Anda di halaman 1dari 12

Analisis Nilai Arus: Penerapan Lampu Pijar sebagai Pengganti Resistor dan

Perbandingannya dalam Simulasi Phet dengan Metode Praktikum Problem Solving


Rahma Anne Ahdinie
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai arus dan perbandingan penggunaan lampu pijar
sebagai pengganti resistor dalam simulasi PhET, menggunakan metode praktikum problem solving.
Metode penelitian yang digunakan meliputi identifikasi masalah, perumusan hipotesis, pengujian
hipotesis, dan evaluasi solusi. Simulasi PhET digunakan sebagai alat yang mendukung proses
penelitian ini.

Dalam penelitian ini, dilakukan serangkaian percobaan virtual menggunakan simulasi PhET.
Percobaan tersebut melibatkan penggunaan lampu pijar sebagai pengganti resistor dalam rangkaian
listrik. Data arus yang dihasilkan oleh lampu pijar tersebut diamati dan dibandingkan dengan
penggunaan resistor tradisional. Pengamatan ini dilakukan untuk menguji efektivitas penggunaan
lampu pijar sebagai pengganti resistor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lampu pijar dapat berfungsi sebagai pengganti resistor dengan
cukup baik. Perbandingan antara nilai arus yang dihasilkan oleh lampu pijar dan resistor tradisional
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa lampu pijar dapat
menggantikan resistor dengan hasil yang hampir serupa.

Melalui metode praktikum problem solving, penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang kemampuan lampu pijar dalam menggantikan resistor dalam rangkaian listrik.
Selain itu, penggunaan simulasi PhET sebagai alat penelitian membantu dalam merancang skenario
percobaan, mengumpulkan data, dan memfasilitasi evaluasi solusi.

Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam bidang elektronika, dengan mempertimbangkan
alternatif penggunaan lampu pijar sebagai pengganti resistor dalam rangkaian listrik. Diharapkan
penelitian ini dapat memberikan wawasan baru dan menjadi acuan bagi pengembangan teknologi
elektronika di masa depan.

Kata Kunci : Lampu Pijar Resistor, simulasi Phet

Abstract
This study aims to analyze current values and compare the use of incandescent lamps as a substitute
for resistors in PhET simulations, using the practical problem solving method. The research method
used includes problem identification, hypothesis formulation, hypothesis testing, and solution
evaluation. PhET simulation was used as a tool to support this research process.

In this study, a series of virtual experiments using PhET simulations were carried out. The experiment
involved using an incandescent lamp as a substitute for a resistor in an electrical circuit. The current
data generated by the incandescent lamp is observed and compared with the use of traditional
resistors. This observation was made to test the effectiveness of using incandescent lamps as a
substitute for resistors.

The results showed that incandescent lamps can function as a substitute for resistors quite well.
Comparison between the current values generated by incandescent lamps and traditional resistors
shows no significant difference. This shows that incandescent lamps can replace resistors with nearly
the same results.

Through practical problem solving methods, this research provides a deeper understanding of the
ability of incandescent lamps to replace resistors in electrical circuits. Additionally, the use of PhET
simulations as a research tool helps in designing experiment scenarios, collecting data, and facilitating
the evaluation of solutions.

This research provides an important contribution in the field of electronics, by considering the
alternative use of incandescent lamps as a substitute for resistors in electrical circuits. It is hoped that
this research can provide new insights and become a reference for the development of electronic
technology in the future.

Keywords: Resistor Incandescent Lamp, Phet simulation

Pendahuluan
Model pembelajaran Problem Solving adalah model pembelajaran yang mengharuskan
seorang siswa/mahasiswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecahkan suatu soal menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana (Dakhi 2022). Dalam model pembelajaran ini
menekankan pada kegiatan merumuskan soal yang memungkinkan dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal (Komariah 2011). Model praktikum problem
solving melibatkan pemahaman dan penyelesaian masalah dalam konteks pendidikan. Model
ini didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan problem solving merupakan keterampilan
penting yang harus dikembangkan oleh siswa untuk menghadapi tantangan kehidupan sehari-
hari dan mempersiapkan mereka untuk masa depan yang sukses (Kiranadewi and Hardini
2021). Ada beberapa faktor yang mendasari penggunaan model praktikum problem solving
dalam pendidikan yaitu model praktikum problem solving membantu siswa mengembangkan
keterampilan ini sehingga mereka dapat menjadi pekerja yang efektif dan inovatif (Harefa
2020).
Problem solving mengarah pada pendidikan berbasis keterampilan abad ke-21, yang meliputi
keterampilan seperti pemecahan masalah, kreativitas, kritis berpikir, kolaborasi, dan
komunikasi (Malik, Handayani, and Nuraini 2015). Keterampilan abad-21 dapat peningkatan
pemahaman konsep dengan menggunakan model praktikum problem solving, siswa tidak
hanya belajar konsep-konsep teoritis, tetapi juga diberi kesempatan untuk menerapkannya
dalam situasi dunia nyata (M. Ariyanto, F. Kristin 2018). Melalui penyelesaian masalah
praktis, siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang materi
pelajaran dan melihat hubungan antara konsep-konsep tersebut (Subekti 2017). Model
praktikum problem solving mendorong pembelajaran aktif di mana siswa aktif terlibat dalam
memecahkan masalah, mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan, dan merencanakan
strategi untuk mencapai solusi yang diinginkan (Kamarudin et al. 2022). Hal ini menggeser
peran guru dari penyampai informasi menjadi fasilitator pembelajaran, dengan siswa menjadi
subjek utama dari proses pembelajaran (Rahman Fadli, Subiki, and Astutik 2019).
Model pembelajaran problem solving membantu melatih keterampilan siswa dalam beberapa
keterampilan, seperti: Pemecahan Masalah, model pembelajaran problem solving
memberikan siswa kesempatan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
Mereka belajar untuk mengidentifikasi masalah, menganalisis faktor-faktor yang terlibat,
menghasilkan strategi penyelesaian, dan mengimplementasikan langkah-langkah yang tepat.
Kreativitas, melalui problem solving, siswa diberi kesempatan untuk berpikir kreatif dalam
mencari solusi yang inovatif dan efektif (Ladino and Rond 2019). Mereka dihadapkan pada
tantangan dan diberikan kebebasan untuk berpikir di luar kotak serta mengembangkan solusi
yang tidak konvensional. Keterampilan Berpikir Kritis (Sadler 2020), model pembelajaran
problem solving melibatkan siswa dalam analisis mendalam dan pemikiran kritis terhadap
masalah yang dihadapi. Mereka diajak untuk mengevaluasi informasi, mengidentifikasi
asumsi, dan mengambil keputusan berdasarkan pemikiran yang logis dan rasional (Kanchi
and Uttarkar 2012). Kolaborasi dan Komunikasi, dalam memecahkan masalah, siswa sering
kali bekerja secara kolaboratif dalam tim (Palaniappan et al. 2021). Mereka belajar untuk
berbagi ide, mendengarkan sudut pandang orang lain, dan bekerja sama untuk mencapai
solusi yang terbaik. Selain itu, mereka juga diajarkan keterampilan komunikasi efektif untuk
menyampaikan ide dan argumen dengan jelas. Ketekunan dan Ketangkasan Mental, problem
solving memerlukan ketekunan dan ketangkasan mental dalam menghadapi tantangan dan
mengatasi rintangan (Hundert 2020). Siswa belajar untuk tidak mudah menyerah, tetapi terus
mencoba dan mencari solusi alternatif ketika menghadapi kesulitan. Kemampuan Transfer,
melalui problem solving, siswa dapat mengembangkan kemampuan transfer, yaitu
kemampuan untuk menerapkan pemahaman dan keterampilan yang diperoleh dari satu situasi
ke situasi lain yang serupa atau berbeda. Mereka belajar untuk menghubungkan konsep-
konsep dan pengetahuan yang telah mereka pelajari ke dalam konteks yang baru. Model
pembelajaran problem solving merupakan pendekatan yang efektif untuk mengembangkan
keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan ketekunan siswa (Galih et al. 2020).
Dengan mempraktikkan pemecahan masalah secara terus-menerus, siswa dapat menjadi
pemikir yang lebih terampil, mandiri, dan siap menghadapi tantangan di dunia nyata.
Dalam model pembelajaran Problem solving ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan,
seperti: Identifikasi masalah yaitu pilihlah sebuah masalah yang ingin diselesaikan (Oliveira
and Carniato 2019). Pastikan masalah tersebut cukup spesifik dan terukur. Analisis masalah
yaitu dengan pahami akar penyebab masalah dan efeknya terhadap situasi yang ada.
Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah tersebut. Buatlah rencana
tindakan yang berdasarkan analisis masalah, buatlah rencana tindakan yang terperinci . Pecah
masalah menjadi langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencapai solusi (Zanetti 2019).
Implementasikan rencana yaitu dengan memulailah melaksanakan rencana tindakan yang
telah dibuat (Seifan, Robertson, and Berenjian 2020). Pastikan terorganisir, disiplin, dan
berkomitmen untuk melaksanakan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Evaluasi dan
pantau hasil (Moreno 2011) yaitu dengan melakukan evaluasi terhadap rencana yang telah
dijalankan. Apakah solusi yang diterapkan berhasil mengatasi masalah atau memperbaiki
situasi, pantau progres dan perubahan yang terjadi. Refleksi, setelah melalui proses
implementasi dan evaluasi, refleksikan hasilnya (Reisslein et al. 2006).

Penggunaan Lampu Pijar Sebagai Resistor Dalam Rangkaian Listrik melibatkan pemahaman
tentang komponen elektronik yang penting dalam sirkuit listrik (Ristiasari et al. 2012).
Resistor adalah komponen pasif yang menghambat aliran arus listrik dan menghasilkan
penurunan tegangan (Pertiwi, Sudjito, and Rondonuwu 2019). Resistor digunakan dalam
sirkuit elektronik untuk mengontrol aliran arus listrik (Ukhtikhumayroh and Rahmatsyah
2021). Mereka menghambat aliran arus dengan cara mengubah energi listrik menjadi energi
panas. Resistor juga digunakan untuk membagi tegangan, mengubah energi listrik menjadi
energi panas, menstabilkan sirkuit, dan melakukan berbagai tugas penting lainnya. Resistor
dengan resistansi yang lebih tinggi akan menghasilkan hambatan yang lebih besar terhadap
aliran arus (Khairani and Safitri 2018).
Hubungan antara aliran arus dengan hukum Ohm dimana Resistor mematuhi hukum Ohm,
yang menyatakan bahwa arus listrik yang mengalir melalui resistor berbanding lurus dengan
beda potensial atau tegangan dan berbanding terbalik dengan resistansi. Hukum Ohm (I =
V/R) sangat penting dalam memahami bagaimana resistor berperilaku dalam sirkuit listrik
(Reisslein and Martin 2020). Dalam rangkaian listrik, resistor dapat digunakan untuk
mengontrol arus listrik, membagi tegangan, mengatur daya, atau melindungi komponen lain
dari arus yang terlalu besar (Agam et al. 2021). Resistor juga dapat digunakan dalam
kombinasi seri dan paralel untuk mencapai nilai resistansi yang diinginkan. Penerapan hukum
Ohm dan penggunaan resistor dalam rangkaian listrik memungkinkan perancangan dan
pengaturan yang tepat dari arus dan tegangan dalam rangkaian, serta memastikan kinerja
yang aman dan efisien .
Penggunaan Lampu Pijar Sebagai Resistor Dalam Rangkaian Listrik,etika arus listrik
mengalir melalui filamen yang memiliki resistansi tinggi (Verawati et al. 2022), energi listrik
diubah menjadi energi panas. Akibat pemanasan ini, filamen memancarkan cahaya. Filamen
yang digunakan dalam lampu pijar umumnya terbuat dari tungsten karena memiliki titik leleh
yang tinggi dan tahan terhadap panas yang dihasilkan (Prasti et al. 2021). Meskipun lampu
pijar memberikan cahaya yang terang, mereka memiliki efisiensi energi yang rendah.
Sebagian besar energi listrik yang dikonsumsi oleh lampu pijar diubah menjadi energi panas
daripada cahaya (Nurhayati and Maisura 2021). Hal ini menyebabkan lampu pijar menjadi
boros energi dan menghasilkan biaya operasional yang tinggi dalam jangka panjang.
Penggunaan lampu pijar dapat menggantikan resistor dalam rangkaian listrik dalam beberapa
kasus. Lampu pijar, selain berfungsi sebagai sumber cahaya, juga memiliki sifat resistif yang
dapat digunakan untuk mengontrol aliran arus dalam rangkaian (Hege, Effendi, and Pasangka
2019). Lampu pijar memiliki nilai resistansi yang bervariasi tergantung pada jenis dan daya
lampu yang digunakan. Resistansi lampu pijar mungkin tidak presisi dan stabil seperti
resistor yang dirancang khusus (Saputro and Sukmadi 2019). Tetapi resistor memiliki nilai
resistansi yang lebih akurat dengan toleransi yang dinyatakan dalam persentase (Romadhon
and Budiyanto 2020). Hal ini memungkinkan perancang rangkaian untuk mendapatkan nilai
resistansi yang sesuai dengan kebutuhan spesifik. Lampu pijar umumnya tidak memiliki
toleransi resistansi yang spesifik, sehingga penggunaannya mungkin tidak cocok untuk
aplikasi yang membutuhkan toleransi resistansi yang ketat.
Lampu pijar dirancang untuk menghasilkan cahaya dengan memanaskan filamen logam.
Filamen tersebut memiliki hambatan yang rendah untuk memungkinkan arus listrik yang
cukup besar mengalir melaluinya dan memanaskan filamen tersebut (Evans and Division
1998). Resistor, di sisi lain, adalah komponen khusus yang dirancang untuk memiliki
hambatan tertentu dalam rangkaian listrik (Koll 2013). Resistor dapat digunakan untuk
mengatur aliran arus, membagi tegangan, atau melindungi komponen lain dari arus yang
terlalu besar. Meskipun lampu pijar memiliki hambatan, penggunaannya sebagai resistor
tidak dianjurkan karena hambatan lampu pijar dapat bervariasi secara signifikan tergantung
pada suhu filamen. Selain itu, lampu pijar juga dirancang untuk tujuan penerangan, bukan
sebagai komponen resistor.
Lampu pijar memiliki karakteristik temperatur yang signifikan (Herlan and Prabowo 2009).
Ketika lampu pijar dinyalakan, filamen di dalamnya menjadi panas dan resistansinya
berubah. Hal ini dapat mempengaruhi performa dan stabilitas rangkaian, terutama jika ada
perubahan suhu yang signifikan (Bielecki et al. 2020). Resistor yang dirancang khusus untuk
karakteristik temperatur tertentu akan memberikan stabilitas yang lebih baik dalam rangkaian
listrik. Lampu pijar umumnya kurang efisien secara energi dibandingkan dengan resistor.
Sebagian besar energi yang dikonsumsi oleh lampu pijar diubah menjadi energi panas,
sedangkan resistor menghasilkan sedikit atau tidak ada energi panas (Hege, Effendi, and
Pasangka 2019). Oleh karena itu, penggunaan lampu pijar sebagai pengganti resistor dapat
menghasilkan pemborosan energi yang tidak diinginkan dalam rangkaian (Abdussamad
2022).
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan potensi penggunaan lampu pijar sebagai
pengganti resistor dalam rangkaian listrik (Qu, Wang, and Liu 2018). Namun, perlu diingat
bahwa eksperimen ini hanya merupakan langkah awal dalam penelitian dan pengembangan
penggunaan lampu pijar sebagai pengganti resistor dalam rangkaian listrik (Husnayain et al.
2023). Diperlukan studi lebih lanjut untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan valid,
serta evaluasi yang lebih mendalam terhadap aspek teknis, efisiensi, dan keselamatan dalam
penerapan praktisnya (Effendi and Sudarminto 2010).

Metode
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam analisis penggunaan lampu pijar sebagai
resistor dalam rangkaian listrik menggunakan metode praktikum problem solving melibatkan
identifikasi masalah, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis, dan evaluasi solusi. Dalam
konteks penggunaan simulasi PhET, merancang percobaan virtual, mengamati hasilnya, dan
menganalisis apakah lampu pijar dapat menggantikan resistor secara efektif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan
pengukuran. Peneliti akan mengamati dan mencatat fenomena yang terjadi dalam
penggunaan lampu pijar sebagai resistor dalam rangkaian listrik. Selanjutnya, data yang
terkumpul akan dianalisis menggunakan metode analisis yang sesuai, seperti analisis statistik,
untuk menghasilkan temuan dan kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan pada tujuan dibuatnya artikel ini, peneliti melakukan beberapa kali percobaan
dengan menggunakan variabel yang berbeda-beda. Pada percobaan pertama, peneliti
menggunakan resistor pada rangkaian listrik. Percobaan dilakukan sebanyak 15 kali dengan
menggunakan tegangan yang berbeda-beda yaitu dari 1V sampai 15 V. Pada setiap tegangan
dilakukan 3 kali pengulangan. Sehingga data yang diperoleh dari percobaan tersebut dapat
dilihat pada tabel yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Resistor dengan Resistor
No. Voltage Resistor 1 Resistor 2 Arus

1 1V 10 Ω 10 Ω 0,05

2 2V 10 Ω 10 Ω 0,10

3 3V 10 Ω 10 Ω 0,15

4 4V 10 Ω 10 Ω 0,20

5 5V 10 Ω 10 Ω 0,25

6 6V 10 Ω 10 Ω 0,30

7 7V 10 Ω 10 Ω 0,35

8 8V 10 Ω 10 Ω 0,40

9 9V 10 Ω 10 Ω 0,45

10 10 V 10 Ω 10 Ω 0,50

11 11 V 10 Ω 10 Ω 0,55

12 12 V 10 Ω 10 Ω 0,60

13 13 V 10 Ω 10 Ω 0,65

14 14 V 10 Ω 10 Ω 0,70

15 15 V 10 Ω 10 Ω 0,75

Pada percobaan Kedua percobaan dilakukan sebanyak 15 kali dengan menggunakan tegangan
yang berbeda-beda yaitu 1V samapi 15V dan lampu pijar yang memiliki tegangan 10Ω. Pada
setiap tegangan dilakukan 3 kali pengulangan Sehingga data yang diperoleh pada percobaan
kedua tersebut dapat dilihat pada data yang tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Resistor dan Lampu Pijar
No. Voltage Resistor 1 Lampu Pijar Arus

1 1V 10 Ω 10 Ω 0,05

2 2V 10 Ω 10 Ω 0,10
3 3V 10 Ω 10 Ω 0,15

4 4V 10 Ω 10 Ω 0,20

5 5V 10 Ω 10 Ω 0,25

6 6V 10 Ω 10 Ω 0,30

7 7V 10 Ω 10 Ω 0,35

8 8V 10 Ω 10 Ω 0,40

9 9V 10 Ω 10 Ω 0,45

10 10 V 10 Ω 10 Ω 0,50

11 11 V 10 Ω 10 Ω 0,55

12 12 V 10 Ω 10 Ω 0,60

13 13 V 10 Ω 10 Ω 0,65

14 14 V 10 Ω 10 Ω 0,70

15 15 V 10 Ω 10 Ω 0,75

Dilakukan perbandingan antara nilai arus yang dihasilkan oleh resistor dengan resistor dan
resistor dengan lampu pijar. Data arus yang diperoleh dari kedua sumber tersebut dianalisis
untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa
perbedaan nilai arus antara lampu pijar dan resistor tidak ada dan menghasilkan nilai arus
yang sama, Seperti pada Grafik berikut.

Perbandingan Nilai Arus


0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Arus Percobaan 1 Arus Percobaan 2


Dengan melihat data tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa dengan peningkatan tegangan
yang diberikan, arus dalam rangkaian juga meningkat. Namun, perlu diperhatikan bahwa
hubungan antara tegangan dan arus dalam lampu pijar tidak memiliki karakteristik yang linier
seperti pada resistor.
Pada lampu pijar, ketika tegangan V dalam rangkaian semakin besar, disipasi daya listrik
yang dihasilkan juga semakin besar. Hal ini mengakibatkan peningkatan suhu pada
penghambat lampu pijar. Ketika suhu meningkat, hambatan penghantar dalam lampu pijar
juga meningkat, dan ini tercermin dalam kemiringan grafik beda potensial terhadap arus.
Grafik beda potensial terhadap arus pada lampu pijar menunjukkan bahwa karakteristiknya
tidak linier jika dibandingkan dengan resistor. Ini berarti lampu pijar memiliki perilaku yang
berbeda dengan resistor ketika tegangan yang dihubungkan memiliki nilai kecil dan waktu
yang singkat. Namun, ketika tegangan meningkat menjadi besar dan diberikan dalam waktu
yang lama, karakteristik lampu pijar akan berbeda secara signifikan karena faktor temperatur
yang mempengaruhinya.
Dalam kesimpulannya, data percobaan menunjukkan bahwa hubungan antara tegangan dan
arus dalam rangkaian resistor dan lampu pijar tidak bersifat linier. Lampu pijar memiliki
karakteristik yang berbeda dengan resistor, terutama ketika tegangan yang dihubungkan
cukup tinggi dan diberikan dalam waktu yang lama. Akan tetapi, pada percobaan yang
dilakukan menggunakan virtual laboratory menghasilkan nilai arus yang sama. Hal ini
dikarenakan pada virtual laboratory tidak dapat membuat perbedaan yang sangat kecil,
berbeda dengan real laboratory. Sehingga nilai arus yang dihasilkan antara rangkaian yang
menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu besarnya sama.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa bola lampu dapat berfungsi sebagai
pengganti salah satu resistor dalam rangkaian DC tanpa mempengaruhi arus yang dihasilkan.
Namun, perlu dicatat bahwa besar voltage yang digunakan dalam rangkaian memiliki
pengaruh signifikan terhadap arus yang mengalir melalui resistor dan lampu pijar. Ketika
voltage ditingkatkan, arus yang mengalir melalui resistor dan lampu pijar juga akan
meningkat secara proporsional. Dengan kata lain, semakin besar voltage yang diberikan pada
rangkaian, semakin besar pula arus yang akan mengalir melalui resistor dan lampu pijar
sebagai pengganti resistor.
Daftar Pustaka
Abdussamad, Syahrir. 2022. “Implementasi Pengukuran Beban Resistif Pada Lampu Pijar.”
Jambura Journal of Electrical and Electronics Engineering 4 (1): 83–86.
https://doi.org/10.37905/jjeee.v4i1.12064.
Agam, Bima Brilliando, Trapsilo Prihandono, Dosen Program, Studi Fisika, and Universitas
Jember. 2021. “Pengaruh Jenis Dan Bentuk Lampu Terhadap Intensitas Pencahayaan
Dan Energi Buangan Melalui Perhitungan Nilai Efikasi Luminus 1),” 384–89.
Bielecki, Joseph, Ahmad Sameh Jwania, Fadi El Khatib, and Thomas Poorman. 2020.
“Thermal Considerations for LED Components in an Automotive Lamp.”
Dakhi, Oskah. 2022. “Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Problem Solving
Untuk Meningkatkan Kreativitas Dan Prestasi Belajar.” Educativo: Jurnal Pendidikan 1
(1): 8–15. https://doi.org/10.56248/educativo.v1i1.2.
Effendi, M Zaenal, and S Sudarminto. 2010. “Rancang Bangun Inverter Multipulsa Untuk
Beban Penerangan Rumah Tangga Jenis Lampu Pijar,” no. Lcd: 1–5.
Evans, David L, and Optoelectronics Division. 1998. “High Luminance LEDs Replace
Incandescent Lamps in New Applications” 3002: 142–53.
Galih, Valentinus, Vidia Putra, Andrian Wijayono, and Endah Purnomosari. 2020.
“Pengembangan Alat Uji Efisiensi Lampu Berbasis Mikrokontroller Arduino Uno Untuk
Evaluasi Tingkat Pencahayaan Lampu Meja Belajar Di Laboratorium Fisika-
Mekatronika Politeknik STTT” 4 (2): 65–71.
Harefa, Darmawan. 2020. “Perbedaan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Pembelajaran
Problem Posing Dan Problem Solving Pada Siswa Kelas X-MIA SMA Swasta Kampus
Telukdalam.” Sinasis 1 (1): 103–16.
Hege, Asih Pitasari, Jauhari Effendi, and Bertholomeus Pasangka. 2019. “Analisis Dan
Perancangan Pengendali Intensitas Lampu Pijar Jarak Jauh Dengan Sistem Remote
Control Terhadap Efisiensi Energi.” Bumi Lestari Journal of Environment 19 (2): 31.
https://doi.org/10.24843/blje.2019.v19.i02.p04.
Herlan, Herlan, and Briliant Adhi Prabowo. 2009. “Rangkaian Dimmer Pengatur Iluminasi
Lampu Pijar Berbasis Internally Triggered TRIAC.” INKOM Journal of Informatics,
Control Systems, and Computers 3 (1): 14–21.
Hundert, Edward M. 2020. “A Model for Ethical Problem Solving in Medicine , With
Practical Applications PRINCIPLES VERSUS MORAL” I (4).
Husnayain, Faiz, Dicky Syachreza Himawan, Agus R Utomo, I Made Ardita, and Budi
Sudiarto. 2023. “Analisis Perbandingan Kinerja Lampu LED , CFL , Dan Pijar Pada
Sistem Penerangan Kantor” 6 (01).
Kamarudin, Kamarudin, Muhammad Ridwan, Jefri Saputra, and Kemas Muhammad Aby.
2022. “Sistem Pengukuran Arus Dan Tegangan Pada Rangkaian Kombinasi Virtual
Lab.” Jurnal Integrasi 14 (2): 103–9. https://doi.org/10.30871/ji.v14i2.4384.
Kanchi, Raghavendra Rao, and Naveen Kumar Uttarkar. 2012. “Study of Heat Loss from Hot
Tungsten Filament Bulb Using AT89C51 Based Data Acquisition System” 2 (3): 8–10.
Khairani, Indah, and Rini Safitri. 2018. “Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Usaha Dan Energi Di
Man Rukoh Banda Aceh.” Jurnal Pendidikan Sains Indonesia 5 (2): 32–40.
https://doi.org/10.24815/jpsi.v5i2.9814.
Kiranadewi, Dhea Fatar, and Agustina Tyas Asri Hardini. 2021. “Perbandingan Efektivitas
Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Model Problem Solving
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Pada Pembelajaran PPKn.” Journal for Lesson
and Learning Studies 4 (1): 1. https://doi.org/10.23887/jlls.v4i1.33860.
Koll, Bas. 2013. “Conceptual Understanding of Electrical Circuits in Secondary Vocational
Engineering Education : Combining Traditional Instruction with Inquiry Learning in a
Virtual Lab” 102 (3): 375–93. https://doi.org/10.1002/jee.20022.
Komariah, Kokom. 2011. “Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Model Polya
Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Bagi Siswa Kelas IX J Di
SMPN 3 Cimahi.” Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan Dan Penerapan
MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 181–88.
Ladino, Luis A, and Hermilda S Rond. 2019. “In Search of the Dimensions of an
Incandescent Light Bulb Filament.”
M. Ariyanto, F. Kristin, I. Anugraheni. 2018. “Penerapan Model Pembelajaran Problem
Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa.”
Jurnal Guru Kita 2 (3): 106–15.
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jgkp/article/view/10392/9331.
Malik, A., Wahyuni Handayani, and Rany Nuraini. 2015. “Model Praktikum Problem
Solving Laboratory Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa.”
Prosiding Simposium Nasional Inovasi Dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015)
2015 (Pembelajaran): 193–96.
Moreno, Roxana. 2011. “Teaching With Concrete and Abstract Visual Representations :
Effects on Students ’ Problem Solving , Problem Representations , and Learning
Perceptions” 103 (1): 32–47. https://doi.org/10.1037/a0021995.
Nurhayati, Nurhayati, and Besty Maisura. 2021. “Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap
Nyala Lampu Dengan Menggunakan Sensor Cahaya Light Dependent Resistor.”
CIRCUIT: Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro 5 (2): 103.
https://doi.org/10.22373/crc.v5i2.9719.
Oliveira, Christopher A De, and Leonardo A Carniato. 2019. “LOAD MODELLING IN
ELECTRIC SYSTEMS : COMPUTATIONALLY IMPLEMENTATION OF
GRAPHICAL INTERFACE AND QUALITATIVE ANALYSIS.” CILAMCE.
Palaniappan, Ramaswamy, Senior Member, Surej Mouli, Senior Member, Evangelia Fringi,
Howard Bowman, I A N Mcloughlin, and Senior Member. 2021. “Incandescent Bulb
and LED Brake Lights : Novel Analysis of Reaction Times.”
https://doi.org/10.1109/ACCESS.2021.3058579.
Pertiwi, Sinta, Debora Natalia Sudjito, and Ferdy Semuel Rondonuwu. 2019. “Perancangan
Pembelajaran Fisika Tentang Rangkaian Seri Dan Paralel Untuk Resistor Menggunakan
Understanding by Design (UbD).” Jurnal Sains Dan Edukasi Sains 2 (1): 1–7.
https://doi.org/10.24246/juses.v2i1p1-7.
Prasti, D, M I Rusdi, S Kasma, and ... 2021. “Implementasi Nodemcu Untuk Mengontrol Alat
Listrik Rumah Tangga Menggunakan Google Assistant.” Proceeding KONIK
(Konferensi Nasional Ilmu Komputer), 571–75.
https://prosiding.konik.id/index.php/konik/article/view/126%0Ahttps://
prosiding.konik.id/index.php/konik/article/download/126/111.
Qu, Na, Jianhui Wang, and Jinhai Liu. 2018. “An Arc Fault Detection Method Based on
Current Amplitude Spectrum and Sparse Representation,” 1–8.
https://doi.org/10.1109/TIM.2018.2880939.
Rahman Fadli, Arif, Subiki, and Sri Astutik. 2019. “Pengaruh Model Pembelajaran Problem
Solving Laboratory Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Siswa Di Man 2
Banyuwangi.” Jurnal Pembelajaran Fisika 8 (2): 53–58.
Reisslein, Jana, Robert K Atkinson, Patrick Seeling, and Martin Reisslein. 2006.
“Encountering the Expertise Reversal Effect with a Computer-Based Environment on
Electrical Circuit Analysis” 16: 92–103.
https://doi.org/10.1016/j.learninstruc.2006.02.008.
Reisslein, and Martin. 2020. “Pre-College Electrical Engineering Instruction : The Impact of
Abstract vs . Contextualized Representation and Practice,” 225–35.
Ristiasari, Tia, Bambang Priyono, Sri Sukaesih, and Jurusan Biologi. 2012. “Model
Pembelajaran Problem Solving Dengan Mind Mapping Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa.” J.Biol.Educ 1 (3): 50229. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujeb.
Romadhon, Haris, and Budiyanto Budiyanto. 2020. “Pemanfaatan Intensitas Radiasi Cahaya
Lampu Dengan Reflektor Panel Surya Sebagai Energi Harvesting.” RESISTOR
(Elektronika Kendali Telekomunikasi Tenaga Listrik Komputer) 3 (2): 45.
https://doi.org/10.24853/resistor.3.2.45-56.
Sadler, John. 2020. “Clinical Problem Solving and the Biopsychosocial Model,” no.
November 1992. https://doi.org/10.1176/ajp.149.10.1315.
Saputro, Jimy Harto, and Tejo Sukmadi. 2019. “ANALISA PENGGUNAAN LAMPU LED
PADA PENERANGAN DALAM RUMAH Metode.”
Seifan, Mostafa, Nigel Robertson, and Aydin Berenjian. 2020. “Use of Virtual Learning to
Increase Key Laboratory Skills and Essential Non-Cognitive Characteristics.”
Education for Chemical Engineers 33: 66–75. https://doi.org/10.1016/j.ece.2020.07.006.
Subekti, Pri. 2017. “Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V.” Briliant: Jurnal Riset Dan Konseptual 2 (2): 130.
https://doi.org/10.28926/briliant.v2i2.46.
Ukhtikhumayroh, and Rahmatsyah. 2021. “Efek Model Problem Based Learning (PBL)
Berbantuan Alat Praktikum Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Materi
Pokok Elastisitas Dan Hukum Hooke.” Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika 8 (4): 83–
88.
Verawati, Yuni, Dedy Hamdani, Iwan Setiawan, Jl Wr Supratman Kandang, and Limun
Bengkulu. 2022. “Pengembangan Alat Peraga Ada Materi Energi Dengan Menggunakan
Solar Cell, Sensor Ultrasonik Dan Light Dependent Resistor Berbasis Arduino Uno.”
Amplitudo : Jurnal Ilmu Pembelajaran Fisika 1 (2): 166–73.
Zanetti, Vittorio. 2019. “Temperature of Incandescent Lamps” 546 (1985).
https://doi.org/10.1119/1.14410.

Anda mungkin juga menyukai