Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Proses menua adalah proses alami setelah tiga tahap kehidupan yaitu masa kanak-
kanak, dewasa dan usia tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu yang merupakan
proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari waktu tertentu, tetapi dimulai dari awal
kehidupan. (Marlita, 2017). yang menjadi masalah pada lansia yaitu mengalami perubahan
fisik akibat proses penuaan termasuk memicu hipertensi sehingga mengakibatkan kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari (Kerlin, 2019).
ADL (Activities Daily Living) bagi lansia di Rojinhome Kenjukai Kumamoto Home,
Jepang, hampir seluruhnya dalam pemenuhan kemandirian ADL seperti mandi, mendekorasi,
berpakaian, makan, toileting, mobilisasi, dan sebagainya dibantu oleh perawat (total care).
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu penurunan gerak otot kaki, lengan atau lansia
yang mengalami kelumpuhan, hal ini menyebabkan kebutuhan atau aktivitas sehari-hari
dibantu oleh perawat.
Ketergantungan pada lansia disebabkan karena kondisi lansia banyak mengalami
kemunduran fisik dan psikis. Kondisi kesehatan jiwa lansia menunjukkan bahwa pada
umumnya lansia tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari (Roehadi, 2016). Peneliti lain
juga mengatakan bahwa seseorang dengan usia lanjut akan mengalami kemunduran terutama
pada kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan peran sosialnya, fungsi organ
tubuh secara umum menurun, kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari akan
menurun sehingga kemandirian. berkurang. Lansia menjadi membutuhkan bantuan untuk
melakukan beberapa kegiatan yang semula dapat mereka lakukan sendiri (Lilis, 2019).
Dampak dari tidak terpenuhinya Activity Daily Living (ADL) secara mandiri adalah
pasien terbiasa dibantu oleh orang lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya, pasien akan
cenderung tergantung dan tidak mampu memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari. Hal ini
sama dengan penelitian lain yang mengatakan bahwa kurangnya kemampuan melakukan
ADL merupakan akibat dari kurangnya keterampilan realitas yang menyebabkan
ketidakpedulian terhadap diri sendiri dan lingkungannya (Armanila, 2019).
Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut di atas, maka perlu adanya
manajemen kesehatan untuk kemandirian lansia dalam beraktivitas, dengan memberikan
langkah-langkah untuk menjaga kestabilan tekanan darah dan pemenuhan ADLs pada lansia
agar tidak menimbulkan dampak negatif atau gangguan kesehatan. . Oleh karena itu laporan
ini dibuat untuk mengetahui gambaran ADL (Activities Daily Living) Lansia di Rojinhome
Kumamoto Jepang dalam meningkatkan kemandirian Lansia dan membantu mereka dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.

B. Tujuan
 Tujuan umum
Menganalisa kegiatan day service di Rojinhome Kenjukai Kumamoto Jepang dalam
membantu kegiatan sehari-hari lansia dan kegiatan untuk meningkatkan
kemandiriannya.
 Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan jadwal kegiatan dan manfaat yang dilaksanakan di Rojinhome
Kenjukai Kumamoto Japan untuk meningkatkan kemandirian lansia.
b. Membandingkan dan menemukan perbedaan dalam memberikan aktivitas perawatan
untuk membantu aktivitas kehidupan sehari-hari lansia di Jepang dan di Indonesia.
c. Mendapatkan wawasan dan pengalaman dengan langsung melakukan praktek
lapangan di day service Rojinhome Kenjukai Kumamoto Jepang.
BAB II
ISI

Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, psikologis dan sosial. Perubahan tersebut akan mempengaruhi
seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatan. Perubahan fisik pada lansia akan
mempengaruhi tingkat kemandirian (Fatimah, 2010). Kemandirian lansia dalam melakukan
ADL diartikan sebagai kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Kane,
1981 dalam Sari, 2013). Kemandirian lansia dapat dipengaruhi oleh pendidikan lansia,
penurunan fungsi kognitif, gangguan sensorik terutama penglihatan dan pendengaran
(Heryanti, 2011).
Aktivitas kehidupan sehari-hari merupakan aktivitas utama untuk perawatan diri.
Aktivitas kehidupan sehari-hari meliputi: pergi ke toilet, makan, berpakaian, mandi dan
berpindah tempat. Penilaian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan lansia
guna menentukan tingkat bantuan bagi lansia dan menyusun rencana perawatan jangka
panjang (Tamher dan Noorkasiani, 2011). Penentuan kemandirian fungsional dilakukan
untuk mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien, serta menciptakan pilihan
intervensi yang tepat (Kushariadi, 2009). Pemilihan intervensi yang tepat untuk perawatan
jangka panjang yang diberikan kepada lansia juga akan mempengaruhi tingkat keberhasilan
program kesehatan yang telah ditetapkan oleh suatu negara.
Keberhasilan program pembangunan kesehatan dan sosial ekonomi suatu negara dapat
dilihat dari peningkatan angka harapan hidup penduduk masing-masing negara tersebut.
Menurut statistik WHO tahun 2010, Jepang menduduki peringkat tertinggi di dunia dalam hal
harapan hidup (laki-laki: 79 tahun, perempuan: 86 tahun). Berdasarkan data Biro Statistik
Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang, proporsi lansia dalam total populasi
pada tahun 2019 menempatkan Jepang (28,4%) di peringkat tertinggi dunia dalam hal jumlah
penduduk lansia, hal ini Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan menimbulkan
berbagai dampak, terutama peningkatan ketergantungan.
Perawatan orang lanjut usia atau orang lemah membutuhkan perhatian penuh, dan
mereka harus terus-menerus diperiksa keamanannya dan karena kondisi fisik mereka
memerlukan perawatan khusus. Akibatnya, banyak keluarga yang memilih menempatkan
orang tua atau kerabatnya yang sudah lanjut usia di panti jompo dan mengandalkan jasa
perawat. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, jumlah lansia di fasilitas perawatan juga
akan meningkat. Variabel lain, seperti tidak menikah, ditinggalkan pasangan, bercerai, dan
lain sebagainya, pada umumnya bertanggung jawab atas fenomena ini. Koneksi atau
kemitraan yang terpisah karena tidak tinggal dengan kerabat juga dapat menyebabkan hal ini
(Tadashi, 2011).
Karakteristik lansia di Rojinhome Kenjukai Kumamoto Jepang ditemukan bahwa
sebagian besar lansia berada pada kategori usia 75 – 90 tahun dengan diagnosis penyakit
Alzheimer dan demensia. Gambaran umum lansia Jepang menunjukkan kecenderungan yang
meningkat setiap tahunnya. Paparan masyarakat lansia Jepang dimulai dari perkembangan
lansia sejak tahun 1970, yaitu sejak Jepang menempati posisi sebagai negara yang memiliki
masyarakat menuju penuaan (koureika shakai). Hal ini menunjukkan bahwa Jepang
merupakan salah satu negara dengan angka harapan hidup tertinggi di dunia, yang artinya
penduduknya berumur panjang.

A. Jadwal Kegiatan di Rojinhome Kenjukai Kumamoto Jepang


Kegiatan yang dilakukan oleh setiap lansia di Rᴏujin hᴏme Kenjukai Kumamoto Japan
juga bervariasi setiap harinya. Hasil observasi yang dilakukan di awal diketahui bahwa
sebagian besar lansia di rojinhome tidak mampu bertindak secara mandiri. Lansia masih
membutuhkan banyak bantuan untuk melakukan aktivitasnya, seperti: mandi, berpakaian
rapi, pergi ke toilet, berpindah tempat, dapat mengontrol buang air kecil, atau buang air besar
terlalu cepat, serta dapat makan sendiri. . Hal ini dikarenakan sebagian lansia yang tinggal di
rojin home merupakan lansia yang memiliki masalah kesehatan sehingga membuat lansia
masih bergantung pada orang lain untuk melakukan aktivitasnya. Berdasarkan teori yang
mengatakan bahwa kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
Waktu Aktivitas Informasi
07.15 – 07.30 Pergi bekerja
07.30 – 07.45 Rapat (Persiapan Hal pertama yang harus dilakukan ketika saya tiba di
penerimaan pasien tempat kerja di pagi hari adalah membaca
lanjut usia) laporannya. Kegiatan dalam satu hari diawali dengan
memahami kondisi pengguna kemarin dan semalam,
untuk memastikan apakah tidak ada perubahan
kondisi pengguna. kemudian setelah itu para staf
berkumpul untuk membicarakan kondisi lansia
kemarin atau tadi malam satu per satu.
07.45 – 08.00 Pemeriksaan Sertakan swab test (seminggu sekali) dan cek suhu,
kesehatan staf lalu masukkan ke dalam data kesehatan staf
08.00 – 09.00 Menjemput pasien Karena tempat penitipan anak menerapkan sistem
lanjut usia antar jemput,
namun ada juga pasien lansia yang didampingi oleh
keluarganya masing-masing.
09.00 – 09.30 Berikan minuman Ketika pasien lansia datang, mereka diberikan
pagi minuman (Ocha/teh Jepang/coklat/kopi/air mineral)
09.30 – Pengecekan vital -
Pemeriksaan tanda vital meliputi (Suhu, Laju
10.00 sign, Foot Pernafasan, Tekanan Darah, Denyut Nadi).
Massage, -
Foot Perawatan kaki dan pijat kaki dilakukan untuk
Care, dan mandi menenangkan pasien lanjut usia setelah
menempuh perjalanan jauh dari rumah ke
rojinhome. Dan untuk mengurangi stress
lansia, menjaga kebersihan dan kesehatan kaki
lansia, serta membuat lansia rileks di
rojinhome.
- Karena dalam satu hari kurang lebih ada 11-16
pasien lansia, jadi mandinya bergantian.
10.00 – 10.10 Memberikan Lansia menikmati waktu minum teh dan banyak
minuman dan berbicara dengan lansia lainnya.
sedikit makanan
ringan
10.10 – 11.00 Regangkan dan Karena beberapa lansia mengalami demensia, maka
mainkan permainan dilakukan beberapa kegiatan untuk menjaga
yang merangsang kemampuan daya ingat lansia dan juga
otak, Latihan meningkatkan kemandiriannya.
ROM.
11.00 – 11.10 Memberikan Susu, Minuman Protein, Jus dan Ocha
minuman sehat
11.10 – 11.30 Persiapan untuk Ada beberapa pasien yang tidak bisa makan
makan siang makanan utuh, jadi kami memotong/memotong
makanan agar lebih mudah dimakan. Ada juga lansia
yang harus makan menggunakan bedak pengental
agar mudah ditelan.
11.30 – 12.00 Makan siang - Membantu pasien makan (feed)
- Memberikan obat kepada lansia, dan
membantu lansia menyikat gigi
- Memasukkan data asupan gizi untuk lansia
dalam buku catatan medis lansia
12.00 – 12.45 Pemeriksaan tanda- - Pemeriksaan tanda-tanda vital (Suhu, Laju
tanda vital dan Pernafasan, Tekanan Darah, Nadi)
memasukkan data - Mencatat data pasien seperti berapa ml air
yang diminum pasien, mencatat waktu buang
pasien air kecil/buang air besar (urine output) pasien
kemudian dijumlahkan setiap hari
12.45 – 13.30 Waktu istirahat 45 menit, staf melakukan istirahat satu per satu
untuk staf
13.30 – 14.00 Membersihkan Bersama pasien, mereka membersihkan peralatan
Peralatan Makan makan, karena beberapa pasien masih bisa mengelap
piring, melipat baju, dan menjemur handuk.
14.00 – 14.10 Memberikan Coffe, N-sure atau Ocha (berdasarkan apa yang
minuman diinginkan lansia)
14.10 – 15.00 - Bicaralah - Bicaralah dengan lansia, dengarkan apa yang
dengan pasien mereka katakan dan berbagi cerita agar lansia
dan siapkan merasa tidak kesepian
makanan ringan - Membantu lansia untuk kegiatan ekskresi,
- Toilet untuk lansia yang masih mandiri petugas
- Pergi jalan-jalan hanya memantau lansia agar tidak terjadi hal
dan lihat bagian yang tidak diinginkan, dan untuk lansia yang
luar tidak mandiri dibantu dengan mengganti
- Senam otak popok, kemudian menuliskan pengeluaran
cairan lansia di buku rekam medis
- Setiap lansia yang melakukan kegiatan
ekskresi dicantumkan informasi waktu ke
dalam buku rekam medis lansia berupa
tekstur, warna, volume, dll.
15.00 – 15.15 Waktunya makan
snack
15.15 – 15.30 Persiapan pulang Sebelum kembali ke rumah, para lansia pergi ke
kampung toilet untuk mengganti popok
15.30 – 16.00 Mengantar pasien Bantu mengganti perban dan mengganti popok
lanjut usia pulang pasien
16.00 – 16.30 Membersihkan
ruangan
16.30 – 17.30 Menulis rekam
medis pasien dan
pertemuan
Catatan:
- Setiap hari selasa selalu ada kunjungan dari dokter gigi untuk memeriksa setiap gigi
tiruan yang dipasang pada lansia, kami para dokter magang diminta untuk
memperhatikan dan membantu dalam melakukan hal tersebut.
- Mendampingi lansia untuk buang air selalu dilakukan kapan saja, tidak mutlak sesuai
dengan jadwal yang tertera di atas.
- Jika ada kondisi seperti lansia yang terluka karena jatuh, atau kondisi medis lainnya,
kami magang diminta untuk membantu dan merawat lansia, seperti perawatan luka, dll.
- Kami diajari mekanisme tubuh untuk membantu lansia yang tidak lagi bisa berjalan
sendiri, seperti memindahkan lansia dari kursi roda ke tempat tidur, atau sebaliknya.
- Ada beberapa lansia dengan kondisi khusus seperti lansia yang hiperbahagia, lansia
yang hiperaktif, lansia yang mengalami penurunan kesadaran, dan lansia yang benar-
benar tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk lansia seperti itu, kami diajarkan berbagai hal.
- Teknik asuhan keperawatan khusus dan apa yang harus diterapkan pada lansia, seperti
lansia yang sering tertawa sendiri, kita diajarkan untuk mengajak lansia jalan-jalan atau
relaksasi agar menjadi lebih tenang, dll.

B. Aktivitas Range of Motion (ROM) Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Pada


Lansia
Rojinhome Kenjukai Kumamoto Jepang memiliki total pasien lansia yang dirawat
sebanyak 35 orang, terdiri dari 8 laki-laki dan 27 perempuan. Lansia yang dirawat di
Rojinhome baru berusia 60-100 tahun. Penyakit yang diderita lansia antara lain : hipertensi,
stroke, hipotensi, dekubitus. Hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar lansia
mengalami gangguan aktivitas fisik. Lansia mengalami penurunan fungsi gerak sendi dan
penurunan kekuatan otot. Keluhan yang paling umum adalah nyeri pada persendian. Keadaan
ini semakin parah karena lansia tidak melakukan aktivitas olahraga dengan alasan mudah
lelah dan tidak tahan lama.
Dengan mempertahankan kekuatan otot dan kelenturan sendi, latihan dan latihan range
of motion (ROM) dapat meningkatkan dan mempertahankan kekuatan otot dan kelenturan
sendi karena 10 sampai 15% kekuatan otot dapat hilang setiap minggunya jika otot
diistirahatkan secara penuh, dan sebanyak-banyaknya. karena 5,5% dapat hilang setiap hari
dalam kondisi istirahat dan imobilitas total.
Peningkatan jangkauan gerak sendi dapat mengaktifkan gerakan volunter, yaitu gerakan
volunter terjadi bila ada transfer impuls listrik dari girus pusat ke sumsum tulang belakang
melalui neurotransmiter yang mencapai otot dan merangsang otot sehingga menimbulkan
gerakan. Untuk menimbulkan gerakan sadar ke arah yang normal, maka langkah pertama
yang dilakukan adalah meningkatkan tonus otot dan refleks tendon ke arah yang normal yaitu
dengan memberikan stimulus pada otot dan proprioseptor sendi yaitu melalui aproksimasi
(Lin et al., 2019). Oleh karena itu dilakukan dengan frekuensi dua kali sehari selama enam
hari dan dengan waktu 10-15 menit dalam satu kali latihan. Berolahraga dua kali sehari
selama 6 hari selama 10-15 menit akan mempengaruhi rentang gerak lansia dan
meningkatkan kemandirian lansia di Rojinhome Kenjukai Kumamoto,
Setelah melakukan latihan dan Range of motion (ROM), staf di Rojinhome Kenjukai
Kumamoto selalu memijat kaki dan melakukan perawatan kaki. Perawatan kaki dan pijat kaki
dilakukan untuk menenangkan pasien lanjut usia setelah menempuh perjalanan jauh dari
rumah ke rojinhome. Dan untuk mengurangi stress lansia, menjaga kebersihan dan kesehatan
kaki lansia, serta membuat lansia rileks di rojinhome.

C. Pemeriksaan Kesehatan dan Konsultasi Lansia


Berikut tes kesehatan sederhana yang bisa dilakukan saat lansia mengunjungi dokter. Dokter
Anda mungkin merekomendasikan tes lain berdasarkan riwayat kesehatan pribadi Anda.
 Tekanan darah harus diperiksa secara rutin untuk menghindari penyakit kronis seperti
serangan jantung.
 Tinggi badan, penurunan tinggi badan yang signifikan dapat mengindikasikan potensi
osteoporosis. Gangguan ini dapat mengurangi tinggi badan akibat osteoporosis pada
sumsum tulang belakang.
 Penurunan berat badan atau penambahan berat badan yang signifikan dapat
menandakan masalah kesehatan yang serius. Pertambahan berat badan dapat
menandakan masalah kesehatan seperti retensi cairan, penyakit jantung, hati, atau
ginjal. Sementara itu, penurunan berat badan bisa menandakan adanya infeksi, masalah
tiroid, atau kanker.
 Tes darah tahunan biasanya mencakup kadar darah untuk mengidentifikasi masalah
perdarahan, diabetes, kelainan tiroid, dan kadar elektrolit darah, yang dapat mendeteksi
masalah ginjal dan masalah jantung dini.
 EKG dasar direkomendasikan untuk orang berusia sekitar 50 tahun. Pemeriksaan ini
harus dilakukan setidaknya setiap dua hingga tiga tahun, atau lebih sering jika
diperlukan.
 Feces Occult Blood Test untuk mendeteksi gejala kanker usus besar. Darah dalam tinja
bisa menjadi indikasi awal kanker kolorektal.
 Pemeriksaan Gigi. Penyakit pada gigi dan gusi bisa menjadi pertanda kesehatan secara
keseluruhan. Gigi, gusi, mulut dan tenggorokan perlu diperiksa secara rutin oleh dokter
gigi. Menyikat gigi secara teratur dengan pasta gigi berfluoride penting jika Anda ingin
memiliki gigi yang lebih putih dan bersih. Selain itu lansia di rojinhome juga sebagian
besar menggunakan gigi palsu sehingga setiap 1 bulan selalu ada dokter gigi yang
berkunjung untuk memeriksa kesehatan dan kebersihan gigi palsu yang mereka pakai.
 Pemeriksaan Mata, untuk mendeteksi penyakit mata, seperti glaukoma dan katarak.
 Pemeriksaan Kolesterol untuk mengetahui kadar kolesterol dalam tubuh dan
mengambil tindakan yang diperlukan jika kadar kolesterol terlalu tinggi.
 Tes kadar gula darah (diabetes) biasanya dilakukan setelah puasa minimal 8 jam
sebelumnya. Kadar gula darah normal adalah 70-100 mg/dL. Jika kadarnya 100-125
mg/dL, maka dapat dikatakan lansia berada dalam kondisi pradiabetes. Sedangkan jika
kadar gula darah lebih dari 126 mg/dL, lansia dinyatakan menderita diabetes.
 Pemeriksaan kesehatan mental, Meningkatnya stres dan kecemasan ternyata
berhubungan langsung dengan sejumlah penyakit baik fisik maupun psikis, seperti
alzheimer, dan demensia. Pemeriksaan ini untuk membantu mencegah penyakit dari
gaya hidup yang penuh tekanan dan mengurangi kecemasan pada lansia.
 Pemeriksaan tes pendengaran (audiometric) untuk mendeteksi gangguan pendengaran
yang mempengaruhi kemampuan dan aktivitas sehari-hari.
Selain melakukan pemeriksaan kesehatan, lansia di rojinhome juga diberikan kesempatan
untuk berkonsultasi dengan dokter terkait kondisi dan gejala yang dirasakan jika mengganggu
aktivitas sehari-hari.

D. Ohanami Rekreasi dengan Lansia


Hanami ( 花 見 , melihat bunga) atau ohanami adalah tradisi orang Jepang dalam
menikmati keindahan bunga, terutama bunga sakura. Mekarnya bunga sakura merupakan
simbol kebahagiaan bahwa musim semi telah tiba. Selain itu, hanami juga berarti piknik
dengan menggelar tikar untuk jamuan makan di bawah pohon sakura.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengingatkan para lansia di rojinhome kenjukai
kumamoto Jepang tentang budaya Jepang, mengajak mereka menikmati alam bebas, makan
sambil melihat bunga sakura, dan tentunya menghirup udara segar setelah sekian lama berada
di rojinhome dan melakukan aktivitas yang sama setiap hari. Ohanami juga mengajak para
lansia untuk bercengkrama dengan masyarakat sekitar, mengingatkan mereka akan masa
mudanya dan menjaga silaturahmi dengan orang-orang terdekat.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Kegiatan di rojinhome ini memberikan pendampingan khususnya kepada lansia yang
mengalami keterbatasan akibat gangguan fungsi tubuh atau cacat mental untuk melakukan
aktivitas sehari-hari, sehingga dapat lebih mandiri. Misalnya: Membantu gerak yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari seperti makan, buang air besar, mandi, dll
disesuaikan dengan gejala yang diderita atau lingkungan lansia atau penyandang cacat, dll
yang kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Tempat ini disebut rojinhome
dalam bahasa Jepang yang berarti panti jompo.
Sebagian besar lansia di Rojinhome Kenjukai Kumamoto Jepang termasuk dalam
kategori lansia (75-90 tahun). Lansia di rojinhome ini memiliki aktivitas yang sama setiap
harinya, hanya saja lansia yang datang setiap harinya berbeda-beda, 1 orang lansia datang
hanya 2-3 kali dalam seminggu tergantung dari tingkat keparahan kepikunannya dan tingkat
kemandiriannya dalam menjalankan aktivitas hidup sehari-hari. Ada juga yang hanya datang
satu kali yaitu kategori lansia yang sehat dan masih bisa melakukan segala aktivitas di rumah
secara mandiri.

B. Saran
Lansia diharapkan dapat melatih otot secara mandiri dengan melakukan aktivitas ringan
setiap hari selama 15 menit untuk menjaga kesehatan dan kekuatan otot agar terhindar dari
resiko jatuh, sehingga aktivitas sehari-hari dapat dilakukan tanpa ketergantungan dengan
orang lain.
Lansia juga diharapkan mampu mempertahankan dan meningkatkan kekuatan dan
kelenturan otot, menjaga fungsi kardiorespirasi, menjaga kelenturan sendi, dan mencegah
kontraktur sendi agar dapat berfungsi dengan baik, selalu menjaga kesehatan dan aktif
mengikuti aktivitas serta melakukan latihan gerak sendi/ ROM mandiri dalam pemenuhan
aktivitas hidup sehari-hari (ADL).
REFERENSI

Ambarwati. Friska., Tin Utami., Adiratna Sekar Siwi. (2021). “Gambaran ADL (Activities
Daily Living) Lansia dengan Hipertensi di Rojinhome Ai Wai Kai Nishihara Okinawa
Jepang”, Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.

Burhanudin. Riska Yunia., Wasis Eko Kurniawan2, Tri Sumarni. (2021). “Gambaran
Karakteristik Lansia di Rojinhome Toyomi Okinawa Jepang”, Seminar Nasional
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.

Cahyaningrum. Etika Dewi., Nur Musyabiroh. (2021). “Gambaran Kekuatan Otot Pada
Lansia Di Rojinhome Yoichi Kokuba Yonabaru Okinawa Jepang”, Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, Vol. 17, No.1: 77-85.

Nabila. Bangkit Isna., Wasis Eko Kurniawan, Madyo Maryoto. (2022).“Gambaran Tingkat
Demensia Pada Lansia Di Rojinhome Ikedaen Okinawa Jepang”, Jurnal Studio
Keperawatan, Vol. 3, No.2: 8-33.

Saputri. Deꜱta Anggᴏrᴏ., Tri Sumarnі, Wіlіꜱ Sukmanіngtyaꜱ. (2022). “Gambaran Tіngkat
Kemandіrіan pada Lansіa dі Roujіn Home Aіwakaі Іkedaen Okіnawa Jepang”, Jurnal
Kesehatan, Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 15, No.2: 91-108.

Widiastuti. Nanjar., Tri Sumarni, Reni Dwi Setyaningsih. (2021). “Deskripsi Tingkat
Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Activity Daily Living (ADL) Di Rojinhome
Thinsaguno Ie Itoman Okinawa Jepang”, Jurnal Ilmiah Pamenang, Vol. 3, No.2: 15-20.

Anda mungkin juga menyukai