BERKARYA DAN
BEREKSPRESI
MELALUI PUISI
Gambaran Umum:
Setelah mempelajari
secara mendalam
teks puisi melalui
berbagai aktivitas
pembelajaran,
siswa diharapkan
mampu memahami,
menganalisis,
menilai,
menanggapi, dan
membacakan puisi
dengan baik.
A. Gambaran Umum
B. Skema Pembelajaran
Saran Periode Pembelajaran: 6 x pertemuan (dapat disesuaikan dengan kondisi
masing-masing, khususnya siswa)
C. Panduan Pembelajaran
Pembelajaran I
1. Tujuan Pembelajaran
Memahami diksi dalam teks puisi yang dibacakan dengan kritis dan
reflektif.
2. Apersepsi
Menggali pengalaman dan pengetahuan awal siswa terkait pengertian
puisi, perbedaan puisi dengan prosa, dan ciri-ciri puisi. Siswa diajak untuk
menelusuri berbagai informasi tentang puisi dari berbagai sumber lain.
5. Materi Pembelajaran
Puisi merupakan salah satu karya sastra, selain prosa dan drama. Sebagai sebuah
karya sastra, puisi ditulis seseorang untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, dan
perasaannya dalam bentuk kata-kata yang indah. Kata-kata dalam puisi cenderung
bersifat kiasan dan disampaikan dengan teknik figuratif. Tujuannya adalah untuk
menciptakan suasana-suasana yang mampu menggugah imajinasi, perasaan,
dan keindahan bagi pembacanya. Dalam puisi, kata-kata dipilih sedemikian rupa
secara selektif agar dapat memunculkan efek tertentu dan menampung makna
yang menggambarkan pikiran, gagasan, dan perasaan penyair. Pemilihan kata-
kata atau diksi juga harus mempertimbangkan irama, rima, larik, bait, dan tipografi
(bentuk) puisi. Oleh karena itulah, unsur bahasa dalam puisi dianggap lebih padat
jika dibandingkan dengan karya sastra lainnya.
Untuk lebih memahami pilihan kata/diksi, berikut beberapa contoh
telaah diksi dalam puisi.
a. Majas
Padamu Jua
—Karya Amir Hamzah
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Pada bait pertama puisi “Padamu Jua” terdapat larik /Segala cintaku hilang
terbang/. Hal itu menunjukkan adanya majas metafora, yaitu kiasan yang
bersifat langsung, tetapi tidak menggunakan kata-kata pembanding misal
bagai, bak, dan seperti. Pada baris tersebut, cinta dikiaskan seperti burung
yang dapat terbang. Majas metafora juga terdapat pada bait kedua, yaitu di
baris /Engkaulah kandil kemerlap/. Pada larik tersebut, si engkau dikiaskan
sebagai pelita/lampu cahaya yang terang dalam kegelapan. Selain itu, pada
bait kelima terdapat majas metafora dalam baris /engkau ganas/mangsa
aku dengan cakarmu/. Penyair mengiaskan si engkau seperti binatang buas
yang mempunyai cakar dan hendak memangsa.
Selain metafora, puisi “Padamu Jua” juga mengandung majas personi-
fikasi, seperti yang terdapat dalam baris /Pelita jendela di malam gelap/
melambai pulang perlahan/ atau /Kasihmu sunyi/menunggu seorang diri/.
Personifikasi merupakan kiasan yang mempersamakan sesuatu dengan
manusia yang dapat berbuat, melakukan suatu hal, dan sebagainya.
Dalam puisi “Padamu Jua” di atas, terdapat juga majas simile, yaitu per-
bandingan atau perumpamaan yang menyamakan suatu hal dengan hal lain.
Kata-kata pembanding: bagai, bak, seperti, seumpama, dan laksana. Contoh
simile terdapat pada baris /Engkau pelik menarik ingin/serupa dara di balik tirai/.
d. Kata Konotatif
Kata konotatif merupakan kata-kata yang berasosiasi. Asosiasi merupakan
keterkaitan makna kata dengan hal lain di luar bahasa. Dalam hal ini, makna
konotatif timbul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang
dibaca, diucapkan, atau didengar. Berikut contoh kata konotatif dalam puisi
“Candra” karya Sanusi Pane.
Candra
—Karya Sanusi Pane
Badan yang kuning-muda sebagai kencana,
Berdiri lurus di atas reta bercahaya,
Dewa Candra keluar dari istananya
7. Kesalahan Umum
a. Guru tidak memfasilitasi pembagian tugas setiap siswa dalam kelompok
sehingga ada siswa yang tidak aktif.
b. Guru tidak melakukan pembagian kelompok dengan metode yang
menarik dan tepat.
c. Guru tidak memotivasi siswa untuk bertanya atau berpartisipasi
sehingga siswa tertentu saja yang aktif.
2 Asmarandana Pendengaran
4 Di Sisimu Perabaan
....
Dekaplah aku meski bukan/
untuk yang terakhir kali. Angin terasa dingin/di batin.
....
(Soni Farid Maulana, Antologi Angsana, 2007)
5 Diponegoro Gerakan
....
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
....
(Chairil Anwar, Antologi Aku Ini Binatang Jalang, 1993)
6 Pembicaraan Pengecapan
....
yang ada hanya sorga. Neraka
adalah rasa pahit di mulut
waktu bangun pagi
....
(Soebagio Sastrowardojo, Antologi Daerah Perbatasan, 1982)
Pembelajaran II
1. Tujuan Pembelajaran
Memahami teks diskusi dan menilai efektivitas pemilihan kata/diksi, pengaturan
rima, dan tampilan tipografi dalam mendukung makna dan amanat puisi
2. Apersepsi
Guru melakukan apersepsi dengan menggali kembali pemahaman siswa
terhadap konsep teks diskusi, penggunaan diksi, pengaturan rima, dan
tampilan tipografi puisi. Guru juga dapat memperlihatkan penggunaan
diksi, pengaturan rima, tipografi pada beberapa puisi untuk mendukung
amanat yang ingin disampaikan penyair.
3. Pemantik
Guru dapat menanyakan pada siswa apa yang kalian ketahui tentang teks
diskusi? Apa saja yang kalian ketahui mengenai diksi, majas, dan tipografi dalam
puisi. Apa yang kalian ketahui tentang diksi, rima, dan tipografi dalam puisi?
Tapi
—Karya Soetardji Calzoum Bachri
aku bawakan bunga padamu
tapi kau bilang masih
aku bawakan resah padamu
tapi kau bilang hanya
aku bawakan darahku padamu
tapi kau bilang cuma
aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski
aku bawakan dukaku padamu
tapi kau bilang tapi
aku bawakan mayatku padamu
tapi kau bilang hampir
aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau
tanpa apa aku datang padamu
wah!
(Sumber: Antologi O, Amuk, Kapak, 1981)
Diksi atau pilihan kata merupakan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih
penulis puisi untuk menimbulkan efek, makna, dan maksud tertentu dalam
puisinya. Dalam puisi “Tapi” di atas, terdapat beberapa kata tertentu yang
sangat khas dan mendukung pengungkapan makna dan amanat dari penulis
puisi. Hal pertama yang tampak adalah penggunaan kata ganti aku dan kau.
Aku merupakan kata ganti pertama tunggal dan kau merupakan kata ganti
kedua tunggal. Hal ini menggambarkan isi puisi yang merupakan ungkapan
seseorang yang ditujukan secara pribadi untuk orang lain.
Baris /aku bawakan ... padamu/tapi kau bilang .../ diulang berkali-kali
dalam setiap larik. Hal ini menunjukkan adanya penekanan perilaku si
aku yang dilakukan secara berulang-ulang. Selain itu, terdapat beberapa
c. Rubrik penilaian
Rubrik penilaian memahami teks diskusi
Penilaian Aspek yang dinilai Skor
2) Soal Kegiatan 2
a. Rubrik penilaian
Bagaimana diksi, pengaturan rima, dan tipografi yang terdapat dalam
puisi “Nyayian Gerimis” karya Soni Farid Maulana? Apakah diksi, rima,
dan tipografi tersebut sesuai dan mendukung amanat yang disampaikan
penyair dalam puisi tersebut? Jelaskan alasannya!
Pembelajaran III
1. Tujuan Pembelajaran
Mengidentifikasi tema dan suasana melalui pemahamannya terhadap
struktur dan hubungan antarbagian pada teks puisi.
2. Apersepsi
Guru dapat mengajak siswa untuk menggali kembali pengalaman siswa
dalam mengapresiasi puisi, khususnya terkait tema dan suasana. Guru
dapat menunjukkan contoh telaah tema dan suasana dalam puisi dari
berbagai sumber.
3. Pemantik
Guru dapat menanyakan kepada siswa mengenai pengertian dan apa yang
siswa ketahui tentang tema dan suasana dalam puisi.
4. Media dan Sumber Belajar
a. Buku teks Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X (Kemendikbud)
b. Laman internet yang berisi puisi berbagai tema
c. Antologi puisi penyair ternama
5. Materi Pembelajaran
Puisi ditulis penyair atas dasar gagasan pokok atau ide dasar tertentu. Ide
atau gagasan pokok tersebut disebut tema. Tema puisi merupakan inti
dari makna yang ingin disampaikan penyair. Untuk memahaminya, kalian
Pembelajaran IV
1. Tujuan Pembelajaran
Menulis tanggapan terhadap antologi puisi secara logis dan kritis dalam
bentuk resensi buku.
2. Apersepsi
Guru dapat mengajak siswa untuk menggali kembali pengalamannya
dalam mengapresiasi puisi, khususnya terkait penyusunan resensi
antologi puisi. Guru dapat menunjukkan contoh resensi antologi puisi
dari berbagai sumber.
3. Pemantik
Guru dapat menanyakan kepada siswa perihal antologi puisi yang pernah
dibacanya dan apa yang siswa ketahui tentang resensi. Apakah siswa
pernah membaca antologi puisi penyair ternama? Apakah siswa pernah
membaca resensi?
4. Media atau Sumber Belajar
a. Antologi puisi
b. Contoh resensi
c. Laman internet yang memuat contoh teks puisi
5. Materi Pembelajaran
Setelah melakukan pembacaan yang mendalam terhadap suatu buku antologi
puisi, kalian dapat menyampaikan hasil tanggapan dalam bentuk resensi
buku. Resensi berisi ulasan suatu buku. Unsur-unsurnya mencakup judul,
identitas buku, pendahuluan (orientasi), sinopsis (gambaran singkat isi buku),
analisis, evaluasi (kelebihan dan kekurangan, kritik atau saran/masukan).
Sebagai panduan, berikut ini langkah-langkah menyusun resensi buku.
1. Tentukan antologi puisi yang akan kalian resensi
Ada baiknya antologi puisi yang diresensi adalah kumpulan puisi yang menarik
dan berkualitas baik. Selain itu, untuk buku yang diresensi sebaiknya antologi
puisi yang belum pernah diresensi sebelumnya atau terbitan terbaru agar
memiliki nilai kebaruan kepada pembacanya. Sebagai rujukan, berikut ini tautan
beberapa buku antologi kumpulan puisi terbitan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud) yang dapat kalian unduh
secara lengkap.
3 Keruntutan Isi seluruh Isi sebagian Isi sebagian Isi teks ditulis
isi teks teks ditulis besar teks teks ditulis dengan
dengan ditulis dengan dengan tidak runtut
runtut dan runtut dan runtut dan dan tidak
sistematis sistematis sistematis sistematis
Pembelajaran V
1. Tujuan Pembelajaran
Membacakan puisi dengan intonasi dan metode yang sesuai.
2. Apersepsi
Guru dapat bertanya jawab dengan siswa terkait pengalaman pembacaan
puisi, misalnya apakah siswa pernah membaca puisi? Apakah siswa pernah
mengikuti lomba pembacaan puisi? Apakah pembacaan puisi sama dengan
pembacaan cerita?
Pada dasarnya, tidak ada batasan gaya atau cara membacakan puisi.
Gaya atau cara pembacaan puisi bergantung pada penafsiran makna dan
pilihan masing-masing. Akan tetapi, secara umum ada beberapa gaya yang
sering ditampilkan dalam pembacaan puisi, yaitu sebagai berikut.
1. Pembacaan tekstual
Cara pembacaan ini memiliki ciri membawa teks puisi di tangan. Pembaca
sesekali masih melihat teks puisi secara langsung. Cara pembacaan puisi
ini dapat divariasikan dengan berbagai gaya atau gerak tubuh, misalnya
dengan berdiri, duduk, bergerak-gerak, dan lain sebagainya.
2. Pembacaan deklamasi
Pembacaan puisi secara deklamasi berarti teks puisi yang sebelumnya
harus dihafalkan terlebih dahulu. Dalam hal ini, pembacaan puisi tidak
membawa teks puisi pada saat tampil. Pembaca lebih bebas dalam bergerak
karena tidak terikat dengan teks secara visual. Akan tetapi, pembaca harus
mampu menampilkan penghayatan yang lebih baik dibandingkan dengan
tanpa membawa teks. Ekspresi, suara, dan gerak tubuh menjadi hal utama.
3. Pembacaan teatrikal
Dalam pembacaan teatrikal, pembaca dituntut menampilkan ekspresi,
penghayatan, dan penjiwaan penuh terhadap isi puisi yang dibacakannya.
Untuk membantu kualitas tampilan, pembaca dapat menampilkan puisi
melalui berbagai alat bantu dan media pendukung, misalnya kostum,
aksesoris, musik, latar, dan setting panggung.
Penentuan gaya pembacaan puisi tersebut menjadi pilihan kalian
masing-masing. Hal tersebut dapat didasarkan pada beberapa aspek,
misalnya kesiapan diri, kecocokan dengan puisi, situasi kondisi, dan
ketersediaan sarana pendukung.
Apa pun gaya pembacaan puisi yang dipilih, sebaiknya kalian perlu
melakukan beberapa kali latihan untuk mencapai hasil maksimal. Kegiatan
latihan dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya membacakan puisi
di depan cermin, membaca puisi dengan direkam oleh video, dan membaca
puisi di depan teman atau anggota keluarga.
No. Aspek 3 2 1