4.1. Ansietas GANGGUAN SISTEM SARAF
4.1. Ansietas GANGGUAN SISTEM SARAF
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 :
1. AIRUL PRATAMA (1933020400)
2. ZORA SAHARA PUTRI (1933020400)
3. MARINA STEVI TARIHORAN (1933020400)
4. SITI NABILA (1933020400)
5. ERMAS JELITA SURIYANI SITUMORANG (1933020400)
6. DEWI WISDIANTI ZEGA (1933020400)
7. FINCE KRISTIANI (1933020400)
8. LENNI APRIANI TAFONAO (193302040100)
9. PUSPITA VERONICA PARDEDE (193302040074)
10. NURISA TRI AYU SIAHAAN (193302040027)
11. FAUZANOLO HULU (193302040076)
12. IRA SURABINA (1933020400)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat hikmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Keperawatan Paliatif Dengan
Gangguan Sistem Saraf: Ansietas” tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata
kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif II. Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran
untuk memahami kegiatan pembelajaran secara mendalam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya. Demikian
yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kita yang
sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman dan kami
khususnya.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................................5
2.1 Definisi........................................................................................................................................5
2.4 Tingkatan Ansietas......................................................................................................................6
2.4.4 Panik................................................................................................................................9
BAB 3..............................................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................11
3.2 Saran..........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................12
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif,
yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan dan penderitaan yang
jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999).
Kecemasan (ansietas) adalah respon psikologi terhadap stres yang mengandung komponen
fisiologi dan psikologi. Reaksi fisiologis terhadap ansietas merupakan reaksi yang pertama
timbul pada sistem saraf otonom, meliputi peningkatan frekuensi nadi dan respirasi,
pergeseran tekanan darah dan suhu, relaksasi otot polos pada kandung kemih dan usus, kulit
dingin dan lembab.
Ansietas dapat disebabkan oleh berbagai factor antara lain : konflik emosional, perasaan
takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal, keluarga dan biologis.
Jika panic berlangsung lama dan terus menerus dapat menimbulkan kelelahan yang sangat dan
bahkan kematian.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Dalam sistem saraf pusat (CNS), mediator utama dari gejala gangguan kecemasan
tampaknya dipengaruhi oleh norepinefrin, serotonin, dopamin, dan asam gamma-aminobutyric
(GABA). Neurotransmitter dan peptida lain, seperti faktor pelepas kortikotropin. Secara periferal,
sistem saraf otonom, terutama sistem saraf simpatis, memediasi banyak gejala.
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika
merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan
ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi.
Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Corner, 1992). Ansietas
merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada ini.
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif
dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman
mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan
seseorang.
5
2.3 Tanda-Tanda Ansietas
Ditemukan oleh orang yang mengalami ansietas (Hawari, 2008), antara lain sebagai
berikut :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
2.4 Tingkatan Ansietas
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang
bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik individu
melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat
kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
6
c. Respons emosional
Perilaku otomatis
Sedikit tidak sadar
Aktivitas menyendiri
Terstimulasi
Tenang
7
2.4.3 Ansietas berat
Ansietas berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan respons
takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
Ketegangan otot berat
Hiperventilasi
Kontak mata buruk
Pengeluaran keringat meningkat
Bicara cepat, nada suara tinggi
Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
Rahang menegang, mengertakan gigi
Mondar-mandir, berteriak
Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
Lapang persepsi terbatas
Proses berpikir terpecah-pecah
Sulit berpikir
Penyelesaian masalah buruk
Tidak mampu mempertimbangkan informasi
Hanya memerhatikan ancaman
Preokupasi dengan pikiran sendiri
Egosentris
c. Respons emosional
Sangat cemas
Agitasi
Takut
Bingung
Merasa tidak adekuat
Menarik diri
Penyangkalan
Ingin bebas
8
2.4.4 Panik
Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Hal
yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Menurut Videbeck
(2008), respons dari panik adalah sebagai berikut:
a. Respons fisik
Ketegangan otot sangat berat
Agitasi motorik kasar
Pupil dilatasi
Tanda-tanda vital tidak stabil
Tidak dapat tidur
Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif
Persepsi sangat sempit
Pikiran tidak logis/terganggu
Kepribadian kacau
Tidak dapat menyelesaikan masalah
Fokus pada pikiran sendiri
Sulit memahami stimulus eksternal
Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional
Merasa tidak mampu, tidak berdaya
Mengamuk, putus asa
Marah, sangat takut
Lelah
9
2.5 Cara Mengatasi Ansietas
Menurut Pieter (2011) beberapa cara mengatasi ansietas adalah:
Dengan mengajari dan mendorong kemampuan klien maka akan mengatasi ansietas
melalui penyelesaian dan analisa logis.
Contohnya: mengajarkan teknik relaksasi guna untuk mengurangi ketegangan fisik.
10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ansietas adalah respons emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan kekhawatiran yang
tidak jelas dan berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif yang menyebabkan gangguan
bermakna dalam fungsi sosial atau penderitaan yang jelas bagi pasien.
3.2 Saran
Oleh karena itu, kami dari kelompok mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi
makalah ini, agar kami dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Penerbit Aesculapius : Jakarta.
12