TIM PENYUSUN:
1. Hairil, S.Pd
2. Frenki Putra Farma, S.Pd
3. Kamelia, S.Pd
4. Rozi Fitria, S.Pd
5. Yulinda Safitri, S.Pd
6. Zuraida, S.Pd
7. Mhd. Sazali Maksum, S.E
A. LATAR BELAKANG
Bhineka tunggal ika sebagai semboyan bangsa Indonesia memberikan makna berbeda-
beda tetapi tetap satu. Makna yang demikian sesungguhnya mengarahkan pada
pemahaman bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beraneka ragam agama
suku dan budayanya. Berdasar pada perbedaan inilah maka muncul semangat untuk
mampu hidup berdampingan dan menjunjung toleransi yang menjadi amalan sila ketiga
Pancasila “Persatuan Indonesia”.
Pada praktiknya, nilai ideal tak berbanding lurus dengan fenomena sosiologis.
Keanekaragaman yang pada hakikatnya menjadi pijakan semangat terbentuknya kesatuan
justru berpotensi menjadi salah satu adanya konflik antar agama, suku maupun budaya.
Menyikapi permasalahan yang mengandung unsur SARA ini kemudian negara hadir
melalui Undang-Undang PNPS No. 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan dan/atau
Penodaan Agama. Sebagaimana nomenklatur, undang-undang maka undang-undang
tersebut hanya mengatur mengenai salah satu sektor kenaekaragaman, yaitu perlindungan
agama. Dipilihnya pengaturan mengenai agama lantaran banyaknya intensitas konflik yang
berkaitan dengan agama pada masa demokrasi terpimpin saat undang-undang dibentuk.
Selain untuk meredam adanya konflik antaragama di masyarakat, undang-undang ini juga
sekaligus untuk memberikan perlindungan hukum bagi pemeluk agama. Sepanjang era
reformasi Indonesia menampilkan banyak peristiwa yang menunjukkan perubahan
kehidupan warga sekolah, baik secara individu atau kelompok,Faktor utama mendorong
terjadinya proses perubahan tersebut adalah pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal
Ika-an, baik oleh warga sekolah maupun diluar sekolah mengindikasikan gejala memudar.
Kondisi ini dapat dilihat dari kecenderungan terjadinya konflik antar individu, kelompok
siswa yang berbeda agama, ras, suku/etnik, budaya, dan berbeda kepentingan, serta
rendahnya moral akibat rendahnya pemahaman mengenai nilai-nilai ke-Bhinneka Tungal
Ika-an yang syarat dengan integrasi nasional dalam masyarakat multikultural, nilai-nilai
budaya bangsa sebagai keutuhan, kesatuan, dan persatuan negara bangsa harus tetap
dipelihara sebagai pilar nasionalisme. Maka Kami merasa sangat perlu mengangkat Tema
Bhineka Tunggal Ika dalam Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila ( P5) dalam “Pentas
Khazanah Budaya”.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
B. Sasaran Kegiatan Seluruh siswa kelas 7 dan 8 SMP Swasta Sains Tahfizh Islamic Center
Siak berjumlah 180 orang Dewan Guru, Staf tata usaha dan seluruh warga SMP Swasta
Sains Tahfizh Islamic Center Siak
C. Jenis Kegiatan
Tari, drama dan musik
NO KELAS PENAMPILAN KET
Keberagaman suku di SMP SMP Swasta Sains Tahfizh Islamic Center Siak terdiri dari
Melayu, Jawa, Batak, Minang, Ocu, Aceh, Sunda.