Anda di halaman 1dari 17

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR

RSUD SULTAN ABDUL AZIZ SYAH PEUREULAK


Jalan Monisa Telepon 081376999052 Faks (0646) 31008 Kode Pos 24453
PEUREULAK
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SULTAN ABDUL AZIZ SYAH PEUREULAK
KABUPATEN ACEH TIMUR
NOMOR: 445/ /2022

TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY
RSUD SULTAN ABDUL AZIZ SYAH PEUREULAK
KABUPATEN ACEH TIMUR 2022

DIREKTUR RSUD SULTAN ABDUL AZIZ SYAH PEUREULAK


KABUPATEN ACEH TIMUR,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu


pelayanan RSUD Sultan Abdul Aziz Syah
Peureulak, maka diperlukan Pengelolaan Linen
Dan Laundry rumah sakit yang bermutu tinggi;

b. bahwa agar pengelolaan linen dan laundry di


RSUD Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya panduan
Direktur RSUD Sultan Abdul Aziz Syah
Peureulak sebagi landasan bagi penyelenggaraan
Pengolaan Linen Dan Laundry di RSUD Sultan
Abdul Aziz Syah Peureulak;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan
dengan keputusan Direktur RSUD Sultan Abdul
Aziz Syah Peureulak;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 7 Drt Tahun 1956


tentang Pembentukan Daerah Otonom
Kabupaten-kabupaten Dalam Lingkungan
Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1092);

2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang


Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan
Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi
Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1103);

3. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4431);

4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang


Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4633);

5. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

6. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159.b/


Menkes/Per/II/1998 tentang Rumah Sakit;

8. Peraturan Menkes RI No:416/


MENKES/per/IX/1990 tentang Persyaratan
kualitas air bersih;

9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27 Tahun


2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi;

10 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1333/Menkes /SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit;
11 Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1204
/ MenKes / SK / X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ;

12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


270/Menkes /2007 tentang Pedoman Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya;

13. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27 Tahun


2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi;

14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1087/Menkes /SK/VII/2010 tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit;

15. Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 5 Tahun


2015 Tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Sultan
Alaiddin Said Maulana Abdul Aziz Syah
Peureulak Kabupaten Aceh Timur;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PANDUAN PENGELOLAAN LINEN/ LAUNDRY PADA


RSUD SULTAN ABDUL AZIZ SYAH PEUREULAK
KABUPATEN ACEH TIMUR.

Kesatu : Dalam melaksanakan tugasnya Tim Pencegahan dan


Pengendalian Infeksi bertanggung jawab kepada
Direktur RSUD. Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak
Kabupaten Aceh Timur;

Ketiga :Ditetapkan
Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan,
di Peureulak
pada tanggal
dengan : 05 Januari
ketentuan apabila di2022 M
kemudian hari ternyata
02 Jumadil Akhir 1443 H
terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka akan
DIREKTUR RSUD SULTAN ABDUL AZIZ SYAH PEUREULAK
KABUPATEN ACEH TIMUR,
diperbaiki sebagaimana mestinya;

LAMPIRAN I : PERATURAN DIREKTUR RSUD SULTAN


ABDUL AZIZ SYAH PEUREULAK
KABUPATEN ACEH TIMUR
NOMOR
TANGGAL
: 445/ /2022
TENTANG : 05 Januari 2022 M
02 Jumadil Akhir 1443 H
: PANDUAN PENGELOLAAN
LINEN DAN LAUNDRY
BAB I
DEFINISI

Salah satu usaha peningkatan mutu pelayanan kesehatan rumah


sakit adalah mencegah terjadinya infeksi dirumah sakit. Salah satu
usaha pencegahan terjadinya infeksi dirumah sakit adalah penyehatan
laundry dan linen.penyehatan laundry dan linen juga menambah
kenyamanan bagi pasien untuk tinggal di rumah sakit, sebab pasien
hamper selama 24 jam berada di tempat tidurnya. Selain itu juga
dengan tersedianya linen yang baik dalam arti bebas kuman patogen,
bersih dan rapi akan menambah citra suatu rumah sakit. Untuk
menjaga kualitas linen yang baik sangat tergantung pada pengelolanya.
Juga sangat dipengaruhi oleh sarana dan prasarana yang ada pada
suatu rumah sakit. Oleh karena itu penyehatan laundry dan linen perlu
ditangani secarap rofesional oleh pengelolanya.

Beberapa pengertian tentang linen dalam buku panduan ini adalah


sebagai berikut:
1. Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan pada permukaan kulit
dan membran mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme
2. Dekontaminasi adalah suatu proses untuk mengurangi jumlah
pencemaran mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya
sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut.
3. Desinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem.
4. Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi
agen pathogen atau infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan
menyebabkan sakit.
5. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat di rumah sakit
dimana pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda / gejala atau
tidak dalam masa inkubasi.
6. Steril adalah kondisi bebas dari semua mokroorganisme termasuk
spora.
7. Linen adalah bahan / alat yang terbuat dari kain, tenun.
8. Kewaspadaan universal adalah suatu prinsip dimana darah, semua
jenis cairan tubuh, sekreta, kulit yang tidak utuh, dan selaput lender
pasien dianggap sebagai sumber potensial untuk penularan infeksi
HIV maupun infeksi lainnya. Prinsip ini berlaku bagi semua pasien,
tanpa membedakan risiko, diagnosis ataupun status.
9. Linen kotor infeksi adalah linen yang terkontaminasi dengan darah,
cairan tubuh dan feses terutama yang berasal dari infeksi TB paru,
infeksi Salmonela dan Shigella (sekresi dan ekskresi), HBV, dan HIV
(jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya yang spesifik (SARS)
dimasukkan ke dalam kantung dengan segel yang dapat terlarut di air
dan kembali di tutup dengan kantung luar berwarna kuning
bertuliskan terinfeksi.
10. Linen kotor tidak terinfeksi adalah linen yang tidak terkontaminasi
oleh darah, cairan tubuh dan feses yang berasal dari pasien lainnya
secara rutin, meskipun mungkin linenmyang diklasifikasikan dari
seluruh pasien berasal dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi.
11. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat
bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun
masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh produktifitas kerja yang
optimal.
12. Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam
bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan
kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak
langsung, yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik,
mutagenic, korosif dan iritasi.
13. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungan
serta cara – cara melakukan pekerjaan.
14. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tak
diharapkan, dapat menyebabkan kerugian material ataupun
penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
15. Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang berpotensi
menimbulkan dampak merugikan atau menimbulkan kerusakan

BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan Laundry meliputi :
a. Pengambilan linen
b. Pemilahan linen
c. Penimbangan linen
d. Pencucian linen
e. Penyetrikaan linen
f. Pelipatan linen
g. Pendistribusian linen
h. Perbaikan linen
i. Pencatatan dan pelaporan

BAB III
TATA LAkSANA

A. MANAJEMEN LINEN
1. Jenis linen
Ada bermacam macam – macam jenis linen yang digunakan di
RSUD Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak, antara lain :
1. Sprei/ laken
2. Steek laken
3. Perlak
4. Sarung bantal
5. Selimut
6. Tirai/ gorden
7. Vitrage
8. Kain penyekat/ scherm
9. Celemek, topi, lap
10. Baju pasien
11. Baju operasi
12. Macam – macam doek
13. Steek laken bayi
14. Laken bayi
15. Wash lap
16. Handuk (handuk untuk petugas, handuk untuk pasien)
17. Linen operasi (baju, celana, jas, macam – macam laken, topi,
masker, doek, sarung kaki, sarung meja mayo, alas meja
instrument, mitela, barak schort)
2. Bahan linen
Bahan linen yang biasa digunakan terbuat dari :
1. Katun 100 %
2. Woll
3. Silk
4. Flannel
5. Twill/drill

3. Peran dan fungsi


Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit cukup
penting. Proses pengelolaan linen salah satunya adalah proses
pencucian. Alur aktivitas fungsional dimulai dari penerimaan linen
kotor, penimbangan, pemilahan, proses pencucian, pemerasan,
pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir linen rusak,
pelipatan, merapikan, mengepak atau mengemas, menyimpan dan
mendistribusikan ke unit – unit yang membutuhkannya.
Untuk melaksanakan aktifitas tersebut dengan lancar dan
baik, maka diperlukan alur yang terencana dengan baik. Peran
sentral lain adalah perencanaan, pengadaan, pengelolaan,
pemusnahan, kontrol dan pemeliharaan fasilitas kesehatan
sehingga linen dapat tersedia bagi unit – unit yang membutuhkan.

4. Prinsip pengelolahan linen

Bagan 1. Prinsip pengelolahan linen

Kemungkinan Rendah
menimbulkan infeksi
Desinfektan tingkat
rendah

Secara umum infeksi yang Tinggi


disebabkan karena linen
relative rendah  Desinfektan tingkat
tinggi
 Sterilisasi
Karena tidak kontak langsung
dengan jaringan tubuh yang steril
atau dengan pembuluh darah
5. Pengelolahan linen
a. Struktur Organisasi
Pengelolaan linen di rumah sakit merupakan tanggung
jawab dari penunjang medic. Pada umumnya diserahkan pada
bagian rumah tangga atau bagian pencucian dan sterilisasi.

b. Hubungan dengan unit lain.

Bagan 2. Hubungan dengan unit lain

Kewaspadaan universal Kewaspadaan umum


di ruangan di laundry

R. Inap Linen Unit Proses


R. Jalan kotor pencucian pencucian
Instalasi

Kerusakan Linen CSSD


alat Bersih
Kewaspadaan umum
transportasi
Linen
IPSRS
Steril

Distribusi
c. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia terdiri dari :
a. Tenaga kesehatan
b. Tenaga non medis / pekarya kesehatn / pendidikan
minimal SMP.

d. Tata Laksana Pengelolahan


Tata laksana pengelolaan pencucian linen terdiri dari :
1. Pengambilan linen
2. Pemilahan linen
3. Penimbangan linen
4. Pencucian linen
5. Penyetrikaan linen
6. Pelipatan linen
7. Pendistribusian linen
8. Perbaikan linen
9. Pencatatan dan pelaporan

B. SARANA FISIK, PRASARANA DAN PERALATAN


1. Sarana fisik
Sarana fisik untuk instalasi pencucian mempunyai persyaratan
tersendiri, terutama untuk pemasangan peralatan pencucian yang
baru. Kelengkapan data SPA (sarana, prasarana, alat)
memudahkan koordinasi dan jejaring selama pengoperasian. Letak
serta hubungan antara ruangan memerlukan perencanaan teknik
yang matang sehingga memudahkan penginstalasian termasuk
listrik, uap, air panas. Sarana fisik instalasi pencucian terdiri dari
beberapa ruangan antara lain:
1) Ruangan penerimaan linen
Ruangan ini memuat :
a. Meja penerimaan untuk linen terinfeksi dan tidak terinfeksi
b. Timbangan duduk
Ruangan untuk dilakukan desinfeksi sesuai standar sanitasi
sumah sakit dimana ruangan tesebut memiliki sirkulasi udara
yang baik dengan memasang Fan atau Exhaust dan
pencahayaan yang cukup minimal C= 100 – 200 lux sesuai
pedomam pencahayaan rumah sakit .

2) Ruangan pemisahan linen


Ruangan ini berisi meja panjang untuk mensortir jenis linen,
perlu juga diperhatikan sirkulasi udara dan pencahayaan
minimal katagori D = 200 – 500 lux. Lantai dalam ruangan ini
tidak boleh dari bahan yang licin

3) Ruangan pencucian dan pengeringan


Ruang ini memuat :
a. Mesin cuci
b. Mesin pengering
Untuk daya listrik yang diperlukan untuk penggunaan mesin
secara otomatis antara 4,8 – 5 Kva. Petunjuk pemakaian mesin
pencuci harus selalu berada dekat mesin cuci tersebut agar
petugas operator selalu bekerja sesuai prosedur. Lantai dalam
ruangan ini tidak dibuat dari bahan yang licin dan harus
diperhatikan kemiringannya. Sirkulasi dan pencahaya perlu
diperhatikan dengan pemasangan Exhaust dan kategori
pencahayaan : C = 100 – 200 lux sesuai dengan pedoman
pencahayaan Rumah Sakit
4) Ruangan Penyimpanan linen
Ruang ini memuat :
a. Lemari dan rak untuk menyimpan linen
b. Meja administrasi
c. Ruang ini bebas dari debu dan pintu selalu tertutup
Sirkulasi udara dipertahankan tetpa baik dengan
memasang fan/ exhaust fan untuk penerangan minimal
kategori pencahayaann D = 200 – 500 Lux sesuai Pedoman
Pencahayaan Rumah Sakit, suhu 22 – 27 °C dan
kelembapan 45 – 75 % RH.
5) Rungan distribusi linen
Ruang ini memuat : meja panjang untuk penyerahan linen
bersih kepada pengguna.
Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan dan
penerangan minimal kategori pencahayaann C = 100 – 200 Lux
sesuai Pedoman Pencahayaan Rumah Sakit.
2. Prasarana
1) Prasarana listrik
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya listrik.
Adapun tenaga listrik yang digunakan di instalasi pencucian
terbagi dua bagian antara lain :
a. Instalasi penerangan
b. Instalasi tenaga
Daya di instalasi pencucian cukup besar terutama untuk mesin
cuci, mesin pengering dan alat setrika. Untuk instalasi kotak
kontak biasa disarankan untuk memperhatikan penempatan,
yaitu : harus menjauhi daerah yang lembab dan basah. Jenis
kotak kontak hendaknya yang tertutup agar terhindar dari
udara lembab, sentuhan langsung dan parallel yang melebihi
kapasitas penggunaan.
2) Prasarana air
Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan
sedikitnya 40 % dari kebutuhan air di rumah sakit atau
diperkirakan 200 liter per tempat tidur per hari. Kebutuhan air
untuk proses pencucian dengan kualitas air bersih sesuai standar
air.
Standar air adalah air yang digunakan untuk mencuci mempunyai
standar air bersih berdasarkan PerMenKes No. 416 tahun 1992
dan standar khusus bahan kimia dengan penekanan tidak
adanya :
a. Hardness – Garam (Calcium, Carbonate dan Chloride)
b. Iron – Fe (Besi)
Kedua polutan tersebut di atas mempunyai sifat alkali,
sehingga linen yang rusak akibat kedua kotoran tersebut harus
dilakukan proses penetralan pH.
3. Peralatan dan bahan pencuci
1) Peralatan
Peralatan pada instalasi pencucian menggunakan bahan pencuci
kimiawi dengan komposisi dan kadar tertentu, agar tidak
merusak bahan yang di cuci/ linen, mesin pencuci, kulit petugas
yang melaksanakan dan limbah buangannya tidak merusak
lingkungan.
Peralatan pada instalasi pencucian antara lain :
a. Mesin cuci/ Washing Machine
b. Mesin Peras/ Washing Extractor
c. Mesin Pengering/ Drying Tumbler
2) Produk bahan kimia
Proses kimiawi akan berfungsi dengan baik apabila 3 faktor di
atas bereaksi dengan baik. Menggunakan bahan kimia berlebihan
tidak akan membuat hasil menjadi lebih baik, begitu juga apabila
kekurangan.
Bahan kimia yang dipakai secara umum terdiri dari :
a. Detergen = sabun pencuci
Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat asam
secara global
b. Bleach = pemutih
Mengangkat kotoran/ noda, mencemerlangkan linen, dan
bertindak sebagai desinfektan, baik pad linen yang berwarna
(Ozone) dan yang putih (Chlorine)
c. Softener
Melembutkan linen. Digunakan pada proses akhir
pencucian.
C. PROSEDUR PELAYANAN LINEN
1. Perencanaan linen
1) Sentralisasi Linen
Sentralisasi merupakan suatu keharusan yang dimulai dari
proses perencanaan, pemantauan dan evaluasi, dimana
merupakan suatu siklus berputar. Sifat linen adalah barang
habis pakai, agar terpenuhi persyaratan mutlak yaitu kondisi
yang selalu siap baik segi kualitas maupun kuantitas, maka
diperlukan sistem pengadaan satu pintu yang sudah
terprogram dengan baik. Untuk itu diperlukan kesepakatan
dan kebijakan yang turun dari pihak Top Level Management
yang kemudian diaplikasikan menjadi prosedur tetap (Protap)
dan petunjuk teknis (Juknis) yang selalu di evaluasi.
2) Standarisasi Linen
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk
tekstil yang berada di rumah sakit yang meliputi linen di ruang
perawatan maupun baju bedah di ruang operasi (OK),
sedangkan baju perawat, jas dokter maupun baju kerja
biasanya tidak dikelompokan pada kategori linen, tetapi
dikategorikan sebagai seragam (uniform).
Secara fungsional linen digunakan untuk baju, alas,
pembungkus, lap, dan sebagainya, sehingga dalam
perkembangan manajemennya menjadi tidak sederhana lagi,
berhubung tiap bagian di rumah sakit mempunyai spesifikasi
pekerjaan, jumlah kebutuhan yang besar, frekuensi cuci yang
tinggi, keterbatasan persediaan, penggunaan yang majemuk
dan image yang dicapai.
Untuk itu diperlukan standar linen, antara lain :
a. Standar produk
Sebaiknya setiap rumah sakit mempunyai standar produk
yang sama, agar bisa di produksi missal dan mencapai skala
ekonomi.
b. Standar desain
Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan
fungsinya daripada estetikanya, maka desain yang
sederhana, dan unisex merupakan pilihan yang ideal,
terutama pada baju bedah dan bju pasien. Yang tidak kalah
pentingnya adalah pertimbangan pada waktu pemeliharaan,
penggunaan kancing dan sambungan baju lebih baik
dihindari.
c. Standar material
Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara
perawatan dan penampilan. Pemilihan warna pada kain/
baju memberikan nuansa tersendiri, sehingga secara
psikologi mempunyai pengaruh terhadap lingkungannya.
Oleh karena itu pemilihan warna sangat penting.
d. Standar ukuran
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya dari
sisi penggunaan, tetapi juga dari biaya pengadaan dan biaya
operasional yang timbul. Makin luas dan berat, makin mahal
biaya pengadaan dan pengoperasiannya. Dengan adanya
ukuran tempat tidur yang standar, maka ukuran linen bias
distandarkan.
e. Standar jumlah
Idealnya jumlah stok linen 5 par (kapasitas) dengan posisi 3
par berputar di ruangan dan 2 par berada di logistic. Untuk
RSUD Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak terdapat 3 par stok,
yaitu : stok 1 par di terpakai, stok 1 par di ruangan dan stok
1 par dicuci.
f. Standar penggunaan
Linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali
dengan prosedur normal. Sebaiknya setiap rumah sakit
menentukan standar kelaikan sebuah linen, apakah dengan
umur linen, kondisi fisik atau dengan frekuensi cuci. Untuk
itu sebaiknya linen diberi identitas.
3) Mesin Cuci

Mesin cuci yang digunakan adalah :

a. Mesin cuci 35 kg : 2 buah


b. Mesin pengering : 2 buah
4) Tenaga Laundry
Untuk mencegah infeksi yang terjadi di dalam pelaksanaan
kerja terhadap tenaga pencuci maka perlu ada pencegahan
dengan :
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan
berkala
b. Pemberian imunisasi poliomyelitis, tetanus, BCG dan
hepatitis
c. Pekerja yang memiliki permasalahan dengan kulit : luka –
luka, ruam, kondisi kulit eksfoliatif tidak dibolehkan
melakukan pencucian

2. Penatalaksanan
Penatalaksanaan linen dibedakan menurut lokasi dan
kemungkinan transmisi organism berpindah, yaitu :
1) Di ruangan – ruangan
2) Perjalanan transportasi linen kotor
3) Pencucian di laundry
4) Penyimpanan linen bersih
5) Distribusi linen bersih

Linen kotor yang dapat di cuci di laundry dikategorikan :


a. Linen kotor infeksius
b. Linen kotor tidak terinfeksi
Linen atau pakaian pasien yang terinfeksi bahaya khusus
seperti antrax sebaiknya dilakukan autuklaf sebelum di
kirim ke laundry (pencucian) atau konsultasikan dengan
bagian yang menangani infeksi.
Untuk lebih terperinci penanganan linen dibedakan dengan
lokasi sebagai berikut :
 Pengelolaan linen di ruangan
Pengelolaan linen yang infeksius dan non infeksius
diperlakukan khusus menggunakan kantung linen yang
berbeda.
Persyaratan kantung linen di ruangan adalah :
a) Kantung linen infeksius
Warna kuning bertuliskan linen infeksius
b) Kantung linen non infeksius
Warna putih bertuliskan linen kotor tidak terinfeksi
Penanganan linen dimulai dari proses verbeden
(penggantian linen) yang dilakukan oleh perawat dimana
sebelum dilakukan penggantian linen bersih harus
melepaskan linen kotor, dengan demikian perawat
tersebut akan kontak dengan linen kotor baik itu dengan
linen kotor infeksius maupun tidak terinfeksi.

 Transportasi
Transportasi merupakan bahaya potensial dalam
menyebarkan organisme, jika linen kotor tidak tertutup
dan bahan troli tidak mudah dibersihkan.
 Laundry
Tahapan kerja di laundry :
a. Penerimaan linen kotor dengan prosedur pencatatan
b. Pemilahan dan penimbangan linen kotor
c. Pencucian
d. Pemerasan
e. Pengeringan
f. Penyetrikaan
g. Pelipatan
h. Penyimpanan
i. Pendistribusian
j. Penggantian linen rusak
Pada saat proses penerimaan – penyetrikaan
merupakan proses yang krusial dimana kemungkinan
organism masih hidup, maka petugas diwajibkan
menggunaan APD.
APD yang digunakan petugas laundry adalah :
a. Pakaian kerja
b. Apron
c. Sarung tangan
d. Sepatu boot digunakan pada area yang basah
e. Masker digunakan pada proses pemilahan dan sortir
Sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan biasakan
mencuci tangan, sebagai upaya pertahanan diri.
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Pencatatan dan pelaporan penerimaan linen kotor dari seluruh unit


pelayanan
2. Pencatatan dan pelaporan pendistribusian linen bersih ke seluruh unit
pelayanan
3. Pencatatan dan pelaporan penggunaan chemical/bahan cucian linen
4. Pencatatan dan pelaporan temuan linen bermasalah
5. Pencatatan dan pelaporanpendistribusian linen jadi ke seluruh unit
pelayanan

Ditetapkan di Peureulak
pada tanggal : 05 Januari 2022 M
02 Jumadil Akhir 1443 H

DIREKTUR RSUD SULTAN ABDUL AZIZ


SYAH PEUREULAK
KABUPATEN ACEH TIMUR,

REZA FAZRI PRASETYO

Anda mungkin juga menyukai