Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Keadaan Wilayah dan Letak Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Perumnas meliputi 3 (tiga) kelurahan

yaitu Kelurahan Mandonga, Kelurahan Korumba, Kelurahan Bende

dengan luas wilayah kerja 21.673km2. Letak geografis wilayah kerja

Puskesmas Perumnas secara administrasi berbatasan langsung

1) Utara : berbatasan dgn Kel. Tobuha & Mandonga

2) Timur : berbatasan dgn Kel. Poasia

3) Barat : berbatasan dgn Kel. Kadia

4) Selatan : berbatasan dgn Kel. Bonggoeya

b. Kependudukan

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Perumnas adalah

sebanyak 49,244 jiwa.

c. Sosial Ekonomi

Pada umumnya penduduk yang berdomisili di wilayah kerja

Puskesmas Perumnas bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri sipil,

TNI/Polri, pedagang dan buruh.

d. Lingkungan Fisik

Puskesmas Perumnas terdiri dari beberapa ruangan diantaranya

ruangan kepala puskesmas, administrasi, ruang ims, ruang

promkes/kesling/P2M, ruangan rapat, ruang apotek, ruang tindakan/ugd,

45
46

ruang persalinan, ruang rawat pasca persalinan, ruang poli umum, ruang

pendaftaran/kartu, ruang poli gigi, ruang poli anak/poli gizi, ruang

perkesmas/imunisasi, ruang laboratorium, ruang gudang obat, ruang pojok

gizi, ruang kiadan kb, ruang dapur, ruang petugas jaga.

Secara umum kondisi semua ruangan dalam keadaan baik, namun ada

ruangan yang tidak bisa berfungsi optimal karena ukurannya sangat sempit

seperti Apotik, Pojok Gizi. Dengan keterbatasan di atas semua staf tetap

berusaha untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.

e. Lingkungan Biologi

Lingkungan Biologi yang berkaitan dengan beberapa penyakit

menular seperti malaria dan demam berdarah adalah nyamuk sebagai vektor,

sedangkan penyakit diare erat kaitannya dengan tingginya indeks

bakteriologis sejumlah sumber air minum di beberapa kelurahan yang sulit

memperoleh air bersih. Untuk mengetahui angka bebas jentik (ABJ)

dilakukan survai jentik nyamuk. Pemeriksaan jentik dilakukan pada tempat–

tempat perindukan vektor baik di dalam maupun diluar rumah seperti tempat

penampungan air.

Sarana pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Perumnas sampai dengan tahun 2022 yang tercatat di Puskesmas Sawa adalah

sebagai berikut.
47

Tabel 4. 1 Fasilitas Pelayanan Ruangan Puskesmas Perumnas Tahun2022

Sumber: Tabel Profil Puskesmas Perumnas


No RUANGAN Jumlah
1 Ruang Kepala Puskesmas 1
2 Ruang keuangan 1
3 Ruang Rapat 1
4 Ruang Programer 1
5 Ruang P2p 1
6 Ruang Tata Usaha 1
7 Ruang Sterilisasi 1
8 Ruang Pelayanan TB Paru 1
9 Ruang Vaksinasi 1
10 Ruang Gudang Obat 1
11 Ruang Laboratorium 1
12 Ruang Poli Umum 1
13 UGD 1
14 Ruang Bersalin 1
15 Ruang KIA/KB/MTBS 1
16 Ruang Poli Gigi 1
17 Ruang Pendaftaran 1
18 Ruang Rekam Medik 1

Tabel 4. 2 Sarana dan Prasarana di Puskesmas Perumnas

NO SARANA/PRASARANA Jumlah
1. Sarana Kesehatan Pemerintah
a. Puskesmas Induk 1
b. Puskesmas Pembantu

c. Posbindu 1
2. Sarana Kesehatan Bersumber
a. Posyandu 10
b. Posyandu Lansia 10
c. SD Dengan Dokter Kecil 6
d. Poskeskel 0
48

e. Dokter Praktek Swasta 0


f. Bidan Praktek Swasta 0
3. Kendaraan Operasional

a. Kendaraan Roda 4 2
b. Kendaraan Roda 2 10
Sumber: Tata Usaha Puskesmas Perumnas

Tabel 4. 3 Jenis SDM di Puskesmas Perumnas Tahun 2022

Jumlah Yang Ada


No Jenis Ketenagaan HONORER /
PNS
KONTRAK
1 Dokter Umum 1 Orang 3 Orang
2 Dokter Gigi 1 Orang
3 Ners 1 Orang 3 Orang
4 S.1 Keperawatan 1 Orang
5 D.III. Keperawatan 2 Orang 5 Orang
6 S.1 Kesmas 11 Orang 9 Orang
7 D.IV Kebidanan 6 Orang 1 Oang
9 D.III Kebidanan 4 Orang 17 Orang
10 Apoteker 1 Orang
11 D.III Kesling 1 Orang 1 Orang
13 D.III Gizi 2 Orang 2 Orang
15 S.1 Farmasi 3 Orang 3 Orang
17 D.III Analis 1 Orang 3 Orang
18 Administrasi 1 Orang 2 Orang
19 SMU 3 Orang
Total 38 Orang 52 Orang
Sumber: Tata Usaha Puskesmas Perumnas Tahun 2022
49

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2023 di

Puskesmas Perumnas. Sampel penelitian adalah ibu hamil yang datang

berkunjung di Puskesmas Perumnas yang berjumlah 52 orang. Hasil penelitian ini

terdiri dari karakteristik responden (distribusi umur, distribusi tingkat pendidikan,

distribusi paritas), distribusi kualitas hidup, hubungan umur dengan kualitas

hidup ibu hamil, hubungan tingkat pendidikan dengan kualitas hidup ibu hamil,

hubungan paritas dengan kualitas hidup ibu hamil.

4.2.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden terdiri dari umur, graviditas, paritas, tingkat

pendidikan, pekerjaan. Karakteristik reponden dapat dilihat pada tabel dibawah

ini.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden

Umur f %
16-20 tahun 11 21,2
21-25 tahun 5 5,8
26-30 tahun 14 26,8
31-35 tahun 7 13,5
36-40 tahun 17 32,7
Jumlah 52 100
Sumber: Data Primer Terolah, 2023

Tabel 4.4 bahwa umur responden terbanyak adalah 36-40 tahun sebanyak

17 orang (32,7%) dan tersedikit adalah umur 21-25 tahun sebanyak 5 orang

(5,8%).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Graviditas Responden

Graviditas f %
50

II 29 55,8
III 19 36,5
IV 4 7,7
Jumlah 52 100
Sumber: Data Primer Terolah, 2023

Tabel 4.5 terlihat bahwa graviditas responden terbanyak adalah II

sebanyak 29 orang (55,8%) dan tersedikit adalah graviditas IV sebanyak 4 orang

(7,7%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Responden

Paritas f %
I 29 55,8
II 19 36,5
III 4 7,7
Jumlah 52 100
Sumber: Data Primer Terolah, 2023

Tabel 4.6 terlihat bahwa paritas responden terbanyak adalah I sebanyak 29

orang (55,8%) dan tersedikit adalah paritas III sebanyak 4 orang (7,7%).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan f %
SD 1 1,9
SMP 13 25,0
SMA 17 32,7
D3 0 0
D4/S1 21 40,4
S2 0 0
Jumlah 52 100
Sumber: Data Primer Terolah, 2023

Tabel 4.7 terlihat bahwa pendidikan responden terbanyak adalah D4/S1

sebanyak 21 orang (40,4%) dan tersedikit adalah SD sebanyak 1 orang (1,9%).

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden


51

Pekerjaan f %
IRT 35 67,4
PNS 13 25,0
Honorer 2 3,8
Wiraswasta 2 3,8
Jumlah 52 100
Sumber: Data Primer Terolah, 2023

Tabel 4.8 terlihat bahwa pekerjaan responden terbanyak adalah IRT

sebanyak 35 orang (67,4%) dan tersedikit adalah honorer dan wiraswasta masing-

masing sebanyak 2 orang (3,8%).

4.2.2. Analisis Univariat

Analisis univariat terdiri dari distribusi kualitas hidup responden. Hasil

analisis univariat dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Distribusi Umur Responden

Umur Jumlah (n) Persentase (%)


Risiko rendah (20-35 tahun) 24 46,2
Risiko tinggi (<20 dan >35 tahun) 28 53,8
Jumlah 52 100
Sumber: Data Primer Terolah, 2023

Pada tabel 4.9 terlihat bahwa umur responden terbanyak adalah risiko tinggi

(<20 tahun dan >35 tahun) sebanyak 28 orang (53,8%) dan tersedikit adalah umur

risiko rendah sebanyak 24 orang (46,2%).

Tabel 4.10 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)


Pendidikan rendah (SD, SMP, SMA) 31 59,6
Pendidikan tinggi (D3, D4, S1. S2. S3) 21 40,4
Jumlah 52 100
Sumber: Data Primer Terolah, 2023
52

Pada tabel 4.10 Tingkat Pendidikan responden terbanyak adalah rendah

sebanyak 31 orang (59,6%) dan tersedikit adalah pendidikan tinggi sebanyak 21

orang (40,4%).

Tabel 4.11 Distribusi Paritas Responden

Paritas Jumlah (n) Persentase (%)


Primipara 29 55,8
Multipara 23 44,2
Jumlah 52 100
Sumber: Data Primer Terolah, 2023

Pada table 4.11 Paritas responden terbanyak adalah primipara sebanyak 29

orang (55,2%) dan tersedikit adalah multipara sebanyak 23 orang (44,2%).

Tabel 4.12 Distribusi Kualitas Hidup Responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Perumnas

Kualitas Hidup Jumlah (n) Persentase (%)


Kurang baik 29 53,7
Baik 23 42,6
Jumlah 52 100
Sumber: Data Primer Terolah, 2023

Pada tabel 4.12 menyatakan bahwa kualitas hidup responden terbanyak

dalam kategori kurang baik sebanyak 29 orang (53,7%) dan terendah dalam

kategori baik sebanyak 23 orang (42,6%), sehingga dapat disimpulkan sebagian

besar kualitas hidup responden dalam kategori kurang baik.

4.2.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat terdiri dari hubungan umur dengan kualitas hidup ibu

hamil, hubungan pendidikan dengan kualitas hidup ibu hamil, hubungan paritas
53

dengan kualitas hidup ibu hamil, Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada tabel

dibawah ini

Tabel 4.13 Hubungan Umur Dengan Kualitas Hidup Responden di Wilayah

Kerja Puskesmas Perumnas

Kualitas Hidup
Jumlah
Umur Kurang baik Baik p-value
N % N % n %
Risiko rendah 7 29,2 17 70,8 24 100 0,000
Risiko tinggi 22 78.6 6 21,4 28 100
Total 29 55.8 23 44.2 52 100
Sumber: Data Primer Terolah, 2023

Pada tabel 4.13 menunjukan bahwa 29,2% responden kategori umur resiko

rendah memiliki kualitas hidup yang kurang baik dan 70,8% memiliki kualitas

hidup yang baik. Sedangkan 78,6% responden kategori umur resiko tinggi

memiliki kualitas hidup yang kurang baik dan hanya 21,4% yang memiliki

kualitas hidup yang baik.

Nilai P-Value 0,000 lebih kecil dari alpha. Penelitian (0,000 < 0,05), maka

Ho di tolak Ha di terima, artinya ada hubungan umur dengan kualitas hidup ibu

hamil di wilayah Puskesmas Perumnas Kota Kendari.

Tabel 4.14 Hubungan Pendidikan Dengan Kualitas Hidup Responden di

Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas

Kualitas Hidup
Kurang Baik Jumlah
Tingkat Pendidikan p-value
baik
N % N % n %
Pendidikan rendah 23 74,2 8 25,8 31 100 0,001
Pendidikan tinggi 6 28,6 15 71,4 21 100
Total 29 55.8 23 44.2 52 100
Sumber: Data Primer Terolah, 2023
54

Pada tabel 4.14 menunjukan bahwa 74,2% responden kategori tingkat

pendidikan rendah memiliki kualitas hidup yang kurang baik dan 25,8% memiliki

kualitas hidup yang baik. Sedangkan hanya 28,6% responden kategori tingkat

pendidikan tinggi memiliki kualitas hidup yang kurang baik dan 71,4% yang

memiliki kualitas hidup yang baik.

Nilai P-Value 0,001 lebih kecil dari alpha. Penelitian (0,001 < 0,05), maka

Ho di tolak Ha di terima, artinya ada hubungan Tingkat Pendidikan dengan

kualitas hidup ibu hamil di wilayah Puskesmas Perumnas Kota Kendari.

Tabel 4. 15 Hubungan Paritas Dengan Kualitas Hidup Responden di

Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas

Kualitas Hidup p-
Jumlah
Paritas Kurang baik Baik value
n % n % n %
Primipara 22 75,9 7 24,1 29 100 0,001
Multipara 7 30,4 16 69,6 23 100
Total 29 55.8 23 44.2 52 100
Sumber: Data Primer Terolah, 2023

Pada tabel 4.15 menunjukan bahwa 75,9% responden kategori primipara

memiliki kualitas hidup yang kurang baik dan 24,1% memilii kualitas hidup yang

baik. Sedangkan hanya 30,4% responden kategori multipara memiliki kualitas

hidup yang kurang baik dan 69,6% yang memiliki kualitas hidup yang baik.

Nilai P-Value 0,001 lebih kecil dari alpha. Penelitian (0,001 < 0,05), maka

Ho di tolak Ha di terima, artinya ada hubungan umur dengan kualitas hidup ibu

hamil di wilayah Puskesmas Perumnas Kota Kendari.


55

4.3 Pembahasan

4.3.1 Kualitas Hidup Ibu Hamil

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Kusumawardani (2021)

yang menyatakan 67,40% ibu hamil di Indonesia memiliki kualitas hidup kurang

baik, 30,37% kualitas hidup baik dan sisanya 2,22% memiliki kualitas hidup

sangat baik. Demikian pula hasil penelitian Putri dkk (2021) yang menyatakan

sebagian besar ibu hamil yakni sebanyak 231 (35,7%) mengalami kualitas hidup

dalam kategori sedang.

Kualitas hidup (quality of life) adalah penilaian multidimensi yang melibatkan

aspek fungsi fisik, mental, dan sosial, dipengaruhi oleh evaluasi positif dan negatif

yang subjektif. Kualitas hidup telah menjadi indikator yang valid dari hasil

intervensi untuk menilai kesejahteraan dari kesehatan (Zubaran & Foresti, 2019).

Kualitas hidup yaitu persepsi individual tentang posisinya di dalam sebuah

kehidupan pada sistem budaya dan nilai serta tempat dimana mereka tinggal

dengan norma-norma, tujuannya dan kepedulian bersatu dalam hal yang kompleks

dalam keadaan kesehatan fisik, level kemandirian, pengharapan, kepercayaan-

kepercayaan personal, psikologis, dan hubungan social. Kualitas hidup menurut

merupakan presepsi individu terhadap posisi mereka didalam sistem budaya dan

nilai dimana mereka tinggal dan dalam kaitannya dengan perhatian, standar,

tujuan dan harapan mereka. Dari beberapa definisi kualitas hidup diatas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa kualitas hidup merupakan persepsi individu tentang

budaya dan nilai di tempat mereka tinggal dan berkaitan dengan tujuan dan

harapan (Winarni dkk, 2020).


56

Dalam penelitian ini persepsi ibu hamil atau penilaian terhadap kualitas

hidupnya dapat ditentukan oleh beberapa hal seperti gender dan jenis kelamin,

usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status pernikahan, penghasilan,

hubungan dengan orang lain, serta budaya. Penderitaan ibu hamil yang berisiko

tinggi dapat menyebabkan rasa putus asa hingga depresi. Jika bu hamil berisiko

tinggi memiliki kondisi psikologis kurang baik maka akan berdampak pada

kemampuan mereka untuk berfungsi secara normal (Winarni dkk, 2020).

Periode kehamilan adalah suatu kondisi yang dipersiapkan secara fisik dan

psikologis untuk kelahiran dan menjadi orang tua. Kehamilan adalah suatu krisis

yang mematangkan dan dapat menimbulkan stres tetapi konsekuensinya adalah

wanita tersebut harus siap memasuki suatu fase baru untuk bertanggungjawab dan

memberi perawatan. Konsep dirinya berubah, siap menjadi orang tua dan

menyiapkan peran barunya. Secara bertahap ia berubah dari memperhatikan

dirinya sendiri, punya kebebasan menjadi suatu komitmen untuk

bertanggungjawab kepada makhluk lain (Salmah, 2021 hal 22).

Kehamilan merupakan tantangan, titik balik dari kehidupan keluarga, dan

biasanya diikuti oleh stres dan gelisah, baik itu kehamilan yang diharapkan atau

tidak terutama pada kehamilan usia dini. Untuk keluarga pemula, kehamilan

adalah periode transisi dari masa anak-anak menjadi orang tua dengan

karakteristik yang menetap dan mempunyai tanggungjawab yang menuntut

kesiapan menjadi seorang ibu. Wanita akan menjadi ibu dan suaminya akan

menjadi ayah (Salmah dkk., 2019 hal 23).


57

Oleh karena itu dalam masa kehamilan ibu hamil harus dapat beradaptasi

dengan perannya sebagai ibu dengan menerima kehamilannya. Tingkat

penerimaan ini digambarkan dalam kesiapan wanita untuk hamil dan dalam

respon emosinya. Banyak wanita merasa kaget mendapatkan dirinya hamil.

Penerimaan terhadap kondisi hamil sejalan dengan penerimaan tumbuhnya janin

secara nyata. Kehamilan yang tidak diterima, berbeda dengan menolak anak.

Seorang wanita dapat saja tidak suka hamil, tetapi mencintai anak yang akan

dilahirkan (Salmah dkk., 2019 hal 23).

Ibu hamil juga memerlukan kukungan keluarga khususnya suami demi

menunjang kualitas hidupnya menjadi baik. Hal ini dikarenakan kualitas hidup

yang baik merupakan suatu persepsi yang hadir dalam kemampuan keterbatasan,

gejala serta sifat psikososial hidup individu baik dalam konteks lingkungan

budaya dan nilainya dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagaimana

mestinya. Peran keluarga sangatlah penting dalam pemeliharaan dan perawatan

kesehatan. Keluarga adalah pihak yang pertama kali memberikan pertolongan bila

salah satu anggotanya mengalami gangguan kesehatan (Zadeh et al., 2021).

Wanita yang hamil tanpa suami, akan mengalami perubahan peran dan

matang secara psikologis. Ibu hamil juga akan menghadapi kenyataan dan

merencanakan sebagai orang tua tunggal. Wanita tersebut memerlukan dukungan

dari keluarga. Ketersediaan dukungan sosial untuk kesejahteraan psikososial ibu

hamil merupakan faktor penting. Anggota keluarga yang lain, terutama ayah dan

ibu, kakek/nenek dan saudara yang lain juga harus menyesuaikan diri dengan

remaja yang hamil. Untuk beberapa pasangan, kehamilan dapat berkembang


58

menjadi krisis yang merupakan gangguan atau konflik yang dapat mengganggu

keseimbangan antara anggota keluarga (Zadeh et al., 2021).

Jika situasi tersebut berlangsung secara terus menerus, akan menimbulkan

bahaya pada kelangsungan hidup ibu dan bayi. Kondisi ibu hamil berisiko tinggi

seperti ini memiliki dampak pada pola kehidupan seseorang, sehingga hal ini bisa

menjadi penentu suatu kualitas kehamilan berisiko tinggi (Winarni dkk, 2020).

4.3.2 Hubungan Umur Dengan Kualitas Hidup Ibu Hamil

Hasil penelitian menunjukan bahwa 29,2% responden kategori umur resiko

rendah memiliki kualitas hidup yang kurang baik dan 70,8% memiliki kualitas

hidup yang baik. Sedangkan 78,6% responden kategori umur resiko tinggi

memiliki kualitas hidup yang kurang baik dan hanya 21,4% yang memiliki

kualitas hidup yang baik..

Hasil peneltian juga menyatakan nilai p-value adalah 0,000 lebih kecil dari

0,05, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan umur dengan kualitas hidup ibu

hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Wu et al (2021) yang

menyatakan ada hubungan umur dengan kualitas ibu hamil. Demikian pula hasil

penelitian Boutib et al (2023) yang menyatakan hasl yag sama yaitu ada

hubungan umur dengan kualitas hidup ibu hamil.

Umur sangat mempengaruhi kualitas hidup ibu hamil. Semakin tua unur ibu

hamil maka semakin turun kualitas hidupnya. Semakin bertambahnya usia,

munculnya rasa putus asa akan terjadinya hal-hal yang lebih baik dimasa yang
59

akan datang. Perempuan pada ujung spektrum usia produktif mempunyai insiden

yang lebih tinggi terhadap terjadinya hasil yang buruk menurut (Anwar dkk,

2022).

Ibu hamil dengan umur antara 20-35 tahun akan lebih siap baik secara

jasmani maupun rohaninya untuk terjadinya khamilan. Karena pada usia tersebut

keadaan gizi seorang ibu lebih baik dibandingkan pada usia kurang dari 20 tahun

dan lebih dari 35 tahun. Usia ibu hamil juga sangat berpengaruh pada

pertumbuhan dan perkembangan janin maupun ibunya sendiri. Semakin muda

dan semakin tua usia ibu hamil juga berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan

gizi yang diperlukan (Anwar dkk, 2022).

Wanita muda (kurang dari 20 tahun) perlu tambahan gizi karena selain

digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus

berbagi dengan janin yang sedang dikandungnya. Sementara umr yang lebih

tua (lebih dari 35 tahun) perlu energi yang besar juga karena fungsi organ

yang semakin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal, maka

diperlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang

sedang berlangsung (Anwar dkk, 2022).

Ibu hamil dengan usia dengan berisiko akan merasa cemas terhadap

kehamilannya dikarenakan risiko yang akan dihadapi dimasa kehamilan dan saat

melahirkan sehingga akan mempengaruhi kualitas hidupnya. Kehamilan < 20

tahun adalah kehamilan yang pada umumnya tidak direncanakan dan

menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada wanita yang

mengalaminya, ditambah lagi dengan adanya sanksi sosial dari masyarakat


60

terhadap kehamilan dan kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan. Kehamilan

tersebut dapat menimbulkan masalah karena pertumbuhan tubuhnya belum

sempurna, kesulitan dalam persalinan, atau belum siap melaksanakan peran

sebagai ibu. urang siap dalam sosial ekonomi sehingga kualitas hidupnya

menurun selama kehamilan dan menimbulkan stress selama kehamilan (Anwar

dkk, 2022),

Stres ibu hamil dipengaruhi oleh emosinya yang masih labil, lingkungan

sosial, latar belakang budaya, dan penerimaan atau penolakan terhadap

kehamilannya. Stres pada ibu hamil tidak saja berakibat pada ibu tetapi juga

berakibat pada janin yang dikandungnya. Karena posisi janin yang berada di

dalam rahim dalam merespons apa yang sedang dialami oleh ibu. Berdasarkan

penelitian, ibu hamil yang mengalami stres akan meningkatkan risiko melahirkan

bayi prematur, melahirkan bayi yang lebih kecil. Bahkan bahaya stres pada ibu

hamil dapat mengakibatkan janin keguguran (Salmah dkk., 2021 hal 24).

4.3.3 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Kualitas Hidup Ibu Hamil

Hasil penelitian menunjukan bahwa 74,2% responden kategori tingkat

pendidikan rendah memiliki kualitas hidup yang kurang baik dan 25,8% memiliki

kualitas hidup yang baik. Sedangkan hanya 28,6% responden kategori tingkat

pendidikan tinggi memiliki kualitas hidup yang kurang baik dan 71,4% yang

memiliki kualitas hidup yang baik.


61

Hasil penelitian juga menyaakan nilai p-value adalah 0,001 lebih kecil dari

0,05, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan pendidikan dengan kualitas hidup

ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Putri dkk (2022) yang

menyatakan pendidikan rendah mempengaruhi kualitas hidup ibu hamil.

Demikian pula hasil penelitian Alzboon dan Vural (2019) menyatakan bahwa

semakin rendah pendidkan maka kualitas hidup ibu hamil semakin menurun.

Hasil penelitian Boutib et al (2023) menyatakan hal yang sama pendidikan

berhubungan dengan kualitas ibu hamil.

Pendidikan juga merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup ibu

hamil. Kualitas hidup ibu hamil akan meningkat seiring dengan lebih tingginya

tingkat pendidikan yang didapatkan oleh ibu hamil. Hal tersebut terjadi karena ibu

hamil yang memiliki pendidikan yang rendah akan merasa tidak percaya diri dan

merasa bahwa dirinya tidak berguna. Pendidikan juga menjadi salah satu indikator

dalam mengukur kesejahteraan masyarakat. Ibu hamil dengan tingkat pendidikan

tinggi diharapkan memiliki kualitas hidup yang tinggi sehingga kesejahteraan

dapat tercapai (Tahir, 2021).

Tingkat pendidikan ibu hamil dapat mempengaruhi kualitas hidup ibu

hamil, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka kedewasaannya

semakin matang, mudah dalam menerima serta memahami suatu informasi yang

positif. Keterkaitan dengan masalah kesehatan adalah wanita dengan pendidikan

lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan dirinya. Hal ini dapat

dipengaruhi pada pendidikan yang lebih tinggi sehingga memiliki pengetahuan


62

yang luas secara signifikan dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang (Tahir,

2021).

4.3.4 Hubungan Paritas Dengan Kualitas Hidup Ibu Hamil

Hasil penelitian menunjukan bahwa 75,9% responden kategori primipara

memiliki kualitas hidup yang kurang baik dan 24,1% memilii kualitas hidup yang

baik. Sedangkan hanya 30,4% responden kategori multipara memiliki kualitas

hidup yang kurang baik dan 69,6% yang memiliki kualitas hidup yang baik.

Hasil penelitian juga menyatakan nilai p-value adalah 0,001 lebih kecil dari

0,05, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan paritas dengan kualitas hidup ibu

hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Alzboon, dan Vural (2019)

yang berjudul Factor Influencing the Quality Of Life Of Healthy Pregnant Women

in North Jordan mendapatkan hasil bahwa hanya paritas yang mempengaruhi

QOL ibu hamil. Paritas yang dimaksud yaitu keadaan saat seorang wanita

melahirkan anak baik mati maupun hidup. Wanita dengan paritas tinggi memiliki

QOL yang lebih baik di banding wanita-wanita dengan paritas rendah. Wanita

dengan paritas rendah harus diberikan perawatan khusus.

Hasil penelitian Boutib et al (2023) menyatakan ada hubungan paritas

dengan kualitas hidup ibu hamil. Ibu hamil dengan paritas rendah kualitas

hidupnya lebih rendah dibandingkan paritas tinggi. Demikian pula hasil penelitian

Putri dkk (2022) menyatakan ada hubungan paritas dengan kualitas hidup ibu

hamil.
63

Kualitas hidup merupakan suatu persepsi dari individu atau yang mengenai

keadaan individu, yang hidup pada lingkup budaya serta sistem nilai dalam

kehidupan individu, serta ada keterkaitan hubungan antara tujuan, harapan,

standar yang telah ditentukan serta dapat menjadi suatu perhatian seseorang.

Penilaian kebutuhan ibu terhadap fokus pelayanan kesehatan dapat dilihat melalui

pengukuran kualitas hidup (quality of life). Karena pengukuran kualitas hidup

menilai empat domain meliputi kesehatan fisik, kondisi psikologi, interaksi sosial

dan respon terhadap lingkungan. Pada fase kehamilan terjadi perubahan fisik yang

sangat jelas, sehingga keluhan fisik merupakan konsekuensi utama. Akibat adanya

mekanisme psikosomatis, maka perubahan fisik yang terjadi menyebabkan

perubahan psikologi. Secara asosiatif, kondisi lingkungan dan interaksi sosial

akan saling memengaruhi terhadap perubahan psikologi (WHO, 2020).

Beberapa faktor sosiodemografi seperti paritas. Paritas adalah jumlah anak

yang hidup atau jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup

diluar rahim. Jumlah kehamilan sebelumnya pada ibu hamil merupakan faktor

risiko yang berhubungan dengan usia dan termasuk di dalamnya kehamilan

pertama. Insiden preeklampsia akan terjadi peningkatan pada kehamilan pertama.

Paritas dibagi menjadi tiga macam, antara lain: primiparitas (kelahiran bayi hidup

untuk pertama kali dari seorang wanita), multiparitas (kelahiran bayi hidup dua

kali atau lebih dari seorang wanita), grande-multiparitas (kelahiran bayi lebih dari

5 orang anak). Paritas 2 sampai 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari

sudut kematian maternal (Anwar dkk, 2022).


64

Ibu dengan paritas tinggi lebih dari 3 memiliki angka maternal yang tinggi

karena dapat terjadi gangguan endometrium. Penyebab gangguan endometrium

tersebut dikarenakan kehamilan berulang. Pada paritas pertama berisiko karena

rahim baru pertama kali menerima hasil konsepsi dan keluwesan otot rahim masih

terbatas untuk pertumbuhan janin. Tingkat paritas telah menarik perhatian peneliti

dalam kesehatan ibu dan anak. Di katakannya bahwa terdapat kecenderungan

kesehatan ibu yang berparitas tinggi lebih baik dari pada yang berparitas rendah,

terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu yang

berkaitan dengan kehamilan sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya (Anwar

dkk, 2022).
65

4.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian yang telah dilakukan tentunya mempunyai banyak

keterbatasan-keterbatasan antara lain :

4.4.1 Keterbatasan Tempat Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan hanya terbatas pada satu tempat, yaitu

Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas untuk dijadikan tempat penelitian.

Apabila penelitian dilakukan di tempat lain yang berbeda, mungkin hasilnya

terdapat sedikit perbedaan. Tetapi kemungkinannya tidak jauh menyimpang

dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

4.4.2 Keterbatasan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama pembuatan skripsi. Waktu yang singkat

ini termasuk sebagai salah satu faktor yang dapat mempersempit ruang

gerak penelitian sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian yang

telah dilakukan.

4.4.3 Keterbatasan dalam Objek Penelitian

Dalam penelitian ini hanya diteliti tentang hubungan umur, tingkat

pendidikan, paritas dengan kualitas hidup ibu hamil.

Anda mungkin juga menyukai