Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nur Rahmawati Mahmud

Kelas : D Perdata/ Semester 5


Mata Kuliah : Hukum Perlindungan Konsumen

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Hak Orang Tua Atau Lansia Sebagai Konsumen Dalam HAM


Indonesia memiliki peraturan untuk menjamin pemenuhan hak-hak
lansia, yaitu UU No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
Berbagai hak lansia telah dijamin oleh negara, tertera dalam Pasal 5, Ayat
2, yaitu hak atas pelayanan spiritual dan keagamaan; hak atas pelayanan
kesehatan; hak atas pelayanan kesempatan kerja; hak atas pelayanan
pendidikan dan pelatihan; kemudahan menggunakan fasilitas, sarana, dan
prasarana publik; kemudahan mendapatkan layanan bantuan hukum,
perlindungan sosial; dan hak atas bantuan sosial. Secara normatif, negara
menjamin pemenuhan hak para lansia, termasuk hak untuk mendapatkan
pelayanan yang disediakan negara.1

Sebagai konsumen, Para lansia berhak mendapatkan pengakuan dan


ruang untuk hidup berdaya dan bermartabat, melihat dengan
bertambahnya populasi lansia, maka yang perlu dipikirkan adalah daya
dukung bagi mereka. Tetapi, sebagian besar lansia dengan kondisi rentan
mengalami pengabaian atas hak memperoleh layanan kesehatan, tidak
memeroleh akses program pemberdayaan, diskriminasi hingga kekerasan. 2

B. Konsep Hak Orang Tua atau Lansia dalam HAM


1
Sita Aripurnami, “Tantangan Pelayanan untuk Lansia,” Kompas.id, Juli 28, 2023,
https://www.kompas.id/baca/opini/2021/06/02/tantangan-pelayanan-untuk-lansia .
2
Komnas HAM, “Hari Lansia Nasional, Komnas HAM Rekomendasikan Optimalisasi Pemenuhan Hak Lansia,”
Komnas HAM Republik Indonesia, Juli 28, 2023,
https://www.komnasham.go.id/index.php/news/2022/5/25/2135/hari-lansia-nasional-komnas-ham-
rekomendasikan-optimalisasi-pemenuhan-hak-lansia.html#:~:text=Dalam%20Pasal%2042%20UU%2039,sesuai
%20dengan%20martabat%20kemanusiaannya%2C%20meningkatkan .
Kondisi lanjut usia yang berisiko, salah satunya kesehatan yang
menurun menyebabkan lanjut usia memerlukan perhatian terhadap
kesehatannya. Namun kebutuhan lanjut usia tidak hanya sebatas
perawatan medis atau kesehatan saja, melainkan kebutuhan sosial,
ekonomi serta kebutuhan psikologis harus dipenuhi. Pemenuhan
kebutuhan fisik dan mental ini perlu dijaga agar lanjut usia selalu merasa
dalam kesehatan fisik dan mental yang baik.3

Undang-Undang Dasar 1945 secara kukuh dan teduh menempatkan


lansia dalam perlindungan dan pemenuhan kebutuhan. Pasal 28 ayat 3 UUD
45 menyatakan bahwa “tiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia
bermartabat”. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, menjelaskan mengenai jaminan sosial terhadap lanjut usia, antara
lain dalam Pasal 41, dan 42. Pada Pasal 41 ayat 1 dalam undang-undang ini
dinyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang
dibutuhkan untuk hidup layak serta untuk perkembangan pribadinya sacara
utuh.4

C. Konsep-Konsep Perlindungan Hak Orang Tua atau Lansia dalam Konteks


Eksploitasi

Program perlindungan sosial lansia secara teknis diatur dalam P.P.


No. 43/2004 tentang pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan lansia.
Pada tahun 2004 juga dibentuk komisi nasional lansia melalui Keppres No.
52/2004 dan Keppress No. 93/2005 diatur tentang keanggotaan komisi
nasional Lansia.5

3
Clara Izati Putri, “Tanggung Jawab Negara Terhadap Pemenuhan Hak Yang Dimiliki Lanjut Usia (Lansia) Ditinjau
Dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) Dalam
Prespektif Hak Asasi Manusia,” JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII, no. 2 (2020) : 10,
https://jnse.ejournal.unri.ac.id/index.php/JOMFHUKUM/article/view/28986 .
4
Ibid
5
Eka Afrina Djamhari, Herni Ramdlaningrum, Aqilatu Layyinah, Adrian Chrisnahutama, Darmawan Praetya, Kondisi
Kesejahteraan Lansia dan Perlindungan Sosial Lansia di Indonesia. ( Jakarta : Perkumpulan PRAKARSA, 2020), hlm.
22
Di dalam Permensos RI Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pelayanan Sosial Lansia menyebutkan bahwa pelayanan sosial lansia adalah
upaya yang ditujukan untuk membantu lansia dalam memulihkan dan
mengembangkan fungsi sosialnya. Pelayanan sosial lansia ini meliputi
kegiatan pelayanan dalam panti dan luar panti, perlindungan, dan
pengembangan kelembagaan sosial lansia. Secara garis besar,
programprogram pelayanan dan pemberdayaan lansia antara lain
pelayanan dalam panti, program Pendampingan Sosial Lansia melalui
Perawatan di Rumah (Home Care), Program Asistensi Sosial Lanjut Usia
Terlantar (ASLUT), Pelayanan Sosial Kedaruratan Bagi Lansia, Program
Family Support Lansia, Day Care Services, Pengembangan Kawasan Ramah
Lansia, Program Lansia Tangguh, Program Bahtera Lansia, dan program
Nursing Care.6

Dilihat dari kasus eksploitasi yang terjadi belakangan ini terhadap


lansia telah melanggar hak-hak lansia. Untuk itu lansia perlu pelindungan
oleh negara seperti :
a. Pentingnya membentuk Kelompok Lansia Berdaya di tingkat
komunitas.
 Dapat membentuk organisasi kelompok lansia (yang
dalam program LBH APIK disebut kelompok lansia
berdaya/KLB);
 Adanya KLB, akan memungkinkan lansia dapat menggali
kebutuhan lalu mengusulkan perubahan
kebijakan/program sesuai kebutuhan lansia;
 Adanya KLB juga dapat menjadikan lansia
diperhitungkan agar dapat diundang perwakilannya
dalam rapat-rapat penentuan kebijakan: misalnya dalam
Musyawarah Desa;
b. Jika hambatan pada akses layanan publik, kemana harus
mengadu?
 Bila terdapat lansia yang tidak/ belum dapat mengakses
layanan publik, antaralain tidak memilki dokumen
identitas hukum (KTP, Buku Nikah, Akta Lahir, KK),
6
Ibid
program pemerintah lainnya seperti: Kartu Lansia, Kartu
Indonesia Sehat (KIS), PKH, dan lainnya, maka
masyarakat dapat mengadu ke Dinas-dinas yang terkait.
Misalnya :
 tidak dapat memperoleh kartu lansia, maka dapat
menyampaikan pengaduan ke Dinas Sosial;
 terhambat mendapatkan KTP, KK dan Akta Lahir
dapat mengadu ke Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil;
 Apabila setelah mengupayakan pengaduan ke dinas
terkait tetap tidak terpenuhi, maka dapat mengadukan
ke Ombudsman.
 Ombudsman merupakan lembaga pengawas layanan
publik, yang akan menindaklanjuti pengaduan
masyarakat. Pengaduan dapat dilakukan melalui SMS,
telpon, email maupun pengaduan langsung. Setiap
provinsi memiliki Ombudsman.7

Hak-hak Lansia dapat dipeuhi sebagi berikut :


 Pemerintah berupaya memenuhi hak dasar lansia melalui program-
program untuk lansia, termasuk dalam layanan publik, seperti :
layanan kesehatan, layanan kemudahan mengurus surat-surat/kartu
di dukcapil, layanan bantuan sosial, dan lainnya.
 Masyarakat dan lansia bersama-sama mendorong pemerintah dan
pemangku kepentingan lainnya agar membuat kebijakan/program
yang mempermudah lansia mendapatkan hak-haknya. Masyarakat
bersama pemangku kepentingan (adat, agama, dan lain) membangun
budaya yang menghormati, dan memberdayakan lansia, serta
melindungi lansia dari berbagai bentuk diskriminasi dan kekerasan.8

7
Mengenal Hak Dasar Lansia. (Jakarta : Asosiasi LBH APIK Indonesia ). 2019, Hlm 7
8
Ibid
D. Implikasi Hak Orang Tua atau Lansia Terhadap Diskriminasi

Menurut penelitian Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), sikap


negatif terhadap kaum lansia dapat berdampak buruk terhadap kesehatan
fisik dan mental serta memperpendek usia mereka9.

Kerentanan perempuan lansia terhadap kekerasan berbasis gender


pada rentang usia 61-80 direkam dalam Catatan Tahunan (CATAHU) 2022
Komnas Perempuan. Tercatat pengaduan 127 perempuan lansia korban
yang mengalami kekerasan di ranah domestik (100 orang), ranah publik (24
orang) dan ranah negara (2 orang). Sedangkan pengaduan ke lembaga
layanan mencatat 47 perempuan lansia korban kekerasan, terdiri dari 42
orang di ranah domestik, 5 orang di ranah publik.  Data ini menunjukkan
bahwa bagi perempuan lansia, rumah tidak selalu menjadi ruang aman
dalam  kehidupannya. Padahal menurut Kementerian Sosial RI, mayoritas
lansia tinggal bersama keluarga atau bersama tiga generasi dalam satu
rumah. Rinciannya, 40,64% lansia tinggal bersama tiga generasi dalam satu
rumah, 27,3% tinggal bersama keluarga, 20,03% tinggal bersama pasangan,
kemudian 9,38 tinggal sendiri. Selain terjadi di ranah rumah tangga,
kekerasan dapat terjadi di ranah publik dan negara. Bentuk kekerasan yang
dialami diantaranya fisik, psikis, seksual dan ekonomi; baik penelantaran,
eksploitasi finansial dan perampasan aset atau properti. Kemunduran
kemampuan fisik dan psikis menyebabkan lansia tergantung terhadap
keluarga untuk merawatnya. Kondisi ini berkelindan dengan bentuk
diskriminasi lainnya seperti diskriminasi gender dan kondisi disabilitas.
Perempuan lansia penyandang disabilitas menjadi kelompok yang paling
rentan mendapatkan kekerasan. 10

Mitos bahwa perempuan menoupause – termasuk lansia – tidak


menjadi sasaran kekerasan seksual mengakibatkan korban perempuan
lansia dalam hal ini tidak mendapatkan perhatian khusus. Pemantauan
media massa pada 2020 memberitakan 10 kasus kekerasan seksual

9
Utami Hussin. “Dampak Buruk Sikap Negatif Terhadap Lansia,” VOA, Juli 28, 2023.
10
Komnas Perempuan. “ Memperkuat Daya Lenting Perempuan Lansia dan Memastikan Hidup Bebas dari
Diskriminasi dan Kekerasan,” Juli 28, 2023
terhadap perempuan lansia, dengan usia tertinggi adalah 76 tahun. Pelaku
kekerasan seksual adalah cucu, tetangga, orang asing dan suami dalam
bentuk pemerkosaan dan penyebaran konten intim tanpa
persetujuan. Pada ranah negara, lansia rentan mengalami
diskriminasi dalam hal berbagai akses layanan dan mengalami hambatan
administrasi terutama dalam sistem digital. Bahkan terdapat hambatan
dalam hal pendataan lansia dalam sistem BPJS. 11

Diskriminasi usia atau ageisme adalah bentuk stereotipe dan


diskriminasi terhadap individu atau kelompok karena umur mereka.
Diskriminasi usia merupakan satu set keyakinan, sikap, norma, dan nilai-
nilai yang digunakan untuk membenarkan prasangka dan tindakan
diskriminasi.12

Ageism memiliki pengaruh yang signifikan pada lansia. Stereotip dan


infantilization orang tua dengan bahasa merendahkan diri memengaruhi
orang-orang yang lebih tua itu-esteem dan perilaku. Setelah berulang kali
mendengar stereotip bahwa orang tua tidak berguna, orang tua mungkin
mulai merasa seperti tergantung, anggota non-kontribusi masyarakat.
Mereka mungkin mulai menganggap diri mereka dalam hal diri mencari-
kaca - yaitu, dalam cara yang sama bahwa orang lain dalam masyarakat
melihat mereka. Studi juga menunjukkan bahwa secara khusus ketika orang
tua mendengar stereotip ini tentang ketidakmampuan mereka seharusnya
dan kesia-siaan, mereka melakukan tindakan buruk pada kompetensi dan
memori. Stereotip ini kemudian menjadi nubuat yang terpenuhi dengan
sendirinya. Orang tua juga dapat terlibat dalam diri-stereotip, atau
mengambil usia stereotip budaya mereka yang mereka telah terkena
selama hidup dan mengarahkan mereka ke dalam terhadap diri mereka
sendiri. Kemudian perilaku ini memperkuat stereotip ini dan pengobatan
orang tua.13

11
Ibid
12
Ensiklopedia Dunia. “Diskriminasi Usia,” Juli 28,2023
13
Ibid
Diskriminasi usia memiliki pengaruh yang signifikan pada
lansia. Stereotip dan infantilisasi melalui penggunaan gaya bahasa tertentu
berpengaruh pada kepercayaan diri dan perilaku lansia. Setelah berulang
kali mendengar stereotip bahwa lansia tidak memiliki daya upaya, lansia
akan merasa dirinya memang warga masyarakat yang dependen dan tidak
dapat memberikan kontribusi apa-apa. Studi juga menunjukkan bahwa
secara khusus ketika orang tua mendengar stereotip tentang
ketidakmampuan dan ketidakberdayaan, mereka akan salah menilai
kemampuan diri sendiri dan mengurangi kinerja memori. Stereotip ini
kemudian menjadi nubuat yang terpenuhi dengan sendirinya (self-fulfilling
prophecy).14

Banyak lansia yang berusaha mengatasi stereotip ini dan hidup


seperti yang mereka inginkan, tapi mungkin sulit untuk menghindari
prasangka yang telah mendarah daging, terutama jika seseorang telah
melihat orang lain mengekspresikan pandangan ageis sebelum ia tua. 15

14
Ibid
15
Ibid

Anda mungkin juga menyukai