Anda di halaman 1dari 9

1.

Diskusikan dengan teman sekelompok, materi validitas penilaian yang ada di


buku-buku darras. Dari berbagai jenis validitas yang ada, manakah yang relevan
untuk membedah kisi-kisi yang akan Saudara buat? Mengapa Saudara memilih
jenis validitas tersebut dan jelaskan dengan rinci!
Jawab:

2. Carilah informasi sebanyak-banyaknya dari koran, majalah dan berita online,


terkait isu penilaian atau evaluasi pembelajaran dalam konteks Pendidikan Agama
Islam. Informasi tersebut diutamakan dimuat dalam koran, majalah atau berita
online yang terbit dalam 2 (dua) bulan terakhir.
a. Buatlah analisis dari hasil pencarian Saudara dan tuangkan dalam bentuk essay
(minimal 5 artikel, majalah atau berita online). Hindari kesamaan artikel antar
kelompok. Bila ada yang sama antar kelompok, maka akan didiskualifikasi
semua kelompok yang sama.
b. Apa isu utama yang sedang berkembang di masyarakat?
Jawab :
a. Analisis Isu-isu tentang penilaian dan evaluasi pembelajaran
1) MGMP PAI SMP Demak Motor Penggerak Kegiatan Guru
Jumat, 13 Maret 2020 | 09:48 WIB
Penulis: Red

Dapat dilihat di:


https://www.suaramerdeka.com/regional/semarang/221596-mgmp-pai-
smp-demak-motor-penggerak-kegiatan-guru

Analisis:

Sebuah pergerakan yang dilakukan oleh Musyawarah Guru Mata


Pelajara (MGMP) PAI SMP Kab. Demak yang selalu memunculkan hal-hal
yang baru dalam pendidikan agama islam. Seperti halnya dengan mengadakah
kegiatan penyusunan kisi-kisi dan penyusuna HOTS. Dalam penyusunan soal
kisi-kisi memang perlu adanya suatu bimbingan dari para ahli pendidikan.
Karena dalam penyusunan kisi-kisi soal Ujian Sekolah tidak semudah yang
dibayangkan. Karena seperti yang dikatakan oleh Syaekudin, S.Ag., M.Pd.I.
Instruktur Nasional PAI bahwa kisi-kisi yang baik itu jika memiliki tiga
kriteria yaitu pertama, mewakili isi kurikulum yg akan diujikan. Kedua,
komponen-komponennya rinci, jelas dan mudah dipahami. Ketiga, dapat
dibuat soalnya sesuai dengan bentuk soal yang telah ditetapkan.
Kriteria pertama dalam menyusun kisi-kisi yaitu mewaliki isi kurikulum
yang ada. sudah jelas pastinya ketika hendak menyusun kisi-kisi harus melihat
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Dimana setiap indikator yang dibuat harus dapat mewujudkan isi dari
kompetensi inti dan kompetensi dasar. Kriteria yang kedua yaitu komponen-
komponennya rinci, jelas dan mudah dipahami. Ketika menyusun kisi-kisi,
indikator yang di buat sebaiknya mudah dipahami dan jelas, sesuai dengan
materi yang harus dicapai. Ketiga, dapat dibuat soalnya sesuai dengan
bentuk soal yang telah ditetapkan. Dari indikator yang dibuat, dapat dengan
mudah untuk mewujudkannya dalam bentuk soal. Sehingga para guru tidak
kebingungan dalam membuat soal.
Mengenai soal HOTS, HOTS (Higher Order Thinking Skills) yang jika
diterjemahkan maka bermakna keterampilan berpikir tingkat tinggi. Soal
HOTS dapat diartikan sebagai soal yang mampu merangsang kemampua
berpikir yang tidak sekedar mengingat, menyatakan kembali, atau merujuk
tanpa melakukan pengolahan. Tetapi siswa dituntut untuk mampu berpikir
kritis dan kreatif, atau dapat dikatakan menalar. Dalam menyusun soal HOTS
memiliki beberapa kriteria diantaranya yaitu pertama, mengukur kemampuan
berpikir tingkat tinggi, meminimalkan aspek mengingat dan memahami.
Kedua, berbasis permasalah konstektual. Ketiga, stimulus menarik. Keempat,
tidak familiar. Kelima, kebaruan.
Dengan adanya soal HOTS ini dapat melatih siswa SMP untuk mulai
berpikir kritis dan kreatif. Sehingga siswa tidak selalu mendengarkan atau
menerima ilmu dari gurunya begitu saja. Dalam hal ini siswa dapat mengolah
ilmu yang didapat, disinilah letak tingkat kritis dan kreatif siswa dapat dilihat
dan dinilai.
Gubrakan ini yang dilakukan oleh (MGMP) PAI SMP Kab. Demak
sangat menguntungkan sekali bagi guru-guru PAI dalam menyusun kisi-kisi
Ujian Sekolah dan penyusunan soal HOTS. Dapat membantu guru untuk
mempermudah dalam membuat soal, dan tentunya mempermudah evaluasi
yang dilakukan.
2) Kemenag Jabar Mulai Sosialisasikan Penyusunan Soal Ujian PAI
06 februari 2020

Dapat dilihat di: https://fokusjabar.co.id/2020/02/07/kemenag-


sosialisasikan-pedoman-kisi-kisi-ujian-pai/

Analisis

Plt Kanwil Kementerian Agama Prov. Jawa Barat, H. Handiman


Romdony, memberikan arahan sekaligus sambutan kepada peserta
mengenai kecermatan dalam pembuatan soal-soal ujian sekolah. Ia
menghimbau agar jangan sampai soal ujian sekolah menimbulkan pro dan
kontra di kalangan masyarakat.
Pada kenyataannya memang masih banyak materi dan soal-soal yang
mengandung unsur radikalisme dan ekstremisme. Hal ini dapat mengubah
pola pikir siswa dalam memahami sebuah agama. toleransi dalam
beragama harus ditanamkan dalam diri siswa. Oleh karena itu seorang
guru PAI dituntut agar mengajarkan dan memberikan arahan kepada
peserta didiknya tentang toleransi dalam beragama melalui materi-materi
yang diajarkannya.
Karena itu Romdony menegaskan bahwa dalam membuat kisi-kisi
soal harus mencantumkan mengenai moderasi beragama dan cinta tanah
air. Tidak hanya pengetahuan agama saja, tetapi guru agama Islam juga
harus mampu memupuk rasa nasionalisme pada peserta didiknya melalui
materi pengajaran," tuturnya. Dalam hal ini guru agama dituntut untuk
memberikan pemahaman yang benar mengenai agama Islam. Dengan cara
memberikan pemahaman moderasi beragama, cinta tanah air, dan
menumbuhkan rasa nasionalisme pada peserta didiknya, agar tidak timbul
pemikiran radikalisme dan ekstremisme terutama dikalangan para pemuda.
Diharapkan para guru PAI untuk membimbing dan membina para
pesert didik terutama pada kalangan muda untuk tetap pada jalur yang
benar. Dikarenakan semakin majunya tekologi informasi dan komunikasi
yang dapat memberi dampak positif dan negatif dikalangan para pemuda.
Dimana lebih menonjolnya dampak negatif pada kalangan pemuda. Disini
guru PAI berperan penting untuk meluruskan dan membimbing para
peserta didiknya dalam memahami sebuah informasi yang didapat
terutama yang beraitan dengan agama, agar tidak salah dalam
memahaminya.
Maka alangkah baiknya dalam sebuah pembelajaran agama, seorang
guru tidak hanya mengajarkan nilai-nilai keagamaan saja. Akan tetapi juga
memperhatikan nilai-nilai nasionalisme dan moderasi beragama dalam diri
peserta didiknya, karena ia berada dalam sebuah bangsa yang memiliki
berbagai budaya dan agama. ketika seorang guru menemukan materi atau
soal-soal yang mengandung unsur radikalisme dan ekstremisme, sebaiknya
sebisa mungkin guru mengarahkan peserta didiknya dalam memahami hal
tersebut.
Adanya problematika tersebut maka diharapkan dalam penyusunan
soal-soal ujian harus mencantumkan moderasi beragama, cinta tanah air,
dan nasionalisme dengan tidak keluar dari isi kurikulum yang telah
ditetapkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari pro dan kontra di
kalangan masyarakat.

3) Upt SMPN 3 Galsel Gelar Simulasi UNBK Tahun 2020

Senin, 2 Maret 2020 - 14:38 WIB


Dapat dilihat di: https://berita-online.com/2020/03/02/upt-smpn-3-galsel-
gelar-simulasi-unbk-tahun-2020/
Analisis
Upt SMPN 3 Galsel mengadakan simulasi UNBK (Ujian Nasional
Berbasis Komputer) yang dilaksanakan sesuai jadwal yakni 2 hari dimulai
hari ini 1/3/2020 sampai 2/3/2020, yang bertempat diruang lab SMPN 3
Galsel, Senin, 2/3/2020. Diikuti oleh 210 siswa, yang dibagi 2 lab dan
pelaksanaannya 3 sesi.
UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer) atau disebut juga
dengan Computer Based Test (CBT) adalah sistem pelaksanaan ujian
nasional dengan menggunakan komputer sebagai media ujiannya.
Tentunya UNBK berbeda sekali dengan ujian Nasional yang menggunakan
kertas atau paper yang selama ini sudah berjalan.
Ujian Nasional berbasis komputer (UNBK) memiliki kelebihan
dibandingkan dengan Ujian Nasional dengan menggunakan kertas.
Kelebihannya dalam program UNBK ini, siswa dapat mengetahui dan
mengukur sendiri seberapa besar kemampuannya menguasai pelajaran
tersebut. Karena secara otomatis skor pencapaian akan muncul langsung
setelah siswa mengerjakan semua soal-soal ujian. Dengan begitu siswa
akan lebih semangat belajar untuk mencapai target scor yang memuaskan
sehingga pada saat pelaksaaan UNBK siswa lebih mennguasai lagi feature
dan soal-soal. Selain itu kelebihan UNBK atau CBT dapat meminimalisir
kecurangan ketika mengerjakan soal ujian. Dengan sistem soal yang
diacak, siswa tidak dapat melihat atau mencontek jawaban teman
disebelahnya. Hal ini mendorong siswa untuk tidak berharap pada jawaban
temannya dan siswa akan lebih giat belajar lagi.
Disamping kelebihannya, UNBK atau CBT juga memiliki
kekurangan. Terutama dalam hal koneksi internet. Terkadang ketika
kondisi cuaca yang tidak bersahabat, seperti hujan dan petir yang
menyebabkan gangguan pada koneksi internet, atau tiba-tiba terjadinya
pemadaman listrik menyebabkan tidak bisa terlaksananya UNBK. Kendala
seperti ini menyebabkan konsentrasi siswa akan terganggu dan harus
mengulang mengejakan soal-soal uijan dari awal. Selain itu dalam
pelaksaan UNBK butuh biaya yang besar untuk pertama kali
pelaksanaannya. Karena banyak fasilitas dan perlengkapan yang harus
dipersiapkan dan tentunya membutuhkan biaya yang cukup besar.
Menurut penulis langkah yang diambil pemerintah sangat tepat
karena dengan sistem UNBK atau CBT dapat mengurangi anggaran untuk
ujian sekolah yang cukup besar, yang dulunya menggunakan kertas dengan
jumlah pemakaian yang cukup besar. Dengan UNBK atau CBT siswa
dengan mudah melakukan ujian tanpa mengisi data terlebih dahulu yang
dapat memakan banyak waktu. Dalam pelaksaanaannya yang
menggunakan komputer atau laptop, akan meminimalisir kebocoran soal
dan kecurangan. Tentunya pihak sekolah harus mempersiapkan segala
sesuatunya sebelum menyelenggarakan UNBK, seperti ketersediaan listrik,
komputer atau laptop dan jaringan internet yang memadai.

4) Pembekalan Penguji Pelaksanaan Uji Kompetensi Baca Tulis Al Qur’an


Selasa, 10 Maret 2020, 08:20

Dapat di Lihat dari :https://jatim.kemenag.go.id/berita/521063/pembekalan-


penguji-pelaksanaan-uji-kompetensi-baca-tulis-al-quran

Analisis

Kantor Kementerian Agama Kota Blitar mengikuti acara


‘Pembekalan Penguji Pelaksanaan Uji Kompetensi Baca Tulis Al
Qur’an Dalam Rangka Penerimaan Peserta Didik Baru SMP di Kota
Blitar Tahun 2020. Kegiatan yang di ikuti oleh 82 orang
ustadz/ustadzah/guru ngaji. Para peserta merupakan calon penguji
Pelaksanaan Uji Kompetensi Baca Tulis Al Qur’an dalam Rangka
penerimaan peserta didik baru SMP di Kota Blitar.

Dalam kegiatan ini belum dijelasakan cara penilain yang akan di


pakai namun dilihat dari visi Pemerintah Kota Blitar patut di apresiasi
dalam hal mewujudkan masyarakat yang Nasional dan Relegius. Dari
sini kita bisa melihat keseriusan Pemerintah Daerah dalam membentuk
karakteristik siswa siswi yang berimtaq. Mungkin ini menjadi terobosan
baru dalam penyaringan dunia pendidikan tingkat menengah pertama di
Blitar.

Mengingat semakin majunya zaman akhlak siswa siswi perlu


dibentengi oleh pengetahuan agama yang cukup. Minimal peserta didik
menengah pertama ini sudah bisa lancar dalam membaca surat surat
pendek yang ada di Al Qur’an sehingga lancar dalam melaksanakan
bacaan Sholat. Sangat sederhana namun bisa di rasakan manfaatnya oleh
orang tua mauapun oleh guru Pendidikan Agama Islam khususnya.

Dengan memakai salah satu metode pengajaran yang ada di


Indonesia ini seperti Tilawati, Ummi, Qiroati dan lain sebagainya saya
rasa sudah memadai untuk dijadikan sebagai model penilaian Uji
Kompetensi Baca Tulis Al Quran di jenjang Pendidikan Menengah
Pertama ini.

5) Pembelajaran Matematika MAN 3 Jombang Terintegrasi dengan


Pendidikan Agama Islam

Minggu, 08 Maret 2020, 17:05

Dapat di lihat di :
https://jatim.kemenag.go.id/berita/520999/pembelajaran-matematika-man-
3-jombang-terintegrasi-dengan-pendidikan-agama-islam

Kabupaten Jombang  (MAN 3 Jombang) – M. Tholib, S.Pd.,


M.Si. adalah salah satu guru Matematika di MAN 3 Jombang. Pak
Tholib, sapaan akrab dari M. Tholib sedang menerapkan pembejaran
Matematika yang terintegrasi dengan Pendidikan Agama Islam (8/3).
Hal tersebut dilakukan sebagai langkah nyata dari kegiatan
Pengembangan Diri Guru Matematika MA yang telah diikutinya.
Pengembangan diri tersebut dikemas dalam sebuah acara yang
membuka wawasan guru Matematika di madrasah tentang integrasi
pembelajaran Matematika dengan Pendidikan Agama Islam (5/3). Acara
diselenggarakan oleh MGMP Matematika se-Kab. Jombang dengan
peserta guru Matematika MA se-Kab. Jombang.

Dalam berita kali ini yang dapat di analisis oleh penulis dari segi
pemanfaatan nyata dalam segi praktek kegunaannya, dalam hal ini
khusunya matematika dengan agama islam. Sebenernya masih banyak
mata pelajaran yang bisa berintegrasi dengan mata pelajaran Agama
Islam.
Namun sangat menarik dalam hal ini sehingga bisa dijadikan
karakteristik atau ciri khas suatu sekolah agar menjadi sekolah yang
lebih maju daripada sekolah lainnya. Karakteristik sekolah atau
madrasah itu sangat penting dalam merekrut peserta didik baru agar
menjadikan output yang sesuai dengan keinginan siswa dan orang tua.
Dalam hal ini mata pelajaran matematika dapat di integrasikan dengan
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Contoh sederhanya dalam
pengunnan bilangan pecahan juga bisa dipraktekkan dalam ilmu waris
dan zakat, trigonometri bsa dipraktekkan dengan menentukan awal
bulan dan arah kiblat serta hal lainnya yang berkaitan langsung dengan
syarat sah dari suatu amal ibadah.

Gerakan yang dilakukan MGMP Matematika di Jombang


mungkin bisa di jadikan contoh oleh MGMP mata pelajaran lain, untuk
membuat movement pembelajaran yang reeal dengan kehidupan sehari-
hari atau berdampak langsung bagi karakteristik siswa.

b. Isu yang berkembang dimasayarakat ?

Untuk lingkungan pendidikan yang lagi berkembang dimasyarakat


dalam hal ini guru, dan diambil dalam artikel artikel dan berita diatas
penulis meempatkan isu penyusuna kisi kisi soal ujian yang terjadi di
jawa barat karena berkenaan dengan semakin dekatnya pelaksanaan
ujian Akhir Semester dan Ujian Tenga Semester disekolah atau
madrasah. Dalam hal ini banyak khususnya Pendidikan Agama Islam
seperti disebuttkan berita diatas yang terjadi di Kemenag Jabar banyak
sekali kejadian sebelumnya adanya soal yang pro dan kontra tentang
soal ujian yang dikerjakan siswa dalam segi pertanyaan dan pilihan
jawabnannya. Yang masih mengangkat isu isu radikalisme dalam
pertanyaannya yang membuat resah bagi sebagian organisasi
masyarakat dan MGMP di setiap daerah.
Maka alangkah baiknya dalam sebuah pembelajaran agama, seorang
guru tidak hanya mengajarkan nilai-nilai keagamaan saja. Akan tetapi juga
memperhatikan nilai-nilai nasionalisme dan moderasi beragama dalam diri
peserta didiknya, karena ia berada dalam sebuah bangsa yang memiliki
berbagai budaya dan agama. ketika seorang guru menemukan materi atau
soal-soal yang mengandung unsur radikalisme dan ekstremisme, sebaiknya
sebisa mungkin guru mengarahkan peserta didiknya dalam memahami hal
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai