Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGGEMUKAN SAPI POTONG

SELEKSI BAKALAN SAPI POTONG

DISUSUN OLEH :

DEVIA KRISTIAN TAMU AMA 122


200110190112
JOSUA SAUD HALOMOAN MANURUNG 200110190107
KIAGUS HANIF MUHAMMAD AULIA R. 200110190128
ARIFAH NUR QUR’ANI 200110190147

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

Makalah Penggemukan Sapi Potong yang berjudul “Seleksi Bakalan Sapi Potong”

ini dapat ditulis hingga selesai. Makalah ini mengkaji mengenai pemilihan bakalan

sapi potong.

Kami mengucapkan terimakasih pada Dr. Muhamad Fatah Wiyatna, S.Pt.,

M.Si dan Dr. drh. Endang Yuni Setyowati, M. Sc., Ag selaku dosen mata kuliah

Penggemukan Sapi Potong Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran yang telah

membimbing kami dalam mata kuliah Penggemukan Sapi Potong.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa banyak

kekurangan dalam makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

yang kami miliki, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca demi makalah yang lebih baik. Akhir kata, kami

berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca.

Sumedang, September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Bab Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................... Iii

I PENDAHULUAN.............................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ..................................................... 3
II PEMBAHASAN ................................................................ 4
2.1 Fisik Luar..................................................................... 4
2.2 Cara Penilaian .............................................................. 4
2.3 Bobot Badan Sapi ........................................................ 5
2.4 Memilih Bangsa Ternak ............................................... 5
2.5 Jenis Kelamin .............................................................. 6
2.6 Umur............................................................................ 7
III KESIMPULAN.................................................................. 8

3.1 Kesimpulan.................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 9

iii
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan potensi sumber daya alam, sumber daya genetik, teknologi, dan budaya

masyarakat Indonesia, maka sesungguhnya Indonesia mempunyai potensi yang

besar untuk pengembangan ternak sapi. Akan tetapi, karena pengelolaannya belum

optimal, sehingga produksi ternak sapi tidak mampu mengejar perkembangan

permintaan, baik untuk pasar domestik maupun untuk ekspor. Angka-angka

statistik yang tersedia menunjukkan adanya pertumbuhan populasi sebesar 3,09%

per tahun dan produksi daging sapi Indonesia menunjukkan pertumbuhan rata- rata

5,62% per tahun (2018-2020) seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Populasi dan Produksi Daging Sapi Indonesia, 2018–2020


Tahun Populasi Produksi daging
(Ekor) (ton)
2018 16,432,945 497,971,70
2019 16,930,025 504,802,29
2020 17,466,792 515,627,74
Sumber: Direktorat Jenderal PKH, Kementan (2020)

Tabel 1 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan produksi daging sapi lebih

cepat dibanding dengan laju pertumbuhan populasi. Apabila hal ini berlangsung

terus atau tidak ada upaya peningkatan populasi yang signifikan, maka populasi

akan terus menurun dan pada suatu saat di masa mendatang populasi sapi akan habis

dan Indonesia akan tergantung pada impor sapi untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi daging sapi. Masalah ini sudah mulai terasa sejak beberapa dekade

terakhir dengan meningkatnya volume dan nilai impor baik dalam bentuk sapi

hidup maupun daging sapi.

1
Penggemukan sapi merupakan pendayagunaan potensi genetik ternak untuk

mendapatkan pertumbuhan bobot badan yang efisien dengan memanfaat input

pakan serta sarana produksi lainnya, sehingga menghasilkan nilai tambah usaha

yang ekonomis. Peternakan sapi potong di Indonesia dapat berupa peternakan

rakyat yang berintegrasi dengan tanaman pangan. Faktor penting yang perlu

diperhatikan dalam penggemukan sapi adalah ketersediaan bakalan yang baik

berdasarkan kualitas genetik yang baik (pertambahan bobot badan cepat dan

mampu beradaptasi dengan lingkungan). Keterampilan dalam memilih sapi bakalan

merupakan langkah awal yang sangat menentukan dalam suatu usaha penggemukan

sapi potong. Para peternak rakyat harus lebih teliti dalam memilih atau menentukan

sapi bakalan yang digunakan untuk usaha penggemukan. Pemilihan bakalan untuk

tujuan penggemukan harus memperhatikan bangsa sapi, jenis kelamin, umur, dan

kondisi awal dari suatu ternak.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dalam bidang

peternakan, maka pengembangan perbibitan ternak diarahkan pada peningkatan

mutu ternak, sumber daya ternak, daya dukung wilayah, pengawasan mutu dan
penguasaan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas

ternak. Dengan tujuan mendapatkan bibit sapi potong yang bermutu perlu di

lakukan pengawasan mutu bibit sesuai dengan standar, salah satu langkah

pengawasan adalah perlunya di lakukan pemilihan/ penilaian sapi potong. Seleksi

atau pemilihan sapi yang akan dipelihara merupakan salah satu faktor penentu dan

mempunyai nilai strategis dalam upaya mendukung terpenuhinya kebutuhan

daging, sehingga diperlukan upaya pengembangan pembibitan sapi potong secara

berkelanjutan.

2
Dalam pemilihan ternak sapi untuk di pelihara atau sebagai calon pengganti

bibit, memerlukan keterampilan khusus, terutama untuk melatih pandangan serta

penilaian akurat. Keberhasilan pemilihan ternak sapi yang akan di pelihara akan

sangat menentukan keberhasilan usaha ternak walaupun semua bangsa dan tipe sapi

bisa di jadikan bibit pengganti, namun agar diperoleh sapi hasil yang baik

diperlukan bangsa dan tipe sapi tertentu yang laju pertumbuhannya cukup dan

mutunyapun bagus serta mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya.

1.2 Maksud dan Tujuan


1. Mengetahui ciri fisik luar sapi bakalan.

2. Mengetahui cara penilaian sapi bakalan.


3. Mengetahui bobot ideal sapi bakalan.
4. Mengetahui bangsa sapi bakalan.
5. Mengetahui jenis kelamin yang akan dipelihara sebagai sapi bakalan.
6. Mengetahui umur ideal dalam pemeliharaan sapi bakalan.

3
II

PEMBAHASAN

2.1 Fisik Luar

Penampilan fisik sapi bakalan dapat mencerminkan penampilan tubuh sapi

secara keseluruhan, untuk sapi bakalan sebaiknya dipilih sapi yang sehat dengan

ciri sebagai berikut :

a. Bulu licin dan mengkilap.

b. Hidung tidak kotor, basah dan tidak panas.

c. Suhu tubuh sekitar 39-40℃.

d. Kotorannya padat.

e. Sapi tampak bergairah, aktivitas makan baik.

f. Cepat bereaksi terhadap gangguan dari luar.

g. Kulit mudah dilipat dan jika dilepaskan segera kembali kebentuk semula.

h. Selaput lendir pada gusi dan mulut berwarna merah muda.

2.2 Cara Penilaian

Penilaian (judging) pada ternak sapi merupakan salah satu tindakan seleksi.

Hal ini sangat diperlukan dalam memilih ternak mana yang mempunyai nilai

tertinggi di atas rata-rata sapi yang dinilai, lazimnya cara ini dilakukakn melalui

teknik mass selection.

Penilaian ternak sapi sangat penting dilakukan dalam hal sebagai berikut :

a. Untuk memilih pemenang dalam pameran.

b. Untuk memilih individu ternak yang akan dipelihara atau diternakan lebih

lanjut (bakalan).

4
c. Untuk memilih calon bibit.

d. Untuk memilih ternak yang akan dipotong serta diharapkan dapat memperoleh

kuantitas dan kualitas karkas yang baik.

Dengan alasan di atas, maka keterampilan dalam tata cara penilaian ternak sapi

merupakan hal yang penting dipahami pelaksanaannya. Berikut merupakan

langkah-langkah penilaian yang dilakukan :

a. Penilaian melalui kecermatan pandangan.

b. Penilaian melalui kecermatan perabaan.

c. Penilaian melalui pengukuran bagian-bagian tubuh.

2.3 Bobot Badan Sapi

Penentuan bobot badan untuk penggemukan sapi potong dapat ditentukan

berdasarkan kebutuhan dari peternak yang akan membeli sapi bakalan. Untuk

penentuan bobot dapat di tentukan dari berapa lama pemeliharaan yang akan di

laksanakan. Untuk setiap jenis sapi memiliki perkiraan target ADG. Sehingga

peternak dapat memperkirakan bobot untuk panen berada di bobot berapa.

2.4 Memilih Bangsa Ternak

Setiap peternak yang hendak memelihara, membesarkan, menggemukkan,

ataupun membuat bibit pengganti pertama harus memilih bangsa sapi yang paling

disukai atau telah populer, baik jenis impor atau jenis lokal (Sugeng, 1996). Setiap

bangsa sapi memiliki sifat genetis dan laju pertumbuhan yang berbeda. Setiap

petemak harus memilih bangsa sapi tertentu sesuai dengan tujuannya, pemilihan ini

memang cukup beralasan sebab petemak tidak mau rugi. Sebagai contoh, peternak

sapi potong memilih bangsa sapi tipe potong jenis unggul yang sudah populer

5
seperti Charolais. Hereford dan lainnya karena persentase hasil karkas sapi tersebut

lebih dari 60%, dan juga memiliki 21 pertambahan dan pertumbuhan yang lebih

tinggi dari pada sapi lokal seperti: Sapi Bali, sapi Madura, dan Ongole (Sugeng,

1996). Berikut merupakan tabel pertambahan berat badan bangsa sapi :

Tabel 2. Pertamabahan Berat Badan Bangsa Sapi


No Bangsa Sapi Penambahan Berat Badan (PBB)
kg/hari
1 Charolais 1,32
2 Santa gertrudis 1,13
3 Shorthorn 1,04
4 Hereford 1,04
5 Aberdeen angus 0,95
6 Brahman 0,91
7 Ongole 0,81
8 Sapi bali 0,35
Sumber : Sugeng, 1996.
Salah satu yang sering menjadi perhatian di usaha penggemukan sapi adalah

PBB alias pertambahan bobot badan, karena PBB ini yang menentukan berapa

banyak selisih bobot badan sapi yang bisa dikonversi menjadi keuntungan bagi

pengusaha. Setiap bangsa memiliki keunggulan tersendiri, ras impor (Simental,

Limousin) memang memiliki keungulan PBB harian yang bisa mencapai 1,2 kg.

Namun pakannya harus berkualitas tinggi. Sementara sapi lokal (PO, Bali, Madura)

biasanya memiliki PBB harian sekitar 0,6-0,8 kg, tetapi biaya dan kualitas pakan

yang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan yang impor. Jadi, untuk

pemilihan bangsa ternak ini, sangat tergantung pada ketersediaan pakan

didaerah/lokasi penggemukan dan juga biaya yang tersedia.

2.5 Jenis Kelamin

Jenis kelamin mempengaruhi waktu dalam proses penggemukan. Laju

pertumbuhan dan penimbunan daging sapi jantan lebih cepat daripada sapi betina

6
disamping itu mutu dagingnyapun bagus, empuk dan lezat. Pemilihan sapi

sebaiknya berjenis kelamin jantan. Hal ini disebabkan sapi jantan pertumbuhannya

lebih cepat dibanding sapi betina. Disamping itu juga untuk mencegah pemotongan

ternak betina produktif.

2.6 Umur

Menurut Sugeng (1996), secara ekonomis sapi yang digemukkan pada umur

yang terlalu muda memerlukan waktu penggemukan yang lebih lama daripada usia

remaja atau dewasa. Sapi yang umumya lebih dari dua tahun, masa pertumbuhan

telah terlampaui, sehingga bahan makanan yang diberikan hanya dipakai untuk

penimbunan daging saja (AAK, 1991). Peternak atau pengusaha biasanya lebih

fokus terhadap performa ternak, besar, bagus, dan sehat, tetapi melupakan umur

ternak yang akan dijadikan bakalan, seringkali yang dipilih adalah umur tua atau

lebih dari 3 tahunan. Sehingga PBB harian tidak bagus, tingginya biaya pakan

sehingga keuntungan yang diperoleh sedikit.

Sapi dengan umur diatas 2,5 tahun memiliki pertumbuhan bobot badan yang

lambat dibandingkan umur dibawahnya. Pembentukan/ sintesis daging minimal,

sementara pembentukan lemak subkutan maksimal. yang ideal untuk bakalan

adalah pada umur 1,5 sampai dengan 2,5 tahun. Pada umur tersebut

pembentukan/sintesis daging sedang bagus-bagusnya, efesiensi saluran cerna juga

optimal, sehingga pakan yang diberikan, diserap secara optimal untuk

pertumbuhan.

7
III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Dalam pemilihan bakalan sapi potong, perlu dilakukannya seleksi seperti

melihat ciri fisik dari sapi yang akan dipilih menjadi bakalan. Selain melihat ciri

fisik, perlu diketahui pula cara penilaian, bobot ideal sapi, bangsa sapi, jenis

kelamin, dan umur ideal agar sapi bakalan memiliki pertumbuhan yang maksimal

dan menghindari adanya kerugian.

8
DAFTAR PUSTAKA

AAK.1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Yogyakarta: Kanisius.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB. 2020. Cara Memilih Sapi
Bakalan yang Baik. Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Gina Kristiana. 2005. Pemilihan Bibit Sapi Potong Berdasarkan Fisik Luar di CV.
Ida Jaya Desa Sukowati Kapas - Bojonegoro. Universitas Airlangga

SugengY. B.. 1996. Sapi Potong. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai