka lepas dai jaminm Nlah dan jaminan Rasul-Nya."
907
bentuk kezaliman lainnya, apa pun nama dan jenisnya. Maka ber-
diam diri terhadap kezaliman dan tidak menghiraukannya, menye-
babkan ditimpakannya azab kepada umat secara menyeluruh, baik
kepada yang berbuat zalim maupun kepada mereka yang hanya ber-
diam diri, sebagaimana firman Allah:
"Dan pelihanlah diimu dari silrsan gng tidalc khusus menimp
orangenng yang alim aja di antan kamu ...." (al-Anfal: 25)
Al-Qur'an juga mencela kaum yang patuh saja kepada para tiran
dan thaghut serta mengikuti fejak langkah mereka, seperti firman-
Nya mengenai kaum Nuh:
onng-onngpng harta dan anak-
"... dan merelra telah mengikuti
analaln tidak menambah kepdanlta melainkan kerugian blalra."
(Nuh:2I)
908
,iv)\if:L11 ** A,frs ay ii
(,nsl p ot),n''())Dd'+1,
'knngsiap yng meninggat dunia *&ng o,iJi^* oo* i"n
hpt fui'at (janji setia) kepada imam (khalifah), mal<a ia mati
dalam kadaan mati iahiliah.677
577HR Muslim
dalam shahih-nya.
909
Contoh lain, orang yang membaca ayafayat yang melarang men-
jadikan pemimpin dan kekasih kepada orang-orang nonmukmin.
ei,r.$JC j,,*:$ri"3Si;t;'u5lqg.
@qw'p$; ;ttiaryM,
k4 6 ", +J'*l::i
"Hai orutgotangWA fuinnn hmu nagambil qangi
orang l<afrr meniadi wali dengu meninggalbn otangotangmuk'
min. Inginlrah lramu mengadakn alasn Wrg ntah bgi Nhh (un-
tuk menyilrnmu)Z" (an-Ntea", I /*41
"Janganlah onng-orang mulanfin mengambil otang'orury kafir
menjadi waIF78 dengan meningalkan onngenng mulonin
krurysiap furbuat demikian, nisrca;z l@h ia dad pftolongn
NIah keuali karcna (siast) memelihan dfui &d #@ttt Wrg
ditafuli fud metda. Dan Nlah milrryfuWatbn lomu terffip diri
(silslNya Dan ha4n kepda NIah kembalimu."(Nl Imran: 28)
"Hai onng-onng )rang beiman, ian$anlah lamu mengwbil
muwh-Ku dan musuhmu meniadi tennn-teman *tiaWg kmu
ampikan kepda merc*a (brita-bdta tentang Mulnmnnd),
lcarcna ns kasih fittang.... " (al-Mumtalranalr: I )
"Hai orang-orutg lang brinw4 ingnUn hmu ubil meniadi
tqrur @yanmu qalgcangyansd hnr bfugilttNt *artra
mer*a ti&k hetili'hentfuryn menimfullan kelant&ra&ln bgtmu.
Merelra menyulai aF Wrg menyuahbn bmu Telah rynta
kebencian dari mulut mercl<a dan apa yng di*mbunyilran oleh
hati merel<a lebih Desrr lagi...."(All Imran: II8)
578wati jamaknyra tutrlrl", yarg b€rarti teman png aknb, ju8a berarti pdindurg atau
penolong. Liltat, al-Qur an itan Tajcmahnya, catatan kaki nomor 368, hlm. 146.
910
Dalam hal ini, saya masih ingat bagaimana al-Imam asy-Syahid
Hasan al-Banna menggalakkan dilakukannya hukum syara'ini dalam
memobilisasi rakyat Mesir untuk melawan Inggris, ketika beliau me-
nulis dalam surat kabar harian al-Ihhwan al-Muslimun.ydng menuntut
kaum muslim agar membaca qunut di dalam shalat-shalat mereka
untuk menghadapi penjajah Inggris. Untuk ini beliau susun suatu
doa yang sesuai. Hanya saja, beliau tidak mengharuskan kepada se-
seorang untuk menggunakannya, namun kami menghafalnya dan
kami baca dalam berqunut dalam shalat kami. Di antara bunyi doa
qunut itu sebagai berikut:
^.5
t;yfr6:,-rj
t.
+tws,w kG#irds,r6*t
k|lr',;fur,i ./< ltiblllv,)fii
,
&4f, 4'"i5, "6:+ t5,'&i5
e;; f- 4.01;:'5
"fi15, "# J*"
.fu31)W3r{*1yfgea
"tr "iiSe5, &6 6;i d^"d<*frr
.r)fri;$;'ErnK"t5
'Ya Nlah, Tuhan bagi alam semesta, Pelindung orang-orang yang
takut, Penghina orang-orang yang sombong dan Penghancur
penguasa yang sewenang-wenang. Ya Nlah, sesunguhnya Engkau
mengetahui bahwa orang-orang Inggris imperialis itu telah menja-
9tt
iah negei menmps hak lami. Mercka telah melampaui
lcami dan I
batas di dalam negert, bfu membuat keruslran Mntak di
'ang
sna. Ya NIah, tolaklah tipu daln merelra dari kami, tumpull<anlah
sr:njata mercJa, fuathlanhh dauhh melt/ra, ennilannn kdruarun
merela dafi muka bumi-Mu, dan iangan Entau bri ialan kepda
mad<a untuk nrutguani ffirangryn dai hamba-lwmfu-Mu yng
binan Ya NIah silsalah merdc., orangtang milrfuntu merrJ<a
onng yng bekeria sama dengan mercka hn onngyng mencin-
tai mereka, dengan siksaan Dzat Yang MaIn Pedcas lagi Maha
Kuas...."
912
menggalang perdamaian dengan Israel demi melestarikan politik
mereka yang kacau balau. Hal ini dilakukan karena sebelumnya di-
umumkan fanra yang mengharamkan menjalin perdamaian dengan
Israel, dan menganggapnya sebagai pengkhianatan kepada Allah,
Rasul-Nya, dan kaum mukmin.
Para penguasa juga selalu berlindung kepada ulama-ulama agama
dengan mewajibkan atau menugaskan mereka membuat fatwa-fanra
untuk melegitimasi tuiuan politik mereka. Yang terakhir, mereka ber-
usaha menghalalkan bunga bank dan bentuk-bentuk bunga uang
lainnya. Mereka memberi jawaban dan memperkenankannya dengan
sangat lunak --bagi orang yang minim pengetahuannya atau kepe-
duliannya terhadap ag.rma-- meski tetap ditolak oleh ulama-ulama
yang mendalam ilmunya:
'Yaitu orang-orang yang menyampaikan isalalurisakh Nlah,
mereka taktt kepada-Nya, dan merel<a tiada meras takut kepda
*orang @un) *lain kepada NIah ...." (al-Ahzab: 39)
579Ath-Thru*qul-Huhmiyyah
fs-Siyasatisy-Syar'iyyah, karya lbnul gayyrm, hlm. 1J-1S, ter-
bitan as-Sunnah al-MuhammadiyJrah.
913
agamatanpa dunia. IGkuasaan dan agama merupakan saudara kem-
bar; agama sebagai fondasi dan kekuasaan sebagai penfaga. Sesuatu
yang tidak ada fondasinya akan runtuh, dan sesuatu yang tidak ada
penjaganya akan lenyap. "58o
sementara itu, para ulama menta'rifkan imamah dan k'hilafah
(kekhalifahan) sebagai penggantian umum terhadap pemilik syariat
yakni Rasulullah saw. --untuk memelihara atau meniaga agama dan
menyiasati dunia.sol Maka khilafah adalah pemeliharaan dan siasat
(politik).
Nabi saw. adalah seorang politikus, di samping sebagai mubalig,
mu'allim (pengaiar), dan hakim. Demikian pula khalifah-khalifah
beliau yang lurus dan mendapat petunjuk sepeninggal beliau adalah
politikus-politikus yang mengikuti manhaj dan sistem Rasul. Mereka
memimpin umat dengan adil dan ihsan, dan membimbing mereka
dengan ilmu dan iman.
Namun, orang-orang pada zaman kita dan di kawasan kita khu-
susnla, karena sering kali mereka bergelut dengan f,olitik, baik politik
penjajahan maupun politik penguasa yang khianat dan zalim, maka
mereka membenci politik dan segala sesuanl yang berhubungan de-
ngannya. Lebih-lebih setelah filsafat Machiavelli (yang memper-
bolehkan segala cara untuk mencapai tujrum; Penf.) mendominasi
politik dan mengarahkannya, sehingga diriwayatkan dari Syekh
Muhammad Abduh --setelah merasakan tipu daya politik dan per-
mainannya-- beliau mengucapkan perkaaannya yang terkenal,
'Aku berlindung kepada Allah dari politik, dari orang yang sudah,
sedang, serta akan berpolitik, dan dari meniadi politikus.'
I(arena itu musuh-musuh ffkrah dan harakah Islam memanfaat-
kan ketidakpedulian orang terhadap politik ini untuk menyifati Islam
yang komprehensif dan sempurna --yang dikumandangkan orang-
orang Islam sekarang ini-- sebagai "Islam politik'.
Demikian pula, kini orang telah terbiasa menyifati segala sesuatu
yang membedakan antara orang muslim yang konsisten dan yang
oporfinis sebagai "politikus". Padahal yang demikian merupakan
penghinaan terhadap Islam dan untuk menjauhkan orangdari Islam.
s&thya ulwnlldin,ittz l, hlm. 17, "Bab al-Ilm al-Ladzi Huwa Fardhu Kifafah', terbitan
Darul-Ma'rifah, Beirut.
5Elen-ru*hori),ot .-Siyosiyyah al-Islamiyyah, Dr. Dhiyauddin ar-Rais, hlm. 125, cetakan
keenam.
914
Beberapa wanita muslimah yang berhijab di suatu negara Arab
kawasan Barat pernah datagg kepada seseorang yang terpandang
dalam masalah agama dan politik. Mereka mengadu kepadanya
bahwa beberapa fakultas mensyaratkan mereka unnrk melepaskan
hijab (busana muslimah) mereka untuk dapat diterima di fakultas
tersebut. Mereka meminta banruan kepada orang tersebut agar dapat
membebaskan mereka dari persyaratan membuka kepala dan berpa-
kaian mini, yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Tetapi betapa
terkejut pelajar-pelajar muslimah yang komitmen dan konsisten pada
agirma ini ketika orangyang mereka minai pertolongan ini mengata-
kan, "Sesungguhnya apa yang kalian pakai ini bukan semata-mata
hijab (penutup aurat), tetapi ia merupakan pakaian politis."
Bahkan sebelumnya, seorang sekularis di Tunis mengatakan
bahwa hijab merupakan salah satu bentuk sektarian. Ada pulayang
mengatakan bahwa shalat'Id yang dilaksanakan di lapangan bukan-
lah sunnah, melainkan shalat politis. Demikian juga i'tikaf pada
sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dianggap i'tikaf politis.
Maka, bukan tidak mungkin bahwa melaksanakan shalat jamaah
di masjid pun dianggap sebagai shalat politis. Membaca kisah-kisah
perang dalam kitab seperti Sirah lbnu Hisyam, Imuul- Asma', atau "al-
Maglrazi' dalam Shohih al-Buhhari dianggap sebagai bacaan politik.
Bahkan membaca Al-Qur'anul l(arim sendiri -{ebih{ebih pada
surat-surat tertentu-- juga dianggap bacaan politis.
Kami sendiri tidak lupa bahwa di antara dasan yang dilontarkan
terhadap para terdakwa adalah karena mereka menghafalkan surat
al-Anfal, karena surat ini merupakan surat iihad.
2
ISLAM DAN DEMOKRASI
Pertanyaan:
Tidak perlu saya sembunyikan kepada Ustadz apa yang menge-
jutkan dan mengherankan saya ketika mendengar sebagian pemeluk
Islam yang bersikap keras --di antaranya ada yang menisbatkan diri
kepada organisasi Islam tertentu-- berpendapat bahwa "demokrasi
bertentangan dengan Islam". Bahkan salah seorang dari mereka
mengutip pendapat sebagian ulama bahwa "demokrasi itu kafir".
915
Alasan mereka, karena demokrasi adalah pemerintahan/hukum rakyat
untuk rakyat, sedanglon rakyat dalam Islam bukanlah hakim (pem-
buat dan penentu hukum). Hakim itu hanyalah Allah:
"... Menetapkan hukm itu haryalah hak Nlah.... "(al-An'am: 57)
Jawaban:
Sungguh amat disesalkan bahwa perkara-perkara ini telah dika-
caukaq sedemikian rupa, begitu juga kebenaran dan kebatilan telah
dicampurbaurkan oleh sebagian orang yang beragama pada umum-
nya dan orang-orang yang berbicara atas nama agama khususnya,
hingga ke baas seperti yang diungkapkan saudara penanya. Sehingp
ada orang yang menganggap kafir atau minimal fasik terhadap per-
kara yang mudah bagi ahlinya, seakan-akan png bersangkuan tidak
mengambil pelajaran bagaimana pandangan syara' terhadap dosa
besar yang membinasakan, yang dikhawatirkan akan berbalik me-
nimpa orang yang memberikan identitas itu kepada orang lain, se-
916
bagaimana diterangkan dalam hadits sahih.
Pertanyaan yang dilontarkan saudara penanya ini tidak aneh bagi
saya. Bahkan saya berkali-kali mendapat pertainyaan seperti ini dari
saudara-saudara di Atjazair dengan nada yang lebih keras lagl: apa-
kah demokrasi itu kafr?
Hanya anehnya, ada orang yang menghukumi demokrasi sebagai
kemunkaran yang nyata atau kekafiran yang jelas, sementara ia sen-
diri tidak memiliki pengertian yang baik t€ntang demokrasi, ia tidak
mengetahui esensi dan substansinya, dan ia memejamkan mata ter-
hadap bentuk dan indikasinya.
Ulama-ulama kita terdahulu membuat kaidah bahwa menghukumi
sesuatu muncul dari deskripsi (penggambaran) seseorang terhadap
sesuatu yang dihukumi. Maka barangsiapa menghukumi sesrurtu
yang tidak dimengerti olehnya, niscaya hukum atau ketetapanrryra itu
keliru, meskipun terkadang secara kebetulan ada benarnya, karena
yang demikian diibaratkan panahan tanpa pemanah. Oleh lerena itu,
disebutkan dalam hadits sahih bahwa hakim yang memunrskan per-
kara berdasarkan kebodohannya niscaya dia akan masuk neraka,
sebagaimana halnya hakim yang mengetahui kebenaran tetapi ia
memutuskan perkara tidak dengan kebenaran tersebut.
Demokrasi yang selalu dikumandangkan penduduk dunia, diper-
juangkan oleh banyak sekali manusia di Timur dan di Barat, yang
terkadang suatu bangsa baru dapat memperolehnya setelah melaku-
kan periuangan pahit melawan para diktator serta harus menumpah-
kan banyak darah dan mengorbankan beribu-ribu bahkan beriuta-
juta manusia, seperti yang t€riadi di Eropa Timur dan sebagainya;
demokrasi yang oleh banyak kalangan lslam dipandang sebagai alat
untuk mengekang nafsu penguasa yang otoriter dan unfirk memotong
kuku-kuku kekuasaan politik yang mencengkeram bangn-bangrn
muslim, maka apakah demokrasi semacam ini merupakan kemun-
karan atau kekafuan sebagaimana yang secara berulang-ulang dika-
takan oleh orang-orang yang mengigau dan tergesa-gesa?
Esensi demokrasi --tertrepas dari definisi dan isdlah akademis--
ialah masyarakat memilih seseorang unErk mengurus dan menganrr
urusan mereka. Pemimpinnya bukan orang yang mereka benci, per-
afurannya bukan yang tidak mereka kehendaki, mereka berhak me-
minta pertanggungjawaban penguilsil apabila pemimpin tersebut
salah, dan berhak memecatnya jika menyeleweng, mereka juga tidak
boleh dibawa kepada arah dan sistem ekonomi, sosial, kebudayaan,
atau sistem politik yang tidak mereka kenal dan tidak mereka sukai.
917
Kemudian, apabila ada yang menyimpang dan menentang kesepa-
katan ini, ia boleh diusir dan dihukum, bahkan disilsa dan dibunuh
sekalipun.
Demikianlah esensi demokrasi yang sebenarnya dengan berbagai
macam benruk dan sistemyang diprakdkkan manusia, seperti perni-
lihan umum dan referendum, penetapan sesuatu berdasarkan suara
terbanyak, berbilangnya partai politik, difaminnya hak golongan
minoritas untuk menyampaikan suararlya, lcebebasan pers, keman-
dirian peradilan dan sebagainya.
Maka, apakah demokrasi --yangesensi dan substansiryra sepeti
yang saya sebutkan itu-- bertentangan dengan Islam? Di mana letak
pert€ntangannya? Mana dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah fang
membenarkan anggapan seperti tersebut?
Nah, orang yang mau merenungkan esensi demokrasi niscaJa altan
ia dapati bahwa hal itu sesuai dengan prinsip Islam.lslam menging-
kari seseorang yang mengtmami orang banyak dalam shalat, semen-
tara mereka membenci dan tidak menyukainya. Rasulullah saw. ber-
sabda:
). zr i) .- r'{-
/- /.'
A-J f\.49'ty' ,) /e
zc{'
9,-t./A ,1, t(.
,UCte_ 9tiee
sf-*-) u3 'gi
7
t1F€J- "{1; 5)_g ..
918
'tv#a$r''i<rq';\'ifi#\ii
1iK€,-WI*?S",K/#;
q;],'S_*tir Jyqr:$*iJb4ir - @
2 ) < z).-?(- ")(< t). < e-zz 2)12). 4r7
i it-\f€|1,9 (Lrfff+
(lt)b cr. Ori,* P ob., ), "6<W5
"kbaik-baik pemimpin lcamu -yaloti pemegang kendali pemerin'
tahan lramu-- ialah orang Wg kmu cintai dan mencintai lcamu,
mendml<an kebaikanmu dan l<amu doakan kefuikn untulmln.
Dan xjelek-jelek pemimpin kamu ialah yng kamu benci dan
membenci l<amu, yang lcamu kutuk dan mengufuk l<anu,683
9t9
nya lbrahim. Untuk memperkuat pernyataan pengakuannya bahwa
ia dapat menghidupkan dan mematikan, dia mendaanglran dua orang
yangada di jalanan lalu keduanya dihukum mati tanpa suatu kesa-
lahan, lantas yang satunya dibunuhnya ketika ituiuga kemudian dia
berkata, "Beginilah, aku telah mematikannla!' Dan png satunya lagi
dimaafkan, tidak dibunuh, lalu ia berkata, "Lihat, aku telah menghi-
dupkannya. Bukankah dengan demikian berarti aku menghidupkan
dan mematikan?!"
Misal lain, Fir'aun yang dengan lantang mengumumkan kepada
rakyatnya:
"... Nillah tuhanmu nng paling tinggi!" lan-Nazl'at: 24)
920
bong di (muka) bumi, dan tiadalah mercka orang-onnglang luput
(dari kehancuran itu)." (al-Ankabut: 39)
0,+r:l(tq;'o(fryZ;to
"Dai (azab) Fifaun. Sesungguhnya dia adalah onng Wg em-
bong nlah xorang dai orang-onngyang melampui btas." lall-
Dukhan:5I)
"Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka
bumi dan menjadikan pendudulmya berpah-fulah, dengan me-
nindas segolongan furi mercka mer+,emblih arMI( hldJ*i merda
dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mercka. Saung-
921
I I
922
Fir'aun?" Dia menjawab, "I(arena tidak ada seorang pun yang me-
nyangkalku."
sedanglen yang paling banyak memikul tanggung jawab bersama
penguasa-penguasil tiran ialah "alat-alat kekuasaan" yang oleh Al-
Qur'an dinamakan dengan al-junil (tentara), yakni "kekuatan ang-
katan bersenjat^" yangmerupakan taring dan kuku kekuatan politik.
Al-Qur'an mengatakan:
Q<.;,lilut:J;i*J1ii<;j;j5l
"... Sesunguhrymfu*rta
Filaun dan Haman tentanryra adalalt
onng-onng Wg bemlah. " (al-Qashagh: 8)
"Maka Karni huhmkh Fir'aun dan balatentaruryn,lalu l(ami lem-
par*an mercka ke dalam laul Malra lihatlah Ugtmm aldbt
onng'oftng ltang zalim." (al-Qaghash: 4O)
)4
i,' i'9",,? ;,9t b3,.tb6 &'\tlL
t<
) ?i.,t*g f,1"- 6 eiiJ#-*53
(LQ'ot')
"Sesungguhryta di dalam nerabJahanam itu tedapt ImtDah, &n
di dalam lemfuh itu terdapt sumur Wg bmama Hablnb, yang
NIah p,agi akan menemp:thn *tiap rrurgaara Wg wrenry-
wenang fun menentang kebenann di fulamnya.6u
'"2ii6634HC#C\iiU"tu
FLfrECttJ{ii-q,iA$iAL
qu:j.i ou> /6'lAi
"Sesdahkr nanti akan afu pemimpin-pmimpin yangmengucap
kan (mengfnstutl6il(an) *suatu yang perl<ataanrya tidah
bleh di-
angkl, merck akn furdesak4esal<an masuk neraka seryfti
be*erubutan nya kerz,-kera.66
924
ejcWLLL6u/.-.tsC$.
.
U;J\a!3LJ{G @s:,s1b
-a
'( ,DY ii ots,)
"Mudah-mudahan Nlah melindungimu dad kepemimpinan onng-
onng bdoh, wahai Ka'ab." Ka'ab brtanlta, "Apa )tang dimakud
dengan kepemimpinan orang-onang bodoh itu?" kliau meniawab,
Yaitu pemimpin-pemimpin sepeninggalht nanti lang tidak mem-
bri tuntunan dengan tuntunanku dan tidal< mengiktti sunnahku.
Barangsiap yang membenarl<an kebohongan merel<a hn mem-
funtu kqaliman mereka, maka mereka bukan dad golongankt
dan aku bulcan dafi golonganny, dan tidah al<an datangke telaga-
ku. Dan funnpiap Wg tidak membenadran kebohongan
mereka dan tidah memfunfu kezaliman mereka mak meteka
adalah termasuk golongankt dan afu termasuk golonganrya, dan
mereka al<an datang ke telagaku.686
':LUUS,Vu"W2Mil UIJ"M1
trY/rl./'
.*:es-€2
,Stf"tt&Ji5/,3L/':r,sr
(L)D,ob,)
Tidaklah suci suatu umatyangtidak dapt diputud<an prkande-
ngan benar di lralnsan merelra dan orang lennh tidak dapt
mengambil hfutn &d onngyangkuat melahkan engru amh
Hlah.6at
5866i 61rr"d dar. at-Bazzdlt dan para perawinya sahih sebagaimana dikatakan dalam
arTarghib oleh al-Mundziri, dan dalam az-Zauaiil oleh al-Haitsaml, trtz 5, hlm, 247.
587gx 11"6rrt1 dan perawi-perawinya tepacayasebagaimana yang rttkaakan oleh al-
Mundziri dan al-Haitsami, sebagaimana png dlrtwryatkan dari hadits lbnu Mas'ud dergan
isnad yang bagus Qayy@ . juz 5 , hlm. 209. Dtriwa]ratkan iuga oleh lbnu Majah secara panlang
dari hadits Abu Sa'id.
925
fuga diriwayatkan dari Abdullah bin Amr secara marfu':
)t+\85
IW gfr tJ +rA $ eiycv
(irob,) ,@tl$"rgt
"Apabila kamu lihat umatht menafi talsft untulc mengatal<an ke-
pda orang png zalim: Wahai orang Wg alim,'nnb sudah
Iayak diucapkan *lamat tinggal kepada merel<a.68Q
588ffR Atrmad dalam at-Musnad dan disahkan isnadnyra oleh Syakir (hadiB nomo( 6521).
Sertangxan d-Haitsami menisbatlannya keBda al-lazar dengan dua isnad yang perawi-
perawi salah satu isnadnya adalah para perawi sahih (iuz 7, hlm. 262), dan diriwa;ratkan oleh
Hakim serta disahkan olehnya, serta pengesahannya disen{ui oleh adz-Dzalubi (iuz 4, hlm. 96).
926
Sikap seperti inilah yang diproklamasikan oleh para pemimpin
agung setelah Rasulullah saw., yaitu para I(hulafa ar-Rasyidin yang
mendapat petunjuk, yang dalam hal ini kita diperintahkan untuk
mengikuti sunnah mereka dan berpegang teguh dengannya, karena
sunnah mereka merupakan penjabaran dari sunnah Guru Utama
Muhammad saw.. Dalam pidato pertanumya, Khalifah pertama Abu
Bakar ash-Shiddiq berkata:
"Wahai sekalian manusia! Aku telah diangkat menfadi pemimpin
kalian" padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antara kdian.
I(arena itu iika kalian melihat aku berada pada kebenaran, maka
bannrlah aku; dan fika kalian lihat aku berada pada kebatilan,
maka luruskanlah aku. Taatilah aku selama aku aat kepada Allah
dalam memimpin kalian; dan jika aku melanggar kepada Allah,
maka tidak ada kewaiiban bagi kalian unhrk menaati aku.'
.G#43b$uix"Gt4i€,
"Mudah-mudahan Allah memberi rahmat kepada orangyang mau
menunjukkan aibku kepadaku."
Lalu ada salah seorang menjawab, "Demi Allah, wahai putra al-
Khathab, kalau kami melihat kebengkokan pada diri Anda, maka
kami akan meluruskannya dengan mata pedang kami.'
Pernah pula ada seorang wanita yang menyangkal pendapat dan
gagasan Umar ketika dia sedang berpidato di atas mimbar, tetapi
Umar tidak merasakan hal itu sebagai merendahkan dirinya, bahkan
927
!
sebaliknya dia berkata, 'Benar wanita ihr, dan Umar yang keliru."
Bqgitupun Ali bin Abi Thalib hanamallahu wajhahu, ia berkata
kepada seseorang yang menyanggahnya mengenai suatu persoalan,
"Engkau benar dan saya )ang laliru: '... dan di aas dap-tiap orang
yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengeahui ....''58e
Islam telah mendahului paham demokrasi dengan menetapkan
kaidah-kaidah yang menjadi penopangesensi dan substansi demok-
rasi. Namun begtu Islam menyerahkan perincian dan peniabaran-
nya kepada ijtihad kaum muslim sesuai prinsip-prinsip ad-Din dan
kemaslahaan dunia mereka, sesuai perkembangan kehidupan mereka,
sesuai masa dan t€mpatrtya, serta sesuai dengan perlcembangan
situasi dan kondisi manusia.
Keistimewaan demokrasi ialah bahwa sistem ini --di celah- celah
perjuang;annya yang pa4fang menghadapi para penguas.r, raia, dan
pemerintahan yang zalim-- dapat mengambil berbagai bentuk dan
wasilah yang hingga kini dianggap paling efektif untuk melindungi
rakyat dari kesewenang-wenangan penguasa.
Selain itu, tidak ada halangan bagi para pemikir dan pemimpin
untuk memikirkan bentuk dan sistemyang memiliki corak dan model
yang lebih pas sera lebih ideal. Namun harus tetap diingat bahwa
untuk merealisasikan hal itu dalam kehidupan manusia, kita harus
mempertahankan sebagian sistem demokrasi yang tidak dapat di-
abaikan guna mewujudkan keadilan, musyawarah, menghormati
hak-hak manusia, dan berjuang menghadapi lcesewenang-wenangan
para diktator yang sombong di muka bumi.
Di antara kaidah syar'iyah yang telah ditetapkan ialah: "Apa saja
yang suatu lcewaiiban tidak bisa sempurna melainkan dengannya,
maka dia itu waiib hukumnya. Dan tujuan-tufuan syariat yang di-
tuntut untuk diwujudkan itu, apabila telah felas bagnya suatu wasi-
lah atau jalan untuk mewujudkannya, maka wasilah itu haruslah di-
tempuh demi mewujudkan tujuan tersebut."
Tidak ada larangan dalam syara' untuk mengutip ide atau teori
dan praktik dari kalangan nonmuslim, karena Nabi saw. sendiri pada
waktu perang f$z.ab telah mengambil gagasan "menggali parit" se-
bagai suatu usluD (cara) yang biasa dipaloi orang Persia. Beliau juga
memanfaatkan tawanan-tawanan musyrikin dalam perang Badar
"yang mengerti tulis baca" untuk mengajar tulis-menulis kepada
928 ,ri
,Fl
fl
anak-anak kaum muslim. Meskipun mereka musyrik, karena hikmah
(ilmu pengetahuan) itu adalah milik orang mukmin pnghilang, maka
di mana saja dia mendapatinya dia lebih berhak terhadapnya.
Telah saya tuniukkan dalam beberapa buku saya bahwa kita ber-
hak mengutip ide, sistem, dan peraturan-peraturan dari orang lain
yang bermanfaat bagi kita, asalkan tidak bertentangan dengan nash
yang tegas dan kaidah syar'iyah yang baku. Di samping inr, kita
harus bersikap kritis dan selektif terhadap yang kita ambil dengan
semangat ruh kita, mana yang merupakan bagian dari kita yang telah
hilang sejak lama.sm
Kalau kita perhatikan peraturan seperti pemilihan umum atau pe-
mungutan suara, maka menurut pandangan Islam hal itu merupakan
"pemberian kesaksian" terhadap kelayakan si calon. Oleh sebab inr,
pemberi suara haruslah memenuhi syarat sebagaimana halnya saksi,
yaitu adil dan baik perilakunya sehingga diridhai orang banyak.
Allah berfirman:
"... dan pemksil<anlah dengan dua orang nksi lang adil di anAn
kamu ...." (ath-Thalaq: 2)
"... dai sal<si-aksi yng kamu ridhai .... " (al-Baqarah : 2821
'... matra Jauhihh olehmu tr;rhaft.-fr;rtrita yrg miis itrt dan iauhi'
lah prkataan-perlcataan dusta. " (al-Haff : 5O)
929
/
!
"... dan hendaklah l<amu tegaklran keraksialn itu karcna NIal, ...."
(ath-Thalaq:2)
930 i
Memang, yang mereka maksud dengan demokrasi ialah rakyat
memilih pemimpin sebagaimana lang mereka kehendaki,lalu mereka
meminta pertanggungjawaban terhadap segala tindakannya, serta
menolak perintah-perintahnya jika bertentangan dengan dustur
umat --yang dalam istilah islamiahnya: apabila mereka diperintah-
kan berbuat maksiat-- bahkan mereka berhak memecat pemimpin
apabila menyimpang atau menyeleweng dan tidak mengindahkan
nasihat atau peringatan-peringatan.
_ Ingn saya ingatkan di sini bahwa prinsip 'hak menetapltan
hukum itu adalah milik Allah" merupakan prinsip Islam yang pokok,
yangditetapkan oleh para ahli ushul fiqih dalam pembahasan mereka
mengenai "hukum" syara' dan "hakim". Mereka sepakat bahwa al-
hahim grangmembuat hukum) adalah Allah, sedangkan Nabi hanya-
lah menyampaikannya. Maka Allah-lah yang memerintah dan mela-
rang, yang menghalalkan dan mengharamkan, yang menetapkan
atau membuat hukum dan membuat syariat.
Perkataan kaum Khawarij bahwa "tidak ada hukum kecuali milik
Allah" memang merupakan perkataan yang tepat dan benar. yang
disangkal orang ialah penempatan perkataan tersebut yang tida[.
proporsional dan penggunaannya sebagai dalil urrruk menolak penye-
lesaian masalah manusia ketika terjadi perselisihan. Karena yang
demikian bertentangan dengan nash Al-eur'an yang menetapkan
adanya tahhim (perdamaian/penyelesaian masalahl dalam banyak
tempat, antara lain yang termasyhur ialah tahkim antara suami istri
kedka terjadi percekcokan. Karena itulah Amirul Mukminin Ali r.a.
menolak ucapan kaum Khawarij tersebut dengan mengatakan, "Itu
adalah perkaAan yang benar tetapi dipergunakan untul kebatilan."
Ali mengidentifikasi perkataan itu sebagai perkataan yang benar,
tetapi beliau mencela mereka karena mempergunakannya untuk ke-
batilan.
Bagaimana bukan merupakan perkataan yang benar, sedangkan
ungkapan tersebut memang diambil dari ayat Al-Our'an yang sharih
felas):
"Menetapl<an huktm itu hanyalah hak Nlah." (^l-An'am: SZ dan
Yusuf:4O)
9st
Y
Hal ini tidak akan ditolak oleh seorang muslim yang telah rela
bertuhan kepada Allah, beragama Islam, serta mengakui kenabian
dan kerasulan Muhammad saw..
Sebenarnya seorang muslim yang menyerukan demokrasi hanya-
lah karena ia menganggapnya sebagai suatu bentuk pemerintahan
semata. Dan hal itu bertuiuan untuk mengaktualisasikan prinsip-
prinsip politik Islam dalam memilih penguasa (pemimpin), melaksa-
nakan musyawarah dan nasihat, :unar ma'ruf dan nahi munkar,
memerangi kezaliman, menolak kemaksiatan --khususnya apabila
sudah sampai pada tingkat "kufur yang jelas' berdasarkan kete-
rangan dari Allah (yakni telah tampak tanda-tanda kekafirannya
secara jelas seperti yang diterangkan Allah dalam Kitab-Nya).
Di antara yang menguatkan hal ini ialah undang-undang dasar-
nya yang menyatakan --di samping berpegang pada sistem demo-
krasi-- bahwa agama negara adalah Islam dan bahwa syariat Islam
t
*f
932 g"
*
il
adalah sumber hukum dan perundang-undangan. Hal ini justru
mempertegas hak kehakiman Allah, yakni kehakiman syariat-Nya,
dan syariat-Nya inilah yang memiliki kalimat tertinggi.
IQlau begitu, seruan kepada demokrasi (dalam pengertian seperti
ini) tidaklah melazimkan kekuasaan/hukum rakyat sebagai peng-
ganti hukum Allah, karena tidak ada pertentangan di antara keduanya.
fika yang demikian menjadi kelaziman demokrasi, maka perka-
taan yang benar menurut para muhaqqiq dari kalangan ulama Islam
ialah: "bahwa kelaziman nazhab-mazhab itu bukan mazhab, dan
tidak boleh menganggap seseorang kafir atau fasik hanya berdasar-
kan pada kelaziman mazhabnya. Karena kadang-kadang mereka
tidak melaksanakan kelaziman-kelaziman tersebut, bahkan kadang-
kadang mereka tidak memikirkannya sama sekali'.
IGlompok lslam yang menolak sistem demokasi ini berargumen
bahwa demokrasi adalah mabda' (prinsip) impor dan tidak ada
hubungannya sama sekali dengan Islam, karena ia ditegakkan pada
keputusan suara terbanyak dan dianggap sebagai kebenaran di
dalam menegakkan pemerintahan, memperlakukan urusan, dan
menguatkan salah satu perkara yang diperselisihkan. fadi, jumlah
suara dalam demokrasi menjadi hukum dan rujukan. Maka apa pun
pendapat atau gagasan yang mendapatkan dukungan suara terba-
nyak secara mutlak maupun secara terikat pada suatu waktu, penda-
pat atau pemikiran itulah yang harus dilaksanakan, meskipun salah
atau batil.
Adapun Islam tidak mempergunakan wasilah seperti ini dan tidak
mengunggulkan suanr pemikiran karena sesuai dengan suara ter-
b*y"t, tetapi Islam melihat kepada esensinya: benar atau salah. fika
benar dilaksanakan, meskipun hanya mendapatkan dukungan satu
suara atau tidak ada yang mendukungnya sama sekali; dan jika
salah ditolak, meskipun mendapat dukungan 99 %.
Bahkan nash-nash AI-Qur'an menunjukkan bahwa suara terba-
nyak sering kali bahkan selalu berada di pihak kebatilan dan berpi-
hak kepada thaghut, misalnya dalam firman Allatr:
"Dan jila l<amu menuruti kebanyalran onnganng yng dimul<a
bumi ini, ni*aya mercka akan meryreatkanmu dad jalan Nhh ...."
(al-An'am: I 16)
"Dan xfugian Dr;sar manusia tidak akan furiman, walaupun l<amu
fingat milginginkannt a. " (Yueuf : I O3 )
933
Y
934
rian tempat-t€mpat perdagangan, pabrik-pabrik, rumah-rumah sakit,
dan lain{ainnya yang oleh para fuqaha dikategorikan sebagai masta-
hah mursalah. Contoh yang lain lagi, dalam mengambil keputusan
untuk mengumumkan perang atau tidak, dalam menetapkan pajak
terhadap sesuatu atau tidak perlunya dikenakan pajak, dalam meng-
umumkan kondisi normal atau tidaknya, pembatasan masa jabatan
kepala negara, tentang boleh tidaknya dipilih lagi, sampai berapa kali
masa jabatan, dan sebagainya.
Apabila pendapat orang berbeda-beda dalam memutuskan masa-
lah-masalah ini, maka akankah dibiarkan terkatung-katung ataukah
ditetapkan begitu saja? Apakah akan tedadi proses menguatkan se-
suatu tanpa ada yang dikuatkan, padahal harus ada yang dikuatkan
(dipandang kuaQ?
Sesungguhnya logika, syara', dan fakta mengiqraratkan bahwa
harus ada sesuatu yang dipandang kuat. Sedangkan yang dipandang
kuat pada waktu terjadi perbedaan pendapat ialah yang mendapat-
kan suara dan dukungan terbanyak, karena hasil pemikiran dua orang
itu lebih dekat kepada kebenaran daripada hasil pemikiran seorang,
dan dalam suatu hadits dikatak:,an:
'}$ ;{il
'(Gb-fltobtl
i
&ffi $=6i6 o ( *1. r 6L
"kanguhryra *tan itu bersma )nng wrang, dangkn ter-
hadap dua onng dia lebih iauh.rst
.GK#65iig*Ai.(&tt
. Q+tl ob,)
59lnn rirmidzi dalam'al-Fitan', dari Umar, hadits no. 2166, dan beliau berkata, "Hadits
hasan sahih gharib." Beliau berkaA lagi, 'Hadie ini jrg2 diriwayatkan dari jalan lain dari
Umar." frrga diriwayatkan oleh Hakim (1: 114) dan dtsahkannya menurut syarat Syaikhaini,
dan disetuiui oleh adz-Dzahabi.
935
!
592gp 6h."6 dari Abdur Rahman bin Ghanam al-Asy'ari (4: 227) dan dalam sanadnya
terdapat Syahr bin Hausyab. Ibnu Hajar berkata dalam 4t-raqrib, "Dia (Syahr) itu jurur, tapi
sering meriwayatkan secara mursal dan keliru."
593g66115 tersebut diriwayatkan oleh Thabrani dari Abu Umamah, dcngan redaksi: 'Se-
sungguhnya Bani Israil telah berpecah belah menjadi tujuh puluh satugolongan --atau beliau
bersabda: tujuh puluh dua golongan-- dan sesungguhnya umat ini akan berpecah belah mele-
bihi jumlah tersebut, yang semwrnya akan masuk neraka kmrali as-sawailul-A'zham." (Al-
Mu'jam al-Kabir, iuz 8, nomor 8035). Al-Haitsami menyebutkannya d?lAtrl. Majm'uz-zauaiil,
"DiriwayatkanolehThabranidanparaperawinyatepercaya." (al-Maina',iuz6,hlm.233-234).
Di t€mpat lain beliau berkata, 'Diriwayatkan oleh Thabrani dalam al-Auath dan al-Kabir yang
serupa itu, dan di dalam sanadnya terdapat Abu Ghalib yang dinilai rcpercaya oleh lbnu Ma'in
dan lainnya, sedangtan para perawi al-Ausath yang lainnya adalah tepercaya. Demikian pula
salah satu dari dua sanad al-KaDir. " (7: 258) . Dan diriwayatlan oleh Thabrani dan Ahmad
dalam al-Mwnad secara mauquf pada Ibnu Abi Aufa, ia berkata, "Wahai lbnu Jahman, hendak-
lah kamu berpegang pad.a as-Sawarl al-A'zham." Al Haitsami berkata, 'Perawi-perawi Ahmad
adalah tepercaya.' (Al-Majma', luz 6, hlm. 232). Sebagaimana diriwayatkan oleh lbnu Abi
I
936 J
I
cayaan ulama terhadap pendapat jumhur (golongan terbesar) dalam
masalah-masalah k'hilafiyah, dan hal itu dianggap sebagai salah satu
ialan untuk menguatkannya jika tidak ada alasan lain yang kuat
yang bertentangan dengannya.
Dalam beberapa karangannya Imam Abu Hamid al-Ghazali me-
nguatkan pendapat mayoritas apabila ada dua pandangan dalam
menghadapi sam persoalan.sea
Sedangkan pendapat orang yang mengatakan bahwa yang harus
dikuatkan ialah yang benar --meskipun tidak ada seorang pun yang
mendukungnya-- dan yang salah harus ditolak meskipun mendapat
dukungan 99 96 suara, maka pendapat ini hanya berlaku untuk hal-
hal yang sudah dinashkan oleh syara' secara sah dan sharihyang
tidak dapat dipertentangkan serta diperselisihkan lagi, meski yang
demikian sedikit jumlahnya. Maka unnrk hal ini diterapkanlah per-
nyataan:
.SizeKJEWSX6d\Lt(.-l(
"famaah itu ialah yang sesuai dengan kebenaran, meskipun Anda
hanya seorang diri."
Ashim dalam as-sunnah dari lbnu Umar, hadits no. 8O dengan lafal 'Allah tidak sekali-kali
mengumpulkan (menyepakatkan) urnat (lslam) ini dalam kesesatan; dan angan (pertolong-
an) Allah itu diberikan kepada jamaah yang seperti ini. Maka hendaklah k'amu berpegang
pada as-sauait al-A'zham (golongan terbesar kaum muslim), karena barangsiapa menyendiri
(memisahkan diri dari jamaah) maka dia akan menyendiri di dalam neraka.' Al-Albani ber-
kata, "lsnadnya dhaif." luga diriwayatkan oleh Hakim dengan redaksi seperti itu dari bebe-
rapa jalan dari al-Mu'tamir bin Sulaiman fiuz I , hlm. I l5- I 16) dan beliau berkata, "Sesung-
guhnya al-Mu'tamir adalah salah seorang tiang hadits dan imamnya, oleh karena itu hadits
ini pasti mempunyai asal dengan salah satu isnadnya ini.'
594lihat, ary-sy ura wa Atsaruha f.d-Dimuqrathiyyah, karya Dr. Abdul Hamid al-Anshari.
937
:
l
938
i
1
I
J
J
istilah itu sudah populer dan dipergunakan manusia sedemikian
rupa, maka kita tidak boleh menutup mata terhadapnya. Bahkan kita
harus mengerti maksudnya apabila istilah itu dipergunakan orang,
sehingga kita.tidak salah paham atau mengartikannya dengan arti
lain yang tidak sesuai dengan kandungannya, atau tidak sesuai de-
ngan maksud orangyang mengucapkannya. Dengan demikian, hukum
yang akan kita kenakan terhadapnya merupakan hukum yang sehat
dan seimbang. Tidak mengapalah jika istilah-istilah itu datang dari
luar kita, sebab kisaran hukum tidak terletak pada sebutan dan isti-
lahnya, melainkan pada esensi dan substansinya.
Banyak juru dakwah dan penulis yang mempergunakan istilah
"demokrasi" tanpa merasa keberatan. Bahkan al-Ustadz Abbas al-
Aqqad --rahimahullah-- telah menulis sebuah buku yang berjudul
ad-Dimuqrathiyyah al-tslamiyyah (Demokrasi Islam). Demikian' Jtrga
Ustadz Khalid Muhammad Khdid, bahkan beliau berlebih-lebihan
ketika menganggap demokrasi adalah Islam itu sendiri. Anggapan
beliau init€lah saya tanggapi dalam buku saya yang beriudul ash-shah-
wah al-tslamiyyah wa Humuumul-Wathani al-Arabi wa al-lslami (Kebangkihn
lslam dan kesedihan Negara Arab dan Islam).
Banyak orang Islam yang menuntut demokrasi dijadikan sebagai
sistem hukum (pemerintahan) untuk menjamin kebebasan sekaligus
memelihara keamanan dari kesewenang-wenangan penguasa,
karena demokrasi yang sebenarnya pastilah mengimplementasikan
kehendak umat, bukan kehendak penguilsa dan kelompokrya. Maka
tidaklah cukup hanya dengan meneriakkan slogian demokrasi ketile
ruh demokrasi t€lah lenyap dengan peniara-penjiua yang menganga
dan cemeti yang menyala-nyda, dengian hukum-hukum yang menjadi
malapetaka yang mengejar-ngejar setiap orang yang berpikiran mer-
deka dan setiap orang yang berani bertanya "mengapa" kepada
penguasa, lebih-lebih yang berani mengatakan "tidak".
Dalam hal ini, saya termasuk salah seorangyangmenuntutdemok-
rasi sebagai wasilah yang mudah untuk mewujudkan tujuan kita di
dalam kehidupan yang terhormat. sebab dalam suasana demokratis
itulah kita dapat menyeru manusia kepada Allah dan lslam, sebagai-
mana yang kita imani, tanpa ada yang melemparkan kita ke dalam
kegelapan peniara atau yang memancangkan tiang-tiang gantungan
kepada kita.
Akhirnya, perlu saya kemukakan juga bahwa ada sebagian ulama
yang hingga hari ini selalu mengatakan bahwa demokrasi itu hanya
slogan dan bukan pelaksanaan. Dalam kaitan ini, menurut mereka,
939
pengunsa hanya waiib bermusyawarah tetapi tidak berkewaiiban
melaksanakan pendapat peserta musyawarah, )raitu ahlul-lalli val- I
ViSS:Aet6ffiaiL;+es
'... dan btmusyatnrahlah dengan merch dalam utusn itu. Ke-
mudian apabila hmu telah befazam, mahbrtawahllah kryda
NIal, ....' llJrl Im:rrn: I59)
Beliau (Alt) mengatakan, "Yaitu kepunrsan musyawarah ahlur
rali, kcmudlan menglkudryra."
Apabila dltemukan dua pendapat dalam suanr masalah, maka apa
yang sesuai dengan umat kita -dan lesesuaian tersebut akan ber-
lang:zung hing hari ini-- di balik kesewenang-wenangan, akan
mengUatkan pendapat )rang mengatakan harus dilaksanakannya ke-
putusan musyawarah.
Demikian juga, apabila toiadi perbedaan pendapat atau perseli-
sihan, lantas umat atau jamaah berpendapat agar melalsanakan
hasil muqrawarah, maka perselisihan tersebut sudah hilang, dan me-
lalsanakan apa yang telah disepakati merupakan kouaiiban sebagai
lcewajiban syara', karena kaum muslim terikatdengan syarat- syarat
mereka. Apabila seorang pemirpin atau amir telah dipilih berdasar-
kan asas dan syarat tersebut, maka kepunrsan ini tidak boleh dirusak
dengan mengambil pendapat lain, karena kaum muslim fuga terikat
dengan syarat-syiuat mereka, sedangkan menepad janii hukumnya
fardhu (waiib).
940
Ketika Ali r.a. ditawari untuk dibai'at umat agar melaksanakan
Al-Our'an dan As-Sunnah serta amalan dua orang syekh sebelumnya
--yakni Abu Bakar dan Umar-- beliau menolak komitmen yang ter-
akhir, karena apabila beliau menerimanya maka beliau wajib me-
laksanakannya.
Dengan demikian, berdekatanlah syura islamiyah dengan ruh
demokrasi. Kalau Anda mau, boleh Anda katakan: "Esensi demok-
rasi berdekatan dengan ruh syura islamiyah."
walhamdu lillahi Rabbil-'alamin.
3
BANYAK PARTAI DI BAWAH NAUNGAN
DAULAH ISLAMIYAH
Pertanyaan:
Sering kali teriadi perbincangan dan diskusi dalam berbagai per-
temuan khusus dan umum, antara sebagian orang Islam dengan se-
bagian orang Islam lainnya, atau antara orang-orang Islam dengan
kelompok-kelompok selain Islam.
ttita telah mengetahui melalui berbagai macam penerangan Islam
bahwa Islam mewajibkan persatuan serta melarang perpecahan dan
perselisihan. I(arena lahirnya banyak partai disebabkan tedadinya
silang pendapat dan perpecahan umat.
Imam asy-Syahid Hasan al-Banna pemah mengatakan bahwa tidak
ada kepartaian dalam Islam, dan pendapat ini dipegang teguh oleh
banyak orang untuk menolak ide banyak partai. Namun demikian,
ada beberapa kesamaran dari argumentasi yang mereka kemukakan.
Bagaimana pendapat Ustadz mengenai masalah yang sekarang
sedang marak di berbagai negara Arab dan Islam, khususnya di
negara yang memberi kesempatan munculnya banyak partai politik
dan fan+ra-fatwa tentang demokrasi. Mereka mengatakan bahwa ke-
kuatan Islam justru terletak pada kebebasan dan banyak partai. Hal
ini kemudian mereka jadikan konsep dalam mengendalikan pemerin-
tahan. Pemerintah itu menganggap.demokrasi sebagai konsep yang
paling benar dan mengabaikan yang lainya. Tetapi, menurut saya,
justru pendapat seperti inilah yang salah.
Karena itu kami mohon Ustadz berkenan menjelaskan kepada
941
kami bagaimana pandangan syara'terhadap masalah ini dengan di-
sertai dalil-dalilnya. Semoga Allah berkenan memberikan balasan
kepada Ustadz dan memberi pertolongan kepada Ustadz dengan ruh
dari-Nya.
Jawaban:
Pendapat saya yang telah saya publikasikan sejak beberapa tahun
lalu dalam ceramah-ceramah umum maupun dalam pertemuan-per-
t€muan khusus adalah bahwa syara' tidak melarang adanya partai
politik yang lebih dari satu dalam daulah islamiyah (pemerintahan
Islam). Karena larangan syar'i itu memerlukan nash, sedangkan
nash dalam persoalan ini tidak ada.
Bahkan kadang-kadang multipartai dalam suatu negara menjadi
keharusan padazaman sekarang ini, sebab keadaan seperti ini akan
lebih menjamin keamanan dari kesewenang-wenangan seseorang
atau golongan tertentu dalam pemerintahan terhadap orang lain.
Selain itu, memberikan jaminan tidak lenyapnya kekuatan yang
mampu berkata "tidak" atau bertanya'mengapa" kepada pemerin-
tah, sebagaimana yang terjadi dalani sejarah dan fakta.
Ada dua hal mendasar sebagai persyaratan yang harus diperhati-
kan dalam mendirikan partai-partai:
1. Mengakui Islam sebagai akidah dan syariah, serta tidak menentang
atau mengingkarinya, meskipun ia punya ijtihad khusus dalam
memahaminya, sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah yang sudah
diakui.
2. Tidak melakukan aktivitas yang arahnyamemusuhi Islam dan
umatnya, apa pun namanya dan di mana pun tempatnya.
942
(rakyaQ tidaklah lebih kecil untuk memberi nasihat atau menyuruh-
nya berbuat ma'ruf.
Apabila umat telah mengabaikan amar ma'ruf dan nahi munkar,
maka lenyaplah rahasia keistimewaan mereka dan sebab yang men-
jadikan mereka baik, dan mereka akan ditimpa laknat sebagaimana
umat sebelum mereka:
"Mereka satu sma lain *lalu tidak nling melarangtindakan mun-
yang merelca perbual Sesunggahnl,a amat buruklah aNWng
l<ar
*lalu mercl<a Wrbuat ifu."(al-Ma'tdah: 79)
Demikian pula di dalam hadits disebutkan:
/r.,4 tit
qr ,#t33fi'34q'#\ \.-{, rllul
#'e,3^fr5'i5fl6,{V6$"r!,3t
.e1i9 Eyq,Ai'i'#3- 6 A1'$
.
Q:t'ji ob,)
"Sesunguhrya manusia apbila melihat onng furbuat zalim, Ian-
tas mercl<a tidak mencegah tindalrannla, maka Nlah akan menim-
palen siksan kepada mereka rc@na merata dai sisi-Nya.6eo
595nn Ahmad bin Hambal dalam uusmd-nya d-i abArlut bin Amr dan disahkan oleh
Syekh Syakir. fup diriwayatkan oleh Hakim dan dtsahkaffrya serta disctuiui Dzahabi (4: 96).
596nR Abu Daud dalam sunan-nya dari hadits Abu Bakar sebagaimana yang diriwayatkan
Ahmad dan Ashhabus-Sunan. Dan Tirmidzi berkata, "Hasan sahih.'
943
I
Maka ketika Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, beliau me-
nyampaikan pidato kenegaraannya yang pertama {engqn mgngata-
kan, "Wahai iekalian manusia, jika aku berbuat baik maka tolonglah
aku, dan jika aku berbuat salah maka luruskanlah aku. Taatilah aku
selama aku taat kepada Allah dalam memimpin kalian, dan jika aku
melanggar kepada Allah maka tidak ada kewaiiban bagi kalian untuk
menaati aku."
Demikian juga Umar, beliau pernah berkata, "wahai sekalian
manusia, baringsiapa di antara kalian yang melihat kebengkokan
pada diri saya maka hendaklah dia meluruskan saya." Ialu ada se-
seorang yang menanggapinya, "Demi Allah, iika kami -melit-t1 ke-
bengkokin fuenyimpangan) pada dirimu niscaya akan-kami lu-rus-
kaniengan mata peaang kami." Lalu Umar berkata, "Alhamdulillah,
puli tepunyaan Allah yang telah ryenj{ikan di.kalangan
segala
taum muStim ini orang yang mau meluruskan kebengkokan Umar
dengan mata pedangnya."
retapi seiarah, pengalaman bangsa-bangs?, dan fakta kaum mus-
lim merigajaikan liepada kita bahwa meluruskan penyimpangan dan
penyeleiehgan penguasa bukanlah perkara mudah, tidak cukup de-
irgah sekadar Gta-ttata singkat. Di samping itu,.mereka fuga tidak
pinya persediaan seniata untuk meluruskan penyimpangan tersebut,
karena semuanya berada di tangan penguasa.
oleh sebab itu, haruslah ditCmpuh jalan sedemikian rupa untuk
meluruskan kebengkokan atau penyimpangan tersebut tanpa mem-
pergunakan pedang dan seniata.
' bahm peikembangannya sekarang --setelah melqlgi pergulatan
yang pahit dan perjuangan yang panjang---manusia telah dapat men-
-capii'Uentuk
ainai ma;ruf dan nahi munkar serta meluruskan ke-
bengkokan tanpa melalui pertumpahan darah, yaitu-dengan adanya
"ke[uatan politik". Pihak penguasa dalam hal ini tidak dapat rymena-
mena menghukumnya. Kekuatan inilah yang diistilahkan dengan
'
"partai".
fradang-kadang pemerintah --baik dengan cara kekerasan atau
trpu dayx-- sangat mudah menindas dan menekan -perseorangan
aiau kelompok-[elompok kecil manusia. Tetapi, ia akan kesulian
menekan organisasi-oiganisasi besar yang teratur, yang, mempunyai
potensi untuk mengubah tata kehidupan dan mgnggerakkan mass,
serta yang mempunyai mimbar, pers, dan media-media lain untuk
menyimp-aikan iernl,ataan dan mempengaruhi ogtli publt!.
futau kita ingin igar kefardhuan amar ma'ruf dan nahi munkar
944
..memiliki makna, kekuatan, dan pengaruh pada zaman kita sekarang
ini, maka ia tidak orkup jika hanya merupakan kefardhuan yang ber-
sifat perseorangan yang terbatas pengaruh dan kemampuannya.
I(arena inr ia harus mengalami perkembangan bentuk sehingga me-
miliki kekuatan yang mampu melaksanakan amar ma'ruf dan nahi
munkar, memberikan peringatan dan ancaman, dan ketika diperin-
tah dengian kemaksiatan mampu mengatakan: 'Tidak akan kami
dengar dan tidak al<an kami patuhi," sefta dapat menghimpun ber-
bagai kekuatan politik untuk menekan pemerintah jika menyele-
weng, lalu menjanrhkannya tanpa menggunakan kekerasan dan per-
nrmpahan darah.
Keberadaan partai-partai atau organisasi-organisasi politik telah
menjadi wasilah yang lazim untuk memerangi kesewenang-we-
rumgan pemerinah png berkusa dan mengoreksinya serta mengem-
balikannya ke ialan yang lurus, atau menJanrhkannya unhrk digan-
tikan oleh yang lain. Lewat partai atau organisasi inilah dimungkin-
kannya meminta pertanggungjawaban kepada pemerintah dan me-
laksanakan kewajiban amar ma'ruf dan nahi munkar, dan'apayang
suatu kewajiban tidak sempurna melainkan dengannya, maka dia
adalah wajib hukumnya".
Tetapi, kadang-kadang sebagian orang yang mukhlis (tulus dan
h,gas) menggiambarkan bahwa pemerinah png melaksanakan sJariat
Allah dan dalam setiap urusannya kembali kepada lcbijakan syariat
tersebut tidak memerlukan partai dan orgianisasi politik yang islami,
karena ia merupakan pemerintahan yang komitmen dan konsisten
pada hukum-hukum Allah.
Oleh karena itu, para pejuang hendaklah terus berjuang sehingga
terwujud pemerintahan seperti ini. Apabila sudah t€rwuiud, kebera-
daannya adalah seperti yang diidentifikasi oleh Allah melalui firman-
Nya:
1Hli6t:1+31;,6ei$A&"yi-$t
'!.5o6-r.j:P'"Wv
Taitu orang-orangtang arybila l(ami tqphkan kduft*annndi
muk bumi, ni*aya mereka mendidlran shalat, menumibn abt,
menyuruh berbuatyangma'ruf &n menegah dad prbutanyang
munkar...." (al-Hall: 4I )
Y
ti+pittr{src$ai5{i;i
AGg,)5eTv34{Jc;}Cg
i**db),3tLr5&t6i5;;,
'(.*caj
"Mendengar dan mematuhi itu merupkan lcewaiiDan onng mus'
lim, baik mengenai rrr;uatu yng ia ankai maupun tidalc ia sukai,
asalhn tidak diwruh Dr;rmalrr;ial Apabila diwruh brmaksiat"
nntra tidak perlu mendengar dan mematuhinyraqez
946
nangan yang palhg membahayakan ialah yang mengatasnamakan
agama. Apabila tidak dibuatkan pedoman dan aturan sefta tidak di:
sediakan jalan untuk mencegahnya dari hal-hal yang tidak baik dan
tidak disediakan cara untuk menghilangkan kejelekan bila teriatuh
ke dalamnya, maka bahayanya akan menimpa umat dan agama se-
kdrgus.
Oleh karena itu, mewujudkan kekuatan-lekuatan yang terorgani-
sasi png dapat melakukan aktivitas di siang bolong (t€rang-tenngan
dan tidak sembunyi-sembunyr), yang numpu membanft yang ber-
buat baik dan meluruskan yang bengkok, maka syara'menyambut-
nya dan mendukungnya, karena dapat menarik atau mendaangkan
manfaat dan menolak mafsadat.
IGsalahan terbesar ialah anggapan pemerintatr atau sebagian orang
yang setia kepadanya bahwa kebenaran hanya ada pada mereka,
sedanden orang}limg menentangn)ra atau tidak sependapat dengan-
nya dianggap salah dan batil.
Kita lihat kaum Mukazilah ketika hanya sendirian meneapkan
hukum dan pemerintahan pada zaman pemerintahan Khalifah al-
Ma'mun bin ar-Rasyid, jugapada zaman al-Watsiq danal-Mu'ashim
sesudah itu. Mereka hendak mewaiibkan seluruh umat ag.u mene-
rima pendapat mereka dan membuang pendapat yang lain dari pea
pemikiran. Kemudian mereka menindak golongan lain yang tidak
sependapat dengan mereka dengan cemeti dan pedang. Salah satu di
antaranya adalah masalah sangat besar yang mereka populerkan dan
sangat terkenal dalam sejarah akidah dan pemikiran, yaitu masalah
'kemakhlukan Al-Qur'an".
Hal ini akhirnya meniadi bencana dan ujian berat yang menye-
babkan disakitinya para ulama dan imam besar, di antaranla pemuka
imam yang sangat takrua dan wara', yaitu Imam Ahmad bin Hambal.
Sejarah mencatat tindakan kaum yang mendakwalqn diri sebagai
ahli logika dan berpikiran merdeka. Mereka telah melakukan tindak
kriminalitas yang hi.na yang mengerutkan dahi setiap orang, yainr
tindak kriminalias berupa penekanan terhadap orang-orang )rang
menentang pendapat mereka, hingga ada yang dipenlara, dipukul,
dan disiksa, meskipun mereka adalah ulama besar.
947
-t
vidu yang satu dengan individu yang lain, atau sesuai dengian lcpen-
tingan sang individu, sehingga ada partai atas ruilna perseorangian.
Mereka kumpulkan manusia atas nama pribadinya dan mereka giring
manusia unhrk mengikuti rel yang telah dibuatnya. Demikian juga
halnya partai-partai yang didasarkan pada asas unsur, daerah, atau
kelas tertentu, dan sebagainya yang didasarkan pada 'ashabiyyah (fa-
natisme) --padatral Islam bersih dari semua ihr.
Sebenarnya, banyaknya partai yang diperbolehkan ialah sesuai
dengan pola pikir, manhaj, dan sistem politik masing-masing kelom-
pok yang didukung dengan argumentasi dan sandaran yang akurat,
sehingga didukung oleh orang yang mempercayainya dan melihat
kebaikan dari celah-celahnya.
Banyaknya partai dalam bidang politik sama halnya dengan
banyaknya mazhab dalam bidang fiqih. Mazhab fiqih adalah madra-
sah fikriyyah (lembaga pendidikan berpikir) yang mempunyai prinsip-
prinsip khusus dalam memahami syariat dan dalam menggali
hukum dari ddil-dalilnya yang terinci, dan para pengikut mazhab
pada dasarnya adalah murid-murid dari madrasah tersebutyang per-
caya bahwa lembaga pendidikannya lebih mendekati kebenaran dan
lebih lurus daripada yang lainnya. Maka keberadaan mereka serupa
dengan kelompok pemikir atau organisasi cendekiawan yang menye-
barkan pfursrp-prinsip ini kepada para anggotanya, kemudian mereka
bela sesuai dengan kepercayaan sefta keyakinannya bahwa prinsip-
prinsip organisasi atau golongannya itulah yang lebih kuat dan leblh
utama, meskipun tidak menganggap batil terhadap golongan lain.
Demikian pula dengan partai atau aliran politik. Ia memilikl falsa-
fah, prinsip, dan manhaj sendiri yang didasarkan pada Dinul Islam
yang lapang ini (sejauh pengetahuannya terhadap Islam), dan ang-
gotaWrtat sama dengan pengikut mazhab fiqih, yang masing-masing
mendukung ide yang dipadangnnya lebih tepat dan lebih kuat.
Ada kelompok pembaru yang berpendapat bahwa syura dapat
memberikan kepastian, sedangkan khalifah atau kepala negara dipi-
lih melalui pemilihan umum dengan masa jabatan yang terbatas, dan
ia dapat dipilih kembali pada kesempatan lain. Selain itn, ahli syura
(Dewan Perwakilan RakyaUMajelis Permusyawaratan RakyaQ
haruslah orang-orang yang diridhai oleh masyarakat melalui pemi-
lihan. Pendapat ini juga mengatakan bahwa wanita mempunyai hak
pilih dan hak dicalonkan menjadi anggota majelis; bahwa negara me-
miliki hak untuk ikut campur menentukan harga komoditas, meng-
urus irigasi, dan menennrkan upah buruh; bahwa dalam pemanfaatan
948
anah digunakan sistem bagi hasil, bukan dengan sistem sewa; bahwa
dalam harta kekayaan terdapat kewajiban selain zakat; bahwa pada
dasarnla hubungan dengan pihak luar adalah perdamaian; dan bahwa
ahli dzimmah dibebaskan dari kewaiiban membayar pajak apabila
mereka menjadi anggoa angkatan bersenjata,!au:rg jizyoh (pajak) itu
samadengan kewaiibanzakatbagi kaum muslim ... dan seterusnya.
Sedangkan kelompok lain --dari golongan konservatif-- menen-
tang para pembaru atau yang mendakwahkan pembaruan dalam
pandangan mereka. IGlompok konservatif ini berpendapat bah\rya
syura hanya dapat membut pernyataan, bukan membuat keputusan;
bahwa kepala nqlara dipilih oleh ahlul-halli wal:aqdi (majelis permu-
syawaratan) untuk seumur hidup; bahwa pemilihan umum bukan
wasilah syar'iyah; wanita tidak punya hak untuk dicalonkan dan
tidak punya hak unhrk memberikan suilrd; bahwa perekonomian itu
bebas dan pemilikan mutlak sifatnya; bahwa pada dasarnya hubung-
an dengim pihak luar adalah peperangan; bahwa khalifah atau ke-
pala negara adalah pemegang otoritas untuk mengumumkan perang
atau menerima perdamaian; dan masih banyak lagl ide dan pema-
haman yang meliputi kehidupan sosial, ekonomi, politik, kemiliteran,
serta kebudayaan.
Ada pula kelompok lain yang tidak berpihak pada kedua kelom-
pok tersebut. Mereka menerima beberapa pandangan kelompokpem-
baru dan beberapa pandangan kelompok konservatif.
Apabila salah satu dari kelompok-kelompok tersebut memperoleh
kemenangan dan memegiang kendali kekuasaan, akankah kelom-
pok-kelompok lain disingkirkan dan pemikiran-pemikirannya diku-
bur hanya semata-mata mereka berkuasa? Apakah kekuasaannya
itu akan memberikan hak untuk hidup kekal bagi ide-ide dan pemi-
kirannya, sementara yang tidak berkuasa harus disingkirkan?
Pendapat dan pandangan yang sahih mengatakan, "Tidak b(ryitu,
tiap-tiap ide dan pemikiran mempunyai hak untuk dipakai asalkan
memiliki arah yang felas dan sandaran yarg akurat, serta ada pendu-
kung yang membelanya."
Yang kita ingkari dalam lapangan politik ialatr apayang kita ing-
kari dalam lapangan fiqih, yairu aklid Ueba dan fanatik 6ura, serta
mensakralkan sebagian pemimpinnya seakan-akan mereka adalah
nabi. Inilah sumber malapetaka dan bencana.
949
t
1lli1ti,6.rt;E(rt';,;i,tlvilKlt
lr
V)'$$;7c:aiti
brreni-bni
"Dan janganlah lramu meryrerupi onng-onng yang
dan fr:trdkih sueh &bng keterangu WtS jdas @ mada.
Merelca itulah onng-onng Wg mendapat sika yang bnl" ltr.Jl
Iman: IOS)
t
!5t€&f i<tii Ss G'b| 5L#<)
(,*pib,l!41fi
"Jangianlah l<amu betxlisih, karcna onang-onng sebelum kamu
berrelisih, Ialu mercl<a binas." (HR Muttafaq'araih)
950
pungan Bani Quraizhah. Hal ini menrpakan suanr masalah yang ter-
kenal, dan Rasulullah saw. tidak mencela pihak mana pun yang ber-
beda pendapat itu.se8
Sebagian ulama menganggap perbedaan jenis ini termasuk bab
rahmat yang diberikan Allah kepada umat Islam, yang dalam konteks
inilah maksud atsar (bukan hadits; Penf .) yang berbunyi:
9- --2-,-'i\bit:L.t
'dt-F)g - 2 -
'Perbedaan pendapat umatku adalah rahmat."
Berkaitan dengan hal ini telah disusun suatu kitab yang berjudul
Rdhmarul-Ummah Ji lhhtilafil-Aimmah.
Diriwayatkan juga dari khalifah yang lurus, Umar bin Abdul Aziz,
bahwa beliau tidak senang jika para sahabat tidak pernah berbeda
pendapat. I(arena menurutnya, perbedaan pendapat mereka dapat
membuka pintu keluasan dan keluwesan serta kemudahan bagi para
imam, sesuai dengan pemahaman dan pemikiran masing-masing.
Sebagian lagi menganggap bahwa perbedaan sebagai rahmat
maksudnya tergambar dalam perbedaan disiplin ilmu dan keteram-
pilan manusia. Dengan demikian tertutuplah lubang-lubang dan ter-
penuhilhh kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat yang banyak
dan bermacam-macam itu.
Al-Qur'an menganggap perbedaan dialek (bahasa) dan warna
kulit sebagai salah satu ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah terha-
sgEXasusnya seperti yang dicaiakan oleh Ibnu Umar, h berkaa, 'Kcika kami pulang
dari
perang Ahzab, Nabi saw. bersabda kepada kami, 'jangan sek"ali-kali seseorang melakukan
shalat asar kecuali di perkampungan bani Quraizhah.' Lalu tibalah waktu shalat asar ketika
mereka masih di tengah perjalanan. Maka sebagian mereka berkaa, 'frami tidak akan mela-
kukan shalat (asar) sebelum ltami datang di perkampungan bani Quraizhah.' Sdand<an
yang sebagian lagi berkata, 'rrami akan melakukan shalat (asar) di sini, karena bukan itu
yang dimaksudkan oleh beliau.' talu hal itu diberitahukan kepada beliau, tetapi beliau tidak
mencela seorang pun dari mereka." ghahih al-Buhhari, "Bab Shalatil-KhauP, juz 1, hlm. 168-
169).
Dalam kasus ini sebagian sahabat memahami ucapan beliau saw. menurut ungtapan
atau ibarat nash $/ang t€rsurat dalam kata-kata), yaitu mercka tidak akan melakukan shalat
asar kalau tidak di perkampungan bani Quraizhah. Spdangkan sebagian lagi memahami
sabda Rasul itu menurut isyarat nash (makna yang tersirat) bahwa maksud beliau adalah
menyuruh mereka cepat-cepat ke bani Quraizhah sehingga masih mendapati waktu shalat
asar di sana. Wallahu a'lam. (Penr.)
95r
Y
952
hal ini merupakan fenomena yang sehat.
Saya katakan demikian sebelum terbennrknya daulah islamiyah,
dan saya katakan demikian pula setelah terbennrknya daulah isla-
miyah. Karena ia bukan daulah yang menjadi sempit lengannya
karena hdanya perbedaan pemikiran, dan tidak menghukumgantung
setiap pemikiran yang telah ditanamkan dan dikembangkan oleh
organisasi-organisasi atau kelompok-kelompok sebelumnya. Sebab
pemikiran dan ide tidak akan mati --dan tidak bisa dihukum mati--
selama tidak mati dengan sendirinya disebabkan munculnya pemi-
kiran yang lebih akurat.
uaka kita wajib memiliki pola pikir dan sistem polidk tersendiri,
jangan kita ikuti pola hidup kaum selain kita sejengkal demi sejeng-
kal dan sehasta demi sehasa.
Saya katakan bahwa yang dilarang dan diperingatkan idah taklid
buta kepada selain kita, dengan mengekor safa kepada mereka dalam
segala hal, "sehingga andaikata mereka masuk liang biawak pun
kamu akan memasukinya fuga" (HR Musltm).
Adapun bsyabbuh (menyerupai) yang dilarang ialah usyabbuh
dalam hal-hal yang merupakan identitas khusus keagamaan mereka,
seperti memakai salib bagi kaum Nasrani, memakai ikat pinggang
Maiusi, dan lain-lainnla yang dapat memasukkan pemakainya se-
bagai kelompok mereka.dan menimbulkan kesan *rlah-olah dia
merupakan salah seorang dari mereka.
@HR ebu Daud dari Ibnu Umar dan Ttrabrani detam al-Awathdari hadits Hudzaifah.
(Muhhtashar Syarah al-Jofi' ash-Shaghir, fin 2, hlm. 289; Penl.)
953
I
Adapun dalam hal-hd lain yang termasuk urusan kehidupan
yang terus berkembang ini tidaklah terlarang menirunya dan tidak
pula berdosa, karena ilmu pengetahuan merupakan milik orang
mukmin yang hilang dan di mana saia ia menjumpainya maka ia
lebih berhak terhadapnya. Rasulullah saw. sendiri telah menggali
parit (dalam perang Khandaq) di sekeliling kota tr,tadinah, padahal
taktik gali parit ini belum dikenal oleh bangrsa Arab sebelumnya. Cara
ini merupakan stratsgi perang yang biasa dipakai bangsa persia yang
diinformasikan oleh Salman r.a. kepada Rasul.
Rasulullah saw. juga mempergunakan stempel pada surat-zurat
beliau setelah mendapat informasi bahwa raia-raja itu tidak mau
menerima surat yang tidak ada stempelnya.
Demikianlah juga Umar bin Khaftab, ia menggunalen sist€m khcr4J
dan tata perkantoran. Muawiyah juga meniru mereka dengan mem-
buat aturan pos.
Begitupun orang-orang sesudah mereka meniru mereka dalam
membuat berbagai peraturan yang bermacam-macam.
Dengan demikian, tidaklah hina dan tidak pula terlarang meniru
sistem multipartai dari demokrasi Barat dengan memperhatikan dua
spr?t:
Pertama: dalam persoalan tersebut kita dapati kemaslahatan
yang sebenarnya bagi kita, dan tidaklah membahayakan kita iika
dalam pelaksanaannya itu terdapat sedikit mafsadat. Yang penting
manfaatnya lebih besar daripada mudaratnya, sebab prinsip syariat
didasarkan pada kemaslahatan yang murni atau yang dominan, dan
membuang mafsadat yang murni atau yang kuat. Firman Allah ber-
ikut --mengenai khamar dan judi-- merupakan acuan dalam perma-
salahan ini.
"... I(atala nlah: 'Pada kduarya itu tetfupat dm Drsar dan bberap
manfaat fugi manusia, tetapi doa kduanya lebih besr dadpda
manfaafitya .... - (al-Baqarah z 2 l9l
Kedua: apa yang kita ambil dari kalangan lain itu kita modifikasi
dan kita kembangkan sedemikian rupa sehingga sesuai dengirn nilai-
nilai agama dan akhlak kita, huki.rm syar'i dan tradisi kita yang ter-
pelihara.
Dalam hal ini, tidak seorang pun yang dapat memaksa kita untuk
mengambil suatu peraturan atau sistem dengan segala segi dan bagi-
annya. Misalnya, bersikap fanatik kepada partai baik dalam kebe-
n.ran maupun dalam kebatilan, dan membelanya baik sebagai peng-
954
anialra maupun pihak teraniayra, berdasarkan padazatir perkaaan
bangsa Arab pada atmniahiliah: "Bantulah saudaramu baik seba-
gai pengania),a maupun teraniaya," sebelum diluruskan pengertian-
nya oleh Rasulullah saw. dan ditafsirkannya dengan penafsiranyang
menimbulkan makna lain, laitu menolongnya ketika dia menganiaya
dengan cara mencegahnya dari melakukan kezaliman, yarg dengan
demikian berarti telah menolongnya untuk mengalahkan hawa nafsu
dan bisikan setan.
Ketika Imam Ali r.a. mendengar perkataan ini, beliau lantas me-
nyanggahnya dengan perkataan beliau yang menjadi kata-kata
mutiara yang terekam dalam sejarah:
,bq6,rg{a*
"Perkataan yang benar tetapi dimaksudkan unnrk kebatilan."
956
Namun demikian, beliau ddak melenyapkan lteberadran mereka,
tidak menyuruh mengusir dan mengefr-rrygau mereka. Bahkan
beliau mengatakan secara terang-terangan keeada mereka 'I(atrtu
punya tiga hak terhadap kami: kami tldak melarang lomu masuk ke
masjid-masjid Allah, l€mi ddak menghalangi kamu unnrk menda-
patkan harta rampasan jika kamu membanhr kami, dan kami ddak
akan mulai memerangi kamu."
Demikianlah, padalral mereka adalah kaum Khawarij )xang me-
lakukan perlawanan bersenfaa dan menggunakan kekuaan yang
menyebabkan mereka memiliki keberanian meskipun serirmpangiln
Saya tahu bahwa Imam asy-Syahid Hasan al-Banna mengingtait
adanp banfk partai dalam lslam. Tetapi ini merupakan Udhad beliau
radhiyallahu 'anhu, karena pada zaman beliau hidup beliau melihat
partai-partai ini memecah belah umat ddam menghadapi musuh
mereka Partai-pafiai itu dibenuk atas nama pribadi-pribadi terrtentu,
bukan atas tuiuan yang jelas dan manhai tertentu. Dan beliau pernatr
berkata tenang bkoh-tokoh dan pemimpin-pemimpin partai dalam
sebagian risalah beliau: "Penjaiah telah memecah belah mereka dan
meniadikan mereka berkelompok-kelompok. Maka tidak ada yang
mereka tuiu kecuali negerinya sendiri, dan mereka tidak mau ber-
kumpul leolali dengan kelompoknya sendiri.'
Tidak mengapa jika hasil ijtihad kita berbeda dengan hasil Udhad
beliau rahimahullah, karena beliau tidak melarang orang-orang se-
zudah beliau unurk berijtihad sebagaimana beliau Midhad, f*usus-
nya bila kondisi zudatr berubah, peraturan dan pemikiran terus ber-
lcmbang. garangkali kalau beliau masih hidup!toiggB hari ini, beliau
akan berpendapat aau berpikir seperd kita, sebabfatnra itu berubah-
ubah sesual dengan perubahan ?trrnirn, t€mpat, situasi dan kondisi,
lebih{ebih dalam masalah polirikyang mengalami perubahan demi-
kian cepat.
Orang-orangyang mengenal Enam Hasan al-Banna tennr menge-
tahui batua beliau bukan tipe manusia yang beku dan kaku, belhu
addah orang yang dinanris, pemikiran-pemikiran dan politiknya
selalu berlembang, sesuai dengan dalil-dalil dan argumentasi-argu-
mentasi yang tampak pada beliau
Kaum sekuler menggirmbarkan daulah islamiyah yang dicita-cia-
kan orang adalah suatu daulah (pemerintahan) yang tidak memper-
Ienankan suara lain berkumandang, atau pendapatl,ang menenang,
atau adanya kelompok manusia yang berani merirpeianlakan meng-
apa bahkan berani mengatakan 'tidak".
957
Namun fakta di lapangian berbicara bahwa di sana ditolerir ke-
kuatan-kekuatan yang bermacam-rnacam, kelompok-kelompok yang
beraneka ragam, yang semuanya bertitik tolak pada pengakuannya
terhadap agama Islam dan menyatakan tunduk kepadanya, hanya
saja mereka berbeda pemikiran, pemahaman, progr.rm dan rencana-
nya. Apabila sdah satu kelompok itu ditakdirkan memegang kendali
pemerintahan melalui suatu cara, maka apakah ia akan mengizinkan
kelompok-kelompok (parai-parail kekuatan-kekuatan lain untuk
tetap eksis ataukah akan disingkirkannya dari panggung dan diku-
bur selama-lamanya?
Yang paling lurus dan paling tepat jawabannya: kekuatan-ke-
kuatan itu tetap eksis di lapangan sebagai juru dakwah yang selalu
memberikan pengarahan, menyuruh berbuat baik dan mencegah
perbuatan munkar, memberi nasihat untuk setia kepada Allah,
Rasul-Nya, pemimpin-pemimpin kaum muslim, dan kepada kaum
muslim sequa umum.
Apabila banyaknya partai dan kekuatan politik diperkenankan di
bawah naungan daulah islamifah yang melaksanakan hukum-hukum
Islam, lebih utama lagi banyaknya kelompok dan partai itu dibentuk
sebelum berdirinya daulah islamiyah. Maka tidak ada larangan apa-
bila di lapangan amal islami terdapat organisasi atau jamaah yang
lebih dari saft untuk mendirikan komunitas muslim dan daulah
muslimah, dan beriuang di jalan Allah dengan segala wasilah yang
dibenarkan.
Di antara yang perlu diingatkan dan tidak boleh didiamkan di sini
ialah pemikiran yang disebarluaskan oleh orang-orang aau kelom-
pok tertentu yang menisbatkan diri kepada Islam dalam masalah ini.
Di antaranya ialah hukum atau fanva yang mengatakan bahwa mem-
bentuk suatu iamaah (organisasi/partai) atau menisbatkan diri ke-
padanya merupakan perbuatan haram dan bid'ah dalam agama, yang
tidak diizinkan Allah, baik yang diistilahkan dengan. jamaah,
jam'i1yah, partai, atau nama-nama dan identitas-identitas lain.
Fatwa demikian merupakan kecerobohan terhadap agama Allah
dan serangan terhadap syara' tanpa didasarkan pada alasan yang
jelas, serta mengharamkan apa yang dihalalkan Allah tanpa dilan-
dasi keterangan yang jelas. Karena pada dasarnya segala sesuatu
dan aktivitas yang berhubungan dengan adat dan.muamalat manusia
itu adalah mubah, sedangkan mendirikan jamaah-jamaah yang ber-
amal untuk Islam itu termasuk dalam kategori ini.
Bahkan yang benar, membentuk jamaah-jamaah seperti ini ter-
958
masuk diwaiibkan oleh nash-nash sJara'Jang umum dan qawaidnya
yang global. Allah berfirman:
"... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) keMjilran
dan takw-a.... " (al-Ma'ldah: 2 )
"Dan berpgangla\ kamu *mua kepada tali (agana) Nlah, fun
jangAnlah l<amu berceni-berai ...." (Ali Imran: IO5)
$f^#4ath"gq,4r"+S4,rryfr
(tga.iip*s;r)
"Onng mulonin lang atu terhadap mulonin lainryta bgailcan *-
buah fungunan, lang *bagiannya menguatkan *fugian yng
lain.@r
.r_gLg'bfuF:I;cJi&Nr4
k *:4 ob,t
Tangan (Wtamgnl NhL itu menyerhi janal4 dan brug$apa
yang memiahlran dirt @ari jamaah) maka ia akn me4rendiri di
dalam nerakaa2
.4,5!4*9t46i41g
"Lpa saja ltang suatu k*njiban ti&h *mpuma melainkan de-
ngannn, mal<a ia adahh wajib huktm4a"
960
menetapi al-jama'ah, dan yang membicarakan masalah pemisahan diri
dari al-jama'ah, diterapkan untuk "jamaahnya".
Argumentasi semacam ini dan penempatan nash yang tidak pro-
porsional ini merupakan pintu keburukan bagi umat, karena mereka
telah menempatkan dalil tidak pada tempatnya.
Di antara orang-orang itu adayang menetapkan kebenaran hanyat
pada jamaahnya atau partainya semata-mata, tidak ada pada partai
yang lain. Tesis ini hanyalah sebagai alat pemben:u untuk melestari-
kan jamaah atau partainya, dan menggusur jamaah-iamaah lainnya.
Sebagian dari mereka sering menyifati pemikiran dan aktivitas,
akidah dan akhlak untuk mengidentifikasi jamaah atau partainya
sebagai "jama'atul-haq" atau "hizbul-haq" (partai kebenaran), se-
dangkan jamaah yang lain tidak demikian. lni termasuk siV,ap ukalluf
dan mengada-ada yang tidak dapat diterima oleh logika yang sehat.
Di samping itu, ada pula yang menjadikan kemaiuan kont€mporer
sebagai satu-sftnya tolok ukur. Barangsiapa yang dapat mengung-
guli lainnya, maka dialah pemilik kebenaran, atau penimbun ke-
benaran yang sejati.
Sehingga ada sebagian partai di suatu negara Islam yang meng-
klaim batrwa hanya merekalah yang melalsanakan kebenaran, karena
dialah partai pertama yang memegang sabuk iuara. Sehingga semua
organisasi atau partai yang dibentuk sesudah mereka waiib membu-
barkan diri dan tidak punya hak untuk hidup, sebab penerimaan
jumhur (golongan mayoritas masyarakatl terhadapnya itu sama de-
ngan bai'at kepadanya, sedangkan dalam hadits disebutkan:
. t&Jcb\ (65 6,
/i1i\l &,it
"Arybila dibai'at dn orutg l<halifah, malra bunuhlah Wg tetalilir
di antan keduaqraas
@SttR rthmad rlan Muslim dari Abi Sa'id. (shahih al-Jami'ash-Shaghir, nomor 421).
961
batkan diri kepada ilmu. Mereka berkata, "sungguh sebagian orang
yang memberi flatwa kepada orang lain pada hari ini ada yang lebih
pantas dipenjarakan daripada pencuri, karena pencuri itu merusak
urusan dunia manusia, sedangkan mereka merusak urusan agama-
nya.'
Nah, bagaimanakatr reaksi para fuqaha itu seandainya mereka
mengetahui apa yang kita baca dan kita dengar dari fanrya-fatwa se-
bagian orang zarran kia sekarang ini. Tidak ada daya untuk men-
jauhi keburukan dan tidak ada kekuatan untuk melakukan kebaikan
kmtali dengan pertolongan Allah. Iaahaula walaa quwwan illabillah.
4
TOLERANSI DAN KEADILAN ISLAM
TERHADAP GOLONGAN NONMUSLIM
Pertanyaan:
Di antara hal yang sudah terkenal di kalangan pemeluk ag.rma
secara umum, apa pun ag:rmanya, bahwa setiap ag:rma menuntut ke-
pada pemeluknya agar memuliakannya, setia kepadanya, mencintai
setiap orang yang mengimanirqra, mengufuri agiama yang selainnya,
meyakini bahwa hanya agamanya yang benar dan yanglainnya ada-
lah batil. Dan Islam, tanpa diragukan lagi, adalah salah satu dari
ag.rma yang memiliki sikap seperti itu.
Itadang-kadang sikap sebagian pemeluk agiama ada yang lebih
keras dari itu, yang karena ghiratrqya terhadap agamanya sampai dia
memusuhi semua orang yang berbeda agafi:.a dengirnnya, merasa
benci, dan dendam. Bahkan kadang-ledang sampai menganggap halal
harta dan darahnya, serta dia menganggap tindakannya itu tidak
berdosa dan tidak pula terlarang, malah dianggapnya sebagai pende-
katan diri kepada Allah Ta'ala.
Pandangan demikian --tidak diragukan lagi- sangat memba-
hayakan apabila orang-orang yang berbeda agirma itu masih saudara
setanah air dan sebagai w.uga negiua dari negara yang terdiri dari
kaum muslim dan nonmuslim. Dengan demikian, barisan mereka
akan tercabik-cabik, kalimatnya tercerai-berai, dan semuanya akan
hidup dengan dipenuhi rasa curiga dan buruk sangka serta l€takutan.
Kondisinya akan bertambah buruk dan runyam apabila ada kekrnan
soz
asing yang memanfaatkannya dengan segala tipu dayanya yang
notabene akan menambah menganganya iurang perpecahan dan
menyulut api pertikaian sehfugga dapat membakar semtranya, se-
mentara pihak ketiga bergembira ria menyaksikannya.
IQrena itu, l€mi mengharapkan Ustadz menielaskan t€ntang
masalah ini, serta menjelaskan bagimana pandangn Islam terhadap
golongan nonmuslim, khususnya iika mereka merupakan golongan
minoritas di tengah-t€ngah masyarakat yang mayoritas beragama
Islam. Demikianlah, agr Islam tidak disalahpahami atau dizalimi
oleh tindakan sebagian putra-pufianya yang tidak mengerti Islam
dengan baik dan tidak mengamalkannya dengan bagus.
Semoga Allah memberikan manfaat lewat lJstadzdan menambah-
kan taufik-Nya.
Jaanban:
Segala puji kepunyaan Allah. Shalawat dan salam semoga tetcu-
rahkan kepada Rasulullah, keluarganya, satubatnya, dan orug yang
mengikuti petuniuknya. Wa ba'du.
Masalah ini --sikap atau pandangan Islam terhadap golongan
nonmuslim-- merupakan masalah yang sangat penting yang waiib
dijelaskan hakikatnya, dihilangkan syubhat atau kesamarannya, dan
diluruskan kesalahpahamannya, dari ahli ilmu yang mendalam, se-
hingga tidak ada sesuatu yang dinisbatkan kepada lslam, padahal
Islam bersih dari hal-hal seperti itu. Selain itu, agar sebagian putra-
nya tidak teriatuh ke dalam kesalahan dan kepalsuan yang ditolak
oleh Islam, sementara mereka mengira bahwa mereka rclah berbuat
baik.
Pembahasan mengenai masalah ini t€lah saya tuangkan dalam
sebuah buku yang saya sebar luaskan ke berbagai kawasan dan
telah dicetak berulang-ulang serta diteriemahkan ke dalam berbagai
bahasa, yaitu Ghairul-Muslimin fil-Mujtama'il-Islami.
L-
hujjah bagi Islam. Betapa seringnya Islam terkena bala bencana
karena orang-orang yang menisbatkan diri kepadanya dan diperhi-
tungkan sebagaiorang Islam, tetapi mereka menyakiti Islam dengan
perilaku dan tindakan mereka, yang melebihi sikap musuh-musuh-
nya yang melakukan tipu daya terhadapnya secara terselubung dan
memeranginya secara terang-terangan. Pepatah kuno mengatakan:
,tdr##S&54L4LL
"Musuh yang beralel lebih baik daripada t€man yang bodoh."
964
bahkan_ kadang-lad.ang setflah dikafi secara mendalam dilatarbela-
kangi ot0h faktor-faktor sosial, ekonomi, atau politik'Ihrena itu, kita
lihatgeiala ini tampakpada sebagian kawasan sementaradi kawasan
lain tidak, karena kondisi sosial dengan segenap sistem pergaulan
dan kepercayaan yang diwarisinya itulah yang menaburkan benih-
benih ini dan membantu pernrmbuhan dan perkembangannya. Malta
adalah suatu kezaliman terhadap hakikat ini, iika agama dinrduh se-
bagai Catang sikap dan perilaku yang menylmpang.
Keempat: di antara fanatisme yang dilakukan sebagian kaum
muslim sebagaimana yang kita lihat, kadang-kadang merupakan
reaksi terhadap fanatisme sesama warga n(ryara yang nonmuslim.
Maka tidak tepat kalau kita selalu menuduh golongan mayoritas ber-
sikap fanatik dalam menghadapi kelompok minoritas. Bahkan sering
terjadi kelompok atau individu dari kalangan minoritas karena dipe-
ngaruhi perasaan takut --meskipun tidak berdasar-- atau isu-isu
provokatif dan sentimental yang berkembang di tengah masyarakat
--atau bisa juga karena penafsiran-penafsiran fiang keliru-- menyu-
lut munculnya berbagai tipu daya. Dalam udara yang mengguncang-
kan kepercayaan antara sesama warga negara seperti ini, maka laris-
lah isu-isu yang berkembang itu sehingga sebutir biii dianggap se-
lagai kubatr, dan orang tidak lagi berani menghadapi persoalan seara
tfrang-t€rangan atau mengobatinya hingga sampai lte aler pen)ra-
kitnya.
966
kaum muslim. Untuk mereka ada hukum-hukum t€rt€ntu mengenai
hubungan dengan mereka, demikian pula terdapat akhlak dan adab
t€rtentu dalam mempergauli mereka meskipun pada waktu perang,
yaitu tidak boleh melampaui batas terhadap mereka, tidak boleh
curang, tidak boleh berlaku sadis terhadap mayit mereka, tidak boleh
menghancurkan bangunannya, tidak boleh membunuh anak kecil,
wanita dan orang tua, yang boleh dibunuh hanyalah orang-orang
yang ikut berperang. Masih banyak ketennr,an lain fang telah dit€tap
kan dan disusun dalam kitab "as-Siyar" atau 'al-fihad'dalam fiqih
Islam.
Sedanglen al-musaalimun dmr al-mu'aahiilun (orang-orang kafu yang
berdamai dan mengadakan ikatan janji setia dengan kaum muslim)
haruslah dipenuhi perianjian mereka, dan mereka diberikan hak-hak
untuk diperlakukan dengan baik dan adil serta hak silaturahmi/
hubungan kekeluargaan.
Yang membahayakan di sini ialah mencampuradukkan atau
mengaburkan antara kedua golongan nonmuslim itu dengan meng-
anggap bahwa mereka sama-sama kafir, tidak beriman kepada risa-
lah Nabi Muhammad saw. sebagai penutup para rasul, dan tidak
membenarkan Al-Qur'an sebagai kitab suci Allah fang terakhir.
Padahal, Al-Qur'an telah membedakan antara kedua golongan non-
muslim itu dengan perbedaan yang jelas dalam dua buah ayatnya
yang mulia yang dianggap sebagai dustur (undang-undang 1lang
kuat mengenai batas-batas hubungan dengan golongan nonmuslim.
Allah berfirman:
'{;*I;}i:qtri}{b.{6i,rxtKqs
'{+cy$'u*1,;5Unt:4dyrL-:i;nif;6
{iViS'{;rc,afl6q.$ia{{;$tiifi,
QsaSV$*d;;.{''if;6&ft
"Nlah tidak melanng kamu untuk berbuat
fuik brlalat dan adil
terhafup oftng-oftrng yang tidak memenngi lamu karcna ag@a
dan tidak pula mengusir kamu dafi negerimu. fuunguhnyNlah
menyul<ai onng-oftng gng furlafu adiL Sesungguhrya Nlalt
haryn melarang l<amu menjadikan *fugai kawanmu oftngonng
967
-.l
Yang dimaksud dengan lafal at-bin dalam ayat di atas ialah 'ke-
baikan', sedangkan al-qisth ialah 'keadilan'. Kedua ayat ini turun ber-
lcenaan dengan urusan kaum musyrik sebagaimana ditunjuki oleh
asbahn-aunrl surat. Dengan demikian, Ahli Kitab lebih layak lagi
untuk diperlakukan dengan baik dan adil.
Selanjutnya, golongan mu'ahidin (yang mengikat janli setia) iuga
terbagi dua kelompok:
1. Orang-orangyang menglkat perjanjian untuk waktu tertentu. per-
janjian ini harus dipenuhi hingga habis waktu yang telah ditentu-
kan.
2. Orang-orang yang mengikat perjanjian untuk selama-lamanya,
dan mereka inilah yang oleh kaum muslim diistilahkan dengan
ahlu dzimmah, dalam arti mereka memiliki jaminan dari Allah,
jaminan dari Rasulullah, dan jaminan (perlindungan keamanan)
dari jamaah kaum muslim. Dan mereka inilah yang oleh fiqih
Islam dikatakan: "Mereka mempunyai hak dan kewajiban seperti
kita', yakni dalam urusan global, kecuali mengenai masalah-
masalah yang sudah ditentukan oleh agama.
968
dari mereka inr diistilahkan dengan shadaqah, meskipun berliptganda.
Maka Umar pun menyehrjui permintaan mereka dan tidak mengang-
gapnya terlarang, dan beliau berkata, "Mereka itu adalah kaum yang
sangat bodoh, mereka senang dengan maknanya, tetapi menolak
menggunakan istilahryra. "ool
Ini merupakan suanr peringatan dari al-Faruq (Umar bin Khattabl
terhadap suatu prinsip yang penting, yaitu memperhatikan maksud
dan makna kata, bukan lafal dan bentuk kata, dan menilai sesuatu
dengan kandunganrryra bukan dengan rutma atau sebutannya. IQrena
itu, saya katakan bahwa tidak menjadi keharusan untuk memegang
teguh istilah jizyah yang tidak diterima oleh saudara-saudara kita
kaum Nashara di Mesir dan negara-n(Zara Arab dan negara Islam
lainnp. Dan orang-orang ),ang telah membaur dengan kaum muslim,
mereka telah menJadi raiutan kaum yang satu. Maka oftuplah jika
mereka mau membayar 'paiak", atau turut serta membela'bangsa
dan tanah air (meniadi t€ntara) sehingga gugurlah kewaiibannya
membayar paiak dalam daulah Islam.
Telah saya jelaskan dalam kitab saya tadi tentang hak-hak warga
negara dari kalangan ahli dzimmah mengenai wajibnya memelihara
darah, harga diri, harta, tempat-tempat ibadah, dan semua kehor-
matan mereka, menghormati akidah dan syiar-syiar mereka, dan
membela mereka dari serangan musuh dari luar, dan menjauhi hal-
hal yang memanaskan dan menfadikan dendam hati mereka, atau
yang menyakitkan diri, keluarga, dan anak-anak merele.
Sehingga Al-Qur'an sendiri menjuniung adab berbicara dengan
Ahli Kitab sedemikian tinggi, sebagaimana firman Allah:
"Dan jangnlah kamu bedefut dengan Nili Ktab melainkn de-
ngan can tang paling fuik keanali dengan onng-onng yng zalim
di antan merek4 dan latakanlah,'Kami telah beftmn kep&
kitab-kitab Wg diturunlran kepada kami dan yang diturunlran k*
padamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah sr,tu, dan kami hanya
berrr:nh diri kepda-Nya- (al-Anlcabut: 46)
969
atau kesesuaian antara kaum muslim dengan Ahli Kitab, bukan pada
titik-titik perbedaan dan pertentaing:urnya, sebagaimana firman
Allah (artinya): "Dan katakanlah, 'Kami telah beriman kepada kitab-
kitab yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu;
Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya berserah diri
kepada-Nya.'' (al-Ankabut: 46)
Ahli dzimmah dari kalangan Ahli Kitab ini mempunyai keduduk-
an khusus, dan mereka yang berkebangsaan Arab memiliki kedu-
dukan lebih khusus lagi, karena mereka berkebangsaan Arab, ber-
baur dengan umat Arab, berbicara dengan bahasa Al-eur'an, menye-
rap kebudayaan Islam, dan keterlibatan mereka dalam kebudayaan
dan peradaban kaum muslim lebih jauh daripada lainnya. Karena itu
mereka adalah Islam dalam peradaban dan kebudayaan, meskipun
Kristen dalam akidah dan kepercayaannya. Hal inipernah sayakataion
beberapa tahun yang lalu kepada Dr. Luis Awadh ketika dia berkun-
jung ke Qatar dan turut serta dalam seminar kebudayaan "Nadi al-
fasrah", dan dia meminta saya untuk memberikan tanggapan.
Hak-hak yang ditetapkan Islam itu tidak hanye tertulis di atas
kertas, t€tapi ia merupakan hak-hak suci yang ditetapkan oleh sya-
riat Allah. Maka ridak seorang pun yang dapat membatalkannya, dan
ia merupakan hak-hak yang dijaga dan dipelihara dengan berma-
cam-macamjaminan, yaitu jaminan akidah dalam hati nurani setiap
pribadi muslim yang mengabdi dengim melaksanakan perintah-pe-
rintah Allah dan menjauhi larangannya, dan jaminan hati islami yang
ymqp, yang tergambar pada seluruh masyarakat, khususnya para
fuqaha dan para tokoh peniaga syariat, serta hakim-hakim ying adil
dan kuat, yang kita lihat di antara mereka ada yang menegakkan
hukum terhadap para pemimpin sekalipun untuk meminta pErtang-
gungjawaban terhadap orang yang menzalimi ahli dzimmah.
Kita lihat Imam al-Auza'i berdin bersama dengan'sejumlah ahli
dzimmah di Lebanon dalam menghadapi amir Abbasiyah di dekat
khalifah. Kita lihat pula Imam Ibnu Taimiyah berbicara kepada raja
Timur Lank t€ntang pembebasan para tawanan, lalu timur I^ank
membebaskan tawananyangmuslim saia, tetapi Ibnu Taimiyah tidak
bisa menerima kebijaksanaan ini sehingla dibebaslian pula
golongan ahli dzimmah.
970
Tingkat ttsamuh yang terendah ialah Anda berikan kebebasan
orang yang berbeda agama dengan Anda untuk mengikuti ag.rma
dan akidahnya. fangan Anda paksa dengan kekuatan agar dia meme-
luk agama Anda atau mengikuti mazhab Anda, sehingga jika ia
menolak Anda akan menghukumnya dengan hukuman mati, atau
Anda siksa, Anda penjarakan atau Anda usir, atau deng;an hukuman
dan ancaman lainnya, kemudian Anda biarkan ia mengikuti keper-
cayaannya tetapi tidak Anda beri kesempatan untuk melaksanakan
kewajiban agama yang diwajibkan oleh akidahnya, dan menjauhi
apa yang diyakininya haram menurut akidahnya.
Tingkat menengah ialah Anda berikan haknya untuk berkeya-
kinan mengikuti agama dan alirannya, kemudian Anda mempersem-
pitnya dengan mengharuskannya meninggalkan sesuatu yang dtya-
kininya wajib atau melakukan sesuatu yang diyakininya haram.
Apabila orang Yahudi beriktikad haramnya bekerja pada hari Sabtu,
maka dia tidak boleh dibebani tugas bekeria pada hari Sabtu, karena
dia tidak mau bekerja pada hari itu disebabkan ia merasa bahwa
bekerja pada hari itu adalah menyelisihi agamanya.os
Apabila orang Nasrani beriktikad waiibnya pergi ke gereia pada
hari Ahad, maka ia tidak boleh dihalangi pergi ke gereja pada hari itu.
Sedangkan tingkatan tasamuh yang lebih tinggi lagi ialah Anda
jangan mempersempit seseorang mengenai sesuatu yang diyakini-
nya halal menurut agama atau alirannya, meskipun Anda beriktikad
haram menurut agama atau mazhab Anda.
Demikianlah sikap kaum muslim terhadap ahli dzimmah yang
berbeda ag.rma dengan mereka, apabila mereka telah mencapai ting-
kat usamuh yang paling tinggi.
Mereka harus menghormati segala sesuatu yang diyakini halal
oleh orang nonmuslim menurut agamanya, dan hendaklah mereka
(kaum muslim) memberikan kelapangan kepada nonmuslim mengenai
hal ini, serta tidak mempersempitnya dengan melarang dan mengha-
ramkannya. Tetapi mereka boleh saja mengharamkan hal itu demi
menjaga peraturan dan agama negara, tetapi tidak boleh melontar-
kan tuduhan yang melebihi tuduhan fanatik atau sembrono, karena
osoi dulum kitab Ghayatul-Munnha dan syarahnya dari kitab mazhab Hambali disebutkan;
"Dan diharamkan mendatang- kan orang Yahudi pada hari sabtu, dan pengharaman tetap
berlaku untuknya, lalu oteh syara' dikecualikan bekeria dalam sewa-menyewa, berdasark'an
hadits Nasa'i dan Tirmidzi yang disahtannya: 'Dan kamu orang Yahudi, khusus jangan
melanggar hari Sabat.'" (2:6O4).
97t
sesuatu yang dihalalkan oleh suatu agamatidakwajib bagi pengikut-
nya unuk melakukannya.
Apabila agama Maiusi memperbolehkan pengikutnya mengawini
ibunya atau saudara perempuannya sendiri, maka yang bersang-
kutan boleh kawin dengan orang lain, dan yang demikian itu tidak
dianggap salah. Demikian pula apabila agama Nasrani memperboleh-
kan pemeluknya memakan babi, makaboleh diatidak memakan babi
selama hidupnya, dan sebaliknya dia diperkenankan memakan
dagtng sapi, kambing, atau burung.
Misalnya tentang khamar. Apabila sebagian kitab Masehi (Infil)
memperbolehkannya, atau memperbolehkan minum khamar sedikit
untuk memperbaiki usus besarnya, maka tidak berarti agama Masehi
menganggapnya sebagai kewajiban bagi pemeluknya untuk memi-
num khamar.
Seandainya Islam mengatakan kepada orang-orang dzimmi:
'Tinggalkanlah mengawini mahram, minum khamar, dan memakan
babi, demi menghormati perasaan saudara-saudara Anda kaum
muslim," maka yang demikian itu tidak dinilai sebagai.suatu dosa
bagi mereka jika mereka meninggalkan semua itu. Sebab jika mereka
meninggalkan semua itu mereka tidak dianggap melakukan kemun-
karan menurut agama mereka dan tidak pula dianggap merusak ke-
wajiban suci. Namun begitu, Islam tidak pernah mengatakan demiki-
an, dan tidak pemah mempersempit orang nonmuslim mengenai
sesuatu yang diyakininya halal, dan sebaliknya Islam berkata kepada
umatnya, "Biarkanlah mereka beserta agamanya."
972
"c;;Atri4,:A*,
"... dan prgaulihh kdmny di dunia dengan balk.... "(Luqman: I5)
Misalnya lagi anjuran Al-Qur'an untuk berbuat baik dan adil ter-
hadap orang-orang yang berbeda agama t€tapi tidak memerangi kaum
muslim karena agama, sebagaimana disebutkan dalam surat al-
Mumtahanah ayat 8.
Dan di dalam menyifati hamba-hamba Allah yang baik-baik, Al-
Qur'an mengatakan:
"Dan mereka membeil<an maknan yng dirulcairyta kepa& otang
miskin, anak lratim, dan onng yang ditawan." lal-Insan: E)
973
o;5 )b- gK;c
, az). . a<
i{e g) .% i3
7,^ 912,
il
?q;t';rL'^),8#Wrq*,(:6G
,$qJ'?',@g-
is"S,*e'k#.i&;
6'5 -5,r'6
-5 er l$ tiks*,\i,Ufr
€: St,
dl, ii;6;5t$, UIt
tJ;g;l;r\i, UTt
:Ar',Zr*, fu
,.'Br
,cl5T-c*,
/
,,1a, 0r*r*
<3,JGtt?;.Lir
fG3,
{-t
!y;(,
,w:<+':
"lbuku datang (kepadaku) redang dia *onng musyrik pdawakfit
I<aum Qunisy sdang mengikat Wianiian@7 Lalu alru daAng
kepda Rasulullah sw. *ftip furkata, Wahai Rasulullah, ibuku
datang kepdakt dang dia masih enggan masuk Islam, apkh
boleh aku menyambung hubungan denganryta?' kliau menjawab,
Y4 sambungfuh hubungan dengan i6runt.'6o8
974
Abu Ubaid meriwayatkan dalam al-Amwal dari Sa'id bin al-tvtu-
salyab bahwa Rasulullah saw. pernah bersedekah kepada keluarga
Yahudi, maka berlakulah hal itu atas mereka.6lo
Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas r.a.:
\ /s
l-a-,ffi"6iCu)iLb'if
./_
'lc"s* 'v'9
'biS':{I
;>
gl
.'tit:1<t
)^!qiz)*.^ a-/q 1{
@, lfe! irqL #e
.'BrSrbi'frdril%
"khwa Nabisrrw. prnah menienguk orugYahudi, dan menawat'
kan Ishnt kegenp Kqrudian fuliau keluar *nya mengucap
kan, @ah ortii bq Nlah Wry tehh menyehmatlran dia dad
neralca lantann akl-
975
Umar juga pernah pergl ke Syam dan melewati karantina kaum
Nashara yang terkena penyakit lepra, lalu beliau menyuruh membe-
rikan bantuan sosial kepada mereka dari harta baitulmd kaum mus-
lim.
Musibah yang menimpa Umar --ia ditusuk dengan belati oleh
seorang ahli dzimmah, Abu Lu'lu'ah al-Majusi-- tidak menghalangi-
nya untuk benrasiat kepada khalifah sesudahnya ketika ia mengha-
dapi kematian. Umar berkata, "Saya wasiatkan kepada lihalifah se-
sudahku agar berbuat baik kepada ahli dzimmah dengan memenuhi
perjanJian kepada mereka, berperang bersama mereka, dan jangan
membebani tugas di luar batas kemampuan mereka.'612
Abdullah bin Amr pernah berpesan kepada anaknya untuk mem-
beri daging kurban (udhiyah), dan pesan itu diulang beberapa kali,
sehingga si anak merasa heran dan menanyakan rahasia berbuat
baik kepada tetangga yang beragama Yahudi ini. klu lbnu Amr ber-
kata, "sesungguhnya Nabi saw. pernah bersabda:
g-"r.be,a)q'"r#Aty*ltv
t/l? e. ? a,l.)1 1 /11(1/
/-'.<l/\:.2 z.
($lb
t
rj'j t lrt od,-r rt i ob), lL3i{/&t
"Mataikat Jibit xlatu berpesan kepadaku agar fuiluat Mikkepda
tetangga sehingga akt mengira fuhwa tetangga itu alcan aling
menadsi.6ts
Selain itu, ketika Ummul Harits binti Abi Rabi'ah yang beragama
Nasrani meninggal dunia, para sahabat Rasulullah saw. ikut meng-
antarkan jenazahny a.6 1 a
Begitu pula sebagian pembesar tabi'in, mereka memberikan
bagian zakat fitrah kepada rahib-rahib Nashara dan mereka tidak
memandangnya terlarang. Bahkan sebagian mereka --seperti lkri-
mah, Ibnu Sirin, dan az-Zuhri-- berpendapattentangbolehnya mem-
6l2Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam ash-Shahih; Yahya bin Adam dalam al-Kharaj,
hlm. 74; dan al-Baihaqi dalam sumn-nya, juz 9, hlm. 206, "Bab al-WashiySraru bi Ahlil-
Kitab".
613tt8 Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi secara marfu'.
6l4li.-uuhotlo. karya Ibnu Hazm,
iuz 5, hlm. 1 17.
976
berikan zakat (mal) kepada mereka.
Abi Syaibah meriwayatkan dari fabir binZaidbahwa ia per-
-Ibnu
nah ditany.a tentang peruntukan sedekah. Ialu beliau menjawab,
"Untuk ahli agamamu, kaum muslim, dan untuk ahli dzimmah ..-..61s
al-Q3dtri Iyadh mencatat di dalam Tartib al-Madarik: "Riwayat
Daruquthni menceritakan bahwa eadhi Ismail bin Ishaqoro peniatr
kedatalgian-wazir Abduq_ bln Sha'id yang beragama Nasrani --yaitu
wazir khalifah al-Mu'tadhid billah al-Abbasi--lalu eadhi meniram-
butny_a, yang menyaksikan hal itu mengingfiari
-teqpi grang-orang
nya. Maka ketika wazir telah keluar, berkatalah eadhi lsmiil,;Saya
telah mengetahui keingkaran kalian, padahal Allah telah berfirman:
"Nlah tidak melanng kamu untuk berbuat fuik dan brtafu adil
terhadap orang-onng Wg tidak memerangimu lrarena agAma
tidak @ula) mengusir kmu dad negerimu... "(at-Murntahanah;
8)
Dan laki-laki itu bertugas memenuhi kebutuhan-kebutuhan leum
3u9liry.,.y.aitu menjadi perantara anrara kita dengan khalifah al-
Mu'tadhid, dan yang saya lakukan tadi termasuk kIbaikaJl.,6t|
Toleransi seperti i1i juga tampak dalam sikap para imam dan
^
fuqaha dalam membela ahli dzimmah dan meng;nlgap harga diri
serta kehormatan mereka- seperti kehormatan kaum musliml saya
telah sebutkan pula contoh tentang sikap dan pandangan tmam it-
Auza'i dan Imam Ibnu Taimiyah dalam [A ini.-
YTtuk memperjelas permasalahan ini kiranya cukup memadai
penjelasan yang-cemerlang dari ahli fiqih ushuli al-Muhaqqiq Syrha-
buddin al-Qarafi dalam menerangkan hakna v,ata ar-birr
ifie'ualunl
kebajikan) yang diperinrahkan allah kepada kaum muslim. anara
raln Delnu menfatakan:
. '... Menyayangi yang lemah di antara mereka, menutup lubang_
.lubalg kemiskinannya, memberi makan kepada yang lapar, membeii
pelul kepada yang- relaniang, berkata-kepiOa Jneieka dengan
lemah lembut namun bukan karena takut dair merasa rendah iiri,
6 1 Sl.ihrt, Fiqhuz-Zahah.
u'uyu! seorang urama Marikiyah dan eadhi oudhar (Hakim Agung) Bagtdad. Beliau
- pada
wafat tahun 282 H. Lihat biografinya dalam Tartibul-Mattari,
iuz s, trlm.-toortgl, terbitan
Darul Hayat, Beirut, dengan tahqiq Dr. Ahmad Bukair Mahmud.
6l7bid..hlm. lz4.
977
ikut merasakan penderitaannya sebagai tetangga -di samping ber-
usaha untuk menghilangkannya-- karena kelemahlembutan kita ke-
pada mereka bukan lcarena takut dan tamak, dan mendoakannya
mudah-mudahan mendapat penrn uk (unnrk masuk Islam) dan men-
jadi orang yang berbahagia, menasihatinya dalam semrn urusannya
baik urusan ag4ra rnaupun dunia, melindunginya kedka ada orang
yang hendak mengganggunya, melindungi harta, keluarga, kehor-
matan, hak dan kepentingannya, membanhrnya untuk menolak ke-
zaliman, membanarnya untuk mendapatlon hak-hakn1ta, dan seba-
gainya....'618
978
memberikan kepada makhluknya kebebasan dan ikhtiar thak
memilih) untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu:
"... mal<a funngsiapayang ingin (beriman) hendaklah ia beiman,
en banngsiap nng ingn $efiO biarlah ia kafir...." (al-Kahfl:
29)
"Jikalau Tuhanmu mengfienhki, tentu Dia menjadilran manusia
wnt Wg fiAL bbpi mercl<a *nantias Dr;rpelisih pndapl"
(Hud: I 18)
@c*11:'k&Liui
"Dan jil<alau Tulnnmu mengfiend*i, tenfulah berinnn semua orang
yang di mul<a bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) me-
makn manusia supaya mereka menjadi orang-orangyang beiman
semuanya?" (Yunus:99)
979
I
Dan Allah berfirman kepada Rasul-Nya mengenai urusan Ahli
Kitab:
"Maka l<arena itu serulah (mercka kepda agama itu) dan tetaplah
xbagaimana diperintahkan ke@amu dan janganlah mengihtti
hawa nafsu merek4 dan ktal<anlah,'Nru beriman kepda ftmua
kitab lnng diturunkan NIah dan aku diperintahkan sury)n brlakt
adil di antara karnu. Nhh-lah Tuhan kami &rrTullr,n kamu. W
kami amal-amal l<ami dan bagi kamu amal-amal bmu Tidak ada
pertenglraran antara kami dan l<amu, Nlah mengumpull<an antan
kita dan kepada-Nyhh kemfuli (kita)." lasy-Syura: 15)
, /-21 ,4 , t/-
4-YjQlfib-r3&t'/&" /,//41./ 21, ,azi)-/, ,/
Lul\dg,
"Doa orang yang dianiaya itu -meskipun ia seorang katir-- tidak
akan terhalang (pasti dikabulkan)." (HR Alrmad dalam Musnad-
nya)
980
rah, khususnya kepada Ahli Kitab. Lebih khusus lagi jika mereka
sama-sama menjadi warga negara di dalam suaru darul Islam,
apalagt jika mereka sama-sama berkebangsaan Arab dan berbi-
cara dengan bahasa Al-Qur'an.
i4r!,ib 7t -
F;'€ii:&,
4,- ,!., r ,.1<
+6ti*3';3[l1te,?sfu5w
!<,2 /
,flit,fip
"lngatlah kepada Nlah, ingatlah kepda Nlah dalam mempergauli
bangsa Qibthi Mesir, karena kamu akan mengalahkan mereka, dan
merel<a alcan menjadi kekuatan dan pemfuntu bgi lramu hlam
furjuang li sabilillah.6te
HW&bg,w4,Hfit5
.iU"ry_l#l;U{1fr
"... maka berpennlah yang baik mengenai merelra, karena merelca
akan menjadi kekuatan fugimu, dan menjadi bekal Mgimu untuk
mengalahkan musuhmu dengan izin Nlah."
981
-t
,,lr3siL&3,1,4#;tiC{"tu:sSt
6 i 4i A4 -jg, (E tir5l',thg6
"Sesungguhnya l<amu akan menaklukl<an nepi
),ang di sna di-
dengu kefuil<an untuk
xbutl<an qinth.621 l(arena itu berpexnlah
penduduk4ta, lrarcna mereka memiliki jaminan dan hubungan
kekeluargaan."
qt{.:4{5i6i;i,zti3{;1,i;Hy
,t+xa$J4ir6sxgs6g,'ywi
62ooiriwalatkan oleh ibnu itibban dalam shahih-nya sebagaimana diterangkan dalam al-
Mowarid, (2315). Al-Haitsami mengatakan dalam kitabnya iuz lO, hlm. 64, sebagai berikut:
"Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dan para perawinya sahih."
62lqirath ialah satu bagian dari bagian-bagian dirham, dinar, dan sebagainya. Bangsa
Mesir banyak mempergunakannya dan membicarakannya, bahkan mereka selalu menisbat-
kan tempat wisata dan pembuatan perhiasan emas dan lain{ainnya, f,ang sedap sannnnya
dapat dibagi meniadi 24 qirath.
982
,
5a;r"* i, JG lr, 6iio74 i 14'06
'saunguhnp l<amu akan menaklukl<an Mair, dan ia adatah
"&ri
yang direbut-rebut qirath padanya. Apabila kamu telah berhasil
menaklukkannya (mengusir peniaiah dai negei itu) maka ber-
sikap baiklah kepada penduduknya, karena merel<a mempunyai
jaminan dan hubungatt kekeluargaan." Atau beliau berubda: "Ja-
minan dan perbennan.622
,!/.,A,f ,rsyfifilir&*tit
.v56ie43#
"Apabila negei Mesir tetah dapat ditaklukkan, mal<a berpennlah
dengan kebailcan terhadap fungn Qibthi, karena mereka mempu'
nyi hubungan darah dan kekeluargaan."
Dan dalam satu riwayat disebutkan dengan lafal:
.ibJ+-r*,fjt';;ti#,G1ilqL>?Zt3t-
6225h4hih Muslim, nomor 2543, "Bab washiyah an-Nabi Saw. bi Ahli Mishr"; dan Mrnad
Ahmail,iuz 5, hlm. 174.
623xiyoan*t -stolihin, hadits nomor 334, terbitan al-Maktab al-Islami.
983
"Sesungguhnya mereka mempunyai jaminan dan hubungan ke-
keluargaan." Yalai, Ibu Ismail (Nabi Ismail r.a) itu dari golongan
merel<a.t.24
5
TAHAP.TAHAP MENGUBAH KEMUNKARAN
DAN KAPAN DIPERBOLEHKAN MENGUBAH
KEMUNKARAN DENGAN MENGGUNAKAN
KEKUATAN?
Pertanyaan:
Saat-saat ini teriadi perdebatan seru mengenai persoalan penting
dan riskan, yaitu masalah mengubah kemunkaran dengan kekuahn,
siapa yang berwenang melakukannya, dan kapan hal itu diperboleh-
kan?
Ada yang mengatakan bahwa yang memiliki wewenang untuk
mengubah kemunkaran dengan kekuatan hanyalah pemerintah,
62461-6";1rro; (tOt 62l, dan beliau berkata, "Diriwayarkan oleh Thabrani dengan dua
isnad dan perawi salah satu isnadnya adalah perawi-perawi sahih, sebagaimana Hakim meri-
wayatkannya dengan isnad kedua serta disahkannya menurut syarat syaikhani, dan disetujui
oleh Dzahabi (2:753)." sedangkan menurut Zuhri: "Kekeluargaan itu karena ibu lbrahim
dari golongan mereka."
984
maksudnya bahwa hal ini menjadi tugas negira/pemerintah, bukan
tugas perseorangan. sebab, jika tidak demikian akan berakibatfatal
dan dapat_menimbulkan bermacam-macam fitnah yang tidak akan
diketahui kesudahannya kecuali Allah Ta,ala. sedinglian sebagian
lagr bglanggapan bahwa hal ini merupakan hak bahkan merup&an
kewajiban setiap muslim, berdasarkan hadits Nabawi yang-sahih
yang menyatakan:
.oe{4,>,'r4?o
"hnngsiap di antara kamu melihat kemunkann matra hend*lah
ia mengubahnya dengan kngannya; jil<a tidak mampu maka hen-
daklah dengan lianny; dan jika tidak mampu matra hendalrtalt
dengan hatinya, dan yang demikian itu (dengan hati) meruplcan
selemah-lemah iman.625
9E5
disakti karena membela agama Allah, dan iika mereka dibunuh maka
mereka dibunuh karena beriuang fi sabilillah dan mereka meniadi
syuhada' yang akan berdampingan dengan Hamzah bin Abdul Muth-
thdib, penghulu para syuhada', sebagaimana disebutkan dalam
hadits.
Hal in mcnjadi kabur bagi kebanyakan orang, khususnya para
pemtida yang peduli terhadap agamanya dan memiliki ghirah yang
besar. Lebih-lebih yang mengemukakan pendapat pertama dan
membelanya adalah sebagian ulama yang oleh masyarakat digelari
dengan sebutan "ulama penguasa dan pelayan polisi", sehingga per-
kaaan mereka tidak diterima (tidak dihargai).
sedangten pendukung pendapat kedua adalah orang-orang muda
yang kadang-kadang dituduh ngawur dan ceroboh, memperturutkan
perasaan, dan hanya mengambil zahir nash tanpa menghubungkan
antara yang satu dengan lainnya.
IQmi berharap Ustadz dapat meluangkan sebagian waktu untuk
membicarakan masalah ini, sehingga jelas bagi kami mana pendapat
yang lebih tepat, atau barangkali keduanya benar, atau pendapat lain
lagr yang benar.
Semoga Allah meluruskan pena tJstadzuntuk menjelaskan kebe
.naran dari kebatilan. Amin.
Jawaban:
Di antara kewajiban yang asasi dalam Islam ialah kewaiiban
melakukan amar ma'ruf (menyuruh berbuat baik) dan nahi munkar
(mencegah kemunkaran), suatu kewajiban yang diiadikan oleh Allah
sebagai salah satu dari dua unsur pokok keutamaan dan kebaikan
umat Islam ini:
<r;is|o.3f!\,,5:')Uq6e.Ffi f$
$\i'ii;'-+'5i,i
"I(amu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menytruh kepda yang ma'ruf dan mencegah dafi yang munkar,
dan fufiman kepda Nlah ...." (Ali Imran: I IO)
986
"Met*a ifi, adahh onng-orang WE brtfiat tary fuiffit, Wry
memuji (NIah),lang melawat, yang tuht', yang sujud, yang me-
nyuruh brbuat ma'ruf dan menegah berbuat munl<ar, dan yang
memelihara hukum-hukum Nlah ...." (at-Taubah: I I2)
Telah dilalnati orangonng kafir dad Bani Isnil den&n tisan hud
dan Is putra Matyam.Yang demikian itu disebabkan mereka se-
lalu durhaka dan melampaui batas. Merel<a satu sma tain *tatu
tidak melanng tindal<an munkar yang metet<a perbual Sesung_
gthrya amat buruklah aN nng *lalu merela perbuat itu." lal-
Ma'ldah:7a-791
Dengan demikian, seorang muslim bukanlah semata-mata baik
!.r.h{"p dirinya sendiri, melakukan kebaikan dan meninggailkan
kejele\y serta hidup di lingkungan khusus, tidak menghilaukan
yang dilihatnya_meng€rut dan terbengkalai di depannya, slrta tidak
mempedulikan keiele\1n yanglersarlng dan mehetai di sekeliling-
nya. Te-tapi orang_mu_slim yang benar-benar muslim ialah orangyang
saleh (bagusl pala dirinya dan sangat anrusias untuk mempirbaiti
orang lain. Di@h yang digambarkan oleh suratyang penddk dalam
Al-Qur'an, yaitu surat al-Ashrr
"Demi mas. ksunguhnya manusia ifu benar-benar brada datant
kerugian, keuali onng-onng yang biman dan mengefiahn
amal sleh dan nasihat-menasihati sup)ra menaati k#nati fun
nasihat-menasihati supln menetapi kesfuran." (al-Ask: I-B)
987
itu sendiri, atau karena kelemahan dan centang-perenangnya
mereka sendiri. I(arena itu kehidupan mereka tidak stabil dan tidak
harmonis, tidak merasa aman, dan tidak dapat merasakan kenik-
matan syariat sama sekali.
ttemunkaran -apa pun bennrknya- hidup sebagai buronan dalam
lingkungan yang islami, seperti peniahat yang divonis hukuman mati
atau penlara seumur hidup, yang kadang-kadang hidup dan U.ry-r-
datr-findatr, tetapi dia senantiasa menunggu eksekusi, lebih-lebih
dari masyarakat.
fika demikian, s@rang muslim tentulah ditunnrt untuk memerangi
dari memburu kemunkaian, sehingga ia tidak tercatat secara tidak
hak (tidak benar) di tanah yang bukan tanahnya, di negeri_ yang
bukair negerinya, dan di tengah-tengah kaum yang bgk"n qhfinya.
t<areni itu datanglah hadits sahih yang diriwayatkan oleh Abu
Sa'id al-Khudri dari Nabi saw., beliau bersabda:
Fw405;r
626Hn uuslim dalam shahih-nya pada "Kitab al-Iman" dari Abu Sa'id al-Khudri'
988
kan oleh para ulama ushul, ia bersifat umum, meliputi semua orang
yang melihat kemunkaran, baik sebagai penguasa maupun rakyat.
Rasulullah saw. bersabda kepada kaum muslim secara keseluruhan
dengan perkaaan "(dA;r15 (barangsiapa di antara kamu), dengan
tidak mengecualikan seorang pun dari mereka, sejak para sahabat,
orang-orang sesudahnya dari generasi umat ini hingga datangnya
hari kiamat.
Beliau adalah imam, pemimpin, dan hakim bagi umat ini, namun
peliau men5ruruh atau memerintahkan orang lain --yang notabene
bukan pemimpin, bukan penguasa, bukan hakim-- yang melihat
kemunkaran agar mengubahnya dengan tangannya manakala
m9r9q mampu melakukannya. Hal ini tampak dalam penggalan
sabda beliau saw.:
"Banngsiap di antara kamu melihat kemunkann."
.5ta\i
"Shalat lima waktu, shalat Jum'at hingga shalat Jum'at beikutnya,
dan puasa Ramadhan hingga puan Ramadhan Drurikufrryn itu
mengfiapuslran dos4os (kecil) di antannya, arybila dijauhi
dm4w lnsar.627
99()
"Dia bruntungkalaudiabnar, atau diaakan masksarya jilra dia
benar'.628
g 4,,Fc,HuLfrzfr',F,G
(-grrrO! ,*"!csiL) ,
"funngsiap yang ingin melihat wnng ahli ang4 nab hendak-
Iah melilnt onng ini.62e
991
I
I
992
dengan menggunakan kekuatan, ketika sebagian Kawas.rn Islam telah
mengumumkan sudah dimulai pu.ls.l dan bulan sudah kelihatan.
Maka pemuda-pemuda yang penuh semangat itu memandang bahwa
Ramadhan telah tiba, karena iru tidak boleh berbuka dengirn-rcrang-
terarigan.
Misalnya lag yang dilakukan sebagian pemuda muslim yang
penuh ghirah di Mesir dalam salah satu Idul Fitri. Ketika itu di Mesir
. c,qa syar'i (menurut pandangan syar'i) dikuatkan belum masuknya
bulan Syawal, karena berdasarkan ilmu falak mustahil hilal (bulan
sabit tanggal satu Syawal) terlihat pada malam iru dan tidak mung-
kin hilal dapat dilihat di Mesir. Namun begitu, sebagian daerah
mengumumkan telah melihat hilal, lantas mereka langsung berbuka
(tidak berpuasa) dan mengumandangkan syl'ar-syr'ar ldulFitri sen-
diri dengan menentang pemerintah dan mayoritas umat, dan karena
kecerobohannya itu t€riadilah benrokan dengan atat-alat keamanan
tanpa ada alasan yang membenarkannya.
Menurut pendapat saya, mereka telah melakukan sefumlah kesa-
lahan:
Pertama, bahwa para fuqaha berbeda pendapat tentang cara
menetapkan hild, di antaranya ada yang mengangg;hp cukup dingan
kesaksian_seorang, adayang mensyaratkan dua orang satsi 15rang
melihat hilal), dan ada pula yang mensyaratkan udaranya (cuaca-
nya) harus cerah dan banyak orang yang menyaksikannya, dan
masing-masing fuqaha mempunyai dalil dan cara pandang sendiri-
sendiri.
Maka tidak boleh memaksa orang lain mengikuti satu mazhab,
kecuali dari penguasa.
Kedla,_mergka juga berbeda pendapat mengenai mathla, (wilayah
geografis berlakunya rukyah), apakah terlihatnya bulan di siatu
kawasan geogafis tertentu mengikaUberlaku bagi kawasan lain atau
tidak? Sedangkan sejumlah mazhab berpendapat bahwa setiap
negara mempunyai rukyah tersendiri, dan rukyah di suatu negara
tidak mengikat bagi n(€ara lain. Ini adalah mazhab lbnu Abbas-rlan
or?n_g-or-ang yang sependapat dengannya, sebagainuma yang terke-
nal dari hadits Kuraib dalam Shahih Muslim.
Kedga, bahwa keputusan imam (penguasa) atau qadhi (hakim)
rygngenai masalah-masalah khilafiyah dapat menghilangkan perseli-
sihan dan mengikat umat untuk mengikutinya.
Karena itu, apabila penguasa syar'iyah telah mengambil pendapat
seorang imam atau ijtihad suatu mazhab mengenai masalah-masa-
lah ini, maka keputusan penguasa itu wajib diikuti, dan tidak boleh
memisahkan diri dari barisan.
frrga telah saya katakan dalam beberapa fanua saya: "Apabila kita
tidak-sampai dapat mempersatukan seluruh kaum muslim dalam
masalah puils.r dan berhari raya, maka minimal setiap satu negara
hendaklatr bersatu mengenai syiar-syiar mereka. Maka tidak dapat
diterima sama sekali jika penduduk suatu negiua terpecah menjadi
dua: satu golongan masih berpuasa dan satu golongan lain sudah
berhari raya.
Namun begitu, kekeliruan dalam ijtihad pemuda-pemuda yang
mukhlis ini tidak perlu diluruskan dengan kekerasan, tetapi hendak-
nya dengan diberi pengertian.
ffiHn fnabrani dalam al-Aucth dari hadits Abi Qatadah, tlan as-Suyuthi memberinya
tanda sahih. (ltluhhtchar Syarah al-lami' ash-Shaghir, ju,z 2, hlm. 153). (PenJ.)
994
oleh karena itu, tidak seorang pun yang memiliki kekuasaan ter-
hadap kemunkaran-kemunkaran yan! teisembunyi --dan sebagai
pengan]arnya Sdalah kemaksiatan hati seperti riya, nifak, kibr (som_
UggS), hasad, bakhil,
.tenerdqVa ghurur), dan seblgainya-- mesiripun
(
olgh_ ag,ama dinilai sebagai dosa besar. Asalkan nal
/ang dimaksud
tidak diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata, mati UAat aaa
kekuasaan bagi seseorang untuk menghukumnya. Karena kita disu-
ruh menghukum menurut zahirnya, sedangkanbatinnya kita serah-
kan kepada Allah Ta'ala
Di antara peristiwa menarik yang mengrndikasikan hal ini ialah
yang dialami oleh Amirul Mukminin-umar bin Khattab r.a. sebagai-
mana yang diceritakan oleh Imam Ghazali dalam "Kitab al-amrlil-
ma'ruj wan-nahyu 'anil-munkar" dari kitab al_Ihya; bahwa Umar
pernah.memanjat tembok rumah seseorang, lalu dilihatnya keadaan
yang- tidak baik sehingga beliau mengingkarinya. Taipi pemilik
ruryah itu berkata, "wahai Amirul wtu[.minin, jika saya tetitr Uer_
maksiat (melanggar)-kepada Allah dalam satu'segi, riraka ingkau
telah melanggarnya dari tiga segi." Umar bertanya, "Apakah i-tu?"
Orlng itu menjawab, 'Allah berfirman, ,dan janganlah kamu men_
cari-cari kesalahan orang lain' (al-Huf urat: t'zl,ietapi engkau telah
mencari-cari kesalahan. Allah telah berfirman, 'dan maiuklah ke
rumah-rumah itu dari_ (al-Baqarah: I89), tetapi
-pintu-pintunya'
engkau naik dari atap. Allah juga berfirman: 'janganlah kamu mema-
suki runrah yang bukan rumahmu sebelum rireriinta izin dan mem-
beri salam kep{a penghuninya' (an-Nur: 2Z), sedangkan engkau
tidak mengutpkan- salam." Ialu Umar meninggalkanrffa aan fien-
syaratkannya [srtofuat. 63 t
631eLrhyo', juz
T , hlm. t21T , terbitmt Asy-Sya'b, Kairo.
995
I
Syarat ini juga diambil dari hadits Abu Sa'id di atas, karena Nabi
saw. bersabda:
632yu1rr1 61 3n126 penguasa ada yang tidak mampu melakukan sesuatu dalam pemerin-
tahannya sendiri, dan kta lihat Umar bin Abdul Aziz ldak mampu mengembalikan urusan
kepada permusyawaratan di antara kaum muslim, lepas dari sistem kewarisan (Erun-temu-
run, keturunan).
w6
dunia ketiga-- untuk menegakkan kekuasaannya dan melaksanakan
politiknya serta membungkam musuh-musuhnya dengan besi dan
api (senjata). Maka yang menjadi pilar kekuatan bagi pemerinrahan
semacam ini bukanlah kekuatan logika, tetapi logika kekuatan.
Maka barangsiapa yang memiliki kekuatan seperti ini dapatlah ia
memukul setiap gerakan yang menginginkan perubahan, sebagai-
mana yang kita lihat di berbagai negara, dan yang terakhir adalah di
neg.ua Cina dalam memadamkan pergerakan para mahasiswa yang
menuntut kebebasan.
Kedua: majelis atau dewan penuakilan, yang memiliki kekuasaan
membuat undang-undang, menetapkan, atau mengubahnya, sesuai
{engan persetujuan suara terbanyak, sebagaimana yang berlaku
dalam sistem demokrasi. Maka barangsiapa yang menguasai suara
mayoritas di bawah naungan sistem demokrasi yang sebenarnya,
bukqn yang palsu, niscaya dia dapat melakukan perubahan terhadap
segala kemunkaran yang dilihatnya melalui perundang-undangan
yang berla\u,sehingga menteri, kepala pemerintahan, atau kepala
negara tidak dapat mengelak dengan mengatakan "tidak".
Keflga: kekuatan massa yang besar yang menyerupai iima', yang
jika bergerak tidak ada seorang pun yang mampu menghadapinya
dan membendung jalannya, karena merekC bagaikan gelomban! hut
yang besar atau banjir raksasa. Mereka tidak dapat dihalangi,oleh
?pa pun, termasuk kekuatan bersenjata sendiri yang merupakan
bagian dari massa tersebut, dan massa ini adal,ah keiuarganya sindiri,
orang tuanya, anak-anaknya, dan saudara-saudaranya.
Dengan begitu, barangsiapa yang tidak memiliki salah satu dari
keliga kekuatan ini hendaklah ia bersabar, tabah, dan bersiap siaga,
sehingga ia memilikinya. Dan hendaklah ia melakukan peruUatr-an
dengan,lisan, tulisan, dakwah, nasihat-nasihat, dan pehgarahan-
pengarahan, sehingga ia dapat menguasai opini publik yang kuat
yang menuntut perubahan kemunkaran, dan hendaklah ia berusaha
mendidik serta menyiapkan generasi yang andal dan beriman yang
famp! menggryban tugas mengubah kemunkaran. tnilah yang di-
isyaratkan oleh hadits Abu Tsa'labah al-Husyani ketika ia bertanya
kepada Nabi saw. t€ntang ayat:
633nR tirmidzi dan beliau berkata, "Hadits hasan gharib sahih." fuga diriwayatkan oleh
Abu Daud dari jalan lbnul Mubarak. Dan diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ibnu farir, dan Ibnu
Abi Hatim dari Utbah bin Abi Hakim.
998
Dalam beberapa riwayat disebutkan:
-€i- z,itE*{r-q141,3i1$s
"Dan kamu lihat perkan yang kamu tidak put1r,a dua tangan _-
ylmi kekntan- untuk menghadapiryra."
4h#Hr.etgss$g
.'&Gt*16&-\Kriqg
,(bd, ob,)
"l(alau bukan l<arcna l<aummu hru tetentas fud kemusyrikan,
niwlta aya hngun l<abah di atas pndasi yng dibangu, tbr'-
Ilim."(IlR Bukhart)
999
I
usaha menasihati mereka, tetapi ddak mereka hiraukan, bahkan
mereka berkata:
"... I(ami ahn tetap menyemMh pafing amh lembu ini, hinga
Mus kemhli kep& kaml" (Thaha:9I)
Setelah kembali dan melihat lemunkaran yang amat besar itu
--yakni menyembatr pailng anak lembu-- Musa sangat mengingkari
sa:udaranya (llarun) aan ia tarik fengofirya karena sangat marah:
"Mus brl<ata Wahai Hantn, ap yang mengfialngl bmu ketik
lramu melihat merela telah sruvlt, (*hinga) l<anu ti&k mangiktti
atru? Mate apalah kamu telah (xngaia) mendurhalai pdnb,l*tt?'
Harun meniawab,'Hai putra ibufu, ianganlah kamu gangiutg'
gutku dan jangan (pula) ke4lalru; xatnguhrya aIru khawatir
fuhwa engfuu alan furlata (kepdala),'I(arnu telah memmh
blah Bani Isnil dan kamu tidak memelihan amanatkt.-lThaha:
92-S4l
Artin5a, ttarun lebih mengutamakan memelihara percaoran iamaatt
ketika saudara tuanya (Musa) tidak ada sampai ia datang; dan
keduanya memahami (saling mengerti) bagaimana seharusnya
merekamenghadapi situasi yang gawat yang membutuhkan kepia-
waian dan kebijaksanaan.
Itulatr empat persyaratan yang harus dipenuhi oleh orang yang
ingin mengubatr kemunkaran dengan tangan dan kekuatannya.
1000
an, meliputi tata nilai dan pertimbangan, akhlak dan perbuatan, adab
dan tradisi, peraturan dan perundang-undangan. Selain itu,,sebelum
semua dilakukan perlu adanya perubahan terhadap manusia dari
dalam dengim memberikan pengarahan yang terus-menerus dan ter-
atur, pendidikan yang kontinu, dan keteladanan yang baik. Apabila
manusia mau melakukan perubahan terhadap dirinya sendiri, maka
patutlah Alhtr mengubah kondisi mereka sesuai dengan sunnatr
yang berlaku:
"714Y:';,1i;"ifi+,-5X51-
"... ksungguhnya Nlah tidak mengubah kadaan ruatu kaum *-
hingsa merelca mengufuh keadaan gng a& pda dii mereka r;n-
dii ...." (ar-Ba'd: I I )
1001 |
I
I
9r,*68il5r{fi@ffif;;:,t\;'j
O,;6
"Pagihlt kamu bdw kep& Fifaun, *wtghnta ia telah me-
lanpui futas" Mal(a fufticanlah hmu brdua kep&rya dengru
lrata-lrata lrang lemah lembut" mudah-mu&Iwt ia ingat atau taktt"
(Thaha:43-/f4l
6
SIAPAKAH PROPAGANDIS FITNAH ITU?
Pertanyaan:
Saya pernah mendengar salah seorang syekh yang t€rkenal berbi-
cara dalam suatu pertemuan, yaitu pada salah satu peringatan hari
besar Islam. Di antaranya beliau mengatakan bahwa seorangmuslim
bertemu Allah (setelah meninggal dunia) dalam keadaan tidak per-
nah memberikan nasihat atau terpuruk di bawah suahr dosa itu lebih
baik daripada menghadap Allah dalam keadaan sebagai penyeru atau
propagandis fitnah, karena fitnah itulah yang menyebabkan kehan-
curan dan perpecahan di antara kaum muslim.
Syekh itu mengemukakan contoh beberapa kelompok lslam yang
menyeru manusia untuk menegakkan agama Allah di muka bumi
dan mengembalikan posisinya untuk memimpin kehidupan dan
masyarakat. Sementara manusia terbagi ke dalam kelompok-kelom-
pok ini, dan sebagian pemerintah memerangi mereka.
too2
Saya ingrn Ustadz menjelaskan pengertian fitnah, sehingga saya
tidak teriatuh di dalam lumpurnya sementara sap sendiri tidak
menyadari, padahal "fitnah lebih besar daripada pembunuhan, (al-
Baqarah:2I7)
Dari pembicaraan syekh tersebut saya memahami bahwa setiap
dakwah atau seruan yang dapat menyebabkan perbedaan sikap
manusia terhadapnya dan sebagian lagi menentangnya, ddak dapat
mempersatukan kalimat dan barisan, maka sesungguhnya dah^rah,
ajakan, atau senurn semacam itu adalah fitnah yang seharusnya kia
berlindung kepada Allah dari keburukannya.
Jauaban:
Andaikata pengertian fitnah seperti yang Anda patrami dan yang
terpikir dalam benak Anda, niscaya para rasul utusan Allah a.s. ada-
lah orang-orang pertama yang menyerukan fitnah dan penyulut api-
nya. Mereka menghadapi masyarakat yang sudah mapan, yang ber-
satu padu di atas kebatilan, saling mendukung dalam lcesesatan,
bantu-membantu dalam dosa, menyembah berhala-berhala yang
sudah menjadi kebiasaan mereka dan mereka senangi, dari yang kecil
hingga yang lanjut usia, secara turun-temurun dari generasi terda-
hulu kepada generasi belakangan, dari bapak-bapak kepada anak-
anaknya, sehingga Allah mengutus rasul kepada mereka,lalu rasul
itu menguak kebodohan mereka, mencela berhala-bertrala mereka,
menganggap bodoh bapak-bapak dan nenek moyang mereka, dan
menuduh mereka sesat, fasik, tuli, dan buta. Di antara mereka ada
yang mgngtmani dakrrah baru tersebut, bahkan menebusnya dengan
nyawa dan darahnya, dan menjaganya dengan jiwaraganyadan se-
gala yang dimilikinya. Namun, di antara mereka ada pulayangmasih
tetap mempertahankan akidah warisan nenek moyangnya dan mem-
bela berhala-berhala kepercayaannya, tidak mau bergeser sedikit
pun, dan tidak mau menggantinya. Dengan demikian kedu golongan
itu selalu berseteru bahkan saling memerangi.
Demikianlah antara lain Allah menceritakan kepada kita tentang
Nabi Shalih a.s., sebagaimana firman-Nya:
"Dan *sunguhnya Kami telah mengutus kepafu(lraum)Tsmud
saudara merel<a Shalih (Srang berxru), 'Sr;mfuhlah NIah!'Tetapi
tiba-tiba mereka menjadi dua golongan tang brmushan." lan-
Naml:45)
1003
Nah, apakah Nabi Shalih a.s. menyeru kepada fitnah letika beliau
menjadikan kaum beliau menjadi dua golongan yang berseteru dan
bermusuhan set€lah sebelumnya mereka merupakan satu golongan
yang berpegang pada kebatilan?
Demikian juga Almasih a.s., menurut penuturan Injil ia pernah
berkata 'Bukannla aku daang unnrk membawa perdamaian kedunia
ini. Saya tidak membawa perdamaian tetapi perlawanan. Saya datang
menyebabkan anak laki-laki melawan bapaknya. Anak perempuan
melawan mernranya. Yang akan meniadi musuh terbesar adalah ang-
gota keluarga sendiri. (Mathius 10:34-36)
Nah, apakah Almasih Isa putra Maryam ruh cipaan Allah dan
kalimat-Nya itu menyeru kepada fitnah ketika dakwah beliau men-
jadikan terpisahnya putra-putra suatu keluarga?
Allah juga berfirman di dalam kitab-Nya yang abadi yang ditu-
runkan-Nya kepada Rasul penutup:
"Hai onng-onng yang furtman, janganlah kamu jadilran bapalc-
bapak dan sudara-sudanmu pemimpin-penimpinmq iik
merelra lebih mengatamalran kekafiran atas kefumnan; dan siap
di antan kamu ltang menjadikan merclra pmimpin-pmimpinmu,
mala mereka itulah orang-orang yng alim." (at-Taubah: 25)
1004
saud.uanya, bahkan anak berperang melawan ayahnya?
fawabannya sudah pasti: "Tidak ...tidak... dan tidak...!'
'fr++G;{i,ti.;,1?.;.gr$i*Ar(*i,5tsy
Aa#+'L'{'
"Sesunguhnya onng-oftng yang mendatanglen cohan kepaa
onng-orang yang mulonin lald-laki dan perempuan, kemudian
merel<a tidak bertofut, maka fugi merel<a azab Jahanam dan
(al-Burui: IO)
W
merel<a azab (neral<a) yang memful<ar."
1005
"kbagai sunnah Nlah yang Dr;rtr.lfl; atas otang{rutg yang telalt
terdahulu seblum{mu), dan lamu Eekali'kali tidak akan men&-
rati FrufuInn p& runnah Allat."(al-Ahzab:62)
JeqV,Z:V
1006
G5,O*ur?i:(51'J#.)i\i;
o53/{*"'"5, (;Q"3;o t "r^
(/-'oL,) 'qjJib
"krqeralah melakul<an amalamal sleh *frulum datang frA:rlh-
fitnah *perti *potong malam yang gelap galita pah pgi had *-
wnng masih fuiman, tifu-tih p& nrc hadnya telah menjadi
IaIiC dan ada png pada nrc harirya masih briman, tiba-tiba
pada pagi harinya telah menjadi IrafiC ia menjwl agananya
dengan kekaltaan dunia.' IHx( Mueltm)
Apakah tidak lebih tepat jika fitnah yang disebutkan dalam hadits
ini diterapkan untuk Mamisme yang menyesatkan dan kafu, yang
menuduh agama sebagai candu masyarakat dan bahwa materi nieru-
pakal segala-galanya di alam wujud ini? Bukankah di dalamnya rer-
masuk para penyeru dan propagandis sekularisme yang mewaiiUtan
memisahkan agama dari kehidupan dan masyarakite Buklnkah
peny-eru-penyeru Marxisme dan sekularisme sebagai propagandis
fitnah yang bercokol di depan pintu neraka;atranam Oin meiyeret
manusia untuk masuk ke dalamnya sebagaimana )ang disiriyair
oleh hadits Hudzaifah r.a.?
Hudzaifah bin al-yaman adalah seorang sahabat png mempunlai
kekhususan dalam mendeteksi orang-orang munafik dln berita-ire-
$" qtryh yang-akan menimpa kaum muslim. Imam Syaikhani (Bu-
khari dan nluslim)-meriwayatkan dengan sanadnyi hadits yang
mengagumkan ini, dari Hudzaifah r.a., ia berkata:
"Onng-onng befia4ra kepda Rasuluthh qw. tentang kehikan,
dandan aya furtaryta tentang keietehn brcna klntntir at<an
menimp kita-" Ia (Hudzaitah) furkata, "Sa1a brtany, Wahai
Rasulullah, kani dulu hidup dalam kejahiliahan dan kejetekan, tatu
Nkh mendatangl<an kehilran ini kepda karni. Mak, aryleh
*sudah kefuilcan ini akan ada keburukan?, kliau menjawab, ya'
fu1ta furtang,'Apakah ssudah kekrutran *nncan itu alcan a&
kefuikan lagi? kliau menjawab, Mul tafupt ketusakan.,
tetapi
hlra bertanla Apkah keruafunya itu? kliau menjatnb, yaifit
kaum yang nembuat snnah (aturat) selain aengan $ilMt hrhn
t@7
membim@ manusia bukan dengu ptnniuHtu. Ihmu kanl
merck4 teta$ lamu ingfui (pefiuataruya dan silolp hidttprm).'
fun brtanm lagi, 'Aplah wudah keDailcln yang sryrti ini
(mdehrya) akan ada keburukan lagf? kliau mmiavvab, (8rrat)
yaitu *aum Wg menyeru di pintu-pintu nerab Jalnnan, bnng-
siapyangmenyanfurt *raanqta furafii ia telah dilenpthnrrya
ke &Iam neral<a Jalnnam.'&rya berlrata WaIMi Rasfullah t*
ranenUn i&ntitamya keWh kami.'Hiau nwfalrnb, Mercka
&d laum kita *ndiri, dan fufiian dagu De,lnfa M"
Dalam hadits Hudzaifah yang diriwayatkan Abu Daud, iaberkata,
Saya bertanya:
r*itde'v56,rod"uld*
-,9)1$€s\fi16./o,r*?'*"W4ts,
'Ule C'1,s14'ilc-, e A9, e6i
,#'83,.6Le-ift& J.3=
.|Zbtffi
lVaIMi Pasulultah" arul<ah *sufuh kehil<an ini akan ada kef,u-
rukan lagi?" kliai meniawab, "Fifrlah yng buta tuIi, pda wakfit
itu ada onng-orang yang menyeru di pintu-pintu neralra Maka iika
englcau mati, wahai Hudzaifah, sedanglan eng!<au hanya memal<an
futangpohon (karena menyendii dad pergaulan dengan merel<a),
adatah lebih Mik fugimu dafipada mengikuti alah *onng dari
merelra64
1008
membakar dupa di depan penguasa-penguEls.l thaghut, memutarba-
lil*an perkaaan dari tempat yang sebenarnya,menyeret-nyeret Al-
Qur'an untuk disesuaikan dengan hawa nafsu penguasa, dan melu-
pakan firman Allah Yang Maha Agung:
"Dan janganlah kamu enderung kep& onngeranggry alim
yng me4rebbkn di*ntuh api nenka dan sekali-kali
l<amu
kamu tia& mempuqtai fionng pnolong pun *lain dai Nlah,
kemudian lamu tidak al<an diberi pertolongan "(IIud: I I3)
635lmam Tirmidzi meriwaptkannp deng;an lafal 'Akan muncul pada akhir zaman
orang-orang yang melakulon tipu daya untuk mendapatlen l@unBngan dunia dengan
kedok agama, mereka kenakan untuk manusia bulu domba yang halus, mulut mereka lebih
manis daripada gula, dan hati mereka adalah had serlgala." Lihat, sman Timiilzi,luz 4,l,lm.
30, hadiB nomor 2515. (Pcnf.)
1009
Saya jawab bahwa pertanyaan ini dulu pernah ditanyakan oleh
Sayidina Ali bin Abi Thalib r.a kepada Rasulullah sy.. Imam Tirmidzi
meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa Rasulullah sarry. ber-
sabda:
"fuidahkt nanti akn ada fihah-fihah *prti *bgian malan
nry Sehp gulita" Ni brlat4 "&lya befiaqq 'Bagaimanalcah
jalan kduarya vnlni Rasulullah?'kliau manjawab, Yaifit Ktab
NlaL (yahi kemMli kepda Ktab Nlalr) di elamya ter&pat
inlormasi tentang apa-apa *belum lramu, beita mengani aNaN
*fltdahmu, terfupat huhm tentang aW ),ang tqidi di anhn
kamu, ia menjelaslran yng benar hn yng sW k bulan pr-
nninan. mnnpiap lnng meningalkanny karcna wnbng
(mensa prlraa), niscal,a NIah membinaakanryA hrut$piary
pngmencad pfinjukkep& *lainrya mala NIah ahn meryre-
satl<anw Dia adalah tali Nlah yang kuat, cahqta-l,lW Wg tenng,
dan pdngatn ptg bijaksana. Aa adalah ialan yang futus. Aa
tifuk bisa digelkcirkan oleh hawa nahu, dan tidal<puladaptdisa-
marhn (diputabalil*an) oleh lidah manw,iC tidah &Nt dien-
tangretenanglran oleh pendapt manusia Pan ahli ilmu tifuh
menasg keryang &dpdanlta, orang-onng takwa tidak menaga
jenuh kepa&t4n" Aa fidak alran hanqr lrarerla bnyak4a pnen-
tang terhadapnta, dan tidal< akan habis keajaibn-keajaibnnn
Dan fangsa jin apbila mendenganya tidak henti-hentinmmeng-
atal(an,'fungahnya kami mendengar fucaan yang men*juD-
kan.' Barurysiap yng mengerti ilmuryra nnka dia akan maju;
funngsiaw Wg br,r/ru,ta dWannn Wsi bna4 fururysiap ltang
memutuskan hufum denganryta pasti adil; Mnngpiap Wg
mengamalhnryra pasti diberi phala; dan funngsiary Wg
meqleru nixap dia diben petunjuk ke jahn Srutg lurus-
7
MENETAPI(AN HUKUM SESUAI YANG
DITURUNI(AN ALLAH
1010
seputar masalah waiibnya menetapkan hukum sesuai yang diturun-
kan Allah atas kaum muslim. Saya menangkap pendapat)ranganeh-
aneh dari mereka, orang-orang yang tidak ahli tentang Islam dan
tidak mengerti qrariatnya.
Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa ayat-ayat yang
mengingkari orang yang tidak berhukum dengan apa yang diturun-
kan Allah dan memberi predikat kepada mereka dengan kafr, zalim,
dan fasik itu tidak dituiukan kepada kaum muslim. Ierena ayat-ayat
tersebut diturunkan mengenai AhIi Kitab dari katangan yahudi dan
Nasrani sebagaimana dituniuki oleh asbabun-nuzul ayatdan dituniuki
oleh susunan kalimatnya itu sendiri.
Demikian pula mengenai firman Allah kepada Rasul-Nya:
"Dan hendaklah kamu memutuskan prlcan di antan nrerdame-
nurut aB ltang difirunkan Nlah, dan janganlah kamu mengiktti
hawa nalsu meteka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mercka
suryya mereka tidak memalinglan l<amu dad *fugtan aN Wg
telah difurunl<an NIah kepadamu ...." (al-Ma'ldah: 49)
1011
l
{;1'd|{;ti4:6;'ii'tiii}eitffi
O6A1':!'"-$i
"Kemudian Kami jadilen kamu ben& di atas atatu sydat (pen-
turar) &ti untsan (agana) iW nMI(a ikttilah syadat itu dan
jan&nlal kamu ikuti hawa nafw orangorang yang tidal< mengeta-
fiui. " (al-ratstyah: I 8)
PERTAIUA
Ada beberapa hal yang oleh pembesar-pembesar ulama kita di-
istilahkan dengan al-ma'lum minad-din biilh-dharurah 6fang dikehhui
dengan pasti sebagai bagian dari agama). Ddam ardan, perkara-per-
kara yang sama-sama diketahui dan dimengerti oleh umat, baik
mereka yang pandai maupun awam, serta tidak lagi memerlukan
penalaran dan argumentasi, karena t€lah demlkian populer dari
generasi ke generasi, diriwayatkan secara mutawatir, mqlakinkan,
dan rcrlcenal dalam sejarah.
Hal itu sudah demikian tetap dan rumtap serta mendarah daging
sebagai kesepakatan umat, selain ltu pikiran, perasiuln, sertaprakdk
mereka sudah menyatu dengannya. I(arena itu, ia tidak dapat dikridk
dan diperbincangkan secara mendasar di kalangan kaum muslim,
kecuali apabila pokok Islam itu sendiri sudah berubah.
Maka saya percaya, di antara yang t€rmasuk dalam kat€gori ini
adalah bahwa Alliah Ta'ala menurunkan hukum-hukum-Nya di
dalam Kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya bukan untuk dicari-
cari berkahnya (dijadikan jimat dan sebagainya), atau untuk dibaca-
kan kepada orang-orang mati, atau unhrk digannrng sebagai hiasan
dinding, t€tapi ia diurunkan Allah untuk diikuti dan dilaksanakan,
untuk mengatur hubungan manusia dan meniadi pedoman hidup
mereka sesuai dengan perintah dan larangan-tilya, sesuai dengan
hukum dan syariat-Nya.
Ketentuan ini sudah cukup bagi orang yang telah rela bernrhan-
totz
kan Allah, beragama Islam, berasulkan Nabi Muharnmad, dan men-
iadiltan Al-Qur'an sebagai pedoman hidupnya, untuk mengatakan di
depan hukum Allah dan Rasul-Nya: "IGmi mendengar dan kami
patuh', tanpa perlu mencari-cari dalil lainnya dari nash-nash muh-
kamat dan kaidahnya yang baku.
KEDUA
Xalau kita lepaskan sikap ini dan kita cari dalil-dalil t€ntang
kewajiban menghukum dengan apa yang dinrrunkan Allah dan lce-
waJiban mengikutinya bagi kaum muslim, maka kita kaakan dengan
t€gas:
Sesungguhnya terdapat banyak dalil yang tidak terbatas dari AI-
Qur'an dan As-Sunnah --selain ayat-apt di dalam surat al-Ma'idah
yang mengidentifikasi orang yang tidak mau menghukum atau me-
munrskan perkara dengan apa yang diturunkan Allah sebagai orang
kafir, zalim, dan fasik-- yang dengan t€gas dan jelas menunjukkan
keharusan berhukum kepada apa yang dinrrunlcan Allah dan mene-
rima hukum Allah itu, baik sejalan dengan keinginan kita maupun
tidak.
lvfarilah kita baca beberapa ayat dalam surat an-Nisa' berikut ini:
"Aphh hrnu ti&l< memperhatihn onngenng yang mengaku
dirinW telah brtman kep& ap lang diturunhn k@mu dan
kepda ap yng diturunkan *belum kamu? Merek hen&k Dr;r-
hakim kep& Whut, pdalnl meteka telal diryinAh mengW
kai thagfiul Dan sr-ltan bermalsud menywtkan mereka dengut
pnltwtan png *jauh-jauhryta." lan-Nlea': 60)
"Apabila dikatakan kepda mercka 'Marilah kamu (tunduk) ke-
p&hufun ltang telah diturunkan Nlah dan kwda hu*l.lzrn
Rasul' nixalta kamu lihat onng-onng munafik mengfialangi (ma-
nusia) dengan s*uat-fuah1ta &i mendekati kmu. Mab Wai-
manakh ha@ apabila merclca (onng-orang mwafik) ditimp
sesuatu mwibah di*fublran Wrbuatan tangan mere*a *ndii,
kemudian mer*a etu g kepdamu snbil Dr;mtmph, 'Demi
Nlah, karni **ali-kali tidak menglrutdaki *lain ptye/csaian yng
bik dan Fdamaian Wry *mpuma-(an-Nlsa': 6l-6.21
"Mereka itu adalah onngenng yng NIah mengetalrui ap nng di
dalam hati mercka Karc;mituberplinglalrkamu &ri merch,dan
fuilah mereka pelaiaran dan kat*anlah kep& mere*a Fla-
1013
taan Wg furtr;kas pada jiw mercka. Dan lhfiri tidal( merlgurus
wrang raoul melainlcan untuk ditaati dengan izin Nlalr. b-
sungahnn jikalau merelra ketika menganiaya dfuinn rurdiri
datang kepafumu IaIu memohon ampun kepda NIah, dan Rasul
pun memolnnkan anpun untuk merekry tentulah mer*a men&-
pati Nleh MaIn Penertma ToMt lagt Maln Peryrayang," (an-Nlsa':
6,5,-(j4l
"Mak demi Tuhanmu, mereka Qnda lnldlolhryQ fidah brirw,
*hingga menjadikan kamu hakim dalam pulan yary firelr*r.
perlisihkan, kemudian mereka tidah meras keDr;ntan &lam
hati mercka terhafup putusan Wry lan u brikan, dan merc*z.
menerima dengan *penuhqta' (an-Nlsa': 65)
1014
dan Raslrl-t{n nnla wtnguhrya ia telaL srsart, wt Wg
nlata'(al-Ahzab: 56)
Ayat-a)rat yang jelas dan tegas dari Kitab Allah tersebut sudah
cukup dan tidak memerlukan komentar karena sudah demikian jelas
petunuknya bahwa kenrndukan dan kepatuhan lepada hukum
Allah dan Rasul-Nya merupakan bagian yang tak rcrpisahkan dari
iman, dan bahura ddak ada pilihan lain bagi laki-laki dan perempuan
yang beriman di depan keteapan (hukum) Allah dan Rasul-Nya,
serta tidak ada kemungkinan lain bagi orang mukmin yang dipanggil
kepada hukum Allah dan Rasul-Nya melainkan akan berkata, "I(ami
mendengar dan kami panrh.' Dan Allah telah bersumpah meniada-
kan iman dari setiap orang yang tidak mau berhakim kepada Rasu-
lullah saw. dengan rela dan menerimanya sepenuh hati.
XETIGA
Bahwa apt-ayat dalam surat al-Ma'idah --yang mengidentifila-
sikan orang yang tidak mau memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah sebagai orang kafir, zdim, dan fasik-- adalah ayat-
ayat muhkamat yang jelas petunjuknya.
Tidak mengapa jika kita kudpkan apt-ayat tersebut secara leng-
kap agar dapat direnungkan oleh setiap orang yang memiliki akal
sehat atau yang mau mendengarkan dengian memperhatikannya.
Allah berfirman:
"fuinguhryta l(amitelah menurunkan KtabTaunl di dalannya
(ada) ptunjuk fun alnn
(yang menerangi), yng fungn kitab
itu diputuskan perkan onng-onng Yalrudi oleh nabi-nabi yng
meqrenh dirt kepda NIah, oleh onng<rnng alim mereka dan
pendeta-pendeta mereka, di*babkan mercla diperintahkn
memelihara kitab-kitab Nlah dan merch menjadi saki terlnday
nya. I(arcna itu janganlah kanu talrut kep& manusi4 GetapD
takutlah kepdz.Ku. Dan janganlah lcamu menulrar ayat-ayat-Ku
dengan harga ),ang srdikil hnngsiap yang tifuh memutud<an
prl<an menurut apggditurunlan NIaI\ mah merelca a&Iah
orang-orang ydng kafir." lal-Ma'ldalu 44)
"Dan telah l(ami tetrylran terhadap merela di hlamnn (Taunt)
bahwnrya jiwa(dibalas) denganJiv4 mata dengan mata, hidung
dengan hidung; telinga dengan teling4 gigi dengan gigi, &n luh-
lul<a @un) ada kisasrya hrugsiary tang melepdran (hah kisas|
1015
rry4 mab ntr,lqa*an hak ifrt (meniadi) pnebus dm bginya
mruOAp ddak memutuslsan pr*an menurut apa yang ditunn-
kan Nlah, mak mereka adalah orang:orang tang zalim." lal-
Ma'ldah:45)
'Dan liani tuingla n jejal< mercla (nabi-tabi funi l*ail) furyan Ia
puta Maryary memfuwkan kitab yang *bhnnya, 1aitu TaunL
tfu, I(arni telah menhdlan kqaenn kiarb Injil sdang di
&lamrya @e) pefuniuk &n calwa (yanS n ailrlrlrrgi) &n mem-
fura*an kitah Wtg *belumnm yitu Taural Dan nlrrr,jtrdi Ftun-
iuk *ru pngajann hgi onng-onng Wry Dr;ftakwa" lat-
Ma'idah:46)
1016
hxrun berkenaan dengan kaum Yahudi, tetapi meniadi kewaiiban
bagi kita (untuk mengamalkannya). "
Ibnu Mas'ud pernah ditanya tentang masalatr menyuap dalam
hukum, lalu beliau meniawab, 'Itu adalah kekufuran (kekafiran)."
Kemudian beliau membaca ayat "Barangsiapa yang tidak memutus-
kan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka ada-
lah orang-orang yang kafir."
fuga diriwayatkan dari as-Sudi pendapat yang mengaakan keu-
muman ay at- awt tersebut.
Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas tentang keumuman ayattel.
sebut ketika beliau ditanya tentang kafirnya orangyang tidak memu-
tuskan perkara menurut apa yang dinrrunkan Allah, lalu beliau ber-
kata, "Bila ia berbuat begitu, maka karena perbuatannya itu ia t€lah
melakukan kekafuan, tetapi tidak seperti orang yang kaffr lepada
Allah dan hari akhir, kafir kepada ini dan ini.'
Pendapat serupa fuga diriwayatkan dari Thawus, beliau berkaa,
"Bukan kekaflran yang mengeluarkannya dari agama.'
Atha' berkata, "Kekafiran di bawah kekafuan, kezaliman di
bawah kezaliman, dan kefasikan di bawah kefasikan." pendapat ini
juga diriwayatkan dari lbnu Abbas oleh Sa'id bin Manshur, Ibnul
Mundzir, Ibnu Abi Hatim, al-Hakim, dan disahkan oleh Baihaqi dt
dalam sun4n-nya.
Sementara itu, pendapat semacam itu juga diriwayatkan dari
Ali bin al-Husain Zainul'Abidin.
Dalam riwayat lain, dari Ibnu Abbas, dibedakan dua macam
hakim. Beliau berkata "Barangsiapa yang mengingkari apa png di-
turunkan Allah, maka dia adalah kafir; dan barangsiapa yang meng-
akui apa yang diturunkan Allah tetapi tidak menghukum lmemurus-
kan perkara) dengannya maka dia adalah zdim dan fasik.,
totT
tafsir membatasi hukum dan kandungannya han),a untuk kalangan
nonmuslim dari golongan Ahli Kitab dan ahli sytuik?
Hd ini disebabkan oleh kekhawatiran mereka fangan-iangan
orang-orang begiht mudah menuduh penguasa dan haktm dengan
nrduhan kafu alibar karena setiap penyimpangan yang teriadi, ltr€s-
kipun disebabkan dorongan hawa nafsu, pilih kasih, aau lainnya.
Padahd, harrpir tidak ada penguasa atau hakim yang selamat dari
penyimpangan seperti ini kecuali orang png dilinduryi oleh Rabb-
nya, tetapi jumlah mereka sangat sedikir
Iatar belakangpemikiran inilah yang mendoronglbnu Abbas dan
sahabat-sahabatnya, seperti Atha', Thawus, Ibnu fubair, dan lain-
lainnya menegaskan bahwa yang dimalsud bukanlah kekafiran
yang mengeluarkan pelakunya dari agama, seperti orang;ang kafir
kepada A[ah, malaikat-Nya, kitab-kitab-N1a, rasul-rastrl-t6ra, _dan
hari akhir, serta mereka mengatakan, 'IGkafiran di bawah kekaftrart
....' Hd ini pula yang mendorong Ibnu Abbas membedakan antara
orang yang mengakui hukum Allah dan yang tidak mengakuinya.
narangsiapa membaca dialog antara Abu Mijlaz, seorang tabi'i,
dengan orang-orang yang bertanya kepadanya dari kalangan nani
Amr bin Sadus dari golongan Ibadhiyah mengenai para penguilsll
pada zaman mereka, dan bagaimana mereka menghendaki agar Abu
tliitaz memberi fanrra bahwa para penguztsil itu kafir berdasarkan
ayat tersebut" maka akan ampak jelas bagtnya kebenaran pendapat
)rang saya katakan.
Ath--llubrani meriwayatkan dari Imran bin Hudair, ia berkata,
'Abu Miilaz pernatr didatangi beterapa orang dari lelangan Bani
Amr bin Sadus. Mereka berkata: 'Wahai Abu Miflaz, bukankah Anda
mengetahui firman Allah 'barangsiapa yang tidak memutuskan per-
kara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka inr adalah
orang-orang kafir', benarkah firman Allah itu?'Abu Miflaz melia-
wab,-'Benar.' Mereka berkata, 'Barangsiapa yang tidak memutuskan
perkara menurut apayang dinrrunkan Allah, maka mereka im adalah
orang-orang yang zalim. Benarkah itu?' Abu Mrilau menjawab,'Be-
nar.'-Mereka berkata,'Barangsiap a yangtidak memutuskan Perkara
menurut apa )tang dinrrunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-
orang yang fasik. Benarkah itu?' Abu Miilaz meniawab, 'Benar.'
wterelta beikata, 'wahai. Abu Mijlaz, apakah mereka memuhrskan
perkara menurut apayang dinrrunkan Allah?'Abu Miilaz menfauab,
;,tpa yang dinrrunkan A[ah itu adalah agama mereleyang mereka
beiagama dengannya, dengannya mereka berkata, dan kepadanya
1018
mereka menyeru. fika mereka meninggalkan sesuahr dari agama int
maka mereka tahu bahwa mereka telah melakukan suanr dosa.'
Mereka berkata, 'Demi Allah, sebenamya Anda merasa takut lkta-
watir).' Abu Miilaz meniawab, 'I(amu lebih layak terhadap ini dari-
pada saya. Saya tidak tahu, sedangkan kamu mengetahui ini, dan
kamu tidak t€rt€kan. Tetapi ayat ini turun mengenai orang-orang
Yahudi, Nasrani, dan ahli syirik, atau yang seperti mereka.''
Sedangkan menurut riwayat lain, Abu Miilaz berkata, "Sesung-
guhnya mereka melakukan apa yang mereka lakukan -yakni para
penguasa-- dan mereka mengetahui battwa ihr adalah dosa." Dan
beliau berkata lagi, "Sesungguhnya ayat ini diurunkan mengenai
orang Yahudi dan Nasrani."
1019
Allah. I(arena itu Abu M$laz mengatakan di dalam riwayatyangper-
tama (nomor 12025):'fika mereka meninggalkan sesuatu dari aga-
ma, maka mereka tahu bahwa mereka telah melakukan suatu dosa."
Sedangkan dalam riwayat kedua, Abu Miflaz berkata, 'Sesungguh-
nlra mereka melakukan apa ),ang mereka lakukan dan mereka me-
ngeahui batrwa ial adalah dosa.'
Deng;an demikian, pertanyaan dan huijah yang mereka kemuka-
kan bukanlah sesuauu yang ada pada zaman kia, baik mengenai
hukum tentang harta, kehormatan, dan darah yang didasarkan pada
undang-undang yang bertentangan dengian qariat Islam. Perta-
nyinn dan hujfah ihr pun bukan dalamhd membuatundang-undang
baru yang mengikat kaum muslim unnrk berhukum lcepada selain
hukum Allah dalam Kitab-Nya dan yang disampaikan melalui lisan
Rasul-Nya saw.. Karena perbuatan ini berarti berpaling dari hukum
Allah, membenci agprur-N)ra, dan lebih mengutamakan hukum ora4g
kafir daripada hukum Allah SWT. Sikap seperti ini merupakan lceka-
firan yang tidak diragulon lagl oleh seorang pun dari ahli kiblat,
meskipun mereka masih berbeda pandangan dalam mengafukan
orang yang berpendapat seperti itu dan menyebarluaskannya.
Kenyataan yang kita saksikan sekarang telah menhggalkan
hukum-hukum Allah secara umum tanpa kecuali. Mereka lebih
mengutamakan hukum-hukum selain hukum-Nya )rang ternrang di
dalam kitab-Nya dan di dalam Sunnah Nabi-Nya, serta mengabaikan
seluruh yang ada dalam syariat Allah. Bahkan mereka sampai berar-
gumentasi mengunggulkan hukum-hukum dan peramran buatan
manusia itu daripada hukum yang dihrru*an Allah. Mereka Juga
beralasan bahwa hukum-hukum qariat diturunkan hanya untuk
suanl zaman yang bukan za nankita, dan karena alasan-dasan serta
sebab-sebab yang telah berakhir, maka gugur pulalah semua hukum
yang telah selesai masanya dan sudah tidak berlaku alasan-alasan-
nya.
Nah, di manakah kesamaan apa yang saya jelaskan ini dengan
hadits Abu Mijlaz dan golongan lbadhiyah dari kalangan Bani Amr
bin Sadus?
IQlaupun masalahnya seperti anggapan mereka terhadap riwayat
Abu Mijlaz --bahwa mereka hendak menentang sultan dalam suaht
hukum dari hukum-hukum syariat- maka tidak pemah t€riadi dalam
sejarah Islam seorang hakim membuat suatu hukum dan menjadi-
kannya sebagai syariat yang mengikat ba$ pengadilan. Ini dari satu
sisi. lGmudian dari sisi lain, bahwa hakim yang memunrskan suatu
to20
perkara tidak sesuai hukum yang ditetapkan Allah itu boleh jadi
karena ia tidak mengetahuinya, sehingga kasus seperti ini termasuk
kejahilan (ketidakmengertian) terhadap syariat Allah. Atau bisa jadi
ia memutuskan hukum deng4n cara seperti itu karena mengikuti hawa
nafsu dan berbuat maksiat, maka masalah ini merupakan perbuatan
dosa yang dapat dihapuskan dengan tobat dan permohonan.rmpun
kepada Allah. Mungkin juga sang hakim memuhrskan perkara de-
ngan keputusannya itu karena ia menakwilkan atau menginterpreta-
sikan hukum yang hasilnya bertentangan dengan pendapat para ula-
ma. fika demikian, maka hukum yang dihasilkannya itu merupakan
hukum hasil penakwilan seseorang yang berpijak dari pengakuan-
nya terhadap nash Al-Kitab dan Sunnah Rasulullah saw..
Adapun pada zaman Abu Mijlaz, sebelumnya, atau sesudahnya,
sama sekali belum pernah terjadi seorang hakim menghukum atau
memutuskan suatu perkara karena si hakim mengingkari hukum
syariat. Maka dialog Abu Mijlaz dan kaum Ibadhiyin tidak dapat di-
palingkan ke sana. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhujjah de-
ngan kedua atsar (riwayat) t€rsebut atau lainnya dengan menempat-
kannya pada bukan tempatnya dan memalingkannya kepada yang
bukan maknanya karena ingin membela sultan (penguasa) --atau
sebagai upaya untuk melegitimasi pemutusan perkara dengan selain
dari hukum yang diturunkan Allah yang diwajibkan kepada hamba-
hamba-Nya-- maka pemutusan seperti itu menurut pandangan sya-
riat merupakan hukum orang yang menentang suatu hukum di anara
hukum-hukum Allah sehingga ia dituntut untuk bertobat. fika ia
masih melakukan hal seperti itu, bahkan sombong dan mengingkari
hukum Allah serta dengan rela menggantinla dengan hukum-hukum
lain, maka hukum yang ditetapkannya itu adalah hukum orang kafir
yang terus-menerus atas kekafirannya, yang sudah terkenal di ka-
langan pemeluk agama ini.636
636Oati u'liq (catatan kaki) Ustadz Mahmud Muhammad Syakir terhadap T{sir ath-
Thabari.
t02t
-_At*;#*l,spt;61*,t1a(
'Yang terpakai ialah keumuman latal, tidak terbatas pada sebab
yang khusus."
to22
"hnngsiap yang tidak memufiskan prkan nenuntt aN Wg
diturutfui NIah, mala mercka a&lah onng:orangyangzalim."
(al-Maa'ldah: 45)
"Dan hnngsiapa yng tidak memutusl<an perl<an menurut ap
yng diturunkan NIah, maka merc*a adahh onngonng Wg
fasik " (al-Maa'idah: 47)
to23
yang meliputi apa saia yang pengelolaannya buruk -],ang berarti
meliputi sekolatr tersebut dan semua sekolah-- juga tcrmasuk seko-
lah-sekolah lain yang menjadi cakupan keumuman lafal.
I(arena i$ saya katakan, 'Sesungguhnya turunnya ayat-a@tsr-
sebut --tentang Ahli Kitab-- tidak meniadikannya berlaku khusus
untuk mereka, karena ayat ihl menggunalen lafal umum yang men-
cakup mereka dan semua orang yang mempunyai sikap seperd yang
disebutkan inr."
Maka orang yang berakal sehat tidak akan menerima persepsi
bahwa akibat-akibat png disebutkan itu khusus unurk orang Yatudi
atau Nasrani saja. Dalam artian bahwa orang Yahudi dan Nasrani bila
menghukum dengan selain dari apa png diturunkan Allah adalatt
kafir, zalim, dan fasik, sedangkan orang muslimyangberbuat seperti
itu tidak terkena akibat yang ffima.
Pendapat tersebut terlolak dari beberapa segi:
1. Bahwa pendapat ini meniadakan keadilan llahi, karena hal ini
berarti menunjukkan bahwa Allah menakar dengan dua macam
takaran, yaitu takaran untuk Ahli Kitab dan takann unnrk kaum
muslim sendiri. Padahal Allah Ta'ala tidak menilai hamba-
hamba-Nya menurut identitas dan namanya, melainkan menurut
iman dan amalnya. Karena inr Dia berfirman dalam surat an-Nisa':
TPahala dari NIaIr) itu bukanlah menurut angan-arrgarrmu Wg
ko*ng &n tidak(pula) menurutmganarrgan&rli Kb,b. hrang-
siap Wtg mengerialran kejahatan, nimlta akan diDr:tt panfu,-
laan dmgan kejahatan itu...."(an-Nlca'z l23l
.'bie{Ji
"knngsiap Wg tidak memuhrskan
; v, Kz api ;S
&ai *,,ifiprkan menwut
tang
diturunlran Nkh, malca merelca afuIah orang:orang yng lafir.'
"... mak mercl<a adalah onng-onngltang zalim."
"... malra mercka adalah onngonngyang fasik"
to24
saudaramu Bani Israil fika semua yang pahit untuk mereka dan
semua png manis unnrk kamu. Tetapi tidak demikian, demi AIIah,
saunggunnya kamu akan menempuh jalan hidup merekahampir
sama persis."
Riwayat Hudzaifah ini diriwayatkan fuga oleh Hakim dalam
al-Mustadrah, juz 2, halaman 312-313, dari falan Iarir, dari d-
A'masy, dari Ibrahim dari Hammam, ia berkata, 'IGmi berada di
sisi Hudzaif-ah, lalu orang-orang membicarakan aJrat 'barangsiapa
yang tidak memuhrskan perkara menurut apa )ang dinrrunlen
Allah, maka mereka adalah orang-orang yang kafu.' Salah se-
orang dari kaum itu berkata, 'Ini untuk Bani Israil.' Maka Hudzai-
fah menimpali, 'Alangkah baiknl,a saudaramu Bani l$ail lllra gg
manis-manis itu unurk kamu dan yang pahifpahit untuk mereka.
Tetapl tidak demikian, demi Allah yang diriku di angan-Nya,
sehhgga kamu menyerupai jalan hidupmu dengan jalan hidup
mereka setapak demi setapak.' Hakim berkata 'tni adalah hadits
sahih menurut syarat Syaikhaini, hanya saia mereka tidak meri-
wayatkannya' Pernyataan Hakim ini disehriui oleh dz-Dzahabi."
Pendapat ini memberi pengertian bahwa apa,raqg dinrrunkan
Allah kepada kaum muslim berbeda dengan apa yang dinrrun-
kan-Nya lepada Ahli Kiab. Iiarena iilta Ahli Kitab tidak memu-
tuskan perkara menurut apayang dimrunkan Allah mereka di-
anggap kafir, zalim, dan fasik; sedangkan jika kaum musUm ddak
memutuskan perkara menurut apa yang dinrrunkan Allah rnereka
ddak dianggap seperti itu.
Demikianlah, padahal sudah ddak diragukan lagi bahwa Allah
menurunkan kitab-Nya yang terbaik lepada kaum muslim, yang
membenarkan kitab-kitab sebelumnya selaligus menjadi banr
ujian, di samping ia sebagai kitab yang mu:iiz (xbagarmukiizatl,
yang terpelihara, yang tidak disentuh oleh kebatilan dari arah
mana pun.
Allah berfirman kepada Rasul-Nya:
"Dan Hah Kami turanlro,n kep&muN-Qu,an fuWarnfimrnDatw
kebenaran memfunrkan apa 1ry9 *fururya nitu kitabkitab
(fing ditut:ullrtut s&Iunryn) dn nanirrdf btu ujkn terln@
kitab-kitab ltang lain itu; malra putudranhh p€jttcan m€Jre/fu.menu-
rut ap yang diturunkan NIah dan jnganhh kamu nmgiktti l:avl,a
nalsu merelra dengan meninggalkan kefutaran yang tdal datang
kepadamu .... " (al-Ma'ldah: 48)
to25
3. Bahwa penyaiian kisah-kisatr Ahli Kitab di dalam Al{ur'an dan
penielasan mengenai keadaan mereka, hukum unuk kebaikan
mereka ataupun hukum atas kejelekan mereka, semua iu dlnak-
sudkan agar diiadikan pelajaran bagi kaum muslim, supaya dapat
mengambil lebaikan yang ada pada mereka dan menfauhi lebu-
rukan yang mereka lakul€n. Sebab, llka ddak deNniklan,
penyafian kisatr-kisah seperd tal ddak ada gunaq),a.
ranyataannya, seluruh ulama kaum muslim menfadlkan ayat-
alat khusus tentang Ahli Kitab i[r sebagai kesakstan keimanan
mereka, bahwa disaiikannya ayaa-ayat itu sEbagai petafaran dan
peringatan.
Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang keberaan menuiu-
kan khithab (dtah/pernyataan) lcpada ulama kaum muslim de-
ngan apa),ang diffrmankan lepada Bani Israll di dalam Al{ur'an
dalam ffrman elhh berikut
'Mengapa kamu suruh otanglain maryefia*an fuii*a6 darrg
kamu mdupakan did (k*njibnlnu srliliri @lnl bnu
memtua Nkitab (launt)? Mab, tidalful, *amu bryikir7 lcl-
Baqanh:44)
W,6ii3q,, { #( ;a*,$hdf
kanu brimn kep& xbagin
"... Arykah (taunt) Nkitab dan
infur terhadry xfugian yang lain? .... " (al-Baqamh: 851
tozg
I(eemlnt: Keccpakatun \Yaltbnp Bcrhukum dengnn ADa )lcng
IXtuunlanAfhh
Orang-orang yang mengatakan bahwa ayar-ayafi tersebut dtur-
runkan berkaian dengan Ahli Kitab, yahudi, dah ttasrani --1rainl
ahli Tauratdan Infil-- tidak bermaksud bahwa menghukum lmimu-
tuskan perkara) menurut apa yang dinrrunkan futan aahm f,t-
Our'_an itu ddak waiib bagi kaum muslim. Hd tud ddak pernatr rcr-
gambakan oleh seorang muslim biasa, apala$ oleh seorang faqth
gau mu{aslr terhadap Kitab Allah. Maka untuli apa Altah menurun-
kan-Kitab-ll)ra fika syariat dan hukum-hukum Jlang ditrandungura
ddak waJib dan mengikat?
- Demikian pula dengirn sebagian merekayanghendak mele,paslan
giri d"ri persoalan pengafran terhadap orang lain --hlngga mdngata-
S^ "p" yang dikatakannya-- tidak terdetak dalam han seorang pun
di antara mereka anggapan bahwa hukumyangditurunkan AMd Ur
tidak mengikat.
Iiarena ittr di antara mereka ada yang mengatakan, "A)rat itu dint-
runkan berkenaan dengan Ahli Kitab, tetapi merupakari kewaftban
bagi kita.'
yang menuniulckan hd itu talah pendapat
- Salah sanr argumentasi
Abu la'far ath-Thabari. Ia memilih pendapat yang mengaAkan
b1!wa ayat-ayat ini diturunkan berkenaan dengari orang-oraig kaffr
Ahli Kitab, tetapi pada aktrirnya diwaftbkan berhukum dengan apa
yang diturunkan Allah.
Abu fa'far berkata, 'Pendapat 1ang paling tepat menurut saya
ialah pendapat orang )rang mengatakan bafiwiayat-a]at ini diturun-
kryr Jnenggnai orang-orang kaffr Ahlt Kltab, menglngat rentean a)rat
sebelum dan sezudahnya. Maka terhadap merekalah ayarayat-tnr
dinrrunkan, dan merekalah yang dimaksudkan-Nya. eyat-a1rat ini
dalam rynqtan pemberiaan Entang mereka, matca tteOenOiannya
sebagai pemberiaan Entang mereka adalah lebth tepat
yang Maha Luas
-lika ada orangyang mengatakan batrwa Allah
sebuan-r,5a ttu telah menggenerallsasi semua orang yang ddak ber-
hul-coq dengan apa,,ang dinrrunlon-ltlya melalut pemberiAan inr,
maka bagaimana Anda menfadilonnla bersifat khGus?
fawabannya, bahwa dengan pembertaan itu Allah menggenerali-
sasi_kaum yang mengingkari hukum Allah yang dircaplan di dalam
Kitab-Nya. Sehingga Allah memberitakan tenang mereka bahwa di-
sebabkan sikap seperti itulah mereka menfadi Enr. Oemttrian puta
semua orang yang tidak mau berhukum dengan apa yang dinrrunkan
tu27'
Allah karena ia mengingkari hukum itu, maka dia telah kafu kepada
Allah sebagaimana fiang dikaakan Ibnu Abbas. Hal ini dikarenakan
keingkaran mereka terhadap hukum elah serclah mengetahuinya,
sama halnya dengan mengingkari nabi-Nya setelah mereka tahu
batrwa dia seorang nabi.'
Dengan penfelasan ini selesailah kercrangan orang-orang )rang
mengatakan keumuman a@-ayat tersebuL dengan membedakan
antafir bermacam-macam hakim beserta sikapnya. Inilah pendapat
yang saya kemukakan dan dikatakan pula oleh sedap omngalim ahli
atrqiiq latrli memutuskan perkara). Mereka tidak merrgaftrkan socara
mutlak kepada setiap orang yang menyimpang, melainkan mereka
rinci persoalannya.
rcza
pat dari Ibnu Abbas r.a., di antaranya ialah perkataan tleliau: "hufrwr
druru hufin (kekafuan di bawah kekafiran), zhulmwr iluwu zhulmin
(kezaliman di bawah lrczaliman) danfsqun iluww frsqin" (kefasikan di
bawah kefasikan). Di anaranya lagi ialah bahwa ketiga ayat tersebut
khusus unnrk kaum Yahudi, tidak ada satu pun unnrk orang lslam.
Diriwalatkan pula dari asy-Sya'bi bahwaayatpertama dan kedrn
(al-Ma'idah: 44 dan45) adalah unmk kaum Yahudi, s€dangkan ayat
ketig (al-Ma'idah: 47, adalattuntuk kaum Nasrani.638Inilah rindan
yang zahir $elas), namun hal ini tidak berarti meniadakan cakupan
ancanumn)ra lcepada setiap orang di antara kiayang bersikap seperti
mereka dan berpaling dari kitabnya (Al-Qur'an) seperti berpalingnya
mereka dari kitab-kitab mereka. Dan Al-Qur'an penuh dengan ung-
kapan yang dapat diterima oleh akal dalam memahami sesuatu yang
serupa dengan apa )rang diungkapkannya inr. Riwayat dari Hudzai-
fah dan Ibnu Abbas sebagaimana yang telah saya sebutkan di muka
juga diiadikan dalil dalam hd ini.
Konteks dua ayat yang pertama adalah mengenai orang Yahudi,
sedangkan a),at ketiga mengenai orang-orang Nashara, tidak lebih
dari ihr. Tetapi ungkapan yang digunakannya adalah umum, ddak
ada dalil )ang menunjukkan kekhususannya, dan tidak ada yang
menghalangi fika seseorang hendak mengatakan bahwa kekafiran
yang dimaksudkan dalam ayat pertama itu adalah kafir besar, demi-
kian fuga dengan dua ayat yang akhir, fika sikap berpalhg atau
keengganan berhukum dengan apa yang diurunkan Allah im timbul
dari sikap menganggap buruk rcrhadap hukum Allah, tidak mau tun-
duk kepadanya, dan mengutamakan (menganggap lebih utama) ke-
pada hukum yang lain. Persepsi seperti ini akan segera muncul de-
ngirn melihat konrcks ayatyang pertama dengan mengetahui saba-
bun-nuntl-nya, sebagaimana dapat Anda lihat dalam gambaran saya
terhadap makna lafal itu.
Kalau Anda mau merenungkan sedikit saila ayat-ayx tersebut
niscaya akan ampak titik rcrang mengenai ungkapan sif-atkafir dalam
ayat perama, sifat zalim pada ayat kedua, dan slfat fasik pada ayat
ketiga. Lafd-lafal itu datang dengan makna-makna aslln),a menurut
bahasa, sesuai dengan istilah para ulama.
to29
Dalam ayat perhma, topik pembicaraan berkisar mengenai Asyri'
(penurunan sJrariag dan penurunan kitab yang mengandung petun-
juk dan cahaya s€rta perintah terhadap para nabi dan ulama yang
biiaksana untuk mengamalkannya dan berhukum dengannya, juga
benuasiat untuk memeliharanya. Pembicaraan ini diaktriri dengan
penielasan bahwa setiap orang yang tidak mau berhukum (memu-
ilskan perkara) dengannya -karena memang ia tidak panrh kepada-
nya, karena benci terhadap petuniuk dan cahalzanya, atau karena
lebih mengutamakan yang lain-- berarti telah kafir terhadapnya. Hal
ini sudah sangat jelas, dan di dalamnya tidak t€rmasuk orang )rang
merasa sesuai berhukum dengannya atau orang yang tidak herhu-
kum dengemnya karena dia tidak mengerti kemudian dia bertobat
kepada Allah. Sebab orang seperti ini adalah orang yang berbuat
maksiat karena mengabaikan atau tidak berhukum dengirnnya, ),ang
ddam hal ini Ahli Sunnah menfauhkan diri untuk menyebutnya
kafr. Di samping'itu, konteks kalimat menunjukkan alaian yang
saya kemukakan di atas.
Pada ayat kedua, topik pembicaraan bukan mengenai prinsip
kitab yang merupakan rukun iman dan peneriemah ad-din, melain-
kan tentang hukuman terhadap orang-orang yang melampaui batas
terhadap jiwa atau anggota badan dengan adil dan seimbang. Maka
barangsiapa yang tidak berhukum dengannya berarti ia zalim di
dalam hukumnya, sebagaimana yang tampak secara zahir.
Sedangkan ayat ketiga memuat penielasan mengenai petuniuk
Injil, yang kebanyakan berisi nasihat, adab, dan aniuran menegak-
kan ryariat menurut cara yang sesuai dengan mal$ud pembuat sya-
riat dan hikmah-Nya, bukan menurut zatrlafal semata. Maka ba-
rangsiapa yang tidak berhukum (memutuskan perkara) dengan pe-
tuniuk ini -bagi mereka yang dikenai pembicaraan (firman) ini--
mereka adalah orang fasik karena telah melanggar dan keluar dari
batas-batas adab syariat.
Pada kenyataannya, banyak orang muslim yang membuat syariat
dan hukum sebagaimana yang dilakukan orang-orang sebelum
mereka, kemudian mereka tinggalkan sebagian hukum yang telah
Allah turunkan. Orang-orangyang meninggalkan hukum yang ditu-
runkan Allah di dalam Kitab-Nya, bukan karena kekeliruan penak-
wilan, melainkan karena meyakini kebenaran hukum yang tidak
menurut apa yang diturunkan Allah itu, male tepatlah bagi mereka
sinyalemen Allah dalam ketiga ayat tersebut atau sebagiannya,
masing-masing menurut keadaannya. Barangsiapa yang menolak
1030
melaksanakan hukum had mencuri, menuduh berzina, atau berzina,
tanpa tunduk kepadanya, karena menganggapnya jelek dan meng-
utamakan hukum-hukum buatan manusia, maka dia adatah kafir
secara qatht. Sedangkan orang yang tidak berhukum dengan apa
yang diturunkan Allah itu karena alasan lain, maka dia adalah zalim,
jika dalam hal ini terjadi pengabaian hak atau mengabaikan keadilan
dan persamaan. Jika tidak begitu, maka dia hanya fasik saia, sebab
lafal fasik lebih umum daripada lainnya. Maka setiap orang yang
kafir dan zalim adalah fasik, tidak sebaliknya. Dan hukum Allah
yang umum, mutlak, dan meliputi, sebagaimana yang terdapat dalam
nash dan lainnya, yang diketahui dengan jalan ijtihad dan istidlal
(mencari alasan dan indikasinya) adalah keadilan. Maka di mana
pun dijumpai keadilan, di sinrlah hukum Allah
-sebagaimana dika-
takan oleh seorang ahli.
Akan tetapi, apabila didapatkan nash png qarh'i tsubutdan dilalah-
nya (pasti/meyakinkan periwayatan dan petunjuknya) maka tidak
boleh berpaling kepada lainnya, kecuali fika bertentangan dengian
nash lain yang memerlukan pentariihan (penguatan salah satunya
dengan metode tertentu), seperti nash tentang menghilangkan ke-
sulitan dalam bab darurat."
Demikianlah pandangan Syekh Rasyld rahimahullah mengenai
masalah tidak menghukum dengan apa yang diturunkan Allah. Ke-
t€rangan beliau demikian jelas dan terang serta terperinci bagi orang
yang ingin mengetahuinya. Tentu saja, tidak boleh mengambil seba-
gian perkataan beliau terlepas dari sebagian yang lainnya, lantas
menuduh beliau gegabah, salah, dan kacau balau. Sebab tuduhan
semacam ini termasuk kezaliman terhadap mushlih (tokoh islah/per-
baikan) yang agung ini.
1031
Alasan palingielas mengenai hal ini ialatr pendapatbeliau tentang
ayat-ayatyang iircannrm dalam surat al-Ma'idatr. Attt-Thabari dan
tiinnvi --Setigaimana saya sebutlen sebelumnya-- meriwal'atkan
tentang penjelasan beliau (Ibnu Abbas) terhadap penggalan -ayat
'mereka-adalah orang-orang yang kafir', battwa yang dimaksrtd
adalah lekufuran 1ke[afiran) terhadap ketentuan hukum inr, bukan
seperti orang yang kafu kepada Allatr, malalkat-malaikat-N,'a, kitab-
kitab-ttya, dah rasul-rasul-Nya. Sebagaimana diriwayatkan pula $ari
beliau 6ahwa beliau membedakan antara orang )'ang mengingkari
hukum Allah dengan orang yang masih mengakuinya (tetapi ddak
melaksanakannyal. Orang yang pertama adalah kafir, sedangkan
-
yang kedua zalim dan fasik.
Ibnul Mundzir meriwayatkan dari beliau (Ibnu Abbas) bahwa
beliau menyangkal orang yang menganggap ayat-ayattersebut khu-
sus untuk ahli rcitab, dengan mengatakan, 'Paling utama kaum ada-
lah kalian. fika sesuatur itu manis maka untuk kalian, dan iika pahit
untuk Ahli Kitab." Seakan-akan berpendapat bahwa ketentuan
(ayat) tersebut untuk kaum muslim.63e
./,
l$i64\V61',33i Lrln e'{_,!r\ff5:(,y
69Ddnukil dari ad-Durrul-Mdntsur, karya as-Suyuthi.
1032
'tslt'rsg.jovLaiLirM
qK4i;s\fufi'Ap)ii;;*i;t'Fr'
@i,i;;<tt?,Ai*,ntdit
"kunguhryta lhmi telah menutunl<an kibbTaunt, di dalannn
a& ptunjuk hn calryayng menenntgi, mng&lan kitab itu di-
putuslcan prkan-prlran orang Yahudi oleh nabi-mbi yang
menpnlrhn dfui kepa& Nlah, oleh orangonng alim mercka &n
prde/a.-arlndeta nere*a, di*bbkan merrlrr- dipntahlran
firemelillr,lra kitab-kitab Nlal, dan mereka menjadi saki terha&p-
rya. Karun iat iangnt* kamu tahrt kep& manusia tetapi takut-
lah kep&-Kt. Dn lWulah kamu menukar antant-Kt dengwt
har$a t'ang dim WanOlaW grg ti&lc merrnfits&an menutut
apa grg dihrunhn NIah, maka merc*a dalah onngenngqg
kafir." (al-Ma'ldah: 44)
cr #Z i ;S i*X iire.;;i*i S H ;
@<,j*i'&,1{.lt'Kt$1
Dan hen&khh oruW-omg pngik t Injil metnrtu*an ptlan
menutut ap yng dittttukan Nlah di &lamrya krangpiap tidak
memutudran prlan menurut apa Wg ditutunkan Nhh, maka
mercf<a adalah onng{nng yang fask" (al-Ma'ldalr: 47}
to35
kan perkara meruut apa,ang dihrrunkan Allah di dalamnla itu tidak
sebatas apa yang dikemukakan oleh penggagias pendapat di atas
(yang menganggap perkataan "hukum" di sini hanya dalam menye-
lesaikan persengketaan; Penl J.
Andaikanlatt perkataan atau anggapan ini benar, dan perkaaan
"hukum' inr han;a berarti mengadili dan memuurskan perkara dalam
persengkeaan-persengkeaan, maka apakah para penguasa, lepda
negara, pemegang kekuasaan legislatif dan eksekutif telgpas $ari
tanggung iawib berhukum dengan apa )ang dinmnkan Allah? ndah
anggung jawab itu dipikul bersama (Jrakni penguasa atau ltepla
negua, badan lqislatif, dan sebagainy4 Penf .) sebagaimana dite-
tafl<an para muhaqqiq dari kalang;an ulama masa kini.
-
Al-Allamah Rasyid nidha berkata, 'Hukum tentang kafirnla hakim
yang memutuskan perkara dengan undang-undang (yang tidak me-
hurut apa yarrg diturunkan Allah) ittl iuga berlaku bagi para penguasa
leksekuti$ dan badan pembuat undang-undang flegislad$. Ihrena
lada kenyataannya kedua badan tnilatr yang bertan-ggung J"y"b
ienuh teitraaap undang-undang tersebut, sementara hakim-hakim
inr hanyalah badan yudikatif yang melaksanakan peradilan dengian
mengacu pada undang-undang yang bersangkutan.'
Demikian pulalatr yang dikatalan Syekh SSalnrt di dalam al-Fatmrya.
q;;:6jJi6#;eaWt
'Kemudian lhni jadil<an kamu benda di atas suatu syafiat (per'
atunn) dari urusan agama itu, malra ikutilah syaiat itt '..."(al'lat-
styah: 18)
to34
sebab ia tidak menyebut-nyebut akhlak kecuali dalam memuji Rasu-
lullah saw.:
XELIMA
saya percaya bahwa ddak ada seorang atim pun yang melarang
meryifati orang yang tidak memutuskan perkara menurut.apa )'ang
diturunkan atUh aengan identias kafu, karena ia menyifati yang
bersangkutan dengan apa yang disifatkan Allah di dalam Kitab-Nya
yang te;ang, sebagairnana Dia menyifatinya dengan zalim dan-fasik.
ivtatih orang yang berhenti (mengikuti) nash Al-Qur'an dan lafalnya
tidaklah ia tiitudutr salah atau menyimpang, dengan menafsirkan
lcekafran sesuai apa yang ditafsirkan Ibnu Abbas dan lainnya, yaihr
bukan kekafiran yang mengeluarkan pelakunya dari agama, tetapi
lcekafuan di bawah kekafiran, serta membedakan antara orangyang
.mengingkari hukum Allah dan yang mengakuinya (hanl,a Yia ia
tidaf menerapkannya), sebagaimana yang dibedakan oleh Turiuma-
nul Qur'an (penerjematr Al-Qur'an, yakni lbnu Abbas; Penf.) dan
para ulama ahli tahqiq.
1035
Dua Perkara Pentlng
Ada dua perkara pentingyang perlu diperhatikan oleh hakim (dan
para penguasa dalam segda bidangnya) dan bagi mahhum (orang
yang dihakimi, yang berperkara, yang terkait dengan persodan
hukum, rakyat). Kedua hal tersebut adalah:
l. Bahwa meyifati seseorang dengan zalim dan fasik itu bukan per-
kara kecil, yang nantinya segala urusannya akan dianggap remeh
dan hina. Bukan hanya kekafiran yang mengeluarkan pelakunya
dari agama saia )ang perlu ditakuti, tetapi kezalfunan dan kefasi-
kan itu pun termasuk sesuanr )ang sangat ditakuti oleh orang
muslim )rang punya perhatian besar tcrhadap agamanya, takut
dan khawatir tlhadap dirinya, dan mengharap bertemu Rabb-
nya. Allah berfirman:
'... Ingathlq kttukan Nhh ditinplan aB oqgoatgyngalim'
(Hud: I8)
'... dan NhL tidak manybi orurg{nng yang zalim.' (Alt Innn:
571
'... *snnguhnya Nlal, tidak menbi Ftuniuk k@ onn*
orang yng alim' (al-Ma'ldah: 5I )
'... dan Oarangldapa di antan *r,mu yang Drlbuart zalin nixan
lhmi rasahn Wnn azab pg bar.'(al-furqan: 19)
"... funguhnya orarryarang yang zalim tidak abn futurrhtng.'
ffttcuf:23)
'... Dan orurgprurg nng zalim iru kdak ahn marydahui ke tan'
pt mana flraueta ala n kqnbali.' (aslrSln'eraz 22Tl
'... bangphnya Nlal, tidak membi Ftunlu* k@ onng'
onng lang tasik'(al-Munallqun: 6)
"... Sr*lttruk-buntk pangilan ialah (parwilan) fadk seslt&h Dcr-
iman ....'lal-Hulurat: I I)
'... dan tiarni limpahn kep& orangonqg yang zalim snksaan
WW lrelrw Mtlan mere/ra dah, ffiurit fuik'(nl-A'nl: 165)
1036
diduga merelakan dirinya meniadi zalim dan fasik Dan hal inl
bukan berarti kezaliman sesaat dan kefasikan sehari, tatapikeza-
liman png konsan dan kefasikanlang kekal sekekal meng[rukum
dengan selain apa yang diturunlen Allah. IQrena i[r, Ieberadaan
hukum senncam ini merupakan kemunkaran seqtra meSakinkan
dan menurut iima' (kesepakatan ulama), serta mendiamkannya
(membiarkannya) juga merupakan lemunloran menurut kqa-
kinan dan ijma', sedangkan menentangnla dan memeranginya
merupakan leutaiiban menurut tqakinan dan iima'. l\{aka meniadi
h€as Ahlul-Hafli ual-'Aqdi --senncam lvfaielis/Daran Perunkilan--
untuk mengubahnya melalui jalur perundang-undangan. fika
tidak bisa, maka dengan kekuaan militer, aau dengan kekuaan
massa, tetapi dengan syarat ada lcemampuan dan ddak akan me-
nimbulkan fitnah serta kemunkaran yanglebih besar. trlaka pada
waktu itu dipilihlah mana yang kedaruraannl,a lebih kecil, dan
diterima numa yang mafsadatnya lebih ringan, dan bergantilah
jihad png wajib dari menggunakan tangan meniadi mengguna-
kan lisan, kemudian dari lisan beralih dengan had, dan yang
demikian ini merupakan peringkat iman yang paling lemah.
Imam Muslim meriwayatkan di dalam kitab sahihnya dari Ibnu
Mas'ud r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
"Tiafu wnng pun nabi yng diutusNlah keph statu wrnt *-
belumku melainlcan ia mempunyai teman-tennn dan salafut-
sahafut dad lrahngru umafrrya yang menganbil amnhnya en
mengihtti perintahrya Kemudian ryningal nretrJra a*an mun-
culpngganti-pngutti yng mengatfun apayng tidal< merr*a
kerjalcan, dan mengerjahn apa Wrg tidak diprinblrkan kWh
merelra. hnngsiary WU memenngi mereJra daryan tangn rya,
mah dia adalah mulonin; bnnSsiap yang memerutgt mereb
dengan li*nnya, mal<a dia adalah muhnin; Mrarzgsiap tang
men enngl merckadenganhatirya, makadiaadahl, muknin Dan
jilra uplta terakhir ini pun tid* ada malra tidak da W inlan di
hatinn medripun harya *Drunt biji awi."
to37
I
UMAR BIN ABDUL AZIZ TIDAK
MENGERTI POLITIK?
Pertanyaan:
Kami membaca buku-buku tariktr (serarah), bulqr-buku pendltik-
an Islam dan lainnya, semuanya menyatakan ballrya Umar 6ln amut
Azlz,khalifah bani Umalyah, adalah rcrmasuk pemirnptn pemerin-
tahan Islam yang sangat adil, utama, mengerti fiqih, dan bagus poli-
tiknya, sehhgga disifati sebagai 'khalifah yang lurus,, ilan btetr
kebanyakan ahli tarikh serta ulama ia dianggap seUagai "Khulafa ar-
Rasyidin yang kelima'.
Akan t€tapi, kami dikejutlen oleh tulisan seorang penulis sekuler
y-ang somlong dan tertipu, yang menulis di suatu malalah yang sarat
dengan tulisan yang memusuhi Islam dan dakrrah Ishm. fiia menye-
Fqg Uqg bin AMul taiz denganserangan yang belum pernah dila-
\yt f, oleh seorang pun menurut pengetatriran-kami. pbnuts yang
dimaksud ialah Husen Ahmad Amin.
. Hingga kinilami belum tahu atas dorongan siapa dia menghitam-
kan lembaran{embaran ini, dan siapa pula yang-mengiambil keun-
fingan di balik pencorengan dan pemuarbalikan-warisan peradaban
serta serarah kita ini.
Penulis yang sombong dan ceroboh ini berkata:
. 'l:ldak saqf prrn dart khalifah-khalifall bani Umalryatr )rang men-
dapatkan pentlaian sedemikian ttnggi oleh orang-orang taicwa-selain
Umar bin Abdul ltzu, yang karena kebodohannya ter-iradap urusan
politik telah menjadi saham bagi kehanorran dan kejatuhan Daulah
Bani Unnlyah dan berpindahnp kekuasaan dari tangan bangsa Arab
ke tangan bangsa Pg1si2."6'o
Sementara itu dalam edisi yang lain --edisi t7-4-t414 Hfig-t-
1984 M-- mafalah tersebut menghujat para fuqaha dan ahli tarikh,
kemudian menuduh mereka telah bersekongkol untuk memutarba-
likkan sejarah, sehingga menimbulkan pemanaangan yang "roman-
tis" --menurut istilah yang dibuatnya-- bag manusia. Menurutnya,
kaum muslim t€minabobokan melihat Khdifah Umar bin Abdul ALiz
1008
sebagai khalifah yang agung. Selain itu, sang penulis ..n ou,
khdifah bahwa politik keuangan dan membawa
kehancuran bagi negara (daulah). I*bih laniut dia menyatakan:
"I(aum muslim berkomat-kamit mulutnya karena meftNa kagum
akan sikap Umar bin Abdul lww terhadap gubernurnya di Himsh
yang menulis surat kepadanya: 'Sesungguhnya kota Himsh tclah
roboh bentengrya, maka saya memerlukan izin Amirul Mukminin
unhrk memperbaikinya.' Kemudian Umar menjawab, 'Amma ba'du,
bentengilah dia dengan keadilan.'"
Sang penulis yang membebani diri di luar kemampuannya ini
mengomentari jawaban tersebut dengan mengatakan:
"fawaban ini --meskipun bermuatan balaghah yang disukai
banglsa Arab-- merupakan ancaman terhadap parlemen ddam sistem
demokrasi."
liami berharap Ustadz berkenan menielaskan pandangan Umar
bin Abdul Aziz yang xbenamya. Dan apakah ilduhan yang dilemu-
kakan penulis itu ada dasar atau alasanyangdapatdijadikan acuan?
Mudah-mudahan Allah memberikan pertolongan l@pada Ustadz
untuk menjawab arogansi terhadap salah seorang lambang umat ini.
Semoga Allah memberikan balasan yang sebaik-baiknya kepada
Ustadz.
Jaanban:
Saya telah membaca apa yang dinrlis oleh penulis tersebut tenang
Umar bin Abdul Aziz, tantau,;tg salaf ash-shalih, dan tentang syariat
Islam. Saya sendiri tidak mengerti bagairnana orirng seperti ini dito-
lerir untuk menohok ke sana ke mari, sikut sana sikut sini, ngomong
begini dan ngomong begitu seenaknya tanpa ada seorang pun yang
menolaknya?
lo39
keluarga pemegang kendali pemerintatran bani UmalSrah yangnrlen.
Aphnya adalah AMul Adzbnl[atwan, dan pamannfta adalah Abdul
kedu daulah bani Umaylrah. Dan putra-
Malik bin Marwan, pendiri
putra bibinya adalatr khalifah-khalifah al-walid, Hisyam, <[an
Sulaiman, yang juga berhubungan perbesanan dengannya, karena
Fatimah, istrinya, adalah putri Abdul Malik, png oleh seorang
pujangga pemah disinyalir dengan perkataannya;
"Putri seorang khalifah,
dan suaminya seorang khalifah
Saudara khalifah,
dan datuknya juga seorang khdifah.'
Ayahnfa meniabat sebagai Gubernur Mesir, png meliputi wilafh
keamiran Madinah dan Mesir.
Dengian beStu, sangat tidak logis apabila orangyaqg dibesarkan
dalam lingkungan keluarga seperti itu dan bergelut dengan berbagai
jabatan --hingga dikukuhkan untuk memegang fabaan teringgi,
yakni khalifah-- tidak mengerti polidk dan pemerintahan. Selain itu,
juga tidaklah masuk altal ,ika keberagamaan sefta komifinennya
pada keadilan dan ketakrraan menjadi sebab terhalangnya dia memi-
liki kecakapan politik yang representatif.
Menurut ijma', seluruh umat sepakat bahwa setelah I(hulafa ar-
Rasyidin tidak ada khalifah yang sebaik Umar bin AMul Aziz,l<arena
ihr mereka menyebutnya dengian Khulafa ar-Rasyidin kelima. Se-
hingga ketika golongan Abbasiyah dan para pengikutnya mcmbong-
kar kuburan-kuburan bani Umalyah (penguasa bani Umagrah) --
pada saat Abbasiyah baru merebut tampuk kekuasaan-- ddak se-
orang pun di antara mereka yang berpikir untuk menggali kubur
Umar bin l$dul luiz.
Sejarah menuturkan bahwa Umar adalah seorang politisi dan
administrator kelas satu.
Baiklah saya kemukakan beberapa peristiwa yang menuniukkan
kearifan dan keb{akan politiknya, keandalan sistem pemerintahan-
nya, dan kebagusan pemahamannya terhadap urusan keduniaan dan
keagamaan sekaligus.
Para atrli tarikh meriwayatkan dari Umar bin Abdul lu;izbahwa
putranya yang bernama Abdul Malik pada suatu hari bertanya ke-
padanya, "Mengapa Ayahanda tidak melaksanakan urusan-urusan
itu? Demi Allah, saya tidak peduli, meskipun periuk-periuk akan
1040
mendidih karena aku dan engkau dalam membela kebenaran."
Pemuda yang takwa dan pemberani itu menghelffii agar ayah-
nya -yang t€lah dianglrat Allah menjadi Amirul Mukminin- menye-
lesaikan segala kezaliman dan kerusakan secepatnya dan sekaligus,
tanpa ditunda-tunda dan diiadikan bertahap, biar apa pun yang ter-
iadi. Tetapi apakah jawaban sang ayah yang saleh, khalifah yang
lurus, dan ahli fiqih yang mujtahid itu?
Umar meniawab, "Wahai Anakku, janganlah engkau tergesa-
gesa! Sesungguhnya Allah telah mencela khamar lewat Al-Qur'an
sebanyak dua kali, dan mengharamkannya pada kali yang ketiga.
fika aku memalsakan kebenaran kepada manusia dengan sekaligus,
aku khawatir mereka akan menolaknya sekaligus pula, sehingga hal
ini menjadi fitnah."641
uaksud ldtalifah yang lurus itu ialah agar semrra diselesaikan
secara b[al$ana dan bertahap, dengan mengambil penrniuk lcepada
metode Allah Ta'ala dalam mengharamkan khamar kepada hamba-
hamba-Nya. Cobalah Anda perhatikan alasannya yang bagus dan
jitu, yang menuniukkan kedalaman pemahaman politik syar'iyah-
nla: "fila memaksakan kebenaran kepada manusia dengan sekali-
gus, aku takut mereka akan menolaknya deng;an sekaligus pula, se-
hingga hal itu akan menjadi fitnatt."
Maimun bin Mahran meriwayatlan darinya, dia berkata, 'Aku
menginginkan sesuatu dari urusan umum -)ang berhubungan de-
ngan urusan masyarakat-- tetapi aku takut had mereka ddak dapat
menangguqgnya, lalu aku keluarkan bersamanya sntu keinginan
dari keinginan-leinginan dunia. Ihlau hati mereka men$ngkari
yang ini, merels akan menerima )rang ini."{2
Maksudnya, janganlah dia mengeluarkan suatu ketetapan/ins-
truksi yang bersentuhan dengan persoalan masyarakat yang dipan-
dangnya benar, yang berisi tugas dan pembebanan, melainkan diser-
tai pula dengan peranrran/instnrksi yang mengandung kemasla-
hatan unnrk keduniaan mereka; jika mereka mengingkari (merasa
keberatan) terhadap Jang satu, maka mereka diharapkan merasa
senang dengan ),ang satun),a. Demikianlah cara menetapkan l(ebiial(an
yang dilakukan orang-orang arif dalam politik hingga saat ini.
todl
Pada kesempatan lain, anaknya yang beriman itu menghadap ke-
padanp dengan semangat yang menyala-nyala, memarahinya, dan
mencelanya sambil berkata:
'wahii Amirut Mukminin, apa )ang akan engleu katakan k€pada
Tuhanmu nanti fika Dia bertanya kepadamu, 'Engkau fihat btd]att
t€tapi tidak engltau tnatikan, atau engkau lihat Sunnahtftapi tidak
engftau hidupkanZt'' Maka sang ayah meniarYab, "Mudah-mudahan
AIEh meratunadmu dan membalasmu sebagai anakyatrybailc wahai
Anakku, sesungguhnya kamu mengikat perkara ini seikat demi se-
ikat, sesimpul demi sesimpul. fika engkau demikian menggebu-gebu
untuk melepaskan apa yang ada di tangan mereka, aku takut mereka
-menimbulkan
menentanglo d*gan banyak pernrmpahan darah.
Demi Allah, lenyafnya dunia ini lebih ringan bagiku daripada di-
nmpahlonnya darah seseorang guaflara aku. Apalcah engftau^ddak
sening jika iiaat Aatang kepada aphmu ini suatu hari dari hari-hari
dunia, fcecrnli ia mematikan suatu bid'ah dan menghidupkan srurnt
Sunnah pada hari ita?'64t
Dengan pandangan yang tepat dan mendalam inilah Umar meng-
atur dan mbngendalikan segala urusan, dan dengan metode tadrtii
(bertahapl aan fgrs ini dia menyelesaikan semul urusan yang sulit
dhn rumit, serta dengian logikanya yang kuat dan tenang dia mene-
nangkan anaknya yang lurus dan penuh sennngat. Apakah seo_rang
politisi yangbiiaksana sepefti ini disifati sebagai orangyangiahil ter-
hadap urusan politik?
sdsungguhnya tidak ada orang yang berkata demtkian lccuali
orang yang ddhk mengerti politik aau kehidupan. Yang berkata
demikiin hanyalah orang yang ceroboh yang zuka melontarkan dak-
waan-dals raan yang bermacam-maglm dan membahayakan, tanpa
didasarkan pada argumentasi yang akurat.
Adapun apa yang dikemukakan Umar mengenai pagar kota ['radi-
nah dan perkataannya terhadap wali negerinya, "Bentengilah ia de-
ngan keaditan dan bersihkanlah lalan-falannya dari kezaliman," dan
anggapan sang penulis yang soh pintar bahwa
hd inr ter-
jadi-di negara demokrasi sudah barang t€ntu meniadi wewerumg par-
iemen untuk memutuskannya, maka anggapan atau pendapat itu
menunfukkan bahwa kemungkinan sang penulis bodoh dan ddak
memahami masalah yang demikian terang seperti cahala matahari
tM2
ini. Atau mungkin dia mengerti t€tapi memutarbdil*an ucapan dari
hal sebenarnya karena mengikuti hawa nafsunya.
Dengan perkataannya yang simpel dan penuh hilsnah inr Umar
hendak menunjukkan tentang suahr hakikat kemasyarakatan yang
besar, yainr batlwa meskipun kota-kota dilindungi oleh pagar-pagar
dalam bentuk bangunan tingg dan besar (tembok, Wgar" benteng,
dan sebagainya; Penf.), tetapi pada hakikatnya yang melindungi
serta memagarinya ialah penduduknya. Dalam hal ini, mereka tiihk
akan melakukan perlindungan kecudi fika memiliki keyakinan
batrwa kebaikan kota itu adalah untuk mereka dan anak cucu mereka,
agar mereka dapathidup aman dan t€nter.rm di dahmnya. |ika mereka
merasa ada sekelompok orangyang memakan kurma dan memberi-
kan biiinya kepada mereka, memakan daging dan meninggalkan
tutang-utartgtr1la unnrk mereka, atau mereka merasa takut hidup di
dalamnla, terancam ekonominya, harga dirinya, dan kehormaan-
nya, maka besar lemungkinannya mereka akan merasa keberatan
melakukan pembelaan rcrhadap kota tersebut. Maka dalam kondisi
seperti ini pihak musuh akan sangat mudah menguasafurya, karena
tanpa adanya perlawanan dari penduduk setempat.
Oleh sebab itu, Umar berpesan lapada wdi koa int dengan se-
suatu yang dilupakan oleh banyak penguasa (wali/gubernur), yaitu
menegialtkan k€adilan dan memerangi kezaliman, yang menjadlkan
manusia mencintai anah air, kota, dan lehiduparuya, serta menia-
dikan mereka bergantung kepadanya dan rela membelanya dengan
jiwa dan trartanya. Deng;an demikian, pagar kota yuU terkuat sebe-
narn}ra pagar,ang berupa manusiia, bukan yang berupa batu.
Hd ini diperkuat oleh riwayat bahwa wali Madinatt menghendaki
Umar menyisihkan dana untuk merehabiliasi pagw-pgg hata
Madinah sebagaimana yang diriwayatlen oleh al-uafizh as-Suyuthi
di ddam Tarihhul-Khubfa'.cAa Dan Umar memang termasuk orang
)rang sangat genur menginfal*an harta. Maka anggaran militer yang
selama im banyak menelan dana -khususnya di sisi para penguasa
yang ambisius dan pandtna-pangtimanya-- diarahkannya lepada
aspek-aspek sosial unnrk menutup kedmpangan dan memenuhi ke-
butuhan setiap orang yang memerlukannya.
Putra Abdul Azizintbeul-befil percaya bahwa keadilan merupa-
kan tiang nqlara, sandaran pemerintahan, hukum, dan peniaga ke-
@4tru..hlm.216.
t04.3
kuasaan, bukan kesewenang-wenangan dan kekuatan materi seba-
gaimana png diterapkan oleh para penguasa bani Umalryah pada
masa sebelum Umar. Para penguasa,rang menganggap kesewanang-
wenangan dan marcri sebagai satu-sanrnya dat unnrk memelihara
kelestarian lekuasaan sebenarnyra lupa akan suafir hal pendng:
batrwa kezaliman tidak akan meniadlkan lekal kekuasaannya dan
bahwa orang-oftmg yang dianiaya atau dizalimi suau saat pasti
akan bergerak dan menggoyangkan kekuasaan mereka
IGrena ihr jawaban Umar terhadap para wali negeri (kda) --yang
menjalankan pemerinahannya dengan mengikuti ierak langtah
leiam- paAa namamya
orang-orang sebelumnya yang keras dan
merupakan penolakan, pengingkaran, dan hardikan terttadap mereka.
Imam Suyuthi mengutip di ddam kitab rarikhul-Khubfa' apayang
diriwayatlan oleh Ibnu Asakir dari as-Sa'ib: "Al-farah Ibnu Abdillalt
menulis surat kepada Umar bln Abdul AzD: 'sezungguhnya pendu-
duk Khurasan adalah kaum yang sukar diatur, dan tidak ada yang
dapat memperbaiki mereka lecuali pedang dan cemeti. Ihlau Amirul
Mukminin mengizinkan saya untuk melakukan hal ini, niscaya akan
saya lakukan.' lalu Umar membalas suratnya: 'Amma Ba'du,
suratmu telah sampai kepadaku yang menginformasikan batma pen-
duduk l(hurasan sukar dianr, dan ddak ada yang dapat memper-
baiki mereka lecudi pedang dan cemeti, maka sesungguhnya eng-
kau telah berdusta, karena justru yang dapat memperbaiki mereka
adalah keadilan dan kebenaran. oleh karena itu terapkanlah hal ittl
pada mereka. Wassalam.' "645
Fakta-falda itu menunfukkan batrwa falsafah Uinar mengenal
pemerintahan/hukum lebih tepat daripada falsafah penguasa sebe-
lumnya )rang seryerumg-wenang, dan politiknya telah menghasilkan
buatr tanpa menyimpang dari hukum-hukum dan batas-batas sJnriat
Yahya al-Ghassani, salah seorang gubemurnya, berkata,'setelah
Umar bin Abdul Aziz mengangkat saya meniadi wali (gubernur) di
Mosul, saya datang ke sana, ternyata saya dapati tempat inr sebagai
salah satu negeri yang paling banyak teriadi pencurian dan penipuan.
lalu saya menulis surat kepadanya memberiahukan kondisi negeri
dan menanyakan: 'Apakah saya hukum orang berdasarkan persang-
kaan (dalam kasus perdatal dan saya pukul merelca berdasarkan
tuduhan (ddam kasus pidana), ataukah saya hukum mereka (ddam
&Snia",b[m.225.
tM4
kasus perdata maupun pidana) berdasarkan alat-alat bukti dan apa
yang berlaku menurut Sunnah?' Lalu beliau membalas surat saya
yang isinya: 'Hukumlah manusia berdasarkan alat bukti dan apa
yang berlaku menurut Sunnah, karena apabila mereka tidak dapat
diperbaiki dengan kebenaran maka Allah tidak memperbaiki mereka.'
Yahya berkata, 'Lalu saya laksanakan hal itu, maka tidaklah saya
keluar dari Mosul sehingga menjadi propinsi terbaik dan memiliki
kasus pencurian dan penipuan paling sedikit.''646
Selain itu, di antara siasat (politik)-nyayangbagus ialah memberi
nafkah (gaji) yang mencukupi kepada pegawai-pegawainya, ada
yang per bulannya digaji seratus dinar dan ada pula yang dua ratus
dinar. Alasannya, apabila para pegawai dan pejabatnya itu cukup
ekonominya, maka mereka akan dapat bekeria secara optimal untuk
kepentingan kaum muslim.
Pada suatu hari ia iuga pernah ditanya, "Alangkah baiknya kalau
Anda beri nafkah (gaji) kepada keluarga Anda seperti yang Anda
berikan kepada pegawai-pegawai Anda." Dia menjawab, 'Saya tidak
mau mengurangi hak mereka, dan tidak mau memberikan hak orang
lain kepada mereka."eT
fuga di antara kebijakan politik ekonominya ialah apa yang diri-
wayatkan oleh Abu Ubaid di dalam kitab al-Amwal bahwa Umar bin
Abdul Aziz pernah menulis surat kepada Gubemur lrak, Abdul Hamid
bin Abdur Rahman, yang berbunyi: "Keluarkanlah dana bantuan
untuk rakyat." Lalu Abdul Hamid membalas, "Sudah saya keluarkan
bantuan untuk mereka, dan di baitulmal masih ada sisa harta.' Idu
Umar menjawab, "Perhatikanlah semua orang yang berutang, bukan
karena dungu dan bukan karena israf, lantas lunasilah utangnya."
Abdul Hamid menjawab, "Sudah saya lunasi utang mereka, dan di
baitulmal kaum muslim masih ada sisa dana." Umar membalasnya,
"Perhatikan setiap orang yang masih lajang dan tidak punya uang,
kalau ia mau kawinkanlah dan berilah uang untuk membayar
maharnya." Abdul Hamid meniawab, "Sudah saya kawinkan setiap
orang lajang yang saya temui (dan mau saya kawinkan), tetapi di
baitulmal masih ada uang." Lalu Umar bertitah, "Perhatikanlah
orang-orang yang punya kewajiban membayar i@ah dan tidak
mampu mengolah tanahnya, maka bantulah mereka yang sekiranya
to45
dapat meniadikannya mampu mengolah tanahnya, karena kia ddak
mCngfuEinl€n mereka unhrk satu dan dua ahun sai4'6$
Di sini tampakbatrwa polidk ekonominya tidakhanya menekan-
kan pemeraaan distrlbusi semata-mata, melainkan iup memper_ha-
tikan perlcembangar produlcivias. Ihrena i$ Umar memberikan
pengratran kseada gubernurnya unhrk mernberikan banunn pefta-
irian tapaAa Fmtlik-tanah sehingga mereka dapat mcngplah lahan
pertaniannya yang merupakan penghasil utama kebuuhan pokok
manusia.
Di anara lebiiakan politiknya yang bagus lagi ialatt dia melarang
mencela keluarga rumah tanggplkerltrunan Rasul (Ahlul Bait), dan
dipalingkannyamanusia dari membicarakan Rtnah-fftnah masa lalu
ini dengan memberinya tugas dan kesibukan derrpn menekankan
intensifikasi lceria. Dan ketika Umar dianya mengenai p€Perutgan
yang pernah terradi di antara sesama satrabat, dla menfawabnya de-
hgan perkataanhya yang terkenal, "Itu merupakan peristiwa berda-
ratr yang Allah.tclah melnbersihkan tangan-tangan kita darinya,
larena inr hendaldah kita pun membersihlen lisan kita darinya.'
Ifttah Umar bin Abdul tanzdenganlangl€h-langloh politik dan
pemerinahannya yang biiaksana, tajam pandangannya, luas cakra-
walanya, selalu memperhatikan setiap peristiwa dan menjaganya,
mempertimbangkan akibat-akibatnya, menyelesaikan semua per-
soalan dengan cara bertatrap, dan setiap keadaan dicermati dan dibe-
rinya kebifakan yang sesuai un$knya.
-Polidk
pemerintahannya yang biiaksana dan peng;ambilan lang-
kah-langkahnya nrg cerdas ini telah membuatrkan hasil berupa ke-
malsnuran, keamanan, dan kestabilan dalam semua sektor. Hal ini
dirasalen'oleh seluruh rakyatnya. Tidak ada yang menuniukkan
bibit yang unggut selain buah yang bagus.
Sebagian orang menggambarkan bahwa pemerintahan ylng baik
adalah menggiring manusia (rakyat) dengan tongkat kekerasan,
wibawa lcekuasaan dengan pedang ancaman, dan me-
menfarakan orang-orang yang baik dengan menuduhnya berbuat
makar
-sehingga orang-orangberbisik "setamatlah Sa'ad, sesung-
guhnya Su'aid telah binasa". Padahal, cara seperti ini merupakan tin-
dakan kesewenang-wenangan.
Apabila mereka mempunyai gambaran demikian, maka kita dapat
ilEAl-A-*ol, karya Abu Ubaid dengan tahqiq oleh Hiras, hlm. 357-358.
104.6
mengatakan kepada mereka dengan apa yang dikatakan oleh seja-
rah: "Sesungguhnya sebuah kata mutiara Umar bin Khattab lebih
berwibawa di sisi manusia daripada pedang Hajjaj."
Adapun bekas-bekas (kesan-kesan) kekhalifahan Umar bin
Abdul Aziz dalam bidang politik pemerintahan, ekonomi, dan ke-
amanan baik di dalam negeri maupun popularitasnya di luar --juga
mengenai penyebaran Islam-- sangat masyhur dan tidak dapat di-
sebutkan saru per satu. Dalam kesempatan ini cukuplah saya kemu-
kakan suatu bukti yang diberitakan dalam sumber-sumber akurat
yang terjadi pada masa pemerintahannya.
Imam Baihaqi meriwayatkan dalam ad-Dalail dari Umar bin Usaid
--lbnu Abdir Rahman bin Zaidbin Khattab-- ia berkata, "Umar bin
Abdul Aziz menjadi penguasa (khalifah) hanya selama tiga puluh
enam bulan. Tetapi, demi Allah, tiadalah Umar meninggal dunia se-
hingga ada seseorang datang kepada kami dengan membawa harta
yang banyak, lalu ia berkata, 'Gunakanlah harta ini untuk membantu
orang-orang fakir yang Anda ketahui.' Orang itu t€rus sala menyo-
dorkannya sampai akhirnya ia membawa pulang kembali hartanya
itu. Ia berusaha mencari-cari orang miskin yang layak menerima har-
tanya itu, tetapi tidak dijumpainya. Maka ia membawa pulang kem-
bali hartanya dengan utuh, karena Umar sudah berhasil menjadikan
rakyatnya berkecukupan. "
Sesudah meriwayatkan khabar ini, Imam Baihaqi berkata, 'Khabar
ini membuktikan kebenaran apayang kami riwayatkan dalam hadits
Adi bin Hatim r.a."64e
Yahya bin Sa'id berkata, "Umar bin Abdul Aziz pernah menugas-
kan saya mengurus sedekah di Afrika. Maka saya mencari orang-
orang fakir untuk saya beri sedekah (zakat) itu, tetapi tidak kami
jumpai seorang fakir pun, dan tidak kami jumpai orang yang mau
menerima zaY,at itu, karena Umar telah berhasil meniadikan mereka
berkecukupan.'6rc
Adapun peristiwa yang dijadikan acuan oleh sang penulis untuk
menuduh pemerintahan Umar bin Abdul Aziztacau balau, dan di-
pandangnya cukup sebagai alasan untuk mengajukan khalifah yang
lurus ini ke pengadilan dengan tuduhan telah merobohkan daulah,
to47
maka sesungguhnya sang penulis --dengan sangat disayangkan--
tidak memahami makna peristiwa itu dan tidak mengerti hakikat
tuiuannya.
Dengan demikian, tidaklah mengherankan jika para ulama umat
dari kalangan fuqaha (ahli fiqih), mutakallimin (ahli ilmu kalam),
muhadditsin (ahli hadits), ahli tasawuf, dan ahli sejarah sepakatatas
keutamaan Umar bin Abdul ?uiz, dan mereka berikan kedudukan
yang cemerlang dalam sejarah Islam dan biografi para tokoh perbaik-
an (muslihin).
Demikian pula kesimpulan mereka terhadap hadits berikut:
WiJLGldEie4&i^61
.(j3"q\;?rerla
"Sesungguhnln Nlah pda permulaan *tiap *ntus tahun (sr,tu
abad) membangkitkan untuk umat ini onng Wng memperfurui
kemfuli agamanya."
651 Lihat, Faidhul-Qaiir Syarah al.Jami' ash-Shaghir, karya al-Munawi, juz I , hlm. I I .
1048
mata membangun tembok-t€mbok dan benteng-benteng. Akan tetapi,
sebelum segala sesuanrnya ia harus dilindungi dan dibentengr de-
ngan menegakkan keadilan pada diri manusianya dan memberikan
hak kepada setiap yang berhak, serta memerangi kebatilan dan
mengembalikannya kepada yang berhak. Inilah yang meniadikan
putra-pufia negeri itu sebagai benteng yang hakiki untuk menjaga-
nya, dan menfadikan mereka sebagai baju besi untuk melindungi-
nya.
Sebaliknya, jika keadilan telah hilang, maka tembok semata-
mata tidak akan dapat melindunginya, dan warganya tidak akan
menghiraukan kejatuhannya sebagaimana yang diceritakan oleh se-
jarah jahiliah tentang Antarah al-Abbasi yang berdiri melihat kabi-
lahnya jatuh di hadapan matanya. Ia tidak berusaha menggerakkan
orang yang diam sekalipun, karena ia merasa telah dianiaya dan
dianggap sebagai budak penggembala unta oleh mereka. Xarena itu,
ketika ayahnya meminta dia untuk ikut berperang bersama-sama
dengan kaumnya, dia menjawab, "Tidak baik seorang budak mela-
kukan peperangan, yang baik bagtnya adalah memerah susu dan
berteriak-teriak."
Sedangkan jawaban Umar --kalau orang merasakan makna kata
dan tujuannya-- tidak bermaksud mengabaikan pemagaran kota dan
pembentengan serta penjagaan negara, tetapi beliau cuma hendak
mengingatkan mereka tentang apa yang mereka lupakan. Tiap-tiap
persoalan memiliki perkataannya sendiri-sendiri.
Yang sangat mengherankan, bahwa sang penulis yang membidik-
kan panah kecaman dan pengingkarannya kepada Umar bin Abdul
Aziz itu malah memuji-muji dan menyanjung Haijai bin Yusuf ats-
Tsaqafi, seorang tiran (gubernur yang zalim) dari kalangan bani
Umayyah.
Sang penulis berkata, "Telah terbentuk gambaran yang sangat
buruk yang sukar diubah mengenai Hajjaj bin Yusuf hanya karena
semata-mata kekerasannya dalam menumpas orang-orang yang me-
nentang pemerintah. Padahal para sejarawan Eropa memberikan ke-
saksian bahwa dia adalah salah seorang pembesar ahli pemerintahan
dalam sejarah dunia."
Dengan perkataannya ini penulis mengungkapkan kepada kita
tentang pengaruh-pengaruh yang mengarahkan pola pikirnya dan
membentuk opininya, yaitu "apa yang dikatakan orang-orang Eropa
dan para orientalis". Apabila mereka yang memberikan kesaksian
untuk Haijaj, kita buang sajalah ke pagar kesaksian para ahli tarikh,
to49
para fuqaha, dan fumhur utama.
Anehnya la$, hd lni dtlatakan oleh orangyanghendak menggi-
ring Umar bin Abudl AAz k, ddam sangkar tuduhan atas ffrna
demokrasi. Dt manakah letak demokrasinya dndakan-dndakan Har-
jaj, yang menahan dan memenfarakan orang han;ra seinata-mata
berdasarkan ttrduhan, membunuh orang dengan alasan yang sillar-
sarmlr, dan tidak segan-segan menumpi hkan daratr dan menganiaya
orang-orang yang ak bersalatr, sebagai cara untrrk memanapkan
dan menguatkan kekuasaan bani Uma5yah, sehlngga orang-orang
mengaakan, 'sesungguhnya dta Gtafial) rclah menlndas dan meng-
hinadinakan bang$ Arab, lalu dla merentangkan rdan bad keme-
nangan bangsa Persia dan unsur-unsur asing lainnya."
Alasan yang dikemulcalen sang penults -1,iang 'demokratis"--
untuk membenarkan kezaliman dan kebenglgan Haffaj sama dengan
alasan yang dikemukakan oleh para diktatof yang zalim dan sewe-
nang-wenang pada sedap utman. Maka betapa banyak pada zaman
kita ini orang-orang ak bersalah yang dtjebloskan ke ddam peniara,
beapa banyak syuhada berguguran, beapa banyak darah ditumpah-
kan, kehormatan dirusak, harta dirampas, keluarga dijadikan beran-
takan, kulit dikelupas dengan cambuk, nrbuh dirobek-robek dengan
penyiksaan, kota-koa dihancurkan, anak-anak menjadi terluna-
lunta kehilangan ayah-bundanya, dan anak-anak gadts dipedaku-
kan di luar baas kemanuslaan dt dalam pen ara para diktator ....
Semua itu dilakukan dengan alasan unfik meng;amankan ffryara
dan menumpas para pembelot.
Lihatlah sang penulis yang mengarElet dlrtryra sebagai advokat
pembela kebengisan para fuan. Bagaimana kata-katanya mengung-
kapkan apa yang ada dalam hatinya. Orang seperti Abdullah Ibnu
Zuber ash-Shahabi652 yang alim, penunggang kuda yang piawai,
mufahid, salah seorang Abadilah (Abdullah) yang empat,ffi yang
dibai'at sebagai khdifah dan dipanggil deng;an Amirul Mukminin
1050
selama sembilan tahun, dan hampir urusan (kekhalifahan) terus ber-
langsung untuknya andaikaa Allah tidak menakdirkan lain; demi-
kian puh orang-orang yang bersamanya oleh sang penulis disebut
'pembelot". Demikian pula Sa'id bin fuber dan para fugaha lafngVa
yang bersama-sama Ibnul Asy'ats memberontak melawan krbe-
hgon Haiiaj dan yang sejenisnya oleh sang penulis ipga disebut
sebagai pembelot.
Sesungguhnya sang penulis --di luar wewenangnya-- telah
mengangkat dirinya sebagai penyidik terhadap lawan-lawan dan
penentang Hajjaj. Dia mengingatkan kita kgpada_ penytdik-penyidik
hari ini yang kita lihat di anhra mereka banyak yang mengambil
ketetapan dengan hasil pengintaian dan menghafar setiap pergera-
kan atau organisasi dan lain{ainnya yang berani bertadya 'meng-
apa" atau mengatakan "tidak" kepada pengu.lsil..
1051
DAFTAR PUSTAI(A
Al Qur'anul Karim
Abi Daud, Sulaiman bin Al Asy'as bin lshaq bin Basyirbin Syidad bin
Amr bin Amran Al Azdi As Sijistani; Muhammad Abdul Hamid
Muhyiyuddin (ed.), Sunan Abi Daud, Beirut: Darul Fikri, (tt).
Ad Darimi, Abdullah Abdunahman; Abdullah bin Hasyim Al Yamani
(ed. ), Sunan A il D aarimi, Riyadh : Lembaga Umat Bidang Pengkajian
Ilmu, Fatwa, Dakwah, dan Bimbingan, 1404 H.
Ahmad bin Muhammad bin Hambal, Imam; Ahmad Muhammad Syakir
(ed.), Uusnad Imm Ahmadbin Muhammadbin Hambal, Mesir: Darul
Ma'arif, 1377 H.
Al Ajluni, Kasyful Khafa' wal Albas.
Al Albani, Muhammad Nashiruddin ,lrwaa ul GhalilJi tahhriiji Ahaadiitsi
Mcnaaris Sabil, Cet. 1, Maktab Al Islami, 1399 H.
------ silsilanl Ahaaditsish Shahiihah, Cet.2, Maktab Al Islami,1399 H.
------ Shahih Sunan Abi Daud bi Ihhtishaaris Sanadi, Cet. 1, Maktab Al
Islami, l4O9 H.
------ Shahih Sunan An Nasa'i bi lhhtishaaris Sanadi, Cet. 1, Maktab Al
lslami, 1409 H.
------ Shahih Sunan At Tirmidzi bi lhhtishaaris Sanadi, Cet. 1, Maktab Al
Islami, 1408 H.
------ Shahih Sunan Ibnu Majah bi Ikhtishaaris Sanadi,Cet. 1, Maktab
Al Islami, l4O7 H.
- - - - - - Shahih Al J aami' ush Shaghir, Cet. 2, Maktab Al Islami, I 399 H.
to52
1402H.
Al Btrkhari, Abu Abdullah Muhammad bin lsmail, shohih.Al &;}.hri,
Istambul, Turki: Daru Ath Thaba'ah Al Amirah, Ivlaktabah lslami,
1315 H.
------ Fu'ad Abdul Baqi (ed.), Al AitahtlMu{rd. Darul BasJnar Islamiyah,
1409 H.
Al Ghazali, Imam, Al Munqidz minadh Dhalal, IQiro.
Al Munawi, Muhammad bin Abdur Rauf, raidhul Qadir bi syarhil
Jaami'rsh Shtghir, Beirut Darul Ma'arif, (tt).
Al Mundziri, Abdul Azhim bin Abdul Qawi, ttTarghibwatTarhibminol
Hadits Asy Syarif, Cnt.3, Beiru& Darul Itya At Turaatsil Arabi,
1388 H.
Al Qarafi, Abdul Fatah Abi Ghadah (ed.), Al AhhanfiTaryiizilFatmta
minal Ahham.
Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi.
An Naisaburi, Abu Abdullah Al Hakim; Al Hafizh AdzDzahabi (ed.),
Al Musuilrah'alash Shahilllaiini, Beirut Darul Ma'rifah, (tr).
An Nawawi, Yah)ra bin Syarif, Syarah Al lmam An Nawawi 'ala Shahih
Muslim, Cet. 3, Beirut Daru lhya At T[raatsil Arabi, 1392H.
Asy Syathibi, Al Muwafaqat.
At Tirmidzi, Abi Isa bin Saurah; Ahmad Muhammad Syakir (ed.),
Sunan At Tirmilzi, Cnt. 2, Mesir: Syarkah Musthafal Babil Halbi,
1377 H.
Httsein, Muhammad, Dt., Ar Ruhiyyah Al Haitiitsoh Dauah Haddamah.
Ibnu Hajar, Ahmad bin Ali; Muhamrnad Fu'ad Abdul Baqi (ed.), Fcthul
Baanbi Syarhi Shahiihil Bukluri, Riyadh, (f1.
------ Tahdzibut Tahdzib, Cet. 1, Beirut Darul Fikri, l4O4 H.
Ibnu l(atsir, Imam Ismail Abi Fhida, Tafsir rbnu K4tsir, Beirut: Darul
Fikri, (tt).
Ibnu Majah, Abu Abdillah Muhammad bin Yazid Ar Raba'i Al Qazwini;
Muhamrnad Fu'ad Abdul Baqi (ed.), SwwnlbnuMajah,Beiut: Darul
Ihya At Turaatsil Arabi, (tt).
Ibnu Qalyim, Syamsuddin Abi Abdullah Muhammad bin Abi Bakar;
Muhammad Muhyiyuddin Abdul Hamid (ed.), akmul Muwaqqi'in
'an Rabbil'Alamin, Beiruh Al Ishriyah, Shida, l4O7 H.
------ Abdul Qadir Al Arnuth dan Syu'aib Al Arnuth (ed.), zaodul
Ma'aitfiHailyiKhainl lbad,, Cet.1, Yayasan Ar Risdah Al Manar Al
Islamiyah, 1399 H.
------ Muhammad Hamid Al Faqi (ed.), Madanrijus saalikin baina
Maaaazil tyyaaka Nabuitu wa lyyaaha Ncstctn, Mesir: Darus Sunnah
1053
Al Muhammadiryah lith Thibaa'ah, 1tt1.
---1407
Bisyri bin Llyun (ed.), Al Fawaa'i{ CeL 1 Damaskus: Danrl Bayan,
H.
Ibnu Qudamah, Al Mughni.
Ibnu Toimiyah, Syekhul lslam Ahmod bin Abdul Halim; Abilunahman bn
Qasim (eil.), Mojmu' Fatawa lbnu Taimiyah, Riyadh: Lembaga Umat
Bidang Pengkaiian llmu, Fatwa, Dakwah, dan Bimbingan, (s).
------ Majmuu'ah Ar Rdsaa'il Al Kubra, Beirut Darul lhya At Turaatsil
Arabi, (tt).
------ Manhaj Ahlus Sunnah AnNabawiyyah, Beirut Darul Kuurbil Ilmiah
(n).
Ibnu Arabi, Ahhamul Qur'an.
I}llruJ auzi, Abu Al F ar aj Abdurr ahman, Zatdul Masir fi "Ilmit T afsir, Cet. 1,
Maktab Al Islami, 1384.
Ibnu fazari, An Nasyr fil Qiraa'atil hsyr, Mesirr Mushtafa Muhammad
(tt).
Muslim, Abu Al Husein Muslim bin Al HaijajAl OusJairi An Naisaburi;
Muhammad Fuad Abdul Baqi (ed.), shahih Muslim, Beirutr Daru
Ihya At Turaatsil tuabi, (tt).
Qardhawi, Yusuf, Dr., Fiqhuz zohat.
Quthb, Salyid, Fi Zhilaalil Qur'an, Beiruft Darus Suruq, 14OO H.
Ridha, Muhammad Rasyid, Tafsir Al Qur'anul Kanm, Asy Syahiiru bi
Tafsiiril Manar, Beirut, (tt).
Sabiq, Sayyid, 'Anaashirul Quwwah fil Islcm, Cet. 2, Beirut Darul rcitabil
Arabi, 1398 H.
------ Fiqhus Sunnah. BeiruL Darul Kitabil Arabi, 1398 H. o
to54
INDEK!i
1055
Abi Abdillah, 371 823,846,865, 966
Abi Ayyub, 843 Abu Ishaq, 85,338
Abi Bakarah, 543 Abu Ja'far, Imam, 61,147
Abi Ghadah, Abdul Fatah, Abu Malik, 680
156 Abu Mijlaz, 268, lOlS-1021
Abi Salamah bin Abdur Abu Muhammad, 788
Rahman,631 Abu Musa,658
Abi Su'ud, 197 Abu Na'im, 697,715
Abu Abdurrahman, 155, 981 Abu Nu'aim, 146, 251
Abu Bakar al-Harits bin Abu Qabil, 99
Hisyam,436 Abu Qatadah,872
Abu Bakar bin lyasy, 78,494 Abu Qilabah, 506
Abu Bakar lbnul Arabi, 685 Abu Rafi', Salma Ummu
Abu Darda, 635, 664, 680, Walad,874
692 Abu Sa'id, l2l, 163
Abu Daud, Imam, 46,98, Abu Sa'id bin al-Ma'la,2S2
tzt, 123, 124, 726, 159, Abu Salamah,874
160, 163,246,287,299, Abu Sulaiman, 788
362, 369, 371, 408, 439, Abu Syu'aib, 159
443, 447, 449, 455, 505, Abu Thalhah,388,625
508, 516, 522,597,599, Abu Thalib, 822
605, 637, 683, 723, 785, Abu Thayyib, al-Qadhi, 298,
793,1OO8,1048 638
Abu Dzar, 253,379,753, Abu Tsaur, 436
982 Abu Ubaid, 329,975
Abu Hanifah, lmam, 46,79, Abu Umair, 625
152, 167-170, 173, 175, Abu Umamah,90, 140, 155,
177, 180, 187, 192,294, 401, 859
296, 318, 328, 329, 337, Abu Usamah, 140
365,378,433, 435,436, Abu Yusuf, l7O, l7l, l8O,
475, 491, 492, 519, 563, 491,618,703,789
655-657, 784, 873, 973 Abul Abbas bin Suraij,
Abu Hatim, 156, 158, 160 296-298,308,309
Abu Hayyan, 41 Abul Ahwash, 85
Abu Hudzaifah, 565 Abul Aliyah, 231
Abu Hurairah, 48, 73, 80, Abul Bakhtari, toZ4
104, 109, t2t, 124, 125, Abul laits bin Sa'ad, 788
231,268,291,329,411, Abul Qasim, 822
6s4,643,656,667,739, Abus Sanabil bin Ba'kuk,
762,792,810, 813, 814, 448,449
1056
ad-Dabusi, Abu 7aid, 172 Ahmad,71
ad-Dahlawi, al-Allamah, 185 Ahmad bin Hambal,Imam,
ail-Dalail,lO47 46,73,84, 86,99, lOO,
ad-Dardir,434 lo9, 120, t21,125-126,
ad-Darimi, 99,443,522 159, 159, 167,169,175,
ad-Daulabi, 816 lg9, 193,288,296,337,
ad-Dhahak, 231, 626 356, 359,371,377,387,
ad-Dimuhrathiyyah 413-415, 443, 444, 454,
al-Islaniyyah, 939 455, 465, 473, 474, 475,
ad-Dimyati, 418 508, 512, 519,522,566,
ad-Dukhan, 921 575, 597,605,607,645,
ad-Durntl-Manuur, 235, 437 649, 661, 666, 683, 686,
Adam a.s.,256,257, 709, 752, 762, 785, 799,
345-351,362,363,369, 838, 842, 846,856,870,
499 884,973
adh-Dhuha,577 Ais)rah binti Sa' ad, 862
Adi bin Hatim, 338,1047 Aisyah t.a., 129, 131, 132,
adz-Dz,ahabi, 61, 99, 156, 139-141, 143, 145, 168,
159-160, 356,715,723 175, 286, 357, 370,376,
724 381,386, 387,401,
adz-Dzariyat, 362, 499, 7 4l 407-409, 426, 438-440,
Afghanistan, lO2, 281, 323, 449, 452, 455, 470, 494,
324,342 495, 525,542,543,562,
Afrika, 288, 319, 323, 324, 564, 624-626, 636, 637,
342 644, Q54,663,667,682,
Afrika, 288, 319, 323, 324, 684, 686,7@,819,820,
487,982, lO47 834, 843, 860-862, 867,
Afrika Selatan, 645, 646 875,999
Ahhamul-Qur'an, l3l al-'Aini, 491
ahli dzimmah, 968-97 l, 97 6, al-'Alaq, lll,578
977 al-'Ashr, 899,987
Ahli Kitab, lO5, 794,97O, al-'Azrami, Abdul Malik bin
974, 975, 991, 101 1, Abi Sulaiman,494
1016, 1025, 1026, 1027, al-'Id, Ibnu Daqiq, 130, 190,
to32 299
Ahli Zhahir, 788 al-'Iraqi, al-Hafizh
Ahlul Bait, 78, 168, 1046 Zainuddin, 48, 152,368
Ahlul-Halli wal-'Aqdi, 1037 al-A'[a,738
Ahlus-Sunnah, 58, 78, l3l, al-A'masy,85
168, 197, 271 al-A'rabi, Abu Said, 723
lo57
al-A'raf, 75, 115,133,174, al-Andalusi, al-Adib Abu
219,22O,226,228-230, Umar,695
232,24O, 243, 346, 689, d-Anfal, 98, 194, 232, 262,
737, 744, 767, 794,934 292, 355, 540, 737, 740,
al-A'zhami, Habibur 761,908,915
Rahman, 156, 159 al-Ankabut, 226, 735, 92L,
al-Abbasi, al-Mu'tadhid 934,970, lOOo
Billah,977 al-Anmari, AbiKabsyah, 444
al-Abbasi, Antarah, lO49 al-Anshari, ArubinAuf,356
al-Adabul-Mufrad,8l9,86l al-Anshari, an-Nu'aiman bin
al-Adawiyah, asy-Syifa binti 'Amru, 627,628,629
Abdullah, 389,545 al-Anshari, IQ'ab bin Malik,
al-Adawiyah, Rabi'ah, 713, 4@,983
715-719,723,725 al-Anshariyah, Ummu
al-Adzhar,869 Mubasyar binti al-Barra
al-Afghani, famaluddin, 130 bin Ma'rur, 40O
al-Ahham,2Ol al-Aqqad, Abbas, 939
al-?rhqaf,847 al-Arnauth, Syu'aib, 156
al-Ahram,421 al-Ashma'i, 638
al-ahwal, Amir, 159 al-Asma'ul-Husna,27O,56l,
al-Ahzab, 219,222,352, 741
354,381,393,394,415, al-AswadbinYazid, 46,47,
424,426,442,446,451, 168,839
453, 454, 460,526, 537, al-Asy'ari, AbuAmir, 680
538,542,699,728,741, al-Asy'ari,AbuMalik, 120,
913, 1006, 1014, 1015 681
al-Ajiri, 159 al-Asy'ari, Abu Musa, 47,
al-Albani, Muhammad 48, 79, 667, BtO, g2S
Nashiruddin, l2O, 147, al-Asyhab, SST
152, 153,155-158, al-Atsram, 371
160-164, 427, 661, 666 al-Ausath, ll9, 593
al-Alusi, 40,41, 197,23O al-Auza'i, 168, 171,436,
al-Amwal, lO45 47l, g7O, gTT
al-An'am,88,178,226,232, al-Azharasy-Syarifl 56,145,
245,247,267,274,462, 425,427,429,537,996
674,690,803,889,898, al-Baghdadi,AbuManshur,
916,931,933,956 694
al-Anbiya', 46, 188, l9l, al-Baidha', 284
226, 257, 354, 656, 660, al-Baidhawi, l9T, 2SS, 256,
864
1058
al-Baihani,8O6 al-Bashri, Hasan, 53, 54, 337
al-Baihaqi, 146, [il,
159, al-Balyinah, 733
359, 4@, 455.519, 624, al-Baz.tan, 1OO,1 13, 368,
8l5,lM7 407,707
al-Bail3O7 al-Bishri, Abu Sulaiman
al-Balad,782 al-Qashshab,65
al-Bdkhi, al-Husein bin al-Bulqini,651
Daud,66 al-Buruj, 1OO5
al-Banna, asy-S;rahid Hasan, al-Buthi, Muhammad Sa'id
195,911,957 Ramadhan,428
al-Baqarah, 69, 76, lO2, I lO, al-Fadhl bin Abbas, 566,
l2l,133,135,174, l8l, 445,446
194,231,249,2fi,256, al-Fair,907
257,272,287,315,336, al-Faniari, Syauqi, 33O
346-349,351,359,363, al-Faqqi, Muhammad Hamid,
4ll, 413, 464, 48{l, 492, 599
483, 489,499,503, al-Farabi, 13O
505-fi7, fug,513,515, al-Faruq,2Ol
517, 520, 529, 552, 554, al-Fath, 49,97
556, 557, 5gl, 592, al-Fatihah, 34,35, 179, 189,
589-592,66.9,674,678, 231-233,259
705, 724, 735,739, 740, al-Fudhail,573
741, 745,765, 789, 792, al-Fuqaha' us-Sab'ah, 168
794,797, W2,937,949, al-Furqan, 143, 222, 677,
857,878,884, 888, 889, 966, 1036
919,929,930,934,954, al-Fusalyll, Yahya bin Luth,
973,995, lOO3,1005, 800
t026 al-ghabaa,588
al-Baqilani, Abu Bakar, 130, N-Ghafix,27O
212 d-Ghamidi)rah, 77O, 879
al-Baqir, Abu fa'far al-Ghassani, Yahya, lO44
Muharnmad bin Ali, 168 al-ghauts,248
al-Baquri, Ahrnad,2St d-Ghazali, Iinam, 1 1 1, 1 13,
Al-Bari',561 116, 118, 130,152,168,
al-Bariqi, Uruah bin 197,572,573,574, @8,
al-la'd,597 610, 613, 614,617,618,
al-Barra' bin Azib, 810, 664, 678, 682, 684, 685,
823,873 69l, 692,716, 720, 753,
al-Barra' bin Ma'rur, 872 778, 779,856,913,995,
al-Barra' bin Malih 697, 7 lO 1001
1059
alGhzdi, Syekh al-Huqani, Abu Tsa'labah,
Muhammad, 153,368, 997
431,433,976 al-I'tifur fi an-Nasilh wal-
d-Hadid, 37,40,41, Maasuhh minol-Atsar, 6l
254,736,740 al-Insan, 782,973
d-Hadza'. Abu Musa, 158 al-Irsyad,78
al-Haitsam bin fabal, 86 al-Isra', 555, 765, 77O, 773,
al-Haitsami, al-Allamah Ibnu 845,957, W, g7g
Haiar, 112,368 d-Istarbadzi, Abu fa'far, 1 34
al-Haii, 212, 226, 464, 616, al-ittihoil,248
737, 767,892,929,945, AlJabbar,56l
979 al-1adall, al-Husen bin
al-Hajjai Ibnul Farilyah, 630 Harits,293
al-Hakim, 99, 123, 125, 356, al-J ami'ush- Slwghir, 80, lO4,
4lt 105, 108-110,125,126,
al -Halal w al -Har am fil-I slam, 492,600.71O
571,641, &5 al-farah Ibnu AMillah, 104.4
d-Hambdi, Abu Wafa' Ibnu alJashshash, Abu Bakar,
'Aqil,913 l3l,144
al-Hamdani, Abu Faras, 717 alJatsiyah, 129, 257, l0l2,
al-Hanafi, Abu Bakar to34
ar-Razi', 131 al-!rul.,243
al-tlaqqah, 9O7 al-fumu'ah, 287, 539, 59O,
al-Haramain, Imam, 13o, 458 5g2,6gg
al-Harawi,83 al-fuwaibari, Ahmad bin
al-Harits bin Hathib, 293 Abdullah, 65,66
al-Harits bin Ubaid, 819 d-tkhfi, 220, 225, 283, 349,
al-Hasan, 46, 73, 168, 231, 979
338,379, 506, 575, 1016 al-Kalabi,23l
al-Hasyr, 328,331, 744 d-IQlbi, Muhammad bin
al-Hazimi, al-Allamah, 61 as-Saib,236
al-Hijab,427 al-Igmal bin al-tlammam,
al-Hijr, 29, 33, 132, 222-226, 777
228,231,234, 250, 270, al-Kamil,6l
272,727 al-Khafif, Syekh AIi, 185
al-Hujurat, 178, 636, 732, d-Khalili, Abu Ya'la, 695
906,995, 1036 al-Iftalili, al-Hafizh Abu
al-Hulaimi, 378,650 Ya'ta,78
al-Humaidi, 138 Al-Khaliq,561
al-Humaira,626 al-Kharaj,618
1060
at-Khathdrabi, 135, 599, 652 191, 196
al-Khaulani, Abu ldris, 91 d-Maraghi, Muhammad
al -khiloflah ar - rasy iiloh, I O I Mushthah, SlJ
al-I(hudri, Abu Sa'id, 268, al-Maruzi, al-Hasan bin
274,730,930 Muslim, 156
al-I(hudri, Abu Sa'id, 988 al-Maududi, Abul A'la, 427
al-Khuqrani, Abu Tsa'labah, al-Mawaq,434
94 al-Mawardi, 695,823
al-Kilabi, adh-Dhahhak bin al-Maziri, 135,137
Su$nan,626 d-Mihlab, 378,816
al-Kindi, 130 al-Mishri, d-Qibthi, 562
al-Kisymihani, 14O al-Mizan,6l
al-Laits bin Sa'ad, Imam, al-Mu'min, 262,633
167, 16g, 174,653,795 al-Mu'minun, I 49, 216, 461,
al-Ma'mun bin ar-Rasyid, 493,494,663,735
948, 1001 al-Mu'tarif, Rabah, 697
al-Ma'un,9O7 d-Mu'tashim,947
al-Ma'idah, 42-44, 182, 184, al-Mubanad, Abul Abbas,
215,232,263,291, 297, 695
554, 591, &3,656,660, al-Muddatstsir, 727
661, 669, 679, 6g9, 709, al-Mughni, 369, 435, 476,
724, 740,795, 7gg, 940, 508,655,657
g4g, go2, gog, g43, g55, al-Muhoilzilzab, 434
95g, 966, g8(J, gg7, ggg, Al-Muhaimin,561
1011, 1015, 1016,1025, al-Muhalla, 437, 493, 772
1029,1032,1033, 1036 al-Muhasibi, d-Harits, 575
al-Mailhhal,284 al-Mujadilah, 732, lOO4
al-Mahdlab, 139 al-Mulk, 115,245,513
al-Mahmud, Abdullah bin al-Mumtahanah, 4O7, 9lO,
7:rid,334 956,969,977
al-Majisyun, Abdul Anz bn al-Munafiqun,263,355,
Salamah,695 1056
al-Maiusi, Abu Lu'lu'ah, 976 al-Mundzir bin Zuber, 601
al-Makki, Abu Thdib, 697, al-Mundziri, Imam, 158,
715 l59,4lO,5gg
al-Manar, 127, l3l, 194, 670 al-Mustailrak, 356
al-Marurul-Muaif fi ash-Shahih Al-Mutakabbt, 561
wa adh-Dha'if,64 al-Mutanabbi, 507, 717
al-Manawi,Imam, 118 al-Mutawalli, 135
al-Manshur, ltbtu la'far, 79, al-Muthaffifin, 741
1061
al-Muthallib bin Hantlnb, 84 535, 538-542, 544, 550,
al-Muwaththa', 186, 565, 654 554, 555, 563, 569, 579,
al-Muzani, 435,436 588, 5gO, sgt, 594, 595,
al-Muzni, 171,365 632, 633, 644, 660, 669,
al-Muzzamril,592 672, 674, 676, 699, 709,
al-Qaffal, 696 714, 724, 726, 731, 732,
d-Qalam, 349,1035 734-739, 742-745, 757,
al-Qamah, 168 767-769, 793, 797, 792,
al-Qarafi, lmam, 2Ol, 977 7g7,W, gog, g0g,
al-Qarani, Uuais,65 837-939,945, g5g,964,
al-Qardhawi, Yusuf, 498. 87 6 879, gg5, g96, gg7, gol,
al-Qashash, 129, 353, 394, 902, go7, gog, gog, gl2,
423, 477,615,633, 677. 9l5,9lg-923,930,931,
920,922,923 933,934,941,947, g5l,
al-Qasim,9O 956,965,967-970,972,
al-Qasim bin Muhammad, 973, gg7, ggg, loo5,
860 1011, 1013, l02l,1022,
al-Qibthiyyah, Mariyah, 562, 1023,1026, lo2g, tozg,
983,984 lost-1o35, to4t
Al-Qur an, 29-36, 41, 49, @, al-Qluaztli, Muhammad
63, 7 5, 7 6, 94, gg, 96, 97, Yta'ab,427
99, ll3-115,120, l2g, al-Qurthubi, ll3, 136, l4l,
134, 153, 168, 170, 172, 231,262,347, 439, %l
173,175,177, lg3, lgo, al-Quqrairi, 715
193, 194, 196-201,212, al-rythrub,248
215,2t9-222,224-229, al-Unm,652
232-234,239-240,2L3, al-Ummah,357
247, 251,254, 259, d-Walid, 79,lO4O
267-269, 273, 293, 294, al-Waqi'ah,624
311,320,324,326,327, al-Qaqidi, 141
329,340,345,351-355, al-Warraq, Mathar, 656
357, 358,364, 372, 373, al-Watsiq,947
375,392,394,399,391, al-Yarman, Hudzaifah, 1 0O7
402, 403, 405,41O, 413, Albania, 102
414, 421, 423, 429, 431, Ali bin Abi Thalib, 52, 65, 72,
441, 452, 477, 479, 479, 79, l5l, 16g, 175,231,
481, 492, 4gg, 4gO, 492, 251,274,352,369, 445,
4gg, 5@,501, 503, 506, 4gl, 506, 512, 5lg, 579,
514, 517, 5lg, 520, 522, 602, 614, 616, 635, 640,
523, 527, 528, 531, 534, 656,6@,666, 692,694,
106.2
702, gl4, g45, 916, g3l, an-Nasafi, 197
940,941, 10lo an-Nauadir,777
Ali Imran, ll4, 231, 260, an-Nazi'at, 219,92O
269,359,39O, 4ll, 421, an-Nihayah,632
5OO,522,54O,634, ggg, an-Nisa', 42, 58, 62, 174,
go3, gl0, g40, 950,956, l7g, lg2, lg3, lgg,23L,
g5g, 9g6, 1036 269, 272,357,360,373,
Niaz,alr, 152, 283, 294, 289, 375,392, 465, 479, 490,
917 496, 497, 501, 504, 511,
Almasih,898, 1004 512, 515, 5lg, 526, 529,
Alqamah, 46,8s9 547, 550-552, 555-557,
Amerika, 326, 493, 57 l, 5TT, 599, 591, 6g9, 734, 771,
585 787, 794,945,957,910,
Amerika Utara,487 955, gg0, 1013, 1014,
Amin, Husen Ahmad, 10J8 to24
Amir,562 an-Nisaburi, 197,231
Amir bin Ghanam, 418 an-Nu'man bin Bas'yir, 10O
Amir bin Sa'ad, 667 an-Nur, 179, 192, 254, 365,
Amirul Mukminin, 1041, 371,393,394, 405, 424,
1050 426, 433, 437, 440, 441,
Amr bin al-'Ash, 79,579, 451, 453, 5gO, 69g, 757,
695,697 856, t0t4
Amr bin Maimun, JSO auaiyah,334
Amr bin Syu'aib, 287,298, Anas bin Malik, 80,90, 109,
592 ll3, 116, 146, 147,367,
Amr bin Utsman, 380, 6o1 387, 415, 426, 437, 452,
Amr bin Yasir,449 593,625,642,649, g5g,
Amrah, 139,141 865,975
Amru bin Abi Amru, 84 Andalus, 10O
an-Naba',266 Anshar, 49, 137, 338, 626,
an-Nadhr bin Syamil, 451 686, glg
an-Nahl, 57, 245, 421, TO4, Anthakiyah, Tg
877 April,635
aa-najasy,608, 610 ar-Ra'd, ll4, 178, 247, 74O,
an-Najjar, T,argtflul, 807 932, lo0o
an-Naim, 73, 513, 639, TOg ar-Rabi', 231
an-Nakha'i, Ibrahim, 46, ar-Rafi'i, 152
506,703,939, 1016 ar-Raf i, Mushthafa Shadiq,
an-Naml, 243, 391, 535, 541, 207
545,737, IOOS ar-Raghib, lnam,132
1oai
Ar-Rahim,27O ash-Shadiqul-Masduq, 98
Ar-Rahman,561 ash-Shaf, 97,589, W
ar-Rasyid, 79 ash-Shahabi, Abdullah lbnu
ar-Rasyid, Harun, 18O, 181 Zuber, 1050
or-Ranilhah,6fi ash-Shani'ani, Imam, 154,
ar-Razi, Abu Bakar, 134, 190
197,256,439 ash-Shawi,434
ar-Razl, Abu fa'far, 146 ash-Shiddiq, Abu Bakar, 77,
ar-Rum, lO2, ll7, 196, 482, lo7, 168, 2ol, 237, 241,
499,952,96 252,253,278,369, 404,
ar-Rtryrani, 650,696 533, 574, 601, 626, 629,
Arab, 35, 106, 2O7, 258, 2q), 644,657,686,927,935,
321,328,334,339, 414, 941,944
494, 486-489,5@,562, ashhahul-furuilh, 555
628, 648, 662, 706,941, Asia,319
955,969,970, 1038, Asma' binti Abu Bakar, 439,
1039, 1050 861,973
Arab Badui (dusun), 293, Asma' binti Umais, 72, 835
294, 564, 612, 614.831 Asma' bind Yazid, 377,379
Arab Saudi, 206,266, 29O Asqalan, T9
Arba'in an-N awawiyah, 1 61 asy-Sya'bi, 168, 268, 694
as-Sa'ib, 1O44 asy-Sya'rani, 716
ul-matsati, 224, 225,
as- sab asy-Sya'rawi, Muhammad
231-233 Muewalli,755
as-Sadi,25O uy-Syanuil,624
as-Saffah,79 asy-$rams,738
as-Saldah,773 asy-Syanqithi, Ahmad bin
as-Sakhawi, al-Hafril, 666 lthnnd,452
as-Salmani, Ubaidah, 427, 45 I asy-syathibi, Abu Ishaq,
as - S aw ad al - A' zham, 93 6 211,213,219
as-Siba'i, Mushthafa, 60 asy-Syaukani, al-Allamah,
as-Subki, Imam Taqiyuddin, 190,213,214, 231,235,
312,313 237, 238,367, 446, 471,
as-sufaha, 357-361 694,873
as-Suhrawardi, Syihabuddin, asy-Syihab,236
716,723 asy-Syirazi, 434,696
os-Swmah wa Mahanatuhu asy-Syu'ara, 32, 738, 1036
fit-Tasyn',61 asy-Syura, 70, 98O
ash-Shadiq, Abu fa'far, 168, at-Taghabun, 336, 354, 355,
229 578,744
1054
at-Tahrim, 538 174,226,740,742
at-Taubah, 97,121,171, azlam,668
225,263,2@.,269,320,
33O,331,364,389,523, Bagfidad,79
531,58O,639,735,761, Bahaiyah,32l
767,975,987 Bahauddin, Ahmad,425,
ath-Thabari, Imam, 40,168, 428,429
236,3@, 407, 439, gl1, Bahr, 562
lO32 Bai'at ar-Ridhwan, 49
ath-Thalaq, 515,737,741, Baihani, Muhammad Salim,
849,929,930 802
ath-Thayalisi, 159 Baitul llanrn,769
ath-Thur, 912 Bangladesh, 323,324, 542,
Atha'binAbiRabah, 46,54, 562,563
168, 17O,379, 426, 438, bani Amr bin Sadus, 1020
495,506,519,694 bani Arfidah, 626
Athena, 10O Bani Israil, 69,228,689,
Athiyah bin Amir, 606 705,999,10!6, 1024,
ats-Tsauri, Suffan,66, 168, lO25
171,337, 471 bani Najjar, 417
Auf bin Mdik, 832,835 bani Quraizhah, lBS,2O3,
Au?A'i,Imam, 46 432,951
Awadh, Luis, 970 bani Tughlab, 968
az-7.aila'i, 152, 596 bani Uma1yah,7g, gg2,
az-7.alzalah,849 1038, 1039, 1044, 1O5O
az-Zamakhsyari,152,197, bani Zahrah,418
254 bani Zuraiq, l1l, 156,142
az-7.afl<ali,7l5 Bank Islam al-Baral<ab, ST7
az-Zarqa, Syekh Mushthafa, Bank Lowedz, 585
299 Basrah,79,338,S42,6OO,
az-Zuber bin Adi, 613 610,619
az-Zuber binBatar, 627 Basyar, 477
az-Zuhri,Ibnu Syihab, 46, Bathiniyah,32l
54,369,371,506,519, Bengali,152
694 Bilal,370
az-Zuhri, Sa'ad bin Ibrahim Bilqis, 391,544
bin Abdunahman, 695 Bi.rlnrra,}4z
az-Lukhruf,32,226,9O8, Bonn, 826
922 Bosnia Herzqoirna, 8T6,
az-Zvmar,sz, ll4, ll5, 877
165
brain star. 887 Eropa Timur,lO2,9l7
Britania, 585 eutanasia, 749,855
Budha'ah,376 eutanasia negatif, 7SO, TSl,
Bukhari, Imam, 82, lO4, l0g, 754
132, 163, 193,2@,232, eutanasia positi( 749, 751,
296,337,354,367,376, 754
377,399,395, 407, 444,
449, 454, 523, 547, 549, Fakulas Kedokteran
597, 5gg, 5gg, 605, 606, Universitas al-Malik
625, 644, 6g0, 695, 696, Faishal,806
692, 711, 720, 724, 729, falsafah Machiavelli, 71 1,
762, gl0, gll,922, g3l, 914
941, 960, 961,965,967, F ataw a al-Hadiaiyy ah, I 12
973,975,979,999 Fathimah, 562,1O4O
Buraidah, 659,661 Fathir, 57, 212, 273, 581,
Byzantium, 196 589
Fathu Makkah, 196, 377
Cina,152 F athul-Bari, 132, 142, 162,
506, 495,776,916, 922,
ilabith,53,54 827
Dailami, tr8,658 Fathui-Bayan, 251
dajjal, ll8 Fathul-Qadir, 235
Dammam,806 Fatimah bind Qais,370
Da$M, Syekh Abdullah, 211 Fatimah binti Uthbah bin
Daruquthni, 162, 368, 518 Rabi'ah,512
Darwin,65 Fatimah r.a., 361, 367,371,
Daud,44 376,491,974
Dauhah, 559, 7O5, 826 fawatihus- suwar, 233, 238
demokasi, 917, 93O, 1039 Fiqh az-Zakah, 318, 321, 337
Desember,586 fiqih Syaf i, 113
Dhuba'ah binti Zubair, 401, Fir'aun, 44, 89, 9Ol, 92O,
628 921,922,923, lOOl,
diat,558 loo2
dzimmi,972 Frankfurt Bank, 585
Dzulhijjah, 295, 3@, 315 Free Masonry,32l
Dzulqa'idah,3OO Fushshilat" g2
Dzulqarnain, s0l
Gandhi, lndira, 546
Eritrea, 342,877 Gaza,286
EroF,31, 1OO, 571,826 Ghafir, 27O,634,92O
1066
ghairu muhshan,392 Husen, al-Qadhi,656
Ghay atul-Maram, l2O, I 53, Huwaidi, Fahmi, 1031
162,624
Gubernur lrak, 1045 I'lamul -Muw aqqi' in, I 88
Gubernur Mesir, 1040 Ibnu 'Aun, 338,379
Ibnu Abbas, 73, 80, 139,
Habasyah,
146, 16g,170,175, l7g,
77 , 286, 626, 663,
184, 196,229,232,246,
664,671,693
Habib bin Abi Tsabir, 599 250, 268, 274, 299,357,
Hafshah,535 358,360,401, 411,414,
426, 427, 432, 435-439,
Hajar ibu Ismail, 932
hajiWada',72 447, 451, 452, 465, 469,
471, 495, 495, 512, 544,
Hajjaj, 670, 1047, lO5O,
1051
547, 549, 603, 640, 649,
656, 666, 667, 675, 696,
Hakim, Imam, 687, 842, 87O,
872
799,828,829, g6g, g69,
884,993, t0t7-totg,
Hakim bin Hizam, 599,601,
lo2g, lo2g, lo3l,1032,
602,843
1035
Haman, 901 Ibnu Abdil BNr, 37 l, 417,
Hammad,380 697
Hanabilah,456 Ibnu Abdinahman bin Zaid
Hanzhalah, 562, 631, 692 bin Khattab, lO47
Hari Arafah, 295, 317 Ibnu Abi Hatim, 156, 43'i,
Harun, 999,lOOl totT
Haruriyah,544 Ibnu Abi l.aila, TOT
Hasan anak Fatimah, 882 Ibnu Abi Syaibah,
Hawa, 345-347,351 Abu Bakar,99,338,379,
Hawazin, 196,197 437,439,631,977
Heraql (Heraklius), 100 Ibnu Abi 7-aidab,47
Himsh, 1039 Ibnu Abiddunia, 658
Hisyam, 1040 Ibnu Abidin, 491
Hisyam bin Unirrah bin Zuber, Ibnu Adi, 61,65,113, 159
667 Ibnu ash-Shalah, 48
Hud, 84, 259, 268, 27 l, 549, Ibnu at-Tin, 138
909, 922, 934, 97 g, 1009, Ibnu Atha'illah,733
t036 Ibnu Athiyah, 426
Hudaibiyah, 541 Ibnu Baththal,8ll,822
Hudzaifah, lOO, 77 4, 1024, Ibnu Buzaizah, SOT
to25 Ibnu Hajar, 48, 132,138,
l067
140, 142, 152, 154, 156, 435, 446, 476, 509, 5lO,
158, 159, 162, lg0, lg7, 586, 655, 658,771,795,
300,306, 307,376,409, 789
415,495,650,776, gl5, Ibnu Qutaibah, Imam, 46, 61,
827,962 296,695,696
Ibnu Hazm, 51,133,134, Ibnu Rusyd, 652-655
174, 176, 177, 367, 437, Ibnu Sakan, 816
445, 447, 449, 452, 493, Ibnu Sakir, 1044
495, 665, 676, 678, 679, Ibnu Sina, 13O
685, 687, 688, 695, 772, Ibnu Sirin, 50, 51, 168,379,
788 632, 667, 697, 695, 976
Ibnu Hibban, 98, 1O9, 123, Ibnu Syahnah,647
156, 159, 407, 495, 692, Ibnu Syihab, 141
709 Ibnu Taimiyah, Syekhul
Ibnu Ishaq, 40, 4O8,974 Islam, 35, 51, 83,84,
Ibnu farir, 360, 437, 438, 130,153,173, lg7, lgg,
516 190, 205, 251, 252, 265,
Ibnu fauzi, 60, 61, 150, 158, 266,315,337,339, 340,
249 413, 471, 603, 606, 661,
Ibnu lQtsir, al-Hafizh, 235, 691, 731, 752, 795, 796,
236, 357, 3gg, 516, 517, 970
649, 661, 667, 715, 940 Ibnu Thahir, 685
tbnu t<.halkan,715 Ibnu Umar, 48, 80, lO4,lO5,
Ibnu Ma'in, 159 155, 168, 175,184, lg6,
Ibnu Majah, 80, 98, l2l,l9S, 203, 292,293, 294, 296,
246,397, 455, 5lg, 597, 379, 432, 452, 454, 4gl,
599, 605, 607, 693, 696, 544, 596, 632, 656, 666,
699,709,71o,761,799, 683, 688, 694,695,707,
813,830,942 709,941
Ibnu Mandah, 65 Ibnu Uyainah, 138, l4O, l4l,
Ibnu Mardawaih, 5O7, 940 159,379
Ibnu Marzuq, 434 lbnu Zaid,,274
Ibnu Mas'ud, 48, 80, 119, Ibnu Zuber, 694,695, l0l8
16g,175, l7g,196,231, Ibnu Zum'ah, 601
250, 269, 4ll, 426, 439, Ibnul'Imad, 715
442, 451, 574, 675, 743, Ibnul Arabi, 289,297
775,795, g3g,960,962, Ibnul Asy'ats, 1051
963, go0, 1017, lo37 Ibnul Atsir, 632
Ibnu Nahwi, 685, 696, 697 Ibnul Haj, al-Allamah, 284
Ibnu Qudamah,369,37l, Ibnul Hasan, 697
1068
Ibnul fauzi, 715,718 Intifadhah Islamiyah, 286
Ibnul Mundzir, 437, 438, I qtidha ush - Shir athil -Mus taqim,
624,77t, tot7, tO32 35
Ibnul Munir, al-Allamah, Irak, 106, 155, 168, 169, 186
197, 878 Isa (Almasih) a.s., 228, 234
Ibnul Muqaffla, 701 Isa bin Yunus, 131
Ibnul Qashshar, 139 Ishaq bin Nashir, 47
Ibnul Qasim, 337 Ishaq bin Rahawaih, 268,
Ibnul Qayyim, 64, 66, 67, 288
79, 82-84, 130, 153, 1gg, Iskandariyah, 79
190, 204, 251, 252, 255, Islam Abbasi, 896
265, 266, 271, 273, 274, Islam Afrika, 896
349, 367, 457, 475, 512, Islam Arabi, 896
719, 720, 753,913,974 Islam Asia, 896
Ibnul Wazir, 130 Islam fundamentalis, 896
Ibrahim, 220,562,984 Islam Hindi, 896
Ibrahim, Hafizh,422 Islam konservatif, 896
Ibrahim a.s., 168, L89,919 Islam Malaysia, 895
Ibrahim bin Adham, 65,66 Islam Nabawi, 896
Ibrahim bin Musa, 131 Islam radikal, 896
Idul Adha, 303, 385 Islam Rasyidi, 896
Idul Fitri, 289-291, 312, 385 Islam revolusioner, 896
ihtikar, 617, 618, 621 Islam Sunni, 896
lhya Ulumuddin, 1 I 1, I 13, Islam Syi'i, 896
116,368, 664,691,753, Islam Turki, 896
856, 1001 Islam Umawi,896
ijma' suhuti,758 Islam Utsmani, 896
Ikatan Dokter Islam Afrika islamic centre, 325-327, 571
Utara,749 Ismail,562
Ikrimah, l4l, 168, 427, 438 Ismail bin Abdunahman,
Imam Syaikhani, 104, 105 407
India, 33, 207, 427, 479, Ismail bin Ishaq, 977
487, 546, 559, 646, 648, Israel, 913
662 istihsan, 213
Indonesia, 152 Iyadh, al-Qadhi, 138, 434,
Inggris, 152, 323, 546, 9ll 977
lniil, 972, lOO4, 1027, 7033 lzzuddin bin Abdus Salam,
Intifadhah al-Hiiarah, 322 lmam,l72
Intifadhah al-Mubarakah,
281
1069
fa'far bin Jisr bin Farqd, 65 278,338, 459,594,602,
fa'far bin Muhammad, 666 927,930,956, t04:O
labal,562 Khurasan, 79, lO44
Iabir bin Abdttllah, 122,377 , Kisra,453
401,443,446,447, @, hisrawiyah,9SS
663,791,813, 818, 821, Kitab Perjanjian Lama, 351
835,924 komunisme, lO2, 321, 327
fabir bin Umair, 663 Ibnsantinopel,99, IOO
Iabir bin 7aid,977 Kristen, 327,97O
farir bin Abdullah, 366,379, kristenisasi, 321,342
832,978 Kufah, 79, ffi
ferman, 152,826 Kuwait, 152,571
libril, 143, 24O, 834, 846
jizyoh,338 laghwu, 664, 677, 679
furhud,567 lahwu,664
luz'Alilnta,l44 Laits bin Sa'ad, Imam, 46
Lank, Timur, 970
Lauh al-Mahfuzh,348
Ka'ab bin Ujrah, 846,924
Lebanon, 152, 323, 970
Kaifa N ata' amalu md as- Suntuh,
liberal Barat, 895
62
Liham, Hanan, 357
I(airo, 152, 281, 286, 826 London, 577,585
IQisar Romawi, 260
Lubaid bin al-A'sham, 131,
Kamil bin Ziyad,,25l
132,136-138, 141, 142
kapitalisme, 596
Luqman, 75, 241, 256, 262,
Khadijah, 357, 523
676, 847, 97s
Khalid, 107
Khalid, Khalid Muhammad,
939 Ma'mur, 376
Khalifah, Rasyad, 219, 226, Ma'qil bin Yasar, 409
227, 230, 233-236, 327 Machiavelli, 279
khalifah Bani Umayyah, Madaniyah,232
1038 Madarijus-Salikin, 83
Ktran, Shiddiq Hasan, 154, Madinah, 147,18O,185,
r55,zst 232, 322, 338, 376, 401,
Kharijah bin Zaid,, 697 423, 512, 542, 599, 600,
Khats'amiyah,366, 445 627, 687, 694, 695, 820,
Khawarii, 544, 730, 916, 872,954,974, rO40,
931,957 1042,1043, to48
Iftulafa ar-Rasyidin, 33, Madyan, 89
to70
Maghrib, 28F.,427 Masruq, 46,168,839
Mahkamah Syar'iyyah Qatar, rnauilhu',52
335 mauquf,6l
Mahkamah Ulya Syar'i;ryah, IVlawali, 414
313 mazhab Ahmad, 873
Maimun bin Mahran, 519, mazhab Hambali, 435, 564,
to4t 655,695,799
Maimunah, 361, 494, 495, mazhab Hanaff, 453,563,
562 646,777,799,7n,9N
majhul al:aia,5l jadiil, 169, l%,468
mazhab
majhul al-lwl,5l mazhab Mdiki, 337,685,
Mafusi, 196, 953, 965, 972 870
Makhramah bin Naufal, 628 mazhab qadim, 169, 186, 468
Makhul, 168 mazhab S),"afi'i, 467, 473,
Makkiyah,232 564, 650, 651, 659, 662,
Malaysia, 152,487 685,776,799,973
Malibari, 152 mazhab Zhahiri,685
Mdik, Imam, 46, 73, 87. l2l, Meir, Golda,546
l4l,146,151, 155, Mekah, 147,33O, 376, 82O,
167-171, 173-175, 177, 862,97s
180, 191, 195, 196,306, Mesir, 43, 106, 169, lg6,
436, 512, 565, 653-657, 291,427.429,469, ffi,
702,794,973 ffi2, go5, gll, 969, gg3,
maqlub,6l 993, tO40
marfu',61 Mifuhu D aaris-S a' ailah, 3 49
Maroko, 152.427 misionaris, 462
Mantta,79 misionarisme, 321
Manuan bin al-Hakam, 79 Mosul, 1044
Marxis, 462,895 Mu'adz bin fabal, BT,gl,
marxisme, 32l,lOO7 169,339,377, 966,970
Maryam, 39O, 4lO, 562, 644, mu'allal,6l
650,674,944 Mu'tamir bin Sulaiman, 869
Masehi,972 Mu'tazilah, 63, 126, lSO,
mashalih mursalah,2lS l3l, lg7
Masjid Abdul Hamid bin Muawiyah bin Abi Sugran,
Badis,284 79,79,253,339, 512,
Masjid Nabawi,322 574, 575, 601, 602, 695,
Masjid Zamalik,286 924,925,954
Masjidil Aqsha, 106 mudtharib,6l
Masjidil Haram,616 Mughirah bin Syu'bah, 697
lo7t
Muhafirin, 49,338 564, 565, 605, 615, 625,
Muhammad,226,328 636, &4,695,692,711,
Muhammad al-Fatih, 1OO 712,736,739,743, 774,
Muhammad bin al-Ahsan, 821,832, g4l,946, g6l,
973 865,866, 894,973,1@7,
Muhammad bin al-Munkadir, lo37
613,614 MusnadAhmad,469
Muhammad bin fahsy,367 Mresyhil al-Atsar,6l
Muhammad bin Murad, 1OO Musyhil ash-Shahilwin, 6l
Muhammad Ibnu Sirin, Muthanif bin Abdullah, 296
Imam,50 Mutufaq',alaihi, 125, 356, 950
Muhammad saw., 31,33,
39,49,71,72, lO7, l5O,
193,219,221-224, 233, Nabhan,371
235,240,297,394, 479, Nabi Ayub, 830
496, 556, 637, 7O2, 922, Nabi Nuh, 67
834,871,927,932,967, Nabi Ya'qub, 83O
1004, 1013 Naft',87,296
nrulrrrnaf,6l Nailul-Autlur, 367, 436, 471,
mujadiliit,l2T 694,697,912
Mufahid, 171,231,379 Nairan,974
muhhaddirat" 797 narilasyir, 647 . 654, 655, 657,
nnn*ar,6l 659,6@,661. 662,667,
Mlrmtaqa al-Akhfur,66 668
Muqauqis,26O Nasa'i, l2l, 143, 158-160,
muru'ah,52 287,397,401,519, @6,
Mus'ir bin Kidam, 630 644, 663, 686, 709, 762,
Musa,562 842
Musa a.s., 43, 44, 89, lO7, Nashara, 196, 260, 969, 976
133,224,229,234,349, Nashibin, 79
353,399, 721,921,999, Nasrani, 17 l, 345, 795, 965,
1@1 97 l, 97 4, 977, gg2, lolg,
Musa bin Thalhah, 380 1027, lo2g
Mushaf al-Malik,43 Nawawi, Imam, 48, 134, 135,
Mushaf Utsman, SO 140,296-298, 434-436,
mushahlwf,6l 451,459,650, 651, 931,
Muslim, Imam, 80, 98, 104, 873,983
120, 124, 162, 193,302, nqlara Teluk, 57O
397,398, 401, 412, 443, Negto,77
444, 447,449, 457,547, New York, 585
rq2
Nu'man bin Basyir, 637,707, Qamariyah, 225, 29O, 2gl,
739 300, 303,319
Nughair,625 arawiyytn,427
Nuh, 908 Qarun, 622, 632, 901, 920,
Nuh a.s., 260,922 921
Nurul-Islam, 145,167 Qatadah, 231,274
Qatar, 242,334, 4O8, 7O5,
766
Organisasi Konferensi Islam, qatl ar-rahmah, 7 49, 754, 855
852 qaul jadid,468
orientalis, 462 qaul qailim,468
ovum,779
Qibris, 388
Qibttri Mesir, 981,982
Padang Nij,268 Quba, 120
Padang Tiih, 44 Quraisy, 78, 196, 592, l@4
Pakistan, 33, 427, 479, 487
Palestina, lO5, 106, 281, Rabi'bin Khaitsam, 703
286, 323,324, 334, 342, Rabi'ah bin Utsman, 627
546 Rafidhah, 70, 78, 307
pasat 7.auta',285 Raja Naiasyi, 260
Perang Ahzab, 183, 2O3, 928 Ramadhan, 289-293, 295,
Perang Badar, 3l l, 448, 54O, 300,301,302,314,315,
627,928 317, 770,915
Perang Hunain, 388,523 rasm Utsmani,30,33,35
Perang lamal,525 Ratu saba, 353,390,541
Perang Khandaq, 627, 954 Revolusi Masjid, 286
Perang Teluk, 328,334 Ridha, al-Allamah Sayid
Perang Uhu d, 387, 388, 523, Rasyid, 126-131,142,
627 143,145, 147,194,294,
Perjanjian Hudaibiyah, 409 360,670,886, 1031
Persatuan Islam di Amerika rijalul-hadits, 56
Utara (ISNA),326 Riy adhush- Shalihin, 9 83
Persia, 152, 543, 544, 659, Romawi (Rumiyah), 99, l@,
662,954,1038, 1050 101,574
puasa Ramadhan, 335 Ruhul-Ma'ani, 228
to73
Sa'ad bin l(haulah, 448 Shalih bin Dinar, 159
Sa'id,562 Shuhaib, 158
Sa'id bin Ash, 640 Siratisy, Musthafa, 876
Saba',934 Somalia, 282,342
Satar,75 su'aid, 1046
Sahl bin Sa'ad, 80,444 Subai'ah binti al-Harits, 448,
Sahlah,565 449
sahwu,664 Sttbulus-Sabm, 471
Said bin al-Musa15ra.b, 46, Sudan,77
73,123,138, 168, 180, suku Khazraj, 137
519, 656, 667,694, 697, Sulaiman, 1040
822,975 Sulaiman a.s., 44, 353, 39O,
Said bin Jubair, 46, 168, 231, 391,545
426, 427, 438, 506, 650, Sulaiman bin Hurmuz, 86
667, lO51 Sulaiman bin Isa, 66
Said bin Manshur, 437,1017 Sulaiman bin Musa, 495
Salim, 562,656 Sumai1yah,523
Salim bin Abdullah bin Umar, sumur Dzitttan,l32
697 Surun AbiDaud,94,469
Salmah,562 Sunaa lblnuMajah, 469
Salman, 80,954 Sunnah Muthahharah, 45
Salman bin Amir, 842 surga Adam, 349
Samiri,999 Suriah, 428
Saudah,443,625 Suwahali, 152
sedekah Ramadhan, 339 Suwaibith bin Harmalah, 629
sekularisme, S2T Suyuthi, Imam, 48, 162, l8l,
sekuler, 1038 235,437,1043, tO44
Shad,25O,934 Sya'ban, 292, 293, 295, 296,
Shafiyah,562 300, 301, 307,314,315
Shafiran bin Umalyah, 196 Sya'bi, 1030
Shahih al-Buhhari, 45, 63 , ll2 , Syaf i, Imam, 35, 46, 61, 79,
123, 126, 128, 131,376, 130, 151, 167-171,173,
398, 469, 495, 624, 682, 175,177,180, 181, 186,
706,809,817,915 lg7, 296, 298,336,369,
Shahih Muslim, ll2, 120, 123, 436, 467, 468, 474, 566,
128,374,388, 682,982, 647, 651, 655, 656, 662,
993 671, 703, 752, 755, 784
shahwah islamiyah, lO2, 386
Syaf ilryah, 434, 435, 456,
Shakhr,562 468
Shalih, 1OO4
lo74
Syahathah, Syauqi Ismail, ll9, 125, 16l, 4@, 505,
330 506, 593,663,815, 843,
Syahr bin Hausyab, 377 859, 1016
syahal,30,33 Thaha, 127, 133, 22O, 222,
Syakir, Ahmad Muhammad, 228,234,346,347,351,
157, 158,235, 236, 299, 745,lO00,lOO2
303,304,309,31O,313, Thalhah,562
1019 Thatcher, Margaret, 546
syalal al-mrhhhhi,75O Thawus,168,695
Syam, 168,339, 695, 976 Thousand Oaks,326,327
Syamsiyah,225 Thursina,72l
Syaqiq, 65 Tirmidzi, Imarn, 80, l2O,
Syauqi, tthmad,2O7 123, 126, 155, 160, 193,
Syawal, 289, 295, 3O1,314, 287, 288,362, 397, 436,
993 445, 516, 522, 592, 597,
Syu'aib, 353,389 599, 624,634,640,709,
Syu'bah,380 71o, 729, 792, 815, 930
Syuraih, 38O,697 Tokyo,585
Tsabit bin Qais, 509, 515,
516, 518
Ta'wil Muhhulif al-Hadits, 6l tsa4aJah islamiyah, 51
Tafsir al-Baidhawi, 221, 236 Tsauban, 98, 516
T afsir al-Kasy sy af, 197 Tsauri,Imam,46
TaJsir al-Manar,36l Tunis,915
T ahafut al-F alasifah, 197 Tunisia, 29O,427
talwzuq,632 Turki,33, 110, 152,427
taisir al-maut, 749, 754
tajiliil,207
talaqqi ar -ruhban, 608, 610 Ubadah bin Shamit, 388,799
Talmud, 106 Ubai bin l(a'ab, 168,753
Ta4rib,48,l12 Ubaidillah, SSO
T aqw imul - Ailillah, I 7 2 ulul albab, ll3
targhib, 48, ll2, 49O Umar,562
tarhib,48,49O Umar al-Faruq,927,969
T arikhul-Khulafa', 1043, lO44 Umar bin Abdul Aziz,337,
tasawuf, 1048 338, 631, 695,951,
tashallub al- asyram, 7 5O 1038-1040, 1042-l0fi
Taurat, 106, 345, 348, 1027, Umar bin Hakam, 141
l032 Umar bin Khatab, 65,78,87,
Thabrani, Imam, 80, 10O, 16g, 169, 172, 175, 1s.,
to75
201, 231,269, 279, 353, Urwah bin Zubair, 76,145,
378, 3gg, 533, 535, 536, 146,602,656,961
545, 593,.601, 627, 653, Usamah bin Zaid, 817
697, 702, 729, 736, 763, Utsman bin Abdullah, 86
771, 792, 947, 927, g2g, Utsman bin Abil Ash, 861
935,941,944,954, 96g, Utsman bin Affan, 30,33,
969,975,976,995, 1047 50,285,388, 512, 525,
Umar bin Usaid, 1047 543,607,697
Ummahatul Mu'minin, J53,
684
waliyul-amri, 770
Ummu Aiman, 625
Waqaf Islami di Amerika
Ummu Ammarah Nusaibah
Utara (NAIT),326
binti Ka'ab, 388
Watsilah bin al-Asqa', 607,
Ummu Athiyah, 385,387,
657
406,407.409,451
Ummu Darda',819
Ummu Fadhl,564 Yahudi, 69, 103, lO5-107,
Ummu Hani binti Abi Thalib, lo9, 126, 136, 137,
376 t4t-143, 221, 239, 260,
Ummu Haram binti Mulhan, 322,345,626, 633,795,
388,417 822, 965, 971,974-976,
Ummu Khalad,450 978, t0t7, t0tg,1027,
Ummu Saib, 401, 821 1029
Ummu Salamah, 352, 357, Yahya bin Adam, 47
361,368,369, 494, 522, Yahya bin I'ratsir, 376
531,541,629,793, ggl Yahya bin Sa'id, 1047
Ummu Sulaim, 387,388, Yaman, 338, 377, 798, 8Ol,
417, 419 802, 805
Ummu 7.ata',624 .r,nrrrsih.583
Ummul Ala', 401 Yaqub, 39
Ummul Harits binti Abi Yasin, 362,872
Rabi'ah, 976 Yazid bin Abi Ziyad,65,455
Ummul Kitab,548 Yunus, 149, 178, 220, 222,
Ummul Musalyab, 401 462, 644, 653, 679, 690,
Uni Soviet, 102 703,979
Universitas King Abdul Aziz, Yunus bin Ubaid, 612,613
330 Yusuf, 32, 36-40, 178, 226,
Universitas Qatar, 27 3, 498 372, 562, 591, 647, 864,
Uqbah bin Amir, 838 931,9s3,956,960, tO36
Urdu, 152 Yusuf bin Malik, 593
to76
za'faran,617 Zaunul Abidin, AIi bin al-
Zailul-Ma'ai1,2O4,475,753 Husain, 1017
Zaid,bin AIi, Imam, 168 Zhahiriyah, 2\S,I8S
Zaid,bin Arqam, 141,142, Zionisme, 106,32l
815 ZiyadlbnuAbiMaryam,232
Zaidbin Aslam, 625 Zuhair bin Muhammad, 84,
ZaidbinTsabit, ss,168,62\ 494
Zainab,443,446 Zuhri, 168
Zaitunah,427 Zurruq,434 c
Zakaria,39O
1077