Tutor: dr.-.
Disusun oleh: Kelompok 6 A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyusun Laporan Diskusi Pengayaan. Shalawat serta
salam semoga Allah SWT sampaikan kepada junjungan kita semua yaitu kepada Baginda
Rasulullah SAW yang menjadi tauladan kita semua, juga sebagai motivator kita dalam
menuntut ilmu hingga sampai saat ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami, dr. - yang telah
membimbing kami pada saat diskusi serta memberi masukan- masukan kepada kelompok
kami. Dalam Blok Imunologi dan Hematologi kedokteran terdapat sebuah agenda
perkuliahan berupa diskusi kelompok, dimana mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muslim Indonesia melakukan diskusi mengenai kasus pada Blok Imunologi dan Hematologi.
Sekiranya mohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini
karena semata-mata kami hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.
Kelompok 6A
SKENARIO 4
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan jempol tangan kanan tampak
kemerahan, melepuh dan ditutupi krusta sejak 3 hari yang lalu. Ada riwayat tersengat lebah
sebelumnya. Suhu tubuh 37o C, pernapasan 18 x/menit, denyut nadi 100x/menit, tekanan darah
dalam batas normal.
I. KATA SULIT
1. Krusta
Lapisan luar yang mengeras dan keras yang dibentuk oleh pengeringan eksudat
tubuh, umum pada kondisi dermatologis seperti eksim, impetigo, seborrhea, dan
favus dan selama penyembuhan luka bakar dan lesi; keropeng.
IV. PEMBAHASAN
Ketika di tubuh manusia terdapat agen perusak atau sel yang mati, fagosit
yang berada di sisi luar jaringan akan mengeliminasinya. Pada saat yang sama
fagosit dan sel-sel tubuh akan bereaksi terhadap substansi asing atau abnormal
dengan melepaskan molekul protein dan lemak yang berfungsi sebagai mediator
kimia dari inflamasi. Mediator-mediator juga dihasilkan oleh protein plasma
yang bereaksi dengan mikroba atau jaringan yang rusak.
Stimulus-stimulus yang berperan menimbulkan inflamasi akut adalah:
a. infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit) Secara medis hal ini paling utama
yang dapat menyebabkan inflamasi
b. Trauma baik fisik maupun kimia
c. Nekrosis jaringan termasuk iskemik
d. Benda asing (serpihan, kotoran, dan jahitan)
e. Reaksi imun karena proses ini respon inflamasi tidak dapat dieliminasi
dan dapat berubah menjadi inflamasi kronik, serta sangat penting karena
dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas.
Beberapa aksi mediator-mediator yang berada di sekitar pembuluh darah
kecil juga menarik plasma dan leukosit dari dalam pembuluh darah untuk keluar
menuju agen tersebut berada. Leukosit yang sudah keluar tersebut diaktifkan
oleh agen perusak dan secara lokal oleh produk mediator-mediator untuk
menghilangkan agen tersebut dengan fagositosis. Efek samping dari aktivasi
leukosit adalah rusaknya beberapa jaringan normal tubuh.
Setelah agen perusak hilang, mekanisme anti inflamasi aktif. Setelah
proses ini berakhir, maka tubuh akan menjadi kembali normal. Jika agen perusak
tidak dapat dihilangkan maka proses ini akan berubah menjadi kronik².
Sengatan lebah dapat menimbulkan reaksi alergi dengan gejala klinik berupa
reaksi lokal atau sistemik. Reaksi lokal berupa rasa nyeri, bengkak dan kemerahan
di sekitar tempat sengatan. Reaksi sistemik berupa reaksi yang melibatkan berbagai
organ sampai reaksi anafilaksis yang dapat menyebabkan kematian.
Lebah merupakan ordo Hymenoptera dari kelas insekta,4,5 dibagi atas 2 famili
yakni Apidae dan Vespidae Alat penyengat lebah berada pada bagian bawah dari
abdomen, terdiri dari kantung yang berisi bisa melekat pada duri penyengat. Jika
terjadi sengatan maka kantung itu berkontraksi dan bisa dialirkan ke dalam tubuh
korbannya.
Alergen utama pada bisa lebah terdiri dari fosfolipase A2, hialuronidase,
substansi dengan berat molekul besar dengan aktivitas fosfatase asam, dan melittin.
Alergen dari famili vespidae terdiri dari fosfolipase, hialuronidase dan suatu protein
yang dikenal sebagai antigen-5 yang biasanya terdapat pada sejenis tawon.
Pada reaksi hipersensitifitas tipe lambat ditandai dengan timbulnya lesi yang
mengeras bila disertai papul yang persisten dan berkembang menjadi
hiperpigmentasi, bahkan sering menimbulkan ekskoriasi dan krusta. Reaksi
anafilaksis dimulai dalam beberapa detik atau beberapa menit setelah terjadinya
sengatan. Reaksi tipe IV yang juga disebut reaksi hipersensitivitas lambat, timbul
lebih dari 24 jam setelah tubuh terpajan dengan antigen. Dewasa ini, reaksi Tipe 4
dibagi dalam Delayed Type Hyper-sensitivity yang terjadi melalui sel CD4 dan T
cell Mediated Cytolysis yang terjadi melalui sel CD8. Pada Delayed Type
Hypersensitivity (DTH), sel CD4.Thl yang mengaktifkan makrofag berperan
sebagai sel efektor. CD4*Th1 melepas sitokin (IFN-y) yang mengaktifkan
makrofag dan menginduksi inflamasi. Pada DTH, kerusakan jaringan disebabkan
oleh produk makrofag yang diaktifkan seperti enzim hidrolitik, oksigen reaktif
intermediet, oksida nitrat dan sitokin proinflamasi. Sel efektor yang berperan pada
DTH adalah makrofag.
Pada reaksi hipersensitifitas tipe lambat ditandai dengan timbulnya lesi yang
mengeras bila disertai papul yang persisten dan berkembang menjadi
hiperpigmentasi, bahkan sering menimbulkan ekskoriasi dan krusta. Rasa Setelah
mengalami sengatan lebah maka akan terjadi reaksi lokal pada kulit yang biasanya
berlangsung singkat. Reaksi normal akan menimbulkan nyeri, bengkak, dan
kemerahan pada daerah sengatan. Kadang-kadang timbul reaksi lokal yang luas
pada tempat sengatan, namun hal ini akan hilang dalam waktu 2 sampai 3 hari.
Lebah dan tawon meninggalkan alat sengat pada kulit korbannya.
Pada reaksi hipersensitivitas tipe cepat ditandai dengan timbulnya lesi yang gatal
dapat ringan sampai berat, bersifat sementara atau menetap.
Pada reaksi lokal diperhatikan apakah lebah meninggalkan sengatnya pada kulit
pasien. Singkirkan sengat tersebut dengan menggunakan penjepit atau dengan kuku
jari. Jangan lakukan penekanan pada sengat tersebut karena dapat mengakibatkan
pelepasan bisa lebih banyak ke dalam kulit.1,14 Untuk mengurangi rasa nyeri dan
pembengkakan cukup digunakan kompres dingin, tetapi reaksi lokal yang luas
membutuhkan pengobatan dengan antihistamin dan kortikosteroid (prednison).1,4-
6,10,13 Jika terjadi reaksi anafilaksis, obat pilihannya adalah epinefrin dalam
larutan 1:1000, diinjeksikan secara intramuskular atau subkutan dengan dosis 0.2-
0.5 ml atau 0.01 ml/kg berat badan. Pemberiannya dapat diulangi dalam 15 menit
jika masih diperlukan.
Penyembuhan luka adalah suatu proses perbaikan jaringan kulit atau organ
lainnya setelah terjadi luka. Terdapat tiga fase penyembuhan luka, yaitu fase
inflamasi, fase proliferasi atau fibroplasia, dan fase remodelling atau maturasi.Fase
inflamasi terjadi segera setelah terjadinya luka sampai hari kelima. Proses
konstriksi dan retraksi pembuluh darah yang putus disertai dengan reaksi
hemostasis berupa agregasi trombosit dan jala fibrin yang melakukan pembekuan
darah untuk mencegah kehilangan darah. Agregat trombosit mengeluarkan sitokin
dan growth factor mediator inflamasi TGF-β1. Proses angiogenesis terjadi saat sel
endotel pembuluh darah di sekitar luka membentuk kapiler baru.Karakteristik fase
inflamasi yaitu tumor, rubor, dolor, dolor, dan functio laesa.Fase proliferasi atau
fibroplasia berlangsung selama tiga minggu. Fase ini disebut juga sebagai fase
granulasi karena terdapat pembentukan jaringan granulasi sehingga luka tampak
berwarna merah segar dan mengkilat. Jaringan granulasi terdiri dari fibroblas, sel
inflamasi, pembuluh darah baru, fibronektin, dan asam hialuronat.18 Fibroblast
berproliferasi dan mensintesis kolagen yang menyatukan tepi luka. Matriks fibrin
digantikan oleh jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas, makrofag, dan
endotel. Fibroblas memproduksi matriks ekstraseluler, komponen utama
pembentukan parut, yang menyebabkan pergerakan keratinosit melalui pengisian
luka. Makrofag menghasilkan growth factor yang merangsang proliferasi, migrasi,
dan pembentukan matriks ekstraseluler oleh fibroblas. Selanjutnya, terjadi
epitelisasi berupa migrasi keratinosit dari jaringan sekitar epitel untuk menutupi
permukaan luka.Fase remodelling atau maturasi yang berlangsung dari beberapa
minggu sampai dua tahun berupaya memulihkan struktur jaringan normal.Pada fase
ini, tanda inflamasi menghilang, terjadi penyerapan sel radang, pematangan sel
muda, serta penutupan dan penyerapan kembali kapiler baru.
5. Perspektif Islam!
“Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan,
yakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkan, melainkan
akan dihapuskan dengan dosa- dosanya” (HR Muslim No. 2573
1. A"Crust." Mosby's Medical, Nursing, & Allied Health Dictionary, Elsevier Inc.
(Mosby), 2001. Gale OneFile: Health and Medicine,
link.gale.com/apps/doc/173808042/HRCA?u=idumi&sid=bookmark-
HRCA&xid=5bd5862d. Accessed 9 July 2023. ( kata kunci)
2. Wikanta, E.T. (2013). PENGARUH PEMBERIAN ASAM LEMAK TRANS
TERHADAP DERAJAT PERSEBARAN SEL RADANG PADA HEPAR TIKUS
SPRAGUE DAWLEY : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. (nomor 1)
3. Kumar, Abbas, Aster. (2020). BUKU AJAR PATOLOGI ROBBINS edisi 10.
Elsevier. .
4. Faisal, H.M, Loebis Sjabaroeddin. Peran Imunoterapi pada Alergi Sengatan Lebah.
Sari Pediatri 2016; 6(3): 104-109 (soal no 2)
6. Powers J, McDowell RH. Gigitan serangga. [Updated 2020 Nov 21]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020. (no 4)
7. Risal Wintoko,Adilla Dwi Nur Yadika. 2020 Manajemen terkini perawatan luka (soal
no 4)