IMT = BB/(TB)2
BB : dalam kg
TB : dalam m
Contoh : BB:80kg, TB: 160cm
80 80
IMT = = =31,25
1,6 2,56
2
Classification BMI
Underweight < 18.5
Normal 18.5-24.9
Overweight 25-29.9
Obese ≥30
Usia Kehamilan
Usia Kehamilan = Hari Pemeriksaan – HPHT
2022−9−25
2022−3−20
Umur Kehamilan =
0−6−5
Diagnosis Kehamilan
Contoh:
1. Seorang Wanita 27 tahun datang pada tanggal 15 Agustus 2021 dengan keluhan
hamil pertama kali, kenceng-kenceng sejak 4 jam yang lalu diikuti keluar cairan
dari jalan lahir. HPL: 27 Agustus 2021 Kemudian dokter melakukan pemeriksaan
VT dan didapatkan pembukaan 3 cm, His 2x tiap 10 menit dengan durasi 10 detik.
Setelah 12 jam dilakukan pemeriksaan ulang didapatkan hasil masih sama.
Diagnosis yang tepat adalah ?
Jawaban :
UK = 38 minggu 2 hari
Diagnosis = GIP0000 38 minggu 2 hari/T/H + Kala 1 fase laten memanjang
2. Seorang Wanita 30 tahun, hamil 40 minggu datang ke RS dengan keluhan keluar
cairan jernih dari jalan lahir disertai perut mules. Pasien diketahui ini merupakan
kehamilan ketiga. Kehamilan pertama lahir dengan berat 3500 gram dan yang
kedua mengalami Abortus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70 mmHg,
Nadi 88x/menit, RR 18x/menit, Suhu 37,2 oC. Pemeriksaan didapatkan
pembukaan 4 cm. Apakah diagnosis yang tepat untuk pasien ini ?
Jawaban :
GIIIP1011 40 minggu/T/H kala 1 fase aktif
3. Ruptur Perineum
Etiologi : Persalinan lama, Persalinan dengan bantuan, stimulasi persalinan,
CPD, Kepala janin terlalu cepat lahir, Episiotomi, trauma ekstraksi vakum.
Grade
Grade Daerah yang terkena
Grade I Mukosa vagina, kulit perineum,
fourchette tidak perlu dijahit
Grade II + otot dibawahnya (muskulus
Perineum atau levator ani)
Grade III Mengenai M. Spingter ani eksterna
3A : <50% eksterna
3B : >50% eksterna
3C : spingter ani internum
Grade IV Mengenai mukosa rektum
o Pemeriksaan Dalam
VT :
Pembukaan berapa?
Hodge berapa?
Efficement?
Posisi serviks dimana?
Konsistensi bagaimana?
Presentasi bagaimana?
Denominator bagaimana?
o Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap :
Leuko gimana? Normal < 11k, >15k curiga korioamnionitis
Hb <11 anemia
Trombosit normal 150.000-400.000, jika <150.000 disertai
pendarahan, PEB , PE, gangguan ginjal curiga HELLP
syndrome ( H: Hemolysis, EL: Elevated Liver Enzyme, LP: Low
Platelet Count).
Kimia Klinik
SGOT/SGPT . Normal SGOT < 34, SGPT <55 jika ada lonjakan
hati2 ada HBsAg +
Urin
Warnanya bagaimana? Jernih nggak?
Apakah ada protein positif?
Apakah ada keton? ciri dehidrasi
USG (kalo curiga yang udh keluar ketuban duluan)
AFI <8 Oligohidroamnion
AFI <5 Severe Oligohidroamnion (indikasi SC)
AFI >24 Polihidroamnion
Triple Test
HIV
HbsAg
Sifilis
Dx ?
Tx ?
Ujian dr. Rizal
Retensi Urin
Retensi urin tidak adanya proses berkemih dalam 6 jam setelah kateter menetap
dilepaskan bisa berkemih spontan dengan urin residu >200ml (kasus obstetric) dan urin
residu > 100ml (kasus Ginek), sedangkan untuk urin normal orang dewasa 5-1.5
cc/kgBB/1 jam.
Retensi urin biasanya terjadi pasca persalinan dimana disebabkan karena penekanan
lama bagian terendah janin oedem jaringan periuretra Ekstravasasi ke otot
kandung kemih mengganggu kontraksi musculus detrusor
Nyeri laserasi atau episiotomy mengakibatkan spasme elevator ani terjadi hambatan
kontraksi detrusor dan relaksasi levator ani. Gejalanya dibagi menjadi 2 :
1. Retensi Urin Akut
Biasanya tidak mampu BAK, kebutuhan sangat mendesak untuk BAK, nyeri
BAK, kembung/buncit perut bagian bawah.
2. Retensi Urin Kronis
Frekuensi BAK 8x atau lebih dalam sehari, kesulitan memulai kencing, aliran
urin lemah atau terganggu, kebutuhan mendesak untuk BAK namun tidak
berhasil BAK, kesulitan mengosongkan kandung kemih secara tuntas.
Txnya :
1. biasanya dilakukan kateterisasi
Urin < 500ml
Urin 500-1000ml
Dilakukan dower kateter 1x24 jam
Urin 1000-2000ml
Dilakukan dower kateter 2x24 jam
Urin >2000 ml
Dilakukan dower kateter 3x24 jam
Setelah itu buka tutup kateter 6 jam setelah 24 jam, bila bisa BAK tidak perlu
ditunggu 6 jam.
Kateter dilepas di pagi hari. Apabila bisa kencing spontan, urin residu <200ml dan
<100 bisa dipulangkan
2. Bisa diberi antibiotic sesuai bakteri
3. Prostaglandin E2 2x1 untuk meningkatkan kontraksi musculus detrusor
4. Banyak minum
HPP (Hemoragic Post Partum)
- Adalah perdarahan pasca bayi lahir dalam 24 jam.
- Jumlah perdarahan untuk persalinan normal > 500 ml. Untuk persalinan SC >1000ml
- Dibagi menjadi 2 :
1. Early HPP
o Terjadi dalam 24 jam pertama pasca persalinan
o Penyebabnya 4T : Tonus : atonia uteri
Trauma : laserasi jalan lahir, rupture perineum, Inversio
Tissue : Sisa plasenta
Trombus : Gangguan koagulopati
2. Late HPP
o Perdarahan pasca persalinan setelah 24 jam – 12 minggu pasca persalinan.
o Penyebabnya 3T : Tissue : sisa plasenta
Trombus : gangguan koagulopati
Trauma : laserasi jalan lahir, rupture perineum,
Subinvolusio uteri : hal ini bisa disebabkan karena infeksi
saat Tindakan dimana proses mengecil kembali uterus
terganggu jadi tidak bisa mengecil.
- Tonus biasanya ada atonia uteri dimana lemahnya tonus atau kontraksi rahim
uterus tidak mampu menutup perdarahan dari tempat implantasi plasenta setelah
bayi atau plasenta lahir. Penyebabnya biasanya uterus melar akibat polihidroamnion
lebih dari 2 hari, bayi gemelli >1, dan bayi makrosomia lebih dari 4000gram, dan bisa
karena terlalu lama partus >24 jam dan partus terlalu cepat <3 jam. Diagnosisnya
biasanya perdarahan banyak, TFU diatas pusat dan kontraksinya lemah.
Tatalaksananya ABC: Syok grojok RL 20cc/kgbb, merangsang kontrasi uterus dengan
masase fundus uterus, dan merangsang puting susu bisa dilakukan kompresi
bimanual eksterna kemudian dilanjutkan kompresi bimanual interna.
Medikamentosa : Oksitosin 10IU IM dilanjut 20 IU dimasukkan dalam 500cc PZ
diberikan 40tpm, Bisa diberikan derivate prostaglandine sebanyak 800-1000mcg
perrectal. Perdarahan berlanjut bisa diberi asam traneksamat 1000mg IV.
- Tissue biasanya adanya sisa plasenta, dimana plasenta lahir tidak lengkap. Ini juga
bisa mengakibatkan subinvolusio uteri. Tx : Inf. Oksitosin 20-40 IU dalam 1 L cairan.
Bisa dilakukan kuretase dan dilatasi.
- Retensi Plasenta yaitu plasenta tidak lahir >30 menit. Etio : kesalahan manajemen,
kelainan pelekatan plasenta (plasenta akreta, inkreta dan prekreta)
o Akreta : bila implantasi menembus desidua basalis dan endometrium
o Inkreta : menembus myometrium
o Prekreta : menembus perimetrium
Tx :
- Inf. Oksitosin 20-40 IU dalam 1L RL
- Manual plasenta
- Kuretase
- SC
- Histerektomi
- Trauma (robekan jalan lahir). Rupture perineum grade I-IV
- Trauma (Ruptur Uteri). Biasanya terapi histerektomi. Keluhan nyeri perut hebat
biasanya akibat SC terkena sayatan, lahir didorong2, gemelli.
- Inversio Uteri : dinding uterus ikut keluar. Itu uteri terbalik karena tarikan plasenta
fundus tidak rata dan tersisa masa biasanya reposisi manual jika gagal dilakukan
laparatomi
- Trombus (gangguan pembekuan darah) trnfs WB, PRC tergantung derajat
keparahan perdarahan.
Febris Pulpuralis/Infeksi Pulpuralis
- Adalah sebagai infeksi nifas atau infeksi postpartum biasanya terjadi karena bakteri
menginfeksi Rahim dan sekitarnya seusai proses melahirkan.
- Gejalanya : Demam >38oC, Nyeri di bagian perut bawah dan panggul yang
disebabkan oleh panggul yang bengkak, keputihan berbau busuk, kulit pucat yang
bisa menjadi tanda kehilangan banyak darah, panas dingin, perasaan tidak nyaman
atau sakit, sakit kepala, kehilangan selera makan, menggigil dan merasa tidak sehat.
- Penyebabnya : akibat infeksi saat persalinan dan bisa juga infeksi akibat dari rupture
perineum.
Oligohidroamnion
- Single deepest pocket of fluid Panjang maksimal dari cairan amnion dihitung
vertical. Normalnya 2-8.
- AFI (Amnionic Fluid Index) Uterus dibagi 4 kuadran masing2 single deepest pocket
of fluid dihitung kemudian di jumlah. Normal 8-24.
10 weeks : 30 ml
16 weeks : 200 ml
33 weeks : 800 ml
38-39 weeks : 1000ml
40++ weeks : 800 ml
Fetal Distress
- <20-22 minggu Pulmonary Hipoplasia
- Tx : Maternal Hidrasi , Amnio Infution membantu memperbaiki DJJ
21 24
22 25
23 26
24 27 +3
25 28
26 29
27 30
28 32
29 33
30 34
31 35 +4
32 36
33 37
34 38
35 40
36 41 +5
37 42
PEMERIKSAAN IVA
FASE MENSTRUASI
a. Fase Menstruasi
Fase menstruasi adalah fase pertama dalam siklus menstruasi.
Fase ini biasanya berlangsung dari hari pertama hingga hari kelima.
Fase menstruasi ditandai dengan peluruhan lapisan rahim dari
vagina ketika tidak terjadi pembuahan pada sel telur. Kondisi ini
biasanya dipicu oleh kontraksi rahim yang terjadi karena adanya
peningkatan hormon prostaglandin selama menstruasi.
b. Fase Folikuler
Fase folikuler terjadi dari hari ke-6 hingga ke-14. Pada fase ini,
hormon estrogen akan meningkat dan membuat lapisan rahim
berkembang dan menebal. Pada fase folikuler, hari ke-10 hingga
ke-14 salah satu folikel akan menghasilkan sel telur yang matang.
c. Fase Ovulasi
Fase ovulasi akan terjadi kira-kira pada hari ke-14. Pada fase
ovulasi, sel telur siap untuk dibuahi oleh sperma. Hal ini disebabkan
karena adanya peningkatan hormon pelutein. Sel telur yang telah
dilepaskan akan berpindah ke tuba falopi dan menempel pada
dinding rahim. Jika sel telur tidak dibuahi, maka akan melebur
dalam kurun waktu 24 jam setelah terjadinya fase ovulasi.
d. Fase Luteal
Fase luteal berlangsung dari hari ke-15 hingga ke-28. Pada fase
ini, sel telur yang telah dilepaskan dari ovarium akan bergerak dari
tuba falopi ke rahim. Tingkat hormon progesteron akan meningkat
untuk mempersiapkan lapisan rahim untuk kehamilan. Jika sel telur
dibuahi oleh sperma dan menempel pada dinding rahim, maka
akan terjadi kehamilan.
PEMBERIAN KB
1. Kontrasepsi pil
a. Indikasi
Indikasi penggunaan kontrasepsi pil adalah usia reproduksi, telah memiliki anak, ibu
yang menyusui tetapi tidak memberikan asi esklusif, ibu yang siklus haid tidak
teratur, riwayat kehamilan ektopik (Saifuddin, 2003).
b. Kontra indikasi
Kontra indikasi pengguna kontrasepsi pil adalah ibu yang sedang hamil, perdarahan
yang tidak terdeteksi, diabetes berat dengan komplikasi, depresi berat dan obesitas
(Saifuddin, 2003).
2. Kontrasepsi suntik
a. Indikasi
Indikasi kontrasepsi suntik adalah usia reproduksi yang telah mempunyai anak, ibu
yang menyusui, ibu post partum, perokok, , nyeri haid yang hebat, dan ibu yang
sering lupa
menggunakan kontrasepsi pil (Saifuddin, 2003).
b. Kontra indikasi
Kontra indikasi kontrasepsi adalah ibu yang dicuriagai hamil, perdarahan yang belum
jelas penyebabnya, menderita kanker payudara dan ibu yang menderita diabetes
militus disertai komplikasi (Saifuddin, 2003).
3. Implant atau kontrasepsi susuk
a. Indikasi
Indikasi kontrasepsi implant adalah wanita usia subur, wanita yang ingin kontrasepsi
jangka panjang, ibu yang menyusui, pasca keguguran (Everett, 2007).
b. Kontra indikasi
Kontra indikasi kontrasepsi implant adalah ibu yang hamil, perdarahan yang tidak
diketahui penyebabnya, adanya penyakit hati yang berat, obesitas dan depresi.
(Everett, 2007).
4. IUD
a. Indikasi
Indikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah wanita yang menginginkan kontrasepsi
jangka panjang, multigravida, wanita yang mengalami kesulitan
menggunakan kontrasepsi lain (Saifuddin, 2003).
b. Kontraindikasi
Kontra indikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah wanita yang sedang hamil, wanita
yang sedang menderita infeksi alat genitalia, perdarahan vagina yang tidak diketahui,
wanita yang menderita P*S, wanita yang pernah menderita infeksi rahim, wanita
yang pernah mengalami pedarahan yang hebat (Saifuddin, 2003).
5. Kontrasepsi *antap (Tubektomi dan Vasektomi)
a. Indikasi
Indikasi tubektomi adalah wanita usia subur, sudah mempunyai anak, wanita yang
tidak menginginkan anak lagi (Everett, 2007).
b. Kontra indikasi
Kontra indikasi adalah ketidaksetujuan terhadap operasi dari salah satu pasangan,
penyakit psikiatrik, keadaan sakit yang dapat meningkatkan risiko saat operasi