Permasalahan
1. Banyak orang tua yang tidak mau anaknya untuk diimunisasi
2. Banyak anak yang tidak mau diimunisasi
3. Banyak anak yang sedang sakit
4. Banyak anak yang tidak hadir
5. Kurang terorganisirnya antara pihak sekolah dengan orangtua
Teknis:
- Edukasi pentingnya melengkapi imunisasi anak
- Pelaksanaan penyuntikan imunisasi kepada anak
Isi acara :
Kegiatan Imunisasi BIAS dilaksanakan di SDN 23 Ranah
Peserta BIAN : 34 anak mendapatkan imunisasi DT/TT, terdiri atas siswa/i kelas I, II,
dan V
Permasalahan
1. Banyak orang tua yang tidak mau anaknya untuk diimunisasi
2. Banyak anak yang tidak mau diimunisasi
3. Banyak anak yang sedang sakit
4. Banyak anak yang tidak hadir
5. Kurang terorganisirnya antara pihak sekolah dengan orangtua
Teknis:
- Edukasi pentingnya melengkapi imunisasi anak
- Pelaksanaan penyuntikan imunisasi kepada anak
Isi acara :
Kegiatan Imunisasi BIAS dilaksanakan di SD Kartika 1-10
Peserta BIAN : 67 anak mendapatkan imunisasi DT/TT, terdiri atas siswa/i kelas I, II,
dan V
Permasalahan
1. Banyak orang tua yang tidak mau anaknya untuk diimunisasi
2. Banyak anak yang tidak mau diimunisasi
3. Banyak anak yang sedang sakit
4. Banyak anak yang tidak hadir
5. Kurang terorganisirnya antara pihak sekolah dengan orangtua
Teknis:
- Edukasi pentingnya melengkapi imunisasi anak
- Pelaksanaan penyuntikan imunisasi kepada anak
Isi acara :
Kegiatan Imunisasi BIAS dilaksanakan di SDN 15 Belakang Pondok
Peserta BIAN : 30 anak mendapatkan imunisasi DT/TT, terdiri atas siswa/i kelas I, II,
dan V
Teknis
- Edukasi pentingnya melengkapi imunisasi anak.
- Pemberian imunisasi lengkap bagi balita yang belum melengkapi imunisasi
Isi acara :
- Kegiatan imunisasi dilaksanakan di Posyandu Anggrek 2, Seberang Padang
Selatan
- Jumlah balita : 57 orang
Peserta yang hadir: 25 orang
Yang mendapatkan imunisasi : 2 orang, yaitu 1 perempuan dan 1 laki-laki
1. An. NA, 1 tahun, perempuan: DPT-HB-HIB
2. An. B, 2 tahun, laki-laki: DPT-HB-HIB
Teknis
- Edukasi pentingnya melengkapi imunisasi anak.
- Pemberian imunisasi lengkap bagi anak yang belum melengkapi imunisasi
Isi acara :
- Kegiatan imunisasi dilaksanakan di Puskesmas Seberang Padang
- Jumlah anak yang mendapatkan imunisasi 4 orang, yaitu:
1. An. KVZ, 5 bulan, perempuan: imunsasi DPT-HB-HIB
2. An. FAR, 1 tahun 8 bulan, laki-laki : imunisasi DPT-HB-HIB
3. An. OGS, 4 bulan, perempuan: imunisasi DPT-HB-HIB
4. An. JW, 1 tahun 1 bulan, laki-laki: imunisasi campak
Permasalahan:
1. Pengetahuan masyarakat yang minim tentang vaksin COVID-19
2. Masyarakat masih banyak yang tidak mau untuk divaksin
Permasalahan
1. Masyarakat masih banyak yang mengalami penyakit skabies.
2. Kurangnya pengetahuan pasien terhadap penyakit skabies.
3. Kurangnya pengetahuan pasien terhadap penyebab penyakit skabies.
4. Kurangnya perhatian pasien terhadap kebersihan diri dan lingkungan.
Intervensi
Melakukan penyuluhan tentang penyakit skabies
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan pada:
Tanggal : 23 Agustus 2022
Jam : 09.00 – 09.15
Tempat : Poli Anak Puskesmas Seberang Padang
Permasalahan
1. Masyarakat masih banyak yang mengalami penyakit campak.
2. Kurangnya pengetahuan pasien terhadap penyakit campak.
3. Kurangnya pengetahuan pasien terhadap imunisasi campak.
Intervensi
Melakukan penyuluhan tentang penyakit campak dan imunisasi campak.
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan pada:
Tanggal : 1 September 2022
Jam : 10.00 – 10.15
Tempat : Poli Anak Puskesmas Seberang Padang
Permasalahan
Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien dan
dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga
yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi
kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Pengobatan TB paru dapat dilaksanakan
secara tuntas dengan kerjasama yang baik antara penderita TB Paru dan tenaga
kesehatan atau lembaga kesehatan, sehingga penyembuhan pasien dapat dilakukan
secara maksimal. Tetapi banyak pasien yang tidak patuh untuk minum obat selama 6
bulan akhirnya banyak yang harus mengulang pada pengobatan pertama.
Data Pasien:
Ny. S; 38 tahun; 153 cm; 45 kg
Alamat: Jl. Alang Laweh, Padang Selatan
a. Anamnesis
Gejala
- Batuk >14 hari (+)
- Sesak napas (+)
- Demam/meriang >14 hari (+)
- Berat badan turun (+), lebih kurang 2 kg dalam satu bulan ini
- Batuk darah (-)
- Berkeringat malam tanpa aktivitas (-)
- Gejala lainnya: Tidak ada
Faktor Risiko
- Kontak dengan Pasien TB (+) suami pasien
- Ibu Hamil (+)
- DM (-)
- Umur >60 tahun (-)
- Perokok (-)
- Riw. Pengobatan TB (-)
b. Pemeriksaan Fisik
KU: ringan, TD: 110/70, HR: 85x/menit, RR: 18x/menit, T: 37
Mata: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Thorax : SN vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen: supel, timpani, NTE (-), BU (+) normal
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik
c. Pemeriksaan Penunjang
Pengambilan sputum dahak untuk pemeriksaan TCM
Permasalahan
Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien dan
dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga
yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi
kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Pengobatan TB paru dapat dilaksanakan
secara tuntas dengan kerjasama yang baik antara penderita TB Paru dan tenaga
kesehatan atau lembaga kesehatan, sehingga penyembuhan pasien dapat dilakukan
secara maksimal. Tetapi banyak pasien yang tidak patuh untuk minum obat selama 6
bulan akhirnya banyak yang harus mengulang pada pengobatan pertama.
Data Pasien:
Tn. RE; 48 tahun; 170 cm; 73 kg
Alamat: Jl. Koto Baru, Banuaran
a. Anamnesis
Gejala
- Batuk >14 hari (+)
- Sesak napas (+)
- Berat badan turun (+)
- Demam/meriang >14 hari (-)
- Batuk darah (-)
- Berkeringat malam tanpa aktivitas (-)
- Gejala lainnya: Tidak ada
Faktor Risiko
- Riw. Pengobatan TB (+)
- Kontak dengan Pasien TB (-)
- Ibu Hamil (-)
- DM (-)
- Umur >60 tahun (-)
- Perokok (-)
b. Pemeriksaan Fisik
KU: ringan, TD: 120/80, HR: 82x/menit, RR: 19x/menit, T: 36,7
Mata: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Thorax : SN vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen: supel, timpani, NTE (-), BU (+) normal
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik
c. Pemeriksaan Penunjang
Pengambilan sputum dahak untuk pemeriksaan TCM
Permasalahan
Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien dan
dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga
yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi
kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Pengobatan TB paru dapat dilaksanakan
secara tuntas dengan kerjasama yang baik antara penderita TB Paru dan tenaga
kesehatan atau lembaga kesehatan, sehingga penyembuhan pasien dapat dilakukan
secara maksimal. Tetapi banyak pasien yang tidak patuh untuk minum obat selama 6
bulan akhirnya banyak yang harus mengulang pada pengobatan pertama.
Data Pasien:
Tn. BB; 54 tahun; 165 cm; 50 kg
Alamat: Jl. Alang Laweh, Padang Selatan
a. Anamnesis
Gejala
- Batuk >14 hari (+)
- Sesak napas (+)
- Batuk darah (+), selama 1 minggu ini
- Berat badan turun (-)
- Demam/meriang >14 hari (-)
- Berkeringat malam tanpa aktivitas (-)
- Gejala lainnya: Tidak ada
Faktor Risiko
- Riw. Pengobatan TB (+)
- Perokok (+)
- Kontak dengan Pasien TB (-)
- Ibu Hamil (-)
- DM (-)
- Umur >60 tahun (-)
b. Pemeriksaan Fisik
KU: ringan, TD: 133/71, HR: 78x/menit, RR: 22x/menit, T: 36,8
Mata: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Thorax : SN vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen: supel, timpani, NTE (-), BU (+) normal
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik
c. Pemeriksaan Penunjang
Pengambilan sputum dahak untuk pemeriksaan TCM
Permasalahan
Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien dan
dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga
yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi
kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Pengobatan TB paru dapat dilaksanakan
secara tuntas dengan kerjasama yang baik antara penderita TB Paru dan tenaga
kesehatan atau lembaga kesehatan, sehingga penyembuhan pasien dapat dilakukan
secara maksimal. Tetapi banyak pasien yang tidak patuh untuk minum obat selama 6
bulan akhirnya banyak yang harus mengulang pada pengobatan pertama.
Data Pasien:
Ny. S; 63 tahun; 160 cm; 58 kg
Alamat: Jl. Alang Laweh Koto, Padang Selatan
a. Anamnesis
Gejala
- Batuk >14 hari (+)
- Demam/meriang >14 hari (+)
- Sesak napas (-)
- Batuk darah (-)
- Berat badan turun (-)
- Berkeringat malam tanpa aktivitas (-)
- Gejala lainnya: Nafsu makan menurun (+)
Faktor Risiko
- Umur >60 tahun (+)
- Riw. Pengobatan TB (-)
- Perokok (-)
- Kontak dengan Pasien TB (-)
- Ibu Hamil (-)
- DM (-)
b. Pemeriksaan Fisik
KU: ringan, TD: 125/82, HR: 77x/menit, RR: 18x/menit, T: 37
Mata: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Thorax : SN vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen: supel, timpani, NTE (-), BU (+) normal
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik
c. Pemeriksaan Penunjang
Pengambilan sputum dahak untuk pemeriksaan TCM
Permasalahan
Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien dan
dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga
yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi
kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Pengobatan TB paru dapat dilaksanakan
secara tuntas dengan kerjasama yang baik antara penderita TB Paru dan tenaga
kesehatan atau lembaga kesehatan, sehingga penyembuhan pasien dapat dilakukan
secara maksimal. Tetapi banyak pasien yang tidak patuh untuk minum obat selama 6
bulan akhirnya banyak yang harus mengulang pada pengobatan pertama.
Data Pasien:
Tn. AP; 34 tahun; 160 cm; 54 kg
Alamat: Jl. Pinang Bungkok, Lubuk Buaya, Koto Tangah
a. Anamnesis
Gejala
- Batuk >14 hari (+)
- Batuk darah (+), selama 2 bulan, hilang timbul
- Demam/meriang >14 hari (-)
- Sesak napas (-)
- Berat badan turun (-)
- Berkeringat malam tanpa aktivitas (-)
- Gejala lainnya: Nyeri dada terutama saat batuk
Faktor Risiko
- Perokok (+)
- Kontak dengan Pasien TB (+) bapak pasien
- Umur >60 tahun (-)
- Riw. Pengobatan TB (-)
- Ibu Hamil (-)
- DM (-)
b. Pemeriksaan Fisik
KU: ringan, TD: 110/70, HR: 85x/menit, RR: 19x/menit, T: 37
Mata: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Thorax : SN vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen: supel, timpani, NTE (-), BU (+) normal
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik
c. Pemeriksaan Penunjang
Pengambilan sputum dahak untuk pemeriksaan TCM
Permasalahan
Prevalensi kejadian TB semakin meningkat karena penularan yang tidak bisa dicegah.
Beberapa kasus TB tidak terkontrol obat dan bahkan mengalami putus obat yang akan
menyebabkan penularan semakin meningkat.
Faktor risiko yang menyebabkan penularan semakin peningkat yaitu karena tingkat
Pendidikan rendah, ekonomi, kebersihan, merokok, dan lingkungan. Semakin rendah
pendidikan seseorang maka semakin besar risiko untuk menderita TB paru.
Pendidikan berkaitan dengan pengetahuan yang nantinya berhubungan dengan upaya
pencarian pengobatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan
tentang TB semakin baik sehingga pengendalian agar tidak tertular dan upaya
pengobatan bila terinfeksi juga maksimal.
Penyakit TB paru selalu dikaitkan dengan kemiskinan. Menurut WHO, 90% penderita
TB di dunia menyerang kelompok dengan sosial ekonomi lemah atau miskin dan
hubungan keduanya bersifat timbal balik, dimana penyakit TB merupakan penyebab
kemiskinan dan karena kemiskinan maka manusia menderita TB. Keluarga yang
mempunyai pendapatan lebih tinggi akan lebih mampu untuk menjaga kebersihan
lingkungan rumah tangganya, menyediakan air minum yang baik, membeli makanan
yang jumlah dan kualitasnya memadai bagi keluarga mereka, serta mampu
membiayai pemeliharaan kesehatan yang mereka perlukan. Sedangkan masyarakat
dengan sosial ekonomi rendah mengakibatkan kondisi gizi yang buruk, perumahan
yang tidak sehat dan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan
Data Pasien:
Ny. DM; 39 tahun; 157 cm; 55 kg
S/ Pasien datang dengan keluhan utama batuk sejak 3 bulan yang lalu. Batuk
berdahak, dahak berwarna putih kental kekuningan. Demam (+), sekitar 1 bulan ini.
Demam dirasakan tidak terlalu tinggi, tidak menggigil, dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan (+). Berat badan turun (+), tapi pasien tidak mengetahui
berapa kilogram. Berkeringat malam tanpa aktivitas (+). Batuk darah (-). Sesak napas
(-).
RPD: Riw. TB paru sebelumnya tidak ada
RPK: Tidak ada
O/ KU: ringan, TD: 128/85, HR: 90x/menit, RR: 19x/menit, T: 37
Mata: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Thorax : SN vesikuler, Rh +/+, Wh -/-
Abdomen: supel, timpani, NTE (-), BU (+) normal
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik
A/ Susp. TB
P/ Pemeriksaan TCM
Permasalahan
Prevalensi kejadian TB semakin meningkat karena penularan yang tidak bisa dicegah.
Beberapa kasus TB tidak terkontrol obat dan bahkan mengalami putus obat yang akan
menyebabkan penularan semakin meningkat.
Faktor risiko yang menyebabkan penularan semakin peningkat yaitu karena tingkat
Pendidikan rendah, ekonomi, kebersihan, merokok, dan lingkungan. Semakin rendah
pendidikan seseorang maka semakin besar risiko untuk menderita TB paru.
Pendidikan berkaitan dengan pengetahuan yang nantinya berhubungan dengan upaya
pencarian pengobatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan
tentang TB semakin baik sehingga pengendalian agar tidak tertular dan upaya
pengobatan bila terinfeksi juga maksimal.
Penyakit TB paru selalu dikaitkan dengan kemiskinan. Menurut WHO, 90% penderita
TB di dunia menyerang kelompok dengan sosial ekonomi lemah atau miskin dan
hubungan keduanya bersifat timbal balik, dimana penyakit TB merupakan penyebab
kemiskinan dan karena kemiskinan maka manusia menderita TB. Keluarga yang
mempunyai pendapatan lebih tinggi akan lebih mampu untuk menjaga kebersihan
lingkungan rumah tangganya, menyediakan air minum yang baik, membeli makanan
yang jumlah dan kualitasnya memadai bagi keluarga mereka, serta mampu
membiayai pemeliharaan kesehatan yang mereka perlukan. Sedangkan masyarakat
dengan sosial ekonomi rendah mengakibatkan kondisi gizi yang buruk, perumahan
yang tidak sehat dan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan
Data Pasien:
Tn. AT; 67 tahun; 165 cm; 43 kg
S/ Pasien datang dengan keluhan utama batuk sejak 1 bulan yang lalu. Batuk tidak
berdahak. Demam (+), sekitar 1 bulan ini. Demam dirasakan tidak terlalu tinggi, tidak
menggigil, dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan (+). Berat badan turun
(+), tapi pasien tidak mengetahui berapa kilogram. Berkeringat malam tanpa aktivitas
(+). Sesak napas (+). Batuk darah (-).
RPD: Riw. TB paru sebelumnya (-)
RPK: Tidak ada
Riw. Kebiasaan: Merokok (+), konsumsi alkohol (-), narkoba (-)
O/ KU: ringan, TD: 121/82, HR: 89x/menit, RR: 23x/menit, T: 37,3
Mata: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Thorax : SN vesikuler, Rh +/+, Wh -/-
Abdomen: supel, timpani, NTE (-), BU (+) normal
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik
A/ Susp. TB
P/ Pemeriksaan TCM
Monitoring Dan Evaluasi
Setelah dilakukan pemeriksaan TCM pada pasien, hasil TCM keluar pada tanggal 14
September 2022, yaitu MTB Detected, Rif Sensitif. Pasien diberikan OAT Kategori 1
selama 6 bulan dengan tahap awal selama 56 hari dosis RHZE (150/75/400/275)mg
dan tahap lanjutan selama 16 minggu dosis RH (150/150)mg. Pengobatan berakhir
sekitar tanggal 28 Februari 2023.
Permasalahan
Prevalensi kejadian TB semakin meningkat karena penularan yang tidak bisa dicegah.
Beberapa kasus TB tidak terkontrol obat dan bahkan mengalami putus obat yang akan
menyebabkan penularan semakin meningkat.
Faktor risiko yang menyebabkan penularan semakin peningkat yaitu karena tingkat
Pendidikan rendah, ekonomi, kebersihan, merokok, dan lingkungan. Semakin rendah
pendidikan seseorang maka semakin besar risiko untuk menderita TB paru.
Pendidikan berkaitan dengan pengetahuan yang nantinya berhubungan dengan upaya
pencarian pengobatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan
tentang TB semakin baik sehingga pengendalian agar tidak tertular dan upaya
pengobatan bila terinfeksi juga maksimal.
Penyakit TB paru selalu dikaitkan dengan kemiskinan. Menurut WHO, 90% penderita
TB di dunia menyerang kelompok dengan sosial ekonomi lemah atau miskin dan
hubungan keduanya bersifat timbal balik, dimana penyakit TB merupakan penyebab
kemiskinan dan karena kemiskinan maka manusia menderita TB. Keluarga yang
mempunyai pendapatan lebih tinggi akan lebih mampu untuk menjaga kebersihan
lingkungan rumah tangganya, menyediakan air minum yang baik, membeli makanan
yang jumlah dan kualitasnya memadai bagi keluarga mereka, serta mampu
membiayai pemeliharaan kesehatan yang mereka perlukan. Sedangkan masyarakat
dengan sosial ekonomi rendah mengakibatkan kondisi gizi yang buruk, perumahan
yang tidak sehat dan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan
Data Pasien:
Tn. A; 63 tahun; 155 cm; 39 kg
S/ Pasien datang dengan keluhan utama batuk sejak 1 bulan yang lalu. Batuk
berdahak, dahak berwarna putih kental kekuningan. Demam (+), sekitar 1 bulan ini.
Demam dirasakan tidak terlalu tinggi, tidak menggigil, dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan (+). Berat badan turun (+), sekitar 2 kg selama 1 bulan ini
Berkeringat malam tanpa aktivitas (+). Sesak napas (+). Batuk darah (-).
RPD: Riw. TB paru (+) 8 tahun yang lalu
RPK: Tidak ada
Riw. Kebiasaan: Merokok (+), konsumsi alkohol (-), narkoba (-)
O/ KU: ringan, TD: 111/72, HR: 86x/menit, RR: 22x/menit, T: 37,3
Mata: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Thorax : SN vesikuler, Rh +/+, Wh -/-
Abdomen: supel, timpani, NTE (-), BU (+) normal
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik
A/ Susp. TB
P/ Pemeriksaan TCM
Permasalahan
Prevalensi kejadian TB semakin meningkat karena penularan yang tidak bisa dicegah.
Beberapa kasus TB tidak terkontrol obat dan bahkan mengalami putus obat yang akan
menyebabkan penularan semakin meningkat.
Faktor risiko yang menyebabkan penularan semakin peningkat yaitu karena tingkat
Pendidikan rendah, ekonomi, kebersihan, merokok, dan lingkungan. Semakin rendah
pendidikan seseorang maka semakin besar risiko untuk menderita TB paru.
Pendidikan berkaitan dengan pengetahuan yang nantinya berhubungan dengan upaya
pencarian pengobatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan
tentang TB semakin baik sehingga pengendalian agar tidak tertular dan upaya
pengobatan bila terinfeksi juga maksimal.
Penyakit TB paru selalu dikaitkan dengan kemiskinan. Menurut WHO, 90% penderita
TB di dunia menyerang kelompok dengan sosial ekonomi lemah atau miskin dan
hubungan keduanya bersifat timbal balik, dimana penyakit TB merupakan penyebab
kemiskinan dan karena kemiskinan maka manusia menderita TB. Keluarga yang
mempunyai pendapatan lebih tinggi akan lebih mampu untuk menjaga kebersihan
lingkungan rumah tangganya, menyediakan air minum yang baik, membeli makanan
yang jumlah dan kualitasnya memadai bagi keluarga mereka, serta mampu
membiayai pemeliharaan kesehatan yang mereka perlukan. Sedangkan masyarakat
dengan sosial ekonomi rendah mengakibatkan kondisi gizi yang buruk, perumahan
yang tidak sehat dan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan
Data Pasien:
Tn. A; 52 tahun; 167 cm; 58 kg
S/ Pasien datang dengan keluhan utama batuk sejak 2 bulan yang lalu. Batuk
berdahak, dahak berwarna putih kental kekuningan. Sesak napas (-). Demam (+),
sekitar 1 bulan ini. Demam dirasakan tidak terlalu tinggi, tidak menggigil, dan
bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan (+). Berat badan turun (-). Berkeringat
malam tanpa aktivitas (+). Riw. batuk darah (+).
RPD: Tidak ada
RPK: Tidak ada
Riw. Kebiasaan: Merokok (+), konsumsi alkohol (-), narkoba (-)
O/ KU: ringan, TD: 130/80, HR: 80x/menit, RR: 20x/menit, T: 37
Mata: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Thorax : SN vesikuler, Rh +/+, Wh -/-
Abdomen: supel, timpani, NTE (-), BU (+) normal
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik
A/ Susp. TB
P/ Pemeriksaan TCM
Permasalahan
Prevalensi kejadian TB semakin meningkat karena penularan yang tidak bisa dicegah.
Beberapa kasus TB tidak terkontrol obat dan bahkan mengalami putus obat yang akan
menyebabkan penularan semakin meningkat.
Faktor risiko yang menyebabkan penularan semakin peningkat yaitu karena tingkat
Pendidikan rendah, ekonomi, kebersihan, merokok, dan lingkungan. Semakin rendah
pendidikan seseorang maka semakin besar risiko untuk menderita TB paru.
Pendidikan berkaitan dengan pengetahuan yang nantinya berhubungan dengan upaya
pencarian pengobatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan
tentang TB semakin baik sehingga pengendalian agar tidak tertular dan upaya
pengobatan bila terinfeksi juga maksimal.
Penyakit TB paru selalu dikaitkan dengan kemiskinan. Menurut WHO, 90% penderita
TB di dunia menyerang kelompok dengan sosial ekonomi lemah atau miskin dan
hubungan keduanya bersifat timbal balik, dimana penyakit TB merupakan penyebab
kemiskinan dan karena kemiskinan maka manusia menderita TB. Keluarga yang
mempunyai pendapatan lebih tinggi akan lebih mampu untuk menjaga kebersihan
lingkungan rumah tangganya, menyediakan air minum yang baik, membeli makanan
yang jumlah dan kualitasnya memadai bagi keluarga mereka, serta mampu
membiayai pemeliharaan kesehatan yang mereka perlukan. Sedangkan masyarakat
dengan sosial ekonomi rendah mengakibatkan kondisi gizi yang buruk, perumahan
yang tidak sehat dan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan
Data Pasien:
Tn. IB; 29 tahun; 166 cm; 57 kg
S/ Pasien datang dengan keluhan utama batuk sejak 3 minggu yang lalu. Batuk tidak
berdahak. Demam (+), sekitar 2 minggu ini. Demam dirasakan tidak terlalu tinggi,
tidak menggigil, dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan (+). Berat badan
turun (+), tapi pasien tidak mengetahui berapa kilogram. Berkeringat malam tanpa
aktivitas (+). Sesak napas (-). Batuk darah (-).
RPD: Tidak ada
RPK: Kakak kandung pasien, tinggal serumah saat ini sedang menjalani
pengobatan TB
Riw. Kebiasaan: Merokok (+), konsumsi alkohol (-), narkoba (-)
O/ KU: ringan, TD: 110/70, HR: 98x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,9
Mata: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Thorax : SN vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen: supel, timpani, NTE (-), BU (+) normal
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik
A/ Susp. TB
P/ Pemeriksaan TCM