Anda di halaman 1dari 12

1.

Asas Domisili (Domicile, Residence Principle)


 Berdasarkan asas ini, negara akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang
diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk kepentingan
perpajakan, orang pribadi tersebut merupakan penduduk atau berdomisili di
negara itu atau badan yang berkedudukan di negara itu. Yang digarisbawahi,
POSISI DOMISILI SUBJEK, BUKAN SUMBER PENGHASILAN/OBJEK PAJAK.
2. Asas Sumber (Source Principle)
 Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak atas suatu
penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan HANYA
apabila penghasilan (objek pajak) yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau
diterima oleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan dari suatu negara.
Berkebalikan dengan Asad Domisili, dalam asas ini, tidak menjadi persoalan
mengenai siapa dan apa status dari orang atau badan yang memperoleh
penghasilan tersebut.
3. Asas Kebangsaan, Nasionalitas, Kewarganegaraan (Nationality, Citizenship
Principle)
 Dalam asas ini, yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah status
kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan.
Berdasarkan asas ini, tidak menjadi persoalan dari mana penghasilan yang akan
dikenakan pajak berasal, namun asas ini menggabungkan asas kebangsaan
dengan konsep pengenaan pajak atas penghasilan yang diperoleh di luar negeri.
 Pemerintah Indonesia pada dasarnya menganut asas pengenaan pajak atas seluruh
penghasilan, termasuk penghasilan dari luar negeri.
 Untuk wajib pajak dalam negeri, pengenaan pajak didasarkan atas asas
domisili.
 Sedangkan bagi warga negara asing yang tinggal dan memperoleh
penghasilan di Indonesia, dilakukan pengecekan batas waktu untuk
menentukan apakah orang pribadi atau badan termasuk wajib pajak dalam
negeri (tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam 12 bulan), atau termasuk
wajib pajak luar negeri (tinggal di Indonesia maksimal 183 hari dalam 12
bulan).
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
 Pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk
menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara
membutuhkan biaya, seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dll.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
 Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.
Misalnya, untuk menaikkan penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar
negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka
melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang
tinggi untuk produk luar negeri.
3. Fungsi Stabilitas
 Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan
yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan,
Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di
masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
4. Fungsi Redistribusi Pendapatan
 Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua
kepentingan umum, termasuk untuk membiayai pembangunan, yang kemudian
diharapkan dapat membuka kesempatan kerja, sehingga meningkatkan
pendapatan masyarakat.
Berdasarkan cara pemungutannya, pajak dibedakan menjadi dua jenis, yakni pajak langsung
dan tidak langsung.
Pajak langsung adalah pajak yang harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang
bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Dengan kata lain, pajak langsung
harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat diwakilkan.
Jenis-Jenis Pajak Langsung
1. Pajak Penghasilan
 PPh merupakan pajak yang dibebankan kepada subjek pajak baik Orang Pribadi atau Badan
atas penghasilan yang diterima dalam satu Tahun Pajak. Kewajiban membayar PPh melekat
pada Wajib Pajak yang bersangkutan, sehingga tidak dapat diwakilkan (bersifat langsung).
2. Pajak Bumi dan Bangunan
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut karena adanya keuntungan atau
kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi Orang Pribadi atau Badan yang mempunyai
suatu hak atas bumi, memperoleh manfaat atas bumi, memiliki bangunan, menguasai
bangunan, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Pajak Kendaraan Bermotor
 Pajak Kendaraan Bermotor (PBK) adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan
atau penguasaan kendaraan bermotor. Dasar pengenaan PKB didasarkan pada
nilai jual kendaraan bermotor serta bobot yang nantinya dapat mencerminkan
keterkaitannya dengan kadar kerusakan jalan serta pencemaran terhadap
lingkungan yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor tersebut.
4. Pajak Penerangan Jalan
 Pajak Penerangan Jalan (PPJ) merupakan pajak yang dibebankan pada pihak-
pihak yang menjadi konsumen atau pelanggan penggunaan listrik yang terdapat
pada wilayah-wilayah yang tersedia penerangan jalan. Dasar dari pembebanan PPJ
adalah nilai jual tenaga listrik atau nilai tagihan biaya beban yang ditambahkan
dengan biaya kWh yang sudah ditetapkan pada rekening listrik.
Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain.
Dengan kata lain, pembayarannya dapat diwakilkan kepada pihak lain. Pajak ini tidak
memiliki surat ketetapan pajak, sehingga pengenaannya tidak dilakukan secara berkala
melainkan disesuaikan dengan tindakan perbuatan atas kejadian.
Jenis-Jenis Pajak Tidak Langsung
1. Pajak Pertambahan Nilai
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan
nilai dari barang atau jasa dalam setiap proses produksi maupun distribusi..
 PPN merupakan jenis pajak tidak langsung, karena dipungut dari konsumen sebagai
pembeli, bukan ke Pengusaha Kena Pajak (PKP) sebagai penerima penghasilan.
Namun Pengusaha Kena Pajak wajib menyetorkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
jumlah pajak yangsudah ditarik dair konsumen
2. Bea Masuk
 Bea masuk adalah pungutan yang dikenakan terhadap berbagai macam barang
impor oleh pemerintah yang masuk ke Daerah Pabean.
3. Pajak Ekspor
 Pajak ekspor adalah pajak yang dikenakan pemerintah pada kegiatan-kegiatan
ekspor. Objek pajak ekspor adalah Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena
Pajak (JKP). Pajak ekspor ini bersifat tidak langsung juga karena dibebankan
kepada Wajib Pajak sebagai Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Jenis-jenis pajak berdasarkan sifatnya terdiri dari pajak subjektif dan pajak
objektif.
1. Pungutan pajak disebut subjektif karena memperhatikan keadaan diri wajib
pajak. Contoh: pajak penghasilan (PPh) yang memperhatikan tentang
kemampuan wajib pajak dalam menghasilkan pendapatan atau uang.

2. Pajak objektif merupakan pungutan yang memperhatikan nilai dari objek pajak.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari barang yang dikenakan pajak.
Jenis-jenis pajak berdasarkan lembaga pemungutannya terdiri dari pajak pusat
dan pajak daerah.
1. Pajak pusat adalah pajak yang dipungut dan dikelola oleh Pemerintah Pusat,
dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Hasil dari pungutan jenis pajak ini kemudian digunakan untuk membiayai
belanja negara seperti pembangunan jalan, pembangunan sekolah, bantuan
kesehatan dan lain sebagainya. Proses administrasinya di Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) lokasi subjek/objek pajak berada.
2. Pajak daerah merupakan pajak-pajak yang dipungut dan dikelola oleh
Pemerintah Daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Hasil
dari pungutan jenis pajak ini kemudian digunakan untuk membiayai belanja
pemerintah daerah. Proses administrasinya dilaksanakan di Dinas Pendapatan
Daerah.

Anda mungkin juga menyukai