Informasi Umum
Identitas Modul
Nama Sekolah SMA Negeri 2 Sijunjung
Fase/Kelas E/10
Jam Pelajaran (JP) 2 JP
Domain/Topik Mengemukakan Pendapat Pribdai Tentang Tindakan
Sosial
Kata Kunci Hubungan sosial
Kompetensi Awal Hubungan sosial
Profil Pelajar Pancasila Bernalar kritis
Kreatif
Mandiri
Gotong royong
Sarana Prasarana LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
Papan Tulis
Spidol
Internet
Gawai
Target Peserta Didik Reguler
Model Pembelajaran Tatap Muka (TM)
Metode Pembelajaran Discovery Learning
Asesmen
Pertemuan 1
1. Asesmen Individu : Kuis berbentuk uraian
2. Asesmen Kelompok : Pengisian LKPD
2) Remedial
a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi peserta didik yang capaian
pembelajarannya belum tuntas
b. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal),
atau tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes / non tes
LAMPIRAN 1
LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK
(LKPD) 1
A. Persiapan
1) Berdoalah sebelum memulai kegiatan.
2) Siapkan buku catatan, alat tulis dan alat hitung.
B. Kegiatan Inti
Kegiatan 1
Peserta didik dibagi menjadi empat kelompok dengan masing-masing sesuai dengan materi.
Para peserta didik melakukan diskusi bersama kelompoknya sesuai dengan materinya
masing-masing.
Kegiatan 2
Secara bergiliran, setiap kelompok maju ke depan kelas untuk melakukan presentasi
mengenai hasil diskusinya. Setelah proses presentasi selesai, maka diadakan sesi tanya
jawab antara kelompok yang tampil dengan peserta didik dari kelompok lain. Sejalan
dengan itu, guru memberikan pelurusan, penegasan, penyanggahan, atau penambahan
terhadap proses tanya jawab yang terjadi.
Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan nilai sosial?
2. Apa yang dimaksud dengan norma sosial!
3. Apa yang dimaksud dengan tindakan sosial?
4. Contoh tindakan sosial yang menyimpang?
5. Apa bentuk pengendalian sosial yang ada dalam masyarakat?
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN PENDUKUNG
A. Sejarah Ilmu Sosiologi
Nilai, Norma, Tindakan Sosial,
Perilaku Menyimpang, dan
Pengendalian Sosial.
Nilai Sosial
Nilai sosial adalah prinsip, standar, atau kualitas yang berharga atau diinginkan oleh
masyarakat. Artinya nilai tidak hanya diharapkan, namun juga diusahakan sebagai
sesuatu yang pantas dan benar bagi diri sendiri dan orang lain.
2. Kimball Young, adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang
apa yang baik dan benar serta penting yang dianggap oleh masyarakat
3. Alat solidaritas
4. Tiap kelompok memiliki kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Kebudayaan
yang berbeda ini melahirkan nilai dan norma yang berbeda. Seperti negara
maju punya budaya menghargai waktu dan tidak suka keterlambatan.
Sementara di Indonesia, keterlambatan waktu masih bisa dimaklumi.
5. Berpengaruh pada perkembangan pribadi dan kelompok baik itu positif atau
negatif. Contohnya seseorang disebut egois karena mengutamakan kepentingan
pribadi. Sedangkan individu yang mementingkan kepentingan bersama
dianggap sebagai orang yang memiliki kepekaan sosial.
2. Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Secara garis besar, nilai kerohanian dapat dibagi ke dalam empat macam.
a. Nilai kebenaran (kenyataan), yaitu nilai yang bersumber pada unsur akal
manusia.
c. Nilai moral (kebaikan), yaitu nilai yang berasal dari kehendak atau kemauan.
Norma Sosial
Norma adalah segala aturan yang mengikat masyarakat. Aturan tersebut bisa berubah
perintah atau larangan.
Norma sendiri pun memiliki sifat mengikat. Norma wajib ditaati oleh masyarakat yang
tinggal di dalam satu wilayah. Norma pun dibuat dengan tujuan membatasi perilaku
individu agar tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Sementara itu, nilai adalah segala sesuatu yang dianggap penting dan benar oleh
sebuah kelompok masyarakat. Nilai dapat dijadikan sebagai prinsip atau pedoman
dalam menjalani hidup bagi seorang individu.
Nilai sosial sendiri memiliki sifat relatif atau tidak mutlak. Nilai yang dianut oleh setiap
orang pun bisa berbeda. Hal tersebut dikarenakan sesuatu yang kita anggap bernilai
belum tentu dianggap sama dengan orang lain.
Seperti yang sudah disebutkan, norma sosial bisa diartikan sebagai seperangkat aturan
atau panduan hidup yang biasanya tidak tertulis dan berlaku di masyarakat.
Hadirnya norma sendiri bisa memengaruhi tindakan dan kehidupan sosial secara luas.
Tanpa hadirnya norma dalam kehidupan kita, masyarakat bisa kacau dan tidak
terkendali.
Norma sosial adalah seperangkat aturan yang biasanya disertai berbagai sanksi tertulis
maupun tidak berfungsi sebagai pemandu kehidupan sosial anggota masyarakat.
3. Ditaati bersama.
1. Berdasarkan daya ikatnya. Bila berdasarkan daya ikatnya, norma sosial dibagi
menjadi lima, yaitu sebagai berikut.
e. Hukum (Law), merupakan norma tertulis, bersifat formal, dan disahkan oleh
negara.
a. Norma Agama, merupakan norma yang berasal Tuhan, sehingga tidak ada
yang bisa mengubah dan memanipulasi isinya dan bersifat mutlak
Tindakan Sosial
Tindakan sosial secara umum adalah tindakan yang dipengaruhi dan mempengaruhi
orang lain saat melakukan interaksi sosial. Sementara interaksi sosial merupakan
hubungan antara dua individu atau lebih yang kemudian saling mempengaruhi.
Pengaruh dari interaksi sosial ini kemudian disebut sebagai tindakan sosial tadi. Maka
saat ada tindakan sosial maka yang menjadi latar belakang munculnya tindakan ini
adalah karena ada interaksi. Tanpa interaksi maka tindakan sosial tidak akan terjadi.
Secara sederhana, tindakan sosial bisa diartikan sebagai respon atau reaksi yang
terlihat secara kasat mata setelah melakukan interaksi sosial. Bentuknya kemudian
beragam sehingga jenis dari tindakan sosial juga sangat beragam yang nanti dijelaskan
di bawah.
Contohnya adalah pada saat ada komunikasi antara dua orang, komunikasi ini terjadi
sebagai upaya pertukaran informasi. Setelah informasi disampaikan salah satunya
maka pendengar informasi akan bereaksi.
Entah itu bahagia, merasa heran, merasa takjub, merasa marah, dan lain sebagainya
merupakan bentuk tindakan sosial secara emosional. Kemudian saat pendengar
informasi ini memutuskan untuk menangis, melabrak, tertawa terbahak-bahak, juga
termasuk tindakan sosial yang dilakukan secara fisik oleh pelakunya.
Sebagai contoh adalah pada saat seseorang memarahi seseorang karena tindakan
sosial dari orang tersebut. Jika orang yang dimarahi tidak terima maka akan melakukan
tindakan sosial kembali marah ke pihak pertama tadi, menggunjing, menjelek-jelekan di
belakang, dan lain-lain.
Jadi, pada dasarnya tindakan sosial berbentuk seperti siklus. Pada saat melakukan
tindakan yang baik maka tindakan orang sekitar juga ikut baik. Begitu juga sebaliknya.
Maka dalam ilmu sosiologi dibahas dengan mendalam mengenai bagaimana
berinteraksi sosial dengan baik untuk meminimalkan tindakan sosial dengan efek
negatif.
Pengertian tindakan sosial kemudian dijelaskan juga oleh sejumlah ahli, para ahli ini
kemudian menyampaikan pendapatnya. Dalam ilmu sosiologi, ahli yang mendefinisikan
tindakan sosial ada dua yang dikenal luas di seluruh dunia. Yaitu:
1. Max Weber, ahli pertama yang memberi definisi pada tindakan sosial adalah
Max Weber yang juga merupakan tokoh di ilmu sosiologi. Menurut Weber,
pengertian tindakan sosial adalah tindakan yang didasari pada bentuk fakta
sosial yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan bermasyarakat, dimana
sistem sosial dalam pengaruh ini diciptakan dari hubungan individu pada
kelompoknya.
Melalui definisi yang disampaikan dua ahli tersebut maka bisa disimpulkan. Bahwa
tindakan sosial adalah tindakan atau perilaku berulang yang dijalankan secara sengaja
sebagai akibat dari pengaruh situasi tertentu.
2. Tindakan Berorientasi Nilai, jenis yang kedua adalah tindakan sosial berorientasi
nilai, yaitu tindakan sosial yang dilakukan dengan mempertimbangkan nilai-nilai
yang ada di masyarakat. Sehingga tindakan ini menyesuaikan dengan apa yang
dianggap baik oleh masyarakat luas. Cakupan nilainya dimulai dari nilai etika,
estetika (keindahan), agama, dan nilai lain yang ada di masyarakat. Tindakan
sosial berorientasi pada nilai fokus pada manfaat dan baik buruknya tindakan
tersebut di mata masyarakat yang mengesampingkan tujuan. Contoh tindakan
sosial jenis ini adalah pada saat anak-anak berhenti bermain bola karena adzan
dzuhur sudah berkumandang. Sehingga mereka memutuskan berhenti bermain
dan sholat dulu, baru kemudian melanjutkan permainan.
3. Tindakan Afektif, jenis ketiga adalah tindakan afektif yakni tindakan sosial yang
dilakukan berdasarkan pada dorongan perasaan atau emosi yang dirasakan
seorang individu. Sehingga tindakan sosial ini tidak bisa diterima akal, dianggap
kurang logis, atau irrasional. Dikatakan demikian, karena tindakan sosial ini
dilakukan dengan mengedepankan perasaan atau emosi. Sehingga tindakan ini
tidak melibatkan akal yang membuat tindakan tersebut tidak bisa diterima akal
juga. Contohnya adalah saat ibu guru memarahi muridnya di kelas karena
ketahuan mencontek, kemudian murid ini justru menangis. Menangis disini
merupakan bentuk tindakan afektif karena mengandalkan emosi atau perasaan.
Yakni perasaan takut dimarahi dan perasaan khawatir akan mendapat nilai yang
buruk. Padahal secara logika, murid yang mencontek seharusnya segera minta
maaf dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Bukan dengan menangis.
4. Tindakan Tradisional, yakni jenis tindakan sosial yang dilakukan karena sudah
menjadi kebiasaan atau tindakan yang didasarkan karena suatu kebiasaan dan
sudah mendarah daging. Kemudian berhubungan dengan segala bentuk budaya
atau adat istiadat, sehingga segala tindakan sosial dari jenis ini didasarkan pada
budaya yang diterapkan oleh masyarakat. Tindakan ini turun-temurun, sehingga
sudah berlangsung cukup lama. Contohnya adalah tindakan apapun yang
dilakukan karena adat, seperti upacara Ngaben untuk masyarakat di Bali,
upacara Ngebabali di Lampung, acara Pesta Bakar Batu di Papua, dan lain
sebagainya. Segala tindakan yang dilakukan berdasarkan adat-istiadat
kemudian masuk ke tindakan sosial tradisional. Tindakan ini akan terus
dilakukan oleh masyarakat selama diwariskan atau diajarkan kepada anak dan
cucu.
Perilaku Menyimpang
Dalam hidup sehari-hari, terdapat aturan atau norma yang harus kita patuhi untuk
menjaga ketentraman serta kedamaian bersama. Namun, seringkali kita juga melihat
bahwa banyak orang-orang yang bertindak diluar norma yang ada dan menyebabkan
kegaduhan dan kerugian bagi pihak lain.
Fenomena atau gejala sosial yang sering terjadi ini dianggap merupakan suatu perilaku
menyimpang atau yang kita kenal dengan penyimpangan sosial. Dimana orang yang
melanggar norma tersebut, seringkali sadar akan perbuatannya tersebut namun tetap
melakukannya karena suatu dorongan. Berikut pembahasan mengenai penyimpangan
sosial yang terjadi di masyarakat.
Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan penyimpangan sosial
sebagai suatu tingkah laku, perbuatan, maupun tanggapan individu kepada kelompok
atau lingkungan masyarakat yang bertentangan dengan norma dan juga hukum yang
berlaku di lingkungan tersebut.
Menurut Profesor Robert M.Z.Lawang yang merupakan profesor ahli sosiologis, perilaku
menyimpang atau penyimpangan sosial dapat didefinisikan sebagai segala tindakan
yang menyimpang dari norma-norma yang ada dan berlaku pada suatu sistem sosial,
hal tersebut dapat menimbulkan usaha para pihak yang memiliki wewenang untuk
mengatasi dan memperbaiki hal tersebut.
a. Penyimpangan positif
Penyimpangan ini juga terarah pada nilai yang ingin dicapai bersama atau
kepentingan sosial dan seringkali dianggap sesuatu yang ideal dalam
masyarakat. Penyimpangan positif ini biasanya akan diterima karena
merupakan bentuk penyesuaian akan perkembangan zaman.
b. Penyimpangan Negatif
Seperti pada contohnya adalah, ketika seorang anak yang kurang diberikan
pengetahuan oleh orang tuanya, hal mana yang baik dan hal mana yang
seharusnya dihindari.
3. Teori Labelling
Namun, karena sudah ada stigma tersebut, membuat segala hal yang dilakukan
individu tersebut menjadi negatif dan mendorongnya untuk tidak peduli akan
nilai dan norma yang ada karena apapun perbuatannya akan selalu dianggap
sebagai suatu hal yang negatif.
4. Teori Anomie
Seperti pada contohnya, ketika seseorang yang baru pindah ke suatu daerah
yang tidak memiliki batasan-batasan, ketika di tempatnya dahulu orang tersebut
harus pulang sebelum jam sepuluh malam, sekarang setelah berpindah tempat
tidak ada peraturan yang mengatur mengenai jam pulang, sehingga dia tidak
mengetahui batasan yang membuatnya melakukan penyimpangan sosial.
Seperti pada contohnya, ketika seorang yang selalu masuk sekolah tepat waktu
bergaul dengan siswa lain yang sering tidak masuk sekolah dengan berbagai
alasan. Hal tersebut dapat merubah perspektif siswa yang tadinya rajin dan
menganggap bolos merupakan suatu hal yang buruk, menjadi memiliki
pemikiran kalau bolos atau tidak masuk sekolah merupakan hal yang tidak
terlalu buruk sesuai dengan pemikirannya.
1. Faktor Biologis, yang dijelaskannya mengenai “si penjahat sejak lahir”. Casare
Lombroso menyatakan bahwa terdapat ciri-ciri tertentu yang dapat
mengidentifikasi seseorang akan menjadi seorang penjahat atau tidak
berdasarkan ciri fisik mereka. Ciri fisik yang dimaksud berupa bentuk muda
seseorang, bagaimana kedua buah alis menyambung menjadi satu dan masih
banyak lagi.
3. Menciptakan batasan antar kelompok lingkungan yang satu dengan yang lain
karena adanya parameter sosial. Hal ini dapat kita lihat contohnya dari beragam
suku yang ada di Indonesia, dimana orang suku Jawa memiliki ciri khas berkata
lembut sedangkan orang suku Batak memiliki ciri khas berkata tegas. Sehingga
perbedaan tersebut kadang membuat kelompok satu dengan kelompok yang
lain segan akan satu sama lain.
Pengendalian Sosial
Menurut ahli sosiologi Peter L. Berger, definisi dari pengendalian sosial merupakan
segala cara yang dilakukan oleh masyarakat guna menertibkan atau mengatur anggota
yang ada di dalam lingkungan masyarakat tersebut ketika membangkang. Selain itu,
Joseph S. Roucek juga mendefinisikan pengendalian sosial sebagai istilah kolektif yang
memiliki acuan terhadap proses yang sudah direncanakan.
Dimana setiap individunya dibujuk, dianjurkan atau bahkan dipaksa untuk dapat
menyesuaikan diri pada kebiasaan serta nilai hidup yang ada pada suatu kelompok
masyarakat. Bruce J. Cohen yang merupakan ahli sosiologi dalam pengertiannya
mengenai pengendalian sosial sebagai berbagai cara yang digunakan guna mendorong
setiap individu yang ada di dalam sebuah lingkungan masyarakat untuk memiliki
perilaku selaras dengan kehendak kelompok masyarakat tersebut.
Robert M.Z. Lawang mendefinisikan pengendalian sosial sebagai segala cara yang
digunakan oleh suatu lingkungan masyarakat untuk mengembalikan atau membantu
pelaku penyimpangan sosia untuk kembali ke jalan yang baik.
Berdasarkan berbagai definisi yang diutarakan oleh para ahli tersebut dapat
disimpulkan pengendalian sosial merupakan sebuah proses yang dimiliki atau
digunakan oleh seseorang maupun sebuah kelompok dengan tujuan mempengaruhi,
mengajak, atau bahkan memaksa anggota lain yang ada untuk menanamkan dalam
dirinya nilai dan norma yang berlaku di lingkungan masyarakat tersebut tempat mereka
berada.
2. Ciri yang kedua dari pengendalian sosial adalah memiliki tujuan untuk mencapai
keseimbangan antara stabilitas dengan perubahan yang sedang terjadi di dalam
lingkungan masyarakat tersebut.
3. Ciri yang ketiga dari pengendalian sosial adalah biasanya dilakukan oleh sebuah
kelompok orang terhadap individu yang bersangkutan maupun kelompok lain di
dalam sebuah lingkungan masyarakat.
4. Ciri yang keempat dari pengendalian sosial adalah memiliki sistem yang
berlangsung dua arah dan seringkali tidak disadari oleh masing-masing pihak
yang bersangkutan.
Fungsi yang pertama dari pengendalian sosial adalah untuk menguatkan keyakinan
masyarakat yang ada mengenai nilai dan norma sosial. Dengan adanya penanaman
serta penguatan keyakinan ini dapat secara langsung berpengaruh terhadap
keberlangsungan tatanan masyarakat yang ada. Cara yang dapat dilakukan untuk
menguatkan keyakinan ini adalah melalui berbagai lembaga seperti sekolah, keluarga,
maupun melalui sugesti lingkungan sosial.
Fungsi yang kedua dari pengendalian sosial adalah memberikan imbalan terhadap
setiap pihak yang mampu menaati nilai dan norma sosial yang berlaku pada lingkungan
masyarakat. Yang dimaksud dengan imbalan disini adalah memberikan pujian,
penghormatan, serta memberikan hadiah terhadap anggota masyarakat tersebut.
Pemberian imbalan tersebut memiliki tujuan agar setiap orangnya tetap menjalankan
nilai dan norma yang ada serta memberikan contoh kepada anggota lain untuk menjadi
lebih baik lagi.
Fungsi yang ketiga dari pengendalian sosial adalah mengembangkan rasa malu di
dalam diri. Hal yang dimaksud adalah ketika seseorang pelaku penyimpangan sosial
sadar akan kesalahannya, dia akan malu untuk mengakui kesalahannya dan harga
dirinya menjadi turun. Selain itu, konsekuensi yang didapat oleh pelaku penyimpangan
sosial seperti celaan maupun komentar negatif yang datang dari masyarakat akan
membuatnya merasa malu dan jera. Dengan begitu, orang tersebut akan memiliki rasa
malu sehingga di kemudian hari tidak melakukan penyimpangan sosial lagi.
Fungsi yang keempat dari pengendalian sosial adalah mengembangkan rasa takut di
dalam diri. Ketika seseorang memiliki rasa takut untuk melakukan sebuah perbuatan
atau hal yang dapat menimbulkan resiko mendapatkan konsekuensi, secara tidak
langsung maka akan membuatnya tersadar untuk menghindari hal-hal tersebut. Dengan
adanya rasa takut itu, dia akan berusaha melakukan hal baik dan menghindari hal-hal
yang beresiko untuk merugikan dirinya sendiri serta orang lain.
Fungsi yang kelima dari pengendalian sosial adalah menciptakan sebuah sistem hukum
di sebuah lingkungan masyarakat. Agar suatu tujuan atau kesepakatan bersama
tercapai di dalam sebuah lingkungan, maka perlunya nilai serta norma yang berlaku
untuk mengatur setiap anggota masyarakat di dalamnya. Dengan adanya sistem hukum
ini, yang berisikan aturan serta konsekuensi yang dapat diterima oleh setiap perilaku
penyimpangan sosial dengan begitu masyarakat akan sadar untuk tidak melakukan hal
tersebut jika tidak ingin mendapatkan ganjaran atas perbuatannya.
3. Sosialisasi
4. Penekanan Sosial
Yaitu upaya pemulihan keadaan sesudah terjadi penyimpangan nilai dan norma
masyarakat. Contoh, seseorang yang ingkar janji diadukan ke pengadilan, sehingga
hakim menjatuhkan hukuman dengan membayar hutang dan denda.
LAMPIRAN 3 GLOSARIUM
Masyarakat : satu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat,
konvensi dan aturan hukum tertentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh perasaan
bersama.
Tindakan sosial : tindakan yang bersifat subjektif dalam segala perilaku manusia. Ciri utama
dari perilaku dalam tindakan sosial adalah pemaknaan yang bersifat subjektif, mampu
mempengaruhi orang lain dan menerima pengaruh dari orang lain.
Keteraturan sosial : kondisi kehidupan yang aman, tentram, dan tertib dari perilaku yang
merugikan masyarakat. Untuk mewujudkan kondisi tersebut, maka dibuat nilai dan norma
yang berfungsi untuk mengontrol perilaku masyarakat.
Susanto, Dicky, dkk. 2021. Buku Panduan Guru Matematika untuk SMA/SMK Kelas X.
Jakarta: Kemendikbudristek.
https://tirto.id/sejarah-perkembangan-ilmu-sosiologi-dari-era-yunani-hingga-modern-f9a1