Anda di halaman 1dari 3

“IMAN TIMBUL DARI PENDENGARAN FIRMAN”

Roma 10:16-21

Salam sejahtera bagi kita semua. Shalom…


Teman-teman pemuda dan remaja yang diberkati dan dikasihi oleh Tuhan kita Yesus
Kristus. Kita semua bersyukur atas berkat dan penyertaan Tuhan pada tangal 12 Juni
2023, kita telah merayakan bersama hari ulang tahun Pekabaran injil dan Pendidikan
Kristen ditanah Minahasa yang ke-192 tahun yang berarti bahwa sudah 192 tahun injil
diberitakan dan sudah 192 generasi yang memberitakan dan mengabarkan injil hingga
sampai dijaman sekarang.
Teman-teman pemuda, remaja dan kakak-kakak Pembina remaja yang diberkati Tuhan,
pada saat ini kita dihentar dalam pembacaan kitab Roma pasal 10:16-21 yang
merupakan surat penginjilan yang ditulis oleh Rasul Paulus. Kekristenan di Roma
sudah ada sebelum tahun 49 M oleh pemberitaan injil orang-orang Yahudi yang
melahirkan beberapa kelompok kecil yang meyakini ajaran baru itu. Tapi dalam
perkembangan selanjutnya malah orang-orang non Yahudi menjadi mayoritas pada
gereja mula-mula disana. Paulus begitu bersemangat dan menyatakan keinginannya
segera datang ke kota Roma.
Ayat 16, dimulai dengan narasi negatif, penolakan terhadap kabar baik. Penolakan
kepada Injil merupakan hal lazim di kota Roma mengingat pemimpin bangsa ini
umumnya tidak pernah toleran terhadap kekristenan. Konteks penolakan pada kabar
baik Tuhan Allah tidak hanya dominan dalam Perjanjian Baru, tetapi juga dalam
Perjanjian Lama. Kutipan Yesaya 53:1; mengungkapkan penolakan berulang-ulang
bangsa Israel terhadap pemberitaan para nabi. Jadi tidak mendengar nubuatan para
nabi bukan hanya menolak nabi tersebut, tetapi identik menolak Tuhan Allah sendiri.
Pendengaran mendapat penekanan pada ayat 17. Kata dengar (Yun:ακουο – akuouo)
menandakan bahwa pendengaran amat penting dan menentukan karena erat kaitannya
dengan iman seseorang kepada Tuhan Allah. Sebagai penganut Yahudi sejati ia tahu
bahwa keberadaan (hakikat) Tuhan Allah dipahami/diketahui dengan cara mendengar.
“Dengarlah, hai orang Israel; Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa” (Ulangan 6:4).
Karena itu dengan berani ia mengungkapkan teologinya bahwa awal iman ada pada
pendengaran tentang firman. Dampak mendengar firman adalah munculnya iman.
Seperti mata rantai yang bersambung, dari mendengar firman, bisa mengenal Tuhan
Allah dan berlanjut beriman kepada-Nya. Ini adalah rantai keselamatan.
Pendengaran Firman yang bagaimana menimbulkan iman? (18-19). Pendengar harus
memberikan perhatian yang sungguh pada apa yang didengar, sehingga Firman
berdampak perubahan. Mendengar di sini berarti mencermati, menanggapi dan
memahami dengan seksama. Mendengar dengan tidak menyenangkan tentu tidak
memperoleh apa-apa tetapi bangkitkanlah kesenangan mendengar firman Tuhan.
Apa dampak dari penolakan terhadap Injil (tidak mau mendengar Injil) ayat 21-22?
Paulus menggunakan latarbelakang Perjanjian Lama tentang penghukuman dan
keselamatan (Yesaya 65:1,11). Narasi yang bernada kontradiksi dikenakan kepada Israel.
Seharusnya mereka diberkati, tapi sebaliknya nabi Yesaya malah menubuatkan
penghukuman. Mengapa? Karena Israel disebut sebagai bangsa yang semenjak nenek
moyang mereka mendatangkan sakit hati Tuhan Allah (band Yes: 65:2-3,7). Secara
tersirat Paulus bertanya apakah tragedi masa lampau ini akan terulang lagi bagi Yahudi
masa kini dan kenapa harus melanjutkan kemarahan Tuhan Allah bagi generasi kini?
Padahal betapa sabarnya Tuhan Allah, tangan-Nya selalu terulur (sebagai isyarat
memohon dengan sangat). Ini menandakan ketersediaan waktu Tuhan Allah menanti
agar mereka datang mencari-Nya, mendengar perintah dan firman-Nya, hingga terjadi
perubahan jati diri dari bangsa yang bebal menjadi dengar-dengaran.

Tidak taat dan membantah pada-Nya tidak hanya menjauhkan dari hadirat-Nya, malah
mereka akan terbuang, ditawan dan diasingkan dan berakhir tragis dalam berbagai
penghukuman. Senada dengan pernyataan ini, Yeremia mengecam Israel karena tidak
mendengar Tuhan Allah (5:21).

Teman teman pemuda, remaja, dan kakak-kakak Pembina remaja. Melalui firman
Tuhan dihari ini ada beberapa hal yang menjadi catatan atau poin penting yang dapat
kita ambil untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:

1. Hubungan yang akrab dengan Tuhan = Pendengar yang setia

Menjadi pendengar yang setia, tidaklah mudah, butuh perjuangan, bahkan harus
dengan iman. Sebab pendengaran berhubungan dengan iman, bahkan bagian dari iman.
Dibutuhkan kecerdasan untuk mendengar, karena ini berdampak pada hati dan pikiran
seseorang. Jika kita mau untuk konsisten belajar mendengar suara Tuhan lewat firman-
Nya, kita akan merasa bahwa kita memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan, bahkan
lebih erat dari hubungan orang tua dan anak. Namun sekali lagi itu hanya akan terjadi
kita mau menjadi pendengar yang setia. Mendengar berarti menunjukkan kedekatan
hubungan yang akrab. Mendengar berarti menyimak dan mau mengerti tentang
kehendak Dia yang memanggil.

2. Orang yang bertumbuh dan beriman adalah mereka yang selalu mendengar suara
Tuhan.

Hal ini dipahami bahwa orang yang mau bertumubuh dalam iman adalah mereka yang
tidak pernah menjauhkan diri dari persekutuan ibadah, dan terbuka terhadap setiap
didikan dan ajaran dari orang tua/guru/kakak-kakak Pembina remaja. Dalam artian
bahwa ketika kita beribadah, kita diberikan kesempatan untuk mendengarkan firman
yang kita yakini bahwa itu adalah suara Tuhan yang diperdengarkan-Nya lewat
pembacaan dan pemberitaan firman. Namun memang perlu diakui bahwa dijaman saat
ini, mendengar firman saat beribadah merupakan suatu kebiasaan yang sudah usang.
Banyak anak pemuda dan remaja sementara khotbah, masuk keluar tempat ibadah,
main hp, merokok, dll dengan berpikir bahwa bersekutu dengan menyanyi dan berdoa
saja cukup. Hal-hal seperi inilah yang harus kita ubah dari generasi kita. Generasi kita
ini harus menjadi generasi yang mencintai firman agar iman kita dapat kita wariskan
yang tentunya membawa dampak yang baik dan benar kepada anak, cucu kita.

Didalam kitab Amsal 8:32-34 menekankan juga bahwa pendengaran terhadap didikan
akan menjadikan kita bijak, dan ditekankan juga bahwa kita tidak boleh
mengabaikannya. Hal ini merujuk pada bahwa ajaran dan didikan mengenai firman
Tuhan bisa datang dari mana saja, termasuk dari orang-orang sekitar kita yaitu orang
tua/saudara/teman. Didapati bahwa sering kali pemuda dan remaja tidak mau
mendengarkan kata orang tua atas dasar kedewasaan. Karena sudah dewasa, merasa
tidak perlu mendengarkan didikan dan ajaran orang tua atau orang yang lebih tua.
Padahal berapapun usia kita, dimanapun kita berada, penting bagi kita untuk tetap
terus mendengar didikan dan nasihat dari orang-orang sekitar kita dan melakukannya
sesuai dengan kehendak Tuhan, agar kehidupan kita bertumbuh dalam iman. Buah nya
adalah kita menjadi orang yang penuh kasih, orang yang menjadi berkat bagi banyak
orang, bukan hanya bagi orang yang baik dengan kita, tetapi bagi mereka yang
melakukan yang kurang baik bagi kita, sehingga nama Tuhan dimuliakan.

Teman-teman yang diberkati dan dikasihi oleh Tuhan kita Yesus Kristus, hari ulang
tahun Pekabaran injil dan pendidikan Kristen ke-192 mengingatkan kepada kita semua,
bahwa injil diberitakan lewat pendengaran, maka biarlah lewat pendengaran kita,
kehidupan kita dapat menjadi berkat bagi banyak orang. Tuhan Yesus terus memberkati
setiap kita yang mau hidup sesuai dengan kehendak-Nya, dan terus membantu kita
untuk mengenal suara Tuhan yang sesungguhnya dan peka terhadap kehendak-Nya.
Amin…

Anda mungkin juga menyukai